PENGARUH PEMBANGKITAN DAYA PADA TEMPERATUR PERMUKAAN BAHAN BAKAR DAN FLUIDA TERAS REAKTOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PEMBANGKITAN DAYA PADA TEMPERATUR PERMUKAAN BAHAN BAKAR DAN FLUIDA TERAS REAKTOR"

Transkripsi

1 Volume 2 No.1 Januar 2017 Webste : Emal : barometer_ftusk@staff.unska.ac.d PENGARUH PEMBANGKITAN DAYA PADA TEMPERATUR PERMUKAAN BAHAN BAKAR DAN FLUIDA TERAS REAKTOR Adolf Ash Supryanto Lab Fska Program Stud Teknk Mekatronka, Polteknk Ennerng Indorama, Purwakarta adolf@pe.ac.d I N F O A R T I K E L Dterma : 10 November 2016 Drevs : 15 Desember 2016 Dsetuu : 21 Januar 2017 Kata Kunc : Bahan bakar, teras reaktor, pembangktan daya, Fluent, sub-buluh, dstrbus temperatur. A B S T R A K Dalam merancang suatu reaktor nuklr terdapat beberapa faktor yang harus dperhtungkan dantaranya sfat neutronk, mekank, termohdrolka, manaemen bahan bakar dan sfat-sfat yang lannya. Pada peneltan n telah dpelaar aspek termohdrolka teras reaktor mengena temperatur permukaan bahan bakar dan fluda. Telah dlakukan pemodelan susunan teras reaktor dan reflektor berbentuk heksagonal. Berkutnya, dasumskan bahwa pembangktan dayanya tetap pada 250 kwatt dan 375 kwatt untuk masng-masng bahan bakar. Data pengamatan dperoleh dar dstrbus temperatur pada permukaan bahan bakar dan fluda, khususnya pada sub-buluh tengan, pnggr dan pook. Pengeraan model teras reaktor dlakukan dengan paket program Fluent Vers 4.25 yang ada d Laboratorum Termodnamka PAU-IR ITB. Hasl yang dperoleh menunukkan bahwa teras reaktor yang dmodelkan memlk temperatur bahan bakar dan fluda rendah I. PENDAHULUAN Reaktor Trga Mark II yang berada d Bandung berdasarkan fungsnya termasuk ens reaktor peneltan, dmana neutron hasl belah dmanfaatkan untuk berbaga peneltan, rradas dan produks radosotop [1-2]. Produks radosotop terutama Fsson Product Molybdenum (FPM) dadkan prortas utama dar pendayagunaan reaktor dmasa mendatang [3-4]. Ddalam setap penggunaan reaktor nuklr selalu mengandung bahaya potensal dengan terakumulasnya zat-zat radoaktf sebaga hasl reaks belah yang terad pada reaktor nuklr [5-6]. Oleh karena tu pembangunan reaktor nuklr dan pengoperasannya harus dlakukan dengan menerapkan persyaratan keselamatan yang sangat ketat. Salah satu aspek keselamatan yang terpentng adalah aspek termohdrolka, sehngga ddalam perancangan dan analsanya dtuntut suatu keteltan yang sangat tngg. Informas tentang aspek termodhrolka dar kaan ekspermen mash sangat terbatas. Oleh tu, kaan teortk sangat dperlukan untuk menunuang kaan ekspermen. Dar kaan teortk dapat dketahu tentang dstrbus temperatur sepanang bahan bakar serta temperatur dan kecepatan alran fluda pendngn pada setap tempat, sehngga hal tersebut dapat mempredks tngkat paparan radas pada permukaan fluda dalam tangk. Data n secara ekspermen sangat sult dlakukan. Semakn menngkatnya umlah peneltan yang memanfaatkan sumber radas neutron untuk kaan bahan materal dengan kaedah tdak merusak bahan (Non-Destructve Testng, NDT) dan umlah permntaan akan produks radosotop, maka beberapa reaktor ngn menngkatkan fluks neutron yang lebh tngg sehngga mencapa daya operas beberapa puluh MW. Teortknya, pusat reaktor dapat doperaskan dan menghaslkan tngkat fluks neutron berapa saa, namun mengngat aspek keselamatan reaktor maka pengoperasan reaktor harus dbatas sehngga daya tertentu saa. Pengoperasan reaktor pada daya tngg dengan sstem pembuangan panas yang tdak sesua menyebabkan temperatur bahan bakar dan alran fluda akan melampau batas keselamatan. Beberapa faktor keselamatan yang membatas pengoperasan reaktor Trga Mark II dantaranya adalah temperatur maksmum bahan bakar pada teras reaktor hanya 750oC [7] dan sstem pendngn prmer drancang untuk reaktor beroperas pada daya sehngga 1 MW. Untuk menngkatkan daya menad 2 MW, dalam peneltan n akan dlakukan modfkas terhadap susunan bahan bakar d teras reaktor dar susunan bentuk semula lngkaran menad bentuk susunan heksagonal dengan umlah bahan bakar sebanyak 121 batang sepert yang dtunukkan dalam Gambar 1. Dar hasl peneltan n dharapkan dperoleh data-data tambahan dalam usaha untuk menngkatkan pengoperasan reaktor Trga Mark II menad 2 MW. Dalam melakukan kaan aspek termohdrolka terhadap reaktor rset, dalam peneltan n, dgunakan paket program Fluent Vers 4-25 yang dmlk oleh Laboratorum Termodnamka, PAU-IR, Insttut Teknolog Bandung, Bandung. Dalam peneltan n hanya dbatas pada aspek termohdrolkanya saa. Dengan pertmbangan adanya faktor smetr darpada susunan bahan bakar teras reaktor yang dka maka pembuatan modelnya hanya mencakup seperduabelas 19

