BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Liani Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya mengenai kualitas sebagian besar produk buatan luar negeri yang lebih baik dari pada produk dalam negeri. Konsep kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk dan jasa yang terdiri dari kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan. Akan tetapi aspek ini bukanlah satu-satunya aspek kualitas. TQM (Total Quality Management) merupakan konsep yang jauh lebih luas yang tidak hanya menekankan pada aspek hasil tetapi juga kualitas manusia dan kualitas prosesnya. Ditegaskan bahwa kualitas bukan hanya mencakup produk dan jasa, tetapi juga meliputi proses, lingkungan, dan manusia. 9
2 10 Dalam ilmu manajemen kualitas, banyak sekali definisi kualitas yang berbeda beda. Namun dari definisi definisi yang berbeda itu ada beberapa kesamaan, antara lain : 1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. 3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalkan apa yang dianggap merupakan kualitas pada saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang). Berdasarkan beberapa kesamaan defisi tersebut, Goetsch dan Davis (1994) membuat definisi mengenai kualitas yang lebih luas cakupannya. Definisi tersebut adalah kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubung dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Deming menyatakan bahwa kualitas merupakan suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai dengan pasar. Sementara itu J.M. Juran mengartikannya sebagai cocok untuk digunakan (fitness for use) dan definisi itu sendiri memiliki aspek utama, yaitu: 1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan, serta dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. 2. Bebas dari kekurangan
3 11 Kualitas tinggi menyebabkan perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi pengerjaan kembali dan pemborosan, mengurangi pembayaran biaya garansi, mengurangi ketidakpuasan pelanggan, mengurangi inspeksi dan pengujian, mengurangi waktu pengiriman produk ke pasar, meningkatkan hasil dan kapasitas, dan memperbaiki kinerja penyampaian produk dan jasa. Dalam pengembangan kualitas, Juran menciptakan konsep Trilogi Kualitas ( The Quality Trlogy). Konsep Trilogi Kualitas pertama kali dikembangkan oleh Dr. Joseph M. Juran seorang ilmuwan yang banyak mengabdikan dedikasinya pada bidang manajemen kualitas dan mempunyai kontribusi penting dalam perkembangan dan kemajuan quality management khususnya di bidang industri manufaktur. Pada tahun 1986, sarjana bidang electrical engineering yang mengawali karirnya di perusahaan Western Electric ini mempublikasikan Trilogi Kualitas (The Quality Trilogy), dengan mengidentifikasi aspek ketiga dalam manajemen kualitas yakni perencanaan kualitas (quality planning). Trilogi Kualitas tersebut, antar lain : 1. Perancanaan Kualitas (Quality Planning) Quality planning, suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang akan menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan pelanggan, memenuhi kebutuhan pelanggan/konsumen, tentukan market segment (segmen pasar) produk, mengembangkan karakteristik
4 12 produk sesuai dengan permintaan konsumen, mengembangkan proses yang mendukung tercapainya karakteristik produk. 2. Pengendalian Kualitas (Quality Control) Quality control, suatu proses dimana produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin mesin rusak segera diperbaiki. - mengevaluasi performa produk - membandingkan antara performa aktual dan target - melakukan tindakan jika terdapat perbedaan/penyimpangan 3. Perbaikan Kualitas (Quality Improvement) Quality improvement, suatu proses dimana mekanisme yang sudah mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi sumber-sumber, menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu dan pada umumnya menetapkan suatu struktur permanen untuk mengejar mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya. - mengidentifikasi proyek perbaikan (improvement) - membangun infrastruktur yang memadai - membentuk tim - melakukan pelatihan pelatihan yang relevan
5 13 - diagnosa sebab akibat (bisa memakai diagram Fishbone- Ishikawa) - cara penanggulangan masalah - cara mencapai target sasaran Ada pula Dimensi Kualitas yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis, terutama untuk proses manufaktur : 1. Kinerja (Performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti. 2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (Features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap. 3. Kehandalan (Reliability), yaitu kemungkinan kecil mengalami kerusakan atau kegagalan produk. 4. Sesuai dengan spesifikasi (Conformance to spesifications), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standarstandar yang ditetapkan sebelumnya. 5. Daya tahan (Durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. 6. Serviceability, melebihi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi; penanganan keluhan yang memuaskan. 7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. 8. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
6 Implementasi Manajemen Kualitas Berdasarkan standar ISO 13485, Penerapan sistem manajemen mutu harus menjadi keputusan strategis dari suatu organisasi. Desain dan implementasi sistem manajemen mutu organisasi dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan, sasaran tertentu, produk yang disediakan, proses yang dipakai serta ukuran dan struktur dari organisasi. Standar internasional ini tidak bertujuan untuk menyiratkan keseragaman dalam struktur sistem manajemen mutu atau keseragaman dokumentasi. Standar internasional ini menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen mutu yang dapat digunakan oleh organisasi untuk desain dan pengembangan, proses produksi, instalasi dan servis alat-alat medis, dan desain, pengembangan, dan penyediaan layanan terkait. Tahapan-tahapan dalam implementasi adalah: 1. Implementasi Manajemen Implementasi manajemen (management practices) merupakan bagian yang paling kelihatan dalam ilmu manajemen. Implementasi manajemen meliputi: organizational structure, guidelines, procedures, and specific tools and practices, yang secara khusus dipakai dalam mengukur kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Cara untuk dapat mengimplementasikan manajemen kualitas dengan sukses adalah menyampaikan konsep kualitas yang secara jelas disampaikan melalui komitmem Top Management tentang manajemen kualitas, garis besar peran yang harus dimainkan oleh setiap karyawan, menyediakan karyawan yang secara serius membuat mengkonsep kualitas, walaupun originalitas
7 15 itu berasal dari top management dan menunjukkan keseriusan top mangement dalam mengimplementasikan konsep kualitas. Kualitas menjadi fokus perhatian paling penting dari top management yang perlu diperlu dipertimbangkan, karena akan dapat meningkatkan kinerja organisasi melalui penerapan strategi yang paling signifikan pada semua tingkatan yang ada di perusahaan. Implementasi manajemen merupakan pembicaraan persoalan kualitas yang disampaikan oleh top management pada semua tingkatan organisasi (perusahaan). Komitmen dari top management merupakan faktor yang paling penting berpengaruh terhadap kesuksesan implementasi manajemen pada perusahaan. Penelitian terdahulu mengkaji tentang pengaruh implementasi manajemen terhadap berbagai macam implementasi infrastruktur. Sebagai contohnya, Adam et al. (1997) menunjukkan bahwa kepemimpinan (leadership) mempunyai pengaruh yang signifikan pada pelatihan (training). 2. Implementasi Infrastruktur Infrastructure Practices adalah suatu sistem yang terdiri dari proses yang disesuaikan dengan persyaratan tujuan kualitas dan kinerja perusahaan. Infrastructure practices terdiri dari: information management, strategic quality planning, and human resources management. Dengan menggunakan pendekatan karakteristik organisasi, implementasi manajemen sumberdaya manusia merupakan tindakan yang dapat mendukung cepatnya inovasi atas produk yang dihasilkan perusahaan. Cepatnya inovasi produk dan tingginya kualitas produk yang dihasilkan di
8 16 pengaruhi oleh implementasi infrastruktur, yang terdiri dari: organizational characteristic, human resources management, quality methode. Implementasi infrastruktur terdiri dari konstruk: Organization for quality, Employee training, Employee participation, Supplier quality management, Costumer focus, Continuous support. Konteks penelitian ini merupakan implementasi infrastruktur yang terdiri dari : Organization for quality, Employee training, Employee participation, Supplier quality management, Costumer focus, Continuous support Produk Cacat Produk menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu barang atau jasa yang dibuat atau ditambah gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu. Sedangkan cacat mengandung pengertian kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna. Dari kedua pengertian tersebut jika digabungkan mengandung pengertian, bahwa produk cacat berarti barang atau jasa yang dibuat dalam proses produksi namun memiliki kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna. Menurut Hansen dan Mowen produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasinya. Hal ini berarti juga tidak sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. Produk cacat yang terjadi selama proses produksi mengacu pada produk yang tidak diterima oleh konsumen. Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut
9 17 secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk yang lebih baik lagi (Mulyadi, 1999:328). Tetapi dalam perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan yang produk cacat. Produk disebut cacat bila produk itu tidak aman dalam penggunaannya, tidak memenuhi syarat tertentu sebagaimana yang diharapkan orang dengan mempertimbangkan berbagai keadaan, terutama tentang penampilan produk, kegunaan yang seharusnya diharapkan dari produk serta saat produk tersebut dipasarkan. Produk tidak cacat apabila produk pada saat diedarkan bisa diterima oleh konsumen. Pengertian product liability (produk cacat) menurut Black s Law Dictionary adalah Product liability diartikan sebagai tanggung jawab secara hukum dari produsen dan penjual untuk mengganti kerugian yang diderita oleh pembeli, pengguna ataupun pihak lain, akibat dari cacat dan kerusakan yang terjadi karena kesalahan pada saat mendapatkan barang, khususnya jika produk tersebut dalam keadaan cacat yang berbahaya bagi konsumen dan pengguna. Menurut (Nasution, 1995) dalam bukunya Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar memberikan pengertian bahwa Product liability diterjemahkan sebagai tanggung jawab produk cacat. Tanggung jawab produk cacat berbeda dengan tanggung jawab yang sudah dikenal selama ini, karena tanggung jawab ini disebabkan oleh keadaan tertentu produk, barang atau jasa, yang meletakkan tanggung jawab produk kepada pelaku usaha pembuat produk (produsen). Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa produk cacat adalah produk yang tidak sesuai dengan standar yang sudah ditentukan sehingga produk menjadi tidak layak untuk digunakan karena mengakibatkan kualitas yang rendah dan merugikan produsen serta konsumen.
