Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2 STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2008 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : Katalog BPS/BPS Catalog : Ukuran Buku/Book Size : 14.85x21 cm Jumlah Halman Total/Total Pages : xii halaman / 120 pages Naskah/Manuscript : Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Papua Barat : Gambar Kulit/ Cover Design : Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik BPS Provinsi Papua Barat Diterbitkan Oleh/Published by : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Dicetak Oleh/Printed by : Boleh Dikutip dengan menyebut sumbernya May be cited with reference to the source

3 KATA PENGANTAR Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Barat Tahun 2008 merupakan kelanjutan publikasi tahun-tahun sebelumnya. Data yang disajikan pada publikasi ini, merupakan hasil olahan data KOR SUSENAS Penerbitan ini bertujuan untuk memberikan gambaran keadaan kesejahteraan rakyat di Provinsi Papua Barat yang diukur berdasarkan beberapa variabel. Dengan demikian diharapkan buku ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat Provinsi Papua Barat. Disadari bahwa dalam publikasi ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga saran dan kritik sangat diharapkan guna perbaikan di waktu yang akan datang. Serta diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga publikasi ini dapat terselesaikan. Semoga buku ini dapat bermanfaat. Manokwari, September 2009 Kepala BPS Provinsi Papua Barat i Ir. Tanda Sirait, MM NIP

4 ii

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i iii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... PENDAHULUAN... 1 METODE SURVEI... 5 KEPENDUDUKAN KESEHATAN PENDIDIKAN FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA PERUMAHAN KONSUMSI ATAU PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA LAINNYA LAMPIRAN TABEL v ix iii

6 iv

7 DAFTAR TABEL Tabel Judul Halaman 3.1 Persentase Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, Persentase Penduduk menurut Kabupaten/Kota, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota, Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota, Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, Persentase Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Keluhan Kesehatan, Persentase Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Lama Hari Sakit, Persentase Penduduk yang Sakit menurut Kabupaten/Kota dan Cara Pengobatan Sendiri, Persentase Penduduk yang Sakit menurut Kabupaten/Kota dan Tempat Berobat Jalan, Persentase Balita menurut Kabupaten/Kota dan Penolong Kelahiran Pertama, Persentase Balita menurut Kabupaten/Kota dan Penolong Kelahiran Terakhir, Persentase Balita menurut Kabupaten/Kota dan Lama Pemberian ASI, Persentase Balita menurut Kabupaten/Kota dan Pemberian Imunisasi, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Partisipasi Sekolah, v

8 Tabel Judul Halaman 5.2 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki, Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Kemampuan Membaca dan Menulis, Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Kabupaten/Kota dan Umur Kawin Pertama, Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Kabupaten/Kota dan Penggunaan Kontrasepsi, Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Kabupaten/Kota dan Penggunaan Kontrasepsi, Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Kabupaten/Kota dan Jumlah Anak Lahir Hidup, Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Kabupaten/Kota dan Jumlah Anak Masih Hidup, Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Kabupaten/Kota dan Jumlah Anak Rata-rata Anak Lahir Hidup dari Wanita Pernah Kawin Berumur Tahun Menurut Kabupaten/Kota, Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Luas Lantai (meter persegi), Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Atap Terluas, Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota, dan Jenis Lantai Terluas, Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota, dan Jenis Dinding Terluas, Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota, dan Sumber Air Minum, vi

9 Tabel Judul Halaman 7.6 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum dari Pompa/Sumur/Mata Air Menurut Kabupaten/Kota, dan Jarak ke Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Terdekat, Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Fasilitas Air Minum, Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Cara Memperoleh Air Minum, Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar, Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kloset, Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Tempat Pembuangan Akhir Tinja, Persentase Rumah Tangga Menurut 10 Kabupaten/Kota dan Sumber Penerangan, Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Telepon, Telepon Selular, dan Komputer Menurut 10 Kabupaten/Kota, Persentase Rumah Tangga Yang Mengakses Internet Menurut Kabupaten/Kota, Persentase Penduduk menurut Kabupaten/ Kota dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Distribusi Pngeluaran per Kapita Sebulan menurut Kelompok Barang dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan, Persentase Rumah Tangga yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gratis selma 6 Bulan Referensi menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kartu yang digunakan, vii

10 Tabel Judul Halaman 9.2 Persentase Rumah Tangga yang Membeli Beras Murah / Raskin selma 3 Bulan Referensi dan Jumlah Beras yang Dibeli menurut Kabupaten/ Kota, Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Usaha selama Setahun Terakhir menurut Kabupaten/ Kota dan Jenis Kredit, viii

11 DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Halaman 3.1 Komposisi Penduduk di Papua Barat Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Komposisi Penduduk Papua Barat Berdasarkan Jenis Status Perkawinan Komposisi Penduduk dengan Status Belum Kawin Menurut Jenis Kelamin Komposisi Penduduk di Papua Barat yang Mengalami Keluhan Kesehatan Komposisi Penduduk di Papua Barat Menurut Keluhan Kesehatan yang dialami Komposisi Penduduk Papua Barat Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Keluhan Sakit Komposisi Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Cara Pengobatan Sendiri Komposisi Balita menurut Kabupaten/Kota dan Penolong Kelahiran Pertama Komposisi Penduduk berumur 10 Tahun ke atas Menurut Ijazah Formal Minimal SMA Komposisi Penduduk berumur 10 Tahun ke atas Menurut Kemampuan Membaca dan Menulis ix

12 Gambar Judul Halaman 6.1 Komposisi Wanita yang Usia Perkawinan Pertama Kurang dari 16 Tahun Komposisi Wanita 10 Tahun Ke Atas dan pernah kawin yang Sedang Menggunakan KB Komposisi Wanita berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin Berdasarkan Jumlah Anak Komposisi Wanita berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin Berdasarkan Jumlah Anak Komposisi Wanita berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin Berdasarkan kelompok Jumlah Anak Lahir Hidup Komposisi Wanita Berumur Tahun Menurut Rata- Rata Jumlah Anak Lahir Hidup Komposisi Rumah Tangga di Papua Barat Menurut Luas Lantai Rumah Komposisi Rumah Tangga di Papua Barat Menurut Jenis Atap Terluas Komposisi Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Atap Terluas Komposisi Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota, Penggunaan Atap Genteng, Lantai Bukan Tanah, dan Dinding Tembok Komposisi Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota yang Jarak Sumber Air Minum ke Tempat Pembuangan Tinja kurang dari 10 meter x

13 Gambar Judul Halaman 7.6 Komposisi Rumah Tangga Berdasarkan Kabupaten/Kota dan Cara Memperoleh Air Minum Komposisi Rumah Tangga Berdasarkan Kabupaten/Kota dan Tidak Adanya Kloset sebagai Tempat Buang Air Besar Komposisi Rumah Tangga Berdasarkan Kabupaten/Kota dan Penggunaan Listrik Komposisi Penduduk Papua Barat menurut Jenis Konsumsi dan Kelompok Pengeluaran Per Kapita Komposisi Penduduk Papua Barat Berdasarkan Jenis Konsumsi Bukan Makanan Persentase Rumah Tangga yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Gratis di Papua Barat Persentase Rumah Tangga yang Membeli Raskin Menurut Kabupaten/Kota Persentase Rumah Tangga yang Menerima Kredit Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kredit xi

14 xii

15 I. PENDAHULUAN Provinsi Papua Barat merupakan provinsi yang relatif muda. Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi Papua. Sebagai bagian dari kebijakan desentralisasi pembangunan, Provinsi Papua pecah menjadi tiga bagian berdasarkan Undang-Undang No 45 Tahun 2000 yaitu Irian Jaya Timur (sekarang Provinsi Papua), Irian Jaya Tengah (hingga saat ini belum terbentuk) dan Irian Jaya Barat (sekarang Provinsi Papua Barat). Provinsi Papua Barat mulai operasional dipimpin oleh seorang gubernur setelah Abraham Oktovianus Atururi dinyatakan sebagai pemenang pemilihan gubernur Irian Jaya Barat oleh KPU pada tahun Sebagai provinsi yang berada di bagian barat pulau burung cendrawasih, kondisi geografis hampir sama dengan Provinsi Papua. Daerah berbukit-bukit dan pegunungan merupakan faktor utama yang menghambat aksesibilitas warga untuk mencapai fasilitas seperti rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi dan lain-lain. Kondisi geografis ini juga yang mengakibatkan biaya transportasi tinggi. Akibatnya, pembangunan perumahan dan fasilitasfasilitas pendukung lainnya membutuhkan biaya yang sangat mahal. Keterisoliran warga marupakan masalah lain dari pembangunan di Papua Barat. Distribusi penduduk yang 1

