BAB VI ANALISIS EFEKTIVITAS MANFAAT PKH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI ANALISIS EFEKTIVITAS MANFAAT PKH"

Transkripsi

1 BAB VI ANALISIS EFEKTIVITAS MANFAAT PKH 6.1 Efektivitas Manfaat PKH Dalam subbab ini, dipaparkan dua hal utama. Beberapa hal yang berhubungan dengan efektivitas manfaat PKH tersebut adalah (1) definisi dan ukuran efektivitas manfaat PKH dalam penelitian serta (2) efektivitas manfaat PKH RTSM responden di Kelurahan Balumbang Jaya Definisi dan Ukuran Efektivitas Manfaat PKH dalam Penelitian Pada Subbab Perumusan Masalah, telah disebutkan bahwa salah satu tujuan Studi Analisis Gender dalam PKH di Kelurahan Balumbang Jaya ini adalah mengkaji hubungan antara tipe pengambilan keputusan RTSM untuk alokasi dana PKH dengan efektivitas manfaat PKH. Sebelum membahas bagaimana hubungan tersebut, perlu dibahas terlebih dulu mengenai definisi dan ukuran efektivitas manfaat PKH yang digunakan dalam penelitian ini. Efektivitas manfaat PKH mengacu kepada tingkat keberhasilan program dalam membantu proses pemenuhan kebutuhan kesehatan dan pendidikan RTSM, yang dilihat dari alokasi dana bantuan PKH oleh RTSM responden di Kelurahan Balumbang Jaya. Dengan kata lain, seberapa banyak jumlah (rupiah) yang dikeluarkan dari dana PKH dalam rumah tangga dan hal tersebut yang mengindikasikan seberapa tinggi tingkat ketercapaian pemenuhan kebutuhan kesehatan. Selanjutnya, tingkat ketercapaian pemenuhan kebutuhan kesehatan RTSM ini menunjukkan seberapa jauh (tingkat) keberhasilan PKH dalam membantu proses pemenuhan kebutuhan kesehatan. Kebutuhan kesehatan RTSM responden peserta PKH mencakup kesehatan bagi bayi, balita, dan ibu hamil/melahirkan/yang berada dalam masa nifas. Aspek apa saja yang harus terpenuhi telah tertuang (diatur) dalam juklak PKH (Pedoman Operasional PKH bagi Pemberi Pelayanan Kesehatan, 2008). Komponen kesehatan bagi bayi dan balita yang harus terpenuhi adalah (1) ditimbang berat badannya dan (2) mendapatkan vitamin A IU sebanyak dua kali dalam rentang waktu satu tahun. Sementara itu, kebutuhan kesehatan bagi ibu

2 hamil/melahirkan/yang berada dalam masa nifas adalah (1) diperiksa kesehatan diri dan janin, (2) mendapatkan vitamin, (3) dibantu persalinannya oleh tenaga medis, (4) mendapatkan obat-obatan terutama jika sedang sakit, serta (4) diperiksa kesehatannya sesuai dengan kondisi yang dialami (apakah sedang dalam masa kehamilan, akan mengalami proses persalinan, atau sedang berada dalam masa nifas). Adapun kebutuhan pendidikan RTSM, meliputi keperluan pendidikan untuk anak usia sekolah. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan anak usia sekolah adalah orang-orang yang berusia 6 18 tahun yang belum dan harus mengikuti (menamatkan) proses wajib belajar 9 tahun. Item (jenis) kebutuhan pendidikan apa saja yang harus dipenuhi oleh RTSM responden tidak tertuang dalam juklak Pedoman Operasional PKH bagi Pemberi Pelayanan Pendidikan (2008). Oleh karena itu, penulis merinci sendiri item apa saja yang pada umumnya menjadi kebutuhan pendidikan (sekolah) anak. Berbagai jenis kebutuhan itu, antara lain (1) uang pangkal, (2) Lembar Kerja Siswa (LKS), (3) seragam/sepatu/tas, (4) alat tulis (buku/pensil/penghapus/penggaris/pulpen), (5) uang jajan, (6) uang bayaran SPP, (7) bayaran ekstrakulikuler, dan (8) iuran/sumbangan ke sekolah. Terkait dengan ukuran efektivitas manfaat PKH, penulis mengkategorikan ukuran tersebut ke dalam dua kelompok. Jenis-jenis ukuran efektivitas manfaat PKH yang digunakan dalam studi ini berupa efektivitas (1) rendah serta (2) tinggi. Sebelum membahas kedua jenis efektivitas ini, perlu diketahui bahwa ada dua tipe RTSM responden yang ditemukan dalam penelitian ini. Ada RTSM responden yang hanya mendapatkan dana bantuan PKH untuk kebutuhan pendidikan (RTSM responden komponen pendidikan) dan terdapat pula RTSM yang memperoleh dana untuk keperluan kesehatan serta pendidikan (RTSM responden komponen gabungan). Rumah tangga responden komponen pendidikan hanya memiliki anak usia sekolah, sedangkan RTSM komponen gabungan tentunya memiliki anak usia sekolah dan anak bayi/balita. Dana bantuan PKH diberikan berdasarkan kondisi RTSM responden. Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memiliki anak usia SD diberikan dana sebesar Rp ,00 (empat ratus ribu rupiah). Rumah tangga responden peserta PKH yang memiliki anak usia SMP diberikan uang bantuan Rp.

3 ,00 (delapan ratus ribu rupiah). Sementara itu, RTSM responden yang memiliki anak bayi/balita diberikan bantuan sebesar Rp ,00 (delapan ratus ribu rupiah). Setiap RTSM peserta PKH, baik rumah tangga komponen pendidikan maupun gabungan, mendapatkan dana bantuan tetap dari pemerintah sebanyak Rp ,00 (dua ratus ribu rupiah). Ada dua ukuran efektivitas manfaat PKH bagi RTSM responden komponen pendidikan. Pertama, efektivitas rendah. Rumah tangga peserta PKH dikatakan memiliki efektivitas rendah, jika penggunaan dana bantuan PKH untuk kebutuhan sekolah anak 90 (kurang dari/sama dengan sembilan puluh) persen. Kedua, efektivitas tinggi. Rumah tangga responden dikategorikan seperti ini, bila pemanfaatan dana PKH untuk keperluan pendidikan anak >90 (lebih besar dari sembilan puluh) persen. Berkenaan dengan ukuran efektivitas manfaat PKH bagi RTSM responden komponen gabungan, terdapat dua ukuran pula. Pertama, efektivitas rendah. Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) peserta PKH dikatakan memiliki efektivitas rendah, apabila skor kesehatan sama dengan 2 (dua) dan penggunaan dana bantuan PKH untuk kebutuhan sekolah anak 90 persen. Kedua, efektivitas tinggi. Rumah tangga responden dikategorikan seperti ini, jika skor kesehatan sama dengan 2 serta penggunaan dana PKH bagi keperluan sekolah anak >90 persen. Dalam penelitian ini, semua bayi/balita pada RTSM responden komponen gabungan memang ditimbang berat badannya dan mendapatkan vitamin A IU sebanyak dua kali dalam periode satu tahun. Hal ini mengapa skor kesehatan RTSM tersebut bernilai dua. Pada kedua jenis RTSM responden, terdapat persamaan yang dilakukan oleh penulis dalam proses penghitungan alokasi dana PKH untuk menentukan tingkat efektivitas manfaat PKH. Setiap item kebutuhan diberikan keterangan berupa harga, yang tentunya dilakukan berdasarkan jawaban RTSM responden. Harga-harga itu kemudian dijumlah (ditotal). Hasilnya dibagi dengan jumlah dana PKH yang diterima. Selanjutnya, hasil tersebut dikali dengan 100% (seratus persen).

4 6.1.2 Efektivitas Manfaat PKH RTSM Responden di Kelurahan Balumbang Jaya Terkait dengan alokasi dana PKH dalam rumah tangga, penulis menemukan sebuah hasil yang menunjukkan bagaimana efektivitas manfaat PKH RTSM responden. Efektivitas manfaat PKH di Kelurahan Balumbang Jaya ternyata cenderung tinggi. Ada sekitar 75 persen RTSM responden yang termasuk ke dalam kategori ini. Sisanya, lebih kurang 24 persen, merupakan rumah tangga responden yang berada dalam kelompok efektivitas rendah. Pada RTSM responden komponen pendidikan, terlihat dua hal utama Pertama, rumah tangga responden komponen pendidikan dikategorikan efektivitas tinggi, karena penggunaan dana PKH bagi keperluan sekolah anak >90 persen. Kedua, RTSM peserta PKH memiliki efektivitas rendah, karena pemanfaatan dana bantuan PKH untuk kebutuhan pendidikan anak 90 persen. Ada dua hal utama pula yang terlihat pada RTSM responden komponen gabungan. Pertama, efektivitas tinggi. Rumah tangga responden dikategorikan seperti ini, karena skor kesehatan sama dengan 2 serta penggunaan dana PKH bagi keperluan sekolah anak >90 persen. Kedua, efektivitas rendah. Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) peserta PKH dikatakan memiliki efektivitas rendah, karena skor kesehatan sama dengan 2 dan penggunaan dana bantuan PKH untuk kebutuhan sekolah anak 90 persen. Perlu diketahui bahwa dalam penelitian ini, semua bayi/balita pada RTSM responden komponen gabungan memang ditimbang berat badannya dan mendapatkan vitamin A IU sebanyak dua kali dalam periode satu tahun. Hal ini mengapa skor kesehatan RTSM tersebut bernilai dua. 6.2 Analisis Tipe Pengambilan Keputusan RTSM untuk Alokasi Dana PKH Pada subbab ini, dipaparkan mengenai dua hal yang sangat erat kaitannya dengan tipe pengambilan keputusan RTSM untuk alokasi dana PKH. Pertama, definisi dan tipe pengambilan keputusan rumah tangga. Kedua, hubungan antara tipe pengambilan keputusan RTSM responden untuk alokasi dana PKH dengan efektivitas manfaat PKH.

5 6.2.1 Definisi dan Tipe Pengambilan Keputusan Rumah Tangga Proses pengambilan keputusan berkaitan erat dengan kekuasaan dan pembagian kerja. Hal ini karena, kekuasaan sendiri dinyatakan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi kehidupan keluarga (Pudjiwati, 1985). Pengambilan keputusan ini bisa tersebar dengan sama nilainya (equally) atau tidak sama nilainya (khususnya antara suami dan isteri). Adapun pembagian kerja, merujuk kepada pola peranan yang ada dalam keluarga dimana khususnya suami dan isteri melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Kombinasi dari kedua aspek itu (kekuasaan dan pembagian kerja), menurut Blood dan Wolfe dalam Pudjiwati (1985), adalah hal yang paling mendasar dalam keluarga, yang dipengaruhi pula oleh posisi keluarga di lingkungan atau masyarakatnya. Pudjiwati (1985) mengungkapkan peranan perempuan di dalam dan luar rumah tangga sebagai pengambil keputusan pada berbagai bidang kehidupan cukup bervariasi. Bentuk-bentuk peranan ini berupa (1) keputusan oleh perempuan sendiri sebagai isteri; (2) tidak oleh isteri, artinya oleh suami sendiri; (3) suami dan isteri bersama-sama dengan pengaruh isteri paling besar atau suami terbesar; serta (4) bersama setara (kesalingtergantungan suami dan isteri). Ada kondisi dimana suatu hubungan antara pria dan wanita menunjukkan distribusi kekuasaan yang seimbang (balanced power), tapi ada kesalingtergantungan yang kuat antara pria dan wanita. Dalam hal ini, tidak ada hubungan yang saling mendominir. Sementara itu, terdapat pula hubungan antara pria dengan wanita yang menunjukkan hierarki dalam kekuasaan. Artinya bahwa distribusi kekuasaan antara pria dan wanita tidak seimbang. Untuk hal ini, salah satu pihak atau jenis kelamin memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari yang lain dan mendominasinya (Rogers, 1978 dalam Pudjiwati, 1985). Berkaitan dengan penelitian Analisis Gender dalam PKH di Kelurahan Balumbang Jaya ini, tipe pengambilan keputusan RTSM untuk alokasi dana PKH diartikan sebagai siapa diantara suami dan isteri yang memiliki kekuasaan (kontrol) dalam segala keputusan mengenai pengeluaran/penggunaan dana PKH. Karena dana PKH ditujukan untuk kebutuhan kesehatan dan pendidikan rumah tangga, dimana kedua kebutuhan itu merupakan wilayah domain isteri, proses

6 pengambilan keputusan yang diasumsikan dalam penelitian ini terdiri atas (1) dominasi oleh isteri dan (2) setara. Ada sejumlah item kebutuhan kesehatan dan pendidikan. Berbagai item itu diberikan keterangan didominasi oleh isteri atau setara, yang tentunya dilakukan berdasarkan jawaban RTSM responden. Selanjutnya, dihitung berapa item yang didominasi oleh isteri dan setara. Jumlah terbesar menunjukkan tipe pengambilan keputusan RTSM untuk alokasi dana PKH. Karena kebutuhan kesehatan dan pendidikan berada di wilayah kekuasaan isteri, dominasi oleh isteri terhadap alokasi dana PKH diasumsikan mampu menjadikan manfaat PKH cenderung efektif. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa suami juga merupakan bagian dari rumah tangga (orang tua si Anak). Untuk itu, perlu dilihat pula bagaimana peran suami dalam proses pengalokasian dana PKH. Saat suami isteri telah setara (bertukar pikiran, berdiskusi, dan memutuskan bersama), penulis menduga manfaat PKH dapat menjadi lebih efektif Hubungan Tipe Pengambilan Keputusan RTSM Responden untuk Alokasi Dana PKH dengan Efektivitas Manfaat PKH Studi ini menunjukkan bahwa tipe pengambilan keputusan RTSM untuk alokasi dana PKH mempengaruhi efektivitas manfaat PKH. Pada RTSM dengan tipe pengambilan keputusan yang setara, efektivitas manfaat PKH cenderung tinggi. Sementara itu, pada RTSM responden yang memiliki tipe pengambilan keputusan didominasi oleh salah satu pihak, efektivitas manfaat PKH cenderung rendah. Dalam penelitian ini, dominasi oleh salah satu pihak mengarah kepada dominasi isteri pada setiap pilihan (keputusan) terkait dengan penggunaan/pemanfaatan dana bantuan PKH. Sebagai contoh tipe pengambilan keputusan yang setara, efektivitas manfaat PKH yang tinggi terjadi karena suami isteri berdiskusi dan menyepakati bersama bagaimana alokasi dana. Mulai dari kebutuhan (anak) apa saja yang harus dibeli hingga pemilihan harganya. Ada kebutuhan yang harganya telah ditentukan oleh pihak sekolah sehingga tidak dapat ditawar (LKS dan renovasi sekolah). Pada periode Februari 2009 sampai dengan Februari 2010, LKS dibeli sebanyak dua kali dimana harganya adalah Rp ,00 (empat

7 puluh ribu rupiah) setiap kali pembelian. Hal ini berarti bahwa dalam periode tersebut, pembelian LKS menghabiskan dana sebesar Rp ,00 (delapan puluh ribu rupiah). Renovasi sekolah sendiri dimintai uang sebanyak Rp ,00 (tiga puluh ribu rupiah) dan biaya ini hanya dikeluarkan satu kali selama periode Februari 2009 hingga Februari Selanjutnya, uang saku anak menghabiskan dana lebih kurang Rp ,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) selama satu tahun. Anak tersebut yang meminta uang sebesar Rp ,00 (lima ribu rupiah) tiap hari sekolah. Buku tulis sebanyak satu pak selama satu tahun menelan biaya sekitar Rp ,00 (seratus delapan puluh ribu rupiah), sedangkan pensil Rp ,00 (seratus dua puluh ribu rupiah). Harga buku dan pensil memang ditentukan oleh penjual, namun RTSM responden mencari buku dan pensil dengan harga yang lebih murah. Infaq Jumat selama periode Februari 2009 hingga Februari 2010 rata-rata sebesar Rp ,00 (empat puluh delapan ribu rupiah). Adapun biaya rekreasi (ekstrakulikuler) anak selama periode tersebut lebih kurang Rp ,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah). Berdasarkan rincian penggunaan dana bantuan PKH tersebut, terlihat bahwa pada jangka waktu Februari 2009 sampai dengan Februari 2010, lebih dari 90 persen dana PKH digunakan untuk kebutuhan pendidikan anak. Di bawah ini merupakan ungkapan RTSM bernomor 28 (dua puluh delapan), yaitu BS dan PS: (BS) Kalo yang PKH, ya bener-bener untuk Balia sama Surya. LKS aja empat puluh dua semester, harga mati dari sananya, sekolah Neng. Kalau uang jajan, sepakatnya Ibu sama bapak sama si Balia juga, cuma lima ribu tiap hari. [ ]. (PS) Buku tulis satu paknya lima belas ribu tiap bulan. Infaq Jum at seribu tiap nyumbangnya. Kita juga orang susah, tapi ya enggak apa-apah nyumbang dikit. Anak juga setuju. Susu si Bontot tiap minggu dua puluh ribu, Neng! Sepakat beli yang murah aja, tapi juga yang cocok. Kuat bangeeeeeet nyusu nya! Udah gitu, yang repotnya, enggak bisa sembarangan susu. Mencret-mencret. Aduuuuuuh, repot Neng si kecil! (Tertawa). Terus ada renopasi sekolah, dimintain tiga puluh. Pas Ibu sama bapak ada rejeki, ya udah. Lagian kita juga yang malu kalau sekolaan anak jelek. Apalagi ya?? Ituh, apah, emmm renang! Kan anak suka minta di ahir bulan. Bapak atau ibu aja yang nganter, bayar dua puluh ribu. Dari sana harganya, Neng. Enggak semuanya masuk ah, bayarnya enggak kuat! (Tertawa). Sama pensil langsung beli satu pak, pokoknya tiap bulan sepuluh ribuan.

