BAB V PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH"

Transkripsi

1 46 BAB V PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH Selain PLTMH, beberapa rumah tangga di Lebak Picung mendapatkan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan turbin pribadi. Sebelum adanya PLTMH, beberapa rumah tangga ada yang telah menggunakan PLTS dan sebagian menggunakan turbin, namun PLTS dan turbin hanya dimiliki sebagian orang dan tidak memiliki daya setinggi PLTMH. Tabel 7. dan Presentase Rumah Tangga yang Mendapatkan Listrik dari Satu Sumber Pembangkit Listrik. No. Jenis Pembangkit Listrik yang Digunakan 1 PLTMH saja PLTS saja Turbin saja Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa rumah tangga yang mendapatkan listrik dari satu sumber pembangkit listrik PLTMH adalah tujuh belas KK (33 persen) dan tidak terdapat rumah tangga yang hanya menggunakan PLTS saja maupun turbin saja. Sedangkan dari Tabel 8 diketahui bahwa terdapat lima KK (6 persen) yang mendapatkan aliran listrik dari tiga sumber pembangkit listrik yaitu PLTMH, PLTS serta turbin pribadi, sedangkan rumah tangga yang mendapatkan aliran listrik dari PLTMH dan turbin sebanyak delapan KK (9 persen), dan tiga puluh KK (52 persen) PLTMH. lainnya memendapatkan aliran listrik dari PLTS dan Tabel 8. dan Presentase Rumah Tangga yang Menggunakan Pembangkit Listrik Lebih dari Satu. No. Jenis Pembangkit Listrik yang Digunakan 1 PLTMH dan PLTS PLTMH dan Turbin PLTS danturbin PLTMH, PLTS, dan Turbin

2 47 Berdasarkan Gambar 7, Secara keseluruhan PLTMH Lebak Picung mampu memberikan aliran listrik ke semua rumah tangga di Lebak Picung yaitu sebanyak lima pulub dua KK. Namun sayangnya PLTMH di Lebak Picung sempat berhenti mengalirkan listrik selama empat bulan karena debit air sungai yang rendah 7. 9% 6% 33% PLTMH saja PLTMH dan PLTS PLTMH dan Turbin 52% PLTMH, PLTS, dan Turbin Gambar 7. Presentase Pemakaian Pembangkit Listrik oleh Rumah Tangga di Lebak Picung. Tiap pembangkit listrik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga tiap responden memiliki pendapat yang berbeda tentang kemampuan sumber pembangkit listrik yang mampu memenuhi kebutuhan listrik dalam rumah tangga mereka. Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa tujuh belas KK (33 persen) yang hanya mendapatkan aliran listrik dari satu sumber pembangkit listrik yaitu PLTMH, seluruhnya menyatakan bahwa PLTMH lebih memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga mereka dibandingkan jenis pembangkit listrik yang lain. Tabel 9. dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Pembangkit yang Lebih Mampu Memenuhi Kebutuhan Listrik pada Rumah Tangga yang Hanya Menggunakan PLTMH. No. Jenis Pembangkit Listrik N 1. PLTMH Selain PLTMH 0 17 Persen Sampai akhir tahun 2011

3 48 Sebanyak 27 KK yang menggunakan PLTMH dan PLTS, 21 KK (40 persen) diantaranya menyatakan bahwa PLTMH lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangganya karena mampu menyediakan daya yang lebih besar dibandingkan PLTS, namun sebanyak lima KK (10 persen) menyatakan PLTS lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangganya karena tidak mengalami kematian seperti PLTMH yang sempat tidak mampu mengalirkan listrik selama 4 bulan karena debit airnya yang rendah, dan satu KK (2 persen) lain menyatakan bahwa PLTS dan PLTMH sama-sama mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangganya. Tabel 10. dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Pembangkit yang Lebih Mampu Memenuhi Kebutuhan Listrik pada Rumah Tangga yang Menggunakan PLTMH dan PLTS. No. Jenis Pembangkit Listrik 1. PLTMH PLTS PLTS dan PLTMH sama-sama mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga Tabel 11 memperlihatkan bahwa lima KK (10 persen) yang mendapatkan aliran listrik dari turbin pribadi dan PLTMH, seluruhnya menyatakan bahwa PLTMH lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangganya. Tabel 11. dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Pembangkit yang Lebih Mampu Memenuhi Kebutuhan Listrik pada Rumah Tangga yang Menggunakan PLTMH dan Turbin. No. Jenis Pembangkit Listrik 1. PLTMH Turbin PLTMH dan turbin sama-sama mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga Tabel 12 menunjukkan bahwa tiga KK (5 persen) yang mendapatkan aliran listrik dari 3 pembangkit yaitu PLTS, turbin dan PLTMH, seluruhnya menyatakan bahwa PLTMH lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga

4 49 dibandingkan turbin maupun PLTS. Salah satu warga yang mempunyai turbin dan PLTS serta mendapat aliran listrik dari PLTMH menyatakan bahwa:...yang pertama yang lebih dirasakan manfaatnya ya PLTMH, listriknya lebih besar, jadi bisa nyalain banyak... (Srt, 60 tahun) Tabel 12. dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Pembangkit yang Lebih Mampu Memenuhi Kebutuhan Listrik pada Rumah Tangga yang Menggunakan PLTMH, PLTS, dan Turbin. No. Jenis Pembangkit Listrik 1. PLTMH PLTS Turbin PLTMH, PLTS dan turbin sama-sama mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah 0 0 tangga 3 5 Jika dilihat secara keseluruhan, Gambar 7 memperlihatkan bahwa sebanyak 46 KK (88 persen) menyatakan bahwa PLTMH lebih mampu memnuhi kebutuhan listrik rumah tangga mereka dengan catatan saat PLTMH tersebut berfungsi secara normal (tidak mati karena debit airnya yang rendah). Terdapat lima KK (10 persen) yang lain berpendapat bahwa PLTS lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga mereka karena selalu bisa diandalkan karena tidak seperti PLTMH yang sangat tergantung dengan ketersediaan debit air sungai....kalau menurut saya PLTS lebih bermanfaat, kalau PLTMH kan kadang masih gag nyala. Sekarang aja uda 4 bulan mati, soalnya airnya kurang... (Sgn, 55 tahun) Terdapat 2 persen yaitu satu KK yang menyatakan bahwa PLTS dan PLTMH sama-sama mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangganya. PLTMH memiliki kelebihan dari daya yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk menyalakan berbagai alat elektronik, sedangkan PLTS dengan daya yang dihasilkannya sangat kecil, hanya mampu menyalakan sekitar 2 lampu dengan jangka waktu yang tidak lebih dari 10 jam per harinya, namun PLTS bisa memenuhi kebutuhan listrik keluarga saat PLTMH sedang tidak berfungsi dengan baik seperti saat kemarau.

5 50 10% 2% PLTMH PLTS 88% PLTMH dan PLTS Memberikan Manfaat yang sama Gambar 8. Presentase Pembangkit Listrik yang Lebih Memenuhi Kebutuhan Listrik Rumah Tangga di Lebak Picung. Terdapat 46 KK yaitu 88 persen responden menyatakan bahwa PLTMH lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga. Sebanyak 10 persen responden yaitu lima KK berpendapat bahwa PLTS lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga dan satu KK atau 2 persen responden menyatakan bahwa PLTMH dan PLTS memberikan manfaat yang sama, karena bisa saling melengkapi. Responden n tersebut menyatakan bahwa:...sama-sama memberikan manfaat sih teh. Listrik dari PLTMH gede, kalau PLTS ya walaupun kecil tapi pas PLTMH nya mati kaya sekarang rumah tetap bisa nyala. Kalau air sungainya banyak, ya PLTMH nya yang dipakai. Jadi dua-duanya saling melengkapi... (Slh, 30 tahun) 5.1. Pelaksanaan Program PLTMH Tingkat Keterlibatan dalam Program Tingkat keterlibatan dalam program melihat bagaimana keterlibatan masyarakat sebagai penerima program dalam proses perencanaann PLTMH, pembangunan PLTMH, sampai pengelolaan PLTMH. Pengukuran pada keterlibatan masyarakat dalam program ditujukan untuk melihat hubungan partisipasi masyarakat dalam program dengan citra yang terbentuk terhadap perusahaan. Citra yang kurang bagus dimungkinkan timbul karena keterlibatan masyarakat dalam program yang relatif rendah sehingga tidak mendapatkan informasi yang memadai tentang program dan perusahaan.

6 51 Tingkat partisipasi atau keterlibatan dalam program pertama dilihat melalui pengetahuan bahwa PLTMH merupakan program dari PLN. Sebanyak dua belas responden (23 persen) menyatakan sangat mengetahui bahwa PLN memiliki program PLTMH, dan empat puluh responden (77 persen) menjawab mengetahui bahwa PLTMH merupakan bagian kegiatan yang dilakukan oleh PLN. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh responden mengetahui bahwa PLN memiliki program PLTMH. Partisipasi penerima program dilihat melalui keterlibatannya dalam perencanaan program PLTMH di Lebak Picung. Sebanyak tiga belas responden (25 persen) sangat terlibat dalam perencanaan program PLTMH di Lebak Picung, 35 responden (67 persen) menyatakan terlibat secara aktif, dan sebanyak empat responden (8 persen) kurang terlibat dalam perencanaan karena tidak mengikuti rapat yang dilakukan terkait perencanaan PLTMH walaupun mengetahui atau mendapat undangan untuk membicarakan perencanaan PLTMH, karena kondisi anggota keluarga yang terbilang lanjut usia dan keberadaan kepala keluarga yang berada di luar kota sehingga terkadang diwakili oleh anggota keluarga lainnya. Penilaian pada keikutsertaan responden dalam pembangunan PLTMH di Lebak Picung menunjukkan 28 responden (54 persen) ikut sangat aktif dalam pembangunan PLTMH dengan rutin membantu dan turut serta dari awal pembangunan, 22 responden (42 persen) menyatakan terlibat dalam pembangunan walaupun hanya membantu semampunya, tiga responden (4 persen) tidak ikut serta dalam pembangunan salah satunya disebabkan karena pekerjaannya berada di luar kota sehingga tidak bisa ikut serta, satu responden yang lain memiliki kesehatan fisik yang kurang bagus karena berusia di atas 70 tahun, dan satu responden tidak mengikuti pembangunan PLTMH karena selain telah lanjut usia, wanita tersebut juga hanya tinggal seorang diri dan kesehatan fisiknya juga kurang baik....kalau pas ngumpul pas mau ada bangun PLTMH ya ikut, tapi pas bangun-bangunnya itu ngga ikutan, soalnya bapak (suami) juga uda tua, bangun aja ngga bisa teh, saya juga ngga bisa itu bangun-bangun kan... (Rt, 70 tahun)

7 52 Hasil ini menunjukkan bahwa seluruh rumah tangga dilibatkan dalam pembangunan PLTMH, mulai dari pembuatan saluran hingga bangunan untuk mesin. Rumah tangga yang tidak ikut serta dalam pembangunan PLTMH dikarenakan faktor usia yang sudah cukup tua sehingga kondisi fisik yang tidak memungkinkan selain itu juga dikarenakan pekerjaan yang berada di luar kota dan hanya ke Lebak Picung pada saat-saat tertentu sehingga tidak memungkinkan untuk terlibat penuh dalam pembangunan PLTMH. Keterlibatan dalam program juga dilihat melalui keikutsertaan dalam keberlangsungan program seperti mengikuti ronda di PLTMH sesuai jadwal. Sebanyak tiga puluh responden (58 persen) menyatakan sangat terlibat dalam kegiatan ronda karena mengikuti ronda sesuai dengan jadwal dan terkadang ikut ronda juga walaupun diluar jadwal ronda seharusnya, delapan belas responden (34 persen) menyatakan terlibat dalam kegiatan ronda dengan mengikuti ronda sesuai jadwal yang telah dibuat, dua responden (4 persen) terlibat secara kurang aktif dalam kegiatan ronda karena walaupun ada di jadwal ronda namun terkadang tidak bisa mengikuti jadwal ronda karena ada pekerjaan, dua responden (4 persen) tidak terlibat dalam kegiatan ronda karena memang tidak mengikuti sama sekali ronda dan tidak mendapat jadwal ronda karena memang responden tersebut merupakan wanita berusia 65 tahun yang hanya tinggal seorang diri di rumah dan satu rumah tangga lain ditinggali oleh sepasang lansia yang memiliki kesehatan fisik yang tidak terlalu baik. Keterlibatan masyarakat dalam program PLTMH melalui keikutsertaannya dalam kepengurusan dalam pengelolaan PLTMH di Lebak Picung. Sebanyak empat responden (8 persen) menyatakan menjadi pengurus aktif dalam pengelolaan PLTMH dengan menjadi ketua, sekretaris, bendahara, dan penanggung jawab teknis, sembilan responden (17 persen) lain menyatakan pernah menjadi pengurus walaupun tidak menempati jabatan tertentu. Sebanyak 35 responden (67 persen) menyatakan tidak menjadi pengurus dalam pengelolaan PLTMH namun ikut dalam pemberian masukan kepada pengurus sedangkan tiga responden (8 persen) lain menyatakan sama sekali tidak terlibat dalam kepengurusan yang menangani pengelolaan PLTMH.

8 53 Kepedulian dan keikutsertaan dalam menjaga keberlangsungan operasionalisasi PLTMH juga menjadi poin keterlibatan dalam program. Terdapat lima belas responden (29 persen) menyatakan peduli dan berperan sangat aktif dalam operasionalisasi PLTMH, 37 responden (71 persen) menyatakan peduli dan ikut serta dalam operasionalisasi PLTMH aktif. Berdasarkan data ini terlihat bahwa seluruh responden peduli dan ikut menjaga keberlangsungan operasionalisasi PLTMH salah satunya ditunjukkan dengan membayar iuran rutin tiap bulan untuk kas koperasi yang ditujukan untuk pemeliharaan dan biaya pembelian alat jika terjadi kerusakan pada komponen PLTMH. Keterlibatan dalam program juga dilihat melalui perannya menjaga lingkungan khususnya ketersediaan dan kelancaran air sungai sebagai sumber utama PLTMH. Sebanyak sepuluh responden (19 persen) menyatakan sangat menjaga lingkungan khususnya kelancaran air sungai dengan tidak membuang sampah rumah tangga ke sungai sampai memperingatkan warga lain agar tidak membuang sampah sembarangan ke sungai serta memiliki kesadaran perlunya menjaga hutan khususnya pohon-pohon yangberperan dalam kestabilan debit air sungai, empat puluh responden (77 persen) menyatakan ikut menjaga lingkungan khususnya ketersediaan dan kelancaran air sungai dengan tidak membuang sampah sembarangan ke sungai, dan dua responden (4 persen) menyatakan berusaha seminim mungkin mengurangi kebiasaan membuang sampah ke sungai....saya hampir selalu ikut kalau ada kumpul pas dulu ada rencana mau ada PLTMH. Kalau lagi ada di sini (Lebak Picung) ya saya selalu ikut. Pas bikin bangunannya juga saya selalu ikutan. Istri saya kadang suka marahin orang yang suka buang air sembarangan. Soalnya kan bikin airnya gag lancar... (End, 26 tahun) Keterlibatan dalam program PLTMH dinilai dari tujuh pernyataan yang ditanyakan kepada lima puluh dua responden. Sebanyak 29 responden (56 persen) memiliki total skor diantara dan masuk dalam kategori responden dengan tingkat keterlibatan tinggi dalam program PLTMH, hal ini bisa ditunjukkan dengan perannya selain rutin ronda, pembangunan, dan hadir dalam perencanaan, beberapa responden juga berperan sebagai pengurus aktif maupun perannya

9 54 dengan selalu menjaga kelancaran air sungai dengan tidak membuang sampah sembarangan maupun mengingatkan warga sekitar untuk menjaga sungai. Terdapat 23 responden (44 persen) memiliki total skor antara dan masuk ke dalam kategori responden dengan tingkat keterlibatan sedang dalam program PLTMH. Responden dengan total skor salah satunya adalah walaupun tidak terlibat sebagai pengurus aktif namun ikut serta dalam pembangunan dan melakukan ronda sesuai jadwal. Tabel 13. dan Presentase Penilaian Menurut Tingkat Keterlibatan Responden dalam Program PLTMH. No. Tingkat Keterlibatan Responden (skor) 1. Rendah ( 13) Sedang (14-21) Tinggi ( 22) Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau rumah tangga memliki keterlibatan yang tinggi dalam program PLTMH, dimana masing-masing rumah tangga mengetahui bahwa PLN memiliki program PLTMH, PLN juga melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, pembangunan, maupun menumbuhkan kemandirian masyarakat dengan mengurus secara mandiri pengelolaan PLTMH sehingga masyarakat memiliki kepedulian dan turut menjaga keberlangsungan operasionalisasi PLTMH maupun ikut serta menjaga lingkungan khususnya ketersediaan dan kelancaran air sungai sebagai sumber utama PLTMH Manfaat Program Manfaat Program adalah sejauhmana program PLTMH berguna bagi masyarakat. Manfaat program melihat sejauhmana PLTMH dinilai telah membantu memenuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung, manfaat yang dirasakan dalam pemenuhan listrik rumah tangga dibandingkan pembangkit listrik lain seperti generator maupun PLTS, sejauhmana PLTMH PLN memberikan manfaat pada pemenuhan kebutuhan informasi yang didapatkan rumah tangga melalui akses pada media dengan adanya listrik, manfaat di bidang pendidikan dengan peningkatan minat belajar anggota keluarga dengan adanya listrik, peningkatan

10 55 perekonomian keluarga, maupun perkembangan pada Lebak Picung secara keseluruhan. Sebanyak sembilan responden (17 persen) menyatakan bahwa PLTMH sangat membantu memenuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung dimana sebelumnya kondisi Lebak Picung sebelum adanya PLTMH hampir sebagian besar rumah pada malam hari gelap karena baru sebagian kecil yang memiliki PLTS ataupun turbin pribadi, 34 responden (66 persen) menyatakan PLTMH telah membantu memenuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung karena daya yang dihasilkan lebih besar bila dibandingkan PLTS maupun turbin pribadi sedangkan sembilan responden (17 persen) lainnya menyatakan PLTMH sudah membantu tapi belum optimal dalam memnuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung. Manfaat PLTMH bila dibandingkan pembangkit listrik lain seperti PLTS maupun generator pribadi, sebanyak tujuh belas responden (33 persen) menyatakan PLTMH lebih mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga karena dengan adanya PLTMH rumah tangga bisa menyalakan berbagai alat elektronik, sedangkan 32 responden (61 persen) menyatakan PLTMH mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga, dan tiga responden (6 persen) lain menyatakan PLTMH kurang mampu memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga karena sangat tergantung dengan debit air sungai sebagai sumber listrik PLTMH, sedangkan debit air sungai di Lebak Picung menurun ketika musim kemarau, sedangkan PLTS maupun turbin walaupun menghasilkan daya yang lebih rendah namun mampu memberikan pasokan listrik yang bisa dinikmati setiap malam. Manfaat yang bisa didapatkan dengan adanya listrik adalah kemampuan rumah tangga untuk mendapatkan informasi melalui media massa yang bisa diakses dengan adanya listrik seperti televisi. Sebanyak tujuh belas responden (33 persen) sangat setuju bahwa listrik telah membantu rumah tangga untuk mendapatkan informasi melalui media massa seperti televisi, 25 responden (48 persen) menyatakan setuju bahwa dengan adanya listrik telah membantu anggota rumah tangga mendapatkan informasi melalui media massa seperti televisi, sedangkan sepuluh responden (19 persen) kurang menyetujui karena belum

11 56 memiliki alat elektronik seperti televisi dan sebagian menganggap bahwa televisi bukan merupakan sumber informasi yang baik. Listrik dari PLTMH juga membantu dalam peningkatan minat belajar anggota keluarga, sebanyak lima belas responden (29 persen) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tersebut karena pada malam hari anggota keluarga khususnya yang masih bersekolah memanfaatkan listrik untuk mempelajari pelajaran di sekolahnya. Terdapat 24 responden (46 persen) setuju bahwa listrik ikut membantu peningkatan minat belajar anggota keluarga dan sebelas responden (21 persen) kurang setuju karena setelah adanya listrik anggota keluarga lebih sering mengakses hiburan dari televisi, sedangkan dua responden (4 persen) sangat tidak setuju karena merasa sama sekali tidak merasakan perubahan dalam peningkatan belajar anggota keluarga karena anggota keluarganya sudah lanjut usia dan buta huruf. Manfaat lain yang dirasakan oleh masyarakat Lebak Picung setelah adanya PLTMH adalah secara tidak langsung listrik mampu meningkatkan perekonomian keluarga. Terdapat delapan responden (15 persen) menyatakan sangat setuju karena dengan adanya listrik telah membantu pemasukan keluarga dengan melakukan bisnis kecil-kecilan seperti membuat kripik, bisa membuka toko sampai malam hari, sampai industri kecil pembuatan meubel. Sebanyak 25 responden (48 persen) menyatakan setuju bahwa listrik ikut membantu perekonomian keluarga walaupun dalam bentuk kecil, dan sembilan belas responden (37 persen) kurang setuju bahwa listrik ikut membantu pemasukan keluarga karena tidak ada perubahan dalam pekerjaan sebelum adanya listrik PLTMH maupun setelah adanya listrik PLTMH. Listrik dari PLTMH juga turut meningkatkan keakraban warga karena dengan adanya listrik di malam hari, masyarakat lebih sering mengadakan kumpul bersama baik dari kegiatan ronda maupun kumpul di depan rumah tertentu. Terdapat dua belas (23 persen) responden menyatakan sangat setuju karena menurut mereka listrik ikut meningkatkan keakraban warga, dengan adanya listrik aktivitas warga di malam hari meningkat dan dimanfaatkan oleh mereka untuk berinteraksi. Sebanyak empat puluh responden (77 persen) menyatakan setuju

12 57 dengan pendapat ini, menurut mereka selain meningkatkan interaksi antar warga di malam hari, listrik juga ikut meningkatkan interaksi antar anggota keluarga dalam satu rumah tangga. Secara keseluruhan data menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan listrik ikut berperan dalam peningkatan interaksi antar warga di malam hari. Tabel 14. dan Presentase Responden Menurut Manfaat Program PLTMH. No. Manfaat Program PLTMH (skor) 1. Kurang bermanfaat ( 11) Cukup bermanfaat (12-18) Sangat Bermanfaat ( 19) Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa terdapat 32 responden (62 persen) dengan skor total yang menyatakan bahwa PLTMH dari PLN cukup bermanfaat, khususnya bagi pemenuhan listrik rumah tangga maupun membantu aktivitas lainnya seperti pemenuhan informasi sampai meningkatkan interaksi antar warga di malam hari. Sedangkan dua puluh responden (38 persen) yang lain menyatakan bahwa PLTMH dari PLTMH sangat bermanfaat karena PLTMH telah membantu dalam membantu memenuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung, dengan adanya listrik anggota rumah tangga mendapatkan kemudahan terhadap akses informasi dari media massa seperti televisi, meningkatkan minat belajar anggota keluarga, secara tidak langsung juga listrik ikut membantu meningkatkan perekonomian keluarga sampai interaksi antar warga maupun anggota keluarga yang semakin intens di malam hari dengan adanya listrik. Salah satu responden menyatakan bahwa:...dengan adanya listrik dari PLTMH, kegiatan kami jadi lebih mudah. Masak jadi lebih mudah, tinggal pakai magic com aja, disini juga jadi lebih terang kalau malam... (Mr, 45 tahun) Manfaat PLTMH lainnya juga dirasakan oleh responden:...anak saya ini rajin belajar, tulisannya juga bagus, kalau malam biasanya suka baca-baca buku sekolahnya... (Aws, 32 tahun)

13 58...listrik itu bantu perekonomian keluarga saya teh, karena saya kan bikin meubel tuh dibelakang rumah, ya walaupun kecil-kecilan tapi kan buat ngalusin kayunya juga pake listrik... (Plg, 50 tahun)...ya PLN uda banyak membantu warga, bantu pembangunan mesjid, trus jadi ada listrik kalo lagi banyak air. Pengennya sih, bisa nyala siang malam dan dayanya tambah besar, soalnya kalo mati kaya sekarang kan jadinya belum bisa memenuhi kebutuhan listrik di sini... (Msj, 43 tahun) Secara keseluruhan, responden menyatakan bahwa listrik yang dihasilkan oleh PLTMH telah memberikan manfaat yang berarti terutama di tingkat rumah tangga. Responden menyatakan bahwa listrik memudahkan mereka dalam melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga salah satunya seperti kemudahan dalam menanak nasi. PLTMH mampu menghasilkan daya yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembangkit listrik lain sehingga warga bisa menggunakan berbagai alat elektronik dengan biaya iuran koperasi tiap bulan yang relatif murah. Sayangnya dalam kondisi kemarau dimana sungai memiliki debit air yang rendah, PLTMH tidak beroperasi sehingga tidak mampu memberikan pasokan listrik untuk memnuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung Penilaian Terhadap Pelaksanaan PLTMH Variabel pelaksanaan PLTMH menilai dari keterlibatan penerima program pada program PLTMH serta kesesuaian manfaat program dengan kebutuhan penerima program. Penilaian terhadap pelaksanaan PLTMH ini dilakukan untuk melihat bahwa partisipasi penerima program dalam perencanaan hingga operasionalisasi dan perawatan PLTMH berpengaruh terhadap citra perusahaan yang terbentuk. Manfaat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dari program yang dijalankan juga memiliki perngaruh pada pembentukan citra perusahaan. Tabel 15. dan Presentase Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Pelaksanaan PLTMH. No. Program PLTMH (skor) 2 Dilaksanakan dengan kurang baik (14-26) Dilaksanakan dengan cukup baik (27-39) Dilaksanakan dengan sangat baik (40-52) Skor

14 59 Penilaian tentang program PLTMH dilihat dari keterlibatan responden dalam program serta manfaat yang dirasakan responden dengan adanya program PLTMH. 25 responden (48 persen) menyatakan bahwa program PLTMH dilaksanakan dengan sangat baik, sedangkan 27 responden (52 persen) lainnya menilai bahwa program PLTMH dilaksanakan dengan cukup baik. Tidak ada sama sekali responden yang mengkategorikan program PLTMH dilaksanakan dengan kurang baik. 52% 48% Program PLTMH Dilaksanakan dengan Sangat Baik Program PLTMH Dilaksanakan dengan Cukup Baik Gambar 9. Presentase Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Pelaksanaan Program PLTMH. Beberapa responden menyatakan tentang penilainnya tentang program PLTMH dan harapan terhadap program PLTMH PLN, diantaranya:...programnya sudah baik untuk dilaksanakan. Pengennya sih ada yang meriksa rutin dari PLN nya, trus dayanya jadi nambah juga... (Jri, 39 tahun)...harapannya PLTMH bisa lebih baik lagi. Trus kalo ada kerusakan di mesinnya bisa dibantu, janjinya kan beberapa kali kerusakan masih diganti sama PLN, tapi waktu kemarin ada yang rusak itu, orang sini ke Bandung gag nemu orang PLN nya jadi beli sendiri... (Yy,, 20 tahun) 5.2. Proses Pembentukan Citra Pembentukan citra terdiri dari beberapa tahapan, yang pertama adalah penangkapan informasi, kemudian perhatian, kemudian pemahaman. Semakin sengaja suatu program dijalankan dengan menginformasikan kepada masyarakat

15 60 maka tingkat penangkapan informasi yang dimiliki oleh masyarakat sebagai penerima program dari perusahaan akan semakin tinggi. Penangkapan informasi pada sasaran program dan pelaksanaan program akan mempengaruhi tahap pembentukan citra berikutnya yaitu tingkat perhatian terhadap program. Perhatian pada program kemudian berpengaruh pada pemahaman yang dimiliki sasaran program terhadap pembentukan citra Tingkat Penangkapan Informasi (Exposure) Dalam penelitian ini, tingkat penangkapan informasi dinilai dari sejauh mana sasaran program mengetahui atau menyadari adanya implementasi program PLTMH. Tingkat penangkapan informasi digunakan untuk melihat informasi yang dimiliki responden tentang program PLTMH di Lebak Picung, hingga sejauh mana responden mengetahui tentang PLN dan upaya yang dilakukan PLN. Sebanyak dua belas responden (23 persen) menyatakan sangat mengetahui program PLTMH yang dilakukan oleh PLN di Lebak Picung, hal ini ditunjukkan dari informasi yang mereka miliki tentang daya yang dihasilkan dari PLTMH Lebak Picung, pentingnya menjaga hutan agar debit air tetap terjaga, kelembagaan untuk mengelola PLTMH, hingga pentingnya menjaga kebersihan sungai. Empat puluh responden lain (77 persen) sekedar mengetahui program PLTMH yang dilakukan PLN di Lebak Picung. Secara garis besar seluruh responden mengetahui program PLTMH yang dilakukan oleh PLN di Lebak Picung khususnya melalui sosialisasi yang dilakukan sebelum program dijalankan. Terdapat empat responden (8 persen) menyatakan lebih mengenal PLN setelah adanya PLTMH, responden ini menyatakan bahwa sebelumnya tidak tahu tentang PLN, namun setelah adanya PLTMH di Lebak Picung mereka mengetahui bahwa PLN merupakan perusahaan yang berjasa dalam penyediaan listrik. Sebanyak 36 responden (69 persen) menyatakan bahwa sebelumnya telah mengenal PLN namun setelah adanya PLTMH, informasi yang dimiliki tentang PLN semakin banyak. Sedangkan dua belas responden lain (23 persen) menyatakan bahwa PLTMH tidak mengubah pengetahuan yang dimiliki tentang PLN, dimana keduabelas responden ini mengenal PLN tidak melalui adanya PLTMH yang ada di lokasi mereka tinggal.

16 61 Sebanyak enam responden (12 persen) menyatakan bahwa PLN secara sangat kontinu menjalankan program PLTMH di Lebak Picung, menurut mereka hal ini dibuktikan dari bentuk nyata yang dilakukan PLN dengan membangun PLTMH, walaupun PLTMH sempat mati beberapa bulan, namun responden berpendapat bahwa hal ini lebih dikarenakan debit air sungai yang rendah. Empat puluh tiga responden (83 persen) menyatakan bahwa PLN terus menerus menjalankan program PLTMH, responden berpendapat bahwa selama PLTMH masih mengalirkan listrik memberikan pasokan listrik maka PLN masih tetap menjalankan program pemberdayaan melalui PLTMH, dan tiga responden lain (5 persen) berpendapat bahwa PLN masih belum terus menerus menjalankan PLTMH karena tidak ada pengontrolan yang dilakukan oleh pihak PLN dan saat membeli alat baru untuk PLTMH, warga harus mencari sendiri ke Bandung, menurut mereka PLTMH yang ada juga sempat mengalami kematian sehingga menunjukkan bahwa PLN belum secara terus menerus menjalankan program PLTMH. Sebanyak empat responden (8 persen) menyatakan sangat mengetahui bahwa PLTMH merupakan salah satu bentuk komunikasi PLN dengan masyarakat, bahkan menurut responden, PLTMH tidak hanya sekedar sebagai sarana komunikasi yang dilakukan perusahaan, namun juga memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. empat puluh tiga responden (83 persen) hanya sekedar mengetahui bahwa PLTMH sebagai salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan PLN dengan masyarakat, sedangkan lima responden (9 persen) menyatakan kurang mengetahui bahwa PLTMH merupakan bentuk komunikasi PLN dengan masyarakat. Sebanyak delapan responden (15 persen) menyatakan sangat mengetahui program pemberdayaan yang dilakukan oleh PLN melalui PLTMH dari sosialisasi yang dilakukan ke Lebak Picung, sedangkan 44 responden lain (85 persen) lain mengetahui informasi tentang program PLTMH melalui sosialisasi yang dilakukan ke Lebak Picung. Sosialisasi ini dilakukan dengan bantuan mitra yaitu Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor. Seluruh responden mengetahui tentang PLTMH dari sosialisasi yang dilakukan kepada sasaran program. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan dengan sengaja

17 62 yaitu melalui sosialisasi mempengaruhi tingkat penangkapan informasi sasaran program. Tiga belas responden (25 persen) sangat setuju bahwa listrik mampu menciptakan kehidupan yang lebih baik, melalui kemudahan yang didapatkan dengan adanya alat elektronik, hingga pekerjaan yang bisa dilakukan dengan adanya listrik sehingga bisa menambah penghasilan keluarga, salah satunya yaitu dari home industry pembuatan meubel. Sedangkan 38 responden (73 persen) setuju bahwa listrik mampu menciptakan kehidupan yang lebih baik, dan satu orang responden (2 persen) tidak setuju karena walaupun listrik memberikan dampak yang positif, namun dengan adanya listrik kebutuhan hidup juga ikut meningkat. Tabel 16. dan Presentase Responden Berdasarkan Tingkat Penangkapan Informasi (Exposure). No. Tingkat Penangkapan Informasi (skor) 1 Rendah ( 11) Sedang (12-18) Tinggi ( 19) Berdasarkan data Tabel 16 diketahui bahwa sebanyak dua puluh responden responden (38 persen) memiliki skor keseluruhan di atas 19 yang berarti mereka memiliki informasi yang tinggi tentang program PLTMH maupun PLN sebagai perusahaan penyelenggara PLTMH. Tiga puluh dua responden (62 persen) memiliki skor yang berarti memiliki cukup informasi atau tingkat penangkapan informasi sedang tentang program PLTMH....sebelumnya ya nggak tau kalau ada PLN, baru pas ada PLTMH tahu tentang PLN... (Sgn, 47 tahun) Meskipun sebagian responden menilai bahwa PLN belum menjalankan program PLTMH secara terus menerus karena tidak adanya pengontrolan yang dilakukan perusahaan ke Lebak Picung, namun secara keseluruhan responden memiliki informasi yang memadai tentang program PLTMH.

18 Tingkat Perhatian (Attention) Tingkat perhatian menilai sejauh mana ketertarikan penerima program untuk mengetahui lebih lanjut tentang kegiatan PLTMH, yang dilihat melalui ketertarikan serta apa yang dirasakan oleh responden terhadap program PLTMH dari PLN. Sebanyak empat responden (8 persen) merasa PLN sangat berusaha untuk hidup berdampingan dengan masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya PLTMH, 47 responden (90 persen) merasa PLN sudah berusaha untuk hidup berdampingan dengan masyarakat, karena sebelumnya pendistribusian listrik dari PLN belum menjangkau wilayah Lebak Picung. Satu responden (2 persen) lain menyatakan sangat tidak setuju bahwa PLN berusaha untuk hidup berdampingan dengan masyarakat karena menurutnya PLN seolah lepas tangan setelah memberikan PLTMH. Tingkat perhatian juga diketahui dari keterlibatan dalam kegiatan yang berhubungan dengan PLTMH mulai dari perencanaan hingga pengelolaan. Sebanyak tujuh responden (13 persen) menyetakan mengetahui dengan benar tiap pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan PLTMH mulai dari perencanaan hingga pengelolaan, hal ini dikaitkan dengan peran yang dimiliki dalam kelembagaan di masyarakat Lebak Picung. Terdapat enam responden (12 persen) mengikuti dan mengetahui dengan benar kegiatan yang berhubungan dengan PLTMH walaupun tidak memiliki posisi tertentu dalam panitia yang dibentuk dari masyarakat. Empat belas responden (27 persen) menyatakan mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan PLTMH namun tidak mengikuti seluruh kegiatan sehingga perhatian yang dimiliki pun relatif rendah, sedangkan satu orang responden (2 persen) menyatakan tidak mengetahui dengan benar, dan hanya sekedar menerima program saja. Sebanyak tujuh responden (14 persen) merasa bahwa program PLTMH yang dilakukan PLN sangat mampu memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Lebak Picung, karena sebelum adanya PLTMH hanya ada beberapa rumah saja yang bisa mengakses listrik melalui PLTS ataupun turbin pribadi, dan ketujuh responden ini baru mendapatkan akses listrik setelah ada program PLTMH. Tiga puluh tujuh responden (71 persen) merasa bahwa programpltmh telah mampu

19 64 memnuhi kebutuhan listrik karena memiliki daya yang lebih tinggi dibandingkan pembangkit lain yang ada di Lebak Picung seperti PLTS maupun turbin pribadi, sedangkan delapan responden (15 persen) kurang setuju, karena menurut mereka PLTMH memang mampu memenuhi listrik rumah tangga di Lebak Picung namun tidak pada saat kemarau. Terdapat dua belas responden (23 persen) merasa bahwa program PLTMH dari PLN sangat memberikan dampak yang positif bagi penerima program, empat puluh responden (77 persen) lain merasa bahwa program PLTMH telah memberikan dampak positif. Secara garis besar seluruh responden merasa bahwa PLTMH telah memberikan dampak yang positif, jadi secara keseluruhan responden menyatakan bahwa PLTMH telah memberikan dampak yang positif bagi mereka. Tujuh responden (13 persen) yang sangat mengetahui dengan benar tujuan dari program PLTMH karena dilakukan dengan melibatkan warga secara langsung dalam program, 32 responden (62 persen) cukup mengetahui tujuan dari program PLTMH karena keterlibatannya secara langsung dalam program, sedangkan tiga belas responden (25 persen) ternyata kurang mengetahui tentang tujuan program PLTMH dan hanya sekedar merasakan manfaat yang positif bagi mereka. Tabel 17. dan Presentase Responden Berdasarkan Tingkat Perhatian (Attention). No. Tingkat Perhatian (skor) 1 Rendah ( 9) Sedang (10-15) Tinggi ( 16) Total Secara keseluruhan tingkat perhatian responden merupakan tahapan lebih lanjut setelah penangkapan informasi dalam proses pembentukan citra. Tingkat perhatian dilihat berdasarkan ketertarikan sasaran program terhadap PLN dan program PLTMH. Ketertarikan ini salah satunya dinilai dari keyakinan terhadap program dan perusahaan. Tingkat perhatian dinilai dari 5 pertanyaan. Terdapat lima belas responden (29 persen) memiliki tingkat perhatian yang tinggi terhadap

20 65 program yang dilihat melalui ketertarikan responden terhadap usaha yang dilakukan PLN khususnya melalui program PLTMH di tempat mereka tinggal. Responden merasa bahwa PLN sangat berusaha untuk hidup berdampingan dengan siapapun yang terlihat dari kesungguhan PLN untuk menjangkau mereka walaupun berada di lokasi yang cukup sulit dijangkau, ketertarikan mereka diketahui pula dari pengetahuan yang dimiliki dari tiap pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan PLTMH dari mulai perencanaan sampai pengelolaan. Terdapat 37 responden (71 persen) dengan total skor yang berarti memiliki tingkat perhatian sedang. Sebagian besar tingkat perhatian responden yang masuk dalam kategori perhatian sedang ini dipengaruhi oleh ketidakstabilan PLTMH yang masih sering mengalami kematian khususnya saat musim kemarau. Responden juga menyatakan bahwa PLN belum sepenuhnya berusaha hidup berdampingan dengan masyarakat karena tidak pernah mengadakan kunjungan atau pengontrolan ke daerah mereka Tingkat Pemahaman (Comprehensive) Tingkat Pemahaman (Comprehensive) adalah sejauh mana pengetahuan dan penilaian individu sasaran program tentang implementasi program community relations. Variabel ini mengukur pernyataan tentang pemahaman terhadap manfaat PLTMH secara keseluruhan, penilaian terhadap PLN sebagai sahabat bagi warga karena mampu memenuhi kebutuhan listrik, serta kebersediaan menjadi pengurus dalam program pemberdayaan yang diadakan PLN maupun kebersediaan jika PLN melakukan kegiatan lain di Lebak Picung. Pemahaman responden dinilai dari manfaat program PLTMH yang mereka ketahui. Sebanyak sepuluh responden (19 persen) sangat memahami manfaat dari PLTMH dan empat puluh responden (77 persen) cukup mengetahui manfaat dari program PLTMH, sedangkan dua responden (4 persen) kurang mengetahui secara tepat manfaat program PLTMH. Responden yang sangat memahami manfaat program dinilai dari pemahaman yang dimiliki terhadap manfaat PLTMH yang tidak hanya sebatas untuk penyedia listrik, tapi listrik dari PLTMH telah memberikan berbagai manfaat positif lain seperti memberikan manfaat bagi

21 66 perkembangan Lebak Picung, maupun manfaat lain seperti ikut meningkatkan perekonomian keluarga. Berbagai manfaat tentang PLTMH memberikan pengaruh terhadap pemahaman responden. Sebanyak enam responden (12 persen) menyatakan PLN telah menjadi sahabat bagi mereka karena berbagai manfaat yang dirasakan, empat puluh responden lain (76 persen) menyatakan bahwa PLN sudah menjadi teman. Salah satu responden mengungkapkan:...mmmm...baru jadi teman kayanya, kalo sahabat belum..pln nya ngga pernah ngontrol kesini... (Yyn, 20 tahun) terdapat enam responden (12 persen) yang menyatakan bahwa PLN sampai sejauh ini belum menjadi sahabat, dan hanya sebatas pemberi bantuan saja, karena tidak ada hubungan lebih lanjut yang dijalin PLN dengan masyarakat di Lebak Picung. Dalam kesediaan menjaga keberlangsungan PLTMH, terdapat lima belas responden (29 persen) yang menyatakan sangat bersedia dalam menjaga keberlangsungan PLTMH. Hal ini dibuktikan dengan aksi nyata baik dengan peran aktif yang dilakukan dalam program PLTMH, seperti aktif mulai saat perencanaan sampai hal sederhana seperti menjaga kebersihan sungai. Diantara lima belas responden tersebut sebagian besar memahami dengan benar peran hutan untuk dijaga karena berpengaruh terhadap ketersediaan air sungai. Tiga puluh delapan responden (71 persen) lain menyatakan bersedia menjaga keberlangsungan PLTMH karena mereka merasakan dan memahami bahwa PLTMH memberikan manfaat yang positif sehingga kesediaan dengan menaati peraturan bersama yang disepakati merupakan hal penting untuk menjaga PLTMH, salah satunya mereka lakukan dengan membayar iuran rutin dan ikut ronda. Pemahaman juga ditunjukkan dari kesediaan menjadi pengurus atau turut aktif dalam kegiatan yang menyangkut pemeliharaan PLTMH. Sebanyak lima responden (10 persen) menyatakan sangat bersedia menjadi pengurus dan turu aktif dalam kegiatan yang menyangkut pemeliharaan PLTMH. Dua puluh satu responden (40 persen) menyatakan bersedia turut aktif dalam kegiatan yang

22 67 menyangkut pemeliharaan PLTMH namun tidak bersedia menjadi pengurus. Dua puluh enam responden (50 persen) yang lain menyatakan hanya memilih sebagai penerima program saja dan sebatas menaati peraturan yang disepakati. Seperti yang diungkapkan salah seorang responden:...nggak ah kalau jadi pengurus. Yah...paling ikut iuran bulanannya aja... (Nry, 70 tahun) Pemahaman responden juga diketahui melalui tingkat penerimaan terhadap perusahaan, responden yang memiliki pemahaman tinggi akan cenderung menerima kegiatan perusahaan berada dekat dengan mereka. Sebanyak tujuh responden (13 persen) menyatakan sangat bersedia menerima kegiatan lain yang dilakukan PLN di Lebak Picung setelah adanya PLTMH, empat puluh tiga responden (83 persen) bersedia jika PLN berencana membuat kegiatan atau program di sekitar Lebak Picung, sedangkan dua responden (4 persen) menyatakan belum tentu asal menerima dan mengungkapkan tergantung program seperti apa yang ingin dilaksanakan di sekitar Lebak Picung. Secara keseluruhan penerimaan responden terhadap PLN cukup tinggi. Hanya terdapat tiga responden (6 persen) yang menyatakan sangat bersedia menjadi pengurus atau pengelola yang dipercaya PLN jika ada program baru yang dilaksanakan di Lebak Picung, 21 responden (40 persen) bersedia menjadi pengurus, 26 responden (50 persen) bersedia saja jika ikut serta dalam program namun bukan sebagai pengurus, dan dua responden (4 persen) sama sekali tidak mau terlibat jika PLN melaksanakan program baru di Lebak Picung. Tabel 18. dan Presentase Responden Berdasarkan Tingkat Pemahaman (Comprehensive). No. Tingkat Pemahaman 1 Rendah ( 11) Sedang (12-18) Tinggi ( 18) Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa sebagian besar responden masuk ke dalam kategori tingkat pemahaman sedang dengan skor total 12-18, yaitu

23 68 sebanyak empat puluh responden (77 persen). Tingkat pemahaman yang dimiliki responden ini dinyatakan dengan kesediaan responden menerima kegiatan atau program baru di Lebak Picung yang diadakan oleh PLN, namun keberatan jika menjadi pengurus atau pengelola. Sebanyak dua puluh responden (23 persen) memiliki skor diatas 18 memiliki tingkat perhatian yang tinggi, mereka menyatakan bahwa PLN sudah menjadi sahabat karena berbagai manfaat yang telah dirasakan dari program PLTMH. Responden juga menyatakan bersedia jika PLN mengadakan program atau kegiatan lain di sekitar tempat tinggal mereka dan siap menjadi pengurus atau pengelola dalam program baru tersebut Proses Pembentukan Citra Proses pencitraan atau proses pembentukan citra adalah proses pemaknaan program pada sasaran yang diawali dari adanya penangkapan informasi (exposure), dilanjutkan dengan perhatian (attention) terhadap program, dan pemahaman (comprehensive) pada program. Tabel 19. dan Presentase Responden Berdasarkan Proses Pembentukan Citra. No. Proses Pembentukan Citra 1 Buruk ( 11) Cukup baik (12-18) Sangat baik ( 18) Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa dari 52 responden, 35 responden (67 persen) memiliki skor keseluruhan proses pembentukan citra antara yang berarti proses pembentukan citra pada responden cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari tingkat penangkapan informasi, tingkat perhatian, dan tingkat pemahaman yang masuk ke dalam kategori sedang, karena tidak memiliki informasi yang memadai tentang PLTMH dan upaya yang dilakukan perusahaan, belum memahami dengan benar tentang upaya perusahaan, serta belum merasa bahwa PLTMH telah sesuai dengan apa yang diharapkan, namun responden juga tidak memiliki penilaian yang terlalu negatif tentang PLTMH maupun perusahaan. Sebanyak tujuh belas responden (33 persen) memiliki proses pembentukan citra yang sangat baik yang terlihat dari tingkat penangkapan informasi, tingkat

24 69 perhatian, serta tingkatt pemahaman yang sangat baik. Responden memahami program PLTMH dan upaya yang dilakukan perusahaan, merasa bahwa upaya yang dilakukan perusahaan telah memberikan dampak yang positif, serta memiliki tingkat penerimaan yang relatif tinggi. 33% Sangat Baik 67% Cukup Baik Gambar 10. Presentase Responden Berdasarkan Proses Pembentukann Citra. Secara keseluruhan, responden memiliki proses pembentukan citra yang baik, karena tergolong dalam kategori proses pembentukan citra cukup bak dan sangat baik, serta tidak ada yang memiliki proses pembentukan citra yang kurang. Responden memiliki informasi yang memadai (exposure), perhatian yang baik (attention), serta pemahaman (comprehensive) baik Citra Perusahaan Citra perusahaan adalah citra keseluruhan tentang organisasi yang terbentuk pada individu yaitu responden. Penelitian ini memfokuskan citra perusahaan yang terbentuk pada sasaran program melalui implementasi community relations PLN program Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Citra PLN dilihat melalui penilaian responden terhadap personality, reputation, corporate identity, dan value ethic perusahaan Penilaian Terhadap Personality Perusahaan Penilaian pada personality perusahaan adalah sejauh mana publik sasaran menilai perusahaan sebagai perusahaan yang dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial. Personality perusahaan yang terbentuk pada responden dinilai berdasarkan beberapa indikator, yang pertama adalah penilaian

25 70 responden bahwa PLN merupakan perusahaan yang selalu mengemas kegiatan dengan menarik sehingga responden tertarik untuk mengikutinya. Sebanyak tiga responden (6 persen) menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut, sedangkan 48 responden (92 persen) setuju bahwa PLN merupakan perusahaan dengan program yang menarik atau membantu, dan satu responden (2 persen) menyatakan sangat setuju yang terlihat dari kesungguhan PLN dengan memberikan program PLTMH di tempat yang sulit dijangkau seperti daerah tempat tinggalnya. Sebanyak dua responden (4 persen) menyatakan sangat setuju bahwa PLN merupakan perusahaan yang telah melakukan langkah kongkrit untuk memberdayakan masyarakat, 46 responden (88 persen) lain menyatakan setuju bahwa PLN telah melakukan program yang mampu memberdayakan masyarakat, sedangkan empat responden (8 persen) menyatakan bahwa walaupun PLN telah memberikan program pada masyarakat namun belum bisa dikatakan memberdayakan karena menurutnya belum ada tindak lanjut dari PLN pada program yang diberikan, hanya sebatas diberi tanpa pendampingan lebih lanjut. Personality perusahaan juga melihat penilaian responden terhadap PLN sebagai perusahaan yang memiliki tanggungjawab sosial. Sebanyak tiga responden (6 persen) menyatakan PLN merupakan perusahaan yang memiliki tanggungjawab sosial sangat tinggi khususnya kesejahteraan masyarakat, 45 responden (86 persen) setuju bahwa PLN merupakan perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial, sedangkan empat responden (8 persen) kurang setuju, karena program yang diberikan masih belum mampu memenuhi kebutuhan listrik di Lebak Picung yang terlihat dari kematian selama berbulan-bulan, salah satu responden menyatakan:...dulu sempet janji katanya mau perbaikin jalan, tapi sampai sekarang gag pernah datang lagi. Dulu katanya juga perbaikan alat pas tahun awal masih jadi tanggung jawab PLN, tapi pas kita ke sana (bandung) waktu alatnya ada yang rusak, kita gag ketemu orangnya, jadinya beli sendiri... (Yy, 20 tahun) Adanya manfaat yang dirasakan responden sebagai sasaran program PLTMH, menjadi faktor utama 42 responden (81 persen) menilai PLN sebagai

26 71 perusahaan yang dapat dipercaya dan dua responden (4 persen) bahkan menilai PLN telah menjadi perusahaan yang sangat bisa dipercaya. Namun terdapat delapan responden (15 persen) menyatakan bahwa PLN belum menjadi perusahaan yang dapat dipercaya, karena menurut mereka masih ada beberapa janji PLN yang belum terealisasi. Sebanyak tiga responden (6 persen) menilai PLN sebagai perusahaan dengan kinerja yang sangat bagus yang terlihat dari aksi nyata memberikan penerangan di daerah mereka, 46 responden (88 persen) lain menilai PLN telah memiliki kinerja yang cukup bagus, dan terdapat tiga responden (6 persen) yang menilai PLN belum memiliki kinerja yang baik. Kondisi PLTMH yang sempat mati selama beberapa bulan berpengaruh terhadap penilaian responden terhadap kinerja PLN. Tabel 20. dan Presentase Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Personality Perusahaan. No. Penilaian Terhadap Personality Perusahaan 1 Kurang baik ( 11) Cukup baik (12-18) Sangat baik ( 18) Sebanyak 44 responden (85 persen) menilai personality perusahaan dengan cukup baik. Responden menyatakan bahwa PLN telah melakukan langkah nyata dalam memberdayakan masyarakat salah satunya melalui program yang dilakukan di lokasi mereka, namun tidak sepenuhnya responden menilai PLN sebagai perusahaan dengan kinerja yang baik maupun sebagai perusahaan yang dapat dipercaya, karena adanya pengalaman yang dirasakan responden. Responden menyatakan terdapat beberapa janji PLN yang belum dilaksanakan serta tidak ada kontak yang mereka bisa hubungi dari pihak PLN jika terjadi sesuatu dengan PLTMH. Salah satu tolak ukur kinerja PLN dinilai masyarakat dari kemampuan PLTMH dalam memberikan aliran listrik. Sedangkan 8 responden (15 persen) lain menyatakan bahwa PLN memiliki personality yang sangat baik.

27 Penilaian Terhadap Reputation Perusahaan Penilaian pada reputation perusahaan adalah keyakinan positif publik sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain terhadap manfaat yang diberikan perusahaan, dalam penelitian ini dikhususkan pada program PLTMH yang diberikan PLN pada masyarakat di Lebak Picung. Lima responden (10 persen) menyatakan bahwa PLN sangat konsisten untuk memberdayakan warga lewat program CSR, 38 responden (73 persen) menyatakan PLN telah memberdayakan masyarakat, sedangkan sembilan responden (17 persen) menyatakan program PLN masih belum konsisten untuk memberdayakan warga. Maksud PLN untuk membuat warga mandiri dalam mengelola PLTMH dan tidak melakukan kunjungan ke lokasi PLTMH justru menjadi penyebab adanya responden yang menilai PLN belum konsisten untuk memberdayakan warga. Sebanyak 48 responden (92 persen) menyatakan bahwa PLTMH dapat meningkatkan hubungan sosial antara PLN dengan masyarakat, dimana dengan adanya PLTMH masyarakat menjadi tahu tentang PLN, dua responden (4 persen) menilai program PLTMH sangat mampu meningkatkan hubungan sosial PLN dengan masyarakat karena hubungan emosional warga terbangun dengan ikut menjaga PLTMH sebagai salah satu bentuk aset PLN, sedangkan dua responden (4 persen) lain menyatakan bahwa PLTMH belum mampu meningkatkan hubungan sosial PLN dengan masyarakat. PLN melalui pelaksanaan PLTMH dinilai oleh empat belas responden (27 persen) sebagai perusahaan yang tidak hanya mengejar keuntungan semata namun turut peduli pada kesejahteraan masyarakat, hal ini dinilai dari tidak adanya biaya yang dipungut PLN terhadap warga, setiap bulan hanya dilakukan pembayaran rutin yang diberikan pada koperasi yang dikelola sendiri oleh warga. Sebanyak 36 responden (69 persen) menyatakan setuju bahwa PLN melalui pelaksanaan PLTMH telah menjadi perusahaan yang tidak hanya mengejar keuntungan semata, namun terdapat juga dua responden (4 persen) yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Melalui PLTMH, PLN telah menjadi perusahaan yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap kebutuhan listrik masyarakat walaupun berada di

BAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)

BAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) 79 BAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN).1. Analisis Hubungan Pelaksanaan Program PLTMH dengan Proses Pembentukan Citra Pelaksanaan program

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 28 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif, yang dilakukan untuk menganalisis pembentukan citra perusahaan

Lebih terperinci

Berkah dari Listrik. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat

Berkah dari Listrik. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Berkah dari Listrik Pada dua bagian sebelumnya telah diceritakan bagaimana masyarakat yang diwakili oleh tokoh tiga desa (desa Baro, Teunong dan Meunasah) membentuk Koperasi untuk Mencari Bantuan untuk

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Puluh Kota dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) PLTMH di Jorong Koto Tinggi, Nagari Maek, Kecamatan Bukit Barisan,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Puluh Kota dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) PLTMH di Jorong Koto Tinggi, Nagari Maek, Kecamatan Bukit Barisan, V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari penelitian Pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di Jorong Koto Tinggi, Nagari Maek, Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Lima Puluh Kota dapat disimpulkan

Lebih terperinci

KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pembahasan ini menguraikan mengenai aspek pembangunan berkelanjutan yang ada dalam program penanaman jarak pagar (Jathropa curcas). World Commission

Lebih terperinci

Model Desa Mandiri Energi Berbasis Mikrohidro di Sekitar Taman Nasional

Model Desa Mandiri Energi Berbasis Mikrohidro di Sekitar Taman Nasional Model Desa Mandiri Energi Berbasis Mikrohidro di Sekitar Taman Nasional Y. Aris Purwanto 1,2), Lilik B. Prasetyo 2), Ellyn K. Damayanti 2), dan Rais Sonaji 2) *Departemen Teknik Pertanian, Fateta IPB **Pusat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis. No.79, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORETIS

BAB II PENDEKATAN TEORETIS 5 BAB II PENDEKATAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Public Relations Cutlip et all (2000) menyatakan public relations sebagai fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM SURYA SEMBADA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG LISTRIK PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE 77 STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE Alat yang digunakan untuk menganalisis permasalahan adalah analisis Pemberdayaan Longwe dengan menggunakan kelima

Lebih terperinci

BAB V POTRET BURAM PEREMPUAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT WONOREJO. A. Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo

BAB V POTRET BURAM PEREMPUAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT WONOREJO. A. Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo BAB V POTRET BURAM PEREMPUAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT WONOREJO A. Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo Kampung Wonorejo merupakan Kampung yang mempunyai masalah pada lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 63 BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 6.1 Pendahuluan Dampak Sosio-Ekologi Kampung Cikaret memiliki dua buah sungai yang mengaliri kawasan RW 01

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK MASYARAKA ARAKAT MISKIN Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR INDONESIAN RAILWAY PRESERVATION SOCIETY

ANGGARAN DASAR INDONESIAN RAILWAY PRESERVATION SOCIETY ANGGARAN DASAR INDONESIAN RAILWAY PRESERVATION SOCIETY Yang dimaksud dengan: 1. Indonesian Railway Preservation Society (atau disingkat IRPS) adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan hobi dan kecintaan

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 50 BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE 6.1 Karakteristik Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Pada umumnya telah banyak kelompok tumbuh di masyarakat,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun Penggunaan. Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun Penggunaan. Petunjuk Teknis. No.351, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun 2015. Penggunaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2014 KEMEN ESDM. Dana Alokasi Khusus. Perdesaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA MELALUI IMPLEMENTASI COMMUNITY RELATIONS

ANALISIS PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA MELALUI IMPLEMENTASI COMMUNITY RELATIONS ISSN : 1978-4333, Vol. 06, No. 01 ANALISIS PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA MELALUI IMPLEMENTASI COMMUNITY RELATIONS Coprorate Image Analysis on The Implementation of Community Relations Programs

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melakukan segala aktivitas, kita tidak akan pernah lepas dari energi listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.64,2012 PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG LISTRIK

Lebih terperinci

Faktor yang paling sering terjadi yaitu bangkrut yaa pada perusahaan, kita mensurveynya kurang tepat, karakter nasabah yang susah,

Faktor yang paling sering terjadi yaitu bangkrut yaa pada perusahaan, kita mensurveynya kurang tepat, karakter nasabah yang susah, Wawancara dengan pihak Account officier No Tanggal Nama Profesi Pedoman Pertanyaan Isi Wawancara Wawancara Responden 1 14 juli 2017 Mas Taufik Account Officier 1. Seperti apa mekanisme penyaluran pembiayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR PERATURAN DESA BATUJAJAR BARAT NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) TAHUN 2017 PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Lebih terperinci

BAB VI CITRA PERUSAHAAN

BAB VI CITRA PERUSAHAAN 77 BAB VI CITRA PERUSAHAAN 6.. Karakteristik Responden Responden merupakan peserta TML 2 yang berasal dari mahasiswa se- Kabupaten Kudus sebanyak 72 orang yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 42 orang

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan L No. 9, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. BPSU. e-warong KUBE PKH. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN PENGEMBANGAN SARANA USAHA MELALUI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan peradaban manusia, tidak hanya berkaitan dengan masalahmasalah sosial ekonomi, politik, regulasi dan lingkungan, namun juga terkait dengan

Lebih terperinci

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar?

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar? Setting: Di suatu hari yang cerah beberapa hari setelah dilakukannya implementasi oleh perawat Evita mengenai senam kaki dan edukasi mengenai terapi diet bagi sekelompok masyarakat yang menderita DM. Maka

Lebih terperinci

LOMBA KEBERSIHAN ANTAR RUKUN TETANGGA SE- BOGOR

LOMBA KEBERSIHAN ANTAR RUKUN TETANGGA SE- BOGOR LOMBA KEBERSIHAN ANTAR RUKUN TETANGGA SE- BOGOR Ketentuan Lomba 1. Lomba terbuka bagi Rukun Tetangga dengan kriteria: a. Komplek perumahan b. Perumahan tidak teratur (Non- komplek perumahan) c. Permukiman

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi peran stakeholders dalam penyelenggaraan program agropolitan di Desa Karacak maka semakin

Lebih terperinci

2017, No Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Petunjuk Operasional Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang Energi Skal

2017, No Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Petunjuk Operasional Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang Energi Skal No.91, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. DAK Fisik Penugasan Bidang Energi Skala Kecil. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGELOLAAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PERDESAAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PERDESAAN BAB VI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PERDESAAN 6.1. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Dampak Sosial 6.1.1. Analisis Uji Hipotesis Penelitian Hipotesis

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. value proposition, value creation, dan value capture. Berdasarkan. pemahaman yang telah diperoleh dari tiga unsur tersebut, maka

BAB 6 PENUTUP. value proposition, value creation, dan value capture. Berdasarkan. pemahaman yang telah diperoleh dari tiga unsur tersebut, maka BAB 6 PENUTUP 6.1. Simpulan Pada penjelasan yang telah diuraikan pada pembahasan dua bab sebelumnya, telah diungkapkan tiga unsur model bisnis yang terdapat pada organisasi kewirausahaan sosial PAMDes

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb No.112, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Dana. Alokasi Khusus. Energi Skala Kecil. Penggunaan. Tahun Anggaran 2016. Juknis PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB VII PROSES PENCITRAAN DAN CITRA PERUSAHAAN

BAB VII PROSES PENCITRAAN DAN CITRA PERUSAHAAN 68 BAB VII PROSES PENCITRAAN DAN CITRA PERUSAHAAN 7.1 Proses Pencitraan Citra merupakan kesan terhadap suatu obyek yang terbentuk dari pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas).

KOPERASI.. Nomor : 12. Pada hari ini, Kamis, tanggal (sepuluh September dua ribu lima belas). KOPERASI.. Nomor : 12 Pada hari ini, Kamis, tanggal 10-09-2015 (sepuluh September dua ribu lima belas). Pukul 16.00 (enam belas titik kosong-kosong) Waktu Indonesia Bagian Barat. ------- - Hadir dihadapan

Lebih terperinci

Wawancara. Pertanyaan 1: Siapakah yang mengelola perpustakaan saat ini? (pustakawan/ pustakawan guru/ tenaga honorer) dan berapa jumlahnya?

Wawancara. Pertanyaan 1: Siapakah yang mengelola perpustakaan saat ini? (pustakawan/ pustakawan guru/ tenaga honorer) dan berapa jumlahnya? LAMPIRAN 1 : Hasil Wawancara Wawancara Pertanyaan 1: Siapakah yang mengelola perpustakaan saat ini? (pustakawan/ pustakawan guru/ tenaga honorer) dan berapa jumlahnya? Hay (206) Bja (215) oleh Mas Dodi,

Lebih terperinci

VI ANALISIS HASIL STUDI CVM

VI ANALISIS HASIL STUDI CVM VI ANALISIS HASIL STUDI CVM 1. Karakteristik Rumah Tangga Jakarta Timur Dalam Masalah Sampah Hasil studi CVM menunjukkan bahwa dari 200 responden rumah tangga, 75% diantaranya membayar retribusi kebersihan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2006 lalu, Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 5 mengenai Kebijakan Energi Nasional yang bertujuan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK OHOI (BUMO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU TENGGARA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 34 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 34 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI CIREBON BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 34 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) BUPATI CIREBON Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri untuk membentuk keluarga. Dahulu pembagian peran pasangan suami

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR SUNGAI RENGAS

PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR SUNGAI RENGAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 5 TAHUN 2005 T E N T A N G PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR SUNGAI RENGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter

Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Dokter Nama Pewawancara Tanggal Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara I. Petunjuk Umum 1. Sampaikan ucapan terimakasih kepada informan atas kesediaannya dan waktu

Lebih terperinci

Tempat Terpencil, Aliran Air Jadi Sumber Cahaya

Tempat Terpencil, Aliran Air Jadi Sumber Cahaya Tempat Terpencil, Aliran Air Jadi Sumber Cahaya Kelurahan Batupapan sebuah desa yang berada di Kecamatan Makalele, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan merupakan daerah perbukitan nan hijau. Penduduknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang lebih cepat seiring dengan berkembangnya kota Perkembangan ini terutama karena lokasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau yang mencapai ribuan. Dari sekian banyak pulau tersebut belum semua pulau yang dihuni manusia dapat menikmati

Lebih terperinci

BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI

BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI A. Refleksi Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM INTAN BANJAR KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT Latar Belakang POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT 1. Sekitar 60 70 % penduduk Indonesia tinggal di daerah perdesaan, maka Pembangunan Perdesaan harus mendapat prioritas yang tinggi

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LOMBOK TENGAH, Menimbang : a. bahwa kekayaan

Lebih terperinci

Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik. Toha Ardi Nugraha

Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik. Toha Ardi Nugraha Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik Toha Ardi Nugraha Program/Tahapan Manajemen Energi (Craig B. Smith,1981) Tahap inisiasi : Komitmen manajemen; Koordinator manajemen energi; Komite manajemen

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 24 2011 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PADA PT. BANK RIAU KEPRI, PT. RIAU AIR LINES, PERUSAHAAN DAERAH

Lebih terperinci

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak Keberdayaan masyarakat dalam mendukung upaya perbaikan permukiman masih kurang Upayaupaya perbaikan permukiman menjadi tidak berarti Contohnya, luas Permukiman Tidak Layak Huni Kota Bogor meningkat Salah

Lebih terperinci

BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT

BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT 94 BAB VII KELEMBAGAAN DI KALANGAN PARA PEMULUNG DAN PROSES MUNCULNYA KELEMBAGAAN TERSEBUT 7.1 Kelembagaan Antar Pemulung Kelembagaan yang terdapat diantara pemulung pada satu lapak ini dapat terlihat

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN Program penanggulangan kemiskinan, khususnya PKH tidak terlepas dari berbagai faktor yang memperngaruhi jalannya program. Faktor-faktor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul

Lebih terperinci

BAB V AKSI MEWUJUDKAN KEMBALI HARAPAN MASYARAKAT NELAYAN

BAB V AKSI MEWUJUDKAN KEMBALI HARAPAN MASYARAKAT NELAYAN BAB V AKSI MEWUJUDKAN KEMBALI HARAPAN MASYARAKAT NELAYAN A. Membangun Keterampilan Usaha kecil Kerajinan adalah suatu keterampilan yang dihubungkan dengan suatu perbuatan barang yang harus dikerjakan secara

Lebih terperinci

PROWATER SEBAGAI SOLUSI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK. Johny Ivan, ST. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan

PROWATER SEBAGAI SOLUSI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK. Johny Ivan, ST. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan PROWATER SEBAGAI SOLUSI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI PERDESAAN Johny Ivan, ST Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Perorangan S A R I Johny Ivan adalah salah seorang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2017 2 BUPATI

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK Ir. Linggi Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Perorangan S A R I Linggi adalah salah seorang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG LELANG LEBAK LEBUNG DALAM KABUPATEN BANYUASIN DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO MAGETAN INDAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGETAN,

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR

BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR Dalam pengelolaan sebuah koperasi pegawai seperti KOWAR, sangat dibutuhkan pelaku-pelaku yang memiliki kemampuan dan tanggung jawab yang besar dalam mengelola koperasi

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal pelanggan dalam penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan motivasi pelanggan dalam melakukan pembelian komoditas teh atau kelapa

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Interview Guide

LAMPIRAN. Interview Guide LAMPIRAN Interview Guide 1. Bagaimanakah strategi kampanye yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kesadaran publik untuk mengurangi penggunaan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian METODE KAJIAN Tipe Dan Aras Kajian Tipe Kajian Tipe kajian dalam kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan,

Lebih terperinci

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok.

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok. BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Deskripsi Perumahan Cipinang Elok Perumahan Cipinang Elok terletak di Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Perumahan ini memiliki dua pintu gerbang utama,

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN Pada bab sebelumnya sudah dipaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKH di Desa Petir, baik itu faktor internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik serta pola pikir masyarakat yang lebih mengutamakan budaya turun

BAB I PENDAHULUAN. yang baik serta pola pikir masyarakat yang lebih mengutamakan budaya turun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Curug Sigay adalah sebuah air terjun setinggi 10 meter yang terletak di kelurahan Isola, kecamatan Sukasari kota Bandung, Jawa Barat. Terletak diantara pemukiman

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN ORGANISASI LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan akan energi hampir semua negara meningkat secara sinigfikan. Tetapi jika dilihat dari energi yang dapat dihasilkan sangat terbatas dan juga masih sangat mahal

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

LAMPIRAN. Universitas Indonesia 1 LAMPIRAN 2 I. Identitas Pribadi Subjek 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Agama 4. Suku Bangsa Pedoman Wawancara Lampiran 1: Pedoman Wawancara II. Gambaran Pribadi Subjek 1. Masa Kecil Subjek (Prob: Peristiwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) BUPATI KUDUS, 1 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 10 Tahun 2010. TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka kelancaran pengelolaan rumah susun

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan energi listrik semakin hari semakin meningkat, baik untuk konsumsi beban skala kecil seperti rumah tangga maupun untuk skala besar seperti

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian

Lebih terperinci