16 terpusat di daerah pesisir dan jarang di pegunungan mengakibatkan sebaran penduduk menjadi tidak merata. Dampaknya adalah tidak semua penduduk Papua Barat dapat menikmati hasil-hasil pembangunan. Meskipun penduduk Papua Barat tinggal di daerah yang kaya sumber daya alam, tetapi kualitas penduduknya masih tergolong tertinggal. Untuk dapat melihat dampak pembangunan Provinsi Papua Barat terhadap penduduknya diperlukan data dan informasi yang meliputi aspek-aspek kesejahteraan penduduk. Data dan Informasi tersebut dihimpun dalam kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Susenas merupakan survei rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Susenas merupakan survei yang memotret aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, perumahan, dan konsumsi penduduk. Dengan demikian, Susenas memiliki kemampuan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk. Publikasi Statistik Kesejahtaraan Rakyat Provinsi Papua Barat Tahun 2008 merupakan himpunan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2008 di delapan kabupaten dan satu kota se-provinsi Papua Barat. Pelaksanaan Susenas tahun 2008 bertepatan dengan pelaksanaan Susenas Modul Perumahan. Susenas dilaksanakan pada bulan Juli Sampel meliputi rumah tangga di perkotaan dan daerah perdesaan. Total sampel Susenas di Provinsi Papua 2

17 Barat rumah tangga terdiri dari rumah tangga kor dan 480 rumah tangga Kor dan modul perumahan. Dengan sampel rumah tangga kor dan modul perumahan sebanyak itu hanya dapat disajikan sampai tingkat provinsi. Karena itu, publikasi ini hanya menyajikan hasil survei Susenas kor karena ditujukan untuk menggambarkan tingkat kabupaten. Sistematika Penulisan Publikasi Statistik Kesejahteraan Rakyat di Provinsi Papua Barat Tahun 2008 disusun dengan sistematika sebagai berikut. Setelah bab ini adalah Bab Metode Survei. Pada Bab Metode Survei dikemukakan tahapantahapan survei mulai dari ruang lingkup, kerangka sampel, hingga konsep dan definisi. Gambaran kesejahteraan penduduk dimulai pada bab tiga dengan mengulas aspek kependudukan. Pembahasan selanjutnya membahas aspek kesehatan penduduk pada bab empat, aspek pendidikan pada bab lima, aspek fertilitas dan keluarga berencana pada bab enam, aspek ketenagakerjaan perumahan pada bab tujuh, dan aspek konsumsi rumah tangga pada bab delapan. Publikasi ini ditutup dengan pembahasan aspek teknologi dan informasi pada bab sembilan. 3

18 4

19 II. METODE SURVEI Ruang Lingkup Susenas 2008 dilaksanakan di seluruh Indonesia termasuk di Provinsi Papua Barat. Jumlah sampel yang diliput seabanyak rumah tangga yang tinggal di blok sensus bukan khusus dan bukan rumah tangga khusus (lihat konsep dan definisi). Jumlah rumah tangga sampel tersebut cukup representatif untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk Papua Barat hingga level kabupaten. Selain itu, jumlah sampel tersebut juga representatif menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk di daerah perkotaan dan perdesaan. Kerangka Sampel Kerangka sampel yang digunakan dalam Susenas Juli 2008 terdiri dari 3 jenis, yaitu: kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus, kerangka sampel untuk pemilihan subblok sensus (khusus untuk blok sensus yang bermuatan rumah tangga lebih besar dari 150 rumah tangga), dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga dalam blok sensus/subblok sensus terpilih. Kerangka sampel blok sensus adalah master frame blok sensus yang dilengkapi dengan jumlah rumah tangga hasil pencacahan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Kerangka sampel blok sensus ini mencakup 5

20 blok sensus di delapan kabupaten dan satu kota dan dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan. Kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus di daerah perkotaan adalah daftar blok sensus yang terdapat di daerah perkotaan di setiap kabupaten/kota, sedangkan kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus di daerah perdesaan adalah daftar blok sensus yang terdapat di daerah perdesaan disetiap kabupaten/kota. Kerangka sampel untuk pemilihan subblok sensus adalah daftar subblok sensus yang terdapat dalam blok sensus terpilih yang mempunyai jumlah rumah tangga lebih besar dari 150 rumah tangga. Rancangan Penarikan Sampel Rancangan penarikan sampel Susenas Juli 2008 adalah rancangan penarikan sampel bertahap dua. Pada tahap pertama dipilih secara acak 146 blok sensus dari master frame blok sensus dengan menggunakan metode probability proportional to size (PPS). Size yang digunakan adalah jumlah rumah tangga hasil P4B. Pada tahap kedua, dipilih masing-masing 16 rumah tangga dalam setiap blok sensus terpilih. Pemilihan ke-16 rumah tangga sampel dilakukan setelah pendaftaran rumah tangga dalam satu blok sensus selesai dikerjakan. Pemilihan rumah tangga sampel menggunakan sistematic sampling tepatnya linear systematic sampling. 6

21 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data di setiap rumah tangga terpilih dilakukan melalui wawancara langsung antara pencacah dengan responden. Keterangan tentang rumah tangga dapat dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala rumah tangga, suami/istri kepala rumah tangga, atau anggota rumah tangga lain yang mengetahui karakteristik yang ditanyakan. Konsep dan Definisi Blok Sensus Blok sensus adalah bagian dari suatu wilayah desa/kelurahan yang merupakan daerah kerja dari seorang Pencacah. Kriteria blok sensus adalah sebagai berikut: 1. Setiap wilayah desa/kelurahan dibagi habis menjadi beberapa blok sensus. 2. Blok sensus harus mempunyai batas-batas yang jelas/mudah dikenali, baik batas alam maupun buatan. Batas satuan lingkungan setempat/sls, seperti: RT, RW, dusun, lingkungan, dan sebagainya diutamakan sebagai batas blok sensus bila batas SLS tersebut jelas (batas alam atau buatan). 3. Satu blok sensus harus terletak dalam satu hamparan. Blok sensus biasa (B) adalah blok sensus yang muatannya antara 80 sampai 120 rumah tangga atau bangunan sensus tempat tinggal atau bangunan sensus bukan tempat tinggal atau gabungan keduanya dan sudah jenuh. 7

22 Blok sensus khusus (K) adalah blok sensus yang mempunyai muatan sekurang-kurangnya 100 rumah tangga, kecuali untuk lembaga pemasyarakatan tidak ada batas muatan. Tempattempat yang bisa dijadikan blok sensus khusus antara lain: asrama militer (tangsi) dan daerah perumahan militer dengan pintu keluar masuk yang dijaga. Blok sensus persiapan (P) adalah blok sensus yang kosong. Contoh: Sawah, kebun, tegalan, rawa, hutan, daerah yang dikosongkan (digusur) atau bekas permukiman yang terbakar. Rumah Tangga Rumah tangga biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Rumah tangga biasa umumnya terdiri dari ibu, bapak, dan anak. Juga dianggap sebagai rumah tangga biasa antara lain: 1. Seseorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi makannya diurus sendiri. 2. Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih dalam (sub) blok sensus yang sama dianggap sebagai satu rumah tangga. 3. Pondokan dengan makan (indekos) yang pemondoknya kurang dari 10 orang. Pemondok dianggap sebagai art induk semangnya. 4. Beberapa orang yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus 8

23 makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa. 5. Anggota TNI yang tinggal di asrama bersama keluarganya dan mengurus sendiri kebutuhan sehariharinya Rumah tangga khusus 1. Orang-orang yang tinggal di asrama, yaitu suatu tempat tinggal yang pengurusan kebutuhan sehari-harinya diatur oleh suatu yayasan atau badan, misalnya asrama perawat, asrama mahasiswa, asrama TNI (tangsi). 2. Orang-orang yang tinggal di lembaga pemasyarakatan, panti asuhan, rumah tahanan dan sejenisnya. 3. Sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) yang berjumlah lebih besar atau sama dengan 10 orang. Rumah tangga khusus tidak dicakup dalam kegiatan Susenas. Anggota rumah tangga (art) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga (krt, suami/istri, anak, menantu, cucu, orang tua/mertua, famili lain, pembantu rumah tangga atau art lainnya), baik yang berada di rumah tangga responden maupun sementara tidak ada pada waktu pencacahan. Kepala rumah tangga (krt) adalah seseorang dari sekelompok art yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga, atau orang yang dianggap/ditunjuk sebagai krt. 9

24 Status Perkawinan Kawin adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri. Cerai hidup adalah seseorang yang telah berpisah sebagai suami-istri karena bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup. Cerai mati adalah seseorang ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum kawin lagi. Keluhan Kesehatan Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis (meskipun selama sebulan terakhir tidak mempunyai keluhan), kecelakaan, kriminal atau hal lain. Berobat jalan adalah kegiatan atau upaya orang yang mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan diri dan 10

25 mendapatkan pengobatan dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan ke rumah art. Rawat inap adalah upaya penyembuhan dengan menginap 1 malam atau lebih di suatu unit pelayanan kesehatan modern atau tradisional, termasuk dalam kejadian ini adalah rawat inap untuk persalinan. Pendidikan Tidak/belum pernah bersekolah adalah tidak pernah atau belum pernah terdaftar dan tidak/belum pernah aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal, termasuk juga yang tamat/belum tamat taman kanak-kanak tetapi tidak melanjutkan ke sekolah dasar. Masih bersekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal. Tidak bersekolah lagi adalah pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan formal, tetapi pada saat pencacahan tidak lagi terdaftar dan tidak lagi aktif. Fertilitas dan Keluarga Berencana Anak kandung lahir hidup adalah anak kandung yang pada waktu dilahirkan menunjukkan tanda-tanda kehidupan, walaupun mungkin hanya beberapa saat saja, seperti jantung berdenyut, bernafas, dan menangis. MOW (medis operasi wanita)/tubektomi (sterilisasi wanita) adalah operasi yang dilakukan pada krt/art wanita untuk 11

26 mencegah terjadinya kehamilan dengan cara mengikat saluran telur. MOP (medis operasi pria)/vasektomi (sterilisasi pria) adalah suatu operasi ringan yang dilakukan pada krt/art pria dengan maksud untuk mencegah terjadinya kehamilan pada pasangannya. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)/iud (Intra Uterus Device)/spiral adalah alat yang dibuat dari plastik halus/tembaga, berukuran kecil, berbentuk spiral, T, kipas dan lainnya, dipasang di dalam rahim untuk mencegah terjadinya kehamilan. Suntikan KB adalah salah satu cara pencegahan kehamilan dengan jalan menyuntikkan cairan tertentu ke dalam tubuh secara periodik, misalnya satu, tiga atau enam bulan sekali. Susuk KB/norplan/implanon/alwalit (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit) adalah enam batang logam kecil yang dimasukkan ke bawah kulit lengan atas untuk mencegah terjadinya kehamilan. Pil KB adalah pil yang diminum untuk mencegah terjadinya kehamilan. Pil ini harus diminum secara teratur setiap hari. Kondom/karet KB adalah alat yang terbuat dari karet, berbentuk seperti balon, yang dipakai oleh krt/art laki-laki selama bersenggama dengan maksud agar istrinya/ pasangannya tidak menjadi hamil. Intravag/tisue/kondom wanita adalah tisue KB yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum kumpul. Cara tradisional 12

27 Pantang berkala/sistim kalender didasarkan pada pemikiran bahwa dengan tidak melakukan senggama pada hari-hari tertentu, yaitu pada masa subur dalam siklus bulanan, seorang wanita dapat menghindarkan terjadinya kehamilan. a. Senggama terputus adalah cara yang dilakukan oleh krt/art laki-laki untuk mencegah masuknya air mani ke dalam rahim wanita, yaitu dengan menarik alat kelaminnya sebelum terjadi ejakulasi (klimaks). b. Cara tradisional lainnya misalnya menyusui dengan sengaja untuk KB, tidak campur (puasa), jamu, dan urut. c. Perumahan d. Luas lantai yang dimaksud di sini adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari (sebatas atap). e. Fasilitas Air Minum f. Yang termasuk fasilitas air minum adalah instalasi air minum yang dikelola oleh PAM/PDAM atau non-pam/pdam, termasuk sumur dan pompa. Teknologi dan Informasi Telepon adalah pesawat yang menyalurkan percakapan jarak jauh melalui kawat dan listrik. Komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat dan dapat menerima informasi input digital, kemudian memprosesnya sesuai dengan program yang tersimpan di memorinya, dan menghasilkan output berupa informasi. 13

28 Internet (Interconnected Network) adalah sebuah sistim komunikasi global yang menghubungkan komputer-komputer dan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia 14

29 III. KEPENDUDUKAN Persentase wilayah tertentu, meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk. waktu penuaan. Kependudukan dapat merujuk secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti umur, penduduk Provinsi Papua Barat menurut jenis kelamin dan umur, Kependudukan akibat adanya pendidikan, jenis kelamin dan lainnya. Komposisi Kelompok Umur atau demografi Jumlah penduduk berubah setiap kelahiran, kematian, migrasi serta Laki laki adalah ilmu mempelajari dinamika kependudukan manusia pada suatu Perempu an Gambar 3.1 Persentase Penduduk di Papua Barat Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur yang 15

30 disajikan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2. Tampak bahwa persentase terbesar berada pada usia produktif baik laki laki (berumur tahun) masing masing sebesar 60,61 persen dan 58,43 persen (lihat Gambar 3.1). Berdasarkan Tabel 3.1 persentase Kabupaten daripada penduduk laki laki. Sebaliknya di enam kabupaten lainnya, persentase penduduk laki laki lebih besar daripada penduduk perempuan. Gambar 3.2 Persentase Penduduk Papua Barat Berdasarkan Jenis Status Perkawinan StatKesRa Provinsi Papua Barat 2008 maupun perempuan. Persentase penduduk usia produktif penduduk perempuan Kabupaten Fak Fak, Manokwari, dan Kota Sorong lebih besar.00 Kab. Fakfak Kab. Kaimana Belum Kawin Cerai Hdup Kab. Teluk Wondama Kab. Teluk Bintuni Kab. Manokwari Kab. Sorong Selatan Kab. Sorong Kab. Raja Ampat Kawin Cerai Mati Kota Sorong 16

31 Tabel 3.2 menunjukkan bahwa sebesar 38,9 persen penduduk berada pada usia muda (0 14 tahun), 59,55 persen pada usia produktif (15 64 tahun), dan 1,55 persen berumur 65 tahun lebih. Kota Sorong memiliki persentase penduduk dengan usia sedangkan Kabupaten Raja Ampat Gambar 3.3 Persentase i Penduduk dengan Status Belum Kawin Menurut Jenis Kelamin Kab. Fakfak Kab. Kaimana Kab. Teluk Wondama produktif Kab. Teluk Bintuni Laki laki Kab. Manokwari Kab. Sorong Selatan tertinggi (64,08%) terendah (53,84%). Komposisi penduduk dengan usia 65 tahun lebih di Kabupaten Sorong menduduki urutan pertama yaitu sebesar 4,06 persen dan yang terendah di Kabupaten Sorong Selatan sebesar 0,42 persen. Perempuan Sebagian besar penduduk di Papua Barat berstatus kawin (Tabel 3.3). Sebanyak separoh lebih penduduk Papua Barat berstatus kawin (56,66%), sedangkan 36,68 persen belum kawin, 1,6 persen cerai hidup dan 5,05 persen cerai 17 Kab. Sorong Kab. Raja Ampat Kota Sorong

32 mati. Semakin banyak penduduk yang berstatus kawin maka peluang untuk timbulnya kelahiran penduduk baru semakin besar dan tentunya akan menambah pula jumlah penduduk di Papua Barat. Dalam hal ini Kabupaten Sorong yang memiliki persentase tertinggi (65,61%). Laki laki yang belum kawin relatif lebih banyak dibandingkan dengan wanita yang belum kawin (Gambar 3.3). Penduduk dengan status belum kawin tertinggi berada di Kabupaten Fak Fak (43,89%). Terjadinya perceraian (cerai hidup) penduduk di Kota Sorong memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 3,63 persen. Sedangkan untuk cerai mati paling besar persentasenya di Kabupaten Sorong Selatan (4,92%). 18

33 IV. KESEHATAN Pembangunan masyarakat meliputi beberapa bidang, salah satunya adalah bidang kesehatan. Keadaan kesehatan penduduk merupakan cermin dari kesejahteraan masyarakat. Kesehatan juga menjadi penunjang kualitas sumber daya manusia. Pelayanan kesehatan yang disediakan pemerintah untuk masyarakat belum tersampaikan secara optimal karena kurangnya informasi atau data. Informasi ini sangat penting terutama dalam hal penyediaan fasilitas kesehatan masyarakat. Banyaknya keluhan kesehatan yang dialami masyarakat menunjukkan derajat kesehatan pada masyarakat tersebut. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa Kabupaten Teluk Bintuni memiliki penduduk dengan keluhan kesehatan terbanyak dengan persentase sebesar 58,14 persen sedangkan kabupaten Raja Ampat hanya sebesar 11,88 persen. Keluhan kesehatan yang dialami kebanyakan masyarakat pada wilayah tertentu dapat dijadikan sebagai informasi seperti dalam hal penyediaan obat obatan atau tenaga medis. Berdasarkan Gambar 4.2 keluhan kesehatan yang paling banyak dialami penduduk di Papua Barat 19

34 Gambar 4.1 Persentase Penduduk di Papua Barat yang Mengalami Keluhan Kesehatan StatKesRa Provinsi Papua Barat 2008 adalah batuk yaitu sebesar 14,17 persen sedangkan keluhan yang paling sedikit dialami adalah diare/buang air sebesar 1,26 persen. Gambar 4.3 menunjukkan bahwa Teluk Bintuni memiliki persentase penduduk yang paling tinggi dengan Kota Sorong Kab. Raja Ampat Kab. Sorong Kab. Sorong Selatan Kab. Manokwari Kab. Teluk Bintuni Kab. Teluk Wondama Kab. Kaimana Kab. Fakfak keluhan kesehatan lainnya (48,52%) sedangkan penduduk di Kabupaten Sorong Selatan adalah pilek ( 31,34%). Kesehatan manusia juga dilihat dari rata rata lama sakit. Semakin lama orang sakit maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesehatannya semakin menurun. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa Kabupaten Sorong Selatan memiliki persentasee penduduk yang paling tinggi dengan rata rata lama sakit paling lama 3 hari (82,61%). Sebaliknya, kabupaten ini memiliki persentase terkecil penduduknya 20

35 yang rata rata lama sakitnya antara hari (0%). Hal ini dapat dikatakan bahwa secara umum, penduduk Kabupaten Sorong Selatan paling jarang mengalami sakit. Cara penanganan terhadap sakit atau penyakit juga menentukan kecepatan penyembuhan. Persentase penduduk Kabupaten Sorong yang melakukan pengobatan sendiri sebesar 70,58 persen (lihat Table 4.3). Hal ini berarti dari 100 penduduk di Kabupaten Sorong, sebanyak 70 penduduk yang melakukan pengobatan sendiri (lihat Tabel 4.3). Angka ini merupakan yang paling tinggi di antara kabupaten/kota yang lainnya. Sedangkan yang paling rendah adalah di Kabupaten Teluk Bintuni (43,07%). Pengobatan sendiri yang dilakukan ada 3 macam cara yaitu secara tradisional, modern, dan lainnya. Pengobatan secara tradisional paling diminati oleh penduduk Kabupaten Sorong Selatan yaitu sebanyak 77,88 persen sedangkan Kota Sorong memiliki persentase terkecil (8,72%). Berdasarkan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa hampir di seluruh kabupaten/kota di Papua Barat, pengobatan sendiri yang dilakukan secara modern relatif besar. Penduduk yang melakukan pengobatan sendiri secara tradisional di Kabupaten Sorong Selatan memiliki persentase tertinggi (77,88% ) jika dibandingkan dengan 21

36 kabupaten/ /kota yang lainnya sedangkan persentasenya terendah (8, 72%). Kota Sorong Lainnya Sakit gigi Gambar 4.2 Sakit kepala berulang Persentase Penduduk di Diare/ buang air Papua Barat Menurut Keluhan Kesehatan yang Asma/ napas sesak Pilek Batuk dialami Panas Dalam memerlukan penanganan dan pengawasann yang intensif. Rawat inap merupakan salah satu penanganan pada orang sakit yang penyembuhan orang sakit, dianggap lebih baik daripada terkadang berobat jalan. Tetapi tidak semua orang sakit memilih untuk rawat inap karena berbagai macam alasan seperti keterbatasan biaya atau tingkat keparahan penyakit yang masih bisa diatasi dengan berobat jalan. Persentase penduduk di Papua Barat yang memilih berobat jalan sebesar 39,91 persen. Penduduk di Kabupaten Raja Ampat memiliki persentase terbesar yang memilih berobat jalan (74,56%) sedangkan Kabupaten Sorong Selatan memiliki persentase terkecil (19,75%). 22

37 Kab. Fakfak Kab. Kaimana Kab. Teluk Wondama Kota Sorong Kab. Raja Ampat Kab. Sorong Kab. Sorong Selatan Kab. Manokwari Kab. Teluk Bintuni Kab. Teluk Wondama Kab. Kaimana Kab. Fakfak Kab. Teluk Bintuni Kab. Manokwari 8.72 Kab. Sorong Selatan Kab. Sorong Kab. Raja Ampat Kota Sorong Panas Batuk Pilek Asma/ napas sesak Diare/ 3. Lainnya Sakit kepala berulang Sakit gigi Lainnya 2. Modern 1. Tradisional buang air Gambar 4.3 Persentase Penduduk Papua Barat Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Keluhan Sakit Gambar 4.44 Persentase Penduduk menurut Kabupaten/ /Kota dan Cara Pengobatan Sendiri 23

38 BALITA StatKesRa Provinsi Papua Barat 2008 Hal yang juga menjadi perhatian dalam bidang kesehatan masyarakat adalah adanya sarana atau fasilitas kesehatan. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah dapat menunjukkan seberapa optimal fasilitas yang disediakan oleh pemerintah. Fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah seperti rumah sakit pemerintah dan Puskesmas/Pustu. Pemanfaatan fasilitas kesehatan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.4. Sebesar 75,37 persen dari penduduk di Papua Barat memanfaatkan Puskesmas/Pustu sebagai tempat berobat, sedangkan sebanyak 11,72 persen praktek dokter/poliklinik, 9,31 persen rumah sakit pemerintah, 3,11 persen adalah petugas kesehatan, 2,39 persen memilih berobat di rumah sakit swasta, 0,21 persen praktek batra, 0,1 persen ke dukun/tabib, dan 2,86 persen lainnya. Penduduk Kabupaten Sorong masih mengandalkan praktek batra dan dukun/tabib sebagai tempat berobat yaitu masing masing 2,61 persen dan 1,3 persen. Pembangunan kualitas sumber daya manusia dapat dimulai dari pembangunan generasi pengganti sejak dini. Balita sebagai penerus generasi bangsa, menjadi perhatian 24

