BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam
|
|
- Sudirman Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun kemampuan psikologis. Perkembangan kehidupan manusia terjadi secara bertahap, dan setiap tahap perkembangan tersebut memiliki karakteristik, tugas-tugas perkembangan serta risiko-risiko yang harus dihadapi. Setiap periode perkembangan dalam kehidupan manusia memiliki peranan yang sangat penting. Pemenuhan tugas-tugas perkembangan pada tahap awal perkembangan akan mempengaruhi perkembangan pada rentang kehidupan selanjutnya (Hurlock, 1999). Memasuki periode dewasa awal, individu memiliki tugas perkembangan yang berbeda dengan periode sebelumnya. Salah satu tugas perkembangan pada masa ini adalah membangun hubungan dengan lawan jenis dan kemudian menikah. Salah satu kelompok individu yang berada pada masa ini yaitu mahasiswa. Mahasiswa adalah sekelompok individu yang telah menyelesaikan SMU dan memasuki Perguruan Tinggi. Mahasiswa memasuki akhir dari tahap perkembangan remaja akhir dan memasuki awal dari tahap perkembangan dewasa awalnya (Erikson, 1999). Mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal mempunyai masalah sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial,
2 mahasiswa mengalami perkembangan psikososial dan salah satunya adalah dengan membentuk hubungan intim dengan lawan jenis (Papalia, 2003). Masalah ini berkaitan dengan tugas perkembangannya yang berada pada masa dewasa awal di mana sebagian besar mahasiswa berada pada rentang umur dari 18/19 tahun sampai 24/25 tahun (Winkel,1997). Mahasiswa bukan hanya dituntut untuk sekedar menjalin hubungan dengan lawan jenis. Akan tetapi, mahasiswa juga dituntut untuk mengembangkan keintiman (intimacy) dalam hubungannya tersebut. Keintiman dengan lawan jenis ini akan membantu mahasiswa untuk memenuhi tugas perkembangannya dalam rangka persiapan untuk hidup berumah tangga. Sebelum berumah tangga mahasiswa akan memilih pasangan yang paling tepat untuk dijadikan pendamping. Biasanya mereka yang menikah adalah mereka yang telah melalui tahap-tahap berpacaran. Melalui pacaran, seseorang mendapat ilmu untuk memasuki dunia pernikahan. Pengertian pacaran itu sendiri menurut Reiss (dalam Duval & Miller, 1985) adalah hubungan antara pria dan wanita yang diwarnai dengan keintiman. Keduanya terlibat perasaan cinta dan saling mengakui pasangan sebagai pacar. Gembeck & Patherick (2006) mengatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam berpacaran yaitu keintiman dengan lawan jenis dan berbagi dengan orang lain yang merefleksikan tugas perkembangan pada masa ini. Terdapat dua bentuk utama dari keintiman yaitu keintiman dalam persahabatan dan keintiman dalam hubungan yang intim (Trenholm & Jensen, 1992). Salah satu contoh hubungan yang intim yaitu pacaran. Penelitian ini menggunakan keintiman dalam
3 berpacaran dalam kaitan menjalin hubungan dengan lawan jenis untuk persiapan tugas perkembangan dewasa awal dalam hidup berumah tangga. Kematangan yang dimiliki mahasiswa dalam menjalin keintiman dengan lawan jenis tidak dapat terjadi bergitu saja. Menurut Erikson (1999), pencapaian keintiman harus terlebih dahulu melewati pencapaian identitas. Pendapat ini juga diperkuat oleh penelitian Fitch dan Adams (dalam Adams, 2005) yang meneliti hubungan antara identitas dan keintiman. Mereka menemukan bahwa terdapat hubungan antara status identitas yang baik (identity achievement) dengan level keintiman yang lebih tinggi. Olforsky (dalam Marcia, Waterman, Matteson, Archer & Olforsky., 1993) mendefinisikan kemampuan keintiman sebagai kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan hubungan yang intim atau akrab, yang biasanya terlihat dalam bentuk kedekatan, penghargaan terhadap