2 Supryanto / Pengaruh Pembangktan Daya / Barometer, Volume 2 No.1, Januar 2017, (1/12) dar susunan bahan bahar teras reaktor saa. Selanutnya kaan akan dlakukan untuk menentukan dstrbus temperatur permukaan bahan bakar dan temperatur fluda pendngn. Dstrbus temperatur tersebut hanya dfokuskan pada daerah subbuluh, pnggr dan pook. Nla temperatur dperoleh dengan cara mereratakan nla temperatur pada masng-masng sub-buluk, pnggr dan pook. Tensor stress dberkan oleh: v v v = 2 x x 3 x dengan = vskostas Persamaan Konservas Energ ( h) ( v h) T k h' J t x x x x ' p p v v sh t x x dengan T = temperatur J = fluks speses K = konduktvtas termal campuran S = sumber ' (3) (4) Gambar 1 Penampang susunan heksagonal bahan bakar d dalam II. TEORI Fluent vers 4.25 adalah suatu program paket komputer yang berguna untuk memodelkan alran fluda, transfer panas dan reaks kma. Dalam peneltan n, Fluent vers 4.25 dgunakan untuk memodelkan alran fluda dalam teras reaktor susunan heksagonal. A. Persamaan Pengendal Persamaan-persamaan dasar yang dgunakan dalam paket program Fluent Vers 4-25 untuk menyelesakan aspek termohdrolk sstem teras reaktor adalah [8-10]: Persamaan konservas massa (v ) = Sm (1) t x dengan = denstas fluda x = arak dalam arah v = komponen kecepatan dalam arah S m = sumber lan Persamaan konservas momentum ( v ) ( vv ) p t x x x dengan p = tekanan statk g = percepatan graftas F = gaya luar = tensor stress + g + F (2) Paket program Fluent Vers 4-25 dalam menyelesakan persamaan-persamaan d atas uga melbatkan faktor turbulens (k-) pada korelas tegangan Reynolds. u u ' ' uu 2 t k x x 3 (5) dengan u = komponen kecepatan rata-rata k = energ knetk turbulen t = vskostas turbulen = delta kroneker. = 1, 2, 3; = 1, 2, 3 Formula turbulens untuk energ entalp: ' t h uh ' x h B. Konds Batas Konds batas yang dgunakan dalam penggunaan paket program Fluent Vers 4-25 adalah masukkan, smetr dan dndng. 1. Masukkan Batasan masukkan adalah batasan alran fluda yang masuk kedalam teras reaktor dengan kecepatan, temperatur dan besaran fss yang dketahu. Besaran-besaran fss fluda, dalam peneltan n adalah ar, adalah: Denstas, = 9, kg/m 3 Vskostas, = 2, kg/m-s Konduktvtas panas, k = 6, watt/m-k Panas ens, c p = 4, Joule/kg-K 2. Smetr Batasan smetr adalah batasan bdang smetr dmana graden normal sama dengan nol untuk semua varabel kecual komponen normal kecepatan. Kecepatan normal akan hlang pada batasan smetr. (6) 20