8 Ada beberapa alasan mengapa RTSM membuat keputusan secara bersamasama. Secara ringkas, berbagai latar belakang itu adalah (1) ingin saling menghargai, (2) menghindari tindakan boros, (3) menghormati hak anak, serta (4) adanya opini bahwa antara suami dengan isteri memang harus ada keterbukaan dan kata sepakat bersama. Kebersamaan dalam pembuatan berbagai keputusan rumah tangga, termasuk terhadap alokasi dana PKH, dipercaya dapat mengakibatkan setiap pilihan yang diambil menjadi tepat sasaran dan tepat guna. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan BS dan PS, yaitu: (BS) Berdua, Neng. Sebelum beli kan ngomog-ngomong dulu. Baru sepakatnya gimana, jadi sama-sama setuju dari awal. Disepakati supaya enggak boros, sepakat beli yang murah ajah. (PS) (Tertawa), si Eneng bisa ajah! Alhamdulillah enggak ada.. Karna sama-sama mau saling ngobrol, terbuka, setujunya apah, jadi enggak rahasia-rahasiaan. Enggak ada yang mau menang sendiri. (Tertawa). Adapun pada RTSM responden yang bertipe pengambilan keputusan didominasi oleh salah satu pihak dan efektivitas manfaat PKH yang rendah, dapat dilihat dari kondisi salah satu RTSM responden. Pada RTSM dengan tipe pengambilan keputusan yang didominasi oleh salah satu pihak ini, pengeluaran untuk makan sehari-hari sebesar Rp ,00 (sepuluh ribu rupiah), uang saku anak tertua (SMP) sebanyak Rp ,00 (tiga ribu rupiah), dan uang saku anak SD sebesar Rp ,00 (seribu rupiah). Kebutuhan yang benar-benar menyentuh keperluan pendidikan adalah uang saku anak. Jumlah uang saku anak tertua dalam satu tahun (Februari 2009 sampai dengan Februari 2010) rata-rata sebesar Rp ,00 (tujuh ratus dua puluh ribu rupiah), sedangkan untuk anak SD sebanyak Rp ,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah). Berdasarkan rincian alokasi dana PKH tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari Rp ,00 (satu juta empat ratus ribu rupiah) dana yang diterima, hanya terpakai Rp ,00 (sembilan ratus enam puluh ribu rupiah). Sisa dana ini adalah Rp ,00 (empat ratus empat puluh ribu rupiah). Dengan kata lain, tidak lebih dari 90 persen bantuan PKH yang benar-benar digunakan untuk

9 kebutuhan pendidikan anak. Berikut penuturan RTSM responden yang bertipe efektivitas rendah tersebut: Paling banyak sepuluh ribu. Jajannya Andi kayaknya tiga ribu tiap hari, ade nya seribu aja. [ ]. (RTSM 3: BA; 38 tahun) Masih terkait dengan tipe pengambilan keputusan seputar alokasi dana PKH yang didominasi oleh isteri, RTSM responden lainnya memberikan keterangan. Berikut ini ungkapan RTSM nomor 30 (tiga puluh): Ibu! Bapak enggak tau berapanya, buat apa aja, pokoknya apa-apa Ibu aja sendiri. Ibu sih ngasih tau berapanya, buat apa aja. Tapi, yaaa cuma gitu aja, enggak ada tanggepan apa-apa. Padahal, kadang kan kita butuh juga buat bareng-bareng. Ya kadang kan suka bingung duit mau diapain, dibeliin apa. Jadinya, ya gitu. Ibu sih sekiranya aja, ni duit mau diapain, apa ya yang lagi dibutuhin buat dibeli. Habiiis, kata suami, itu kan urusan isteri. Ya emang bener sih. Kalau Ibu sih, ya udah lah. Emang takdirnya gitu, ya Ibu jalanin aja. Sebaik-baiknya lah ngatur duit untuk keperluan rumah tangga. Kalau yang PKH, ya untuk kebutuhan anak-anak. Tapi, ya itu, kadang suka bingung. Ya gimana sih?? Karena, apa-apa sendiri. Pasti ada bingungnya. Coba kalau bareng, ada temen nanya, ngobrol sama suami gituh, pasti kan lebih enak. (BS, 31 tahun) Ungkapan BS menyiratkan sebuah makna terkait dengan permasalahan gender. Penuturan BS memperlihatkan bahwa peran gender dimana isteri dianggap sebagai kaum yang lebih pantas dan mampu mengatur uang, mengurus suami dan rumah tangga, merawat anak, serta mengatur pangan rumah tangga ternyata telah melekat sangat kuat dalam individu kaum perempuan. Oleh karena itu, isteri berusaha untuk mengatur sebaik-baiknya alokasi dana PKH agar kebutuhan kesehatan dan pendidikan anak bisa terpenuhi. Tapi, tidak dapat dipungkiri bahwa isteri membutuhkan suami sebagai teman berdiskusi. Karena kebutuhan akan bertukar pikiran ini tidak terpenuhi, isteri sekiranya saja (menggunakan pikiran dan naluri sendiri) dalam mengalokasikan dana bantuan PKH. Hal ini yang kemudian mengakibatkan efektivitas manfaat PKH menjadi cenderung rendah. Walaupun komponen kesehatan yang disebutkan dalam juklak PKH (2008) hanya mencakup penimbangan berat badan bayi/balita serta pemberian

10 vitamin A IU, ternyata ada beberapa RTSM responden yang memanfaatkan dana bantuan PKH untuk membeli susu bayi/balita. Secara formal, berdasarkan juklak tersebut, RTSM ini dinyatakan memiliki efektivitas manfaat PKH yang cenderung rendah. Tapi, secara informal, rumah tangga responden peserta PKH tersebut dapat masuk ke dalam kategori RTSM dengan tipe efektivitas manfaat PKH yang cenderung tinggi. Hal ini karena, susu sebenarnya juga merupakan kebutuhan kesehatan sehingga RTSM yang membeli susu untuk bayi/balitanya (sekali pun tidak ada item tersebut dalam juklak) tidak bisa dipersalahkan. Kenyataan ini harus dijadikan sebagai bahan koreksi (evaluasi) bagi Departemen Sosial selaku UPPKH pusat. Artinya bahwa juklak PKH harus diperbaharui salah satunya dengan menuliskan secara rinci (jelas) apa saja item yang menjadi kebutuhan kesehatan dan pendidikan RTSM. Hal ini tentunya sangat berguna dalam proses pengalokasian dana bantuan PKH di tingkat rumah tangga. Baik RTSM tipe efektivitas rendah maupun tinggi, jika memiliki sisa dana PKH maka uang itu digunakan untuk kebutuhan pangan rumah tangga. Hal ini karena, RTSM responden merupakan rumah tangga yang memang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Sebagaimana yang diungkapkan oleh RTSM 10, BM (53 tahun): Emang enggak bisa semua keperluannya anak-anak kebantu sama PKH. Tapi, ya Ibu sama bapak sih maklum. Kan katanya duit pemerintah juga enggak banyak ya Neng? Belum bisa menuhin semua kebutuhan penduduknya, gitu. (Tertawa). Tapi, ya Alhamdulillah kebantu sama PKH. Alhamdulillah. Hari gini siapa sih yang mau ngasih uang gratis?? Yaaaaa, kalau ada sisa uang sih, yang dari PKH maksudnya, ya dipake nya buat makan. Aduh Neng, gimana mau yang lain-lain?? Buat makan sama sekolah anak aja susah. Jadi, ya dua itu dulu aja yang kita utamain mah. Berdasarkan pernyataan BM ini, terlihat bahwa dana bantuan PKH benarbenar membantu RTSM responden dalam memenuhi kebutuhan kesehatan dan pendidikan. Banyaknya kebutuhan dan harga yang mahal mengakibatkan tidak semua kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan mengandalkan bantuan PKH. Namun, seluruh RTSM responden merasa bahwa dana PKH membantu

11 meringankan setengah beban rumah tangga sangat miskin. Rumah tangga responden cenderung patuh dalam penggunaan dana PKH, karena para orang tua ingin anak-anak bisa menikmati manfaat kesehatan dan pendidikan. Pemanfaatan sisa dana PKH cenderung ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga. Bukan karena RTSM responden tidak peduli terhadap keperluan kesehatan dan pendidikan, tapi rumah tangga tersebut memang selama ini sulit untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Tabel 7 di bawah ini memperlihatkan bagaimana penyebaran jumlah rumah tangga responden menurut tipe pengambilan keputusan untuk alokasi dana PKH dan efektivitas manfaat PKH. Tabel 7. Distribusi RTSM Responden Berdasarkan Tipe Pengambilan Keputusan Alokasi Dana PKH dan Efektivitas Manfaat PKH Efektivitas Manfaat PKH Dominasi oleh Isteri Setara Semua Tipe Pengambilan Keputusan Rendah 6 (26,09) 1 (16,67) 7 (24,14) Tinggi (73,91) (83,33) 23 6 (100) (100) Keterangan: angka di dalam kurung menunjukkan persentase (%). (75,86) 29 (100) Jumlah RTSM responden memperlihatkan distribusi sebagai berikut: 1. Pada tipe efektivitas manfaat PKH yang tinggi, penyebaran terbesar jumlah RTSM responden berada dijenis kategori pengambilan keputusan seputar alokasi dana PKH yang setara, yaitu sekitar 83 persen rumah tangga. 2. Untuk tipe efektivitas manfaat PKH yang rendah, penyebaran terbesar jumlah RTSM responden berada dijenis kategori pengambilan keputusan terkait alokasi dana PKH yang didominasi oleh isteri, yaitu sekitar 26 persen rumah tangga.

