BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden A. Umur Kisaran umur responden yakni perempuan pada Kasus LMDH Jati Agung III ini adalah tahun dengan rata-rata umur 35,5 tahun. Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur ini dapat di lihat pada Tabel 15. Tabel 15 Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur Kelompok Umur (Tahun) Perempuan n % , , ,34 >55 1 3,34 B. Mata Pencaharian Sebagian besar responden bermata pencaharian sebagai petani. Beberapa responden hanya mengurus masalah rumah tangga sebagai Ibu rumah tangga. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian dapat di lihat pada Tabel 16. Tabel 16 Distribusi responden berdasarkan mata pemcaharian No Mata Pencaharian n (jumlah) % 1. Petani 23 76,67 2. Berdagang 0 0,00 3. Pegawai/Karyawan 0 0,00 4. Wiraswasta 0 0,00 5. Ibu rumah tangga 7 23,33 C. Pendidikan Responden hanya berpendidikan sampai SD dan SLTP, hal tersebut dikarenankan kebutuhan keluarga memaksa mereka untuk segera bekerja pada usia sekolah dan kemudian menikah. Responden umumnya tidak melanjutkan sekolah dan menikah pada usia dini demi meringankan beban orang tua mereka. 27

2 Hingga saat inipun tingkat pendidikan anak-anak mereka masih rendah. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat di lihat pada Tabel 17. Tabel 17 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Responden n (jumlah) % Sekolah Dasar (SD) 19 63,34 SLTP 11 36,66 SMA/SMEA 0 0,00 PT 0 0, Penilaian Perempuan tentang Pola Penilaian Perempuan tentang Pengelolaan hutan di Desa Bareng dikelola oleh masyarakat dan Perhutani. Pengelolaan hutan dijalankan bersama agar kedua belah pihak sama-sama mendapat keuntungan dari sumberdaya hutan yang tersedia. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan diperkenankan mengelola hutan, namun tidak boleh melakukan penebangan. Pengelolaan hutan mengandung arti upaya atau tindakan masyarakat dalam memanfaatkan hutan dengan segala isinya. Perempuan di desa Bareng sering lebih tergantung pada sumberdaya hutan dibanding laki-laki dalam memenuhi kebutuhan yakni perempuan juga mencari kayu bakar, pakan ternak dan makanan keluarga. Makanan keluarga yang dicari perempuan di hutan adalah sayur-sayuran. Penilaian berhubungan dengan pendapat individu dalam hal ini adalah perempuan. Penilaian perempuan terhadap pengelolaan hutan berarti bagaimana pendapat perempuan terhadap hutan. Berikut distribusi penilaian perempuan tentang pengelolaan hutan di desa Bareng dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Distribusi responden berdasarkan penilaian tentang pengelolaan hutan No Tingkat Penilaian Kelas Nilai n (jumlah) % 1 Rendah ,00 2 Sedang 10, ,67 3 Tinggi 15, ,33 4 Sangat Tinggi 20, ,00 28

3 Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa 93,33% responden memiliki tingkat penilaian yang tinggi terhadap keberadaan hutan. Hal ini berarti responden selama ini telah menganggap masyarakat dan Perhutani telah mengelola hutan dengan baik. Ada 6,67% responden yang mempunyai tingkat penilaian sedang terhadap pengelolaan hutan. Hal tersebut dikarenakan responden merasa manfaat hutan belum benar-benar terasa bagi mereka. Tidak ada seorang responden pun yang mempunyai penilaian rendah seputar pengelolaan hutan. Hal tersebut menggambarkan bahwa masyarakat desa sekitar hutan walaupun tingkat pendidikannya rendah, mereka telah memahami pentingnya keberadaan hutan di Desa Bareng Penilaian Perempuan tentang Peran Perempuan dalam Pelaksanaan Pengelolaan hutan di Desa Bareng dilaksanakan antara masyarakat dan Perum Perhutani dengan saling berbagi. Berbagi disini berarti adanya pembagian peran antara Perum Perhutani dengan masyarakat desa hutan dalam pemanfaatan lahan baik tanah maupun ruang, dalam pemanfaatan waktu dan pengelolaan kegiatan. Perempuan selain mengerjakan pekerjaan rumah juga melakukan kegiatan di lahan. Berikut dapat dilihat penilaian perempuan di Desa Bareng seputar pelaksanaan. Tabel 19 Distribusi responden berdasarkan penilaian tentang pelaksanaan No Tingkat Penilaian Kelas Nilai n (jumlah) % 1 Rendah ,00 2 Sedang 10, ,67 3 Tinggi 15, ,33 4 Sangat Tinggi 20, ,00 Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa 63,33% responden menyatakan bahwa keberadaan pelaksanaan yang melibatkan perempuan dan laki-laki sudah sejajar. Ada 30% atau sekitar 9 orang yang menyatakan bahwa pelaksanaan yang melibatkan perempuan dan laki-laki sudah sangat sejajar, tidak ada 29

4 ketidakadilan yang terjadi. Seluruh pembagian kerja antara perempuan dan lakilaki sudah dilakukan sebaik mungkin. Hampir seluruh responden menyatakan bahwa pola sangat berguna bagi kelangsungan hidup masyarakat Desa Bareng, tetapi beberapa responden juga mengatakan bahwa kegiatan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, karena itu kegiatan hanya mereka anggap sebagai pekerjaan sampingan. 5.3 Peran Perempuan dalam Tingkat Kehadiran Perempuan dalam A. Tingkat Kehadiran Tahap Perencanaan Langkah awal perencanaan dimulai dari sosialisasi sampai penandatanganan kontrak kerja. Tahap perencanaan yang dilaksanakan LMDH Jati Agung III meliputi kegiatan penandatanganan kontrak kerja, penentuan jenis tanaman, pembagian lahan andil, pemasangan patok batas, pembentukan KTH dan penentuan bagi hasil. Kegiatan penandatanganan kontrak kerja antara Perhutani dalam hal ini adalah KPH Bojonegoro hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Walaupun kaum perempuan di LMDH Jati Agung III sering hadir dalam pertemuan penandatanganan kontrak tetapi keikutsertaan mereka masih pasif. Kegiatan penentuan jenis tanaman dilaksanakan oleh pihak Perhutani dan anggota LMDH Jati Agung III. Kegiatan penentuan jenis tanaman ini sudah melibatkan keikutsertaan perempuan, hanya saja kaum perempuan masih pasif. Jenis tanaman yang ditentukan adalah jati sebagai tanaman pokok dan Tanaman porang (Amarphopallus oncophilus), tanaman empon-empon seperti jahe, kencur dan kunir, lalu tanaman kacang Koro Benguk (Mucuna pruriens) sebagai tanaman. Pembagian lahan andil dilaksanakan antara ketua LMDH Jati Agung III dengan anggota-anggotanya. Luasan yang dikelola masing-masing rumah tangga berbeda-beda yakni berdasarkan kemempuan rumah tangga tersebut untuk mengelola lahan nya. Setelah lahan dibagi pengelolaannya untuk masing-masing rumah tangga anggota LMDH Jati Agung III kemudian 30

5 dilaksanakan kegiatan pemasangan patok batas. Kegiatan patok batas hanya dilaksanakan oleh kaum laki-laki saja, sedangkan kaum perempuan menyediakan konsumsi. Pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH) merupakan salah satu strategi agar dapat berinteraksi langsung dengan hutan dan desa tertinggal. Pelaksanaan kegiatan KTH biasa dilaksanakan sebulan sekali di rumah ketua LMDH. Pertemuan LMDH biasanya dilakukan pada sore hari sehabis semua anggota telah selesai melakukan pekerjaan mereka. Kaum perempuan hanya sebagian yang ikut serta dalam pertemuan KTH karena mereka harus memberekan rumah dan menyiapkan makanan untuk keluarga. Dalam kegiatan penentuan bagi hasil, perempuan tidak ikut campur terlalu aktif. Kaum perempuan hanya ikut serta tanpa terlibat secara aktif dalam kesepakatan pembagian hasil antara Perhutani dan suami-suami mereka. Berikut distribusi tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan perencanaan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Distribusi responden berdasarkan tingkat kehadiran dalam kegiatan perencanaan No Tingkat kehadiran Kelas Nilai n (jumlah) % 1 Rendah ,34 2 Sedang ,66 3 Tinggi ,00 Dari tabel 20 dapat dilihat bahwa ada 23 orang atau 76,66% perempuan memilikki tingkat kehadiran sedang dalam kegiatan perencanaan. Banyak responden merasa kehadiran mereka dalam pertemuan-pertemuan KTH penting untuk mengetahui perkembangan, walaupun mereka tidak turut aktif dalam proses pembuatan keputusan. Alasan yang diutarakan responden bahwa mereka hadir dalam pertemuan hanya untuk mendukung suaminya. B. Tingkat Kehadiran Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan penyuluhan dan pembinaan, pertemuan KTH, persiapan, penanaman dan pemeliharaan. Berikut disajikan distribusi tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan pelaksanaan pada tabel

6 Tabel 21 Distribusi responden berdasarkan tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan pelaksanaan. No Tingkat kehadiran Kelas Nilai n (jumlah) % 1 Rendah ,67 2 Sedang 10, ,00 3 Tinggi 15, ,33 Setelah memperhatikan Tabel 20 maka dapat dikatakan bahwa nilai tingkat kehadiran perempuan di LMDH Jati Agung III mayoritas berada pada tingkat sedang dan tinggi, dengan persentase berurutan sebesar 40,00% dan 43,33%. Hanya sekitar 16,67% responden yang memiliki tingkat kehadiran rendah. Dalam tahap pelaksanaan, responden dalam hal ini perempuan sudah hampir secara rutin mengikuti kegiatan pelaksanaan. Di LMDH Jati Agung III diadakan penyuluhan dan pembinaan 12 kali pertemuan dalam setahun. Kegiatan penyuluhan dan pembinaan dilakukan di rumah Ketua LMDH Jati Agung III. Kebanyakan kegiatan penyuluhan dan pembinaan dilakukan pada siang dan malam hari atau bukan pada jam kerja masyarakat. Dalam kegiatan penyuluhan dan pembinaan ini sudah banyak kaum perempuan yang hadir, hanya saja kurang dapat berperan aktif karena adanya anggapan bahwa kegiatan tersebut diutamakan untuk laki-laki saja. Perempuan masih sungkan untuk unjuk bicara dan bertindak di depan umum. Dalam kegiatan persiapan lahan masyarakat mampu bekerjasama dengan Perhutani dan melaksanakannya dengan baik. Dalam kegiatan ini mayoritas yang terlibat adalah laki-laki, hal ini dikarenakan para perempuan harus mengurus pekerjaan rumah tangga. Perempuan yang terlibat dalam kegiatan ini biasanya hanya diperuntukan pekerjaan yang ringan-ringan saja, seperti menyediakan konsumsi. Kegiatan penanaman dan pemeliharaan adalah kegiatan yang sangat dikontrol oleh Perhutani. Masyarakat diharapkan menanam tanaman yang tidak mengganggu tegakan jati, yang merupakan tegakan pokok Perhutani. Dalam kegiatan ini Perhutani dan masyarakat melakukan kerja sama yang cukup baik, masyarakat mematuhi aturan yang dibuat Perhutani dengan menanam tanaman yang tidak mengganggu tegakan jati. 32

7 Kegiatan pengamanan adalah kegiatan yang paling sulit dilakukan, karena luasnya wilayah kurang didukung oleh jumlah petugas pengamanan hutan. Perhutani melalui program ini mengharapkan tingkat kehadiran masyarakat dalam proses pengamanan hutan. Laki-laki bertugas melakukan ronda di lahan dan perempuan mengantarkan makanan serta menjaga rumah. Ronda rutin dilaksanakan oleh Polisi hutan dari Perhutani dan masyarakat secara bergantian ikut menemani. Perempuan sudah hampir seluruhnya menjalankan kegiatan pelaksanaan, baik penyuluhan dan pembinaan, pertemuan KTH, persiapan lahan dan penanaman dan pemeliharaan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan pelaksanaan sudah cukup tinggi. C. Tingkat Kehadiran Perempuan dalam Setelah menganalisis tingkat kehadiran perempuan dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan maka sekarang dapat di hitung seberapa besar sebenarnya tingkat kehadiran perempuan dalam di LMDH Jati Agung III. Tingkat tingkat kehadiran perempuan dalam ini di hitung dengan menjumlahkan nilai tingkat kehadiran mulai dari kegiatan perencanaan hingga kegiatan pelaksanaan. Nilai minimum adalah 6 dan maksimum adalah 30. Berikut disajikan tingkat kehadiran perempuan dalam dalam Tabel 22. Tabel 22 Distribusi responden berdasarkan tingkat kehadiran dalam No Tingkat Kehadiran Kelas Nilai n (jumlah) % 1 Rendah ,00 2 Sedang 12, ,67 3 Tinggi 18, ,33 4 Sangat Tinggi 24, ,00 Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa tingkat tingkat kehadiran perempuan sebagian besar termasuk dalam kategori tingkat kehadiran sedang yakni sekitar 46,67% atau 14 orang perempuan. Sebagian besar lainnya masuk dalam kategori tingkat kehadiran tinggi (43,33%). Perempuan di LMDH Jati Agung III sudah menyadari pentingnya kehadiran mereka untuk memperoleh informasi tentang walaupun tidak 33

8 terlibat secara aktif dalam kegiatan perencanaan. Dalam kegiatan pelaksanaan, responden sudah dilibatkan secara aktif untuk mendukung suami mereka. Responden menyerahkan segala proses perencanaan pada para suami dalam pertemuan KTH, sedangkan mereka selalu siap membantu dalam hal teknis Curahan Waktu Kerja Responden Responden dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari menghabiskan waktu yang tidak sedikit. Curahan waktu kerja responden disini berarti seberapa lama waktu yang dihabiskan responden untuk melakukan suatu pekerjaan dalam satuan waktu tertentu. Curahan waktu kerja responden dihitung mulai dari melaksanakan suatu pekerjaan hingga pekerjaan itu benar-benar selesai. Curahan waktu kerja responden dihitung dalam satuan HOK/bulan. Tabel 23 Rata-rata curahan waktu kerja responden dalam kegiatan No Kegiatan Curahan waktu kerja perempuan (HOK/bulan) 1 Penanaman 0,00 2 Pemeliharaan 10,25 3 Pemanenan 10,25 Jumlah 20,50 Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa rata-rata curahan waktu kerja perempuan pada kegiatan penanaman bernilai 0. Hal tersebut dikarenakan kegiatan penanaman hanya dilakukan sekali. Sedangkan penelitian ini mengkaji curahan waktu kerja perempuan dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Rata-rata curahan waktu kerja perempuan pada kegiatan pemeliharaan dan pemanenan sama. Kegiatan pemeliharaan kurang lebih menghabiskan waktu 3-4 jam atau 10,25 HOK/bulan, yaitu pemberian pupuk, pemeriksaan terhadap hama penyakit dan pembersihan areal tanam. Kegiatan pemanenan juga menghabiskan waktu yang relatif sama dengan kegiatan pemeliharaan yaitu 3-4 jam atau 10,35 HOK/bulan. Kegiatan dalam bidang jasa, berdagang, kebun, sawah dan beternak termasuk dalam kegiatan non. Perempuan juga ikut serta meluangkan waktunya di dalam kegiatan ini. Curahan waktu kerja perempuan dalam kegiatan non dapat dilihat pada Tabel

9 Tabel 24 Rata-rata curahan waktu Kerja responden dalam kegiatan non No Kegiatan Non n (jumlah) Total HOK/bulan Rata-rata HOK/bulan 1 Kebun 17 93,745 5,51 2 Sawah 5 22,50 4,50 3 Ternak ,75 7,70 4 Berdagang 0 0,00 0,00 5 Jasa 0 0,00 0,00 6 Tidak Berkegiatan 8 0,00 0,00 Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa tidak terdapat kegiatan jasa dan berdagang di pada rumah tangga desa. Pada lokasi penelitian sama sekali tidak terlihat adanya warung kopi, kelontong atau bentuk perdagangan lainnya. Hal tersebut dikarenakan rumah tangga di LMDH Jati agung III lebih fokus pada kegiatan bertani, berkebun dan beternak. Dari 30 responden terdapat 17 perempuan yang juga memilikki pekerjaan berkebun dengan rata-rata curahan waktu kerja bernilai 5,51 HOK/bulan dan terdapat 5 orang responden yang juga bekerja di sawah dengan rata-rata curahan waktu kerja 22,5 HOK/bulan. Hal tersebut menunjukkan perempuan ikut meluangkan waktunya bekerja di lahan kebun dan sawah setiap harinya. Jadi bukan laki-laki saja yang datang ke kebun dan sawah. Terdapat 18 responden yang memilikki pekerjaan beternak dengan ratarata curahan waktu kerja terbesar diantara kegiatan non yang lain, yaitu 7,7 HOK/bulan. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan responden selalu meluangkan waktu untuk mengurus ternak mereka dirumah sambil mengurus kegiatan rumah tangga. Dari keseluruhan rata-rata curahan waktu kerja dalam kegiatan non tampak bahwa perempuan ikut serta dalam membantu laki-laki memenuhi kebutuhan hidup. Selain kegiatan dan non, perempuan tentu saja melaksanakan kegiatan rumah tangga. Kegiatan rumah tangga disebut juga dengan kegiatan domestik yang merupakan kegiatan yang tidak pernah lepas dari gambaran seorang perempuan sebagai ibu rumah tangga. Curahan waktu kerja perempuan dalam kegiatan domestik dapat dihitung dalam satuan jam/hari. 35

10 Berikut dapat dilihat rata-rata curahan waktu kerja perempuan dalam kegiatan domestik. Tabel 25 Rata-rata curahan waktu kerja responden dalam kegiatan domestik No Kegiatan domestik Rata-rata curahan waktu kerja perempuan (jam/hari) 1 Memasak 1,50 2 Mencuci baju 0,717 3 Mengasuh anak 0,567 4 Membersihkan rumah 0,70 Jumlah 3,484 Dari Tabel 25 dapat dilihat bahwa perempuan di LMDH Jati Agung III dalam kesehariannya menghabiskan waktu 3-4 jam untuk mengerjakan kegiatan rumah tangga Kontribusi Pendapatan Perempuan dalam Rumah Tangga A. Pendapatan Perempuan Sumber pendapatan perempuan dari sektor mempengaruhi keuangan rumah tangga. Dalam hal ini, pengeluaran keluarga tidak diperhitungkan sehingga hanya memperhitungkan pendapatan perempuan saja. Penghasilan non terdiri dari tiga sumber yaitu kebun, sawah dan ternak. Berikut dapat dilihat rata-rata pendapatan dan perubahan pendapatan perempuan dalam keluarga. Berikut dapat dilihat Rata-rata pendapatan perempuan dari kegiatan dan Non beserta Perubahan pendapatannya. Tabel 26 Rata-rata pendapatan dan perubahan pendapatan perempuan Rata-rata pendapatan perempuan (Rp/tahun) Non (Rp/tahun) Total (Rp/tahun) (Rp/tahun) Perubahan pendapatan (%) Kebun Sawah Beternak ,28 Dari Tabel 26 dapat dilihat total rata-rata pendapatan sebesar Rp ,00 sedangkan untuk kegiatan non sebesar Rp ,00. Terdapat tiga sumber pendapatan dalam kegiatan non yaitu kebun, sawah 36

11 dan ternak. Di LMDH Jati Agung III sumber pendapatan terbesar dari kegiatan non adalah beternak. Oleh karena itu mayoritas responden juga beternak untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Total keseluruhan rata-rata pendapatan perempuan sebesar Rp ,00 dengan rata-rata perubahan pendapatan perempuan sebesar 53.28%. Pendapatan yang di dapat perempuan dalam kegiatan sedikit lebih besar daripada pendapatan yang didapat perempuan dari kegiatan non. Hal ini yang menyebabkan perempuan mulai ikut serta dalam kegiatan untuk dapat membantu suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Berikut dapat dilihat distribusi perempuan berdasarkan persentase perubahan pendapatan. Tabel 27 Distribusi perempuan berdasarkan persentase perubahan pendapatan Kategori Persentase Perubahan Responden Pendapatan n (jumlah) % Sangat baik % 7 24,00 Baik 51-75% 2 6,00 Cukup 25-50% 18 60,00 Kurang < 25% 3 10,00 Total Dari Tabel 27 dapat dilihat sebagian besar persentase perubahan pendapatan perempuan sudah berada dalam kategori cukup yakni sebesar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan dari kegiatan sudah diyakini cukup membantu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Ada 24% atau 7 responden yang persentase perubahan pendapatannya berada di kategori sangat baik, hal itu dikarenakan kegiatan adalah kegiatan utama mereka dalam membantu suami memenuhi kebutuhan rumah tangga. B. Kontribusi Perempuan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Kontribusi perempuan dapat diketahui dengan membandingkan masingmasing pendapatan perempuan dari dan non dengan pendapatan rumah tangga. Berikut dapat dilihat kontribusi perempuan dalam rumah tangga. 37

12 Tabel 28 Kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga melalui kegiatan dan non. Pendapatan perempuan (Rp/th) Pendapatan Non Total rumah tangga Kontribusi (%) Kontribusi Non (%) Total kontribusi (%) , , , Dari Tabel 28 dapat dilihat bahwa perempuan sudah memiliki konstribusi yang cukup dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Total kontribusi perempuan dalam pendapatan rumah tangga sebesar 9,68% atau Rp ,00 per tahun, sehingga dapat dilihat bahwa kontribusi perempuan sudah dapat diperhitungkan dalam rumah tangga responden Pengambilan Keputusan A. Pengambilan Keputusan dalam Kelembagaan Adapun masalah yang terjadi di Desa Bareng selalu dibicarakan dalam pertemuan. Pertemuan ini biasanya dilaksanakan pada sore hari di rumah ketua LMDH Jati Agung III. Pertemuan biasanya dilaksanakan rutin satu kali dalam sebulan namun jika ada permasalahan yang mendesak untuk dibicarakan dapat dilaksanakan dua kali dalam sebulan. Dalam pertemuan biasanya dihadiri oleh masyarakat desa hutan sebagai orang-orang yang langsung berinteraksi dengan hutan, pihak Perhutani atau Dinas Kehutanan atau juga LSM sebagai penyuluh. Materi yang pernah dibicarakan adalah tentang kegiatan pengamanan hutan dari penjarah dan kebakaran hutan juga pemasaran hasil tanaman. Segala sesuatu permasalahan dalam pelaksanaan di Desa Bareng dibicarakan dalam pertemuan ini. Apabila pertemuan dilaksanakan pada malam hari dan siang hari sehabis dari kebun atau sawah hanya beberapa perempuan yang datang. Kebanyakan perempuan tidak datang dengan alasan mereka mau mengerjakan pekerjaan rumah dan sudah sangat lelah bekerja, sehingga mereka selalu menerima dan mendukung apa yang suami mereka putuskan. 38

13 B. Pengambilan Keputusan dalam Keluarga Hukum keluarga dalam suatu masyarakat merupakan patokan dan pedoman awal dari perilaku manusia perseorangan dalam masyarakat. Berbagai kegiatan yang ada dalam keluarga dijalankan melalui berbagai pilihan. Pilihanpilihan tersebut yang akan menentukan bagaimana kelangsungan hidup keluarga. Kegiatan pengambilan keputusan harus memilih pilihan yang tepat sehingga ketentraman keluarga dapat tercapai. Dilihat dari aspek gender, perbedaan perempuan dan laki-laki akan mempengaruhi pemikiran dalam pengambilan keputusan. a) Pengambilan Keputusan dalam Keluarga tentang merupakan perwujudan dedikasi Perum Perhutani kepada masyarakat sekitar hutan sebagai wujud peningkatan sosial, perekonomian, pendidikan dan kesehatan. yang hadir ditengah masyarakat membuat masyarakat mendapatkan lahan baru untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka. Pengambilan keputusan dalam keluarga tentang sektor yakni pada kegiatan produksi seperti penentuan pengambilan keputusan dalam pertemuan KTH dan stakeholder yang terkait, kegiatan penentuan jenis tanaman selain tanaman pokok, penentuan penggunaan sarana produksi dan kegiatan pasca produksi seperti penentuan pemanfaatan hasil produksi dan penentuan penjualan hasil produksi. Berikut dapat dilihat persentase pengambilan keputusan dalam keluarga tentang kegiatan pada Tabel 29. Tabel 29 Persentase pengambilan keputusan dalam keluarga tentang kegiatan Pengambil Keputusan Penentuan jenis tanaman Pengambilan keputusan dalam pertemuan KTH Penggunaan sarana produksi Pemanfaatan hasil produksi Penjualan hasil produksi n % n % n % N % n % SS 14 47, , , , ,00 SI 15 50, , , ,00 0 0,00 IS 1 3,00 1 3,00 1 3,00 1 3,00 1 3, , , , ,00 Keterangan : Keterangan: n=jumlah, SS=Suami Sendiri, SI=Suami dan Istri, IS=Istri Sendiri 39

14 Dari Tabel 29 dapat dilihat bahwa mayoritas pengambil keputusan adalah laki-laki. Hanya sebagian kecil rumah tangga responden yang proses pengambilan keputusan dilakukan secara bersama antara istri dan suami. Hanya pada kegiatan penentuan jenis tanaman, 50% atau 15 responden menyatakan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara bersama antara laki-laki dan perempuan. Sebagian besar pengambilan keputusan dalam seluruh kegiatan masih dilakukan oleh laki-laki. Tabel 30 Distribusi responden berdasarkan pengambilan keputusan dalam No Tingkat Pengambilan Kelas Nilai n (jumlah) % Keputusan 1 Rendah ,34 2 Sedang 10, ,33 3 Tinggi 15, ,00 4 Sangat Tinggi 20, ,33 Dari Tabel 30 dapat dilihat bahwa tingkat pengambilan keputusan dalam oleh perempuan hampir keseluruhan berada di tingkat rendah yaitu 93,34%. Hal ini dikarenakan perempuan selalu mengikuti keputusan yang dibuat suami dan para suamipun menganggap para istri belum memiliki pengetahuan yang baik untuk membuat keputusan dalam kegiatan. Adapun satu rumah tangga responden yang berada pada tingkat sangat tinggi dikarenakan suami responden telah meninggal dunia, sehingga semua keputusan dalam rumah tangga diputuskan oleh responden sendiri. b) Pengambilan Keputusan dalam Keluarga tentang Kegiatan Domestik Dalam setiap rumah tangga pasti akan mengalami banyak permasalahan domestik seperti, menentukan jumlah keturunan, pendidikan anak, dan penentuan menu makanan sehari-hari, serta kesehatan keluarga dan kegiatan sosial di lingkungan. Karena itu peran gender sangat diperlukan dan penting dalam rumah tangga, sehingga setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama. Perempuan seringkali dikaitkan dengan kegiatan rumah tangga atau kegiatan domestik. Berikut ini dapat dilihat distribusi pengambilan keputusan perempuan dalam kegiatan domestik. 40

15 Tabel 31 Persentase pengambilan keputusan responden dalam kegiatan domestik. Pengambil Keputusan n (jumlah) % Suami sendiri 0 0,00 Suami bersama istri 27 90,00 Istri sendiri 3 10,00 Dari Tabel 31 dapat dilihat bahwa pengambilan keputusan dilakukan suami istri secara bersama-sama yakni 27 keluarga perempuan (90%). Hanya ada 3 orang responden perempuan yang melakukan pengambilan keputusan dalam kegiatan domestik seorang diri. Hal tersebut dikarenakan suami dari 2 responden sama sekali tidak mau tau tentang kegiatan domestik dan menyerahkan seluruhnya kepada istri, sedang satu responden lain mengambil keputusan sendiri dikarenakan suami dari responden telah meninggal, sehingga semuanya harus diputuskan oleh responden sendiri. Pengambilan keputusan dalam kegiatan domestik ini tidak ada satu pun rumah tangga dimana suami sendiri yang mengambil keputusan. Hal ini menunjukan bahwa istri sangat mengerti tentang segala kegiatan domestik dalam rumah tangga mereka. Mayoritas perempuan yang berada di desa Bareng mengartikan emansipasi wanita sebagai kesederajatan perempuan dan laki-laki dimana perempuan tidak hanya diam di rumah tetapi dapat juga bekerja mencari nafkah. Adapun media penyebaran emansipasi wanita di desa Bareng adalah televisi, radio dan buku. Perempuan memegang pearan yang sangat besar di bidang kesehatan dan gizi. Mayoritas perempuan di desa Bareng menggunakan spiral, suntik dan pil serta kondom sebagai langkah nyata dalam mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Beban untuk melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) masih lebih banyak dipikul perempuan dibandingkan oleh laki-laki. Oleh karena itu, kesehatan perempuan sebagai aseptor harus senantiasa diperhatikan. Perempuan sebagai ibu rumah tangga juga sangat memperhatikan gizi keluarga. Gizi keluarga seperti konsumsi makanan dan minuman. Keluarga responden mengkonsumsi 4 sehat dan 5 sempurna berdasarkan tingkat penghasilanyang diperoleh. Apabila penghasilan yang diperoleh mencukupi maka keluarga dapat menikmati makanan dan minuman yang bergizi dan sebaliknya. 41

16 Pendidikan juga turut serta sebagai kegiatan domestik dalam keluarga yakni penentuan pendidikan bagi anak-anak. Pendidikan disini tidak hanya dipandang bertujuan untuk menambah pengetahuan tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan keterampilan (keahlian) sehingga dapat juga meningkatkan prokdutivitas anak-anak responden. Oleh karena itu, keputusan orang tua mengenai pendidikan anak-anaknya mempunyai dampak penting kesejahteraan keluarga. Faktor yang mempengaruhi pendidikan anak seperti harapan manfaat dan biaya sekolah. Dari sudut pandang orangtua, menyekolahkan anak merupakan investasi sehingga harus mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang diterima. Manfaat yang diharapkan seperti materi yang bisa didapatkan dari anaknya pada hari tua mereka dan juga kepuasan orangtua mempunyai anak yang berpendidikan Korelasi antara Penilaian Perempuan dengan Peran Perempuan Penilaian terhadap hutan dan kehutanan sangat dipengaruhi oleh pandangan hidup, adat istiadat, kebiasaan serta ketergantungan terhadap hutan dan kehutanan. Penilaian dalam penelitian ini adalah penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat terhadap menurunnya kemauan dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Uji korelasi Rank Spearman antara penilaian perempuan dengan peran perempuan dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Hasil analisis korelasi Rank Spearman antara penilaian perempuan dengan peran perempuan yakni variabel tingkat kehadiran perempuan dalam, pengambilan keputusan, kontribusi pendapatan, dan curahan waktu kerja perempuan di dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32 Hasil pengujian korelasi Rank Spearman peran perempuan dalam Peran Perempuan Tingkat kehadiran dalam Pengambilan Keputusan Kontribusi Pendapatan Curahan Waktu Kerja di Penilaian Perempuan Correlation Coefficient Sig ( tailed) N Keterangan : ** = Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 42

17 Analisis deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan antara penilaian perempuan dengan peran perempuan yang diwakili variabel tingkat kehadiran perempuan, curahan waktu kerja, pengambilan keputusan dan kontribusi pendapatan perempuan. Dari Tabel 35 dapat dilihat bahwa penilaian perempuan berhubungan dengan variabel tingkat kehadiran dalam, pengambilan keputusan dan curahan waktu kerja di. Penilaian perempuan memiliki hubungan yang positif dengan curahan waktu kerja di dengan nilai korelasi 0,278. Semakin tinggi penilaian perempuan tentang maka curahan waktu kerja di akan semakin tinggi. Penilaian perempuan mempunyai hubungan negatif dengan variabel pengambilan keputusan, tingkat kehadiran dalam dan kontribusi pendapatan dengan nilai korelasi masing-masing , dan Nilai korelasi ini dianggap tidak berkorelasi karena memilikki nilai di bawah 0,25. Penilaian perempuan yang tinggi belum mampu meningkatkan tingkat pengambilan keputusan dalam rumah tangga, karena adanya kebiasaan dalam rumah tangga perempuan hanya mengurus masalah dapur atau kegiatan domestik, sedangkan urusan pekerjaan di serahkan sepenuhnya kepada para suami. Penilaian perempuan yang tinggi sudah mampu meningkatkan tingkat kehadiran perempuan, hanya saja belum maksimal karena para perempuan masih pasif dalam kegiatan. Variabel kontribusi pendapatan tidak memiliki hubungan dengan penilaian perempuan. Hal ini disebabkan perempuan hanya menggangap kegiatan adalah pekerjaan sampingan dan belum bisa dijadikan pekerjaan pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga, karena pendapatan dari masih dianggap kurang. 43

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Perempuan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Hutan memiliki kedekatan hubungan dengan masyarakat disekitarnya terkait dengan faktor ekonomi, budaya dan lingkungan. Hutan

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh

Lebih terperinci

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011 59 BAB VII HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 7.1 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan Pertanian Penguasaan lahan merupakan

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1 SKALA SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA A-2 SKALA KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Skala SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA LAMPIRAN A-2 Skala KESADARAN

Lebih terperinci

DEFINISI OPERASIONAL

DEFINISI OPERASIONAL 18 DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Tingkat pendidikan yaitu pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden pada saat penelitian berlangsung.

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 14 INSTRUMEN PENELITIAN STUDI KELUARGA Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati Instrumen Penelitian Kehidupan Keluarga Variabel: Identitas Keluarga Nama Pekerjaan Umur (tahun) Pendidikan Suami IBU Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. itu telah disebarkan kuesioner kepada 50 orang responden. Oleh karena itu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. itu telah disebarkan kuesioner kepada 50 orang responden. Oleh karena itu BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan bauran promosi di perusahaan snack Ribut di Purwokerto, minat beli konsumen snack Ribut, dan pengaruh pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Babakan Madang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bogor, Kesatuan Pemangkuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. setelah seseorang divasektomi maka untuk selanjutnya ia tidak lagi dapat

BAB V KESIMPULAN. setelah seseorang divasektomi maka untuk selanjutnya ia tidak lagi dapat BAB V KESIMPULAN Vasektomi merupakan salah satu program KB yang tergolong kontrasepsi mantap. Kontrasepsi mantap artinya sebelum melakukan operasi vasektomi, calon pelaku sudah memahami betul bahwa vasektomi

Lebih terperinci

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai 163 BAB IX KESIMPULAN 9.1. Kesimpulan Status laki-laki dan perempuan dalam keluarga berkaitan dengan bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai mengenai status anak laki-laki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Perkebunan teh PTPN VIII Ciater Subang merupakan perkebunan yang tetap bertahan dari zaman kolonial Belanda sampai tahun 1990, bahkan sampai sekarang. Keberadaan

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan alokasi waktu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat perempuan di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Kreatifitas pengrajin bambu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Peranan bagi wanita secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mulia dan dijunjung

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan

ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan Nina Herlina, Syamsul Millah, Oding Syafrudin Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.

BAB 4 ANALISIS HASIL Gambaran umum responden. bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. BAB 4 ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran umum responden Responden dalam penelitian ini adalah anggota dari organisasi nonprofit yang berjumlah 40 orang. Pada bab ini akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

DEFINISI OPERASIONAL, INDIKATOR DAN PENGUKURAN PEUBAH PENELITIAN PEUBAH DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR PENGUKURAN *)

DEFINISI OPERASIONAL, INDIKATOR DAN PENGUKURAN PEUBAH PENELITIAN PEUBAH DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR PENGUKURAN *) 176 Lampiran 1 DEFINISI OPERASIONAL, INDIKATOR DAN PENGUKURAN PEUBAH PENELITIAN PEUBAH DEFINISI OPERASIONAL INDIKATOR PENGUKURAN *) FAKTOR INTERNAL (X 1) : Umur (X1.1) Tingkat Pendidikan (formal dan non

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 36 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan partisipasinya dalam pembangunan itu sendiri. Pembangunan di bidang

Lebih terperinci

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG Oleh : Dra. Sofi Sufiarti. A ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian di lapangan, masih memiliki keinginan untuk membina rumah-tangga dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian di lapangan, masih memiliki keinginan untuk membina rumah-tangga dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Wanita pengusung sisingaan sebagaimana data yang telah diperoleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas minimum 0,25 ha. Hutan rakyat ini merupakan suatu pengembangan pengelolaan hutan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 sampai dengan 31 Juni 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%)

Tabel 1. Data Profil Responden (n = 146) Profil responden Jumlah Persentase (%) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Profil Responden Tabel 1 menunjukkan profil ibu dan anak. Profil ibu meliputi pendidikan terakhir ibu, penghasilan keluarga serta pekerjaan ibu. Adapun profil anak meliputi jenis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 124,00 ha.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 124,00 ha. 39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik Wilayah Penelitian Desa Buminagara merupakan sebuah desa di Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan seluas 2,4 juta Ha di hutan

Lebih terperinci

Kepada Yth. Bapak/Ibu/Responden Warga Pematang Raya, Sondi Raya Merek Raya

Kepada Yth. Bapak/Ibu/Responden Warga Pematang Raya, Sondi Raya Merek Raya SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN Jalan Sivitas Akademika, Tel. 8212453, Kode Pos 20155 - Medan Perihal: Mohon Kesediaan Mengisi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi Biofisik

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi Biofisik KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Biofisik Letak dan Luas Kelurahan Layana memiliki luas ± 1.779 ha, dan merupakan bagian dari Kecamatan Palu Timur, dan berjarak tempuh 6 km dari Ibukota Kecamatan.

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG ANALYSIS OF USE FAMILY LABOR CULTIVATION OF SHEEP LIVESTOCK IN THE SUBDISTRICT BUAHDUA DISTRICT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat di Desa Sikumpul dalam pola sosialisasi telah mampu menerapkan kesetaraan gender dengan cukup baik di beberapa aspek kehidupan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Wilayah Penelitian dilakukan di Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur yaitu di Desa Pakusari Kecamatan Pakusari. Desa Pakusari memiliki lima Dusun yaitu Dusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian menjadi prioritas dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015 2019, pada RPJMNtahap-3

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PERANAN HUTAN PRODUKSI KPH RANDUBLATUNG TERHADAP PENINGKATAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR

PELUANG PENINGKATAN PERANAN HUTAN PRODUKSI KPH RANDUBLATUNG TERHADAP PENINGKATAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR i PELUANG PENINGKATAN PERANAN HUTAN PRODUKSI KPH RANDUBLATUNG TERHADAP PENINGKATAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR (Studi Kasus: Kecamatan Randublatung) TUGAS AKHIR Oleh: MEILYA AYU S L2D 001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH

BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH BAB III USULAN PENSOLUSIAN MASALAH 3.1 Program Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi, selanjutnya ditindaklanjuti dengan berupaya memberikan solusi atau pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Data Kasar A-1 DATA KASAR SIKAP TERHADAP POLIGAMI A-2 DATA KASAR KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Data Kasar SIKAP TERHADAP POLIGAMI LAMPIRAN A-2 Data Kasar KESADARAN KESETARAAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Teknik Pemilihan Responden 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari objek dalam satu waktu tertentu, tidak berkesinambungan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang tentunya memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. Sekarang ini, Indonesia banyak menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pemanfaatan lahan antara masyarakat adat dan pemerintah merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Salah satu kasus yang terjadi yakni penolakan Rancangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA

BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA 6.1 Pengembangan Kegiatan Usahatani Anggota Pengembangan usatani dapat terlihat melalui penerapan diversifikasi usahatani yang dilakukan, peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 25 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kegiatan Pengelolaan Hutan Pinus 5.1.1 Potensi Getah Pinus Getah pinus di KPH Banyumas Barat seperti yang tertera pada Tabel 4 berasal dari 6 BKPH yang termasuk ke dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

Laki-laki Papua dan partisipasi dalam pengasuhan anak

Laki-laki Papua dan partisipasi dalam pengasuhan anak Laki-laki Papua dan partisipasi dalam pengasuhan anak Oleh: Rini Hanifa* Ada apa dengan perempuan? Berbicara mengenai gender in value chain dapat dimulai dengan mengajukan pertanyaan Ada apa dengan perempuan?,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan hutan tanaman di Jawa, khususnya oleh Perum Perhutani merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan utama mulai dari penanaman, pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT SISTEM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT BAMBU DESA PONDOK BULUH KECAMATAN DOLOK PANRIBUAN KABUPATEN SIMALUNGUN

KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT SISTEM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT BAMBU DESA PONDOK BULUH KECAMATAN DOLOK PANRIBUAN KABUPATEN SIMALUNGUN KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT SISTEM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT BAMBU DESA PONDOK BULUH KECAMATAN DOLOK PANRIBUAN KABUPATEN SIMALUNGUN Dusun Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi No urut sampel PENGENALAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Pengumpulan data dilakukan pada Bulan Desember 2011 dan Bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, yang didukung oleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui pengisian

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Geografi

KEADAAN UMUM LOKASI. Geografi KEADAAN UMUM LOKASI Geografi Kabupaten TTS merupakan salah satu dari 19 kabupaten di Provinsi NTT. Secara geografis Kabupaten TTS terletak pada kordinat 124 49 0 BT 124 4 00 BT dan 9 28 13 LS - 10 10 26

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah PENDAHULUAN Latar Belakang Alih-guna lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan

Lebih terperinci