3 Supryanto / Pengaruh Pembangktan Daya / Barometer, Volume 2 No.1, Januar 2017, Dndng Pada batasan dndng komponen kecepatan normal dpaksa sama dengan nol, dan harga fluks skalar dplh tetap. Pada batasan dndng pembangktan panas dnyatakan oleh: T ' " w T w q k h ( T ) (7) n dengan " q w = pembangktan panas k = konduktvtas termal fluda T = temperatur w = dndng n= arak dar dndng ke ttk nodal dekat dndng = cukup auh dar dndng B. Teras Reaktor Pemodelan teras reaktor dbuat 1 / 12-nya saa karena adanya faktor smetr dengan bentuk dan ukuran sepert yang dtunukkan dalam Gambar 3. Selanutnya peneltan hanya dbatas untuk sub-buluh, pnggr dan pook sepert yang dtunukkan dalam Gambar 3a tampak dar atas, sementara Gambar 3b vsualsas geometr teras reaktor model 3-dmens. Graft 8,8 cm Pembangktan panas dar dndng untuk alran turbulen dnyatakan dengan formula log-low sebaga berkut: T k n 1 q" y dengan Pr ln Pr t 1 1 Pr t 4 A Pr Ey y Pr Prt " q w = pembangktan panas sn 4 k = konduktvtas termal fluda T= T w - T f W = dndng F = fluda Pr = blangan Prandtl = konstanta von-karman (0,24) A = konstanta van-drest (26) E = konstanta emprs (9,81) y + = konstanta arak dar dndng (11,225) Proses penyelesan persamaan-persamaan tersebut d atas yang dlakukan oleh paket program Fluent Vers 4-25 dapat meruuk kepada Nazar dkk, 1998 [11]. (8) Bahan bakar 38,1 cm Graft 8,8 cm 3,76 cm Gambar 2 Model bahan bakar reaktor dar teras reaktor. Sub-buluh pnggr (a) Sub-buluh Sub-buluh pook Fluda keluar (b) III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bakar Reaktor Dalam peneltan n dplh model bahan bakar reaktor dengan susunan sepert yang dtunukkan dalam Gambar 2. Jumlah semua bahan bakar reaktor ada 121 batang. Untuk lebh mendekatkan ukuran sebenarnya dar bahan bakar reaktor Trga Mark II, maka ukuran dameter dan panang bahan bakar reaktor masng-masng yang dbuat adalah 3,76 dan 38,1 cm. Selongsong bahan bakar tersebut terbuat dar stanless steel yang dapt pada ss bawah dan atas oleh graft dengan dameter yang sama, tetap panang yang berbeda yatu 8,8 cm. Daya yang dbangktkan oleh setap bahan bakar reaktor dasumskan sama dan terdstrbus merata sepanang bagan bahan bakar tersebut. Bagan luar dar bahan bakar adalah tdak aktf dan dasumskan sebag dndng adabatk. x y z Fluda masuk Gambar 3. Geometr 1 / 12 teras reactor. (a) tampak dar atas dan (b) vsualsas geometr model 3-dmens. 21

4 Temperatur, K Supryanto / Pengaruh Pembangktan Daya / Barometer, Volume 2 No.1, Januar 2017, Fluda pendngn bergerak sepanang sumbu-x arah vertkal, masuk dar bawah dan keluar ke atas dalam teras reaktor. Untuk memudahkan untuk menalankan paket program Fluent Vers 4-25, dbuatlah grd dengan 14 nodal arah sumbu-x, 18 nodal arah sumbu-y dan 29 nodal arah sumbu-z. Sumbu-x adalah arah vertkal dan pembagan sel volume atur sepert yang dtunukkan dalam Tabel 1. Seterusnya dalam pembahasan sel volume atur dalam sumbu-x dgant dengan poss. Tabel 1 Sel volume atur dalam sumbu-x. No. Jarak dalam Jumlah sel Poss sumbu-x (cm) volume atur 1 0 ~ ~ ~ ~ ~ ~ 12 pnggr dan. Temperatur permukaan bahan bakar terus menngkat dengan menngkatnya poss sampa dengan poss 10 menad 317,6 o K pada sub-buluh pook dan 342,8 o K pada sub-buluh pnggr dan. Menngkatnya temperatur permukaan bakar tersebut terhadap menngkatnya poss dsebabkan fluda yang melewat bahan bakar mendapat tambahan panas secara terus-menerus sehngga fluda tdak dapat menyerap panas lebh banyak dar permukaan bahan bakar. Temperatur pemukaan bahan bakar pada sub-buluh pook lebh rendah darpada sub-buluh pnggr dan. Hal n karena volume fluda yang melewat sub-buluh pook lebh besar sehngga fluda dapat menyerap panas lebh banyak yang menyebabkan temperatur bahan bakar semakn berkurang. Terakhr temperatur permukaan bahan bakar turun kembal karena fluda melewat graft yang pembangktan dayanya sama dengan 0 watt/m 2. C. Data Masukkan Dalam peneltan n data masukan kecepatan, temperatur dan tekanan alran fluda masuk dbuat tetap masng-masng dengan nla 2 m/s, 305 o K dan 1 atm. Demkan uga pembangktan panas untuk graft datur sama dengan 0 watt/m 2. Sedangkan untuk bagan bahan bakar, pembangktan daya dhtung menurut perhtungan sebaga berkut: W = P watt/m Bb. A 2 (9) Dengan: W = pembangktan daya P = daya Bb = bahan bakar A = luas selubung bahan bakar Pembangktan daya pada bahan bakar datur untuk dua harga daya P yang berbeda yatu 250 dan 375 kwatt. Jka harga daya P tersebut dmasukkan kedalam persamaan 9, maka dperoleh harga pembangktan daya W masngmasng sebesar 4, dan 6, watt/m 2. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada peneltan n dbuat reaktor beroperas pada pembangktan daya yang berbeda yatu masng-masng sebesar 4, watt/m 2 untuk Kasus I dan 6, watt/m 2 untuk Kasus II. A. Dstrbus Temperatur Bahan Bakar Dstrbus temperatur permukaan bahan bakar sepanang poss dalam arah sumbu-x dengan pembangktan daya 4, watt/m 2 dtunukkan dalam Gambar 4. Pada awal masuknya fluda kedalam teras reaktor temperatur permukaan bahan bakar adalah konstan 305 K sepert yang dtunukkan dalam poss 1 dan 2 dalam Gambar 4 karena fluda melewat graft dengan pembangktan daya 0 watt/m 2. Kemudan pada poss 3 temperatur permukaan bahan bakar mula nak menad 315,7 o K pada sub-buluh pook dan 336,9 o K pada sub-buluh pnggr pook Poss Gambar 4 Dstrbus temperatur permukaan bahan bakar dengan pembangktan daya 4, watt/m 2. Gambar 5 adalah dstrbus temperatur permukaan bahan bakar dengan pembangktan daya 6, watt/m 2. Dstrbus temperatur permukaan bahan bakar pada Gambar 5 memlk kecenderungan yang sama dengan dstrbus temperatur permukaan bahan bakar pada Gambar 4. Temperatur permukaan bahan bakar terus menngkat dengan menngkatnya poss yatu dar poss 3 sehngga 10. Namun temperatur permukaan bahan bakar pada masng-masng sub-buluh pada Gambar 5 lebh tngg darpada Gambar 4. Hal n karena semakn besar pembangktan daya maka semakn besar uga temperatur permukaan bahan bakar. Temperatur permukaan bahan bakar tertngg yang dperoleh adalah 361,5 o K pada subbuluh. Antarksawan dkk pada 2000 telah melakukan perhtungan terhadap temperatur bahan bakar teras reaktor dan mereka memperoleh hasl 134,7 o C [4]. Kemudan, Sudatm pada tahun 2011 melakukan kaan mengena temperatur permukaan kelongsong bahan bakar dan ddapat 138 o C [7]. Sedangkan dalam kaan n dperoleh temperatur bahan bakar tertngg adalah 361,5 o K pada sub buluh pnggr dan, sehngga boleh dkatakan temperatur permukaan bahan bakar tersebut mash dalam katagor aman untuk mengoperaskan reaktor dengan pembangktan daya 6, watt/m 2. 22

5 Temperatur, K Temperatur, K Temperatur, K Supryanto / Pengaruh Pembangktan Daya / Barometer, Volume 2 No.1, Januar 2017, pnggr pook Poss Gambar 5 Dstrbus temperatur permukaan bahan bakar dengan pembangktan daya 6, watt/m pnggr pook dan 305,3 o K. Temperatur fluda terus menngkat dengan menngkatnya poss sampa dengan poss 10 masngmasng pada sub-buluh, pnggr dan pook menad 313,1 K, 309,5 K dan K. Menngkatnya temperatur fluda tersebut terhadap menngkatnya poss dsebabkan terakumulasnaya panas bahan bakar yang dberkan ke fluda. Terakhr temperatur fluda tdak nak lag karena fluda melewat graft yang pembangktan dayanya sama dengan 0 watt/m 2, sepert yang dtunukkan dalam poss 11 dan 12 pada Gambar 6. Gambar 7 adalah dstrbus temperatur fluda dengan pembangktan daya 6, watt/m 2. Dstrbus temperatur fluda pada Gambar 7 memlk kecenderungan yang sama dengan dstrbus temperatur fluda pada Gambar 6. Temperatur fluda terus menngkat dengan menngkatnya poss yatu dar poss 3 sehngga 10. Namun temperatur fluda pada masng-masng sub-buluh pada Gambar 7 lebh tngg darpada Gambar 6. Hal n karena semakn menngkat pembangktan daya semakn menngkat uga temperatur fluda. Temperatur fluda tertngg adalah 318 o K pada sub-buluh. 310 Poss Gambar 6 Dstrbus temperatur fluda dengan pembangktan daya 4, watt/m pnggr pook Poss Gambar 7 Dstrbus temperatur fluda dengan pembangktan daya 6, watt/m 2. B. Dstrbus Temperatur Fluda Dstrbus temperatur fluda sepanang poss dalam arah sumbu-x dengan pembangktan daya 4, watt/m 2 dtunukkan dalam Gambar 6. Pada awal masuknya fluda kedalam teras reaktor temperatur fluda adalah konstan 305 o K sepert yang dtunukkan dalam poss 1 dan 2 dalam Gambar 6 karena fluda melewat graft dengan pembangktan daya 0 watt/m 2. Kemudan pada poss 3 temperatur fluda mula nak masng-masng pada subbuluh, pnggr dan pook menad 306,2 o K, 305,7 o K V. KESIMPULAN Hasl kaan yang telah dlakukan terhadap model teras reaktor dengan memasukkan kecepatan, temperatur dan tekanan fluda konstan masng-masng 0,2 m/s 2, 305 K dan 1,5 atm serta varas pembangktan panas 4,59 watt/m 2 dan 6,89 watt/m 2 dperoleh kesmpulan bahwa temperatur permukaan bahan bakar pada poss 1 dan 2 adalah tetap 305 o K karena fluda melewat graft, temperatur permukaan bahan bakar pada poss 3 sampa dengan 10 mengalam kenakkan secara lner dan temperatur permukaan bahan bakar pada poss 11 dan 12 turun lag karena fluda melewat graft. Hasl temperatur permukaan bahan bakar yang dperoleh mash dalam katagor aman untuk mengoperaskan reaktor dengan pembangktan daya 6, watt/m 2. DAFTAR PUSTAKA [1] Sudatm, K.A., Hastut, E.P., Wdodo, S. dan Nazar, R. Analss Konveks Alam Teras Reaktor Trga Berbahan Bakar Tpe Pelat Menggunakan Coolod-N2. Jurnal Teknolog Reaktor Nuklr, Vol. 17, No. 2, 2015, pp [2] Mandala, G.A. Smulas Modfkas Reaktor Trga 2000 Bandung dengan Bahan Bakar Jens Pelat. Semnar Nasonal VI SDM Teknolog Nuklr, Yogyakarta, 2010, pp [3] Rosyd, M., Hdayat, N. dan Jumar. Smulator Reaktor Kartn Sebaga Alat Peraga Ooperas Reaktor Peneltan Tpe Trga Mark II. Semnar Nasonal IX SDM Teknolog Nuklr, Yogyakarta, 2013, pp [4] Antarksawan, A. R., Alq, Puradw dan Handoyo, I. Evaluas Dsan Sstem Pendngn Reaktor Trga Mark II Bandung Daya 2 MW. Prosdng Presentas Ilmah 23

6 Supryanto / Pengaruh Pembangktan Daya / Barometer, Volume 2 No.1, Januar 2017, Teknolog Keselamatan Nuklr-V, Serpong, 2000, pp [5] A. Suwono. Pendekatan Model Meda Berpor Subbuluh dalam Analss Termodnamka Berkas Bahan Bakar Reaktor Nuklr, PPTKR-BATAN, Serpong, [6] M. A. Waskto dkk. Rencana stud Karakterstk Termohdrolk Sub-buluh dalam Berkas Bahan Bakar Reaktor pada unta U Nlo I. PPTKR-BATAN, Serpong, [7] Sudatm, K.A. Pengaruh Nla Bakar terhadap Integrtas Kelongsong Elemen Bakar Trga Jurnal Teknolog Reaktor Nuklr, Vol. 13 No. 3, 2011, pp [8] Anonm. Pre-BFC User s Gude. Verson 4.2, Fluent Inc., Lebanon, NH USA, [9] Anonm. Fluent Tutoral Gude. Verson 4.2, Fluent Inc., Lebanon, NH USA, [10] Anonm. Computatonal Added Desgn, Fluent User s Gude. Verson 4.2, Fluent Inc., Lebanon, NH USA, [11] Nazar, R., Suwono, A. dan Soelaman, T. A. F. Ka Teortk Aspek Termohdrolk Reaktor Rset pada Daya 2 MW. Jurnal Teknk Mesn, ITB, Vol. XIII-1, 1998, pp

PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PERMUKAAN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR

PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PERMUKAAN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PERMUKAAN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR Adolf Asih Supriyanto Lab Fisika, Program Studi Teknik Mekatronika Politeknik Eninering Indorama, Purwakarta

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PERPINDAHAN PANAS DUA DIMENSI PADA DUA DAERAH ALIRAN FLUIDA YANG TERPISAH OLEH SEBUAH PELAT DENGAN PERANGKAT LUNAK FLUENT V5

ANALISIS PROSES PERPINDAHAN PANAS DUA DIMENSI PADA DUA DAERAH ALIRAN FLUIDA YANG TERPISAH OLEH SEBUAH PELAT DENGAN PERANGKAT LUNAK FLUENT V5 44 ISSN 026-328 V.I.S. Wardhan, dkk. ANALISIS PROSES PERPINDAHAN PANAS DUA DIMENSI PADA DUA DAERAH ALIRAN FLUIDA YANG TERPISAH OLEH SEBUAH PELAT DENGAN PERANGKAT LUNAK FLUENT V5 V.I.S. Wardhan, Henky P.R,

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tnauan Pustaka 2.1 Konsep Gagasan Penghematan Bahan Bakar pada Kompor Gas Prnsp dar alat penghemat gas pada tugas akhr n merupakan pengembangan dar tugas akhr yang sebelumnya sudah pernah dlaksanakan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Dagram Alr Peneltan Materal Amorph Magnetk (Fe 73 Al 5 Ga 2 P 8 C 5 B 4 S 3 ) Ekspermen DfraksNeutron (I vs 2theta) Smulas Insalsas atom secara random Fungs struktur, F(Q) Perhtungan

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci

ANALISIS DISAIN TERMOHIDROLIKA SUB KANAL ELEMEN BAKAR PWR-KSNP

ANALISIS DISAIN TERMOHIDROLIKA SUB KANAL ELEMEN BAKAR PWR-KSNP Muh. Darws Isnan ISSN 0216-3128 1 ANALISIS DISAIN TERMOHIDROLIKA SUB KANAL ELEMEN BAKAR PWR-KSNP Muh. Darws Isnan Pusat Teknolog Reaktor dan Keselamatan Nuklr BATAN ABSTRAK ANALISIS DISAIN TERMOHIDROLIKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara Bab IV Pemodelan dan Perhtungan Sumberdaa Batubara IV1 Pemodelan Endapan Batubara Pemodelan endapan batubara merupakan tahapan kegatan dalam evaluas sumberdaa batubara ang bertuuan menggambarkan atau menatakan

Lebih terperinci

Bab IX PERPINDAHAN PANAS RADIASI ANTAR PERMUKAAN

Bab IX PERPINDAHAN PANAS RADIASI ANTAR PERMUKAAN Perpndahan Panas I Hmsar AMBAITA Bab IX PEPINDAHAN PANAS ADIASI ANTA PEMUKAAN..Perpndahan panas radas antar permukaan dapat danalogkan sepert susunan tahan lstrk.. Pada bagan sebelumnya telah dbahas faktor

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

Oleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran

Oleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran Abstrak MENGESTIMASI BEBERAPA DATA HILANG (MISSING DATA) DAN ANALISIS VARIANS UNTUK RANCANGAN BLOK ACAK SEMPURNA Oleh : Enny Supartn Departemen Statstka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN : JRNAL MATEMATIKA DAN KOMPTER Vol 4 No 1, 3-3, Aprl 1, ISSN : 141-51 KAJIAN DISKRETISASI DENGAN METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP EFISIENSI SOLSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SK KONVEKSI Suhartono dan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PANAS BALIK (BACKWARD HEAT PROBLEM)

PENYELESAIAN MASALAH PANAS BALIK (BACKWARD HEAT PROBLEM) PENYELESAIAN MASALAH PANAS BALIK (BACKWARD HEAT PROBLEM) Rcha Agustnngsh, Drs. Lukman Hanaf, M.Sc. Jurusan Matematka, Fakultas MIPA, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Aref Rahman Hakm, Surabaya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI

SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAYA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAYA OPERASI ISSN: 1693-6930 167 SIMULASI OPTIMASI ALIRAN DAA SISTEM TENAGA LISTRIK SEBAGAI PENDEKATAN EFISIENSI BIAA OPERASI Subyanto Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Neger Semarang Gedung E6 Lt. Kampus Sekaran

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel PRAKTIKUM 6 Penyelesaan Persamaan Non Lner Metode Newton Raphson Dengan Modfkas Tabel Tujuan : Mempelajar metode Newton Raphson dengan modfkas tabel untuk penyelesaan persamaan non lner Dasar Teor : Permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT BIAStatstcs (05) Vol. 9, No., hal. -7 PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT Faula Arna Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sultan Ageng Trtayasa Banten Emal : faulaarna@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK Nelson ulstono Teknk Mesn Unverstas Islam Malang 015 MENGANALIA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER UNTUK MENINGKATKAN PRODUKI DI PT. EMEN GREIK (PERERO).Tbk PABRIK TUBAN Nelson ulstono, Teknk Mesn, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat

Bab 3 Analisis Ralat. x2 x2 x. y=x 1 + x 2 (3.1) 3.1. Menaksir Ralat Mater Kulah Ekspermen Fska Oleh : Drs. Ishaft, M.S. Program Stud Penddkan Fska Unverstas Ahmad Dahlan, 07 Bab 3 Analss Ralat 3.. Menaksr Ralat Msalna suatu besaran dhtung dar besaran terukur,,..., n. Jka

Lebih terperinci

SIMULASI SMOOTHED PARTICLE HYCRODYNAMICS DUA DIMENSI DENGAN METODE DETEKSI PARTIKEL PERMUKAAN

SIMULASI SMOOTHED PARTICLE HYCRODYNAMICS DUA DIMENSI DENGAN METODE DETEKSI PARTIKEL PERMUKAAN SIMULASI SMOOTHED PARTICLE HYCRODYNAMICS DUA DIMENSI DENGAN METODE DETEKSI PARTIKEL PERMUKAAN Muh.Kk Ad Panggayuh 1, Sr Suryan P., Dede Tarwd 3 1,,3 Prod Ilmu Komputas Telkom Unversty, Bandung 1 adpanggayuh@gmal.com,

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER

PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER Penerapan Program Lner Kabur dalam Analss.. Elfranto PENERAPAN PROGRAM LINIER KABUR DALAM ANALISIS SENSITIVITAS PROGRAM LINIER Elfranto Dosen Unverstas Muhammadyah Sumatera Utara Abstrak: Salah satu kaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pretest postes control group design dengan satu macam perlakuan. Di dalam BAB III METODE PEELITIA A. Bentuk Peneltan Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan model pretest postes control group desgn dengan satu macam perlakuan. D dalam model n sebelum dmula perlakuan kedua

Lebih terperinci

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah JPM IIN ntasar Vol. 01 No. 2 Januar Jun 2014, h. 95-106 OPTIMSI MSLH PNUGSN St Maslhah bstrak Pemrograman lner merupakan salah satu lmu matematka terapan yang bertuuan untuk mencar nla optmum dar suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Tujuan dalm peneltan n adalah mengetahu keefektfan strateg pembelajaran practce-rehearsal pars dengan alat peraga smetr lpat dan smetr putar dalam menngkatkan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT PENYINARAN DAN LAJU ALIRAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL PADA SOLAR KOLEKTOR TIPE PLAT DATAR

PENGARUH SUDUT PENYINARAN DAN LAJU ALIRAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL PADA SOLAR KOLEKTOR TIPE PLAT DATAR PENGARUH SUDU PENYINARAN DAN LAJU ALIRAN ERHADAP EFISIENSI ERMAL PADA SOLAR KOLEKOR IPE PLA DAAR ulus B. Storus, Hmsar Ambarta, Mulf Hazw, ekad Stepu Departemen eknk Mesn Fakultas eknk USU Jl Almamater,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1 ERMODINAMIKA Hukum ermodnamka ke-0 Hukum ermodnamka ke-1 Hukum ermodnamka k ke-2 Mesn Kalor Prnsp Carnot & Mesn Carnot FI-1101: ermodnamka, Hal 1 Kesetmbangan ermal & Hukum ermodnamka ke-0 Jka dua buah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina PENANGANAN BAHAN PAAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Spersa stantna. SCREENING: MENENTUKAN UKURAN PARTIKEL Mater: Cara-cara menentukan ukuran partkel. Analss data ukuran partkel menggunakan screen shaker. Evaluas

Lebih terperinci

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3)

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3) PERCG JRIG KSES KBEL (DTG3E3) Dsusun Oleh : Hafdudn,ST.,MT. (HFD) Rohmat Tulloh, ST.,MT (RMT) Prod D3 Teknk Telekomunkas Fakultas Ilmu Terapan Unverstas Telkom 015 Peramalan Trafk Peramalan Trafk Peramalan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci