BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN
|
|
- Veronika Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN Pada bab sebelumnya sudah dipaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKH di Desa Petir, baik itu faktor internal seperti koordinasi perencanaan dan pelaksanaan program PKH, tugas pendamping PKH, dan kriteria yang digunakan untuk menjaring peserta PKH, maupun faktor eksternal seperti kondisi tempat pelaksanaan PKH di Desa Petir dan tingkat pendidikan peserta PKH. Faktor-faktor tersebut akan dihubungkan dengan kinerja PKH di Desa Petir. 6.1 Kemampuan Pendamping dengan Kinerja PKH Faktor internal pertama yang mempengaruhi kinerja PKH yaitu kemampuan pendamping. Kemampuan pendamping dalam hal ini yaitu segala tugas yang harus dilakukan oleh pendamping PKH untuk mensukseskan program PKH, mulai dari tugas persiapan program sampai tugas rutin yang harus dilakukan oleh pendamping. Tabel 31 menunjukkan bahwa kemampuan pendamping memiliki hubungan yang negatif dengan kinerja PKH. Baik kinerja pada taraf rendah, sedang maupun tinggi memiliki kecenderungan persentase kemapuan pendamping PKH yang rendah. Selain itu, persentase tertinggi pada tabel tersebut menunjukkan, bahwa kemampuan pendamping yang rendah memiliki kecenderungan kinerja PKH yang sedang. Tabel 31 Persentase Pendamping PKH Berdasarkan Kinerja PKH dan Kemampuan Pendamping PKH Kemampuan Pendamping PKH (%) Kinerja PKH (%) Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Hal tersebut sesuai dengan temuan di lapangan, tidak semua tugas pendamping dilaksanakan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan. Sebagai contoh untuk tugas perencanaan awal seperti melakukan pertemuan awal dengan
2 63 peserta PKH, menjelaskan maksud dan tujuan dari PKH, pembentukan kelompok PKH dan pemilihan ketua kelompok serta membantu pengisisan formulir klarifikasi data dan penandatanganan surat persetujuan, dilakukan oleh pendamping PKH. Namun untuk pendaftaran anak ke sekolah bagi peserta PKH yang belum mendaftarkan anaknya di sekolah tidak dilakukan oleh pendamping. Pendamping hanya memberitahukan saja kepada peserta PKH untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah tanpa mengkoordinasikan secara langsung ke sekolah tersebut. Terkait kemampuan pendamping tersebut, walaupun tidak dilaksanakan, namun anak peserta PKH yang memiliki usia sekolah sudah terdaftar di sekolah mencapai 76 persen, hal tersebut merujuk Tabel 23 halaman 55. Selain tugas perencanaan awal tersebut, ada pula tugas rutin yang harus dilakukan oleh pendamping PKH, yaitu melakukan pertemuan dengan seluruh peserta PKH setiap enam bulan. Maksud dari pertemuan ini yaitu untuk meresosialisasi program PKH sekaligus sebagai kontrol dan evaluasi dari pelaksanaan PKH yang telah dilakukan. Namun kegiatan pertemuan ini selama PKH berlangsung tidak pernah dilakukan oleh pendamping PKH. Hal ini sesuai dengan pernyataan seluruh peserta PKH, bahwa tidak ada pertemuan kembali yang dilakukan oleh pendamping PKH setelah pertemuan awal dilaksanakan dengan seluruh peserta PKH. Untuk pertemuan dengan ketua kelompok pun yang seharusnya dilaksanakan setiap satu bulan sekali, tidak pernah dilaksanakan. Pertemuan dengan ketua kelompok hanya berlangsung ketika akan ada penurunan dana saja. Hal tersebut sesuai dengan seluruh pernyataan ketua kelompok yang berada di Desa Petir. Tugas pendamping terkait mengunjungi setiap rumah peserta PKH pun tidak dilakukan dengan baik, hanya beberapa peserta PKH saja, khususnya para ketua kelompok. Akibatnya terdapat peserta PKH yang belum pernah dikunjungi langsung ke rumahnya. Lemahnya kontrol dari pendamping PKH tidak terlalu berpengaruh terhadap kehadiran anak peserta PKH yang bersekolah. Berdasarkan Tabel 24 halama 56, anak peserta PKH yang bersekolah yang memiliki persentase minimal 85 persen setiap bulannya mencapai 88 persen. Lemahnya kontrol dari pendamping ini pun tidak terlalu mempengaruhi kunjungan peserta PKH ke
3 64 puskesmas. Tabel 25 halaman 56 menunjukkan bahwa peserta PKH yang berkunjung ke puskesmas untuk memerikasakan kesehatannya khususnya untuk peserta yang memiliki balita mencapai 72 persen. 6.2 Kriteria Peserta PKH dengan Kinerja PKH Faktor internal selanjutnya yang mempengaruhi kinerja PKH yaitu kriteria peserta PKH. Kriteria peserta PKH ini harus dipenuhi oleh seluruh peserta PKH untuk mendapatkan program PKH. Landasan data yang digunakan dalam menjaring peserta PKH adalah data penerima subsidi langsung tunai (SLT) yang diukur melalui 14 kriteria kemiskinan serta memiliki anak usia 0-15 tahun, ibu hamil, atau anak usia tahun yang belum selesai 9 tahun wajib belajar. Berdasarkan Tabel 32 persentase tertinggi berada pada kinerja PKH yang sedang dan memiliki kecenderungan kriteria peserta PKH yang sedang pula. Hubungan diantara kinerja PKH dan kriteria peserta PKH memiliki hubungan yang negatif. Tabel 32 Persentase Peserta PKH Berdasarkan Kinerja PKH dan Kriteria Peserta PKH Kriteria Peserta PKH (%) Kinerja PKH (%) Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Berdasarkan Tabel 18 halaman 52, menunjukkan bahwa peserta PKH terbagi menjadi tiga golongan yaitu, RSTM, RTM, dan non RTM. Pembagian golongan ini berdasarkan 14 kriteria kemiskinan. Semakin banyak kriteria kemiskinan yang dipenuhi semakin miskin keluarga peserta PKH tersebut. Berdasarkan Tabel 18 tersebut, peserta PKH yang tergolong RSTM sebesar 36 persen, peserta PKH yang tergolong RTM sebesar 53 persen, dan 11 persen peserta PKH lainnya merupakan golongan keluarga yang tidak miskin. Berdasarkan 14 kriteria kemiskinan tersebut pun yang digunakan untuk menjaring peserta PKH. Peserta PKH yang berhak terdaftar sebagai peserta PKH apabila dari 14 kriteria kemiskinan tersebut, minimal sembilan diantaranya terpenuhi, serta harus memiliki balita, ibu hamil, ibu nifas, dan atau anak usia
4 65 sekolah. Berdasarkan kriteria tersebut, Tabel 22 halaman 55 menunjukkan, peserta PKH yang yang memenuhi persyaratan tersebut sebesar 57 persen dan 43 persen lainnya tidak memenuhi persyaratan yang diajukan. Banyak peserta PKH yang tidak memenuhi persyaratan dikarenakan ketika pendataan peserta menggunaan data penerima subsidi langsung tunai (SLT) pada program penanggulangan kemiskinan sebelumnya. Penggunaan data penerima SLT dalam menjaring peserta PKH ini dirasa kurang tepat, karena banyak penerima SLT yang tidak tepat sasaran. Seperti yang diungkapkan oleh pihak kesra Desa Petir, Bapak Tni (41 tahun), pendataan dilakukan sama pihak BPS yang menggunakan data penerima SLT, padahal data penerima SLT banyak yang tidak tepat sasarannya 6.3 Koordinasi Perencanaan dan Pelaksanaan Program PKH Faktor internal lainnya yang mempengaruhi kinerja PKH yaitu koordinasi perencanaan dan pelaksanaan program PKH. Koordinasi ini melibatkan banyak pihak, mulai dari tingkat pusat, kabupaten/kota, kecamatan, desa, lembaga pelayan pendidikan dan kesehatan, PT. Pos Indonesia bahkan sampai dengan pihak RT dimana PKH akan dilaksanakan. Pada penelitian ini, hanya akan difokuskan pada koordinasi di tingkat Kecamatan Dramaga, Desa Petir, RT diwilayah Desa Petir, seluruh lembaga pelayanan pendidikan dan kesehatan di Desa Petir, dan Kantor Pos Dramaga. Hubungan antara koordinasi perencanaan dan pelaksanaan program PKH dengan kinerja PKH memiliki hubungan yang negatif. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 33, bahwa persentase tertinggi berada pada koordinasi perencanaan dan pelaksanaan program PKH yang rendah namun memilki kecenderungan kinerja yang sedang.
5 66 Tabel 33 Persentase Koordinasi Perencanaan dan Pelaksanaan Berdasarkan Kinerja PKH dan Koordinasi Perencanaan dan Pelaksanaan PKH Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan PKH (%) Kinerja PKH (%) Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Pada pelaksanaan program PKH, koordinasi dengan aparat setempat, baik di tingkat kecamatan, desa, dan ketua RT tidak berjalan dengan baik. Begitu pun koordinasi dengan lembaga pemberi pelayanan pendidikan dan kesehatan. Untuk pendataan peserta PKH, baik pihak kecamatan, desa, maupun RT setempat tidak dilibatkan secara langsung. Namun mereka hanya mengetahui saja bahwa ada warganya yang mendapatkan bantuan PKH. Semua pendataan dilakukan oleh pihak BPS tanpa melibatkan aparat setempat. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu pihak Kecamatan Dramaga, Ibu Yyh (42 tahun), bahwa pihak kecamatan hanya menerima laporan data penerima bantuan PKH. Bahkan petugas Desa Petir tidak menerima laporan tertulis mengenai data penerima PKH seperti yang diungkapkan oleh Kepala Divisi Kesejahteraan Desa Petir, Bapak Tni (41 tahun), saya ga tau siapa aja warga saya yang menerima PKH, ga ada laporan tertulis yang saya terima mengenai data penerima PKH Sedangkan ketua RT dilibatkan pada pendataan PKH hanya sebatas menunjukkan alamat warga yang menjadi calon penerima bantuan PKH seperti yang diungkapkan oleh Bapak Art (55 tahun), salah satu ketua RT di Desa Petir, iya a, saya mah hanya nunjukkin rumah dari warga saya aja waktu pendataan, saya ga dilibatkan lebih jauh, terbuktikan ada warga saya yang layak dapet, tapi ga dapet, malah yang ga layak dapet jadi dapet Akibatnya, ketepatan peserta PKH yang memenuhi persyaratan 14 kriteria kemiskinan dan memenuhi persyaratan lainnya seperti harus memiliki ibu hamil, ibu nifas, balita dan atau anak usia sekolah, hanya mencapai 57 persen seperti yang ditampilkan pada Tabel 22 halaman 55.
6 67 Koordinasi yang tidak baik dengan lembaga pelayanan kesehatan mempengaruhi kunjungan peserta PKH ke puskesmas. Salah satu akibat lemahnya koordinasi diantara pendamping PKH dengan puskesmas tidak dibentuknya jadwal kunjungan peserta PKH ke puskesmas. Berdasarkan Tabel 25 halaman 56, walaupun tidak adanya jadwal kunjungan ke puskesmas, namun peserta PKH yang berkunjung ke puskesmas setiap bulan, khususnya yang memiliki balita mencapai 72 persen, selain itu 17 persen tidak melakukan kunjungan secara rutin, dan sisanya tidak pernah berkunjung ke puskesmas untuk mengecek kesehatan balitanya. Rutinitas kunjungan ke puskesmas ini pun mempengaruhi imunisasi yang diterima balita peserta PKH. Koordinasi yang tidak baik pun dirasakan antara lembaga pelayanan pendidikan dan pendamping PKH. Tidak adanya sosialisasi menjadi permasalahan yang dirasakan oleh pihak lembaga pelayanan pendidikan, dalam hal ini sekolahsekolah yang berada di Desa Petir. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sfd (43 tahun), salah satu staf guru MTS di Desa Petir, tidak ada sosialisai terlebih dahulu terkait PKH, tiba-tiba kami mendapatkan form verifikasi dari kator pos untuk kami isi setiap tiga bulan sekali, setelah itu akan diambil kembali oleh pihak pos Koordinasi yang tidak baik antara lembaga pelayanan pendidikan dan pendamping PKH, mempengaruhi jumlah anak peserta PKH usia sekolah yang terdaftar dilembaga pelayanan pendidikan. Berdasarkan Tabel 23 halaman 55, terdapat 76 persen anak peserta PKH yang memiliki usia sekolah sudah terdaftar di lembaga pelayanan pendidikan, namun hanya 5 persen dari total anak peserta PKH yang terdaftar di sekolah dikarenakan adanya PKH dan sisanya anak peserta sudah terdaftar di sekolah sebelum PKH dilaksanakan. Koordinasi yang tidak baik ini tidak mempengaruhi persentase kehadiran anak peserta PKH yang bersekolah. Berdasarkan Tabel 24 halaman 56, anak peserta PKH yang bersekolah memiliki persentase kehadiran minimal 85 persen setiap bulannya mencapai 88 persen. 6.4 Kondisi Tempat Pelaksanaan PKH dengan Kinerja PKH Faktor eksternal pertama yang mempengaruhi kinerja PKH adalah kondisi tempat pelaksanaan PKH di Desa Petir. Pada Tabel 34 terlihat hubungan diantara
7 68 kondisi tempat pelaksanaan PKH dengan kinerja PKH yaitu memiliki hubungan negatif, hal tersebut dikarenakan persentase tertinggi kondisi tempat pelaksanaan PKH memiliki kecenderungan kinerja yang sedang. Tabel 34 Persentase Kondisi Tempat Berdasarkan Kinerja PKH dan Kondisi Tempat Pelaksanaan PKH Kondisi Tempat Pelaksanaan PKH Kinerja PKH Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Selain terdapatnya keluarga miskin di Desa Petir, hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program PKH yaitu terdapatnya lembaga pelayanan pendidikan dan kesehatan yang memadai untuk mendukung pelaksanaan PKH di Desa Petir. Seperti yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, bahwa walaupun ketersedian lembaga pelayanan pendidikan dan kesehatan terbatas dan tidak tersebar merata, namun keberadaanya masih dapat dijangkau oleh seluruh peserta PKH. Sebagai contoh keberadaan posyandu yang berada pada setiap RW, memudahkan para peserta PKH yang memiliki balita untuk membawa balitanya ke lembaga pelayanan kesehatan tersebut. Untuk keberadaan puskesmas yang berada pada titik pusat pemerintahan Desa Petir, masih dapat dijangkau oleh seluruh peserta PKH, walaupun harus berjalan kaki dan naik angkutan perkotaan terlebih terlebih dahulu. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu peserta PKH, Ibu Als (49 tahun), puskesmas ada di deket kantor desa, lumayan jauh sih a, tapi kan ada angkot, jadi gampang, kalo posyandu mah deket banget, deket rumah pak RT Begitupun dengan keberadaan lembaga pendidikan, walaupun tidak tersebar merata keberadaannya, namun masih bisa dijangkau oleh para anak peserta PKH, sekalipun harus berjalan kaki lumayan jauh untuk sampai ke sekolah
8 69 tersebut. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah satu peserta PKH yang anaknya bersekolah di MI, Ibu Wti ( 35 tahun), anak saya kalo sekolah jalan kaki a, ya palingan setengah jam lah jalan kaki sampe sekolah Sekalipun tersedianya lembaga pelayanan pendidikan dan kesehatan yang dapat dijangkau oleh seluruh peserta PKH, namun keberadaan lembaga pelayanan ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh peserta PKH. Terbukti berdasarkan Tabel 27 halaman 57 menunjukkan walaupun lembaga pendidikan dapat dijangkau oleh seluruh peserta PKH, namun masih terdapat anak peserta PKH yang tidak bersekolah yaitu mencapai 24 persen, hal tersebut merujuk Tabel 23 halaman 55. Bagi peserta PKH yang anaknya bersekolah keterjangkauan lokasi lembaga pendidikan ini memudahkan anaknya untuk hadir ke sekolah. Kehadiran anak peserta PKH ke sekolah yang memiliki persentase kehadiran lebih dari 85 persen setiap bulanya mencapai 88 persen, hal tersebut sesuai dengan Tabel 24 halaman 56. Bagi peserta PKH yang memiliki balita, walaupun ketersediaan posyandu berada di setiap RW, namun kunjungan ke lembaga pelayanan kesehatan ini secara rutin setiap bulannya hanya dilakukan oleh 65 persen peserta PKH, hal ini sesuai dengan Tabel 25 halaman Tingkat Pendidikan Peserta PKH dengan Kinerja PKH Faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi kinerja PKH yaitu tingkat pendidikan peserta PKH. Berdasarkan Tabel 37 persentase kinerja PKH baik pada taraf rendah, sedang, maupun tinggi memiliki kecenderungan persentase kinerja yang rendah. Hubungan antar pendidikan peserta PKH dan kinerja PKH memiliki hubungan yang negatif, hal ini dikarenakan persentase tertinggi kinerja PKH, memiliki kecenderungan persentase pendidikan peserta PKH yang rendah.
9 70 Tabel 35 Persentase Peserta PKH berdasarkan Kinerja PKH dan Pendidikan Peserta PKH Pendidikan Peserta PKH Kinerja PKH Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Berdasarkan Tabel 18 halaman 52 menunjukkan 60 persen peserta PKH memiliki tingkat pendidikan SD, 34 persen tidak tamat sekolah dasar dan hanya 6 persen peserta PKH memiliki tingkat pendidikan SMP. Rendahnya tingkat pendidikan orang tua, tidak mengakibatkan rendahnya partispiasi orang tua dalam menyekolahkan anaknya di lembaga pelayanan pendidikan. Terlihat pada Tabel 23 halaman 55, persentase anak peserta PKH yang memiliki usia sekolah, mencapai 76 persen yang sudah terdaftar di lembaga pelayanan pendidikan. Bahkan untuk kehadiran anak yang bersekolah tersebut, 88 persen telah memiliki persentase kehadiran minimal 85 persen setiap bulannya di tempat mereka bersekolah. Rendahnya pendidikan peserta PKH, khususnya bagi peserta yang memiliki balita, tidak mengurangi partisipasi mereka untuk mengunjungi lembaga pelayanan kesehatan yang ada, baik puskesmas maupun posyandu untuk mengecek kesehatan balita mereka setiap bulannya. Berdasarkan Tabel 25 halaman 56 menunjukkan bahwa peserta PKH yang memiliki balita sebesar 72 persen melakukan kunjungan rutin ke puskesmas atau posyandu terdekat untuk melakukan pengecekan kesehatan balitanya, 17 persen peserta PKH lainnya yang memiliki balita melakukan kunjungan secara tidak rutin, dan 11 persen peserta PKH lainnya yang memiliki balita tidak pernah berkunjung ke puskesmas arau posyandu terdekat untuk mencek kesehatan balita mereka. Rutinitas kunjungan puskesmas ini, mempengaruhi imunisasi yang diterima oleh balita mereka masing-masing. Bagi peseta PKH yang melakukan kunjungan rutin, balita mereka memiliki imunisasi yang lengkap, peserta PKH yang tidak rutin berkunjung ke puskesmas imunisasi yang diterima oleh balita mereka tidak lengkap pula, begitupun dengan peserta PKH yang tidak pernah
10 71 membawa balitanya ke puskesmas atau posyandu, balita mereka tidak pernah mendapatkan imunisasi. Bagi peserta PKH yang tidak rutin bahkan tidak pernah berkunjung ke posyandu untuk memeriksakan kesehatan balitanya bukan karena tidak dilayani oleh posyandu atau puskesmas dimana kegiatan pemberian imunisasi tersebut berlangsung. Bukan pula karena tidak memiliki uang untuk memeriksa kesehatan balitanya, melainkan malasnya peserta PKH tersebut untuk membawa balitanya ke posyandu atau puskesmas terdekat.
BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN
BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN Program penanggulangan kemiskinan, khususnya PKH tidak terlepas dari berbagai faktor yang memperngaruhi jalannya program. Faktor-faktor
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa
Lebih terperinciBAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA
BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA 5.1 Kelembagaan PKH Pemilihan rumah tangga untuk menjadi peserta PKH dilakukan berdasarkan kriteria BPS. Ada 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin
Lebih terperinciIDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh
PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM MENINGKATKAN TARAF KESEHATAN OLEH UPPKH KECAMATAN DI DESA CILIANG KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN IDA YUNANI DESTIANTI ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan upaya Bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuannya mencapai derajad kesehatan yang optimal sebagai
Lebih terperinciTENTANG BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN
TENTANG BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN A. PEMILIHAN PENERIMA BANTUAN DAN SYARAT PROGRAM Penerima bantuan PKH adalah rumahtangga sangat miskin (RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara operasional.
Lebih terperinciBAB 7 : PENUTUP. pelaksanaan Program Keluarga Harapan Khususnya Bidang Kesehatan.
BAB 7 : PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Komponen Input 1. Kebijakan berpedoman dari Kementerian Sosial RI, Kementerian Kesehatan RI dan Surat Keputusan Walikota Padang. Kebijakan ini belum maksimal disosialisasikan
Lebih terperinciSyarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim
50-54 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM UPAYA MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN BAGI KELUARGA SANGAT MISKIN (KSM) DI DESA PAYA CUT KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Syarifah Maihani
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data hasil temuan penelitian yang telah dianalisis oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah yang telah
Lebih terperinciMEKANISME PELAKSANAAN. Referensi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, Bab III - VI
MEKANISME PELAKSANAAN Referensi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, Bab III - VI Outline 5. Pengembangan Kepesertaan 1. Alur Pelaksanaan PKH 6. Pengelolaan Sumber Daya 2. Penetapan Sasaran 7. Organisasi
Lebih terperinciBAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA
66 BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA 6.1 Penguatan Kapasitas Rumah Tangga Penerima PKH Mutu sumberdaya manusia bukan semata-mata ditentukan oleh seberapa kadar pengetahuan,
Lebih terperinciBAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE
50 BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 6.1 Karakteristik Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pada umumnya telah banyak kelompok tumbuh di masyarakat,
Lebih terperinciLampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KADER
Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KADER A. Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama Responden : 3. Kelurahan : 4. RW : 5. RT : 6. Kecamatan : Cibeunying 7. Kota : Bandung 8. Jenis Kelamin : L
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menjadi masalah yang berkepanjangan.kemiskinan tidak dipahami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks bagi setiap negara, terutama negara besar seperti Indonesia.Sampai saat ini, masalah kemiskinan di Indonesia
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Implementasi Pelayanan Program Keluarga Harapan Bidang Pendidikan
80 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Implementasi Pelayanan Program Keluarga Harapan Bidang Pendidikan dan Kesehatan Kawasan Pesisir Kota Bandar Lampung Di Kelurahan Bumi Waras Kota Bandar Lampung Implementasi
Lebih terperinciBAB V. keberlangsungan program atau kebijakan. Tak terkecuali PKH, mengingat
BAB V KESIMPULAN Proses monitoring dan evaluasi menjadi sangat krusial kaitannya dengan keberlangsungan program atau kebijakan. Tak terkecuali PKH, mengingat terdapat berbagai permasalahan baik dari awal
Lebih terperinciEVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011
EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011 Erna Fidyatun Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRAK Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penulis akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangan, pendidikan, bahan bakar dan juga subsidi kesehatan. Oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Program pengendalian penduduk merupakan salah satu strategi dalam mensukseskan pembangunan di Indonesia. Semakin besar jumlah penduduk, maka biaya pembangunan akan semakin
Lebih terperinciDrs. AYIP MUFLICH, SH,M.Si
Drs. AYIP MUFLICH, SH,M.Si DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA, DEPDAGRI Pelaksanaan Rapat Koordinasi Tingkat Nasional Program BLT untuk RTS Tahun 2008 Purwakarta, 04 Juni 2008 PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai % menurun menjadi % (Adisasmito, upaya untuk mendekatkan masyarakat terhadap jangkauan pelayanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah belum dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan secara optimal oleh masyarakat,
Lebih terperinciLAPORAN SEKRETARIS EKSEKUTIF DALAM RAPAT PLENO TNP2K TENTANG PERBAIKAN DAN PERLUASAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIIK INDONESIA LAPORAN SEKRETARIS EKSEKUTIF DALAM RAPAT PLENO TNP2K TENTANG PERBAIKAN DAN PERLUASAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) JAKARTA, 25 OKTOBER 2011 PKH ADALAH PROGRAM
Lebih terperinciLAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1)
LAMPIRAN 1 80 LAMPIRAN 2 81 LAMPIRAN 3 82 LAMPIRAN 4 83 LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) 1. Sejak kapan Anda menjabat sebagai Kepala Puskesmas/Penanggungjawab Program Posbindu? 2. Bagaimana pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat maka individu akan mampu melaksanakan aktifitas sehari-hari untuk bekerja sehingga
Lebih terperinciKUESIONER Partisipasi Masyarakat terhadap Pelayanan Posyandu Di Puskesmas A.Yani
55 KUESIONER Partisipasi Masyarakat terhadap Pelayanan Posyandu Di Puskesmas A.Yani I. Identitas Responden 1. No. Responden : 2. RW tempat tinggal : 3. Usia : a)
Lebih terperinciMengapa PKH Diperlukan? PKH dimaksudkan untuk merunkan jumlah masyarakat miskin melalui bantuan dana tunai bersyarat.
Mengapa PKH Diperlukan? PKH dimaksudkan untuk merunkan jumlah masyarakat miskin melalui bantuan dana tunai bersyarat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk yang berada di bawah
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN TEORITIS. 2.1 Bentuk-Bentuk Program Penanggulangan Kemiskinan Kemiskinan
BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Bentuk-Bentuk Program Penanggulangan Kemiskinan 2.1.1 Kemiskinan Kemiskinan sangat erat kaitannya dengan tiga konsep yaitu kemiskinan itu sendiri (poverty) yang menggambarkan
Lebih terperinciVI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM REVITALISASI Identifikasi SWOT pada Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota
VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM REVITALISASI 6.1. Identifikasi SWOT pada Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota Analisis SWOT yang digunakan dalam mengkaji revitalisasi Posyandu di Kecamatan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya Kondisi Geografis
25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Balumbang Jaya merupakan salah satu kelurahan yang berada dalam wilayah administratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas. Bukti empiris menunjukkan, hal ini sangat ditentukan oleh status
Lebih terperinciProgram Perlindungan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat untuk Mengatasi Masalah Malnutrisi
Program Perlindungan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat untuk Mengatasi Masalah Malnutrisi Elan Satriawan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Jakarta, Februari 2015 TIM NASIONAL PERCEPATAN
Lebih terperinciNo. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan :
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN GARUT 2009 Informan : Ibu rumah tangga No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan multidimensial yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Adapun masalah
Lebih terperinciimunisasi, Gizi dan Penanggulangan diare (Zulkifli, 2003). Kegiatan posyandu penting untuk bayi dan balita, karena tidak terbatas hanya pemberian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Balita yang masih tinggi khususnya (AKABA) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 10,12 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB)
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Lokasi Umum Lokasi penelitian ini berada di Kota Semarang Jawa Tengah yang letaknya berada di Jalan Pandanaran No. 79 Kelurahan Mugassari Kecamatan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. bantuan. Bantuan tersebut diwujudkan melalui bantuan tunai bersyarat yang diberik an
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu bentuk kebijakan perlindungan sosial dengan basis keluarga sangat miskin sebagai peserta peneriman bantuan. Bantuan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TEGAL TIMUR Jln. Flores No. 35 Telp. : ( 0283 ) Tegal
Notulen Pertemuan Susunan Acara PERTEMUAN KADER PUSKESMAS TEGAL TIMUR TAHUN 2015 Tanggal : November 2015 Pukul : 1. Pembukaan 2. Penyampaian materi sosialisasi tentang pemberdayaan masyarakat melalui posyandu
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa
Lebih terperinciPendaftaran di Dusun/RW oleh Siapapun
Pendaftaran di Dusun/RW oleh Siapapun Manual untuk Fasilitator dan Pewawancara Daftar Isi I. Persiapan dan Sosialisasi... 2 1. Koordinasi (liaising) dengan Kepala Desa/Lurah... 2 2. Pelaksanaan Pertemuan
Lebih terperinciTENTANG BUPATI SERANG,
BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) PADA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan merupakan
Lebih terperinciJAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIREKTORAT JAMINAN SOSIAL DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PROGRAM KELUARGA HARAPAN - PKH BANTUAN TUNAI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
Lebih terperinciKEBIJAKAN TNP2K DALAM PENGELOLAAN DATA TERPADU YANG MENDUKUNG STRATEGI TRANSFORMASI PKH
KEBIJAKAN TNP2K DALAM PENGELOLAAN DATA TERPADU YANG MENDUKUNG STRATEGI TRANSFORMASI PKH BAMBANG WIDIANTO DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESRA DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN/ SEKRETARIS EKESEKUTIF TNP2K TANGERANG,
Lebih terperinciPENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI
PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui tiga jalur, yaitu formal, informal dan non formal. Pendidikan informal merupakan kegiatan pembelajaran di luar
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH DESA/MUSYAWARAH KELURAHAN DALAM RANGKA PROGRAM SUBSIDI
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAAR PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2017 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAAR PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENDATAAN PENDUDUK KELUARGA SASARAN JAMINAN PERLINDUNGAN SOSIAL DI KOTA YOGYAKARTA
Lebih terperinciKEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia
KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Outline 1. Latar Belakang 3. Tujuan PKH 6. Pendampingan 9.
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014
PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA DUMAI, Menimbang
Lebih terperinciPendaftaran di Kecamatan oleh Siapapun
Pendaftaran di Kecamatan oleh Siapapun Manual untuk Fasilitator dan Pewawancara Daftar Isi I. Persiapan dan Sosialisasi... 2 1. Koordinasi (liaising)... 2 a. Koordinasi dengan Camat... 2 b. Koordinasi
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN
WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS KELUARGA MISKIN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN
KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN FAKTOR PREDISPOSING, PENDUKUNG DAN PENDORONG IBU TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DAN TIDAK LENGKAP PADA BALITA (12 BULAN) DI DESA SECANGGANG KECAMATAN SECANGGANG
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih termasuk ke dalam kategori negara berkembang. Ilmu pengetahuan dan perekonomian menjadi tolak ukur global sejauh mana suatu negara berkembang.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 2. METODOLOGI
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2005 BPS mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk melaksanakan Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk 2005 (PSE 05), implementasi sebenarnya adalah pendataan
Lebih terperinciTranskrip wawancara dengan ibu Subi dengan jabatan Ketua Ibu dan Anak. 1. Konsep Pemasaran Social Marketing. Yogyakarta kepada target sasaran?
Internal Nama : Subi Jabatan : Ketua Ibu dan Anak Transkrip wawancara dengan ibu Subi dengan jabatan Ketua Ibu dan Anak tanggal 06 september 2015 Internal 1. Konsep Pemasaran Social Marketing a. Pesan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia tertinggal dari pembangunan ekonominya. Padahal pembangunan sosial sangat penting, karena pembangunan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia
KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Outline 1. Latar Belakang 2. PKH New Initiatives Pedoman Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Kopah merupakan salah satu desa diantaranya 6 desa yang berada di
36 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Georafis Desa Kopah Desa Kopah merupakan salah satu desa diantaranya 6 desa yang berada di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi.Desa
Lebih terperinci4.5 Matriks Rencana Usulan Kegiatan Kesehatan Jiwa Tahun 2017 berdasarkan hasil PKP tahun Penderita. penderita. gangguan. gangguan jiwa.
4.5 Matriks Rencana Usulan Kegiatan Kesehatan Jiwa Tahun 2017 berdasarkan hasil PKP tahun 2016 No KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET ALAT. 1 Penyuluhan Meningkatkan Keluarga tiap buku TENAGA PELAKSANA petugas
Lebih terperinciSOSIALISASI KABUPATEN, KECAMATAN, DESA DAN RUMAH TANGGA
SOSIALISASI KABUPATEN, KECAMATAN, DESA DAN RUMAH TANGGA A. TUJUAN Mensosialisasikan rencana kegiatan feeding program ini pada tingkat kabupaten, kecamatan, desa, puskesmas, posyandu. Mendapatkan dukungan
Lebih terperinciSIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR
39 SIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR Sikap masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa
Lebih terperinciVI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Evaluasi program P4K dengan stiker yang dilaksanakan oleh Puskesmas Rawat
Lebih terperinciANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG
ANALISIS EPIDEMIOLOGI HIV AIDS DI KOTA BANDUNG DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG KEBIJAKAN DALAM PERMENKES 21/2013 2030 ENDING AIDS Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru Menurunkan hingga meniadakan kematian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu merupakan garda depan kesehatan balita dimana pelayanan yang diberikan posyandu sangat dibutuhkan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi kesehatan
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA PELANGI KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciEfektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Medan Johor
Proposal Penelitian Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Medan Johor Disusun Oleh : SUJI NOVANDA SARI (060903015) DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL
Lebih terperinciPeraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017: Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017: Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai ekbis.sindonews.com Dengan pertimbangan bahwa penyaluran bantuan sosial 1 kepada masyarakat dilakukan secara efisien agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 390 kematian per 100.000 kelahiran pada 1990 menjadi 228
Lebih terperinciKisi-kisi Panduan Wawancara Kebutuhan Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata
Lampiran 1 Kisi-kisi Panduan Wawancara Kebutuhan Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata No Tujuan A. Menemukan gambaran model pembinaan yang selama ini digunakan untuk B. membina sekolah Adiwiyata, yaitu mulai
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN RUMAH SINGGAH KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG,
Lebih terperinciStandar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini
Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Indira Probo Handini 101111072 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM No.
PUSKESMA IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM Revisi Halaman 1. Pengertian Identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat / sasaran program adalah Kegiatan mencari, menemukan,
Lebih terperinciJakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA
1 SAMBUTAN Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan SDM seutuhnya dimana untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas harus dimulai sejak usia dini. Berbagai studi menunjukkan bahwa periode
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun
BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2009 Nomor 1 Seri E.7 PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari penetapan perbaikan status gizi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus diminimalisir, bahkan di negara maju pun masih ada penduduknya yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan bukan masalah baru, namun sudah ada sejak masa penjajahan sampai saat ini kemiskinan masih menjadi masalah yang belum teratasi. Di negara berkembang
Lebih terperinciRANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4
RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat
Lebih terperinciNO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET. kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan memberikan kekebalan
MATRIK RENCANA USULAN KEGIA PROGRAM IMUNIS NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET 1 Pengambilan vaksin ke gudang Agar kegiatan imunisasi di PKM, posyandu dan Gudang farmasi 12 X 1 tahun farmasi BPS berjalan
Lebih terperinciLAPORAN TNP2K ATAS PELAKSANAAN UJI COBA MEKANISME BARU PENETAPAN DAN PENYALURAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM)
SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIIK INDONESIA LAPORAN TNP2K ATAS PELAKSANAAN UJI COBA MEKANISME BARU PENETAPAN DAN PENYALURAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) BAMBANG WIDIANTO SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kelurahan Tegal Gundil 4.1.1. Profil Kelurahan Tegal Gundil Kelurahan Tegal Gundil merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 03.A 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 03.A TAHUN 2015ang/II/2006 TENTANG TATA CARA PENYALURAN BERAS MISKIN KOTA BEKASI TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN POSYANDU BALITA MELALUI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI
PENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN POSYANDU BALITA MELALUI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI Sri Mukhodim Faridah Hanum Universitas Muhammadiyah Sidoarjo srimukhodimfaridahhanum@umsida.ac.id
Lebih terperinciStatistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012
Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA
Lebih terperinciMATRIKS WAWANCARA. Seruan Presiden untuk meningkatkan keunggulan kembali Posyandu. Belum dapat, tidak ada baik dari depkes maupun dari dinkes
MATRIKS WAWANCARA No Variabel P1 P2 P3 P4 P5 P6 1 Aspek Legal Peningkatan Strata Seruan Presiden untuk meningkatkan keunggulan kembali Pedoman Operasional Revitalisasi di Kabupaten Bekasi 2 Aspek Teknis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja dewasa sampai usia lanjut, memerlukan kesehatan dan gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. berkelanjutan (sustainable development). Peningkatan kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN RESERTIFIKASI PKH: RESERTIFIKASI PKH KOHOR 2007 DAN KOHOR 2008 SERTA SINERGI ANTAR PROGRAM
PERKEMBANGAN RESERTIFIKASI PKH: RESERTIFIKASI PKH KOHOR 2007 DAN KOHOR 2008 SERTA SINERGI ANTAR PROGRAM BAMBANG WIDIANTO SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NATIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN RAPAT SINERGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2013 belum dapat memenuhi target Millenium Depelopment Goals (MDGs) 2015. Dimana angka kematian bayi (AKB) di Indonesia
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Universitas Sumatera Utara
PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PINTU LANGIT KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN ANGKOLA JULU KOTA PADANGSIDIMPUN TAHUN 2016 A. Koordinator Sarana Kesehatan Bidang
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPALA PUSKESMAS KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG (INFORMAN 1)
1. Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPALA PUSKESMAS KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG (INFORMAN 1) Petunjuk Umum Wawancara: 1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan diwawancarai. 2. Lakukan perkenalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam upaya menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuju Indonesia Sehat 2010 adalah merupakan visi dari Departemen Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam upaya menuju Indonesia Sehat 2010,
Lebih terperinciBAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan
Lebih terperinci