VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi tataniaga dalam mengalirnya barang atau jasa produk dari petani produsen sampai ke konsumen akhir. Kegiatan budidaya ikan gurame terbagi atas beberapa pola produksi seperti pemijahan, pembenihan, pendederan dan pembesaran. Dimana didalam pola produksi tersebut terdapat kegiatan usaha yang memiliki segmentasi pasar masing-masing. Sehingga tataniaga ikan gurame didesa Pabuaran terbagi atas dua jenis yakni tataniaga benih ikan gurame dari hasil pendederan dan tataniaga ikan gurame konsumsi dari hasil pembesaran. Pada tataniaga ikan gurame benih maupun konsumsi di desa Pabuaran petani menjual seluruh hasil panennya melalui pedagang pengumpul, sehingga petani tidak menanggung biaya pemanenan seperti pengangkutan, pengemasan dan tenaga kerja pada saat pemanenan. Pedagang pengumpul tataniaga benih ikan gurame hanya ada satu orang dan berasal dari desa Petir. Sedangkan pedagang pengumpul tataniaga ikan gurame konsumsi terdiri dari dua orang responden yang berasal dari desa Petir dan desa Cibeureum. Pedagang pengumpul responden yang berasal dari desa Petir mengangkut hasil panen dari petani yaitu benih ikan gurame berukuran 11 cm dengan bobot 166 gram dan ikan gurame konsumsi ukuran 500 gram dan 800 gram. Pedagang pengumpul yang berasal dari desa Cibeureum mengangkut hasil panen dari petani yaitu ikan gurame konsumsi ukuran 500 gram dan 800 gram. Ukuran benih ikan gurame yaitu 166 gram dan ukuran ikan gurame konsumsi 500 gram dan 800 gram dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8 gambar 4,9, dan Tataniaga Benih Ikan Gurame Kegiatan budidaya yang dilakukan petani yaitu pemijahan, pendederan, pembenihan dan pembesaran ikan gurame. Satu petani dengan petani lainnya saling bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan benih ikan gurame. Kerjasama

2 yang dilakukan petani contohnya saling membantu untuk memenuhi kebutuhan benih antar petani dengan cara barter (benih dibayar dengan benih). Adanya kerjasama antar petani dikarenakan kegiatan budidaya tersebut dilakukan secara tidak intensif yaitu usaha pemijahan, dan pendederan benih dari ukuran larva sampai dengan ukuran 8-11cm dilakukan dikolam tanah. Sehingga menyebabkan tingginya tingkat kematian benih. Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kematian benih dikolam tanah seperti hujan terus menerus, adanya hama seperti uncrit dan pencemaran air. Petani di desa Pabuaran lebih banyak menjual benih ukuran 8-11 cm dikarenakan meningkatnya permintaan benih oleh petani pembesaran. Petani pembesaran melakukan kegiatan usaha budidaya pembesaran ikan gurame sampai ukuran konsumsi. Tetapi karena tingginya tingkat kematian benih ikan gurame yaitu mencapai 40 persen menyebabkan produksi benih ikan gurame didesa Pabuaran tidak dapat mengimbangi permintaan benih yang mencapai sekitar persen oleh petani pembesaran di luar desa Pabuaran. Sehingga penjualan atau pemanenan benih dilakukan petani ketika adanya kesepakatan antar pedagang pengumpul contohnya harga benih, jumlah benih dan ukuran bobot benih yang akan di panen disesuaikan dengan permintaan petani pembesaran. Jumlah produksi benih seluruh petani rata-rata satu bulan sebanyak ekor dengan rata-rata luas kolam 30 m 2. Petani melakukan pemanenan satu minggu sekali. Pada saat penelitian, petani menjual benih sebanyak 5000 ekor benih kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul memasarkan benih kepada petani pembesaran sesuai dengan permintaannya sebanyak 5000 ekor. Dikarenakan jarak yang jauh dari daerah pemanenan menyebabkan benih stress yang mengakibatkan kematian benih diperjalanan maka sampai ke petani pembesaran sebanyak 4900 ekor. Kematian benih diperjalanan pada saat pemasaran dan seluruh biaya pemanenan seperti tenaga kerja pada saat pemanenan, pengangkutan, pengemasan ditanggung oleh pedagang pengumpul. harga jual benih ikan gurame ditingkat petani sebesar Rp 3.500,00. Pedagang pengumpul menjualnya kembali kepada petani pembesaran sebesar Rp 4.250,00 sehingga marjin yang diperoleh sebesar 59

3 Rp 750,00. Skema saluran tataniaga benih ikan gurame di desa Pabuaran, kecamatan Kemang dapat dilihat pada Gambar 4 Petani 5000 ekor benih Pedagang pengumpul 5000 ekor benih Rp Rp Petani pembesaran di luar Desa Pabuaran 4900 ekor benih Rp 750 Gambar 4. Skema Saluran Tataniaga benih ikan gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang. Skema diatas menggambarkan bahwa aliran tataniaga benih ikan gurame dari petani menjual kepada pedagang pengumpul benih dan pedagang pengumpul menjualnya kepada petani pembesaran di luar desa Pabuaran untuk dibesarkan sampai ukuran ikan gurame konsumsi yakni 800 dan 500 gram. Dalam menjalankan proses tataniaga benih ikan gurame, pedagang pengumpul datang langsung ke empang petani dan menanyakan persediaan ikan gurame, dari ukuran telur, benih dan konsumsi, sambil menanyakan jadwal panen. Pada saat panen benih ikan gurame, Pedagang pengumpul dari luar lokasi penelitian mengambil benih ikan gurame langsung ke petani dan mensortir benih ikan gurame sesuai dengan pemesanan dan permintaan konsumen benih. Seluruh petani responden menjual benih ikan gurame kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul benih ikan gurame hanya ada satu orang dan merupakan pedagang pengumpul ikan gurame konsumsi. Pedagang pengumpul berasal dari desa Petir dan berada di luar kecamatan kemang, memiliki modal yang cukup besar sehingga dapat menampung benih ikan gurame dan ikan gurame konsumsi. Petani memasarkan benih ikan gurame kepada pedagang pengumpul dikarenakan pemanenan dan pengangkutan dilakukan oleh pedagang pengumpul sehingga petani dapat menghemat biaya, penimbangan juga dilakukan di depan petani agar tidak terjadi kesalah pahaman serta menimbulkan saling percaya. Sehingga pedagang pengumpul merupakan pedagang perantara yang paling 60

4 berpengaruh dari saluran tataniaga benih ikan gurame, karena petani masih menjual seluruh hasil panen kepada pedagang pengumpul. Pada saluran tataniaga benih ikan gurame, pedagang pengumpul melakukan pengangkutan benih ikan gurame ukuran 8-11 cm yaitu 166 gram. pedagang pengumpul menggunakan pengangkutan terbuka dimana benih ikan gurame dimasukkan ke jerigen berkapasitas 20 liter dan diisi air sebanyak 2/3 bagian dari volume jerigen. Alat angkutan yang digunakan untuk mengangkut benih ikan gurame yaitu mobil pick up bak terbuka dan sepeda motor Tataniaga ikan gurame konsumsi Kegiatan budidaya pembesaran ikan gurame yang dilakukan petani masih tidak intensif. Dikarenakan petani belum dapat memaksimalkan kegiatan pembesaran dengan memanfaatkan lahan yang ada seperti penggunaan jaring apung dan keramba. Pertumbuhan ikan gurame ukuran konsumsi tergolong lambat untuk mencapai ukuran konsumsi 500 gram masa pemeliharaannya enam bulan dan untuk ukuran 800 gram dibutuhkan waktu sepuluh bulan. Tingginya permintaan ikan gurame konsumsi di kabupaten Bogor menyebabkan adanya pasokan ikan gurame dari luar kabupaten Bogor untuk memenuhi kebutuhan pasokan ikan gurame konsumsi di kabupaten Bogor. Produksi budidaya pembesaran ikan gurame seluruh petani rata-rata setiap bulan mencapai 2 ton. Seluruh petani responden melakukan pemanenan dan penjualan ikan gurame konsumsi pada saat ukuran sudah mencapai 500 dan 800 gram. Petani melakukan pemanenan sebulan sekali, jumlah pemanenan disesuaikan dengan permintaan pedagang pengumpul yang mana pedagang pengumpul sebagai pedagang perantara kepada konsumen antara dan pedagang pengecer. Petani menjual ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengumpul sebanyak 1170 kilogram dengan ukuran 800 gram sebanyak 720 kilogram dan 500 gram sebanyak 450 kilogram. Pedagang pengumpul menjual kepada pedagang pengecer sebanyak 720 kilogram dengan ukuran 800 gram sebanyak 420 kilogram dan 500 gram sebanyak 300 kilogram sedangkan kepada konsumen antara sebanyak 450 kilogram dengan ukuran 800 gram sebanyak 150 kilogram dan ukuran 500 gram sebanyak 300 kilogram. 61

5 Saluran tataniaga ikan gurame konsumsi di desa Pabuaran terbagi atas dua saluran yaitu saluran satu dari petani menjual ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengumpul, dari pedagang pengumpul menjual kepada pedagang pengecer, dan pedagang pengecer menjual ikan gurame konsumsi kepada konsumen. Sedangkan saluran dua dari petani menjual ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengumpul, dari pedagang pengumpul menjual ikan gurame kepada konsumen antara. Saluran tataniaga ikan gurame konsumsi di desa Pabuaran, kecamatan Kemang dapat dilihat pada Gambar 5 Petani 1170 kg Pedagang Saluran I Pedagang Rp pengumpul Rp pengecer Rp kg 61,54 % 720 kg Konsumen 720 kg 38,46 % Saluran II Rp Konsumen Antara 450 kg Gambar 5. Skema Saluran Tataniaga ikan gurame konsumsi di desa Pabuaran, Kecamatan Kemang. Pada tataniaga ikan gurame konsumsi, petani menghubungi pedagang pengumpul sehari sebelum panen. Pedagang pengumpul dari luar lokasi penelitian datang langsung ke petani membeli secara tunai, dan langsung diangkat untuk dijual kepasar melalui pedagang pengecer jika waktu pengangkatan di pagi hari, dan juga pedagang pengumpul langsung mengantarkan ikan gurame ke konsumen akhir seperti restoran. Sebelum diangkat ikan gurame konsumsi dipuasakan terlebih dahulu, agar ikan tidak stress dan memperkecil tingkat kematian ikan gurame pada saat dijalan. Berdasarkan Skema 5 saluran tataniaga ikan gurame konsumsi satu dan dua, dijelaskan bahwa seluruh petani responden menjual ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengumpul. Saluran tataniaga satu harga jual ikan gurame konsumsi ditingkat petani rata-rata sebesar Rp ,00 pada pedagang pengumpul rata-rata sebesar Rp ,00 dan ditingkat pedagang pengecer sebesar rata-rata Rp ,00 sehingga marjin pada saluran tataniaga satu sebesar 62

6 Rp 7.500,00. Pada saluran tataniaga dua harga jual ikan gurame konsumsi ditingkat petani rata-rata sebesar Rp ,00 dan ditingkat pedagang pengumpul rata-rata sebesar Rp ,00 marjin pada saluran tataniaga dua sebesar Rp 5.500,00. Petani melakukan penjualan ikan gurame konsumsi melalui pedagang pengumpul dikarenakan lebih mudah serta menghemat biaya, sebab biaya semua pengangkutan dan pemanenan dilakukan sendiri oleh pedagang pengumpul dan penimbangan ikan gurame dilakukan di depan petani dan pedagang pengumpul sehingga tidak terjadi salah faham, dan menguntungkan kedua belah pihak. Bagi petani menjual kepada pedagang pengumpul menghemat waktu karena pedagang pengumpul datang langsung ke empang petani dan petani sudah memperhitungkan harga jual ikan gurame konsumsi. Petani juga tidak menanggung risiko kematian ikan di jalan akibat jauhnya tujuan pemasaran. Pedagang pengumpul ikan gurame konsumsi sebanyak dua orang dari luar lokasi penelitian yakni desa Petir dan desa Cibeureum, pedagang pengumpul langsung datang ke empang petani, melakukan transaksi penjualan ikan gurame dan pembelian ditempat petani di desa pabuaran. Pengangkutan ikan gurame konsumsi menggunakan pengangkutan terbuka dimana gurame dimasukkan ke drum plastik berkapasitas 200 liter, dan diisi air sebanyak 2/3 bagian dari volume drum, drum dibiarkan terbuka sehingga memungkinkan ikan mengambil oksigen dari luar dengan kapasitas ikan gurame konsumsi rata-rata sebanyak 20 sampai 30 kilogram. Alat angkutan yang digunakan pedagang pengumpul mengantarkan ikan gurame konsumsi ke pasar maupun ke konsumen antara menggunakan mobil pick up bak terbuka dan sepeda motor. Penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dengan cara mendatangi pengecer dan konsumen antara seperti restoran secara langsung. Pedagang pengecer yang terlibat dalam tataniaga ikan gurame konsumsi ada dua responden yakni satu responden pedagang pengecer di pasar Laladon dan satu responden pedagang pengecer di pasar Anyar Bogor. Sebagaimana tertera pada gambar 4, jumlah pemasaran ikan gurame konsumsi yang dilakukan pedagang pengumpul kepada konsumen antara sebesar 38,46 persen sedangakan kepada pedagang pengecer sebesar 61,54 persen, dikarenakan jumlah volume penjualan 63

7 pedagang pengumpul kepada konsumen antara lebih kecil yaitu sebesar 450 kilogram dibandingkan kepada pedagang pengecer yaitu sebesar 720 kilogram. 6.2 Fungsi Tataniaga Suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan waktu dan tempat serta memperlancar penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dinamakan fungsi tataniaga. Fungsi fungsi tataniaga dikelompokkan dalam fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi tataniaga ikan gurame di desa Pabuaran terbagi atas dua jenis yakni fungsi tataniaga benih ikan gurame, dan fungsi tataniaga ikan gurame konsumsi Fungsi Tataniaga Benih Ikan Gurame Pada tataniaga benih ikan gurame di Desa Pabuaran, dalam menyalurkan hasil panen benih ikan gurame dari petani ke tangan petani pembesaran melibatkan lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga tersebut memiliki fungsi tataniaga yang mana bertujuan untuk memperlancar hasil panen benih ikan gurame dari petani ke petani pembesaran. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga benih ikan gurame di Desa Pabuaran dan menggunakan fungsifungsi tataniaga dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Fungsi Fungsi Tataniaga Yang Dilaksanakan Oleh Lembaga Tataniaga Benih Ikan Gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April Juni 2011 Fungsi Tataniaga Fungsi Pertukaran Penjualan Pembelian Fungsi Fisik Pengemasan Pengangkutan Penyimpanan Fungsi Fasilitas Sortir Risiko Pembiayaan Informasi Pasar Keterangan: : dijalankan Petani : tidak dijalankan Lembaga Tataniaga Pedagang Pengumpul - 64

8 Petani Ikan Gurame Tataniaga benih ikan gurame di tingkat petani melakukan fungsi-fungsi tataniaga yakni fungsi pertukaran seperti penjualan, dan fungsi fasilitas seperti sortir, risiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Dari seluruh petani, rata-rata produksi benih ikan gurame setiap satu bulan sebanyak ekor dengan ratarata luas lahan 30 m 2. Petani ikan gurame di desa Pabuaran melakukan kegiatan penjualan benih ikan gurame kepada pedagang pengumpul dengan ukuran 8-11 cm dan jumlah produksi 5000 ekor memiliki berat 166 gram. Pedagang pengumpul menggunakan sistem pembayaran tunai pada saat transaksi jual beli. Petani responden menjual benih ikan gurame tergantung permintaan, disaat penelitian setiap satu kali dalam seminggu. Fungsi fisik berupa pengangkutan, penyimpanan, dan pengemasan tidak dilakukan oleh petani, dikarenakan yang melakukan pemanenan pedagang pengumpul. Pengangkutan benih ikan gurame berupa jerigen yang berisi air 20 liter dimiliki pedagang pengumpul sehingga tidak ada pengemasan pada petani benih ikan gurame. Alat pengangkutan benih ikan gurame dapat dilihat pada lampiran 7 gambar 6. Fungsi fasilitas dilakukan oleh petani meliputi informasi pasar, pembiayaan, sortir dan resiko. Kegiatan informasi pasar berupa informasi harga dan kualitas benih ikan gurame yang diinginkan konsumen dapat diketahui langsung dari pedagang pengumpul yang berhubungan langsung dengan petani pembesaran. Fungsi pembiayaan dilakukan oleh petani meliputi pembiayaan untuk modal kegiatan produksi. Modal petani berasal dari petani itu sendiri dan tidak berasal dari pinjaman bank, oleh karena itu petani harus dapat mengoptimalkan penggunaan modal yang dimilikinya. Fungsi sortir dalam kegiatan tataniaga benih ikan gurame dilakukan petani kepada pedagang pengumpul dikarenakan memilih benih sesuai dengan permintaan petani pembesaran yakni memiliki bobot 166 gram. Petani pembesaran melakukan pembesaran benih ikan gurame sampai ukuran ikan gurame konsumsi yakni memiliki bobot 500 sampai 800 gram dalam kurun waktu lima sampai enam bulan masa pembesaran. Risiko yang dialami petani ialah 65

