BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI"

Transkripsi

1 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan I-2012 sebesar 5,90% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,08% (y.o.y). Meningkatnya tekanan inflasi terutama akibat dari melonjaknya harga komoditas bahan bangunan yaitu semen. Tingginya permintaan semen untuk pembangunan proyek infrastruktur dan megaproyek swasta tanpa diimbangi oleh penambahan supply menyebabkan harga semen terdongkrak naik. Sementara itu, volatile food inflation cenderung meningkat terutama akibat dari pergerakan harga ikan. Sedangkan inflasi administered price relatif terkendali karena pemerintah belum melakukan kebijakan untuk merubah harga BBM bersubsidi pada triwulan laporan. 2.1 INFLASI GORONTALO Inflasi Gorontalo pada triwulan I-2012 sebesar 5,90% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,08% (y.o.y). Meningkatnya tekanan inflasi terutama akibat dari melonjaknya harga komoditas bahan bangunan yaitu semen. Core inflation pada triwulan laporan sebesar 9,71% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,23% (y.o.y). Makin ramainya geliat pembangunan fisik di Gorontalo menyebabkan harga komoditas kategori core inflation yaitu semen melonjak sangat tajam. Sementara itu, volatile food inflation triwulan I-2012 mengalami inflasi sebesar 1,71% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,74% (y.o.y). Kenaikan inflasi volatile food terutama akibat dari pergerakan harga komoditas ikan. Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo Disagregasi JAN FEB MAR APR MEI JUNI SEPT DES JAN FEB MAR Total Inflasi 7.13% 5.28% 5.77% 6.17% 6.69% 7.11% 3.27% 4.08% 5.69% 6.51% 5.90% Core Inflation 2.79% 3.43% 3.53% 4.23% 4.27% 4.64% 6.44% 7.23% 9.24% 9.35% 9.71% Volatile Food 15.41% 8.40% 8.57% 8.69% 11.35% 12.07% -0.90% -0.74% 1.03% 3.02% 1.71% Administered Price 4.90% 4.69% 6.52% 6.75% 5.30% 5.47% 2.96% 4.93% 5.36% 5.78% 4.12% Inflasi Bulanan (mtm) Total Inflasi 0.10% -0.07% -0.01% -0.50% 0.92% 0.60% -0.27% 0.66% 1.65% 0.70% -0.58% Core Inflation 0.56% 0.55% 0.20% 0.56% 0.12% 0.59% 0.95% 0.28% 2.45% 0.65% 0.53% Volatile Food -0.32% -0.83% -1.56% -2.49% 2.68% 0.94% -2.20% 1.52% 1.45% 1.12% -2.81% Administered Price -0.21% -0.20% 1.92% 0.21% 0.08% 0.14% -0.01% 0.25% 0.19% 0.20% 0.33% Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah) Harga barang yang ditentukan oleh pemerintah (administered price) sebesar 4,12% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,93% (y.o.y). Secara keseluruhan tahun, pergerakan administered price relatif terkendali karena pemerintah tidak melakukan kebijakan untuk merubah harga BBM bersubsidi selama periode laporan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

2 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah) FAKTOR FUNDAMENTAL Core inflation atau inflasi inti pada triwulan I-2012 sebesar 9,71% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,23% (y.o.y) seiring dengan meningkatnya berbagai tekanan faktor fundamental terutama output gap dan ekspektasi inflasi. Output gap negatif diperkirakan memberi tekanan inflasi terkait dengan meningkatnya permintaan namun kemampuan produksi belum mampu mencukupi. Hal ini ditunjukkan dengan harga semen yang terus merangkak naik selama bulan berjalan karena banyaknya permintaan untuk memenuhi berbagai pembangunan fisik di Gorontalo diantarannya megaproyek swasta hypermall dan hotel. Sementara itu, saat ini Gorontalo belum mampu memproduksi semen secara mandiri dan harus mengimpor dari daerah lain dengan kuota tertentu. Peningkatan permintaan semen yang tidak diimbangi dengan peningkatan pasokan mengakibatkan harga semen terdongkrak naik. Sementara itu, ekspektasi inflasi diperkirakan meningkat seiring dengan adanya isu kenaikan harga BBM bersubsidi. Pemerintah berencana menaikkan harga Premium sebesar Rp1.500/liter per 1 April Harga sebelumnya sebesar Rp4.500/liter menjadi sebesar Rp6.000/liter. Namun, hasil Rapat Paripurna DPR tanggal 30 Maret 2012 memberi keputusan untuk menangguhkan kebijakan tersebut dan memberikan kewenangan kepada Pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM apabila harga minyak mentah mengalami kenaikan atau penurunan sebesar 15% dalam waktu 6 bulan berjalan dibandingkan asumsi harga ICP dalam APBN-P 2012 (USD105/barrel). Meskipun kebijakan kenaikan harga BBM ditangguhkan, namun ekspektasi inflasi masyarakat yang terbentuk sudah terlanjur naik. Masyarakat pada umumnya telah memiliki pengalaman bahwa kebijakan kenaikan harga BBM akan diikuti oleh lonjakan harga-harga. Hal ini membentuk kenaikan ekspektasi inflasi pada triwulan laporan untuk merespon adanya kebijakan kenaikan harga BBM. Hasil Survei 18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

3 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan bahwa Perkiraan Inflasi Tertimbang (Ekpektasi Inflasi Masyarakat) pada triwulan laporan sebesar 5,51% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,59%. Grafik 2.2 Perkiraan Inflasi Tertimbang Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo Pengaruh kenaikan harga-harga barang yang diimpor (imported inflation) dari luar daerah atau luar negeri relatif minimal. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), Harga emas lokal di Gorontalo pada triwulan laporan masih pada kisaran Rp Rp , sama seperti triwulan sebelumnya FAKTOR NON FUNDAMENTAL Komponen volatile food pada Triwulan I-2012 menunjukkan inflasi sebesar 1,71% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,74% (y.o.y). Peningkatan inflasi volatile food akibat dari naiknya harga komoditas bahan makanan terutama ikan. Sementara itu, inflasi administered price pada triwulan I-2012 sebesar 4,12% (yoy) relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,93% (yoy). Inflasi administered price relatif terkendali karena pemerintah belum melakukan kebijakan untuk merubah harga BBM bersubsidi pada periode laporan. Namun, adanya isu kenaikan harga BBM bersubsidi mengakibatkan tren penimbunan Premium di Provinsi Gorontalo menjadi lebih marak. Spekulasi menjadi motif utama banyaknya kegiatan penimbunan BBM di Gorontalo. Aparat kemanan telah melakukan upaya yang intensif dalam rangka mengatasi aksi penimbunan. Berdasarkan anecdotal information, aparat keamanan telah mengamankan sekitar 1,2 kilo liter dari 4 kasus penimbunan di wilayah Kota Gorontalo selama triwulan laporan. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

4 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA INFLASI TAHUNAN Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan I-2012 sebesar 5,90% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,08% (y.o.y). Melemahnya tekanan inflasi IHK dibandingkan tahun sebelumnya terutama disebabkan oleh deflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y) No Inflasi Tahunan Inflasi Umum 7.13% 5.28% 5.77% 7.11% 3.27% 4.08% 5.69% 6.51% 5.90% 1 Bahan makanan 15.26% 8.33% 8.50% 12.04% -0.70% -0.62% 1.18% 3.19% 1.90% 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 6.10% 5.56% 8.32% 7.44% 4.82% 7.69% 7.97% 8.09% 6.00% 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 3.13% 4.44% 4.21% 5.05% 6.58% 7.85% 11.62% 11.82% 12.67% 4 Sandang 3.37% 3.84% 4.14% 5.12% 12.33% 9.78% 9.54% 9.53% 9.44% 5 Kesehatan 3.36% 3.28% 2.22% 3.43% 3.50% 4.64% 4.08% 4.05% 3.81% 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.42% 1.11% 1.18% 0.60% 3.88% 3.96% 4.44% 3.80% 3.72% 7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 2.16% 1.86% 2.44% 3.36% 1.38% 2.44% 2.86% 3.51% 3.18% Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Peningkatan inflasi Biaya Tempat Tinggal relatif menonjol pada triwulan laporan mencapai 18,89% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,76% (yoy). Melonjaknya harga semen menjadi penyebab utama tingginya inflasi tempat tinggal. Berdasarkan hasil SPH, harga Semen Tonasa (pasar lokal) pada triwulan laporan mencapai Rp80.000/sak jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada kisaran Rp65.000/sak Rp70.000/sak. Hasil rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah mengidentifikasi bahwa faktor supply-demand mismatch dan distribusi menjadi penyebab melonjaknya harga semen pada triwulan laporan. Pasokan semen dari Makassar terlambat masuk ke Gorontalo antara lain karena faktor cuaca. Siklus semen juga dipengaruhi oleh adanya spekulasi karena banyaknya penyelesaian pembangunan infrastruktur pemerintah dan megaproyek fisik swasta (hypermall, ruko, hotel, dsb), disamping adanya kuota semen yang dikirim dari supplier (Makassar). Tabel 2.3 Inflasi Tahunan Sub-kelompok Perumahan Air, Listrik, Gas&Bahan Bakar (y.o.y) Kelompok / Sub kelompok JAN FEB MAR JUNI SEPT DEC JAN FEB MAR PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumahtangga Penyelenggaraan Rumahtangga Sumber : BPS Provinsi Gorontalo 20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

5 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI INFLASI TRIWULANAN (q.t.q) Grafik 2.3 Harga Lokal Semen Tonasa Sumber : SPH, Bank Indonesia Gorontalo Secara triwulanan, perkembangan harga-harga di Gorontalo pada triwulan I-2012 mengalami inflasi sebesar 1,77% (q.t.q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,16% (q.t.q). Kenaikan inflasi secara triwulanan terutama disebabkan oleh melonjaknya harga semen. No Inflasi Triwulanan Tabel 2.4 Kelompok Barang dan Jasa (q.t.q) Umum Bahan makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Secara triwulanan, inflasi subkelompok sandang pada triwulan I-2012 sangat dominan dengan inflasi sebesar 6,28% (q.t.q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,08% (q.t.q). Inflasi kelompok sandang terutama disebabkan oleh melonjaknya harga semen. Sebaliknya, komoditas bahan makanan mengalami deflasi yang cukup dalam mencapai -0.20% (qtq). Deflasi terutama disebabkan oleh menurunnya harga komoditas ikan pada akhir triwulan laporan. Harga komoditas ikan sempat melonjak tinggi pada awal tahun 2012 namun berangsur menurun karena perbaikan cuaca untuk melaut. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

6 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.5 Survei Pemantauan Harga No Komoditas Satuan 9-Jan 24-Jan 6-Feb 20-Feb 5-Mar 19-Mar 1 Beras Super Win kg Ciheran kg IR 64 kg Minyak Goreng Kemasan Bimoli liter Curah kg Daging&telur Daging Sapi kg Daging Ayam ekor/kg Telur Ayam Ras butir Cabe Merah Cabe Rawit kg Cabe Keriting kg Bumbu-bumbuan Bawang Merah kg Bawang Putih kg Tomat kg Ikan Ekor Kuning kg Tude/Oci kg Malalugis kg Cakalang Kg Mujair Kg Gula Gula Pasir kg Semen Semen Tonasa sak Sumber : Bank indonesia 22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

7 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BOKS 2 : SIMULASI DAMPAK KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP INFLASI GORONTALO Isu kebijakan kenaikan BBM bersubsidi (Premium) menjadi isu nasional yang memberikan berbagai persepsi pro dan kontra di tengah masyarakat. Bertambahnya biaya produksi akibat kenaikan harga BBM dikhawatirkan akan mendorong peningkatan harga-harga secara keseluruhan. Di sisi lain, efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran sangat diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Studi Kasus Tahun 2005 Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kebijakan kenaikan harga Premium akan direspon oleh naiknya harga-harga barang secara keseluruhan dan tingginya tekanan inflasi. Studi Kasus Oktober 2005, pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada Oktober 2005 dari Rp2.400/L menjadi Rp4.500/L. Hal ini menyebabkan inflasi bulanan Gorontalo pada Oktober 2005 mencapai 10,16% (mtm). Inflasi Gorontalo tahun 2005 melonjak hingga 18,56% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dibandingkan inflasi nasional sebesar 11,81% (yoy) maupun inflasi tahun sebelumnya sebesar 8,64% (yoy). Hasil analisis dampak inflasi menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM tersebut memberikan dampak langsung dan tidak langsung pada pergerakan harga komoditas di Gorontalo. Dampak langsung berakibat pada kenaikan harga bahan bakar dan biaya transportasi diantaranya angkutan umum dan bentor. Sementara, dampak tidak langsung akan mempengaruhi harga-harga komoditas lainnya diantaranya bahan makanan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa komoditas yang menerima dampak lanjutan terbesar adalah sayur-sayuran dan ikan segar. Sayur-sayuran di Gorontalo pada umumnya merupakan barang impor dari daerah lain sehingga sangat dipengaruhi oleh naiknya biaya transportasi. Sementara itu, harga ikan segar sangat dipengaruhi oleh naiknya biaya bahan bakar/ongkos produksi untuk melaut. Hasil Keputusan DPR Terhadap Implementasi Kebijakan Kenaikan Harga BBM 2012 Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi (Premium) sebesar Rp1.500/liter per 1 April Harga sebelumnya sebesar Rp4.500/liter akan naik menjadi sebesar Rp6.000/liter. Namun, hasil Rapat Paripurna DPR tanggal 30 Maret 2012 memberi keputusan untuk menangguhkan kebijakan tersebut dan memberikan kewenangan kepada BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

8 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM apabila harga minyak mentah mengalami kenaikan atau penurunan sebesar 15% dalam waktu 6 bulan berjalan dibandingkan asumsi harga ICP dalam APBN-P 2012 (USD105/barrel). Perkembangan ini tetap membuka peluang yang cukup besar adanya kenaikan harga BBM pada Mei Simulasi Dampak Kenaikan Harga Premium *Dampak kenaikan inflasi Gorontalo 2012 merupakan adjustment dari hasil simulasi dampak inflasi oleh Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Bank Indonesia Gambar 2.1 Simulasi Dampak Kenaikan Harga Premium Hasil simulasi Bank Indonesia memperkirakan bahwa apabila diimplementasikan kebijakan kenaikan harga Premium sebesar Rp1.500,- akan memberikan dampak inflasi nasional sebesar 2,4%. Namun, dampak inflasi untuk Provinsi Gorontalo diperkirakan akan lebih tinggi yaitu pada kisaran 3-4%.Tekanan inflasi di Gorontalo diperkirakan lebih tinggi karena Gorontalo merupakan daerah net importir. Sebagian besar komoditas strategis harus didatangkan dari Jawa atau daerah lain di Sulawesi sehingga dampak ikutan inflasi akan memberikan tekanan lebih tinggi terkait ongkos biaya angkut. Langkah Antisipasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) TPID mengidentifikasi bahwa kebijakan kenaikan harga BBM memberikan sejumlah tantangan dan opportunity. Salah satu tantangan yang perlu dihindari adalah maraknya spekulasi dengan memanfaatkan momentum untuk menaikkan harga secara berlebihan. Tindakan ini dapat menyebabkan efek kenaikan harga-harga barang menjadi berkali-lipat. Sementara itu, kebijakan kenaikan harga BBM ternyata juga menyimpan sejumlah opportunity. Pedagang eceran BBM Gorontalo saat ini telah menjual dengan harga Rp6.000/botol sehingga bila kebijakan kenaikan BBM bersubsidi diimplementasikan 24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

9 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI diharapkan tidak menyebabkan goncangan (shock) perekonomian yang berlebihan. Selain itu, pasca kebijakan kenaikan BBM bersubsidi diharapkan dapat meningkatkan kelancaran pasokan BBM di Gorontalo. Di sisi lain, peluang dalam pengembangan energi alternatif juga menjadi terbuka. Pemanfaatan bahan bakar alternatif seperti energi terbarukan (panas matahari, panas bumi, angin, dsb) dan energi BBG (Bahan Bakar Gas) dapat menjadi solusi. TPID telah menyusun rekomendasi kebijakan sebagai langkah strategis untuk mengantisipasi dampak negatif terkait dengan implementasi kebijakan kenaikan harga BBM, sebagai berikut: Melakukan penambahan kuota Premium dari 275 KL/hari menjadi 350 KL/hari dan penambahan SPBU di Gorontalo hingga 22 unit SPBU pada tahun Penertiban penjual eceran BBM di seluruh kabupaten/kota karena merupakan tindakan melanggar hukum. Upaya untuk menindak tegas pengecer diharpakan dapat diberlakuan sama di setiap wilayah kabupaten/kota. Mendiseminasikan aturan publik untuk memberi informasi yang jelas kepada masyarakat dan pihak berwenang mengenai larangan terhadap pelanggaran penimbunan. Surat edaran dari Bupati/Walikota kepada aparat desa agar seluruh lapisan masyarakat (ayahanda, kepala desa, aparat kecamatan, dsb) tidak mendukung/melakukan penimbunan dan berdagang BBM secara eceran. Penertiban pemberian rekomendasi pembelian BBM dengan galon untuk nelayan. Pemberian rekomendasi BBM tersebut tidak lagi oleh camat atau perangkat desa tetapi harus diberikan oleh instansi terkait yang dilakukan secara selektif dan komprehensif. Pengalihan mata pencarian pengecer dengan peluang usaha yang lain dan prospektif. Hal ini disertai dengan pelatihan kewirausahaan yang baik untuk menumbuhkan jiwa entrepreneurship yang bermanfaat untuk ekonomi daerah. Pemantauan harga sembako yang mulai merangkak naik, penetapan harga tertinggi, himbauan kepada distributor, informasi harga, pengamanan stok, mempercepat penyaluran raskin, dan operasi pasar yang tanggap. Pembahasan solusi permasalahan dan antisipasi pengamanan BBM di Gorontalo pada level Muspida dan Pemilik Kebijakan Daerah. Pengembangan energi alternatif BBG untuk bentor dan katinting yang disertai dengan sosialisasi, penyempurnaan teknologi, dan dukungan anggaran subsidi. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

10 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Pengembangan Energi Alternatif Gambar 2.2 Ujicoba Bentor BBG Oleh Gubernur Gorontalo Dalam menghadapi isu kenaikan harga BBM, TPID merekomendasikan agar konversi bahan bakar gas (BBG) di Gorontalo terutama untuk usaha mikro-kecil, kapal katinting, dan bentor perlu digalakan. Rekomendasi ini diapresiasi dan ditindaklanjuti oleh para pemilik kebijakan di Gorontalo. Bank Indonesia Gorontalo telah melakukan inisiasi untuk memodifikasi teknologi sederhana kendaraan bentor dengan bahan bakar gas yang irit dan ramah lingkungan. Hasil ujicoba menunjukkan bahwa bentor BBG memiliki perbandingan tingkat penghematan dengan BBM kurang lebih sebesar satu berbanding empat. Bentor dapat beroperasi penuh kurang lebih selama empat hari dengan menggunakan BBG isi ulang 3 Kg seharga Rp Sementara, dengan biaya yang sama sebesar Rp bentor hanya bertahan untuk beroperasi selama sehari apabila menggunakan BBM. Penggunaan bentor BBG juga ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan polusi layaknya BBM. Langkah ini diapresiasi positif oleh Gubernur dengan mencanangkan penggunaan elpiji sebagai bahan bakar bentor menggantikan bensin yang dilakukan bertepatan dengan HUT Provinsi Gorontalo ke-11. Para akademisi juga turut aktif untuk terus mengembangkan teknologi ini agar menjadi lebih efisien, aman, dan mudah diaplikasikan. 26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

11 BAB 3 : Indikator perbankan Gorontalo pada triwulan I-2012 menunjukkan tendensi peningkatan yang cukup baik. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum tercatat sebesar Rp.2,88 trilliun atau tumbuh secara tahunan (y.o.y) sebesar 22.93%, sementara itu DPK yang berhasil dihimpun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah sebesar Rp.16,47 milliar atau tumbuh 13,54% (y.o.y). Penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank umum tercatat sebesar Rp.4,74 trilliun atau tumbuh sebesar 22.93% (y.o.y), sementara pada BPR tercatat Rp milliar atau tumbuh 14,40% (y.o.y). Dilihat dari angka tersebut, terlihat bahwa permintaan kredit di Gorontalo masih cukup tinggi seperti ditunjukkan oleh angka Loan to Depopsit Ratio (LDR) yang mencapai % pada bank umum dan 130,29% pada BPR. Di sisi lain, hal yang perlu mendapat perhatian adalah rasio kredit bermasalah (Non Performing Loans/NPLs), dimana pada BPR tercatat relatif tinggi sebesar 11,66%, sedangkan pada bank umum masih terjaga pada level wajar yaitu sebesar 2,65%. 3.1 FUNGSI INTERMEDIASI Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencerminkan fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Hingga triwulan I-2012 indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank umum tercatat sebesar 164,38%, sementara pada BPR tercatat sebesar 130,29% artinya dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Gorontalo telah seluruhnya disalurkan kepada masyarakat Gorontalo. Namun demikian, satu hal yang menjadi catatan adalah penyaluran kredit pada bank umum masih didominasi oleh kredit konsumsi yakni sebesar 49.78% dari total kredit yang disalurkan. Besarnya pangsa kredit konsumsi dibandingkan produksi menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Gorontalo cenderung bersifat konsumtif. Sementara itu untuk BPR terlihat bahwa pangsa terbesar penyaluran kredit adalah kredit modal kerja yaitu 53,42% dari total kredit yang disalurkan. Sementara itu jika dilihat secara sektoral, kredit terbesar disalurkan untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 31,83% pada bank umum dan 37,44% pada BPR PERKEMBANGAN KANTOR BANK Perkembangan jumlah bank di Gorontalo hingga triwulan I-2012 tercatat sebanyak 17 Bank Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah dan 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jumlah bank tersebut sama seperti periode triwulan sebelumnya. Dari jumlah bank tersebut, jaringan kantor Bank umum di Provinsi Gorontalo terdiri dari 17 kantor cabang, 31 kantor cabang pembantu, 2 kantor fungsional, 13 kantor kas serta 22 kantor unit.sementara itu, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 1 kantor kas. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

12 3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT Pada periode triwulan I-2012, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum di Gorontalo tercatat sebesar Rp.2,88 triliun atau tumbuh sebesar 22,93% (y.o.y). Pertumbuhan DPK tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 27,81% (y.o.y). Pertumbuhan jumlah DPK tersebut terutama bersumber dari tabungan dan deposito yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 26,91% dan 21,93% (y.o.y). Dalam grafik 3.2, terlihat bahwa pangsa tabungan terhadap pembentukan DPK pada triwulan laporan masih sangat tinggi (53,93%), namun mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 61,75%. Sementara itu simpanan giro masih memiliki pangsa terhadap DPK terkecil yaitu sebesar 15,51%, dengan pertumbuhansebesar 12,51%(y.o.y) seperti ditunjukan dalam grafik 3.1. Komponen pembentuk DPK lainnya seperti deposito, pada triwulan laporan menunjukkan pelambatan pertumbuhan sebesar 25,93% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 35,46% (y.o.y). Di sisi lain, pangsa deposito terhadap pembentukan DPK justru mengalami kenaikan yaitu menjadi sebesar 30,56% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 26,77%. Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.1 Grafik 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR), penghimpunan DPK hingga triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp 16,47 milliar atau tumbuh sebesar 13,54% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,35% (y.o.y). Peningkatan jumlah penghimpunan dana BPR terutama terjadi karena adanya peningkatan jumlah deposito sebesar 8,09% (y.o.y) yakni dari Rp 9,23 milliar menjadi Rp 9,55 milliar. Hal yang sama juga terjadi pada tabungan yang meningkat dari Rp 6,43 milliar 28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

13 menjadi Rp 6,91 miliiar atau tumbuh 10,13% (y.o.y) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka statistik Dana Pihak Ketiga (DPK) di atas, menunjukkan bahwa penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan Gorontalo sudah cukup baik dan perlu terus diupayakan untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam hal menabung atau menyimpan uang di bank. Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam dalam bentuk Deposito dan Giro agaknya perlu ditingkatkan untuk membantu perbankan dalam menjaga keseimbangan likuiditas keuangan, khususnya dalam jangka menengah panjang. Hal tersebut penting guna menunjang pertumbuhan kredit yang masih cukup tinggi di Gorontalo. Oleh sebab itu, perbankan perlu terus menggalakkan gerakan sosialisasi Ayo ke Bank kepada masyarakat mulai dari kota hingga ke pedesaan PENYALURAN KREDIT Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank umum dalam bentuk kredit/pembiayaan pada triwulan I-2012 masih cukup baik. Hal tersebut tercermin dari jumlah kredit/pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp 4,74 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 22,61% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 22,29% (y.o.y). Pertumbuhan kredit pada triwulan ini ditopang oleh penggunaan kredit produktif. Kredit investasi pada triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp 238 milliar atau tumbuh 49,12% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat Rp 752,34 milliar atau tumbuh 108,71% (y.o.y). Sementara itu kredit modal kerja menunjukkan peningkatan positif yaitu sebesar Rp 1,41 trilliun atau tumbuh 31,25% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.tidak seperti kredit investasi yang mengalami perlambatan, angka pertumbuhan kredit modal kerja justru menunjukan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14,71% (y.o.y). Sementara itu, pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan laporan sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.kredit konsumsi hingga triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp 2,36 trilliun dengan pertumbuhan sebesar 11,37% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 11,77% (y.o.y). Pertumbuhan kredit berdasarkan penggunaan dapat dilihat pada grafik 3.3. Ditinjau dari penggunaan kredit, pangsa terbesar kredit/pembiayaan di Gorontalo pada triwulan I-2012 masih didominasi oleh kredit konsumsi yang tercatat sebesar Rp 2,36 trilliun, dengan pangsa sebesar 49,78%. Selanjutnya kredit modal kerja, yang tercatat sebesar 34,92% dari total kredit di Gorontalo. Pangsa kredit investasi terhadap total BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

14 kredit/pembiayaanmasih yang terendah yaitu sebesar 15,30% dari total kredit perbankan di Gorontalo sebagaimana ditunjukan dalam grafik 3.4. Pertumbuhan kredit penggunaan dan pangsa masing-masing jenis kredit terhadap total kredit di Gorontalo, dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik 3.3 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan Sumber : Bank Indonesia Pada BPR, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp 21,46 milliar atau tumbuh sebesar 14,40% (y.o.y), dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat hanya sebesar -2,04% (y.o.y). Walaupun pangsa terbesar kredit BPR adalah untuk kredit modal kerja (53,42% dari total kredit), namun penyumbang pertumbuhan kredit BPR tertinggi adalah kredit konsumsi dimana pada triwulan laporan tercatat Rp 9,63 milliar atau tumbuh sebesar 21% (y.o.y). Sementara itu, kredit modal kerja pada BPR tercatat tumbuh sebesar 11% pada triwulan laporan. Peningkatan tersebut diperkirakan karena adanya geliat usaha di Gorontalo khususnya pada sektor mikro. Pertumbuhan kredit investasisecara tahunan tercatat negatif, yaitu sebesar -22,35%. Hal tersebut mencerminkan sebagian besar masyarakat, khususnya di pedesaan masih belum memanfaatkan pembiayaan BPR untuk kebutuhan investasi usaha. Ditilik secara sektoral, sektor usaha yang banyak menerima penyaluran kredit dari bank umum di Gorontalo adalah pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Hingga triwulan I-2012, baki debet kredit sektor ini tercatat sebesar Rp 1,51 trilliun atau 31,83% dari total kredit sektoral perbankan. Kredit pada sektor tersebut tumbuh sebesar 40,54% (y.o.y), relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 34,23% (y.o.y). Sementara itu pada sektor lainnya menunjukan perlambatan pertumbuhan pada triwulan I Perlambatan terbesar terjadi pada sektor jasa keuangan yang tercatat sebesar -74,50% (y.o.y). Perlambatan tersebut 30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

15 diperkirakan karena jasa keuangan yang ada di Gorontalo, belum sepenuhnya memanfaatkan fasilitas credit channeling dari perbankan. Adapun rincian pertumbuhan dan komposisi kredit sektoral pada triwulan I-2012, dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik 3.5 Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Sektoral Komposisi Kredit Sektoral Sumber : Bank Indonesia Total kredit yang disalurkanoleh BPR pada triwulan laporan adalah sebesar Rp 21,46 milliar. Baki debet kredit terbesar disalurkan ke sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yaitu sebesar Rp 8,04 milliar atau 37,44% dari total kredit. Sektor PHR agaknya masih menjadi sektor yang mendominasi kredit/pembiayaan baik bank umum maupun BPR di Gorontalo. Sedangkan sektor pertanian, meskipun menjadi penyumbang terbesar bagi pembentukan PDRB Gorontalo namun penyaluran kredit pada sektor ini masih relatif kecil yaitu hanya sekitar 2,01% dari total kredit BPR. Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada bank umum, hingga triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp.1,99 triliun atau mengambil pangsa sebesar 42,18% dari total kredit di Gorontalo. Jumlah kredit UMKM tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnyayang tercatat Rp.1,92 trilliundengan pangsa sebesar 43,26% dari total kredit. Angka tersebut tentunya cukup menggembirakan karena merefleksikan keberpihakan perbankan dalam mendorong pengembangan UMKM di Provinsi Gorontalo.Dari ketiga jenis kredit UMKM (mikro, kecil, menengah) tersebut, pangsa terbesar disumbangkan oleh kredit skala kecil dimana pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp.1,01 trilliun atau 50,71% dari total kredit UMKM yang disalurkan. Angka tersebut lebih rendah dibanding triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar Rp 1,04 trilliun. Untuk kredit skala mikro, jumlah yang tercatat sebesar Rp 463 milliar atau 23,20% dari total kredit UMKM. Sedangkan skala menengah tercatat sebesar Rp 521 miliar atau 26,10% dari total kredit UMKM. Kualitas kredit UMKM yang tercermin dari rasio kredit UMKM bermasalah (Non Performing Loans/NPLs) juga masih cukup terjaga yaitu total sebesar 3,88%. Kualitas kredit skala mikro dan skala kecil tercatat cukup baik sebagaimana tercermin dari rasio NPLs dari kedua jenis kredit tersebut yaitu masing-masing 3,10% dan 2,74%. Sedangkan kredit skala menengah memiliki rasio kredit BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

16 bermasalah (NPLs) yang relatif lebih tinggi sebesar 6,78%. Kualitas kredit yang cukup baik tersebut tentunya menjadi pertimbangan tersendiri bagi perbankan untuk terus menyalurkan kredit/pembiayaan kepada UMKM khususnya skala mikro dan kecil sehingga dapat tumbuh menjadi usaha skala menengah maupun besar yang pada gilirannya dapat menggerakan perekonomian Gorontalo. Adapun gambaran perkembangan penyaluran kredit UMKM pada bank umum, secara ringkas dapat dilihat pada grafik berikut ini. Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM Sumber : Bank Indonesia Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga triwulan I-2012 berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Perekononomian menunjukkan outstanding sebesar Rp 176,99 milliar. Angka tersebut meningkat 23,26% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.143,59 milliar. Adapun jumlah penerima kredit program tersebut mencapai debitur. Sejak digulirkan oleh pemerintah pada tahun 2008 lalu, jumlah penyaluran KUR menunjukkan peningkatan yang cukup baik seiring dengan kualitas kredit yang membaik pula. Pertumbuhan KUR di Gorontalo ditunjukan dengan grafik 3.8 berikut. Grafik 3.8 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sumber : Kementerian Koordinator Perekonomian 32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

17 3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Risiko kredit bank umum masih terkendali sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loans/NPLs) yang pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 2,56%. Di sisi lain, risiko likuiditas yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 164,38% RISIKO KREDIT Hingga triwulan I-2012, rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum masih berada pada level wajar yaitu 2,56% (bruto) yang tercatat mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,75%. Rasio NPLs tersebut menunjukan bahwa perbankan dalam menyalurkan kreditnya di Gorontalo masih memperhatikan faktor risiko dan senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking) sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah yang masih terjaga pada level wajar sesuai aturan Bank Indonesia yaitu dibawah 5% (bruto). Secara sektoral, kredit pada sektor konstruksi dan perantara keuangan masih perlu mendapat perhatian mengingat hingga posisi Maret 2012 rasio NPLs kedua sektor tersebut tercatat masih cukup tinggi dimana yaitu masing-masing sebesar 16,66% dan 16,62%. Sementara itu, untuk BPR, rasio kredit bermasalah (NPLs) hingga triwulan laporan adalah sebesar 11,66%, mengalami perbaikan (lebih rendah) dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 14,30%. Penurunan NPLs pada BPR tersebut merupakan tindak lanjut dari upaya BPR untuk menjaga tingkat risiko kredit bank dan diharapkan angka NPLs tersebut akan terus diperbaiki hingga berada pada level dibawah 5%. Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.9 Grafik 3.10 Perkembangan NPL bank umum NPL bank umum per Sektor BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

18 Dipandang dari segikonsentrasi penyaluran kredit pada bank umum, terlihat bahwa kredit ke sektor lainnya (konsumsi) masih cukup dominan yaitu diatas 50% dari total kredit, seperti tampak pada grafik di bawah ini. Namun demikian, dalam rangka mendorong pertumbuhan sektor riil, perbankan Gorontalo senantiasa dihimbau untuk memerhatikan keseimbangan penyaluran kredit pada sektor produktif. Grafik 3.11 Konsentrasi Kredit Sumber : Bank Indonesia RISIKO LIKUIDITAS Risiko likuiditas perbankan yang tercermin dari indikator jangka waktu komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Loan Deposit Ratio(LDR) menunjukkan tendensi penurunan, namun demikian perlu mendapat perhatian karena berkaitan langsung dengan kewajiban jangka pendek perbankan. Untuk DPK, terlihat bahwa komposisi dana jangka menengah-panjang (giro-deposito) relatif lebih kecil dibanding dana jangka pendek (tabungan) pada triwulan I Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito pada triwulan laporan tercatat mencapai 30,56% dari total DPK, relative meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 26,77% dari total DPK. Sementara itu, dana jangka pendek khususnya tabungan mencapai 53,93% dalam struktur Dana Pihak Ketiga (DPK). Hal tersebut menunjukkan bahwa perbankan masih menghadapi risiko likuditas karena komposisi dana jangka pendek masih mendominasi struktur Dana Pihak Ketiga (DPK). Adapun gambaran perkembangan portofolio Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan, dapat dilihat pada tabel berikut. 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

19 Grafik 3.12 Perkembangan Portofolio DPK Sumber : Bank Indonesia Sebagian kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan di Gorontalo masih berasal dari kantor bank di luar wilayah Gorontalo. Hal tersebut nampak dari rasio kredit terhadap dana simpanan pihak ketiga (LDR) pada triwulan laporan sebesar 164,38% relatif meningkat dibanding triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar 162,98%. Grafik 3.13 menunjukkan bahwa selama setahun terakhir, angka LDR perbankan (khususnya bank umum) di Gorontalo rata-rata berada diatas 130%. Hal ini menunjukkan bahwa disamping likuiditas perbankan Gorontalo sangat ketat, juga merefleksikan perlunya upaya peningkatan kemandirian dalam penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan di Gorontalo. Angka LDR sebesar 164,38% mengindikasikan bahwa masih terdapat sekitar 64,38% kebutuhan kredit masyarakat yang dananya berasal dari perbankan di luar Gorontalo (antar kantor bank umum). Oleh karenanya perbankan Gorontalo perlumengoptimalkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari masyarakatsehingga pada akhirnya tercapai tingkat LDR yang dinilai wajar/optimal yaitu berada pada kisaran 80%-90%. Perkembangan kondisi LDR bank umum di Gorontalo dapat dilihat pada grafik berikut ini. Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.13 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %) BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

20 3.2.3 RISIKO PASAR Perbankan menghadapi risiko pasar yang diindikasikan dari volatilitas suku bunga dan pergerakan kurs rupiah. Suku bunga acuan (BI Rate) pada posisi Maret 2012 ditetapkan sebesar 5,75% atau tidak mengalami perubahan sejak bulan Februari Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi Indonesia dari sisi fundamental yang diperkirakan relatif terkendali. Disamping itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih relatif tinggi seiring perlambatan ekonomi dunia dan kemungkinan implementasi kebijakan pemerintah terkait harga BBM. Sementara itu, dalam kurun waktu triwulan I-2012 pergerakan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan. Pada posisi Maret 2012, kurs tengah rupiah mencapai Rp per dolar atau melemah dibanding bulan Februari 2012 yang tercatat sebesar Rp per dolar. Pelemahan tersebut diikuti dengan volatilitas yang meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tekanan terhadap rupiah tersebut dipicu oleh penyesuaian portofolio investor asing akibat pengaruh sentimen global dan ekspektasi inflasi yang meningkat di dalam negeri. Di samping itu permintaan terhadap valas juga cenderung meningkat seiring dengan menguatnya impor yang dalam hal ini termasuk migas untuk konsumsi BBM di dalam negeri. Perkembangan kurs rupiah terhadap dolar Amerika dan tingkat BI Rate ditunjukkan grafik di bawah ini. Grafik 3.14 Perkembangan Kurs Rupiah terhadap USD dan BI-Rate Sumber: Bank Indonesia 36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

21 BOKS 3 : PENGELOLAAN KEUANGAN UMKM DAN AKSEBILITAS KREDIT PERBANKAN UMKM sebagai pilar ekonomi suatu negara seringkali menghadapi permasalahan baik dari segi teknikal maupun manajerial. Diantara permasalahan yang ada, menajerial keuangan ternyata memiliki porsi yang cukup signifikan dalam pengembangan suatu usaha. Hal ini dikarenakan tanpa adanya pengelolaan keuangan yang baik, hampir mustahil bagi UMKM dapat mengetahui perhitungan untung-rugi maupun proyeksi terhadap usahanya ke depan. Terlebih dalam kaitannya dengan sumber pembiayaan seperti bank misalnya, pengelolaan keuangan yang baik mutlak diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu usaha dapat dikatakan feasible atau berkemampuan untuk dibiayai. Untuk menjawab permasalahan di atas, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo pada akhir bulan Januari hingga awal Februari 2012 yang lalu menggelar pelatihan Pembukuan Sederhana. Pelatihan yang berlangsung selama empat hari tersebut bertempat di gedung Bele Lo Karawo dan diperuntukan bagi UMKM maupun BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) yang siap berhubungan dengan bank dalam arti memenuhi persyaratan dasar seperti lama usaha minimal 2 tahun, tidak sedang atau belum pernah memperoleh pembiayaan bank sebelumnya serta bersedia diberikan pembiayaan apabila memungkinkan. Pelatihan yang dilakukan bekerjasama dengan pemerintah daerah dan perbankan tersebut mengambil silabus materi berupa kebanksentaralan, pengenalan keasliaan uang rupiah, kebijakan pemerintah dalam pengembangan UMKM serta pengelolaan keuangan sederhana. Khusus terkait materi pengelolaan keuangan sederhana, perbankan gorontalo diberikan peran untuk berbagi dari sudut pandangnya masing-masing. Hal yang menarik adalah terjadinya interaksi antara para peserta yang berjumlah 43 UMKM dan BMT dengan bank pemateri. Bank dari sisi penyedia dana (supply) dan UMKM selaku pencari dana (demand) bertemu dan bertatap muka secara langsung. Sebagian besar UMKM yang menganggap birokarsi pembiayaan selama ini rumit dan menyulitkan akhirnya dapat mengetahui seluk beluk pemberian kredit oleh perbankan, baik dari aspek 5C maupun lainnya Perbankan pun mengetahui bahwasannya kondisi di lapangan perlu sentuhan tangan perbankan terlepas dari business as usual yang dilakukan. Hasil yang diharapkan dari pelatihan tersebut adalah terciptanya pemahaman UMKM akan pentingnya pengelolaan keuangan usaha serta terhubungnya sisi penawaran dan permintaan kredit yang selama ini dirasakan sulitsehingga fungsi intermediasi dan financial inclusion tercipta. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I

22 Halaman ini sengaja dikosongkan 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2012 BANK INDONESIA

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan III-2011 sebesar 3,27% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,11% (y.o.y). Melemahnya tekanan

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2012, Gorontalo tercatat mengalami inflasi sebesar 5,40% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2011 sebesar 4,08% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,27% (y.o.y), namun lebih rendah

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 3,59% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,18%

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan IV-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,43% (y.o.y), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 5,18% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,31% (y.o.y).

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2011 sebesar 7,11% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,77% (y.o.y). Rentannya aspek

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2012 tercatat sebesar 5,31% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,40%

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Pada Desember 2011, inflasi 1 tahunan Aceh tercapai di angka 3,43% (yoy), jauh lebih rendah dibanding inflasi Desember 2010 yang sebesar 5,86% (yoy). Penurunan tekanan inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Selama triwulan III-2011, inflasi 1 tahunan Aceh kembali melonjak. Menurut Berita Resmi Statistik (BRS) inflasi yang dirilis oleh BPS Aceh, inflasi tahunan Aceh berturut-turut

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,60% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,73% (y.o.y).

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi April 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,09% (mtm) di bulan April (Tabel 1). Inflasi IHK

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BOKS 1 PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SULAWESI TENGGARA

BOKS 1 PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SULAWESI TENGGARA 1 PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SULAWESI TENGGARA 1. Overview Inflasi Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga-harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus (Korteweg, 1973; Auckley, 1978, Boediono,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

Boks 4. SURVEI KREDIT PERBANKAN JAMBI: TANTANGAN DI TAHUN 2009

Boks 4. SURVEI KREDIT PERBANKAN JAMBI: TANTANGAN DI TAHUN 2009 Boks 4. SURVEI KREDIT PERBANKAN JAMBI: TANTANGAN DI TAHUN 2009 Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 serta diikuti dengan penurunan harga-harga komoditas perkebunan berdampak cukup signifikan terhadap

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Pangan dan Pertanian 2016 Permasalahan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013,

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI MARET 2016

ANALISIS INFLASI MARET 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) ANALISIS INFLASI MARET 2016 Komoditas Pangan Dorong Inflasi IHK Maret INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Inflasi 2016 Cukup Rendah dan Berada dalam Batas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Hingga pertengahan tahun 2013, inflasi tahunan Aceh berada pada tren yang meningkat. Realisasi inflasi tahunan Aceh pada triwulan laporan sebesar 3,45% (yoy) dengan inflasi triwulanan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Inflasi Ramadhan 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH PERKEMBANGAN INFLASI ACEH Perkembangan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada triwulan I-2012 bergerak searah dengan tren inflasi nasional yang kembali menanjak yaitu mencapai 3,67% (yoy), naik dari sebelumnya

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah RINGKASAN. INFLASI IHK SULUT (mtm) INFLASI FEBRUARI 2017 IHK BULANAN KOMODITAS UTAMA FEBRUARI 2017

Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah RINGKASAN. INFLASI IHK SULUT (mtm) INFLASI FEBRUARI 2017 IHK BULANAN KOMODITAS UTAMA FEBRUARI 2017 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Okt-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Okt-13 Jan-14 Apr-14 Jul-14 Okt-14 Jan-15 Apr-15 Jul-15 Okt-15 Jan-16 Apr-16 Jul-16 Okt-16 Jan-17 Kantor Perwakilan Bank Indonesia INFLASI IHK SULUT (mtm)

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER INFLASI IHK Inflasi September 2017 Terkendali Inflasi IHK sampai dengan September 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017. Pada bulan September inflasi

Lebih terperinci

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL BAB 1. PERKEMBANGAN 7 BAB 1. PERKEMBANGAN KAJIAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2008 KANTOR 8 BAB 1. PERKEMBANGAN Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Inflasi Bulan November 2016 Didorong Harga Pangan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan September 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Panen Dorong Deflasi Maret 2017 Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi 0,02% (mtm) di bulan Maret (Tabel 1). Deflasi bulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Pembiayaan Modal Kerja UMKM Perbankan Syariah di Indonesia Bank syariah menyediakan Pembiayaan Modal Kerja bagi usaha-usaha yang membutuhkan tambahan

Lebih terperinci

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global

Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Proyeksi Perekonomian Sulsel 2009 Menghadapi Krisis Keuangan Global Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Acara Raker Multi Niaga Group, dengan Tema : Tumbuh di Tengah Krisis keuangan Global. Graha Multi Niaga,

Lebih terperinci

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan II-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 2,73% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,59% (y.o.y).

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2011 Perekonomian provinsi Jawa Timur pada triwulan II-2011 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Assesmen Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

i

i i 2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Indeks 250 200 150 100 50 0 Indeks SPE Growth mtm (%) Growth yoy (%)

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan Oktober 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID Harga Pangan Dorong Inflasi Oktober 2017 Tetap Rendah INFLASI IHK Inflasi IHK sampai dengan Oktober 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran

Lebih terperinci