ELASTISITAS PENAWARAN TENAGA KERJA INTENSIVE MARGIN DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ELASTISITAS PENAWARAN TENAGA KERJA INTENSIVE MARGIN DI INDONESIA"

Transkripsi

1 ELASTISITAS PENAWARAN TENAGA KERJA INTENSIVE MARGIN DI INDONESIA Dw Hasmdyan Emal : dw.hasmdyan@gmal.com ABSTRACT Ths research provded the ntensve margn elastcty of labor supply theory, that was to fnd out the change n hours of work n response to a wage change. Ths research was also to fnd out the nfluence of labor wage change to an hours of work change based on age, educaton and the regon n Indonesa. The data for collectng was secondary data from Bureau of Statstc n year , that consst of hours of work rate and the wage rate based on age, educaton and the regon n Indonesa. The analyss method used n ths research was a model of constant elastcty usng SPSS program. The ntensve margn elastcty of labor supply based on age was 0.019, and 0.045, educaton was 0.039, and mean whle based on the regon was 0.022, and Then the total of the ntensve margn elastcty of labor supply was The varable of response n wage change was postve and sgnfcant to the change n hours of work. The result from the estmate of the ntensve margn elastcty of labor supply n Indonesa was nelastc, t means that the ncreasng of hours of work was not senstve to the ncreasng of labor wage. The postve correlaton n each elastcty coeffcent showed that the substtuton effect was bgger than the ncome effect, t means that the ncrease n wage nfluenced the ncrease n labors s hours of work. Keywords : Hours of work, Wage, Intensve Margn, Elastcty of Labor Supply. PENDAHULUAN Elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn mengukur sejauh mana tenaga kerja merespon perubahan dalam tngkat upah atas jam kerja yang akan dtawarkan pada jangka waktu tertentu (Tutor2u, 2008). Menurut Borjas (2005: 45) elaststas penawaran tenaga kerja merupakan persentase perubahan pada jam kerja yang dhubungkan dengan satu persen perubahan pada tngkat upah. Kuroda dan Yamamoto (2007: 2-3) menyatakan bahwa perubahan d dalam penawaran tenaga kerja dapat dpsahkan ke dalam dua perlaku penawaran tenaga kerja yatu extensve margn dan ntensve margn. Extensve margn mengndkaskan pekerja yang keluar masuk pasar kerja sebaga respon atas perubahan upah dan ntensve margn mengndkaskan perubahan dalam jam kerja sebaga respon atas perubahan upah. 1

2 Peneltan n lebh spesfk pada masalah elaststas penawaran tenaga kerja dengan konsep ntensve margn yatu menelt elaststas penawaran tenaga kerja dengan mengestmas perubahan dalam jam kerja sebaga respon atas perubahan upah. Peneltan n dfokuskan pada elaststas penawaran tenaga kerja khususnya penawaran tenaga kerja berdasarkan kelompok umur, penddkan dan daerah d Indonesa. Dengan demkan peneltan n mencoba untuk mengetahu elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn d Indonesa, secara rnc sebaga berkut : 1. Bagamana elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn berdasarkan kelompok umur d Indonesa. 2. Bagamana elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn berdasarkan penddkan d Indonesa. 3. Bagamana elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn berdasarkan daerah d Indonesa. 4. Bagamana mplkas perbedaan elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn antar kelompok umur, antar penddkan dan antar daerah d Indonesa. TINJAUAN PUSTAKA Penawaran Tenaga Kerja Setap orang mempunya waktu yang tetap yatu 24 jam sehar yang dgunakan untuk waktu kerja dan waktu non kerja (lesure). Plhan tenaga kerja dalam mengalokaskan waktu antara waktu kerja dan waktu non kerja (lesure) akan menempatkan beberapa tngkat mbalan (upah) yang dharapkan oleh tenaga kerja (Ehrenberg dan Smth, 2003: 168). Hubungan antara jam kerja dan upah berbentuk parabola, yatu bahwa pada mulanya menngkatnya jam kerja akan dkut dengan menngkatnya upah. Namun akhrnya dcapa suatu ttk maksmal yang kemudan penngkatan jam kerja justru dsusul dengan penurunan upah. Hubungan antara jam kerja dan upah dsebut kurva penawaran tenaga kerja. Pekerja tdak akan bekerja jka upah yang dtawarkan berada d bawah upah reservas. Seseorang akan mula memasuk pasar kerja jka upah yang dtawarkan melebh dar upah reservas. Pada tngkat upah d atas upah reservas, kurva penawaran tenaga kerja memlk slope postf, namun pada ttk tertentu, stuas berubah dan jumlah jam kerja yang dtawarkan semakn berkurang pada saat upah menngkat yang mengakbatkan slope kurva penawaran tenaga kerja menjad negatf. Kurva sepert n dsebut backward-bendng labor supply curve (Borjas, 2005: 42-44) atau kurva penawaran tenaga kerja melengkung ke belakang. Besarnya penyedaan waktu bekerja sehubungan dengan perubahan tngkat upah sepert yang dtunjukkan oleh grafk fungs penawaran tenaga kerja berkut : 2

