KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN"

Transkripsi

1 KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pembahasan ini menguraikan mengenai aspek pembangunan berkelanjutan yang ada dalam program penanaman jarak pagar (Jathropa curcas). World Commission on Environment and Development (WCED) (1987) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga tujuan, menurut Sanim (2006) dalam Saptana dan Ashari (2007), yaitu tujuan ekonomi, tujuan sosial serta tujuan ekologi. Tujuan ekonomi berkaitan dengan masalah efisiensi serta pertumbuhan. Tujuan sosial terkait masalah kepemilikan serta tujuan ekologi terkait masalah kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Dalam penelitian ini tujuan ekonomi dilihat dari tingkat peluang usaha dan tingkat peluang kerja, tujuan ekologi dilihat dari tingkat kepedulian program terhadap lingkungan serta tujuan sosial dilihat dari tingkat partisipasi peserta program. Tujuan Ekonomi Pembangunan berkelanjutan dari tujuan ekonomi dalam penelitian ini dilihat dari peluang usaha yang muncul akibat adanya program penanaman jarak serta peluang kerja yang muncul juga akibat adanya program penanaman jarak. Ditemukan bahwa tujuan ekonomi dari pembangunan berkelanjutan yang ada dalam program penanaman jarak pagar ini sedang, terlihat dari peluang usaha yang muncul masih rendah namun peluang kerja yang muncul tinggi. Tujuan ekonomi menurut Sanim (2006) dalam Saptana dan Ashari (2009) merupakan adanya efisiensi dan pertumbuhan. Peluang Usaha Peluang usaha merupakan sebesar peluang berusaha yang timbul dari adanya kegiatan CSR yaitu penanaman jarak pagar. Hal ini dilihat apakah ada pedagang yang muncul seperti pedagang asongan, kelontong maupun toko pertanian. Peserta programdiberikan lima pernyataan terkait keberadaan pedagang tersebut. Pernyataan tersebut dijawab dengan jawaban tertutup ya dan tidak yang kemudian diakumulasikan dengan indeks skala ordinal.jumlah dan persentasi jumlah penduduk berdasarkan tingkat peluang usaha di Desa Lulut disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 memaparkan sebaran peserta program berdasarkan tingkat peluang usaha yang muncul setelah adanya program penanaman jarak pagar. Sebanyak 23.1 persen peserta program menunjukkan bahwa peluang usaha yang muncul berada pada tingkat sedang.sebanyak 76.9 persen peserta program menunjukkan bahwa peluang usaha yang muncul berada pada tingkat yang rendah. Persentase sebaran peserta

2 42 program berdasarkan tingkat peluang usaha yang muncul secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 7. Tabel 9 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan peluang usaha yang muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No Peluang Usaha yang Muncul % 1 Sedang Rendah Total Percent Sedang Rendah Gambar 7 Persentase peserta program berdasarkan peluang usaha yang muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 Terlihat bahwa peluang berusaha yang muncul di Desa Lulut setelah adanya program penanaman jarak pagar lebih pada tingkatan rendah. Menurut peserta program, daerah perkebunan jarak merupakan daerah yang tidak sembarangan orang bisa masuk sehingga masyarakat sekitar pun tidak bisa berjualan di areal penanaman jarak pagar. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan pertanian biasanya langsung dibeli di pasar atau dibelikan langsung oleh pihak PT ITP. Akibatnya kesempatan masyarakat untuk membuka usaha toko pertanian pun juga sangat kecil. Terlihat juga beberapa peserta program mengemukakan bahwa peluang berusaha ada di tingkat sedang. Menurut enam orang peserta program, terdapat sebuah warung yang muncul akibat adanya program penanaman jarak pagar. Warung ini dikelola oleh istri dari kepala pekerja lapang di program penanaman jarak dan merupakan warung tempat para petani (peserta program) biasanya membeli minum ataupun makanan cemilan. Sayangnya tidak semua peserta program menyadari ataupun mengetahui bahwa warung tersebut muncul setelah adanya program penanaman jarak, sebagai salah satu

3 43 dampak dari program tersebut. Berikut pernyataan penguat dari beberapa peserta program. Gak ada yang jualan di sini. Kalo beli obat biasanya ke pasar atau dikasih langsung (oleh ITP) gitu, jadi tinggal ngerjain aja. Di sini mah kampung, gak ada yang jualan obat-obat gitu mah di pasar, Bapak AMR Kan gak sembarangan orang bisa masuk ke sini, jadi gak ada yang jualan. Kan gak boleh masuk jadinya, Ibu ARM Kalo warung itu kan ada warung istrinya Pak AI. Itu warungnya jadi dikasih bantuanlah dari bos (ITP). Jadi kalo mau beli makan apa ngopi ya di warung situ. Jadi sekalian ngebantu juga ya sekalian buat kita-kita (pekerja) makan juga, Bapak SPR Ketiga pernyataan tersebut menunjukkan pengetahuan yang berbeda dari peserta program terkait peluang usaha yang muncul akibat program penanaman jarak ini. Ada yang memang mengetahui dengan benar munculnya usaha dan ada juga yang tidak tahu sama sekali. Perbedaan pengetahuan ini disebabkan dari kurangnya keterlibatan peserta program dalam kegiatan perencanaan maupun evaluasi sehingga tidak semua informasi dan keputusan diketahui oleh peserta program. Berdasarkan penjelasan tersebut, secara keseluruhan peluang berusaha yang muncul di Desa Lulut akibat penanaman jarak pagar ini dapat dikatakan kurang, karena kurangnya informasi dan kesempatan yang diberikan pada masyarakat. Peluang Kerja Peluang kerja merupakan besar peluang orang dapat bekerja yang muncul dari adanya kegiatan CSR yaitu penanaman jarak pagar. Hal ini dilihat apakah semua warga desa dapat bekerja pada program tersebut, program tersebut terbuka untuk pria maupun wanita, program tersebut juga menerima pekerja dari desa lain serta apakah ada syarat untuk menjadi pekerja pada program tersebut. Peserta program diberikan delapan pernyataan terkait peluang kerja tersebut. Pernyataan tersebut dijawab dengan jawaban tertutup ya dan tidak yang kemudian diakumulasikan dengan indeks skala ordinal. Jumlah dan persentasi jumlah penduduk berdasarkan tingkat peluang usaha di Desa Lulut disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10 memaparkan sebaran peserta program berdasarkan tingkat peluang kerja yang muncul setelah adanya program penanaman jarak pagar. Sebanyak 92.3 persen peserta program menunjukkan bahwa peluang kerja yang muncul berada pada tingkat tinggi. Sebanyak 7.7 persen peserta program menunjukkan bahwa peluang kerja yang muncul berada pada tingkat yang rendah. Persentase sebaran peserta program berdasarkan tingkat peluang kerja yang muncul secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 8. Terlihat bahwa peluang kerja yang muncul akibat adanya program jarak pagar berada pada tingkatan yang tinggi. Hal ini sebabkan oleh tidak adanya syarat untuk

4 44 bekerja di program tersebut. Siapapun yang sehat dan mau bisa langsung menghubungi Ketua LPM Desa Lulut dan bisa langsung bekerja. Pekerjaan ini juga terbuka baik untuk pria maupun wanita sehingga tidak ada ketimpangan gender dalam program ini. Sayangnya pekerjaan pada program ini tidak setiap saat. Hanya ketika ada pekerjaan di kebun maka lowongan pekerjaan akan dibuka. Apalagi terkadang tidak semua masyarakat tahu akan adanya lowongan pekerjaan ini. Tabel 10 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan peluang kerja yang muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No. Peluang Kerja yang Muncul % 1 Tinggi Sedang Total Percent Tinggi Sedang Gambar 8 Persentase peserta program berdasarkan peluang kerja yang muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 Selain itu beberapa peserta program juga mengemukakan bahwa penerimaan pekerja dilakukan hanya jika calon pekerja mendaftarkan diri kepada Bapak AI selaku penanggungjawab sekaligus kepala pekerja lapangan dari program ini. Hal inilah yang membuat peluang kerja yang muncul juga berada pada tingkatan yang sedang. Berikut pendapat Bapak AMR dan Bapak IRW. Kalo ngurangin yang nganggur iya. Yang kerja disini kan semuanya dulu nani (bertani) di sini. Terus gak dibolehin lagi karna mau ditanem jarak. Nah pas nanem jarak, petani yang dulu nani di sini dijadiin pekerjanya, sambil boleh nani di sela-selanya. Kan mending daripada di rumah nganggur. Siapa aja mah boleh, yang penting

5 45 masih sehat masih kuat kalo disini yang ibu-ibu gak ada tapi di Tegal Panjang ada, Bapak AMR Dulu ngedaftar ke Pak Ali. Kalo ga daftaran dulu gak bisa, ntar tunggu dihubungin lagi sama Pak AI, Bapak IRW Pernyataan di atas menunjukkan adanya perbedaan informasi dan pengetahuan mengenai bentuk peluang bekerja yang dirasakan oleh peserta. Ada yang merasa harus mendaftar terlebih dahulu dan ada pula yang merasa memang langsung dapat bekerja di program. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan perlakuan dalam penerimaan pekerja di program ini. Maka dari itu perlu adanya kejelasan dan pengawasan proses rekrutmen peserta program sehingga proses rekrutmen dapat terjadi dengan jelas dan sesuai dengan prosedur. Walaupun demikian, secara keseluruhan program penanaman jarak dapat memberikan peluang kerja yang tinggi bagi masyarakat sekitar. Namun perlu adanya sosialisasi dan ketegasan mengenai peluang bekerja serta proses perekrutan pekerja agar lebih jelas dan lebih adil. Tujuan Ekologi Pembangunan berkelanjutan dari tujuan ekologi dalam penelitian ini dilihat dari kepedulian program penanaman jarak pagar tersebut terhadap lingkungan. Ditemukan bahwa tujuan ekologi dari pembangunan berkelanjutan yang ada dalam program penanaman jarak pagar ini berada pada tingkatan yang tinggi, terlihat dari kesesuaian antara cara penanaman, pemeliharaan dan pemanfaatan jarak pagar pada teori dan kenyataan. Semakin sesuai cara penanaman, pemeliharaan dan pemanfaatan maka semakin menunjukkan bentuk kepeduliannya terhadap lingkungan karena hal tersebut mengindikasikan adanya usaha pemeliharaan lingkungan yang baik. Tujuan ekologi menurut Sanim (2006) dalam Saptana dan Ashari (2009) merupakan hal yang terkait kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Pada penelitian ini peserta program diberikan tujuh pernyataan terkait bentuk penanaman, pemeliharaan serta pemanfaatan jarak pagar yang mengindikasikan adanya kepedulian terhadap lingkungan. Pernyataan tersebut dijawab dengan jawaban tertutup ya dan tidak yang kemudian diakumulasikan dengan indeks skala ordinal. Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan kepedulian program terhadap lingkungan di Desa Lulut disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11 memaparkan sebaran peserta program berdasarkan tingkat kepedulian program terhadap lingkungan. Sebanyak 69.2 persen peserta program menunjukkan bahwa kepedulian program terhadap lingkungan berada pada tingkat tinggi. Sebanyak 23.1 persen peserta program menunjukkan bahwa kepedulian program terhadap lingkungan berada pada tingkat yang sedang. Sebanyak 7.7 persen peserta program menunjukkan bahwa kepedulian program terhadap lingkungan berada pada tingkat yang rendah. Persentase sebaran peserta program berdasarkan tingkat kepedulian program terhadap lingkungan secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 9.

6 46 Terlihat bahwa kepedulian program terhadap lingkungan termasuk pada tingkatan yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh bentuk pelaksanaan penanaman jarak pagar, pemeliharaan dan pemanfaatannya sesuai dengan apa yang ada pada teori. Program ini menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan sebagai program rehabilitasi lahan bekas tambang agar kesuburan tanahnya dapat diperbaiki dan dikembalikan. Program ini juga berupaya membantu pengurangan emisi gas karbon di udara dengan dapat dihasilkannya bio-fuel dari minyak jarak. Beberapa peserta program menunjukkan tingkatan sedang dan rendah karena di akhir masa program pemeliharaan tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Selain itu banyak juga yang mengeluhkan bahwa penanaman tumpang sari yang dianjurkan tidak dapat dilakukan akibat sulitnya sinar matahari menembus rimbunnya daun jarak sehingga tanaman tumpang sari tidak dapat tumbuh dengan baik. Berikut pernyataan Bapak AMR. Jarak tanemnya ya 40x40, diajarinnya begitu. Kadang suka kena batu ya mau gimana lagi tanahnya begitu. Kalo pas pemupukan ya rutin, sering juga dikoretin. Tiap hari malah. Cuman sekarang ini kan lagi libur dulu makanya gak ada yang kerja gak ada yang ngerawat lagi. Udah satu bulanan ini gak ada yang urusin, Bapak AMR Tabel 11 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan kepedulian program terhadap lingkungan di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No Kepedulian Program terhadap Lingkungan % 1 Tinggi Sedang Rendah Total Secara keseluruhan program penanaman jarak pagar memiliki kepedulian terhadap lingkungan yang tinggi. Penanamannya sesuai dengan jarak tanam, menggunakan pupuk kompos, rajin dibersihkan dan juga dihasilkan bio-fuel dari biji jarak serta pupuk dari bungkil jarak. Akibatnya semua bagian dari buah jarak dapat termanfaatkan dengan baik. Namun pemeliharaan perlu dilakukan terus menerus walaupun program sedang diliburkan. Pemeliharaan yang teratur juga akan mempengaruhi produktivitas dari pohon jarak pagar tersebut.

7 47 Percent Tinggi Sedang Rendah Gambar 9 Persentase peserta program berdasarkan kepedulian program terhadap lingkungan di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 Tujuan Sosial Pembangunan berkelanjutan dari tujuan sosial dalam penelitian ini dilihat dari partisipasi peserta dalam perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program. Ditemukan bahwa tujuan sosial dari pembangunan berkelanjutan yang ada dalam program penanaman jarak pagar ini berada pada tingkatan sedang, terlihat dari partisipasi peserta yang kurang maksimal dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Tujuan sosial menurut Sanim (2006) dalam Saptana dan Ashari (2009) merupakan hal yang terkait kepemilikan ataupun keadilan. Pada penelitian ini peserta program diberikan 23 pernyataan terkait bentuk partisipasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Pernyataan tersebut dijawab dengan jawaban tertutup ya dan tidak yang kemudian diakumulasikan dengan indeks skala ordinal. Jumlah dan persentasi jumlah penduduk berdasarkan tingkat peluang usaha di Desa Lulut disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12 memaparkan sebaran peserta program berdasarkan tingkat partisipasinya dalam program. Sebanyak 26.9 persen peserta program menunjukkan bahwa kepedulian program terhadap lingkungan berada pada tingkat tinggi. Sebanyak 73.1 persen peserta program menunjukkan bahwa kepedulian program terhadap lingkungan berada pada tingkat yang sedang. Persentase sebaran peserta program berdasarkan tingkat kepedulian program terhadap lingkungan secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa partisipasi peserta cenderung berada dalam tingkatan sedang. Hal ini disebabkan tidak semua peserta terlibat secara langsung dalam proses perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Pada proses perencanaan, umumnya peserta program hanya mengetahui informasi penanaman jarak pagar tanpa ikut terlibat dalam usaha-usaha merencanakan program. Mereka ini yang kemudian menjadi mandor di program penanaman jarak pagar.

8 48 Tabel 12 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan partisipasi di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No Partisipasi % 1 Tinggi Sedang Total Keberadaan mereka dalam proses perencanaan dipengaruhi oleh posisi mereka yang juga sebagai perangkat desa. Walaupun mereka ikut dalam proses perencanaan, namun tidak sepenuhnya proses perencanaan didominasi oleh masyarakat. Dominasi cenderung berada pada pihak ITP terkait penentuan program, lokasi program serta proses-proses pelaksanaan program. Pada proses pelaksanaan, umumnya peserta program terlibat langsung karena peserta program merupakan pekerja langsung di lapangan yang bekerja mengurusi perkebunan jarak pagar. Namun tidak sepenuhnya pelaksanaan dapat diatur oleh peserta program. Setiap apa yang dilakukan harus sesuai dengan arahan pihak ITP. Peserta program hanya melaksanakan saja dan sesekali dapat berpendapat terkait pelaksanaan penanaman jarak pagar. Pada proses evaluasi, hanya beberapa peserta program yang merupakan mandor yang ikut dalam tahapan ini. Percent Tinggi Sedang Gambar 10 Persentase peserta program berdasarkan kepedulian program terhadap lingkungan di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 Beberapa peserta program yang hanya sebagai pekerja juga pernah diajak, namun hanya sesekali. Umumnya peserta program hanya menjadi pihak yang mendapatkan informasi hasil evaluasi tanpa mengetahui proses evaluasi program. Akibatnya ada beberapa pendapat peserta yang terkadang kurang tersampaikan ke pihak ITP. Maka dari itu, sebaiknya semua peserta program lebih aktif lagi untuk dilibatkan dalam

9 49 setiap proses mulai dari perencanaan hingga kepada evaluasi dari program penanaman jarak pagar sendiri. Keberhasilan Impelementasi Pembangunan Berkelanjutan Menurut Saptana dan Ashari (2007), keberhasilan dari pembangunan berkelanjutan terjadi apabila ketiga tujuan dari pembangunan berkelanjutan dapat tercapai. Tiga tujuan dari pembangunan berkelanjutan adalah tujuan ekonomi, ekologi serta sosial. Dalam penelitian ini tujuan ekonomi dilihat dari peluang kerja dan peluang usaha yang muncul dari adanya program penanaman jarak pagar. Tujuan ekologi dilihat dari kepedulian program terhadap lingkungannya. Tujuan sosial dilihat dari partisipasi peserta program dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Dari hasil perhitungan untuk masing-masing indikator dari tujuan pembangunan berkelanjutan, maka keberhasilan dari implementasi pembangunan berkelanjutan dapat dihitung melalui skoring terhadap keempat variabel tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan tinggi, sedang dan rendah, seperti pada Tabel 13. Tabel 13 menunjukkan sebaran peserta program berdasarkan keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan program CSR di Desa Lulut, yaitu program penanaman jarak pagar. Sebanyak persen peserta program menunjukkan adanya tingkat keberhasilan pembangunan berkelanjutan pada program dengan tingkatan yang sedang. Sebanyak persen peserta program menunjukkan adanya tingkat keberhasilan pembangunan berkelanjutan pada program dengan tingkatan yang tinggi. Persentase sebaran dapat dilihat pada Gambar 11. Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan program CSR di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 No Keberhasilan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan Ʃ % 1 Tinggi Sedang Total Berdasarkan Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan pada program CSR penanaman jarak pagar menurut peserta program berada pada kategori yang cenderung sedang. Peserta program cenderung belum memiliki partisipasi yang tinggi pada program. Program ini juga belum dapat memberikan peluang usaha bagi masyarakat sekitar. Akibatnya program penanaman jarak memiliki tingkat keberhasilan implementasi yang sedang,

10 50 walaupun program ini memberikan peluang kerja yang tinggi serta memiliki kepedulian terhadap lingkungan yang tinggi. Percent Tinggi Sedang Gambar 11 Persentase responden berdasarkan tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan program CSR di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 Menanggapi hal tersebut, maka sebaiknya pihak perusahaan lebih melibatkan kembali para peserta program dalam setiap tahapan perencanaan, pelaksanaan dan juga evaluasi program penanaman jarak pagar. Pihak perusahaan juga dapat membantu masyarakat dalam memulai usaha yang berkaitan dengan program penanaman jarak pagar sehingga adanya program jarak pagar ini juga membantu masyarakat yang lain untuk membuka usaha sendiri. Ikhtisar Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang memenuhi kebutuhan masyarakat sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi selanjutnya untuk memenuhi kebutuhannya di masa yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga tujuan pencapaiannya yaitu tujuan ekonomi, ekologi dan sosial.dalam penelitian ini keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program penanaman jarak pagar, diukur melalui tiga tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan ekonomi dilihat melalui peluang usaha dan peluang kerja yang muncul akibat adanya program penanaman jarak pagar. Tujuan ekologi dilihat melalui kepedulian program terhadap lingkungannya. Tujuan sosial dilihat melalui partisipasi peserta program dalam perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program. Peluang usaha yang muncul akibat adanya program cenderung berada pada kategori rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya peraturan dari pihak ITP yang tidak mengizinkan sembarang orang untuk masuk ke area perkebunan sehingga masyarakat tidak dapat membuka usaha di areal penanaman jarak pagar. Selain itu peserta program juga tidak menyadari dan mengetahui adanya sebuah warung yang muncul