39 tersendiri dalam pembangunan sumber daya manusia. Balita yang sehat dan tercukupi kebutuhan gizinya akan menjadi balita yang kuat dan cerdas. Kesehatan balita selain ditentukan oleh kesehatan ibu hamil juga dipengaruhi oleh penolong kelahiran. Kesehatan ibu dan anak secara umum dapat dilihat dari data penolong kelahiran. Penolong kelahiran yang dilakukan oleh dokter atau tenaga medis lainnya dianggap lebih baik jika dibandingkan dengan dukun atau famili. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa 45,95 persen penolong kelahiran pertama balita dilakukan oleh bidan, 25,39 persen oleh dukun, 17,25 persen oleh famili, 7,74 persen oleh dokter, 2,6 persen oleh tenaga medis lain, dan 1,07 persen oleh lainnya. Masih tingginya persentase kelahiran yang ditolong oleh dukun di Papua Barat menunjukkan bahwa peranan dukun dalam proses kelahiran balita pertama masih tinggi. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa dukun memiliki peranan terbesar di Kabupaten Raja Ampat dalam proses kelahiran balita pertama ( 54,15%) sedangkan untuk tenaga bidan paling berperan di Kabupaten Kaimana dengan persentase 72,74 persen. Berdasarkan Tabel 4.5 dan 4.6 menunjukkan bahwa baik penolong kelahiran balita pertama maupun terakhir 25

40 di Papua Barat di dominasi oleh bidan. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan bidan memiliki peranan yang paling besar dalam menolong kelahiran balita di Papua Barat. Sedangkan dukun berada pada posisi kedua setelah bidan. Setelah proses kelahiran, kesehatan balita juga ditentukan oleh asupan gizi yang diberikan. ASI sebagai makanan pertama untuk balita menyediakan asupan gizi yang sempurna dan sesuai kebutuhan balita. Pemberian ASI pada balita akan mempengaruhi derajat kesehatan pada balita. Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebanyak 32,22 persen balita di Papua Barat mengalami pemberian ASI selama bulan, 31,96 persen selama lebih dari 24 bulan, 18,05 persen yang mengalami pemberian ASI kurang dari 5 bulan. Masih tingginya pemberian ASI selama lebih dari 24 bulan menunjukkan bahwa kesadaran ibu ibu di Papua Barat untuk menyusui masih tinggi. Ada dua faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan (milleu). Faktor lingkungan dan bukan lingkungan yang baik harus dapat menyediakan segala kebutuhan dasar anak untuk dapat tumbuh kembang optimal, yang dikenal dengan asuh, asah dan asih. Asuh berupa kebutuhan fisisbiomedis, asah bermakna kebutuhan 26

41 latihan/rangsangan/bermain/stimulasi, asih berarti kebutuhan akan kasih sayang/emosi (Titi Sularyo, 1994). Kebutuhan fisis biomedis atau asuh mencakup kebutuhan nutrisi yang seimbang dan tepat, perawatan kesehatan dasar, pakaian, perumahan, kesegaran jasmani. Kab. Fakfak memenuhi kebutuhan asuh ini. Kasus kasus gizi buruk di negara Indonesia menjadi bukti bahwa permasalahan nutrisi ini masih menjadi kendala di sebagian masyarakat kita. Kab. Kaimana Kab. Teluk Wondama Kab. Teluk Bintuni Kab. Manokwari Kab. Sorong Selatan Kab. Sorong Nutrisi memegang peranan paling penting dalam Namun yang Kab. Raja Ampat Kota Sorong dan lingkungan serta Dokter Bidan Tenaga Medis Lain Dukun Famili Lainnya Gambar 4.5 Persentase Balita menurut Kabupaten/Kota dan Penolong Kelahiran Pertama tidak kalah penting juga adalah perawatan kesehatan dasar, yang termasuk di dalamnya 27

42 adalah imunisasi dan usaha pencegahan morbiditas pada anak yang lainnya. Anak yang sehat akan tumbuh dan berkembang dengan baik, sedangkan anak yang sering sakit akan terganggu pula tumbuh kembangnya. Dengan demikian imunisasi sebagai salah upaya mencegah terjangkitnya penyakit pada anak menjadi program wajib yang telah disediakan oleh negara/pemerintah melalui program pengembangan imunisasi (PPI). Telah kita ketahui bersama bahwa dengan pemberian imunisasi telah bisa menyelamatkan berjuta juta nyawa anak didunia. Imunisasi yang diberikan pada balita di Papua Barat diantaranya adalah imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak/Morbili, dan Hepatitis B. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa persentase balita yang mendapatkan imunisasi sangat tinggi untuk semua jenis imunisasi yaitu 89,92 persen BCG, 84,19 persen DPT, 84,42 persen Polio, 71,37 persen campak/morbili, dan sebanyak 75,77 persen imunisasi Hepatitis B. Kabupaten Kaimana memiliki persentase terendah jika dibandingkan dengan kabupaten/kota yang lainnya di Papua Barat yang mendapat imunisasi campak dan Hepatitis B yaitu masingmasing 67,2 persen dan 70 persen. 28

43 V. PENDIDIKAN Selain aspek kesehatan, aspek pendidikan juga menjadi salah satu indikator kualitas sumber daya manusia. Pendidikan menentukan tingkat kecerdasan dan keterampilan manusia dan juga menjadi sarana dalam membangun kehidupan sosial ekonomi dalam masyarakat. Untuk mengetahui sejauh mana program pendidikan yang dicanangkan pemerintah terlaksana maka perlu adanya informasi mengenai komposisi penduduk berdasarkan partisipasi sekolah. Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebanyak 68,72 persen penduduk berumur 10 tahun ke atas sudah tidak bersekolah lagi, itu artinya bahwa dari 100 penduduk sebanyak 68 orang tidak bersekolah lagi. Dalam hal ini, Kabupaten Raja Ampat memiliki persentase tertinggi di Papua Barat (76,48%). Masih tingginya jumlah penduduk yang sudah tidak bersekolah lagi di Papua Barat ini menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah di Provinsi Papua Barat masih rendah. Kabupaten Sorong Selatan memiliki tingkat partisipasi sekolah paling tinggi yaitu persentase penduduk 29

44 berumur 10 tahun ke atas yang masih bersekolah sebanyak 28,46 persen sedangkan yang terendah di Kabupaten Kaimana sebanyak 19,9 persen. Kabupaten Sorong Selatan juga memiliki Tingkat partisipasi di perguruan tinggi paling tinggi terendah di Kabupaten Teluk Bintuni (0,27%). (4,18%) sedangkan yang Kualitas pendidikan formal dalam masyarakat dapat diukur dari ijazah/sttb tertinggi yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal masyarakat maka tingkat intelektualitas masyarakat juga semakin tinggi. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa komposisi penduduk berumur 10 tahun ke atas di Papua Barat yang tidak memiliki ijazah yaitu sebesar 32,84 persen, berarti dari 100 orang berumur 10 tahun ke atas diantaranya ada sebanyak 32 orang yang tidak memiliki ijazah. Dalam hal ini, Kabupaten Sorong memiliki persentase tertinggi yaitu 41,77 persen sedangkan yang terendah adalah Kota Sorong sebesar 16,85 persen. Gambar 5.1 menunjukkan bahwa persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tamat minimal SMA, tertinggi berada pada Kota Sorong yaitu sebesar 44,48 persen sedangkan yang terendah di Kabupaten Raja Ampat sebesar 10,5 persen. Kualitas pendidikan penduduk suatu tempat selain dilihat dari ijazah terakhir yang dimiliki juga dapat dilihat 30

45 dari ketrampilan minimum yang seharusnya dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan aktivitas baik sosial maupun ekonomi. Ketrampilan minimum ini adalah ketrampilan membaca dan menulis. Kemampuan baca tulis tercermin dalam angka melek huruf, baik huruf latin maupun lainnya yang dimiliki oleh penduduk berumur 10 tahun ke atas. Kota Sorong Kab. Rajaa Ampat Kab. Sorong Kab. Sorong Selatan Kab. Manokwari Kab. Teluk Bintuni Kab. Teluk Wondama Kab. Kaimana Kab. Fakfak Gambar 5.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Formal Minimal SMA Sebanyak 90,37 persen penduduk berumur 10 tahun ke atas mampu membaca dan menulis huruf latin, sedangkan 12,34 persen huruf Arab, 6,04 persen huruf lainnya, dan sisanya sebanyak 9,27 persen penduduk yang buta huruf. Berdasarkan Tabel 5.3 diperoleh informasi bahwa 9,27 persen penduduk tidak mampu membacaa dan menulis atau buta huruf. Sedangkan Persentase buta huruf 31

46 terbesar berada di Kabupaten Manokwari (17,46%) dan terendah di Kota Sorong (1, 18%). Dilihat dari jenis kelamin persentase perempuan yang buta huruf relatif lebih besar jika dibandingkan dengan laki laki yang buta huruf, yaitu masing 11,28 persen dan 7,39 persen (Tabel 5.3). Gambar 5.2 Persentase Penduduk berumur 10 Tahun ke atas Menurut Kemampuan Membaca dan Menulis Huruf Latin Huruf Arab Huruf Lainnya Buta Huruf 32

47 VI. FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA Selain dipengaruhi oleh penolong kelahiran pertama dan terakhir seperti yang telah dibahas dalam bab IV, kesehatan ibu dan anak juga ditentukan oleh umur perkawinan pertama. Umur perkawinan pertama seorang wanita mempengaruhi besar kecilnya risiko melahirkan, semakin muda wanita semakin tinggi resiko yang ditanggung selama mengandung maupun melahirkan, maka semakin tinggi pula resiko keselamatan ibu dan anak. Hal ini disebabkan wanita yang masih muda belum memiliki rahim yang siap untuk pertumbuhan janin atau juga belum siapnya mental dalam menghadapi masa kehamilan dan melahirkan. Begitu juga dengan wanita yang terlalu tinggi usia perkawinan pertama dari yang dianjurkan oleh Program KB, resiko yang dihadapi selama masa kehamilan maupun melahirkan juga tinggi. Tabel 6.1 menunjukkan bahwa sebanyak 50,73 persen dari wanita berumur 10 tahun ke atas di Papua Barat, memiliki usia perkawinan pertama antara tahun. Masih ada wanita di Papua Barat yang menikah di bawah umur 16 tahun (5,96%) dan yang tertinggi persentasenya adalah di Kabupaten Sorong (18,65%). 33

48 Kabupaten Teluk Wondamaa dan Teluk Bintuni menempati posisi tertinggi berikutnya yaitu masing masing 11,32 persen dan 10,61 persen. Sedangkan yang paling kecil persentasenya adalah Kabupaten Fak Fak (3,15%). Kota Sorong Kab. Raja Ampat Kab. Sorong Kab. Sorong Selatan Kab. Manokwari Kab. Teluk Bintuni Gambar 6.1 Kab. Teluk Wondama Persentase Wanita yang Kab. Kaimana Usia Perkawinan Pertama Kurang Kab. Fakfak dari 16 Tahun Tingginya laju pertumbuhan penduduk ditekan melalui program keluarga berencana/kb, dapat yang bertujuan untuk mengatur jarak kelahiran maupun menekan angka kelahiran. Keberhasilan Program KB juga dapat dilihat dari komposisi keluarga yang sedang menggunakan atau pernah menggunakan KB. Tabel 6.2 menunjukkan bahwa sebanyak 55,68 persen dari wanita 34

49 berumur 10 tahun ke atas yang pernah kawin, mereka tidak pernah menggunakan KB, sedangkan 22,56 persen pernah menggunkaan KB, dan 21,76 persen sedang menggunakan KB. Tingginya persentase wanita berumur 10 tahun ke atas yang tidak pernah menggunakann KB menunjukkan bahwa pelaksanaan program KB di Papua Barat belum optimal. Kota Sorong Kab. Raja Ampat Kab. Sorong Kab. Sorong Selatan Kab. Manokwari Kab. Teluk Bintuni Kab. Teluk Wondama Kab. Kaimana Kab. Fakfak Kabupaten Sorong memiliki persentase tertinggi wanita yang pernah menggunakan KB sebesar 35,57 persen dan yang terendah adalah Kabupaten Rajaa Ampat sebesar 9,23 persen Gambar 6.2 Persentase Wanita 10 Tahun Ke Atas dan pernah kawin yang Sedang Menggunakan KB Berdasarkan Gambar 6.2 menunjukkan bahwa Keberhasilan program KB terkadang ditentukan oleh jenis alat kontrasepsi yang digunakan. Ketidakcocokan dan 35

50 cara penggunaan terkadang juga menjadi alasan wanita untuk memilih jenis KB tertentu. Dari wanita yang pernah kawin dan sedang menggunakan KB diperoleh bahwa 56,77 persen diantaranya memilih KB suntik dan 30 persen memilih pil. KB Suntik dan pil dianggap sebagai alat KB yang mudah dan praktis. Gambar 6.3 Persentase Wanita Berdasarkan Alat Kontrasepsi yang Sedang Digunakan Pemakaian KB suntik di Kabupaten Teluk Wondama adalah yang tertinggi jika dibandingkan dengan pemakaian KB suntik di kabupaten/kota lainnya di MOW/ Tubektomi MOP/ Vasektomi AKDR/IUD Suntik Susuk KB mencapai 91,3 persen (Lihat Tabel 6.3), persentase ini Papua Barat. Sedangkan untuk pemakaian KB dengan pil angka tertinggi berada di Kabupaten Teluk Bintuni yaitu sebesar 44,49 persen dan 41,33 persen di kabupaten Sorong Selatan. Pemakaian KB dengan cara tradisional masih tinggi di Kabupaten Manokwari (18,23%). Satu satunya PIL Kondom 36

51 kabupaten/kota yang masih terdapat penggunaan kondom sebagai alat KB adalah Kota Sorong ( 1,7%). Salah satu program keluargaa berencana adalah memiliki dua anak cukup, sehingga keberhasilan program KB dapat dilihat dari jumlah anak yang dilahirkan dari wanita berumur 10 tahun ke atas dengan status pernah kawin. Dari Gambar 6.4 menunjukkan bahwa wanita di Papua Barat yang berumur 10 tahun ke atas dan pernah kawin, paling banyak memiliki anak lahir hidup sebanyak 2 (21,11%). Masih tingginya persentase wanita yang memiliki anak lebih dari 2 menunjukkan belum berhasilnya program keluarga berencana yang dijalankan pemerintah. Hal ini terbukti dengan masih adanya wanita yang memiliki anak dalam jumlah banyak, bahkan lebih dari 10 orang anak lahir hidup (1,12%) Gambar 6.4 Persentasee Wanita berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin Berdasarkan Jumlah Anak 37

52 Berdasarkan Gambar 6.5, diketahui bahwa sebanyak 64, 06 persen wanita di Kabupaten Kaimana memiliki anak lahir hidup paling banyak dua anak. Sedangkan Wanita di Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Teluk Wondama dan Kabupaten Fak Fak, lebih banyak yang memiliki anak lahir hidup lebih dari 2 anak. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kaimana lebih bisa dikendalikan dari pada di kabupaten/kota lainnya di Papua Barat. Gambar 6.5 Persentase Wanita berumur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin Berdasarkan kelompok Jumlah Anak Lahir Hidup Kota Sorong Kab. Raja Ampat Kab. Sorong Kab. Sorong Selatan Kab. Manokwari Kab. Teluk Bintuni Kab. Teluk Wondama Kab. Kaimana Kab. Fakfak >2 <=2 Wanita dalam usia subur (WUS) adalah wanita dengan kelompok umur antara tahun karena pada 38

53 usia tersebut kemungkinan wanita untuk melahirkan anak cukup besar. Wanita usia subur(wus) dan Pasangan Usia Subur (PUS) bagi yang berstatus kawin memiliki potensi untuk menambah jumlah anak yang dilahirkan. Semakin banyak WUS atau PUS ini maka peluang banyaknya anak yang dilahirkan juga semakin tinggi. Rata rata anak yang lahir hidup dari wanita di Papua Barat yang berumur tahun memiliki angka tertinggi jika dibandingkan dengan kelompok umur lainnya yaitu sebesar 4,14 (Lihat Tabel 6.7). Sedangkan Secara keseluruhan, wanita di Papua Barat yang berumur antara tahun rata rata jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 2,54. Berdasarkan Gambar 6.6 menunjukkan bahwa kelompok umur tahun memiliki rata rata jumlah anak yang paling banyak (4,14). Sedangkan rata rata terendah anak yang dilahirkan ada pada kelompok umur tahun (0,63). Jika dilihat dari Gambar 6.6, dapat dikatakan bahwa dari kelompok umur sampai 40 44, rata rata jumlah anak lahir hidup cenderung semakin banyak, tetapi pada kelompok umur mengalami penurunan rata rata menjadi 3,87. 39

54 Gambar 6.6 Komposisi Wanita Berumur Tahun Menurut Rata Rata Jumlah Anak Lahir Hidup 40

55 VII. PERUMAHAN Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, selain kebutuhan sandang dan pangan. Kebutuhan tempat tinggal atau rumah akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang ada. Kemakmuran penduduk dapat dilihat dari kondisi rumah atau tempat tinggal yang ditempati. Informasi mengenai perumahan dinilai sangat penting untuk mengetahui sejauh mana masyarakat menikmati rumah atau tempat tinggal dan sejauh apa kondisi rumah yang dimiliki masyarakat guna mengetahui tingkat kemakmuran. Kor Susenas 2008 memberikan beberapa informasi penting mengenai perumahan diantaranya adalah : luas lantai, jenis atap terluas, jenis lantai terluas, jenis dinding terluas, hal hal yang menyangkut air minum, sanitasi, dan fasilitas komunikasi. Kondisi dan kualitas rumah menunjukkan tingkat kesejahteraan sosial ekonomi rumah tangga, dimana semakin baik kondisi rumah maka semakin baik tingkat kesejahteraan rumah tangga. Salah satu hal yang dilihat dari kondisi perumahan adalah luas lantai, dimana semakin luas lantai rumah maka kesempatan untuk 41

56 memiliki rumah sehat semakin besar. Luas lantai rumah yang sempit cenderung menjadikan rumah tidak sehat karena banyak hal, seperti keterbatasan udara bersih yang mengalir ke dalam. Kamar yang lapang tentunya akan menciptakan dibandingkan dengan kamar yang sempit. Berdasarkan Gambar 7. 1 menunjukkan bahwa rumah tangga di Papua Barat paling banyak memiliki luas lantai rumah antara 20 meter persegi. Tabel 7.1 menunjukkan bahwa sebanyak 75,95 persen rumah tanggaa di Kabupaten Sorong Selatan memiliki luas lantai antara meter persegi, angka ini adalah yang tertinggi di lainnya di Papua Barat. Gambar 7.1 Persentase Rumah Tangga di Papua Barat Menurut Luas Lantai Rumah StatKesRa Provinsi Papua Barat 2008 kenyamanan bagi penghuninya 49 meter persegi (55,59%), dan 2,62 persen lebih dari antara kabupaten/kota yang <= jika 42

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cirebon 2012 Kerjasama : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cirebon Dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cirebon

Lebih terperinci

pareparekota.bps.go.id

pareparekota.bps.go.id INDIKATOR SOSIAL KOTA PAREPARE TAHUN 2015 ISSN : 2460-2450 Nomor Publikasi : 73720.1503 Katalog BPS : 4102004.7372 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 87 Naskah : Seksi Statistik Sosial BPS Kota

Lebih terperinci

Penduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup:

Penduduk: Usia: Status Perkawinan: Anak Lahir Hidup: Penduduk: Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Katalog :

Katalog : Katalog : 4102004.7372 KATA PENGANTAR Penyusunan buku Indikator Sosial Kota Parepare 2013 ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tingkat kesejahteraan yang telah dicapai di Kota Parepare, dan sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan tahunan yang diselenggarakan BPS untuk memenuhi kebutuhan data sosial ekonomi. Data yang dihasilkan Susenas Kor

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG ISBN : 979.486.906.6 No. Publikasi : 3273.0608 Katalog BPS : 4716.3273 Ukuran Buku : 28,0 x 21,5

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

I. KETERANGAN TEMPAT. 1 Provinsi. 2 Kabupaten/Kota *) 3 Kecamatan. 4 Desa/Kelurahan *) 5 Klasifikasi desa/kelurahan 1. Perkotaan 2.

I. KETERANGAN TEMPAT. 1 Provinsi. 2 Kabupaten/Kota *) 3 Kecamatan. 4 Desa/Kelurahan *) 5 Klasifikasi desa/kelurahan 1. Perkotaan 2. RAHASIA VSENP09.K Dibuat set untuk BPS Provinsi SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2009 KETERANGAN POKOK RUMAH TANGGA DAN ANGGOTA RUMAH TANGGA [ SUSENAS PANEL MARET 2009 ] BADAN PUSAT STATISTIK I. KETERANGAN

Lebih terperinci

4203002 2 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 PROFIL KESEHATAN ffiu DAN ANAK 2012 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 ISSN: 2087-4480 No. Publikasi: 04230.1202 Katalog BPS: 4203002 Ukuran Buku: 18,2 cm x

Lebih terperinci

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat gambaran umum tentang keadaan kesejahteraan di Kabupaten

Lebih terperinci

http:\\anambaskab.bps.go.id http:\\anambaskab.bps.go.id STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2015 ISSN : - Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm Jumlah Halaman : x + 119 halaman Naskah

Lebih terperinci

RINGKASAN DARI BLOK IV Banyaknya ART Banyaknya ART umur 0-4 th Banyaknya ART umur 10+ th

RINGKASAN DARI BLOK IV Banyaknya ART Banyaknya ART umur 0-4 th Banyaknya ART umur 10+ th NAME LABEL VALUE LABELS BLOK I KETERANGAN TEMPAT B1R1 Propinsi B1R2 Kabupaten/kota B1R3 Kecamatan B1R4 Desa/Kelurahan B1R5 Klasifikasi desa/kelurahan 1. Perkotaan 2. Perdesaan B1R6 Letak geografis desa/kelurahan

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631)

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) Katalog BPS : 4101014.1204 Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) 371082 PERKEMBANGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN TAHUN 2010-2011 PERKEMBANGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2011 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1205 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2010 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2010 ISSN : 2089-1652 No. Publikasi/Publication Number : 91522.1105 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100

Lebih terperinci

madiunkota.bps.go.id

madiunkota.bps.go.id Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Madiun Tahun 2015 Nomor Publikasi : 35770.1610 Katalog BPS : 3101001.3577 Naskah oleh : Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit oleh : Seksi Statistik Sosial Diterbitkan

Lebih terperinci

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (KOR)

Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (KOR) Katalog Datamikro - Badan Pusat Statistik Indonesia - Survei Sosial Ekonomi Nasional 2015 Maret (KOR) Laporan ditulis pada: January 28, 2016 Kunjungi data katalog kami di: http://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan merupakan Kabupaten urutan ke-13 dari 14 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Katalog BPS : 4103.7371 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR KATA PENGANTAR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2015 disusun sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Katalog BPS: Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: Katalog BPS: 2204009 Katalog BPS: 2204009 PROFIL MIGRAN HASIL SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2011 2012 ISBN : 978-979-064-620-9 Katalog BPS : 2204009 No. Publikasi : 04140.1301 Ukuran Buku : 17,6 cm

Lebih terperinci

Katalog BPS: TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG

Katalog BPS: TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG Katalog BPS: 4716.3204 SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2010 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG DENGAN BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 SURVEI SOSIAL EKONOMI DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 ISBN : 979 486 6199 Nomor Publikasi : 3204.1136 Nomor Katalog : 4716.3204 Ukuran Buku Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : 172 + ix Naskah Gambar kulit

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

STATISTIK SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

STATISTIK SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 Katalog : 4101014.53 STATISTIK SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR ht tp :// n tt.b ps.g o. id TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR ps.b tt tp :// n ht id o..g

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi. Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung

Data Sosial Ekonomi. Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2008 (Publikasi Hasil SUSEDA 2008) Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung dengan Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung Data Sosial

Lebih terperinci

SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2008 KETERANGAN POKOK RUMAH TANGGA DAN ANGGOTA RUMAH TANGGA [ SUSENAS JULI 2008 ]

SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2008 KETERANGAN POKOK RUMAH TANGGA DAN ANGGOTA RUMAH TANGGA [ SUSENAS JULI 2008 ] BADAN PUSAT STATISTIK VSEN008.K Dibuat set untuk BPS Kab/Kota RAHASIA SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 008 KETERANGAN POKOK RUMAH TANGGA DAN ANGGOTA RUMAH TANGGA [ SUSENAS JULI 008 ] I. KETERANGAN TEMPAT

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014 Kabupaten Pinrang 1 Kabupaten Pinrang 2 Kata Pengantar I ndikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Kabupaten Pinrang tahun 2013 memuat berbagai indikator antara lain: indikator Kependudukan, Keluarga Berencana,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102004.1306 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Padang Pariaman 2013 ii INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN PADANG PARIAMAN 2013 Katalog BPS : 4102004.1306 No ISBN :

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 No. Publikasi : 5371.1012 Katalog BPS : 4103.5371 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : 122 Halaman

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN PESISIR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1421 Katalog BPS : 1101001.2102.063 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12

Lebih terperinci

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu

Lebih terperinci

DATA KULON. kulonprogokab.bps.go.id MENCERDASKAN BANGSA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KULON PROGO BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KULON PROGO

DATA KULON. kulonprogokab.bps.go.id MENCERDASKAN BANGSA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KULON PROGO BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KULON PROGO Katalog : 4101002.3401 STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO s. go..b p go ka b on pr o ku l tp :// ht MENCERDASKAN BANGSA STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO 2015 DATA

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 3 ISSN: 2085-6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 86 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

http://www.papuabarat.bps.go.id

http://www.papuabarat.bps.go.id INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2012 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2012 ISSN : 2089-1652 No. Publikasi/Publication Number : 91522.1305 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat saat ini adalah masih tingginya angka kemiskinan dan

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2011 ISSN. 2086 1036 No Publikasi : 04220.1202 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 28 Cm x 21 Cm Jumlah Halaman : xviii + 148 Halaman Naskah : Subdirektorat Statistik Pendidikan

Lebih terperinci

Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Blitar Tahun 2015 Nomor Publikasi : 35052.1647 Katalog BPS : 4101002.3505 Naskah Oleh : Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit Oleh : Seksi Integrasi Pengolahan dan

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN

KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN KATALOG BPS1101002.1103031 BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN KLUET TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KLUET TIMUR 2015 ISSN : No. Publikasi : Katalog BPS : 1101002.1103031

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA INDONESIA

LAMPIRAN DATA INDONESIA LAMPIRAN DATA LAPORAN NEGARA PIHAK SESUAI PASAL 44 KONVENSI LAPORAN PERIODIK KETIGA DAN KEEMPAT NEGARA PIHAK TAHUN 2007 INDONESIA - 1 - DAFTAR TABEL DAN GRAFIK TABEL Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG KATALOG BPS : 4013.6474 2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bontang Badan Pusat Statistik Kota Bontang INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia pada tahun 2013 mengalami peningkatan lebih tinggi dari perkiraan dua tahun yang lalu. Jumlah penduduk dunia pada bulan Juli 2013 mencapai

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Badan Pusat Statistik (2010) mencatat jumlah

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

Profil LANSIA Jawa tengah 2014

Profil LANSIA Jawa tengah 2014 Katalog BPS : 4201003.33 Profil LANSIA Jawa tengah 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH PROFIL LANSIA JAWA TENGAH 2014 ISSN : 2407-3342 Nomor Publikasi : 33520.1511 Katalog BPS : 4104001.33

Lebih terperinci

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

Buku V SUSENAS (SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL) PANEL MARET 2008 PEDOMAN PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN (KONSISTENSI) BADAN PUSAT STATISTIK - JAKARTA

Buku V SUSENAS (SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL) PANEL MARET 2008 PEDOMAN PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN (KONSISTENSI) BADAN PUSAT STATISTIK - JAKARTA Buku V SUSENAS (SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL) PANEL MARET 2008 PEDOMAN PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN (KONSISTENSI) BADAN PUSAT STATISTIK - JAKARTA DAFTAR ISI Halaman BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Umum 1 1.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, tercatat saat ini jumlah penduduk sebanyak 237,6 juta jiwa (menurut sensus 2010) dan laju

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2008 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2008 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2008 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2008 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2008 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.0913 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Katalog BPS : 4102004.8172 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MALUKU TENGGARA Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Tahun 2012 ISSN : 0216.4769 Katalog BPS

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 Kerjasama Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

prancis Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bengkalis 2016 No. Publikasi: 14080.1620 Katalog: 4101002.1408 Ukuran Buku: 25,7 cm x 18,2 cm Jumlah Halaman: xi + 117 halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial

Lebih terperinci

DISTRIK FAFURWAR DALAM ANGKA 2013 DATARAN FAFURWAR DISTRICT IN FIGURES, 2013 Nomor Katalog / Catalog Number : 1102001.9104010 Nomor Publikasi / Publication Number : 9104.13.20 Ukuran Buku / Books Size

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Umum Dalam pelaksanaan tugasnya, Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral maupun lintas sektoral. Untuk melihat keadaan,

Lebih terperinci

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia pada hakekatnya merupakan mahluk Tuhan yang sangat kompleks, dimana secara hirarki penciptaan manusia dilatarbelakangi adanya asal usul manusia sebagai mahluk yang

Lebih terperinci

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 2.6 terhadap PUS umur terhadap PUS 40-49 Umur 40-49 1 Bengkulu Selatan 2,7 3,8 2 Rejang Lebong 3,6 4,7 3 Bengkulu Utara 3,6 5,3 4

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2013

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2013 BADAN PUSAT STATISTIK Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2013 ABSTRAKSI Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas tersedianya data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan sektoral

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS STIKES HANG TUAH SURABAYA

FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS STIKES HANG TUAH SURABAYA FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS STIKES HANG TUAH SURABAYA A. DATA DASAR KELUARGA 1. Nama Kepala Keluarga :... 2. Umur :... 3. Agama :... 4. Pendidikan :... 5. Pekerjaaan :... 6. Suku :...

Lebih terperinci

SITUASI LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017 STRUKTUR UMUR PENDUDUK INDONESIA TAHUN ,11 GAMBAR III. PRESENTASE PENDUDUK LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017

SITUASI LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017 STRUKTUR UMUR PENDUDUK INDONESIA TAHUN ,11 GAMBAR III. PRESENTASE PENDUDUK LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017 SITUASI LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017 Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan membawa dampak positif maupun negatif. Berdampak positif, apabila penduduk lansia berada dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 1 ISSN: 2085 6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 22 cm x 16,5 cm Jumlah Halaman : 96 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

BUKU 1D ANAK 0-36 BULAN

BUKU 1D ANAK 0-36 BULAN IR, POS, MAA, IM, NA, US, CP SURVEI PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN BUKU 1D ANAK 0-36 BULAN ID ANAK 0-36 BULAN 4 Responden adalah ibu kandung atau pengasuh dari semua anak umur 0-36 bulan yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA LAMPIRAN 1. DAFTAR PARAMETER DASAR KEPENDUDUKAN TINGKAT NASIONAL, PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA No Tabel A KUANTITAS 1 Jumlah penduduk Banyaknya orang yang sudah SP (2000, SP (2000, SP (2000, BPS Sensus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

KATALOG BPS :

KATALOG BPS : KATALOG BPS : 3101013.6303 i INDIKATOR SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 No. Publikasi : 63030.1724 Katalog BPS: 3101013.6303 Ukuran Buku: 17.60 cm x 25.00 cm Jumlah Halaman: xiv +

Lebih terperinci

Kecamatan Selat Nasik

Kecamatan Selat Nasik Katalog BPS: 1101001.1902063 Statistik Daerah Kecamatan Selat Nasik 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BELITUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SELAT NASIK 2015 ISSN : 2407-2869 No. Publikasi : 19020.1507

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS KESEHATAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS KESEHATAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS KESEHATAN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR Oleh AUDDIE VIENEZA M. NRP 1310030043 DOSEN PEMBIMBING Dr. Vita Ratnasari,M.Si DOSEN PENGUJI Dr. Dra. Ismaini

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2013 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2013 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1405 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

ii prancis Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bengkalis 2016/2017 ISBN: 978-602-8258-39-5 No. Publikasi: 14080.1713 Katalog: 4101002.1408 Ukuran Buku: 25,7 cm x 18,2 cm Jumlah Halaman: xiv + 166

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU 2016 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU 2016 ISBN : Nomor Publikasi : 81040.1603 Katalog BPS : 4102004.8104 Ukuran Buku : 21,5 x 15,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penghitungan Indeks/Indikator

Lebih terperinci