3 Upah ($) 25 S 3 20 S 2 13 S Jam Kerja Gambar 1 Kurva Penawaran Tenaga Kerja Sumber : Borjas (2005: 44) Pada gambar tersebut terlhat bahwa, pada tngkat upah tertentu, penyedaan jam kerja bertambah apabla tngkat upah bertambah (dar S 1 ke S 2 ), setelah mencapa tngkat upah tertentu ($20) pertambahan upah justru mengurang waktu yang dsedakan untuk keperluan bekerja karena mengngnkan lesure (dar S 2 ke S 3 ). Hal n lah yang dsebut dengan backward bendng supply curve. Ttk S 2 dsebut ttk belok dan tngkat upah $20 dsebut tngkat upah krts. Menurut McConell, et al (2007: 24) bla tngkat upah menngkat maka harga relatve lesure juga akan menngkat. Naknya tngkat upah berart penambahan penghaslan. Dengan status ekonom lebh tngg, seseorang cenderung untuk menngkatkan konsums dan menkmat waktu senggang lebh banyak yang berart mengurang jam kerja. Perubahan yang terjad pada jam kerja sebaga akbat perubahan dalam pendapatan dsebut Income Effect. Nla waktu kerja yang lebh tngg mendorong seseorang mensubttuskan waktu senggangnya untuk lebh banyak bekerja. Menngkatnya jumlah jam kerja yang dngnkan seseorang berart akan mengurang waktu senggangnya. Penambahan waktu bekerja tersebut dnamakan Substtuton Effect dar kenakan tngkat upah. 3

4 Pendapatan (per har) W 2 u 2 W u 2 I 2 W 1 u 1 Net effect Income efffect I 1 Subttuton effect 0 h 2 h 1 h 2 H Waktu Luang Bekerja Gambar 2 Efek Pendapatan dan Efek Subttus pada Suatu Kenakan Tngkat Upah Sumber : McConnel, et al (2007: 27) Bla dlhat dar gambar d atas dasumskan lesure adalah barang normal, adanya kenakan upah tdak saja mengakbatkan pendapatan ndvdu menngkat, tetap harga relatf juga mengalam perubahan. Harga waktu non pasar menjad lebh mahal. Indvdu melakukan substtus, yatu membel lebh sedkt waktu non pasar dgant dengan jumlah jam kerja, sehngga jam kerja menngkat dar h 1 menjad h 2. Efek substtus murn menambah jam kerja sebesar h 2 -h 2. Sebalknya dengan naknya pendapatan, ndvdu mampu membel waktu non pasar lebh banyak, sehngga efek pendapatan mengurang jam kerja sebesar h 1 -h 2. Efek neto dar efek pendapatan dan efek substtus secara bersama-sama menambah jam kerja yang dtawarkan sebesar h 1 -h 2 (McConell, et al 2007: 25). Dengan demkan, pertambahan tngkat upah akan mengakbatkan pertambahan jam kerja bla substtuton effect lebh besar dar ncome effect, sebalknya kenakan tngkat upah akan mengakbatkan pengurangan waktu kerja bla substtuton effect lebh kecl darpada ncome effect. Hubungan Penddkan -Umur Penghaslan Teor Human Captal yang dkemukakan oleh Kaufman dan Hotchkss (2006: 326) menjelaskan tentang nvestas d bdang penddkan. Gambar 3 menunjukkan penghaslan yang berbeda pada tngkat penddkan yang berbeda. Untuk penddkan sekolah menengah 4

5 dengan lama penddkan 12 tahun yatu pada umur 18 tahun alran penghaslan berada pada gars A. Penddkan S1 dengan lama penddkan 16 tahun yatu pada umur 22 tahun alran penghaslannya dgars B. Tngkat penddkan S2 dengan lama penddkan 18 tahun yatu pada umur 24 tahun alran penghaslannya dgars C, untuk lebh jelasnya dapat dlhat pada Gambar 3 berkut : Rata-rata Penghaslan S2 (C) S1 (B) Sekolah Menengah (A) Umur Gambar 3 Profl Umur-Penghaslan dengan Tngkat Penddkan Sumber: Kaufman dan Hotchkss (2006: 327) Dar gambar d atas dapat dsmpulkan bahwa semakn lama penddkan serng dengan penngkatan umur maka akan menngkatkan alran penghaslan yang dterma tenaga kerja. Elaststas Penawaran Tenaga Kerja Intensve Margn Intensve margn mengacu pada berapa banyak atau sedkt jam yang dgunakan untuk bekerja sebaga jawaban atas suatu perubahan d dalam upah pada ndvdu yang masuk pasar kerja tersebut. Pekerja dengan upah yang lebh tngg lebh sedkt merespon dbandngkan dengan pekerja dengan upah yang rendah terhadap perubahan dalam tngkat upah. Dalam art pekerja dengan upah tngg memlk jam kerja yang lebh sedkt dbandngkan dengan pekerja dengan upah yang lebh rendah. Pekerja dengan upah yang lebh tngg cenderung mempunya penddkan yang lebh bak dbandngkan dengan pekerja dengan upah yang rendah, n karena mereka pada umumnya mempunya kesempatan memperoleh penddkan yang lebh bak ketka mereka mash muda (Palgrave, 2009: 1). Sebaga tambahan pekerja dengan upah yang tngg cenderung tertark dengan pekerjaan yang lebh menark dan menantang karena mereka mempunya penddkan yang 5

6 lebh bak. Sebaga konsekuens, bukan suatu hal yang mengejutkan bahwa pekerja dengan upah yang tngg pada pekerjaan yang menantang sepert pekerja d perusahaan pertambangan mempunya jam kerja yang tngg pula (Palgrave, 2009: 1). Selanjutnya untuk mengestmas elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn, terdapat beberapa metode dar beberapa ahl yang dapat dgunakan dar metode yang palng sederhana hngga yang relatf kompleks, yatu: a. Metode Deskrptf Untuk mengetahu atau melhat elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn dgunakan konsep elaststas, menurut Borjas (2005: 45) secara matemats konsep elaststas penawaran tenaga kerja dnyatakan sebaga berkut : h / h w/ w Dmana : = Elaststas penawaran tenaga kerja. h = Jam kerja. w = Tngkat upah. Δh = Perubahan jam kerja. Δw = Perubahan tngkat upah. Elaststas penawaran tenaga kerja merupakan persentase perubahan pada jam kerja yang dhubungkan dengan 1 persen perubahan pada tngkat upah. Tanda elaststas penawaran tenaga kerja tergantung apakah kurva penawaran tenaga kerja mempunya kecondongan menak ( h / w 0 ) atau menurun ( h / w 0 ). Ketka elaststas penawaran tenaga kerja lebh kecl dar satu pada nla mutlak, kurva penawaran tenaga kerja dsebut nelasts. Dengan kata lan secara relatf sedkt perubahan pada jam kerja karena perubahan yang dtentukan pada tngkat upah. Jka elaststas penawaran tenaga kerja lebh besar dar satu pada nla mutlak, menandakan bahwa jam kerja sangat dpengaruh oleh perubahan pada tngkat upah, maka kurva penawaran tenaga kerja dsebut elasts. Menurut Kuroda dan Yamamoto (2007:5) yang mengestmas Frsch elastcty of Labor Supply yatu elaststas dar jam kerja pada tngkat upah yang member margnal utlty dar konsums tetap, mendefnskan elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn sebaga berkut: f ht w t h w h ( pt, wt, xt, t w t ) Dmana : ht : perubahan dalam jam kerja w t : perubahan dalam tngkat upah : harga barang konsumen p t w t : upah rl 6

7 x t t : karakterstk ndvdual : margnal utlty of wealth Elaststas n mengekspreskan perubahan margnal dalam jam kerja karena perubahan margnal dalam upah d perode t. b. Model Elaststas Konstan Menurut Nachrow dan Usman (2006: 65) ada berbaga model yang merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner menjad model lner. Salah satu model tersebut adalah Model Log-Log atau serng juga dsebut Model Double Log atau Model Elaststas Konstan. Model Log-Log n terbentuk melalu transformas logartma dar model tdak lner sehngga ddapat model yang lner. Proses transformas tdak begtu rumt, sepert yang dapat dlhat pada lustras d bawah n. Menurut Borjas (2005: 45-46) secara khusus model regres yang khas untuk mengestmas elaststas penawaran tenaga kerja adalah: h w V varabel lan Dmana : h w V : jumlah jam kerja ndvdu : tngkat upah yang ddapatkan : nonlabor ncome : koefsen pengukur dampak penngkatan upah atas jam kerja : koefsen pengukur dampak kenakan dalam nonlabor ncome Model Neo-Klask menyratkan bahwa koefsen tergantung apakah efek pendapatan atau efek subttus yang mendomnas. Secara khusus negatf jka efek pendapatan mendomnas dan postf jka efek substtus mendomnas. Teor n menyratkan bahwa koefsen akan negatf karena tenaga kerja dengan level non labor ncome yang tngg mengkonsums lebh banyak lesure (dasumskan lesure adalah barang normal). Estmas dar koefsen kemudan dgunakan untuk mengestmas elaststas tenaga kerja ntensve margn. Transformas model d atas ke dalam bentuk logartma, akan menghaslkan model sebaga berkut : ln h ln 0 1 ln w e Dmana : h : jam kerja tenaga kerja 0 : konstanta 1 w : elaststas penawaran tenaga kerja : upah 7

8 1 ln : d ln h /d ln w : logartma natural Dar bentuk persamaan d atas dapat terlhat bahwa model yang baru ddefnskan tersebut tdak ubahnya sepert model regres lner dengan varabel dan parameter yang berbentuk lner. Dengan demkan, ln 0 dan 1 dapat dtaksr dengan menggunakan metode yang sama untuk mengestmas parameter regres sederhana, yatu OLS (Ordnary Least Square). Metode n akan menghaslkan serangkaan elaststas penawaran tenaga kerja yang lebh stabl dbandngkan dengan metode deskrptf dan memungknkan kta apakah jumlah yang dhaslkan sgnfkan atau tdak secara statstk. Oleh karena tu, berkenaan dengan tujuan peneltan, metode regres OLS nampaknya memberkan hasl yang lebh bak darpada metode deskrptf. METODE PENELITIAN Peneltan n dlakukan d Indonesa dengan objek peneltan tenaga kerja d Indonesa berdasarkan data Surve Angkatan Kerja Nasonal (SAKERNAS) tahun Dengan konsep ntensve margn yakn menghtung elaststas penawaran tenaga kerja dengan cara menghtung raso antara rata-rata jam kerja berdasarkan kelompok umur, penddkan dan daerah d Indonesa dengan rata-rata upah berdasarkan kelompok umur, penddkan dan daerah d Indonesa. Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder yang bersumber dar data Surve Angkatan Kerja Nasonal (SAKERNAS) dan Keadaan Pekerja/ Karyawan d Indonesa dar Badan Pusat Statstk (BPS). Data dalam peneltan n dambl berdasarkan runtut waktu (tme seres) mula dar tahun 1997 sampa tahun Data yang dkumpulkan adalah data rata-rata jam kerja semnggu yang lalu dan rata-rata upah/ gaj bersh selama sebulan menurut kelompok umur, penddkan dan daerah d Indonesa tahun Berkut n adalah beberapa pengertan rngkas mengena konsep-konsep yang dpaka dalam peneltan n : 1. Upah adalah rata-rata upah/ gaj bersh yang dterma oleh buruh/ karyawan/ pegawa selama sebulan. 2. Jam kerja adalah rata-rata jam kerja yang dlakukan buruh/ karyawan/ pegawa selama sebulan. 3. Kelompok umur dkategorkan menjad tga kelompok yatu (1) tahun, (2) dan (3) > 55 tahun 8

9 4. Penddkan dkategorkan menjad tga kelompok yatu : (1) SLTP ke bawah, (2) SLTA, dan (3) Dploma dan Unverstas. 5. Daerah dkategorkan menjad tga kelompok yatu (1) daerah Indonesa Bagan Barat; Sumatera dan Kalmantan, (2) daerah Jawa, (3) daerah Indonesa Bagan Tmur; Sulawes dan lannya. 6. Elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn adalah persentase perubahan dalam penawaran tenaga kerja ndvdu (jam kerja tap pekerja) sebaga respon atas perubahan upah pada suatu tngkat upah yang dberkan pada berbaga kelompok umur, tngkat penddkan dan daerah. Untuk menganalss elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn berdasarkan kelompok umur, penddkan dan daerah dgunakan metode kualtatf dan kuanttatf yatu menghtung elaststas penawaran tenaga kerja dan melakukan analss varans. Estmas elaststas dapat dhtung dengan menggunakan Model Elaststas Konstan dar varabel jam kerja dan tngkat upah yang dnyatakan dengan tga model elaststas berkut n: 1. Model elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn dengan memperhatkan varabel upah berdasarkan kelompok umur ln hage ln 0 1 ln w age e 2. Model elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn dengan memperhatkan varabel upah berdasarkan penddkan. ln hedu ln 0 1 ln w edu e 3. Model elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn dengan memperhatkan Dmana : varabel upah berdasarkan daerah. ln hreg ln 0 1 ln w reg e h age : jam kerja tenaga kerja berdasarkan kelompok umur h edu : jam kerja tenaga kerja berdasarkan penddkan h : jam kerja tenaga kerja berdasarkan daerah reg 0 : konstanta 1 : koefsen elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn d ln h dh / h 1 : d ln w dw/ w w : upah berdasarkan kelompok umur age w edu : upah berdasarkan penddkan w : upah berdasarkan daerah reg (1) (2) (3) 9

10 ln e : logartma natural : error term Penentuan tngkat elaststas dlhat dar nla elaststas. Jka nla elaststas kurang dar satu maka elaststas penawaran tenaga kerja bersfat nelasts, artnya perubahan jumlah jam kerja tdak senstf merespon perubahan upah. Jka nla elaststas lebh besar dar 1 maka dapat dnyatakan elaststas penawaran tenaga kerja bersfat elasts, artnya perubahan jumlah jam kerja peka atau senstf merespon perubahan upah. Untuk menguj rata-rata populas yang ndependen, salah satu teknk statstk yang dpaka adalah analss varans. Dalam peneltan n akan dlakukan uj rata-rata htung elaststas bak antar kelompok umur, antar penddkan, antar daerah maupun antar varabel yang dtelt secara keseluruhan. Maka hpotess statstk untuk menguj rata-rata htung elaststas tersebut adalah sebaga berkut : a. Uj rata-rata htung elaststas antar kelompok umur Ho : Ha :, dmana = 1,2,3 j Ho menyatakan bahwa tdak terdapat perbedaan rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja antar kelompok umur, sedangkan Ha menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja antar kelompok umur. b. Uj rata-rata htung elaststas antar penddkan Ho : a b Ha :, dmana = a,b,c j c Ho menyatakan bahwa tdak terdapat perbedaan rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja antar penddkan, sedangkan Ha menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja antar penddkan. c. Uj rata-rata htung elaststas antar daerah Ho : x y Ha :, dmana = x,y,z j z Ho menyatakan bahwa tdak terdapat perbedaan rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja antar daerah, sedangkan Ha menyatakan bahwa terdapat perbedaan ratarata htung elaststas penawaran tenaga kerja antar daerah. d. Uj rata-rata htung elaststas antar varabel yang dtelt Ho : age edu reg 10

11 Ha :, dmana = age,edu,reg j Ho menyatakan bahwa tdak terdapat perbedaan rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja antar varabel yang dtelt, sedangkan Ha menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja antar varabel yang dtelt. Keterangan notas : j = Rata-rata htung elaststas antar kelompok umur, antar penddkan dan antar daerah. 1 = Rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja umur tahun. 2 = Rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja umur tahun. = Rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja umur > 55 tahun. 3 = Rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja SLTP ke bawah. a = Rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja SLTA. b = Rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja Dploma dan Unverstas. c = Rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja daerah Indonesa Bagan Barat. x = Rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja daerah Jawa. y z = Rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja daerah Indonesa Bagan Tmur. = Rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja menurut kelompok umur. age edu = Rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja menurut penddkan. = Rata-rata htung elaststas penawaran tenaga kerja menurut daerah. reg HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analss Elaststas Penawaran Tenaga Kerja Intensve Margn d Indonesa Berdasarkan hasl regres lner pengaruh perubahan upah terhadap perubahan jam kerja menurut kelompok umur, penddkan, daerah dan total dperoleh suatu hasl estmas dan pengujan model pengaruh perubahan upah terhadap perubahan pada jam kerja berdasarkan kelompok umur, penddkan dan daerah d Indonesa, sebaga berkut : Tabel 1 Hasl Estmas dan Pengujan Model Pengaruh Perubahan Upah Terhadap Perubahan Pada Jam Kerja d Indonesa Varabel Yang Dtelt Kelompok Umur > 55 Penddkan < SLTP SLTA Dploma/ Unverstas Konstanta 4,972 4,630 4,426 4,677 4,621 4,783 Koefsen Elaststas 0,019 0,038 0,045 0,039 0,042 0,020 Hasl Estmas Model R 2 DW t htung F htung Sg Catatan 0,408 0,646 0,569 0,245 0,870 0,299 1,597 1,083 2,005 1,319 2,404 2,817 2,625 4,276 3,633 1,803 8,168 2,064 6,890 18,288 13,198 3,253 66,710 4,261 0,025 0,002 0,005 0,101 0,000 0,066 t tabel = 2,201 F tabel = 4,96 dl = 0,971 du = 1,331 11

12 Daerah IBB Jawa IBT 4,836 4,532 4,614 0,022 0,047 0,037 0,428 0,617 0,448 1,979 1,215 2,083 2,737 4,513 2,850 7,493 20,369 8,121 0,021 0,001 0,017 Total 4,694 0,033 0,622 1,827 4,059 16,478 0,002 Sumber : Hasl Pengolahan Data Elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn berdasarkan kelompok umur d Indonesa semuanya bersfat nelasts dan berkorelas postf, hal n berart penambahan jam kerja tdak senstf merespon penngkatan upah dan korelas postf menunjukkan bahwa efek substtus lebh besar darpada efek pendapatan. Upah yang menngkat menyebabkan tenaga kerja lebh memlh menambah waktu kerja dan mengurang lesure. Varabel perubahan upah pada masng-masng kelompok umur berpengaruh sgnfkan terhadap perubahan jam kerja. Pada tenaga kerja berdasarkan penddkan, elaststas penawaran tenaga kerja pada masng-masng tngkat penddkan juga memlk sfat nelasts dan berhubungan postf yang menunjukkan bahwa efek substtus lebh mendomnas darpada efek pendapatan. Sfat nelasts menunjukkan bahwa penambahan jam kerja tdak peka merespon penngkatan upah. Varabel perubahan upah pada tenaga kerja penddkan SLTA berpengaruh sgnfkan terhadap perubahan jam kerja, kecual pada tenaga kerja dengan penddkan SLTP ke bawah dan tenaga kerja penddkan Dploma/ Unverstas yang tdak sgnfkan. Elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn berdasarkan daerah d Indonesa masng-masng bersfat nelasts serta berkorelas postf, artnya penambahan jam kerja tdak senstf merespon penngkatan upah. Korelas postf menunjukkan bahwa efek substtus lebh besar darpada efek pendapatan. Upah yang menngkat menyebabkan tenaga kerja lebh memlh menambah waktu kerja dan mengurang waktu luang. Varabel perubahan upah pada masng-masng daerah berpengaruh sgnfkan terhadap perubahan jam kerja. Hpotess yang menyatakan elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn pada daerah Jawa bersfat elasts dtolak. B. Analss Varans 1. Analss Varans Perbedaan Rata-Rata Htung Elaststas Penawaran Tenaga Kerja Intensve Margn Antar Kelompok Umur Analss varans antar kelompok umur dlakukan untuk mengetahu ada tdaknya perbedaan elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn antar kelompok umur tahun, tahun dan > 55 tahun. Data yang dgunakan melput data elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn antar kelompok umur tahun d Indonesa. Secara statstk, nla elaststas penawaran tenaga kerja tersebut akan duj dengan metode One Way Anova dengan krtera pengujan yatu apabla F htung < F tabel, maka Ho 12

13 dterma, sebalknya jka F htung > F tabel, maka Ho dtolak. Atau, jka Sg >, maka Ho dterma, sebalknya jka Sg <, maka Ho dtolak (Trhendrad, 2004: 109). Ternyata berdasarkan tabel ANOVA, nla F htung (231,463) > F tabel (3,30) dan nla sgnfkan 0,000 < 0,05. Dengan n maka Ho dtolak n berart secara statstk ketga kelompok umur tersebut memlk nla rata-rata yang berbeda. Berdasarkan tabel 2 secara absolut juga terdapat perbedaan elaststas antar kelompok umur tahun, tahun, dan 55 tahun keatas d Indonesa. Hal n mengmplkaskan bahwa penawaran tenaga kerja ntensve margn berdasarkan kelompok umur memlk tngkat elaststas yang berbeda-beda. Tabel 2 Nla Elaststas Penawaran Tenaga Kerja d Indonesa Tahun Menurut Kelompok Umur Kelompok Umur Nla Elaststas , ,038 > 55 0,045 Rata-rata 0,034 Sumber : Hasl Pengolahan Data Berdasarkan angka pada Tabel 4.5 nla elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn menurut kelompok umur d Indonesa, menunjukkan nla elaststas tenaga kerja dengan kelompok umur 55 tahun keatas lebh tngg bla dbandngkan dengan dua kelompok umur lannya, secara absolut terlhat perbedaan yang cukup nyata dar ketga nla elaststas tersebut. Tenaga kerja kelompok umur tahun memlk nla elaststas sebesar 0,019 artnya apabla terjad kenakan upah sebesar seratus persen maka kelompok umur tahun akan menambah jam kerja sebesar 1,9 persen. Tenaga kerja kelompok umur tahun memlk nla elaststas sebesar 0,038 artnya apabla terjad kenakan upah sebesar seratus persen maka kelompok umur tahun akan menambah jam kerja sebesar 3,8 persen. Tenaga kerja kelompok umur 55 tahun keatas memlk nla elaststas sebesar 0,045 artnya apabla terjad kenakan upah sebesar seratus persen maka kelompok umur 55 tahun keatas akan menambah jam kerja sebesar 4,5 persen. 2. Analss Varans Perbedaan Elaststas Penawaran Tenaga Kerja Intensve Margn Antar Penddkan Analss varans antar penddkan dlakukan untuk mengetahu ada tdaknya perbedaan elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn antar penddkan SLTP ke bawah, SLTA 13

14 dan Dploma/ Unverstas. Data yang dgunakan melput data elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn antar penddkan tahun d Indonesa. Secara statstk, nla elaststas penawaran tenaga kerja tersebut akan duj dengan metode One Way Anova dengan krtera pengujan yatu apabla F htung < F tabel, maka Ho dterma, jka F htung > F tabel, maka Ho dtolak. Atau, jka Sg >, maka Ho dterma, sebalknya jka Sg <, maka Ho dtolak (Trhendrad, 2004: 109). Ternyata berdasarkan tabel ANOVA, nla F htung (92,772) > F tabel (3,30) dan nla sgnfkan 0,000 < 0,05. Karena nla F htung lebh besar dar F tabel dan nla sgnfkan lebh kecl dar 0,05 dengan n maka Ho dtolak n berart secara statstk ketga tngkatan penddkan tersebut memlk nla rata-rata yang berbeda. Secara absolut juga terdapat perbedaan elaststas antar penddkan SLTP ke bawah, SLTA, dan Dploma/ Unverstas d Indonesa yang dapat dlhat pada tabel 3. Hal n mengmplkaskan bahwa penawaran tenaga kerja ntensve margn berdasarkan penddkan memlk tngkat elaststas yang berbeda-beda. Data rata-rata elaststas penawaran tenaga kerja antar penddkan d Indonesa adalah sebaga berkut: Tabel 3 Nla Elaststas Penawaran Tenaga Kerja d Indonesa Tahun Menurut Penddkan Penddkan Nla Elaststas < SLTP 0,039 SLTA 0,042 Dploma/ Unverstas 0,020 Rata-rata 0,034 Sumber : Hasl Pengolahan Data Berdasarkan angka pada Tabel 3 nla elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn menurut penddkan d Indonesa, menunjukkan nla elaststas tenaga kerja dengan penddkan SLTA lebh tngg bla dbandngkan dengan dua tngkat penddkan lannya, secara absolut terlhat perbedaan yang cukup mencolok dar ketga nla elaststas d atas. Tenaga kerja penddkan SLTP ke bawah memlk nla elaststas sebesar 0,039 artnya apabla terjad kenakan upah sebesar seratus persen maka tenaga kerja penddkan SLTP ke bawah akan menambah jam kerja sebesar 3,9 persen. Tenaga kerja penddkan SLTA memlk nla elaststas sebesar 0,042 artnya apabla terjad kenakan upah sebesar seratus persen maka tenaga kerja penddkan SLTA akan menambah jam kerja sebesar 4,2 persen. Tenaga kerja dengan penddkan Dploma/ Unverstas memlk nla elaststas sebesar 0,020 artnya apabla terjad kenakan upah sebesar seratus persen maka tenaga kerja dengan penddkan Dploma/ Unverstas akan menambah jam kerja sebesar 2 persen. 14

15 3. Analss Varans Perbedaan Elaststas Penawaran Tenaga Kerja Intensve Margn Antar Daerah Analss varans antar daerah dlakukan untuk mengetahu ada tdaknya perbedaan elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn antar daerah Indonesa Bagan Barat, daerah Jawa dan daerah Indonesa Bagan Tmur. Data yang dgunakan melput data elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn antar daerah tahun d Indonesa. Nla elaststas penawaran tenaga kerja secara statstk akan duj dengan metode One Way Anova dengan krtera pengujan yatu apabla F htung < F tabel, maka Ho dterma, jka F htung > F tabel, maka Ho dtolak. Atau, jka Sg >, maka Ho dterma, sebalknya jka Sg <, maka Ho dtolak (Trhendrad, 2004: 109). Ternyata berdasarkan tabel ANOVA, nla F htung (16,103) > F tabel (3,30) dan nla sgnfkan 0,000 < 0,05. Bla nla F htung lebh besar dar F tabel dan nla sgnfkan lebh kecl dar 0,05 dengan n maka Ho dtolak n berart secara statstk ketga daerah tersebut memlk nla rata-rata yang berbeda, berdasarkan tabel 4 secara absolut juga terdapat perbedaan elaststas antar daerah Indonesa Bagan Barat, daerah Jawa dan daerah Indonesa Bagan Tmur d Indonesa. Hal n mengmplkaskan bahwa penawaran tenaga kerja ntensve margn berdasarkan daerah memlk tngkat elaststas yang berbeda-beda. Data rata-rata elaststas penawaran tenaga kerja antar daerah d Indonesa adalah sebaga berkut: Tabel 4 Nla Elaststas Penawaran Tenaga Kerja d Indonesa Tahun Menurut Daerah Daerah Nla Elaststas IBB 0,022 Jawa 0,047 IBT 0,037 Rata-rata 0,035 Sumber : Hasl Pengolahan Data Berdasarkan angka pada Tabel 4 nla elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn menurut daerah d Indonesa, menunjukkan nla elaststas tenaga kerja daerah Jawa lebh tngg bla dbandngkan dengan dua daerah lannya, secara absolut terlhat perbedaan dar ketga nla elaststas d atas. Secara statstk dengan metode One Way Anova pun terdapat perbedaan rata-rata htung antar daerah. Tenaga kerja d daerah Indonesa Bagan Barat memlk nla elaststas sebesar 0,022 artnya apabla terjad kenakan upah sebesar seratus persen maka tenaga kerja d daerah Indonesa Bagan Barat akan menambah jam kerja sebesar 2,2 persen. Tenaga kerja d daerah 15

16 Jawa memlk nla elaststas sebesar 0,047 artnya apabla terjad kenakan upah sebesar seratus persen maka tenaga kerja daerah Jawa akan menambah jam kerja sebesar 4,7 persen. Tenaga kerja d daerah Indonesa Bagan Tmur memlk nla elaststas sebesar 0,037 artnya apabla terjad kenakan upah sebesar seratus persen maka tenaga kerja dengan penddkan Dploma/ Unverstas akan menambah jam kerja sebesar 3,7 persen. 4. Analss Varans Perbedaan Elaststas Penawaran Tenaga Kerja Intensve Margn Antar Varabel yang Dtelt (Total) Analss varans antar varabel yang dtelt dlakukan untuk mengetahu ada tdaknya perbedaan rata-rata elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn antara varabel umur, penddkan dan daerah. Data yang dgunakan melput data elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn antar varabel yang dtelt tahun d Indonesa. Secara statstk, nla elaststas penawaran tenaga kerja tersebut akan duj dengan metode One Way Anova dengan krtera pengujan yatu apabla F htung < F tabel, maka Ho dterma, jka F htung > F tabel, maka Ho dtolak. Atau, jka Sg >, maka Ho dterma, sebalknya jka Sg <, maka Ho dtolak (Trhendrad, 2004: 109). Ternyata berdasarkan tabel ANOVA, nla F htung (0,014) < F tabel (3,09) dan nla sgnfkan 0,986 > 0,05. Karena nla F htung lebh kecl dar F tabel dan nla sgnfkan lebh besar dar 0,05 dengan n maka Ho dterma n berart secara statstk ketga varabel tersebut memlk nla rata-rata yang sama, secara absolut juga tdak terdapat perbedaan elaststas antar varabel umur, penddkan dan daerah d Indonesa, dapat dlhat pada tabel 5. Hal n mengmplkaskan bahwa penawaran tenaga kerja ntensve margn menurut varabel yang dtelt memlk tngkat elaststas yang sama. Data rata-rata elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn antar varabel yang dtelt adalah sebaga berkut: Tabel 5 Nla Rata-Rata Elaststas Penawaran Tenaga Kerja d Indonesa Tahun Menurut Varabel yang Dtelt (Total) Penawaran Tenaga Kerja Nla Rata-Rata Elaststas Umur 0,034 Penddkan 0,034 Daerah 0,035 Total 0,034 Sumber : Hasl Pengolahan Data Berdasarkan Tabel 5 nla elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn d Indonesa, secara absolut terlhat tdak terdapat perbedaan dar ketga nla elaststas antar 16

17 varabel, dan dengan metode One Way Anova juga rata-rata htung elaststas antar varabel menunjukkan tdak terdapat perbedaan d dalamnya. Tenaga kerja menurut kelompok umur memlk nla elaststas sebesar 0,034 artnya apabla terjad kenakan upah sebesar seratus persen maka tenaga kerja menurut kelompok umur akan menambah jam kerja sebesar 3,4 persen. Tenaga kerja menurut penddkan memlk nla elaststas sebesar 0,034 artnya apabla terjad kenakan upah sebesar seratus persen maka tenaga kerja menurut penddkan akan menambah jam kerja sebesar 3,4 persen. Tenaga kerja menurut daerah memlk nla elaststas sebesar 0,035 artnya apabla terjad kenakan upah sebesar seratus persen maka tenaga kerja menurut daerah akan menambah jam kerja sebesar 3,5 persen. Secara total dapat dlhat bahwa elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn d Indonesa menunjukkan koefsen elaststas sebesar 0,034. Jka upah menngkat sebesar seratus persen maka tenaga kerja akan menambah jam kerjanya hanya sebesar 3,4 persen saja. Hal n menunjukkan bahwa elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn d Indonesa bersfat nelasts dan berkorelas postf. Artnya penambahan jam kerja tdak senstf merespon penngkatan upah, korelas postf dar koefsen n menunjukkan bahwa efek substtus lebh mendomnas dar pada efek pendapatan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesmpulan Secara keseluruhan elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn d Indonesa bersfat nelasts yang artnya penambahan jam kerja tdak senstf merespon penngkatan upah. Varabel perubahan upah secara serempak berpengaruh postf dan sangat nyata terhadap perubahan jam kerja. Dar analss secara keseluruhan terlhat efek substtus lebh besar darpada efek pendapatan yang artnya bahwa penngkatan upah cenderung mempengaruh tenaga kerja untuk menambah jumlah jam kerjanya. Saran Pada peneltan n terlhat bahwa secara keseluruhan nla elaststas penawaran tenaga kerja ntensve margn d Indonesa menunjukkan nla yang bersfat nelasts. Hal n dsebabkan karena data yang dgunakan adalah data penawaran tenaga kerja pada sektor formal karena tulah penngkatan upah hanya drespon sedkt oleh tenaga kerja dalam penambahan jam kerjanya. Oleh sebab tu untuk peneltan lanjutan dsarankan agar dapat menggunakan data pada pekerja sektor nformal agar hasl yang destmas dapat dbandngkan dengan hasl estmas pada peneltan n. 17

18 DAFTAR RUJUKAN Badan Pusat Statstk Sakernas: Keadaan Pekerja/ Karyawan d Indonesa. Tahun 1997 s.d Jakarta: BPS Borjas, George J Labor Economcs. Boston: Irwn McGraw-Hll Ehrenberg, Ronald G and Robert S.Smth Modern Labor Economcs. Theory and Publc Polcy. Sxth Edton. Glenvew Illnos: Scott Foreman and Company Kaufman, Bruce and Jule Hotchkss The Economcs of Labor Markets. Mason, USA: Thomson Hgher Educaton Kuroda, Sachko and Isamu Yamamoto Estmatng Frsch Labor Supply Elastcty n Japan. Insttute For Monetary and Economc Studes. Bank Of Japan. Japan: Dscusson Paper No E-5. ( d akses tanggal 30 Agustus 2008) McConell, Campbell R. et al Contemporary Labor Economcs, Eght Edton. Sngapore: Mc. Graw-Hll Companes Nachrow, D Nachrow dan Hardus Usman Pendekatan Populer dan Prakts Ekonometrka Untuk Analss Ekonom dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbt Fakultas Ekonom Unverstas Indonesa Palgrave Income Taxaton and the Trade-off Between Effcency and Equty. ( d akses tanggal 25 Maret 2009) Trhendrad, Cornelus Memecahkan Kasus Statstk : Deskrptf, Parametrk, dan Non- Parametrk dengan SPSS 12. Yogyakarta: Penerbt ANDI Yogyakarta Tutor2u Labour Market- Labour Supply. ( d akses tanggal 7 Oktober 2008) 18

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Sumber data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan Bank Indonesa (BI). Data yang dgunakan dalam

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

I. PENGANTAR STATISTIKA

I. PENGANTAR STATISTIKA 1 I. PENGANTAR STATISTIKA 1.1 Jens-jens Statstk Secara umum, lmu statstka dapat terbag menjad dua jens, yatu: 1. Statstka Deskrptf. Statstka Inferensal Dalam sub bab n akan djelaskan mengena pengertan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB 73 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneltan Objek peneltan n adalah nla tambah sektor pertanan untuk PDRB Jawa Barat berupa data tme seres perode 1985-005. selan tu penuls memlh varabel yang mempengaruhnya

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENEITIAN Peneltan n merupakan peneltan deskrptf, yang dalam penulsannya dmaksudkan untuk menjabarkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan konds wlayah peneltan. Analss dlakukan secara kualtatf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode dalam peneltan merupakan suatu cara yang dgunakan oleh penelt dalam mencapa tujuan peneltan. Metode dapat memberkan gambaran kepada penelt mengena langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan lapangan kuanttatf yang bersfat korelasonal. Peneltan lapangan merupakan suatu peneltan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya

Lebih terperinci

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuh Tugas Matakulah Multvarat yang dbmbng oleh Ibu Tranngsh En Lestar oleh Sherly Dw Kharsma 34839 Slva Indrayan 34844 Vvn Octana 34633 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2

Post test (Treatment) Y 1 X Y 2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode Peneltan adalah cara lmah untuk memaham suatu objek dalam suatu kegatan peneltan. Peneltan yang dlakukan n bertujuan untuk mengetahu penngkatan hasl

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam peneltan n penuls bermaksud untuk menelt bagamana pengaruh perubahan kebjakan moneter terhadap jumlah kredt yang dberkan oleh bank pada beberapa kelompok bank berdasarkan

Lebih terperinci

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND E-mal : statstkasta@yahoo.com Blog : Analss Regres SederhanaMenggunakan MS Excel 2007 Lsens Dokumen: Copyrght 2010 sssta.wordpress.com Seluruh dokumen d sssta.wordpress.com dapat dgunakan dan dsebarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Pendekatan Peneltan Jens peneltan n termasuk peneltan korelasonal (correlatonal studes. Peneltan korelasonal merupakan peneltan yang dmaksudkan untuk mengetahu ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

Uji Park Dan Uji Breusch Pagan Godfrey Dalam Pendeteksian Heteroskedastisitas Pada Analisis Regresi

Uji Park Dan Uji Breusch Pagan Godfrey Dalam Pendeteksian Heteroskedastisitas Pada Analisis Regresi Al-Jabar: Jurnal Penddkan Matematka Vol. 8, No., 07, Hal 63-7 Uj Park Dan Uj Breusch Pagan Godfrey Dalam Pendeteksan Heteroskedaststas Pada Analss Regres Sska Andran UIN Raden Intan Lampung: sskaandran@radenntan.ac.d

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian 58 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneltan Objek peneltan merupakan varabel-varabel yang menjad perhatan penelt. Peneltan n terdr dar dua varabel yatu ndependent varable/varabel bebas (X)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Manova atau Multvarate of Varance merupakan pengujan dalam multvarate yang bertujuan untuk mengetahu pengaruh varabel respon dengan terhadap beberapa varabel predktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis Regresi Linear Sederhana Analss Regres Lnear Sederhana Al Muhson Pendahuluan Menggunakan metode statstk berdasarkan data yang lalu untuk mempredks konds yang akan datang Menggunakan pengalaman, pernyataan ahl dan surve untuk mempredks

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan perolehan dan analisis data. BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan harus dsesuakan dengan masalah dan tujuan peneltan, hal n dlakukan untuk kepentngan perolehan dan analss data. Mengena pengertan metode peneltan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Lokas peneltan adalah d kampus Jurusan Penddkan Teknk Spl FPTK UPI yang beralamat d Jl. Dr. Setabud No. 07 Bandung, 40154. 3. Metode Peneltan Metode peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan atau metodolog peneltan adalah strateg umum yang danut dalam mengumpulkan dan menganalss data yang dperlukkan, guna menjawab persoalan yang dhadap. Adapun rencana

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian.

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Bab ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek penelitian dan desain penelitian. BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN Bab n dbag menjad dua bagan, yatu objek peneltan dan desan peneltan. III.1 Objek Peneltan Objek peneltan dalam skrps n adalah nla perusahaan LQ 45 perode 2009-2011.

Lebih terperinci

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group Jurnal EKSPONENSIAL Volume 6, Nomor, Nopember 05 ISSN 085-789 Pemodelan Regres Varabel Moderas Dengan Metode Sub-Group Regresson Modelng of Moderatng Varable wth a Method of Sub Group Rsna Septawat, Des

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2010 ANALISIS DISKRIMINAN DISKRIT UNTUK MENGELOMPOKKAN KOMPONEN AALISIS DISKRIMIA DISKRIT UTUK MEGELOMPOKKA KOMPOE Bernk Maskun Jurusan Statstka FMIPA UPAD jay_komang@yahoo.com Abstrak Untuk mengelompokkan hasl pengukuran yang dukur dengan p buah varabel dmana penlaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian SIFAT-SIFAT ANALISIS REGRESI PowerPont Sldes by Yana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 2007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523 Hal-hal yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci