BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI"

Transkripsi

1 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 5,18% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,31% (y.o.y). Penurunan inflasi pada triwulan I-2013 terutama disokong oleh menurunnya tekanan inflasi inti (core inflation). 2.1 INFLASI GORONTALO Pengaruh tekanan harga pada triwulan I-2013 nampaknya menurunkan angka inflasi periode laporan menjadi 5,18% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 5,31% (y.o.y). Menurunnya tekanan inflasi pada triwulan I-2012 lebih disebabkan oleh berkurangnya tekanan inflasi inti (core inflation). Data disagregasi inflasi Gorontalo pada triwulan I-2013 menunjukkan adanya penurunan pada kelompok core inflation, dimana pada periode laporan tercatat sebesar 3,18% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,47% (y.o.y). Penurunan ini dipicu oleh penurunan harga emas perhiasan yang pada triwulan I terkorekasi cukup tajam. Sementara itu, inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) mengalami peningkatan menjadi 3,06% (y.o,y) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,03% (y.o.y). Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo Disagregasi MAR JUNI SEP DES MAR Inflasi Tahunan (yoy) Total Inflasi 5.90% 5.95% 5.40% 5.31% 5.18% Core Inflation 9.71% 8.44% 5.64% 5.47% 3.18% Volatile Food 1.71% 3.50% 6.07% 6.61% 9.70% Administered Price 4.12% 4.31% 3.89% 3.03% 3.06% Inflasi Bulanan (mtm) Total Inflasi -0.58% 0.32% -1.18% 0.54% 1.07% Core Inflation 0.53% 0.16% 0.03% 0.23% 1.04% Volatile Food -2.81% 0.67% -3.48% 1.12% 1.67% Administered Price 0.33% 0.15% -0.28% 0.35% 0.22% Sumber : BPS & Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah) Di sisi lain, kelompok volatile food atau bahan makanan yang harganya bergejolak pada triwulan I-2013 mengalami inflasi sebesar 9,70% (y.o.y), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 6,61% (y.o.y). Peningkatan ini terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas subkelompok bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan bawang putih sebagai dampak penerapan kebijakan pembatasan impor komoditas hortikultura di tingkat nasional. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

2 year on year BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% -2% -4% Core Inflation Volatile Food Administered Price JAN MAR MEI JULI SEPT NOV JAN MAR MEI JULI SEPT NOV JAN MAR Sumber : BPS & Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah) Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo FAKTOR FUNDAMENTAL Core Inflation atau inflasi inti mengalami penurunan tekanan pada triwulan I Pada triwulan inflasi core inflation tercatat sebesar 3,18% (y.o.y) menurun dibandingkan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 5,47% (y.o.y). Penurunan ini terutama dipicu oleh menurunnya inflasi pada kelompok yang tergolong core inflation seperti kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang mengalami deflasi sebesar 0,14% (y.o.y) pada triwulan laporan, dibandingkan dengan triwulan IV-2012 yang tercatat inflasi sebesar 0,61% (y.o.y). Penurunan juga terjadi pada kelompok sandang, terutama pada subkelompok barang pribadi dan barang lain yang mengalmi inflasi sebesar 3,83% (y.o.y) pada triwulan I menurun dibandingkan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 5,19% (y.o.y). Adapun komoditas yang mengalami penurunan pada triwulan laporan adalah emas perhiasan yang pada triwulan laporan sempat terkoreksi tajam menjadi Rp ,00. Penurunan ini disinyalir karena pengaruh harga emas internasional yang pada saat itu mengalami sempat terkontraksi. Sementara itu hasil Survei Konsumen (SK) pada triwulan I-2013 juga menginformasikan adanya penurunan pola konsumsi masyarakat yang tercermin dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Bulan Maret 2013 menjadi sebesar 142,4 dibandingkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebelumnya yang tercatat sebesar 152,1. Adanya penurunan konsumsi masyarakat cenderung menurunkan angka inflasi pada periode laporan. 16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

3 Tw.IV-10 Tw.I-11 Tw.II-11 Tw.III-11 Tw.IV-11 Tw I-12 Tw II-12 Tw III-12 Tw. IV-12 Tw I-13 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Nilai Indeks BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Ekspektasi Konsumen (dalam %) Grafik 2.2 Perkembangan Indikator Survei Konsumen Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo Di sisi lain, faktor fundamental lainnya seperti ekspektasi inflasi masyarakat masih sejalan dengan tren inflasi pada triwulan I-2013, sekalipun dalam perkiraan terdapat sedikit peningkatan angka inflasi sebagaimana ditunjukkan dalam grafik 2.3 berikut: (dalam %) IRT SKDU Inflasi (y.o.y.) 0.00 Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo Grafik 2.3 Perbandingan Indeks Rata-rata Tertimbang Inflasi SKDU dan Inflasi Aktual FAKTOR NON FUNDAMENTAL Inflasi pada kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile food) mengalami peningkatan menjadi sebesar 9,70% (y.o.y) pada triwulan I-2013, dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,61% (y.o.y). Kenaikan tersebut dirasakan sangat signifikan karena tercatat paling tinggi dalam kurun waktu setahun terakhir. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

4 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Peningkatan inflasi volatile food pada triwulan laporan terutama dipicu oleh kenaikan harga pada kelompok bahan makanan. Pemberlakukan kebijakan pembatasan impor hortikultura di tingkat nasional berpengaruh pada berkurangnya pasokan. Alhasil, komoditas bumubu-bumbuan seperti bawang putih dan bawang pada hampir semua wilayah di nusantara mengalami lonjakan harga yang sangat tinggi tak terkecuali di Gorontalo. Harga bawang putih di pasaran bahkan menembus level Rp ,00 per kg, sementara harga bawang merah meroket hingga mencapai Rp ,00 per kg. Sementara itu kelompok administered price sedikit mengalami peningkatan inflasi pada triwulan I Inflasi pada kelompok ini tercatat sebesar 3,06% (y.o.y) naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,03% (y.o.y). Peningkatan terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik gas dan bahan bakar pada sub kelompok bahan bakar penerangan dan air yang mengalami peningkatan dari 0,80% (y.o.y) menjadi 1,35% (y.o.y) pada triwulan I Adapun komoditas yang tercatat mengalami kenaikan harga antara lain bensin non subsidi (Pertamax). 2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA INFLASI TAHUNAN (y.o.y) Pada triwulan I-2013, Gorontalo mengalami inflasi sebesar 5,18% (y.oy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebsar 5,31% (y.o.y) penurunan ini terutama disebabkan karena meningkatnya tekanan harga pada kelompok bahan makanan, kelompok makan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok sandang dan kelompok kesehatan. Tabel 2.2 INFLASI GORONTALO TAHUN DIRINCI MENURUT KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK PENGELUARAN (%) Tahunan (y.o.y) Kelompok / Sub kelompok MAR JUNI SEPT DES MAR UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Bulanan (m.t.m) Kelompok / Sub kelompok MAR JUNI SEPT DES MAR UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN Sumber : BPS Provinsi Gorontalo 18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

5 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi pada kelompok bahan makanan pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 9,62% (y.o.y) jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 6,66% (y.o.y). Peningkatan ini dipicu karena melonjaknya harga komoditas bumbu-bumbuan khususnya bawang putih dan bawang merah sebagai dampak kurangnya pasokan akibat pemberlakuan kebijakan pembatasan impor hortikultura. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan laporan mengalami peningkatan inflasi sebesar 7,91% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 5,48% (y.o.y). Kenaikan ini terutama dipicu oleh kenaikan harga pada komoditas makanan jadi sebagai dampak meningkatnya harga bumbu-bumbuan. Sementara itu, kelompok sandang sedikti mengalami kenaikan inflasi pada triwulan I dengan angka 1,92% (y.o.y) meningkat dibandingkan triwulan IV-202 yang tercatat inflasi sebesar 1,83% (y.o.y). Sejalan dengan hal tersebut, tekanan inflasi pada kelompok kesehatan juga sedikit meningkat yang tercatat sebesar 5,10% (y.o.y) pada triwulan I-2013 dibanndingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,02% (y.o.y). BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

6 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BOX 2: HASIL KAJIAN PANGAN STRATEGIS DI PROVINSI GORONTALO: ANALISA KETAHANAN, PERDAGANGAN ANTAR DAERAH, DISPARITAS HARGA DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Ketahanan pangan dilihat dari aspek ketersediaan pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau oleh seluruh rumah tangga merupakan sasaran utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia dan Provinsi Gorontalo khususnya. Bagi Bank Indonesia, ketahanan pangan menjadi menjadi penting karena terkait kestabilan harga yang bermuara pada tercapainya inflasi yang rendah dan stabil. Ketahanan pangan erat kaitannya dengan pola perdagangan antar daerah dan variasi harga antar daerah karena proksi ketahanan pangan dilihat dari tingkat harga yang terbentuk dari mekanisme penawaranpermintaan. Analisis ketahanan (ketersediaan) pangan di suatu daerah yang dimodelkan dengan ekonometrika data panel spasial diperoleh hasil bahwa variable pendapatan perkapita penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap pola surplus defisit. Sementara itu dalam penelitian juga diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh hubungan spasial antara daerah karena faktor kedekatan geografis. Pada komoditas beras surplus defisit dipengaruhi oleh produktivitas lahan, pendapatan perkapita penduduk dan infrastruktur jalan. Beberapa kabupaten di Gorontalo yang terindikasi mengalami surplus beras adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara. Sementara kondisi defisit beras cenderung dialami oleh Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Kabupaten Boalemo selaku sentra beras mengalami defisit karena disinyalir terdapat perdagangan hasil produksi ke daerah lain. Surplus defisit pada komoditas cabe merah hanya dipengaruhi oleh pendapatan perkapita penduduk. Beberapa kabupaten di Gorontalo yang mengalami surplus cabe merah adalah Kabupaten Gorontalo Utara dan Kabupaten Gorontalo. Sedangkan yang mengalami kondisi defisit cabe merah adalah Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato selaku sentra cabe merah di Gorontalo terindikasi defisit karena hasil produksi cabe merah langsung dijual ke kabupaten lain sehingga pada kedua kabupaten tersebut mengalami defisit. Sementara itu, pada komoditas bawang merah dipengaruhi oleh pendapatan perkapita penduduk dan harga barang input seperti bibit, pupuk dan saprodi. Kabupaten yang mengalami surplus bawang merah adalah Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten Gorontalo Utara, sedangkan yang mengalami kondisi defisit bawang merah adalah Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. 20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

7 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Surplus defisit minyak goreng dipengaruhi oleh pendapatan perkapita penduduk dan harga barang input seperti biaya transportasi dari Sulawesi Utara (Bitung) ke Gorontalo. Sementara itu harga minyak goreng dari provinsi lain/harga barang impor juga mempengaruhi surplus defisit minyak goreng karena harga minyak goreng di Gorontalo dipengaruhi oleh harga di Sulawesi Utara. Beberapa kabupaten di Gorontalo yang mengalami surplus minyak goreng adalah Kabupaten Boalemo, Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Sedangkan kabupaten yang cenderung mengalami defisit minyak goreng adalah Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo Utara. Pada komoditas gula pasir dipengaruhi oleh pendapatan perkapita penduduk dan infrastruktur jalan. Kondisi surplus defisit kabupaten/kota menunjukkan bahwa Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo Utara cenderung mengalami kondisi surplus gula pasir sedangkan Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo mengalami defisit gula pasir. Dalam hal pola perdagangan antar daerah atau jalur distribusi, pada umumnya menggunakan jalur tata niaga normal yang melibatkan produsen, pengepul, pedagang besar, pedagang grosir dan pedagang pengecer dan terakhir ke tingkat konsumen. Infrastruktur penunjang pemasaran pada umumnya dalam kondisi yang baik, namun demikian pedagang masih menghadapi kendala berupa (i) ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman, (ii) kerusakan infrastruktur dan (iii) keterbatasan jumlah armada pengangkut serta (iv) biaya pengangkutan yang tinggi. Hasil analisa derajat variasi harga menunjukkan kecenderungan tren yang semakin menurun atau dengan kata lain terjadi konvergensi harga sebagai dampak menyempitnya variabilitas harga yang mendekati rata-rata. Terjadinya konvergensi tersebut diduga karena integrasi antar kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo. Sementara itu hasil estimasi faktor-faktor penyebab variasi harga secara umum dipengaruhi oleh variabel pendapatan perkapita penduduk dan harga barang input. Variabel Jarak ke Sentra Ekonomi (JarKon) pada umumnya tidak mempengaruhi variasi harga antar daerah disebabkan karena sebagian besar pasokan komoditas strategis dalam penelitian ini berasal dari wilayah provinsi di sekitar Gorontalo seperti Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara, sementara jarak ke sentra ekonomi yang diukur adalah Sulawesi Selatan. Hanya komoditas bawang merah yang secara signifikan dipengaruhi oleh variabel JarKon karena memang bawang merah dipasok dari Sulawesi Selatan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

8 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Halaman ini sengaja dikosongkan 22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

9 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Pada triwulan I-2013, indikator perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan perkembangan yang baik. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada bank umum tercatat sebesar Rp.3,21 triliun atau tumbuh sebesar 11,65% (y.o.y). Pada BPR, pengimpunan DPK adalah sebesar Rp18,19 miliar atau tumbuh sebesar 10,47% (y.o.y). Sementara itu penyaluran kredit yang menggambarkan fungsi intermediasi pada bank umum tercatat sebesar Rp.5,79 triliun atau tumbuh sebesar 22,20% (y.o.y). Pada BPR, kredit yang disalurkan mencapai Rp.26,95 miliar atau tumbuh sebesar 25,56% (y.o.y). Rasio penyaluran kredit terhadap DPK (LDR) pada triwulan laporan mencapai 179,91% pada bank umum dan 148,09% pada BPR. Sementara itu rasio kredit bermasalah (NPL) pada bank umum masih relatif terjaga dengan persentase 3.17%, sedangkan pada BPR tercatat tinggi pada angka 11,93%. 3.1 FUNGSI INTERMEDIASI Pada triwulan I-2013, fungsi intermediasi yang dilakukan oleh industri perbankan berjalan dengan baik yang tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum sebesar 179,91% dan BPR sebesar 148,09%. Namun demikian, tingginya angka LDR tersebut perlu mendapat perhatian lebih. Hal ini disebabkan karena dalam upaya penyaluran kreditnya, perbankan harus mendapatkan dana dari daerah lain untuk disalurkan di Gorontalo. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank masih relatif rendah, dibandingkan dengan pemanfaatan kredit/pembiayaan dari bank. Sementara itu, dilihat dari jenis penggunaannya, kredit pada bank umum sebagian besar masih di dominasi oleh kredit konsumsi dengan share sebesar 60,23% dari total kredit, sementara pada BPR jenis penggunaan kredit lebih di dominasi oleh kredit modal kerja dengan share sebesar 49,96%. Secara sektoral, kredit pada sektor perdagangan besar dan eceran masih mendominasi penyaluran secara sektoral pada bank umum dan BPR dengan porsi masing-masing sebesar 27,14% dan 34,51% PERKEMBANGAN KANTOR BANK Data perkembangan jumlah bank di Provinsi Gorontalo hingga triwulan I-2013 adalah sebagai berikut: bank umum konvensional sebanyak 13 bank, bank umum syariah sebanyak 3 bank dan BPR sebanyak 4 bank. Sementara itu, jaringan kantor bank umum di Provinsi Gorontalo hingga triwulan laporan antara lain 20 kantor cabang, 35 kantor cabang pembantu, 2 kantor fungsional, 11 kantor kas serta 24 kantor unit. Sedangkan jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 1 kantor kas. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

10 11.55% 14.17% 17.66% 19.11% 19.39% -7.82% 11.42% -9.03% -1.99% 14.83% 17.59% 64.46% 13.22% 1.43% 12.51% 21.53% 9.00% 29.89% 19.99% 43.98% 25.79% 6.31% 6.99% 5.82% 18.26% 28.77% 26.09% BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH PENYERAPAN DANA MASYARAKAT Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil diserap oleh perbankan dari masyarakat pada triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp.3,21 triliun atau tumbuh sebesar 11,65% (y.o.y). Growth DPK tersebut meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 11,59% (y.o.y). Peningkatan growth jumlah DPK tersebut terutama di dorong oleh kenaikan seluruh komponen DPK antara Giro, Deposito dan Tabungan yang masing-masing mengalami ekspansi secara tahunan sebesar 26,09%, 1,63% dan 13,18%. Di lihat dari komponen DPK, pangsa tabungan dalam keseluruhan DPK masih sangat tinggi yaitu mencapai 54,66% pada periode laporan. Namun demikian hal tersebut mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 65,25%. Graifik 3.2 menunjukkan komposisi pembentuk DPK pada triwulan IV Sementara itu pertumbuhan DPK ditunjukkan oleh Grafik % 60% 50% 40% 30% 20% - Giro - Deposito - Tabungan 54.66% 17.52% 27.82% Giro Deposito 10% Tabungan 0% -10% -20% JAN FEB MARAPR MEI JUN JULI AGT SEP OKTNOV DES JAN FEB MARAPRMAYJUN JUL AGSSEPTOKTNOV DES JAN FEB MAR Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.1 Grafik 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Indikator Tabel 3.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Tw IV-2012 (miliar) Tw I-2013 (miliar) Growth Tw IV (yoy) Growth Tw I (yoy) Dana Pihak ketiga 3,040 3, % 11.65% Giro % 26.09% Deposito % 1.63% Tabungan 1, % 13.18% Sumber : Bank Indonesia Sementara itu, penghimpunan DPK pada BPR pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.18,19 miliar atau tumbuh sebesar 10,47%. Pertumbuhan DPK tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh tahunan sebesar 26,15%. 24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

11 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Penurunan tersebut nampaknya didorong oleh seluruh komponen pembentuk DPK yakni deposito dan tabungan yang tumbuh tahunan masing-masing sebesar 14,06% dan 5,50% PENYALURAN KREDIT Kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan kepada masyarakat pada triwulan I-2013 mencapai Rp.5,79 triliun atau tumbuh sebesar 22,20% (y.o.y). Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.5,53 triliun atau secara tahunan tumbuh sebesar 24,57%. Pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan I-2013 terutama ditopang oleh kredit konsumsi, dimana pada periode laporan baki debet kredit tercatat sebesar Rp.3,48 triliun atau tumbuh sebesar 47,84% (y.o.y). Sementara itu kredit investasi mengalami penurunan penyaluran menjadi sebesar Rp.555 miliar atau terkontraksi sebesar 23,42% (y.o.y) pada triwulan laporan, di sisi lain kredit modal kerja mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp.1,74 triliun atau tumbuh tahunan sebesar 5,65%. Pertumbuhan kredit berdasarkan penggunaan dapat dilihat pada grafik 3.3. Selanjutnya, bila dilihat dari pangsa penggunaan kreditnya, kredit konsumsi masih mendominasi penyaluran kredit perbankan dengan share sebesar 60,23% pada triwulan laporan. Di sisi lain, kredit modal kerja menempati urutan kedua dengan pangsa 30,18%, diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa 9,59%. Pertumbuhan kredit penggunaan dan pangsa masing-masing jenis kredit terhadap total kredit di Gorontalo, dapat dilihat pada grafik 3.3 dan 3.4 berikut ini. 400% 350% 300% 250% 200% - Investasi - Modal Kerja - Konsumsi 30.18% Modal Kerja 150% 100% 50% 60.23% 9.59% Investasi Konsumsi 0% -50% JAN MAR MEI JULI SEP NOV JAN MAR MAY JUL SEPT NOV JAN MAR % Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.3 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

12 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Indikator Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Bank Umum Tw IV-2012 (miliar) Tw I-2013 (miliar) Growth Tw IV (yoy) Growth Tw I (yoy) Kredit Penggunaan 5,532 5, % 22.20% Modal Kerja 1, % % Investasi % 5.65% Konsumsi 3, % 47.84% Sumber : Bank Indonesia Sejalan dengan hal tersebut, penyaluran kredit BPR pada triwulan laporan telah mencapai Rp.26,95 miliar atau tumbuh sebesar 25,56% (y.o.y). Peningkatan penyaluran kredit BPR ditopang oleh peningkatan hampir seluruh komponen penggunaan kredit antara lain kredit modal kerja yang tercatat sebesar Rp.13,46 miliar atau tumbuh sebesar 17,43% (y.o.y) serta kredit konsumsi yang tercatat sebesar Rp.13,09 miliar atau tumbuh 35,97% (y.o.y). Adanya peningkatan kredit konsumsi BPR pada triwulan laporan mengindikasikan bahwa kecenderungan masyarakat untuk konsumsi masih diimbangi dengan kecenderungan untuk menjalankan usaha/bisnis. Sejalan dengan hal tersebut, kredit investasi juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.390 juta, atau tumbuh sebesar 6,23% (y.o.y). Masih rendahnya penyaluran kredit investasi ini disinyalir karena pengetahuan masyarakat akan skim kredit ini masih relatif rendah sehingga belum memanfaatkannya secara optimal. Secara sektoral, penyaluran kredit bank umum masih didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran dengan baki debet sebesar Rp.1,57 triliun, dengan pangsa kredit 27,14% terhadap total kredit. Kredit pada sektor tersebut tumbuh sebesar 4,19% (y.o.y) namun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,74% (y.o.y). Di sisi lain, pada sektor lainnya yang mengalami perlambatan adalah pada sektor listrik, gas dan air bersih yang terkontraksi sebesar 39,24% (y.o.y) serta sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, & jaminan sosial wajib yang mengalami perlambatan sebesar - 32,25% (y.o.y). Perlambatan tersebut diduga pada kedua sektor usaha tersebut masih belum berjalan secara optimal. Grafik 3.5 dan 3.6 menunjukkan pertumbuhan kredit sektoral dan komposisi kredit sektoral bank umum. 26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

13 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.5 Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Sektoral Komposisi Kredit Sektoral Seperti halnya dengan bank umum, pada BPR sektor utama yang disalurkan kredit adalah sektor perdagangan besar dan eceran dimana pada periode laporan tercatat sebesar Rp.9,3 miliar dengan pangsa sebesar 34,51% terhadap portofolio kredit BPR. Sementara dari segi growth, sektor tersebut tumbuh sebesar 15,73% (y.o.y) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 23,32% (y.o.y). Dilihat dari segi kategori debiturnya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada bank umum hingga triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp.2,01 triliun atau tumbuh sebesar 0,66% (y.o.y) dengan pangsa kredit sebesar 34,74% dari total kredit di Gorontalo. Baki debet kredit UMKM sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.1,99 triliun atau tumbuh 3,82% (y.o.y). Dilihat dari komposisinya, kredit skala kecil memiliki outstanding terbesar diantara skala kredit lainnya dengan nilai Rp.934 miliar. Sementara kredit skala menengah dan mikro masing-masing memiliki baki debet sebesar Rp.636 miliar dan Rp.442 miliar. Share kredit skala kecil adalah 46,43%, sementara kredit skala mikro dan menengah memiliki pangsa masing-masing sebesar 21,97% dan 31,63% terhadap total kredit UMKM. Rasio kredit bermasalah (NPL) kategori debitur UMKM pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 7,23%, dengan rasio NPL terbesar pada kredit skala kecil yaitu 14,69% diikuti skala menengah dan mikro masing-masing sebesar 10,76% dan 3,41%. Grafik 3.7 menunjukkan pertumbuhan kredit UMKM. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

14 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM Data Kredit Usaha Raktyat (KUR) dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menunjukkan bahwa outstanding KUR hingga posisi triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp.155 miliar namun tumbuh terkontraksi sebesar 12,02% (y.o.y) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 11,65% (y.o.y). Sementara itu, jumlah debitur yang memperoleh KUR sejak awal penyalurannya di Gorontalo telah mencapai debitur dengan nilai nominal (komulatif) penyaluran mencapai Rp.550 miliar. Adapun bank penyalur KUR di Provinsi Gorontalo pada saat ini adalah Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia, Bank Sulut dan Bank Syariah Mandiri. Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Gorontalo ditunjukan sebagaimana grafik 3.8 berikut. Sumber : Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Grafik 3.8 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

15 JAN FEB MAR APR MEI JUN JULI AGT SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan tercermin dari indikator yang menggambarkan risiko kredit antara lain rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum dan risiko likuiditas yang dicerminkan oleh jangka waktu Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan dan angka rasio kredit/pembiayaan terhadap dana pihak ketiganya (LDR). Rasio NPL bank umum pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 3,17% sementara LDR tercatat sebesar 179,91% RISIKO KREDIT Risiko kredit perbankan sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 3,17% atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,99%. Kenaikan angka NPLs pada industri perbankan Gorontalo perlu diwaspadai karena berpotensi meningkatkan risiko kredit sebagai ekses intermediasi yang dilakukan. Dilihat secara sektoral, rasio kredit bermasalah mengalami lonjakan yang tajam pada sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan angka NPLs sebesar 27,40% pada triwulan I-2013 jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,92%. Sementara itu sektor konstruksi juga mengalami kenaikan rasio kredit bermasalah dari 8,19% pada triwulan IV-2013 menjadi 22,28% pada triwulan laporan. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPLs) untuk BPR tercatat sebesar 11,93%, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,88%. Grafik 3.9 dan 3.10 menunjukkan perkembangan NPL bank umum dan NPL bank umum dilihat dari masingmasing sektornya. 4.00% 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL JASA PENDIDIKAN REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN PERANTARA KEUANGAN TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN KONSTRUKSI LISTRIK, GAS DAN AIR INDUSTRI PENGOLAHAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN PERIKANAN PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN % 5% 10% 15% 20% 25% 30% Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.9 Grafik 3.10 Perkembangan NPL Bank Umum NPL Bank Umum Per Sektor BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

16 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Di sisi lain, sektor perikanan sedikit mengalami lonjakan NPLs dengan angka 12,74% pada triwulan laporan, dibandingkan dengan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 12,37%. Grafik 3.11 menunjukkan share konsentrasi kredit berdasarkan sektornya. Grafik 3.11 Konsentrasi Kredit Sumber : Bank Indonesia RISIKO LIKUIDITAS Indikator risiko likuiditas yang diindikasikan dari jangka waktu komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) serta Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan tendensi peningkatan yang tercermin dari meningkatnya pangsa komposisi dana jangka pendek perbankan (tabungan) dan meningkatnya indikator Loan to Deposit Ratio (LDR). Dilihat dari komposisi DPKnya, terlihat bahwa komposisi dana jangka menengah-panjang (giro-deposito) relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan dana jangka pendeknya (tabungan). Pada triwulan I-2013, pangsa tabungan atas DPK menempati urutan pertama dengan pangsa sebesar 54,66% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang memiliki pangsa sebesar 65,25% Sementara itu, dana jangka menengah-panjang (giro dan deposito) memiliki pangsa masing-masing sebesar 17,52% dan 27,82%. Berkurangnya proporsi dana jangka pendek dan penambahan share dana jangka menengah panjang akan mengurangi potensi risiko likuiditas yang dihadapi oleh perbankan. Meskipun potensi risiko likuiditas yang dihadapi perbankan semakin berkurang ke depan, industri perbankan perlu senantiasa meningkatkan porsi penghimpunan dana dana jangka menengah-panjang seperti giro dan deposito. Grafik 3.12 menunjukkan perkembangan portofolio DPK bank umum. 30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

17 JAN FEB MAR APR MEI JUN JULI AGT SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.12 Perkembangan Portofolio DPK Rasio kredit/pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan atau lebih dikenal dengan rasio LDR merupakan indikator risiko likuiditas yang perlu diwaspadai oleh perbankan. Pada triwulan laporan, tercatat LDR bank umum sebesar 179,91% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 181,94%. Walaupun LDR bank umum mengalami penurunan, namun tren perkembangan LDR menunjukkan bahwa terdapat peningkatan risiko likuiditas yang dihadapi perbankan di Gorontalo. Rata-rata LDR pada bank umum di Gorontalo telah melampaui 165% dan pada posisi Bulan Maret 2013 telah mencapai 179,91%. Hal ini mencerminkan bahwa untuk mengimbangi ekspansi kreditnya, perbankan harus mendapatkan dana dari luar wilayah Gorontalo. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian lebih, sebab untuk menjaga keseimbangan operasionalnya perbankan tidak hanya dituntut untuk menyalurkan pembiayaan, namun juga harus mempertimbangkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) agar rasio LDR tetap terjaga. Mempertimbangkan kebijakan branchless banking yang saat ini mulai didengungkan, agaknya perlu bagi perbankan untuk mempersiapkan diri terkait operasionalisasinya. Grafik 3.13 berikut menunjukkan perkembangan LDR perbankan gorontalo. 185% 180% 175% 170% 165% 160% 155% 150% 145% Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %) BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

18 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH RISIKO PASAR Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan, tercermin dari indikator pergerakan suku bunga dan kurs rupiah. Pada posisi akhir triwulan I-2013, tercatat angka BI Rate sebesar 5,75%, masih belum mengalami perubahan sejak ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Bulan Februari Tahun 2012 yang lalu. Angka BI Rate tersebut mencerminkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia relatif stabil selama tahun 2012 hingga triwulan I Sementara itu, kurs rupiah terhadap dollar hingga akhir triwulan I-2013 mengalami pelemahan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada akhir Bulan Maret 2013 tercatat kurs rupiah terhadap dollar sebesar Rp.9.719,- melemah dibandingkan posisi akhir Bulan Desember 2012 yang tercatat Rp.9.670,-. Grafik 3.14 menunjukkan perkembangan kurs rupiah terhadap USD dan BI rate. 7.00% 6.80% 6.60% 6.40% 6.20% 6.00% 5.80% 5.60% 5.40% 5.20% Rp10, Rp9, Rp9, Rp9, Rp9, Rp9, Rp8, Rp8, Rp8, Rp8, Rp8, Rp7, BI RATE (%) KURS TENGAH Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.14 Perkembangan Kurs Rupiah terhadap USD dan BI-Rate 32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

19 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH BOX 3: PENGEMBANGAN KARAWO di TAHUN 2013 Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ( ), Bank Indonesia bekerja sama dengan stakeholders eksternal, telah melakukan serangkaian upaya dan kegiatan untuk mendorong pengembangan karawo sebagai salah satu icon Gorontalo. Hasil nyata yang dirasakan pun kian terlihat. Penggunaan karawo menyebar luas, tidak hanya sebatas himbauan pemerintah namun diimplementasikan oleh seluruh instansi struktural maupun vertikal yang ada di Gorontalo. Memasuki triwulan pertama tahun 2013 yang penuh dengan harapan, kegiatan pengembangan karawo pun membuka lembaran baru. Penjualan karawo diharapkan tidak hanya di wilayah Gorontalo, namun mulai merambah ke luar Gorontalo. Untuk menggapai hal tersebut, berbagai aspek perlu dibenahi dan dikembangkan. Oleh karenanya Bank Indonesia berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan berbagai pihak untuk merintis jalan melalui serangkaian pelatihan antara lain: pengelolaan website, manajemen usaha dan pengelolaan gerai karawo. Disamping itu, digelar pula pelatihan menjahit tingkat dasar dan terampil untuk meningkatkan kapasitas usaha pengrajin karawo. Pelatihan tersebut merupakan langkah lanjutan pasca Festival Karawo kedua yang diselenggarakan pada Bulan Desember 2012 lalu. Setelah penguatan demi penguatan teknis dilakukan kepada para pengrajin karawo, kini saatnya menginjak pada pengembangan yang lebih mendalam. Dengan berbagai pelatihan yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia, diharapkan para pengrajin tidak hanya menguasai aspek teknis produksi semata, namun juga aspek SDM, keuangan hingga pemasaran karawo. Sejalan dengan hal tersebut, semangat pengembangan karawo tidak hanya dirasakan oleh Bank Indonesia dan pemerintah daerah, namun juga oleh para pengrajin yang menamakan dirinya Gapokciwo (Gabungan Kelompok Pecinta Karawo). Sebuah wadah yang berasal dari dari dan untuk pengrajin yang berupaya memajukan karawo. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

20 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Halaman ini sengaja dikosongkan 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

21 BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan I-2013 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meningkatnya persentase realisasi dimaksud didorong Belanja Tidak Langsung terutama Belanja Hibah. Sementara untuk realisasi penerimaan APBD sama dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan I-2013, kenaikan penerimaan kurang diimbangi penyerapan belanja sehingga mendorong terjadinya kontraksi fiskal terhadap jumlah uang beredar di masyarakat. 4.1 PENDAPATAN DAERAH Pada triwulan I-2013, persentase realisasi terhadap target anggaran pendapatan APBD Pemerintah Provinsi mencapai 29,75%. Dilihat dari strukturnya, persentase realisasi terbesar terjadi pada Pendapatan Asli Daerah (25,90%) yang disumbang oleh kenaikan persentase realisasi pajak daerah. Sementara untuk persentase realisasi Dana Perimbangan mencapai 31,77%. Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo I-2012 I-2013 Pendapatan Daerah APBD 2012 Pencapaian APBD 2013 Pencapaian Nominal Nominal (%) (%) Pendapatan Asli Daerah , ,90 Pajak daerah , ,79 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Retribusi Daerah ,12 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , ,29 Dana Perimbangan , ,77 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,58 Dana Alokasi Umum , ,33 Dana Alokasi Khusus ,00 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , ,74 Jumlah Pendapatan , ,75 Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD triwulan I-2013 sebesar 74,63% relatif sama dibandingkan pangsa dana perimbangan pada triwulan I-2012 sebesar 73,89%. Sementara pangsa pembiayaan mandiri dari PAD tercatat 15,99% meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 14,38%. Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) I-2012 I-2013 Pendapatan Daerah APBD 2012 Komposisi APBD 2013 Komposisi Nominal Nominal (%) (%) Pendapatan Asli Daerah , ,99 Pajak daerah , ,29 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Retribusi Daerah ,00 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , ,70 Dana Perimbangan , ,63 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,06 Dana Alokasi Umum , ,40 Dana Alokasi Khusus ,18 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , ,37 Jumlah Pendapatan , ,00 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

22 BAB 4 KEUANGAN DAERAH 4.2 BELANJA DAERAH Pada triwulan I-2013, persentase realisasi terhadap target anggaran belanja APBD Pemerintah Provinsi mencapai 18,63% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 15,67%. Dilihat dari strukturnya, kenaikan persentase realisasi terbesar terjadi pada Belanja Tidak Langsung (24,63%) yang disumbang oleh kenaikan persentase realisasi belanja hibah. Sementara untuk persentase realisasi Belanja Langsung mencapai 13,07%. Kenaikan belanja hibah sebagai dampak program subsidi pendidikan oleh Pemerintah Daerah. Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo I-2012 I-2013 Belanja Daerah APBDP 2012 Komposisi APBD 2013 Pencapaian Nominal Nominal (%) (%) Belanja Tidak Langsung , ,00 72, ,63 Belanja Pegawai , ,00 34, ,04 Belanja Subsidi , Belanja Hibah , ,00 28, ,77 Belanja Bantuan Sosial , ,00 0, ,35 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 8, ,42 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem , ,00 1, ,90 Belanja Tidak Terduga , ,10 Belanja Langsung , ,09 27, ,07 Belanja Pegawai , ,00 2, ,95 Belanja Barang dan Jasa , ,09 22, ,21 Belanja Modal , ,00 2, ,32 Jumlah Belanja , ,09 100, ,63 Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Dilihat dari pangsanya, komposisi terbesar penyerapan belanja daerah masih terjadi pada Pos Belanja Tidak Langsung sebesar 63,60% dengan persentase penyerapan terbesar pada belanja hibah (25%) dan belanja pegawai (27%). Yang patut mendapat perhatian adalah komposisi belanja modal yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo I-2012 I-2013 Belanja Daerah APBDP 2012 Komposisi APBD 2013 Komposisi Nominal Nominal (%) (%) Belanja Tidak Langsung , ,00 72, ,60 Belanja Pegawai , ,00 34, ,48 Belanja Subsidi , Belanja Hibah , ,00 28, ,37 Belanja Bantuan Sosial , ,00 0, ,07 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 8, ,33 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem , ,00 1, ,35 Belanja Tidak Terduga , ,00 Belanja Langsung , ,09 27, ,40 Belanja Pegawai , ,00 2, ,24 Belanja Barang dan Jasa , ,09 22, ,42 Belanja Modal , ,00 2, ,74 Jumlah Belanja , ,09 100, ,00 36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

23 BAB 4 KEUANGAN DAERAH 4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Kinerja fiskal selama triwulan I-2013 belum menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 6,41%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 0,77%. Pangsa konsumsi pemerintah terhadap sektor riil mengalami kenaikan dibandingkan triwulan I-2012, hal ini terkait program hibah subsidi pendidikan yang dilakukan Pemerintah Daerah. Demikian juga untuk pangsa Belanja Modal terhadap sektor riil pada triwulan I-2013 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini berimplikasi pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi triwulan I Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah APBDP 2012 I-2012 I-2013 APBDP 2013 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Konsumsi Pemerintah , ,41 Belanja Pegawai , ,13 Belanja Subsidi Belanja Hibah , ,82 Belanja Bantuan Sosial , ,01 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,60 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem , ,17 Belanja Tidak Terduga ,00 Belanja Barang dan Jasa , ,68 Pembentukan Modal Tetap Bruto , ,77 Belanja Modal , ,77 Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan I-2013 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena realisasi dari penerimaan APBD lebih besar dibandingkan penyerapan belanja APBD. Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar APBD APBDP 2012 I-2012 I-2013 APBDP 2013 Realisasi %PDRB Realisasi %PDRB Pendapatan , ,64 10, , ,67 11,03 Pendapatan Asli Daerah , ,64 1, , ,67 1,76 Dana Perimbangan , ,00 8, , ,00 8,23 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,00 0, , ,00 0,01 Dana Alokasi Umum , ,00 7, , ,00 7,76 Dana Alokasi Khusus , , ,00 0,46 Dana Darurat - - Dana Penyesuaian , ,00 1, , ,00 1,03 Belanja , ,09 5, , ,00 7,18 Belanja Pegawai , ,00 2, , ,00 2,13 Belanja Subsidi , , Belanja Hibah , ,00 1, , ,00 1,82 Belanja Bantuan Sosial , ,00 0, , ,00 0,01 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa , ,00 0, , ,00 0,60 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem , ,00 0, , ,00 0,17 Belanja Tidak Terduga , , ,00 0,00 Belanja Barang dan Jasa , ,09 1, , ,00 1,68 Belanja Modal , ,77 Surplus/Defisit ( ) ,00 ( ) ,85 Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

24 BAB 4 KEUANGAN DAERAH Halaman ini sengaja dikosongkan 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

25 Jan Mar Mei Jul Sept Nov Jan Mar Mei Jul Sept Nov Jan Mar Rp. Juta Setoran-Bayaran (Rp.Juta) Netflow (Rp.Juta) BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Aliran uang kartal dari kas titipan BI di Bank Mandiri Gorontalo pada triwulan laporan menunjukkan net outflow sebesar Rp.231,24 miliar. Sementara itu pada triwulan I-2013 ditemukan adanya laporan temuan uang palsu pecahan Rp ,00 (seratus ribu rupiah) sebanyak 142 lembar di wilayah Kabupaten Pohuwato. Di sisi lain, pertumbuhan kliring dan RTGS dari sisi nilai mengalami kontraksi pada triwulan laporan masing-masing sebesar 3,20% (q.t.q) dan 21,62% (q.t.q) dibandingkan triwulan sebelumnya. 5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW) Perkembangan transaksi pembayaran tunai dilihat dari aliran uang kartal pada posisi triwulan I-2013 mengalami net inflow sebesar Rp.231,34 miliar yang berarti jumlah uang yang masuk dalam khasanah kas titipan Bank Indonesia (Rp.859,69 miliar) lebih besar dibandingkan uang yang keluar dari khasanah kas titipan (Rp.628,45 miliar). Grafik 5.1 menggambarkan hal tersebut. 300, , , , ,000 50,000 - (50,000) (100,000) Net Flow Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q , , , , , , , ,000 50,000 - Setoran Bayaran Net Flow 300, , , , ,000 50,000 - (50,000) (100,000) (150,000) (200,000) (150,000) (200,000) (250,000) Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.1 Net inflow/outflow Kas Titipan Gorontalo Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan Namun demikian jika dilihat dari perkembangan bulanan, pada posisi Bulan Maret 2013 terjadi net outflow dalam aliran uang kartal di Gorontalo, sebagaimana ditunjukkan oleh Grafik 5.2. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Gorontalo cenderung mengeluarkan uang lebih untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok sebagai respon inflasi bulanan yang pada Bulan Maret 2013 tercatat sebesar 1,07% (m.t.m). BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

26 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR Penyediaan uang kartal layak edar (ULE) pada posisi triwulan I-2013, mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat Uang Layak Edar (ULE) pada triwulan I-2013 sebesar Rp.84,68 miliar menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.99,44 miliar. Sementara itu, jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) atau uang lusuh yang ada dalam kas titipan Bank Indonesia meningkat pada triwulan laporan dari Rp.5,85 miliar (posisi triwulan IV-2012) menjadi Rp.15 miliar. Sebagian besar uang layak edar yang ada di bank adalah nominal pecahan kertas Rp ,00, sementara uang tidak layak edar yang ditemukan kebanyakan berdenominasi Rp ,00. Penurunan jumlah persediaan Uang Layak Edar (ULE) pada triwulan laporan disebabkan karena tingginya permintaan masyarakat untuk membelanjakan uangnya pada triwulan laporan sebagai dampak inflasi yang relatif tinggi. Tabel 5.1 menunjukkan penyediaan uang kartal di kas titipan Gorontalo. Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo (Dalam Rp.ribu) Jenis Pecahan (Rp) Tw. IV 2012 Tw. I 2013 Jumlah (ribu) Layak edar Tidak Layak Edar Layak edar Tidak Layak Edar Jumlah (ribu) Uang Kertas 100,000 38,500,000 1,500,000 40,000,000 32,200,000 1,200,000 33,400,000 50,000 26,050,000 2,000,000 28,050,000 23,900,000 2,000,000 25,900,000 20,000 9,780, ,000 10,480,000 5,980,000 3,000,000 8,980,000 10,000 8,940, ,000 9,440,000 3,400,000 6,500,000 9,900,000 5,000 9,615, ,000 10,115,000 10,410, ,000 11,260,000 2,000 6,022, ,000 6,622,000 3,644,000 1,200,000 4,844,000 1, ,000 50, , , , ,000 Total 99,434,000 5,850, ,284,000 79,689,000 15,000,000 94,689,000 Uang Logam ,000 5,000,000 Total 2,000-2,000 5,000,000-5,000,000 TOTAL UANG 99,436,000 5,850, ,286,000 84,689,000 15,000,000 99,689,000 Sumber : Bank Indonesia 40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

27 Lembar Nominal (Rp.Juta) Lembar Nominal (Rp.Juta) BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN UANG PALSU Tabel 5.2 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo Periode Triwulan I-2013 Pecahan / Tahun Emisi Temuan Uang Palsu / / / / / / / Jumlah 142 Sumber : Bank Indonesia Pada triwulan I-2013 ditemukan adanya laporan temuan uang palsu dari masyarakat Gorontalo sebanyak 142 lembar. Temuan ini merupakan yang terbesar dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Adanya tindak kejahatan ini perlu mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai pihak karena dapat merugikan masyarakat. Edukasi dan sosialisasi publik mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah perlu senantiasa dilakukan. 5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI KLIRING NON BI DI GORONTALO Perputaran warkat kliring non BI dilihat dari pertumbuhan jumlah warkatnya jauh mengalami penurunan pada triwulan I-2013 yang tercatat sebesar -5,89% (q.t.q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 2,15% (q,t,q). Sejalan dengan itu, dari segi pertumbuhan nominalnya mengalami kontraksi sebesar 3,20% (q.t.q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,21% (q.t.q). Grafik 5.3 dan 5.4 menunjukkan perputaran kliring di Gorontalo dan rata-rata perputaran kliring per hari Nominal (Kanan) Lembar (Kiri) Jan Mar May Juli sept Nov Jan Mar May Juli sept Nov Jan Mar Nominal (Kanan) Lembar (Kiri) Jan Mar May Juli sept Nov Jan Mar May Juli sept Nov Jan Mar Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

28 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN Sementara itu, persentase rata-rata penolakan cek & bilyet giro kosong per hari dari sisi jumlah lembaran cek/bilyet giro pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 1,33%, menurun dibandingkan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 1,44%. Di sisi lain, persentase rata-rata penolakan cek & bilyet giro kosong per hari dilihat dari sisi jumlah nominal pada triwulan I-2013 menurun menjadi 1,40% dibandingkan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 1,86%. Grafik 5.5 menunjukkan persentase rata-rata penolakan cek & bilyet giro kosong per hari dari sisi jumlah lembaran dan nominalnya. Mar Jan Nov sept Juli May Mar Jan Nov sept Juli May Mar Jan Nominal (%) Lembar (%) Sumber : Bank Indonesia Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Pada triwulan I-2013, transaksi yang dilakukan melalui RTGS (dari dan ke Gorontalo) dari sisi nilai rata-rata tercatat sebesar Rp.663 miliar atau terkontraksi sebesar 21,62% (q.t.q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 29,88% (q.t.q). Sementara itu, bila dilihat dari volumenya, rata-rata transaksi RTGS pada triwulan laporan adalah sebanyak 1222 kali, dengan pertumbuhan negatif sebesar 29,35% (q.t.q) jauh lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 9,17% (q.t.q). Penurunan transaksi melalui RTGS pada triwulan I-2013 ini diperkirakan karena siklus ekonomi pada triwulan I relatif belum optimal, sehingga transaksi melalui RTGS baik nilai maupun volumenya masih sedikit. 42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

29 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo FROM TO FROM + TO Bulan Nilai Nilai Nilai Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) Volume Pertumbuhan (qtq) -5.62% 0.73% -4.92% 0.76% -5.20% 0.74% Oktober November Desember Rata-rata tw IV Pertumbuhan (qtq) 29.12% 5.85% 30.40% 14.41% 29.88% 9.17% Januari Februari Maret Rata-rata tw I Pertumbuhan (qtq) % % % % % % Sumber : Bank Indonesia BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

30 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BOX 4 : SECURITY FEATURES dan CIRI-CIRI KEASLIAN UANG RUPIAH Menyikapi tingginya kasus pemalsuan uang rupiah pada triwulan laporan, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan masyarakat terkait Uang Rupiah Asli adalah sebagai berikut. I. Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah Dalam melaksanakan tugas pokok di bidang pengedaran uang, Bank Indonesia selalu berupaya agar uang yang dikeluarkan dan diedarkan memiliki ciri-ciri dan unsur pengaman yang cukup mudah dikenali oleh masyarakat namun di pihak lain dapat melindungi uang dari unsur pemalsuan. Keaslian uang dapat dikenali melalui ciri-ciri yang terdapat baik pada bahan yang digunakan untuk membuat uang (kertas, plastik atau logam), disain dan warna masing-masing pecahan uang, maupun pada teknik pencetakan uang tersebut. Dalam penetapan ciri-ciri uang dianut suatu prinsip bahwa semakin besar nilai nominal uang maka semakin banyak unsur pengaman (Secutiy Features) dari uang tersebut sehingga aman dari usaha pemalsuan. Security features selain berfungsi sebagai alat pengamanan, baik dalam bentuk kasat mata maupun tidak kasat mata juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu : a. Fungsi estetika, agar uang tampak menarik. b. Untuk membedakan antara satu pecahan dengan pecahan lainnya, atau antara satu mata uang dengan mata uang lainnya. II. Unsur Pengaman pada Uang Kertas Rupiah Unsur pengaman pada uang kertas meliputi bahan uang dan teknik cetak. Pemilihan unsur pengaman merupakan suatu aspek yang penting agar uang sulit dipalsukan. Perlu disadari bahwa sulitnya uang untuk dipalsukan tidak semata-mata tergantung pada unsur pengaman, tetapi juga dipengaruhi oleh gambar disain, warna maupun teknik cetak. Unsur pengaman pada uang kertas Rupiah dapat dibedakan berdasarkan unsur pengaman yang terbuka (covert security features) dan tidak terbuka (covert security features). Kebanyakan unsur pengaman adalah yang terbuka dan dapat dilihat dengan mudah oleh masyarakat. Pendeteksian unsur pengaman tersebut dapat dilakukan dengan mata telanjang (kasat mata), perabaan tangan (kasat raba), maupun dengan menggunakan peralatan sederhana seperti kaca pembesar dan ultra violet. Pendeteksian unsur pengaman yang tidak terbuka hanya dapat dilakukan dengan suatu mesin yang memiliki sensor tertentu yang memiliki tingkat kepastian dan kecepatan yang cukup tinggi untuk mengetahui unsur pengaman tersebut. Dalam melakukan pemilihan unsur pengaman uang kertas, pada umumnya mempertimbangkan 2 hal utama yaitu: a. Semakin besar nominal pecahan diperlukan unsure pengaman yang lebih baik, kompleks, dan canggih. b. Unsur pengaman yang dipilih didasarkan pada hasil penelitian dan mempertimbangkan perkembangan teknologi. 44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

31 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN III. Karakteristik Uang Logam Rupiah Beberapa karakteristik tertentu yang perlu diperhatikan dalam uang logam Rupiah antara lain: a. Setiap pecahan uang logam mudah dikenali baik secara kasat mata dan kasat raba. b. Uang logam menggunakan bahan yang tahan lama dan tidak mengandung zat yang membahayakan. c. Uang logam yang dikeluarkan dalam ukuran yang sesuai, tidak terlalu besar atau tidak terlalu berat. d. Uang logam Rupiah berbentuk bulat, dengan bagian samping bergerigi atau tidak bergerigi. IV. Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah Secara sederhana, ciri-ciri keaslian uang rupiah dapat dikenali melalui 3 cara atau yang lebih dikenal dengan istilah 3D (Dilihat, Diraba dan Diterawang). Berikut ini disampaikan cara mengenali keaslian uang kertas rupiah. 1. Dilihat a. Warna terlihat terang dan jelas b. Terdapat benang pengaman yaitu bahan yang ditanam pada kertas uang dan tampak sebagai suatu garis melintang apabila diterawang kearah cahaya atau terlihat seperti dianyam. c. Pada uang pecahan tertentu seperti Rp Tahun Eminsi 2004, Rp Tahun Emisi 2005, Rp Tahun Emisi 2004 dan Rp Tahun Emisi 2005 pada bagian sudut kanan bawah terdapat tinta OVI (Optical variable Ink) yaitu hasil cetak dalam dengan menggunakan tinta khusus yang dapat berubah warna apabila dilihat dari sudut pandang tertentu. 2. Diraba a. Cetak Intaglio yaitu hasil cetakan yang terasa kasar apabila diraba dan terdapat pada angka, huruf dan gambar pada setiap uang. b. Kode tunanetra yaitu kode tertentu untuk mengenali jenis pecahan bagi tunanetra. Di setiap uang terletak di bagian muka diatas tulisan Bank Indonesia. 3. Diterawang a. Tanda air adalah suatu gambar tertentu yang dibuat dengan cara menipiskan dan menebalkan serat kertas untuk membentuk suatu image (umumnya gambar pahwalan) dan akan terlihat bila diteerawangkan kearah cahaya. b. Rectoverso, yaitu hasil cetak yang beradu tepat atau saling mengisi antara gambar di bagian muka uang dengan gambara yang dibagian belakang uang. Sumber : BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

32 BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN 46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

33 BAB 6 KESEJAHTERAAN BAB 6 : KESEJAHTERAAN Jumlah pengangguran di Gorontalo per-februari 2013 mengalami penurunan dibandingkan Sementara angka kemiskinan menurut data 2012 masih berkisar 17,33%. Indeks Pembangunan Manusia Gorontalo sendiri relatif masih rendah dibandingkan Provinsi lainnya di Sulawesi PENGANGGURAN Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo pada bulan Februari 2013 tercatat sebanyak jiwa atau meningkat dibanding angkatan kerja pada periode Agustus 2012 yang tercatat hanya jiwa. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja dimana pada Februari 2013 mencapai atau naik 3,13% dibanding posisi Agustus 2012 yang tercatat sebanyak jiwa. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Gorontalo mengalami penurunan dimana pada bulan Februari 2013 tercatat sebanyak 4,31%, menurun dibandingkan TPT posisi Agustus 2012 yang tercatat 4,36%. Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Ketenagakerjaan Februari Agustus Februari Agustus Februari Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Angkatan Kerja Bekerja Tidak Bekerja Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 63,90 64,13 64,36 63,08 64,33 Tingkat Pengangguran Terbuka 4,61 4,26 4,81 4,36 4,31 Sumber : BPS Prov. Gorontalo Jika dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian nampaknya masih menjadi lapangan usaha sebagian besar penduduk Provinsi Gorontalo yaitu orang (Februari 2013). Jumlah tersebut menurun 4% jika dibandingkan dengan Agustus Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor jasa kemasyarakatan yaitu jiwa atau sebesar 22% dari total tenaga kerja. Tenaga kerja sektor ini tumbuh 24,5% dibandingkan bulan Agustus BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

34 BAB 6 KESEJAHTERAAN 6.2. KEMISKINAN Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Ketenagakerjaan Februari Agustus Februari Agustus Februari Pertanian Industri Perdagangan Jasa Kemasyarakatan Lainnya Total Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo hingga Maret 2012 tercatat sebanyak jiwa (17,33% dari jumlah penduduk), mengalami penurunan dibandingkan posisi Maret 2011 yang tercatat sebanyak jiwa (18,75% dari jumlah penduduk). Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret 2012 sebesar Rp per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2011 yang tercatat sebesar Rp perkapita per bulan. Tabel 6.3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) Kemiskinan Maret September Maret Jumlah Penduduk Miskin Persentase 18,75 18,02 17,33 Garis Kemiskinan Rp Rp Rp Perkotaan Rp Rp Rp Pedesaan Rp Rp Rp Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas 6.3. RASIO GINI Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini menunjukkan kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas. 48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2013 BANK INDONESIA

35 BAB 6 KESEJAHTERAAN Tabel 6.4. Rasio Gini Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas 6.4. IPM (INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA) Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai dengan data terakhir tahun 2011 adalah sebesar 70,82 dengan tren semakin meningkat sejak tahun IPM Gorontalo relatif lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya di Sulawesi. Tabel 6.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo Indeks Pembangunan Manusia Sulawesi Barat 68,55 69,18 69,64 70,11 Sulawesi Tenggara 69,00 69,52 70,00 70,55 Gorontalo 69,29 69,79 70,28 70,82 Sulawesi Tengah 70,09 70,70 71,14 71,62 Sulawesi Selatan 70,22 70,94 71,62 72,14 Sulawesi Utara 75,16 75,68 76,09 76,54 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Tabel 6.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota Tahun Sumber : BPS Provinsi Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 3,59% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,18%

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 5,31% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,40%

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2012, Gorontalo tercatat mengalami inflasi sebesar 5,40% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Penghimpunan pendapatan dan penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo selama triwulan laporan meningkat secara nominal, namun dilihat dari persentase

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan III-2010 mencapai 60,94%, lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan III-2009 sebesar 57,85%, realisasi

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan III-2011 sebesar 3,27% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,11% (y.o.y). Melemahnya tekanan

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan I-2012 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan II-2010 mencapai 38,26%, lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan II-2009 sebesar 45,63%, sementara

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

i

i i 2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Indeks 250 200 150 100 50 0 Indeks SPE Growth mtm (%) Growth yoy (%)

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2011 sebesar 4,08% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y), namun lebih rendah

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2011 sebesar 7,11% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,77% (y.o.y). Rentannya aspek

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Aliran uang kartal dari kas titipan BI di Bank Mandiri Gorontalo pada periode laporan menunjukkan net outflow sebesar Rp.48,387 miliar. Sementara itu pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan IV-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,43% (y.o.y), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Juli Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) kembali melambat. Posisi M2 pada akhir Juli tercatat sebesar Rp4.383,0 T, atau

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,60% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,73% (y.o.y).

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

% (yoy) Feb'15 Mar'15*

% (yoy) Feb'15 Mar'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa et Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada et mengalami peningkatan. Posisi M2 tercatat Rp4.246,3 T, tumbuh 16,3,

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Dinamika Sistem Pembayaran di Gorontalo mengalami perubahan yang cukup dinamis dari waktu ke waktu. Pada posisi triwulan III-2012, perkembangan transaksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOVEMBER Photo by : Yuyus Sera. Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOVEMBER Photo by : Yuyus Sera. Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOVEMBER 2016 1 Photo by : Yuyus Sera KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya dan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Survei Konsumen Mei 2015 (hal. 1) Survei Penjualan Eceran April 2015 (hal. 13) PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 Alamat Redaksi :

Lebih terperinci

STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG

STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik Perekonomian Provinsi Lampung I Triwulan 1 Tahun 2016 STATISTIK PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG Triwulan 2 Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan III-2011 diwarnai oleh net inflow dan kenaikan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %)

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) 1 (Miliar Rp) Grafik 2. Realisasi Penyaluran Kredit Januari-November 2013 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 KPR/KPA KKB-Mobil KKB-Sepeda Motor KTA + Multiguna

Lebih terperinci

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00 SURVEI KONSUMEN Juli - 2010 Indeks 150.00 125.00 100.00 75.00 optimis pesimis 50.00 25.00 0.00 periode krisis ekonomi global 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 2007 2008 2009 2010 Indeks Keyakinan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

% (yoy) Oct'15 Nov'15*

% (yoy) Oct'15 Nov'15* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh sebesar 9,2% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013,

Lebih terperinci