IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum PT. X PT. X adalah salah satu perusahaan agribisnis sayuran yang berlokasi di Jakarta Pusat. PT. X berdiri pada tahun Visi PT. X yaitu menjadikan produk pertanian unggul di negeri sendiri dan bangga menjadi petani. Misi yang diemban PT. X yaitu menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat Indonesia pada bidang pertanian dengan menerapkan sistem pertanian modern. PT. X merupakan perusahaan yang bersifat kekeluargaan sehingga tujuan PT. X yaitu menyatukan keluarga, mencari keuntungan, dan memberikan pekerjaan kepada keluarga yang belum mendapatkan pekerjaan. Sebagian besar keluarga berlatar belakang pendidikan di bidang pertanian sehingga memudahkan untuk menyatukan keluarga dalam suatu perusahaan yang berlandaskan pertanian dan kekeluargaan. PT. X memiliki kebun seluas 12 hektar yang terletak di daerah Cianjur, Jawa Barat. Namun hanya 7 hektar yang benar-benar di gunakan untuk memproduksi sayuran. Luas kebun 5 hektar lainnya digunakan untuk mendirikan villa pendiri, rumah karyawan kebun yang telah memiliki keluarga dan berasal dari luar kota sebanyak 10 rumah, dan sekolah gratis setingkat menengah pertama dan menengah atas yang dikhususkan untuk anak-anak karyawan dan masyarakat di sekitar kebun. Pada awal berdirinya, PT. X hanya menanam sayuran di media tanah. Selanjutnya PT. X mengembangkan teknik budidaya hidroponik dan aeroponik agar menghasilkan produk-produk pertanian unggulan dan memproduksi sayuran khusus yang diperlukan oleh hotel-hotel berbintang yang jarang ditemukan di pasar tradisional seperti radicchio, kailan, horenzo, zukini, frizze, kyuri, lollorosa, romaine, dan herbs (mint, coriander, sweet basil, cvives fennel). PT. X memperoleh benih dari Jakarta, Belanda dan Malaysia. PT. X menggunakan irigasi tetes dan drainase untuk mengoptimalkan penggunaan air dan mengurangi erosi terhadap tanah. Saat ini PT. X melayani pengguna akhir, yaitu beberapa hotel berbintang,

2 29 restoran dan cafe eksklusif, dan perusahaan katering professional yang melayani penerbangan domestik dan luar negeri. Dalam memproduksi sayuran, pada tahun 2009 PT. X telah menerapkan SNI bidang pertanian. Standar yang diterapkan untuk pertanian yaitu Good Agriculture Practice (GAP) yang terdiri dari tata ruang kebun, manajemen usaha tani, dan standar produksi. Tata ruang kebun yang telah diterapkan PT. X meliputi kebun produksi, sarana produksi seperti gudang yang digunakan untuk penyimpanan pupuk, pestisida dan alat pertanian, packing house, penataan kebun, dan irigasi yang digunakan. Gambar berikut menggambarkan tata ruang kebun PT. X yang berada di Cianjur, Jawa Barat. Gambar 6. Tata ruang kebun PT. X PT. X membagi luas kebun produksi menjadi blok terbuka dan blok tertutup. Blok terbuka terdiri dari tiga blok dan tiap blok terbuka tersebut memiliki luas yang berbeda-beda. Blok A memiliki luas 1,8 hektar, blok B seluas 2,6 hektar, dan blok C seluas 1,4 hektar. Sayuran yang ditanam tiap blok berbeda-beda dan diawasi oleh seorang mandor atau supervisor. Selain mandor tiap blok, ada juga mandor yang menangani bagian panen, pasca panen, dan sarana. Tiap mandor bertugas mengawasi karyawan untuk bekerja sesuai standar agar kinerja karyawan optimal. Jenis sayuran yang ditanam tiap blok akan mengalami pertukaran tempat tanam jika adanya rotasi penanaman. Tabel 4 merinci jenis sayuran yang ditanam tiap blok.

3 30 Tabel 4. Jenis sayuran yang ditanam tiap blok Blok Blok Terbuka (outdoor) Blok Tertutup (indoor) Blok A Blok B Blok C Selada Keriting Brokoli Pokchoy Large Tomat Cherry Caisim Radicchio Pokchoy Baby Lollorosa Jenis Sayuran Buncis Kailan Zukini Romaine Bawang Daun Horenzo Frizze Herbs (Rosemary, Thymes) Brokoli Pokchoy Selada Keriting Labu Siam Bawang Daun Kyuri Herbs (Mint, Coriander, Sweet Basil, Cvives Fennel) Horenzo Dalam memenuhi standar produksi, PT. X memiliki standar sendiri dalam pengelolaan produksi. Untuk melihat tingkat keefisiensian waktu pengolahan lahan tiap blok oleh karyawan kebun, PT. X membuat laporan harian produksi blok terbuka dan tertutup. Laporan harian tersebut terdiri dari uraian pekerjaan, jenis tanaman, kecepatan kerja (jumlah karyawan, jumlah jam, dan hasil), aplikasi pupuk dan pestisida. Tiap mandor harus mencatat dan menyerahkan laporan harian produksi kepada kepala kebun. Data laporan tersebut akan dievaluasi tiap akhir bulan untuk melihat ketidakefisienan yang mungkin terjadi. Selain laporan harian, PT. X memiliki laporan mingguan untuk persemaian dan tanam benih langsung dan laporan mingguan proses bokhasi. Jenis sayuran yang dipasok ke pelanggan tidak semuanya dihasilkan di kebun. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, PT. X melakukan kerjasama dengan beberapa mitra baik mitra dari satu daerah yaitu di sekitar kebun maupun luar daerah seperti Bandung, Bali, dan Lombok. Jika cuaca tidak mendukung, produksi sayuran di kebun mengalami penurunan sehingga PT. X memenuhi permintaan pelanggan dari mitra yang biasanya masih satu daerah. Pada tahun 2009, PT. X melakukan kerjasama dengan

4 31 23 mitra baik mitra yang memasok sayuran dalam kuantitas besar maupun memasok dalam kuantitas yang kecil. 4.2 Sumber Daya Manusia Saat ini PT. X memiliki 93 karyawan yang ditempatkan di kantor dan di kebun. Karyawan-karyawan yang bekerja di PT. X memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari sekolah dasar (SD) sebesar 55,9 persen, sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 10,8 persen, sekolah menengah atas (SMA) sebesar 28 persen, diploma tiga (D3) sebesar 1 persen, dan strata satu (S1) sebesar 4,3 persen. Karyawan berlatar belakang pendidikan SD biasanya ditempatkan sebagai karyawan lapang dalam memproduksi sayuran di kebun. Sebagian besar karyawan lapang kebun berasal dari masyarakat setempat. Untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang pertanian khususnya dalam produksi sayuran, PT. X hanya memfasilitasi pelatihan yang diberikan kepada kepala kebun. Setelah itu, kepala kebun mengajarkan semua ilmu yang diperoleh saat pelatihan kepada karyawan kebun. Pelatihan yang diperoleh kepala kebun sesuai dengan pelatihan yang biasanya di berikan oleh Departemen Pertanian seperti pembuatan bokhasi. Pelatihan tersebut diharapkan dapat diterapkan di lapangan, baik kepala kebun maupun karyawan kebun dapat beradaptasi dan menerapkan ilmu tersebut. Tabel 5 merinci jumlah karyawan yang bekerja di kantor dan di kebun pada PT. X. Tabel 5. Jumlah karyawan pada PT. X Lokasi Kantor Kebun Total Laki-laki Perempuan Jumlah Struktur organisasi PT. X terdiri dari komisaris, direktur, manajer keuangan dan administrasi, dan kepala kebun yang membawahi beberapa supervisor. Struktur organisasi PT. X dapat dilihat pada gambar 7.

5 32 Gambar 7. Struktur Organisasi PT. X Tugas dan tanggung jawab masing-masing adalah sebagai berikut: 1. Komisaris bertanggung jawab untuk mewakili pemilik dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Komisaris memberikan persetujuan terhadap arah kebijakan jangka pendek dan jangka panjang. 2. Direktur bertanggung jawab untuk memimpin dan menjalankan perusahaan, merekrut dan memberhentikan karyawan, melakukan negosiasi dan instruksi pembiayaan, dan mewakili secara hukum dalam berbagai kegiatan kerjasama. 3. Manajer Keuangan dan Administrasi bertanggung jawab untuk mewakili Direktur dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keuangan jika Direktur berhalangan. Selain itu bertanggung jawab atas segala urusan keuangan dan administriasi perusahaan. 4. Kepala Kebun bertanggung jawab untuk mewakili tugas Direktur di kebun dan atas semua keperluan kebun dan karyawan kebun. 5. Staff Keuangan dan Administrasi bertanggung jawab untuk melakukan pencatatan keuangan dan administrasi dan menerima pesanan dari pelanggan. 6. Staff Pengiriman bertanggung jawab terhadap pengiriman sayuran ke pelanggan, penyortiran sayuran dan penagihan piutang.

6 33 7. Supervisor (mandor) Blok merupakan pimpinan pada blok bersangkutan. Supervisor bertugas dalam mengatur karyawan, membuat perencanaan tanam dan produksi, dan bertanggung jawab terhadap tanaman dan perawatan tanaman. 8. Supervisor (mandor) Sarana dan Prasarana bertanggung jawab atas sarana transportasi kebun, sarana irigasi dan drainase, dan perawatan green house beserta peralatannya. 9. Supervisor (mandor) Panen dan Pasca panen bertanggung jawab dalam menjaga kesesuaian antara pesanan pelanggan dan hasil panen dan bertanggung jawab atas kualitas panen. Hari kerja efektif karyawan kantor dan kebun mulai dari hari Senin hingga hari Sabtu. Jika ada pemesanan sayuran dari pelanggan pada hari Minggu dan hari libur, PT. X memberlakukan jam lembur. Karyawan yang bekerja lembur mendapatkan insentif sesuai yang ditetapkan PT. X. Jam kerja karyawan kantor terbagi dua yaitu jam kerja staff pengiriman dan jam kerja staff keuangan dan administrasi. Staff pengiriman mulai bekerja pada pukul WIB yang kegiatannya meliputi penyortiran sayuran, pengantaran sayuran, dan penangihan piutang, sedangkan staff keuangan dan administrasi mulai bekerja pukul WIB. Jam kerja karyawan kebun dimulai pukul WIB. Dalam meningkatkan kinerja dan motivasi karyawan dalam bekerja, PT. X memberikan bonus kepada karyawan yang memiliki loyalitas tinggi terhadap perusahaan. Besarnya bonus yang diberikan berdasarkan kinerja dan lamanya karyawan bekerja di perusahaan. Biasanya karyawan yang waktu kerjanya lebih lama memiliki kinerja yang lebih baik. Bonus yang diberikan berupa bonus harian dan bulanan. Jika karyawan yang mendapatkan bonus harian, maka tidak mendapatkan bonus bulanan. Hubungan baik antara pemilik perusahaan, karyawan, dan mitra perusahaan dibina melalui acara yang bersifat kekeluargaan seperti pengajian bersama, makan bersama saat tahun baru, dan acara-acara lainnya, yang dapat menciptakan adanya suatu ikatan kekeluargaan yang kuat. Selain itu, PT. X juga membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar kebun

7 34 seperti aktif sebagai donatur berbagai kegiatan yang diadakan oleh masyarakat setempat, donatur perbaikan jalan, dan donatur dalam pembangunan masjid setempat. 4.3 Sistem Distribusi PT. X Sayuran merupakan suatu produk yang tidak tahan lama, sehingga diperlukan sistem distribusi yang tepat dan efektif. Sistem distribusi langsung merupakan sistem distribusi yang tepat dalam mendistribusikan sayuran karena paling pendek dan sederhana untuk barang-barang konsumsi seperti sayuran. Dengan menggunakan distribusi yang pendek, sayuran yang dipasok ke pelanggan masih tetap segar. Sistem distribusi sayuran PT. X dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Sistem Distribusi Sayuran pada PT. X Tuntutan dari pelanggan yang mengharuskan sayuran sampai ke tangannya dalam batas maksimal pukul WIB mengharuskan PT. X memulai proses distribusi dari kebun pukul WIB. Sistem distribusi yang digunakan PT. X yaitu sistem distribusi langsung. Sebelum sampai ke tangan pelanggan, sayuran melalui beberapa proses distribusi yaitu: 1. Proses distribusi ke kebun. Proses ini berkaitan dengan sayuran yang dipasok mitra sekitar kebun di daerah Cianjur ke PT. X. Mitra tersebut mengantarkan sayuran yang dipesan PT. X ke kebun. 2. Proses distribusi ke kantor. Proses ini berkaitan dengan sayuran yang berasal dari kebun (sayuran yang dihasilkan di kebun dan sayuran yang dipasok oleh mitra sekitar kebun di daerah Cianjur) dan sayuran yang berasal dari mitra luar daerah seperti Bandung, Bali, dan Lombok. Sayuran yang berasal dari kebun didistribusikan oleh staff pengiriman dari kebun

8 35 ke kantor dengan menggunakan satu mobil box. Sedangkan sayuran yang berasal dari mitra luar daerah didistribusikan oleh mitra tersebut dengan menggunakan jasa kargo hingga sayuran sampai ke kantor. 3. Proses distribusi ke pelanggan. Proses ini berkaitan dengan sayuran yang siap untuk didistribusikan ke tiap pelanggan. Proses ini melibatkan seluruh staff pengiriman dan menggunakan lima mobil box dan satu motor. Setelah sayuran dipanen, tahap selanjutnya adalah tahap penyortiran awal terhadap sayuran sebelum layu. Sayuran dari mitra satu daerah biasanya sampai di kebun pada sore hari yaitu pukul WIB dan penyortiran sayuran tersebut dilakukan bersamaan dengan sayuran yang berasal dari kebun. Pada malam hari yaitu pukul WIB, proses pengemasan dilakukan menurut jenis sayuran dan kemudian dimuat ke mobil box. Saat pagi hari tepatnya pukul WIB, sayuran tersebut dibawa oleh seorang supir yang didampingi oleh seorang kernet menuju ke kantor yang berada di Jakarta Pusat dan membutuhkan waktu 1 jam 50 menit. Sayuran tersebut hanya dibawa oleh satu mobil box. Saat di kantor, sayuran disortir dan dikemas kembali sesuai pesanan masing-masing pelanggan yang dimulai pukul WIB. Penyortiran juga dilakukan pada sayuran yang berasal dari mitra luar daerah seperti Bandung, Bali, dan Lombok yang tiba di kantor pukul WIB. Setelah dikemas, tahap selanjutnya adalah pengecekan terhadap pesanan yang akan dikirim ke masing-masing pelanggan. Pengecekan tersebut meliputi jenis sayuran dan kuantitas yang dipesan tiap pelanggan. Biasanya tiap kendaraan melakukan distribusi sayuran ke pelanggan mulai pukul WIB. Setiap kendaraan memiliki jumlah tujuan pelanggan dan jalur distribusi yang berbeda-beda saat proses pendistribusian. Kendaraan yang dimiliki PT. X saat ini berjumlah satu motor dan lima mobil box dengan berbagai jenis yaitu jenis Isuzu ELF Box, Panther Box, dan EsPass Box. Saat pendistribusian sayuran ke pelanggan, setiap supir mobil box didampingi oleh seorang kernet yang bertugas membantu supir dalam proses pembongkaran sayuran saat tiba di lokasi pelanggan. Kuantitas sayuran yang dibawa oleh tiap kendaraan ke pelanggan disesuaikan dengan kapasitas masing-masing

9 36 kendaraan. Kapasitas tiap kendaraan berbeda-beda sesuai dengan jenis kendaraan. Mobil Isuzu ELF Box memiliki kapasitas sebesar kg, Panther Box memiliki kapasitas sebesar 470 kg, dan EsPass Box memiliki kapasitas sebesar 760 kg Mekanisme Pemenuhan Pesanan Pelanggan dan Pembayaran Sayuran oleh pelanggan Pemesanan sayuran oleh pelanggan dilakukan melalui telepon. Pelanggan bebas dalam melakukan pemesanan pada jenis sayuran dan kuantitas sayuran walaupun dalam jumlah yang sangat kecil karena PT. X tidak menetapkan batas minimal kuantitas pemesanan. PT. X masih melayani pelanggan yang memesan sayuran dengan kuantitas 0,05 kg. Biasanya sayuran yang dipesan pelanggan dengan kuantitas yang sangat kecil merupakan sayuran yang harganya sangat tinggi (mahal). PT. X menerima pesanan dari pelanggan mulai pukul WIB. Setelah batas pemesanan berakhir, staff yang menangani bagian pemesanan mengkomunikasikan jumlah pesanan kepada mandor bagian panen dan pasca panen yang ada di kebun. Mandor bagian panen dan pasca panen mengecek sayuran yang dipanen di kebun. Jika jenis sayuran hasil panen di kebun tidak mencukupi pesanan, maka mandor melakukan pemesanan kepada mitra sekitar kebun. Pemesanan juga dilakukan pada jenis sayuran yang tidak ditanam di kebun seperti paprika, ice berg, seledry stick, kol bulat, kembang kol, dan sawi putih. Pemesanan sayuran kepada mitra sekitar kebun di daerah Cianjur dan mitra luar daerah seperti Bandung, Bali, dan Lombok dilakukan melalui telepon. Pemesanan sayuran kepada mitra luar daerah dilakukan oleh staff bagian pemesanan, sedangkan pemesanan sayuran kepada mitra sekitar kebun dilakukan oleh mandor bagian panen dan pasca panen. Pemesanan biasanya dilakukan setelah semua data pesanan pelanggan selesai diinput oleh staff yang menangani. Diagram alir pemesanan sayuran oleh pelanggan dapat dilihat pada Gambar 9.

10 37 Gambar 9. Diagram Alir Pemenuhan Pesanan Pelanggan Sistem pembayaran yang ditetapkan oleh PT. X kepada pelanggan yaitu melalui giro. PT. X memberikan jangka waktu pembayaran selama dua minggu hingga satu bulan sejak hari penagihan. Hari penagihan biasanya dilakukan sejak dua minggu setelah menukar faktur. Pertukaran faktur dilakukan setelah invoice tiap pelanggan terkumpul selama satu bulan. Sebelum bukti terima ditandatangani oleh pelanggan, PT. X mengharuskan pelanggan untuk mengecek kembali pesanan yang diterima. Hal ini dilakukan supaya pelanggan melihat kualitas sayuran yang diantar. Jika kualitas sayuran tidak sesuai dengan pesanan, pelanggan berhak menolak pada beberapa jenis sayuran yang tidak memenuhi kualitas, sehingga PT. X dapat segera mengganti sayuran tersebut.

11 38 Sistem pembayaran yang dilakukan PT. X kepada mitra yaitu secara tunai dan sistem transfer. Pembayaran mitra di sekitar kebun biasanya dibayar secara tunai, sedangkan mitra luar daerah dibayar dengan sistem transfer. PT. X melakukan pembayaran kepada mitra setiap minggu tepatnya setiap hari Jumat. Diagram alir sistem pembayaran oleh pelanggan ke PT. X dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Diagram Alir Sistem Pembayaran oleh Pelanggan

12 Analisis Alokasi Distribusi Optimal PT. X Deskripsi Model Model transportasi digunakan untuk tujuan meminimumkan total biaya distribusi dari daerah produksi ke berbagai daerah tujuan dengan memperhatikan berbagai kendala yang ada. Kendala yang harus diperhatikan dalam pembuatan model yaitu: 1. Jumlah sayuran yang dikirim ke daerah tujuan (pelanggan) harus lebih kecil atau sama dengan jumlah sayuran yang tersedia di daerah sumber (PT. X). 2. Jumlah sayuran yang diterima oleh daerah tujuan harus lebih besar atau sama dengan jumlah permintaan sayuran di daerah tujuan. 3. Variabel-variabel harus non-negatif. Jumlah yang dikirim tidak mungkin negatif karena PT. X memiliki kapasitas produksi sayuran, sedangkan pelanggan membutuhkan sayuran. Biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X merupakan akumulasi dari biaya transportasi, biaya kargo, biaya tol, dan biaya parkir. Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan PT. X untuk mengangkut sayuran mulai dari kebun, kantor hingga ke pelanggan. Biaya kargo dikeluarkan untuk sayuran yang berasal dari mitra luar kota seperti Bandung, Bali, dan Lombok. Biaya tol dan parkir merupakan biaya yang dikeluarkan saat kendaraan menggunakan fasilitas jalan tol dan parkir di lokasi pelanggan. Biaya distribusi yang dikeluarkan tiap kendaraan berbeda-beda. Tabel 6 menjelaskan secara spesifik pendistribusian tiap kendaraan.

13 40 Tabel 6. Pendistribusian sayuran dan total biaya distribusi aktual per hari pada tiap kendaraan selama tahun 2009 Kendaraan Mobil 1 Jenis kendaraan Isuzu ELF Box Kapasitas Tiap kendaraan (kg/mobil) Kuantitas yang dibawa (kg/hari) Total Biaya Distribusi (Rp/hari) Jarak dari Kantor ke Pelanggan akhir (km/hari) , ,5 Mobil 2 Panther Box , ,5 Mobil 3 Espass Box , ,5 Mobil 4 Espass Box , Mobil 5 Isuzu ELF Box , ,5 Motor Supra Fit - 66, Total 967, Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mobil 1 memiliki total biaya distribusi per hari terbesar yaitu Rp Hal ini dikarenakan mobil 1 (satu) menggunakan fasilitas jalan tol saat mengantarkan sayuran ke pelanggan sehingga harus membayar biaya tol. Sedangkan mobil lainnya hanya membayar biaya parkir saat di lokasi pelanggan. Kendaraan motor memiliki total biaya distribusi per hari paling rendah yaitu Rp Kondisi ini dikarenakan tidak adanya biaya parkir dan penggunaan bahan bakar yang lebih kecil sebesar 34,44 persen daripada mobil sehingga biaya distribusi yang dikeluarkan motor lebih rendah. Jika dilihat dari kapasitas yang tersedia pada tiap mobil dan kuantitas sayuran per hari yang dibawa tiap mobil pada Tabel 6, terdapat adanya ketidakefisienan dalam penggunaan kapasitas tiap mobil tersebut. Pada mobil 1, kapasitas yang mampu di bawa oleh mobil yaitu sebesar kg atau 2,070 ton. Namun pada saat pendistribusian aktual sayuran per hari, mobil 1 hanya mendistribusikan sayuran sebesar 188,36 kg. Artinya, kapasitas yang tidak digunakan atau masih tersisa pada mobil 1 mencapai 1.881,64 kg. Jika kapasitas yang tersisa tersebut digunakan, PT. X

14 41 hanya menggunakan mobil 1 untuk mendistribusikan semua pesanan pelanggan. Total pesanan pelanggan per hari yang sebesar 967,86 kg dapat dipenuhi oleh mobil 1 yang memiliki kapasitas sebesar kg sehingga PT. X hanya membutuhkan 1 mobil dan seorang supir dalam proses distribusi ke semua pelanggan. Hal tersebut dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan PT. X seperti biaya distribusi, gaji karyawan pengiriman dan biaya dalam pembelian kendaraan untuk proses pendistribusian. Pada kenyataannya, PT. X tidak bisa menerapkan cara tersebut karena terdapat beberapa kendala yang mengharuskan perusahaan menggunakan beberapa mobil dan motor dalam proses pendistribusian. Kendala yang dihadapi oleh setiap supir yaitu kemacetan lalu lintas Jakarta dan antrian panjang dalam proses pembongkaran sayuran di lokasi pelanggan. Selain itu, hal yang menyebabkan inefisiensi dalam penggunaan kapasitas yang tersedia pada tiap mobil dan ketidakoptimalan dalam proses distribusi perusahaan yaitu tuntutan pelanggan yang mengharuskan sayuran sampai ke tangannya dalam batas maksimal pukul WIB. Hal tersebut mengharuskan setiap mobil box hanya bisa mengantarkan sayuran ke beberapa pelanggan. Dalam kondisi normal, mobil tersebut dapat mengantarkan ke lebih banyak pelanggan atau bahkan ke semua pelanggan. Disamping itu, lokasi pelanggan yang susah dilalui oleh mobil box mengharuskan pendistribusian sayuran menggunakan motor. Apabila menggunakan motor, kapasitas sayuran yang dibawa sangat terbatas yaitu sebesar 10 kg. Akibatnya, supir motor harus bolak-balik dari kantor ke pelanggan. Kendaraan motor juga digunakan saat adanya tambahan permintaan sayuran dan menggantikan sayuran yang ditolak dari pelanggan. Hal inilah yang menyebabkan biaya distribusi yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar.

15 42 PT. X memenuhi permintaan pelanggan sesuai dengan pesanan pelanggan. Namun dalam kenyataannya, total sayuran yang dipasok PT. X per hari selama tahun 2009 melebihi dari permintaan pelanggan. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya ukuran sayuran yang benarbenar sesuai dengan berat yang dipesan. Keadaan ini menyebabkan adanya persoalan transportasi yang tidak seimbang (unbalanced transportation model) dalam pendistribusian sayuran dari PT. X ke pelanggan. Untuk menyeimbangkan antara jumlah permintaan dan jumlah penawaran perlu penambahan faktor dummy untuk menyerap kelebihan tersebut. Matriks alokasi distribusi dan biaya distribusi aktual dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Tabel Transportasi Sayuran pada PT. X Daerah Sumber Kebun Daerah Tujuan Dummy Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp ,54 162,63 169,53 169,37 202,17 66,43 10,19 Total Penawaran (kg) 967,86 Total Permintaan (kg) 187,54 162,63 169,53 169,37 202,17 66,43 10,19 967,86 Formulasi model matematis yang dapat dirumuskan berdasarkan tabel transportasi yaitu: Variabel keputusan (dalam kg): X 11 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok 1 X 12 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok 2 X 13 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok 3 X 14 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok 4 X 15 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok 5 X 16 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok 6 X 17 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok Dummy Fungsi tujuan: MIN Z = 823X X X X X X 16

16 43 Fungsi kendala: X 11 + X 12 + X 13 + X 14 + X 15 + X 16 + X ,86 X ,54 X ,63 X ,53 X ,37 X ,17 X 16 66,43 X 17 10,19 X 11, X 12, X 13, X 14, X 15, X 16, X Analisis Primal Analisis primal memberikan gambaran mengenai jumlah alokasi distribusi optimal setelah dilakukan perhitungan minimalisasi biaya distribusi. Pada analisis primal dihasilkan keluaran variable, value dan reduced cost. Nilai optimal dan reduced cost masingmasing variabel dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis primal terhadap biaya distribusi per hari Variabel Daerah Tujuan Kelompok Reduced Cost Kondisi Optimal (kg/hari) Kondisi Aktual (kg/hari) Penyimpangan (kg/hari) X ,54 188,36 0,82 X ,63 164,37 1,74 X ,53 170,87 1,34 X ,37 171,27 1,90 X ,17 206,01 3,84 X ,43 66,98 0,55 X 17 Dummy 0 10, Total 978,05 967,86 10,19 Hasil analisis primal pada Tabel 8 menunjukkan bahwa alokasi distribusi optimal sayuran ke tiap kelompok pelanggan berbeda dengan alokasi distribusi aktual PT. X. Total penyimpangan per hari yang terjadi sebesar 10,19 kg. Penyimpangan tersebut mencapai 3.201,03 kg jika dihitung selama tahun Penyimpangan tersebut dikarenakan tidak tersedianya ukuran sayuran yang benar-benar sesuai dengan berat yang dipesan. Contohnya paprika, pelanggan memesan

17 44 3 kg paprika, namun PT. X tidak bisa memenuhi permintaan tersebut tepat pada 3 kg, karena jika ditimbang beberapa buah paprika total beratnya tidak ada yang tepat 3 kg, begitu juga dengan sayuran lainnya. Kelebihan tersebut menjadi kerugian PT. X karena pelanggan hanya membayar sesuai jumlah sayuran yang dipesannya. Tiap kelompok mempunyai penyimpangan dalam alokasi distribusinya. Penyimpangan terbesar terjadi pada kelompok 5, hal ini terjadi karena kuantitas sayuran yang dialokasikan pada kelompok 5 merupakan kuantitas yang paling besar saat distribusi sayuran dilakukan yaitu 206,01 kg. Penyimpangan yang terendah terdapat pada kelompok 6. Hal ini disebabkan karena kuantitas sayuran yang dialokasikan pada kelompok 6 merupakan kuantitas terkecil saat pendistribusian sayuran yaitu sebesar 66,98 kg. Namun, jika dilihat dari nilai reduced cost pada Tabel 8, tiap kelompok memiliki nilai nol. Nilai nol tersebut menunjukkan bahwa perubahan pada nilai variabel tidak merubah nilai pada fungsi tujuan (total biaya distribusi). Jumlah alokasi distribusi yang dilakukan oleh PT. X tidak mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Artinya, walaupun adanya penyimpangan pada alokasi distribusi, biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X masih dalam batas optimal Analisis Dual Analisis dual menggambarkan adanya perbaikan pada nilai fungsi tujuan karena naiknya ketersediaan sumber daya (sayuran) yang dimiliki sebesar 1 unit. Nilai slack atau surplus menunjukkan penggunaan terhadap sumber daya yang dimiliki. Jika nilai slack atau surplus sama dengan nol, maka dapat dikatakan sumber daya yang ada habis terpakai. Sebaliknya jika nilai slack atau surplus bernilai positif, maka adanya kelebihan dalam jumlah sumber daya (sayuran). Nilai dual price menunjukkan besarnya perubahan biaya distribusi yang akan diberikan jika ketersediaan sumber daya ditambah sebesar satu satuan. Analisis dual dapat dilihat pada Tabel 9.

18 45 Tabel 9. Analisis dual terhadap volume distribusi sayuran per hari (dalam rupiah) Kendala Supply dan Demand Slack or Surplus Dual Prices Kebun 0 0 Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Dummy 0 0 Dari Tabel 9 terlihat bahwa kendala 1 memiliki nilai slack atau surplus dan nilai dual price sama dengan nol. Artinya, sayuran yang tersedia di kebun habis terpakai dan jika sayuran di kebun ditambah 1 kg, maka biaya distribusi yang dikeluarkan tidak mengalami pengurangan. Pada kendala 2 hingga 7 yaitu kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4, kelompok 5, dan kelompok 6, memiliki nilai slack atau surplus sama dengan nol. Hal tersebut menunjukan seluruh sayuran yang tersedia pada tiap kelompok habis terpakai. Pada kelompok 1, jika ada penambahan permintaan terhadap sayuran sebesar 1 kg, maka biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X akan bertambah sebesar Rp 823. Begitu juga dengan kelompok 2 hingga 6. Jika ada penambahan permintaan sayuran pada kelompok 2 hingga 6 sebesar 1 kg, maka biaya distribusi yang dikeluarkan oleh PT. X secara berurutan akan bertambah sebesar Rp. 503, Rp. 401, Rp. 372, Rp. 355, dan Rp Jika dilihat dari nilai dual price, kelompok 1 memiliki nilai yang terbesar yaitu Rp Hal ini terjadi karena total biaya distribusi aktual per hari yang dikeluarkan PT. X untuk kelompok 1 merupakan biaya distribusi yang paling besar yaitu Rp sehingga jika kelompok 1 melakukan penambahan permintaan terhadap sayuran sebesar 1 kg per hari, maka biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X akan bertambah lebih besar dari kelompok lainnya yaitu sebesar Rp. 823.

19 46 Pada dummy, nilai slack atau surplus dan nilai dual price memiliki nilai nol. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya sayuran yang tersisa dan tidak adanya perubahan pada biaya distribusi yang dikeluarkan oleh PT. X jika adanya penambahan permintaan sayuran sebesar 1 kg. Keberadaan pelanggan dummy ini sebenarnya tidak nyata, namun berfungsi untuk menyeimbangkan antara total permintaan dan total penawaran Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas menggambarkan selang kepekaan apabila terjadi perubahan pada kondisi optimum. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan terhadap nilai koefisien fungsi tujuan (biaya distribusi) maupun perubahan kenaikan atau penurunan pada nilai ruas kanan suatu kendala (penawaran dan permintaan) Analisis Sensitivitas Biaya Distribusi Analisis sensitivitas pada biaya distribusi menjelaskan interval perubahan nilai koefisien fungsi tujuan yang tidak mengubah nilai optimal variabel keputusan. Besarnya perubahan nilai koefisien fungsi tujuan ditunjukkan pada bagian allowable increase dan allowable decrease. Allowable increase menunjukkan batas maksimum kenaikan terhadap nilai koefisien tujuan agar nilai optimum variabel keputusan tidak berubah. Allowable decrease menunjukkan batas minimum penurunan terhadap nilai koefisien tujuan agar nilai optimum variabel keputusan tidak berubah. Tabel 10 mengkaji analisis sensitivitas terhadap biaya distribusi per kg tiap kelompok pelanggan.

20 47 Tabel 10. Analisis sensitivitas terhadap biaya distribusi/kg tiap kelompok pelanggan per hari (dalam rupiah) Variabel Daerah Tujuan Kelompok Koefisien Allowable Increase Allowable Decrease X INFINITY 823 X INFINITY 503 X INFINITY 401 X INFINITY 372 X INFINITY 355 X INFINITY 492 X 17 Dummy 0 INFINITY 0 Pada Tabel 10 terlihat batasan-batasan yang diizinkan ditiap daerah tujuan. Pada variabel X 11 yaitu kelompok 1 memiliki nilai allowable increase tak terbatas (infinity) dan nilai allowable decrease sebesar Rp Artinya apabila biaya distribusi yang dikeluarkan pada kelompok 1 meningkat sebesar tak terhingga atau turun sebesar Rp. 823, maka nilai variabel keputusan tidak mengalami perubahan. Peningkatan tak terbatas tersebut menunjukkan tidak adanya permasalahan terhadap alokasi distribusi optimal jika berapapun besar peningkatan biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X. Pada kelompok 2, nilai allowable increase sebesar infinity dan nilai allowable decrease sebesar Rp Artinya, peningkatan biaya distribusi pada kelompok 2 tidak memiliki batasan, sedangkan batas minimum penurunan biaya distribusi yang diperbolehkan sebesar Rp Jika biaya penurunan biaya distribusi melebihi batas minimun tersebut, maka kondisi optimal akan mengalami perubahan. Nilai allowable increase dan nilai allowable decrease untuk kelompok 3 berturut-turut yaitu sebesar infinity dan Rp Jika PT. X mengeluarkan biaya distribusi untuk kelompok 3 sebesar Rp. 0, maka alokasi distribusi optimal tidak akan berubah. Kenaikan biaya distribusi pada

21 48 kelompok ini tidak menjadi masalah karena tidak ada batasan dalam kenaikan tersebut. Pada kelompok 4, nilai allowable increase sebesar infinity. Hal tersebut menunjukkan tidak ada batasan dalam hal kenaikan biaya distribusi. Sedangkan nilai allowable decrease pada kelompok 4 sebesar Rp Nilai tersebut menunjukkan batas minimum penurunan biaya distribusi yang diperbolehkan agar nilai variabel keputusan tidak mengalami perubahan. Untuk mempertahankan agar alokasi distribusi optimal tidak berubah, maka kelompok 5 harus memiliki batas minimal penurunan biaya distribusi sebesar Rp Sedangkan untuk batas maksimal kenaikannya, kelompok 5 tidak memiliki batasan. Pada kelompok 6, batas minimum penurunan biaya distribusi yang diperbolehkan hanya sebesar Rp Jika dilihat dari nilai allowable increase, kelompok 6 memiliki nilai yang sama dengan kelompok lainnya yaitu sebesar infinity Analisis Sensitivitas Kendala Penawaran dan Permintaan Analisis sensitivitas pada kendala penawaran dan permintaan menunjukkan perubahan nilai ruas kanan yang dapat diperbolehkan agar nilai dual price pada kendala tersebut tidak mengalami perubahan. Interval perubahan nilai ruas kanan kendala yang menunjukkan batas maksimum terdapat pada kolom allowable increase dan batas miminum yang ditunjukkan pada kolom allowable decrease. Kolomkolom tersebut menunjukkan batasan yang diperbolehkan. Tabel 11 menjelaskan secara rinci hasil dari analisis sensitivitas terhadap kendala penawaran dan permintaan.

22 49 Tabel 11. Analisis sensitivitas terhadap kendala penawaran dan permintaan per hari (dalam kg) Kendala Supply dan Demand Right Hand Side Allowable Increase Allowable Decrease Kebun 967,86 INFINITY 0 Kelompok 1 187, ,54 Kelompok 2 162, ,63 Kelompok 3 169, ,53 Kelompok 4 169, ,37 Kelompok 5 202, ,17 Kelompok 6 66, ,43 Dummy 10, ,19 Dari Tabel 11 menunjukkan bahwa pada kendala penawaran memiliki nilai allowable increase tak terbatas (infinity) dan nilai allowable decrease sama dengan nol. Artinya jika penawaran sayuran meningkat sebesar tak terbatas dan menurun sebesar 0 kg atau tidak mengalami penurunan, maka nilai dual price (nilai solusi optimal) tidak akan berubah. Peningkatan tak terbatas tersebut menunjukkan tidak adanya permasalahan terhadap nilai dual price jika berapapun besar peningkatan jumlah penawaran oleh PT. X. Pada kendala permintaan, kelompok 1 memiliki nilai allowable increase dan allowable decrease berturut-turut sebesar 0 kg dan 187,54 kg. Artinya, biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X akan meningkat jika adanya peningkatan dalam permintaan sayuran pada kelompok 1, sedangkan penurunan permintaan terhadap sayuran hanya diizinkan menurun sebesar 187,54 kg. Jika melebihi batas penurunan tersebut, maka biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X akan mengalami peningkatan. Pada kelompok 2, nilai allowable increase sebesar 0 kg dan nilai allowable decrease sebesar 162,63 kg. Hal ini menunjukkan batas maksimal peningkatan terhadap sayuran dan batas minimum penurunan terhadap sayuran berturutturut yang tidak mengubah nilai solusi optimal yaitu sebesar

23 50 0 kg dan 162,63 kg. Nilai allowable increase dan nilai allowable decrease pada kelompok 3 yaitu sebesar 0 kg dan 169,53 kg. Jika alokasi distribusi optimal pada kelompok 3 tidak mengalami peningkatan dan menurun menjadi 0 kg, maka nilai solusi optimal tidak akan mengalami perubahan. Untuk mempertahankan agar nilai solusi optimal tidak mengalami perubahan, maka peningkatan dan penurunan permintaan terhadap sayuran pada kelompok 4 hanya diperbolehkan secara berturut-turut sebesar 0 kg dan 169,37 kg. Kelompok 5 merupakan kelompok yang memiliki nilai allowable decrease terbesar dengan nilai sebesar 202,17 kg, sedangkan kelompok 6 merupakan kelompok yang memiliki nilai allowable decrease paling kecil yaitu sebesar 66,43 kg. Hal ini dikarenakan total alokasi distribusi aktual pada kelompok 5 merupakan alokasi terbesar yaitu sebesar 206,01 kg, sedangkan total alokasi distribusi aktual pada kelompok 6 merupakan alokasi distribusi paling kecil diantara kelompok lainnya yaitu sebesar 66,98 kg. Jika dilihat dari nilai allowable increase, biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X akan mengalami peningkatan jika kelompok 5 dan kelompok 6 meningkatkan permintaannya terhadap sayuran. 4.5 Implikasi Manajerial Penelitian ini mengkaji optimalisasi distribusi sayuran yang dapat meminimalisasi biaya distribusi yang dikeluarkan oleh PT. X. Dengan diketahuinya alokasi distribusi optimal dari analisis primal, maka PT. X dapat mengetahui penyimpangan yang terjadi selama tahun 2009 dengan cara membandingkan alokasi distribusi optimal dengan alokasi distribusi aktual PT. X. Berdasarkan hal tersebut, optimalisasi distribusi sayuran berimplikasi terhadap manajemen fungsional lainnya pada PT. X. Dalam hal ini, optimalisasi distribusi sayuran merupakan bagian dari manajemen

24 51 produksi dan operasi. Implikasinya terhadap manajemen keuangan dan akuntansi, manajemen pemasaran, dan manajemen sumber daya manusia. Implikasi manajerial dalam optimalisasi distribusi sayuran dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Produksi dan operasi a. Mengalokasikan sayuran yang dipasok kepada tiap pelanggan secara optimal. b. Mempercepat proses distribusi sayuran dari kebun. c. Mempercepat proses penyortiran, pengemasan, pengecekan dan pemuatan ke tiap mobil box saat di kantor. d. Mempertahankan jalur distribusi tiap kendaraan saat ini untuk waktu kedepan. 2. Keuangan dan akuntansi a. Menambah anggaran pengeluaran yang dialokasikan untuk penambahan kendaraan khususnya motor yang digunakan untuk mendistribusikan sayuran yang lokasinya susah dilalui oleh mobil box. b. Pembuatan perjanjian khusus yang terkait dengan kelebihan pasokan sayuran ke tiap pelanggan. 3. Pemasaran Mengantisipasi adanya permintaan yang meningkat. Jika PT. X menyetujui peningkatan permitaan yang dilakukukan oleh tiap kelompok pelanggan, maka PT. X akan mengeluarkan biaya distribusi yang lebih besar dari sebelumnya. 4. Sumber daya manusia a. Perekrutan staff pengiriman khususnya staff yang akan ditempatkan pada pendistribusian sayuran ke pelanggan yang lokasinya susah dilalui oleh mobil box. b. Peningkatan kinerja staff pengiriman saat melakukan proses penyortiran, pengemasan, pengecekan dan pemuatan ke tiap mobil box.

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 20 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan produksi yang optimal akan sia-sia jika distribusi yang diterapkan suatu perusahaan tidak tepat dan efektif. Hal tersebut dapat menimbulkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sub Terminal Agribisnis (STA) Rancamaya yang berlokasi di Jl. Raya Rancamaya Rt 01/01, Kampung Rancamaya Kidul, Desa Rancamaya,

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Perumusan Fungsi Tujuan Berdasarkan metode penelitian, perumusan model program linear didahului dengan penentuan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan kendala. Fungsi tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN PADA PT. X. Oleh HANDAYANI H

KAJIAN OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN PADA PT. X. Oleh HANDAYANI H KAJIAN OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN PADA PT. X Oleh HANDAYANI H24060840 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN Handayani. H24060840. Kajian Optimalisasi

Lebih terperinci

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL

VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL 7.1 Keputusan Produksi Aktual Keputusan produksi aktual adalah keputusan produksi yang sudah terjadi di P4S Nusa Indah. Produksi aktual di P4S Nusa Indah pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Marbella Bakery merupakan salah satu produsen roti di Jakarta Timur khususnya di sekitar kelurahan Pekayon. Usaha ini didirikan oleh Bapak J. Hoeru

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan, Letak Geografis, dan Keadaan Iklim

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan, Letak Geografis, dan Keadaan Iklim 12 KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan, Letak Geografis, dan Keadaan Iklim PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis khususnya budidaya sayuran hidroponik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina PTPN IV Medan, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Distribusi merupakan proses pemindahan barang-barang dari tempat produksi ke berbagai tempat atau daerah yang membutuhkan. Kotler (2005) mendefinisikan bahwa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) yang berlokasi di Jalan KH Abdul Hamid Km 3, Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut: BAB V PENUTUP Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut: 5.1. Simpulan 5.1.1. Hasil analisis menunjukkan bahwa dapat didentifikasi

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA PENELITIAN OPTIMASI PENGADAAN SAYURAN ORGANIK. : Optimasi Pengadaan Sayuran Organik

PANDUAN WAWANCARA PENELITIAN OPTIMASI PENGADAAN SAYURAN ORGANIK. : Optimasi Pengadaan Sayuran Organik LAMPIRAN 98 99 Lampiran 1. Panduan Wawancara PANDUAN WAWANCARA PENELITIAN OPTIMASI PENGADAAN SAYURAN ORGANIK Nama Mahasiswa : Prestilia Ningrum NPM : 150310080098 Jurusan Hal Sumber Informasi : Agribisnis

Lebih terperinci

2. Metode MODI (Modified Distribution) / Faktor Pengali (Multiplier)

2. Metode MODI (Modified Distribution) / Faktor Pengali (Multiplier) 2. Metode MODI (Modified Distribution) / Faktor Pengali (Multiplier) Metode MODI disebut juga metode Faktor Pengali atau Multiplier. Cara iterasinya sama seperti Metode Batu Loncatan. Perbedaan utama terjadi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Organisasi PT PANCAYASA PRIMATANGGUH berdiri pada awal tahun 1990 oleh Budi Arifandi, Yohanes Kaliman dan Soegiarto Simon. PT PANCAYASA

Lebih terperinci

Dualitas Dalam Model Linear Programing

Dualitas Dalam Model Linear Programing Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c Dualitas Dalam Model Linear Programing Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi KONSEP

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING VII ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING 7.1. Penentuan Model Linear Programming Produksi Tempe Dampak kenaikan harga kedelai pada pengrajin tempe skala kecil, menengah, dan besar dianalisis dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan CV. Srikandi Jaya Makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang general supplier yang men-supply sayur-mayur. Perusahaan ini berdiri pada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Tentang Perusahaan Berikut ini adalah informasi tentang perusahaan dan sistem yang berjalan di dalamnya : 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. XYZ adalah sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan jarak

BAB III PEMBAHASAN. kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan jarak BAB III PEMBAHASAN A. Perencanaan Menu Diet Diabetes Mellitus Diet DM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta diberikan dengan cara tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan antara/kudapan (snack) dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) Menurut Sri Mulyono (1999), Program Linier (LP) merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang langka untuk mencapai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura memegang peran penting dan strategis karena perannya sebagai komponen utama pada pola pangan harapan. Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM

VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM VI. ANALISIS OPTIMALISASI PRODUKSI BENIH IKAN HIAS AIR TAWAR PADA TAUFAN S FISH FARM 6.1 Perumusan Model Untuk merumuskan model interger programming, tahap awal yang dilakukan adalah merumuskan fungsi

Lebih terperinci

Dualitas Dalam Model Linear Programing

Dualitas Dalam Model Linear Programing Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c Dualitas Dalam Model Linear Programing Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi KONSEP

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat literatur dan melakukan studi kepustakaan untuk mengkaji dan menelaah berbagai buku, jurnal, karyai lmiah, laporan dan berbagai

Lebih terperinci

BAB 3 Objek Penelitian

BAB 3 Objek Penelitian BAB 3 Objek Penelitian 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Harian Indonesia, pertama kali terbit pada tanggal 12 September 1966, dikelola oleh Yayasan Indonesia Pers (YIP). Pada tahun 2000, pengelolaan, Harian

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek penelitian Objek penelitian yang akan diteliti adalah penerapan pengakuan pendapatan kontrak dengan menggunakan metode persentase penyelesaian berdasarkan pendekatan fisik

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Optimalisasi Distribusi Sistem distribusi adalah cara yang ditempuh atau digunakan untuk menyalurkan barang dan jasa dari produsen

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Parung Farm Letak Geografis dan Iklim

PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Parung Farm Letak Geografis dan Iklim 19 PROFIL PERUSAHAAN Sejarah Parung Farm Parung Farm merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang agribisnis sayuran. Parung Farm mengawali usaha pada November 1998 dengan melakukan pelatihan budidaya

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. PUTRATUNGGAL ANEKA

BAB 3 ANALISIS ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. PUTRATUNGGAL ANEKA BAB 3 ANALISIS ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. PUTRATUNGGAL ANEKA 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. PUTRATUNGGAL ANEKA didirikan di Jakarta berdasarkan akta notaris

Lebih terperinci

PERSOALAN TRANSPORTASI

PERSOALAN TRANSPORTASI PERSOALAN TRANSPORTASI 1 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 2 Permintaan sama dengan penawaran Sesuai dengan namanya, persoalan transportasi pertama kali diformulasikan sebagai suatu prosedur khusus

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pengumpulan Data

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pengumpulan Data BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan selama 1 bulan, terhitung mulai tanggal 28 Mei 2013 sampai 28 Juni 2013, sesuai dengan izin yang diberikan oleh Kepala Cabang PT. Mega

Lebih terperinci

Perencanaan Agregat. Dosen : Somadi, SE., MM., MT

Perencanaan Agregat. Dosen : Somadi, SE., MM., MT Perencanaan Agregat Dosen : Somadi, SE., MM., MT Definisi dan Fungsi Perencanaan agregat atau penjadwalan agregat adalah sebuah pendekatan untuk menentukan kuantitas dan waktu pada jangka menengah (biasanya

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM. perusahaan serta akibat yang ditimbulkan masalah tersebut. dimana masih berstatus sewaan dari orang lain.

BAB 3 ANALISIS SISTEM. perusahaan serta akibat yang ditimbulkan masalah tersebut. dimana masih berstatus sewaan dari orang lain. BAB 3 ANALISIS SISTEM 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Dalam sub bab ini membahas mengenai situasi perusahaan dan sistem yang sedang berjalan, deskripsi masalah yang dihadapi perusahaan serta akibat yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Organisasi PT Garuda Jaya Sumbar Indah (PT. GJSI) merupakan perusahaan keluarga yang berdiri sejak tahun 1985. PT Garuda Jaya Sumbar Indah bergerak dalam

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Profil Perusahaan PT. Muncul Anugerah Sakti merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2004 yang merupakan anak

Lebih terperinci

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 107 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 17. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 108 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan pada saat magang meliputi kegiatan budidaya sayuran aeroponik dan DFT serta kegiatan pemasaran. Kegiatan budidaya tanaman sayuran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. menempati lahan seluas 200 meter persegi. Diantaranya jasa yang dilayani sendiri adalah

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. menempati lahan seluas 200 meter persegi. Diantaranya jasa yang dilayani sendiri adalah BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Valindo Global didirikan pada Juni 2010 yang berkedudukan di BSD City, menempati lahan seluas 200 meter persegi. Diantaranya jasa yang dilayani

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengalaman dalam usahatani.

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengalaman dalam usahatani. BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan data primer yang diperoleh dari 84 orang petani sampel, maka dapat dikemukakan karakteristik petani sampel, khususnya

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MERCU BUANA PROGRAM PASKA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS MERCU BUANA PROGRAM PASKA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS MERCU BUANA PROGRAM PASKA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN N a m a : Suminadhono NIM : 55108110181 Mata Kuliah/SKS : Manajemen Operasi / 3 SKS 1. Jaringan toko serba ada The Biggs menyewa

Lebih terperinci

Analisis Sensitifitas DALAM LINEAR PROGRAMING

Analisis Sensitifitas DALAM LINEAR PROGRAMING Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c Analisis Sensitifitas DALAM LINEAR PROGRAMING Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Magister Agribisnis Universitas Jambi Suatu analisis

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Wawancara dengan Pemilik 1. Bagaimana sejarah berdirinya CV Depo Steel? Perusahaan ini berdiri karena adanya ide dari pemilik,

Lampiran 1. Hasil Wawancara dengan Pemilik 1. Bagaimana sejarah berdirinya CV Depo Steel? Perusahaan ini berdiri karena adanya ide dari pemilik, Lampiran 1. Hasil Wawancara dengan Pemilik 1. Bagaimana sejarah berdirinya CV Depo Steel? Perusahaan ini berdiri karena adanya ide dari pemilik, yaitu Bapak Alfred Prasadja yang sebelumnya memiliki pengalaman

Lebih terperinci

Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing Jabatan di. PT. Intan Suar Kartika. 1. Menentukan visi dan misi perusahaan

Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing Jabatan di. PT. Intan Suar Kartika. 1. Menentukan visi dan misi perusahaan L-1 Lampiran 1 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Masing-Masing Jabatan di PT. Intan Suar Kartika Di bawah ini diuraikan masing-masing pembagian tugas dan tanggung jawab tiap jabatan yaitu sebagi berikut:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN Perusahaan ini sudah berjalan berapa lama? 2. Perusahaan ini bergerak di bidang apa?

LAMPIRAN Perusahaan ini sudah berjalan berapa lama? 2. Perusahaan ini bergerak di bidang apa? L-1 LAMPIRAN 1 Lampiran hasil wawancara dengan manajer operasional perusahaan untuk mendapatkan kebutuhan informasi : 1. Perusahaan ini sudah berjalan berapa lama? Perusahaan ini berdiri di pertengahan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2010. Lokasi penelitian berada di PT Perikanan Nusantara Cabang Benoa, Bali (Peta lokasi kantor PT Perikanan

Lebih terperinci

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Merupakan salah satu bentuk dari model jaringan kerja (network). Suatu model yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan pada PT. Intan Suar Kartika adalah sebagai berikut: 1. Dewan Komisaris a. Menentukan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Distribusi Perusahaan Untuk melaksanakan kegiatan pemasarannya, PT. ANUGERAH IDEALESTARI telah menunjuk PT. ANUGERAH CENTRAL AUTOMOTIVE sebagai

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa

Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa JAS Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) e-issn :2581-0227 http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/jas/index Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III.1. Sejarah Singkat PT Kurnia Mulia Citra Lestari

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III.1. Sejarah Singkat PT Kurnia Mulia Citra Lestari BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.. Sejarah Singkat PT Kurnia Mulia Citra Lestari PT Kurnia Mulia Citra Lestari adalah perusahaan swasta yang didirikan berdasarkan akta notaris no.67 dihadapan Emmy Halim.SH,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEUNTUNGAN DAN FAKTOR NON-BIAYA YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL HORENSO DI P4S AGROFARM CIANJUR JAWA BARAT. Nurhasana 1 Latifa Hanum 2

IDENTIFIKASI KEUNTUNGAN DAN FAKTOR NON-BIAYA YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL HORENSO DI P4S AGROFARM CIANJUR JAWA BARAT. Nurhasana 1 Latifa Hanum 2 IDENTIFIKASI KEUNTUNGAN DAN FAKTOR NON-BIAYA YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL HORENSO DI P4S AGROFARM CIANJUR JAWA BARAT Nurhasana 1 Latifa Hanum 2 ABSTRAK Horenso merupakan produk yang bernilai jual tinggi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian CV. Kebun Citra Sehat Organik berlokasi di kampung Lembah Nendeut, Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Wilayah kota Bogor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

Lampiran Wawancara. P : Bagaimana sejarah PT. Sinar Mentari?

Lampiran Wawancara. P : Bagaimana sejarah PT. Sinar Mentari? Lampiran Wawancara Berikut ini adalah hasil wawancara dengan pihak supervisor PT. Sinar Mentari Ekspres Tanggal wawancara : Senin, 29 Juli 2013 Narasumber : Ratna Juwita Keterangan : Penulis (P) Supervisor

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN. bermotor. Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan

BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN. bermotor. Produk-produk yang dihasilkan dipasarkan BAB 3 GAMBARAN SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan perorangan Speed Power Racing adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan spare parts (perlengkapan) kendaraan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 69 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan UD. Sri Rejeki adalah usaha dagang yang bergerak dalam bidang ceramics houseware. Berawal dari keinginan

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 TATA LAKSANA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan CV. Kurnia Agung adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan alat alat tulis untuk digunakan oleh konsumen akhir. CV. Kurnia Agung

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rinadya Yoghurt yang berlokasi di Bukit Asri Ciomas Blok A5 No. 9, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PT. FLORIBUNDA

V. GAMBARAN UMUM PT. FLORIBUNDA V. GAMBARAN UMUM PT. FLORIBUNDA 5.1 Sejarah Perkembangan PT. Floribunda Semula PT. Floribunda merupakan sebuah rumah peristirahatan bagi pemiliknya, Reane Tambayong pada tahun 1984. Lokasi PT. Floribunda

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 6 Januari 2002 PT Prima Auto Mandiri didirikan di Tebet dengan

BAB III OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 6 Januari 2002 PT Prima Auto Mandiri didirikan di Tebet dengan BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Sejarah Singkat Perusahaan Pada tanggal 6 Januari 2002 PT Prima Auto Mandiri didirikan di Tebet dengan Akta Pendirian Nomor 12 yang dibuat oleh notaris Monica, SH. PT Prima

Lebih terperinci

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul 0 PENELITIAN OPERASIONAL Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA http://wwwmercubuanaacid JAKARTA 007 PENDAHULUAN Suatu

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Terdapat bermacam-macam network model. Network : Suatu sistem saluran-saluran yang menghubungkan titiktitik

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Potensi Daerah Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah terletak pada bagian tengah Provinsi Lampung dengan luas areal seluas 4.789,82 km 2. Kabupaten Lampung Tengah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI 01-4478-1988 No Jenis Uji Satuan Kelas Mutu AA A B C 1 Panjang tangkai cm minimum Tipe standar 76 70 61 Asalan Tipe spray - Aster 76 70 61 Asalan -

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pola pengadaan dan tingkat pengadaan pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Profile Perusahaan PT. Tatalogam Lestari, yang berproduksi pertama kali pada tahun 1994, adalah produsen genteng metal terbesar di Indonesia dan sudah mampu berbicara

Lebih terperinci

BAB 3. Analisa Kebutuhan Basisdata

BAB 3. Analisa Kebutuhan Basisdata 68 BAB 3 Analisa Kebutuhan Basisdata 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Mitratama Uniplast merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang mendaur ulang biji plastik, lalu menjualnya.

Lebih terperinci

DEWAN KOMISARIS DIREKTUR UTAMA MANAJER UMUM MANAJER PERSONALIA MANAJER KEUANGAN MANAJER MANAJER MANAJER PENJUALAN MANAJER PEMASARAN PEMBELIAN

DEWAN KOMISARIS DIREKTUR UTAMA MANAJER UMUM MANAJER PERSONALIA MANAJER KEUANGAN MANAJER MANAJER MANAJER PENJUALAN MANAJER PEMASARAN PEMBELIAN Struktur Organisasi Perusahaan Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi tersendiri. Struktur organisasi merupakan suatu rangkaian hubungan antara individu dengan individu, dan individu dengan kelompok.

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA 1 Dengan : Andy Chandra Jabatan : Kepala Bagian Perencanaan PT. Global Teknikindo Berkatama Tanggal : 18 Maret 2013

HASIL WAWANCARA 1 Dengan : Andy Chandra Jabatan : Kepala Bagian Perencanaan PT. Global Teknikindo Berkatama Tanggal : 18 Maret 2013 L1 HASIL WAWANCARA 1 Dengan : Andy Chandra Jabatan : Kepala Bagian Perencanaan PT. Global Teknikindo Berkatama Tanggal : 18 Maret 2013 1. Bisa tolong dijelaskan bagaimana sejarah perusahaan PT. Global

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Latar belakang perusahaan PT. Mitra Eka Persada, merupakan perusahaan dagang yang bergerak di bidang penjualan kertas. Awal mulanya PT. Mitra Eka Persada hanyalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Unsur-Unsur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang a. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian internal pada PT.

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A14103687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM SUPER INDO. berkembang di Indonesia sejak tahun 1997 melalui kemitraan antara Salim Group,

KEADAAN UMUM SUPER INDO. berkembang di Indonesia sejak tahun 1997 melalui kemitraan antara Salim Group, IV. KEADAAN UMUM SUPER INDO A. Gambaran Umum Super Indo Super Indo merupakan jaringan ritel internasional yang tumbuh dan berkembang di Indonesia sejak tahun 1997 melalui kemitraan antara Salim Group,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. Putra Mas Prima PT. Putra Mas Prima merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jual beli bijih plastik yang berdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian tanpa. menggunakan bahan-bahan kimia.tujuan utama pertanian organik adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian tanpa. menggunakan bahan-bahan kimia.tujuan utama pertanian organik adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik merupakan teknik budidaya pertanian tanpa menggunakan bahan-bahan kimia.tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

Formulasi dengan Lindo. Dasar-dasar Optimasi. Hasil dengan Lindo 1. Hasil dengan Lindo 2. Interpretasi Hasil. Interpretasi Hasil.

Formulasi dengan Lindo. Dasar-dasar Optimasi. Hasil dengan Lindo 1. Hasil dengan Lindo 2. Interpretasi Hasil. Interpretasi Hasil. Formulasi dengan Lindo Dasar-dasar Optimasi Optimasi Linier Interpretasi Hasil Lindo diambil dari buku Introduction to Operations Research, Sixth Edition, Frederick S Hillier, Gerald J Lieberman, McGraw-Hill,

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill Petunjuk Sitasi: Pasaribu, M. F., & Puspita, R. (2017). Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill. Prosiding SNTI

Lebih terperinci

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer?

Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Wawancara I Pertanyaan no. 1 Bagaimana perusahaan bapak mengatasi masalah keterlambatan produk yang dipesan? dan bagaimana menjelaskan keterlambatan tersebut ke customer? Jb. belum ada cara untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Berawal dari kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap insan, yaitu kebutuhan sandang, telah memberikan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan manufaktur furnitur PT. Livio Furniture sebelumnya bernama CV. Policrystal didirikan bulan Oktober 1996. Penggunaan PT. Livio

Lebih terperinci