9 pengurangan jumlah penjualan benih ikan gurame pada saat waktu transaksi jual beli, dikarenakan tidak terpenuhinya ukuran serta bobot benih sebesar 166 gram yang diinginkan petani pembesaran. Penyortiran ditingkat petani dapat dilihat pada lampiran 7 gambar Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul tataniaga benih ikan gurame melakukan semua fungsi- fungsi dalam kegiatan tataniaga benih ikan gurame, kecuali fungsi fisik seperti penyimpanan. Fungsi yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berupa fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berupa fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian yang dilakukan dengan mendatangi lokasi penjualan yaitu ke empang petani dan melakukan pembelian dengan sistem pembayaran tunai. Pada umumnya di Desa Pabuaran pemanenan benih ikan gurame dilakukan tergantung dari permintaan petani pembesaran dan kebutuhan petani dalam permodalan pembesaran ikan gurame. Petani memberikan jadwal pemanenan kepada pedagang pengumpul sebelum melakukan pemanenan dan pengangkatan benih ikan gurame dan pedagang pengumpul melakukan pemanenan sendiri. Pemanenan benih ikan gurame yang dilakukan pedagang pengumpul disesuaikan dengan permintaan benih dari konsumen benih ikan gurame. pemanenan benih sebanyak 3000 sampai 5000 ekor dengan ukuran bobot 166 gram. Fungsi penjualan dilakukan pedagang pengumpul dengan mengirim benih ikan gurame langsung kepada konsumen benih. Sistem pembayaran kepada pedagang pengumpul dilakukan secara tunai oleh petani pembesaran. Pemanenan benih ikan gurame dilakukan sesuai dengan permintaan petani pembesaran sehingga fungsi fisik seperti fungsi penyimpanan dalam tataniaga benih ikan gurame tidak dilakukan. Fungsi fisik seperti pengemasan dan pengangkutan dilakukan oleh pedagang pengumpul. Pengangkutan hasil panen benih ikan gurame dilakukan pedagang pengumpul dari petani kepada petani pembesaran, pengangkutan benih ikan gurame ukuran 166 gram memakai jerigen 20 liter sebanyak 35 ekor sampai 50 ekor. Pengangkutan benih ikan gurame menggunakan mobil pick up. 66

10 Tataniaga benih ikan gurame pada tingkat pedagang pengumpul melakukan fungsi fasilitas seperti sortir, penyortiran dilakukan pada saat pedagang pengumpul hendak membeli kepada petani, tujuannya untuk memilih bobot benih ikan gurame sesuai permintaan petani pembesaran dengan bobot 166 gram. Petani pembesaran di luar desa Pabuaran melakukan pembesaran ikan gurame hingga ukuran konsumsi yakni 500 gram dan 800 gram. Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengumpul ialah pembiayaan, risiko, dan informasi pasar. Pembiayaan yang dikeluarkan pedagang pengumpul pada saat pembelian benih ikan gurame, ialah biaya transportasi dari petani kepada petani pembesaran, dan biaya tenaga kerja, seluruh pengeluaran biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh pedagang pengumpul sendiri. Risiko yang dialami pedagang pengumpul sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya seperti adanya benih yang mati pada saat diperjalanan. Informasi pasar diketahui dari sesama teman pedagang pengumpul benih ikan gurame, serta pengecekan langsung ke pasar dengan mengikuti perkembangan harga benih ikan gurame dan juga melalui petani pembesaran Fungsi Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi Saluran tataniaga ikan gurame konsumsi di Desa Pabuaran ada dua tipe saluran yakni saluran tataniaga satu dan saluran tataniaga dua, dimana masingmasing saluran tataniaga memiliki lembaga tataniaga yang melaksanakan fungsifungsi tataniaga dalam menyalurkan ikan gurame konsumsi dari petani ke konsumen akhir yang mana bertujuan memperlancar hasil panen ikan gurame konsumsi dari petani ke konsumen akhir. Lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga ikan gurame konsumsi di Desa Pabuaran dan menggunakan fungsi-fungsi tataniaga dapat dilihat pada Tabel 14 67

11 Tabel 14. Fungsi Fungsi Tataniaga Yang Dilaksanakan Oleh Lembaga Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April Juni 2011 Fungsi Tataniaga Fungsi Pertukaran Penjualan Pembelian Fungsi Fisik Pengemasan Pengangkutan Penyimpanan Fungsi Fasilitas Sortir Risiko Pembiayaan Informasi Pasar Petani Keterangan: : dijalankan Lembaga Tataniaga Pedagang Pengumpul - : tidak dijalankan Pedagang Pengecer Petani Ikan Gurame Fungsi tataniaga ikan gurame konsumsi pada tingkat petani di saluran tataniaga ikan gurame konsumsi satu dan dua, menjalankan fungsi-fungsi tataniaga yang sama seperti fungsi pertukaran yakni menjual ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengumpul dan fungsi fasilitas seperti sortasi yakni melakukan penyortiran untuk ukuran konsumsi 500 gram dan 800 gram, risikonya petani yakni pengurangan jumlah penjualan ikan gurame pada saat pemanenan dikarenakan tidak terpenuhinya bobot gurame konsumsi sebesar 500 gram dan 800 gram, pembiayaan yang dilakukan petani ialah biaya produksi pada saat melakukan kegiatan pembesaran ikan gurame, dan informasi pasar seperti harga dan ukuran konsumsi yakni 500 gram dan 800 gram. Penjualan yang dilakukan oleh petani kepada pedagang pengumpul menggunakan sistem pembayaran tunai pada saat transaksi jual beli. Petani responden menjual ikan gurame konsumsi ukuran 500 dan 800 gram kepada pedagang pengumpul setiap satu bulan sekali. Pedagang pengumpul mengangkut hasil panen petani yakni gurame konsumsi ukuran 500 gram dan 800 gram. Sehingga semua saluran tataniaga ikan gurame konsumsi seperti fungsi fisik berupa pengangkutan, penyimpanan, dan pengemasan tidak dilakukan oleh petani, dikarenakan yang melakukan pemanenan pedagang pengumpul. Petani hanya menunjukkan empang yang akan dilakukan 68

12 pemanenan, drum dan jerigen plastik untuk mengangkut ikan gurame milik pedagang pengumpul sehingga tidak ada pengemasan pada petani ikan gurame. Fungsi fasilitas dilakukan oleh petani meliputi pembiayaan, informasi pasar, sortir dan resiko. Kegiatan informasi pasar berupa informasi harga dan ukuran atau bobot ikan gurame yang diinginkan konsumen dapat diketahui langsung dari pedagang pengumpul yang berhubungan langsung dengan pasar Laladon, pasar Anyar Bogor dan konsumen antara. Fungsi pembiayaan dilakukan oleh petani meliputi pembiayaan untuk modal kegiatan produksi. Salah satu modal petani responden untuk melakukan kegiatan pembesaran benih ikan gurame ialah berasal dari penjualan benih ukuran 166 gram kepada petani pembesaran di luar desa Pabuaran melalui pedagang perantara yakni pedagang pengumpul. Sehingga petani harus dapat mengoptimalkan penggunaan modal yang dimilikinya. Fungsi sortir dan risiko dilakukan petani, pada saat pemanenan dalam transaksi jual beli dilakukan penyortiran dari petani kepada pedagang pengumpul untuk memilih ikan konsumsi yang sesuai dengan permintaan konsumen yakni dengan bobot 500 gram dan 800 gram. Risiko yang dialami petani ialah pengurangan jumlah penjualan ikan gurame pada saat waktu transaksi jual beli akibat ukuran bobot ikan gurame konsumsi tidak sesuai dengan permintaan konsumen di pasar. Penyortiran ditingkat petani dapat dilihat pada lampiran 8 gambar Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul tataniaga ikan gurame konsumsi di Desa Pabuaran melakukan semua fungsi- fungsi dalam kegiatan tataniaga ikan gurame. Fungsi yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berupa fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul berupa fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke empang petani yang sebelumnya telah diberi tahu oleh petani sehari sebelum pemanenan, dan melakukan pembelian dengan sistem pembayaran tunai. Pemanenan ikan gurame konsumsi dilakukan setiap satu bulan sekali. Pedagang pengumpul yang terdiri dari dua orang melakukan fungsi pembelian 69

13 ikan gurame konsumsi rata-rata sebanyak 500 sampai 1000 kilogram, dengan ukuran 500 gram sebesar 450 kilogram, 800 gram sebesar 720 kilogram. Fungsi penjualan dilakukan dengan mengirim sendiri ikan gurame yang telah dibeli dari petani kepada pedagang pengecer di pasar Laladon, pasar Anyar Bogor dan konsumen antara. Pedagang pengecer dapat juga menghubungi atau langsung datang sendiri ketempat pedagang pengumpul. Sistem pembayaran kepada pedagang pengumpul dilakukan setelah tiga hari melakukan pembelian ikan gurame konsumsi oleh pedagang pengecer sedangkan untuk konsumen antara pembayaran dilakukan setelah seminggu melakukan pembelian ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengumpul. Fungsi fisik seperti pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan dilakukan oleh pedagang pengumpul. Pengangkutan hasil panen ikan gurame konsumsi dilakukan pedagang pengumpul dari petani kepada pedagang pengecer, dengan sistem pengangkutan terbuka memakai drum plastik berkapasitas 200 liter dengan ukuran bobot ikan gurame konsumsi 500 dan 800 gram sebesar 30 sampai 50 kilogram. Pengangkutan ikan gurame kepada konsumen antara dapat menggunakan jerigen plastik berkapasitas 20 liter sebesar 15 kilogram. Alat angkutan distribusi ikan gurame konsumsi menggunakan mobil pick up, dan dapat juga menggunakan sepeda motor untuk mengangkut ikan sebanyak 15 kilogram. Fungsi penyimpanan dilakukan pedagang pengumpul, dikarenakan hasil panen ikan gurame konsumsi dari petani tidak menentu, dan pengiriman kepada pedagang pengecer harus sesuai dengan permintaan pasar, pengiriman tidak dilakukan setiap hari melainkan tergantung pemesanan dari pedagang pengecer maupun konsumen antara. Sehingga pedagang pengumpul menerima penjualan dari petani di luar kabupaten Bogor untuk memenuhi pasokan ikan gurame di kabupaten bogor pada saat ikan gurame lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar. Jadi, pedagang pengumpul melakukan fungsi penyimpanan untuk mendistribusikan ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengecer maupun konsumen antara sesuai dengan permintaannya. Kolam penyimpanan ditingkat pedagang pengumpul dapat dilihat pada lampiran 8 gambar 7. Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengumpul seperti pembiayaan, risiko, informasi pasar dan penyortiran. Pedagang pengumpul melakukan 70

14 penyortiran pada saat membeli ikan gurame konsumsi dari petani dengan ukuran 500 gram dan 800 gram. Tujuan penyortiran untuk mengukur bobot ikan gurame konsumsi yang dibutuhkan pedagang pengecer dan konsumen antara, dan juga untuk memenuhi kebutuhan pasar. Pembiayaan yang dikeluarkan pedagang pengumpul pada saat pembelian ialah biaya transportasi dari petani kepada pedagang pengecer, dan biaya penyimpanan, seluruh pengeluaran biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul semuanya menjadi modal pedagang pengumpul sendiri. Risiko yang dialami pedagang pengumpul sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya, seperti kematian ikan pada saat perjalanan maupun dalam proses penjualan ketika terjadi penurunan harga ikan secara tiba-tiba serta kematian ikan pada saat di kolam penyimpanan sebesar 2 persen. Informasi pasar diketahui dari pedagang pengecer di pasar Laladon dan pasar Anyar. Hubungan pedagang pengumpul dengan pedagang pengecer telah terjalin hubungan kerjasama seperti pelanggan tetap untuk pedagang pengecer di pasar laladon sedangkan di pasar anyar sebatas hubungan kerjasama biasa Pedagang Pengecer Fungsi tataniaga ikan gurame konsumsi di Desa Pabuaran ditingkat pedagang pengecer, menjalankan fungsi-fungsi tataniaga seperti fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran ialah pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian pada saat pedagang pengumpul mengantarkan ikan gurame kepada pedagang pengecer di pasar Laladon dan di pasar Anyar Bogor. Jumlah ikan yang akan dibeli disesuaikan dengan kebutuhan pasar atau permintaan pasar. Pada saat penelitian, pengiriman ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengecer di pasar Laladon maupun di pasar Anyar Bogor setiap satu bulan sekali. Sehingga pedagang pengecer melakukan fungsi fisik seperti penyimpanan. Jumlah ikan gurame konsumsi rata-rata setiap sekali pembelian di pasar Anyar Bogor sebanyak 200 sampai 259 kilogram, dengan ukuran 500 gram sebesar 100 kilogram, 800 gram sebesar 100 kilogram sedangkan pembelian di pasar Laladon rata-rata setiap sekali pembelian sebesar 200 kilogram sampai 500 kilogram dengan ukuran 500 gram sebesar 200 kilogram, 800 gram sebesar 320 kilogram. 71

15 Fungsi penjualan pada pedagang pengecer di pasar Laladon dan pasar Anyar Bogor ialah menjual ikan gurame konsumsi kepada konsumen rumah tangga. Konsumen melakukan pembelian setiap hari dengan rata-rata penjualan ikan gurame konsumsi ditingkat pedagang pengecer sebesar 11 sampai 20 kilogram per hari untuk semua jenis ukuran ikan konsumsi. Pembayaran yang dilakukan pedagang pengecer kepada pedagang pengumpul tiga hari setelah melakukan pembelian. Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengecer seperti pengemasan untuk dijual ke konsumen memakai kantong plastik. Fungsi penyimpanan dilakukan pedagang pengecer untuk menjual ikan gurame kepada konsumen dalam keadaan masih hidup, dan menampung ikan gurame konsumsi yang tidak habis terjual. Pedagang pengecer melakukan penyimpanan di bak air yang berukuran 5 x 3 m. Kolam penyimpanan dapat dilihat pada lampiran 8 gambar 5 dan 6. Fungsi fasilitas pada pedagang pengecer seperti risiko, risiko yang dialami pedagang pengecer penyusutan bobot ikan gurame konsumsi. Pembiayaan yang dilakukan pedagang pengecer dalam hal penyimpanan. Informasi pasar berupa harga serta ukuran bobot ikan gurame diperoleh sesama teman pedagang pengecer dan permintaan atau kebutuhan pasar. 6.3 Struktur Pasar Struktur pasar dapat disebut sebagai sifat atau karakteristik pasar. Faktor penting yang diperlukan dalam penentuan struktur pasar meliputi jumlah pembeli dan penjual yang terlibat, sifat atau keadaan produk, kondisi keluar masuk pasar dan informasi pasar berupa biaya, harga dan kondisi pasar. Dalam sistem tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran struktur pasar yang dihadapi ada dua jenis yakni struktur pasar pada tataniaga benih ikan gurame, dan struktur pasar pada tataniaga ikan gurame konsumsi. Petani dan lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat menghadapi struktur pasar yang berbeda Struktur Pasar Tataniaga Benih Ikan Gurame Tataniaga benih ikan gurame di Desa Pabuaran, jika dilihat dari sudut pembeli ditingkat petani membentuk struktur pasar persaingan tidak sempurna karena hanya ada satu pembeli yakni pedagang pengumpul benih ikan gurame yang menampung benih ukuran 166 gram. Ditingkat pedagang pengumpul, jika 72

16 dilihat dari sudut pembeli terbentuk struktur pasar yakni pasar persaingan sempurna karena jumlah pembeli benih ikan gurame yakni petani pembesaran di luar desa Pabuaran banyak Struktur Pasar di Tingkat Petani Struktur pasar yang dihadapi petani benih ikan gurame di Desa Pabuaran, jika dilihat dari sudut pembeli maka struktur pasarnya ialah monopsoni karena hanya ada satu pembeli ialah pedagang pengumpul benih ikan gurame dan 10 orang petani responden sebagai penjual. Jika dilihat dari sudut penjual maka struktur pasarnya ialah pasar persaingan sempurna dikarenakan jumlah penjual lebih banyak dibandingkan jumlah pembeli. Produknya bersifat homogen antar petani yakni benih ikan gurame, petani tidak memberikan sesuatu yang berbeda terhadap hasil produksinya dan pembeli yang dituju oleh petani sama yaitu satu orang pedagang pengumpul benih ikan gurame, maka struktur pasar di tingkat petani cenderung bersifat monopsoni. Hambatan keluar masuk pasar, jika dilihat dari sisi petani cukup tinggi dikarenakan adanya hubungan kerjasama yang erat antara petani dan pedagang pengumpul. Jika, dilihat dari sisi pedagang pengumpul hambatan keluar masuk pasar cukup tinggi. Hal ini dikarenakan petani mempercayai kepada pedagang pengumpul yang datang ke Desa Pabuaran dan budidaya ikan gurame merupakan mata pencaharian utamanya, sehingga hubungan petani dengan pedagang pengumpul merupakan kerjasama yang dibina secara kekeluargaan. Petani benih ikan tidak menanggung biaya pengangkutan dan biaya pemanenan karena pedagang pengumpul yang mengambil langsung hasil panen ke empang petani. Sistem penentuan harga ditingkat petani dilakukan sehari sebelum melakukan pemanenan. Proses penentuan harga dilakukan dengan tawar menawar antar petani dengan pedagang pengumpul. Satu ekor benih ikan gurame ukuran 8-11 cm dengan berat 166 gram dijual petani kepada pedagang pengumpul sebesar Rp 3.500,00. Harga yang berlaku sesuai dengan kesepakatan antara petani dan pedagang pengumpul. 73

17 Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul tataniaga benih ikan gurame sudah dipercayai para petani untuk mendistribusikan produknya kepada petani pembesaran. Dikarenakan petani dengan pedagang pengumpul memiliki hubungan yang sangat erat dan didasari dengan rasa kepercayaan. Pedagang pengumpul yang menampung benih ikan gurame di desa Pabuaran hanya ada satu orang dan memiliki modal yang cukup besar untuk menampung hasil panen benih ukuran 8-11 cm dengan berat 166 gram. Sehingga hambatan keluar masuk pasar bagi pedagang pengumpul cukup sulit karena para petani sudah mempercayai pedagang pengumpul sebagai tujuan tataniaga benih ikan gurame. Jika dilihat dari sudut penjual maka struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengumpul adalah oligopoli. Dikarenakan jumlah pedagang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah petani pembesaran. Jika dilihat dari sudut pembeli maka struktur pasar yang terjadi pasar persaingan sempurna. Dikarenakan jumlah petani pembesaran lebih banyak dibandingkan pedagang pengumpul. Petani pembesaran memiliki hak dalam memilih benih ikan gurame dimana produk yang diperdagangkan oleh pedagang pengumpul cenderung homogen dengan pengangkutan memakai jerigen plastik. Satu ekor benih ikan gurame ukuran 8-11 cm dengan berat 166 gram dijual pedagang pengumpul kepada petani pembesaran sebesar Rp 4.250,00. Harga yang berlaku sesuai dengan kesepakatan antara pedagang pengumpul Struktur Pasar Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi Tataniaga ikan gurame konsumsi di desa Pabuaran memiliki struktur pasar yang berbeda dengan tataniaga benih ikan gurame. Dikarenakan karakteristik struktur pasar yang berbeda dengan tataniaga benih ikan gurame salah satu contohnya jumlah pembeli pada lembaga tataniaga ikan gurame konsumsi. Jika dilihat dari sudut penjual dan pembeli, ditingkat petani terbentuk struktur pasar persaingan sempurna dan oligopsoni, ditingkat pedagang pengumpul terbentuk struktur pasar oligopoli dan pasar persaingan sempurna, sedangkan ditingkat pedagang pengecer terbentuk struktur pasar persaingan sempurna dilihat dari sudut penjual maupun pembeli. 74

18 Struktur Pasar di Tingkat Petani Struktur pasar pada tataniaga ikan gurame konsumsi ditingkat petani, jika dilihat dari sudut pembeli yang terjadi ialah cenderung bersifat oligopsoni, dikarenakan petani ikan gurame sebanyak 10 responden sedangkan pedagang pengumpul hanya ada dua orang. Jika dilihat dari sudut penjual maka yang terbentuk struktur pasar persaingan sempurna dikarenakan jumlah penjual yaitu petani lebih banyak dari pada pedagang pengumpul. Produk petani ikan gurame bersifat homogen, hal ini terlihat melalui keseragaman ukuran bobot ikan gurame konsumsi yang dihasilkan petani yakni 500 dan 800 gram. Hambatan keluar masuk pasar apabila dilihat dari sisi petani cukup tinggi. Dari sisi pedagang pengumpul, hambatan keluar masuk pasar cukup tinggi. Hal ini dikarenakan para petani ikan sudah mempercayai kepada pedagang pengumpul akan hasil panennya dibeli pedagang pengumpul dan laku terjual sesuai keinginan konsumen. Hambatan yang terjadi di tingkat pedagang pengumpul untuk keluar masuk pasar ialah adanya persaingan diantara pedagang pengumpul dalam perolehan komoditi ikan gurame konsumsi lokal, dikarenakan adanya penawaran ikan gurame yang masuk dari luar Kabupaten Bogor. Penawaran ikan gurame dari luar Kabupaten Bogor dapat mempengaruhi harga pasar, sehingga pedagang pengumpul yang ada di Kabupaten Bogor khususnya pedagang pengumpul yang mengambil hasil panen dari desa pabuaran dapat mempengaruhi harga jual ikan gurame konsumsi sehingga akan mengakibatkan turunnya harga jual ikan gurame konsumsi lokal untuk menyesuaikan harga jual ikan gurame dari luar Kabupaten Bogor, dan ini mempengaruhi harga jual ikan gurame ditingkat pedagang pengumpul. Berlakunya hukum pasar di tingkat pedagang pengumpul dalam menentukan harga ikan gurame konsumsi yakni permintaan dan penawaran dimana permintaan tinggi akan ikan gurame konsumsi tetapi penawaran ikan gurame konsumsi kurang akan menyebabkan harga tinggi sebaliknya jika permintaan rendah akan ikan gurame konsumsi tetapi penawaran ikan gurame konsumsi tinggi akan menyebabkan harga ditingkat pedagang pengumpul rendah. 75

19 Sistem penentuan harga di petani dilakukan oleh pedagang pengumpul dengan proses tawar menawar, harga yang berlaku sesuai dengan kesepakatan Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul ikan gurame konsumsi berasal dari Desa Petir dan Desa Cibereum berjumlah dua orang. persaingan antar pedagang pengumpul terkadang sering terjadi dikarenakan adanya masa panen ikan gurame konsumsi yang cukup lama, dan adanya penawaran ikan gurame konsumsi dari luar Kabupaten Bogor menyebabkan harga ikan gurame konsumsi lokal turun akibat penyesuaian harga ikan gurame dari luar kabupaten Bogor, ini dikarenakan pasokan ikan gurame konsumsi lokal tidak mencukupi kebutuhan pasar. Maka adanya hambatan keluar masuk pasar pedagang pengumpul ikan gurame konsumsi cukup tinggi, karena adanya persaingan antar pedagang pengumpul dalam memperoleh komoditi ikan gurame lokal untuk mempertahankan harga ikan gurame yang cutkup tinggi di tingkat pedagang pengumpul. Jika dilihat dari sudut penjual maka struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengumpul adalah cenderung bersifat oligopoli. Hal ini ditunjukkan dengan keberadaan jumlah penjual hanya ada beberapa pedagang. Dari sudut pembeli maka struktur pasar yang terbentuk ialah pasar persaingan sempurna, dikarenakan jumlah pembeli atau pedagang pengecer lebih banyak di bandingkan jumlah penjual. Produk yang diperdagangkan oleh pedagang pengumpul cenderung homogen dengan tehnik pengemasan atau pengangkutan memakai drum plastik Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengecer Pedagang pengecer tataniaga ikan gurame konsumsi ada dua responden, satu responden di pasar Laladon, satu responden di pasar Anyar Bogor. Pedagang pengecer dipasar Laladon maupun di pasar Anyar Bogor menjual beberapa komoditi ikan air tawar seperti lele, ikan mas, dan ikan mujair. Sehingga produk yang diperjual belikan bersifat homogen dan struktur pasar yang dihadapi pedagang pengecer cenderung pasar persaingan sempurna, karena jumlah pedagang pengecer cukup banyak, dan pedagang pengecer tidak dapat 76

20 mempengaruhi pembentukan harga pasar. Sistem pembayaran yang berlaku di pedagang pengecer adalah tunai, tetapi pedagang pengecer membayar kepada pedagang pengumpul setelah tiga hari melakukan pembelian. Harga ikan gurame konsumsi yang ditentukan berdasarkan harga yang berlaku di pasar tetapi pembeli dapat melakukan kegiatan tawar-menawar dengan pedagang pengecer. Informasi harga didapatkan pedagang pengecer melalui kesepakatan antar pedagang lainnya. Selain itu pedagang pengecer dapat dengan mudah keluar masuk pasar, karena tidak terdapat hambatan bagi pedagang pengecer lain untuk memasuki pasar. 6.4 Perilaku Pasar Perilaku pasar merupakan pola atau tingkah laku dari lembaga tataniaga yang menyesuaikan dengan struktur pasar, dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan dalam menghadapi struktur pasar seperti, sistem penentuan harga dan pembayaran, serta kerjasama antar lembaga pemasaran. Pada beberapa lembaga tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran memiliki perilaku pasar yang berbeda, maka perilaku pasar tataniaga ikan gurame dibedakan menjadi dua jenis yaitu ditingkat tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga ikan gurame konsumsi Perilaku Pasar Tataniaga Benih Ikan Gurame Tataniaga benih ikan gurame dilakukan mengingat masa panen ikan gurame konsumsi yang cukup lama, sehingga untuk permodalan pembesaran ikan gurame konsumsi maka petani ikan gurame melakukan penjualan benih ikan gurame di Desa Pabuaran. Petani ikan gurame di Desa Pabuaran melakukan pemanenan pada saat kondisi cuaca cerah dan memproduksi hasil benih ikan gurame untuk dijual kepada pedagang pengumpul sesuai dengan pemesanan dan permintaan konsumen. Produksi rata-rata benih ikan gurame dengan bobot 166 gram per 30 m 2 sebanyak 900 ekor, dengan harga per ekornya Rp 3.500,00 selama 3 bulan dari ukuran benih 2 cm. Sistem penentuan harga ditingkat petani adanya sistem tawar menawar antar petani dan pedagang pengumpul. Harga jual dari pedagang 77

21 pengumpul kepada konsumen benih sebesar Rp 4.250,00. Harga yang terbentuk dari petani kepada pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul dengan petani pembesaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak dan perkembangan harga di pasar. Sistem pembayaran pedagang pengumpul ke petani secara tunai. Kegiatan pembelian pada pedagang pengumpul yakni mengambil benih ikan gurame di lokasi yaitu empang petani ketika adanya pesanan dari petani pembesaran. Pada saat penelitian pedagang pengumpul melakukan pemanenan benih ikan gurame sendiri di empang petani serta memasarkan benih ikan gurame dari petani kepada petani pembesaran dalam waktu seminggu sekali. Petani tidak menanggung biaya pemanenan dan pengangkutan, tetapi biaya tersebut ditanggung oleh pedagang pengumpul. Pada saat penelitian, Pedagang pengumpul mengangkut benih ikan gurame dari petani ikan di Desa Pabuaran kepada petani pembesaran, setiap sekali pemanenan bervariasi tergantung luas lahan yang dimilikinya rata-rata 3000 sampai 6000 ekor, Pengangkutan benih ikan gurame dilakukan dengan menggunakan jerigen plastik berisikan air 20 liter dengan kapasitas benih ikan gurame sebanyak 30 sampai 45 ekor. Penjualan yang dilakukan Pedagang pengumpul mengirim langsung kepada petani pembesaran, sesuai dengan pemesanan dan permintaan konsumen. Sistem pembayaran petani pembesaran ke pedagang pengumpul secara tunai. Berdasarkan hasil penelitian, kerjasama yang terjadi antara petani dan pedagang pengumpul benih ikan gurame sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan dengan rasa kepercayaan sehingga hubungan yang lama dan bersifat berkelanjutan dalam mengantarkan hasil produksi menjadi hubungan kerjasama yang baik antara petani dan pedagang pengumpul. Petani pembesaran memiliki hak dalam memilih pedagang pengumpul benih untuk mendapatkan benih yang sesuai dengan bobot yang diinginkan. Petani pembesaran membesarkan benih hingga ukuran konsumsi yakni 500 dan 800 gram. Dengan adanya penyortiran pada benih ikan gurame dari petani kepada pedagang pengumpul kebutuhan petani pembesaran akan benih ikan gurame 78

22 terpenuhi dan hubungan kerjasama yang terbentuk menjadi hubungan baik dan dibangun dari rasa saling percaya. Hubungan kerjasama sudah berlangsung lama lebih kurang lima tahun dan tidak terikat kontrak. Pedagang pengumpul benih ikan gurame dengan petani pembesaran, hubungan kerjasama yang dibina dalam bentuk pelanggan tetap Perilaku Pasar Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi Pemanenan ikan gurame konsumsi dilakukan petani ikan gurame di Desa Pabuaran pada saat kondisi cuaca cerah di pagi hari dan sore hari. Ukuran ikan konsumsi yang dipanen sesuai dengan permintaan pasar yakni 500 dan 800 gram. Produksi rata-rata ikan gurame konsumsi di Desa Pabuaran ukuran 500 gram dan 800 gram per 50 m 2 dan 60 m 2 sebanyak 100 kilogram sampai 300 kilogram. Pada saat penelitian, kegiatan penjualan ditingkat petani menjual ikan gurame konsumsi dilakukan setiap satu bulan sekali. Petani menjual ikan gurame konsumsi kepada dua orang responden pedagang pengumpul. Kegiatan pembelian pada pedagang pengumpul dengan melakukan pemanenan sendiri setelah adanya proses tawar-menawar dan kesepakatan harga dari petani. Pedagang pengumpul yang terdiri dari dua orang mengangkut ikan gurame konsumsi sesuai dengan permintaan konsumen sebanyak 400 kilogram sampai 800 kilogram dengan bobot 500 gram sebesar 450 kilogram dan 800 gram sebesar 720 kilogram. Biaya pengangkutan dan risiko kematian ikan pada saat penyimpanan maupun diperjalanan dalam memasarkan ikan gurame konsumsi ditanggung oleh pedagang pengumpul. Sistem pembayaran pedagang pengumpul ke petani secara tunai. Pengiriman ikan gurame dari pedagang pengumpul ke konsumen dan kepada pedagang pengecer tergantung pemesanan dan permintaan dari pihak konsumen dan pedagang pengecer. Sehingga pedagang pengumpul menanggung biaya penyimpanan seperti upah tenaga kerja untuk mengambil ikan di kolam penyimpanan dan kerugian akibat kematian ikan gurame konsumsi di kolam penyimpanan dan perjalanan pada saat pengiriman. Kegiatan penjualan yang dilakukan pedagang pengumpul dengan mengirim ikan gurame konsumsi kepada pedagang pengecer di pasar Laladon, 79

23 pasar Anyar Bogor dan pedagang pengumpul mengirimkan pesanan ikan gurame konsumsi kepada konsumen antara. Pengiriman kepada konsumen antara tergantung adanya pesanan dari pihak restoran. Pada saat penelitian, pengiriman ikan gurame ke konsumen antara dilakukan setiap satu bulan sekali rata-rata setiap sekali pengiriman sebesar 150 kilogram sampai 400 kilogram dengan bobot 500 gram sebesar 150 kilogram, dan 800 gram sebesar 300 kilogram. Responden pedagang pengecer yang terdiri dari dua orang pedagang, melakukan pembelian kepada pedagang pengumpul setiap satu bulan sekali ratarata sebanyak 200 kilogram sampai 400 kilogram, dengan bobot 500 gram sebesar 300 kilogram dan 800 gram sebesar 420 kilogram. Pedagang pengecer menjualnya lagi ke konsumen rumah tangga setiap hari dengan rata-rata 7 sampai 12 kilogram. Sistem pembayaran dari pedagang pengecer kepada pedagang pengumpul dilakukan setelah tiga hari melakukan pembelian. Konsumen antara seperti restoran melakukan pembayaran kepada pedagang pengumpul setelah seminggu melakukan pembelian. Penjualan yang dilakukan pedagang pengecer penentuan harganya di tetapkan sesama para pedagang pengecer di pasar Laladon dan pasar Anyar Bogor. Pengemasan yang dilakukan pedagang pengecer untuk setiap pembelian menggunakan kantong plastik dan ikan sudah dibersihkan untuk konsumen rumah tangga tetapi untuk restoran menggunakan jerigen kecil ukuran 20 liter. Sistem penentuan harga ikan gurame konsumsi ditingkat petani adanya sistem tawar menawar antar petani dan pedagang pengumpul, harga yang terbentuk sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Harga jual ikan gurame konsumsi ditingkat petani rata- rata sebesar Rp ,00 per kilogram. Penentuan harga antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer berdasarkan tawar menawar dan mekanisme pasar. Harga jual ikan gurame konsumsi ditingkat pedagang pengumpul rata-rata sebesar Rp ,00 sedangkan harga jual ikan gurame konsumsi ditingkat pedagang pengecer rata-rata sebesar Rp ,00. Harga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di lokasi pasar Laladon, dan pasar Anyar. Kerjasama sangat dibutuhkan antar lembaga tataniaga dalam saluran tataniaga untuk menunjang kelancaran dan kemudahan dalam tataniaga ikan 80

24 gurame. Besarnya biaya tataniaga yang dikeluarkan dapat merugikan lembaga tataniaga, kerjasama antar lembaga tataniaga yang baik akan meminimalkan biaya tataniaga yang dikeluarkan masing-masing lembaga tataniaga. Berdasarkan hasil penelitian, kerjasama yang terjadi antara petani dan pedagang pengumpul sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan dengan saling percaya sehingga hubungan yang lama dan bersifat berkelanjutan dalam mengantarkan hasil produksi terjalin hubungan kerjasama yang baik antara petani dan pedagang pengumpul. Hubungan kerjasama ini tidak terikat kontrak kerjasama antar kedua belah pihak, hanya seperti hubungan baik dan kekeluargaan serta saling ketergantungan antar kedua belah pihak. Hubungan pedagang pengumpul dengan pedagang pengecer sama seperti hubungan petani dengan pedagang pengumpul. Kebutuhan pedagang pengecer akan ikan gurame konsumsi selalu dipenuhi oleh pedagang pengumpul, sesuai dengan permintaan pasar dan kebutuhan konsumen. Permainan spekulasi harga untuk menguntungkan sepihak sangat jarang terjadi, karena hubungan yang dibina seperti hubungan kekeluargaan yang sangat erat diantara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, dan ada beberapa juga dari pedagang pengecer hubungan kerjasamanya dalam bentuk pelanggan. 6.5 Analisis Marjin Tataniaga Marjin tataniaga merupakan harga dari semua nilai guna atau nilai tambah dari aktivitas dan penanganan fungsi dari lembaga yang dilakukan dalam aktivitas bisnis di sistem tataniaga tersebut. Marjin ditingkat lembaga tataniaga merupakan selisih harga jual dengan harga beli. Dalam penelitian tataniaga ikan gurame, marjin tataniaga dihitung berdasarkan ketiga jalur tataniaga baik benih ikan gurame maupun konsumsi. Adapun analisis marjin dan penyebarannya antar lembaga tataniaga dapat dilihat pada Tabel 15. Sistem tataniaga ikan gurame di desa Pabuaran terdiri dari dua pola tataniaga yakni tataniaga benih ikan gurame dan tataniaga ikan gurame konsumsi. Tataniaga benih ikan gurame yaitu dari petani ke pedagang pengumpul benih dari pedagang pengumpul ke petani pembesaran. Tataniaga ikan gurame konsumsi terdapat dua saluran tataniaga yaitu saluran tataniaga pertama dari petani ke 81

25 pedagang pengumpul dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer sedangkan saluran tataniaga dua dari petani ke pedagang pengumpul dari pedagang pengumpul ke konsumen antara. Biaya-biaya yang dikeluarkan pada dua pola tataniaga ikan gurame berbeda-beda. Biaya tataniaga benih ikan gurame meliputi biaya transportasi, pengemasan atau pengangkutan, tenaga kerja sedangkan biaya tataniaga ikan gurame konsumsi meliputi biaya transportasi, pengemasan atau pengangkutan, tenaga kerja, penyimpanan, biaya retribusi, penyusutan bobot dan resiko kematian. Keuntungan tataniaga merupakan kepuasan dari lembaga tataniaga yang diukur dari besarnya imbalan yang diterima atas biaya yang dikeluarkan dalam pendistribusian benih ikan gurame dan konsumsi. Pada tataniaga benih ikan gurame lembaga tataniaga yang terlibat ialah pedagang pengumpul. Produksi benih rata-rata petani ikan gurame dari 10 responden ataupun kelompok Tunas Mina Terpadu dari Desa Pabuaran sebanyak ekor per bulan. Petani ikan gurame menjual benih tergantung pemesanan, pada saat penelitian dua sampai empat kali dalam waktu satu bulan, petani sekali menjual bervariasi antara 3000 sampai 6000 ekor. Pedagang pengumpul membeli benih ikan gurame kepada petani sebanyak 5000 ekor dengan harga Rp 3.500,00 per ekor. Kemudian, Pedagang pengumpul menjual benih ikan gurame kepada petani pembesaran dengan harga Rp 4.250,00 per ekor. Dari hasil penjualannya pedagang pengumpul mendapatkan marjin tataniaga sebesar Rp 750,00 per ekor. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul dalam memasarkan benih ikan gurame seperti biaya transport sebesar Rp 70,00 per ekor,biaya tenaga kerja sebesar Rp 33,20 per ekor, biaya pengemasan Rp 1,17 per ekor. Keuntungan yang diterima oleh pedagang pengumpul sebesar Rp 645,63 per ekor. Pada tataniaga ikan gurame konsumsi saluran tataniaga satu, lembaga tataniaga yang terlibat ialah pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Produksi ikan gurame konsumsi rata-rata petani ikan gurame dari 10 responden ataupun kelompok Tunas Mina Terpadu dari Desa Pabuaran sebanyak 1 ton sampai 2 ton per dua bulan, petani ikan gurame menjual ikan konsumsi sesuai dengan permintaan pasar sebanyak satu kali dalam satu bulan. 82

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Tataniaga Saluran tataniaga sayuran bayam di Desa Ciaruten Ilir dari petani hingga konsumen akhir melibatkan beberapa lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Desa Pabuaran Desa Pabuaran berada di wilayah Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR

VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR 6.1. Sistem Tataniaga Sistem Tataniaga nenas Bogor di Desa Cipelang yang dimulai dari petani sebagai penghasil (produsen) hingga konsumen akhir, melibatkan beberapa lembaga

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA 1 ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA (Wholesaler Receiver) DARI DAERAH SENTRA PRODUKSI BOGOR KE PASAR INDUK RAMAYANA BOGOR Oleh Euis Dasipah Abstrak Tujuan tataniaga ikan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

SKRIPSI SNIS BOGOR 20111

SKRIPSI SNIS BOGOR 20111 ANALISIS TATANIAGA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy Lac.) Di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor SKRIPSI MAHRENI HARAHAP H34070106 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUTT

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum Komoditi Ikan Gurame

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum Komoditi Ikan Gurame II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komoditi Ikan Gurame 2.1.1 Budidaya Ikan Gurame Menurut Senjaya (2002), pembudidayaan gurame pada usaha pembenihan memegang peranan penting karena selama ini ketersediaan

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Pada perekonomian saat ini, hubungan produsen dan konsumen dalam melakukan proses tataniaga jarang sekali berinteraksi secara

Lebih terperinci

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya Boks Pola Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya Pendahuluan Berdasarkan kajian dengan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA), diperoleh temuan bahwa kelompok komoditas yang

Lebih terperinci

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam memasarkan sebuah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT Adida 1, Kukuh Nirmala 2, Sri Harijati 3 1 Alumni Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol Karo (2010) melakukan penelitian mengenai analisis usahatani dan pemasaran kembang kol di Kelompok Tani Suka Tani, Desa Tugu Utara,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Saluran Pemasaran, dan Fungsi Pemasaran Saluran pemasaran jagung menurut Soekartawi (2002) merupakan aliran barang dari produsen kepada konsumen. Saluran pemasaran jagung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-manawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar 2007).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Produk Hasil Perikanan Tangkap Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dibudidayakan dengan alat atau cara apapun. Produk hasil perikanan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII RESEARCH BY Ricky Herdiyansyah SP, MSc Ricky Herdiyansyah SP., MSc rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII PEMASARAN : Aliran produk secara fisis dan ekonomik dari produsen melalui pedagang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Ikan Lele Sangkuriang Ikan Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa.

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran merupakan semua kegiatan yang mengarahkan aliran barangbarang dari produsen kepada konsumen termasuk kegiatan operasi dan transaksi yang terlibat dalam pergerakan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Pemasaran melinjo di Desa Kepek Kecamatan Saptosari menerapkan sistem kiloan yaitu melinjo dibeli oleh pedagang dari petani dengan satuan rupiah per kilogram.

Lebih terperinci

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) oleh TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Peluang Pemasaran Lele dan Patin Pasar Dalam Negeri Permintaan lele untuk dua pasar di DKI

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasari oleh teori-teori mengenai konsep sistem tataniaga; konsep fungsi tataniaga; konsep saluran dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 8.1. Analisis Biaya Usaha Pembesaran Lele Dumbo CV Jumbo Bintang Biaya merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis 2.1.1. Pemasaran Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik oleh perusahaan, lembaga maupun suatu negara. Terjadi pergeseran kebutuhan sifat dari

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Konsep Tataniaga Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya melibatkan individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis Kubis juga disebut kol dibeberapa daerah. Kubis merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan pada sektor agribisnis yang dapat memberikan sumbangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pemasaran Dalam penelitian ini yang diidentifikasi dalam sistem pemasaran yaitu lembaga pemasaran, saluran pemasaran, serta fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Bab 3. Budidaya pembenihan ikan konsumsi

Bab 3. Budidaya pembenihan ikan konsumsi Bab 3 Budidaya pembenihan ikan konsumsi Nama kelompok : dani andrean isna nur hanifa hadyan nandana maarif maulana nanak cito t putri rosita rendra fitra tania novita Pembenihan ikan konsumsi Jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pasar Ciroyom Bermartabat terletak di pusat Kota Bandung dengan alamat Jalan Ciroyom-Rajawali. Pasar Ciroyom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006), istilah tataniaga dan pemasaran merupakan terjemahan dari marketing, selanjutnya tataniaga

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TALAS (Kasus di Desa Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh SRI WIDIYANTI A14105608 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK 56 TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA Agus Trias Budi, Pujiharto, dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 13 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Bidang usaha peternakan saat ini sudah mengalami kemajuan pesat. Kemajuan ini terlihat dari konsumsi masyarakat akan kebutuhan daging meningkat, sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang 46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pola Distribusi Pemasaran Cabai Distribusi adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang

Lebih terperinci

Bisnis Budi Daya Ikan Gurami

Bisnis Budi Daya Ikan Gurami Bisnis Budi Daya Ikan Gurami Tugas mata kuliyah Lingkungan Bisnis Nama : M.Syaifuddin Zuhri Nim : 10.11.4060 Kelas : S1TI-2G STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Membudidayakan ikan gurami untuk bisnis

Lebih terperinci

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pedagang di Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010 V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Bekasi Utara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah utara Kota Bekasi dengan luas wilayah sekitar

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI TATANIAGA BENIH IKAN GURAME MELALUI DAN TANPA MELALUI KELOMPOK TANI DI DESA SUKAMAJU KIDUL KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA TAUFIK ARIFIN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KPJI

V. GAMBARAN UMUM KPJI V. GAMBARAN UMUM KPJI 5.1 Sejarah KPJI Usaha Komunitas Petani Jamur Ikhlas (KPJI) merupakan sebuah usaha kelompok yang terdiri dari beberapa petani, yang dipimpin oleh Pak Jainal. KPJI berdiri di Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang merupakan anggota Allium yang paling banyak diusahakan dan memiliki nilai ekonomis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

Daftar Hasil Wawancara. Adapun daftar pertanyaan dan jawaban ata pertanyaan sebagai berikut:

Daftar Hasil Wawancara. Adapun daftar pertanyaan dan jawaban ata pertanyaan sebagai berikut: Daftar Hasil Wawancara Informan yang dipakai dalam penelitian ini adalah informan kunci. Informan kunci merupakan orang yang menjadi narasumber yang mengetahui seluruhnya mengenai objek penelitian. Wawancara

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR

EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR EFISIENSI PEMASARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI DESA KANDANGSEMANGKON KECAMATAN PACIRAN, KABUPATEN LAMONGAN, PROVINSI JAWA TIMUR Faisol Mas ud dan Slamet Hariyanto Fakultas Perikanan Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa penelitian yaitu Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Data profil Desa Tahun 2009 menyebutkan luas persawahan 80 ha/m 2, sedangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU MARKETING ANALYSIS OF WHITE OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) IN PEKANBARU CITY Wan Azmiliana 1), Ermi Tety 2), Yusmini

Lebih terperinci

Pengertian,Fungsi,Bentuk,Peranan dan Kegunaan Pasar

Pengertian,Fungsi,Bentuk,Peranan dan Kegunaan Pasar Pengertian,Fungsi,Bentuk,Peranan dan Kegunaan Pasar A. PENGERTIAN PASAR Pengertian pasar secara konkret adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual. Dalam ilmu ekonomi, pengertian pasar lebih dititikberatkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK 69 adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio

Lebih terperinci

Gambar 4.5 Kriteria Panen, Penilaian Tingkat Kematangan Secara Visual

Gambar 4.5 Kriteria Panen, Penilaian Tingkat Kematangan Secara Visual LAMPIRAN Gambar 4.5 Kriteria Panen, Penilaian Tingkat Kematangan Secara Visual Keterangan : a. Cabai siap panen. b. Cabai belum siap panen. c. Cabai tidak diperkenakan untuk a b c dipanen. 28 Gambar 4.6

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA

DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus Affinis) DI TPI UJUNGBATU JEPARA Trisnani Dwi Hapsari 1 Ringkasan Ikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster 43 Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Klaster 44 Lampiran 1 Usahatani Jahe Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Non Klater 45 Lampiran 2. Output Karakteristik

Lebih terperinci

TELAAHAN TERHADAP JALUR PEMASARAN KEDELAI DI DAERAH TRANSMIGRASI JAMBI

TELAAHAN TERHADAP JALUR PEMASARAN KEDELAI DI DAERAH TRANSMIGRASI JAMBI TELAAHAN TERHADAP JALUR PEMASARAN KEDELAI DI DAERAH TRANSMIGRASI JAMBI Oleh A. Rozany Nurmanaf*) Abstrak Program khusus usahatani kedelai dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk diantaranya daerah transmigrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru memenuhi permintaan ikan lele konsumsi 46%, kekurangan ikan lele

BAB I PENDAHULUAN. baru memenuhi permintaan ikan lele konsumsi 46%, kekurangan ikan lele BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha peternakan ikan lele masuk ke Indonesia pada tahun 1985. Ikan lele dijadikan komoditas yang diunggulkan karena membutuhkan lahan yang terbatas dengan padat lebar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar SNI : 01-6133 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1 3 Definisi...1

Lebih terperinci