KAJIAN OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN PADA PT. X. Oleh HANDAYANI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN PADA PT. X. Oleh HANDAYANI H"

Transkripsi

1 KAJIAN OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN PADA PT. X Oleh HANDAYANI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN Handayani. H Kajian Optimalisasi Distribusi Sayuran pada PT. X. Dibawah bimbingan Heti Mulyati Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan juga diikuti dengan peningkatan pertumbuhan pada sub sektor hortikultura khususnya komoditi sayuran sebesar 7,18 persen. Peningkatan tersebut bersumber dari ekspor sayuran yang meningkat sebesar 5,17 persen tahun 2008 dan konsumsi masyarakat terhadap sayuran sebesar 1,03 persen tahun Kondisi ini dimanfaatkan oleh pelaku usaha sayuran dalam memenuhi permintaan pasar tersebut. Sifat sayuran yang tidak tahan lama membuat faktor distribusi berperan sangat penting dan berpengaruh dalam usaha sayuran. Pendistribusian yang tidak optimal akan menyebabkan ketidakefisienan biaya distribusi sehingga sangat diperlukan optimalisasi distribusi. PT. X merupakan perusahaan agribisnis yang menghasilkan sayuran berkualitas dengan penggunaan sistem budidaya modern seperti hidroponik dan aeroponik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk (1) menganalisis sistem distribusi yang dilakukan oleh PT. X dan (2) menganalisis alokasi distribusi optimal sayuran pada PT. X. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Dalam menganalisis sistem distribusi yang dilakukan PT. X, digunakan analisis deskriptif, sedangkan untuk menganalisis alokasi distribusi optimal sayuran pada PT. X menggunakan analisis kuantitatif yaitu model transportasi pada linear programming dengan bantuan software Linear Interactive and discrete Optimizer (LINDO) dan bantuan microsoft Excel. Persamaan dari model transportasi yaitu minimalisasi fungsi Z = 823X X X X X X 16. Berdasarkan hasil penelitian, sistem distribusi yang dilakukan oleh PT. X dimulai dari kebun PT. X yang berada di Cianjur dilanjutkan dengan proses distribusi sayuran ke kantor PT. X yang berada di Jakarta Pusat dan didistribusikan ke tiap pelanggan oleh staff pengiriman. Hasil analisis primal menyatakan adanya penyimpangan antara alokasi distribusi aktual dengan alokasi distribusi optimal. Total penyimpangan per hari yang terjadi pada tahun 2009 sebesar 10,19 kg atau 3.201,03 kg (3,2 ton) per tahun Namun, penyimpangan tersebut tidak menunjukkan adanya penyimpangan pada biaya distribusi. Biaya distribusi yang dikeluarkan oleh PT. X masih dalam batas optimal yaitu sebesar Rp selama tahun Hasil analisis dual menunjukkan kelompok 1 memiliki nilai dual price terbesar yaitu Rp. 823 dan nilai dual price terkecil terdapat pada kelompok 5 yaitu Rp Hasil analisis sensitivitas biaya distribusi menunjukkan tiap kelompok memiliki nilai allowable increase sebesar infinity dan nilai allowable decrease berturut-turut yaitu Rp. 823, Rp. 503, Rp. 401, Rp. 372, Rp. 355, dan Rp Hasil analisis sensitivitas kendala penawaran dan permintaan menunjukkan kendala penawaran memiliki nilai allowable increase sebesar infinity dan nilai allowable decrease sebesar 0 kg. Pada kendala permintaan, nilai allowable increase tiap kelompok yaitu 0 kg dan nilai allowable decrease dengan nilai terbesar terdapat pada kelompok 5 sebesar 202,17 kg dan nilai terkecil terdapat pada kelompok 6 yaitu 66,43 kg.

3 KAJIAN OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN PADA PT. X SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh HANDAYANI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

4 Judul Skripsi Nama NIM : Kajian Optimalisasi Distribusi Sayuran pada PT. X : Handayani : H Menyetujui, Dosen Pembimbing (Heti Mulyati, S.TP, MT) NIP Mengetahui, Ketua Departemen (Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Dumai pada tanggal 11 Nopember Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Darwis dan Hamidah. Penulis telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 014 Bukit Nenas pada tahun , Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 5 Dumai pada tahun , dan Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Dumai pada tahun Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dengan sistem Mayor Minor dan diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi himpunan mahasiswa Departemen Manajemen, yaitu Centre of Management (Com@) sebagai bendahara dan staff pada divisi Produksi dan Operasi pada tahun 2008 dan tahun Penulis juga aktif pada aktivitas kepanitiaan yang ada di kampus. Pada tahun 2009, penulis mendapatkan pelatihan Sistem Informasi Manajemen Pegawai (SIMPEG) di Perpustakaan Departemen Pertanian.

6 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kajian Optimalisasi Distribusi Sayuran pada PT. X. Maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menganalisis sistem distribusi yang dilakukan oleh PT. X dan alokasi distribusi optimal dalam mendistribusikan sayuran pada PT. X. Dengan adanya optimalisasi distribusi sayuran, maka PT. X dapat mengetahui alokasi distribusi optimal sayuran yang dapat meminimalisasi biaya distribusi yang dikeluarkan dan penyimpangan alokasi distribusi yang terjadi pada perusahaan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan, memberikan dan berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan, khususnya Manajemen Produksi dan Operasi. Bogor, Agustus 2010 Penulis

7 UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang membantu baik membantu secara moril maupun materil dan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Orang tuaku tercinta, kakek dan nenekku, kakakku, adik-adikku, kakak iparku, dan keponakan baruku yang telah memberikan kasih sayang, nasehat, inspirasi hidup, dan doa yang tulus kepada penulis. 2. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT sebagai dosen pembimbing yang meluangkan waktu, pikiran, memberikan arahan, saran, motivasi, dan kemudahan kepada penulis. 3. Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Bapak Alim Setiawan, S.TP, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen FEM IPB atas segala bantuan yang diberikan selama penulis jadi mahasiswa. 6. Pimpinan PT. X beserta seluruh staff yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu dan memberikan informasi kepada penulis. 7. Sahabat-sahabatku yaitu Nenny, Heni, Nurul, Alin, Windry, Iis, Santi, dan Irma yang selalu memberikan semangat dan arti persahabatan kepada penulis selama kuliah. 8. Teman-teman satu tempat penelitian yaitu Nenny dan Emil yang telah berjuang bersama-sama baik susah maupun senang saat penelitian. 9. Teman-teman satu bimbingan yaitu Emil, Thifa, Suharman, Lulus, dan Ade. 10. Semua teman-teman Manajemen angkatan 43 yang selalu bersama-sama membuat kenangan dan persahabatan yang indah. 11. Teman-teman satu kostan yaitu Dwi, Rahma, Mbak Mel, Mbak Rya, dan Mbak Nita yang selalu berbagi cerita dan nasehat.

8 12. Teman-teman dari Dumai yaitu Ulfa dan Iza yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. 13. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bogor, Agustus 2010 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERMAKASIH... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Manfaat Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Saluran Distribusi Permasalahan dalam Saluran Distribusi Optimalisasi Pemrograman Linier Model Transportasi Masalah Transportasi Tak Seimbang Penelitian Terdahulu III. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Tahapan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Metode Pengambilan Data Metode Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. X Sumber Daya Manusia Sistem Distribusi PT. X... 34

10 Mekanisme Pemenuhan Pesanan Pelanggan dan Pembayaran Sayuran oleh Pelanggan Analisis Alokasi Distribusi Optimal PT. X Deskripsi Model Analisis Primal Analisis Dual Analisis Sensitivitas Analisis Sensitivitas Biaya Distribusi Analisis Sensitivitas Kendala Penawaran dan Permintaan Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 55

11 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Nilai PDB Komoditi Hortikultura Tahun (berdasarkan harga berlaku) Jenis Data, Sumber Data, Metode Pengumpulan Data, dan Metode Analisis Data Daerah Tujuan dan Jenis Kendaraan yang Digunakan dalam Pendistribusian Sayuran Jenis Sayuran yang Ditanam Tiap Blok Jumlah Karyawan pada PT. X Pendistribusian Sayuran dan Total Biaya Distribusi Aktual Per hari pada Tiap Kendaraan Selama Tahun Tabel Transportasi Sayuran pada PT. X Analisis Primal Terhadap Biaya Distribusi Per hari Analisis Dual Terhadap Volume Distribusi Sayuran Per hari (dalam Rupiah) Analisis Sensitivitas Terhadap Biaya Distribusi/kg Tiap Kelompok Pelanggan Per hari (dalam Rupiah) Analisis Sensitivitas Terhadap Kendala Penawaran dan Permintaan Per hari (dalam Kilogram)... 49

12 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Saluran Distribusi untuk Barang Konsumsi Bentuk Pola Saluran Distribusi Saluran Distribusi Melalui Pedagang Besar dan Pengecer Kerangka Pemikiran Penelitian Tahapan Penelitian Tata Ruang Kebun PT. X Struktur Organisasi PT. X Sistem Distribusi Sayuran pada PT. X Diagram Alir Pemenuhan Pesanan Pelanggan Diagram Alir Sistem Pembayaran oleh Pelanggan... 38

13 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Pedoman Wawancara Penelitian Input data dan hasil pengolahan data dengan LINDO... 56

14 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia yang meningkat setiap tahunnya dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan PDB tahun 2009 meningkat sebesar 4,5 persen dari tahun 2008, sedangkan pertumbuhan PDB tahun 2008 meningkat sebesar 6,1 persen dari tahun Begitu juga dengan PDB sektor pertanian. Pertumbuhan PDB sektor pertanian pada tahun 2009 sebesar 4,1 persen dan pada tahun 2008 meningkat sebesar 4,8 persen. Peningkatan PDB pada sektor pertanian menunjukkan bahwa adanya peningkatan permintaan pada sektor tersebut dari tahun 2007 hingga tahun Salah satu sumber yang potensial dalam pertumbuhan sektor pertanian adalah hortikultura. Kontribusi hortikultura terhadap nilai PDB memperlihatkan adanya peningkatan tiap tahunnya. Jika pada tahun 2008 kontribusi hortikultura terhadap PDB mengalami peningkatan sebesar 4,55 persen dari tahun 2007, maka pada tahun 2009 kontribusinya diperkirakan meningkat sebesar 5,92 persen. Produk hortikultura terdiri dari komoditi buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka. Peran tiap komoditi terhadap nilai PDB hortikultura dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai PDB Komoditi Hortikultura Tahun (berdasarkan harga berlaku) No Kelompok Komoditi PDB (Milyar) Pertumbuhan (%) Buah-buahan ,02 2 Sayuran ,18 3 Tanaman Hias ,48 4 Tanaman Biofarmaka ,32 Total ,55 Sumber: Sinar Tani (2010) 2 1 Badan Pusat Statistik. 10 Februari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. [18 April 2010] Sinar Tani. 4 Mei Kawasan Hortikultura Menciptakan Kekuatan Pengembangan komoditi. [9 Mei 2010]

15 2 Tabel 1 menunjukkan peningkatan nilai PDB terjadi pada setiap komoditi. Pada komoditi sayuran terjadi peningkatan sebesar 7,18 persen dari tahun 2007 ke tahun Peningkatan tersebut bersumber dari ekspor sayuran dan kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat dan makanan sehat yang terus mengalami peningkatan. Peningkatan ekspor tersebut dapat dilihat dari perkembangan volume ekspor yang pada tahun 2007 sebesar kg menjadi kg pada tahun 2008 atau meningkat sebesar 5,17 persen. Dengan multi manfaat yang ada pada sayuran, menjadikan konsumsi masyarakat terhadap sayuran semakin meningkat yaitu dari 40,90 kg per kapita per tahun pada tahun 2007 menjadi 41, 32 kg per kapita per tahun pada tahun 2008 atau meningkat sebesar 1,03 persen. walaupun tingkat konsumsinya masih jauh dari standar yang disarankan Departemen Kesehatan dan Food Agriculture Organization (FAO) yaitu sebesar 75 kg per kapita per tahun. Permintaan terhadap sayuran yang meningkat merupakan peluang yang potensial bagi pelaku usaha sayuran. Tiap pelaku usaha sayuran berlomba-lomba untuk memenuhi permintaan pasar tersebut sehingga terjadinya persaingan diantara pelaku usaha sayuran. Tiap pelaku usaha sayuran berusaha mencari cara untuk memenangkan persaingan yang ada. Faktor iklim, cuaca, dan penanganan panen dan pasca panen merupakan faktor yang penting dalam budidaya sayuran. Namun dalam proses pemenuhan permintaan, pelaku usaha sayuran harus memperhatikan faktor distribusi. Sifat sayuran yang tidak tahan lama membuat faktor distribusi berperan sangat penting dan berpengaruh dalam usaha sayuran. Proses pendistribusian sayuran ke pelanggan sangat berkaitan dengan biaya distribusi yang dikeluarkan pelaku usaha sayuran. Pendistribusian yang tidak optimal akan menyebabkan ketidakefisienan biaya distribusi sehingga sangat diperlukan optimalisasi distribusi. Keuntungan yang diperoleh pelaku usaha sayuran dalam melakukan optimalisasi distribusi yaitu dapat mengetahui alokasi distribusi sayuran yang optimal ke tiap pelanggan dan mengetahui biaya distribusi optimal yang harus dikeluarkan saat mendistribusikan

16 3 sayuran ke tiap pelanggan. Optimalisasi distribusi sayuran dapat mengurangi penyimpangan yang mungkin terjadi ketika sayuran didistribusikan ke pelanggan. Tuntutan dari pelanggan yang mengharuskan sayuran sampai ke tangannya tetap segar, sehingga pelaku usaha sayuran harus memperhatikan sistem distribusi yang digunakan. Sayuran merupakan produk pertanian yang tidak tahan lama, sehingga diperlukan jenis sistem distribusi yang tepat dan efektif. Dalam mendistribusikan sayuran ke pelanggan, pelaku usaha sayuran dapat menggunakan sistem distribusi langsung maupun tidak langsung. Sistem distribusi langsung menunjukkan adanya interaksi secara langsung antara pelaku usaha sayuran dengan pelanggan saat proses pendistribusian sayuran. Sedangkan sistem distribusi tidak langsung menunjukkan adanya perantara antara pelaku usaha sayuran dengan pelanggan saat proses pendistribusian sayuran ke pelanggan. Perantara yang biasa digunakan seperti swalayan-swalayan modern, pedagang besar, pedagang sedang, dan pengecer. PT. X merupakan perusahaan agribisnis yang memasarkan sayuran berkualitas dengan budidaya modern seperti hidroponik dan aeroponik. Sayuran yang dihasilkan sebagian besar merupakan sayuran yang jarang ditemui di pasar tradisional seperti radicchio, kailan, horenzo, zukini, frizze, kyuri, lollorosa, romaine, dan herbs (mint, coriander, sweet basil, cvives fennel). Pelanggan yang dilayani perusahaan berupa hotel berbintang, restoran dan cafe eksklusif, dan perusahaan katering profesional yang melayani penerbangan domestik dan luar negeri. Lokasi pelanggan yang tersebar di bagian Jakarta (Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat) dan Tangerang serta tetap segarnya sayuran hingga ke pelanggan, mengharuskan perusahaan melakukan optimalisasi distribusi dan selektif dalam memilih sistem distribusi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang terkait dengan alokasi distribusi sayuran PT. X.

17 4 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: 1. Bagaimana sistem distribusi yang dilakukan oleh PT. X? 2. Bagaimana alokasi distribusi optimal dalam mendistribusikan sayuran pada PT. X? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu: 1. Menganalisis sistem distribusi yang dilakukan oleh PT. X 2. Menganalisis alokasi distribusi optimal sayuran pada PT. X 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu mencakup pengalokasian distribusi optimal yang dapat meminimalisasikan biaya distribusi yang dilakukan oleh PT. X. Distribusi yang dilakukan perusahaan mencakup wilayah Jakarta dan Tangerang. Analisis sensitivitas yang dibahas dalam penelitian ini meliputi analisis sensitivitas biaya distribusi dan analisis kendala pada aspek penawaran dan permintaan tahun Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain yaitu: 1. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu secara langsung yang diperoleh selama kuliah. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan dan sumber pemikiran baru dibidang distribusi sayuran yaitu dapat melakukan kebijakan distribusi sayuran secara optimal. 3. Bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan sumber informasi dan referensi bagi peneliti selanjutnya, khususnya yang terkait dengan alokasi distribusi optimal sayuran.

18 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Menurut Nasution (2004), distribusi fisik merupakan sambungan kunci (key link) antara produksi dan pemasar yang akan meningkatkan profitabilitas bagi perusahaan. Secara lebih jelas, distribusi fisik adalah istilah yang umumnya dipakai untuk menjelaskan rangkaian kegiatan fungsional yang saling berkaitan agar jumlah barang jadi yang dihasilkan disalurkan melalui saluran distribusi. Distribusi fisik adalah seperangkat kegiatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan arus bahan atau barang jadi dari tempat asal menuju tempat pemakai atau konsumen untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan distribusi fisik ini yaitu mengantarkan produk pada waktu yang tepat dengan tingkat biaya yang serendah mungkin (Kotler, 2005). Hanafiah dan Saefuddin (1986) menyatakan bahwa distribusi merupakan proses pemindahan barang dari tempat produksi ke berbagai tempat atau daerah yang membutuhkan. Dengan adanya distribusi barang, maka dapat menciptakan nilai kegunaan tempat. Apabila distribusi ini dilakukan tepat waktu, maka fungsi distribusi juga akan menciptakan kegunaan waktu. 2.2 Saluran Distribusi Assauri (2007) mendefinisikan bahwa saluran distribusi adalah lembaga-lembaga yang memasarkan produk berupa barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Menurut The American Marketing Association dalam Kodrat (2009), saluran distribusi merupakan suatu struktur yaitu organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang besar dan pengecer, yang melalui sebuah produk atau jasa yang dipasarkan.

19 6 Swastha (1999) menyatakan pada prinsipnya fungsi-fungsi saluran distribusi dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu: 1. Fungsi Pertukaran (transactional function); diperlukan adanya transaksi antara dua pihak atau lebih. Fungsi-fungsi yang terdapat dalam pertukaran adalah pembelian, penjualan, dan pengambilan risiko. 2. Fungsi Penyediaan Fisik (logistical function); berkaitan dengan perpindahan barang-barang secara fisik dari produsen ke konsumen. Fungsi-fungsi yang termasuk dalam penyediaan fisik yaitu pengumpulan, penyimpanan, pemilihan, dan pengangkutan. 3. Fungsi Penunjang (facilitating function); membantu dalam terlaksananya fungsi-fungsi yang lain. Faktor-faktor yang termasuk dalam fungsi penunjang yaitu pelayanan sesudah pembelian, pembelanjaan, penyebaran informasi, dan koordinasi saluran. Saluran distribusi diperlukan oleh setiap perusahaan, karena produsen menghasilkan produk dengan memberikan kegunaan bentuk (formality) bagi konsumen setelah sampai ke tangannya, sedangkan lembaga penyalur membentuk atau memberikan kegunaan waktu, tempat, dan pemilikan dari produk itu. Disamping itu, lembaga juga menjaga agar produk itu tetap tersedia pada saat dan tempat tertentu saat konsumen memerlukannya (Assauri, 2007). Secara luas terdapat lima macam saluran distribusi dalam barangbarang konsumsi. Pada masing-masing saluran, produsen mempunyai alternatif untuk menggunakan kantor dan cabang penjualan. Selain itu juga terdapat kemungkinan penggunaan agen pedagang besar dan pengecer, yang dapat dilihat pada Gambar 1.

20 7 Produsen Produsen Produsen Produsen Produsen Agen Agen Pedagang Besar Pedagang Besar Pengecer Pengecer Pengecer Pengecer Konsumen Konsumen Konsumen Konsumen Konsumen Gambar 1. Saluran distribusi untuk barang konsumsi (Swastha, 1999) Kelima macam saluran tersebut adalah: a. Produsen Konsumen akhir Merupakan saluran distribusi yang paling pendek dan paling sederhana untuk barang-barang konsumsi. Sering juga disebut dengan saluran langsung karena tidak melibatkan pedagang besar. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke rumah). b. Produsen Pengecer Konsumen akhir Dalam saluran ini, beberapa pengecer besar membeli secara langsung dari produsen. Ada juga beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer untuk melayani penjualan langsung pada konsumennya, tetapi kondisi saluran semacam ini tidak umum dipakai. c. Produsen Pedagang Besar Pengecer Konsumen akhir Saluran ini disebut juga saluran tradisional dan banyak digunakan oleh produsen. Pada saluran ini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang.

21 8 d. Produsen Agen Pengecer Konsumen akhir Selain menggunakan pedagang besar, produsen dapat pula menggunakan agen pabrik, makelar, atau perantara agen lainnya untuk mencapai pengecer, terutama pengecer besar. e. Produsen Agen Pedagang Besar Pengecer Konsumen akhir Untuk mencapai pengecer kecil, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara dalam penyaluran barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Assauri (2007) menjelaskan bahwa bentuk pola saluran distribusi dapat dibedakan atas saluran langsung dan saluran tidak langsung. Saluran langsung menunjukkan interaksi antara produsen dengan konsumen secara langsung. Saluran distribusi tidak langsung menggunakan beberapa perantara diantaranya pedagang besar, pedagang menengah, dan pengecer. Pada saluran ini produsen hanya menyampaikan barangnya hingga ke perantara-perantara tersebut. Perantara-perantara itulah yang menyampaikan barang produsen ke konsumen akhir. Gambar 2 menunjukkan bentuk pola distribusi yang bisa digunakan oleh produsen. 1. Saluran langsung, yaitu: Produsen Konsumen 2. Saluran tidak langsung, dapat berupa: a. Produsen Pengecer Konsumen b. Produsen Pedagang Besar/Menengah Pengecer Konsumen c. Produsen Pedagang Besar Pedagang Menengah Pengecer Konsumen Gambar 2. Bentuk pola saluran distribusi (Assauri, 2007)

22 9 Menurut Swastha (1999), pedagang dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Produsen, yang membuat sekaligus menyalurkan barang ke pasar Produsen dapat mengusahakan sumber-sumber alam seperti kayu, biji besi, sayur-sayuran, ikan, ternak, atau minyak, dan mengolah atau mengubahnya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Berdasarkan banyaknya tenaga kerja yang digunakan, produsen dapat diklasifikasikan menjadi: a. Industri besar, yang mempunyai jumlah tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih. b. Industri sedang, yang mempunyai jumlah tenaga kerja sebanyak 20 sampai dengan 99 orang. c. Industri kecil, yang mempunyai jumlah tenaga kerja sebanyak 19 orang kebawah (paling sedikit 5 orang). 2. Pedagang besar, yang menjual barang kepada pengusaha lain Menurut The American Marketing Association dalam Swastha (1999), pedagang besar merupakan sebuah unit usaha yang membeli barang-barang dagangan dan menjualnya lagi kepada para pengecer, pedagang lain dan kepada lembaga-lembaga industri serta pemakai komersial. Pedagang besar dalam pasar industri dikenal sebagai distributor industri. Dalam saluran distribusi, pedagang besar menempati posisi antara produsen dan pengecer, yang dapat dilihat pada Gambar 3. Produsen Pedagang Pengecer Konsumen Gambar 3. Saluran distribusi melalui pedagang besar dan pengecer (Swastha, 1999) 3. Pengecer, yang menjual barang kepada konsumen akhir Menurut Kotler (2005), eceran meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan non-bisnis. Pengecer (retailer) adalah setiap usaha bisnis yang volume penjualannya terutama berasal dari eceran. The American Marketing Association dalam Swastha (1999)

23 10 mendefinisikan pengecer sebagai pedagang yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen akhir. Fungsi-fungsi yang dilakukan oleh pengecer antara lain: 1. Mengkombinasikan beberapa jenis barang tertentu 2. Melaksanakan jasa-jasa eceran untuk barang tersebut 3. Menempatkan diri sebagai sumber barang-barang bagi konsumen 4. Menciptakan keseimbangan antara harga dan kualitas barang yang diperdagangkan 5. Menyediakan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan konsumen 6. Melakukan tindakan-tindakan dalam persaingan Permasalahan dalam Saluran Distribusi Menurut Swastha (1999), dalam memilih saluran distribusi ada beberapa masalah yang dapat ditinjau, yakni: 1. Panjangnya saluran distribusi Alternatif saluran yang digunakan sering dikaitkan dengan golongan barang yang ada. Dalam hal ini terdapat dua macam saluran yaitu saluran distribusi untuk barang konsumsi dan saluran distribusi untuk barang industri. Pada prinsipnya, kedua saluran distribusi ini sama. 2. Banyaknya perantara atau penyalur yang dibutuhkan Setelah menentukan saluran distribusi yang akan dipakai, produsen perlu menentukan jumlah perantara untuk ditempatkan sebagai pedagang besar atau pengecer. Dalam hal ini produsen mempunyai tiga alternatif pilihan, yaitu: a. Distribusi intensif Distribusi intensif dapat dilakukan oleh produsen yang menjual barang konvergen. Perusahaan berusaha menggunakan penyalur, terutama pengecer sebanyak-banyaknya untuk mendekati dan mencapai konsumen. Semua ini dimaksudkan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen.

24 11 b. Distribusi selektif Perusahaan yang menggunakan distribusi selektif berusaha memilih suatu jumlah pedagang besar dan/atau pengecer yang terbatas dalam suatu daerah geografis. Biasanya saluran ini dipakai untuk memasarkan produk baru, barang shopping atau barang spesial, dan barang industri jenis accessory equipment. Penggunaan saluran distribusi selektif ini dimaksudkan untuk meniadakan penyalur yang tidak menguntungkan dan meniadakan volume penjualan dengan jumlah transaksi lebih terbatas. c. Distribusi eksklusif Dilakukan oleh perusahaan dengan hanya menggunakan satu pedagang besar atau pengecer dalam daerah pasar tertentu. Jadi produsen/penyedia hanya menjual produknya kepada satu pedagang besar atau satu pengecer saja. Dengan satu penyalur, produsen akan lebih mudah dalam mengadakan pengawasan, terutama pegawasan pada tingkat harga eceran maupun pada usaha kerjasama dengan penyalur dalam periklanan. Pada umumnya, distribusi eksklusif banyak dipakai: - Untuk barang-barang spesial - Apabila penyalur bersedia membuat persediaan dalam jumlah besar sehingga pembeli lebih leluasa dalam memilih produk yang akan dibelinya - Apabila produk yang dijual memerlukan pelayanan sesudah penjualan (pemasangan, reparasi, dan sebagainya) 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan saluran Pasar merupakan faktor penentu yang mempengaruhi dalam pemilihan saluran oleh manajemen. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah produk, perantara, dan perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang mengadakan pemilihan saluran distribusi ini harus menganut tiga kriteria, yaitu pengawasan saluran, pencakupan pasar, dan ongkos.

25 12 4. Kemungkinan penggunaan saluran distribusi ganda. Beberapa saluran (disebut juga saluran ganda) dapat digunakan oleh produsen terutama untuk mencapai pasar yang berbeda. Hal tersebut dilakukan apabila produsen menjual produk yang sama untuk konsumen dan pasar industri serta produk yang tidak ada hubungannya. Saluran distribusi ganda sering juga digunakan untuk mencapai pasar yang sama meskipun ada perbedaan sedikit dalam jumlah pembeli atau kepadatan pada bagian pasarnya. Produsen yang menjual produk yang sama kepada konsumen dan pemakai industri biasanya menggunakan struktur saluran yang terpisah. Penggunaan saluran ganda dapat menimbulkan pertentangan dalam saluran karena produk yang bermerek sama lama kelamaan memasuki pasar yang sama. Hal ini dapat berakibat pada harga eceran yang berbeda, dimana satu macam barang disalurkan melalui rantai saluran yang berbeda. 5. Pemilihan saluran distribusi untuk produk baru atau perusahaan baru. Masalah-masalah khusus dalam penyaluran produk akan dijumpai oleh produsen yang menjual produk baru atau oleh perusahaan baru dengan produk baru atau produk yang telah ada. Keputusan tersebut dipengaruhi oleh beberapa pertimbangan, yaitu: a. Barunya produk tersebut dan banyaknya keinginan konsumen yang dapat direalisir. b. Untuk beberapa produk baru atau perusahaan baru, promosi adalah penting. c. Produsen dapat menjumpai kesulitan dalam penentuan saluran yang dibutuhkan hanya karena perantara tidak bersemangat dalam menjual produk-produknya. Dalam hal ini produsen perlu menggunakan beberapa saluran.

26 Optimalisasi Soekarwati (1995) dalam Sholeh (2005) menyatakan bahwa optimalisasi merupakan suatu usaha pencapaian keadaan terbaik, dan optimalisasi produksi adalah penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Menurut Nasendi dan Anwar (1985) dalam Sholeh (2005), optimalisasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasikan penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum fungsi tujuan. Menurut Nasendi dan Anwar (1985) dalam Sholeh (2005), jenis persoalan optimalisasi secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu optimalisasi tanpa kendala dan optimalisasi dengan kendala. Pada optimalisasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap fungsi tujuan akan diabaikan, namun dalam optimalisasi dengan kendala, faktor-faktor yang menjadi pembatas terhadap fungsi tujuan diperhatikan dalam menentukan titik maksimum atau minimum fungsi tujuan. Persoalan optimalisasi dengan kendala pada dasarnya merupakan persoalan menentukan berbagai nilai variabel suatu fungsi menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan keterbatasan yang ada. Keterbatasan ini biasanya meliputi semua faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi seperti tenaga kerja (men), uang (money) dan material yang merupakan input serta ruang dan waktu. 2.4 Pemrograman Linier Linear programming (LP) atau pemrograman linier ditemukan oleh George Dantzig tahun Teknik analisis ini berkembang secara menakjubkan dan mampu memecahkan berbagai masalah (problem solving) yang terdapat dalam kehidupan nyata (real life). George Dantzig adalah orang pertama yang memformulasikan general LP kemudian mengembangkannya dalam bentuk metode simplex. Sejak tahun 1940-an, LP yang semula digunakan untuk kalangan militer, kemudian digunakan secara luas di berbagai sektor kehidupan, misalnya transportasi, ekonomi, industri, dan pertanian bahkan dalam ilmu sosial yang menyangkut prilaku manusia (Prawirosentono, 2005).

27 14 Heizer dan Render (2006) menyatakan bahwa pemrograman linier merupakan suatu teknik matematik yang didesain untuk membantu para manajer operasi dalam merencanakan dan membuat keputusan yang diperlukan untuk mengalokasikan sumber daya. Sedangkan menurut Supranto (2005), linear programming adalah salah satu teknik dari riset operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimisasi dan minimisasi) dengan menggunakan persamaan dan ketidaksamaan linier dalam rangka untuk mencari pemecahan yang optimal dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Aminudin (2005) mendefinisikan bahwa pemrograman linier merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Pemrograman linier adalah suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang analisisnya menggunakan model matematis, dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan optimum terhadap persoalan. Pemrograman linier adalah sebuah alat deterministik, yang berarti bahwa semua parameter model diasumsikan diketahui dengan pasti (Taha, 1996). Menurut Aminudin (2005), asumsi-asumsi yang menjadi dasar pemrograman linier yaitu: 1. Proportionality Naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan. 2. Additivity Nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam pemrograman linier dianggap bahwa kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain. 3. Divisibility Keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan.

28 15 4. Deterministic Semua parameter (a ij, b j, c j ) yang terdapat pada pemrograman linier dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun dalam kenyataannya tidak sama persis. Dalam model matematika, permasalahan dalam pemrograman linier dapat digambarkan sebagai berikut (Herjanto,1999): Fungsi tujuan: Memaksimumkan (meminimumkan) Z = c 1 X 1 + c 2 X c n Xn... (1) Dengan pembatasan (dp): a 11 X 1 + a 12 X a 1n X n b 1... (2) a 21 X 1 + a 22 X a 2n X n b 2... (3) : : : a m1 X 1 + a m2 X a mn X n b m (4) dan X j 0 (j = 1,2,, n) Keterangan : i = Nomor sumber atau fasilitas yang tersedia (i = 1,2,,m) j = Nomor kegiatan yang menggunakan sumber yang tersedia (j= 1,2,, n) m = Jumlah sumber yang tersedia n = Jumlah kegiatan Z = Nilai optimal dari fungsi tujuan X j = Jenis kegiatan (variabel keputusan) a ij = Banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit kegiatan j b i c j = Banyaknya sumber i yang tersedia = Kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan satu unit kegiatan j Pembuatan model untuk pemrograman linier harus diusahakan untuk memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Tujuan yang akan dicapai dinyatakan dalam bentuk fungsi linier. Fungsi ini disebut fungsi tujuan.

29 16 2. Sumber-sumber tersedia dalam jumlah terbatas, dan pembatasan harus dinyatakan dalam bentuk ketidaksamaan linier. 3. Harus ada alternatif pemecahan, yaitu suatu solusi/pemecahan yang harus memenuhi semua kendala. 2.5 Model Transportasi Persoalan transportasi merupakan persoalan linear programming. Persoalan transportasi awalnya dikembangkan oleh F.L., Hitchock pada tahun 1941 (Supranto, 2005). Secara umum arti transportasi adalah adanya perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain dan dari beberapa tempat ke beberapa tempat lain (Prawirisentono, 2005). Menurut Taha (1996), arti sederhana model transportasi yaitu berusaha menentukan sebuah rencana transportasi sebuah barang dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan. Data dalam model ini mencakup tingkat penawaran di setiap sumber dan jumlah permintaan di setiap tujuan serta biaya transportasi per unit barang dari setiap sumber ke setiap tujuan. Heizer dan Render (2006) menyatakan bahwa pemodelan transportasi (transportation modeling) merupakan suatu prosedur berulang untuk memecahkan permasalahan meminimalisasi biaya pengiriman produk dari beberapa sumber ke beberapa tujuan. Pemodelan transportasi mencari cara yang termurah untuk mengirimkan barang dari beberapa sumber ke beberapa tujuan. Titik asal (sumber) dapat berupa pabrik, gudang, agen penyewaan mobil, atau titik lain dari mana barang-barang dikirimkan. Mulyono (1991) mendefinisikan bahwa masalah transportasi berhubungan dengan distribusi suatu produk tunggal dari beberapa sumber, dengan penawaran terbatas, menuju beberapa tujuan, dengan permintaan tertentu, pada biaya transportasi minimum. Herjanto (1999) mendefinisikan metode transportasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama ke tempat-tempat tujuan secara optimal. Distribusi ini dilakukan sedemikian rupa sehingga permintaan dari beberapa tempat tujuan dapat dipenuhi dari beberapa tempat asal (sumber), yang masing-masing dapat memiliki permintaan atau kapasitas yang berbeda.

30 17 Alokasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan biaya pengangkutan yang bervariasi karena jarak dan kondisi antar lokasi yang berbeda. Dengan menggunakan metode transportasi dapat diperoleh suatu alokasi distribusi barang yang dapat meminimalkan total biaya transportasi. Menurut Prawirisentono (2005), model transportasi pada intinya mencari dan menentukan perencanaan pengiriman barang (single commodity) dari tempat asal ke tempat tujuan, dengan total biaya transportasi yang minimum. Oleh karena itu, dalam total biaya transportasi terdapat tiga variabel, yaitu: 1. Jumlah barang yang tersedia di tempat (sumber) asal, yakni kapasitas pengiriman. 2. Daya tampung di daerah atau tempat tujuan, yakni daya tampung tempat tujuan. 3. Biaya transportasi per unit barang yang akan dikirimkan. Dalam bentuk matematika, permasalahan transportasi dapat dirumuskan sebagai berikut (Herjanto, 1999): Fungsi tujuan Min. Z = c ij.x ij Dengan pembatasan X ij s i X ij Dimana: Z = Total biaya transportasi X ij c ij s i d j m n d j (i = 1,2, m dan j = 1,2, n) = Jumlah barang yang harus diangkut dari i ke j = Biaya angkut per unit barang dari i ke j = Banyaknya barang yang tersedia di tempat asal i = Banyaknya permintaan barang di tempat tujuan j = Jumlah tempat asal = Jumlah tempat tujuan

31 Masalah Transportasi Tak Seimbang Menurut Mulyono (1991), suatu model transportasi dinyatakan seimbang (balanced transportation model) ketika penawaran total sama dengan permintaan total ( i = ). Penawaran tidak selalu dapat dipastikan sama dengan permintaan atau melebihinya, dalam kenyataan yang sering terjadi adalah jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran. Jika hal itu terjadi maka model persoalannya disebut sebagai model transportasi tak seimbang (unbalanced transportation model), dan dalam penyelesaiannya metode solusi transportasi membutuhkan sedikit modifikasi. Herjanto (1999) menyatakan persoalan yang tidak seimbang timbul apabila jumlah penawaran tidak sama dengan jumlah permintaan, yang bisa terjadi karena berkurangnya permintaan atau bertambahnya permintaan yang tidak terantisipasi sebelumnya. Menurut Mulyono (1991), untuk mencerminkan keadaan transportasi tak seimbang, dalam tabel transportasi ditambahkan suatu baris dummy. Pengaruhnya, suatu sumber khayalan telah ditambahkan hingga menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Biaya transportasi per unit untuk ketiga tujuan adalah nol karena aplikasi ke kotakkotak itu tidak mempengaruhi solusi. Sebenarnya kotak dummy ini adalah analog dengan variabel slack, yang nilai kontribusinya dalam fungsi tujuan sama dengn nol. Jika jumlah permintaan melebihi penawaran, maka dibuat suatu sumber dummy yang akan menambah jumlah penawaran, yaitu sebanyak D j - S i. Sebaliknya, jika jumlah penawaran lebih besar daripada jumlah permintaan, maka dibuat suatu tujuan dummy untuk menyerap kelebihan tersebut, yaitu sebanyak S i - D j. Ongkos transportasi per unit (C ij ) dari sumber dummy ke seluruh tujuan adalah nol. Hal ini dapat dipahami karena pada kenyataannya dari sumber dummy tidak terjadi pengiriman. Begitu pula dengan ongkos transportasi per unit dari semua sumber ke tujuan dummy adalah nol.

32 Penelitian Terdahulu Rustiani (2006) melakukan penelitian tentang Optimalisasi Distribusi Sarimi Pada PT. Sari Indo Prakarsa di Wilayah Bogor dan Depok. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi sistem distribusi Sarimi yang dilakukan oleh PT SIP, menganalisis alokasi distribusi Sarimi dari PT. ISP ke kecamatan-kecamatan di wilayah Bogor dan Depok, dan menganalisis penyimpangan distribusi aktual terhadap distribusi optimal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pemrograman linier dengan model transportasi. Hasil dari penelitian ini yaitu adanya penghematan sebesar Rp dari anggaran PT. ISP jika PT. ISP melakukan alokasi distribusi yang optimal. Biaya distribusi aktual untuk tahun 2006 pada PT. ISP mencapai Rp sedangkan pengalokasian produk secara optimal hanya memerlukan biaya sebesar Rp Firdaus (2008) menganalisis optimalisasi distribusi sayuran dan buah pada Sentra Agro Mandiri di Kota Bogor. Tujuan penelitian yaitu menganalisis alokasi distribusi optimal Sentra Agro Mandiri daerah tujuan, menganalisis penyimpangan distribusi aktual terhadap distribusi optimal, dan menganalisis perbedaan biaya distribusi riil dengan biaya distribusi optimum yang dilakukan Sentra Agro Mandiri. Pada penelitian ini digunakan software Linear Interactive and Discrete Optimizer (LINDO). Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa alokasi distribusi yang dilakukan oleh Sentra Agro Mandiri mengalokasikan sayuran dan buahnya berdasarkan jumlah permintaan dan jarak tempuh pada masing-masing daerah tujuan pemasarannya. Besarnya biaya distribusi merupakan akumulasi dari beberapa macam biaya, diantaranya biaya bongkar muat dan biaya penanganan (handling), dan alokasi distribusi sayuran dan buah pada kondisi optimum yang didistribusikan ke wilayah Kota Bogor dan sekitarnya (Hotel Pangrango 2, Mid East, Café Gue, Bunaken, Imah Hejo, Steak & Shake dan Café D Namii) direkomendasikan masing-masing sebesar 550 kg, 343 kg, 298 kg, 320 kg, 410 kg, 475 kg, dan 306 kg.

33 20 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan produksi yang optimal akan sia-sia jika distribusi yang diterapkan suatu perusahaan tidak tepat dan efektif. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah yang serius dalam pendistribusian produk maupun biaya distribusi yang dikeluarkan perusahaan. PT. X merupakan perusahaan sayuran yang memenuhi permintaan pelanggan berdasarkan pesanan pelanggan. PT. X tidak memberikan batasan minimum dalam jumlah jenis dan kuantitas pemesanan. Sayuran merupakan produk yang tidak tahan lama sehingga distribusi sayuran PT. X ke pelanggan merupakan hal yang krusial untuk dikaji. Sistem distribusi sayuran yang digunakan oleh PT. X adalah distribusi langsung. Hal ini disebabkan karena sistem distribusi langsung merupakan sistem distribusi yang paling pendek dan sederhana. Melalui distribusi langsung, maka diharapkan sayuran yang dikirim ke pelanggan wilayah Jakarta dan Tangerang masih segar dan dikirim tepat waktu. Hal inilah yang membuat PT. X harus memilih dan menggunakan sistem distribusi yang tepat dan efektif dalam alokasi distribusi aktual agar biaya distribusi yang dikeluarkan optimal. Model transportasi merupakan model yang digunakan untuk memecahkan permasalahan minimalisasi biaya pengiriman produk dari sumber ke beberapa tujuan. Pemodelan transportasi mencari cara yang termurah untuk mengirimkan barang dari sumber ke beberapa tujuan. Masalah transportasi juga berhubungan dengan distribusi suatu produk tunggal dari sumber dengan penawaran terbatas menuju ke beberapa tujuan dengan permintaan tertentu pada biaya transportasi minimum. Dalam pembuatan model transportasi, input yang digunakan berupa biaya distribusi, jumlah penawaran, dan jumlah permintaan serta output yang diperoleh berupa minimalisasi biaya distribusi dan alokasi distribusi yang optimal.

34 21 Dengan sistem distribusi yang tepat dan efektif, PT. X dapat melakukan alokasi distribusi optimal dan meminimalisasi biaya distribusi. Selain itu, PT. X dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan dalam penggunaan produknya sehingga keuntungan PT. X mengalami peningkatan. Gambar 4 menyajikan bagan kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian

35 Tahapan Penelitian Penelitian ini dimulai dari menganalisis sistem distribusi yang ada di PT. X sampai dengan hasil analisis yang diperoleh. Implikasi penelitian ini diharapkan dapat direkomendasikan kepada PT. X khususnya yang terkait dengan distribusi sayuran ke Jakarta dan Tangerang. Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Tahapan Penelitian

36 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. X yang berlokasi di Jakarta Pusat dan memiliki kebun di daerah Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010 hingga Juni Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung di lapangan seperti sistem distribusi yang dilakukan oleh PT. X dan wawancara dengan pihak terkait seperti Direktur PT. X, Manajer Keuangan dan Administrasi, Staff Keuangan dan Administrasi, Kepala Kebun, dan Staff Pengiriman. Data sekunder diperoleh dari literatur yang relevan, data dan laporan PT. X dan hasil penelitian terdahulu. Metode pengumpulan data dapat dilakukan melalui beberapa teknik, diantaranya: 1. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mengetahui lebih jelas tentang kondisi PT. X dan untuk mengetahui saluran distribusi yang digunakan oleh PT. X. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait seperti Direktur PT. X, Manajer Keuangan dan Administrasi, Staff Keuangan dan Administrasi, Kepala Kebun, dan Staff Pengiriman. Wawancara dilakukan beberapa kali baik dengan Direktur PT. X, Manajer Keuangan dan Administrasi, Staff Keuangan dan Administrasi, maupun dengan Staff Pengiriman. 2. Observasi Observasi dilakukan dengan pengamatan terhadap objek penelitian. Observasi ini dilakukan secara langsung di lapangan yaitu kantor PT. X yang berada di Jakarta Pusat dan kebun PT. X yang berada di Cianjur, Jawa Barat. 3. Data dan Laporan PT. X Data dan laporan PT. X diperoleh dari arsip tahunan PT. X tahun Data yang diperoleh dari PT. X berupa buku besar, laporan keuangan,

37 24 jumlah mitra, jumlah pelanggan, jumlah permintaan sayuran dari pelanggan, dan jumlah distribusi aktual sayuran PT. X tahun Studi Literatur Studi literatur diperoleh dari buku dan artikel dari internet yang berhubungan dengan objek penelitian. Jenis data, sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data secara lengkap disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Jenis data, sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data Tujuan Penelitian Menganalisis sistem distribusi yang dilakukan oleh PT. X Menganalisis alokasi distribusi optimal sayuran pada PT. X Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan Data Primer Sekunder Sekunder Divisi Keuangan dan Administrasi Divisi Keuangan dan Administrasi Wawancara Mendalam Observasi Langsung Studi Literatur Data Permintaan dan Penawaran PT. X tahun 2009 Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Kuantitatif (Model Transportasi) 3.5 Metode Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis terhadap sistem pendistribusian sayuran PT. X merupakan analisis deskriptif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui alokasi distribusi optimal dan aktual pada sayuran. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan model transportasi. Data yang diperoleh ditabulasikan dan diolah secara sistematis, sehingga menghasilkan alokasi distribusi optimal sayuran yang dapat meminimumkan biaya distribusi. Pemodelan ini bertujuan untuk meminimumkan total biaya distribusi yang ada pada PT. X. Model transportasi pada penelitian ini yaitu:

38 25 Fungsi tujuan Min. Z = c ij.x ij Dengan pembatasan X ij s i X ij d i (i = 1, 2, m dan j = 1, 2, n) Dimana: Z = Total biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X c ij.x ij = Jumlah perkalian antara biaya distribusi per kilogram sayuran (dalam Rp) dengan jumlah alokasi distribusi aktual sayuran PT. X (dalam kg) X ij = Jumlah alokasi distribusi aktual sayuran tahun 2009 c ij s i d j m n dari kebun ke kelompok pelanggan (dalam kg) = Biaya distribusi per kilogram sayuran dari kebun ke kelompok pelanggan (dalam Rp) = Jumlah penawaran sayuran yang tersedia di kebun, dimana i = 1 (dalam kg) = Jumlah permintaan sayuran di kelompok pelanggan, dimana j = 1, 2, 3,...6 (dalam kg) = Jumlah daerah sumber = Jumlah daerah tujuan (kelompok pelanggan) Pada penelitian ini, daerah sumber hanya ada satu yaitu kebun PT. X, sedangkan daerah tujuan terdiri dari 6 (enam) kelompok pelanggan. Pembentukan kelompok tersebut berdasarkan kendaraan yang mengantarkan sayuran kepada pelanggan. Pelanggan-pelanggan yang didistribusikan oleh mobil 1 dinamakan kelompok 1. Artinya, kelompok 1 berisi pelangganpelanggan yang pesanannya diantarkan oleh mobil 1. Begitu juga dengan kelompok 2 hingga 5, sedangkan kelompok 6 berisi pelanggan-pelanggan yang pesanannya diantarkan oleh motor. Tabel 3 merinci daerah tujuan dan kendaraan yang digunakan dalam distribusi sayuran ke tiap kelompok pelanggan.

39 26 Tabel 3. Daerah tujuan dan Jenis kendaraan yang digunakan dalam pendistribusian sayuran. Kendaraan Kelompok Pelanggan Jumlah Pelanggan Tiap Kelompok Daerah Tujuan Kendaraan yang digunakan Mobil Cengkareng Mobil Box Mobil Mobil Mobil Mobil Motor 6 10 Jakarta Pusat dan Jakarta Utara Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan Jakarta Selatan dan Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara Mobil Box Mobil Box Mobil Box Mobil Box Motor Jenis Kendaraan Isuzu ELF Box Panther Box EsPass Box EsPass Box Isuzu ELF Box Supra Fit Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa tiap kendaraan memiliki jumlah pelanggan yang berbeda-beda. Mobil 3 merupakan kendaraan yang memiliki jumlah pelanggan paling banyak yaitu 19 pelanggan, sedangkan mobil 1 merupakan kendaraan yang paling sedikit jumlah pelanggannya saat proses distribusi sayuran yaitu 2 pelanggan. Banyaknya pelanggan yang dilayani oleh tiap kendaraan ditentukan berdasarkan jalur yang dilalui oleh tiap kendaraan. Hal tersebut dilakukan PT. X agar biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X dapat diperkecil. Dalam menyelesaikan persoalan transportasi, langkah pertama yang digunakan yaitu menentukan solusi layak dasar awal yang memenuhi semua kendala atau sistem transportasi yang diperlukan. Dari solusi layak dasar awal dapat dicari solusi layak optimal yaitu solusi yang meminimumkan biaya transportasi. Metode yang digunakan untuk mencari solusi layak dasar awal yaitu metode North-West Corner (Mulyono,1991).

40 27 Setelah solusi layak dasar awal diperoleh, dilakukan perbaikan untuk mencapai solusi optimum. Metode yang digunakan untuk mencari solusi optimum yaitu metode Stepping Stone. Metode ini merupakan proses evaluasi variabel non basis yang memungkinkan terjadinya perbaikan solusi dan kemudian mengalokasikannya. Pada metode ini, setiap kotak kosong menunjukkan suatu variabel non basis. Bagi variabel non basis yang akan memasuki solusi, ia harus memberi sumbangan dalam penurunan nilai fungsi tujuan. Pencarian solusi optimum pada metode Stepping Stone dikenal dengan proses jalur tertutup (Mulyono, 1991). Pada penelitian ini, proses perhitungan hanya sampai pada metode North-West Corner dan tidak dilanjutkan dengan proses perhitungan metode Stepping Stone. Hal ini dikarenakan dalam proses perhitungan metode Stepping Stone, sumber yang digunakan harus lebih dari satu. Namun, dalam penelitian ini hanya ada satu sumber yang tersedia, sehingga tidak memungkinkan untuk melanjutkan proses perhitungan dengan metode Stepping Stone. Dalam memperoleh solusi optimum, pengolahan data menggunakan software Linear Interactive and Discrete Optimizer (LINDO) dan dengan bantuan Microsoft Excel. Pengolahan data berdasarkan analisis primal, analisis dual, dan analisis sensitivitas.

41 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum PT. X PT. X adalah salah satu perusahaan agribisnis sayuran yang berlokasi di Jakarta Pusat. PT. X berdiri pada tahun Visi PT. X yaitu menjadikan produk pertanian unggul di negeri sendiri dan bangga menjadi petani. Misi yang diemban PT. X yaitu menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat Indonesia pada bidang pertanian dengan menerapkan sistem pertanian modern. PT. X merupakan perusahaan yang bersifat kekeluargaan sehingga tujuan PT. X yaitu menyatukan keluarga, mencari keuntungan, dan memberikan pekerjaan kepada keluarga yang belum mendapatkan pekerjaan. Sebagian besar keluarga berlatar belakang pendidikan di bidang pertanian sehingga memudahkan untuk menyatukan keluarga dalam suatu perusahaan yang berlandaskan pertanian dan kekeluargaan. PT. X memiliki kebun seluas 12 hektar yang terletak di daerah Cianjur, Jawa Barat. Namun hanya 7 hektar yang benar-benar di gunakan untuk memproduksi sayuran. Luas kebun 5 hektar lainnya digunakan untuk mendirikan villa pendiri, rumah karyawan kebun yang telah memiliki keluarga dan berasal dari luar kota sebanyak 10 rumah, dan sekolah gratis setingkat menengah pertama dan menengah atas yang dikhususkan untuk anak-anak karyawan dan masyarakat di sekitar kebun. Pada awal berdirinya, PT. X hanya menanam sayuran di media tanah. Selanjutnya PT. X mengembangkan teknik budidaya hidroponik dan aeroponik agar menghasilkan produk-produk pertanian unggulan dan memproduksi sayuran khusus yang diperlukan oleh hotel-hotel berbintang yang jarang ditemukan di pasar tradisional seperti radicchio, kailan, horenzo, zukini, frizze, kyuri, lollorosa, romaine, dan herbs (mint, coriander, sweet basil, cvives fennel). PT. X memperoleh benih dari Jakarta, Belanda dan Malaysia. PT. X menggunakan irigasi tetes dan drainase untuk mengoptimalkan penggunaan air dan mengurangi erosi terhadap tanah. Saat ini PT. X melayani pengguna akhir, yaitu beberapa hotel berbintang,

42 29 restoran dan cafe eksklusif, dan perusahaan katering professional yang melayani penerbangan domestik dan luar negeri. Dalam memproduksi sayuran, pada tahun 2009 PT. X telah menerapkan SNI bidang pertanian. Standar yang diterapkan untuk pertanian yaitu Good Agriculture Practice (GAP) yang terdiri dari tata ruang kebun, manajemen usaha tani, dan standar produksi. Tata ruang kebun yang telah diterapkan PT. X meliputi kebun produksi, sarana produksi seperti gudang yang digunakan untuk penyimpanan pupuk, pestisida dan alat pertanian, packing house, penataan kebun, dan irigasi yang digunakan. Gambar berikut menggambarkan tata ruang kebun PT. X yang berada di Cianjur, Jawa Barat. Gambar 6. Tata ruang kebun PT. X PT. X membagi luas kebun produksi menjadi blok terbuka dan blok tertutup. Blok terbuka terdiri dari tiga blok dan tiap blok terbuka tersebut memiliki luas yang berbeda-beda. Blok A memiliki luas 1,8 hektar, blok B seluas 2,6 hektar, dan blok C seluas 1,4 hektar. Sayuran yang ditanam tiap blok berbeda-beda dan diawasi oleh seorang mandor atau supervisor. Selain mandor tiap blok, ada juga mandor yang menangani bagian panen, pasca panen, dan sarana. Tiap mandor bertugas mengawasi karyawan untuk bekerja sesuai standar agar kinerja karyawan optimal. Jenis sayuran yang ditanam tiap blok akan mengalami pertukaran tempat tanam jika adanya rotasi penanaman. Tabel 4 merinci jenis sayuran yang ditanam tiap blok.

43 30 Tabel 4. Jenis sayuran yang ditanam tiap blok Blok Blok Terbuka (outdoor) Blok Tertutup (indoor) Blok A Blok B Blok C Selada Keriting Brokoli Pokchoy Large Tomat Cherry Caisim Radicchio Pokchoy Baby Lollorosa Jenis Sayuran Buncis Kailan Zukini Romaine Bawang Daun Horenzo Frizze Herbs (Rosemary, Thymes) Brokoli Pokchoy Selada Keriting Labu Siam Bawang Daun Kyuri Herbs (Mint, Coriander, Sweet Basil, Cvives Fennel) Horenzo Dalam memenuhi standar produksi, PT. X memiliki standar sendiri dalam pengelolaan produksi. Untuk melihat tingkat keefisiensian waktu pengolahan lahan tiap blok oleh karyawan kebun, PT. X membuat laporan harian produksi blok terbuka dan tertutup. Laporan harian tersebut terdiri dari uraian pekerjaan, jenis tanaman, kecepatan kerja (jumlah karyawan, jumlah jam, dan hasil), aplikasi pupuk dan pestisida. Tiap mandor harus mencatat dan menyerahkan laporan harian produksi kepada kepala kebun. Data laporan tersebut akan dievaluasi tiap akhir bulan untuk melihat ketidakefisienan yang mungkin terjadi. Selain laporan harian, PT. X memiliki laporan mingguan untuk persemaian dan tanam benih langsung dan laporan mingguan proses bokhasi. Jenis sayuran yang dipasok ke pelanggan tidak semuanya dihasilkan di kebun. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, PT. X melakukan kerjasama dengan beberapa mitra baik mitra dari satu daerah yaitu di sekitar kebun maupun luar daerah seperti Bandung, Bali, dan Lombok. Jika cuaca tidak mendukung, produksi sayuran di kebun mengalami penurunan sehingga PT. X memenuhi permintaan pelanggan dari mitra yang biasanya masih satu daerah. Pada tahun 2009, PT. X melakukan kerjasama dengan

44 31 23 mitra baik mitra yang memasok sayuran dalam kuantitas besar maupun memasok dalam kuantitas yang kecil. 4.2 Sumber Daya Manusia Saat ini PT. X memiliki 93 karyawan yang ditempatkan di kantor dan di kebun. Karyawan-karyawan yang bekerja di PT. X memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari sekolah dasar (SD) sebesar 55,9 persen, sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 10,8 persen, sekolah menengah atas (SMA) sebesar 28 persen, diploma tiga (D3) sebesar 1 persen, dan strata satu (S1) sebesar 4,3 persen. Karyawan berlatar belakang pendidikan SD biasanya ditempatkan sebagai karyawan lapang dalam memproduksi sayuran di kebun. Sebagian besar karyawan lapang kebun berasal dari masyarakat setempat. Untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang pertanian khususnya dalam produksi sayuran, PT. X hanya memfasilitasi pelatihan yang diberikan kepada kepala kebun. Setelah itu, kepala kebun mengajarkan semua ilmu yang diperoleh saat pelatihan kepada karyawan kebun. Pelatihan yang diperoleh kepala kebun sesuai dengan pelatihan yang biasanya di berikan oleh Departemen Pertanian seperti pembuatan bokhasi. Pelatihan tersebut diharapkan dapat diterapkan di lapangan, baik kepala kebun maupun karyawan kebun dapat beradaptasi dan menerapkan ilmu tersebut. Tabel 5 merinci jumlah karyawan yang bekerja di kantor dan di kebun pada PT. X. Tabel 5. Jumlah karyawan pada PT. X Lokasi Kantor Kebun Total Laki-laki Perempuan Jumlah Struktur organisasi PT. X terdiri dari komisaris, direktur, manajer keuangan dan administrasi, dan kepala kebun yang membawahi beberapa supervisor. Struktur organisasi PT. X dapat dilihat pada gambar 7.

45 32 Gambar 7. Struktur Organisasi PT. X Tugas dan tanggung jawab masing-masing adalah sebagai berikut: 1. Komisaris bertanggung jawab untuk mewakili pemilik dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Komisaris memberikan persetujuan terhadap arah kebijakan jangka pendek dan jangka panjang. 2. Direktur bertanggung jawab untuk memimpin dan menjalankan perusahaan, merekrut dan memberhentikan karyawan, melakukan negosiasi dan instruksi pembiayaan, dan mewakili secara hukum dalam berbagai kegiatan kerjasama. 3. Manajer Keuangan dan Administrasi bertanggung jawab untuk mewakili Direktur dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keuangan jika Direktur berhalangan. Selain itu bertanggung jawab atas segala urusan keuangan dan administriasi perusahaan. 4. Kepala Kebun bertanggung jawab untuk mewakili tugas Direktur di kebun dan atas semua keperluan kebun dan karyawan kebun. 5. Staff Keuangan dan Administrasi bertanggung jawab untuk melakukan pencatatan keuangan dan administrasi dan menerima pesanan dari pelanggan. 6. Staff Pengiriman bertanggung jawab terhadap pengiriman sayuran ke pelanggan, penyortiran sayuran dan penagihan piutang.

46 33 7. Supervisor (mandor) Blok merupakan pimpinan pada blok bersangkutan. Supervisor bertugas dalam mengatur karyawan, membuat perencanaan tanam dan produksi, dan bertanggung jawab terhadap tanaman dan perawatan tanaman. 8. Supervisor (mandor) Sarana dan Prasarana bertanggung jawab atas sarana transportasi kebun, sarana irigasi dan drainase, dan perawatan green house beserta peralatannya. 9. Supervisor (mandor) Panen dan Pasca panen bertanggung jawab dalam menjaga kesesuaian antara pesanan pelanggan dan hasil panen dan bertanggung jawab atas kualitas panen. Hari kerja efektif karyawan kantor dan kebun mulai dari hari Senin hingga hari Sabtu. Jika ada pemesanan sayuran dari pelanggan pada hari Minggu dan hari libur, PT. X memberlakukan jam lembur. Karyawan yang bekerja lembur mendapatkan insentif sesuai yang ditetapkan PT. X. Jam kerja karyawan kantor terbagi dua yaitu jam kerja staff pengiriman dan jam kerja staff keuangan dan administrasi. Staff pengiriman mulai bekerja pada pukul WIB yang kegiatannya meliputi penyortiran sayuran, pengantaran sayuran, dan penangihan piutang, sedangkan staff keuangan dan administrasi mulai bekerja pukul WIB. Jam kerja karyawan kebun dimulai pukul WIB. Dalam meningkatkan kinerja dan motivasi karyawan dalam bekerja, PT. X memberikan bonus kepada karyawan yang memiliki loyalitas tinggi terhadap perusahaan. Besarnya bonus yang diberikan berdasarkan kinerja dan lamanya karyawan bekerja di perusahaan. Biasanya karyawan yang waktu kerjanya lebih lama memiliki kinerja yang lebih baik. Bonus yang diberikan berupa bonus harian dan bulanan. Jika karyawan yang mendapatkan bonus harian, maka tidak mendapatkan bonus bulanan. Hubungan baik antara pemilik perusahaan, karyawan, dan mitra perusahaan dibina melalui acara yang bersifat kekeluargaan seperti pengajian bersama, makan bersama saat tahun baru, dan acara-acara lainnya, yang dapat menciptakan adanya suatu ikatan kekeluargaan yang kuat. Selain itu, PT. X juga membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar kebun

47 34 seperti aktif sebagai donatur berbagai kegiatan yang diadakan oleh masyarakat setempat, donatur perbaikan jalan, dan donatur dalam pembangunan masjid setempat. 4.3 Sistem Distribusi PT. X Sayuran merupakan suatu produk yang tidak tahan lama, sehingga diperlukan sistem distribusi yang tepat dan efektif. Sistem distribusi langsung merupakan sistem distribusi yang tepat dalam mendistribusikan sayuran karena paling pendek dan sederhana untuk barang-barang konsumsi seperti sayuran. Dengan menggunakan distribusi yang pendek, sayuran yang dipasok ke pelanggan masih tetap segar. Sistem distribusi sayuran PT. X dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Sistem Distribusi Sayuran pada PT. X Tuntutan dari pelanggan yang mengharuskan sayuran sampai ke tangannya dalam batas maksimal pukul WIB mengharuskan PT. X memulai proses distribusi dari kebun pukul WIB. Sistem distribusi yang digunakan PT. X yaitu sistem distribusi langsung. Sebelum sampai ke tangan pelanggan, sayuran melalui beberapa proses distribusi yaitu: 1. Proses distribusi ke kebun. Proses ini berkaitan dengan sayuran yang dipasok mitra sekitar kebun di daerah Cianjur ke PT. X. Mitra tersebut mengantarkan sayuran yang dipesan PT. X ke kebun. 2. Proses distribusi ke kantor. Proses ini berkaitan dengan sayuran yang berasal dari kebun (sayuran yang dihasilkan di kebun dan sayuran yang dipasok oleh mitra sekitar kebun di daerah Cianjur) dan sayuran yang berasal dari mitra luar daerah seperti Bandung, Bali, dan Lombok. Sayuran yang berasal dari kebun didistribusikan oleh staff pengiriman dari kebun

48 35 ke kantor dengan menggunakan satu mobil box. Sedangkan sayuran yang berasal dari mitra luar daerah didistribusikan oleh mitra tersebut dengan menggunakan jasa kargo hingga sayuran sampai ke kantor. 3. Proses distribusi ke pelanggan. Proses ini berkaitan dengan sayuran yang siap untuk didistribusikan ke tiap pelanggan. Proses ini melibatkan seluruh staff pengiriman dan menggunakan lima mobil box dan satu motor. Setelah sayuran dipanen, tahap selanjutnya adalah tahap penyortiran awal terhadap sayuran sebelum layu. Sayuran dari mitra satu daerah biasanya sampai di kebun pada sore hari yaitu pukul WIB dan penyortiran sayuran tersebut dilakukan bersamaan dengan sayuran yang berasal dari kebun. Pada malam hari yaitu pukul WIB, proses pengemasan dilakukan menurut jenis sayuran dan kemudian dimuat ke mobil box. Saat pagi hari tepatnya pukul WIB, sayuran tersebut dibawa oleh seorang supir yang didampingi oleh seorang kernet menuju ke kantor yang berada di Jakarta Pusat dan membutuhkan waktu 1 jam 50 menit. Sayuran tersebut hanya dibawa oleh satu mobil box. Saat di kantor, sayuran disortir dan dikemas kembali sesuai pesanan masing-masing pelanggan yang dimulai pukul WIB. Penyortiran juga dilakukan pada sayuran yang berasal dari mitra luar daerah seperti Bandung, Bali, dan Lombok yang tiba di kantor pukul WIB. Setelah dikemas, tahap selanjutnya adalah pengecekan terhadap pesanan yang akan dikirim ke masing-masing pelanggan. Pengecekan tersebut meliputi jenis sayuran dan kuantitas yang dipesan tiap pelanggan. Biasanya tiap kendaraan melakukan distribusi sayuran ke pelanggan mulai pukul WIB. Setiap kendaraan memiliki jumlah tujuan pelanggan dan jalur distribusi yang berbeda-beda saat proses pendistribusian. Kendaraan yang dimiliki PT. X saat ini berjumlah satu motor dan lima mobil box dengan berbagai jenis yaitu jenis Isuzu ELF Box, Panther Box, dan EsPass Box. Saat pendistribusian sayuran ke pelanggan, setiap supir mobil box didampingi oleh seorang kernet yang bertugas membantu supir dalam proses pembongkaran sayuran saat tiba di lokasi pelanggan. Kuantitas sayuran yang dibawa oleh tiap kendaraan ke pelanggan disesuaikan dengan kapasitas masing-masing

49 36 kendaraan. Kapasitas tiap kendaraan berbeda-beda sesuai dengan jenis kendaraan. Mobil Isuzu ELF Box memiliki kapasitas sebesar kg, Panther Box memiliki kapasitas sebesar 470 kg, dan EsPass Box memiliki kapasitas sebesar 760 kg Mekanisme Pemenuhan Pesanan Pelanggan dan Pembayaran Sayuran oleh pelanggan Pemesanan sayuran oleh pelanggan dilakukan melalui telepon. Pelanggan bebas dalam melakukan pemesanan pada jenis sayuran dan kuantitas sayuran walaupun dalam jumlah yang sangat kecil karena PT. X tidak menetapkan batas minimal kuantitas pemesanan. PT. X masih melayani pelanggan yang memesan sayuran dengan kuantitas 0,05 kg. Biasanya sayuran yang dipesan pelanggan dengan kuantitas yang sangat kecil merupakan sayuran yang harganya sangat tinggi (mahal). PT. X menerima pesanan dari pelanggan mulai pukul WIB. Setelah batas pemesanan berakhir, staff yang menangani bagian pemesanan mengkomunikasikan jumlah pesanan kepada mandor bagian panen dan pasca panen yang ada di kebun. Mandor bagian panen dan pasca panen mengecek sayuran yang dipanen di kebun. Jika jenis sayuran hasil panen di kebun tidak mencukupi pesanan, maka mandor melakukan pemesanan kepada mitra sekitar kebun. Pemesanan juga dilakukan pada jenis sayuran yang tidak ditanam di kebun seperti paprika, ice berg, seledry stick, kol bulat, kembang kol, dan sawi putih. Pemesanan sayuran kepada mitra sekitar kebun di daerah Cianjur dan mitra luar daerah seperti Bandung, Bali, dan Lombok dilakukan melalui telepon. Pemesanan sayuran kepada mitra luar daerah dilakukan oleh staff bagian pemesanan, sedangkan pemesanan sayuran kepada mitra sekitar kebun dilakukan oleh mandor bagian panen dan pasca panen. Pemesanan biasanya dilakukan setelah semua data pesanan pelanggan selesai diinput oleh staff yang menangani. Diagram alir pemesanan sayuran oleh pelanggan dapat dilihat pada Gambar 9.

50 37 Gambar 9. Diagram Alir Pemenuhan Pesanan Pelanggan Sistem pembayaran yang ditetapkan oleh PT. X kepada pelanggan yaitu melalui giro. PT. X memberikan jangka waktu pembayaran selama dua minggu hingga satu bulan sejak hari penagihan. Hari penagihan biasanya dilakukan sejak dua minggu setelah menukar faktur. Pertukaran faktur dilakukan setelah invoice tiap pelanggan terkumpul selama satu bulan. Sebelum bukti terima ditandatangani oleh pelanggan, PT. X mengharuskan pelanggan untuk mengecek kembali pesanan yang diterima. Hal ini dilakukan supaya pelanggan melihat kualitas sayuran yang diantar. Jika kualitas sayuran tidak sesuai dengan pesanan, pelanggan berhak menolak pada beberapa jenis sayuran yang tidak memenuhi kualitas, sehingga PT. X dapat segera mengganti sayuran tersebut.

51 38 Sistem pembayaran yang dilakukan PT. X kepada mitra yaitu secara tunai dan sistem transfer. Pembayaran mitra di sekitar kebun biasanya dibayar secara tunai, sedangkan mitra luar daerah dibayar dengan sistem transfer. PT. X melakukan pembayaran kepada mitra setiap minggu tepatnya setiap hari Jumat. Diagram alir sistem pembayaran oleh pelanggan ke PT. X dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Diagram Alir Sistem Pembayaran oleh Pelanggan

52 Analisis Alokasi Distribusi Optimal PT. X Deskripsi Model Model transportasi digunakan untuk tujuan meminimumkan total biaya distribusi dari daerah produksi ke berbagai daerah tujuan dengan memperhatikan berbagai kendala yang ada. Kendala yang harus diperhatikan dalam pembuatan model yaitu: 1. Jumlah sayuran yang dikirim ke daerah tujuan (pelanggan) harus lebih kecil atau sama dengan jumlah sayuran yang tersedia di daerah sumber (PT. X). 2. Jumlah sayuran yang diterima oleh daerah tujuan harus lebih besar atau sama dengan jumlah permintaan sayuran di daerah tujuan. 3. Variabel-variabel harus non-negatif. Jumlah yang dikirim tidak mungkin negatif karena PT. X memiliki kapasitas produksi sayuran, sedangkan pelanggan membutuhkan sayuran. Biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X merupakan akumulasi dari biaya transportasi, biaya kargo, biaya tol, dan biaya parkir. Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan PT. X untuk mengangkut sayuran mulai dari kebun, kantor hingga ke pelanggan. Biaya kargo dikeluarkan untuk sayuran yang berasal dari mitra luar kota seperti Bandung, Bali, dan Lombok. Biaya tol dan parkir merupakan biaya yang dikeluarkan saat kendaraan menggunakan fasilitas jalan tol dan parkir di lokasi pelanggan. Biaya distribusi yang dikeluarkan tiap kendaraan berbeda-beda. Tabel 6 menjelaskan secara spesifik pendistribusian tiap kendaraan.

53 40 Tabel 6. Pendistribusian sayuran dan total biaya distribusi aktual per hari pada tiap kendaraan selama tahun 2009 Kendaraan Mobil 1 Jenis kendaraan Isuzu ELF Box Kapasitas Tiap kendaraan (kg/mobil) Kuantitas yang dibawa (kg/hari) Total Biaya Distribusi (Rp/hari) Jarak dari Kantor ke Pelanggan akhir (km/hari) , ,5 Mobil 2 Panther Box , ,5 Mobil 3 Espass Box , ,5 Mobil 4 Espass Box , Mobil 5 Isuzu ELF Box , ,5 Motor Supra Fit - 66, Total 967, Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mobil 1 memiliki total biaya distribusi per hari terbesar yaitu Rp Hal ini dikarenakan mobil 1 (satu) menggunakan fasilitas jalan tol saat mengantarkan sayuran ke pelanggan sehingga harus membayar biaya tol. Sedangkan mobil lainnya hanya membayar biaya parkir saat di lokasi pelanggan. Kendaraan motor memiliki total biaya distribusi per hari paling rendah yaitu Rp Kondisi ini dikarenakan tidak adanya biaya parkir dan penggunaan bahan bakar yang lebih kecil sebesar 34,44 persen daripada mobil sehingga biaya distribusi yang dikeluarkan motor lebih rendah. Jika dilihat dari kapasitas yang tersedia pada tiap mobil dan kuantitas sayuran per hari yang dibawa tiap mobil pada Tabel 6, terdapat adanya ketidakefisienan dalam penggunaan kapasitas tiap mobil tersebut. Pada mobil 1, kapasitas yang mampu di bawa oleh mobil yaitu sebesar kg atau 2,070 ton. Namun pada saat pendistribusian aktual sayuran per hari, mobil 1 hanya mendistribusikan sayuran sebesar 188,36 kg. Artinya, kapasitas yang tidak digunakan atau masih tersisa pada mobil 1 mencapai 1.881,64 kg. Jika kapasitas yang tersisa tersebut digunakan, PT. X

54 41 hanya menggunakan mobil 1 untuk mendistribusikan semua pesanan pelanggan. Total pesanan pelanggan per hari yang sebesar 967,86 kg dapat dipenuhi oleh mobil 1 yang memiliki kapasitas sebesar kg sehingga PT. X hanya membutuhkan 1 mobil dan seorang supir dalam proses distribusi ke semua pelanggan. Hal tersebut dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan PT. X seperti biaya distribusi, gaji karyawan pengiriman dan biaya dalam pembelian kendaraan untuk proses pendistribusian. Pada kenyataannya, PT. X tidak bisa menerapkan cara tersebut karena terdapat beberapa kendala yang mengharuskan perusahaan menggunakan beberapa mobil dan motor dalam proses pendistribusian. Kendala yang dihadapi oleh setiap supir yaitu kemacetan lalu lintas Jakarta dan antrian panjang dalam proses pembongkaran sayuran di lokasi pelanggan. Selain itu, hal yang menyebabkan inefisiensi dalam penggunaan kapasitas yang tersedia pada tiap mobil dan ketidakoptimalan dalam proses distribusi perusahaan yaitu tuntutan pelanggan yang mengharuskan sayuran sampai ke tangannya dalam batas maksimal pukul WIB. Hal tersebut mengharuskan setiap mobil box hanya bisa mengantarkan sayuran ke beberapa pelanggan. Dalam kondisi normal, mobil tersebut dapat mengantarkan ke lebih banyak pelanggan atau bahkan ke semua pelanggan. Disamping itu, lokasi pelanggan yang susah dilalui oleh mobil box mengharuskan pendistribusian sayuran menggunakan motor. Apabila menggunakan motor, kapasitas sayuran yang dibawa sangat terbatas yaitu sebesar 10 kg. Akibatnya, supir motor harus bolak-balik dari kantor ke pelanggan. Kendaraan motor juga digunakan saat adanya tambahan permintaan sayuran dan menggantikan sayuran yang ditolak dari pelanggan. Hal inilah yang menyebabkan biaya distribusi yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar.

55 42 PT. X memenuhi permintaan pelanggan sesuai dengan pesanan pelanggan. Namun dalam kenyataannya, total sayuran yang dipasok PT. X per hari selama tahun 2009 melebihi dari permintaan pelanggan. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya ukuran sayuran yang benarbenar sesuai dengan berat yang dipesan. Keadaan ini menyebabkan adanya persoalan transportasi yang tidak seimbang (unbalanced transportation model) dalam pendistribusian sayuran dari PT. X ke pelanggan. Untuk menyeimbangkan antara jumlah permintaan dan jumlah penawaran perlu penambahan faktor dummy untuk menyerap kelebihan tersebut. Matriks alokasi distribusi dan biaya distribusi aktual dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Tabel Transportasi Sayuran pada PT. X Daerah Sumber Kebun Daerah Tujuan Dummy Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp ,54 162,63 169,53 169,37 202,17 66,43 10,19 Total Penawaran (kg) 967,86 Total Permintaan (kg) 187,54 162,63 169,53 169,37 202,17 66,43 10,19 967,86 Formulasi model matematis yang dapat dirumuskan berdasarkan tabel transportasi yaitu: Variabel keputusan (dalam kg): X 11 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok 1 X 12 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok 2 X 13 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok 3 X 14 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok 4 X 15 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok 5 X 16 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok 6 X 17 = Distribusi Sayuran dari Kebun ke Kelompok Dummy Fungsi tujuan: MIN Z = 823X X X X X X 16

56 43 Fungsi kendala: X 11 + X 12 + X 13 + X 14 + X 15 + X 16 + X ,86 X ,54 X ,63 X ,53 X ,37 X ,17 X 16 66,43 X 17 10,19 X 11, X 12, X 13, X 14, X 15, X 16, X Analisis Primal Analisis primal memberikan gambaran mengenai jumlah alokasi distribusi optimal setelah dilakukan perhitungan minimalisasi biaya distribusi. Pada analisis primal dihasilkan keluaran variable, value dan reduced cost. Nilai optimal dan reduced cost masingmasing variabel dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis primal terhadap biaya distribusi per hari Variabel Daerah Tujuan Kelompok Reduced Cost Kondisi Optimal (kg/hari) Kondisi Aktual (kg/hari) Penyimpangan (kg/hari) X ,54 188,36 0,82 X ,63 164,37 1,74 X ,53 170,87 1,34 X ,37 171,27 1,90 X ,17 206,01 3,84 X ,43 66,98 0,55 X 17 Dummy 0 10, Total 978,05 967,86 10,19 Hasil analisis primal pada Tabel 8 menunjukkan bahwa alokasi distribusi optimal sayuran ke tiap kelompok pelanggan berbeda dengan alokasi distribusi aktual PT. X. Total penyimpangan per hari yang terjadi sebesar 10,19 kg. Penyimpangan tersebut mencapai 3.201,03 kg jika dihitung selama tahun Penyimpangan tersebut dikarenakan tidak tersedianya ukuran sayuran yang benar-benar sesuai dengan berat yang dipesan. Contohnya paprika, pelanggan memesan

57 44 3 kg paprika, namun PT. X tidak bisa memenuhi permintaan tersebut tepat pada 3 kg, karena jika ditimbang beberapa buah paprika total beratnya tidak ada yang tepat 3 kg, begitu juga dengan sayuran lainnya. Kelebihan tersebut menjadi kerugian PT. X karena pelanggan hanya membayar sesuai jumlah sayuran yang dipesannya. Tiap kelompok mempunyai penyimpangan dalam alokasi distribusinya. Penyimpangan terbesar terjadi pada kelompok 5, hal ini terjadi karena kuantitas sayuran yang dialokasikan pada kelompok 5 merupakan kuantitas yang paling besar saat distribusi sayuran dilakukan yaitu 206,01 kg. Penyimpangan yang terendah terdapat pada kelompok 6. Hal ini disebabkan karena kuantitas sayuran yang dialokasikan pada kelompok 6 merupakan kuantitas terkecil saat pendistribusian sayuran yaitu sebesar 66,98 kg. Namun, jika dilihat dari nilai reduced cost pada Tabel 8, tiap kelompok memiliki nilai nol. Nilai nol tersebut menunjukkan bahwa perubahan pada nilai variabel tidak merubah nilai pada fungsi tujuan (total biaya distribusi). Jumlah alokasi distribusi yang dilakukan oleh PT. X tidak mempengaruhi nilai fungsi tujuan. Artinya, walaupun adanya penyimpangan pada alokasi distribusi, biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X masih dalam batas optimal Analisis Dual Analisis dual menggambarkan adanya perbaikan pada nilai fungsi tujuan karena naiknya ketersediaan sumber daya (sayuran) yang dimiliki sebesar 1 unit. Nilai slack atau surplus menunjukkan penggunaan terhadap sumber daya yang dimiliki. Jika nilai slack atau surplus sama dengan nol, maka dapat dikatakan sumber daya yang ada habis terpakai. Sebaliknya jika nilai slack atau surplus bernilai positif, maka adanya kelebihan dalam jumlah sumber daya (sayuran). Nilai dual price menunjukkan besarnya perubahan biaya distribusi yang akan diberikan jika ketersediaan sumber daya ditambah sebesar satu satuan. Analisis dual dapat dilihat pada Tabel 9.

58 45 Tabel 9. Analisis dual terhadap volume distribusi sayuran per hari (dalam rupiah) Kendala Supply dan Demand Slack or Surplus Dual Prices Kebun 0 0 Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Dummy 0 0 Dari Tabel 9 terlihat bahwa kendala 1 memiliki nilai slack atau surplus dan nilai dual price sama dengan nol. Artinya, sayuran yang tersedia di kebun habis terpakai dan jika sayuran di kebun ditambah 1 kg, maka biaya distribusi yang dikeluarkan tidak mengalami pengurangan. Pada kendala 2 hingga 7 yaitu kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, kelompok 4, kelompok 5, dan kelompok 6, memiliki nilai slack atau surplus sama dengan nol. Hal tersebut menunjukan seluruh sayuran yang tersedia pada tiap kelompok habis terpakai. Pada kelompok 1, jika ada penambahan permintaan terhadap sayuran sebesar 1 kg, maka biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X akan bertambah sebesar Rp 823. Begitu juga dengan kelompok 2 hingga 6. Jika ada penambahan permintaan sayuran pada kelompok 2 hingga 6 sebesar 1 kg, maka biaya distribusi yang dikeluarkan oleh PT. X secara berurutan akan bertambah sebesar Rp. 503, Rp. 401, Rp. 372, Rp. 355, dan Rp Jika dilihat dari nilai dual price, kelompok 1 memiliki nilai yang terbesar yaitu Rp Hal ini terjadi karena total biaya distribusi aktual per hari yang dikeluarkan PT. X untuk kelompok 1 merupakan biaya distribusi yang paling besar yaitu Rp sehingga jika kelompok 1 melakukan penambahan permintaan terhadap sayuran sebesar 1 kg per hari, maka biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X akan bertambah lebih besar dari kelompok lainnya yaitu sebesar Rp. 823.

59 46 Pada dummy, nilai slack atau surplus dan nilai dual price memiliki nilai nol. Hal tersebut menunjukkan tidak adanya sayuran yang tersisa dan tidak adanya perubahan pada biaya distribusi yang dikeluarkan oleh PT. X jika adanya penambahan permintaan sayuran sebesar 1 kg. Keberadaan pelanggan dummy ini sebenarnya tidak nyata, namun berfungsi untuk menyeimbangkan antara total permintaan dan total penawaran Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas menggambarkan selang kepekaan apabila terjadi perubahan pada kondisi optimum. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan terhadap nilai koefisien fungsi tujuan (biaya distribusi) maupun perubahan kenaikan atau penurunan pada nilai ruas kanan suatu kendala (penawaran dan permintaan) Analisis Sensitivitas Biaya Distribusi Analisis sensitivitas pada biaya distribusi menjelaskan interval perubahan nilai koefisien fungsi tujuan yang tidak mengubah nilai optimal variabel keputusan. Besarnya perubahan nilai koefisien fungsi tujuan ditunjukkan pada bagian allowable increase dan allowable decrease. Allowable increase menunjukkan batas maksimum kenaikan terhadap nilai koefisien tujuan agar nilai optimum variabel keputusan tidak berubah. Allowable decrease menunjukkan batas minimum penurunan terhadap nilai koefisien tujuan agar nilai optimum variabel keputusan tidak berubah. Tabel 10 mengkaji analisis sensitivitas terhadap biaya distribusi per kg tiap kelompok pelanggan.

60 47 Tabel 10. Analisis sensitivitas terhadap biaya distribusi/kg tiap kelompok pelanggan per hari (dalam rupiah) Variabel Daerah Tujuan Kelompok Koefisien Allowable Increase Allowable Decrease X INFINITY 823 X INFINITY 503 X INFINITY 401 X INFINITY 372 X INFINITY 355 X INFINITY 492 X 17 Dummy 0 INFINITY 0 Pada Tabel 10 terlihat batasan-batasan yang diizinkan ditiap daerah tujuan. Pada variabel X 11 yaitu kelompok 1 memiliki nilai allowable increase tak terbatas (infinity) dan nilai allowable decrease sebesar Rp Artinya apabila biaya distribusi yang dikeluarkan pada kelompok 1 meningkat sebesar tak terhingga atau turun sebesar Rp. 823, maka nilai variabel keputusan tidak mengalami perubahan. Peningkatan tak terbatas tersebut menunjukkan tidak adanya permasalahan terhadap alokasi distribusi optimal jika berapapun besar peningkatan biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X. Pada kelompok 2, nilai allowable increase sebesar infinity dan nilai allowable decrease sebesar Rp Artinya, peningkatan biaya distribusi pada kelompok 2 tidak memiliki batasan, sedangkan batas minimum penurunan biaya distribusi yang diperbolehkan sebesar Rp Jika biaya penurunan biaya distribusi melebihi batas minimun tersebut, maka kondisi optimal akan mengalami perubahan. Nilai allowable increase dan nilai allowable decrease untuk kelompok 3 berturut-turut yaitu sebesar infinity dan Rp Jika PT. X mengeluarkan biaya distribusi untuk kelompok 3 sebesar Rp. 0, maka alokasi distribusi optimal tidak akan berubah. Kenaikan biaya distribusi pada

61 48 kelompok ini tidak menjadi masalah karena tidak ada batasan dalam kenaikan tersebut. Pada kelompok 4, nilai allowable increase sebesar infinity. Hal tersebut menunjukkan tidak ada batasan dalam hal kenaikan biaya distribusi. Sedangkan nilai allowable decrease pada kelompok 4 sebesar Rp Nilai tersebut menunjukkan batas minimum penurunan biaya distribusi yang diperbolehkan agar nilai variabel keputusan tidak mengalami perubahan. Untuk mempertahankan agar alokasi distribusi optimal tidak berubah, maka kelompok 5 harus memiliki batas minimal penurunan biaya distribusi sebesar Rp Sedangkan untuk batas maksimal kenaikannya, kelompok 5 tidak memiliki batasan. Pada kelompok 6, batas minimum penurunan biaya distribusi yang diperbolehkan hanya sebesar Rp Jika dilihat dari nilai allowable increase, kelompok 6 memiliki nilai yang sama dengan kelompok lainnya yaitu sebesar infinity Analisis Sensitivitas Kendala Penawaran dan Permintaan Analisis sensitivitas pada kendala penawaran dan permintaan menunjukkan perubahan nilai ruas kanan yang dapat diperbolehkan agar nilai dual price pada kendala tersebut tidak mengalami perubahan. Interval perubahan nilai ruas kanan kendala yang menunjukkan batas maksimum terdapat pada kolom allowable increase dan batas miminum yang ditunjukkan pada kolom allowable decrease. Kolomkolom tersebut menunjukkan batasan yang diperbolehkan. Tabel 11 menjelaskan secara rinci hasil dari analisis sensitivitas terhadap kendala penawaran dan permintaan.

62 49 Tabel 11. Analisis sensitivitas terhadap kendala penawaran dan permintaan per hari (dalam kg) Kendala Supply dan Demand Right Hand Side Allowable Increase Allowable Decrease Kebun 967,86 INFINITY 0 Kelompok 1 187, ,54 Kelompok 2 162, ,63 Kelompok 3 169, ,53 Kelompok 4 169, ,37 Kelompok 5 202, ,17 Kelompok 6 66, ,43 Dummy 10, ,19 Dari Tabel 11 menunjukkan bahwa pada kendala penawaran memiliki nilai allowable increase tak terbatas (infinity) dan nilai allowable decrease sama dengan nol. Artinya jika penawaran sayuran meningkat sebesar tak terbatas dan menurun sebesar 0 kg atau tidak mengalami penurunan, maka nilai dual price (nilai solusi optimal) tidak akan berubah. Peningkatan tak terbatas tersebut menunjukkan tidak adanya permasalahan terhadap nilai dual price jika berapapun besar peningkatan jumlah penawaran oleh PT. X. Pada kendala permintaan, kelompok 1 memiliki nilai allowable increase dan allowable decrease berturut-turut sebesar 0 kg dan 187,54 kg. Artinya, biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X akan meningkat jika adanya peningkatan dalam permintaan sayuran pada kelompok 1, sedangkan penurunan permintaan terhadap sayuran hanya diizinkan menurun sebesar 187,54 kg. Jika melebihi batas penurunan tersebut, maka biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X akan mengalami peningkatan. Pada kelompok 2, nilai allowable increase sebesar 0 kg dan nilai allowable decrease sebesar 162,63 kg. Hal ini menunjukkan batas maksimal peningkatan terhadap sayuran dan batas minimum penurunan terhadap sayuran berturutturut yang tidak mengubah nilai solusi optimal yaitu sebesar

63 50 0 kg dan 162,63 kg. Nilai allowable increase dan nilai allowable decrease pada kelompok 3 yaitu sebesar 0 kg dan 169,53 kg. Jika alokasi distribusi optimal pada kelompok 3 tidak mengalami peningkatan dan menurun menjadi 0 kg, maka nilai solusi optimal tidak akan mengalami perubahan. Untuk mempertahankan agar nilai solusi optimal tidak mengalami perubahan, maka peningkatan dan penurunan permintaan terhadap sayuran pada kelompok 4 hanya diperbolehkan secara berturut-turut sebesar 0 kg dan 169,37 kg. Kelompok 5 merupakan kelompok yang memiliki nilai allowable decrease terbesar dengan nilai sebesar 202,17 kg, sedangkan kelompok 6 merupakan kelompok yang memiliki nilai allowable decrease paling kecil yaitu sebesar 66,43 kg. Hal ini dikarenakan total alokasi distribusi aktual pada kelompok 5 merupakan alokasi terbesar yaitu sebesar 206,01 kg, sedangkan total alokasi distribusi aktual pada kelompok 6 merupakan alokasi distribusi paling kecil diantara kelompok lainnya yaitu sebesar 66,98 kg. Jika dilihat dari nilai allowable increase, biaya distribusi yang dikeluarkan PT. X akan mengalami peningkatan jika kelompok 5 dan kelompok 6 meningkatkan permintaannya terhadap sayuran. 4.5 Implikasi Manajerial Penelitian ini mengkaji optimalisasi distribusi sayuran yang dapat meminimalisasi biaya distribusi yang dikeluarkan oleh PT. X. Dengan diketahuinya alokasi distribusi optimal dari analisis primal, maka PT. X dapat mengetahui penyimpangan yang terjadi selama tahun 2009 dengan cara membandingkan alokasi distribusi optimal dengan alokasi distribusi aktual PT. X. Berdasarkan hal tersebut, optimalisasi distribusi sayuran berimplikasi terhadap manajemen fungsional lainnya pada PT. X. Dalam hal ini, optimalisasi distribusi sayuran merupakan bagian dari manajemen

64 51 produksi dan operasi. Implikasinya terhadap manajemen keuangan dan akuntansi, manajemen pemasaran, dan manajemen sumber daya manusia. Implikasi manajerial dalam optimalisasi distribusi sayuran dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Produksi dan operasi a. Mengalokasikan sayuran yang dipasok kepada tiap pelanggan secara optimal. b. Mempercepat proses distribusi sayuran dari kebun. c. Mempercepat proses penyortiran, pengemasan, pengecekan dan pemuatan ke tiap mobil box saat di kantor. d. Mempertahankan jalur distribusi tiap kendaraan saat ini untuk waktu kedepan. 2. Keuangan dan akuntansi a. Menambah anggaran pengeluaran yang dialokasikan untuk penambahan kendaraan khususnya motor yang digunakan untuk mendistribusikan sayuran yang lokasinya susah dilalui oleh mobil box. b. Pembuatan perjanjian khusus yang terkait dengan kelebihan pasokan sayuran ke tiap pelanggan. 3. Pemasaran Mengantisipasi adanya permintaan yang meningkat. Jika PT. X menyetujui peningkatan permitaan yang dilakukukan oleh tiap kelompok pelanggan, maka PT. X akan mengeluarkan biaya distribusi yang lebih besar dari sebelumnya. 4. Sumber daya manusia a. Perekrutan staff pengiriman khususnya staff yang akan ditempatkan pada pendistribusian sayuran ke pelanggan yang lokasinya susah dilalui oleh mobil box. b. Peningkatan kinerja staff pengiriman saat melakukan proses penyortiran, pengemasan, pengecekan dan pemuatan ke tiap mobil box.

65 52 KESIMPULAN DAN SARAN 1. KESIMPULAN 1. Sistem distribusi yang dilakukan oleh PT. X dimulai dari kebun PT. X yang berada di Cianjur dilanjutkan dengan proses distribusi sayuran ke kantor PT. X yang berada di Jakarta Pusat. Selanjutnya, sayuran yang telah dimuat ke tiap kendaraan didistribusikan ke tiap pelanggan sesuai pesanan pelanggan oleh staff pengiriman. Sayuran yang didistribusikan ke pelanggan merupakan sayuran yang dibudidayakan di kebun, dipasok oleh mitra sekitar kebun (Cianjur) dan dipasok oleh mita luar daerah (Bandung, Bali, dan Lombok). 2. Alokasi distribusi optimal sayuran pada PT. X berbeda dengan alokasi distribusi aktual sayuran yang dilakukan oleh PT. X. Dari hasil analisis primal menunjukkan total penyimpangan per hari yang terjadi sebesar 10,19 kg. Penyimpangan tersebut mencapai 3.201,03 kg atau 3,2 ton jika dihitung selama tahun Namun, penyimpangan yang terjadi tidak menunjukkan adanya penyimpangan pada biaya distribusi. Biaya distribusi yang dikeluarkan oleh PT. X masih dalam batas optimal yaitu sebesar Rp selama tahun Hasil analisis dual menunjukkan bahwa kelompok 1 memiliki nilai dual price terbesar yaitu Rp. 823 dan nilai dual price terkecil terdapat pada kelompok 5 yaitu Rp Nilai tersebut menunjukkan peningkatan biaya distribusi yang akan dikeluarkan PT. X jika kelompok 1 dan kelompok 5 melakukan peningkatan permintaan terhadap sayuran sebesar 1 kg. Pada hasil analisis sensitivitas biaya distribusi, tiap kelompok pelanggan memiliki nilai allowable increase sebesar infinity. Sedangkan nilai allowable decrease pada tiap kelompok berturut-turut yaitu sebesar Rp. 823, Rp. 503, Rp. 401, Rp. 372, Rp. 355, dan Rp Nilai tersebut menunjukkan batas minimum penurunan pada biaya distribusi agar alokasi distribusi optimal tidak mengalami perubahan. Hasil analisis sensitivitas kendala penawaran dan permintaan menunjukkan bahwa kendala penawaran memiliki nilai allowable increase tak terbatas (infinity) dan nilai allowable decrease sebesar 0 kg. Pada kendala

66 53 permintaan, nilai allowable increase tiap kelompok yaitu 0 kg dan nilai allowable decrease dengan nilai terbesar terdapat pada kelompok 5 sebesar 202,17 kg dan nilai terkecil terdapat pada kelompok 6 yaitu 66,43 kg. Jika kelompok 5 mengurangi permintaan terhadap sayuran sebesar 202,17 kg dan tidak adanya permintaan sayuran dari kelompok 6, maka biaya distribusi yang akan dikeluarkan PT. X masih dalam batas optimal. 2. SARAN Beberapa saran yang dapat diberikan pada PT. X terkait dengan penelitian ini, yaitu: 1. PT. X sebaiknya melakukan perjanjian pembayaran pada tiap pelanggan atas kelebihan jumlah alokasi distribusi sayuran yang dilakukan oleh PT. X. Kelebihan tersebut menyebabkan pendapatan perusahaan berkurang karena kelebihan tersebut tidak dibayar oleh pelanggan. 2. Untuk menghindari macet pada lalu lintas Jakarta, pendistribusian sayuran oleh staff pengiriman yang berasal dari kebun sebaiknya dilakukan lebih pagi sehingga proses penyortiran, pengemasan, pengecekan, dan pemuatan sayuran ke mobil box saat di kantor dapat dilakukan lebih awal dan pesanan pelanggan sampai tepat waktu bahkan lebih awal. 3. PT. X sebaiknya menambah jumlah motor yang digunakan untuk proses pendistribusian pada pelanggan yang lokasinya sulit untuk dilalui oleh mobil box, sehingga staff pengiriman yang menggunakan motor tidak harus bolak-balik dalam mengantarkan pesanan. 4. Pada penelitian ini, perumusan model transportasi pada fungsi kendala hanya terbatas pada kendala penawaran dan permintaan. Jadi, bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat merumuskan fungsi kendala pada model transportasi lebih komplek seperti memasukkan kendala jarak dan waktu tempuh.

67 54 DAFTAR PUSTAKA Aminudin Prinsip-Prinsip Riset Operasi. Erlangga, Jakarta. Assauri, S Manajemen Pemasaran. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Firdaus Optimalisasi Distribusi Sayuran dan Buah pada Sentra Agro Mandiri di Kota Bogor. Skripsi pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hanifah, AM. dan Saefuddin, AM Tataniaga Hasil Perikanan. UI Press. Jakarta. Heizer, J. dan Barry, R Manajemen Operasi Edisi Ke 7. Salemba Empat, Jakarta. Herjanto, E Manajemen Produksi dan Operasi. PT. Grasindo, Jakarta. Kodrat, D. S Manajemen Distribusi: Old Distribution Channel and Postmo Distribution Channel Approach Berbasis Teori dan Praktik. Graha Ilmu, Yogyakarta. Kotler, P Manajemen Pemasaran Edisi Ke 12. PT. Indeks, Jakarta. Mulyono, S Operations Research. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta. Nasution, N Manajemen Transportasi. Ghalia Indonesia, Jakarta. Prawirosentono, S Riset Operasi dan Ekonofisika. Bumi Aksara, Jakarta. Rustiani Optimalisasi Distribusi Sarimi pada PT. Sari Indo Prakarsa di Wilayah Bogor dan Depok. Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sholeh Optimalisasi Distribusi Pemasaran Ikan Bandeng dari Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa timur. Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Supranto Teknik Pengambilan Keputusan. Rineka Cipta, Jakarta. Swastha, B Saluran Pemasaran. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Taha, H Operations Research. Binapura Aksara, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 10 Februari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. [18 April 2010] Sinar Tani. 4 Mei Kawasan Hortikultura Menciptakan Kekuatan Pengembangan komoditi. [9 Mei 2010]

68 LAMPIRAN 55

69 55 Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN KAJIAN OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN PADA PERUSAHAAN X Penelitian ini dilakukan oleh Handayani (NRP: H ), mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Wawancara ini bertujuan untuk menyelesaikan skripsi, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Informasi yang didapat dari wawancara ini akan dirahasiakan. Daftar Pertanyaan saat wawancara: 1. Jelaskan sejarah berdirinya PT. X? 2. Sebutkan Tujuan, Visi, dan Misi dari PT. X? 3. Jelaskan secara ringkas struktur organisasi PT. X? 4. Berapa jumlah karyawan keseluruhan PT. X? 5. Jenis saluran distribusi apakah yang diterapkan pada PT. X? 6. Apa saja pertimbangan PT. X dalam menerapkan jenis saluran distribusi tersebut? 7. Bagaimana jalur distribusi yang diterapkan oleh PT. X pada tiap kendaraan? 8. Berapa jumlah kendaraan dan jenis kendaraan apa saja yang digunakan oleh PT. X? 9. Berapa jumlah pelanggan PT. X pada tahun 2009? 10. Berapa jumlah mitra/supplier PT. X pada tahun 2009? 11. Bagaimana sistem pemesanan dan pembayaran dari pelanggan ke PT. X serta mekanisme pemenuhan pesanan pelanggan oleh PT. X? 12. Komoditas apa saja yang ditawarkan PT. X kepada pelanggan? 13. Komoditas apa saja yang dipesan PT. X kepada mitra?

70 56 Lampiran 2. Input data dan hasil pengolahan data dengan LINDO Input data pada LINDO Hasil pengolahan data pada LINDO

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi 2.2 Saluran Distribusi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi 2.2 Saluran Distribusi 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Menurut Nasution (2004), distribusi fisik merupakan sambungan kunci (key link) antara produksi dan pemasar yang akan meningkatkan profitabilitas bagi perusahaan. Secara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 20 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan produksi yang optimal akan sia-sia jika distribusi yang diterapkan suatu perusahaan tidak tepat dan efektif. Hal tersebut dapat menimbulkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Optimalisasi Distribusi Sistem distribusi adalah cara yang ditempuh atau digunakan untuk menyalurkan barang dan jasa dari produsen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum PT. X PT. X adalah salah satu perusahaan agribisnis sayuran yang berlokasi di Jakarta Pusat. PT. X berdiri pada tahun 1998. Visi PT. X yaitu menjadikan produk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) yang berlokasi di Jalan KH Abdul Hamid Km 3, Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sub Terminal Agribisnis (STA) Rancamaya yang berlokasi di Jl. Raya Rancamaya Rt 01/01, Kampung Rancamaya Kidul, Desa Rancamaya,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Distribusi merupakan proses pemindahan barang-barang dari tempat produksi ke berbagai tempat atau daerah yang membutuhkan. Kotler (2005) mendefinisikan bahwa

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR. Oleh : Irwan Firdaus A

OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR. Oleh : Irwan Firdaus A OPTIMALISASI DISTRIBUSI SAYURAN DAN BUAH PADA SENTRA AGRO MANDIRI DI KOTA BOGOR Oleh : Irwan Firdaus A 14104572 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input) menjadi hasil keluaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Serangkaian kegiatan yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rinadya Yoghurt yang berlokasi di Bukit Asri Ciomas Blok A5 No. 9, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA. Oleh PATAR NAIBAHO H

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA. Oleh PATAR NAIBAHO H KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA Oleh PATAR NAIBAHO H24050116 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK Patar Naibaho H24050116. Kajian Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi 34 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi Hamdy A Taha (1996) mengemukakan bahwa dalam arti sederhana, model transportasi berusaha menentukan sebuah rencana transportasi sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming) Menurut Sri Mulyono (1999), Program Linier (LP) merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang langka untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear

BAB II LANDASAN TEORI. A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear 5 BAB II LANDASAN TEORI A Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear Persamaan linear adalah bentuk kalimat terbuka yang memuat variabel dengan derajat tertinggi adalah satu Sedangkan sistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, yaitu kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang

Lebih terperinci

Strategi Distribusi A. Pengertian Dan Arti Penting Saluran Distribusi

Strategi Distribusi A. Pengertian Dan Arti Penting Saluran Distribusi Strategi Distribusi A. Pengertian Dan Arti Penting Saluran Distribusi Keputusan mengenai saluran distribusi dalam pemasaran adalah merupakan salah satu keputusan yang paling kritis yang dihadapi manajemen.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DISTRIBUSI BUKU BERTEMAKAN ISLAM DAN PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI OPTIMAL TERHADAP MARJIN PEMASARAN (STUDI KASUS : CV PUSTAKA ULIL ALBAB)

OPTIMALISASI DISTRIBUSI BUKU BERTEMAKAN ISLAM DAN PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI OPTIMAL TERHADAP MARJIN PEMASARAN (STUDI KASUS : CV PUSTAKA ULIL ALBAB) OPTIMALISASI DISTRIBUSI BUKU BERTEMAKAN ISLAM DAN PENGARUH BIAYA DISTRIBUSI OPTIMAL TERHADAP MARJIN PEMASARAN (STUDI KASUS : CV PUSTAKA ULIL ALBAB) Oleh BAYU WIDHA PRANATA H24103068 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi globalisasi dunia saat ini mendorong persaingan diantara para pelaku bisnis yang semakin ketat. Di Indonesia sebagai negara berkembang, pembangunan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi Istilah Riset Operasi (Operation Research) pertama kali digunakan pada tahun 1940 oleh Mc Closky dan Trefthen di suatu kota kecil Bowdsey Inggris. Riset Operasi adalah

Lebih terperinci

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT (Studi Kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug - Sukabumi) Oleh ASEP SOLEHUDIN H

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT (Studi Kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug - Sukabumi) Oleh ASEP SOLEHUDIN H KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT (Studi Kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug - Sukabumi) Oleh ASEP SOLEHUDIN H24103066 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan, dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mencapai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 PENGERTIAN MODEL DAN METODE TRANSPORTASI 34 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Model dan Metode Transportasi Hamdy A Taha (1996) mengemukakan bahwa dalam arti sederhana, model

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Pendistribusian barang atau jasa merupakan salah satu bagian penting dari kegiatan sebuah instansi pemerintah ataupun perusahaan tertentu Masalah transportasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi Masalah Riset Operasi (Operation Research) pertama kali muncul di Inggris selama Perang Dunia II. Inggris mula-mula tertarik menggunakan metode kuantitatif dalam

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Heizer dan Render (2006:4) manajemen operasi (operation management-om) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Perusahaan melakukan kegiatan pemasaran pada saat perusahaan ingin memuaskan kebutuhannya melalui sebuah proses transaksi. Pemasaran juga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI Efisiensi Menurut Vincent Gaspersz (998, hal 4), efisiensi adalah ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Efisiensi

Lebih terperinci

Pokok Bahasan VI Metode Transportasi METODE TRANSPORTASI. Metode Kuantitatif. 70

Pokok Bahasan VI Metode Transportasi METODE TRANSPORTASI. Metode Kuantitatif. 70 METODE TRANSPORTASI Metode Kuantitatif. 70 POKOK BAHASAN VI METODE TRANSPORTASI Sub Pokok Bahasan : 1. Metode North West Corner Rule 2. Metode Stepping Stone. 3. Metode Modi 4. Metode VAM Instruksional

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia Industri pengolahan susu baik berskala kecil maupun berskala besar memiliki peranan penting dan strategis bagi perkembangan agribisnis

Lebih terperinci

OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ

OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ NINA HAIRIYAH Jurusan Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode-metode ilmiah dari teori-teori yang digunakan dalam penyelesaian persoalan untuk menentukan model program linier dalam produksi.. 2.1 Teori

Lebih terperinci

PERUMUSAN DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI UNTUK MENGEVALUASI KINERJA KEUANGAN (STUDI KASUS UKM A BOGOR) Oleh NORA PURBO UTAMI H

PERUMUSAN DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI UNTUK MENGEVALUASI KINERJA KEUANGAN (STUDI KASUS UKM A BOGOR) Oleh NORA PURBO UTAMI H PERUMUSAN DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI UNTUK MENGEVALUASI KINERJA KEUANGAN (STUDI KASUS UKM A BOGOR) Oleh NORA PURBO UTAMI H24103060 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Operation Research (OR) digunakan dalam penyelesaian masalahmasalah manajemen untuk meningkatkan produktivitas, atau efisiensi. Metode dalam Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2010. Lokasi penelitian berada di PT Perikanan Nusantara Cabang Benoa, Bali (Peta lokasi kantor PT Perikanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini begitu banyak perusahaan yang berdiri di tengah kehidupan masyarakat. Berdirinya suatu perusahaan di tengah-tengah kehidupan masyarakat mempunyai tujuan

Lebih terperinci

OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. XYZ

OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. XYZ Saintia Matematika Vol. 1, No. 5 (2013), pp. 407 418. OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. XYZ Diah Purnama Sari, Faigiziduhu Bu ulolo, Suwarno Ariswoyo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Produksi dan Operasi Manajeman (management) merupakan proses kerja dengan menggunakan orang dan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan (Bateman, Thomas S. : 2014)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memuaskan kebutuhan konsumen atau pelanggannya akan barang

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III ENDANG SUPARMAN SKOM,MM. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III ENDANG SUPARMAN SKOM,MM. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 04 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI ENDANG SUPARMAN SKOM,MM Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA MARKETING

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DEBITUR KREDIT WIRAUSAHA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR. Oleh ROSI ANRAYANI H

ANALISIS KEPUASAN DEBITUR KREDIT WIRAUSAHA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR. Oleh ROSI ANRAYANI H ANALISIS KEPUASAN DEBITUR KREDIT WIRAUSAHA DI PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR Oleh ROSI ANRAYANI H24050175 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kelangkaan merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini menjadi masalah utama ketika keinginan manusia yang tidak terbatas berhadapan dengan

Lebih terperinci

OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. MEGA ELTRA PERSERO CABANG MEDAN SKRIPSI

OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. MEGA ELTRA PERSERO CABANG MEDAN SKRIPSI OPTIMASI MASALAH TRANSPORTASI MENGGUNAKAN METODE POTENSIAL PADA SISTEM DISTRIBUSI PT. MEGA ELTRA PERSERO CABANG MEDAN SKRIPSI DIAH PURNAMA SARI 090803062 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Saluran Distribusi Pada perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung menjual barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh SITI CHOERIAH H

PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh SITI CHOERIAH H PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Oleh SITI CHOERIAH H24104026 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PROGRAM LINIER METODE GRAFIK

PROGRAM LINIER METODE GRAFIK PROGRAM LINIER METODE GRAFIK Program Linier merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumbersumber yang terbatas secara optimal. Masalah tersebut timbul apabila

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina PTPN IV Medan, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Sebuah perusahaan yang didirikan baik secara individu ataupun kelompok diharapkan dapat berlangsung dalam waktu yang lama. Apapun bentuk usaha dan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dewi (2006) dengan judul Pengaruh Saluran Distribusi Terhadap Peningkatan Volume Penjualan Produk Pocari Sweat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era modernisasi seperti ini, listrik merupakan salah satu energi yang paling penting dalam kehidupan. Listrik merupakan jantung utama dalam kehidupan

Lebih terperinci

Hermansyah, Helmi, Eka Wulan Ramadhani INTISARI

Hermansyah, Helmi, Eka Wulan Ramadhani INTISARI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 5, No. 3(216), hal 249 256. PERBANDINGAN METODE STEPPING STONE DAN MODIFIED DISTRIBUTION DENGAN SOLUSI AWAL METODE LEAST COST UNTUK MEMINIMUMKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa perkembangan transportasi terwujud dalam bentuk kemajuan alat angkut yang selalu mengikuti dan mendorong kemajuan teknologi transportasi. Pada umumnya masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pola pengadaan dan tingkat pengadaan pada sayuran organik PT. Masada Organik Indonesia secara optimal. Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Ternak Sapi Potong Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya di dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut Adi (2006:6) adalah suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah direncanakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) Oleh : SIESKA RIDYAWATI A14103047 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI. Oleh TRI LESTARI H

ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI. Oleh TRI LESTARI H ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI Oleh TRI LESTARI H24052006 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KAJIAN OPTIMASI UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT. PISMATEX, PEKALONGAN. Disusun Oleh : FARIS ANDINOVA YULIAWAN H

KAJIAN OPTIMASI UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT. PISMATEX, PEKALONGAN. Disusun Oleh : FARIS ANDINOVA YULIAWAN H KAJIAN OPTIMASI UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PT. PISMATEX, PEKALONGAN Disusun Oleh : FARIS ANDINOVA YULIAWAN H24051223 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2. PROGRAM LINEAR

BAB 2. PROGRAM LINEAR BAB 2. PROGRAM LINEAR 2.1. Pengertian Program Linear Pemrograman Linier disingkat PL merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Pemasaran Setiap perusahaan didirikan pasti erat dengan pemasaran. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan laba adalah sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Seseorang melakukan kegiatan pemasaran pada saat seseorang ingin memuaskan kebutuhannya. Pemasaran juga merupakan kegiatan yang pasti dilakukan oleh semua

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi Menurut Salvatore (2001), produksi merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produk Menurut Daryanto (2011:49) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pada dasarnya setiap perusahaan yang bergerak di sektor apapun pasti memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dengan biaya yang minimal

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR KOMUNIKASI PEMASARAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN

PENGARUH FAKTOR KOMUNIKASI PEMASARAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PENGARUH FAKTOR KOMUNIKASI PEMASARAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi Kasus pada Wisatawan Domestik di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor) Oleh EKA TAMIA MAHAKAMI H24104056 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemrograman Non Linier Pemrograman Non linier merupakan pemrograman dengan fungsi tujuannya saja atau bersama dengan fungsi kendala berbentuk non linier yaitu pangkat dari variabelnya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Fungsi Produksi Produksi dan operasi dalam ekonomi menurut Assauri (2008) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan usaha

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier adalah suatu teknik penyelesaian optimal atas suatu problema keputusan dengan cara menentukan terlebih dahulu fungsi tujuan (memaksimalkan atau meminimalkan)

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA OLEH SITI ADELIANI H14103073 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS]

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS] MATA KULIAH MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT011215 / 2 SKS] LINIER PROGRAMMING Formulasi Masalah dan Pemodelan Pengertian Linear Programming Linear Programming (LP) adalah salah satu teknik

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management OPERATIONS RESEARCH William J. Stevenson 8 th edition LINEAR PROGRAMMING Suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier digunakan untuk menunjukkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Marbella Bakery merupakan salah satu produsen roti di Jakarta Timur khususnya di sekitar kelurahan Pekayon. Usaha ini didirikan oleh Bapak J. Hoeru

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pengumpulan Data

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pengumpulan Data BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan selama 1 bulan, terhitung mulai tanggal 28 Mei 2013 sampai 28 Juni 2013, sesuai dengan izin yang diberikan oleh Kepala Cabang PT. Mega

Lebih terperinci

KAJIAN ANTRIAN PASIEN UNIT RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PMI BOGOR. Oleh LELY AMELIA H

KAJIAN ANTRIAN PASIEN UNIT RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PMI BOGOR. Oleh LELY AMELIA H KAJIAN ANTRIAN PASIEN UNIT RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PMI BOGOR Oleh LELY AMELIA H24103051 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat literatur dan melakukan studi kepustakaan untuk mengkaji dan menelaah berbagai buku, jurnal, karyai lmiah, laporan dan berbagai

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGADAAN DAN DISTRIBUSI SAYURAN SEGAR DI CV X, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : RIFA ATUL AMALIA HELMY A

OPTIMALISASI PENGADAAN DAN DISTRIBUSI SAYURAN SEGAR DI CV X, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : RIFA ATUL AMALIA HELMY A OPTIMALISASI PENGADAAN DAN DISTRIBUSI SAYURAN SEGAR DI CV X, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : RIFA ATUL AMALIA HELMY A14104030 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MASALAH TRANSPORTASI

MASALAH TRANSPORTASI MASALAH TRANSPORTASI Transportasi pada umumnya berhubungan dengan distribusi suatu produk, menuju ke beberapa tujuan, dengan permintaan tertentu, dan biaya transportasi minimum. Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Program Linier Menurut Aminudin (2005), program linier merupakan suatu model matematika untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber yang tersedia. Kata linier

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING

ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING VII ANALISIS MODEL LINEAR PROGRAMMING 7.1. Penentuan Model Linear Programming Produksi Tempe Dampak kenaikan harga kedelai pada pengrajin tempe skala kecil, menengah, dan besar dianalisis dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bagian ini diberikan beberapa konsep dasar yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini, seperti pengertian persediaan, metode program linier. 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran, Fungsi Manajemen Pemasaran dan Bauran Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa akan dihadapkan pada masalah bagaimana

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET DENGAN BANTUAN MODEL PROGRAM SIMULASI KOMPUTER (STUDI KASUS : PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk.) Oleh Dwi Andini

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN BUNGA ADENIUM PT GODONGIJO ASRI DALAM RANGKA PERENCANAAN STRATEGI PEMASARAN. Oleh INDRI DWI SEPTIANY H

ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN BUNGA ADENIUM PT GODONGIJO ASRI DALAM RANGKA PERENCANAAN STRATEGI PEMASARAN. Oleh INDRI DWI SEPTIANY H ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN BUNGA ADENIUM PT GODONGIJO ASRI DALAM RANGKA PERENCANAAN STRATEGI PEMASARAN Oleh INDRI DWI SEPTIANY H24052344 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci