Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source"

Transkripsi

1

2 Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source

3 Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penghitungan Indeks/Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) dapat terselesaikan dan memperoleh hasil sebagaimana diharapkan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada tim yang telah menyusun dan bekerja dengan penuh semangat dan konsisten sehingga publikasi Indeks/Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lombok Barat 2013 ini dapat terselesaikan. Hasil ini merupakan terobosan kita bersama untuk mengukur sejauh mana hasil pembangunan yang telah dilaksanakan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Lombok Barat. Hasil publikasi ini secara implementatif dapat diterapkan untuk mengukur kondisi masyarakat yang terjadi. Ke depan kita harapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu acuan dalam perencanaan kebijakan dan alat ukur hasil-hasil dari kebijakan yang telah dilaksanakan. Oleh karena ini publikasi ini perlu disosialisasikan kepada seluruh masyarakat dan jajaran pemerintahan Kabupaten Lombok Barat. Semoga upaya kita bersama dapat memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan di Lombok Barat, amin. Gerung, November 2014 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Kepala, Dr. H. BAEHAQI, S.Si, M.Pd, MM i

4 Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunianya publikasi Indeks/Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 telah berhasil diterbitkan. Publikasi ini merupakan edisi perdana yang menggambarkan kesejahteraan rakyat melalui beberapa indikator pada masing-masing bidang pembangunan. Bidang pembangunan yang dimaksud disini adalah kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, kemiskinan, perumahan dan ditambah lagi mengenai Indeks Kesejahteraan Rakyat (IKraR). Sumber data yang dipergunakan dalam publikasi ini sebagian besar berasal dari Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dengan ditambahkan beberapa data tambahan dari Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) dan data sekunder yang berasal dari kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat serta beberapa SKPD terkait. Penghargaan yang sebesar-besarnya kami berikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya publikasi ini. Karena publikasi ini merupakan publikasi perdana maka kami menyadari sepenuhnya bahwa kekurangan masih banyak ditemukan. Untuk itu saran serta kritik membangun kami harapkan agar dimasa mendatang publikasi ini menjadi lebih baik. Giri Menang, November 2014 BPS Kabupaten Lombok Barat Kepala, Ir. Agus Alwi ii

5 Sambutan i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii Daftar Tabel v Daftar Grafik vii PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang Lingkup Sumber Data Sistematika Penulisan... 5 KONSEP DAN DEFINISI 6 KEPENDUDUKAN Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Persebaran dan Kepadatan Penduduk Struktur Umur Rasio Beban Tanggungan Rata-Rata Usia Perkawinan Pertama 24 KESEHATAN Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Derajat dan Status Kesehatan Penduduk Keluhan Kesehatan Rata-Rata Lama Sakit Penolong Kelahiran Angka Harapan Hidup 34 PENDIDIKAN Fasilitas Pendidikan Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Partisipasi Sekolah Melek Huruf.. 42 KETENAGAKERJAAN Angkatan Kerja TPAK dan TKK Tingkat Pengangguran Lapangan Pekerjaan 50 iii

6 KEMISKINAN Persentase Penduduk Miskin Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan Garis Kemiskinan.. 58 PERUMAHAN Status Penguasaan Tempat Tinggal Kualitas Tempat Tinggal Fasilitas Air Minum Fasilitas Buang Air Besar Sumber Penerangan 69 INDEKS KESEJAHTERAAN RAKYAT 9.1 Dimensi IKraR Dimensi Keadilan Sosial Dimensi Keadilan Ekonomi Dimensi Demokrasi dan Good Governance Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lobar. 82 DAFTAR PUSTAKA 85 LAMPIRAN 86 iv

7 Tabel 3.1. Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenis Kelamin Tabel 3.2 Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tabel 3.3 Luas Wilayah Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan 17 Tabel 3.4 Kepadatan Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun Tabel 3.5 Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Kelompok Umur Tahun Tabel 3.6 Rasio Beban Tanggungan Kabupaten Lombok Barat Yahun Tabel 4.1 Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat Tahun Tabel 4.2 Rata-rata Lama Sakit dan Persentase Mengobati Sendiri Tabel 4.3 Persentase Penolong Kelahiran Pertama dan Terakhir 2010 dan Tabel 5.1 Fasilitas Sekolah di Kabupaten Lombok Barat Tahun Tabel 5.2 Fasilitas Sekolah di Kabupaten Lombok Barat Tahun Tabel 5.3 Persentase Penduduk Usia 10+ Menurut Pendidikan Tertinggi yang DItamatkan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan Tabel 5.4 APS Kabupaten Lombok Barat Menurut Tipe Daerah Tabel 5.5 tahun 2010 dan APS Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenis Kelamin tahun 2010 dan Tabel 6.2 TPAK dan TKK Kabupaten Lombok Barat Tahun Tabel 6.3 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Kabupaten Lombok Barat Tahun Tabel 7.1 Tabel 7.2 Tabel 8.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Lombok Barat Tahun Garis Kemiskinan Kabupaten Lombok Barat Tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Status Penguasaan Tempat Tinggal Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan v

8 Tabel 8.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Lantai Terluas Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan Tabel 8.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Perkapita Kabuaten Lombok Barat Tahun 2010 dan Tabel 8.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Tabel 8.5 Kabupaten Lombok Barat Tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas BAB di Kabupaten Lombok Barat Tahun Tabel 8.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama di Kabupaten Lombok Barat Tahun Tabel 9.1 Indikator Dimensi Keadilan Sosial Kabupaten Lombok Barat Tahun Tabel 9.2 Indikator Dimensi Keadilan Ekonomi Kabupaten Tabel 9.3 Tabel 9.4 Lombok Barat Tahun Indikator Dimensi Demokrasi Kabupaten Lombok Barat Tahun Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lombok Barat Tahun vi

9 Grafik 3.1 Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 4.1 Grafik 4.2 Grafik 4.3. Grafik 4.4 Grafik 5.1 Grafik 5.2 Grafik 5.3 Grafik 6.1 Grafik 7.1 Grafik 7.2 Grafik 8.1 Grafik 8.2 Grafik 8.3 Grafik 9.1 Penduduk Kabupaten Lombok Barat Hasil Sensus Penduduk 2000 dan 2010 Menurut Kecamatan 16 Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun Piramida Penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun Usia Pernikahan Pertama Penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun Persentase Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan Tahun Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dalam 1 Bulan Terakhir Persentase Penduduk yang Rawat Inap dalam 1 tahun Terakhir Angka Harapan Hidup Kabupaten Lombok Barat Tahun Angka Melek Huruf (Usia 10+) Kabupaten Lombok Barat Menurut Tipe Daerah Tahun 2010 dan Angka Melek Huruf (Usia 10+) Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan Angka Melek Huruf (Usia 15+) Kabupaten Lombok arat Tahun Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Lombok Barat Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Lombok Barat Tahun Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Lombok Barat tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap Terluas Kabupaten Lombok Barat Tahun Persentase Rumah TAngga Menurut Dinding Terluas Kabupaten Lombok Barat Tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Sumber Air ke Penampungan Tinja di Kabupaten Lombok Barat Tahun Indeks Dimensi Keadilan Sosial Kabupaten Lombok Barat Tahun vii

10 Grafik 9.2 Indeks Dimensi Keadilan Ekonomi Kabupaten Lombok Barat Tahun Grafik 9.3 Indeks Dimensi Demokrasi Kabupaten Lombok Barat Tahun Grafik 9.4 IKraR Kabupaten Lombok Barat Tahun viii

11 1.1. Latar Belakang Kesejahteraan merupakan tujuan dari diselenggarakannya pembangunan, kesejahteraan sendiri apabila telah dicapai akan semakin meningkatkan kualitas pembangunan. Banyak faktor mempengaruhi terwujudnya kesejahteraan, baik sosial, ekonomi, potensi wilayah maupun budaya dan karenanya pembangunan harus dapat meliputi semua aspek tersebut. Secara nasional strategi pembangunan ditekankan pada perbaikan kualitas hidup masyarakat Indonesia dan sekaligus ditujukan pula untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang memadai. Kendatipun demikian pada pelaksanaannya, aspek ekonomi cenderung mendapatkan prioritas yang lebih besar dibandingkan aspek pembangunan manusia. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, tidak saja berupa kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian dan perumahan, tetapi juga kebutuhan non fisik, seperti pendidikan, keamanan, hiburan, status sosial, dan kesempatan kerja. Dalam usaha mempercepat terpenuhinya kebutuhan tersebut, Pemerintah Kabupaten 1

12 Lombok Barat telah melaksanakan berbagai program di bidang-bidang yang strategis, seperti kesehatan, pendidikan dan perumahan. Kesemuanya itu memerlukan perencanaan sekaligus monitoring dan evaluasi yang cermat dan terarah. Hal ini penting agar dapat terlihat sejauh mana pembangunan telah berdampak dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, sehingga dalam perogram pembangunan berikutnya dapat dilakukan perbaikan sekaligus penyempurnaan sehingga dapat lebih optimal. Data akan indikator yang mencerminkan kesejahteraan rakyat menjadi suatu alat ukur yang jelas dibutuhkan. Dengan demikian selain penyediaan barang dan jasa yang dapat meningkatkan taraf hidup seluruh masyarakat, penyediaan data yang lengkap, cermat, tepat waktu dan berkesinambungan juga merupakan faktor penunjang proses pembangunan yang sangat menentukan kemajuan selanjutnya. Indikator kesejahteraan rakyat akan memberikan gambaran mengenai dampak pembangunan bagi masyarakat. Indikator ini mencakup aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, kemiskinan dan juga perumahan. Giatnya pembangunan yang sedang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Lombok Barat belum dapat tergambar secara kualitatif tanpa dukungan data yang memadai dan terkini. Keterbandingan dengan daerah lain juga belum dapat diukur tanpa adanya data. Oleh sebab itu paparan data mengenai indikator kesejahteraan rakyat mutlak diperlukan. Informasi yang dituangkan dalam bentuk tabel dan grafis dimaksudkan agar data dapat lebih mudah dipahami Ruang Lingkup Publikasi ini berisi data dan ulasan singkat mengenai berbagai variabel yang berkaitan dengan kesejahteraan penduduk dan rumah tangga di Kabupaten Lombok Barat pada tahun Dimensi yang akan disajikan akan dipadukan dalam beberapa bab yang meliputi indikator kependudukan, 2

13 kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, fertilitas dan keluarga berencana, serta perumahan. Laporan hasil penghitungan Indeks Kesejahteraan Rakyat (IkRar) juga akan disajikan sebagai pelengkap Sumber Data Statistik dan indikator yang diperlukan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi program pembangunan haruslah berkala sehingga bersumber dari survei tahunan. Hal ini karena adanya suatu kebutuhan untuk mengetahui perubahan setiap tahun dari pelaksanaan program yang telah disusun, dan pengaruhnya pada keadaan sosial masyarakat yang menjadi sasaran program tersebut. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) merupakan salah satu survei yang diselenggarakan oleh BPS yang menyediakan data yang berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia. Dari survei-survei yang dilaksanakan BPS, Susenas merupakan survei yang mempunyai cakupan data sosial paling luas. Data yang dikumpulkan antara lain menyangkut bidang-bidang pendidikan, kesehatan/gizi, ketenagakerjaan, perumahan/lingkungan hidup, kriminalitas, sosial budaya, konsumsi dan pengeluaran rumah tangga, dan alat komunikasi. Pada tahun 1992, tatkala pemerintah memerlukan informasi untuk merencanakan dan mengevaluasi kebijakan penanggulangan kemiskinan, sistem pengumpulan data Susenas diperbarui. Butir-butir data yang digunakan untuk menyusun indikator kesejahteraan rakyat dalam modul, yaitu kelompok keterangan yang dikumpulkan dalam tiga tahun sekali, ditarik ke dalam kor, yaitu kelompok keterangan yang dikumpulkan tiap tahun. Sejak itu, dalam Susenas tiap tahun tersedia perangkat data yang dapat digunakan untuk memantau taraf kesejahteraan masyarakat, merumuskan program pemerintah yang khusus ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan 3

14 sektor-sektor tertentu dalam masyarakat, dan menganalisis dampak berbagai program peningkatan ksejahteraan penduduk. Dalam kor baru Susenas terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang keadaan dan perilaku anggota masyarakat yang erat kaitannya dengan berbagai aspek kesejahteraan seperti apakah ia melakukan perjalanan, apakah masih sekolah, apakah mengalami gangguan kesehatan, apakah rawat jalan atau rawat inap dan lain-lain. Pertanyaan yang khusus menyangkut balita antara lain meliputi penolong kelahiran dan berapa lama disusui. Melalui kor juga dikumpulkan data tentang jenjang pendidikan, kegiatan ekonomi anggota rumah tangga, dan bagi wanita, tentang umur saat perkawinan pertama dan perilaku ber KB. Untuk keterangan rumah tangga dihimpun data mengenai keadaan dan fasilitas perumahan dan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pertanyaan-pertanyaan dalam Susenas kor dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memonitor hal-hal yang mungkin berubah tiap tahun, berguna untuk perencanaan jangka pendek, serta pertanyaan yang dapat dikaitkan dengan pertanyaan modul. Pertanyaan yang dimasukkan dalam modul diperlukan untuk menganalisis masalah yang tidak perlu dimonitor tiap tahun atau menganalisis fenomena yang ingin diintervensi pemerintah. Data Susenas memiliki potensi yang sangat besar untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya untuk menggambarkan keadaan berbagai komponen kesejahteraan dapat disusun berbagai data agregat berupa indikator seperti tingkat partisipasi sekolah, persentase akseptor KB, rata-rata umur perkawinan pertama, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan, persentase penduduk yang memanfaatkan fasilitas kesehatan, persentase balita yang diberi ASI, persentase rumah tangga yang memperoleh air bersih, atau mempunyai WC dengan tangki septik, dan rata-rata pengeluaran per kapita. Survei ini juga menghimpun keterangan mengenai ketenagakerjaan, yang mencakup jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja, struktur 4

15 tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan, pengangguran, dan rata-rata jam kerja penduduk yang bekerja. Sebagai pelengkap indikator ketenagakerjaan, digunakan pula hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Sakernas ini juga merupakan survey rutin yang dilaksakan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai ketenagakerjaan. Sebagai bahan pelengkap, akan digunakan juga data sekunder yang berasal dari SKPD-SKPD terkait di lingkup pemeritahan Kabupaten Lombok Barat Sistematika Penulisan Penyajian pada publikasi ini pada intinya berupa tabel yang disertai ulasan singkat (analisa deskriptif) terhadap beberapa data dari masingmasing variabel yang ada dalam ruang lingkup penulisan. Adapun tabel-tabel yang berisikan data secara rinci akan disajikan pada bagian akhir dari publikasi (lampiran tabel rinci). Secara garis besar data/variabel kesejahteraan rakyat dalam publikasi ini dikelompokkan menjadi enam bagian. Bagian pertama merupakan data kependudukan, mencakup antara lain jumlah penduduk menurut jenis kelamin, umur, dan status perkawinan. Bagian kedua, menyajikan kondisi kesehatan penduduk yang menyangkut keluhan kesehatan, jumlah hari sakit, penolong kelahiran balita, kondisi balita dan pemanfaatan fasilitas kesehatan. Di bagian ketiga ditampilkan kondisi pendidikan penduduk yang mencakup partisipasi sekolah, status pendidikan, tingkat pendidikan, dan melek huruf. Data bidang ketenagakerjaan ditampilkan pada bagian keempat publikasi ini, yang mencakup kegiatan utama penduduk, jam kerja, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan. Gambaran mengenai fertilitas dan keluarga berencana disajikan pada bagian lima. Kemudian pada bagian keenam yang merupakan bagian akhir disajikan data perumahan. 5

16 Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga Rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu rumah tangga biasa dan rumah tangga khusus. a. Rumah tangga biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari-hari bersama menjadi satu. Ada beberapa macam bentuk rumah tangga biasa, diantaranya : 1) orang yang tinggal bersama isteri dan anaknya; 2) orang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus dan mengurus makannya sendiri; 3) keluarga yang terpisah di dua bangunan sensus, tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih dalam satu segmen. 6

17 4) rumah tangga yang menerima pondokan dengan makan (indekos) yang pemondok nya kurang dari 10 orang. 5) pengurus asrama, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, dan sejenisnya yang tinggal sendiri maupun bersama anak, isteri serta anggota rumah tangga lainnya, makan dari satu dapur yang terpisah dari lembaga yang diurusnya. 6) masing-masing orang yang bersama-sama menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi mengurus makannya sendiri-sendiri. b. Rumah tangga khusus adalah (i) orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, atau rumah tahanan yang pengurusan kebutuhan sehariharinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga dan, (ii) kelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah lebih dari 10 orang. Rumah tangga khusus tidak dicakup dalam Susenas. Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasa bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di rumah pada saat pencacahan maupun sementara tidak ada. Anggota rumah tangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai anggota rumah tangga. Orang yang telah tinggal di suatu rumah tangga 6 bulan atau lebih atau yang telah tinggal di suatu rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap di rumah tangga tersebut dianggap sebagai anggota rumah tangga. Status Perkawinan Kawin adalah mempunyai isteri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini 7

18 dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya) tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami isteri. Cerai Hidup adalah berpisah sebagai suami/ isteri karena bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/isteri ditinggalkan oleh isteri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup. Cerai mati adalah ditinggal mati oleh suami (bagi perempuan) atau isterinya (bagi laki-laki) dan pada saat pencacahan belum kawin lagi. Kesehatan Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu oleh kondisi kesehatan, kejiwaan, kecelakaan, atau hal lain. Seseorang yang menderita penyakit kronis dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu survei (satu bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh penyakitnya. Pendidikan Sekolah adalah kegiatan bersekolah di sekolah formal mulai dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi, termasuk pendidikan yang disetarakan. Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak atau belum pernah sekolah di sekolah formal, misalnya tamat/belum tamat Taman Kanak-kanak tetapi tidak melanjutkan ke SD. Masih bersekolah adalah sedang mengikuti pendidikan di pendidikan dasar, menengah atau tinggi. Tidak bersekolah lagi adalah pernah mengikuti pendidikan dasar, menengah atau tinggi, tetapi pada saat pencacahan tidak bersekolah lagi. 8

19 Tamat sekolah adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah. Orang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi telah mengikuti ujian dan lulus dianggap tamat sekolah. Angkatan Kerja Angkatan Kerja adalah mereka yang ber-umur 15 tahun ke atas dan selama seminggu yang lalu sebelum survei mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti menunggu panen, sedang cuti dan menunggu pekerjaan berikutnya (pekerja bebas profesional seperti dukun dan dalang). Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan atau mengharapkan dapat pekerjaan juga termasuk dalam kelompok angkatan kerja. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun ke atas dan selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya, serta tidak melakukan suatu kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja atau mencari pekerjaan. Kegiatan yang terbanyak dilakukan adalah kegiatan yang menggunakan waktu ter-banyak dibandingkan dengan kegiatan lain-nya. Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerja-an dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu terus menerus dan tidak terputus (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam usaha/kegiatan ekonomi). Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja karena suatu sebab seperti sakit, cuti, menunggu panen dan mogok. 9

20 Fertilitas dan KB Anak Lahir Hidup adalah anak yang pada waktu dilahirkan menunjukkan tanda-tanda kehidupan walaupun mungkin hanya beberapa saat saja seperti jantung berdenyut dan menangis. Anak yang pada waktu lahir tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan disebut lahir mati. Medis Operasi Wanita (MOW/sterilisasi wanita/tubektomi) adalah operasi yang dilakukan pada wanita untuk mencegah terjadinya kehamilan, yaitu mengikat saluran telur agar wanita itu tidak dapat mempunyai anak lagi. Operasi untuk mengambil rahim atau indung telur kadang-kadang dilakukan karena alasan-alasan lain, bukan untuk memberikan perlindungan agar wanita tidak mempunyai anak lagi. Yang dicatat sebagai sterilisasi di sini hanya operasi yang ditujukan agar seorang wanita tidak bisa mempunyai anak lagi. Medis Operasi Pria (MOP/sterilisasi pria/ vasektomi) adalah suatu operasi ringan yang dilakukan pada pria dengan maksud untuk mencegah terjadinya kehamilan pada pasangannya. IUD (intra uterus device)/akdr (alat kontrasepsi dalam rahim)/spiral adalah alat yang dibuat dari plastik halus/tembaga, ber-ukuran kecil, berbentuk spiral, T, kipas, dan lainnya, dipasang di dalam rahim untuk mencegah terjadinya kehamilan. Suntikan KB adalah salah satu cara pencegahan kehamilan dengan jalan menyuntikkan cairan tertentu ke dalam tubuh, misalnya satu, tiga atau enam bulan sekali (cara ini disebut juga depo provera). Pil KB adalah pil yang diminum untuk mencegah terjadinya kehamilan. Pil ini harus diminum secara teratur setiap hari. Orang dikatakan sedang menggunakan pil KB, apabila sejak haid terakhir, ia minum pil KB setiap hari. Kondom/karet KB adalah alat yang terbuat dari karet, berbentuk seperti balon, yang dipakai oleh laki-laki selama bersenggama dengan maksud agar 10

21 isterinya/pasangannya tidak hamil. Orang dikatakan sedang menggunakan kondom apabila sejak haid terakhir pasangannya selalu menggunakan kondom waktu berkumpul, termasuk saat kumpul terakhir (jadi ia terlindung). Norplan implant/susuk KB adalah enam batang logam kecil yang dimasukkan ke bawah kulit lengan atas untuk mencegah terjadinya kehamilan. Orang dikatakan menggunakan susuk KB apabila susuk KB terakhir dipasang ditubuhnya kurang dari 5 (lima) tahun sebelum pencacahan. Lainnya antara lain intravag (tisue KB yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum kumpul). Alat/cara tradisional antara lain pantang berkala/sistem kalender, senggama terputus, tidak campur, jamu, urut. Perumahan Luas lantai adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari. Bagian-bagian yang digunakan bukan untuk keperluan seharihari tidak dimasukkan dalam perhitungan luas lantai seperti lumbung padi, kandang ternak, lantai jemur (lamporan semen), dan ruang khusus untuk usaha (misalnya warung). Dinding adalah sisi luas/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan rumah tangga atau bangunan lain. Atap adalah penutup bagian atas bangunan yang melindungi orang yang mendiami dari teriknya matahari, hujan dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat, atap yang dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut. Air Leding adalah sumber air yang berasal dari air yang telah diproses menjadi jernih sebelum dialirkan kepada konsumen melalui instalasi berupa saluran air. Sumber air ini diusahakan oleh PAM/PDAM/BPAM (Perusahaan Air Minum/Perusahaan Daerah Air Minum/Badan Pengelola Air Minum). Air Sumur/perigi terlindung bila lingkar mulut sumur/perigi tersebut dilindungi oleh tembok paling sedikit setinggi 0,8 meter di atas tanah dan 11

22 sedalam 3 meter di bawah tanah dan di sekitar mulut ada lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar mulut sumur atau perigi. Kloset/dudukan leher angsa adalah jamban/kakus yang di bawah dudukannya terdapat saluran berbentuk huruf "U" (seperti leher angsa) dengan maksud menampung air untuk menahan agar bau tinja tidak keluar. Plengsengan adalah jamban/kakus yang di bawah dudukannya terdapat saluran rata yang dimiringkan ke pembuangan kotoran. Cemplung/cubluk adalah jamban/kakus yang di bawah dudukannya tidak ada saluran langsung ke tempat pembuangan penampungan akhir. Lainnya adalah tidak mempunyai tempat untuk duduk/jongkok termasuk yang tidak mempunyai jamban/kakus. 12

23 Penduduk dapat menjadi nilai tambah sekaligus beban bagi pemerintah apabila tidak dapat ditangani dengan baik. Banyaknya jumlah penduduk bisa memperkuat faktor produksi dan menjadi potensi ekonomi apabila memang penduduknya berkualitas. Di sisi lain pertambahan penduduk yang tidak dapat dikendalikan akan menjadi bom waktu yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan hingga bermuara pada terhambatnya pembangunan. Masalah kesenjangan sosial, penyediaan kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, ketersediaan lapangan pekerjaan bahkan hinga ke perumahan akan menjadi beberapa permasalahan yang ditimbulkan akibat penduduk. Mempertimbangkan penduduk sebagai variabel penentu pembangunan menjadi penting mengingat penduduk merupakan objek sekaligus subjek dari pembangunan. Tingginya pertumbuhan penduduk bisa menghambat upaya untuk meningkatkan kemakmuran suatu wilayah. Selain itu, sebaran penduduk yang tidak merata juga dapat menjadi permasalahan dan masih banyak lagi permasalahan yang dapat ditimbulkan. Oleh karena itu kebijakan yang berorientasi pada kependudukan perlu dibuat sebagai upaya 13

24 untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dan tentu saja menunjang kesejahteraan rakyat Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk memang selalu meningkat setiap tahunnya, namun peningkatan yang terkendali dan terencana akan mampu mengarahkan pembangunan menjadi lebih baik. Jika pada Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat masih berjumlah jiwa, maka pada tahun 2013 penduduk Lombok Barat melesat naik menjadi jiwa. Dengan kata lain dalam empat tahun terakhir rata-rata setiap tahunnya penduduk Lombok Barat meningkat sebanyak jiwa atau sebesar 1,12 persen per tahun. Tahun Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin (1) (2) (3) (4) (5) , , , , , , , , , , , , Tabel 3.1 Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenis Kelamin Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Rasio jenis kelamin Lombok Barat dalam empat tahun terakhir juga selalu berada di bawah 100 yang artinya jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk perempuan. Pengarusutamaan gender memang digadang-gadang oleh pemerintah untuk menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan maupun penganggaran. Kondisi bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki di Lombok Barat seharusnya 14

25 dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam menyelenggarakan program berbasis gender. Kondisi kependudukan yang terjadi telah membuat kebijakan berbasis gender menjadi suatu keharusan. Kecamatan Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan SP 2010 (1) (2) (3) (4) (5) Sekotong ,76 Lembar ,53 Gerung ,36 Labuapi ,03 Kediri ,75 Kuripan ,33 Narmada ,68 Lingsar ,10 Gunungsari ,25 Batulayar ,71 Lombok Barat Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Tabel 3.2 Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Penduduk terbesar di Lombok Barat berada di Kecamatan Narmada, namun laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Narmada hasil Sensus Penduduk 2010 merupakan yang terendah dibandingkan kecamatan lainnya yang ada di Lombok Barat. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Sekotong, kendatipun demikian hal ini belum mengkhawatirkan sebab Kecamatan Sekotong masih tergolong sedikit penduduknya apabila dibandingkan dengan wilayahnya yang sangat luas. Penduduk yang paling sedikit ada di Kecamatan Kuripan, namun hal ini masih tergolong wajar mengingat luas wilayah Kuripan juga merupakan yang terkecil di Lombok Barat. Besarnya laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat melalui jumlah penduduk sepuluh tahunan atau yang dikenal juga dengan jumlah penduduk antar sensus. Ternyata dalam dekade Kecamatan Narmada masih merupakan 15

26 kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak. Kecamatan Kuripan juga pada Sensus Penduduk 2000 (SP 2000) maupun 2010 (SP 2010) merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit di Lombok Barat. Namun beberapa kecamatan mengalami sedikit pergeseran pola. Bila pada SP 2000 Kecamatan Gerung merupakan kecamatan kedua terbanyak penduduknya, namun pada SP 2010 posisi kedua ditempati oleh Kecamatan Gunungsari. Hal inilah yang mendasari laju pertumbuhan penduduk di Gunungsari menjadi tinggi hingga mencapai 2,25. Batulayar Gunungsari Lingsar Narmada Kuripan Kediri Labuapi Gerung Lembar Sekotong SP 2010 SP 2000 Grafik 3.1 Penduduk Kabupaten Lombok Barat Hasil Sensus Penduduk 2000 dan 2010 Menurut Kecamatan Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk lebih dari 2 yaitu Gunungsari, Batulayar dan Sekotong merupakan kecamatan yang mengalami pergeseran pola. Kecamatan Batulayar menggeser posisi Lembar pada SP 2010 dan Kecamatan Sekotong menggeser Kecamatan Kediri pada SP

27 3.2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Salah satu permasalah yang dihadapi Lombok Barat berkaitan dengan pertumbuhan penduduk adalah pemerataan penduduk. Wilayah Lombok Barat memang membentang dari Selatan ke Utara, kontur wilayah yang berupa perbukitan juga membuat banyak penduduk mengumpul di area tertentu saja. Posisi Lombok Barat yang menjadi penyangga Kota Mataram juga menjadi salah satu penyebab tidak meratanya penyebaran penduduk di Lombok Barat. Kecamatan Labuapi, Gungsari, Batulayar, Narmada dan Lingsar merupakan lima kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Mataram. Akibatnya di kelima kecamatan ini penduduk cenderung lebih padat dibanding kecamatan lainnya yang ada di Lombok Barat. Kecamatan Luas Persentase (1) (2) (3) 1. Sekotong 529,38 50,23 2. Lembar 62,66 5,95 3. G e r u n g 62,30 5,91 4. L a b u a p i 28,33 2,69 5. K e d i r i 21,64 2,05 6. Kuripan 21,56 2,05 7. Narmada 107,62 10,21 8. Lingsar 96,58 9,16 9. Gunungsari 89,74 8,51 10.Batu Layar 34,11 3,24 Jumlah 1.053,92 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Tabel 3.3 Luas Wilayah Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Dalam sepuluh tahun terakhir luas wilayah Kabupaten Lombok Barat relatif tidak mengalami perubahan. Lebih dari 50 persen luas wilayah Lombok Barat berada di Kecamatan Sekotong. Kecamatan terluas kedua adalah 17

28 Kecamatan Narmada disusul oleh Kecamatan Lingsar yang merupakan pecahan dari Kecamatan Narmada. Kecamatan Kediri dan Kuripan mempunyai luas wilayah yang hampir sama dan luas wilayah kedua kecamatan ini merupakan yang terkecil di Lombok Barat. Luas wilayah Kecamatan Lembar dan Gerung juga hampir sama luasnya, namun topografi wilayah Gerung cenderung lebih landai dibanding Lembar sehingga lebih strategis untuk dijadikan sebagai pemukiman. Kecamatan Gerung juga dianggap representative untuk dijadikan ibukota Kabupaten Lombok Barat karena terletak di tengah wilayah Lombok Barat. Kecamatan Kepadatan (jiwa/km2) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Sekotong Lembar G e r u n g L a b u a p i K e d i r i Kuripan Narmada Lingsar Gunungsari Batu Layar Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Tabel 3.4 Kepadatan Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun Membandingkan antara luas wilayah dengan kepadatan penduduknya akan memperjelas gambaran bahwa Lombok Barat menghadapi permasalahan penyebaran penduduk yang tidak merata. Dalam empat tahun terakhir wilayah yang sudah padat menjadi semakin padat, sedangkan kepadatan penduduk di wilayah yang tidak padat hanya sedikit mengalami perubahan. Kecamatan Sekotong sebagai contohnya, luasnya mendominasi 18

29 Lombok Barat namun kepadatan penduduknya merupakan yang terkecil se Lombok Barat. Kecamatan Kediri merupakan kecamatan terpadat di Lombok Barat, padahal luas wilayah Kediri hanya sedikit lebih besar dari luas Kecamatan Kuripan. Gambaran kepadatan penduduk antar kecamatan yang polanya masih tidak berubah merupakan indikasi bahwa belum ada kebijakan yang dapat menyentuh perubahan penyebaran penduduk di Kabupaten Lombok Barat. Jumlah rumah tangga yang terbentuk pada suatu wilayah juga menjadi salah satu faktor penentu kepadatan penduduk. Rumah tangga Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2012 mencapai rumah tangga dan pada tahun 2013 mencapai rumah tangga. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga di Lombok Barat sendiri masih sebanyak 4 orang per rumah tangga dan itu merupakan jumlah yang ideal. Pola jumlah rumah tangga menurut kecamatan mengikuti pola jumlah penduduk sehingga jumlah rumah tangga terbanyak juga ada di Kecamatan Narmada dan terkecil ada di Kecamatan Kuripan. Grafik Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Lombok Barat Menurut Kecamatan Tahun Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat 19

30 3.3. Struktur Umur Pengelompokan penduduk dalam struktur umur diperlukan untuk berbagai analisis kependudukan dan sering dipergunakan untuk berbagai penelitian. Hal ini disebabkan banyak kebijakan yang memang menyasar kelompok umur tertentu, misal kebijakan pendidikan dasar akan fokus pada penduduk kelompok umur 7-12 tahun untuk Sekolah Dasar dan umur tahun untuk Sekolah Menengah Pertama. Kelompok Tahun Umur (1) (2) (3) (4) (5) Tabel 3.5 Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut Kelompok Umur Tahun Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Komposisi penduduk Kabupaten Lombok Barat didominasi oleh kelompok usia muda dan usia produktif. Jika pada tahun 2010 jumlah balita Lombok Barat mencapai jiwa, maka pada tahun 2013 meningkat tajam menjadi jiwa. Banyaknya jumlah balita setiap tahun dalam empat tahun terakhir mengindikasikan beberapa hal diantaranya banyak kelahiran baru yang artinya program Keluarga Berencana (KB) tidak berjalan. 20

31 Fenomena ini bisa juga mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan balita dan menurunnya angka kematian bayi di Lombok Barat. Tentu saja untuk membuktikan indikasi tersebut diperlukan penelitian lebih lanjut, namun signal yang nampak menjadi indikasi positif akan pembangunan kesehatan masyarakat Lombok Barat sekaligus signal negatif bagi pelaksanaan program KB. Piramida penduduk akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai komposisi penduduk Lombok Barat Grafik 3.3 Piramida Penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Perempuan Laki-laki Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Sebagaimana tampak pada piramida penduduk, kelompok umur 0-44 tahun merupakan yang terbesar di Lombok Barat. Untuk menjadikan penduduk usia produktif ini sebagai potensi wilayah, harus dapat dijamin kualitas penduduk tersebut. Apabila penduduk ini berkualitas maka daya saingnya akan tinggi 21

32 sehingga secara langsung akan berdampak pada kualitas kesejahteraan penduduk Lombok Barat. Implikasi lain yang dapat muncul dari besarnya penduduk usia sekolah dan produktif adalah lapangan pekerjaan, ketersediaannya harus dapat dijaga oleh pemerintah untuk dapat menampung penduduk usia produktif ini karena jika tidak tentu saja akan berdampak pada banyaknya pengangguran. Mengingat penduduk usia sekolah juga cukup banyak, maka kebijakan di bidang pendidikan juga perlu dicermati agar dapat meningkatkan kualitas intelektual masyarakat Lombok Barat Rasio Beban Tanggungan Rasio beban tanggungan atau dikenal juga dengan Dependancy Ratio merupakan gambaran mengenai beban ekonomi yang harus ditanggung oleh kelompok usia produktif ( tahun ) terhadap kelompok usia tidak produktif baik itu usia muda (0-14 tahun) maupun usia tua (65 tahun ke atas). Dependancy Ratio Tahun (1) (2) (3) (4) (5) Penduduk usia muda Penduduk usia tua 46,70 45,63 45,63 45,63 6,54 6,55 6,55 6,55 53,11 52,18 52,18 52,18 Total Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Tabel 3.6 Rasio Beban Tanggungan Kabupaten Lombok Barat Tahun Rasio beban tanggungan ekonomi penduduk usia produktif terhadap penduduk usia tua maupun muda di Lombok Barat sejak tahun 2010 hingga 2013 tampaknya tidak menunjukkan perkembangan yang berarti. Selama empat tahun terakhir dependency ratio Lombok Barat bernilai sekitar 52 22

33 persen yang artinya dari 100 penduduk berusia produktif harus menanggung secara ekonomi sebanyak 52 penduduk usia non produktif (tua dan muda). Dipilah menurut usia muda dan tua, rasio beban tanggungan usia muda lebih besar dari usia tua sehingga penduduk usia produktif lebih banyak menanggung penduduk usia muda dari pada tua. Dependancy ratio usia muda yang bernilai 46 diartikan bahwa dari 100 penduduk usia produktif harus menanggung 46 penduduk usia muda, dan 100 penduduk usia produktif harus menanggung 6 penduduk usia tua. Fenomena ini kembali menekankan betapa perlunya menggalakkan program Keluarga Berencana (KB) karena dapat dilihat bahwa penduduk usia muda ini memang membuat beban tanggungan ekonomi penduduk produktif menjadi besar. Paradigma bahwa KB adalah untuk menghentikan kelahiran harus diubah dan diganti menjadi merencanakan kehamilan. Dengan merencanakan kehamilan, keluarga dapat berupaya untuk menjarangkan kehamilan agar setiap anak yang dilahirkan menjadi lebih berkualitas dan orang tua dapat lebih focus dalam menuangkan kasih sayang dan mendidik anak-anaknya Rata-rata Usia Perkawinan Pertama Perkawinan adalah suatu hal yang secara naluri akan dituju oleh setiap manusia. Pada saat seseorang telah matang secara emosi, fisik dan seharusnya ditunjang oleh materi, setiap orang pasti berkeinginan untuk melangsungkan pernikahan. Tidak hanya sebagai sarana untuk meneruskan keturunan, pernikahan juga menjadi sarana ibadah dan bukti ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pernikahan usia muda secara agama memang tidak dilarang, namun beberapa penelitian telah membuktikan bahwa akan lebih baik bagi perempuan untuk tidak menikah muda. Selain karena alasan emosi yang belum stabil, alasan kesehatan fisik juga mendasari hasil penelitian ini, dimana 23

34 apabila wanita menikah muda akan lebih rentan terhadap penyakit reproduksi. Dilihat dari usia perkawinan utama tampak bahwa penduduk perempuan cenderung menikah muda. Faktor budaya yang telah mengakar di Indonesia dan tidak terkecuali di Lombok Barat, bahwa kodrat perempuan adalah untuk menikah, memiliki keturunan dan mengurus rumah tangga menjadi salah satu penyebab utama fenomena ini. Selain itu secara fisik, perempuan memang cenderung lebih cepat dewasa dibanding laki-laki sehingga walaupun usianya masih muda selama ia sudah mengalami menstruasi, orang tuanya tidak akan menunda pernikahan mereka.laki-laki disisi lain, dianggap sebagai penanggung jawab ekonomi keluarga dan pencari nafkah utama di rumah tangga, sehingga laki-laki cenderung akan menikah setelah memperoleh pekerjaan. Rata-rata usia perkawinan pertama akan mengindikasikan fertilitas penduduk. Semakin muda seseorang melangsungkan perkawinan maka akan semakin panjang usia reproduksinya, dan dampaknya peluang mereka untuk terus melahirkan anak akan semakin besar. Grafik 3.4 Usia Pernikahan Pertama Penduduk Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: Susenas (data diolah) 24

35 Rata-rata usia pernikahan pertama penduduk perempuan di Kabupaten Lombok Barat dalam empat tahun terakhir berkisar antara 19,25 tahun hingga 19,81 tahun. Artinya tidak ada pergeseran preferensi usia wanita untuk menikah di Lombok Barat dalam 4 tahun terakhir. Undang-undang perkawinan di Indonesia memang mengatur usia minimal untuk menikah adalah 16 tahun, berarti usia pernikahan pertama penduduk wanita di Lombok Barat sudah sesuai dengan Undang-Undang. 25

36 Kesehatan merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur kesejahteraan masyarakat. Kesehatan identik dengan mahal dan ada paradigma yang berkembang bahwa kesehatan hanya dapat dinikmati oleh orang kaya saja. Sehingga ada hubungan korelasi antara kesehatan dan kesejahteraan, dimana kesehatan akan meningkatkan kualitas manusia sehingga bisa menjadi sejahtera dan sebaliknya kesejahteraan akan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Berkaitan dengan pembangunan di bidang kesehatan, pemerintah Kabupaten Lombok Barat sudah berupaya menggulirkan beberapa program dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tujuan pembangunan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat adalah terwujudnya masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat yang dilandasi oleh nilai Patut Patuh Patju. Tujuan tersebut didasarkan pada tujuan pembangunan 26

37 kesehatan nasional dan filosofi kehidupan masyarakat yang berakar di Kabupaten Lombok Barat. Upaya yang dilakukan diantaranya adalah dengan meningkatkan dan memudahkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin, dan masih banyak lagi. Semua usaha itu dilakukan untuk meningkatkan angka harapan hidup, menurunkan angka kematian bayi, menurunkan angka kematian ibu, meningkatkan gizi balita dan secara umum meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Lombok Barat Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Sarana dan prasarana kesehatan yang memenuhi standar dan mudah diakses oleh masyarakat menjadi syarat mutlak bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Fasilitas Kesehatan (1) (2) (3) Rumah Sakit Umum 1 1 Puskesmas Rawat Inap 5 5 Puskesmas Non Rawat Inap Puskesmas Keliling Puskesmas Pembantu Rumah Bersalin Swasta 2 2 Balai Pengobatan/klinik Praktik dokter Perorangan Bank Darah Rumah Sakit 1 1 Tabel 4.1 Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011 dan 2013 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Rumah sakit besar hanya ada satu unit di Lombok Barat dan terletak di ibukota kabupaten yaitu Kecamatan Gerung. Akan tetapi, di setiap desa telah dibangun 27

38 fasilitas mulai dari puskesmas hingga puskesmas keliling untuk menampung keluhan kesehatan masyarakat. Membandingkan fasilitas kesehatan di Lombok Barat pada tahun 2011 dengan tahun 2013 yang tampak sangat jauh berbeda adalah pada jumlah praktik dokter perorangan. Pada tahun 2011 belum ada dokter yang praktik secara perorangan namun pada tahun 2013 telah ada 105 tempat praktek dokter perorangan yang tersebar di setiap kecamatan yang ada di Lombok Barat Derajat dan Status Kesehatan Penduduk Keluhan Kesehatan Apabila Dinas Kesehatan mencatat keluhan kesehatan berdasarkan pencatatan atas kasus yang terjadi di fasilitas kesehatan (puskesmas, rumah sakit), BPS melalui Susenas mencatat keluhan kesehatan di rumah tangga. Dengan demikian, individu yang memiliki keluhan kesehatan namun tidak berobat ke fasiitas kesehatan yang ada akan tetap tercakup. Angka kesakitan (modbiditas) menunjukkan adanya gangguan/keluhan kesehatan yang megakibatkan terganggunya aktifitas sehari-hari baik dalam melakukan pekerjaan, sekolah, mengurus rumah tangga maupun kegiatan lainnya Grafik Persentase Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan Tahun Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) 28

39 Keluhan kesehatan merupakan gejala adanya suatu penyakit, dan secara umum keluhan kesehatan tersebut berupa panas, batuk, pilek, asma/sesak napas, diare, sakit kepala berulang, sakit gigi dan penyakit lainnya. Semakin banyak penduduk yang mengalami keluhan kesehatan di suatu wilayah maka semakin rendah derajat kesehatan masyarakat wilayah tersebut. Pada tahun 2010 penduduk Lombok Barat yang mengalami keluhan kesehatan mencapai 34,61 persen. Keluhan kesehatan ini berkurang cukup banyak di tahun 2011 sehingga persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan menjadi 23,39 persen. Keluhan kesehatan ini terus berkurang di tahun 2012 dan 2013 namun pergeseran dari 2012 ke 2013 tidaklah terlalu besar karena hanya berkurang 0,03 persen saja. Berkurangnya persentase penduduk yang tidak sehat sejak tahun 2010 hingga 2013 mengindikasikan bahwa kualitas kesehatan masyarakat Lombok Barat semakin membaik dan tentu saja ditunjang dengan penanganan yang baik oleh tenaga kesehatan pada fasilitas kesehatan yang ada Rata-rata Lama Sakit Pada umumnya suatu penyakit baru dapat didiagnosa setelah tiga hari, sebab di awal sakit gejala yang timbul masih merupakan gejala parsial yang bersifat umum bagi banyak penyakit. Misalnya panas/demam, hampir semua penyakit ditandai dengan panas/demam, sehingga tanpa adanya gejala-gejala tambahan panas/demam tersebut belum dapat mengindikasikan penyakit yang diderita. Lama hari sakit menjadi salah satu penanda berat atau tidaknya sakit yang diderita, semakin lama (hari) sakit maka dapat diasumsikan bahwa penyakit yang diderita cukup serius. Di jaman serba modern ini, penyakit juga semakin berkembang, maka dari itu slogan mencegah lebih baik daripada 29

40 menyembuhkan dirasa sangat relevan apabila dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Tahun Rata-Rata Lama Sakit (hari) Persentase Mengobati Sendiri dalam Sebulan Terakhir (1) (2) (3) ,31 73, ,68 59, ,92 51, ,71 66,79 Tabel 4.2 Rata-rata Lama Sakit dan Persentase Mengobati Sendiri Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Rata-rata lama sakit penduduk Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 mencapai 6,31 hari, lama sakit ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun berikutnya yang hanya berkisar antara 4-5 hari. Morbiditas penduduk Lombok Barat pada tahun 2010 memang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 hingga Hal yang mungkin menyebabkannya adalah merebaknya wabah penyakit tertentu pada tahun 2010 yang baru dapat diatasi dan dikendalikan pada tahun-tahun berikutnya, misalnya cikungunya, diare dan demam berdarah. Apabila mengalami keluhan kesehatan masyarakat dihadapkan pada pilihan mengobati sendiri atau berobat ke tenaga medis. Mengobati sendiri dapat dilakukan dengan mengenali gejala penyakit kemudian membeli obat modern yang dijual bebas di toko-toko, mengkonsumsi obat tradisional maupun pengobatan lainnya. Persentase penduduk yang memilih untuk mengobati sendiri penyakitnya dalam sebulan terakhir pada tahun 2010 mencapai 73,02 persen dan pada tahun 2013 mencapai 66,79 persen. Persentase penduduk 30

41 yang mengobati sendiri dalam sebulan terakhir memang fluktuatif setiap tahunnya karena ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Misalnya faktor menganggap penyakit yang diderita cukup ringan sehingga tidak perlu ke tenaga medis, kurang biaya hingga ke masalah psikologis bahwa ada masyarakat yang justru takut penyakitnya akan terdeteksi berat apabila pergi ke tenaga medis. Apabila opsi mengobati sendiri masih belum dapat meredakan penyakit, tentu saja berobat ke faskes ataupun nakes menjadi opsi terakhir, dan tidak sedikit masyarakat Lombok Barat yang mengalami hal tersebut Grafik.4.2 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Dalam 1 bulan Terakhir Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Pada tahun 2010 sebanyak 49,41 persen masyarakat Lombok Barat yang mempunyai keluhan kesehatan memilih berobat jalan dalam 1 bulan terakhir, persentase ini berburang menjadi 42,69 persen pada tahun Pada tahun 2013 sebanyak 50,18 persen masyarakat Lombok Barat berobat jalan dan di tahun 2013 berkurang menjadi 43,16 persen. Pilihan berobat jalan ini mencakup RS Pemerintah dan Swasta, praktik dokter, puskesmas/ puskesmas pembantu, praktek nakes, praktek pengobatan tradisional, bahkan dukun bersalin dan pengobatan lainnya. 31

42 Apabila penyakit yang diderita cukup berat, diperlukan penanganan rawat inap. Tidak semua fasilitas kesehatan menyediakan layanan rawat inap, sehingga pilihan untuk rawat inap menjadi terbatas. Sepanjang tahun 2010, sebanyak 4,01 persen dari masyarakat Lombok Barat pernah dirawat inap. Persentase ini berkurang menjadi 1,43 persen pada tahun Kemudian pada tahun 2012 sedikit berta,bah menjadi 1,78 persen namun kembali berkurang menjadi 1,49 persen pada tahun Grafik Persentase Penduduk yang Rawat Inap dalam 1 tahun Terakhir Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Fasilitas kesehatan untuk rawat inap meliputi Rumah Sakit baik pemerintah maupun swasta, Puskesmas, praktek nakes, praktek pengobatan tradisional dan lainnya. Keberadaan puskesmas rawat inap di Lombok Barat dirasakan sangat bermanfaat sebab sebagian besar masyarakat Lombok Barat yang rawat inap, memanfaatkan fasilitas puskesmas rawat inap Penolong Kelahiran Turunnya angka kematian ibu dan bayi turut ditunjang oleh penolong kelahiran. Penolong kelahiran yang telah dilatih dan memiliki kemampuan 32

43 medis yang mumpuni akan dapat bertindak cepat apabila terjadi komplikasi pada saat proses melahirkan. Pemerintah daerah dalam hal ini telah melakukan berbagai upaya untuk memperluas akses, sarana pelayanan serta tenaga kesehatan untuk membantu kehamilan dan persalinan. Di semua desa yang ada di Lombok Barat telah tersedia bidan desa yang akan senantiasa membantu masyarakat Lombok Barat. Uraian Penolong Kelahiran Penolong Kelahiran Pertama Terakhir (1) (2) (3) (4) (5) Dokter 12,74 7,69 15,94 9,75 Bidan 66,72 85,97 68,85 85,85 Tenaga Medis lain 4,38-5,16 - Dukun Bersalin 11,74 6,34 6,89 4,40 Family/Keluarga 4,03-3,16 - Lainnya 0, Tabel.4.3 Persentase Penolong Kelahiran Pertama dan Terakhir 2010 dan 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Apabila pada tahun 2010 masih terdapat warga masyarakat Lombok Barat yang kelahirannya ditolong oleh tenaga medis lain (perawat), family/keluarga bahkan lainnya, polanya telah berubah jauh di tahun Penolong kelahiran pertama maupun terakhir pada tahun 2013 hanya tertuju pada tiga nakes yaitu dokter, bidan dan dukun beranak saja. Persentase penolong kelahiran pertama oleh bidan juga meningkat tajam di tahun Selain itu persentase kelahiran pertama maupun terakhir yang dibantu oleh dukun bersalin juga semakin berkurang dibandingkan tahun Hal ini mengindikasikan efektifitas program pemerintah yang menyediakan bidan di setiap desa di Lombok Barat. 33

44 4.4. Angka Harapan Hidup (AHH) Salah satu indikasi keberhasilan pembangunan kesehatan adalah apabila Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kabupaten Lombok Barat dapat meningkat. Apabila masyarakat Lombok Barat telah dapat hidup dengan sehat maka korelasinya adalah umur yang panjang sehingga AHH meningkat. Sebagai indikator dampak, AHH dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan keseluruhan kegiatan pembangunan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Lobar Grafik.4.4 Angka Harapan Hidup Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Walaupun peningkatannya lambat namun AHH Kabupaten Lombok Barat sejak tahun 2007 hingga 2013 selalu meningkat. Lima tahun yang lalu penduduk Lombok Barat hanya memiliki harapan hidup hingga berusia 60,40 tahun saja. Fasilitas kesehatan di Lombok Barat pada tahun tersebut (2009) memang masih dapat dikatakan belum sebanyak saat ini (2013), apabila ada masyarakat Lombok Barat yang mengalami keluhan kesehatan, masih banyak yang memilih untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di provinsi dikarenakan kurangnya fasilitas kesehatan baik dari segi kualitas maupun 34

45 kuantitas. Saat ini, Lombok Barat telah memiliki Rumah Sakit Umum Tripat dengan fasilitas kesehatan yang lengkap dan tenaga medis yang memadai. Di 2012, pemerintah daerah Kabupaten Lombok Barat bahkan meresmikan dua gedung baru di rumah sakit kebanggaan Lombok Barat ini, sehingga pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih optimal. Benar saja kondisi ini memberikan dampak positif bagi kualitas kesehatan masyarakat Lombok Barat, karena pada tahun 2013 AHH Lombok Barat mampu mencapai 62,13 tahun. 35

46 Hak asasi setiap warga Negara Indonesia yang dilindungi oleh Undang- Undang adalah pendidikan. Pendidikan tidak memandang status sosial, kondisi ekonomi, suku, etnis, asal seseorang, gender, semua berhak memperoleh pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Pendidikan akan meningkatkan intelektualitas, kecakapan dan kapabilitas seseorang sehingga mendorong terwujudnya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat yang madani dan modern dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan menjadi sangat penting karena merupakan salah satu investasi pembangunan di masa depan. Pentingnya pendidikan menjadikan pendidikan sebagai sasaran utama dalam setiap program pembangunan. Berbagai upaya untuk mengingkatkan kualitas manusia melalui pendidikan dilakukan oleh pemerintah mulai dari menyediakan sarana sekolah yang memenuhi standar pendidikan di setiap 36

47 wilayah Lombok Barat, hingga menambah tenaga pengajar bahkan memberikan insentif bagi pengajar di daerah terpencil. Pemerintah juga mengupayakan pendidikan dasar gratis bagi setiap warga masyarakat, juga bantuan bagi siswa miskin untuk bersekolah. Efektif atau tidaknya program pendidikan yang dijalankan akan nampak melalui indikator pendidikan. Beberapa indikator pendidikan yang penting dan lazim digunakan sebagai bahan monitoring dan evaluasi kebijakan adalah Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama Sekolah (MYS), Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan masih banyak lagi Fasilitas Pendidikan Mengingat wilayah Lombok Barat yang membentang dari Selatan ke Utara, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah daerah Lombok Barat adalah pemerataan fasilitas pendidikan. Ada beberapa daerah yang telah memiliki fasilitas pendidikan yang lengkap mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), namun masih ada juga daerah yang minim fasilitas. Kendati demikian, pemerintah berusaha agar membangun di lokasi yang strategis sehingga ada sekolah yang dapat dituju oleh penduduk dari beberapa kecamatan sekaligus karena kedekatan wilayahnya. Di kecamatan tertentu bahkan lebih banyak fasilitas pendidikan yang didirikan oleh pihak swasta, namun mutu pendidikannya tetap terjamin sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas masyarakat Lombok Barat. Selain dari meningkatnya jumlah sekolah, pemerintah juga berusaha meningkatkan kualitas infrastruktur sekolah. Banyak sekolah telah dibangun dan dibuat agar memenuhi standar pendidikan dan keamanan bagi muridmurid yang belajar. Data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Barat menunjukkan bahwa dibandingkan dengan kondisi tahun 2010, jumlah fasilitas pendidikan di Lombok Barat tahun 2013 telah meningkat. 37

48 Nama Kecamatan TK SD SMP SPDT SMA SMK (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sekotong Lembar Gerung Kediri Kuripan Labuapi Narmada Lingsar Gunungsari Batulayar J u m l a h Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Lobar Tabel 5.1 Fasilitas Sekolah di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 Nama Kecamatan TK SD SMP SPDT SMA SMK Tabel 5.2 Fasilitas Sekolah di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sekotong Lembar Gerung Kediri Kuripan Labuapi Narmada Lingsar Gunungsari Batulayar J u m l a h Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Lobar Jika pada tahun 2010 jumlah PAUD/TK di Lombok Barat hanya 81 unit, maka pada tahun 2013 jumlah meningkat menjadi 92 unit. Sekolah Dasar meningkat sebanyak 2 buah dibandingkan pada tahun 2010, walaupun hanya bertambah 2 unit namun kondisi fisik SD di Lombok sudah jauh lebih baik dibandingkan tahun Adapun SMP meningkat sebanyak 9 sekolah, SMA 38

49 meningkat sebanyak 5 unit dan SMK meningkat tajam dari hanya 25 unit di tahun 2010 menjadi 38 sekolah pada tahun Bertambahnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencetak tenaga kerja siap pakai yang sudah berbekal kemampuan tertentu sesuai dengan jurusan yang dipelajari Tingkat Pendidikan Tertingi yang Ditamatkan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kemampuan intelektual dan kompetensi yang dimilikinya semestinya juga lebih baik. Oleh sebab itu, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan menjadi salah satu indikator kualitas manusia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang dibarengi dengan pembangunan di bidang pendidikan, diharapkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan juga semakin meningkat. Tingkat Pendidikan Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tidak Punya Ijasah 25,81 24,99 33,97 32,93 29,91 28,83 SD/setara 28,57 29,98 34,93 35,77 31,77 32,78 SMP/setara 17,97 20,81 17,95 15,68 17,96 18,33 SMA/setara 21,97 20,72 10,82 11,66 16,37 16,33 Diploma+PT 5,68 3,50 2,33 3,96 4,00 3,72 Tabel 5.3 Persentase Penduduk Usia 10+ Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Persentase penduduk usia sepuluh tahun ke atas yang tidak memiliki ijasah dan yang memiliki ijasah SD sebagai ijasah tertinggi yang dimiliki di daerah perdesaan ternyata lebih besar dibandingkan dengan perkotaan. 39

50 Sebaliknya, penduduk dengan ijasah tertinggi SMP dan SMA di daerah perkotaan persentasenya lebih tinggi dari perdesaan. Penduduk yang menamatkan hingga Diploma ke atas pesrsentasenya paling kecil. Pada tahun 2010 penduduk yang tamat Diploma ke atas di perkotaan lebih besar dari perdesaan. Namun pada tahun 2013, persentase perdesaan mengejar sehingga persentase perdesaan melampaui perkotaan. Fenomena yang terjadi memberikan gambaran bahwa memang terdapat perbedaan kualitas antara penduduk yang tinggal di perkotaan dengan perdesaan. Budaya yang menganggap bahwa tamat Sekolah Dasar saja sudah cukup disinyalir menjadi salah satu penyebab tingginya persentase penduduk usia sepuluh tahun ke atas yang hanya menamatkan Sekolah Dasar dan bahkan tidak tamat SD, sedang di perkotaan kesadaran untuk mengenyam pendidikan sudah tinggi. Akses terhadap fasilitas pendidikan juga menjadi penghambat dalam meningkatkan animo masyarakat untuk bersekolah lebih tinggi Partisipasi Sekolah Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang sudah dikenal luas di masyarakat dan kalangan peneliti. APS merupakan perbandingan antara penduduk yang masih bersekolah pada tingkat pendidikan tertentu dengan penduduk di usia sekolah tersebut. Dengan demikian, APS memberikan gambaran akan kesempatan penduduk untuk mengenyam pendidikan. Untuk penghitungan APS, penduduk dikelompokkan dalam kelompok usia sekolah yaitu, SD usia 7 12 tahun, SMP usia tahun dan SMA usia tahun. Secara umum APS usia SD merupakan yang tertinggi karena mencapai lebih dari 90 persen, dan semakin tinggi tingkat pendidikannya APS nya menjadi semakin rendah. Apabila dipilah menurut tipe daerah, maka 40

51 tampak bahwa APS di daerah perkotaan lebih tinggi dari perdesaan di ketiga jenjang pendidikan. Kelompok Umur Perkotaan Perdesaan Lombok Barat (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) ,22 98,72 96,81 96,36 97,96 97, ,30 86,67 73,02 82,49 80,53 84, ,50 76,81 52,11 43,99 57,31 59,84 Tabel 5.4 APS Kabupaten Lombok Barat Menurut Tipe Daerah Tahun 2010 dan 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) APS Lombok Barat di tingkat pendidikan SMP tampak meningkat pada tahun 2013 apabila dibandingkan dengan tahun 2010, demikian juga dengan APS SMA. Apabila dipilah antara kota dan desa, maka terlihat bahwa peningkatan APS SMP disebabkan meningkatnyaaps SMP di daerah perdesaan, sedangkan APS SMA meningkat karena meningkatnya APS SMA di perkotaan. Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Laki+ Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tabel 5.5 APS Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) 41

52 Kesetaraan gender dalam dunia pendidikan di Lombok Barat tampaknya telah tercapai, sebab tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah penduduk laki-laki maupun perempuan untuk memperoleh pendidikan. Hal ini tergambar dari APS di tiga jenjang pendidikan menurut jenis kelamin, dimana APS laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda. Bahkan dibandingkan kondisi tahun 2010, terjadi peningkatan APS perempuan di ketiga jenjang pendidikan tersebut pada tahun Berkebalikan dengan kondisi tersebut, APS laki-laki pada tahun 2013 justru menurun dibanding tahun 2010 walaupun penurunannya tidaklah terlalu banyak Melek Huruf Melek huruf, kebalikan dari buta huruf merupakan refleksi dari kemampuan baca dan tulis seseorang. Hanya mengenali huruf, bahkan bisa membaca belum dapat didefinisikan sebagai melek huruf. Seseorang akan dinyatakan sebagai melek huruf apabila dia bisa membaca dan menulis. Huruf pun tak hanya terbatas pada huruf latin, melainkan juga huruf lainnya yang berlaku di masryarakat seperti huruf arab, huruf cina, huruf sansekerta, huruf jawa, dan lain sebagainya. Jadi apabila seseorang tidak bisa membaca dan menulis huruf latin namun ia dapat membaca dan menulis huruf arab maka ia sudah didefinisikan sebagai melek huruf. Ada dua pendekatan dalam menghitung Angka Melek Huruf (AMH), yaitu untuk penduduk usia 10 tahun ke atas, atau dapat juga usia produktif yaitu usia 15 tahun ke atas. Angka Melek Huruf untuk penduduk usia 15 tahun ke atas digunakan dalam analisis Indeks Pembangunan Manusia. Untuk memperkaya wacana maka dalam publikasi ini yang akan diulas adalah Angka Melek Huruf untuk penduduk usia 10 tahun ke atas. Selain itu memang AMH penduduk usia 10 tahun ke atas memang direkomendasikan sebagai indikator kesejahteraan rakyat. Angka melek huruf di perdesaan lebih rendah dibandingkan perkotaan. Hal ini membuat kesan bahwa perdesaan memang tertinggal dari perkotaan dalam pembangunan pendidikan. 42

53 Perkotaan Perdesaan Lombok Barat Grafik 5.1 Angka Melek Huruf (usia 10+) Kabupaten Lombok Barat Menurut Tipe Daerah Tahun 2010 dan 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Dibandingkan dengan tahun 2010, AMH di perkotaan pada tahun 2013 meningkat cukup signifikan yaitu sebanyak 4,77 persen. Di perdesaan, AMH juga meningkat pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2010 namun peningkatannya tidak sebesar perkotaan yaitu hanya mencapai 1,21 persen saja. Tingginya peningkatan AMH di kawasan perkotaan dan perdesaan membuat AMH Lombok Barat secara umum meningkat sebanyak 2.97 persen Grafik 5.2 Angka Melek Huruf (usia 10+) Kabupaten Lombok Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 dan Laki-laki Perempuan Lombok Barat Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) 43

54 Ternyata AMH laki-laki lebih tinggi dari perempuan baik pada tahun 2010 maupun AMH laki-laki mencapai lebih dari 80 persen sedang perempuan hanya berkisar 70 persen. Artinya lebih banyak penduduk usia 10 tahun ke atas berjenis kelamin laki-laki yang dapat membaca dan menulis. Apabila dikaitkan dengan APS menurut jenis kelamin, dimana APS perempuan cenderung meningkat bagi perempuan, maka disinyalir AMH perempuan yang lebih rendah dari laki-laki disebabkan oleh penduduk perempuan yang sudah bukan usia sekolah lagi namun buta huruf. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa perempuan cenderung memiliki umur lebih panjang dari laki-laki, hal ini membuat penduduk perempuan bukan usia sekolah seakan menjadi beban bagi AMH perempuan di Lombok Barat. Kecurigaan bahwa AMH Lombok Barat yang rendah lebih disebabkan karena penduduk usia lanjut yang masih tetap buta huruf semakin mendasar karena ternyata AMH penduduk usia 15 tahun ke atas lebih kecil dari AMH penduduk usia 10 tahun ke atas. Grafik di bawah akan lebih memperjelas hal tersebut Grafik 5.3 Angka Melek Huruf (usia 15+) Kabupaten Lombok Barat Tahun Lobar Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) 44

55 Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang berasal dari rumah tangga, dan sebagai imbal baliknya balas jasa bagi tenaga kerja berupa upah/gaji akan dipergunakan untuk kesejahteraan rumah tangga. Sehingga jelas baik dari sisi ekonomi maupun sosial, ketenagakerjaan sangat erat kaitannya dengan kesejahteraan rakyat. Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa tingginya penduduk usia peroduktif membuat pemerintah dihadapkan pada masalah ketenagakerjaan. Pertumbuhan lapangan pekerjaan seyogyanya sebanding dengan pertumbuhan penduduk, karena jika tidak yang akan terjadi adalah masalah pengangguran dan imbasnya adalah menurunnya kesejahteraan masyarakat. Daya saing penduduk dalam lapangan pekerjaan akan berkaitan dengan kemampuan dan kualitas sumber daya manusia. Dengan kualitas SDM 45

56 yang memadai maka kesempatannya untuk memperoleh pekerjaan juga akan semakin tinggi. Gambaran akan dunia ketenagakerjaan di Lombok Barat akan tercermin dari beberapa indikator seperti jumlah angkatan kerja, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dan lain sebagainya Angkatan Kerja Yang termasuk dalam kategori angkatan kerja (labour force) adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran juga termasuk dalam kategori angkatan kerja. Penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja. Bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2010, penduduk usia kerja Lombok Barat mulai berkurang pada tahun 2011 namun perlahan lahan kembali bertambah pada tahun 2012 hingga Tahun Penduduk Usia Kerja Angkatan kerja (1) (2) (3) Tabel 6.1 Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Karena angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja maka berkurangnya penduduk usia kerja pada tahun 2010 ke 2012 berpengaruh 46

57 pada jumlah angkatan kerjanya. Pada tahun 2011 angkatan kerja menjadi berkurang namun bertambah di tahun Fenomena menarik akan terlihat di tahun 2012 dan 2013 dimana angkatan kerja pada tahun 2012 lebih besar dari 2013 namun jumlah penduduk usia kerja tahun 2013 justru lebih besar dibanding tahun Disinyalir kondisi ini terjadi akibat pergeseran penduduk usia kerja yang masuk dalam kategori bukan angkatan kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Kesempatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan proporsi jumlah penduduk Angkatan Kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja yaitu usia 15 tahun ke atas. Indikator ini menggambarkan sejauh mana peran serta penduduk dalam kegiatan perekonomian wilayah. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) adalah proporsi penduduk yang bekerja terhadap jumlah Angkatan Kerja. TKK akan memberikan gambaran bagaimana besarnya penduduk usia kerja yang bekerja atau sementara tidak bekerja di suatu wilayah sehingga mencerminkan besarnya angkatan kerja terserap dalam lapangan pekerjaan yang tersedia. Secara umum, apabila tingginya TPAK disebabkan oleh tingginya penduduk yang bekerja, maka TPAK tersebut menunjukkan kinerja partisipasi angkatan kerja yang baik. Namun bila tingginya diiringi dengan rendahnya tingkat kesempatan kerja (persentase penduduk yang bekerja), hal ini cukup mengkhawatirkan, karena berarti penduduk yang mencari pekerjaan meningkat yang selanjutnya dapat memicu tingginya angka pengangguran. Apabila TPAK berada di atas 60 persen artinya dapat dikatakan bahwa partisipasi tenaga kerja dalam pasar kerja masih tergolong cukup aktif dalam menggerakkan perekonomian. Jika pasar kerja bisa menyerap semua angkatan kerja dalam lapangan kerja, peningkatan TPAK akan memberikan nilai positif bagi perekonomian dan pembangunan wilayah. TPAK Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2013 mencapai 61,72 47

58 persen artinya dari total jumlah penduduk yang termasuk usia kerja atau tenaga kerja, sebesar 61,72 persen masuk sebagai angkatan kerja yang terlibat aktif dalam kegiatan perekonomian. Jadi hanya sekitar sepertiga dari penduduk usia kerja yang bukan angkatan kerja. Tahun TPAK TKK (1) (2) (3) ,14 94, ,08 95, ,09 94,70 Tabel 6.2 TPAK dan TKK Kabupaten Lombok Barat Tahun ,72 95,84 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) TPAK pada tahun 2013 sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010, namun jauh lebih rendah dibandingkan TPAK pada tahun 2011 dan Walaupun TPAK tahun 2013 lebih rendah dibanding tahun 2010, namun TKK pada tahun 2013 justru lebih tinggi dari tahun Ini merupakan indikasi baik karena meningkatnya TKK merupakan pertanda bahwa tingkat pengangguran berkurang. Karena besarnya daya serap angkatan kerja yang masuk dalam lapangan kerja berbanding terbalik dengan besarnya pengangguran terbuka. Semakin tinggi daya serap angkatan kerja maka proporsi pengangguran terbuka semakin kecil nilainya, begitu juga sebaliknya Tingkat Pengangguran Dari sisi ekonomi pengangguran merupakan produk ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Pengangguran akan terjadi apabila jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan 48

59 jumlah pencari kerjanya, kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan informasi pasar kerja bagi pencari kerja kurang lengkap. Selain itu, pengangguran juga dapat disebabkan oleh pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi karena perusahaan menutup/mengurangi bidang usahanya sebagai akibat dari krisis ekonomi, keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat investasi, dan lain-lain. Tidak seimbangnya demand dan supply tenaga kerja menyebabkan angka pengangguran bergerak fluktuatif. Bila jumlah demand (permintaan) tenaga kerja lebih besar dari jumlah tenaga kerja yang tersedia di pasar tenaga kerja, maka yang terjadi adalah tenaga kerja akan memiliki pilihan yang lebih banyak untuk menentukan kemana akan bekerja. Namun pada kenyataannya, disetiap negara mempunyai kecenderungan bahwa jumlah demand tenaga kerja lebih kecil dari pada ketersediaan tenaga kerja (supply) yang ada di pasar tenaga kerja, dengan kata lain jumlah lapangan pekerjaan yang diperebutkan para pencari kerja kurang sebanding dengan jumlah pencari kerja Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) TPT Lombok Barat selama kurun waktu memang fluktuatif, namun fluktuasinya menggembirakan. TPT tertinggi terjadi pada tahun

60 yang mencapai 5,30 persen dan TPT terendah berhasil dicapai pada tahun 2013 menjadi 4,16 persen. Nilai TPT inilah yang sering kali disebut-sebut berkaitan dengan tolok ukur keberhasilan pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran. Semakin rendah angka TPT maka jumlah penganggur dalam angkatan kerja semakin sedikit, yang berarti daya serap lapangan pekerjaan terhadap pencari kerja semakin baik. Daerah yang memiliki TPT di bawah 6-7 persen dikatakan daerah yang penganggurannya normal dan bisa disebut daerah full employment, Kabupaten Lombok Barat selalu berada pada posisi full employment sejak tahun 2010 hingga Lapangan Pekerjaan Potensi dari sektor-sektor yang ada dalam perekonomian dapat tercermin dari besarnya penduduk yang bekerja dalam sektor sektor tersebut. Lapangan pekerjaan yang menyerap penduduk bekerja memiliki berbagai variasi. Lapangan Pekerjaan Utama (1) (2) (3) Pertanian 35,01 33,33 Pertambangan dan Penggalian 4,74 3,59 Industri Pengolahan 9,38 9,69 Listrik,Air,Gas 0,14 0,05 Bangunan 9,43 9,74 Perdagangan 21,79 21,80 Angkutan 4,88 4,22 Keuangan 1,37 1,55 Jasa Kemasyarakatan 13,26 16,04 Tabel 6.3 Penduduk Bekerja Menurut lapangan Pekerjaan Kabupaten Lombok Barat Tahun Kabupaten Lombok Barat memang masih bergantung pada sektor pertanian untuk menyediakan lapangan pekerjaan. Kendati dalam dua tahun terakhir 50

61 persentase penduduk yang bekerja pada sektor pertanian mulai berkurang, namun persentase penduduk bekerja pada sektor ini masih merupakan yang terbesar dari sektor lainnya. Sektor perdagangan menyusul di posisi kedua terbesar dalam menyerap tenaga kerja Lombok Barat. Adapun sektor Listrik, Air dan Gas merupakan sektor yang paling kecil kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja di Lombok Barat. Sektor ini merupakan sektor yang sulit untuk dimasuki oleh tenaga kerja. Karena selain lapangan pekerjaan pada sektor ini terbatas, untuk dapat memasuki sektor ini dibutuhkan skill khusus yang tidak diperoleh di sekolah umum. 51

62 Kemiskinan adalah suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar tersebut antara lain hak akan terpenuhinya kebutuhan pangan, terpenuhinya kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, adanya rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik. Kemiskinan dapat muncul karena banyak faktor dan juga menyangkut banyak aspek seperti sosial, ekonomi bahkan budaya sehingga permasalahan kemiskinan menjadi suatu permasalahan yang multidimensional dimana cukup sulit untuk mengukurnya dan diperlukan adanya suatu kesamaan pandang dalam pengukurannya. 52

63 Menurut Revallioon (1998), mengukur kemiskinan dipercaya dapat menjadi instrument yang tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang selalu menjadi perhatian banyak pihak, termasuk pemerintah. Pembangunan senantiasa dilakukan oleh pemerintah, namun selalu saja masalah kemiskinan ini muncul ke permukaan. Berbagai upaya dan kebijakan baik dari tingkat pusat hingga kabupaten telah dilakukan pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan. Dengan sendirinya kemiskinan mutlak menjadi tolak ukur kesejahteraan. Berkurangnya penduduk miskin melambangkan meningkatnya kesejahteraan dan sebaliknya bertambahnya penduduk miskin menjadi warning bagi menurunnya kesejahteraan. Hal ini dapat dipahami karena secara konseptual penduduk miskin merupakan penduduk dengan pendapatan rendah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak Persentase Penduduk Miskin Ukuran umum yang digunakan sebagai indikator kemiskinan adalah persentase penduduk miskin (headcount index (P 0 )). Persentase merupakan produk sederhana yang merupakan proporsi antara penduduk miskin terhadap total penduduk yang ada. Keuntungan yang didapat dari indikator ini adalah bahwa ukuran ini mudah dihitung dan dipahami. Meskipun demikian ada juga kelemahan dari headcount index yaitu: a. Tidak memperhitungkan intensitas kemiskinan diantara penduduk miskin b. Tidak mengindikasikan parahnya kemiskinan yang dialami penduduk miskin c. Headcount Index hanya memberikan informasi agregat sehingga masih diperlukan informasi pendukung lainnya. 53

64 Persentase penduduk miskin Kabupaten Lombok Barat secara meyakinkan terus mengalami perkembangan yang menggembirakan. Tahun Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribu(000) Headcount Index (P 0 ) (1) (2) (3) ,7 21,59 119,6 19,70 110,5 17, Tabel 7.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat Dari sejumlah 129,7 ribu penduduk miskin pada tahun 2010, telah berhasil dipangkas menjadi 111,0 ribu penduduk miskin pada tahun Dalam persentase terlihat jelas bahwa persentase penduduk miskin terus berkurang setiap tahunnya di Lombok Barat. Membandingkan antara jumlah penduduk dengan persentase, anomali hanya terjadi di tahun Apabila pada tahun sebelumnya penurunan persentase penduduk miskin dibarengi dengan penurunan jumlah penduduk miskin, namun pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin justru bertambah walaupun persentasenya berkurang. Fenomena ini dimungkinkan terjadi sebab jumlah penduduk juga terus bertambah. Apabila penduduk yang baru lahir, maupun penduduk yang bermigrasi ke Lombok Barat (penyebab pertambahan jumlah penduduk) merupakan penduduk miskin, tentu saja jumlah penduduk miskin akan bertambah. Namun karena bertambahnya jumlah penduduk miskin tidak sebanyak pertambahan total penduduk maka secara umum persentase penduduk miskin tetap berkurang. Salah satu alasan yang membuat Headcount Index sebagai indikator bukannya jumlah penduduk miskin adalah anomali seperti ini. Selain itu 54

65 persentase ini akan lebih representative sebagai perbandingan antar wilayah. Oleh sebab itu kendati jumlah penduduk miskin bertambah, selama persentasenya berkurang tetap dianggap sebagai suatu sinyal positif akan penurunan kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P 1 ) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Kebijakan kemiskinan sebaiknya tidak hanya ditujukan untuk mengurangi persentase penduduk miskin saja, namun juga dapat mengurangi kedalaman kemiskinan sekaligus keparahannya. Semakin tinggi nilai Indeks kedalaman kemiskinan maka artinya kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk. Melalui ukuran Indeks Kedalaman Kemiskinan dapat diperkirakan besarnya biaya untuk dapat mengentaskan kemiskinan (relatif terhadap garis kemiskinan). Indeks ini memberikan gambaran besarnya uang yang harus ditransfer kepada penduduk miskin agar pendapatan mereka dapat mencapai garis kemiskinan. Setiap penduduk miskin akan ditransfer (lumpsum transfer) agar dapat mencapai garis kemiskinan. Akan tetapi mengentaskan kemiskinan dengan cara ini bukanlah jalan keluar terbaik karena beberapa negara pernah mencobanya namun penurunan kemiskinan yang terjadi hanya bersifat temporer. Selain itu kebijakan ini memerlukan biaya yang sangat besar dan juga efek negatif yang terjadi adalah menduduk menjadi malas dan hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) Kabupaten Lombok Barat sejak periode 2010 hingga 2013 memang fluktuatif. Nilai tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 3,35 yang artinya jarak antara penduduk miskin 55

66 dengan garis kemiskinan pada tahun 2010 cukup jauh, dengan kata lain kemiskinan yang dialami cukup parah sehingga pendapatannya jauh dari garis kemiskinan Grafik Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat 2.95 Indeks Kedalamam Kemiskinan (P 1 ) Kabupaten Lombok Barat Tahun Indeks ini berkurang di tahun 2011 menjadi 2,99 namun kembali meningkat pada tahun 2012 menjadi 3,08. Sesungguhnya meningkatnya P1 pada tahun 2012 sudah menjadi rambu bahwa sisa penduduk miskin yang ada di Lombok Barat adalah mereka yang berkategori sangat miskin sebab jaraknya ke garis kemiskinan jauh. Sehingga dengan kebijakan yang tidak mengalami perubahan maka penurunan persentase kemiskinan pada tahun 2013 dikhawatirkan akan terjadi. Dan ternyata memang demikian yang terjadi, penurunan Headcount Index pada tahun 2013 hanya sebesar 0,48 persen saja padahal periode sebelumnya dapat berkurang hingga 1,79 persen. Sinyal baik muncul di tahun 2013 dimana P1 kembali turun menjadi 2,95 artinya penduduk miskin di tahun 2013 mendekat ke garis kemiskinan pendapatannya sehingga stimulant kebijakan yang tepat akan mampu mengangkat mereka lebih dekat lagi atau bahkan melampaui garis kemiskinan. Untuk menjaga stabilitas ekonomi penduduk miskin diperlukan 56

67 program perlindungan sosial yang tepat sasaran. Selain itu perlu dirumuskan agar program tersebut dapat mengangkat penduduk miskin keluar dari kemiskinan secara permanen, jadi lebih bersifat padat karya dibanding berbentuk transfer langsung Indeks Keparahan Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi pula ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin satu dengan lainnya. Dimensi ketimpangan antara penduduk miskin perlu dilihat sebagai gambaran parah tidaknya kehidupan penduduk miskin. Karena semakin timpang penduduk miskin maka akan semakin sulit untuk mengentaskan dari kemiskinan. Apabila kesenjangan antara penduduk miskin tidak jauh berbeda maka kebijakan yang sama akan dapat berefek sama bagi penduduk miskin tersebut. Meningkatnya Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan semakin rendahnya kualitas penduduk miskin Grafik Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat 57

68 Pola pergerakan indeks keparahan kemiskinan di Lombok Barat cukup fluktuatif namun pergeserannya cenderung tidak terlalu jauh. Antara tahun contohnya, P2 turun sebesar 0,03 poin yang artinya kualitas penduduk miskin di tahun 2011 lebih baik dari tahun Di tahun 2013 P2 melonjak ke level 0,82 yang artinya jarak antara penduduk miskin satu dengan lainnya semakin jauh. P2 kembali turun menjadi 0,72 artinya kualitas kemiskinan tahun 2013 lebih baik dari tahun Dengan demikian indikasi bahwa terjadi penurunan P1 dan P2 pada tahun 2013 dapat memberikan gambaran bahwa kualitas penduduk miskin Lombok Barat pada tahun 2013 lebih baik dibanding tahun 2012, sehingga kebijakan yang sudah berlangsung seharusnya akan dapat menurunkan persentase penduduk miskin pada tahun 2014 lebih banyak lagi Garis Kemiskinan Garis kemiskinan merupakan pembatas antara penduduk yang miskin dan tidak miskin. Apabila pengeluaran perkapita per bulan penduduk lebih tinggi dari garis kemiskinan maka dia akan menjadi tidak miskin. Sebaliknya apabila lebih kecil dari garis kemiskinan maka ia akan menjadi penduduk miskin. Penduduk yang berada di sekitar garis kemiskinan merupakan kasus batas yang dikategorikan sebagai penduduk yang rentan miskin. Penduduk rentan miskin ini akan mudah naik menjadi tidak miskin namun juga akan mudah jatuh menjadi miskin. Sedikit saja ada gejolak ekonomi maka penduduk rentan miskin akan berkontribusi pada besarnya penduduk miskin. Tahun Garis Kemiskinan (Rp) (1) (2) Tabel 7.2 Garis Kemiskinan Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat 58

69 Garis kemiskinan Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2010 adalah Rp sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp Garis kemiskinan akan terus meningkat, dan hingga tahun 2013 garis kemiskinan Lombok Barat telah mencapai Rp perkapita per bulan. Apabila sebuah rumah tangga miskin memiliki 4 orang anggota rumah tangga, maka pengeluaran rumah tangga tersebut harus melebihi Rp agar rumah tangga tersebut menjadi rumah tangga yang tidak miskin. 59

70 Rumah merupakan kebutuhan primer bagi manusia untuk bertahan hidup. Tidak hanya sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan, rumah juga menjadi bagian dari gaya hidup. Di jaman modern ini rumah menjadi simbol kemapanan yang mencirikan status sosial pemiliknya. Sebagai salah satu kebutuhan dasar, perumahan dan perlengkapannya merupakan faktor penentu indikator kesejahteraan. Disadari atau tidak, rumah turut memiliki andil dalam pembinaan watak dalam kepribadian, bahkan kreatifitas seseorang. Di dalam rumahlah pendidikan yang paling dasar ditanamkan oleh keluarga. Maka tidaklah mengherankan apabila rumah yang layak huni dan sehat akan mampu mencetak manusia-manusia yang berkualitas yang akan turut serta dalam proses ekonomi. Kualitas rumah yang baik dalam lingkungan sehat, aman, 60

71 lestari dan berkelanjutan dituangkan dalam Keputusan Menteri Nomor 9 Tahun 1999 didefinisikan sebagai kondisi rumah yang memenuhi standar minimal dari segi kesehatan, sosial, budaya, ekonomi dan kualitas teknis. Oleh sebab itu kualitas dari rumah amat ditunjang oleh fasilitas yang ada di rumah tersebut. Salah satu dari sekian banyak fasilitas yang dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk adalah kualitas material seperti jenis atap, dinding dan lantai terluas yang dimiliki. Fasilitas penunjang lainnya adalah luas lantai hunian, sumber air minum, fasilitas buang air besar dan sumber penerangan. Kualitas perumahan yang baik dan ketersediaan fasilitas perumahan yang memadai memerlukan biaya dan karenanya semakin sejahtera penduduk maka semakin baik pula fasilitas perumahannya. Memiliki sebuah rumah saja sudah menjadi simbol kesejahteraan karenanya status kepemilikan rumah juga menjadi salah satu indikator utama dalam kualitas perumahan Status Penguasaan Tempat Tinggal Tinggal di rumah kontrakan yang besar tentulah akan berbeda rasanya dibandingkan dengan tinggal di rumah sendiri walaupun sempit. Pengeluaran rumah tangga akan mengerucut apabila rumah yang ditinggalinya telah menjadi rumah milik sendiri. Selain itu kepemilikan rumah juga melambangkan status ekonomi seseorang di lingkungan tempat tinggalnya. Mahalnya harga untuk memiliki rumah sendiri membuat rumah tangga yang mampu membeli rumah dicap sebagai rumah tangga yang sejahtera. Penguasaan temat tinggal dengan status kontrak, sewa atau bahkan bebas sewa akan cenderung fluktuatif persentasenya. Hal ini bukanlah tanpa alasan, pada umumnya rumah di kontrak datau disewa dalam tahunan atau bahkan bulanan. Dengan demikian mobilitas dari rumah tangga yang berstatus mengontrak, sewa atau bebas sewa ini sangat tinggi. Apabila pada tahun 2010 dia masih berstatus kontrak, sewa atau bebas sewa maka pada tahun 61

72 berikutnya atau bahkan bulan berikutnya status penguasaan tempat tinggalnya dapat saja berubah. Fluktuasi ini biasanya lebih tinggi terjadi di daerah perkotaan terutama dikarenakan pendatang yang tidak ingin menetap sehingga memilih untuk kontrak, sewa atau bebas sewa. Status Penguasaan Tempat Tinggal Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan (1) (2) (3) (4) (5) Milik Sendiri 82,71 88,02 90,53 91,88 Kontrak/Sewa 1,13 0,56 1,19 0,50 Bebas Sewa/Dinas 1,13 1,95 0,31 1,54 Milik Ortu/lainnya 15,04 9,47 7,97 6,58 Tabel 8.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Penguasaan Tempat Tinggal Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Di kawasan perkotaan maupun perdesaan di Kabupaten Lombok Barat, tempat tinggal penduduk dengan status penguasaan milik sendiri ternyata mencapai lebih dari 82 persen pada tahun Bahkan di tahun 2013 persentase ini meningkat menjadi lebih dari 90 persen. Kenaikan persentase tatus rumah milik sendiri di perkotaan jauh lebih besar dari perdesaan. Banyaknya pembangunan perumahan dengan sistem cicilan (seperti KPR/BTN) di perkotaan disinyalir menjadi alasan tingginya kenaikan persentase rumah miik sendiri. Hal ini tentu saja menggembirakan karena artinya mayoritas penduduk Lombok Barat telah terpenuhi kebutuhan akan papan/ perumahan Kualitas Tempat Tinggal Sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya rumah yang berkualitas adalah rumah yang layak huni dan memenuhi standar kesehatan. Syarat dari 62

73 layak huni diantaranya mempunyai dinding, atap, lantai dan ventilasi udara. Kualitas dari fasilitas standar perumahan tersebut memang sangat bergantung pada material bahan yang digunakan. Misalkan atap yang terbuat dari genteng akan lebih berkualitas dibandingkan atap yang terbuat dari ijuk/rumbia sebab atap dari genteng lebih tahan terhadap panas dan hujan, terlebih lagi apabila terjadi kebakaran atap yang terbuat dari genting akan membutuhkan waktu lebih lama untuk terbakar dibandingkan dengan ijuk/ rumbia. Asbes/ijuk/ rumbia/lainnya Sirap/seng 5.09 Beton/Genteng Perdesaan Perkotaan Grafik 8.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap Terluas Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Sepertinya kualitas atap di daerah perkotaan lebih baik dari perdesaan sebab persentase rumah tangga dengan beton/genteng sebagai atap terluasnya mencapai 83,56 persen, sedangkan di perdesaan hanya 67,68 persen. Sebaliknya persentase rumah tangga yang menggunakan asbes/ijuk/rumbia/lainnya sebagai atap terluasnya di daerah perdesaan jauh lebih besar dari perkotaan. Namun secara umum di Lombok Barat, rumah dengan atap beton/genteng mendominasi yang artinya kualitas atap penduduk Lombok Barat cukup baik. 63

74 Material pembangun dinding juga memiliki andil dalam keamanan dan kesehatan penduduk. Dinding yang terbuat dari tembok merupakan yang direkomendasikan agar rumah menjadi layak huni. Pada tahun 2013 persentase rumah tangga di Lombok Barat dengan dinding terluas tembok mencapai 84,94 persen. Grafik 8.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Dinding Terluas Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Total jumlah rumah yang ada di perdesaan pada tahun 2013 lebih banyak dari perkotaan, hal tersebut tidaklah mengherankan sebab sebagian besar wilayah di Lombok Barat masih masuk dalam kategori perdesaan. Kondisi inilah yang menyebabkan persentase rumah tangga menurut dinding terluas di perkotaan lebih kecil dari perdesaan untuk setiap jenis dinding. Yang perlu dicermasti adalah bahwa masih terdapat 20,97 persen rumah tangga di perdesaan dan 6.57 di perkotaan yang menggunakan bambu/lainnya sebagai dinding terluas. Bahkan masih terdapat 4,30 persen di perdesaan dan 1,60 persen di perkotaan yang berdinding kayu. Indikator kesejahteraan melalui kualitas perumahan juga menyangkut jenis lantai terluas dan luas lantainya. Jenis lantai terluas yang dimiliki oleh penduduk Lombok Barat adalah bukan tanah dengan persentase mencapai 64

75 94,74 persen pada tahun 2010 dan kemudian meningkat menjadi 94,93 persen Lantai Terluas Kota Desa K+D Kota Desa K+D (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tanah 3,01 7,24 5,26 2,52 7,16 5,07 Bukan Tanah 96,99 92,76 94,74 97,48 92,84 94,93 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Tabel 8.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Lantai Terluas Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan 2013 Lantai bukan tanah lebih banyak berada di perkotaan dan sebaliknya lantai tanah masih lebih banyak terdapat di daerah perdesaan. Luas Lantai Perkapita Kota Desa K+D Kota Desa K+D (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) < 9 m 2 41,35 44,57 43,07 41,19 38,36 39,64 9- < 17 m 2 40,60 40,11 40,34 37,98 38,83 38, < 25 m 2 9,77 8,91 9,32 13,34 14,12 13,77 > 25 m 2 8,27 6,41 7,28 7,49 8,68 8,15 Tabel 8.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Perkapita Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Luas lantai perkapita < 9 m 2 ternyata yang paling banyak dimiliki oleh rumah tangga di Lombok Barat. Hanya sebagian kecil saja rumah tangga yang memiliki luas lantai perkapita > 25 m 2. Apabila pada tahun 2010 luas lantai < 9 m2 lebih banyak berada di perdesaan, namun pada tahun 2013 justru di perkotaan yang lebih banyak. Kondisi berkebalikan terjadi dengan luas lantai 65

76 perkapita > 25 m2, dimana pada tahun 2010 lebih banyak terdapat di perkotaan namun pada tahun 2013 justru lebih banyak berada di perdesaan Fasilitas Air Minum Sumber air minum merupakan sarana yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Ketersediaannya dalam jumlah cukup dan juga jaminan akan kelayakannya untuk diminum menjadi suatu keharusan agar rumah tangga dapat bertahan. Ada sumber air namun tidak layak minum akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan penduduk. Kualitas air tanah di Lombok Barat memang sangat bagus bahkan Narmada menjadi penyimpan cadangan air untuk Pulau Lombok. Kualitas air tanah yang baik dan keberadaannya yang melimpah membuat banyak rumah tangga yang menggunakan sumur terlindung sebagai sumber air minumnya. Bahkan rumah tangga perkotaan yang menggunakan sumur terlindung persentasenya lebih banyak dari di perdesaan. Persentase sumber air minum terbesar kedua yang digunakan masyarakat Lombok Barat adalah mata air. Namun penggunaan mata air didominasi oleh masyarakat perdesaan. Perbedaan gaya hidup amat mencolok tampak pada penggunaan air kemasan bermerk, air isi ulang dan leding meteran. Ketiga sumber air minum tersebut lebih banyak digunakan oleh masyarakat perkotaan sedangkan di perdesaan hanya sebagian kecil saja yang menggunakannya. Yang menarik adalah bahwa pada tahun 2013 masih ada sebanyak 1,22 persen penduduk Lombok Barat yang menggunakan air sungai sebagai sumber air minumnya, dan ini berasal dari masyarakat di perdesaan. 66

77 Sumber air Minum Perkotaan Perdesaan Lombok Barat (1) (2) (3) (4) Air kemasan bermerk 3,59 3,90 3,76 Air isi ulang 6,22 0,79 3,24 Leding meteran 16,17 2,46 8,64 Leding eceran 3,72 0,35 1,87 Sumur bor/pompa 2,65 4,17 3,49 Sumur terlindung 58,95 34,79 45,67 Sumur tak terlindung 2,25 12,53 7,90 Mata air terlindung 3,47 37,19 22,00 Mata air tak terlindung 2,98 2,60 2,77 Air sungai - 1,22 0,67 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Tabel 8.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Lombok Barat Tahun Fasilitas Buang Air Besar Fasilitas Buang Air Besar (BAB) merupakan salah satu syarat penting bagi sanitasi dalam rumah. Kebiasaan buruk masyarakat yang menggunakan sungai sebagai tempat untuk BAB masih terasa di Lombok Barat. Untuk bisa memiliki fasilitas BAB sendiri di rumah memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, oleh sebab itu selain penting bagi kesehatan, fasilitas BAB juga menjadi indikasi kesejahteraan rumah tangga. Kesadaran penduduk akan pentingnya keberadaan fasilitas BAB sepertinya sudah semakin meningkat. Hal ini terbukti dari semakin meningkatnya persentase rumah tangga yang memiliki fasilitas BAB sendiri baik di perkotaan maupun perdesaan. Selain dari itu fasilitas BAB bersama maupun umum juga semakin berkurang dibandingkan dengan tahun Sayangnya masih banyak rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB sama 67

78 sekali, walaupun dibandingkan dengan tahun 2010 persentasenya semakin berkurang. Fasilitas BAB Kota Desa K+D Kota Desa K+D (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sendiri 44,36 24,23 33,65 54,26 31,41 41,70 Bersama 17,29 11,14 14,02 17,30 6,74 11,50 Umum 3,76 3,06 3,39 1,19 2,40 1,86 Tidak ada 34,59 61,56 48,94 27,25 59,45 44,94 Tabel 8.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas BAB di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 dan 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Sebagian besar warga perkotaan mengaku bahwa jarak antara sumber air dengan penampungan tinja lebih dari 10 m, sedangkan warga perdesaan sebagian besar tidak mengetahui jarak antara tempat penampungan tinja dengan sumber airnya. Sebanyak 17,77 persen masyarakat Lombok Barat mengaku jarak antara sumber air minum dengan tempat penampungan tinjanya kurang dari 10 m, komposisi ini lebih banyak berada di perkotaan (21,77 persen) sedangkan di perdesaan hanya 15,25 persen saja. Hal yang melatarbelakangi banyaknya warga masyarakat perdesaan yang tidak mengetahui jarak ke tempat penampungan tinja adalah bahwa masih banyak warga perdesaan yang tidak mempunyai septic tank. 68

79 < 10 M >= 10 M TIDAK TAHU Perkotaan Perdesaan Lombok Barat Grafik 8.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Sumber Air ke Penampungan Tinja di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013 Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) 8.5. Sumber Penerangan Salah satu ciri dari kemajuan adalah keberadaan listrik. Listrik sebagai sumber energi telah hadir dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Bagi daerah perkotaan pemadaman litrik akan dirasakan sangat mengganggu aktifitas, namun bagi warga perdesaan yang bahkan masih belum dapat merasakan listrik, pelita menjadi teman bagi keseharian mereka. Sumber penerangan dari listrik memang yang ideal karena cahaya dari listrik baik itu dari PLN maupun non PLN jauh lebih terang dibandingkan sumber penerangan lainnya. Listrik PLN memang belum bisa dengan maksimal melayani masyarakat Lombok Barat karena keterbatasan energi yang dihasilkan. Ironisnya, pembangkit listrik tenaga uap didirikan di wilayah Lombok Barat, namun dipergunakan untuk dapat mensuplai listrik di utamanya Pulau Lombok. Pada tahun 2010 saja baru 85 persen rumah tangga di Lombok Barat yang menggunakan listrik sebagai sumber penerangan utamanya, dan di tahun 2013 penambahan persentasenya hanya mencapai 3,66 persen saja dan jumlah ini tentu saja masih jauh dari yang diharapkan. 69

80 Sumber Penerangan Kota Desa K+D Kota Desa K+D (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Listrik PLN Listrik non PLN Petromak/pelita/lainnya Tabel 8.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama di Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat (data diolah) Sekitar 5 persen penduduk Lombok Barat pada tahun 2010 menggunakan listrik non PLN, dan persentase ini berkurang di 2013 menjadi 4 persen. Uniknya justru masyarakat perdesaan ah yang paling banyak menggunakan listrik non PLN. Sumber energy yang diutamakan berupa generator, ada pula sebagian wilayah yang menggunakan listrik tenaga surya. Ternyata hingga tahun 2013 masih ada sekitar 7 persen warga Lombok Barat yang menggunakan petromak/pelita/lainnya sebagai sumber penerangan utama dan sebagaimana dapat ditebak bahwa sebagian besar berasal dari masyarakat perdesaan. 70

81 Indeks Kesejahteraan Rakyat atau yang disingkat sebagai IKraR suatu ukuran yang dipergunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan rakyat di Indonesia, sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan yang inklusif; dan sebagai alat ukur ketersediaan akses terhadap pemenuhan hak-hak dasar rakyat. Perumusan IKraR dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa berbagai indikator instrumen pengukuran yang digunakan saat ini memiliki keterbatasan dalam melihat realitas di masyarakat. Indikator yang digunakan oleh instrumen lain masih banyak yang bersifat makro dan cenderung lebih banyak melihat kesejahteraan dalam perspektif ekonomi. Krisis yang terjadi di berbagai belahan dunia mendorong inisiatif untuk melakukan tinjauan ulang terhadap instrumen dan indikator pembangunan untuk itu Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat membangun sebuah instrumen pengukuran yang dapat 71

82 digunakan untuk melihat pengukuran kesejahteraan berdasarkan kondisi dan realitas yang terjadi dan berkembang di masyarakat. Pengukuran kesejahteraan selama ini lebih didominasi perspektif ekonomi, yaitu mengukur kesejahteraan melalui pertumbuhan ekonomi (growth), laju Inflasi, jumlah uang beredar dan tingkat investasi. Namun demikian, tingginya pertumbuhan (growth) ekonomi tidak serta merta diikuti oleh meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Begitu pula dengan rendahnya inflasi dan naiknya Gross Domestic Product (GDP). Rendahnya inflasi tidak akan berarti apabila tingkat daya beli rendah. Demikian juga naiknya GDP tidak akan berarti apabila hanya diciptakan oleh sekelompok kecil kelompok masyarakat yang mampu. Selain itu, ukuran yang bersifat makro ini sesungguhnya tidak sesuai dengan kondisi dan realitas yang ada di Indonesia dimana masyarakat mempunyai latar belakang kultur, geografis, dan etnis yang berbeda-beda. Salah satu alat ukur yang digunakan saat ini a d a la h Indek s P e m ba n gunan Ma nu si a (I P M), i ndeks in i belum mempertimbangkan aspek kesenjangan sebagai indikator, baik kesenjangan antar manusia, antar sektor, dan antar wilayah. Sebagaimana diketahui secara geografis rakyat Indonesia tersebar di seluruh wilayah yang berpulau-pulau dan mempunyai kondisi yang beragam. Saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan yang terjadi belum merata, misalnya antara Jawa dan Luar Jawa, antar sektor pembangunan, misalnya infrastruktur dasar, yang akibatnya mengarah pada terjadinya kesenjangan antar warga. Implikasinya adalah dibutuhkan penanganan yang berbeda-beda untuk kondisi yang beragam tersebut. Sektor dan wilayah yang tertinggal harus mendapatkan prioritas sehingga warganya dapat menikmati pembangunan. Untuk menentukan prioritas itulah maka indikator kesenjangan perlu diperhitungkan dengan cermat sehingga kebijakan dan program yang dilaksanakan dapat lebih efektif. Berbeda dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), IKraR dihasilkan 72

83 melalui proses diskusi yang panjang dengan berbagai pihak, mulai dari pakar, institusi pemerintah maupun non pemerintah, hingga penduduk di level desa. Proses perumusan IkraR diawali dengan menggali gagasan tentang kesejahteraan bersama para pakar. Batasan kesejahteraan yang dirumuskan adalah bahwa kesejahteraan bersifat holistik, yakni melihat kesejahteraan tidak hanya dari sudut pandang ekonomi, atau sosial, tetapi mencakup kesejahteraan ekonomi, sosial, dan politik. Setelah dihasilkan rumusan tentang konsep kesejahteraan, selanjutnya ditentukan apa yang akan diukur, dan bagaimana mengukurnya. Mengacu pada batasan kesejahteraan yang digunakan, maka pengukurannya pun mencakup tiga dimensi, yakni: ekonomi, sosial, dan politik, yang kemudian dijabarkan dengan demokrasi dan governance. Suatu wilayah akan dikategorikan sebagai daerah yang Tinggi Kesejahteraannya apabila nilal IKrar mencapai > 80, menengah atas bila 66 < IKrarR < 80, Menengah bawah bila 50 < IKraR < 66 dan rendah kesejahteraannya bila nilai IKrarnya < 50. IKrar > 80 : Tinggi 66 < IKrarR < 80 : Menengah Atas 50 < IKraR < 66 : Menengah Bawah IKrarR < 50 : rendah 9.1. Dimensi IKraR Indikator yang mencerminkan kesejahteraan rakyat kemudian dikelompokan dalam tiga dimensi pokok yaitu dimensi keadilan sosial, dimensi keadilan ekonomi dan dimensi demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik (governance). Ketiga dimensi tersebut kemudian dirangkum dan diformulasikan menjadi Indeks Kesejahteraan Rakyat (IKraR) 73

84 Dimensi > 26,67 : Tinggi 22 < Dimensi < 26,67 : Menengah Atas 16,67 < Dimensi < 22 : Menengah Bawah Diemnsi < 16,67 : rendah Interpretasi dari nilai indeks dimensi adalah apabila indeks dimensi kurang dari 16,67 artinya dimensi di wilayah tersebut termasuk kategori rendah, bila 16,67 < dimensi < 22 kategorinya adalah menengah bawah, 22< dimensi 26,67 termasuk kategori menengah atas dan apabila nilai dimensi mencapai melebihi 26,67 maka artinya wilayah tersebut dimensinya tinggi Dimensi Keadilan Sosial Keadilan sosial bukanlah sebuah subjek dasar negara yang bersifat final dan statis, tetapi merupakan sesuatu yang harus diwujudkan secara dinamis dalam bentuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, maka program penegakan keadilan sosial yang berdimensi kerakyatan haruslah memperhatikan dua prinsip keadilan yaitu, pertama memberikan hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang, serta kedua mampu mengatur kembali kesenjangan sosial-ekonomi yang terjadi sehingga dapat memberikan keuntungan yang bersifat timbal balik bagi setiap orang, baik mereka yang berasal dari kelompok yang beruntung maupun yang tidak beruntung. Berdasarkan pandangan tentang keadilan sosial yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa aspek yang dicakup dalam keadilan sosial bukan hanya menyangkut persoalan proses distribusi atau pemerataan, akan tetapi juga menyangkut upaya pemenuhan kebutuhan dasar, serta tindakan afirmatif oleh penyelenggara negara untuk melindungi dan memastikan setiap 74

85 warga negara mendapatkan pemenuhan terhadap hak dasarnya. Hingga hari ini data statistik antar wilayah yang dikeluarkan oleh BPS setiap tahunnya masih menunjukkan disparitas yang cukup tinggi dalam berbagai aspek antar wilayah yang satu dengan lainnya. Kondisi ini tentu saja cukup memprihatinkan, dalam upaya pemerintah yang mendorong percepatan antar wilayah maupun dalam perbaikan layanan dasar. Terkait dengan hal tersebut, maka hampir sebagian besar komponen yang digunakan dalam dimensi sosial dalam perhitungan Indeks Kesejahteraan Rakyat menggunakan indikator yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar serta akses masyarakat untuk mendapatkan atau memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Penggunaan indikator yang terkait dengan pemenuhan hak dasar tersebut juga diharapkan dapat sebagai panduan bagi pengambil kebijakan ditingkat pusat dan daerah untuk mendorong perbaikan secara nyata dalam penyediaan layanan, perbaikan akses, serta pengurangan kesenjangan sosial di masyarakat. Indikator yang termasuk dalam dimensi ini adalah: a. Akses pada listrik b. Rata-Rata lama sekolah c. Akses pada kesehatan d. Rekreasi (olah raga dan seni) e. Jaminan Sosial f. Harapan Hidup Penduduk usia 40 tahun ke atas g. Akses pada air bersih h. Akses pada sanitasi i. Jumlah penduduk yang berada di atas garis kemiskinan j. Distribusi pendapatan (Gini Ratio) Indikator-indikator yang dirumuskan untuk dapat mencerminkan keadilan sosial ini merupakan hasil diskusi panjang dari para pihak dan telah dikaji secara mendalam. Untuk Kabupaten Lombok Barat hasil penghitungan indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut: 75

86 Indikator (1) (2) (3) (4) (5) Akses pada listrik 89,19 90,37 87,07 88,35 Rata-rata lama sekolah 44,76 45,56 48,14 48,68 Akses kesehatan 43,68 46,53 39,42 47,34 Rekreasi 3,25 1,99 1,41 0,53 Jaminan sosial 24,61 29,50 19,60 18,90 Harapan hidup penduduk 40+ 0,97 0,97 6,52 6,52 Akses air bersih 38,81 49,66 46,83 42,29 Akses sanitasi 35,55 43,91 44,93 39,59 Penduduk > Garis Kemiskinan 51,55 56,44 60,27 63,88 Distribusi pendapatan 51,55 56,44 60,27 63,88 Tabel 9.1 Indikator Dimensi Keadilan Sosial Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: Kemenkokesra Dari nilai yang diperoleh pada indikator-indikator tersebut maka diperoleh Indeks Dimensi Keadilan Sosial. Perkembangan indeks keadilan sosial Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2009 mencapai 13,37 kemudian meningkat menjadi 14,67 pada tahun Akan tetapi pada tahun 2011 indeks ini turun menjadi 14,33 dan pada tahun 2012 kembali sedikit turun menjadi 14,30. Gambaran yang ada menyiratkan bahwa perkembangan indeks keadilan sosial di Lombok Barat kurang menyenangkan, karena trendnya cenderung menurun dalam 3 tahun terakhir. Sejak tahun 2009 hingga tahun 2012, dimensi keadilan sosial Kabupaten Lombok Barat belum pernah mencapai angka 16,67. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa dimensi keadilan sosial di Lombok Barat masih dikategorikan rendah. 76

87 Grafik Indeks Dimensi Keadilan Sosial Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: Kemenkokesra Dimensi Keadilan Ekonomi Dimensi keadilan ekonomi Dalam konteks ini yang menjadi ukuran bukanlah indikator-indikator makro ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan sebagainya, tetapi lebih kepada ukuran keadilan rakyat dalam mendapatkan akses dan aset terhadap sumberdaya ekonomi. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa ukuran-ukuran yang selama ini digunakan dalam mengukur tingkat kesejahteraan rakyat belum atau tidak bisa mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Sebagai contoh indikator pertumbuhan ekonomi. Walaupun indikator ini penting untuk mengukur tingkat kemajuan pencapaian pembangunan ekonomi secara makro, tetapi pertumbuhan ekonomi tidak mencerminkan kemajuan masyarakat secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi tidak serta merta diikuti oleh kenaikan tingkat kesejahteraan rakyat karena bisa jadi hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat yang mampu sehingga mengakibatkan terjadinya kesenjangan. Lebih jauh lagi paradigma pembangunan yang mengedepankan pencapaian sektor 77

88 ekonomi saat ini telah banyak direvisi dengan konsep-konsep yang lebih kearah pembangunan yang berkelanjutan, yaitu memperhitungkan akibat-akibat yang ditimbulkan dengan adanya kegiatan pembangunan. Dengan demikian dimensi keadilan ekonomi yang dicakup dalam IKraR ini lebih mengukur kepada kemajuan indikator-indikator yang mencerminkan kepemilikan dan akses rakyat terhadap sumber daya ekonomi untuk mencapai kesejahteraannya. Konsekuensinya, paradigma pembangunan yang lebih melihat kepada keadilan ekonomi akan memerlukan intervensi kebijakan yang berbeda daripada paradigma yang hanya mengedepankan pencapaian indikator ekonomi makro. Indikator yang dicakup dalam dimensi keadilan ekonomi adalah: a. Rasio PAD terhadap APBD b. Ketersediaan dan akses ke bank c. Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja d. Jumlah penduduk yang memiliki rumah sendiri e. Perbandingan pengeluaran penduduk dengan garis kemiskinan f. Tingkat pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan g. Tingkat pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan Hasil penghitungan indikator indikator dimensi keadilan ekonomi adalah sebagai berikut: Indikator (1) (2) (3) (4) (5) Rasio PAD terhadap APBD 6,11 7,52 13,67 12,40 Ketersediaan dan akses bank 1,73 0,69 0,70 0,24 Penduduk usia 15+ bekerja 32,48 29,98 28,80 28,90 Kepemilikan rumah sendiri 82,80 76,62 84,92 82,58 Rasio pengeluaran terhadap garis kemiskinan 19,05 16,12 13,53 17,62 Rasio pengeluaran untuk pendidikan Rasio pengeluaran untuk kesehatan 23,79 18,81 28,37 17,91 29,46 20,44 16,21 12,18 Tabel 9.2 Indikator Dimensi Keadilan Ekonomi Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: Kemenkokesra 78

89 Dari ketujuh indikator yang membangun Indeks Keadilan Ekonomi tampak bahwa ketersediaan dan akses terhadap bank (sumber daya ekonomi) masih sangat rendah. Sedangkan indikator kepemilikan rumah sendiri merupakan yang tertinggi nilainya dibandingkan dengan indikator yang lain Grafik 9.2 Indeks Dimensi Keadilan Ekonomi Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: Kemenkokesra Indeks keadilan ekonomi Kabupaten Lombok Barat sejak tahun 2009 hingga 2012 tampak berfluktuasi. Akan tetapi perkembangan fluktuasinya selalu berada di bawah indeks tahun Kecenderungan yang nampak bahwa fluktuasi ini disebabkan oleh fluktuasi rasio pengeluaran rumah tangga terhadap garis kemiskinan, terhadap pengeluaran pendidikan dan juga terhadap pengeluaran kesehatan. Dimensi keadilan ekonomi Kabupaten Lombok Barat juga masih dalam kategori rendah Dimensi Demokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan (Good Governance) Dimensi Demokrasi dan tata kelola pemerintahan (Good Governance) merupakan pengukuran kesejahteraan rakyat yang melihat kemajuan pembangunan demokrasi dengan menjamin hak rakyat untuk berpartisipasi 79

90 dalam keseluruhan proses pembangunan demokrasi secara mandiri tanpa diskriminasi. Tujuan dari Dimensi ini secara umum adalah untuk mendorong tercapainya hak hak rakyat atas keadilan hokum dan dihormatinya hak hak politik rakyat sebagai pemegang kedaulatan bangsa. Demokrasi dan tatakelola pemerintahan adalah suatu terobosan yang dirasa berpengaruh terhadap kesejahteraan rakyat di luar aspek ekonomi dan sosial. Indikator yang tercakup dalam dimensi demokrasi dan tata kelola adalah sebagai berikut: a. Rasa aman b. Akses informasi c. Aspek kebebasan sipil d. Aspek hak hak politik e. Aspek lembaga demokrasi Masing-masing indikator dianggap mewakili kondisi realitas yang terjadi di masyarakat yang berkaitan dengan demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik. Pilihan indikator yang digunakan dalam IKraR mengakomodasi berbagi jenis indikator yang digunakan dalam melihat pembangunan yang meliputi indikator input yang berkaitan dengan penunjang pelaksanaan program atau kebijakan, indikator proses yang mengambarkan bagaimana implementasi kebijakan dan program pembangunan dilakukan, serta indikator output yang menggambarkan hasil dari suatu kebijakan atau program yang dilakukan. 80

91 Indikator (1) (2) (3) (4) (5) Rasa Aman 87,76 73,73 87,11 93,70 Akses terhadap informasi 2,88 11,77 10,29 10,78 Aspek kebebasan sipil 35,97 33,80 34,19 33,87 Aspek hak-hak politik 32,31 30,69 30,94 30,73 Aspek Lembaga Demokrasi 41,69 45,70 46,00 45,75 Tabel 9.3 Indikator Dimensi Demokrasi Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: Kemenkokesra Indikator akses terhadap informasi merupakan yang terendah dalam membangun Indeks dimensi Keadilan Demokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan. Indikator rasa aman merupakan indikator yang tertinggi dalam membangun Indeks Demokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan yang baik. Grafik 9.3 Indeks Dimensi Demokrasi Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: Kemenkokesra 81

92 Berbeda dengan kedua dimensi sebelumnya, untuk indeks dimensi demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik trend nya selalu meningkat sejak 2009 hingga Hal ini menggambarkan bahwa rasa aman, akses terhadap informasi, kebebasan sipil, hak politik dan keberadaan lembaga demokrasi semakin berkembang di Lombok Barat. Dimensi kemokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik Kabupaten Lombok Barat masih dalam kategori rendah selama empat tahun terakhir ini Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lombok Barat Diawali pada tahun 2009, Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lombok Barat sebesar 34,96 berada pada posisi ke 6 diantara kabupaten/kota lainnya yang ada di Nusa Tenggara Barat. Di posisi Nasional, Kabupaten Lombok Barat berada pada peringkat ke 429 dari 497 kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Uraian (1) (2) (3) (4) (5) IKraR 34,96 35,34 36,44 36,10 Laju peningkatan kesejahteraan NA 0,59 1,70-0,54 Laju rata-rata NA 0,59 1,14 0,59 Peringkat Nasional Peringkat di NTB Tabel 9.4 Indeks Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lombok Barat Tahun Sumber: Kemenkokesra 82

93 Secara umum dari tahun 2009 ke 2010 IKraR Lombok Barat meningkat dengan laju peningkatan kesejahteraan mencapai 0,59, dan disusul ke tahun 2011 juga kembali meningkatan dengan laju peningkatan kesejahteraan mencapai 1,70. Namun sayangnya pada tahun 2012 IKraR Lombok Barat turun, walaupun penurunannya hanya sebesar 0,34 poin namun laju peningkatan kesejahteraannya menjadi bernilai -0,54 yang artinya tidak ada peningkatan kesejahteraan rakyat di tahun Sebagai akibat dari menurunnya laju peningkatan kesejahteraan peringkat Kabupaten Lombok Barat menjadi turun ke posisi 8 diantara kabupaten/kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan di kancah nasional, peringkat Lombok Barat turun ke posisi 451 di tahun Tabel 9.4 IKraR Kabupaten Lombok Barat dan Prov NTB Tahun Sumber: Kemenkokesra IKraR Kabupaten Lombok Barat berada di bawah level IKraR Provinsi NTB, kendati demikian Provinsi NTB maupun Lombok Barat sama-sama 83

pareparekota.bps.go.id

pareparekota.bps.go.id INDIKATOR SOSIAL KOTA PAREPARE TAHUN 2015 ISSN : 2460-2450 Nomor Publikasi : 73720.1503 Katalog BPS : 4102004.7372 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 87 Naskah : Seksi Statistik Sosial BPS Kota

Lebih terperinci

Katalog :

Katalog : Katalog : 4102004.7372 KATA PENGANTAR Penyusunan buku Indikator Sosial Kota Parepare 2013 ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tingkat kesejahteraan yang telah dicapai di Kota Parepare, dan sebagai

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102004.1306 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Padang Pariaman 2013 ii INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN PADANG PARIAMAN 2013 Katalog BPS : 4102004.1306 No ISBN :

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cirebon 2012 Kerjasama : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cirebon Dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cirebon

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG ISBN : 979.486.906.6 No. Publikasi : 3273.0608 Katalog BPS : 4716.3273 Ukuran Buku : 28,0 x 21,5

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Katalog BPS : 4103.7371 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR KATA PENGANTAR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2015 disusun sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

Penduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup:

Penduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup: Penduduk: Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Lebih terperinci

http:\\anambaskab.bps.go.id http:\\anambaskab.bps.go.id STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2015 ISSN : - Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman : x + 119 halaman Naskah

Lebih terperinci

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631)

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) Katalog BPS : 4101014.1204 Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) 371082 PERKEMBANGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN TAHUN 2010-2011 PERKEMBANGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat gambaran umum tentang keadaan kesejahteraan di Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 No. Publikasi : 5371.1012 Katalog BPS : 4103.5371 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : 122 Halaman

Lebih terperinci

madiunkota.bps.go.id

madiunkota.bps.go.id Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Madiun Tahun 2015 Nomor Publikasi : 35770.1610 Katalog BPS : 3101001.3577 Naskah oleh : Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit oleh : Seksi Statistik Sosial Diterbitkan

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Katalog BPS : 4102004.8172 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MALUKU TENGGARA Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Tahun 2012 ISSN : 0216.4769 Katalog BPS

Lebih terperinci

Katalog BPS: Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: Katalog BPS: 2204009 Katalog BPS: 2204009 PROFIL MIGRAN HASIL SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2011 2012 ISBN : 978-979-064-620-9 Katalog BPS : 2204009 No. Publikasi : 04140.1301 Ukuran Buku : 17,6 cm

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat saat ini adalah masih tingginya angka kemiskinan dan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1404 Katalog BPS : 4102004.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm :

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 ISBN : 979 486 6199 Nomor Publikasi : 3204.1136 Nomor Katalog : 4716.3204 Ukuran Buku Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : 172 + ix Naskah Gambar kulit

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan tahunan yang diselenggarakan BPS untuk memenuhi kebutuhan data sosial ekonomi. Data yang dihasilkan Susenas Kor

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102004.8104 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BURU INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU TAHUN 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU TAHUN 2014 ISBN : Nomor Publikasi

Lebih terperinci

4203002 2 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 PROFIL KESEHATAN ffiu DAN ANAK 2012 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 ISSN: 2087-4480 No. Publikasi: 04230.1202 Katalog BPS: 4203002 Ukuran Buku: 18,2 cm x

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan merupakan Kabupaten urutan ke-13 dari 14 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Gerung, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat. H. Wiradan, S.Si

Sekapur Sirih. Gerung, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat. H. Wiradan, S.Si Sekapur Sirih Sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik BPS bertanggungjawab menyediakan data statistik dasar dengan menyelenggarakan Sensus Penduduk (SP). Sensus Penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU 2016 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU 2016 ISBN : Nomor Publikasi : 81040.1603 Katalog BPS : 4102004.8104 Ukuran Buku : 21,5 x 15,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 i PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 ii KATA PENGANTAR Profil Kesejahteraan Rakyat Kota Palangka Raya Tahun 2013 ini adalah merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

KATALOG BPS :

KATALOG BPS : KATALOG BPS : 3101013.6303 i INDIKATOR SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 No. Publikasi : 63030.1724 Katalog BPS: 3101013.6303 Ukuran Buku: 17.60 cm x 25.00 cm Jumlah Halaman: xiv +

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2011 ISSN. 2086 1036 No Publikasi : 04220.1202 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 28 Cm x 21 Cm Jumlah Halaman : xviii + 148 Halaman Naskah : Subdirektorat Statistik Pendidikan

Lebih terperinci

FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS STIKES HANG TUAH SURABAYA

FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS STIKES HANG TUAH SURABAYA FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS STIKES HANG TUAH SURABAYA A. DATA DASAR KELUARGA 1. Nama Kepala Keluarga :... 2. Umur :... 3. Agama :... 4. Pendidikan :... 5. Pekerjaaan :... 6. Suku :...

Lebih terperinci

Katalog BPS: TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG

Katalog BPS: TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG Katalog BPS: 4716.3204 SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 3 ISSN: 2085-6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 86 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG KATALOG BPS : 4013.6474 2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bontang Badan Pusat Statistik Kota Bontang INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi. Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung

Data Sosial Ekonomi. Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung dengan Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Data Sosial

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014 Kabupaten Pinrang 1 Kabupaten Pinrang 2 Kata Pengantar I ndikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Kabupaten Pinrang tahun 2013 memuat berbagai indikator antara lain: indikator Kependudukan, Keluarga Berencana,

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 No. ISBN ISBN Number : 4102004.3403 No. Publikasi Publication Number : 3403.16.066 Naskah Manuscript

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) 1,49% per tahun. Jika laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 1 ISSN: 2085 6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 22 cm x 16,5 cm Jumlah Halaman : 96 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui

Lebih terperinci

Profil LANSIA Jawa tengah 2014

Profil LANSIA Jawa tengah 2014 Katalog BPS : 4201003.33 Profil LANSIA Jawa tengah 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH PROFIL LANSIA JAWA TENGAH 2014 ISSN : 2407-3342 Nomor Publikasi : 33520.1511 Katalog BPS : 4104001.33

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 2.6 terhadap PUS umur terhadap PUS 40-49 Umur 40-49 1 Bengkulu Selatan 2,7 3,8 2 Rejang Lebong 3,6 4,7 3 Bengkulu Utara 3,6 5,3 4

Lebih terperinci

PENDAHULUAN SUMBER DATA

PENDAHULUAN SUMBER DATA PENDAHULUAN Masalah penduduk sangat mempengaruhi gerak pembangunan. KB merupakan salah satu program pembangunan di bidang kependudukan. Masalah kependudukan masih tetap mendapat perhatian yang besar dari

Lebih terperinci

STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BANYUMAS 2015 No. Publikasi : 33020.1658 Katalog BPS : 4101002.3302 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xiii + 48 halaman Naskah : BPS Kabupaten Banyumas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016 Katalog BPS 1101002.2324100 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KENDAL STATISTIK KECAMATAN PEGANDON TAHUN 2016 NO. Publikasi/ Publikasi Number : 33.24.100.13.02 No.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia pada hakekatnya merupakan mahluk Tuhan yang sangat kompleks, dimana secara hirarki penciptaan manusia dilatarbelakangi adanya asal usul manusia sebagai mahluk yang

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri INDIKATOR KESEHATAN Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri 3 RSUD Muaradua, Kabupaten OKU Selatan Salah satu aspek terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Badan Pusat Statistik (2010) mencatat jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta untuk membangun masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur merupakan hakikat pembangunan nasional yang dilaksanakan

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA SUMATERA SELATAN

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA SUMATERA SELATAN Katalog : 4104001.16 STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA SUMATERA SELATAN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA SUMATERA SELATAN 2015 STATISTIK PENDUDUK LANJUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS. II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Georgafi dan Keluarga Berencana Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki

Lebih terperinci

Umum Dalam pelaksanaan tugasnya, Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral maupun lintas sektoral. Untuk melihat keadaan,

Lebih terperinci

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Erisman, M.Si, Kabid Statistik Sosial, BPS Provinsi Jawa Tengah Data Penduduk Yang Digunakan Mulai tahun 2014 angka penduduk yang digunakan adalah

Lebih terperinci

No. Katalog :

No. Katalog : No. Katalog : 23303003.3375 No. Katalog: 2303003.3375 PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar utama dalam pembangunan suatu negara. Penduduk yang besar dan berkualitas merupakan investasi yang berharga dengan produktifitasnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2016 mencapai

Lebih terperinci

STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2008 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.09.12 Katalog BPS/BPS Catalog : 4101002.9100 Ukuran Buku/Book Size : 14.85x21 cm Jumlah Halman

Lebih terperinci

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015 Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015 Nomor Katalog : 3101011.6471 Nomor Publikasi : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 165 mm x 216 mm : 79 Halaman Penyunting : BPS Kota Balikpapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas masyarakat. Penduduk yang besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan berharga

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA 2015 Statistik Daerah Kecamatan Batam Kota Kota Batam 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA 2015 No Publikasi : 2171.14.26 Katalog BPS : 1102001.2171.051 Ukuran

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Gerung, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat. H. Wiradan, S.Si

Sekapur Sirih. Gerung, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat. H. Wiradan, S.Si Sekapur Sirih Sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik BPS bertanggungjawab menyediakan data statistik dasar dengan menyelenggarakan Sensus Penduduk (SP). Sensus Penduduk

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan

Lebih terperinci