12 6.3 Analisis Faktor Pengaruh pada Tipe Pengambilan Keputusan RTSM Responden untuk Alokasi Dana PKH Dalam penelitian ini, ada dua faktor yang diasumsikan mempengaruhi tipe pengambilan keputusan RTSM untuk alokasi dana PKH. Faktor-faktor tersebut berupa (1) rasio tingkat pendidikan dan (2) status bekerja suami isteri Rasio Tingkat Pendidikan Suami Isteri Studi Analisis Gender dalam PKH di Kelurahan Balumbang Jaya ini menunjukkan bahwa rasio tingkat pendidikan suami isteri mempengaruhi tipe pengambilan keputusan RTSM untuk alokasi dana PKH. Pada rumah tangga dengan tipe rasio tingkat pendidikan salah satu pihak lebih tinggi, cenderung ada kesetaraan dalam kontrol RTSM responden terhadap penggunaan dana PKH. Namun, pada RTSM yang memiliki tipe rasio tingkat pendidikan suami dan isteri sama-sama rendah, cenderung terdapat dominasi oleh isteri dalam kontrol RTSM terhadap alokasi dana PKH. Dalam hal ini, di lokasi penelitian tidak ditemukan RTSM responden yang memiliki tingkat pendidikan sama-sama tinggi antara suami dan isteri. Adapun pada RTSM responden dengan tipe rasio tingkat pendidikan salah satu pihak lebih tinggi (isteri tidak sama dengan suami/sd SMP, SD SMA, dan SMP SD), pengambilan keputusan cenderung setara. Kondisi ini menunjukkan isteri dan suami sama-sama berperan dalam mengatur alokasi dana PKH serta tidak ada salah satu pihak yang berpengaruh paling besar. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi mengakibatkan cara berpikir RTSM responden berubah, yakni cenderung memahami kesetaraan. Walaupun tidak secara tersurat menyebutkan kesetaraan, berbagai alasan rumah tangga responden menunjukkan adanya kesadaran untuk menjunjung kebebasan suami isteri dalam membuat keputusan seputar alokasi dana PKH. Secara ringkas, alasan mengapa RTSM responden membuat keputusan secara bersama-sama adalah (1) ingin saling menghargai, (2) menghindari tindakan boros, (3) menghormati hak anak, serta (4) adanya opini bahwa antara suami dengan isteri memang harus ada keterbukaan dan kata sepakat bersama. Berbagai alasan ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan salah satu pihak

13 yang lebih tinggi telah mengakibatkan pemikiran RTSM responden tersebut lebih terbuka untuk memahami pentingnya saling menghargai, keterbukaan, dan bertukar pikiran. Isteri memang dianggap lebih telaten mengatur uang. Namun, suami juga dianggap sebagai orang tua si Anak, yang berhak untuk mengambil keputusan dalam hal bagaimana penggunaan dana PKH. Berkenaan dengan hal ini, RTSM responden nomor 28 (dua puluh delapan), BS (SD) dan PS (SMA) mengungkapkan: (BS) Berdua, Neng. Sebelum beli kan ngomong-ngomong dulu. Baru sepakatnya gimana, jadi sama-sama setuju dari awal. Disepakati supaya enggak boros, sepakat beli yang murah ajah. (PS) (Tertawa), si Eneng bisa ajah! Alhamdulillah enggak ada. Karna sama-sama mau saling ngobrol, terbuka, setujunya apah, jadi enggak rahasia-rahasiaan. Enggak ada yang mau menang sendiri. (Tertawa). Masih terkait dengan rasio tingkat pendidikan salah satu pihak lebih tinggi dan tipe pengambilan keputusan seputar alokasi dana bantuan PKH yang setara, RTSM responden lainnya memberikan keterangan. Di bawah ini merupakan penuturan rumah tangga nomor 15 (lima belas): Kayak tadi, rembukan bareng, Neng. Emang sih, biasanya urusan duit sama rumah sama anak jadi urusannya ibu-ibu. Tapi, Bapak mah enggak mau, enggak setuju ajah. Apa ya?? Iyyaaa, Bapak juga kan orang tuanya anak-anak. Ya kan anak punya kita berdua, suami isteri maksudnya, jadi ya segalanya ditanggung bareng. Emang seharusnya gitu sih yang namanya rumah tangga, apa-apa bareng. Kecuali urusan dapur, itu mah biarin isteri aja. Emmm, kayaknya lebih pantes gitu masak-masak kalau isteri mah. Tapi, yang lainnya, ya kita bareng. Emang PKH pas di kantor pos, ya yang ngambil, si Ibu. Tapi, ngeiniinnya, ngaturnya, ya kita bareng. Kadang urusan duit bisa jadi masalah, mau dibeliin apa, lagi butuh apa enggak barang itu. Kalau bareng ngaturnya, ya kan jadi lebih enak. Kalau si Ibu bingung, nanya ke Bapak. Kalau Bapak bingung, nanya ke Ibu. Jadi, enak kalau barengbareng. Kalau gimana-gimana kan enggak saling nyalahin juga. Yaaa, kan ditanggung bareng. (PS, tamatan SMA) Pada jawaban PS, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan suami yang tinggi mengakibatkan kepedulian terhadap segala urusan rumah tangga termasuk bagaimana pengalokasian dana bantuan PKH. PS tidak setuju, kecuali

14 dalam hal pangan, akan dominasi isteri terhadap segala urusan dan keputusan rumah tangga. Menurut PS, suami isteri sama-sama merupakan bagian dari rumah tangga sehingga semua keputusan rumah tangga harus dibuat dan dipertanggungjawabkan bersama. Selain itu, PS beranggapan bahwa diri beliau juga merupakan orang tua dari si Anak sehingga berhak pula untuk mengatur alokasi dana PKH. Kondisi pada RTSM responden nomor 28 dan 15 tersebut memperlihatkan bahwa jenjang pendidikan sekolah formal yang tinggi telah membuka pemahaman suami akan kesetaraan gender. Hanya perempuan yang pantas atau mampu mengatur uang dan rumah tangga merupakan peran yang dibentuk oleh sosial budaya. Tugas seperti ini bukan suatu kodrat (pemberian Tuhan yang tidak bisa dirubah atau dihilangkan) yang melekat dalam diri kaum perempuan. Sementara itu, rasio tingkat pendidikan suami isteri yang sama-sama rendah (SD) mengakibatkan pengambilan keputusan RTSM untuk alokasi dana PKH cenderung didominasi oleh isteri. Dominasi isteri terhadap alokasi dana PKH merupakan situasi dimana suami dan isteri sama-sama mengontrol/mengatur/memiliki kekuasaan dalam penggunaan bantuan, tapi sebagian besar power berada ditangan isteri. Dapat pula dikatakan bahwa isteri memiliki pengaruh paling besar dalam segala keputusan yang berkaitan dengan alokasi dana PKH. Rumah tangga responden tersebut tidak paham bahwa laki-laki dan perempuan sebenarnya bebas membuat berbagai pilihan termasuk terhadap alokasi dana PKH. Jenjang pendidikan yang rendah mengakibatkan suami isteri cenderung patuh kepada berbagai sifat dan peran laki-laki serta perempuan yang dibentuk secara sosial dan budaya. Suami isteri mengikuti aturan masyarakat yang menganggap seorang perempuan lebih pantas, mampu, dan telaten (cermat) dalam mengatur uang (termasuk dana PKH), merawat anak, serta mengurus suami dan rumah tangga daripada kaum laki-laki. Selain itu, PKH yang menyebutkan peserta PKH adalah kaum isteri telah menimbulkan anggapan bahwa isteri memiliki hak sepenuhnya terhadap dana program. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan RTSM responden cenderung tidak peka akan pentingnya kesetaraan gender yang

15 sebenarnya harus diterapkan mulai dari lingkungan terkecil, yaitu rumah tangga. Berkenaan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan tipe pengambilan keputusan untuk alokasi dana PKH yang cenderung didominasi oleh isteri, salah satu RTSM responden menuturkan: Ibu, Neng. Apa-apa mah Ibu dari dulu. Kan Ibu istri, kata si Bapak juga gitu. Jadi, urusan sekolah anak-anak, keperluan sehari-hari mereka, apalagi urusan dapur, ya Ibu semua dari dulu. Dari awal pas udah jadi suami istri mah gitu, Neng. (RTSM 13: BH; 54 tahun) Berdasarkan penuturan RTSM responden nomor 13 (tiga belas) tersebut, terlihat bahwa isteri harus mengurus keperluan sekolah anak (pendaftaran, pembelian seragam dan alat tulis, pembayaran uang bulanan/spp), kebutuhan anak sehari-hari (makan, uang saku), dan pangan rumah tangga (uang belanja, bahan makanan yang harus dibeli, memasak). Menurut suami, isteri harus mengurus anak, suami, dan rumah tangga, karena hal ini memang tugas seorang perempuan. Isteri pun menyetujui peran tersebut. Sementara itu, RTSM responden lain memberikan keterangan: Iya, Ibu. Kan sama PKH-nya disuruhnya juga gitu. [ ]. (RTSM 7: BM; 46 tahun) Berkaitan dengan keterangan BM, PKH sebenarnya tidak menyebutkan siapa (suami atau isteri) yang harus menyimpan dan mengatur alokasi dana bantuan. Program ini hanya menyebutkan bahwa isteri merupakan penerima bantuan dengan harapan dana akan benar-benar digunakan untuk keperluan kesehatan (ibu, bayi, dan balita) serta pendidikan (SD dan SMP). Artinya, uang bantuan PKH diberikan kepada kaum isteri dari setiap RTSM yang terpilih sebagai peserta. Jika isteri tidak ada (meninggal dunia, bekerja dan tidak tinggal di rumah, bercerai serta anak diasuh oleh suami), dana akan diserahkan kepada wanita dewasa (tujuh belas tahun dan memiliki Kartu Tanda Penduduk/KTP) dalam RTSM peserta. Apabila wanita dewasa pun tidak ada maka bantuan akan diberikan kepada suami atau anak yang bersangkutan.