11 akibat dari program penanaman jarak pagar. Peluang kerja yang muncul akibat adanya program cenderung berada pada kategori yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh terserapnya banyak pengangguran pada pekerjaan ini. Kepedulian program terhadap lingkungan berada pada kategori tinggi karena penanaman jarak pagar disesuaikan dengan aturan yang ada sehingga cenderung menjaga kondisi lingkungan. Program ini juga merupakan program penghijauan serta program yang berupaya untuk mengurangi emisi gas karbon dengan adanya bio-fuel hasil dari olahan minyak jarak. Partisipasi peserta dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program berada pada kategori sedang karena partisipasi sudah dilakukan oleh peserta program namun kurang maksimal. Partisipasi tinggi hanya dilakukan oleh para mandor saja. Dari keempat variabel pendukung pembangunan berkelanjutan, jika disimpulkan berdasarkan persentase peserta program terhadap tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan, dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan berada pada tingkatan yang sedang. Hal ini dipengaruhi karena partisipasi peserta program pada program penanaman jarak yang masih berada pada tingkatan sedang serta program penanaman jarak yang belum bisa membantu masyarakat memunculkan usaha baru. 51

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN DAMPAK PERUSAHAAN

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN DAMPAK PERUSAHAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN DAMPAK PERUSAHAAN Dalam bagian ini akan dibahas mengenai dampak perusahaan yang diteliti dalam penelitian. Dampak perusahaan merupakan dampak yang diterima

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi

Lampiran 1. Peta Lokasi Lampiran 1. Peta Lokasi 66 Lampiran 2. Daftar Peserta Program No. Nama JenisKelamin RT/RW 1 MAI L 04/08 2 JNI L 04/08 3 ASP L 04/08 4 DHW L 04/08 5 AMD L 03/04 6 ABS L 05/05 7 NDN L 05/07 8 MTN L 05/05

Lebih terperinci

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai program corporate social responsibility (CSR) yang ada di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Program tersebut dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT. TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT. TUNGGAL PRAKARSA Tbk. BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. Opini publik tentang PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terdiri dari opini publik tentang keberadaan perusahaan di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI CITRA PERUSAHAAN

BAB VI CITRA PERUSAHAAN 77 BAB VI CITRA PERUSAHAAN 6.. Karakteristik Responden Responden merupakan peserta TML 2 yang berasal dari mahasiswa se- Kabupaten Kudus sebanyak 72 orang yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 42 orang

Lebih terperinci

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH

BAB V PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH 46 BAB V PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH Selain PLTMH, beberapa rumah tangga di Lebak Picung mendapatkan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Lebih terperinci

BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM

BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM Analisis mengenai tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK KONVERSI MANGROVE DAN UPAYA REHABILITASINYA

BAB VI DAMPAK KONVERSI MANGROVE DAN UPAYA REHABILITASINYA 48 BAB VI DAMPAK KONVERSI MANGROVE DAN UPAYA REHABILITASINYA 6.1. Dampak Konversi Mangrove Kegiatan konversi mangrove skala besar di Desa Karangsong dikarenakan jumlah permintaan terhadap tambak begitu

Lebih terperinci

BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI

BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI Penerapan gaya kepemimpinan seorang lurah mempengaruhi efektivitas organisasi kelurahan. Berikut adalah

Lebih terperinci

I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam baik hayati maupun non-hayati sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup manusia. Alam memang disediakan untuk memenuhi kebutuhan manusia di bumi,

Lebih terperinci

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI 5.1 Strategi Nafkah Petani Petani di Desa Curug melakukan pilihan terhadap strategi nafkah yang berbeda-beda untuk menghidupi keluarganya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Pengelolaan kawasan karst melalui prinsip pembangunan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Pengelolaan kawasan karst melalui prinsip pembangunan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengelolaan kawasan karst melalui prinsip pembangunan

Lebih terperinci

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR 39 SIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR Sikap masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG

BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG BAB VII KONDISI KETAHANAN PANGAN PADA RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG Rumahtangga di Indonesia terbagi ke dalam dua tipe, yaitu rumahtangga yang dikepalai pria (RTKP) dan rumahtangga yang dikepalai

Lebih terperinci

BAB V PERJALANAN KARIR MENUJU DUNIA RETAIL

BAB V PERJALANAN KARIR MENUJU DUNIA RETAIL 82 BAB V PERJALANAN KARIR MENUJU DUNIA RETAIL 5.1 Pendahuluan Memulai suatu pekerjaan tentunya membutuhkan keinginanan dan juga mental yang kuat. Mental dimana seseorang mau berusaha untuk memperjuangkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

ANALISIS MARKET RESEARCH UNEJ

ANALISIS MARKET RESEARCH UNEJ 1. Kegiatan selama liburan Bantu orang tua:3 Ya, kalo aku sih ya diem aja dirumah soalnya dirumah juga kan ada ibu punya took jadi bisa bantu-bantu (D,P,Aktif, Jalan-jalan:5 Kalo traveling, mungkin naik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah di Indonesia sejak adanya otonomi daerah harus terintegrasi antar berbagai sektor. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua By. M. Abror, SP, MM Tema utama Pengolahan sampah Program kali bersih Biopori Lahan sempit dan lahan tidur Pengembangan desa wisata Lingkungan adalah???????????

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR SOAL

LAMPIRAN 1 LEMBAR SOAL LAMPIRAN 1 LEMBAR SOAL 65 Soal Evaluasi Soal Cerita Pokok Bahasan Pecahan SD NEGERI SALATIGA 02 NAMA : NO ABSEN : Kompetensi Dasar: Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan 1. Lina bersepeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pemanfaatan hutan dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KAPASITAS PETANI 32 REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KAPASITAS PETANI Reforma Agraria di Desa Sipak Reforma agraria adalah program pemerintah yang melingkupi penyediaan asset reform dengan melakukan redistribusi tanah dan

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung verianingtias@gmail.com Abstrak Penelitian ini mengkaji prinsip kerja sama pada sinetron

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 2. Product (Produk) Pertanyaan : Apa kelebihan dari keripik ubi UD Kreasi Lutvi?

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 2. Product (Produk) Pertanyaan : Apa kelebihan dari keripik ubi UD Kreasi Lutvi? LAMPIRAN-LAMPIRAN A. TRANSKRIP WAWANCARA Berikut merupakan hasil wawancara yang dilakukan Penulis dengan Pemilik UD Kreasi Lutvi serta konsumen Yuniar dan Ridha. Faktor-faktor eksternal pada UD Kreasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan sistem usahatani yang selama ini dilakukan pada umumnya belum sepenuhnya menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya produktivitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KUESIONER. Diisi oleh peneliti Nomor Responden : Hari/tanggal Pengisian : Parthogi S S

LAMPIRAN I KUESIONER. Diisi oleh peneliti Nomor Responden : Hari/tanggal Pengisian : Parthogi S S LAMPIRAN 60 61 LAMPIRAN I KUESIONER Diisi oleh peneliti Nomor Responden : Hari/tanggal Pengisian : KUESIONER Assalamualaikum wr.wb Saya adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekologi Manusia,

Lebih terperinci

Kepada Yth. Bapak/Ibu/Responden Warga Pematang Raya, Sondi Raya Merek Raya

Kepada Yth. Bapak/Ibu/Responden Warga Pematang Raya, Sondi Raya Merek Raya SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PERDESAAN Jalan Sivitas Akademika, Tel. 8212453, Kode Pos 20155 - Medan Perihal: Mohon Kesediaan Mengisi

Lebih terperinci

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Oleh : Sigit Pranoto F34104048 2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

1. Kegiatan selama liburan. 2. Menghabiskan liburan dengan exchange ANALISIS MARKET RESEARCH UNHAS

1. Kegiatan selama liburan. 2. Menghabiskan liburan dengan exchange ANALISIS MARKET RESEARCH UNHAS 1. Kegiatan selama liburan Karena jumlah responden terlalu sedikit, kita tidak dapat menganalisis terlalu jauh pola kebiasaan anak-anak UNHAS. Namun yang dapat dilihat dari transkrip, sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk besar dan laju pertumbuhan tinggi. Pada SENSUS Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu upaya pemerintah dalam memacu proses industrialisasi pertanian adalah dengan introduksi sistem pertanian yang mampu mendorong produksi dan produktivitas

Lebih terperinci

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan :

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan : PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN GARUT 2009 Informan : Ibu rumah tangga No.

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan kumpulan pohon pohon atau tumbuhan berkayu yang menempati suatu wilayah yang luas dan mampu menciptakan iklim yang berbeda dengan luarnya sehingga

Lebih terperinci

BAB VI PERUBAHAN STRUKTUR KEPEMILIKAN LAHAN

BAB VI PERUBAHAN STRUKTUR KEPEMILIKAN LAHAN BAB VI PERUBAHAN STRUKTUR KEPEMILIKAN LAHAN 6.1 Struktur Kepemilikan Lahan sebelum Program Reforma Agraria Menurut penjelasan beberapa tokoh Desa Pamagersari, dahulu lahan eks-hgu merupakan perkebunan

Lebih terperinci

ANALISIS MARKET RESEARCH UPN VY

ANALISIS MARKET RESEARCH UPN VY 1. Kegiatan selama liburan Jalan-jalan:3 Dirumah aja: 5 Organisasi:2 Magang/Skripsi: 2 Part Time: 1 Tidak ditanyakan: 2 2. Menghabiskan liburan dengan exchange Sebanyak 13 responden dari 15 responden menganggap

Lebih terperinci

BAB V. STRATEGI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF

BAB V. STRATEGI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF 40 BAB V STRATEGI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF Perencanaan strategi dalam hubungan masyarakat melibatkan pengambilan keputusan tentang tujuan dan sasaran program,

Lebih terperinci

WAWANCARA KEPADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) maka kosmetik tersebut dapat dikategorikan sebagai kosmetik impor ilegal.

WAWANCARA KEPADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) maka kosmetik tersebut dapat dikategorikan sebagai kosmetik impor ilegal. WAWANCARA KEPADA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) 1) Menurut anda apa yang dimaksud kosmetik ilegal? - Kosmetik yang beredar diwilayah Indonesia untuk diperdagangkan tanpa memenuhi ketentuan dan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PUBLIK TERHADAP PENEBANGAN LIAR BKPH DANDER (Studi Kasus Dusun Pilangrejo Desa Dander Kecamata Dander Kabupaten Bojonegoro)

ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PUBLIK TERHADAP PENEBANGAN LIAR BKPH DANDER (Studi Kasus Dusun Pilangrejo Desa Dander Kecamata Dander Kabupaten Bojonegoro) ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT PUBLIK TERHADAP PENEBANGAN LIAR BKPH DANDER (Studi Kasus Dusun Pilangrejo Desa Dander Kecamata Dander Kabupaten Bojonegoro) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Meigy Kiswantoro 0910210068

Lebih terperinci

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1, Mei PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa.l) DI KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU

Lebih terperinci

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 52 BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi Keluarga Pekerjaan dengan POS dianggap sebagai pekerjaan rumah tangga atau

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM AGROPOLITAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM AGROPOLITAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM AGROPOLITAN Partisipasi masyarakat dalam program agropolitan ditentukan oleh karakteristik responden. Bab ini membahas karakteristik partisipan yang dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Lingkungan perkotaan identik dengan pembangunan fisik yang sangat pesat. Pengembangan menjadi kota metropolitan menjadikan lahan di kota menjadi semakin berkurang,

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI USAHA TIMAH TAMBANG INKONVENSIONAL (TI) DI KECAMATAN BELINYU KABUPATEN BANGKA PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

ANALISIS EKONOMI USAHA TIMAH TAMBANG INKONVENSIONAL (TI) DI KECAMATAN BELINYU KABUPATEN BANGKA PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG ANALISIS EKONOMI USAHA TIMAH TAMBANG INKONVENSIONAL (TI) DI KECAMATAN BELINYU KABUPATEN BANGKA PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG OLEH MEYRINA WIDYASTUTI H14102084 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika

BAB I PENDAHULUAN. ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena single mother terus meningkat dan semakin banyak terjadi saat ini, hal ini dapat kita temui di berbagai negara. Dari negara maju seperti Amerika Serikat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 63 BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 6.1 Pendahuluan Dampak Sosio-Ekologi Kampung Cikaret memiliki dua buah sungai yang mengaliri kawasan RW 01

Lebih terperinci

CBDC TFI Character Building Kewarganegaraan. Cinta Lingkungan dan Sesama Sebagai Warga Negara yang Baik

CBDC TFI Character Building Kewarganegaraan. Cinta Lingkungan dan Sesama Sebagai Warga Negara yang Baik CBDC TFI Character Building Kewarganegaraan Cinta Lingkungan dan Sesama Sebagai Warga Negara yang Baik NIM Nama Jabatan 2001566840 Andreas Martin Ketua 2001561184 Edward Keitaro Heru Anggota 2001626234

Lebih terperinci

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH

USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH 23 USAHA KAKI LIMA SEBAGAI KEGIATAN SEKTOR INFORMAL YANG SAH Gambaran Usaha Kaki Lima di Sekitar Kebun Raya Bogor (KRB) Menjadi wirausahawan merupakan salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. analisis induktif. Analisis induktif yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang

BAB V ANALISIS DATA. analisis induktif. Analisis induktif yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang BAB V ANALISIS DATA Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi yang dipaparkan pada bab IV, maka langkah berikutnya adalah menganalisis data berdasarkan teori. Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup (Environment) dapat diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya dan keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya yaitu manusia dan

Lebih terperinci

BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA

BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA BAB VI KONFLIK PERAN WANITA BEKERJA 6.1 Konflik Peran Konflik peran ganda merupakan kesulitan-kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda secara bersamaan. Konflik

Lebih terperinci

Berkah dari Listrik. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat

Berkah dari Listrik. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Berkah dari Listrik Pada dua bagian sebelumnya telah diceritakan bagaimana masyarakat yang diwakili oleh tokoh tiga desa (desa Baro, Teunong dan Meunasah) membentuk Koperasi untuk Mencari Bantuan untuk

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

VII DIMENSI KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN, DAN LOYALITAS RESPONDEN TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG

VII DIMENSI KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN, DAN LOYALITAS RESPONDEN TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG VII DIMENSI KUALITAS PELAYANAN, KEPUASAN, DAN LOYALITAS RESPONDEN TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG Kepuasan dan loyalitas pengunjung dapat diketahui secara tidak langsung melalui penilaian mereka

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.

Lebih terperinci

BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA SOSIAL CSR BERDASARKAN PELAPISAN SOSIAL

BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA SOSIAL CSR BERDASARKAN PELAPISAN SOSIAL BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA SOSIAL CSR BERDASARKAN PELAPISAN SOSIAL.1 Karakteristik Komunitas Dampak CSR dan Bukan Dampak CSR.1.1 Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian diketahui

Lebih terperinci

BAB V PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT

BAB V PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT 38 BAB V PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT 5.1. Sejarah Masuknya Sistem Pertanian Padi Sehat di Kampung Ciburuy Kampung Ciburuy merupakan areal penanaman padi sawah yang cukup potensial. Oleh karena

Lebih terperinci

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA Tingkat kesejahteraan dalam CV TKB dianalisis dengan analisis gender. Alat analisis gender

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15).

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan mata pencaharian pokok dan kunci pertumbuhan yang mantap untuk perekonomian secara keseluruhan bagi negara yang sedang berkembang. Pertanian

Lebih terperinci

Sambutan dan Dialog Presiden RI - Peresmian Pasar Rakyat Doyo Baru, Jayapura, 30 April 2016 Sabtu, 30 April 2016

Sambutan dan Dialog Presiden RI - Peresmian Pasar Rakyat Doyo Baru, Jayapura, 30 April 2016 Sabtu, 30 April 2016 Sambutan dan Dialog Presiden RI - Peresmian Pasar Rakyat Doyo Baru, Jayapura, 30 April 2016 Sabtu, 30 April 2016 SAMBUTAN DAN DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERESMIAN PASAR RAKYAT DOYO BARU JAYAPURA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

LAMPIRAN. Universitas Indonesia 1 LAMPIRAN 2 I. Identitas Pribadi Subjek 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Agama 4. Suku Bangsa Pedoman Wawancara Lampiran 1: Pedoman Wawancara II. Gambaran Pribadi Subjek 1. Masa Kecil Subjek (Prob: Peristiwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1)

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) LAMPIRAN 1 80 LAMPIRAN 2 81 LAMPIRAN 3 82 LAMPIRAN 4 83 LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) 1. Sejak kapan Anda menjabat sebagai Kepala Puskesmas/Penanggungjawab Program Posbindu? 2. Bagaimana pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Hutan dengan fungsi lindung yaitu hutan sebagai satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB VI REPRESENTASI SOSIAL PEMUDA TANI

BAB VI REPRESENTASI SOSIAL PEMUDA TANI 55 BAB VI REPRESENTASI SOSIAL PEMUDA TANI Representasi sosial pemuda tani dilihat melalui dua dimensi yakni (1) dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja dan (2) dimensi lahan. Dimensi pola pekerjaan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Uraian :... Uraian : Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Uraian :...

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. Uraian :... Uraian : Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Uraian :... LAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA A. Latar Belakang Pendidikan 1. Pendidikan terakhir : Cukup 2. Latar belakang pendidikan : Cukup 3. Mengikuti diklat atau pelatihan akuntansi zakat (PSAK 109) : Cukup

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

1. Kegiatan selama liburan. 2. Menghabiskan liburan dengan exchange ANALISIS MARKET RESEARCH USU. 3. Program exchange yang diketahui

1. Kegiatan selama liburan. 2. Menghabiskan liburan dengan exchange ANALISIS MARKET RESEARCH USU. 3. Program exchange yang diketahui 1. Kegiatan selama liburan Bantu orang tua: 2 Jalan-jalan: 5 Dirumah aja:8 Organisasi: 1 Biasanya bantu-bantu orangtua di rumah, atau ikut organisasi kemahasiswaan seperti sekarang ini pekan orientasi

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ANALISA PROSES INTERAKSI Inisial Klien Nama Mahasiswa : Ny. S (69 tahun) : Sinta Dewi Status Interaksi M-K : Pertemuan, ke-2,

Lebih terperinci

BAB VI IDENTIFIKASI TINGKAT KEMISKINAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT

BAB VI IDENTIFIKASI TINGKAT KEMISKINAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT 48 BAB VI IDENTIFIKASI TINGKAT KEMISKINAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT 6.1 Identifikasi Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Peserta Program Misykat Pada hakikatnya masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB 4. Hasil Penelitian Analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan

BAB 4. Hasil Penelitian Analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan BAB 4 Hasil Penelitian 4.1 Penyajian Data Penelitian 4.1.1 Analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan Analisis kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan pada PT. Sinar Putih

Lebih terperinci

ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI DESA LULUT KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT BONITA DWI ANGGRAINI

ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI DESA LULUT KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT BONITA DWI ANGGRAINI ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI DESA LULUT KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT BONITA DWI ANGGRAINI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan lahan pertanian yang cukup besar, sebagaian besar penduduk Indonesia hidup pada hasil

Lebih terperinci

BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT

BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT 94 BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT 7.1 Kelembagaan Antar Pemulung Kelembagaan yang terdapat diantara pemulung pada satu lapak ini dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA

BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA 41 BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA Setelah dibahas mengenai karakteristik pribadi responden dalam bab sebelumnya, dalam bab ini akan dibahas menganai faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH 60 5.1. Latar Belakang Program BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH Pembangunan Sosial berbasiskan komunitas merupakan pembangunan yang menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dampak negatif yang ditimbulkan dari

Lebih terperinci

BAB VII EVALUASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB VII EVALUASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA BAB VII EVALUASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA Evaluasi program merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER Anitarakhmi Handaratri, Yuyun Yuniati Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ma Chung Email: anita.hand@gmail.com, yuyun.yuniati@machung.ac.id

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 29/05/61/Th. XIX, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,58 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

Loyalitas Tanpa Batas

Loyalitas Tanpa Batas Loyalitas Tanpa Batas Cintailah perusahaan dimana kamu bekerja meski tidak membuat mu kaya, tetapi dapat memberikan kehidupan. Itulah sepenggal kata yang dapat saya simpulkan setelah mendengar, merangkum,

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER 7.1 Hubungan Antara Tempat Tinggal dan Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender Berdasarkan tempat tinggal hampir

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

95 Tabel 6.2 Pengetahuan Warga Mengenai Akibat Membuang Sampah Secara Sembarangan Sebelum Adanya Kelembagaan Partisipatoris, Sub DAS Cikapundung, Band

95 Tabel 6.2 Pengetahuan Warga Mengenai Akibat Membuang Sampah Secara Sembarangan Sebelum Adanya Kelembagaan Partisipatoris, Sub DAS Cikapundung, Band 94 BAB VI EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN PARTISIPATORIS DALAM PENYELAMATAN HULU DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM (SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CIKAPUNDUNG) 6.1 Pengetahuan Sikap dan Perilaku Warga 6.1.1 Pengetahuan Warga

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 38 BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 5.1 Pola Pemilikan Lahan Lahan merupakan faktor utama bagi masyarakat pedesaan terutama yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian. Pada masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA UMUM Tanah sebagai salah satu komponen lahan, bagian dari ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang pada gilirannya merupakan penawaran tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang sedang berlangsung

Lebih terperinci