BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM"

Transkripsi

1 BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM Analisis mengenai tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen akan dijelaskan secara mendalam dalam bab ini. Tingkat partisipasi peserta dilihat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Sebelum mendeskripsikan tingkat partisipasi peserta, terlebih dahulu disajikan gambaran mengenai program pelatihan yang diteliti. 6.1 Program Pelatihan Montir Sepeda Motor dan Pelatihan Membatik Limbah Kertas Semen PT Indocement berkomitmen secara berkelanjutan untuk melaksanakan Program Lima Pilar (Community Development), khusunya kepada masyarakat di 12 desa binaan. Kegiatan pelatihan montir sepeda motor dan membatik limbah kertas semen merupakan realisasi dari Pilar Pendidikan dalam Program Lima Pilar PT Indocement. Menurut informan PT Indocement (Ibu LI) yang diwawancarai, mengungkapkan bahwa kedua pelatihan ini dilakukan berdasarkan hasil survei pemetaan sosial yang dilakukan di 12 desa binaan. Pemetaan sosial tersebut dilakukan PT Indocement melalui pihak ketiga (independen). Hasil pemetaan sosial tersebut memperlihatkan data sosiodemografi dan kebutuhan masyarakat di 12 desa binaan terkait kondisi kependudukan, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan potensi sumber daya manusia. Seperti yang dikemukan oleh salah satu informan (Ibu LI) bahwa di 12 desa binaan masih banyak pemuda usia produktif yang tidak bekerja atau pengangguran. Oleh karena itu, PT Indocement turut memfasilitasi para pemuda desa binaan melalui kegiatan pelatihan montir sepeda motor dengan harapan dapat menciptakan montir sepeda motor yang siap kerja. Tujuan pelatihan montir sepeda motor ini adalah turut membantu program pemerintah dalam meningkatkan keterampilan sumber daya manusia melalui pemberian pelatihan. Pelatihan ini melibatkan kerjasama dengan pihak Dinas Ketenagakerjaan dan Dinas Transmigrasi Kabupaten Bogor. Kegiatan pelatihan ini telah dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan, diperlihatkan dengan

2 67 dihasilkan tiga angkatan peserta pelatihan yang dilakukan masing-masing pada tahun 2007, 2008 dan Jumlah perserta pelatihan adalah 12 peserta yang berasal dari 12 desa binaan dengan syarat usia tahun. Proses rekrutmen peserta dilakukan melalui sosialisasi baik secara tertulis maupun lisan melalui Bilikom, surat edaran melalui kantor desa dan tokoh masyarakat. Mempertimbangkan kapasitas dan sumberdaya pelatihan, dilakukan seleksi terhadap calon peserta (terutama bagi yang belum bekerja dan punya motivasi yang tinggi), sehingga hanya 12 peserta terbaik yang lolos seleksi pada setiap angkatan. Pemberitahuan lolos seleksi dilakukan secara tertulis melalui kantor desa. Materi pelatihan yang diberikan mencakup kelompok materi inti dan materi tambahan. Kelompok materi pelatihan inti mencakup teori dan praktik pengantar sepeda motor, kelistrikan, chasis, turun mesin, dan toube shoting. Materi tambahan terkait aspek ketenagakerjaan, meliputi pembentukan sikap mental, serta Keselamatan, Keamanan dan Kesehatan Kerja (K3). Metode pelatihan dilakukan dalam bentuk teori dan praktik. Dari segi alokasi waktu, praktik memiliki bobot lebih yaitu sekitar 85 persen, sedangkan teori dengan bobot 15 persen. Pelatihan ini dilaksanakan di Gedung Sekolah Magang Indocement (SMI). Sedangkan tujuan pelatihan membatik limbah kertas semen adalah sebagai bentuk kepedulian PT Indocement dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal yaitu mengembangkan usaha ekonomi lokal di lingkungan desa binaan sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru untuk industry rumahtangga yang dapat menambah pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa binaan, serta meningkatkan kepedulian pada lingkungan. Pelatihan ini melibatkan kerjasama dengan Batik Harris Riadi, Pekalongan dengan pemberian materi seputar limbah kertas, teori dan praktik membatik, penggunaan warna alam serta belajar membatik diatas limbah kertas semen. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 2 hingga 6 Februari tahun 2009 dan dilangsungkan di Base Camp Quarry A PT Indocement unit operasi Citeureup. Pelatihan diikuti oleh 12 orang peserta yang berasal dari empat desa binaan yaitu Desa Lulut, Leuwi Karet, Gunung Sari, dan Pasir Mukti. Target PT Indocement setelah pelatihan ini selesai dilaksanakan adalah peserta pelatihan akan dibuat kelompok usaha membatik limbah kertas semen yang selanjutnya akan dibuat aneka produk

3 68 kerajinan tangan dan dibantu modal usaha melalui program UMKM (Usaha Masyarakat Kecil Menengah). Gambaran umum peserta pelatihan montir sepeda motor dan limbah kertas semen mencakup jenis kelamin, usia, status perkawinan, pendidikan terakhir, jumlah anggota keluarga, jumlah tanggungan, pengalaman kerja sebelumnya dan motivasi mengikut pelatihan, disajikan pada Tabel 8 berikut ini: Tabel 8. Jumlah dan Persentase Peserta Pelatihan Berdasarkan Identitas No Identitas Peserta Jumlah Persentase (N) (%) Jenis Kelamin Laki-laki 4 50,0 Perempuan 4 50,0 Usia < 30 tahun 5 62,5 30 tahun 3 37,5 Status Perkawinan Belum Menikah 1 12,5 Menikah 7 87,5 Pendidikan SD / Sederajat 2 25,0 Terakhir SLTP / Sederajat 4 50,0 SLTA / Sederajat 2 25,0 Diploma 0 0,0 Sarjana 0 0,0 Jumlah Anggota < 4 orang 4 50,0 Keluarga 4 orang 4 50,0 Jumlah < 3 orang 6 75,0 Tanggungan 3 orang 2 25,0 Pengalaman Kerja Tidak Bekerja 2 25,0 Sebelum Pelatihan Bekerja 6 75,0 Motivasi Karena ingin belajar 6 75,0 Karena hobi 2 25,0 Karena terpaksa/disuruh orang 0 0,0 Karena ajakan orang 0 0,0

4 69 Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa semua peserta yang mengikuti pelatihan montir sepeda motor berjenis kelamin laki-laki sedangkan peserta yang mengikuti pelatihan membatik limbah kertas semen berjenis kelamin perempuan. Lima orang peserta termasuk ke dalam usia muda ( < 30 tahun) dan tiga orang peserta termasuk usia dewasa ( 30 tahun). Mayoritas peserta berstatus menikah dan memiliki tangungggan rata-rata dua hingga tiga orang dalam keluarga. Namun terdapat dua peserta yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak 4 orang diluar isteri dan anak. Mayoritas pendidikan akhir peserta adalah tamatan SLTA dan sudah bekerja baik sebelum dan sesudah pelatihan. Sebelum mengikuti pelatihan tiga peserta bekerja musiman sebagai pekerja kontraktor, satu peserta sebagai pekerja pabrik, guru dan pegawai negeri. Sedangkan setelah pelatihan beberapa dari peserta pelatihan montir sepeda motor jika ada waktu luang bekerja sebagai buruh untuk menambah penghasilan. Peserta mengikuti pelatihan atas dasar keinginan sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Sedangkan peserta pada pelatihan montir sepeda motor sebelum mengikuti pelatihan sudah menyukai sedikit tentang perbaikan motor, seperti yang diungkapkan oleh peserta bahwa: Sebelum ikut pelatihan juga udah seneng ngotak-ngatik motor sendiri jadi taulah dikit-dikit tentang motor walaupun nga pernah sekolah tau kerja yang berhubungan sama motor/bengkel ( Kang SM, Kang HM, Kang AS, Kang AJ). 6.2 Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan Partisipasi peserta pada tahap perencanaan pelatihan dibedakan menjadi rendah dan tinggi. Partisipasi peserta pada tahap perencanaan dikatakan rendah apabila peserta tidak ikut dan/atau kurang terlibat atau berperanserta dalam proses perencanaan pelatihan. Sebaiknya, partisipasi peserta pada tahap perencanaan dikatakan tinggi apabila peserta ikut terlibat atau berperan serta dalam proses perencanaan pelatihan. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan peserta dalam mengemukakan dan menyampaikan ide, pendapat atau berperan dalam pengambilan keputusan dalam proses perencanaan program pelatihan. Untuk itu, partisipasi peserta pada tahap perencanaan program pelatihan disajikan pada Tabel 9 berikut:

5 70 Tabel 9. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan Partisipasi dalam Perencaan Program Jumlah (N) Persentase (%) Rendah 8 100,0 Tinggi 0 0,0 Jumlah Total 8 100,0 Tabel diatas (Tabel 9) menunjukkan bahwa tidak ada partisipasi peserta pada tahap perencanaan pelatihan. Hal itu didukung oleh beberapa pernyataan peserta yang menyatakan bahwa: Saya waktu itu cuman dapat surat dari Kades kalau berhasil ikut pelatihan montir, jadi saya cuman ikut terlibat pas pelatihan dilaksanain aja (Kang HM). Saya ga ikut waktu proses perencanaan pelatihan, saya tahu informasi tentang pelatihan juga dari orang di kantor desa (Kang AS). Hasil pernyataan yang diungkapkan peserta tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta tidak berpartisipasi karena memang tidak dilibatkan dalam proses perencanaan kegiatan. Semua peserta baru mengetahui akan diadakan pelatihan setelah di sosialisasikan ke desa, baik melalui kegiatan Bilikom, aparat desa maupun tokoh masyarakat (Ketua RW/RT, Kader) di masing-masing desa tempat peserta mendaftar serta pemberitahuan yang ditempelkan di kantor desa. Sebanyak empat orang mengetahui sosialisasi kegiatan pelatihan dari tokoh masyarakat setempat sedangkan dua orang mengetahui dari pihak aparat desa sedangkan dua lainnya mengetahui ketika mengikuti kegiatan Bilikom. Hal ini dikarenakan cara atau mekanisme perencanaan program pelatihan dilakukan dengan survei dan pemetaan sosial yang dilakukan PT Indocement melalui pihak ketiga. Sehingga yang terlibat dalam proses perencanaan hanyalah perwakilanperwakilan dari masyarakat di tiap desa. 6.3 Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan Partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dibedakan menjadi rendah dan tinggi. Partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan dikatakan rendah apabila peserta tidak dan/atau kurang berperanserta dalam

6 71 proses pelaksanaan. Sebaiknya, partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan dikatakan tinggi apabila peserta ikut terlibat atau berperanserta dalam proses pelaksanaan pelatihan. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan dan keaktifan peserta dalam menghadiri pelatihan, mendengarkan dan mencatat materi, bertanya jika kurang paham kepada instruktur, penguasaan dan kesukaan pada materi pelatihan. Partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan program pelatihan disajikan pada Tabel 10 berikut: Tabel 10. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan Partisipasi dalam Pelaksanaan Program Jumlah (N) Persentase (%) Rendah 1 12,5 Tinggi 7 87,5 Jumlah Total 8 100,0 Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa partisipasi peserta pada tahap perlaksanaan pelatihan adalah tinggi karena peserta aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan pelatihan. Pada pelatihan montir sepeda motor, partisipasi peserta ditunjukkan dengan keaktifan peserta dalam bertanya ketika terdapat materi atau praktik yang kurang dipahami oleh peserta, khususnya materi terkait kelistrikan yang dianggap sedikit sulit. Peserta pun aktif dalam mencatat, baik teori yang sudah ada dalam materi sajian maupun yang diluar sajian materi. Namun, terdapat satu peserta (Kang SM) yang kurang aktif dalam pelaksanaan pelatihan karena respoenden tidak pernah bertanya dan mencatat ketika pelatihan berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta (Kang SM), peserta mengatakan bahwa ia tidak pernah bertanya dan mencatat karena beliau memang tidak suka mencatat dan memilih untuk bertanya kepada temannya. Oleh karena itu partisipasi kang SM yang rendah tidak berarti bahwa yang bersangkutan tidak dapat mengikuti materi pelatihan, tetapi lebih karena alasan yang bersangkutan punya karakter tidak suka bertanya (faktor internal individu). Sedangkan pada pelatiham membatik limbah kertas semen, partisipasi peserta terlihat ketika tahap seleksi dilaksanakan, dimana semua peserta menghadiri dan mengerjakan berbagai tes seperti tes psikotes. Selain itu, semua

7 72 peserta hadir secara penuh selama pelatihan berlangsung. Semua peserta secara aktif terlibat dalam proses tanya jawab maupun bertanya ketika ada teori maupun praktik yang kurang dimengerti oleh peserta serta secara aktif mendengar dan mencatat materi-materi yang diberikan. Peserta juga terlibat dalam proses pengambilan keputusan, seperti dalam membuat pola membatik serta kerajinan yang akan dikreasikan. 6.4 Partisipasi Peserta dalam Tahap Monitoring Partisipasi peserta pada tahap monitoring pelatihan dibedakan menjadi rendah dan tinggi. Partisipasi peserta pada tahap monitoring dikatakan rendah apabila peserta tidak dan/atau kurang berperanserta dalam proses monitoring (pemantauan dalam setahun setelah pelatihan berlansung). Sebaiknya, partisipasi peserta pada tahap monitoring dikatakan tinggi apabila peserta ikut terlibat atau berperanserta dalam proses pemantaun pelatihan. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan dan keaktifan peserta dalam mengemukakan dan menyampaikan ide, pendapat saat proses monitoring berlangsung. Selain itu, dilihat dari upaya peserta dalam menjalin komunikasi dengan pihak PT Indocement. Partisipasi peserta pada tahap pelaksanaan program pelatihan disajikan pada Tabel.11 berikut: Tabel 11. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam Tahap Monitoring Partisipasi dalam Monitoring Program Jumlah (N) Persentase (%) Rendah 3 37,5 Tinggi 5 62,5 Jumlah Total 8 100,0 Tabel 11 menunjukkan bahwa partisipasi dan keterlibatan peserta pada tahap monitoring pelatihan cenderung tinggi. Hal ini karena dalam proses monitoring terdapat komunikasi dan koordinasi yang baik antara peserta dengan pihak petugas bina lingkungan (Bilik). Pada pelatihan montir sepeda motor, proses pemantauan sendiri tidak dilakukan secara rutin dan berkala namun telah dilakukan kurang lebih satu tahun terhitung sejak tahun Partisipasi yang tinggi ditunjukkan dengan keterlibatan dan peranserta peserta melalui

8 73 dilansungkannya dialog dimana peserta dapat bertukar ide dan pendapat terkait pembahasan keberlanjutan pelatihan. Menurut salah satu peserta (Kang HM) mengatakan bahwa selama kurang lebih satu tahun itu, kami berempat dilibatkan dalam proses perencanaan project Bengkel Terpadu PT Indocement (merupakan wujud keberlanjutan dari pelatihan montir sepeda motor). Dalam prosesnya, kami dipantau mengenai perkembangan keterampilan sehingga pada tahun 2009 kami berempat diberikan penyegaran materi dan pelatihan oleh pihak Bilik PT Indocement dalam rangka persiapan rekrutmen kerja. Sedangkan pada peltihan limbah kertas semen, proses monitoring juga tidak diadakan berkala/rutin, namun salah seorang peserta (Ibu IS) bersama pihak Bilik (Bina Lingkungan) PT Indocement selalu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan baik setelah pelaksanaan kegiatan pelatihan ini selesai diadakan. Ibu IS mengatakan bahwa pihak Bilik melakukan pemantau setelah pelatihan selesai diadakan. Ibu IS secara aktif membuka wacana ketika terjadi dialog dengan pihak Bilik. Proses pemantauan tersebut oleh Ibu IS dijadikan ajang sebagai tindak lanjut pelatihan. Melalui bekal ilmu dan keterampilan yang diperolehnya, hingga saat ini beliau bersama satu peserta (Ibu MQ) sudah dapat membuat dan menjual aneka produk kerajinan membatik limbah kertas semen. 6.5 Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Program Tingkat partisipasi peserta dalam implementasi pelatihan diukur dari keterlibatan peserta dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Tingkat partisipasi peserta dalam implementasi pelatihan ini dibedakan atas dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Tingkat partisipasi dikatakan rendah apabila tidak dan/atau kurang ada keterlibatan peserta dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Tingkat partisipasi dinilai rendah apabila penjumlahan skor tahap perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring berkisar antara 0 8. Sebaliknya, tingkat partisipasi dikatakan tinggi apabila terdapat keterlibatan peserta dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program. Tingkat partisipasi dinilai tinggi apabila penjumlahan skor tahap perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring berkisar antar Tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program disajikan pada Tabel 12 berikut:

9 74 Tabel 12. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Pelatihan Tingkat Partisipasi Tahap Implementasi Perencanaan Pelaksanaan Monitoring Jumlah (N) (%) (N) (%) (N) (%) (N) (%) Rendah 8 100,0 1 12,5 3 37, ,0 Tinggi 0 0,0 7 87,5 5 62, , , , ,0 Partisipasi peserta pelatihan pada tahap pelaksanaan dan monitoring adalah tinggi, tetapi pada tahap perencanaan adalah rendah (Tabel 12). Secara umum tanpa membedakan tahapan implementasi, partisipasi peserta pelatihan tergolong tinggi seperti yang terlihat pada Tabel 13 berikut: Tabel 13. Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Pelatihan Tingkat Partisipasi dalam Implementasi Jumlah N (%) Rendah (skor 0-8) 1 (12,5) Tinggi (skor 9-16) 7 (87,5) Jumlah Total 8 (100,0) Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak bahwa secara umum tingkat partisipasi peserta dalam tahap pelaksanan dan monitoring tergolong tinggi pada pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen sebagai bagian dari program bina lingkungan (community development) dalam kerangka CSR PT Indocement. Partisipasi peserta pada tahap perencanaan adalah rendah disebabkan karena dalam proses perencaaan program pelatihan ini dilakukan dan diputuskan sendiri oleh PT Indocement tanpa melibatkan peserta maupun masyarakat dalam pengambilan keputusan pembentukan pelatihan. Hanya dilibatkan peran pihak ketiga dalam menggali data dan informasi terkait pemetaan sosial serta beberapa tokoh masyarakat, namun peserta tidak ada keterlibatan langsung dalam proses perencanaannya.

10 Ikhtisar Secara ringkas bab ini mengungkap bahwa tingkat partisipasi peserta, baik pelatihan montir sepeda motor maupun membatik limbah kertas semen adalah tinggi pada tahapan pelaksanaan dan monitoring. Sedangkan pada tahapan perencanaan, peserta dalam kedua pelatihan tersebut menunjukkan nilai yang rendah atau tidak ada keterlibatan sama sekali. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Wibisono (2007) terkait cara atau mekanisme perancanaan pelaksanaan program pengembangan masyarakat yaitu Bottom Up Process, Top Down Process, dan Partisipatif. Dalam kaitannya dengan mekanisme yang dipaparkan Wibisono ini, PT Indocement dalam merencanakan program pelatihan ini dikatakan bersifat top down. Walaupun dalam proses menganalisis kebutuhan dan potensi sumberdaya manusia terdapat keterlibatan beberapa perwakilan masyarakat melalui pemetaan sosial oleh pihak ketiga. Namun dalam memutuskan program apa yang akan dilaksanakan (tahap perencanaan), masyarakat atau peserta tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusannya. Jika dilihat dari karakteristik masyarakat atau pesert yang sub-urban dan mayoritas lulusan SLTA maka dalam merencanakan suatu program dapat dilakukan secara partisipatif yaitu secara bersama-sama antara pihak PT Indocement, masyarakat dan aparat pemerintah desa mencari dan memutuskan bersama program yang akan dilaksanakan agar tepat sasaran.

BAB V. STRATEGI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF

BAB V. STRATEGI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF 40 BAB V STRATEGI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF Perencanaan strategi dalam hubungan masyarakat melibatkan pengambilan keputusan tentang tujuan dan sasaran program,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 No. 22/5/Th.XVII, 5 Mei 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,75 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASILNYA. Sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD Dinas Tenaga

BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASILNYA. Sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD Dinas Tenaga BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASILNYA 4.1 Sumber Dana APBD Sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung direncanakan pelaksanaan 7 program, terdiri dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 lalu, membawa dampak yang sangat besar terhadap hampir semua lapisan masyarakat. Angka kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI Dalam rangka mendapatkan strategi pengembangan KBU PKBM Mitra Mandiri dalam upaya pemberdayaan masyarakat, sebagaimana tujuan dari kajian

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 27/05/Th.XVIII, 5 Mei 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,73 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangguran adalah kondisi saat seseorang tidak bekerja dalam usia produktif antara 15 hingga 65 tahun. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. ditemui melalui pendekatan kualitatif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. ditemui melalui pendekatan kualitatif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas perkembangan KUBE dan hambatan yang ditemui melalui pendekatan kualitatif, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Perkembangan

Lebih terperinci

Dr.Burhanuddin Tola, M.A. NIP i

Dr.Burhanuddin Tola, M.A. NIP i KATA PENGANTAR Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagaimana disebutkan dalam

Lebih terperinci

Syarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim

Syarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim 50-54 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM UPAYA MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN BAGI KELUARGA SANGAT MISKIN (KSM) DI DESA PAYA CUT KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Syarifah Maihani

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis

BAB III PENYAJIAN DATA. penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis BAB III PENYAJIAN DATA Dalam bab ini disajikan data yang diperoleh dari lokasi penelitian melalui penyebaran angket, wawancara, dan observasi. Peneyebaran angket yang penulis lakukan dengan cara mengajukan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 67/11/34/Th.XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a.

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1170, 2015 BNPP. Garda Batas RI. Pembinaan. Pedoman. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN TENAGA KERJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT 41 BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT Responden dalam penelitian ini adalah petani anggota Gapoktan Jaya Tani yang berasal dari tiga kelompok tani

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN CV TKB merupakan perusahaan yang bergerak dibidang garmen. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 3 Maret 2008.Perusahaan ini terletak di Jl. Gardu Raya Km. 6 No. 27 Dramaga,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 90 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 90 TAHUN 2015 TENTANG 1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 90 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KEBERHASILAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pembahasan ini menguraikan mengenai aspek pembangunan berkelanjutan yang ada dalam program penanaman jarak pagar (Jathropa curcas). World Commission

Lebih terperinci

ISBN LAPORAN EKSEKUTIF

ISBN LAPORAN EKSEKUTIF ISBN 978 603 8613 08 8 LAPORAN EKSEKUTIF PENGKAJIAN PENINGKATAN MUTU, RELEVANSI, DAN DAYA SAING PENDIDIKAN SECARA KOMPREHENSIF: PENDIDIKAN KEJURUAN DALAM PENYIAPAN TENAGA KERJA PUSAT PENELITIAN, KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.57/11/TH.XVIII, 5 November 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3.A TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3.A TAHUN 2010 TENTANG WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3.A TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH LANJUT USIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN LANJUT USIA DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TABEL 2.2 REVIEW TERHADAP RANCANGAN AWAL RKPD TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG. Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Program/Kegiatan

TABEL 2.2 REVIEW TERHADAP RANCANGAN AWAL RKPD TAHUN 2015 KABUPATEN BANDUNG. Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Program/Kegiatan NAMA SKPD : DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL Rancangan Awal RKPD TABEL 2.2 REVIEW TERHADAP RANCANGAN AWAL RKPD TAHUN 205 KABUPATEN BANDUNG Program Program Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 54/11/31/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 SEBESAR 7,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 46 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PADAT KARYA INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA DISNAKERTRANSDUK PROV. JAWA TIMUR Untuk mewujudkan agenda dan prioritas pembangunan di Jawa Timur berdasarkan visi, misi

Lebih terperinci

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DocuCom PDF Trial.   Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Generasi muda adalah bagian dari penduduk dunia yang sangat potensial dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Namun permasalahan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 52/11/34/Th.XIV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97

Lebih terperinci

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2010

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2010 No. 60/12/33/Th.IV, 1 Desember 2010 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2010 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTITUSI. Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan

BAB II PROFIL INSTITUSI. Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan BAB II PROFIL INSTITUSI A. Sejarah Ringkas Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan dan pelatihan sebagai upaya peningkatan keterampilan dan keahlian bagi remaja, institusi

Lebih terperinci

Tabel IV.B.12.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Ketenagakerjaan tahun 2010

Tabel IV.B.12.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Ketenagakerjaan tahun 2010 12. URUSAN KETENAGAKERJAAN Pembangunan bidang ketenagakerjaan dewasa ini masih menghadapi berbagai permasalahan antara lain tingginya tingkat pengangguran, terbatasnya penciptaan dan perluasan kesempatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017 Keadaan Ketenagakerjaan di DKI Jakarta Februari 2017 No. 27/05/31/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DKI Jakarta pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR

BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 54 BAB VI PENILAIAN IMPLEMENTASI PROGRAM CSR 6.1 Karakteristik Responden Penelitian ini memiliki responden sebanyak 30 orang, jumlah ini didapatkan dari banyaknya aparatur Desa Bantarjati, dari mulai anggota

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2008

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2008 No. 05/05/33/Th.II, 15 Mei 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2008 Pada Februari 2008 jumlah angkatan kerja sebanyak 17.340.673 orang. Jumlah yang terserap bekerja sebanyak

Lebih terperinci

Pada bab terakhir ini diuraikan berkenaan dengan kesimpulan, dan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasannya,

Pada bab terakhir ini diuraikan berkenaan dengan kesimpulan, dan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasannya, BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN Pada bab terakhir ini diuraikan berkenaan dengan kesimpulan, dan rekomendasi hasil penelitian, baik teorits maupun praktis. A. Kesimpulan Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI KARYAWAN ATAS PELAKSANAAN PELATIHAN SERVICE EXCELLENT DI BAGIAN CALL CENTER 147 PADA PT INFOMEDIA NUSANTARA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI KARYAWAN ATAS PELAKSANAAN PELATIHAN SERVICE EXCELLENT DI BAGIAN CALL CENTER 147 PADA PT INFOMEDIA NUSANTARA BAB IV ANALISIS PERSEPSI KARYAWAN ATAS PELAKSANAAN PELATIHAN SERVICE EXCELLENT DI BAGIAN CALL CENTER 147 PADA PT INFOMEDIA NUSANTARA Pada bab ini akan dipaparkan dan dijelaskan hasil analisis data penelitian

Lebih terperinci

VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU

VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU VII. EVALUASI DAN RUMUSAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI KUBE DI KELURAHAN MAHARATU 7.1. Evaluasi dan Strategi Pemberdayaan Keluarga Miskin 7.1.1. Evaluasi Kegiatan KUBE di Kelurahan Maharatu.

Lebih terperinci

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Untuk mengimplementasikan kebijakan yang telah dirumuskan dalam dokumen RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN 36 BAB IV PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 4.1.1 Sejarah PT Indocement 9 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN BANTUAN (COMMUNITY DEVELOPMENT) UNTUK MENGENTASKAN KEMISKINAN (CDMK) BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH LANJUT USIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN LANJUT USIA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 44 V. TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 5.1 Profil Perempuan Peserta Program PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan memiliki syarat keikutsertaan yang harus

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PENJABARAN APBD TAHUN ANGGARAN ,00

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PENJABARAN APBD TAHUN ANGGARAN ,00 PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PENJABARAN APBD TAHUN ANGGARAN 2017 URUSAN PEMERINTAHAN : 6.01. - KECAMATAN ORGANISASI : 6.01.03. - KECAMATAN MANYAR Halaman : 1.150 6.01.6.01.03.00.00.4. PENDAPATAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini, penelitiakan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dari uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti yaitu Efektivitas

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN No.015/05/63/Th XII, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2009 JUMLAH PENDUDUK YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI ANGKATAN KERJA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 1,75 juta jiwa. Jumlah tersebut

Lebih terperinci

Anggaran Setelah Perubahan. Jumlah. Modal

Anggaran Setelah Perubahan. Jumlah. Modal LAMPIRAN I.3 : PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014 Halaman

Lebih terperinci

RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2017

RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2017 LAMPIRAN SK.MOR : 900/ /411.310/2017 URUSAN WAJIB TENAGA KERJA Peningkatan Kesempatan dan Penyerapan Tenaga Kerja TANGGAL : RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA TAHUN 2017 Tingkat Kesempatan Kerja 25% 50% 75%

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian Lapangan dilaksanakan di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB, yang dimulai sejak Praktek Lapangan I (dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL MONITORING DAN EVALUASI RENCANA AKSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT TRIWULAN I

HASIL MONITORING DAN EVALUASI RENCANA AKSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT TRIWULAN I NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA REALISASI NO URAIAN PROGRAM / KEGIATAN INDIKATOR KEGIATAN 1.1 Mewujudkan Aparatur 1.1.1 Meningkatkan profesional dan 1.1.1.1 Jumlah OPD yang memiliki perenca 100% 01

Lebih terperinci

BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 8,36 PERSEN Jumlah angkatan kerja di DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia menganut asas hubungan industrial pancasila yang merupakan prinsip dasar dalam pelaksanaan hubungan hukum ketenagakerjaan. Dalam pemerintahan orde baru, hubungan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 23/05/31/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 5,77 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.25 /05/TH.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,39 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh pada Februari 2017 mencapai 2,330

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 SKPD : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kota Magelang NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET KETERANGAN 1 2 3 4 5 1 Terciptanya kelancaran tugas

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2011 SEBESAR 10,83 PERSEN No. 19/05/31/Th XIII, 5 Mei 2011 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017

Lebih terperinci

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG 48 VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS KELOMPOK MANTAN TENAGA KERJA WANITA DI DESA CIBAREGBEG Berdasarkan data baik masalah maupun potensi yang dimiliki oleh kelompok, maka disusun strategi program

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 23/05/31/Th XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2012 SEBESAR 10,72 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 31/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 59/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Papua Barat Agustus 2017 Agutus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASILNYA

BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASILNYA BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASILNYA 4.1 Sumber Dana APBD Sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA) SKPD Tahun Anggaran 2013 direncanakan pelaksanaan 7 program, terdiri dari kegiatan

Lebih terperinci

PENILAIAN, MONITORING, DAN EVALUASI PROGRAM KKN

PENILAIAN, MONITORING, DAN EVALUASI PROGRAM KKN 1 PENILAIAN, MONITORING, DAN EVALUASI PROGRAM KKN A. Penilaian KKN yang ditetapkan sebagai mata kuliah wajib, memiliki kriteria penilaian yang meliputi tiga aspek yaitu pengetahuan (cognitive), sikap (affective),

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas

Lebih terperinci

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014 BAB I Pendahuluan Bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued yang sedang dihadapi organisasi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan Tlanakan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pamekasan yang memiliki luas wilayah 48,10 Km 2 dan terletak

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN

PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 53 VI. PENGARUH FAKTOR PENDORONG TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN 6.1. Pengaruh Tingkat Kemauan Terhadap Perempuan dalam Program PNPM mandiri perkotaan Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemuda adalah generasi penerus perjuangan dan cita-cita bangsa, sehingga pemuda yang mempunyai potensi yang cukup besar ini perlu didukung sepenuhnya baik oleh pemerintah

Lebih terperinci

DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN BOGOR

DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN BOGOR Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi kepada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : ama Jabatan Selanjutnya disebut pihak pertama

Lebih terperinci