16 Menurut penulis, Program Keluarga Harapan (PKH) secara implisit dipengaruhi oleh pemikiran feminisme liberal, karena tidak melihat kemungkinan adanya hubungan antara aspek kekuasaan dengan kepatuhan sosial serta mengabaikan faktor paksaan dan konflik dari segala bentuk kekuasaan. Pemerintah, melalui PKH, menyiapkan kaum perempuan agar bisa bersaing dalam dunia yang penuh dengan persaingan bebas. Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan implementasi pendekatan WID, oleh karena mengintegrasikan perempuan ke dalam program yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga, seperti pendidikan dan kesehatan. Program ini tidak mempersoalkan pola relasi antara perempuan dengan laki-laki, karena yang terpenting adalah membawa (melibatkan) perempuan ke dalam program pembangunan guna meningkatkan status perempuan. Program yang dicanangkan oleh pemerintah pada umumnya dianggap hanya menyentuh kaum laki-laki. Pelibatan isteri sebagai peserta PKH dimaksudkan untuk memberikan keadilan perlakuan bagi perempuan. Isteri dianggap memiliki kewajiban dan hak untuk terlibat dalam pembangunan, salah satunya, melalui ranah kesehatan serta pendidikan (Pedoman Operasional Kelembagaan PKH, 2008). Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penyebaran jumlah RTSM responden menurut rasio tingkat pendidikan suami isteri dan tipe pengambilan keputusan mengenai penggunaan dana bantuan PKH. Tabel 8. Distribusi RTSM Responden Berdasarkan Rasio Tingkat Pendidikan Suami Isteri dan Tipe Pengambilan Keputusan Alokasi Dana PKH Tipe Pengambilan Keputusan Tingkat Pendidikan Isteri Tingkat Pendidikan Salah Satu Pihak Semua Rasio Tingkat Pendidikan = Suami Lebih Tinggi Dominasi oleh Isteri 20 (86,96) 3 (50) 23 (79,31) Setara (13,04) (50) 23 6 (100) (100) Keterangan: angka di dalam kurung menunjukkan persentase (%). (20,69) 29 (100)

17 Penyebaran jumlah RTSM responden berdasarkan rasio tingkat pendidikan suami isteri dan tipe pengambilan keputusan untuk alokasi dana PKH memperlihatkan kondisi: 1. Kesetaraan dalam pengambilan keputusan untuk alokasi dana PKH sebagian besar terjadi pada RTSM responden dengan tipe rasio tingkat pendidikan salah satu pihak lebih tinggi (isteri tidak sama dengan suami/sd SMP, SD SMA, dan SMP SD). Jumlah RTSM responden yang memiliki rasio jenjang pendidikan dan tipe pengambilan keputusan seperti ini, yaitu lebih kurang 50 persen. 2. Dominasi oleh isteri sebagian besar terjadi pada RTSM dengan tipe rasio jenjang pendidikan isteri dan suami sama-sama rendah (SD), yakni sekitar 86 persen RTSM responden Status Bekerja Suami Isteri Pada penelitian ini, status bekerja ternyata mempengaruhi tipe pengambilan keputusan RTSM untuk alokasi dana PKH. Pada RTSM dengan tipe suami isteri sama-sama berkontribusi dalam rumah tangga, yang dilihat dari status bekerja, cenderung terjadi kesetaraan untuk pengambilan keputusan RTSM terkait alokasi dana PKH. Sementara itu, pada RTSM responden yang memiliki tipe salah satu pihak yang berkontribusi dalam rumah tangga, yang dilihat dari status bekerja, pengambilan keputusan untuk alokasi dana PKH cenderung didominasi oleh isteri. Pada RTSM responden yang memiliki tipe suami isteri sama-sama berkontribusi dalam rumah tangga, kesetaraan dalam kontrol terhadap alokasi dana PKH terjadi karena keduanya merasa sebagai pencari nafkah sehingga samasama berhak untuk menentukan pilihan yang berkenaan dengan alokasi bantuan PKH. Selain itu, RTSM responden beranggapan bahwa pasangan suami isteri memang harus selalu bersama-sama dalam setiap keputusan rumah tangga. Kecuali untuk urusan pangan (bahan makanan yang harus dibeli dan dimasak, jumlah uang belanja, kegiatan memasak), hal ini mutlak merupakan tanggung jawab isteri saja. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu RTSM responden, yaitu:

18 Emang sih duit PKH ngebantu banget kita yang orang miskin. Tapi, enggak semuanya keperluan sekolah anak bisa kebeli. Ya kan harga makin mahal, kebutuhannya juga makin banyak. Karna kita berdua kerja, jadi duit gajinya digabung, gitu. Tapi, yang PKH dipake dulu buat keperluan anak sekolah. Kalau kurang, ya ngambil dari duitnya Ibu sama bapak. Tapi, sama-sama tau buat apanya aja. Enggak pernah kita mah sendiri. Sebelum nikah, kita kan emang maunya apaapa bareng. Kalau nanti punya duit, enggak punya duit, kalo nanti punya anak gimana, mau beli apa aja, pokoknya apa pun bareng. Tapi, kalau urusan makanan sama belanja ke pasar sama masaknya di dapur, yaaa itu Ibu aja! (Tertawa). Lagian, ya kan enggak ada yang lebih hebat. Kan ini mah suami isteri. Jadi, ya emang harus rukun. Sama-sama kita mah dari SD ajah. Enggak ada Ibu lebih pinter ngatur duitnya, bapak lebih pinter, enggak ada gitu-gitu. Sama-sama oon, jadi ya ngatur bareng supaya enggak repot. Duit kan emang suka bikin pusing! (Tertawa). Bapak juga ngatur yang PKH tea. Kan dia juga ngasih duit ke Ibu kalau pas ada kerjaan. Tapi, kalau Ibu ada duit, enggak ngasih ke bapak! (Tertawa). Ya udah, Ibu yang megang semuanya. Tapi, keluarnya buat apa, ya ngeiniinnya bareng. Apa aja buat anak sekolah, bukunya gimana, seragamnya, jajannya, ya gitu lah. (RTSM 6: BR; 39 tahun) Masih tentang kesetaraan, RTSM responden lainnya beranggapan bahwa karena suami isteri sama-sama bekerja maka keduanya berhak untuk mengambil setiap keputusan rumah tangga, kecuali dalam hal pangan, termasuk yang berkaitan dengan alokasi bantuan PKH. Selain itu, menurut RTSM responden, apa pun keputusan dalam rumah tangga mutlak sebagai tanggung jawab pasangan suami isteri. Apalagi dana PKH memang ditujukan untuk keperluan kesehatan dan pendidikan anak dimana anak sendiri merupakan milik kedua orang tua. Hal ini berarti bahwa suami isteri harus mau dan mampu mengatur alokasi bantuan tersebut agar anak benar-benar merasakan manfaat kesehatan serta pendidikan. Ada pula ketakutan RTSM akan terjadinya ketidakefektivan manfaat PKH, jika suami isteri tidak bertukar pikiran dan mencapai kata sepakat bersama. Terkait dengan kondisi suami isteri sama-sama berkontribusi dalam rumah tangga dan tipe pengambilan keputusan untuk alokasi dana PKH yang setara, RTSM responden berikut ini menuturkan:

19 Kalau bapak mah terserah aja ya Pak, Ibu kerja atau enggak? (Tertawa). Yang penting kan anak-anak keurus. Tapi, Ibunya emang mau kerja. Ngebantu suami cari duit. Dua-duanya kerja ajah kan masih susah. Gimana kalau cuma bapak?? Bapak kan kalau ada panggilan ngeburuh, baru kerja. Seriiiiiing banget ya Pak, Bapak nyari. Tapi, ya itu Neng. Kalau emang lagi enggak ada, ya mau gimana?? Enaknya sama-sama kerja sih, ya makin nambah duit buat keperluan rumah tangga. Ibu juga, kalau mau beli bedak, enggak minta-minta sama suami kan?! (Tertawa). Ya kalau barengan kerja, kan enggak ada yang paling ngerasa gimanaaaaaa gitu! Kayak yang disentron-sinetron itu, Neng. Kalau suami aja yang kerja, kayaknya belagu banget. Bisa semena-mena sama isteri. Tapi, kalau isterinya juga kerja, apalagi gajinya lebih gede (tertawa), enggak bisa macem-macem suaminya. Tapi, Alhamdulillah keluarga Ibu enggak gimana-gimanaaa gitu. Ya iya gaji Ibu lebih gede, tapi Ibu mah enggak nginjek-nginjek suami. Kan kalau bapak ada duit habis kerja, ngasih juga ke Ibu. Berarti, bapak juga kan tanggung jawab ke keluarga. Makanya, kita sih sama-sama aja. Duitnya mau dipakai buat apa, yang PKH dikeluarinnya buat apa aja, cari yang harga berapa kira-kira buat keperluan anak sekolah, keperluan di rumah juga, ya sama-sama tau. Sama-sama nentuin berapa, apa aja, gimanagimananya. Lagian, ngeri salah kalau sendirian aja. Kita kan butuh temen saling tanya, ngasih saran. Emang yang PKH sih, yang ngambil mah Ibu di kantor POS. Tapi, yang namanya Ibu sama bapak kan samasama orang tuanya anak. Ya buat dia, sekolahnya, si Adeknya juga, ya sama-sama Ibu sama bapak ngaturnya. Lebih bagusan gitu kayaknya, jadi sama-sama tau. Namanya berumah tangga, ya tanggung jawab bersama suami dan isteri. Palingan itu aja sih Neng, kalau udah urusan masak. Nah, itu baru bapak enggak ikut-ikutan. Ya kayaknya, kalau yang begituan mah, Ibu aja. (Tertawa). (RTSM 22: BS; 38 tahun) Sementara itu, pada RTSM responden dengan tipe salah satu pihak yang berkontribusi dalam rumah tangga (isteri tidak bekerja suami bekerja dan isteri bekerja suami tidak bekerja), alasan mengapa pengambilan keputusan terhadap alokasi dana PKH didominasi oleh isteri adalah suami tidak berperan sebagai pencari nafkah sehingga tidak mengedepankan ego untuk mengatur penggunaan bantuan tersebut. Selain itu, ada nilai budaya dimana isteri dianggap lebih telaten mengatur uang (termasuk dana PKH), merawat anak, serta mengurus suami dan rumah tangga. Di bawah ini merupakan penuturan beberapa RTSM responden mengenai dominasi isteri pada pengambilan keputusan terhadap alokasi dana bantuan PKH:

