BAB VI REPRESENTASI SOSIAL PEMUDA TANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI REPRESENTASI SOSIAL PEMUDA TANI"

Transkripsi

1 55 BAB VI REPRESENTASI SOSIAL PEMUDA TANI Representasi sosial pemuda tani dilihat melalui dua dimensi yakni (1) dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja dan (2) dimensi lahan. Dimensi pola pekerjaan dan pandangan terhadap kerja terbagi menjadi tiga yaitu representasi sosial pertanian, representasi sosial pekerjaan tani, dan representasi sosial petani. Untuk dimensi lahan, terbagi menjadi dua yaitu representasi lahan dan representasi lahan kering. 6.1 Dimensi Pola Pekerjaan dan Pandangan Terhadap Kerja Representasi Sosial Pertanian Berdasarkan hasil asosiasi kata maka diperoleh kategori kata yang lebih umum. Berikut enam kategori kata yang diperoleh dari hasil asosiasi kata pertanian. Tabel 12. Jumlah dan Persentase Asosiasi Kata Pertanian Berdasarkan Kategori Kata Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, tahun 2009 Kategori Kata Jumlah (%) Aktivitas Pertanian 157 (78,5) Teknologi Pertanian 8 (4,0) Komoditas Pertanian 6 (3,0) Sumberdaya Alam Pertanian 22 (11,0) Afeksi 4 (2,0) Hambatan Pertanian 3 (1,5) Total 200 (100) Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa sebagian besar kata (78,5 persen) merepresentasikan pertanian pada kategori aktivitas pertanian. Pemuda tani memaknai pertanian sebagai aktivitas kerja yang berkaitan dengan tenaga fisik seperti bercocoktanam, pembibitan, penanaman, panen, mengolah lahan, pembukaan lahan, mencangkul, menggarpu, pemupukan, penyiangan gulma,

2 56 penyemprotan pestisida, perawatan lahan, penyiraman, penjualan, pemasaran hasil, dengan menggunakan sarana produksi pertanian seperti cangkul, pupuk, yang biasa dilakukan di sawah, kebun ataupun ladang. Seperti halnya hasil penelitian Amelia (2005) yang menyatakan bahwa pemuda lebih mempersepsikan pertanian sebagai proses produksi komoditas pertanian yang mencakup seluruh kegiatan yang berhubungan langsung dalam proses pengelolaan, dan pemanfaatan sumberdaya alam pertanian. Pemuda tani tidak banyak yang memaknai pertanian sebagai teknologi, komoditas pertanian, afeksi, sumberdaya alam, dan hambatan pertanian. Teknologi pertanian yang disebutkan merupakan teknologi yang umum seperti irigasi dan sengkedan yang tergolong sederhana. Secara konteks lingkungan pertanian, Desa Pasawahan untuk pertanian sawah belum menggunakan teknologi seperti irigasi, namun telah menggunakan sistem sengkedan yakni tanah miring yang dibuat seperti berundak-undak (tangga) agar mencegah terjadinya longsor. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi longsor dan juga untuk mengalirkan air ke lahan lainnya. Komoditas pertanian yang dikemukakan hanya terbatas pada komoditas palawija. Pemuda lebih merepresentasikan pertanian secara umum. Oleh karena itu, masih sedikit afeksi yang muncul seperti sumber kehidupan dan terhormat. Begitu pula dengan hambatan pertanian, pemuda cenderung tidak memaknai hal tersebut Representasi Sosial Pekerjaan Tani Pemuda tani merepresentasikan pekerjaan tani ke dalam tiga kategori kata yang diperoleh dari hasil asosiasi kata. Berikut ketiga kategori kata yang muncul.

3 57 Tabel 13. Jumlah dan Persentase Asosiasi Kata Pekerjaan Tani Berdasarkan Kategori Kata Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, tahun 2009 Kategori Kata Jumlah (%) Aktivitas Pertanian 192 (96,0) Afeksi 6 (3,0) Sarana Produksi Pertanian 2 (1,0) Total 200 (100) Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa hampir seluruh kata (96 persen) merepresentasikan pekerjaan tani dalam kategori kata aktivitas pertanian. Pemuda tani memaknai pekerjaan tani yang sebagai aktivitas pertanian yang berkaitan dengan kekuatan fisik seperti bercocoktanam, pembibitan, penanaman, panen, mengolah lahan, pembukaan lahan, mencangkul, menggarpu, pemupukan, penyiangan gulma, penyemprotan pestisida, perawatan lahan, penyiraman, penjualan, pemasaran hasil, penyadap karet, buruh tani, tengkulak, dan sayuran. Pemuda tani lebih melihat aktivitas pertanian yang dilakukan di sarana kerja pertanian seperti sawah, kebun, dan huma. Dalam pekerjaan tani, mulai muncul afeksi terhadap pekerjaan ini. Afeksi tersebut terbagi dua yakni afeksi positif dan afeksi negatif. Pada afeksi positif, muncul kata baik dan untung, namun kata ini masih sedikit yang mengeluarkannya. Pada afeksi negatif, kata yang menggambarkan beban kerja dari pekerjaan pertanian yakni lelah, kotor, berat, dan beresiko. Hal ini mengartikan bahwa pemuda memaknai pekerjaan tani sebagai aktivitas pertanian yang terkait dengan mengolah sarana pertanian dengan menggunakan tenaga fisik yang kotor, melelahkan, berat dan beresiko. Seperti halnya hasil penelitian Tarigan (2004) yang mengemukakan bahwa di Desa Jembarmanah pemuda merepresentasikan pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang kotor, perlu kerja

4 58 keras, dan melelahkan. Sedangkan untuk sarana produksi tani sangat sedikit yang mengeluarkannya yakni hanya kata pupuk. Aspek Afektif Representasi Sosial Pekerjaan Tani Representasi sosial pekerjaan pertanian juga dilihat dari aspek afektif. Hal ini menggambarkan kecenderungan pemuda dalam merepresentasikan pekerjaan tani. Berikut ini tabel yang menunjukkan jumlah dan persentase aspek afektif terhadap pekerjaan tani, pemuda tani Desa Pasawahan. Tabel 14. Jumlah dan Persentase Aspek Afektif terhadap Pekerjaan Tani, Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, tahun 2009 No. Pandangan terhadap Sangat Sangat Positif Netral Negatif Pekerjaan Pertanian Positif Negatif 1 Baik - Buruk 34 (85,0) 0 (0,0) 1 (2,5) 2 (5,0) 3 (7,5) 2 Untung - Rugi 15 (37,5) 11 (27,5) 11 (27,5) 2 (5,0) 1 (2,5) 3 Aman - Beresiko 18 (45,0) 5 (12,5) 8 (20,0) 5 (12,5) 4 (10,0) 4 Ringan - Melelahkan 6 (15,0) 5 (12,5) 9 (22,5) 2 (5,0) 18 (45,0) 5 Mencukupi - Tidak 20 (50,0) 6 (15,0) 9 (22,5) 1 (2,5) 4 (10,0) 6 Bersih - Kotor 2 (5,0) 3 (7,5) 8 (20,0) 5 (12,5) 22 (55,0) 7 Santai - Terikat Waktu 8 (20,0) 9 (22,5) 8 (20,0) 4 (10,0) 11 (27,5) 8 Modern - Tradisional 6 (15,0) 4 (10,0) 19 (47,5) 7 (17,5) 4 (10,0) 9 Terhormat - Memalukan 8 (20,0) 5 (12,5) 21 (52,5) 5 (12,5) 1 (2,5) Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pemuda di Desa Pasawahan memiliki representasi terhadap pekerjaan pertanian yang cenderung positif. Hal ini terlihat dari pernyataan-pernyataan positif yang lebih dipilih oleh responden. Representasi pemuda tani terhadap pekerjaan pertanian cenderung positif terhadap kata baik (85 persen) dan kata mencukupi (50

5 59 persen). Lalu pekerjaan tani juga direpresentasikan sebagai pekerjaan yang aman, untung, terhormat dan santai. Untuk tiga pernyataan lainnya memiliki representasi yang cenderung negatif yakni kotor (55 persen), melelahkan (45 persen), dan pekerjaan pertanian direpresentasikan sebagai pekerjaan yang masih tradisional. Pemuda melihat pekerjaan pertanian secara positif dari segi moral, ekonomi pandangan pribadi, dan sosial. Dari segi moral, pemuda memiliki representasi bahwa pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang baik. Pemuda menganggap bahwa pekerjaan pertanian merupakan pekerjaan yang mulia. Berikut kutipan pernyataan dari salah satu responden yang mengatakan pekerjaan yang baik : Pekerjaan tani tuh mulia teh, soalnya dari pertanian kita kan menghasilkan padi berarti dari pekerjaan ini dapat ngidupin orang banyak teh, udah gitu halal lagi hasilnya (AA, 19 tahun). Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa pemuda menganggap pekerjaan pertanian adalah pekerjaan yang mulia karena secara tidak langsung dapat menghidupi orang banyak. Secara moral, pekerjaan pertanian dianggap lebih halal dibandingkan pekerjaan lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Muksin (2007) yang menyatakan bahwa pekerjaan pertanian lebih halal atau bersih dan jauh dari kecurangan. Pemuda merepresentasikan pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang menguntungkan dan mencukupi kebutuhan, dari segi ekonomi. Menurut pemuda, pekerjaan pertanian dapat menguntungkan apabila mempunyai lahan yang luas dan dimanfaatkan dengan maksimal.

6 60 Berikut kutipan pernyataan pemuda yang menyatakan pekerjaan pertanian menguntungkan : Kalo kerja di pertanian mah bisa untung bisa juga ga untung, untung kalo kita punya lahan yang luas dan digarap, kalo ga digarap mah sama aja boong ga dapet untung apa-apa teh (PY, 17 tahun). Pemuda juga merepresentasikan bahwa pekerjaan pertanian adalah pekerjaan yang mencukupi kebutuhan. Pertanian hanya sebagai pekerjaan subsisten, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga saja. Berikut kutipan yang menyatakan bahwa pertanian mencukupi kebutuhan : Dengan bertani cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga aja, terkadang kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (HD, 21 tahun). Pemuda juga merepresentasikan secara sosial yakni pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang terhormat. Terhormat yang dimaksud yaitu pekerjaan pertanian tidak memalukan dan lebih membanggakan. Berikut kutipan yang menyatakan pekerjaan pertanian merupakan pekerjaan yang terhormat : Bekerja dipertanian menyenangkan dan lebih bangga kepada diri sendiri, petani dapat menghidupi orang banyak, dan lebih terhormat (RW, 20 tahun). Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa pekerjaan pertanian merupakan pekerjaan yang terhormat. Hal ini menunjukkan pemuda masih memiliki representasi yang positif terhadap pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang terhormat.

7 61 Berdasarkan pandangan pribadi pemuda merepresentasikan pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang aman dan santai. Pemuda menganggap pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang aman karena bisa menghasilkan produksi yang relatif stabil terhadap gejolak politik atau kondisi perekonomian negara, dan nyaman karena berada diantara komunitas asalnya yang dinilai tenang, ramah, penuh rasa kekeluargaan. Namun, pekerjaan pertanian ini terkadang dibayangi oleh suatu risiko yakni gagal panen akibat bencana alam ataupun gangguan hama. Santai disini berarti pekerjaan pertanian tidak terikat waktu dan bersifat fleksibel. Berikut kutipan pernyataan pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang aman : Pekerjaan pertanian tuh aman karena produksinya stabil, resikonya kecil, paling-paling resikonya cuma satu, ya gagal panen teh (AO, 25 tahun). Kutipan di atas menunjukan bahwa pertanian merupakan pekerjaan yang aman karena memiliki resiko yang kecil. Hal ini menunjukan bahwa pekerjaan pertanian tetap menjadi pilihan bagi masyarakat Desa Pasawahan. Berikut kutipan yang menyatakan pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang santai : Kalo kerja tani mah santai ga pake jadwal-jadwal kayak kerja kantoran, kalo emang harus ke sawah ya udah berangkat, ga ditentuin kapan harus ke lahan (AO, 25 tahun). Berdasarkan kutipan tersebut di atas, terlihat bahwa memang pekerjaan pertanian tidak terlalu mengikat dalam hal waktu. Waktu petani untuk bekerja di

8 62 lahannya masing-masing bersifat fleksibel tergantung kebutuhan dan aktivitas yang dilakukan. Representasi pemuda terhadap pekerjaan pertanian yang negatif yakni dari segi pandangan pribadi dan segi teknologi. Dari segi pandangan pribadi ini, pemuda lebih melihat pada beban kerja dari pekerjaan pertanian yaitu melelahkan dan juga kotor. Berikut kutipan pernyataan yang menyatakan pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang melelahkan dan kotor : Kerja tani itu melelahkan juga harus kotor-kotoran (MY, 17 tahun). Kutipan di atas menunjukan bahwa pekerjaan pertanian itu melelahkan dan kotor bagi pemuda. Pemuda lebih melihat pekerjaan pertanian menurut pandangan pribadi mereka sebagai sesuatu yang membebankan dan kotor. Berdasarkan segi teknologi, pemuda merepresentasikan bahwa pekerjaan pertanian masih jarang menggunakan teknologi, karena sistem pertanian yang mereka gunakan masih tradisional. Kondisi lahan yang miring dan berundakundak menyulitkan mereka untuk memakai teknologi seperti alat pembajak, sehingga pekerjaan lebih sulit dan melelahkan dengan cara yang tradisional. Berikut kutipan yang menyatakan pekerjaan pertanian masih tradisional : Untuk ngebajak sawah mah susah kalo pake traktor soalnya kan tanah disini miring dan berundak-undak, paling kita masih pake kebo kalo ngebajak sawah (PY, 17 tahun). Secara keseluruhan, pemuda merepresentasikan cenderung positif terhadap pekerjaan pertanian. Pemuda melihat pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang baik, mencukupi kebutuhan, memiliki keuntungan ekonomi, aman, terhormat,

9 63 ataupun tidak terikat waktu. Namun, pemuda juga melihat pada beban kerja dari pekerjaan pertanian yakni melelahkan dan kotor. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Tjakrawati (1988) dan Marbun (2008) yang menyatakan bahwa pekerjaan tani dianggap baik, tidak terikat waktu, dan santai. Namun, segi buruk dari pekerjaan pertanian yaitu kepanasan, kotor berlumpur, dan berat Representasi Sosial Petani Pemuda tani merepresentasikan petani ke dalam tiga kategori kata yang diperoleh dari hasil asosiasi kata. Berikut ketiga kategori kata yang muncul. Tabel 15. Jumlah dan Persentase Asosiasi Kata Petani Berdasarkan Kategori Kata Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, tahun 2009 Kategori Kata Jumlah (%) Afeksi Positif 88 (44,0) Afeksi Negatif 50 (25,0) Aktivitas Pertanian 62 (31,0) Total 200 (100) Berdasarkan Tabel 15, sebagian besar kata (44 persen) yang muncul merepresentasikan kata petani pada kategori afeksi positif. Afeksi positif ini terbagi menjadi dua yakni sifat/karakter petani dan kekuatan fisik petani. Dalam sifat/karakter petani muncul kata-kata positif yakni rajin, mandiri, pantang menyerah, sabar, mengerti alam, lapang dada, tekun, terhormat, kaya, pekerja keras, tak kenal lelah, dan pahlawan. Untuk kekuatan fisik, kata-kata yang muncul yaitu kuat, tahan panas, tahan hujan, tahan banting. Pemuda tani memaknai petani sebagai profesi yang harus memiliki kesabaran, perlu ketekunan, tak mengenal lelah dan sifat petani lainnya, serta memerlukan kekuatan fisik seperti tahan panas/hujan dan tahan banting. Pemuda tani juga memaknai petani sebagai afeksi negatif yang terbagi menjadi dua yaitu fisik petani dan kondisi petani. Dari segi fisik petani kata-kata

10 64 yang muncul yaitu dekil, kotor, hitam, dan baju lusuh, sedangkan dari kondisi petani muncul kata-kata tertindas, terintimidasi, terkucilkan, putus asa, lelah, cuek, terhina, miskin,dan beresiko. Secara fisik petani terlihat dekil, kotor, hitam, dan baju lusuh. Hal ini disebabkan kondisi pekerjaan mereka yang bekerja dibawah terik sinar matahari, kepanasan, kehujanan, kotor-kotoran di lumpur atau tanah. Dari segi kondisi petani, terlihat bahwa petani sebagai obyek atau korban dari kejamnya masyarakat yang memandang petani sebelah mata sehingga petani merasa bahwa mereka terintimidasi, terhina, terkucilkan dan sebagainya. Terlihat bahwa terkadang petani merasa tidak nyaman akan profesinya sebagai petani. Pemuda tani juga memaknai petani sebagai profesi yang melakukan aktivitas pertanian dengan menggunakan kekuatan fisik seperti bercocok tanam, pembibitan, penanaman, panen, mengolah lahan, menyemai, pemupukan, penyiangan gulma, penyemprotan pestisida, perawatan lahan, penyiraman, sawah, pembukaan lahan, mencangkul, menggarpu, dan membajak lahan. Dalam aktivitas pertanian ini juga muncul status dari petani yakni pemilik dan penggarap, dan alat kerja dari petani seperti cangkul, parang serta caping. Hal ini merepresentasikan bahwa petani adalah salah satu profesi yang melakukan aktivitas pertanian di lahan dengan menggunakan alat pertanian, yang memiliki status sebagai pemilik atau sebagai penggarap, yang memiliki sifat/karakteristik yang baik secara normatif. 6.2 Dimensi Lahan Representasi Sosial Lahan Pemuda tani merepresentasikan lahan menjadi lima kategori umum. Berikut lima kategori kata yang diperoleh dari hasil asosiasi kata lahan.

11 65 Tabel 16. Jumlah dan Persentase Asosiasi Kata Lahan Berdasarkan Kategori Kata Desa Pasawahan, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, tahun 2009 Kategori Kata Jumlah (%) Sarana Kerja Pertanian 77 (38,5) Kondisi Lahan 56 (28,0) Afeksi 39 (19,5) Komoditas Pertanian 23 (11,5) Sarana Produksi Pertanian 5 (2,5) Total 200 (100) Berdasarkan Tabel 16, diketahui bahwa sebagian besar kata (38,5 persen) yang muncul untuk merepresentasikan kata lahan termasuk pada kategori sarana kerja pertanian. Pemuda tani memaknai lahan sebagai sarana kerja pertanian yakni sawah, kebun, huma, hutan, dan ladang. Hal ini menggambarkan konteks pertanian lahan kering yang lahan pertaniannya berupa sawah, kebun huma, hutan, dan ladang. Selain itu, pemuda juga merepresentasikan kondisi dari lahan pertanian. Kondisi lahan ini terbagi menjadi tiga yakni kondisi lahan yang baik, kondisi lahan yang buruk, dan usaha perbaikan lahan. Dari ketiganya, kata pada kondisi lahan yang buruk lebih banyak muncul yaitu kata kering, basah, becek, gersang, tandus, lembab, dan lahan miring, sedangkan kondisi lahan yang baik hanya dua kata yang muncul yaitu subur dan luas. Sedikit pemuda tani yang merepresentasikan afeksi (sumber kehidupan, rebut, garap, dan perjuangkan), komoditas pertanian (padi, palawija, dan tanaman jangka panjang) dan sarana produksi pertanian (pupuk dan benih). Idhamsyah et al. (2009) menyebutkan bahwa konteks lingkungan berperan dalam membentuk representasi sosial. Secara keseluruhan, pemuda tani merepresentasikan kata lahan sebagai sarana kerja bagi petani. Namun, kondisinya kurang memuaskan walaupun dianggap sebagai sumber kehidupan. Kondisi lahan yang cenderung buruk ini terkait dengan konteks lokasi di Desa Pasawahan yang

12 66 tergolong lahan kering. Oleh sebab itu, pemuda tani cenderung kecewa dengan kondisi lahan yang mereka tempati saat ini. Untuk meyelesaikan masalah dari kondisi lahan maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk memperbaiki kondisi lahan sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal. Representasi sosial yang terbentuk secara tidak langsung dipengaruhi oleh konteks lingkungan pemuda tani. Aspek Afektif Representasi Sosial Lahan Representasi sosial pekerjaan lahan pertanian juga dilihat dari aspek afektif. Hal ini menggambarkan kecenderungan pemuda dalam merepresentasikan lahan pertanian. Berikut ini tabel yang menunjukkan jumlah dan persentase aspek afektif terhadap lahan pertanian, pemuda tani Desa Pasawahan. Tabel 17. Jumlah dan Persentase Representasi Pemuda tani terhadap Lahan Pertanian No. Pandangan terhadap Sangat Sangat Positif Netral Negatif Lahan Pertanian Positif Negatif 1 Ekonomis - Tidak Ekonomis 21 (52,5) 5 (12,5) 10 (25,0) 3 (7,5) 1 (2,5) 2 Menjamin Hari Tua - Tidak Menjamin 22 (55,0) 8 (20,0) 4 (10,0) 6 (15,0) 0 (0,0) 3 Terhormat - Tidak Terhormat 13 (32,5) 4 (10,0) 21 (52,5) 1 (2,5) 1 (2,5) 4 Murah- Mahal 2 (5,0) 0 (0,0) 8 (20,0) 10 (25,0) 20 (50,0) 5 Berharga - Tidak Berharga 33 (82,5) 3 (7,5) 3 (7,5) 1 (2,5) 0 (0,0) Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pemuda di Desa Pasawahan memiliki representasi terhadap lahan pertanian yang cenderung positif. Hal ini terlihat dari pernyataan-pernyataan positif yang lebih dipilih oleh responden. Dari lima pernyataan yang dikemukakan, pemuda memilih empat pernyataan positif yakni lahan pertanian itu bersifat ekonomis, dapat menjamin

13 67 dihari tua, terhormat, dan berharga. Akan tetapi, dari representasi positif tersebut terdapat representasi negatif yakni lahan pertanian mahal. Pemuda melihat lahan pertanian dari dua segi yakni segi ekonomi dan segi sosial. Dari segi ekonomi, pemuda merepresentasikan lahan sebagai sesuatu yang bersifat ekonomis, menjamin hari tua, dan berharga. Sedangkan secara sosial, lahan pertanian itu bisa membuat orang menjadi lebih terhormat. Berikut kutipan responden yang menyatakan lahan pertanian ekonomis : Kalo punya lahan mah enak teh bisa dapet untung, apalagi kalo lahannya luas tinggal nunggu hasil aja, tapi kalo didiemin tanah mah ga berarti apa-apa karena ga ada hasil yang bisa diambil (AO, 25 tahun). Kutipan di atas menunjukan bahwa lahan bersifat ekonomis. Hal ini disebabkan dengan mempunyai lahan petani dapat memperoleh keuntungan. Namun, lahan harus tetap diolah dan jangan diberakan (didiamkan) karena lahan yang tidak diolah tidak dapat menghasilkan apapun kecuali tanah tersebut dijual. Lahan pertanian juga direpresentasikan sebagai sesuatu yang dapat menjamin dihari tua. Pemuda menganggap jika telah memiliki lahan pertanian akan lebih tenang karena tanah merupakan investasi jangka panjang dan tidak habis pakai. Lahan pun bisa diwariskan secara turun temurun sehingga keturunan kelak juga bisa terjamin kehidupannya. Berikut kutipan yang menyatakan lahan pertanian menjamin dihari tua : kalo udah punya lahan mah bisa tenang dah, ampe tua juga dah gak usah bingung mo nyari kerjaan apa, lahan juga bisa disewain, pokoknya terjamin deh (AA, 21 tahun).

14 68 Lahan pertanian selain direpresentasikan sebagai sesuatu yang bersifat ekonomis, dan menjamin dihari tua, juga direpresentasikan sesuatu yang berharga. Lahan dianggap berharga karena lahan merupakan harta yang paling berharga bagi petani. Tanpa lahan mereka akan kesulitan untuk bertani dan mencukupi kebutuhan keluarga. Berikut kutipan yang menyatakan bahwa lahan pertanian berharga : Lahan teh berharga banget buat orang-orang di sini yang kerjaannya sebagai petani, kalo ga ada lahan ga tau deh kaya gimana kita bisa bertahan hidup (YY, 21 tahun). Seperti halnya di atas, lahan pertanian merupakan sesuatu yang berharga. Oleh sebab itu, nilai dari lahan semakin lama semakin mahal. Hal ini juga dirasakan oleh pemuda bahwa harga lahan yang mahal. Berikut kutipan yang menyatakan bahwa lahan pertanian mahal : Lahan pertanian mah mahal apalagi yang tempatnya di pinggir jalan pasti lebih mahal tah (PY, 17 tahun). Terlihat dari kutipan di atas bahwa lahan pertanian yang ada memiliki harga yang mahal. Apalagi jika lokasinya strategis di pinggir jalan. Tentunya lahan tersebut lebih mahal dibandingkan yang lokasinya jauh dari jalan. Dari segi sosial, nilai sosial lahan pertanian telah mengalami pergeseran. Terlihat bahwa pemuda lebih bersifat netral dan cenderung positif pada kata terhormat. Lahan tidak lagi menentukan terhormat atau tidaknya posisi seseorang di desa tersebut. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan bahwa lahan tidak menentukan status kehormatan seseorang:

15 69 terhormat atau ga nya orang, sekarang mah ga dilihat dari lahan yang dimiliki teh, tapi dilihat dari posisi di masyarakat misalnya sebagai kepala dusun pasti lebih dihormati oleh warga (AA, 21 tahun). Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa nilai sosial lahan sudah mengalami pergeseran pada pemuda. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tjakrawati (1988), Amelia (2005), dan Marbun (2008), yang menyatakan bahwa lahan memiliki nilai sosial dan ekonomi. Nilai sosial lahan dapat menunjuk status sosial seseorang. Semakin luas lahan yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi status orang tersebut di masyarakat. Secara keseluruhan pemuda memiliki representasi yang cenderung postif terhadap lahan pertanian. Lahan pertanian sebagai sesuatu yang bernilai ekonomis, menjamin dihari tua, berharga, namun memiliki harga yang mahal, sehingga tidak semua orang mampu membeli lahan. Selain itu, nilai sosial lahan juga telah mengalami perubahan, kepemilikan lahan cenderung tidak menentukan status terhormat atau tidaknya seseorang. Hal ini memperlihatkan bahwa pemuda lebih merepresentasikan lahan pertanian dari nilai ekonomi dibandingkan nilai sosial dari lahan itu sendiri Representasi Sosial Lahan Kering Representasi sosial terhadap lahan kering diperoleh tiga kategori umum yang direpresentasikan oleh pemuda tani. Berikut tiga kategori kata yang diperoleh dari hasil asosiasi kata lahan kering. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Asosiasi Kata Lahan Kering Berdasarkan Kategori Kata Kategori Kata Jumlah (%) Afeksi Negatif 102 (51.0) Afeksi Positif 7 (3.0)

16 70 Kategori Kata Jumlah (%) Usaha Perbaikan Lahan 41 (20,5) Sarana Kerja Pertanian 23 (11,5) Komoditas Pertanian 15 (7,5) Penggunaan Lahan (Selain Pertanian) 12 (6,0) Total 200 (100) Berdasarkan Tabel 18, terlihat bahwa sebagian besar kata (51 persen) termasuk dalam kategori kata afeksi negatif. Pemuda tani memaknai lahan kering sebagai afeksi negatif dari kondisi lahan kering yang terdiri dari kondisi lahan yang buruk (tandus, longsor, sulit ditanami, tidak subur, curam, retak-retak, lembab, gersang, gundul, keras, kurang air, jelek, lahan miring, berbatu, dan menyedihkan) dan masalah pertanian (gagal panen dan paceklik). Terlihat bahwa ketika mendengar kata lahan kering, pemuda tani merepresentasikan kondisi buruk dari lahan kering seperti tandus, longsor, sulit ditanami, tidak subur, curam, retak-retak, lembab, gersang, gundul, keras, kurang air, jelek, lahan miring, berbatu, dan tentunya menyedihkan. Dari kondisi lahan yang buruk tentu akan muncul masalah pertanian seperti paceklik dan gagal panen akibat kondisi yang kurang mendukung. Berdasarkan kondisi lahan yang buruk, tentu pemuda tani juga merepresentasikan suatu usaha untuk perbaikan lahan seperti digemburkan, diolah, diairi, reboisasi, dipupuk, dan ditanami kembali. Namun, hanya 3 persen kata yang termasuk afeksi positif yaitu subur, gembur, dan luas. Pemuda tani juga memaknai lahan kering sebagai sarana kerja pertanian yaitu ladang, huma, dan pekarangan. Tidak banyak yang merepresentasikan komoditas pertanian yang muncul sesuai dengan tanaman yang bisa ditanam di lahan kering seperti tanaman jangka panjang, palawija, dan kacang-kacangan. Pemuda tani juga tidak banyak yang merepresentasikan lahan sebagai penggunaan lahan selain untuk pertanian (perumahan dan bangunan). Lahan juga memiliki

17 71 peranan lain selain sebagai sarana kerja, akan tetapi lahan kering juga berfungsi sebagai lahan untuk pemukiman. Seperti halnya representasi sosial lahan, dalam merepresentasikan lahan pemuda dipengaruhi oleh konteks lingkungan pertanian di Desa Pasawahan yakni pertanian lahan kering. Ikhtisar Representasi sosial pertanian dan pekerjaan tani pada pemuda tani di Desa Pasawahan dapat dikatakan sama. Secara umum pemuda merepresentasikan pertanian dan pekerjaan tani sebagai aktivitas pertanian yang berkaitan dengan tenaga fisik yang dilakukan di lahan pertanian. Berbeda dengan pertanian dan pekerjaan tani, pemuda tani merepresentasikan petani sebagai afeksi positif dari profesi petani. Untuk lahan, pemuda tani merepresentasikannya sebagai sarana kerja pertanian dengan kondisi lahan yang kurang memuaskan. Sedangkan lahan kering, pemuda tani secara umum merepresentasikan afeksi negatif dari lahan kering. Secara umum, representasi sosial pemuda tani terhadap pertanian, pekerjaan tani, petani, lahan, serta lahan kering secara tidak langsung dipengaruhi oleh konteks lingkungan pertanian di desa tersebut.

Lampiran 1. Tabulasi Silang Karakteristik Individu dengan Representasi Sosial Pertanian

Lampiran 1. Tabulasi Silang Karakteristik Individu dengan Representasi Sosial Pertanian 87 Lampiran 1. Tabulasi Silang Karakteristik Individu dengan Sosial Karakteristik Individu Jenis Kelamin Teknologi Komoditi Sumberdaya Hambatan Alam Perempuan 88 (73,3) 5 (4,2) 5 (4,2) 17 (14,2) 4 (3,3)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif adalah penelitian penjajagan yang sering dilakukan sebagai langkah pertama untuk penelitian yang lebih

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Desa Cipelang Desa Cipelang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, desa ini memiliki luas daerah

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 38 BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 5.1 Pola Pemilikan Lahan Lahan merupakan faktor utama bagi masyarakat pedesaan terutama yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian. Pada masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var Ascalonicum (L)) merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat mudah dijumpai di berbaga tempat. Bumbu yang

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT. TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT. TUNGGAL PRAKARSA Tbk. BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. Opini publik tentang PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terdiri dari opini publik tentang keberadaan perusahaan di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak khas II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA MAHASISWA FIELDTRIP MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) ASPEK SOSIAL EKONOMI

LEMBAR KERJA MAHASISWA FIELDTRIP MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) ASPEK SOSIAL EKONOMI LEMBAR KERJA MAHASISWA FIELDTRIP MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) ASPEK SOSIAL EKONOMI Kegiatan 1 1. Secara berkelompok mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi asset sumber daya yang terkait dengan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI 5.1 Strategi Nafkah Petani Petani di Desa Curug melakukan pilihan terhadap strategi nafkah yang berbeda-beda untuk menghidupi keluarganya.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1) DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM AGRONOMI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris, yaitu negara yang penghasilan penduduknya sebagian besar berasal dari hasil bercocok tanam padi sawah dan kebanyakan penduduknya

Lebih terperinci

BAB VII PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN BENTUK ORGANISASI

BAB VII PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN BENTUK ORGANISASI 49 BAB VII PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT DAN PERUBAHAN BENTUK ORGANISASI 7.1. Kebutuhan yang Dirasakan dalam Penerapan Sistem Pertanian Padi Sehat Beralihnya komunitas petani padi sehat Desa Ciburuy

Lebih terperinci

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG 1. Lokasi Penelitian Lapang Penelitian lapang dilakukan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, khususnya usaha perkebunan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali penyulaman tanaman

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung oleh ketersediaannya air yang cukup merupakan faktor fisik pendukung majunya potensi

Lebih terperinci

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA LAMPIRAN 99 LAMPIRAN SURAT 100 LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA 101 102 103 LAMPIRAN SURAT VALIDASI PAKAR 104 105 106 107 108 109 110 LAMPIRAN SURAT SD PANGUDI LUHUR AMBARAWA 111 112

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN LAHAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN*

DISTRIBUSI PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN LAHAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN* DISTRIBUSI PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN LAHAN PERTANIAN DI SULAWESI SELATAN* Oleh : Chaerul Saleh DISTRIBUSI PEMILIKAN DAN PENGUSAHAAN LAHAN PERTANIAN Dalam pemilikan lahan pertanian memperlihatkan kecenderungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi dasar dalam pemenuhan kebutuhan pokok nasional. Disamping produk pangan, produk pertanian lainnya seperti produk komoditas sayuran, sayuran, perikanan,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN (Studi Kasus di Desa Budi Mulia, Kabupaten Tapin) Oleh : Adreng Purwoto*) Abstrak Di masa mendatang dalam upaya mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Menurut Trisno (1994), ada dua pertanian yaitu pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui 5 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Identitas Petani Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 6 KK yang mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pertanian berpengaruh bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, terutama pada wilayah-wilayah di pedesaan. Sektor pertanian juga memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat bisa terpenuhi dari hasil peningkatan kualitas hidup mereka melalui pemenuhan

I. PENDAHULUAN. masyarakat bisa terpenuhi dari hasil peningkatan kualitas hidup mereka melalui pemenuhan I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang yang sangat penting dan krusial. Dikatakan demikian, sebab majunya suatu bangsa atau negara dapat diukur dari, bagaimana kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III MENELUSURI DESA SUNGAI KUNYIT HULU. yang letaknya 7 km dari kantor Kecamatan Sungai Kunyit Hulu dan untuk

BAB III MENELUSURI DESA SUNGAI KUNYIT HULU. yang letaknya 7 km dari kantor Kecamatan Sungai Kunyit Hulu dan untuk BAB III MENELUSURI DESA SUNGAI KUNYIT HULU A. Poret Desa Sungai Kunyit Hulu Desa Sungai Kunyit Hulu merupakan salah satu desa yang berada di Wilayah Administrasi Kecamatan Sungai Kunyit Hulu Kabupaten

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA Lampiran 1 Questioner ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA 1. Pertanyaan dalam Kuisioner ini tujuannya hanya semata-mata untuk penelitian

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR 39 SIKAP MASYARAKAT TERHADAP IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH DI DESA CIARUTEUN ILIR Sikap masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempengaruhi petani dalam mengusahakan pendapatan rumah tangganya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempengaruhi petani dalam mengusahakan pendapatan rumah tangganya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Identitas petani merupakan gambaran umum petani di wilayah peri-urban Kabupaten Sleman. Identitas petani yang dimaksud meliputi usia, tingkat pendidikan terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa manusia. Hal ini mendorong masyarakat disekitar

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

BAB III MAJALENGKA. terdapat beberapa bukit, parit dan sungai. Desa Cieurih ini. berbatasan dengan desa-desa sebagai berikut:

BAB III MAJALENGKA. terdapat beberapa bukit, parit dan sungai. Desa Cieurih ini. berbatasan dengan desa-desa sebagai berikut: 45 BAB III PRAKTEK UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA A. GAMBARAN UMUM DESA CIEURIH 1. Keadaan Geografis 63 a. Letak Daerah Desa Cieurih terletak sekitar +15 km di sebelah Timur kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan sumber daya alam. Hasil bumi yang berlimpah dan sumber daya lahan yang tersedia luas, merupakan modal mengembangkan dan

Lebih terperinci

Pupuk Organik Cair AGRITECH

Pupuk Organik Cair AGRITECH Pupuk Organik Cair AGRITECH LATAR BELAKANG TERJADINYA KERUSAKAN PADA ALAM / Lahan Pertanian--- TUA (TANAH, UDARA, & AIR) 1. Tanah : Tandus, Gersang, Tercemar. 2. Udara : Panas Global efek dari rumah kaca.

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI A. Gambaran umum Desa Pondowan Kecamatan Tayu Kabupaten Pati 1. Letak geografis Desa Pondowan

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun loyalitas di benak konsumen menjadi faktor kunci untuk. perusahaan dapat segera berpindah ke perusahaan lain.

BAB I PENDAHULUAN. membangun loyalitas di benak konsumen menjadi faktor kunci untuk. perusahaan dapat segera berpindah ke perusahaan lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam persaingan pasar yang semakin kompetitif, kemampuan membangun loyalitas di benak konsumen menjadi faktor kunci untuk memenangkan penguasaan pasar (Jarvis

Lebih terperinci

BAB V POTRET PROBLEM KETERGANTUNGAN PETANI DALAM MODAL USAHA PANGAN. 99% masyarakat memiliki lahan pertanian. 32 Dengan lahan pertanian yang

BAB V POTRET PROBLEM KETERGANTUNGAN PETANI DALAM MODAL USAHA PANGAN. 99% masyarakat memiliki lahan pertanian. 32 Dengan lahan pertanian yang 53 BAB V POTRET PROBLEM KETERGANTUNGAN PETANI DALAM MODAL USAHA PANGAN A. Sistem Pertanian yang Membelenggu Dusun Karang Tengah merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Duren, yang memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK. SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Tanaman Pangan PERHATIAN

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK. SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Tanaman Pangan PERHATIAN SPDT12-TP Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYEMPURNAAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 2012 Subsektor Tanaman Pangan 1. Rumah tangga pertanian yang menjadi responden harus memiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci. Data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, dan analisis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp

Lebih terperinci

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MARKETED SURPLUS PADI

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MARKETED SURPLUS PADI VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MARKETED SURPLUS PADI 7.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Marketed Surplus Model regresi linear disajikan pada Tabel 39 adalah model terbaik yang dapat dibuat berdasarkan

Lebih terperinci

SISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG

SISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 26 SISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG Mochammad Kamil Malik

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

DAFTAR ANGKET. Bapak/ Ibu beberapa saat ditengah kesibukan dan pekerjaan Bapak/ibu sehari-hari.

DAFTAR ANGKET. Bapak/ Ibu beberapa saat ditengah kesibukan dan pekerjaan Bapak/ibu sehari-hari. Lampiran 1 DAFTAR ANGKET A. Kata Pengantar Dengan segala hormat dan kerendahan hati, perkenankanlah saya menyita waktu Bapak/ Ibu beberapa saat ditengah kesibukan dan pekerjaan Bapak/ibu sehari-hari. Adapun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang turut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Pertanian memegang peranan untuk menyediakan bahan baku pangan maupun non pangan.

Lebih terperinci

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan :

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan : PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN GARUT 2009 Informan : Ibu rumah tangga No.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK A. Profil Desa Lundo 1. Letak geografis Desa Lundo merupakan salah satu desa yang terletak

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA A. Demografi dan Monografi Desa Tamanrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Penulis akan menyampaikan gambaran

Lebih terperinci