individualitas, keterbukaan, komunikasi, tanggung jawab, hubungan timbal balik, komitmen dan seksualitas. Perilaku mahasiswa akan berubah ketika menjalin hubungan yang intim dengan lawan jenis. Mereka akan lebih sering berinteraksi dengan pasangannya, menghabiskan waktu lebih banyak untuk bersama-sama, saling terbuka dan juga saling memahami satu sama lain (Berscheid, Burgess & Huston dalam Fieldman, 1995). Kenyataannya keintiman pada setiap individu berbeda-beda. Hal ini terlihat dari pengamatan yang dilakukan terhadap mahasiswa Psikologi Unika yang dilakukan dengan wawancara dan konsultasi pribadi oleh Suparmi & Setiono (2000) yang menemukan bahwa belum semua mahasiswa mampu menjalin
4 keintiman dengan lawan jenis. Akibatnya hanya mampu menjalin hubungan yang bersifat dangkal. Akhirnya, banyak yang suka berganti-ganti pasangan. Ada yang baru sebulan jadian, tiba-tiba putus dan seminggu kemudian sudah mendapatkan gandengan baru. Semuanya dilakukan karena alasan tertentu (Mulamawitri, 2003). Keintiman yang berbeda-beda juga terlihat dari wawancara yang dilakukan dengan YR (21 tahun), Mahasiswa semester 6 Jurusan Manajemen Fakultas UISU mengatakan bahwa, aku baru enam bulan pacaran. Dia pacarku yang keberapa ya? Aku lupa. Aku sering ganti pacar. Dalam setahun bisa empat kali ganti. Alasannya karena aku mencari pacar yang benar-benar pas dengan aku. Kalau dia gak mau dengerin yang aku bilang, aku paling males. Kali ini aku udah enam bulan pacaran, tapi kayaknya aku gak cocok juga ma dia. Dia kurang perhatian, kurang terbuka. Banyak banget rahasianya. Aku males pula jalanin hubungan yang seperti ini. Aku kemaren suka ma dia karena dia kayaknya orangnya lembut, baek gitu. Trus, dia lagi popular banget di kampus. Banyak teman aku yang suka ma dia, rupanya dia maunya jadi pacar aku. Ya udah, jadianlah kami. Eh, gak taunya kelembutan payah juga. Lemah lembut kali juga anaknya. Jadi ya, aku gak taulah. Kalau emang masih kayak gini terus mendingan putus aja. Akupun gak yakin ma pacarku kali ini, salah pilih juga mungkin. Tapi kan masih banyak yang lain. Hehehe. (wawancara personal, 06 Februari 2008). Berbeda dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Y.R yang mengatakan tentang hubungannya yang tidak terlalu baik dengan pasangannya. Seorang mahasiswi Jl (22 tahun) semester lima Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi UISU mengatakan bahwa, Aku baru dua kali pacaran. Pacaran yang pertama sampai lima tahun, terus yang kedua sampai sekarang. Udah empat tahun kami pacaran, susah seneng udah dijalani. Kadang terlintas pikiran pengen putus kalo ada masalah dikit tapi ujung-ujungnya balikan dan dekat lagi.ya karena masalah kecil aja, aku suka cemburu gitu deh. Rahasianya? Ehm yang penting saling percaya. Soalnya kalau udah gak ada kepercayaan itu uda susah menjalaninya. Terus, kalo ada hal-hal yang gak disukai dari pasangan dibicarain aja, jangan disimpen sendiri nanti jadi dongkol
5 sendiri. Kalo dibicarainkan bisa dicari solusinya. Rencana masa depan? Hehe,ya ada dunk. Secara kitakan udah empat tahun pacaran. Cuma masalahnya pacar aku belum kerja. Jadi aku belum berani kenalin ma keluarga.. tapi jujur aja untuk saat ini kami udah buat komitmen sih, pokoknya kalau dia da kerja nanti, terus aku udah selesai kuliah, ya udah,apalagi. hehe. (Komunikasi personal, November 2007) Berdasarkan hasil wawancara dengan YR yang mengatakan hubungannya tidak berjalan dengan baik karena merasa hubungan yang sedang dijalaninya tidak terdapat keterbukaan dari pasangan dan merasa pasangannya kurang memberi perhatian kepadanya. YR juga kurang yakin terhadap pilihannya. Hubungan Jl yang berlangsung lama terlihat keintiman di dalamnya. Keintiman yang terlihat dari lamanya mereka berpacaran, telah memiliki komitmen dalam hubungan yang sedang dijalani dan adanya keterbukaan dalam hubungan tersebut sehingga permasalahan yang terjadi dalam hubungan mereka diselesaikan secara bersamasama. Hal ini sesuai dengan pendapat Reis (1990) yang mengatakan bahwa keintiman diperlukan untuk mendirikan sebuah hubungan yang berlangsung lama Menurut Erikson (dalam Newman, 2006), seseorang harus mencapai status identitas yang baik sebelum seseorang mampu untuk membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk berbagi identitas dengan orang lain. Dewasa awal yang tidak mengenal dengan jelas dirinya terancam ketika memasuki suatu hubungan jangka panjang dengan orang lain, komitmen, atau keterikatan atau juga mereka memiliki ketegantungan yang berlebihan kepada pasangannya sebagai sumber identitas olehnya. Menurut Marcia (2000), mahasiswa diharapkan mampu menyelesaikan periode pencarian identitas diri. Mahasiswa melakukan eksplorasi yang
6 mempertanyakan kembali, mengkaji dan mendalami berbagai hal mengenai masalah yang menimpanya. Seiring dengan eksplorasi maka mahasiswa melakukan suatu komitmen yaitu penentuan sikap atau pilihan yang pasti terhadap suatu permasalahan. Akan tetapi, di satu pihak mahasiswa begitu penuh harap, terbuka, bangga, tetapi dilain pihak mahasiswa dipenuhi ketakutan, keraguan, kecemasan, tidak yakin dirinya mampu atau tidak, tidak mengetahui tujuan hidupnya, tidak mengetahui akan menjadi apa dikemudian hari dan sebagainya. Mahasiswa sering dipenuhi konflik dan tantangan tentang masa depan. (Aryatmi dalam Kartono, 1985). Erikson (dalam Kroger, 2001) mendefinisikan keintiman mengacu pada perasaan saling percaya dan saling berbagi dalam suatu hubungan. Keintiman dapat terjadi karena kita telah mengenal diri kita dan merasa cukup aman dengan identitas yang kita miliki. Ketika kita mengenali diri kita, mengetahui pilihan apa yang kita ambil, dalam hal memilih pasangan juga sama halnya. Seperti pada kasus YR yang tidak meyakini pilihannya sendiri dan hanya memilih pasangan berdasarkan penilaian teman-temannya. Hal ini mengindikasikan YR belum mengenali dengan benar pilihan yang akan diambilnya dan belum memiliki identitas diri yang baik. Individu yang bertanggung jawab dan mandiri akan memiliki keintiman yang lebih baik karena bertanggung jawab terhadap pilihan yang diambil serta memiliki kesadaran yang jelas mengenai dirinya. Reis (1990) mengatakan keintiman juga baru dapat terjadi apabila kita telah mengenal diri kita sendiri dan nyaman dengan diri kita. Setelah itu barulah kita dapat mengizinkan orang lain untuk berbagi dengan kita, mengenal kelebihan dan
7 kekurangan kita. Rice (dalam Suparmi & Setiono, 2000) menyatakan bahwa salah satu faktor yang penting sekali bagi pembentukan keintiman adalah identitas diri. Hal ini sesuai dengan teori psikososial dari Erikson yang mengatakan bahwa kesuksesan suatu tahap perkembangan dipengaruhi oleh kesuksesan tahap perkembangan sebelumnya. Tahap perkembangan individu yang berada pada masa dewasa awal yaitu keintiman dengan keterasingan. Di mana perkembangan keintiman dipengaruhi oleh berhasil tidaknya seseorang mencapai perkembangan identitas pada tahap sebelumnya. Marcia (1993), mengelompokkan identitas diri ke dalam empat kategori yaitu diffusion, foreclosure, moratorium dan achievement. Pengelompokan ini didasarkan atas krisis dan komitmen yang terbentuk. Pengertian dari krisis itu sendiri adalah sebuah periode pembuatan keputusan ketika pilihan-pilihan, kepercayaan-kepercayaan, dan pengidentifikasian yang telah ada sebelumnya dipertanyakan oleh individu dan informasi atau pengalaman yang berhubungan terhadap pilihannya untuk dilakukan pencarian. Krisis juga menggambarkan sejumlah pencarian untuk meninjau kembali atau mendefinisikan ulang mengenai dirinya.. Komitmen adalah keadaan di mana seseorang telah memiliki sejumlah pilihan-pilihan, kepercayaan dan nilai-nilai yang spesifik. Komitmen juga memperlihatkan suatu tanggung jawab pribadi terhadap apa yang mereka lakukan. Status identitas diffusion, terdiri dari individu yang tidak mempunyai komitmen dan belum mengalami krisis dalam kehidupannya. Foreclosure merupakan status identitas yang terdiri dari individu yang memiliki komitmen tetapi belum melewati krisis dalam hidupnya. Moratorium terdiri dari individu
8 yang sedang mengalami krisis tetapi belum memiliki komitmen. Status identitas achivement ditandai oleh adanya komitmen, yang terbentuk melalui krisis yang dilalui. Individu yang berada pada ke empat status identitas ini juga memiliki karakteristik yang berbeda. Menurut Erikson (1999), Individu yang berada pada status identitas diffusion tidak bertanggung jawab, terlihat kurang memiliki tujuan dan merasa kebingungan. Mereka merasakan kesulitan untuk merencanakan suatu keputusan. Individu yang memiliki status identitas foreclosure digambarkan sebagai seseorang yang mengadopsi tujuan, nilai-nilai dan kepercayaan dari orangtua atau figur otoritas lainnya tanpa memikirkannya secara kritis. Misalnya seseorang yang memilih pasangan tanpa mengenali dengan baik pasangannya. Tetapi karena penilaian orangtua atau teman-teman maka individu tersebut mengikuti pilihan mereka tanpa melakukan penilaian secara kritis. Hal ini juga sama dengan kasus yang dialami YR. Individu yang berada pada status identitas moratorium mengalami keraguan terhadap dirinya, kebingungan dan mengalami konflik dengan orangtua atau figur otoritas lainnya. Mereka sering terlihat menyendiri, memikirkan dan mempertimbangkan pilihan yang telah diambilnya (Kaplan, 2000). Individu yang memiliki status identitas achievement mencapai kedewasaan dengan perasaan yang jelas mengenai siapa dirinya, kepercayaankepercayaan yang penting dan arah hidup yang jelas tujuannya, lebih mandiri, dapat memberikan respon yang baik terhadap kondisi stress, mempunyai cita-cita yang lebih realistik dan harga diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga status identitas lainnya. Individu pada status identitas ini bertanggung jawab,
9 memiliki kesadaran diri dan komitmen yang jelas terhadap sejumlah pilihan yang telah diambilnya. Individu pada status ini dapat meyakini pilihan yang diambilnya. Dalam hal memilih pasangan, mereka bertanggung jawab terhadap pasangan yang dipilih sehingga hubungan yang dijalani dapat bertahan lebih lama. Individu yang memiliki identitas achievement dan moratorium memiliki keintiman yang lebih baik dari pada individu yang memiliki status identitas foreclosure dan diffusion. Gembeck & Patherick (2006) menyatakan bahwa mahasiswa yang mempunyai identitas achievement bersikap lebih terbuka dalam suatu hubungan, dan dapat menjalin hubungan yang intim dalam jangka waktu yang lebih lama dibanding status identitas yang lainnya. Fitch dan Adam (1983) dalam penelitiannya terhadap 78 orang individu menunjukkan bahwa identitas mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan keintiman. Mahasiswa yang berhasil mencapai status identitas akan memiliki kemampuan keintiman yang lebih baik karena mampu menjalin hubungan yang lebih dekat, dan lebih bersifat terbuka terhadap pasangan. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana perbedaan keintiman dalam berpacaran ditinjau dari status identitas pada mahasiswa. B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang ingin diketahui pada penelitian ini adalah bagaimana perbedaan keintiman dalam berpacaran ditinjau dari status identitas yang dimiliki pada mahasiswa.
10 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan keintiman dalam berpacaran ditinjau dari status identitas pada mahasiswa. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan wacana dalam pengetahuan ilmu psikologi, khususnya dalam bidang psikologi perkembangan b. Memberikan informasi tambahan dalam melakukan penelitian-penelitian sejenis di bidang psikologi perkembangan. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah informasi mengenai pentingnya keintiman pada masa dewasa awal yang dapat dijalin melalui proses berpacaran yang nantinya bertujuan sebagai persiapan untuk hidup berumah tangga. b. Memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai pentingnya memiliki identitas diri sebelum menjalin keintiman dengan orang lain.
11 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Bab ini akan dijelaskan latar belakang penelitian tentang perbedaan keintiman dalam berpacaran ditinjau dari status identitas pada mahasiswa, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian keintiman, kriteria keintiman, kategori keintiman, komponen keintiman, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keintiman. Serta penjelasan mengenai pengertian identitas, pembentukan identitas, status identitas, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas, pengertian dewasa awal, tugas perkembangan dewasa awal, teori mahasiswa, perbedaan keintiman dalam berpacaran ditinjau dari status identitas pada mahasiswa dan hipotesa penelitian. Bab III Metodologi Penelitian Bab ini akan membahas mengenai identifikasi variabel-variabel penelitian, definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian, karakteristik sampel dan teknik pengambilan sampel, prosedur pelaksanaan penelitian, metode pengumpulan data serta metode analisis data. Bab IV Analisa data dan interpretasi Bab ini menguraikan gambaran subjek penelitian, hasil utama penelitian, hasil analisis dan hasil tambahan penelitian.
12 Bab V Kesimpulan, diskusi dan saran Bab ini menguraikan tentang kesimpulan penelitian, diskusi dan saran praktis sesuai hasil dan masalah penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson
BAB II LANDASAN TEORI A. Keintiman 1. Pengertian Keintiman Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson (dalam Kroger, 2001) mendefinisikan keintiman mengacu pada perasaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan menikah seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rumah tangga sudah tentu terdapat suami dan istri. Melalui proses perkawinan, maka seseorang individu membentuk sebuah miniatur dari organisasi sosial
Lebih terperinciBab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup saling membutuhkan satu sama lain. Salah satunya adalah hubungan intim dengan lawan jenis atau melakukan
Lebih terperinciPSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT
Modul ke: PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT Perkembangan Remaja Fakultas Psikologi Tenny Septiani Rachman, M. Psi, Psi Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Preface Masa remaja sering disebut sebagai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa termasuk di dalam kategori remaja akhir dan dewasa awal. Pada masa itu umumnya merupakan masa transisi. Mereka masih mencari jati diri mereka masing-masing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dalam kehidupan modern saat ini, mewujudkan penyesuaian diri dalam perkawinan tampaknya semakin sulit, apalagi bila usia individu yang menikah masih tergolong muda sehingga belum cukup matang atau
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia di dunia ini dimana manusia memiliki akal, pikiran, dan perasaan. Manusia bukanlah makhluk individual yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia ini tidak hidup sendiri, selalu ada bersama-sama dan berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang dalam kesehariannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di masa remaja, individu mengalami peningkatan drastis terhadap berbagai fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku, ras dan agama, hal ini yang memungkinkan terjadinya perkawinan antar suku, ras
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran individu lain tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya disebut juga dengan mahluk sosial, karena membutuhkan keberadaan individu lain untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Kehadiran individu
Lebih terperinciLAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah
LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
MODUL PERKULIAHAN Perkembangan Sepanjang Hayat Adolescence: Perkembangan Psikososial Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 03 61095 Abstract Kompetensi Masa remaja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan
PENDAHULUAN I.A. Latar belakang Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan seseorang, disamping siklus lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian (Pangkahila, 2004).
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembantu rumah tangga (PRT) sudah tidak asing lagi keberadaannya di tengah masyarakat Indonesia, dan diantara pembantu tersebut masih banyak yang berada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini, fenomena homoseksualitas semakin marak. Bukan hanya di luar negeri, tetapi fenomena ini juga berlaku di Indonesia. Baik itu lesbian ataupun gay. Baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa (Passer & Smith, 2008). Fase remaja menunjukkan perkembangan transisional yang pesat
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status identity di bidang akademik dalam pemilihan jurusan pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2007 di Universitas X, Bandung. Metode yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelompok remaja merujuk pada kelompok individu yang berada dalam kisaran usia 12-21 tahun. Kata remaja berasal dari bahasa Latin yang berarti kematangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang berbeda pada masing-masing masa. Diantara masamasa
BAB I PENDAHULUAN I. A LATAR BELAKANG Manusia disebut sebagai mahluk sosial, karena setiap manusia saling membutuhkan satu sama lain. Sepanjang hidupnya manusia mempunyai tugastugas perkembangan yang berbeda
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
101 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk memperoleh gambaran mengenai kebutuhan intimacy melalui wawancara mendalam. Berdasarkan hasil analisis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah panti asuhan terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah lembaga pengasuhan anak pada tahun 2007 sekitar 5.250 hingga 8.610 (Unicef
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan selanjutnya yang ditempuh oleh individu setelah lulus SMA. Individu yang melanjutkan pada jenjang perguruan tinggi akan
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hijab merupakan kewajiban bagi wanita umat Islam untuk menutup auratnya. Hijab sendiri kini tidak hanya digunakan oleh perempuan dewasa dan tua saja, akan tetapi sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap individu yang
Lebih terperincimedia sosial. 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil olahan data dapat disimpulkan bahwa: 1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan status identitas ego identity diffusion
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas perkembangannya (Havighurst dalam Hurlock, 1996). dalam Hurlock, 1996). Di masa senjanya, lansia akan mengalami penurunan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semasa hidup, manusia akan melewati tahap-tahap perkembangan tertentu. Perkembangan manusia diawali dari pertumbuhan janin di dalam rahim hingga masa lansia. Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah pernikahan adalah lembaga yang memungkinkan seorang laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah pernikahan adalah lembaga yang memungkinkan seorang laki-laki dan seorang perempuan yang saling mencintai menjalani kehidupan bersama secara intim, mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996). Mahasiswa yang dimaksud adalah individu yang berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang OMK (Orang Muda Katolik) merupakan sebuah wadah yang dapat menghimpun para pemuda Katolik untuk terus melayani Tuhan dan sesama, sebagai sebuah komunitas keagamaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan persoalan akses informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan internet semakin popular dikacamata para generasi muda tak terkecuali mahasiswi. Mahasiswi adalah bagian masyarakat yang sangat dekat dengan persoalan akses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemburuan merupakan hal yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan antarindividu. Afeksi yang terlibat dalam hubungan tersebut membuat individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan merupakan langkah awal untuk membentuk suatu keluarga. Sangat penting bagi calon pasangan baru untuk memahami bahwa pernikahan merupakan suatu keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penulisan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami pertumbuhan secara fisik dan perkembangan menuju tingkatan yang lebih tinggi. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Fenomena kuliah sambil kerja banyak dijumpai di berbagai negara. Hal ini terjadi baik di negara berkembang maupun di negara maju yang telah mapan secara ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak kembar adalah dua orang anak atau lebih yang lahir dari satu masa kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa juga berbeda. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada seorangpun yang dapat memilih oleh siapa dan menjadi apa ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit terang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya, akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, masa remaja, masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
11 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Saat seseorang telah mencapai tahap perkembangan dewasa muda, salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah menikah. Menurut Erikson (dalam Turner
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi sangat pesat khususnya di bidang informasi dan komunikasi pada era globalisasi seperti sekarang ini. Teknologi informasi merupakan istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa memiliki berbagai tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan karir adalah salah satu aspek dalam pencarian identitas pada remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering muncul pada remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa masalah seks tidak lagi tabu untuk dibahas dan diperbincangkan oleh masyarakat khusunya di kalangan remaja. Hal tersebut terjadi akibat
Lebih terperinciDisusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog
PELATIHAN PSIKOLOGI DAN KONSELING BAGI DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA Disusun oleh Ari Pratiwi, M.Psi., Psikolog & Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., Psikolog MAHASISWA Remaja Akhir 11 20 tahun,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang menyenangkan dan nyaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan anak kenalannya untuk dinikahkan. Pada proses penjodohan itu sendiri terkadang para anak tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa transisi ini remaja mengalami perubahan yang cepat dan fundamental menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami peristiwa penting dalam hidupnya, salah satunya adalah momen perkawinan dimana setiap orang akan mengalaminya. Manusia diciptakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.
Lebih terperinciLampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS)
131 Lampiran 3 Verbatim Subjek 1 Subjek 1 : Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 ENELITI () SUBJEK1 () Kode Verbatim Koding Hallo.. gimana kerjaannya? 1 Udah. Uda beres. Oke. Anakmu gimana kabarnya?
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. IDENTITAS DIRI 1. Pengertian Identitas Diri Menurut Erikson (dalam Berk, 2007) identitas merupakan pencapaian besar dari kepribadian remaja dan merupakan suatu tahap yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini budaya barat telah banyak yang masuk ke negara kita dan budaya barat ini sangat tidak sesuai dengan budaya negara kita yang kental dengan budaya timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah keluarga dengan orang tua yang lengkap merupakan dambaan bagi setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan keberuntungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang menuntut pendidikan di perguruan tinggi, dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana (Sugiono,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fase perkembangannya memiliki keunikan tersendiri. Papalia (2008) menyebutkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membahas suatu hal tentang remaja adalah suatu yang menarik karena dalam setiap fase perkembangannya memiliki keunikan tersendiri. Papalia (2008) menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku asertif sangat penting bagi setiap orang guna memenuhi segala kebutuhan dan keinginan, terutama pada mahasiswa, dimana harus menyelesaikan tugas perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masa remaja, menurut Stanley Hall, seorang bapak pelopor psikologi perkembangan remaja, dianggap sebagai masa topan-badai dan stres (storm and stress), karena mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa hal terkait penelitian termasuk latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan organisasi skripsi. A. Latar Belakang Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren yang menerapkan sistem pendidikan pondok modern (khalafi). Sistem pendidikan pondok pesantren modern
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia
1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN. : Elfa Gustiara NPM : : dr. Matrissya Hermita, M.
HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN Nama : Elfa Gustiara NPM : 12509831 Pembimbing : dr. Matrissya Hermita, M.si LATAR BELAKANG MASALAH Saat berada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang seperti ini, bisa saja terjadi interaksi sosial di antara kelompok-kelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan masyarakat yang pluralistik dengan beragam suku, bahasa dan agama. Dalam kondisi keberagaman yang seperti ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami banyak transisi dalam kehidupannya. Menurut Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi secara fisik, transisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Indonesia yang sudah dikenal sejak dahulu, yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu. Ragam budaya Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Masalah Penelitian Pada zaman mordernisasi ini, kemajuan dari fungsi telepon genggam semakin berkembang pesat. Tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk berkomunikasi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. pertengahan bulan Juli 2012 di Wilayah Karesidenan Surakarta. Pengumpulan
30 BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Karakteristik Penelitian dilaksanakan pada pertengahan bulan Mei sampai pertengahan bulan Juli 2012 di Wilayah Karesidenan Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan mengajukan
Lebih terperinci