20 Bapak nurut aja ya, Pak? Mungkin karena enggak kerja, makanya enggak berani nuntut! (Tertawa). PKH mah lebih banyak Ibu yang nentuin buat apa-apanya aja. (RTSM 25: BA; 42 tahun; isteri bekerja suami tidak bekerja) Yang PKH mah, biarin aja urusan si Ibu. (Tertawa). Ya kan istri emang kayak gitu mestinya. Ngurus uang, keperluannya anak, ngurus rumah, sama ngurus saya suaminya! (Tertawa). Apa aja lah. Mau PKH atau duit-duit yang lain, urusan rumah, ya semuanya ibu aja. Kan, emmmm apa ya?? Apa sih?? Emmm, ya pokoknya ibu-ibu emang udah dari sananya harus gitu. Ya saya sih tau berapa dapet PKH-nya, buat apa aja, saya juga ngasih ke Ibu kan kalau dapet duit dari kerjaan. Tapi, enggak seriweh ibu-ibu, gitu maksudnya. Ya karna kan, suami mah enggak diharusin kayak gitu. Pokoknya udah aja, kerjaan istri lah ngurus uang, suami, anak, rumah, beberes, gitu-gitu lah pokoknya. (Tertawa). (RTSM 9: PA; 36 tahun; isteri tidak bekerja suami bekerja) Ibu juga atuh. Bapak Alhamdulillah enggak pernah enggak ngasih pas dulu ada kerja. Sekarang juga, walaupun enggak kerja gini, enggak pernah ngatur-ngatur duit harus dipegang siapa, buat apa aja, berapa harganya. Ya kan ibu-ibu mah emang kerjaannya gini, ngurus duit, anak, suami. Laki-laki kan enggak mau repot sama yang ginian, emang kerjaannya perempuan ini mah. [ ]. (RTSM 2: BE; 44 tahun; isteri bekerja suami tidak bekerja) Tingkat pendidikan suami isteri responden yang cenderung rendah mengakibatkan belum terbukanya pemikiran RTSM akan pentingnya kesetaraan gender. Rumah tangga responden cenderung melanggengkan peran yang dibentuk oleh lingkungan sosial budaya, yang membagi tugas berbeda untuk kaum lakilaki dan perempuan. Urusan rumah tangga, yaitu merawat anak, mengurus suami dan rumah, mengatur uang (termasuk dana PKH), serta mengambil keputusan berkenaan dengan pangan rumah tangga, semuanya dianggap sebagai tanggung jawab kaum isteri. Selain karena bukan kodrat laki-laki untuk melakukan berbagai peran tersebut, kegiatan suami dalam mencari nafkah dianggap sebagai tanggung jawab yang berat. Hal ini turut mendukung alasan mengapa kaum laki-laki tidak perlu terlalu dilibatkan pada tugas merawat anak, mengurus rumah, mengatur uang (termasuk dana PKH), dan mengambil keputusan mengenai pangan rumah tangga.

21 Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan penyebaran jumlah RTSM responden menurut status bekerja suami isteri dan tipe pengambilan keputusan untuk alokasi dana PKH. Tabel 9. Distribusi RTSM Responden Berdasarkan Status Bekerja Suami Isteri dan Tipe Pengambilan Keputusan Alokasi Dana PKH Tipe Pengambilan Salah Satu Pihak Berkontribusi Keduanya Berkontribusi Semua Status Bekerja Keputusan Dominasi oleh Isteri 16 (100) 7 (53,85) 23 (79,31) Setara (0) (46,15) (100) (100) Keterangan: angka di dalam kurung menunjukkan persentase (%). (20,69) 29 (100) Penyebaran jumlah RTSM responden berdasarkan kontribusi dalam rumah tangga (yang dilihat dari status bekerja) dan tipe pengambilan keputusan untuk alokasi dana bantuan PKH memperlihatkan kondisi: 1. Kesetaraan dalam pengambilan keputusan untuk alokasi dana PKH sebagian besar terjadi pada RTSM responden yang memiliki tipe suami isteri samasama berkontribusi dalam rumah tangga. Ada sekitar 46 persen RTSM dengan tipe status bekerja dan pengambilan keputusan seperti ini. 2. Dominasi oleh isteri sebagian besar terjadi pada RTSM dengan tipe salah satu pihak yang berkontribusi dalam rumah tangga, yakni 100 persen RTSM responden. Terkait dengan penelitian ini, merujuk kepada teori pengambilan keputusan (Pudjiwati, 1985), disebutkan bahwa berbagai aspek berupa pendidikan (formal dan informal), pengalaman, keterampilan, serta kekayaan (tanah, ternak, rumah, dan sebagainya) merupakan sumberdaya pribadi. Personal resources yang berbeda antara perempuan dengan laki-laki akan membentuk apa yang disebut sebagai keluarga dan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap hubungan suami isteri. Penelitian Analisis Gender dalam PKH di Kelurahan Balumbang Jaya ini memiliki kesamaan dengan hasil penelitian Amiruddin dan Muhammad Syukur (2006) dimana tingkat pendidikan dan kontribusi ekonomi dalam rumah

22 tangga (yang dilihat dari status bekerja) ternyata mempengaruhi relasi gender antara suami isteri. Hanya sedikit perbedaan yang terdapat antara penelitian Analisis Gender dalam PKH ini dengan riset Amiruddin dan Muhammad Syukur (2006). Pada riset Analisis Gender dalam PKH, ditemukan hasil bahwa pada rumah tangga dengan tipe rasio tingkat pendidikan salah satu pihak lebih tinggi, cenderung ada kesetaraan dalam kontrol RTSM responden terhadap penggunaan dana PKH. Namun, pada RTSM yang memiliki tipe rasio tingkat pendidikan suami dan isteri sama-sama rendah, cenderung terdapat dominasi oleh isteri dalam kontrol RTSM terhadap alokasi dana PKH. Adapun untuk variabel status bekerja, pada RTSM dengan tipe suami isteri sama-sama berkontribusi dalam rumah tangga, yang dilihat dari status bekerja, cenderung terjadi kesetaraan untuk pengambilan keputusan RTSM terkait alokasi dana PKH. Sementara itu, pada RTSM responden yang memiliki tipe salah satu pihak yang berkontribusi dalam rumah tangga, yang dilihat dari status bekerja, pengambilan keputusan untuk alokasi dana PKH cenderung didominasi oleh isteri. Adapun dalam riset Amiruddin dan Muhammad Syukur (2006), menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan ketergantungan ekonomi yang lebih rendah dari pasangannya mengakibatkan salah satu pihak cenderung mendominasi pengambilan keputusan rumah tangga. Sementara itu, hasil penelitian terkait proses pengambilan keputusan rumah tangga (Pudjiwati, 1985) juga menunjukkan adanya pengaruh antara tingkat pendidikan dengan pengambilan keputusan. Dari beberapa kasus di kedua desa penelitian, Desa A di Sukabumi dan Desa B di Sumedang, terlihat bahwa sumberdaya pribadi perempuan dan laki-laki dalam pernikahan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hubungan suami isteri. Sebagai contoh, Ibu X berumur 35 tahun, berasal dari keluarga petani, memiliki pendidikan sampai dengan kelas IV SD. Setelah menikah kurang lebih 12 tahun dengan seseorang dari Angkatan Bersenjata dan selama itu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain (mengikuti tugas suami), Ibu X akhirnya bercerai. Hal ini karena, Ibu X tidak sanggup dengan kebiasaan suami yang menikah lagi. Ibu X mengorbankan jaminan relatif dari gaji suami dan kembali ke desa. Tidak lama kemudian, Ibu X

23 menikah dengan Bapak O yang merupakan teman SD dan ternyata tidak tamat sekolah. Setelah menikah, hubungan antara Ibu X dengan Bapak O dapat dikatakan agak setara (bersama-sama mengelola usaha tani). Dengan persetujuan suami, sebagian dari hasil tanah dibelikan perhiasan sebagai tabungan, jika kekurangan biaya untuk mengolah tanah. Untuk keperluan pembelian alat-alat pacul dan lainlain, tanpa berunding, suami memiliki wewenang untuk langsung membelinya. Dalam hal makanan atau konsumsi selain hasil sendiri, memerlukan beberapa hal yang harus dibeli. Isteri memiliki wewenang melakukannya tanpa berunding (berupa ikan asin, ikan basah, telur, kopi, gula, dan sebagainya). Ibu X selanjutnya mempengaruhi suami untuk melakukan perbaikan (pembaharuan) baik dalam lingkungan rumah maupun usaha tani (memakai pupuk, obat, memelihara bebek, kelinci, dan sebagainya). Dengan persetujuan isteri, Bapak O menggunakan sebagian hasil tanahnya untuk berjualan beras di pasar dengan cara membeli padi lalu digilingkan ke pabrik penggilingan (huller) yang ada di desa. Pada suatu saat, usaha itu menemui kegagalan. Bapak O memutuskan untuk menjual tanah sebagai modal. Tapi, Ibu X tidak setuju karena tanah merupakan tumpuan harapan keluarga. Tanpa memberitahukan suami, Ibu X memutuskan untuk pergi ke luar desa mengunjungi anaknya serta membawa kitir tanah milik keluarga yang dibutuhkan oleh suami. Dengan demikian, jual beli tidak terlaksana karena tidak ada kitirnya. Berdasarkan kasus tersebut, tampak nyata bahwa sangat penting pengaruh pendidikan formal dan pengalaman baik yang diperoleh dari pernikahan terdahulu maupun pengetahuan dalam kehidupan di luar desa dari Ibu X sebagai isteri. Pendidikan formal Ibu X memang lebih rendah dari suami, tapi pengalaman telah memperkaya pribadi Ibu X. Kondisi ini mengakibatkan hubungan suami isteri cenderung ada saling pengaruh mempengaruhi (ketergantungan). Namun, pada saat tertentu, Ibu X mampu mengambil keputusan yang bersifat menyelamatkan kondisi keluarga. Kesetaraan dalam pengambilan keputusan pada RTSM responden dengan tipe rasio tingkat pendidikan isteri yang lebih rendah dari suami ini senada dengan hasil riset Analisis Gender dalam PKH di Kelurahan Balumbang Jaya.

24 6.4 Analisis Kualitatif Terhadap Efektivitas Manfaat PKH RTSM Responden di Kelurahan Balumbang Jaya Selain faktor tipe pengambilan keputusan RTSM untuk alokasi dana PKH, efektivitas manfaat PKH juga dipengaruhi oleh tiga hal lain. Faktor-faktor tersebut, yaitu (1) peran (tugas dan kegiatan) pendamping, (2) ketersediaan fasilitas/pelayanan kesehatan, serta (3) ketersediaan fasilitas/pelayanan pendidikan Peran Pendamping Semua RTSM responden mengungkapkan bahwa kedua pendamping di Kelurahan Balumbang Jaya selalu mengingatkan rumah tangga responden tentang hak dan kewajiban peserta PKH. Hal ini sangat membantu RTSM responden dalam berperilaku yang terkait dengan alokasi dana bantuan PKH. Dengan kata lain, bantuan PKH memang digunakan oleh RTSM responden untuk keperluan kesehatan dan pendidikan. Kebutuhan kesehatan di sini merupakan keperluan kesehatan bagi bayi/balita serta ibu hamil/melahirkan/yang sedang dalam masa nifas. Sementara itu, kebutuhan pendidikan mencakup manfaat pendidikan yang harus didapatkan oleh anak usia sekolah (6 hingga 18 tahun, namun belum menyelesaikan sekolah/wajib belajar 9 tahun). Para pendamping PKH memiliki tiga peran utama yang berupa tugas (1) persiapan program, (2) rutin, dan (3) persiapan sebelum pencairan dana. Dalam Buku Kerja Pendamping (2008), disebutkan bahwa ketiga peran tersebut berupa: (1) Tugas-tugas persiapan program, yaitu: 1. Menyelenggarakan pertemuan awal dengan seluruh peserta PKH; menginformasikan program kepada RTSM peserta PKH dan masyarakat umum. 2. Membagi peserta ke dalam kelompok yang terdiri atas dua puluh hingga dua puluh lima orang untuk mempermudah tugas pendampingan. 3. Memfasilitasi pemilihan ketua kelompok peserta PKH. 4. Membantu peserta dalam mengisi Formulir Klarifikasi Data dan menandatangani Surat Persetujuan serta mengirimkan formulir itu ke UPPKH kabupaten/kota.

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BALUMBANG JAYA

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BALUMBANG JAYA BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BALUMBANG JAYA 4.1 Keadaan Umum Kelurahan Balumbang Jaya Dalam subbab ini, dipaparkan tiga kelompok karakteristik Kelurahan Balumbang Jaya. Karakteristik tersebut dilihat

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA 5.1 Kelembagaan PKH Pemilihan rumah tangga untuk menjadi peserta PKH dilakukan berdasarkan kriteria BPS. Ada 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin

Lebih terperinci

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG Rumahtangga di Indonesia terbagi ke dalam dua tipe, yaitu rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM

BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM 34 BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM 5.1 Perempuan Pekerja Putting Out System Pekerja perempuan yang bekerja dengan POS di Desa Jabon Mekar ada sebanyak 75 orang. Pekerja perempuan

Lebih terperinci

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN Pada bab sebelumnya sudah dipaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKH di Desa Petir, baik itu faktor internal

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA : Hj. Cucu Zainabun Yusuf, S.Pd.,M.Pd : Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mancak 1. Menurut ibu BK itu apa? Jawab: BK itu tempat untuk mengatasi permasalahan dari siswa-siswi,

Lebih terperinci

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan :

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan : PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN GARUT 2009 Informan : Ibu rumah tangga No.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Informan 1 Nama : AD Jenis kelamin : Perempuan Usia : 14 Tahun Pendidikan : SMP Hari/tanggal wawancara : Jum at, 4 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi peran stakeholders dalam penyelenggaraan program agropolitan di Desa Karacak maka semakin

Lebih terperinci

LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN)

LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN) LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN) Inisial Nama : MA Jenis Kelamin : Laki-Laki Umur Pendidikan Pekerjaan : 45 Tahun : SMA : Tidak Ada No. Variabel / Pertanyaan Informan Kemudahan Memperoleh Narkoba 1 Apakah

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI 46 REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI Kesejahteraan Petani Reforma agraria merupakan suatu alat untuk menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, tidak serta merta begitu saja kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 52 BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi Keluarga Pekerjaan dengan POS dianggap sebagai pekerjaan rumah tangga atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan (teknik pengumpulan data) kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui metode survey (Singarimbun,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM PNPM-P2KP

BAB VI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM PNPM-P2KP 64 BAB VI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM PNPM-P2KP 6.1. Keberhasilan Program Berdasarkan Pengembalian Pinjaman Tujuan Program PNPM-P2KP adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan BAB IV ANALISIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SIDOARJO MENGENAI PENOLAKAN GUGATAN NAFKAH MAD{IYAH DALAM PERMOHONAN CERAI TALAK NOMOR : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda A. Analisis Undang-Undang Perkawinan dan

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian agar sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum responden beras organik SAE diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB Tingkat perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB dianalisis dengan

Lebih terperinci

Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah

Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah KRISIS ASISTEN RUMAH TANGGA Bagaimana sih caranya supaya pembantu rumah tangga atau saya lebih suka menyebutnya asisten rumah tangga (ART) bisa betah bekerja? Dua tahun terakhir semenjak saya membuka usaha

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian 1. Subjek S 1Untuk mengetahui kemampuan translasi model representasi dari Real Script menjadi Gambar Statis subjek S 1, maka diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren

BAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren yang menerapkan sistem pendidikan pondok modern (khalafi). Sistem pendidikan pondok pesantren modern

Lebih terperinci

BERITA RESMI. Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Profil Penerima Manfaat BUMI di Sukabumi

BERITA RESMI. Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Profil Penerima Manfaat BUMI di Sukabumi No. 02/02/BR/II/2017, 23 Februari 2017 Profil Penerima Manfaat BUMI di Sukabumi Pada tahun 2012, Sukabumi memulai program zakat produktif yang disebut "Bangkit Usaha Mandiri Sukabumi Berbasis Masjid" (BUMI).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Pada Bab IV ini akan dijelaskan hasil perolehan data di lapangan yang selanjutnya dianalisis untuk memperoleh deskripsi profil berpikir probabilistik siswa dalam menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI 5.1 Strategi Nafkah Petani Petani di Desa Curug melakukan pilihan terhadap strategi nafkah yang berbeda-beda untuk menghidupi keluarganya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN No.155, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Jaminan Sosial. Pensiun. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5715). PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Data Kasar A-1 DATA KASAR SIKAP TERHADAP POLIGAMI A-2 DATA KASAR KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Data Kasar SIKAP TERHADAP POLIGAMI LAMPIRAN A-2 Data Kasar KESADARAN KESETARAAN

Lebih terperinci

BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI

BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI Penerapan gaya kepemimpinan seorang lurah mempengaruhi efektivitas organisasi kelurahan. Berikut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia adalah unik. Hal ini terjadi karena manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang berbeda-beda, baik secara budaya, latar belakang pendidikan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL

BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL 25 BAB IV KARAKTERISTIK PEDAGANG MAKANAN DI SEKTOR INFORMAL Umur dan Tingkat Pendidikan Responden Data primer di lapangan menunjukkan bahwa dari 35 responden pedagang makanan di Jalan Babakan, umur rata-rata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama kehidupan merupakan suatu misi primer dalam program kesehatan masyarakat dunia yang direkomendasikan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pedoman Wawancara dengan Kepala Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pedoman Wawancara dengan Kepala Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI DALAM PENCAPAIAN TARGET UCI DI PUSKESMAS BEROHOL, KECAMATAN BAJENIS, KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2015 A. Pedoman Wawancara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dimuka bumi ini harus senantiasa berusaha dalam mempertahankan hidupnya. Manusia dibekali otak untuk berpikir bagaimana cara mempertahankan hidup

Lebih terperinci

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki BAB V KARAKTERISTIK, TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN RESPONDEN, DAN EKUITAS MEREK 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Calon Peserta

PEDOMAN WAWANCARA. Calon Peserta 90 PEDOMAN WAWANCARA Calon Peserta Demand Masyarakat Menjadi Peserta Mandiri Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Di Kota Medan Tahun 2016 I. Identitas Nama : Umur : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena single mother terus meningkat dan semakin banyak terjadi saat ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika Serikat

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS SISTEM RUJUKAN KIA DI PUSKESMAS PERUMNAS BT.VI PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS SISTEM RUJUKAN KIA DI PUSKESMAS PERUMNAS BT.VI PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015 Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS SISTEM RUJUKAN KIA DI PUSKESMAS PERUMNAS BT.VI PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015 I. Dokter puskesmas Nama : dr. Ernawaty Tarigan Umur : 38 Tahun Pendidikan : Sarjana

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk menggali informasi dari informan adalah : 1. Bisakah ibu menceritakan bagaimana ibu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Soal Tes Tertulis

Lampiran 1. Soal Tes Tertulis LAMPIRAN 38 Lampiran 1. Soal Tes Tertulis 1. Saya pergi ke pasar untuk membeli buku tulis. 1 buah buku tulis harganya Rp 2.000,00. Jika saya membeli 5 buah buku tulis, berapa total harga buku tulis tersebut?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini berada di lereng Gunung Merbabu di ketinggian 1307 meter

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini berada di lereng Gunung Merbabu di ketinggian 1307 meter BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di Dusun Plalar Kulon, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dusun ini berada di lereng

Lebih terperinci

bismillahirrahmanirrahim

bismillahirrahmanirrahim P E N E T AP A N Nomor 0056/Pdt.G/2015/PA.Sit bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat

Lebih terperinci

Syarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim

Syarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim 50-54 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM UPAYA MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN BAGI KELUARGA SANGAT MISKIN (KSM) DI DESA PAYA CUT KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Syarifah Maihani

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terdapat perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dan terdapat perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara pengkonsumsi rokok terbesar di dunia, dan terdapat 1.664 perusahaan rokok (duniaindustri.com, 2015). Menurut penuturan salah

Lebih terperinci

Responden 1. NO Pertanyaan Jawaban 1. Sejak berapa lama ibu berkarier Saya masuknya itu 2005, jadi sudah

Responden 1. NO Pertanyaan Jawaban 1. Sejak berapa lama ibu berkarier Saya masuknya itu 2005, jadi sudah PEDOMAN WAWANCARA 1. Sejak berapa lama ibu berkarier menjadi Pegawai Negeri Sipil? 2. Kenapa memilih menjadi PNS? 3. Bagaimana pandangan ibu mengenai wanita karier? 4. Apakah yang mendasari ibu ingin menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG PENETAPAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Pada bab ini, penulis berusaha menyajikan data-data yang diperoleh dari

BAB III PENYAJIAN DATA. Pada bab ini, penulis berusaha menyajikan data-data yang diperoleh dari BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab ini, penulis berusaha menyajikan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan 15 (lima belas) responden yang terdiri dari 4 unsur sebagai narasumber.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV ini akan dijelaskan hasil perolehan data di lapangan yang selanjutnya dianalisis untuk memperoleh deskripsi profil kemampuan estimasi berhitung siswa ditinjau dari

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan BUKU 4e SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bulan, dimulai sejak pertengahan bulan november 2015 dan berakhir

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bulan, dimulai sejak pertengahan bulan november 2015 dan berakhir 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih selama dua bulan, dimulai sejak pertengahan bulan november 2015 dan berakhir pada awal bulan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah 25-64 tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi

Lebih terperinci

Sambutan dan Dialog Presiden RI - Peresmian Pasar Rakyat Doyo Baru, Jayapura, 30 April 2016 Sabtu, 30 April 2016

Sambutan dan Dialog Presiden RI - Peresmian Pasar Rakyat Doyo Baru, Jayapura, 30 April 2016 Sabtu, 30 April 2016 Sambutan dan Dialog Presiden RI - Peresmian Pasar Rakyat Doyo Baru, Jayapura, 30 April 2016 Sabtu, 30 April 2016 SAMBUTAN DAN DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERESMIAN PASAR RAKYAT DOYO BARU JAYAPURA,

Lebih terperinci

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER BAB V PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER Persepsi mahasiswa peserta Mata Kuliah Gender dan Pembangunan terhadap kesadaran gender yaitu pandangan mahasiswa yang telah mengikuti Mata Kuliah Gender

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 54 BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PAKET C DI PKBM NEGERI 17 5.1 Faktor Individu Sesuai dengan pemaparan pada metodologi, yang menjadi responden pada penelitian ini adalah warga belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hijab merupakan kewajiban bagi wanita umat Islam untuk menutup auratnya. Hijab sendiri kini tidak hanya digunakan oleh perempuan dewasa dan tua saja, akan tetapi sudah

Lebih terperinci

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA Tingkat kesejahteraan dalam CV TKB dianalisis dengan analisis gender. Alat analisis gender

Lebih terperinci

BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA

BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA 66 BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA 6.1 Penguatan Kapasitas Rumah Tangga Penerima PKH Mutu sumberdaya manusia bukan semata-mata ditentukan oleh seberapa kadar pengetahuan,

Lebih terperinci

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar?

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar? Setting: Di suatu hari yang cerah beberapa hari setelah dilakukannya implementasi oleh perawat Evita mengenai senam kaki dan edukasi mengenai terapi diet bagi sekelompok masyarakat yang menderita DM. Maka

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan Tahun 2009 Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat

Lampiran 1. Data Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan Tahun 2009 Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat Lampiran 1. Data Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan Tahun 2009 Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat No No. PKH Nama Pengurus RT RW Alamat Nama Anggota Nama Fasilitas Pendidikan/Kesehatan Alamat

Lebih terperinci

Lampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS)

Lampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS) 131 Lampiran 3 Verbatim Subjek 1 Subjek 1 : Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 ENELITI () SUBJEK1 () Kode Verbatim Koding Hallo.. gimana kerjaannya? 1 Udah. Uda beres. Oke. Anakmu gimana kabarnya?

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( IN DEPTH INTERVIEW ) ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DOTS PLUS PADA PROGRAM PENANGGULANGAN TB MDR DI PUSKESMAS TELADAN TAHUN 06 I. Daftar pertanyaan untuk Staf bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN KEUANGAN KHUSUS DARI GUBERNUR TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN Program penanggulangan kemiskinan, khususnya PKH tidak terlepas dari berbagai faktor yang memperngaruhi jalannya program. Faktor-faktor

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. No. Isu Sub Isu Pertanyaan 1. Apakah anda selalu. Pola Keseimbangan. 2. Apakah anda selalu jujur dalam

PEDOMAN WAWANCARA. No. Isu Sub Isu Pertanyaan 1. Apakah anda selalu. Pola Keseimbangan. 2. Apakah anda selalu jujur dalam 100 PEDOMAN WAWANCARA Nama Suami : Nama Istri : Jumlah Anak : No. Isu Sub Isu Pertanyaan 1. Pola Pola 1. Apakah anda selalu Komunikasi Keseimbangan mendiskusikan segala hal yang Orang Tua (terbuka, jujur

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

IDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh

IDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM MENINGKATKAN TARAF KESEHATAN OLEH UPPKH KECAMATAN DI DESA CILIANG KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN IDA YUNANI DESTIANTI ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Negara dapat dikatakan maju apabila memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Pembangunan sumberdaya manusia sangat penting dan strategis guna menghadapi era persaingan ekonomi

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

Pekerjaan Suami : Bekerja / Tidak Bekerja Pendidikan Anak : SD / SMP Pembantu Rumah Tangga : Punya / Tidak Punya (Lingkari pilihan Anda)

Pekerjaan Suami : Bekerja / Tidak Bekerja Pendidikan Anak : SD / SMP Pembantu Rumah Tangga : Punya / Tidak Punya (Lingkari pilihan Anda) Pekerjaan Suami : Bekerja / Tidak Bekerja Pendidikan Anak : SD / SMP Pembantu Rumah Tangga : Punya / Tidak Punya (Lingkari pilihan Anda) Dengan hormat, Disela-sela kesibukan Anda, perkenankanlah saya mohon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Uraian :... Uraian : Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Uraian :...

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Uraian :... Uraian : Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Uraian :... LAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA A. Latar Belakang Pendidikan 1. Pendidikan terakhir : Cukup 2. Latar belakang pendidikan : Cukup 3. Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Cukup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah dengan metode survai,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

diajukan oleh pihak :

diajukan oleh pihak : ------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan penetapan atas perkara Cerai Talak yang diajukan oleh pihak :-------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci