BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA SOSIAL CSR BERDASARKAN PELAPISAN SOSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA SOSIAL CSR BERDASARKAN PELAPISAN SOSIAL"

Transkripsi

1 BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA SOSIAL CSR BERDASARKAN PELAPISAN SOSIAL.1 Karakteristik Komunitas Dampak CSR dan Bukan Dampak CSR.1.1 Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar komunitas di Desa Kembang Kuning yang turut serta dalam kegiatan CSR Baitul Maal Wa Tamwil adalah perempuan dengan persentase 73,3 persen. Sedangkan laki-laki,7 persen. Begitu juga dengan komunitas yang tidak turut serta dalam kegiatan CSR. Dimana sebagian besar yakni perempuan dengan persentase yang sama yaitu 73,3 persen. Tabel 7. Persentase Komunitas Dampak CSR Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin N Persen (%) Laki-laki 8,7 Perempuan 73,3 Total 3 1, Tabel 8. Persentase Komunitas Bukan Dampak CSR Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin N Persen (%) Laki-laki,7 Perempuan 11 73,3 Total 15 1,.1. Pekerjaan Hasil dari penelitian, dapat diketahui bahwa sebagian besar komunitas yang ikut berperan serta dalam kegiatan CSR memiliki pekerjaan sebagian besar sebagai pedagang. Adapun jumlah persentase pedagang ini sebesar,7 persen. Mendominasi dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Dapat dilihat pada tabel 9. Sedangkan pada komunitas yang tidak mengikuti CSR diketahui bahwa sebagian besar atau persen adalah ibu rumah tangga dan diikuti oleh pedagang sebesar 3 persen. Dapat dilihat pada tabel 1.

2 7 Tabel 9. Persentase Komunitas Dampak CSR Berdasarkan Pekerjaan Jenis Pekerjaan N Persen (%) Ibu rumah tangga 13,3 Pedagang,7 Pegawai swasta 1 3,3 Wiraswasta 5 1,7 Total 3 1, Tabel 1. Persentase Komunitas Bukan Dampak CSR Berdasarkan Pekerjaan Jenis Pekerjaan N Persen (%) Ibu rumah tangga, Pedagang 5 33,3 Pensiun 1,7 PNS 1,7 Wiraswasta 13,3 Total 15 1,.1.3 Pendidikan Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar komunitas yang tergolong ke dalam CSR BMT Swadaya Pribumi memiliki pendidikan terakhir setingkat TK/SD. Adapun presentasenya yakni 5,7 persen. Hal ini dapat dilihat pada tabel 11. Sedangkan pada komunitas yang tidak ikut dalam kegiatan CSR dapat diketahui bahwa jenjang pendidikan terakhirnya yakni SD atau sederajat. Adapun persentasenya yakni persen. Keterangan lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 11. Persentase Komunitas Dampak CSR Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan N Persen (%) SMP/SMA/Sederajat 1, TK/SD 17 5,7 Tidak Sekolah 1 3,3 Total 3 1, Tabel 1. Persentase Komunitas Bukan Dampak CSR Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Tingkat Pendidikan N Persen (%) Akademi/diploma 1,7 SMP/SMA/Sederajat 5 33,3 TK/SD 9, Total 15 1,

3 77.1. Pendapatan Berdasarkan hasil wawancara pada penelitian ini, diketahui bahwa pada komunitas yang ikut serta dalam CSR memiliki pendapatan yang tinggi yakni di 1.3. rupiah. Adapun untuk tingkat te digunakan standar yaitu upah minimum regional (UMR) kabupaten bogor sebesar rupiah. Namun berdasarkan hasil penelitian pada komunitas bukan CSR diketahui bahwa pendapatan sebagian besar komunitas adalah, artinya berada di UMR Kabupaten Bogor. Tabel 13. Persentase Komunitas Dampak CSR Berdasarkan Pendapatan Tingkat Pendapatan N Persen (%) Rendah, Sedang 11 3,7 Tinggi 13 3,3 Total 3 1, Tabel 1. Persentase Komunitas Bukan Dampak CSR Berdasarkan Pendapatan Tingkat Pendapatan N Persen (%) Rendah 8 53,3 Sedang,7 Tinggi 3, Total 15 1,. Tingkat partisipasi masyarakat Tingkat partisipasi ini didasarkan kepada tangga partisipasi Arstein (199) yang terdiri delapan tingkat yaitu manipulasi, terapi, pemberitahuan, konsultasi, penentraman, kemitraan, pendelegasian kekuasaan, dan kontrol masyarakat. Adapun penggolongan masyarakat dalam kegiatan CSR yakni masyarakat yang terlibat dalam BMT Swadaya Pribumi. Sedangkan masyarakat yang digolongkan kepada kegiatan bukan CSR yakni mereka yang turut mengikuti program selain CSR seperti program pemerintah yakni konversi minyak tanah ke gas dan bantuan langsung tunai. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara umum tingkat partisipasi masyarakat berada pada tahapan konsultasi hingga kontrol masyarakat. namun

4 78 sebagian besar menjawab tingkat partisipasi berada diantara kemitraan hingga kontrol masyarakat sebesar 78 persen. Charity Philantropy Good Corporate Citizenship (GCG) 3% % % %. Kemitraan 8. Kontrol Masyarakat 7. Pendelegasian Kekuasaan Kekuasaan di = 78% Masyarakat % 5. Penenangan %. Konsultasi Tokenisme = % % 3. Pemberitahuan %. Terapi 1. Manipulasi Tidak Ada Partisipasi = % Gambar 3. Tingkat Partisipasi Masyarakat..1 Tingkat Partisipasi Masyarakat yang Terkena dan Tidak Terkena Dampak CSR Tingkat partisipasi masyarakat diukur berdasarkan persepsi dari masyarakat terhadap kegiatan yang dilaksanakannya. Tingkat partisipasi pada masyarakat yang terkena dampak CSR dalam hal ini nasabah BMT Swadaya Pribumi berada pada rentan konsultasi hingga kontrol masyarakat. Sebagian besar masyarakat yang terkena dampak CSR menyatakan bahwa kekuasaan telah berada di masyarakat yakni sebesar 79 persen. Artinya masyarakat telah diberikan kewenangan untuk mengembangkan dirinya demi kesejahteraan yang lebih baik.

5 79 Charity Philantropy Good Corporate Citizenship (GCG) 3% % 5% %. Kemitraan 8. Kontrol Masyarakat 7. Pendelegasian Kekuasaan Kekuasaan di = 79% Masyarakat 1% 5. Penenangan %. Konsultasi Tokenisme = 1 % % 3. Pemberitahuan %. Terapi Tidak Ada Partisipasi = % 1. Manipulasi Gambar. Tingkat Partisipasi Bagi Masyarakat yang Terkena Dampak CSR Tingkat partisipasi pada masyarakat yang tidak terkena dampak CSR berada pada rentan yang sama dengan masyarakat yang terkena dampak yakni konsultasi hingga kontrol masyarakat. Namun hanya persen kekuasaan berada di masyarakat. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 39 persen berada di tipe konsultasi.

6 8 Charity Philantropy Good Corporate Citizenship (GCG) 3% % 31% 8% 8. Kontrol Masyarakat 7. Pendelegasian Kekuasaan. Kemitraan Kekuasaan di = % Masyarakat 39% 5. Penenangan %. Konsultasi Tokenisme = 39 % % 3. Pemberitahuan %. Terapi 1. Manipulasi Tidak Ada Partisipasi = % Gambar 5. Tingkat Partisipasi Masyarakat yang Bukan Dampak CSR.. Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Pelapisan Sosial Tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan pelapisan sosial merupakan suatu pembagian tingkatan menurut lapisan,, dan untuk masyarakat yang terkena dampak CSR dan tidak terkena dampak CSR. Hal ini dimaksudkan untuk melihat secara spesifik peranan masyarakat pada setiap lapisannya. Adapun rentan untuk seluruh lapisan sosial CSR dan bukan CSR yakni berada pada tahap konsultasi hingga kontrol masyarakat. adapun untuk keterangan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 15: Tabel 15. Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Lapisan Sosial. Tingkat Partispasi Masyarakat CSR dalam Persen (%) Bukan CSR dalam Persen (%) Bawah Menengah Atas Bawah Menengah Atas Konsultasi Kemitraan Pendelegasian Kekuasaan Kontrol Masyarakat Total

7 81 Charity Philantropy Good Corporate Citizenship (GCG). Kemitraan 8. Kontrol Masyarakat 7. Pendelegasian Kekuasaan Kekuasaan di Masyarakat 5. Penenangan. Konsultasi Tokenisme. Terapi 1. Manipulasi 3. Pemberitahuan Tidak Ada Partisipasi Gambar. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dampak CSR Berdasarkan Pelapisan sosial Charity Philantropy Good Corporate Citizenship (GCG). Kemitraan 8. Kontrol Masyarakat 7. Pendelegasian Kekuasaan Kekuasaan di Masyarakat 5. Penenangan. Konsultasi Tokenisme 3. Pemberitahuan. Terapi 1. Manipulasi Tidak Ada Partisipasi Gambar 7. Tingkat Partisipasi Masyarakat Bukan Dampak CSR Berdasarkan Pelapisan Sosial

8 8 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat partisipasi pada masyarakat yang tidak terkena dampak CSR, berada pada rentan konsultasi hingga kontrol masyarakat. Seluruhnya dinyatakan oleh lapisan sosial. Dimana pada lapisan sosial ini beranggapan bahwa rentan konsultasi hingga kontrol masyarakat berada nilai yang tinggi. Adapun untuk penjelasan lebih spesifiknya pada setiap tingkatan partisipasi pada setiap kelas sosial berada pada pemaparan di ini....1tipe Manipulatif Tipe manipulatif adalah jenis tingkat partisipasi masyarakat yang paling. Dimana pada tahapan ini tidak ada partisipasi dari masyarakat sama sekali. Berdasarkan hasil penelitian pada program CSR, diketahui bahwa menurut seluruh lapisan sosial, tipe ini tidak termasuk atau bernilai. Berdasarkan perhitungan menggunakan somers d, diketahui bahwa jumlah terbesar yang menjawab tipe ini adalah masyarakat lapisan sosial. Keterangan lebih jelas dapat dilihat pada gambar. Namun hal ini menjadi terbalik atau berbeda ketika ditanyakan kepada komunitas bukan dampak CSR. Walaupun komunitas ini beranggapan bahwa tipe manipulatif ini bernilai juga, tetapi jumlah terbesar yang menjawab adalah lapisan sosial. Keterangan selengkapnya ada pada gambar Tipe Manipulatif Gambar 8.Tipe Manipulatif Pada Komunitas Dampak CSR

9 83 8 Tipe Manipulatif Gambar 9. Tipe Manipulatif Pada Komunitas Bukan Dampak CSR...Tipe Terapi Tipe terapi adalah tipe kedua. Belum ada partisipasi masyarakat pada tingkat pembagian kekuasaan di dalam tipe ini. Pada komunitas yang ikut serta dalam CSR, tipe ini bernilai pada kisaran dan. Namun pada tipe terapi yang bernilai, tidak ada jawaban dari lapisan sosial. Hal ini dikarenakan seluruh lapisan sosial, menggangap tipe terapi adalah. keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar 1. Sedangkan pada komunitas bukan dampak CSR diketahui pada tipe ini bernilai,, dan tinggi. Namun lapisan sosial yang bernilai dominan beranggapan bahwa tipe ini bernilai. 1 8 Tipe Terapi Gambar 1. Tipe Terapi Pada Komunitas Dampak CSR

10 8 tinggi Tipe Terapi Gambar 11. Tipe Terapi Pada Komunitas Bukan Dampak CSR...3 Tipe Pemberitahuan Tipe pemberitahuan adalah tipe ketiga. Dimana pada tipe ini hanya bersifat pemberitahuan searah kepada masyarakat tanpa adanya umpan balik dari masyarkat. Pada tipe ini tidak ada partisipasi. Menurut seluruh lapisan sosial yang ikut dalam kegiatan CSR, tipe ini bernilai dan. Namun sebagian besar menganggap tipe ini bernilai. keterangan lebih lengkapnya berada pada gambar 1. Sedangkan pada komunitas bukan CSR, tipe ini berada pada kisaran dan. Tetapi sebagian besar lapisan sosial menjawab nilai yang dominan pada kegiatan bukan CSR tipe pemberitahuan adalah. 1 8 Tipe Pemberitahuan Gambar 1. Tipe Pemberitahuan Komunitas Dampak CSR

11 Tipe Pemberitahuan Gambar 13. Tipe Pemberitahuan Komunitas Bukan Dampak CSR... Tipe Konsultasi Tipe konsultasi adalah tipe keempat dari tangga partisipasi. Dimana pada tipe ini masukan dari masyakat di dengar namun tidak selalu dipakai sarannya. Pada komunitas CSR, tipe konsultasi berada di kisaran,, dan tinggi. namun sebagian besar lapisan sosial menilai bahwa tipe konsultasi ini bernilai tinggi. keterangan lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1. Sedangkan pada komunitas bukan CSR, dapat dilihat bahwa lapisan sosial menilai tipe konsultasi ini bernilai tinggi. dapat dilihat pada gambar Tipe Konsultasi tinggi Gambar 1. Tipe Konsultasi Komunitas Dampak CSR

12 tinggi Tipe Konsultasi Gambar 15. Tipe Konsultasi Komunitas Bukan Dampak CSR...5 Tipe Penentraman Tipe penentraman adalah tipe kelima. Dimana pada tipe ini saran dari masyarakat diterima namun tidak selalu dilaksanakan. Pada tipe ini, komunitas CSR dan bukan CSR di seluruh lapisan sosial,, dan memiliki anggapan yang sama bahwa tipe penentraman bernilai. hal ini dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar Tipe Penentraman Gambar 1. Tipe Penentraman Komunitas Dampak CSR

13 Tipe Penentraman Gambar 17. Tipe Penentraman Komunitas Bukan Dampak CSR... Tipe Kemitraan Tipe kemitraan adalah tipe keenam. Dimana pada tipe ini tingkatan kekuasaan ada di masyarakat suatu kegiatan atau program. Kedua belah pihak atau stakeholders terkait memiliki kerjasama yang saling menguntungkan. Pada komunitas CSR, tipe ini memiliki nilai yang tinggi. kan pada komunitas bukan CSR tipe ini bernilai. Data lengkapnya dapat dilihat pada gambar 18 dan gambar Tipe Kemitraan tinggi Gambar 18. Tipe Kemitraan Komunitas Dampak CSR

14 Tipe Kemitraan tinggi Gambar 19. Tipe Kemitraan Komunitas Bukan Dampak CSR...7 Tipe Pendelegasian Kekuasaan Tipe ini adalah tipe ketujuh pada tingkat partisipasi Arstein. Pada tipe ini masyarakat diberi kekuasaan sebagian atau seluruh program. Dimana masyarakat memiliki partisipasi yang tinggi. berdasarkan komunitas CSR, diketahui bahwa tipe pendelegasian kekuasaan berada pada nilai dan tinggi. Artinya masyarakat yang ikut serta dalam CSR yakni tipe ini lebih mereka rasakan dalam kegiatan CSR. Sedangkan pada komunitas bukan CSR, seluruh kelas sosial berpendapat tipe ini adalah. 1 8 tinggi Tipe pendelegasian kekuasaan Gambar. Tipe Pendelegasian Kekuasaan Pada Komunitas Dampak CSR

15 Tipe pendelegasian kekuasaan tinggi Gambar 1. Tipe Pendelegasian Kekuasaan Pada Komunitas Bukan Dampak CSR...8 Tipe Kontrol Masyarakat Tipe kontrol masyarakat adalah tipe paling tinggi, dimana masyarakat memiliki andil sepenuhnya suatu program dan terdapat partisipasi yang tinggi dari masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, pada komunitas CSR diketahui bahwa tipe ini memiliki nilai yang tinggi dari seluruh lapisan sosial. Sedangkan pada komunitas bukan CSR diketahui bahwa seluruh lapisan sosial berpendapat bahwa tipe ini bernilai. Data selengkapanya dapat dilihat pada gambar dan Tipe kontrol masyarakat tinggi Gambar. Tipe Kontrol Masyarakat Pada Komunitas Dampak CSR

16 9 3 1 Tipe kontrol masyarakat tinggi Gambar 3. Tipe Kontrol Masyarakat Pada Komunitas Bukan Dampak CSR.3 Dampak Bagi Masyarakat.3.1 Dampak Ekonomi Dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat adalah suatu perubahan yang terjadi bagi masyarakat yang turut serta dalam program CSR dan masyarakat yang tidak turut serta dalam program CSR. Adapun variabel untuk mengukur dampak ekonomi yang digunakan diantaranya variabel kesempatan kerja, kesempatan berusaha, pendapatan, akses terhadap lembaga keuangan, dan kesejahteraan warga. Berdasarkan data yang ada pada komunitas CSR, diketahui bahwa dampak ekonomi ini bernilai dan tinggi. dimana pada lapisan sosial,, dan terdapat dampak yang positif. Dampak yang positif ini dilihat berdasarkan selisih antara hasil yang tinggi dari komunitas CSR dan bukan CSR. Dimana terdapat nilai yang positif. Tabel 1. Persentase Variabel Ekonomi Bagi Komunitas CSR Pelapisan Variabel Ekonomi (%) Total Sosial Rendah Sedang Tinggi (%) Bawah 33,3,7 1, Menengah 9,1 9,9 1, Atas 7,7 9,3 1, Total 13,3 8,7 1,

17 91 Tabel 17. Persentase Variabel Ekonomi Bagi Komunitas Bukan CSR Pelapisan Variabel Ekonomi (%) Total Sosial Rendah Sedang Tinggi (%) Bawah 1,,, 1, Menengah 5, 5, 5, 1, Atas 33,3,7, 1, Total 73,3,,7 1, Tabel 18. Presentase Dampak Ekonomi Dengan Variabel Tinggi Pada Komunitas CSR dan Bukan CSR Pelapisan Sosial Variabel Ekonomi Tinggi (%) Dampak CSR Bukan CSR Ekonomi (%) Bawah,7,,7 Menengah 9,9 5, 5,9 Atas 9,3, 9,3 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat dampak ekonomi yang positif di seluruh lapisan sosial. Adapun dampak ekonomi yang paling tinggi dirasakan adalah pada masyarakat kelas sosial sebesar 9,3 persen..3. Dampak Sosial Dampak sosial merupakan perbedaan yang dirasakan antara masyarakat yang menerima program CSR dan masyarakat yang menerima pada program bukan CSR. Variabel yang digunakan diantaranya kepercayaan warga terhadap institusi, kerja sama warga, solidaritas warga, peranan perempuan, dan kesempatan warga dalam memberi masukan bagi perbaikan program. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan diketahui bahwa pada komunitas CSR dan komunitas bukan CSR sama-sama memiliki nilia yang tinggi. Hal ini dikarenakan masyarakat merasakan langsung dampak sosial pelaksanaan suatu program. Keterangan yang lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 18 dan tabel 19.

18 9 Tabel 19.Persentase Variabel Sosial Bagi Komunitas CSR Pelapisan Variabel Sosial (%) Total Sosial Rendah Sedang Tinggi (%) Bawah, 33,3,7 1, Menengah, 9,1 9,9 1, Atas,, 1, 1, Total, 1, 9, 1, Tabel. Persentase Variabel Sosial Bagi Komunitas Bukan CSR Pelapisan Variabel Sosial (%) Total Sosial Rendah Sedang Tinggi (%) Bawah 1,5 1,5 75, 1, Menengah 5, 5, 5, 1, Atas, 33,3,7 1, Total 13,3,7, 1, Tabel 1. Persentase Dampak Sosial Bagi Komunitas CSR dan Bukan CSR Pelapisan Sosial Variabel Sosial Tinggi (%) Dampak Sosial CSR Bukan CSR (%) Bawah,7 75, -8,3 Menengah 9,9 5, 5,9 Atas 1,,7 33,3 Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan diketahui bahwa dampak sosial ini tidak terlalu signifikan. Bahkan pada lapisan sosial tidak terdapat dampak sosial karena bernilai negatif. Dari ketiga kelas sosial tersebut diketahui bahwa dampak sosial tertinggi berada pada kelas sosial.. Ikhtisar Tingkat partisipasi merupakan tahapan peranan masyarakat yang digambarkan Arstein dalam tangga partisipasi. Dimana secara keseluruhan tingkatan partisipasi masyarakat Desa Kembang Kuning berada pada tahap konsultasi hingga kontrol masyarakat. kan jika dibagi lebih mendalam antara komunitas yang terkena dampak CSR dan komunitas yang tidak terkena dampak CSR, keduanya berada pada rentan yang sama yakni tahap konsultasi hingga kontrol masyarakat dengan presentase yang berbeda. Adapun pada masyarakat yang terkena dampak CSR, memiliki presentase yang lebih tinggi

19 93 yakni 79 persen pada aspek kekuasaan berada di masyarakat. Sedangkan jika dibagi menjadi lebih spesifik yakni lapisan sosial pada setiap komunitas yang terkena dampak CSR dan tidak terkena dampak akan berbeda hasilnya. Dimana pada komunitas yang terkena dampak, lapisan tertinggi yang menjawab konsultasi hingga kontrol masyarakat yakni lapisan sosial, lalu diikuti lapisan dan. Namun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Sedangkan untuk pada komunitas yang tidak terkena dampak CSR, justru sebagian besar yang menjawab pada rentan tersebut adalah kelas sosial. Dampak yakni suatu delta atau perbedaan yang diukur antara komunitas yang terkena dampak CSR dan tidak terkena dampak CSR. Pada dampak ekonomi dengan lima variabel, maka dapat diketahui terdapat dampak pada seluruh lapisan sosial baik,, dan. Sedangkan pada dampak sosial dengan lima variabel, dapat diketahui bahwa dampak hanya terjadi pada lapisan dan saja. Hal ini dapat menjadi salah satu indikator bahwa secara umum dampak ekonomi dan sosial telah terjadi secara positif pada seluruh lapisan, namun jika dilihat berdasarkan perbedaan lapisan sosial masih ada lapisan yang belum terkena dampak sosial secara siginifikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI 9.1 Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi dalam Pemenuhan Kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis Gender Keberhasilan BMT Swadaya Pribumi pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI

BAB V TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAB V TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI 5.1. Penggolongan dan Non- LKMS Kartini Komunitas perdesaan dalam konteks penelitian ini tidak hanya dipahami sebagai sekumpulan orang, namun juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki keanekaragaman dalam hal adat istiadat, bahasa, kepercayaan, norma, dan nilai budaya lainnya. Tidak hanya dalam hal budaya,

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum responden beras organik SAE diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN 34 BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN Marginalisasi perempuan dalam dunia kerja merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, adanya industrialisasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan Tlanakan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pamekasan yang memiliki luas wilayah 48,10 Km 2 dan terletak

Lebih terperinci

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN DAN KESETARAAN GENDER DALAM BMT SWADAYA PRIBUMI Hubungan antara karakteristik peserta produk pembiayaan BMT Swadaya Pribumi dan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di tiga lokasi pertama di PT Holcim Indonesia Tbk yang terletak di jalan Narogong km 7 Cileungsi-Bogor. Lokasi kedua

Lebih terperinci

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki BAB V KARAKTERISTIK, TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN RESPONDEN, DAN EKUITAS MEREK 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Bogor yang merupakan kawasan

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut. 1. Untuk model kesehatan, kinerja perekonomian daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan pokok yang dialami oleh semua negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah kehilangan kesejahteraan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 04/01/31/Th. XI, 5 Januari 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008 Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada Agustus 2008 mencapai 4,77 juta orang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam pukul 1.-16. dan sore hari dilakukan pada pukul 16.-19.. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Mencari data awal tentang aturan mengenai angkutan perkotaan, jumlah tiap trayek, dan lintasan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION. mengetahui, mengenal serta mengkonsumsi moci Kaswari Lampion.

VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION. mengetahui, mengenal serta mengkonsumsi moci Kaswari Lampion. VI. KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MOCI KASWARI LAMPION 6. Karakteristik Umum Responden Karakteristik umum responden dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, alamat,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RESPONDEN

KARAKTERISTIK RESPONDEN 18 KARAKTERISTIK RESPONDEN Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik lansia yang menjadi responden. Adapun data karakteristik yang dimaksud meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan. produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan. produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan perdagangan, konsep baitul maal yang sederhanapun berubah, tidak sebatas menerima dan menyalurkan harta tetapi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT 41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani

Lebih terperinci

BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN

BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN 50 BAB VI KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN Dalam penelitian ini, keberlanjutan kelembagaan dikaji berdasarkan tingkat keseimbangan antara pelayanan-peran serta (manajemen), tingkat penerapan prinsip-prinsip good

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan

METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Dramaga. Siswa kelas 8 (9 kelas) Siswa kelas 8.4 dan 8.6 n= siswa laki-laki 30 siswa perempuan 18 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi antara ibu dengan anak. Desain yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS DAN SINTESIS PARTISIPASI MASYARAKAT STAKEHOLDER

BAB VII ANALISIS DAN SINTESIS PARTISIPASI MASYARAKAT STAKEHOLDER BAB VII ANALISIS DAN SINTESIS PARTISIPASI MASYARAKAT STAKEHOLDER DALAM PENYELENGGARAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN DAMPAKNYA TERHADAP KOMUNITAS PERDESAAN Keberadaan perusahaan dalam lingkungan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah...4

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah...4 DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i iii v vi ix x xi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah...1 1.2 Rumusan Masalah....4 1.3 Maksud

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN. toko Rejo Mulyo hanya menyediakan kebutuhan sehari-hari. Namun seiiring

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN. toko Rejo Mulyo hanya menyediakan kebutuhan sehari-hari. Namun seiiring BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1. Profil Toko Rejo Mulyo Toko Rejo Mulyo berdiri sejak tahun 1990, awal mula berdirinya toko Rejo Mulyo hanya menyediakan kebutuhan sehari-hari. Namun

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. terutama pada posisi jabatan struktural. Hal ini dapat diindikasikan bahwa terdapat

BAB VI PENUTUP. terutama pada posisi jabatan struktural. Hal ini dapat diindikasikan bahwa terdapat BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta merupakan dinas yang memiliki jumlah pegawai perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pegawai laki-laki, terutama pada posisi jabatan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.57/11/TH.XVIII, 5 November 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 2

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 2 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN/WALI MURID (STUDI KASUS DI SLTPN 03 KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG) Wirawan Aryanto Balol 4 Abstrak: Di era otonomi pendidikan ini menjadikan

Lebih terperinci

No. 15/4/DPNP Jakarta, 6 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Kepemilikan Saham Bank Umum

No. 15/4/DPNP Jakarta, 6 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Kepemilikan Saham Bank Umum No. 15/4/DPNP Jakarta, 6 Maret 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Kepemilikan Saham Bank Umum Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/8/PBI/2012

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 No. 22/5/Th.XVII, 5 Mei 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,75 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) DIREKTORAT LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) DIREKTORAT LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DIREKTORAT Pengertian LKM 1. Apa yang dimaksud Lembaga Keuangan Mikro? Lembaga Keuangan Mikro adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER Kuesioner sebagai alat ukur dalam rangka mengumpulkan data harus mampu menghasilkan data yang valid dan reliabel. Untuk itu dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang diperoleh dari data primer dan sekunder penelitian. Data primer penelitian ini adalah hasil kuesioner

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dinyatakan bahwa pembahasan yang akan diuraikan meliputi: pembahasan hasil. penelitian, temuan teoritis dan keterbatasan penelitian.

BAB V PEMBAHASAN. dinyatakan bahwa pembahasan yang akan diuraikan meliputi: pembahasan hasil. penelitian, temuan teoritis dan keterbatasan penelitian. BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan pembahasan tentang pengaruh biaya sewa tempat terhadap minat nasabah dalam memilih produk gadai emas syariah di BRI Syariah Kantor Cabang Gubeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perusahaan yang bergerak di dunia bisnis memiliki berbagai macam produk yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan. Tujuan didirikannya perusahaan yaitu memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 29 5.1 Hasil BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.1 Karakteristis Responden Karakteristik responden yang diukur dalam penelitian ini adalah kelompok umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jarak pemukiman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. membantu masyarakat dalam pengembangan usahanya. Menurut Undangundang

BAB II KAJIAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. membantu masyarakat dalam pengembangan usahanya. Menurut Undangundang BAB II KAJIAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Lembaga Keuangan Syariah Mikro Lembaga Keuangan Mikro merupakan salah satu lembaga keuangan yang didirikan untuk masyarakat mikro, adanya lembaga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Kembang Kuning terbagi atas tiga dusun atau kampung, yakni Dusun I atau Kampung Narogong, Dusun II atau Kampung Kembang Kuning, dan Dusun III atau Kampung Tegal Baru. Desa

Lebih terperinci

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI BAB I PERUSAHAAN ASURANSI A. Pengertian Perusahaan Asuransi 1. Pengertian Perusahaan Kegiatan ekonomi yang berkembang akan membawa perkembangan pula dalam kegiatan bisnis, kegiatan ekonomi yang meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 [HDI] Human Development Report Human Development Index (HDI). [Internet]. [dinduh. 4 Ibid.

BAB I PENDAHULUAN. 1 [HDI] Human Development Report Human Development Index (HDI). [Internet]. [dinduh. 4 Ibid. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Hubeis (2010) kualitas hidup manusia dapat diukur berdasarkan pengukuran Human Development Index (HDI), Gender Development Index (GDI), dan Gender Empowerment

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Cicurug Kecamatan Cicurug berada di bagian Sukabumi Utara. Kecamatan Cicurug memiliki luas sebesar 4.637 hektar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra perusahaan adalah sesuatu yang penting untuk dijaga dan dikembangkan. Citra pada dasarnya merupakan salah satu harapan yang ingin dicapai perusahaan untuk

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI Pengunjung restoran yang mengkonsumsi menu makanan dan minuman di Restoran Khaspapi memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbedabeda. Latar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XI HUBUNGAN INDUSTRIAL Bagian Kesatu Umum Pasal 102 1. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pemerintah mempunyai fungsi menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR Bab ini menjelaskan berbagai aspek berkenaan kelembagaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Bogor yang meliputi: Organisasi Badan Pelaksana an Pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BLITAR No. 01/11/Th.I, 21 November 2016 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 RINGKASAN Persentase penduduk miskin (P0) di Kabupaten Blitar pada tahun 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2011 No. 04, 5Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI FEBRUARI : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 2,67% Angkatan kerja NTT pada mencapai 2.234.887 orang, bertambah8,0 ribuorang (0,36 persen) dibanding

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.25 /05/TH.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,39 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh pada Februari 2017 mencapai 2,330

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. a. Berdasarkan jenis kelamin, responden yang menyatakan bahwa figur Tri

BAB VI PENUTUP. a. Berdasarkan jenis kelamin, responden yang menyatakan bahwa figur Tri BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Pemaparan yang telah disajikan mulai pembahasan pertama hingga akhir, bertujuan untuk menjawab ketiga rumusan masalah yang telah dikemukakan pada awal pembahasan. Adapun jawaban

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 No.027/05/63/Th XV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2011 sebesar 1,840 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,36

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/25/PBI/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/17/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kelurahan Tegal Gundil 4.1.1. Profil Kelurahan Tegal Gundil Kelurahan Tegal Gundil merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/

ANALISIS POLA PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/ ANALISIS POLA PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/ CSR) DALAM UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi PT Holcim Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Persepsi dan Loyalitas Nasabah Pelaku Agribisnis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Persepsi dan Loyalitas Nasabah Pelaku Agribisnis III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang Persepsi dan Loyalitas Nasabah Pelaku Agribisnis Terhadap BMT Ngudi Makmur di Desa Karangsewu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo ini menggunakan metode deskriptif.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

Lampiran 1. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data LAMPIRAN Lampiran 1. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data No Tujuan Variabel Data yang dibutuhkan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Profil PT 1. Bidang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 152/12/21/Th.IV, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI KEMBALI NAIK

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama waktu itu telah berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama waktu itu telah berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya intensif pendirian bank syariah di Indonesia dapat ditelusuri jejaknya sejak tahun 1988 di saat pemerintah mengeluarkan paket kebijakan Oktober (Pakto) yang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA

BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA BAB VII MOTIVASI BERPERANSERTA PESERTA POSDAYA PADA POSDAYA 7.1 Gambaran Peserta Posdaya Dalam Posdaya berperanserta responden terdiri dari motivasi merencanakan, motivasi melaksanakan, dan motivasi mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN. Hasil pengolahan data selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan

BAB III HASIL PENELITIAN. Hasil pengolahan data selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan BAB III HASIL PENELITIAN Dalam Bab III ini menyajikan gambaran data penelitian yang diperoleh dari hasil jawaban reponden, proses pengolahan data, dan analisis hasil pengolahan data. Hasil pengolahan data

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pada penelitian yang berjudul Pasar Tradisional Mandiraja, Banjarnegara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pada penelitian yang berjudul Pasar Tradisional Mandiraja, Banjarnegara 28 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pada penelitian yang berjudul Pasar Tradisional Mandiraja, Banjarnegara ditinjau dari segi sosial dan ekonomi dari tahun 2001-2014 ini, berlokasi di kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebanyakan memutuskan berhenti saat menduduki kelas 3 SLTP. 1

BAB I PENDAHULUAN. kebanyakan memutuskan berhenti saat menduduki kelas 3 SLTP. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rendahnya tingkat pendidikan penduduk akan berdampak pada kemampuan masyarakat dalam memahami dan menghadapi kemajuan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai objek penelitian oleh peneliti adalah konsumen yang sudah menggunakan sepatu Converse. Peneliti memilih

Lebih terperinci

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.24/05/TH.XIX, 4 Mei 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,13 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berikut adalah Desa yang ada di wilayah kerja Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung :

BAB I PENDAHULUAN. Berikut adalah Desa yang ada di wilayah kerja Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung : BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM Kecamatan Cangkuang berdiri pada 22 Oktober 2003 yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Banjaran, berikut pengisian jabatan strukturalnya dan efektif eksistensinya telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

HASIL. Karakteristik Remaja

HASIL. Karakteristik Remaja HASIL Karakteristik Remaja Jenis Kelamin dan Usia. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) kelompok usia remaja di bagi ke dalam empat kategori, yakni usia pra remaja (10-12 tahun), remaja awal (12-15

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang tentunya banyak perusahaan yang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada zaman sekarang tentunya banyak perusahaan yang berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang tentunya banyak perusahaan yang berkembang pesat di Jakarta baik itu swasta maupun negeri (BUMN). Dengan persaingan antar perusahaan yang semakin

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/1994 TENTANG SERIKAT PEKERJA TINGKAT PERUSAHAAN MENTERI TENAGA KERJA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/1994 TENTANG SERIKAT PEKERJA TINGKAT PERUSAHAAN MENTERI TENAGA KERJA, MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/1994 TENTANG SERIKAT PEKERJA TINGKAT PERUSAHAAN MENTERI TENAGA KERJA, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Peran Komite Sekolah dalam Partisipasi Standar Pengelolaan SMA. cenderung pasif dalam menjalankan tugas dan fungsi.

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Peran Komite Sekolah dalam Partisipasi Standar Pengelolaan SMA. cenderung pasif dalam menjalankan tugas dan fungsi. BAB IV ANALISA DATA A. Analisis Peran Komite Sekolah dalam Partisipasi Standar Pengelolaan SMA Islam Kartika Surabaya Temuan peneliti dilapangan disinyalir peran komite sekolah tidak begitu mengambil peran

Lebih terperinci