PENGARUH JUMLAH LUBANG DISTRIBUTOR TERHADAP UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH JUMLAH LUBANG DISTRIBUTOR TERHADAP UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER"

Transkripsi

1 PENGARUH JUMLAH LUBANG DISTRIBUTOR TERHADAP UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER Dsusun sebaga salah satu syarat menyelesakan Program Stud Strata I pada Jurusan Teknk Mesn Fakultas Teknk Oleh : DIDIK SETYAWAN D PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

2 V

3 V

4 V

5 PENGARUH JUMLAH LUBANG DISTRIBUTOR TERHADAP UJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER Abstrak Dengan menpsnya cadangan dan produks mnyak bum dan gas (mgas) nasonal, sedangkan kebutuhan akan bahan bakar mgas menngkat dar tahun ke tahun, maka perlu dcar cadangan energ alternatf lan yang ramah terhadap lngkungan. Kn dkembangkan peneltan dengan bahan baku bomassa sekam pad untuk dubah menjad bahan bakar baru. Tujuan dar peneltan n adalah untuk mengetahu pengaruh jumlah lubang dstrbutor terhadap unjuk kerja fludzed bed gasfer, untuk mengetahu kecepatan mnmum fludsas, untuk mengetahu temperature reaktor, untuk mengetahu lama penddhan ar, untuk mengetahu temperatur ttk ap. Pada peneltan n menggunakan varas dstrbutor udara dengan masng-masng jumlah lubang 19,28 dan 37. Mengambl data dengan komposs 2 kg sekam pad dan campuran masng-masng 0,5 kg pasr slka dan batu kapur, melput kecepatan mnmum fludsas, temperature reaktor, temperature ttk ap, temperature ar yang dddhkan dengan 1 lter ar yang ddhkan, pencatatan data setap 2 ment. Hasl peneltan menunjukkan varas dstrbutor udara dengan jumlah lubang 19 ddapatkan temperatur reaktor tertngg sebesar 331,7 C, waktu nyala efektf selama 60 ment. Lama penddhan ar selama 18 ment dan temperatur ttk ap tertngg sebesar 446,3 C. Varas dstrbutor udara dengan jumlah lubang 28 ddapatkan temperatur reaktor tertngg sebesar 460,9 C, waktu nyala efektf selama 56 ment. Lama penddhan ar selama 16 ment dan temperatur ttk ap tertngg sebesar 482,7 C. Varas dstrbutor udara dengan jumlah lubang 37 ddapatkan temperatur reaktor tertngg sebesar 495,4 C, waktu nyala efektf selama 50 ment. Lama penddhan ar selama 12 ment dan temperatur ttk ap tertngg sebesar 532,9 C. Kata Kunc : Dstrbutor Udara, Kalor, Reaktor Fludzed Bed Gasfer Abstract Wth the depleton of reserves and producton of ol and gas (ol & gas), whle the demand for fuel ol and natural gas ncreased from year to year, so need to look for other alternatve energy reserves that are frendly to the envronment. Now developed research wth rce husk bomass raw materals to be transformed nto new fuel. The purpose of ths research s to know the nfluence of the number of holes aganst dstrbutor fludzed bed gasfer performance, to know the mnmum speed of fludzaton, to fnd out the temperature of the reactor, to know the old bolng water, to fnd out the temperature of the fre. In ths study usng a varaton of the ar dstrbutor wth the respectve number of holes and 37. Retreve data wth a composton of 2 kg of rce husk and blend each 0.5 kg of slka sand and lmestone, nclude fludzaton the mnmum speed, temperature reactor, temperature, fre pont, temperature of water boled wth 1 lter of water bol, the recordng data every 2 mnutes. The results showed a varaton of ar dstrbutor wth a total of 19 holes obtaned hghest reactor temperature of 331,7 C, flame tme effectvely for 60 mnutes. Long bolng water for 18 mnutes and the temperature pont of the hghest fre of 446,3 C. Ar dstrbutor wth a varaton of the number of holes of the hghest temperature of the reactor obtaned 28 of 460,9 C, flame tme effectvely durng 56 mnutes. Long bolng water for 16 mnutes and the temperature pont of the hghest fre of 482,7 C. Ar dstrbutor wth a varaton of the amount of 37 holes obtaned the hghest of reactor temperature 495,4 C, flame tme effectve for 50 mnutes. Long bolng water for 12 mnutes and the temperature pont of the hghest fre of 532,9 C. Keywords: Ar Dstrbutors, Heat, Fludzed Bed Reactor V 1

6 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bomassa merupakan bahan-bahan organk yang berasal dar tumbuh-tumbuhan yang melput, dedaunan, rerumputan, rantng, gulma, lmbah pertanan, lmbah peternakan, lmbah kehutanan dan gambut ( Borman, 1998). Indonesa memlk bahan bakar bomassa yang melmpah sepert lmbah pertanan, lmbah peternakan dan sebaganya, walaupun banyak dgunakan oleh masyarakat pedesaan sebaga bahan bakar, namun pemanfaatannya belum optmal. Salah satu teknolog potensal untuk pengolahan lmbah bomassa adalah teknolog gasfkas. gasfer adalah Suatu alat untuk proses gasfkas. Ke dalam alat n dmasukkan bahan bakar bomassa yang mengalam reaks oksdas parsal dengan udara, oksgen, atau campurannya. Teknolog Fludsas banyak daplkaskan pada teknolog reaktor, salah satunya d gasfkas fludzed. Fludsas adalah proses dmana benda padat halus (partkel) dubah menjad fase yang berkelakuan sepert fluda car melalu kontak dengan gas atau caran (Kun dan Levenspel 1969). Fenomena n terjad pada meda yang dsebut dengan fludzed bed, dmana fludzed bed merupakan suatu bejana yang bers partkel padat yang dalr fluda dar bawah bejana. Menurut Zenz dan Othmer (1960) secara prnsp ada 4 aspek keunggulan yang dmlk oleh fludzed bed jka dbandng dengan teknolog kontak yang lannya yatu; (1) pada aspek kemampuan untuk mengontrol temperature, (2) kemampuan beroperas secara kontnu, (3) keunggulan dalam persoalan perpndahan panas, dan (4) keunggulan dalam proses katals. Pengaturan udara masuk pada fludzed bed dlakukan oleh dstrbutor udara dan plenum. Ada beberapa bentuk dan tpe dstrbutor udara yang dgunakan dalam fludzed bed. Secara umum bentuk dan tpe tersebut dapat dkelompokkan menurut arah alran masuk udara ke dalam reaktor bak arah alrannya ke atas, lateral dan ke bawah. Bentuk dstrbutor udara yang palng serng dgunakan adalah tpe dstrbutor udara plate. Tpe n merupakan tpe arah alran udara dar bawah yang memlk keuntungan murah dan mudah dalam pembuatan tetap memlk kelemahan yatu terjadnya udara mengalr balk ke plenum yang berada d bawahnya. Untuk menutup kelemahan tpe dstrbutor udara plate maka dgunakan tpe bubble cups dan nozzles yang arah alrannya lateral. Tpe n memlk kelemahan pada harga yang mahal dalam pembuatannya dan kendala pada saat pembershan dan modfkas. D sampng dua tpe tersebut, d beberapa fludzed bed menggunakan tpe sparger dan concal, tetap penggunaan dua tpe n jarang dtemukan. Pemlhan dstrbutor tdak hanya berdasarkan keunggulan dan kekurangan dalam hal pembuatan, operas dan harga, tetap dstrbutor udara yang dgunakan juga harus dapat menjamn terjadnya fludsas yang merata dan stabl pada fludzed bed. V 2

7 Maka dalam peneltan kal n kta plh dstrbutor udara tpe plate karena tpe n memlk keuntungan murah dan mudah dalam pembuatan, dmana 3 tpe dstrbutor udara n dengan jumlah lubangnya yang berbeda-beda yatu 1. dstrbutor udara jumlah lubang 19 dengan dameter lubang 12 mm, 2. dstrbutor udara jumlah lubang 28 dengan dameter lubang 10 mm, dan 3. dstrbutor udara jumlah lubang 37 dengan dameter lubang 9 mm. Dstrbutor n berfungs untuk mengalrkan udara dar blower secara seragam keseluruhan reaktor melalu plenum. 1.2 Tujuan peneltan Tujuan dar peneltan n adalah untuk mengetahu pengaruh jumlah lubang dstrbutor terhadap unjuk kerja fludzed bed gasfer melput: a. Kecepatan mnmum fludsas. b. Temperatur reaktor. c. Nla kalor yang dhaslkan. d. Laju konvers energ. 1.3 Batasan masalah Peneltan n dbatas pada pengembangan fludzed bed gasfer dengan varas dstrbutor udara yatu : a. Dalam pengujan n proses tdak berlangsung kontnue, artnya bahan bakar sekam pad dan campuran 0,5 kg pasr slka,batu kapur sekal paka. b. Gas produk hasl peneltan n dbakar, dgunakan untuk memanaskan ar. c. Kecepatan udara yang dgunakan dalam peneltan n sebesar 2 m/s. 2.METODOLOGI PENELITIAN Tahapan n bers prosedur dan pelaksanaan peneltan. Mula Tahap persapan survey alat dan bahan Proses desan alat Pembuatan alat Proses pengujan alat Tdak Nyala Ap Ya V 3

8 P (cmh₂o) Pengamblan Data Dstrbutor Jumlah Lubang19 1. Kecepatan Mnmum Fludsas 2.Temperatur Reaktor Dstrbutor Jumlah Lubang Kecepatan Mnmum Fludsas 2.Temperatur Reaktor Dstrbutor Jumlah Lubang Kecepatan Mnmum Fludsas 2.Temperatur Reaktor 3. Temperatur Panas Ap 3. Temperatur Panas Ap 3. Temperatur Panas Ap 4.Temperatur Ar Menddh 4.Temperatur Ar Menddh 4.Temperatur Ar Menddh Pengolahan data dan pengamblan kesmpulan 3.HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Dagram Alr Peneltan 3.1.Data dan pembahasan kecepatan mnmum fludsas Gambar.2. sampa gambar 4. menunjukkan karakterstk kecepatan mnmum fludsas tpe dstrbutor dengan komposs pasr slka 0,5 kg dan 0,5 kg batu kapur, serta masng-masng dstrbutor jumlah lubang 19, jumlah lubang 28 dan jumlah lubang 37. A. Dstrbutor Tpe 1 (Jumlah Lubang 19) Selesa Keceatan m/s Kecepatan nak Kecepatan turun Gambar 2. karakterstk kecepatan mnmum fludsas tpe dstrbutor 1 (jumlah lubang 19) 4 V

9 P (cmh₂o) P (cmh₂o) B. Dstrbutor Tpe 2 (Jumlah Lubang 28) Kecepatan nak kecepatan turun Keceatan (m/s) Gambar 7. karakterstk kecepatan mnmum fludsas tpe dstrbutor 2 (jumlah lubang 28) C. Dstrbutor tpe 3 (Jumlah Lubang 37) Kecepatan nak Kecepatan nak Kecepatan (m/s) Gambar 3. karakterstk kecepatan mnmum fludsas tpe dstrbutor 3 (jumlah lubang 37) Dar gambar 2. sampa gambar 3 ddapatkan kecepatan mnmum fludsas tpe dtrbutor 1 (jumlah Lubang 19) sebesar 1,8 m/s, sedangkan untuk jumlah lubang 28 kecepatan mnmum fludsas 1,6 m/s dan sebesar 1,2 m/s untuk dstrbutor jumlah lubang 37. Cara menentukan kecepatan mnmum fludsas denga cara menambahkan kecepatan 5 V

10 Temperatur Reaktor ( C) udara dar bukaan stop kran pada blower setelah penambahan kecepatan udara maka tekanan 1 akan mengalam kenakan dan tekanan 2 turun, pada kecepatan udara konstan akan terjad tekanan kostan pula maka kta tark gars dar tekanan nak pada tekanan 1 dan kta tark gars dar tekanan turun, dar ttk perpotongan 2 gars tersebut sehngga kta dapat menentukan besarnya kecepatan mnmum fludsas. Berkut tabel besarnya kecepatan mnmum fludas dar peneltan n. Tabel 1. kecepatan mnmum fludsas. Dstrbutor Kecepatan Mnmum Fudsas ( m/s ) 1. Jumlah Lubang 19 1,8 2. Jumlah Lubang 28 1,6 3. Jumlah Lubang 37 1,2 3.2.Perbandngan temperatur reaktor pada tga tpe dstrbutor jumlah lubang T.Reaktor Waktu (ment) Suhu Reaktor Jumlah Lubang 37 Suhu Reaktor Jumlah Lubang 28 Suhu Reaktor Jumlah Lubang 19 Gambar 5. Grafk hubungan antara waktu dengan temperatur reactor pada tga tpe dstrbutor udara. Gambar 5. grafk menunjukkan gabungan temperatur reaktor yang dhaslkan dar proses pembakaran sekam pad pada tga varas tpe dstrbutor jumlah lubang dengan kecepatan udara 2 m/s. Pada percobaan n menggunkan campuran pasr slka dan batu kapur masng-masng 0,5 kg. Pada percobaan dstrbutor jumlah lubang 19 grafk datas menunjukkan temperatur awal reaktor sebesar 54,8 C dan menunjukkan temperatur tertngg V 6

11 Temperatur Panas Ap ( C) pada temperature 331,7 C pada ment ke 54. Pada percobaan dstrbutor jumlah lubang 28 temperatur awal reaktor 54,7 C dan menunujukkan suhu tertngg pada 460,3 C pada ment ke 60. Sedangkan temperatur awal reaktor saat menggunakan dstrbutor jumlah lubang 37, menunjukkan temperatur awal 55,1 C dan mencapa temperatur tertngg 495,4 C pada ment ke 60. Pemanasan awal pada bed yang berupa pasr slka bertujuan untuk meratakan panas pasr sebelum proses pembakaran bahan bakar ddalam reaktor berlangsung. 3.3.Perbandngan temperatur panas ap pada tga tpe dstrbutor jumlah lubang Gambar 6. menunjukkan grafk temperatur panas ap dengan waktu pada percobaan pembakaran sekam pad sebanyak 2 kg dengan kecepatan udara 2 m/s, serta pasr slka dan batu kapur sebaga bed. Temperatur awal pada panas ap hasl dar pembakaran gas adalah 46,01 C dan temperatur tertngg rata-rata hasl pembakaran gas adalah 487,3 C pada ment ke 46. Temperatur ap cenderung mengalam penurunan pada ment ke 50 yatu dar temperatur 46,01 C menjad 435,13 C. Dar grafk hasl percobaan dketahu bahwa waktu yang dhaslkan dar proses pembakaran 2 kg sekam pad dapat menyala efektf adalah 55 ment Waktu (ment) Suhu Panas Ap Jumlah Lubang 37 Suhu Panas Ap Jumlah Lubang 28 Suhu Panas Ap Jumlah Lubang 19 Gambar 6. grafk hubungan antara waktu dengan temperatur panas ap pada tga tpe dstrbutor udara. V 7

12 Temperatur Ar Menddh (C) 3.4.Grafk perbandngan temperatur ar menddh pada tga tpe dstrbutor jumlah lubang Waktu (ment) Suhu Ar Menddh Jumlah Lubang 37 Suhu Ar Menddh Jumlah Lubang 28 Suhu Ar Menddh Jumlah Lubang 19 Gambar 7. grafk hubungan antara waktu dengan temperatur ar pada tga tpe dstrubutor jumlah lubang Gambar 7. grafk menunjukkan hubungan antara waktu dengan temperatur ar menddh pada tga tpe dstrubutor jumlah lubang. Untuk menddhkan ar sebanyak 1 lter dalam waktu 18 ment pada dstrbutor jumlah lubang 19, dapat menddhkan ar sebanyak 1 lter dalam waktu 16 ment pada dstrbutor jumlah lubang 28, Sedangkan untuk dstrbutor jumlah lubang 37 dapat menddhkan ar sebanyak 1 lter dalam waktu 12 ment. Urutan waktu penddhan ar pada percobaan 7 dengan menggunakan dtrbutor jumlah lubang 19 adalah selama 18 ment, sedangkan dengan menggunakan dtrbutor jumlah lubang 28 dan 37 selama 16 ment dan 12 ment. Dar ketga tpe dstrbutor jumlah lubang yang dgunakan dapat djelaskan bahwa dstrbutor jumlah lubang 19, memerlukan waktu untuk menddhkan ar 1 lter dalam waktu 18 ment, dan pada dstrbutor jumlah lubang 28 untuk menddhkan ar sebesar 1 lter dperlukan waktu 16 ment, sedangkan dstrbutor jumlah lubang 37 untuk menddhkan ar sebesar 1 lter dperlukan waktu 12 ment. Hal n dkarenakan tdak stablnya proses pembakaran sekam pad ddalam reaktor. Lama penddhan n dpengaruh lamanya nyala efektf bahan bakar, semakn lama waktu penddhan berart pembakaran bahan bakar tdak akan cepat habs. V 8

13 QL (KJ) QS (KJ) 3.5.Grafk hubungan antara tga tpe dstrbutor jumlah lubang dengan kalor sensbel Jumlah Lubang 19 Jumlah Lubang 28 Jumlah Lubang 37 Gambar 8. Dagram batang hubungan antara tga tpe dstrbutor jumlah lubang dengan kalor sensbel Grafk hubungan antara tga tpe dstrbutor jumlah lubang dengan kalor laten Jumlah Lubang 19 Jumlah Lubang 28 Jumlah Lubang 37 Gambar 9. Dagram batang hubungan antara tga tpe dstrbutor jumlah lubang dengan kalor laten V 9

14 QT (KJ) 3.7. Grafk hubungan antara tga tpe dstrbutor jumlah lubang dengan kalor terpaka Jumlah Lubang 19 Jumlah Lubang 28 Jumlah Lubang 37 Gambar 10. Dagram batang hubungan antara tga tpe dstrbutor jumlah lubang dengan kalor laten Gambar 8 sampa gambar 10, dagram batang menunjukkan besarnya hasl perhtungan kalor sensbel, kalor laten dan kalor terpaka pada tga varas dstrbutor jumlah lubang dengan pembakaran bahan bakar 2 kg sekam pad dan campuran pasr slka, batu kapur masng-masng 0,5 kg. Dar gambar dketahu bahwa besarnya kalor sensbel, kalor laten serta kalor terpaka setap percobaan berbeda. Pada percobaan dstrbutor jumlah lubang 19 dengan menggunakan bahan bakar 2 kg sekam pad dan campuran pasr slka, batu kapur masngmasng 0,5 kg kalor sensbel, kalor laten serta kalor terpaka berturut-turut sebesar 284,7605 KJ, 1296,75 KJ., 1581,5105 KJ, sedangkan pada percobaan dstrbutor jumlah lubang 28 dengan menggunakan bahan bakar 2 kg sekam pad dan campuran pasr slka, batu kapur masng-masng 0,5 kg. Besarnya kalor sensbel, kalor laten serta kalor terpaka berturut-turut sebesar 284,7881 KJ., 1433,25 KJ., 1718,0381 KJ., dan pada percobaan dstrbutor jumlah lubang 37 dengan menggunakan bahan bakar 2 kg sekam pad dan campuran pasr slka, batu kapur masng-masng 0,5 kg. Besarnya kalor sensbel, kalor laten serta kalor terpaka berturutturut sebesar 284,9476 KJ., 1683,5 KJ., 1968,4476 KJ. Maka dar Hasl percobaan n dapat dsmpulkan bahwa semakn banyak jumlah lubang, kalor yang dhaslkan semakn besar pula karena penyebaran udara dalam reaktor semakn merata dan nyala ap stabl. V 10

15 4. Penutup 4.1 Kesmpulan Berdasarkan analsa dan pembahasan, pengujan pengaruh jumlah lubang dstrbutor terhadap unjuk kerja fludzed bed gasfer dar pembakaran sekam pad dengan varas dstrbutor udara yang masng-masng jumlah lubang 19, 28, 37 dapat d smpukan sebaga berkut: 1. Kecepatan mnmum fludsas pada percobaan tpe dstrbutor udara dengan jumlah lubang 19 yatu sebesar 1,8 m/s, percobaan tpe dstrbutor udara dengan jumlah lubang 28 yatu sebesar 1,6 m/s, dan percobaan tpe dstrbutor udara dengan jumlah lubang 37 yatu sebesar 1,2 m/s, maka kecepatan udara yang dgunakan pada peneltan n adalah 2 m/s. Karena kecepatan udara pada fludsas terjad saat kecepatan datas kecepatan mnmum fludsas. 2. Semakn banyak jumlah lubang yang dgunakan maka semakn tngg temperatur reaktornya yatu sebesar 495,4 C, pada percobaan tpe dstrbutor udara dengan jumlah lubang Semakn banyak jumlah lubang yang dgunakan maka semakn cepat ar menddh yatu selama 10 ment, pada percobaan tpe dstrbutor udara dengan jumlah lubang Semakn banyak jumlah lubang yang dgunakan maka semakn besar pula kalor terpaka yang dhaslkan yatu sebesar 1968,4476 KJ, pada tpe dstrbutor udara dengan jumlah lubang 37 Sehngga dapat dsmpulkan bahwa dar percobaan ketga tpe dstrbutor jumlah lubang palng bak terjad pada tpe dstrbutor udara dengan jumlah lubang 37, karena semakn banyak jumlah lubang semakn bak haslnya. DAFTAR PUSTAKA Akls, N Stud Ekspermetal Pengaruh Jumlah Lubang Dstrbutor Udara Terhadap Karakterstk Gelembung Pada Bubblng Fludzed Bed Dengan Varas Partkel Bed. Unverstas Gajah Mada, Yogyakarta. Akls, N. dkk Pengaruh Ukuran Partkel Bed Terhadap Syngas Yang Dhaslkan Bubblng Fludzed Bed Gasfer. Unversty Research Coloquum Basu, P Combuston and Gasfcaton n Fludzed Bed, nc., New York. Basu, P Bomassa Gasfcaton and Pyrolyss, New York. Borman, G.L and Ragland, K. W Combuston Engneerng. McGraw Hll.,Sngapura. V 11

16 Kun. D. and Levenspel. O Fludzaton Engneerng. John Wley and Sons, Inc. New York. Nurman, A Stud Karakterstk Pembakaran Bomassa Tempurung Kelapa pada Fludzed bed Combustor. Unverstas Indonesa Dengan Partkel Bed Berukuran Mesh Jurusan Teknk Mesn Fakultas Teknk Unverstas Indonesa. Munson, B.R, Young, D.F. and Oksh, T.H Flud Mechancs. Department of Aerospace Engneerng and Engneerng mechancs. Iowa State Unversty. USA. Tajal, A Panduan Penlaan Bomassa Sebaga Sumber Eneg Alternatf D Indonesa. Penabulum Allance. Zenz. F.A. and Othmer F.D Fludzaton and Flud Partcle Systems. Renhold Publshng Corporaton. New York. V 12

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN DISTRIBUTOR UDARA JENIS PLAT

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN DISTRIBUTOR UDARA JENIS PLAT PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN DISTRIBUTOR UDARA JENIS PLAT Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP. Abstrak

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP. Abstrak OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP Reza Fauzan 1 1 *Emal: reza.fauzan@gmal.com Abstrak Peneltan tentang penngkatan jumlah produks mnyak yang dperoleh dar sumur produks

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Fluidisasi adalah proses dimana benda partikel padatan

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Fluidisasi adalah proses dimana benda partikel padatan I. PENGANTAR A. Latar Belakang 1. Permasalahan Fluidisasi adalah proses dimana benda partikel padatan diubah menjadi fase yang berkelakuan seperti fluida cair melalui kontak dengan gas atau cairan (Kunii

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH NOZEL DISTRIBUTOR TERHADAP KINERJA FLUIDIZED BED GASIFIER

PENGARUH JUMLAH NOZEL DISTRIBUTOR TERHADAP KINERJA FLUIDIZED BED GASIFIER PENGARUH JUMLAH NOZEL DISTRIBUTOR TERHADAP KINERJA FLUIDIZED BED GASIFIER Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Oleh : Riski Elis Saputra D200110085

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini pemanfaatan minyak bumi dan bahan bakar fosil banyak digunakan sebagai sumber utama energi di dunia tak terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan

Lebih terperinci

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK

MENGANALISA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER 2 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DI PT. SEMEN GRESIK (PERSERO).Tbk PABRIK TUBAN ABSTRAK Nelson ulstono Teknk Mesn Unverstas Islam Malang 015 MENGANALIA GANGGUAN PADA 331 WEIGHT FEEDER UNTUK MENINGKATKAN PRODUKI DI PT. EMEN GREIK (PERERO).Tbk PABRIK TUBAN Nelson ulstono, Teknk Mesn, Fakultas

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF PENENTUAN KARAKTERISTIK PELUAHAN KORONA PADA DIELEKTRIK MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONUT OIL)

STUDI KOMPARATIF PENENTUAN KARAKTERISTIK PELUAHAN KORONA PADA DIELEKTRIK MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONUT OIL) STUDI KOMPARATIF PENENTUAN KARAKTERISTIK PELUAHAN KORONA PADA DIELEKTRIK MINYAK KELAPA MURNI (VIRGIN COCONUT OIL) Erwn Ordansyah 1, Danal, Yohannes M. Smanjuntak 3 Program Stud Teknk Elektro Fakultas Teknk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN BAHAN BAKAR TERHADAP KERJA PADA REAKTOR FLUIDIZED BED GASIFIER

NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN BAHAN BAKAR TERHADAP KERJA PADA REAKTOR FLUIDIZED BED GASIFIER NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN BAHAN BAKAR TERHADAP KERJA PADA REAKTOR FLUIDIZED BED GASIFIER Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1 ERMODINAMIKA Hukum ermodnamka ke-0 Hukum ermodnamka ke-1 Hukum ermodnamka k ke-2 Mesn Kalor Prnsp Carnot & Mesn Carnot FI-1101: ermodnamka, Hal 1 Kesetmbangan ermal & Hukum ermodnamka ke-0 Jka dua buah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI

ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI TUGAS AKHIR ANALISA KINERJA COOLING TOWER INDUCED DRAFT TIPE LBC-W 300 TERHADAP PENGARUH PANAS RADIASI MATAHARI Oleh: Nmas Puspto Pratw Dosen Pembmbng : Dr.Gunawan Nugroho, S.T,M.T Nur Lala Hamdah, ST.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT PENYINARAN DAN LAJU ALIRAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL PADA SOLAR KOLEKTOR TIPE PLAT DATAR

PENGARUH SUDUT PENYINARAN DAN LAJU ALIRAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL PADA SOLAR KOLEKTOR TIPE PLAT DATAR PENGARUH SUDU PENYINARAN DAN LAJU ALIRAN ERHADAP EFISIENSI ERMAL PADA SOLAR KOLEKOR IPE PLA DAAR ulus B. Storus, Hmsar Ambarta, Mulf Hazw, ekad Stepu Departemen eknk Mesn Fakultas eknk USU Jl Almamater,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier

Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier Nur Aklis 1, M.Akbar Riyadi 2, Ganet Rosyadi 3, Wahyu Tri Cahyanto 4 Program Studi Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KAJIAN TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN BENSOL SEBAGAI BAHAN BAKAR MOTOR EMPAT LANGKAH 105 CC DENGAN VARIASI CDI TIPE STANDAR DAN RACING

TUGAS AKHIR KAJIAN TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN BENSOL SEBAGAI BAHAN BAKAR MOTOR EMPAT LANGKAH 105 CC DENGAN VARIASI CDI TIPE STANDAR DAN RACING TUGAS AKHIR KAJIAN TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN BENSOL SEBAGAI BAHAN BAKAR MOTOR EMPAT LANGKAH 105 CC DENGAN VARIASI CDI TIPE STANDAR DAN RACING Dajukan guna memenuh persyaratan untuk mencapa derajat Sarjana

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno TH, Pengembangan Metode Algortma Gen, Hal 93-0 PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno Tr Hayat Abstrak Metode optmas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kamus Buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, basanya dsusun menurut abjad berkut keterangan tentang makna, pemakaan, atau terjemahannya, kamus juga dsebut buku yang memuat

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2

A. 1,0 m/s 2 B. 1,3 m/s 2 C. 1,5 m/s 2 D. 2,0 m/s 2 E. 3,0 m/s 2 1. D bawah n adalah pernyataan mengena pengukuran : 1. mengukur adalah membandngkan besaran yang dukur dengan besaran sejens yang dtetapkan sebaga satuan 2. dalam setap pengukuran selalu ada kesalahan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL MODEL MATEMATIA SISTEM THERMAL PENGANTAR Sstem thermal merupakan sstem yang melbatkan pemndahan panas dar bahan yang satu ke bahan yang lan. Sstem thermal dapat danalsa dalam bentuk tahanan dan kapastans,

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BED TERHADAP SYNGAS YANG DIHASILKAN BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BED TERHADAP SYNGAS YANG DIHASILKAN BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER PENGARUH UKURAN PARTIKEL BED TERHADAP SYNGAS YANG DIHASILKAN BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER Nur Aklis 1), Wahyu Tri Cahyanto 2), Muhammad Akbar Riyadi 3), Ganet Rosyadi Sukarno 4) Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat, Peningkatan kebutuhan energi yang tidak diimbangi. pengurangan sumber energy yang tersedia di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat, Peningkatan kebutuhan energi yang tidak diimbangi. pengurangan sumber energy yang tersedia di dunia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin lama kebutuhan energy di dunia ini semakin meningkat, Peningkatan kebutuhan energi yang tidak diimbangi dengan peningkatan sumber energy dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN 1. Data Volume Hasl Elektrolss - Jumlah Elektroda = 5 Sel 15 14 13 12 11 Tabel 7. Data Pengamatan Volume Hasl Elektrolss KOH Volume Awal Volume Akhr (lter) (lter) 0,25 12 11,976

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos 1, Pabelan,

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN Peneltan yang dsajkan dalam proposal n bertujuan untuk melakukan kajan komprehensf tentang karakterstk dndng bata tanah Hat dengan atau tanpa perkuatan tulangan dan pengaruhnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group

Pemodelan Regresi Variabel Moderasi Dengan Metode Sub-Group. Regression Modeling of Moderating Variable with a Method of Sub Group Jurnal EKSPONENSIAL Volume 6, Nomor, Nopember 05 ISSN 085-789 Pemodelan Regres Varabel Moderas Dengan Metode Sub-Group Regresson Modelng of Moderatng Varable wth a Method of Sub Group Rsna Septawat, Des

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT

PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT BIAStatstcs (05) Vol. 9, No., hal. -7 PERANCANGAN PARAMETER DENGAN PENDEKATAN TAGUCHI UNTUK DATA DISKRIT Faula Arna Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sultan Ageng Trtayasa Banten Emal : faulaarna@yahoo.com

Lebih terperinci

(Total Suspended Solid) dan Kekeruhan (Turbidity) dapat dilihat pada beberapa tabel

(Total Suspended Solid) dan Kekeruhan (Turbidity) dapat dilihat pada beberapa tabel 8 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasl Peneltan Hasl dar beberapa peneltan penglahan ar permukaan selkan Mataram dengan menggunakan Flter bermeda pasr, zelt, kerkl, dengan parameter TSS (Ttal Suspended

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci