BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI"

Transkripsi

1 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan IV-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,43% (y.o.y), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60 (y.o.y), namun jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,35% (y.o.y). Melemahnya permintaan masyarakat pasca Hari Raya Idul Fitri menurunkan tekanan inflasi secara seasonal. Namun, kenaikan harga-harga komoditas bahan makanan tetap persisten terutama akibat dari menurunnya produksi akibat gangguan cuaca. Di sisi lain, tekanan administered price turut membayangi inflasi Gorontalo pada periode laporan. 2.1 INFLASI GORONTALO Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2010 sebesar 7,43% (y.o.y) sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60 (y.o.y), namun jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,35% (y.o.y). Tingginya tekanan inflasi terutama akibat dari volatile food sebesar 16,30% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,71% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 7,89% (y.o.y). Sementara itu, administered price sebesar 5,25% (y.o.y) sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,30% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1,63% (y.o.y). Sedangkan core inflation sebesar 2,68% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,30% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 3,43% (y.o.y). Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo Disagregasi DEC JAN FEB I AUG T Total Inflasi 4.35% 4.07% 4.89% 3.59% 2.74% 2.69% 2.73% 3.91% 7.28% 7.60% 5.90% 5.93% 7.43% Core Inflation 3.43% 3.89% 3.55% 3.32% 3.05% 3.09% 3.41% 4.46% 5.03% 3.40% 3.06% 2.87% 2.68% Volatile Food 7.89% 5.31% 7.97% 5.05% 3.50% 2.28% 1.95% 3.09% 12.80% 15.71% 11.21% 11.28% 16.30% Administered Price 1.63% 2.76% 3.35% 2.13% 1.07% 2.41% 2.39% 3.91% 4.17% 5.30% 4.49% 4.77% 5.25% Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah) Tekanan permintaan masyarakat pada triwulan IV-2010 secara seasonal cenderung melemah dibandingkan triwulan sebelumnya karena kegiatan daerah meliputi perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru relatif kurang semarak bila dibandingkan saat perayaan Ibadah Puasa dan Hari Raya Idul Fitri pada triwulan sebelumnya. Namun, kenaikan harga-harga komoditas bahan makanan tetap persisten terutama akibat dari turunnya produksi karena gangguan cuaca. Di sisi lain, berkurangnya pasokan bensin turut membayangi inflasi Gorontalo pada periode laporan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II

2 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah) FAKTOR FUNDAMENTAL Core inflation atau inflasi inti pada triwulan IV-2010 sebesar 2,69% (y.o.y) cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,40% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 3,43% (y.o.y) seiring dengan melemahnya berbagai tekanan faktor fundamental meliputi output gap dan imported inflation. Melemahnya permintaan masyarakat diperkirakan mengurangi munculnya Output gap negatif. Masyarakat Gorontalo yang mayoritas Muslim relatif tidak terlalu semarak dalam merayakan Hari Raya Natal dan Tahun Baru dibandingkan dengan perayaan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri pada triwulan sebelumnya. Grafik 2.2 Indeks Keyakinan Konsumen Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo Menurunnya tekanan permintaan masyarakat dapat tercermin dari hasil Survey Konsumen (SK) Desember 2010 yang menunjukkan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 134,58 lebih rendah dibandingkan September 2010 sebesar 161,88. Penurunan IKK didukung oleh penurunan pada seluruh komponen pembentuknya yaitu penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu, ketersediaan lapangan kerja saat 22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 BANK INDONESIA

3 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang, dan kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang. Faktor penurunan harga-harga barang yang diimpor (imported inflation) dari luar daerah mempengaruhi pergerakan tingkat inflasi inti Gorontalo. Provinsi Gorontalo belum mampu memproduksi kebutuhan masyarakat sepenuhnya untuk komoditas tertentu seperti semen sehingga sebagian besar harus impor dari luar provinsi. Adanya penurunan hargaharga komoditas dimaksud akan menyumbang pada penurunan inflasi inti. Berdasarkan Survey Pemantauan Harga terjadi penurunan harga komoditas semen yang pasokannya diimpor dari luar Provinsi. Grafik 2.3 Perkembangan Harga Semen di Gorontalo Sumber : Diskoperindag Prov. Gorontalo Namun, ekspektasi inflasi diperkirakan masih tinggi karena pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa harga barang yang telah mengalami kenaikan cenderung sulit untuk turun. Hasil Survei Konsumen menunjukkan bahwa Indeks Perubahan Harga Periode Akan Datang tetap menunjukkan tren peningkatan pada triwulan laporan. Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo Grafik 2.4 Indeks Perubahan Harga Periode Akan Datang BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II

4 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI FAKTOR NON FUNDAMENTAL Faktor non-fundamental sangat berperan penting dalam memberi tekanan inflasi pada triwulan IV Lonjakan harga komoditas volatile food yang pada umumnya merupakan komoditas bahan makanan sangat mendominasi, sementara administered price inflation turut membayangi terkait dengan berkurangnya pasokan bensin pada periode laporan. Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi kelompok Bahan makanan Sumber : BPS Prov. Gorontalo Permintaan yang tinggi terhadap komoditas bahan makanan memberi tekanan terhadap kenaikan harga-harga komoditas tersebut. Aspek distribusi yang tidak merata dan dominasi pedagang besar menjadi permasalahan yang menyebabkan peningkatan hargaharga komoditas bumbu-bumbuan. Cuaca yang kurang mendukung (hujan berlebihan) juga menghambat produksi pertanian. Menurut BMKG, distribusi sifat hujan di Provinsi Gorontalo pada periode laporan berada di atas normal. Gambar 2.1 Distribusi Sifat Hujan Hujan di Indonesia Sumber : BMKG 24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 BANK INDONESIA

5 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Tingginya biaya dalam distribusi barang dan jasa juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan persistennya harga-harga komoditas di Gorontalo. Indikasi adanya permasalahan dalam saluran distribusi pengangkutan laut menyebabkan harga-harga komoditas yang menggunakan transportasi laut harganya cenderung tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan biaya pengangkutan laut tujuan Gorontalo yang relatif tinggi dibandingkan provinsi Lain. Tabel 2.2 Biaya Pengangkutan Laut dari Pelabuhan di Makassar Tujuan Biaya Pengangkutan / Kontainer (20 feet ) (US$) Makassar - Kendari 800 Makassar - Palu 600 Makassar - Gorontalo 800 Makassar - Bitung 550 Makassar - Ternate 1110 Makassar - Ambon 1000 Makassar - Jayapura 1250 Sumber : PT. Samudera Indonesia, PT. Haris Global, PT. Tanto Intim Line (diolah) Sementara itu, berkurangnya pasokan bensin pada periode laporan menyebabkan terjadinya kelangkaan BBM di Provinsi Gorontalo yang diindikasikan dengan antrian-antrian panjang di SPBU se-provinsi Gorontalo. Hasil pemantauan pada periode laporan menunjukkan harga bensin eceran per liter yang biasanya sebesar Rp5000 melonjak hingga mencapai Rp per liter. Kelangkaan ini mendorong inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan ke level yang relatif tinggi sebesar 2,53% (y.o.y). Grafik 2.6 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sumber : BPS Prov. Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II

6 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA INFLASI TAHUNAN (y.o.y) Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan IV-2010 sebesar 7,43% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,35% (y.o.y). Tekanan kenaikan harga terutama terjadi pada kelompok bahan makanan akibat gangguan di sisi produksi. Kondisi cuaca hujan berlebihan mengurangi produktivitas hasil pertanian sehingga aspek supply terganggu. Tabel 2.3 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y) No Inflasi Tahunan Umum 4.35% 4.07% 4.89% 3.59% 2.74% 2.69% 2.73% 3.91% 7.28% 7.60% 5.90% 5.93% 7.43% 1 Bahan makanan 7.70% 5.26% 7.98% 5.10% 3.54% 2.34% 2.03% 3.13% 12.76% 15.63% 11.15% 11.25% 16.20% 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1.69% 8.13% 8.52% 5.93% 4.09% 5.83% 5.56% 8.41% 8.22% 7.87% 7.06% 6.87% 13.43% 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar -6.31% 3.57% 3.17% 3.06% 2.98% 3.06% 3.57% 4.45% 5.42% 3.45% 3.11% 2.68% 12.53% 4 Sandang 0.00% 2.63% 0.42% -0.18% 0.27% 1.17% 2.25% 2.30% 3.21% 3.05% 3.39% 3.71% 6.39% 5 Kesehatan 8.22% 7.81% 8.10% 9.35% 7.86% 7.31% 7.36% 7.64% 7.86% 2.37% 2.33% 2.27% 2.32% 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.57% 0.53% 0.28% 0.36% 0.18% 0.35% 0.35% 0.47% 0.52% 0.41% 0.51% 0.51% 0.51% 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -2.50% -0.97% -0.09% -0.06% -0.20% -0.36% -0.40% 0.65% 0.94% 2.57% 1.55% 2.13% 2.53% Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Kenaikan inflasi kelompok bahan makanan terutama didorong oleh kenaikan sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya. Pada triwulan IV-2010, inflasi tahunan kelompok bahan makanan sebesar 16,20% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,63% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 7,70% (y.o.y). Penyebab utama tingginya tekanan inflasi pada kelompok ini karena perkembangan harga subkelompok bumbu-bumbuan mengalami lonjakan yang sangat signifikan sebesar 77,12% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 49,00% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 14,98% (y.o.y). Hasil Survei Pemantauan Harga mengkonfirmasi lonjakan harga beberapa komoditas bumbubumbuan meliputi bawang merah, bawang putih dan cabai merah. Tabel 2.4 Inflasi Tahunan Sub-kelompok Bahan Makanan (y.o.y) Kelompok / Sub kelompok DEC JAN FEB I AUG T OCT DEC BAHAN MAKANAN Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang - kacangan Buah - buahan Bumbu - bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya Sumber : BPS Provinsi Gorontalo 26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 BANK INDONESIA

7 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Sumber : Diskoperindag Prov. Gorontalo Grafik 2.7 Perkembangan Harga Komoditas Bahan Makanan di Gorontalo Subsektor padi-padian pada triwulan IV-2010 mengalami inflasi sebesar 20,20% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 16,62% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 8,86% (y.o.y). Kenaikan inflasi subsektor padi-padian terutama disebabkan oleh kenaikan harga beras. Cuaca ekstrim yaitu hujan sepanjang tahun menyebabkan proses produksi dan pengeringan beras menjadi terhambat. Sementara, permintaan beras tetap tinggi karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehingga menyebabkan harga beras meningkat. Hasil Survei Pemantauan Harga mengkonfirmasi dengan tingginya harga beras hampir sepanjang tahun BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II

8 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI INFLASI TRIWULANAN (q.t.q) Secara triwulanan, perkembangan harga-harga di Gorontalo pada triwulan IV-2010 mengalami inflasi sebesar 1,12% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 12,57% (q.t.q). Melemahnya permintaan masyarakat terhadap komoditas bahan makanan pasca perayaan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri menjadi penyebab utama melemahnya tekanan inflasi secara triwulanan. Tabel 2.5 Kelompok Barang dan Jasa (q.t.q) No Inflasi Triwulanan Umum 0.53% 0.47% 1.23% 1.59% 0.32% -0.92% -0.25% 2.09% 5.47% 5.63% 2.93% 0.13% 0.36% 1 Bahan makanan 0.62% -0.18% 2.73% 4.25% 1.02% -4.04% -2.07% 2.22% 12.67% 12.57% 7.84% 0.17% 1.12% 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau -5.18% 1.18% 1.48% 7.45% 0.17% 1.80% 1.57% 4.95% 3.59% 4.24% 0.65% -0.14% -0.29% 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar -8.16% 1.03% 0.41% 9.85% -0.18% 0.25% 0.42% 1.55% 2.45% 2.11% 0.67% -0.42% -0.11% 4 Sandang -1.61% 1.13% 0.32% 2.34% -0.49% 0.17% 1.33% 1.35% 2.01% 1.00% 1.37% 1.17% 1.58% 5 Kesehatan 0.08% 0.08% 0.40% 1.67% 1.53% 1.17% -0.08% 0.16% 0.68% 0.69% 0.54% 0.01% 0.03% 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.01% 0.03% -0.05% -0.05% -0.13% 0.19% 0.19% 0.40% 0.15% 0.26% 0.21% 0.22% 0.11% 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0.17% 0.08% 0.04% 0.05% 0.02% -0.15% -0.21% 0.84% 1.32% 2.91% 0.61% 0.92% -0.21% Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Subkelompok bahan makanan pada triwulan IV-2010 mengalami inflasi sebesar 1,12% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,57% (qtq). Melemahnya permintaan masyarakat terhadap komoditas bahan makanan pasca perayaan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri menjadi penyebab utama melemahnya tekanan inflasi secara triwulanan. Masyarakat Gorontalo yang mayoritas Muslim cenderung sangat konsumtif dalam merayakan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri. Jenis hidangan yang istimewa selalu menjadi menu utama oleh seluruh lapisan masyarakat Gorontalo pada periode tersebut, sehingga harga-harga bahan makanan melonjak sangat tinggi. Namun, pada triwulan IV-2010 konsumsi masyarakat Gorontalo terhadap jenis hidangan istimewa relatif berkurang karena perayaan Raya Natal dan Tahun Baru tidak terlalu semarak dibandingkan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri. 28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 BANK INDONESIA

9 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BOX 2 : TIM PENGENDALIAN INFLASI DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DAERAH PROVINSI GORONTALO Latar Belakang Tingkat inflasi yang tinggi dan tidak stabil dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat serta mengurangi pendapatan riil masyarakat. Sementara itu, dampak langsung dari ketidakstabilan serta tingginya tingkat inflasi telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah sehingga perlu untuk segera dibangun langkah dan upaya konkrit langkah pengendalian inflasi. Di sisi lain, untuk memperkuat struktur ekonomi daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan maka perlu dilakukan langkah-langkah pemberdayaan ekonomi daerah. Pada 29 Oktober 2010 telah ditandatangani MoU (Memorandum of Understanding) antara Gubernur Gorontalo, Bpk. Dr. Ir. Gusnar Ismail, MM dengan Gubernur Bank Indonesia, Bpk. Dr. Darmin Nasution mengenai Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Daerah Provinsi Gorontalo yang ditindaklanjuti dengan penandatanganan Surat Keputusan Gubernur Gorontalo No.294/03/X/2010 tentang Pembentukan Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Provinsi Gorontalo (TPIPED). Pembentukan TPIPED merupakan suatu upaya konkrit untuk memperkuat koordinasi lintas vertikal dan lintas sektoral untuk mengakselerasi kinerja perekonomian daerah melalui pengendalian inflasi serta pemberdayaan ekonomi di Provinsi Gorontalo. Penandatangan MoU TPIPED BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II

10 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Mekanisme Kerja TPIPED merupakan wadah koordinasi antar dinas/intansi atau lembaga terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota se-provinsi Gorontalo yang memiliki tugas sebagai berikut: 1. Melakukan perencanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap upaya-upaya strategis terkait dengan pengendalian inflasi dan pemberdayaan ekonomi daerah. 2. Menyampaikan rekomendasi kebijakan kepada pihak-pihak terkait tentang upaya-upaya strategis serta penerapan kebijakan dalam rangka pengendalian inflasi dan pemberdayaan ekonomi daerah. 3. Memberikan informasi dan diseminasi untuk menjaga ekspektasi stakeholders dalam rangka mencapai tingkat inflasi daerah yang rendah dan stabil. 4. Membangun koordinasi dengan pihak-pihak terkait di tingkat provinsi dan kabupaten/kota se-provinsi Gorontalo dalam hal pengendalian inflasi dan pemberdayaan ekonomi daerah. Mekanisme Kerja TPIPED Dalam melaksanakan tugasnya serta memberikan rekomendasi kebijakan yang efektif, TPIPED memiliki mekanisme kerja sebagai berikut: 1. Kelompok Pengkaji melakukan evaluasi program, survei, kajian, penelitian, analisa, dan monitoring terkait dengan perkembangan kondisi inflasi dan pemberdayaan ekonomi daerah di Provinsi Gorontalo untuk disampaikan kepada Tim Pengendalian Inflasi dan/atau Pemberdayaan Ekonomi Daerah. 30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 BANK INDONESIA

11 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2. Hasil survey/kajian/penelitian/analisa/monitoring oleh Kelompok Pengkaji dikoordinasikan dan dimatangkan oleh Tim Pengendalian Inflasi dan/atau Pemberdayaan Ekonomi Daerah untuk kemudian disarikan menjadi suatu rekomendasi kebijakan dan disampaikan kepada Pengarah. 3. Rekomendasi kebijakan yang telah disampaikan kepada Pengarah menjadi pertimbangan kebijakan ekonomi daerah dan menjadi acuan dinas/pihak terkait untuk ditindaklanjuti, dikoordinasikan, dan diimplementasikan dalam tataran teknis. 4. Kebijakan ekonomi daerah yang telah diimplementasikan kemudian akan dimonitor dan dievaluasi oleh Tim Pengendalian Inflasi dan/atau Pemberdayaan Ekonomi Daerah. 5. Monitoring dan evaluasi implementasi kebijakan ekonomi daerah secara teknis akan dilaksanakan oleh Kelompok Pengkaji dan stakeholders. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II

12 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Halaman ini sengaja dikosongkan 32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010 BANK INDONESIA

13 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Perbankan di Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2010 mengalami peningkatan dibanding tahun 2009 lalu, seperti tercermin dari beberapa indikator seperti penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. DPK sejak triwulan September-2010 mengalami pertumbuhan 2 digit, demikian pula dengan kredit yang sepanjang tahun 2010 tumbuh diatas 30% (y.o.y). Satu hal yang menggembirakan dari pertumbuhan kredit tersebut adalah penyaluran kredit diikuti oleh risiko kredit yang relatif terkendali seperti tercermin dari indikator NPLs yang masih berada pada level wajar (dibawah 5%). Namun demikian, penghimpunan Dana Pihak Ketiga masih perlu mendapat perhatian mengingat rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) menunjukkan angka yang semakin tinggi. 3.1 FUNGSI INTERMEDIASI Secara umum, fungsi intermediasi perbankan di Gorontalo hingga triwulan IV-2010 menunjukkan perkembangan yang sangat baik seperti tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 167,92%, artinya bahwa dana yang diserap perbankan seluruhnya tersalurkan ke dunia usaha. Namun demikian, angka tersebut menunjukkan bahwa penghimpunan simpanan/dpk oleh perbankan masih perlu mendapat perhatian. Dari aspek penggunaan, meskipun pangsanya relatif mengalami penurunan namun kredit terbesar yang disalurkan perbankan masih untuk konsumsi dengan pangsa sebesar 58,65%, sedangkan secara sektoral kredit terbesar disalurkan untuk sektor perdagangan dengan pangsa sebesar 27,82% PERKEMBANGAN KANTOR BANK Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 10 Bank Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan kantor Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 15 kantor cabang, 28 kantor cabang pembantu, 14 kantor kas serta 22 kantor unit. Sedangkan, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 2 kantor kas PENYERAPAN DANA MASYARAKAT Pada posisi akhir triwulan IV-2010 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp2,05 triliun, tumbuh sebesar 12,45% (y.o.y) dibandingkan triwulan IV-2009 yang hanya tercatat Rp1,82 trilliun. Tabungan sebagai komponen DPK dengan share tertinggi sebesar 61,55% mengalami pertumbuhan sebesar 13,61% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009 sebesar 10,43% (y.o.y). Aktivitas perbankan untuk mendorong penyerapan dana pihak BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV

14 Pertumbuhan (yoy) (%) JAN FEB BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ketiga antara lain melalui program TabunganKu dan Gerakan Siswa Gorontalo Menabung memberikan sumbangan yang efektif dalam menggali potensi dana pihak ketiga khususnya tabungan yang ada di masyarakat. Sementara itu, dana tabungan selama triwulan IV-2010 mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 13,61% (y.o.y) dibandingkan komponen DPK lainnya. Selain itu, hasil survey konsumen Desember 2010 menunjukkan bahwa pada triwulan IV-2010 pendapatan masyarakat juga mengalami peningkatan sehingga memungkinkan sebagian pendapatan tersebut ditabung. Pada triwulan IV-2010, simpanan giro memiliki share terhadap DPK terkecil sebesar 13,15%. Simpanan jenis ini mengalami pertumbuhan sebesar 13,15%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 18,06%. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh adanya realisasi proyek pemerintah serta perpindahan dari jenis simpanan giro ke jenis simpanan lain. Komponen pembentuk DPK lainnya yaitu deposito, pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan atau tumbuh sebesar 12,91% (y.o.y) dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -2,07% (y.o.y). Namun demikian, seperti halnya komponen DPK lainnya, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan deposito juga menunjukkan kontraksi yaitu -8,39%. 80% 60% Giro Deposito Tabungan 40% 20% 0% 62% 13% 25% -20% -40% -60% DPK Giro Deposito Tabungan Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga Untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), penghimpunan dana hingga triwulan IV-2010 tercatat sebesar Rp.13,9 milliar, mengalami peningkatan sebesar 33,35% (y.o.y) dan 52,58% (q.t.q). Peningkatan jumlah DPK tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan jumlah tabungan 20,62% (y.o.y) dan 56,36% (q.t.q). Hal yang sama juga terjadi pada deposito yang mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp8,10 miliiar atau tumbuh 44,30% (y.o.y) dan 49,97% (q.t.q). Secara umum penyerapan dana masyarakat di Gorontalo secara umum masih relatif kecil, yang terefleksi dari angka LDR yang mencapai 167,92% (Bank Umum) dan 145,94% 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA

15 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH (BPR). Dalam rangka mendorong pertumbuhan DPK, maka selain launching produk tabunganku pada Februari 2010 lalu, Bank Indonesia Gorontalo bekerjasama dengan perbankan di Gorontalo mencanangkan Gerakan Siswa Gorontalo Menabung (GSGM) pada 23 sekolah (SMU dan SMP) sejak bulan November 2010 lalu. Respon masyarakat khususnya siswa cukup baik seperti tercermin dari perkembangan jumlah rekening dan nominal tabungan GSGM dimana sejak diluncurkan hingga akhir Desember jumlah dana siswa yang terserap adalah sebesar Rp276,54 juta yang bersumber dari 874 rekening siswa atau rata-rata saldo per rekening adalah Rp316 ribu. Untuk mendorong peningkatan produk ini, intensifikasi sosialisasi dan pelayanan kepada masyarakat, khususnya ke sekolahsekolah terus dilakukan, dan saat ini salah satu bank memprakarsai pendirian bank mini pada sekolah yang berfungsi untuk memberikan kemudahan akses kepada siswa untuk melakukan transaksi tabungan dengan bank PENYALURAN KREDIT Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp3,44 triliun, tumbuh 33,28% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 29,01% (y.o.y). Pertumbuhan kredit yang relatif tinggi terutama didorong oleh perkembangan kredit investasi yang tercatat tumbuh cukup menggembirakan yaitu sebesar 110,64% (y.o.y) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 24,38% (y.o.y). Pertumbuhan kredit investasi tersebut merefleksikan adanya aktivitas ekspansi dunia usaha yang nantinya akan berdampak pada perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat di Gorontalo. Meskipun demikian, pangsa kredit investasi terhadap portofolio kredit masih relatif rendah yaitu hanya sebesar 9,41%. Sementara itu, share tertinggi komponen penggunaan kredit masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa sebesar 58,65%, sedangkan kredit modal kerja tercatat memiliki pangsa sebesar 31,94% terhadap total kredit. Dari sisi risiko, portofolio kredit yang didominasi oleh kredit konsumtif merupakan hal yang baik karena kredit konsumsi memiliki exposure resiko yang relatif rendah. Namun, dari segi perannya terhadap perekonomian daerah, dominasi kredit konsumtif menunjukkan bahwa peran perbankan dalam menstimulus pertumbuhan ekonomi kurang optimal karena kredit konsumtif tidak memberikan efek multiplier yang tinggi bila dibandingkan kredit investasi atau modal kerja. Pertumbuhan positif yang cukup tinggi dari kredit investasi sepanjang tahun 2010 diharapkan menjadi sinyal perbaikan dan peningkatan iklim investasi di Gorontalo sehingga diharapkan kegiatan konsumsi masyarakat diimbangi oleh pertumbuhan investasi, sehingga BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV

16 JAN FEB JAN FEB Pertumbuhan (yoy) (%) BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH peran perbankan dapat benar-benar dirasakan oleh masyarakat dan perekonomian secara keseluruhan. Untuk BPR, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan laporan tercatat sebesar Rp20,34 milliar atau tumbuh sebesar 2,85% (y.o.y). Pertumbuhan kredit BPR tersebut didorong oleh perkembangan kredit konsumsi yang tercatat tumbuh sebesar 15,94% (y.o.y), relatif lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 82,09% (y.o.y). Sedangkan kredit investasi dan modal kerja menunjukkan penurunan yaitu masingmasing sebesar -12,77% dan -3,54%. Ini memberikan indikasi bahwa aktivitas perkreditan BPR di Gorontalo pada triwulan IV-2010 mengalami kontraksi % % Total Kredit Investasi Modal Kerja Konsumsi Kredit Investasi Kredit Modal Kerja Kredit Konsumsi % 80.00% 9% 60.00% 40.00% 20.00% 59% 32% 0.00% % % Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan Dari sisi sektoral, kredit sektor primer menunjukkan perlambatan selama triwulan IV Seperti halnya triwulan sebelumnya, kredit pada sektor pertanian dan sektor pertambangan mengalami kontraksi masing-masing sebesar -34,63% (y.o.y), -30,91% (y.o.y). Kondisi cuaca yang kurang kondusif bagi aktivitas sektor tersebut diperkirakan mempengaruhi penurunan jumlah kredit pada sektor tersebut. Gangguan tersebut tercermin dari hasil survei dunia usaha triwulan IV-2010 dimana terjadi kecenderungan penurunan usaha pada kedua sektor tersebut yang karena faktor cuaca sehingga kegiatan petani dan penambang sedikit berkurang. Sektor yang masih menunjukkan ekspansi kredit adalah sektor angkutan yang tumbuh sebesar 396,26% (y.o.y) dibanding triwulan yang sama tahun Ekspansi kredit sektor ini dipengaruhi oleh peningkatan permintaan sehubungan dengan beberapa even antara lain lebaran idul adha, natal, dan pergantian tahun yang mendorong peningkatan mobilitas masyarakat ke luar Gorontalo seperti Manado dan Makassar. Sektor lainnya yang juga menunjukkan peningkatan adalah sektor industri, konstruksi, perdagangan, dan jasa sosial yang secara umum terkait dengan meningkatnya permintaan. 36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA

17 JAN FEB JAN FEB Pertumbuhan (yoy) (%) BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Untuk BPR, dari total kredit sebesar Rp.20,34 milliar, kredit terbesar disalurkan ke sektor perdagangan yaitu sebesar Rp.8.96 milliar atau 44,02% dari total kredit. Penyaluran kredit BPR nampaknya disesuaikan dengan karakteristik wilayah Gorontalo yang umumnya didominasi oleh sektor PHR. Adapun kredit sektor pertanian dan industri hanya memiliki share yang relatif kecil yaitu masing-masing 1,20% dan 1,37% dari total kredit. Peran perbankan terhadap perekonomian makro juga terlihat dari pangsa kredit/pembiayaan bank terhadap total PDRB di Provinsi Gorontalo. Data yang ada menunjukkan bahwa selama tahun 2010 pangsa kredit produktif (investasi dan modal kerja) terhadap pembentukan PDRB Gorontalo hanya sebesar 17,83%, angka yang masih relatif kecil dibandingkan daerah lain yang telah mencapai di atas 35%. Dengan kondisi tersebut, diharapkan kredit produktif terus ditingkatkan dalam mendukung pengembangan sektor riil/produktif yang pada akhirnya bermuara pada pencapaian akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi Gorontalo % % % % Pertanian Industri Konstruksi Perdagangan Angkutan ,374 22, % % 6, % , , , ,000 Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral Grafik 3.6 Komposisi Kredit Sektoral Sumber : Bank Indonesia Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat sebesar Rp2.96 triliun atau mengambil pangsa sebesar 85,86% dari total kredit di Gorontalo, yang merefleksikan bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan di Gorontalo merupakan skala menengah kebawah. Kredit UMKM tersebut tumbuh 95,27% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 77,67% (y.o.y), yang tak lepas dari peran semua pihak, termasuk perbankan, dalam rangka pengembangan dunia usaha khususnya menengah ke bawah. Ke depan diharapkan sektor riil khususnya usaha mikro dan kecil dapat berkembang lebih baik, yang tentu diiringi dengan feasible dan bankable, agar mampu akses kredit/pembiayaan ke perbankan di Gorontalo. Dalam jangka panjang, kondisi tersebut tentunya akan bermuara pada adanya mutualisme dalam hubungan antara perbankan dan usaha mikro, kecil dan menengah kesan bahwa bank tidak berpihak kepada usaha mikro dan kecil dapat BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV

18 Pertumbuhan Kredit UMKM (%) JAN FEB diminimalisir pad amasa mendatang. BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Keterlibatan dari semua pihak mutlak diperlukan, bukan hanya kepedulian perbankan, namun juga kemauan dan kepedulian dari petani, pemerintah dan unsure masyarakat lainnya untuk mengembangkan sektor riil dan perekonomian di Provinsi Gorontalo. 150% 100% 50% Kredit UMKM -Plafon s.d. 5 M (Jutaan 0% -50% -100% -150% Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM 3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Ditinjau dari aspek stabilitas sistem perbankan di Gorontalo, hal yang perlu mendapat perhatian adalah risiko likuiditas, sedangkan risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali. Data perbankan hingga triwulan laporan menunjukkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPLs) masih berada pada batas wajar sesuai ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Namun demikian, hal yang perlu mendapat perhatian adalah fungsi intermediasi perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) karena berada di ambang tidak wajar karena mencapai 167,92% yang berpotensi mengancam ketersediaan likuiditas perbankan. Sedangkan volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi RISIKO KREDIT Kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) bank umum hingga triwulan IV secara umum masih berada pada level wajar yaitu 2,06% (bruto) yang tercatat mengalami perbaikan (lebih rendah) dibandingkan triwulan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2.25%. Angka NPLs tersebut merefleksikan bahwa penyaluran kredit kredit di Gorontalo cukup baik dan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian karena rasio kredit 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA

19 JAN FEB JAN FEB NPL (%) BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH bermasalah masih terjaga pada level wajar sesuai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 5% (bruto). Secara sektoral, kualitas kredit yang masih perlu mendapat perhatian adalah kredit sektor pertanian dan konstruksi dengan rasio NPLs masing-masing sebesar 4,96% dan 4,81% NPLs Gross (%) NPLs Gross (%) Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.8 Perkembangan NPL Grafik 3.9 NPL per Sektor Untuk BPR, kredit bermasalah masih perlu mendapat perhatian khusus, mengingat rasio NPLs hingga triwulan IV-2010 tercatat cukup tinggi yaitu 24,50% atau cukup jauh dari rasio NPLs wajar yang diharapkan sebesar 5%. Penyumbang pembentukan NPLs terbesar antara lain sektor pertanian dengan rasio sebesar 58,70% yang diperkirakan karena adanya gangguan pada kegiatan produksi pertanian khususnya subsektor tanaman pangan dan perikanan yang tercermin dari hasil survey dunia usaha dimana realisasi kegiatan usaha pada kedua subsektor tersebut mengalami kontraksi masing-masing sebesar -4,33% dan - 1,41%. 0% 2% 2% 1% 0% Pertanian Pertambangan Industri 28% Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan 65% Angkutan 1% 1% 0% Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya (Konsumsi) Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.10 Konsentrasi Kredit BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV

20 JAN FEB BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH RISIKO LIKUIDITAS Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan Deposit Ratio menunjukkan risiko likuiditas pada tahun 2010 perlu mendapat perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang yang lebih kecil dari dana jangka pendek. Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito hanya mencapai 25,29% dari total DPK yang relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 27,44% dari total DPK. Sementara itu, dana jangka pendek mencapai lebih dari 74,71% dalam struktur dana pihak ketiga yaitu giro sebesar 13,15% dan tabungan sebesar 61,55%. Hal tersebut menunjukkan bahwa dana pihak ketiga di Gorontalo masih sangat likuid sehingga berpotensi mengganggu likuiditas bank. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Giro Deposito Tabungan Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 167,92% (bank umum) dan 145,94% (BPR) menunjukkan bahwa likuiditas Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR merefleksikan masih rendahnya kemandirian penyaluran kredit/pembiayaan perbankan di Gorontalo karena hanya sekitar 60% dari kebutuhan kredit/pembiayaan yang mampu dibiayai oleh dana yang dihimpun perbankan di Provinsi di Gorontalo. Hal tersebut tentunya hal ini patut mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil dananya dalam jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada likuiditas perbankan. Untuk itu, perbankan Gorontalo bekerja ekstra kerja untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghimpun dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang digelontorkan menuju tingkat LDR yang dinilai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari 90%. 40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA

21 JAN FEB JAN FEB Loan to Deposit Ratio (%) BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH L D R (%) Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo RISIKO PASAR Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas suku bunga dan kurs. Kebijakan Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga acuan yang mendukung sektor rill dengan mempertimbangkan potensi tekanan inflasi ke depan diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit. Sehubungan dengan hal tersebut, sepanjang tahun 2010 Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,50%. Sementara itu, volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Gorontalo, karena paparan terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sepanjang tahun 2010, kurs rupiah terhadap dollar Amerika relatif menguat dibanding tahun sebelumnyasebagaimana terlihat dalam grafik % 7.00% 6.90% 6.80% % 6.60% 6.50% 6.40% 6.30% 6.20% KURS TENGAH RATA-RATA (US$1) BI RATE (%) Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.13 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV

22 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH BOX 3 : MENGGALI POTENSI DPK DARI SISWA Merujuk perkembangan ekonomi regional, sumber pembiayaan ekonomi selama sembilan tahun masih menjadikan APBD sebagai sumber pembiayaan utama sementara sumber pembiayaan masyarakat yang tercermin pada DPK Perbankan tumbuh relatif lambat. Pada tahun 2001 APBD Provinsi Gorontalo sebesar Rp 471 Miliar dengan posisi DPK mencapai Rp 480 Miliar, namun setelah sepuluh tahun membangun DPK baru mencapai Rp2,05 triliun ketika sumber pendanaan APBD telah mencapai Rp 5 Trilliun. Di sisi lain, data perbankan menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit cukup jauh dibanding pertumbuhan dana pihak ketiga yang tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Gorontalo pada posisi Desember mencapai 167,92%. Kondisi tersebut memberikan indikasi bahwa penghimpunan dana pihak ketiga di Gorontalo masih perlu mendapat perhatian dari seluruh pihak. Potensi penghimpunan dana di Gorontalo pada dasarnya masih terbuka lebar, hal ini terlihat dari hasil survei Bank Indonesia Gorontalo terhadap persepsi masyarakat tentang bank yang telah dilakukan di bulan Januari Hasil survey menunjukkan bahwa masih besarnya potensi dana masyarakat yang belum digarap oleh perbankan. Dana-dana tersebut tersimpan di-talilo (celengan bambu) yang masih banyak digunakan oleh nelayan, petani dan peternak yang hidup di pesisir Gorontalo. Mencermati kondisi tersebut di atas, maka Bank Indonesia bekerjasama dengan perbankan nasional telah menginisiasi untuk lebih menggugah kesadaran masyarakat untuk menabung, salah satunya melalui penerbitan produk bersama TabunganKu yang diharapkan melalui produk TabunganKu dan ekspansi jaringan bank di tahun 2010 mampu mendekatkan bank kepada masyarakat. Gerakan ini bertujuan menumbuhkan budaya menabung di masyarakat dan secara tidak langsung mendidik masyarakat dalam mengelola pengeluarannya. Sampai dengan tahun 2010 Provinsi Gorontalo masih tercatat sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang pertumbuhannya masih dominan didorong oleh kinerja konsumsi daripada usaha produktif. Melihat pertumbuhan dana TabunganKu yang cukup baik sepanjang tahun 2010 yaitu mencapai Rp.16,55 milliar, maka Kantor Bank Indonesia Gorontalo bekerjasama dengan Badan Musyawarah Perbankan Daerah Gorontalo pada tanggal 21 November 2010 melakukan pencanangan Gerakan Siswa Gorontalo Menabung (GSGM) yang bertujuan 42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA

23 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH untuk mendidik para siswa untuk berhemat dan mempersiapkan masa depan sejak dini dengan cara menyisihkan sebagian uang yang diperoleh untuk ditabung sebagai persiapan bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan dan/atau keperluan lainnya di masa mendatang. Acara dimaksud dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Gorontalo, Bapak Tonny Uloli, SE di SMU Negeri 3 Gorontalo. Hasil evaluasi hingga desember 2010 menunjukkan bahwa respons sekolah, khususnya para siswa, cukup baik terhadap program ini, yang tercermin dari data jumlah rekening dan tabungan siswa. Sejak dilaunching pada 21 November 2010 lalu, hingga posisi Desember 2010 program ini telah diikuti oleh 23 sekolah yang terdiri dari 5 sekolah dasar, 9 sekolah menengah pertama, dan 9 sekolah menengah umum/sederajat. Jumlah rekening tabungan siswa hingga desember 2010 tercatat sebanyak 874 rekening dengan jumlah dana terhimpun sebesar Rp276,55 juta atau rata-rata Rp316,41 ribu per rekening. Untuk lebih mengefektifkan program edukasi siswa dan penghimpunan dana oleh perbankan, maka saat ini salah satu sekolah bekerjasama dengan salah satu bank di Gorontalo menggagas pembentukan layanan bank mini yang bertujuan disamping sebagai sarana edukasi perbankan, juga memberikan kemudahan akses bagi siswa untuk menyetorkan dananya ke perbankan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV

24 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Halaman ini sengaja dikosongkan 44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 BANK INDONESIA

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan III-2011 sebesar 3,27% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,11% (y.o.y). Melemahnya tekanan

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,60% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,73% (y.o.y).

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2012, Gorontalo tercatat mengalami inflasi sebesar 5,40% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 3,59% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,18%

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2011 sebesar 4,08% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y), namun lebih rendah

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2011 sebesar 7,11% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,77% (y.o.y). Rentannya aspek

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Raker Multi Niaga Group, dengan Tema : Tumbuh di Tengah Krisis keuangan Global. Graha Multi Niaga,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan II-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 2,73% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,59% (y.o.y).

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 5,18% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,31% (y.o.y).

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2009 2010 2011 2012 Pertumb Trw IV Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw. I Tw.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2008 2009 2010 Pertumb Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III qtq

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 5,31% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,40%

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Hingga pertengahan tahun 2013, inflasi tahunan Aceh berada pada tren yang meningkat. Realisasi inflasi tahunan Aceh pada triwulan laporan sebesar 3,45% (yoy) dengan inflasi triwulanan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 2008 2009 Pertumb Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 Pertumb Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV qtq MAKRO Laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan I-2012 sebesar 5,90% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,08% (y.o.y). Meningkatnya tekanan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan III-2010 mencapai 60,94%, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan III-2009 sebesar 57,85%, realisasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Inflasi Aceh pada triwulan I tahun 2013 tercatat sebesar 2,68% (qtq), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang minus 0,86% (qtq). Secara tahunan, realisasi inflasi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Inflasi Ramadhan 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Selama triwulan III-2011, inflasi 1 tahunan Aceh kembali melonjak. Menurut Berita Resmi Statistik (BRS) inflasi yang dirilis oleh BPS Aceh, inflasi tahunan Aceh berturut-turut

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Pembiayaan Modal Kerja UMKM Perbankan Syariah di Indonesia Bank syariah menyediakan Pembiayaan Modal Kerja bagi usaha-usaha yang membutuhkan tambahan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Pada Desember 2011, inflasi 1 tahunan Aceh tercapai di angka 3,43% (yoy), jauh lebih rendah dibanding inflasi Desember 2010 yang sebesar 5,86% (yoy). Penurunan tekanan inflasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan pembangunan ekonomi suatu negara. Papanek (2004) mengatakan bahwa jika

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t PROFIL INDIKATOR MAKRO FINANSIAL PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 Pengarah : Prof. Dr. Ir. Deny Juanda Puradimaja,DEA Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat Penanggung jawab : H.

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

Grafik 1. Perkembangan Inflasi Secara Bulanan di Pekanbaru dan Nasional. Nasional (data mulai tahun 2005)

Grafik 1. Perkembangan Inflasi Secara Bulanan di Pekanbaru dan Nasional. Nasional (data mulai tahun 2005) Boks 2 PERKEMBANGAN INFLASI DI PROVINSI RIAU 1 Perkembangan inflasi di kota Pekanbaru menunjukkan kecenderungan lebih tinggi dibandingkan dengan nasional. Hal ini antara lain disebabkan karena kelompok

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI MARET 2016

ANALISIS INFLASI MARET 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) ANALISIS INFLASI MARET 2016 Komoditas Pangan Dorong Inflasi IHK Maret INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci