BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
|
|
- Glenna Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya. Kebutuhan akan pendidikan dipenuhi manusia dengan memasuki dunia pendidikan. Melalui pendidikan ia membekali dirinya sehingga mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal (UU SISDIKNAS, 2003). Pendidikan formal atau lebih dikenal dengan sistem persekolahan, mempunyai peran dalam menentukan perkembangan potensi manusia secara maksimal, sehingga manusia memiliki ketajaman respon terhadap lingkungannya, keterampilan, intelektual, sehat dan berkehidupan yang baik, mampu berkompetisi, toleran, dapat menghargai pendapat orang lain, koperatif, mempunyai motivasi yang tinggi untuk berprestasi, dan mampu mencapai kebahagiaan hidup. Peran pendidikan formal atau sekolah dalam pembentukan kepribadian manusia ini belum dapat digantikan oleh sistem yang lain (Sutjipto, 2005). 1
2 2 Pendidikan harus diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa sesuai yang dinyatakan dalam Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 Bab III Pasal 4 (UU SISDIKNAS, 2003). Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutjipto (2005) bahwa proses pendidikan multikultural itu dapat berlangsung dalam lembaga pendidikan. Pendidikan multikultural merupakan proses kulturalisasi tentang multikultural. Jika diperhatikan pula bahwa kultur adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan, pendidikan itu sendiri sebenarnya adalah proses pembentukan kultur multikultural. Menurut Banks (dalam YPSIM, 2012) pendidikan multikultural adalah ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan, yang tujuan utamanya adalah merubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa baik pria dan wanita, siswa berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan budaya (kultur) yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi. Pendidikan multikultural ini diterapkan pada siswa melalui proses belajar mengajar di sekolah, baik dalam kurikulum, kultur sekolah, kultur kelas, dan guru. Anak didik yang dibiasakan bekerja sama dalam kelompok baik multikultural maupun tidak, akan menyadari bahwa dirinya memiliki kekurangan dan kelebihan. Siswa yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan (YPSIM, 2012). Menurut Djamarah (2010), tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri
3 3 tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu. Siswa yang saling berinteraksi dalam lingkungan sekolah pasti memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Menurut Eggen (2012), orang cenderung curiga terhadap orang-orang yang berbeda dengan mereka. Seperti yang dinyatakan oleh salah seorang siswa SMK YPSIM berikut: Yah gitulah kak, lebih suka kalo campur yang sama ajah meskipun di suruh berbaur kan lebih nyaman kalau kayak ginilah sama suku kita ini, pake bahasa daerah kitanya. Biasa juga ada gabung sama yang lain sih kak cuma nggak nyaman nanti mereka pun ngomong pake bahasa mereka sendiri juga yah nggak ngerti juga mereka itu ngomongin kita atau apa (Komunikasi personal, H, 17 Tahun, 7 Maret 2013) Konflik keberagaman pun dapat terjadi di sekolah. Hal ini sangat mungkin terjadi karena selama ini keberagaman yang terjadi di keluarga, sekolah atau di masyarakat kurang mendapatkan perhatian, bahkan kurang dikelola dengan baik (Kusmaryani, 2006). Berdasarkan fenomena tersebut, sebenarnya hal penting yang hendaknya dilakukan untuk mencegah konflik akibat keberagaman yaitu dengan pendidikan multikultural, dimana anak belajar memiliki sikap menghargai dirinya sendiri dan orang lain dalam konteks interaksi sosial. Penyelenggaraan ini memerlukan proses dan membutuhkan kerjasama banyak pihak, seperti keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat yang tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawabnya dalam beberapa persoalan yang berkaitan dengan karakter anak (Kusmaryani, 2006). Pertimbangan-pertimbangan itulah yang sepertinya perlu dikaji dan direnungkan ulang bagi subjek pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan
4 4 mengembangkan model pendidikan multikultural. Pendidikan yang mampu mengakomodir perbedaan dalam sebuah wadah yang harmonis, toleran, dan saling menghargai. Inilah yang diharapkan menjadi salah satu pilar kedamaian, kesejahteraan, kebahagian, dan keharmonisan kehidupan masyarakat Indonesia, dengan demikian pendidikan multikultural merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok (Ibrahim, 2008). Menghadapi pembelajaran bermuatan multikultural, seorang individu pasti memiliki sikap. Kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek adalah sikap (Azwar, 2000). Terdapat tiga komponen pembentuk sikap, yang terdiri dari kognitif, afektif, dan perilaku (Azwar, 2000). Ketiga komponen tersebut saling berhubungan dan tergantung satu sama lain. Saling ketergantungan tersebut apabila seseorang menghadapi suatu objek tertentu. Banyak faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting (significant others), media massa, institusi/ lembaga pendidikan dan agama, dan faktor emosional. Seperti yang diakui salah satu siswa bahwa pengalaman pribadi mempengaruhi sikapnya, dalam wawancara berikut ini: Dulu awal-awal sekolah sih nggak nyaman kak, nggak enak tapi sekarang uda terbiasa dari kelas satu, kelas dua, kelas tiga biasa sama keadaan kalau di sekolah. Lagian juga tiap hari jumpa, tiap hari ngomong kayak komunikasi gitu. Aku bahkan sering denger bahasa daerahnya teman terus belajar dikit-dikit sekarang uda tau
5 5 kadang aku ngerti-ngerti dikit. Bisa dibilang terbiasa jadi enak aja sekarang kak. (Komunikasi personal, R, 17 Tahun, 07 Maret 2014) Sudah sering nyampur kak, jadi sekarang kayak biasa aja.yah biasa kak kayak aku denger temen ngomong bahasa daerah, kadang aku juga pake bahasa daerah sama teman. Yah seneng bisa saling mengenal perbedaan satu sama lain bisa saling belajar dari perbedaan kita (Komunikasi personal, S, 16 Tahun, 09 Desember 2013) Faktor lain yang berperan dalam pembentukan sikap ialah faktor emosional (Azwar, 2010). Menurut Goleman (2006), Emosi adalah pergolakan pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Kecerdasan emosional bertumpu pada hubungan antara perasaan, watak, dan naluri moral yang mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan memecahkan masalah pribadi, mengendalikan amarah serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Dalam proses pembelajaran, individu yang menguasai emosinya memiliki kemampuan beradaptasi sekaligus mampu memahami, sekaligus menguasai permasalahanpermasalahan yang ada (Daud, 2012). Sikap tidak dapat diamati secara langsung, namun dapat disimpulkan dari cara kita bertindak. Kecerdasan emosional sangat berhubungan dengan sikap seseorang dalam kehidupan secara keseluruhan, mulai dari kehidupan dalam keluarga, pekerjaan, sampai interaksi dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu kecerdasan emosional berpengaruh pada cara seseorang dalam menyelesaikan masalah di kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga, pekerjaan, maupun interaksi dengan lingkungan sosialnya (Patton, 1997). Manusia dalam
6 6 kehidupan dengan situasi dan kondisi yang kerap berubah dan memiliki berbagai permasalahan harus dapat memecahkan masalah secara fleksibel. Goleman (2006) menyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan permasalahan banyak ditentukan oleh kualitas kecerdasannya. Seseorang yang cerdas dalam mengelola emosinya akan meningkatkan kualitas kepribadiannya. Kecerdasan Emosional dibutuhkan oleh siswa agar siswa dapat mengelola sikap mereka dalam berhubungan dengan orang lain sehingga serasi dengan yang lingkungan harapkan. Hal ini dapat diaplikasikan pada pembelajaran bermuatan multikultural, karena siswa berhubungan dengan orang lain, yang berasal dari berbagai agama, ras, suku, dan status sosial ekonomi yang berbeda. Sekelas yah macem-macem kak, beda-beda agama, suku. Biasa aja kak ada aja sih masalahnya namanya juga ada nggak samanya tiap kita, ada yang memang dasarnya malas, ada yang emang agak kurang pinter, ada nggak gitu punya uang. Kadang kalau bagi tugas yang ribet tapi nggak mungkin aku katain orang itu langsung yang ada nanti sakit hati terus PR makin nggak beres jadi kadang aku bantuin aja (Komunikasi personal, S, 17 Tahun, 24 Januari 2014) Salah satu lembaga pendidikan yang telah menerapkan hal ini adalah Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM), yang berada di Jl. Tengku Amir Hamzah Pekan I, Gang Bakul, Sunggal, Medan, Sumatera Utara. Yayasan ini didirikan pada tanggal 25 Agustus 1987 oleh dr. Sofyan Tan, memiliki visi untuk mengatasi dua permasalahan sosial negeri ini, yakni kemiskinan dan diskriminasi. Kemiskinan yang menyebabkan warga miskin tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah, juga berbagai konflik yang disebabkan oleh stereotype (prasangka), dan perilaku diskriminasi. Sofyan Tan, selaku pendiri yayasan ini, meyakini bahwa kedua hal tersebut dapat dihilangkan lewat
7 7 pendidikan. YPSIM memutuskan untuk membuka jalur bagi mereka yang tidak mampu secara ekonomi agar dapat bersekolah dengan gratis ataupun murah dengan kualitas baik bagi setiap orang, dan menerapkan pembelajaran yang menghargai kemajemukan (YPSIM, 2012). Iya kak, sekolah kami kan memang ciri khasnya tidak membedabedakan suku dan agama gitu, terus ya bisa kakak lihat-lihat kalau disekolah kami tuh banyak agama dan sukunya. (Komunikasi personal, S, 16 Tahun, 09 Desember 2013) Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) menerapkan pendidikan multikultural dan diimplementasikan dalam setiap aspek yang ada di sekolah. Seperti dalam kurikulum, kultur sekolah, kultur kelas, guru, hingga pihak luar sekolah. Hal ini terbukti dengan adanya fasilitas sekolah berupa materi pelajaran yang diintegrasikan dengan topik multikultural, penyediaan rumah ibadah dan pendopo dari lima agama besar di Indonesia tujuannya untuk menonjolkan kemajemukan di Indonesia dan membiasakan anak didik melihat, menerima, dan menghargai perbedaan di sekitar mereka. (YPSIM, 2012). Dalam hal ini, peneliti hendak menyoroti pembelajaran bermuatan multikultural yang diterapkan di YPSIM dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memuat nilai-nilai multikultural ke dalam setiap aspek pembelajaran maupun kebijakan sekolah, serta dalam perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas oleh semua tenaga pendidik di YPSIM. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Abidin (2012), model penyelenggaraan pendidikan multikultur di sekolah dapat dilakukan dengan cara terintegrasi dalam mata pelajaran pada kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penerapan atau
8 8 pengintegrasian pendidikan multikultur secara jelas terlihat dalam silabus dan RPP. Melalui cara itu, maka akan terimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas secara kontekstual. YPSIM menyusun 18 nilai dalam pembelajaran bermuatan multikultural yang dipraktekkan dalam setiap aspek pembelajaran, antara lain: nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif/mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, nasionalisme, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, kesetaraan gender, dan pluralisme. Nilai-nilai dan indikator inilah yang menjadi acuan bagi setiap guru dalam merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus dalam pembelajarannya. Untuk bisa mengintegrasikan ke dalam pembelajaran, guru perlu melakukan analisis terhadap karakteristik mata pelajarannya, dan juga melihat kondisi yang ada di YPSIM (YPSIM, 2012). Seluruh guru yang mengajar di YPSIM mempraktekkan pendidikan multikultural sebagai landasan untuk merancang kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran bermuatan multikultural dipraktekkan pada setiap jenjang pendidikan di YPSIM, dimulai dari TK, SD, SMP, SMA dan SMK. Pendidikan menengah atas di Indonesia terdapat dua kategori, yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) (UU SISDIKNAS, 2003). Kurikulum SMA, siswa akan mendapatkan teori yang akan digabungkan dengan praktek, namun kegiatan praktek hanya sedikit dalam penerapannya. Berbeda halnya dengan SMK, siswa akan diberi teori dan praktek yg memiliki bobot yang sama besar karena lulusan SMK disiapkan untuk siap bekerja. Selama mereka
9 9 sekolah, mereka diberi bekal kemampuan berdasarkan jurusan yang mereka pilih dan ketika lulus, mereka telah siap bekerja atau berwirausaha. Dalam penelitian ini, peneliti memilih jenjang pendidikan SMK. Berdasarkan pada buku YPSIM (2012), jenjang pendidikan SMK di YPSIM lebih menekankan pembelajaran bermuatan multikultural pada prakteknya berupa diskusi kelompok dengan anggota yang multikultural. Perbandingan dengan siswa SMA yang lebih sering membahas teori daripada praktek langsung dan lebih sering dilakukan secara individual, sesuai dengan pengakuan siswa SMA YPSIM: Praktek ada kok kak, kelompok juga ada. Iya kak, sering dibagi guru gitu. Tapi kalau kami masih bisa kerjain di rumah misalnya pas ada tugas kelompok buat PR latihan gitu, langsung bagi tugas aja sih lebih sering terus ngerjain dirumah sendiri-sendiri baru gabungin terakhirnya. Kalo ngerjain sekelompoknya enaknya pas anggota yang dibagi itu mau kerja. Kalau yang nggak enaknya pas anggota yang dibagi ibu itu yang pada males-males gitu. Lagian latihan kan ngerjainnya biasanya masih bisa lihat buku paket kak, nggak susahlah jadi langsung bagi tugas aja. Iya misalnya kan ada tuh nanti ibunya suruh buat latihan dari buku paket, langsung aja bagi berdasarkan nomorlah kerjain masing-masing. (Komunikasi personal, K, 17 Tahun, 27 Januari 2014) Pas latihan kak yang sering ada kelompoknya, kebanyakan guru yang bagi, kadang kita sendiri bagi juga ada. Misalnya dibuku ada pengertian singkatnya aja atau nggak ada rumusnya, dibagi kelompok terus disuruh cari lebih dalam lagi tentang materi itu. Kebanyakan sih dikasih waktu minimal satu minggu ngerjainnya, cari di net itu banyakan, kita biasanya bagi tugas aja buat cari bahan, terakhir baru gabung. Pernah juga gara-gara gabungin tugas yang udah kita cari smua langsung tapi nggak dibaca-baca lagi ternyata isinya antara aku sama teman aku sama, dimarahin deh. Hahahaha.. (Komunikasi personal, F, 16 Tahun, 27 Januari 2014) Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti lebih tertarik melakukan penelitian pada jenjang SMK. Dalam praktek pembelajaran bermuatan
10 10 multikultural di SMK YPSIM, guru membagi kelompok dengan anggota yang multikultural, baik dari ras, gender, suku, agama, ataupun status sosial ekonomi. Hal ini juga sesuai dengan apa yang diungkapkan siswa SMK YPSIM: Kelompok kerja kita biasanya dalam praktek kak, kebanyakan langsung di bagi guru sih biasanya satu kelompok ada lima orang atau enam orang. Iya kak, campur-campur, sengaja taruh yang ranking jelek sama yang ranking bagus jadi satu kelompok. Soalnya kalau disuruh buat sendiri entar ada satu kelompok hampir semua ranking 10 besarnya. Belakangan ini sih banyak tugasnya kelompok, suka-suka gurunya setiap mata pelajaran, jadi beda-beda orang yang sekelompok setiap mata pelajaran. (Komunikasi personal, J, 16 Tahun, 09 Desember 2013) Praktek pembelajaran siswa SMK di YPSIM, siswa diberi tugas dalam bentuk diskusi kelompok, untuk membahas soal-soal yang diberikan oleh guru. Dalam kegiatan ini siswa diarahkan untuk membentuk kelompok yang terdiri dari beraneka ragam suku, agama, ras, dan status sosial. Siswa diharapkan untuk menyelesaikan tugas secara bersama dan membantu siswa lain yang belum memiliki buku referensi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Nilai multikultural yang dimiliki oleh siswa adalah nilai peduli sosial, pluralisme, kesetaraan gender (YPSIM, 2012). Kelompok lebih enak kak, setidaknya kalau kita nggak gitu ngerti yah temen yang lain masih bisalah bantuin. Prakteknya kak, soalnya kita kebanyakan di kelas pun langsung praktekkan. Sama aja sih kak menurut aku, meskipun beda agama atau suku kan kita sama-sama aja dalam kerjain tugas kelompok yang dikasih guru. Selama ini sih aku nggak ngerasa susah buat kerja sama mah temen yang beda suku gitu, saling bantu aja sih menurut akunya. (Komunikasi personal, M, 16 Tahun, 27 Januari 2014) Yah balik-balik itulah kak masalahnya, mah tau lah gimana kak, pasti ada tuh yang nggak mau kerja, parah memang. Lebih suka bagi sendiri kelompoknya yang biasanya se-genk jadi ngerjainnya
11 11 pun enak. Soalnya kalau biasanya guru yang bagi kelompoknya beda agama gitu, nggak nyaman kak. (Komunikasi personal, D, 16 Tahun, 09 Desember 2013) Sebenernya bukan masalah kerja kelompok nggak enak sih kak, cumanya kelompoknya sering dibagi guru, jadi nggak bareng teman maen yang biasa. Kalau boleh milih sih mau milih sendiri kelompoknya. Apalagi kalau gabung sama temen-temen yang nggak mau kerja, biasanya tuh cowoknya yang nggak mau tau apa-apa, maunya terima bersih aja. (Komunikasi personal, F, 16 Tahun, 27 Januari 2014) Objek sikap adalah pembelajaran bermuatan multikultural. Pendidikan multikultural pada SMK YPSIM yang dipraktekkan dalam keseluruhan sistem pembelajaran bermuatan multikultural, akan menunjukkan sikap siswa yang baik, jika siswa suka pada kegiatan pembelajaran bermuatan multikultural. Sebaliknya, jika sikap siswa terhadap pembelajaran bermuatan multikultural tidak baik, maka respon positif akan cenderung rendah. Kecerdasan emosional ini jelas sangat dibutuhkan oleh siswa, sebab siswa selalu berhubungan dengan siswa yang berbeda latar belakang budaya dan sifatnya. Perbedaan ini menuntut siswa untuk mengenali perasaan dirinya maupun orang lain. Berdasarkan pemaparan di atas, perbedaan cenderung menimbulkan adanya rasa curiga seperti prejudice berdasarkan teori yang ada. Namun diakui oleh beberapa siswa bahwa mereka nyaman dan tidak mengalami hal tersebut dengan adanya faktor dalam diri dalam berhubungan dengan orang lain, yang dalam hal ini berhubungan dengan komponen kecerdasan emosional, maka peneliti berniat untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap sikap siswa dalam pembelajaran bermuatan multikultural di SMK YPSIM.
12 12 B. Rumusan Masalah Melihat adanya fenomena di masyarakat, dimana terdapat sekolah berbasis multikultural, dan sikap siswa SMK dalam praktek pembelajaran bermuatan multikultural akan lebih dapat terlihat karena adanya bobot praktek kerja. Dengan demikian, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap sikap siswa dalam pembelajaran bermuatan multikultural di SMK Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap sikap siswa dalam pembelajaran bermuatan multikultural di SMK YPSIM. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya bidang psikologi pendidikan dan dapat dipakai sebagai pedoman dalam penelitian lebih lanjut terutama yang berkaitan dengan kecerdasan emosional, sikap dan multikultural. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pembinaan sikap siswa dalam pembelajaran bermuatan multikultural. Diharapkan dapat memberi sumbangan dan penelitian lebih lanjut.
13 13 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah: BAB I: PENDAHULUAN Berisi penjelasan mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II: LANDASAN TEORI Berisi teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. BAB III: METODE PENELITIAN Berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang berisikan tentang identifikasi variabel, definisi operasional variabel, subjek penelitian, alat ukur yang digunakan dan metode analisis data. BAB IV: HASIL DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum dan karakteristik dari subjek penelitian siswa SMK YPSIM serta bagaimana analisa data dilakukan dengan menggunakan analisa statistik dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for windows. Kemudian pada bab ini juga akan dibahas mengenai interpretasi data hasil penelitian beserta pembahasan. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini kesimpulan dari hasil penelitian yang disusun berdasarkan analisa dan interpretasi data serta dilengkapi dengan saran-saran bagi perusahaan dan bagi peneliti lain berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.
BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pendidikan adalah suatu upaya sadar dan terencana yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada dasarnya, pendidikan adalah suatu upaya sadar dan terencana yang dilakukan untuk mengubah perilaku individu, agar dapat mencapai potensi terbaik dari dalam diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan kondisi yang kaya akan suku bangsa atau sering
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan kondisi yang kaya akan suku bangsa atau sering disebut multikultural, negara Indonesia dibangun dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Semboyan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu di masyarakat. Kemajuan pada individu bisa dilihat dari seberapa besar perkembangan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa bagian, yang
BAB II LANDASAN TEORI A. STUDENT ENGAGEMENT 1. Definisi Student Engagement Menurut National Research Council dan Institute of Medicine (2004), dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. suatu objek (Azwar, 2010). Sikap (attitude) ialah pernyataan evaluatif, baik yang
BAB II LANDASAN TEORI A. Sikap 1. Definisi Sikap Sikap adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah panti asuhan terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah lembaga pengasuhan anak pada tahun 2007 sekitar 5.250 hingga 8.610 (Unicef
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memerlukan adanya proses untuk menjadi maju, salah satu proses tersebut adalah dengan mencerdaskan anak bangsa.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. SIKAP 1. Definisi Sikap Sikap atau attitude dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin yaitu aptus. Kata ini memiliki arti fit atau siap untuk beraksi. Jika mengacu pada definisi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. pendidikan. Bahkan sistem pendidikan di Indonesia saat ini juga telah banyak. mengubah pola pikir terutama dalam dunia pendidikan.
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini era globalisasi semakin terasa, terkhusus di Negara Indonesia. Era globalisasi sudah berpengaruh dalam semua bidang, terutama dalam bidang pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta untuk menyiapkan generasi masa kini sekaligus yang akan datang. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dijadikan sebagai salah satu sumber informasi materi yang penting bagi guru maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan selanjutnya yang ditempuh oleh individu setelah lulus SMA. Individu yang melanjutkan pada jenjang perguruan tinggi akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siap pakai dan berkualitas. Berkaitan dengan itu, pendidikan diharapkan mampu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan semakin meluas seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang begitu pesat menuntut untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sebagai seorang manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Interaksi kita dengan orang lain akan memiliki dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren yang menerapkan sistem pendidikan pondok modern (khalafi). Sistem pendidikan pondok pesantren modern
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman manusia seacara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu kegairahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar adalah motivasi siswa. Pintrich dan Schunk (2002) mengatakan bahwa motivasi memiliki peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciBAHAN AJAR CHARACTER BUILDING BERBASIS NILAI-NILAI PANCASILA
BAHAN AJAR CHARACTER BUILDING BERBASIS NILAI-NILAI PANCASILA C H A R A C T E R B U I L D I N G PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 ABSTRAK Bahan Ajar Character
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan peserta didik di tingkat perguruan tinggi yang akan mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pengembangan kemampuan ini khususnya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan
Lebih terperinciKak Rya = Batak Admin service
Kak Rya = Batak Admin service 1. Gimana rasanya kerja disini kakak? Ada suka dan ada dukanya juga 2. Menurut kakak gimana temen temennya disini? Ada yang baik, judes, macem macem deh 3. Menurut kakak gimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter sebuah peradaban dan kemajuan yang mengiringinya. Tanpa pendidikan, sebuah bangsa atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai level/jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi kehidupan manusia; demikian pula bagi kehidupan suatu bangsa. Untuk mencapai tujuan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman pemerintahan Ir. Soekarno, ada tiga hal penting yang menjadi tantangan. Pertama adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciSISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA Imam Gunawan Tiap tiap negara memiliki peraturan perundang undangan sendiri. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai peraturan perundang udangan yang bertingkat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia adalah unik. Hal ini terjadi karena manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang berbeda-beda, baik secara budaya, latar belakang pendidikan,
Lebih terperinciD S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan komunikasi pada era globalisasi seperti sekarang ini. Teknologi informasi merupakan istilah
Lebih terperinciKurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada umumnya pasti tidak akan terlepas dari permasalahan sepanjang masa hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang setiap harinya pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara padu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan tertentu (pengajaran, bimbingan/latihan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat indonesia. Pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategis dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan unsur yang paling vital dalam
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menimbulkan kompetensi di berbagai bidang baik ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam setiap dunia pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan. Belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar seseorang dalam mendapatkan bekal ilmu pengetahuan yang tidak hanya bermanfaat untuk masa sekarang melainkan bermanfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang paling mutlak dimiliki oleh semua orang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang paling mutlak dimiliki oleh semua orang. Pendidikan menjadi suatu penentu agar bangsa kita dapat melangkah lebih maju serta mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang OMK (Orang Muda Katolik) merupakan sebuah wadah yang dapat menghimpun para pemuda Katolik untuk terus melayani Tuhan dan sesama, sebagai sebuah komunitas keagamaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya. Guna mewujudkan itu semua, nilai-nilai demokrasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menganut sistem pemerintahan demokrasi. Pemerintahan demokrasi tidak akan berjalan dengan baik jika tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan nasional pada dasarnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Membangun dan membentuk masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari makhluk hidup yang lainnya. Oleh sebab itu, perlu adanya pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya (Sanjaya,2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa. Masyarakat Indonesia secara demografis maupun sosiologis merupakan wujud dari bangsa yang
Lebih terperinciKompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai
Lebih terperinciNILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati
NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang mempelajari tentang moral, etika maupun tingkah laku selain itu Pendidikan Kewarganegaraan mengandung
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk Tuhan YME yang kompleks, unik dan diciptakan dalam integrasi dua substansi yang tidak dapat berdiri sendiri. Substansi pertama disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan merupakan salah satu pilar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak sekali permasalahan yang sering terjadi dalam kehidupan sekitar kita. Permasalahan yang terkait dengan asusila,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UNESCO merupakan upaya mempersiapkan manusia untuk bisa hidup di masyarakat dan harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu,
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: NOERMANITA EKASARI
PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan suatu bangsa, karena kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan nasional suatu Negara salah satunya ditentukan oleh keberhasilan pengelolaan Negara itu sendiri dalam mengelola pendidikan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam membentuk kepribadian manusia. Semua tatanan hidup termasuk budi pekerti dan perilaku dapat diperoleh melalui
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
207 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Bab V ini peneliti akan menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Bab lima ini merupakan kesimpulan dari hasil
Lebih terperinciBAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK
BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang terwujud dalam sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas. Hal ini bertujuan untuk membentuk kepribadian
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA
STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SLTP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH KALIBENING SALATIGA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika Oleh : IMAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting bagi manusia supaya memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik peserta didiknya. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab VI, penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum 2013 kini sedang hangat dibicarakan oleh para guru, wali murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada beragam pernyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi masing-masing individu, dan sudah menjadi hak setiap manusia untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada Undang-Undang Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah
Lebih terperinci