10 Pengendalian Kualitas (Quality Control) Dengan persaingan yang amat ketat, permasalahannya menjadi bagaimana menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan biaya produksi yang kecil atau harga yang bersaing ini adalah implikasi dari teori produksi. Karena banyak hal yang terkait dalam proses menghasilkan produk dengan kualitas yang baik maka aspek-aspek yang terkait dalam hal kualitas produksi juga semakin rumit. Kualitas produksi hanya akan menyangkut segala aspek organisasi atau hubungan antar bagian dalam organisasi. Begitu juga aspek teknis terhadap hasil produksi untuk mendapatkan kesesuaian dengan standar kualitas yang didefinisikan. Untuk dapat selalu mempertahankan kualitas yang baik secara konsisten, diperlukan suatu aktivitas yang disebut pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem yang digunakan untuk memelihara atau menjaga level kualitas yang diinginkan dalam suatu produk atau jasa. Pengendalian kualitas juga mempunyai pengertian penggunaan teknikteknik dan aktivitas-aktivitas dalam upaya mencapai, mempertahankan, dan memperbaiki kualitas dari suatu produk atau jasa. Pengendalian kualitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. On-line Quality Control Merupakan pengendalian kualitas pada saat proses produksi sedang berjalan, seperti pendiagnosaan dan penyesuaian proses, pengontrolan proses, dan inspeksi hasil proses. 2. Off-line Quality Control
11 19 Merupakan usaha-usaha yang bertujuan mengoptimalkan rancangan proses dan produk sebagai pendukung usaha on-line Quality Control. Off-line Quality Control ini dilakukan sebelum dan sesudah proses Pengertian Resiko Sebelum mendalami lebih lanjut mengenai risiko, terlebih dahulu pengertian dari risiko ini didefinisikan. Masyarakat umum menilai bahwa risiko merupakan kemungkinan terjadinya sesuatu yang berbahaya/merugikan. Namun beberapa ahli/institusi mendefinisikan risiko sebagai berikut: Definisi risiko berdasarkan Shorter Oxford Dictionary of the English Language, Danger; the possibility of loss or injury Australian/New Zealand Standard 4360:1995 Risk Management (1995) mendefinisikan risiko sebagai gabungan antara seberapa sering dan peluang terjadinya sesuatu yang memiliki dampak yang berbahaya pada tujuan yang telah ditetapkan. ISO/IEC Guide 73:2002 Risk management Vocabulary Guidelines for use in standards (2002), menyatakan bahwa risiko merupakan kombinasi probabilitas dari kejadian dan konsekuensinya. Dari beberapa definisi diatas, risiko dapat diartikan sebagai probabilitas terjadinya suatu kejadian, yang jika terjadi akan memiliki konsekuensi positif atau negatif terhadap suatu kegiatan. Dalam hal ini terjadi perbedaan antara perencanaan suatu kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya dengan kejadian aktual yang sebenarnya terjadi. Pengertian risiko sangat erat dengan ketidakpastian (uncertainty), namun pada keduanya terdapat perbedaan, yakni risiko memiliki peluang yang lebih besar untuk terjadi dibandingkan
12 20 ketidakpastian. Jika kita membuat suatu keputusan dalam kondisi yang berisiko, kita akan mengetahui probabilitas kemungkinan terjadinya risiko tersebut. Hal ini berbeda dengan kondisi ketidakpastian, karena pada kondisi tersebut, kita tidak dapat mengetahui probabilitasnya. Apabila kita mengetahui probabilitas kemungkinan terjadinya suatu kondisi, maka kita memiliki informasi lebih yang tersedia, sehingga dapat membuat keputusan yang lebih baik di dalam kondisi yang berisiko dibandingkan kondisi ketidakpastian. Hal inilah yang membedakan antara risiko dengan ketidakpastian Pengertian Menejemen Resiko Definisi Manajemen resiko dari berbagai literatur, antara lain : Manajemen risiko adalah pendekatan terstruktur untuk mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, yang terdiri dari aktivitas aktivitas penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengatasi risiko yang timbul, serta pengurangan risiko menggunakan sumber daya yang ada (American National Standard, 2004). Manajemen risiko proyek adalah proses yang sistematis dalam merencanakan, mengidentifikasi, menganalisis, merespon, dan mengontrol risiko proyek (Project Risk Management Handbook, 2003). Tujuan utama dari manajemen risiko ialah mengurangi risiko yang potensial dapat terjadi. Menurut American National Standard 2004, manajemen risiko terdiri dari lima tahap, yaitu : perencanaan untuk risiko, identifikasi risiko, analisa
13 21 risiko, tindak lanjut risiko, serta monitoring dan kontroling terhadap risiko. Dengan dilakukannya manajemen risiko, suatu organisasi dapat mengembangkan strategi untuk mengurangi probabilitas terjadinya kejadian yang berisiko serta dampak negatif yang ditimbulkannya Sejarah Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) FMEA (Failure Mode and Effects Analysis) pada awalnya dibuat oleh Aerospace Industry pada pertengahan tahun 1960-an spesifiknya fokus pada isu - isu keselamatan. Tidak lama kemudian, FMEA menjadi alat untuk meningkatkan keselamatan terutama dalam bidang kimia. Tujuannya adalah untuk mencegah kecelakaan dan insiden keamana yang sering terjadi. Sementara para insinyur memiliki proses selalu dianalisis dan analisis produk untuk potensi kegagalan, kemudian proses FMEA distandarisasi dengan pendekatan dan menetapkan bahasa umum yang dapat digunakan baik di dalam dan di antara perusahaan. Hal ini juga dapat digunakan oleh karyawan non-teknis serta teknis dari semua tingkatan. Industri otomotif mengadaptasi teknik FMEA untuk digunakan sebagai alat perbaikan kualitas (quality improvement tools). FMEA mulai digunakan oleh Ford pada tahun 1980-an, AIAG ( Automotive Industry Action Group ) dan Amaerican Society for Quality Control (ASQC) menetapkannya sebagai standar pada tahun Saat ini FMEA merupakan salah satu core tools dalam ISO/TS 16949:2002 ( Techical Specification for Automotive Industry ) dan banyak diadopsi oleh standarisasi ISO yang lain seperti ISO dibidang alat kesehatan.
14 Pengertian FMEA Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) adalah teknik engineering yang digunakan untuk menetapkan, mengidentifikasi, dan menghilangkan kegagalan yang diketahui dan/atau potensi kegagalan, problem, error, dari sistem design/proses/servis sebelum kegagalan tersebut sampai ke tangan pelanggan. (Process FEMA, For ISO 13485). FMEA digunakan untuk mengidentifikasi sumber sumber dan akar penyebab dari suatu masalah kualitas. Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam kecacatan/kegagalan dalam desain, kondisi diluar batas spesifikasi yangtelah ditetapkan, atau perubahan dalam produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk itu. FMEA dapat dilakukan dengan cara : 1. Mengenali dan mengevaluasi kegagalan potensi suatu produk dan efeknya. 2. Mengidentifikasi tindakan yang bisa menghilangkan atau mengurangi kesempatan dari kegagalan potensi terjadi. 3. Pencatatan proses. FMEA adalah aktifitas grup yang ditujukan untuk : Mengenali dan mengevaluasi potensi kegagalan pada produk/proses dan efeknya. Mengidentifikasi tindakan yang dapat dihilangkan atau mengurangi kemungkinan terjadinya potensi kegagalan.
15 23 Mendokumentasikan potensi kegagalan pada keseluruhan proses dengan tujuan sebagai alat transfer pengetahuan pada generasi berikutnya. Sedangan manfaat FMEA antara lain : Manfaat biaya dari FMEA akan muncul dengan semakin tajam kita mampu menemukan potensi kegagalan lebih awal. Jika kegagalan diidentifikasi lebih dini, maka biaya perubahan akan menjadi jauh lebih murah. Hemat waktu karena lebih tepat pada sasaran. Hal yang terpenting dalam FMEA adalah sebagai alat evaluasi resiko sebelum kejadian, artinya potensi kegagalan teridentifikasi sebelum proses kegagalan tersebut terlanjur menjadi bagian dari produk atau proses Jenis jenis FMEA Terdapat dua penggunaan FMEA, antara lain : 1. Design FMEA (DFMEA) DFMEA adalah suatu alat pencegahan untuk menidentifikasi potensi kegagalan pada hasil rancangan produk (hasil rancangan produk tidak dapat memenuhi persyaratan produk yang diharapkan). DFMEA harus dipersiapkan sebelum atau pada saat finalisasi konsep design, dan secara fundamental harus sudah selesai sebelum drawing produk diterbitkan untuk pembuatan tooling.
16 24 Contoh : pada design pembuatan tabung alat suntik (barrel) dan karet pressure (rubber plunger head), memiliki potensi kegagalan terjadinya kebocoran saat diameter dalam barrel maksimum diassembly dengan diameter plunger minimum.(kegagalan pada design pemberian toleransi ukuran assembly) DFMEA mendukung proses lain dalam mengurangi resiko kegagalan oleh : Dapat membantu mengevaluasi secara objektif dari desain, termasuk persyaratan fungsional dan desain alternative. Evaluasi inisial desain untuk manufaktur, perakitan, service dan siklus dari requirement. Tambahkan probalitas dari modus kegagalan potensial dari efek dari sistem selam proses pengembangan desain. Sediakan informasi tambahan untuk membantu rencana desain yang efisien, pengembangan dan validasi. Rancang ranking dari modus kegagalan potensial berdasarkan efek yang ditimbulkan pada konsumen. Sediakan untuk menyerap isu-isu, untuk rekomendasi dan risikonya untuk mengurangi aksi. Sediakan referensi untuk masa depan untuk membantu analisis, evaluasi perubahan desain dan pengembangan desain sudah final 2. Process FMEA (PFMEA)
17 25 PFMEA adalah suatu alat pencegahan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan pada proses produksi (proses produksi tidak dapat memenuhi tuntutan proses seperti yang diharapkan). PFMEA harus dipersiapkan sebelum atau pada tahap feasibility dan secara fundamental harus sudah selesai sebelum pembuatan tooling. Contoh : Proses printing indikator volume pada alat suntik dengan hasil yang diharapkan adalah hasil printing berada pada posisi yang benar. Kegagalan proses : hasil printing bergeser, efeknya volume aktual pada tabung tidak sesuai dengan indikator skala yang ditunjukan. PFMEA berguna untuk : Mengidentifikasi fungsi dari proses dan requirement, Mengidentifikasi potensial produk dan hubungan antara proses dengan modus kegagalan, Menaksirkan efek kegagalan potensial pada konsumen, Mengidentifikasi potensial dari proses produksi atau perakitan penyebab dan mengidentifikasi variable proses yang berfokus pada mengurangi tingkat occurrence atau deteksi dari kondisi gagal, Mengidentifikasi variable proses yang mana berfokus pada proses kontrol, Mengembangkan ranking dari modus kegagalan potensial yang didapat dari prioritas dari system untuk pencegahan pertimbangan aksi yang diambil,
18 26 Dokumentasi dari hasil proses produksi atau proses perakitan. Kondisi kapan FMEA harus dibuat, ketika : 1. Design baru, teknologi baru, atau proses baru. Lingkup dari FMEA ini adalah analisa potensi masalah pada keseluruhan design, teknologi, dan proses yang baru. 2. Modifikasi terhadap design atau proses produksi yang telah berjalan. Lingkup dari FMEA ini adalah modifikasi design atau proses analisa masalah yang mungkin terjadi setelah adanya modifikasi. 3. Penggunaan design yang telah ada pada lingkungan, lokasi, atau aplikasi baru. Lingkup dari FMEA ini adalah analisa potensi masalah yang mungkin terjadi sebagai dampak dari penggunaan produk atau proses produksi pada lingkungan, lokasi, atau aplikasi baru. Dalam penelitian ini, metode yang akan diterapkan adalah PFMEA karena sifatnya terbuka dan bukan rahasia perusahaan. Berbeda dengan DFMEA yang sifatnya rahasia mengenai design produk yang tidak bisa disebar luaskan Tujuan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) FMEA: Tujuan utama yang dapat dicapai oleh perusahaan dengan penerapan
19 27 1. Untuk mengidentifikasi mode kegagalan dan tingkat keparahan efeknya 2. Untuk mengidentifikasi karakteristik kritis dan karakteristik signifikan 3. Untuk mengurutkan pesanan desain potensial dan defisiensi proses 4. Untuk membantu fokus engineer dalam mengurangi perhatian terhadap produk dan proses, dan membantu mencegah timbulnya permasalahan Identifikasi Elemen elemen Proses FMEA (PFMEA) Elemen FMEA dibangun berdasarkan informasi yang mendukung analisa. Beberapa elemen FMEA adalah sebagai berikut : 1. Fungsi proses Merupakan deskripsi singkat mengenai proses pembuatan item dimana sistem akan dianalisa. 2. Moda kegagalan Merupakan suatu kemungkinan kecacatan terhadap setiap proses. 3. Efek potensial dari kegagalan Merupakan suatu efek dari bentuk kegagalan terhadap pelanggan. 4. Tingkat keparahan (Severity (S)) Penilaian keseriusan efek dari bentuk kegagalan potensial.
20 28 5. Penyebab Potensial (Potential Cause (s)) Adalah bagaimana kegagalan tersebut bisa terjadi. Dideskripsikan sebagai sesuatu yang dapat diperbaiki. 6. Kejadian (Occurrence (O)) Adalah sesering apa penyebab kegagalan spesifik dari suatu proyek tersebut terjadi. 7. Deteksi (Detection (D)) Merupakan penilaian dari kemungkinan alat tersebut dapat mendeteksi penyebab potensial terjadinya suatu bentuk kegagalan. 8. Nomor Pioritas Resiko (Risk Priority Number (RPN)) Merupakan angka prioritas resiko yang didapatkan dari perkalian Severity, Occurrence, dan Detection RPN = S * O * D 9. Tindakan yang direkomendasikan (Recommended Action) Setelah bentuk kegagalan diatur sesuai peringkat RPNnya, maka tindakan perbaukan harus segera dilakukan terhadap bentuk kegagalan dengan nilai RPN tertinggi Langkah langkah Dasar Pembuatan PFMEA Pembuatan FMEA sifatnya general, yaitu dibuat tidak secara berkelompok tetapi bersama sama dari beberapa divisi seperti design/engineering, quality, dan production. Tujuannya antara lain menetapkan ruang lingkup, mengumpulkan informasi dan pengalaman, menetapkan anggota tim, menyiapkan agenda dan
21 29 tahap tahap penting, identifikasi awal fungsi, kegagalan atau defect, dan potensi efeknya. Berikut adalah langkah langkah pembuatan PFMEA : 1. Tetapkan persyaratan produk dan kelemahan proses produksi berdasarkan pengalaman pada produk similar atau data dari produk kompetitor. 2. Buat proses produksi. Bukan merupakan detail proses tetapi hanya langkah langkah umumnya saja. 3. Tetapkan persyaratan proses pada setiap tahap proses produksi. Persyaratan proses adalah tujuan dari proses yang sedang dianalisa, dapat berupa karakteristik produk yang diharapkan pada proses sebelumnya atau yang diharapkan oleh user, dapat berupa persyaratan lingkungan atau persyaratan keselamatan. 4. Identifikasi potensi kegagalan pada proses. Merupakan gambaran ketidaksesuaian pada proses. Potensi kegagalan harus digambarkan dalam bentuk kegagalan yang spesifik tidak general. 5. Tetapkan efek dari potensi kegagalan terhadap customers/pengguna. Setiap efek yang mungkin ditimbulkan harus dipertimbangkan dan efek yang terburuk yang dipilih sebagai referensi. 6. Kalkulasi nilai severity Saverity adalah nilai yang terkait dengan seberapa serius efek dari kegagalan yang terjadi. Diasumsikan kegagalan yang terjadi lolos
22 30 dari pengecekan dan diterima oleh customers. Pengurangan nilai severity dapat berkurang jika dilakukan perbaikan dari design tehadap sistem atau melalui perancangan ulang proses. Menentukan tingkat keparahan efek dari suatu kegagalan (severity) dapat dilakukan dengan menentukan kriteria severity sendiri atau menggunakan kriteria menurut PFMEA Severity Evaluation Standard. Tabel 2.1. PFMEA Severity Evaluation Criteria (Standard) Untuk dapat memberikan nilai severity yang baik dan tepat, maka Tim FMEA harus memahami fungsi dan tujuan penggunaan
23 31 produk, akibat kegagalan yang diterima oleh customers, akibat kegagalan apakah membahayakan operator atau merusak mesin. 7. Analisa potensi penyebab dari kegagalan (item kritikal pada proses yang berdampak langsung pada kegagalan produk) 8. Kalkulasi nilai occurrence Occurrence adalah nilai munculnya penyebab kegagalan yang spesifik terjadi. Occurrence atau tingkat keseringan dapat dinilai berdasarkan frekuensi atau banyaknya masalah yang timbul. Tingkat occurrence dimulai dari angka 1 (tingkat kejadian rendah) hingga 10 (tingkat kejadian sering). Rating occurrence juga dapat ditentukan sendiri atau berdasarkan PFMEA Occurrence Evaluation Criteria Standard. Tabel 2.2. PFMEA Occurrence Evaluation Criteria (Standard)
24 32 9. Tulis sistem kontrol yang dilakukan (current process control) Current process control adalah gambaran sistem kontrol bisa berupa pencegahan terhadap potensi penyebab kegagalan dan mendeteksi potensi penyebab kegagalan. Penggunaan metode ini dapat berdampak pada pengurangan nilai occurrrence karena sistem pencegahan berarti menghilangkan penyebab kegagalan dan dapat mengarahkan pada tindakan perbaikan. 10. Klasifikasi nilai detection Detection adalah penilaian kemampuan sistem kontrol yang sekarang dilakukan dalam mendeteksi penyebab kegagalan dan potensi kegagalan. Nilai detection ranking tidak berdasarkan penilaian individu tetapi berdasarkan efektifitas dari sistem inspeksi. Sistem inspeksi manual, alat ukur, jig/gauge, atau secara visual dapat mempengaruhi nilai detection yang berbeda beda. Semakin kecil tingkat deteksi, maka semakin tinggi kemampuan metode deteksi untuk mendeteksi kegagalan. Apabila metode deteksi lebih dari satu, maka diberikan nilai deteksi terendah. Apabila nilai deteksi tidak dapat ditentukan, maka nilai deteksi yang digunakan adalah 10.
25 33 Tabel 2.3. PFMEA Detection Evaluation Criteria (Standard) 11. Kalkulasi total resiko (Risk Priority Number (RPN)) RPN menyatakan tingkat resiko dari suatu kegagalan. Angka RPN berkisar antara , semakin tinggi angka RPN maka semakin tinggi resiko suatu potensi kegagalan terhadap sistem, desain, proses maupun pelayanan. RPN = Severity(S) x Occurrence(O) x Detection(D)
26 Identifikasi usulan perbaikan untuk mengurangi nilai total resiko (RPN) Ketika nilai severity 9 atau 10, perlu ada perhatian khusus untuk dilakukan perbaikan. Tidak ada standard maksimal niai RPN yang harus ada tindakan perbaikannya, akan tetapi prioritas utama untuk pelaksanaan tindak perbaikan seharusnya diberikan kepada proses dengan nilai severity tinggi dan/atau nilai RPN tinggi
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijabarkan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. II.1 Sejarah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Didalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kualitas 1.1.1 Pengertian Kualitas Kualitas menurut Gaspersz (2001) memiliki dua definisi yaitu definisi konvensional dan definisi strategik. Kualitas yang menggambarkan karakteristik
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan konsumen yaitu kualitas produk yang digunakan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN PRODUK Produk merupakan sesuatu yang dapat dirasakan manfaatnya oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Perusahaan dituntut untuk menciptakan suatu produk yang sesuai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam menyelesaikan kajian risiko pada Proyek Pembangunan Transmisi Saluran udara tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Malingping Bayah ini terdapat beberapa langkah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas 2.1.1. Definisi Kualitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam blog yang ditulis oleh Rosianasfar (2013), kualitas berarti tingkat baik buruknya sesuatu, derajat
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami
Lebih terperinciBAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah FMEA (Falilure Mode and Effect Analysis) FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) pada awalnya dibuat oleh Aerospace Industry pada tahun 1960-an. FMEA mulai digunakan oleh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Dari topik yang akan penulis ambil untuk penelitian ini, penulis mencari beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan untuk dijadikan referensi. Diharapkan
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Six Sigma 2.1.1. Pengertian Six Sigma Six sigma terdiri dari dua kata yaitu Six yang berarti enam dan sigma yang berarti sebuah simbol atau lambang standar deviasi yang lebih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan
Lebih terperinciBAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS
FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan
Lebih terperinciBAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Produk cacat merupakan barang atau jasa yang dibuat dalam proses produksi namun memiliki kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Ekonomi dan Perdagangan di Indonesia mengalami perubahan peningkatan dan penurunan, khususnya pada industri pakaian jadi. Hal ini dapat dilihat dari Jumlah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) 2.1.1 Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Teknik engineering yang digunakan untuk menetapkan, mengidentifikasikan, dan menghilangkan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan terdiri dari empat langkah utama yaitu pengamatan awal, perumusan masalah, menentukan tujuan penelitan dan menentukan batasan masalah.
Lebih terperinciMetode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN
Metode Training ISO/TS 16949 Sentral Sistem TIDAK SEKEDAR MENJELASKAN APA ISI PERSYARATAN ISO/TS 16949 TAPI MENJELASKAN KONSEP/MAKSUD DARI TIAP PERSYARATAN ISO/TS 16949, HUBUNGAN ANTARA PERSYARATAN DENGAN
Lebih terperinciANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009
ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam Bab ini dikemukakan teori-teori dan penjelasan-penjelasan yang digunakan untuk pengolahan data dan proses analisa terhadap permasalahan yang dihadapi. 2.1. PENGERTIAN TQM/ MANAJEMEN
Lebih terperinciMANAJEMEN KUALITAS PROYEK
MANAJEMEN KUALITAS PROYEK 1. Manajemen Mutu Proyek Proyek Manajemen Mutu mencakup proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang dilakukan. Ini mencakup "semua aktivitas
Lebih terperinciPERANCANGAN PRODUK. Chapter 3. Gasal 2014
PERANCANGAN PRODUK Chapter 3 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 29/09/2014 Perancangan Produk -
Lebih terperinciQuality Management. D Rizal Riadi
Quality Management D Rizal Riadi Pengertian Quality is Compormance to Requirement (pemenuhan tingkat standar yang ditentukan oleh para konsumen terhadap suatu barang) Philip Crosby Quality is fitness for
Lebih terperinciMakalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas)
Makalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas) DENNY HARIANTO NIM : 1401026015123456798900- KELAS : XXXIII - D MATA KULIAH : MANAJEMEN OPERASIONAL MAGISTER MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN INTEPRETASI
56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI STUDI PENDAHULUAN STUDI PUSTAKA IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA Data Primer Data Sekunder PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Diagram Paretto Diagram Fishbone FMEA Merancang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Dyck dan Neubert, dalam buku Principles of Management (2011:7-9) management adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin,
Lebih terperinciPengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.
Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya
Lebih terperinciANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA
ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA Decky Antony Kifta Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina Batam Email:
Lebih terperinciDefinisi Taufiqur Rachman 1
Total Quality Management By: Taufiqur Rachman Definisi Salah satu ilmu yang berorientasi pada kualitas dan merancang ulang sistem organisasi dalam mencapai tujuannya adalah Total Quality Management (TQM)
Lebih terperinciMODEL ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS SPREADSHEET UNTUK ANALISIS RESIKO RANTAI PASOK BAHAN BAKU (Studi kasus PTEI)
MODEL ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS SPREADSHEET UNTUK ANALISIS RESIKO RANTAI PASOK BAHAN BAKU (Studi kasus PTEI) Sutrisna Hariyati, Ahmad Rusdiansyah Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analistis yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH
BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart
32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan
Lebih terperinciManajemen Produksi dan Operasi
Manajemen Produksi dan Operasi Dahulu Produk2 yang cacat (yang bisa menyebabkan kecelakaan, kerusakan dan pencemaran) tidak menjadi masalah utama, yang penting bisa memproduksi banyak. Sekarang. Sasaran
Lebih terperinciBAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Penyebab Kegagalan Produk Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) didapatkan hasil
Lebih terperinciBAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI
BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode
Lebih terperinciBAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,
Lebih terperinciUSULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aprili 2016 USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis /Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan topik yang sama dibandingkan dengan
Lebih terperinciKONSEP DASAR MUTU PELAYANAN
QUALITY ASSURANCE KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN Dalam Kamus Indonesia-Inggris kata mutu memiliki arti dalam bahasa Inggris quality artinya taraf atau tingkatan kebaikan; nilaian sesuatu. Jadi mutu berarti
Lebih terperinciFMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1
ISSN 1979-2409 FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 Iwan Setiawan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Kawasan Puspiptek, Serpong ABSTRAK FMEA SEBAGAI
Lebih terperinciMODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000
MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB V ANALISIS HASIL
49 BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Pembahasan Pengolahan data dilakukan berdasarkan record non-conformance/defective yang disusun dalam tabel potensi dan efek kegagalan sebagai berikut : Tabel 5.1 Potential
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data: Mula i Observasilapangan / studi awal Studipusta ka Identifikasi dan perumusan
Lebih terperinciMANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1
MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1 MATERI KULIAH Konsep Kualitas Perkembangan Pengendalian Mutu Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) Gugus Kendali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya kinerja perusahaan yang dapat diukur dari peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan yang ketat dewasa ini membawa banyak dampak positif maupun negatif bagi suatu perusahaan. Dampak positif dari persaingan tersebut adalah meningkatnya kinerja
Lebih terperinciANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA
ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA Faisal Waisul Kurni Rusmana 1), Syarif Hidayat. 2), 1),2) Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi,
Lebih terperinciQUALITY IS FIT FOR USE Retno Djohar Juliani *)
QUALITY IS FIT FOR USE Retno Djohar Juliani *) Abstrak Dalam perjalanan menuju TQM/ TOTAL QUALITY MANAGEMENT, hingga kini masih ada pihak-pihak yang mempertanyakan konsep tersebut dan bahkan menanggapinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini setiap perusahaan yang bergerak di bidang sejenis dihadapkan pada tingkat persaingan yang semakin ketat dengan perubahanperubahan yang
Lebih terperinciDWI PURNOMO FTIP - UNPAD
Manajemen Mutu Terpadu DWI PURNOMO FTIP - UNPAD Biaya dan Pangsa Pasar Hasil yang diperoleh dari Pasar Perbaikan reputasi Peningkatan volume Peningkatan harga Perbaikan Mutu Peningkatan Laba Biaya yang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya: mengenai kualitas sebagian besar produk buatan luar negeri
Lebih terperinciMANAJEMEN OPERASIONAL M. KURNIAWAN. DP BAB 3 MANAJEMEN KUALITAS
MANAJEMEN OPERASIONAL M. KURNIAWAN. DP BAB 3 MANAJEMEN KUALITAS DEFINISI KUALITAS Fitur dan karakteristik produk yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, cocok untuk digunakan Pengguna: Apa kata pelanggan
Lebih terperinciEMA503 - Manajemen Kualitas Materi #1 Genap 2104/2015. EMA503 - Manajemen Kualitas
Materi #1 EMA503 Manajemen Kualitas Detail Mata Kuliah 2 Kode EMA503 Nama Manajemen Kualitas Bobot 3 sks 6623 - Taufiqur Rachman 1 Pokok Bahasan 3 Pengantar & Definisi Mutu TQM QFD Budaya Mutu Biaya Mutu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat sekarang ini, perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang produksi peralatan medis menghadapi tantangan yang berat antara lain: regulasi/peraturan yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan disajikan kerangka toritis yang dipakai dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Landasan teori ini sangat penting sebagai acuan dasar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK CV. Kembar Jaya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengecoran dan menghasilkan berbagai jenis produk berbahan logam (jenis produk yang diproduksi sesuai dengan pesanan). Pengecoran
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya
Lebih terperinciPertemuan 12 STRATEGI KEPUASAN PELANGGAN
Pertemuan 12 STRATEGI KEPUASAN PELANGGAN I. KONSEP KEPUASAN PELANGGAN Ada beberapa pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan/ketidakpuasan pelanggan. Fandy Tjiptono (2000:24) 1. Day menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS
semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terika BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Riana (2008)
Lebih terperinciANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI
ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jurusan Teknik Industri Jl.
Lebih terperinciBAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,
BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,
Lebih terperinciPeranan Informasi Dalam Kualitas Produk Dan Jasa Layanan
Peranan Informasi Dalam Kualitas Produk Dan Jasa Layanan N. Tri Suswanto Saptadi 1 Tujuan Pembahasan Menunjukan dimensi kualitas produk dan jasa layanan. Menjelaskan mengenai manajemen kualitas, konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kemajuan suatu negara dapat ditinjau dari peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya kemajuan suatu negara dapat ditinjau dari peningkatan kemajuan industri. Seiring berjalannya era globalisasi dan kemajuan teknologi seperti saat ini,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga Mempengaruhi dunia
Lebih terperinciPEMAHAMAN MUTU. dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes
PEMAHAMAN MUTU dr. Zaenal Sugiyanto, M.Kes 1 Beberapa Definisi Profesional tentang mutu, antara lain : Mutu gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas (Quality) 2.1.1 Pengertian Kualitas Menurut D Arum (2012), dalam jurnal analisis pengaruh kualitas produk, Dalam membeli suatu produk konsumen selalu berharap agar barang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan
BAB II LANDASAN TEORI A. Biaya Kualitas 1. Pengertian Biaya Kualitas Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan tentang kualitas produk, manajemen perlu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas. Kualitas merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu produk menembus pasarnya, disamping faktor lain seperti harga dan pelayanan. Pengendalian kualitas
Lebih terperinciTOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PERTEMUAN # TAUFIQUR RACHMAN EBM503 MANAJEMEN KUALITAS
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PERTEMUAN #2 EBM503 MANAJEMEN KUALITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mampu menerapkan
Lebih terperinciBAB 3 LANDASAN TEORI
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Manajemen Risiko Beberapa definisi mengenai manajemen risiko dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Manajemen risiko merupakan suatu proses yang berfokus pada perencanaan (Risk
Lebih terperinciBAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun
34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Kualitas/Mutu Keberhasilan suatu proyek dapat diukur dengan penilaian atas biaya, mutu dan waktu. Kualitas menurut ISO 8402 adalah keseluruhan ciri dan karakteristik
Lebih terperinciPENGANTAR DAN DEFINISI MUTU
1 PENGANTAR DAN DEFINISI MUTU EMA503 Manajemen Kualitas Kontrak Perkuliahan 2 Kode Mata Kuliah : EMA-503 Nama Mata Kuliah : Manajemen Kualitas Kelas/Seksi : 01 & 10 Nama Dosen : Taufiqur Rachman E-mail
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis Persaingan di dunia usaha yang sangat ketat dewasa ini terjadi karena setiap perusahaan berupaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup
Lebih terperinciANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS
ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Oleh : AGUNG
Lebih terperinci#### Selamat Mengerjakan ####
Nomer : Inisial Nama : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Jawablah semua nomor dan
Lebih terperinciPENENTUAN PRIORITAS MODE KEGAGALAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK DENGAN ANOVA (STUDI KASUS: CV. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN)
PENENTUAN PRIORITAS MODE KEGAGALAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK DENGAN ANOVA (STUDI KASUS: CV. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN) Ida Nursanti 1*, Dimas Wisnu AJi 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciHANS PUTRA KELANA F
KAJIAN SISTEM MANAJEMEN TERPADU (ISO 9001:2000 DAN ISO 22000:2005) DI PERUSAHAAN GULA RAFINASI MELALUI MAGANG DI PERUSAHAAN JASA KONSULTASI, PREMYSIS CONSULTING, JAKARTA HANS PUTRA KELANA F24104051 2009
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Audit Internal Audit ini meliputi semua departemen. Coordinator audit/ketua tim audit ditentukan oleh Manajemen Representative dan kemudian ketua tim audit menunjuk tim
Lebih terperinci1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan perhatian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu tahap - tahap yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan suatu masalah yang akan dilakukan dalam melakukan suatu
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard
Lebih terperinciBAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pemborosan menjadi suatu hal yang hampir selalu terjadi di setiap perusahaan, baik perusahaan logistik, perusahaan manufaktur, perusahaan jasa, ataupun perusahaan
Lebih terperinci