BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK
|
|
- Susanto Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah menikah. Adapula penduduk yang tinggal dari lahir sampai dia mendapat pekerjaan di daerah lain, karena dekat dengan tempat aktivitas mereka bekerja. Tabel 4.1 Lama Tinggal Penduduk di Daerah Longsor Lama Tinggal di Daerah Longsor (Tahun) Jumlah Persentase (%) Diatas Jumlah Berdasarkan Tabel 4.1, sebagian besar penduduk tinggal di daerah longsor selama tahun dengan persentase 40%. Jadi penduduk tersebut sering mengalami longsor pada setiap tahunnya. Mereka berusaha untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang rentan bahaya longsor, sehingga mereka tetap bertahan tinggal di daerah penelitian. Ya sudah puluhan tahun. Saya sudah tinggal di sini sejak dari kecil sampai sekarang. Saya asli orang sini. (Rec.08) Persentase terbesar kedua adalah penduduk yang tinggal selama tahun dengan besar persentasenya 17,33%. Persentase ketiga adalah penduduk yang lama tinggal selama tahun dengan persentase 13,33%. Kemudian penduduk yang telah bermukim selama tahun sebesar 10,67%. Penduduk 46
2 yang telah lama tinggal diatas 50 tahun sebesar 10,67%, mereka rata rata adalah orang tua yang telah berusia lanjut diatas 50 tahun yang telah tinggal sejak lama di Desa Soko. Selanjutnya, sebagian kecil penduduk tinggal di daerah longsor selama 0-10 tahun dengan persentase 2,67%. Sehubungan dengan itu, terdapat penduduk yang lahir di luar Desa Soko. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian banyak dari mereka merupakan penduduk asli. Penduduk asli tetap mau tinggal di daerah tersebut karena sudah tinggal sejak kecil dan banyak kerabat yang tinggal di daerah tersebut. Jadi keputusan pindah sangat sulit dilakukan meskipun ada bencana di daerah rentan bahaya longsor. Adapun pendatang yang tinggal di daerah tersebut karena ada yang mendapatkan suami atau istri yang tinggal di daerah tersebut dan mereka mendapatkan warisan sehingga tetap ingin tinggal. 4.2 Mata Pencaharian Identifikasi mata pencaharian penduduk perlu diketahui sebelum melakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada atau tidak hubungan antara mata pencaharian dengan tempat tinggal di daerah rentan bahaya longsor Desa Soko. Tabel 4.2 Mata Pencaharian Penduduk di Daerah Longsor Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%) Swasta 27 36,00 Buruh 11 14,67 Petani 22 29,33 Pegawai Negeri 1 1,33 Ibu Rumah Tangga 3 4,00 Supir Angkutan Umum 3 4,00 Pedagang 8 10,67 Jumlah ,00 47
3 Keadaan penduduk di daerah ini didapatkan dari berbagai macam pekerjaan. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai swasta dengan 36%. Mata pencaharian terbesar kedua adalah petani dengan 28%. Swasta dan pertanian merupakan bidang yang memenuhi kebutuhan penduduk di daerah penelitian, melalui berbagai macam keterampilan dan hasil tanaman pertanian untuk diambil hasilnya. Oleh karena itu, penduduk harus memiliki modal dan tenaga kerja. Pekerjaan di bidang pertanian tidak selalu dilakukan oleh petani sendiri, tetapi dapat dilakukan oleh keluarganya sendiri atau tenaga-tenaga diluar keluarga petani. Mata pencaharian terbesar ketiga adalah buruh dengan 14,67%. Selanjutnya mata pencaharian terbesar berikutnya pedagang dengan 10,67%, ibu rumah tangga dengan 4%, dan supir angkutan umum dengan 4%. Sebagian kecil penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai pegawai negeri dengan 1,33%. Dari data tersebut dapat dikemukakan bahwa penduduk yang kondisinya sangat rentan adalah mereka yang bekerja sebagai pedagang, ibu rumah tangga, dan supir angkutan umum. Sedangkan penduduk yang tidak rentan adalah penduduk yang sebagian bekerja dibidang swasta dan bekerja dibidang pertanian. Mata pencaharian penduduk dibidang swasta yang dimaksud adalah penduduk di daerah tersebut membuka lapangan pekerjaan sendiri. 4.3 Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan penduduk di Desa Soko perlu diketahui untuk melakukan analisis lebih lanjut yaitu apakah ada hubungan atau tidak antara tingkat pendapatan dengan keinginan berpindah penduduk di lokasi penelitian. Dimana diketahui tingkat pendapatan seseorang akan berpengaruh kepada kemampuan seseorang untuk mengantisipasi bahaya longsor. Seseorang yang berpendapatan tinggi kondisinya cenderung tidak akan rentan dibanding mereka yang tingkat pendapatannya lebih rendah, sehingga dapat dikatakan seseorang yang mempunyai pendapatan tinggi akan cenderung berkeinginan tetap tinggal di daerah bahaya longsor, dibandingkan dengan mereka yang pendapatannya rendah. 48
4 Seperti apa tingkat pendapatan responden yang ada di Desa Soko dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Tingkat Pendapatan Penduduk di Daerah Longsor Tingkat Pendapatan Setiap Bulan Persentase Jumlah (Rupiah) (%) Jumlah Berdasarkan tingkat pendapatan dari Tabel 4.3 maka tingkat pendapatan penduduk yang paling banyak adalah antara Rp ,- s/d Rp ,- yaitu sebanyak 56%, kemudian penduduk dengan penghasilan antara Rp ,- s/d Rp ,- sebanyak 30,67%, selanjutnya penduduk dengan penghasilan antara Rp ,- s/d Rp sebanyak 9,33%. Sedangkan penduduk yang penghasilannya sedikit yaitu pendapatan kurang dari Rp ada sebanyak 4% dan tidak ada penduduk yang penghasilannya diatas Rp ,-. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa mereka yang berpenghasilan di bawah Rp ,- adalah mereka yang kondisinya sangat rentan, sedangkan mereka yang penghasilannya antara Rp ,- s/d Rp ,- dapat dikatakan tidak rentan. 4.4 Asal Kepemilikan Lahan Bagaimana asal kepemilikan lahan penduduk di Desa Soko dapat dilihat pada Tabel
5 Tabel 4.4 Asal Kepemilikan Lahan Penduduk di Daerah Longsor Asal Kepemilikan Lahan Jumlah Persentase (%) Warisan 49 65,33 Membeli dari warga setempat 16 21,33 Menyewa dari warga setempat 2 2,67 Masih punya orang tua 8 10,67 Jumlah ,00 Tabel 4.4 menjelaskan bahwa penduduk di daerah penelitian merupakan masyarakat asli di daerah tersebut yang sudah lama tinggal dan bermukim secara turun-temurun. Hal ini dapat dilihat dari asal kepemilikan tanah yang menjadi tempat tinggal mereka, bahwa sebagian besar asal kepemilikan lahan peduduk di Desa Soko adalah berasal dari warisan. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.4 ada sebanyak 65,33%, penduduk yang asal kepemilikan lahannya adalah berasal dari warisan. Ini dulunya warisan dari orang tua saya. (Rec.01) Sedangkan asal kepemilikan lahan penduduk dengan cara membeli dari warga setempat adalah sebanyak 21,33%. Penduduk yang membeli tersebut merupakan warga asli. Mereka membeli lahan dari warga karena masih tetap ingin tinggal di daerah tersebut. Lahan ini dulu membeli dari tetangga. (Rec.02) Adapula asal kepemilikan lahan dengan cara menyewa dari warga setempat yang sifatnya sementara yaitu sebanyak 2,67%, misalnya mengontrak. Penduduk yang menyewa tersebut juga merupakan warga asli karena mereka masih ingin tinggal didaerah asalnya. Dua kategori tersebut dapat dikatakan bahwa penduduk yang membeli ataupun menyewa merupakan penduduk yang mempunyai ikatan kekeluargaan karena mereka termasuk penduduk dengan ekonomi menengah ke bawah dengan pendapatan di bawah Rp ,-. Mereka memilih membeli atau menyewa walaupun mereka merupakan penduduk asli, karena penduduk di daerah tersebut ada yang tidak memperoleh warisan dan 50
6 hanya bisa membeli atau menyewa dari kerabat dekat atau orang yang tinggal di daerah tersebut. Selain itu juga ada yang masih tinggal bersama orang tua yaitu sebesar 10,67%. 4.5 Luas Kepemilikan Lahan Dalam penelitian ini, luas kepemilikan lahan adalah luas tanah keseluruhan yang dimiliki penduduk dan sebagian dibuat sebagai tempat tinggal. Luas kepemilikan lahan yang terkena longsor dan tingginya mobilitas penduduk sulit untuk didapatkan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan dengan mengetahui luas lahan yang dimiliki dan pola mobilitasnya. Bagaimana luas kepemilikan lahan penduduk di daerah tersebu dapat dilihat pada Tabel 4.5. Table 4.5 Luas Kepemilikan Lahan Penduduk di Daerah Longsor Luas Pemilikan Lahan (ha) Jumlah Persentase (%) Tidak tahu , ,1-0, ,5-0, Jumlah Dari Tabel 4.5, dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk tidak mengetahui luas pemilikan lahan yang menjadi tempat tinggal mereka dengan persentase 61,33%, sedangkan banyak pula penduduk yang memiliki lahan seluas 1 ha dengan persentase 18,67%. Penduduk yang luas pemilikan lahannya sebesar 0,1 ha, 01-0,49 ha, dan 0,5-0,9 ha mempunyai besar persentase yang sama yakni 6,67%. Penduduk yang mempunyai lahan seluas 0,1 0,9 ha lebih banyak melakukan mobilitas untuk mencari pekerjaan diluar usaha dibidang pertanian. Semakin luas pemilikan lahan, semakin sedikit petani yang melakukan pekerjaan diluar bidang pertanian tersebut. Seperti apa hubungan asal kepemilikan lahan dengan luas kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel
7 Tabel 4.6 Hubungan Asal Kepemilikan Lahan dengan Luas Kepemilikan Lahan Luas Kepemilikan Lahan (%) Asal Kepemilikan Lahan Tidak Jumlah 0,1 0,1-0,49 0,5-0,9 1 Tahu Warisan 34,67 6,67 2,67 16,00 5,33 65,33 Membeli dari warga setempat 14,67 0,00 2,67 2,67 1,33 21,33 Menyewa dari warga setempat 1,33 0,00 1,33 0,00 0,00 2,67 Masih punya orang tua 10,67 0,00 0,00 0,00 0,00 10,67 Jumlah 61,33 6,67 6,67 18,67 6,67 100,00 Sebagian besar penduduk yang asal kepemilikan lahannya dari warisan tidak mengetahui besarnya luas lahan yang mereka miliki. Kemudian sebesar 16% dapat dijelaskan bahwa asal kepemilikan lahan penduduk mempunyai luas lahan sekitar 0,5-0,9 ha. Asal kepemilikan lahan penduduk yang membeli dari warga setempat sebesar 14,67% mengatakan bahwa penduduk tidak mengetahui luas kepemilikan lahan mereka. Sedangkan asal kepemilikan lahan penduduk yang menyewa dari warga setempat sebesar 1,33% mengatakan tidak mengetahui luas lahannya dan sebesar 1,33% mengatakan luas kepemilikan lahannya adalah sekitar 0,1-0,49 ha. Asal kepemilikan lahan penduduk yang masih milik orang tua sebesar 10,67% mengatakan tidak mengetagui luas lahannya. 4.6 Fisik Lingkungan Fisik lingkungan pada penelitian ini adalah hal yang berkaitan dengan jenis rumah. Identifikasi terhadap jenis rumah di Desa Soko bertujuan untuk mengetahui ada berapa banyak jenis rumah yang rentan maupun tidak rentan terhadap bahaya longsor. Rumah dengan pondasi yang kuat tergolong jenis rumah yang tidak rentan. Sedangkan jenis rumah yang kondisinya rentan terhadap bahaya longsor adalah rumah dengan pondasi yang tidak kuat. Rumah dengan pondasi kuat adalah rumah yang tahan terhadap bahaya longsor, sedangkan rumah dengan pondasi tidak kuat adalah rumah yang tidak tahan terhadap bahaya 52
8 longsor. Alasan penduduk membuat rumah berpondasi adalah kesadaran mereka terhadap lingkungan daerah tempat tinggal mereka yang merupakan daerah rentan bahaya longsor. Jenis rumah penduduk pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Jenis Rumah Penduduk di Daerah Longsor Jenis Rumah Jumlah Persentase (%) Rumah dengan pondasi kuat Rumah dengan pondasi yang tidak kuat Jumlah Dari Tabel 4.7 sebanyak 76% jenis rumah penduduk tergolong rumah dengan pondasi kuat. Sedangkan sebanyak 24% jenis rumah penduduk tergolong rumah dengan pondasi yang tidak kuat. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk di Desa Soko yang rentan terhadap longsor adalah mereka dengan jenis rumah yang pondasinya tidak kuat, dan penduduk yang tidak rentan terhadap longsor yaitu mereka yang rumahnya mempunyai pondasi yang kuat. Seperti apa hubungan jenis rumah dengan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hubungan Jenis Rumah dengan Tingkat Pendapatan Tingkat Pendapatan (%) Jenis Rumah Jumlah Rumah dengan pondasi kuat 2,67 34,67 29,33 9,33 76,00 Rumah dengan pondasi tidak kuat 1,33 21,33 1,33 0,00 24,00 Jumlah 4,00 56,00 30,67 9,33 100,00 Sumber: Hasil Analisis 53
9 Sebagian besar penduduk yang mempunyai jenis rumah dengan pondasi kuat adalah penduduk dengan tingkat pendapatan Rp ,- s/d Rp ,- yakni sebesar 34,67%. Kemudian sebesar 29,33% penduduk yang mempunyai rumah dengan pondasi kuat adalah penduduk dengan tingkat pendapatan Rp ,- s/d Rp ,-. Penduduk yang mempunyai jenis rumah dengan pondasi kuat, hanya sebesar 9,33% yang tingkat pendapatan penduduk Rp ,- s/d Rp ,-. Selain itu, hanya sebesar 2,67% penduduk yang mempunyai rumah dengan pondasi kuat yang tingkat pendapatannya kurang dari Rp ,-. Sebagian besar penduduk yang mempunyai jenis rumah dengan pondasi tidak kuat adalah penduduk dengan tingkat pendapatan Rp ,- s/d Rp ,- yakni sebesar 21,33%. Penduduk yang mempunyai jenis rumah dengan pondasi tidak kuat dengan tingkat pendapatan penduduk Rp ,- s/d Rp ,-, masing-masing hanya sebesar 1,33%. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa penduduk yang pendapatannya besar tidak selalu membuat rumah dengan pondasi yang kuat karena sebagian besar dari mereka mendapatkan rumah yang berasal dari warisan beserta lahannya. 4.7 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di Desa Soko perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis hubungan antara tingkat pendidikan penduduk dengan keinginan berpindah penduduk. Penduduk yang tingkat pendidikannya lebih tinggi tidak akan rentan terhadap bencana dibandingkan mereka yang pendidikannya lebih rendah. Karena penduduk yang pendidikannya lebih tinggi, mereka akan memikirkan bagaimana keadaan daerah bencana dan dampaknya nantinya. Sehingga kemungkinan seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi akan lebih dapat untuk melakukan adaptasi, misalnya penduduk lebih pintar bagaimana membangun rumah di daerah longsor. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9 bahwa sebagian besar penduduk yang tingkat pendidikannya tinggi mempunyai jenis rumah dengan pondasi kuat sebesar 37,33%, sedangkan sebagian kecil penduduk yang tingkat pendidikannya rendah mempunyai jenis rumah dengan pondasi tidak kuat. Bagaimana hubungan jenis rumah dengan pendidikan dapat dilihat pada Tabel
10 Tabel 4.9 Hubungan Jenis Rumah dengan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan (%) Jenis Rumah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Jumlah Rumah dengan pondasi kuat 13,33 5,33 20,00 37,33 76,00 Rumah dengan pondasi tidak kuat 12,00 0,00 8,00 4,00 24,00 Jumlah 25,33 5,33 28,00 41,33 100,00 Sumber: Hasil Analisis Seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi cenderung mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan akan membuat tingkat pendapatannya tinggi pula. Sebaliknya seseorang yang pendidikannya rendah cenderung mendapatkan pekerjaan yang tidak bagus dan pendapatannya juga rendah. Hal ini dapat terjadi karena tingkat pendidikan akan berhubungan dengan pekerjaan seseorang. Seperti apa tingkat pendidikan penduduk di daerah longsor dapat dilihat pada Tabel 4.10 Tabel 4.10 Tingkat Pendidikan Penduduk di Daerah Longsor Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) Tidak Tamat SD 19 25,33 Tamat SD 4 5,33 Tamat SMP 21 28,00 Tamat SMA 31 41,33 Jumlah ,00 Dari Tabel 4.10 diketahui persentase terbesar dari tingkat pendidikan penduduk di Desa Soko yaitu tamat SMA dengan 41,33%, selanjutnya persentase terbesar kedua dari tingkat pendidikan penduduk adalah tamat SMP yaitu sebanyak 28%, dan yang ketiga adalah tidak tamat SD dengan persentase 25,33%. Selain itu juga dapat dilihat ada penduduk yang berpendidikan tamat SD dengan persentase sebanyak 5,33%. 55
11 4.8 Partisipasi Sosial Penduduk di Daerah Rentan Bahaya Longsor Variabel partisipasi sosial yang akan diindentifikasi adalah yang berhubungan dengan ada atau tidaknya keikutsertaan penduduk dalam kegiatan kemasyarakatan yang ada di daerah tempat tinggalnya, seperti arisan, kumpulan warga atau pengajian warga. Identifikasi variabel partisipasi sosial bertujuan untuk mengetahui apakah variabel partisipasi sosial mempunyai hubungan atau tidak dengan keinginan berpindah penduduk. Penduduk yang ikut dalam suatu kegiatan kemasyarakatan akan merasa kondisinya tidak rentan dibanding dengan mereka yang tidak sama sekali ikut dalam kegiatan kemasyarakatan yang ada di lingkungan tempat tinggalnya, karena penduduk yang ikut dalam kegiatan tersebut akan merasa lebih nyaman, tenteram, dan mempunyai hubungan partisipasi yang baik dengan lingkungannya. Jadi, masyarakat yang merasa nyaman dan tenteram tersebut akan lebih mengetahui bagaimana keadaan daerah yang rentan bahaya longsor apabila masyarakat lebih banyak mengikuti kegiatan kemasyarakatan tersebut. Seperti apa komposisi penduduk yang mengikuti kegiatan kemasyarakatan ataupun tidak dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.11 Interaksi Sosial Penduduk di Daerah Longsor Keikutsertaan Kegiatan Kemasyarakatan Jumlah Persentase (%) Ya 42 56,00 Tidak 33 44,00 Jumlah ,00 Berdasarkan Tabel 4.11 dapat disimpulkan sebanyak 56% penduduk mengikuti kegiatan kemasyarakatan di lingkungan tempat tinggalnya, sedangkan sebanyak 44% tidak mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Berdasarkan survei serta informasi dari hasil wawancara ada beberapa jenis kegiatan dan organisasi kemasyarakat yang ada di Desa Soko dan diikuti oleh penduduk, seperti arisan, pengajian, dan karang taruna. 56
12 Ya jelas saya ikut dalam kegiatan kemasyarakatan, seperti arisan biasanya 1 minggu sekali. (Rec.01) Berdasarkan uraian tersebut dapat katakan bahwa seluruh responden di Desa Soko tidak rentan terhadap aspek partisipasi sosial. 4.9 Persepsi Penduduk Terhadap Daerah Rentan Bahaya Longsor Keadaan fisik, sosial dan ekonomi sangat erat hubungannya dengan penilaian terhadap daerah tempat tinggal. Lahan di daerah penelitian merupakan tempat sebagai sumber mata pencaharian penduduk yaitu swasta dan pertanian. Selain itu, kesempatan kerja di luar swasta dan pertanian dapat pula di lakukan di daerah ini. Maka dari itu keadaan ekonomi dapat dikatakan cukup baik sejalan dengan perkembangan kesejahteraan rumah tangga yang bertambah baik. Selain itu pula, dapat dikatakan jalinan kekerabatan atau hubungan kemasyarakatan cukup baik antar sesama warga. Lingkungan tempat tinggal yang baik akan membuat penduduk untuk dapat menilai keadaan daerah tempat tinggalnya. Walaupun di daerah penelitian pernah terjadi longsor, mereka tetap bertahan di daerah tempat tinggalnya. Namun, dapat dijelaskan persepsi penduduk di daerah penelitian pada Tabel Tabel 4.12 Persepsi Penduduk Terhadap Daerah Longsor Persepsi Penduduk Terhadap Daerah Longsor Jumlah Persentase (%) Perlu ada perhatian dari pemerintah 8 10,67 Harus ditinggalkan 5 6,67 Harus hati-hati dan waspada 3 4,00 Bahaya dan khawatir untuk menjadi tempat tinggal 38 50,67 Takut kalau terjadi longsor lagi 2 2,67 Sangat prihatin 8 10,67 Sudah terbiasa 1 1,33 Tidak tahu 10 13,33 Jumlah 67 89,33 57
13 Sebagian besar penduduk di daerah penelitian yakni sebesar 50,67% mengatakan bahwa di daerah tempat tinggal mereka merupakan daerah yang berbahaya untuk menjadi tempat tinggal dan mereka merasa khawatir untuk tetap terus tinggal di daerah tersebut. Bahaya itu, bagaimana ya...kalau malam sulit tidur takut kalau malam terjadi longsor. (Rec.03) Jadi dapat dikatakan, mereka tetap ingin tinggal di daerah ini, namun selalu dibayangi bahaya longsor yang dapat terjadi kapanpun. Selanjutnya, 13,33% mengatakan tidak tahu mengenai daerah bahaya longsor, jadi dapat dikatakan penduduk tersebut kurang pengetahuannya tentang bahaya longsor. Kemudian, ada yang mengatakan bahwa perlu ada perhatian dari pemerintah dan dan sangat prihatin terhadap daerah bahaya longsor, masing-masing sebesar 10,67%. 6,67% penduduk mengatakan bahwa daerah longsor harus ditinggalkan, 4% penduduk mengatakan bahwa harus hati-hati dan waspada terhadap daerah longsor, dan 2,67 penduduk mengatakan bahwa takut kalau terjadi longsor lagi. Sebagian kecil penduduk di daerah penelitian yakni sebesar 1,33% mengatakan bahwa sudah terbiasa tinggal di daerah bahaya longsor. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa penduduk yang sudah terbiasa tinggal di daerah tersebut merupakan penduduk usia lanjut dan dapat hidup bertahan di daerah tersebut. Faktor kekerabatan merupakan salah satu penyebab mereka tetap ingin tinggal. Kebutuhan dasar untuk hidup juga merupakan faktor yang membuat penduduk terikat dengan daerah tempat tinggalnya. Banyaknya sumber pendapatan pada berbagai peluang kerja yang ada di daerah ini, meskipun bahaya longsor dapat terjadi kapanpun, mereka tetap ingin tinggal. Faktor penarik yang ada di daerah asal nampaknya terlihat lebih kuat daripada faktor penarik di daerah lain. Sebagian besar dari mereka merasa susah aman untuk tetap tinggal di daerah asal, meskipun dari penelitian tidak melihat hal tersebut. 58
BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR
BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR 5.1 Tingkat Keinginan Pindah Penduduk di Daerah Longsor Pola keinginan pindah penduduk dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi
Lebih terperinciTINGKAT KEINGINAN PENDUDUK UNTUK BERPINDAH DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR DESA SOKO KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN
TINGKAT KEINGINAN PENDUDUK UNTUK BERPINDAH DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR DESA SOKO KECAMATAN MIRI KABUPATEN SRAGEN Annisa Fitri Septiani annisa.fitriseptiani@gmail.com Umi Listyaningsih umilis@ugm.ac.id
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:
50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data wawancara langsung kepada responden
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan
Lebih terperinciBAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA
41 BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA Setelah dibahas mengenai karakteristik pribadi responden dalam bab sebelumnya, dalam bab ini akan dibahas menganai faktor-faktor yang
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2011. Kecamatan Semarang Tengah Dalam Angka 2010. Semarang : BPS Semarang. BPS. 2011. Kecamatan Semarang Utara Dalam Angka 2010. Semarang : BPS Semarang. BPS. 2011. Kota Semarang Dalam
Lebih terperinciVI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH
59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi
Lebih terperinciKERENTANAN PENDUDUK DESA NGABLAK DAN DESA NGULANAN KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO TERHADAP BANJIR BENGAWAN SOLO.
KERENTANAN PENDUDUK DESA NGABLAK DAN DESA NGULANAN KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO TERHADAP BANJIR BENGAWAN SOLO Agus Sutedjo*) Abstrak. Beberapa desa di Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro sering
Lebih terperinciMITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)
MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) Nur Ainun Jariyah dan Syahrul Donie Peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS, Surakarta
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 3 LAMPIRAN 4 LAMPIRAN 5 LAMPIRAN 6 LAMPIRAN 7 LAMPIRAN 8 LAMPIRAN 9 LAMPIRAN 10 LAMPIRAN 11 KUISIONER PENELITIAN TESIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN TATA
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN LIVELIHOOD
IDENTIFIKASI TINGKAT KERENTANAN MASYARAKAT PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN MELALUI PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN LIVELIHOOD (SUL) (Studi Kasus : Kelurahan Tamansari, Bandung) Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2006
Lebih terperinciHASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI ASPEK BIOFISIK HUTAN KOTA LANSKAP PERKOTAAN
HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI ASPEK BIOFISIK HUTAN KOTA LANSKAP PERKOTAAN KAJIAN PERAN FAKTOR DEMOGRAFI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA Kajian Peran Faktor Demografi dalam Hubungannya Dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten
Lebih terperinciSIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN
55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga. dengan keberadaan industri yang ada di pedesaan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan industri di Indonesia sangat pesat dan telah membawa perubahan tata kehidupan pada masyarakat di sekitar lokasi industri. Perubahan tata kehidupan masyarakat
Lebih terperinciV. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan
V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa
Lebih terperinciVI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN
VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum responden beras organik SAE diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang
Lebih terperinciBAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU
BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut
Lebih terperinciBAB III PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN KONDISI EKONOMI AHLI WARIS DI DESA KRAMAT JEGU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO
BAB III PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN KONDISI EKONOMI AHLI WARIS DI DESA KRAMAT JEGU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO A. Gambaran Umum Wilayah Desa Kramat Jegu Keadaan umum wilayah di suatu daerah sangat
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan masyarakatnya masih bergantung pada kepemilikan lahan. Warga pedesaan kebanyakan masyarakatnya
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi
BAB VI PENUTUP Pada bab terakhir ini dipaparkan beberapa hal sebagai bagian penutup, yakni mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi serta saran studi lanjutan. VI.1. Temuan Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah tempat tinggal tetap, baik sendiri maupun berkeluarga. Jika dilihat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah telah menjadi kebutuhan utama karena merupakan tempat perlindungan dari hujan, matahari, dan makhluk lainnya. Pembangunan tempat tinggal atau permukiman
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang memiliki jumlah penduduk 4.460 jiwa. Terdapat 1.248 kepala keluarga dan terdiri dari lima RW. Jumlah
Lebih terperinci4. HASIL PENELITIAN. Pengetahuan ibu..., Niluh A., FK UI., Universitas Indonesia
32 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Data Umum 4.1.1 Geografi Rukun warga (RW) 03 kelurahan Paseban merupakan salah satu rukun warga di wilayah Kelurahan Paseban, Kecamatan Senen, Kotamadya Jakarta Pusat dengan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN
BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015
No.08/05/62/Th.IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 Februari 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,14 persen Jumlah angkatan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT BERMUKIM DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) RAWA KUCING
LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT BERMUKIM DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) RAWA KUCING Kuesioner ini semata-mata digunakan untuk keperluan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi
Lebih terperinciPada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian
31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan
Lebih terperinciBAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL
31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong
Lebih terperinciLampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI
LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER PENELITIAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH MASYARAKAT DESA BUNIWANGI KECAMATAN PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI A. Identitas Responden 1. Nama :... 2. Umur :. 3. Dusun/RT/RW
Lebih terperinciVI. KARAKTERISTIK RESPONDEN
VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Karakteristik Pengunjung Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung aktual, yakni pengunjung yang ditemui secara langsung di kawasan Wana Wisata curug Nangka (WWCN).
Lebih terperinciBAB III PRAKTEK JUAL BELI LAHAN PEMAKAMAN BERSTATUS WAKAF DI DESA LAMPER TENGAH KECAMATAN SEMARANG SELATAN KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH
BAB III PRAKTEK JUAL BELI LAHAN PEMAKAMAN BERSTATUS WAKAF DI DESA LAMPER TENGAH KECAMATAN SEMARANG SELATAN KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Peta Geografis Berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah
39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00
Lebih terperinciBAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus September 24 dengan jumlah sampel yang ada di Poli TB MDR sebanyak 6 pasien, namun dari
Lebih terperincirendam banjir Bengawan Solo dari BPBD Kabupaten Bojonegoro sebanyak 1050 KK. Teknik pengambilan
Kajian Kondisi Sosial, Ekonomi, Lingkungan Terbangun Dan Program Pemerintah Terhadap Banjir Bengawan Solo Di Arif Dwi Cahyanto Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Arifdwi9@yahoo.com Agus Sutedjo Dosen Pembimbing
Lebih terperinciFAKTOR PENDORONG DAN PENARIK TRANSMIGRAN DI DESA KOTARAYA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG
FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK TRANSMIGRAN DI DESA KOTARAYA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG ARIF MASHURI HIDAYAT & IKA LISTIQOWATI Alumni dan Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Keadaan topografi dan letak wilayah Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang terdapat di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah
52 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Pagelaran Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah Ripah Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Desa Pagelaran
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015
No.08/11/62/Th.IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 Agustus 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 4,54 persen angkatan kerja
Lebih terperinci(Elisabeth Riahta Santhany) ( )
292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab
134 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi masyarakat terhadap
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR
33 BAB II GAMBARAN UMUM DESA PUJUD KECAMATAN PUJUD KABUPATEN ROKAN HILIR A. Letak Geografis Berdirinya desa pujud pada tahun ± 1901, dimana desa ini di sebelah barat berbatasan dengan desa kasangbangsawan,
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. lokasi penelitian, yaitu di KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN
BAB III PENYAJIAN DATA Dalam bab ini penulis akan memaparkan data yang penulis peroleh dari lokasi penelitian, yaitu di KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU. Adapun data yang penulis
Lebih terperinciLEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud melaksanakan
78 Lampiran 1 Dengan Hormat, LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Saya adalah mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2013
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 77/11/21/Th. VIII, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,25
Lebih terperinciV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi
V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi
Lebih terperinciKuesioner Penelitian
Kuesioner Penelitian Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015 A. KARAKTERISTIK
Lebih terperinciBAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi
Lebih terperinciWarga Kalijodo Keluhkan Lambatnya Proses Pemindahan. Ke Rusunawa Marunda
Warga Kalijodo Keluhkan Lambatnya Proses Pemindahan Ke Rusunawa Marunda Selasa, 23 Februari 2016 12:33 Kawasan Kalijodo, Jakarta, Jumat (19/2). Pemprov DKI telah melakukan sosialisasi sebelum melakukan
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia
1 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian total unmet need di Indonesia menggunakan data SDKI tahun 2007 dengan sampel penelitiannya
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Karakteristik Responden Kabupaten Sleman merupakan Kabupaten yang memiliki jumlah penduduk terbesar jika dibandingkan dengan Kabupaten lainnya yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta.Kesejahteraan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN TEORITIS
6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1.Konsep dan Teori Mobilitas Penduduk Istilah umum bagi gerak penduduk dalam demografi adalah population mobility atau secara lebih khusus territorial
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR DAN PERSIAPAN UNTUK SUB PROYEK SISTEM PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI DINI DI KABUPATEN JEMBER
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DASAR DAN PERSIAPAN UNTUK SUB PROYEK SISTEM PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI DINI DI KABUPATEN JEMBER EVALUASI SIMULASI BANJIR BANDANG DI DESA PACE KECAMATAN SILO KERJASAMA: YAYASAN
Lebih terperinciANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN
45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan
18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung 1. Latar Belakang Berdirinya PPMK Krisis ekonomi yang berkepanjangan pasca tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan partisipasi wanita dalam dunia kerja telah menjadi fenomena yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kehadiran
Lebih terperinciBAB III PROSES KHITBAH YANG MENDAHULUKAN MENGINAP DALAM SATU KAMAR (DI DESA WARUJAYENG KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK)
40 BAB III PROSES KHITBAH YANG MENDAHULUKAN MENGINAP DALAM SATU KAMAR (DI DESA WARUJAYENG KECAMATAN TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK) A. Deskripsi Umum Desa Warujayeng Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.
Lebih terperinciBAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas
BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografis dan Infrastruktur Desa Sukadanau
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Sukadanau Desa Sukadanau merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Desa ini
Lebih terperinciSISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG
Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 26 SISTEM BAGI HASIL PETANI PENYAKAP DI DESA KRAI KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG Mochammad Kamil Malik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
129 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian mengenai Konsep Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di kelurahan Kampung Makasar dan Soa-sio, kota Ternate,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Contoh dan Metode Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
21 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan menggunakan metode survei. Lokasi penelitian
Lebih terperinciVI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG
VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG Pengunjung yang berwisata di TRKWC memiliki latar belakang sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Latar belakang atau karakteristik
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017
No.08/05/62/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017 Februari 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,13 persen angkatan kerja
Lebih terperinciV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan Gambaran mengenai karakteristik masyarakat sekitar hutan di Desa Buniwangi dilakukan dengan metode wawancara terhadap responden. Jumlah responden
Lebih terperinciBAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis di Sekincau Kecamatan Sekincau merupakan salah satu kecamatan dari 26 kecamatan yang ada dikabupaten Lampung Barat.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciBAB III PRAKTIK SEWA TANAH PERTANIAN DENGAN PEMBAYARAN UANG DAN BARANG DI DESA KLOTOK PLUMPANG TUBAN
BAB III PRAKTIK SEWA TANAH PERTANIAN DENGAN PEMBAYARAN UANG DAN BARANG DI DESA KLOTOK PLUMPANG TUBAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu wilayah sangat
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM DESA
27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 35/05/21/Th. VIII, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 FEBRUARI 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,39 PERSEN
Lebih terperinciPedoman Wawancara (Interview Guide) digunakan pedoman wawancara sesuai focus penelitian.
Pedoman Wawancara (Interview Guide) Pedoman wawancara ditujukan kepada Informan kunci, informan utama, dan informan tambahan untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan di lapangan.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Hutan tanaman pola kemitraan merupakan kolaborasi antara PT. Nityasa Idola dengan masyarakat lokal. Masyarakat desa sudah lama mengklaim bahwa areal
Lebih terperinciDraft Pertanyaan Strategi Adaptasi Petani Pemilik Lahan Terbatas
Draft Pertanyaan Strategi Adaptasi Petani Pemilik Lahan Terbatas I. Data pribadi informan kunci 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 3. Usia : 4. Status perkawinan : 5. Suku : 6. Agama : 6. Jumlah anak : 7. Pendidikan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.
41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai dari gempa bumi berkekuatan 8.9 SR diikuti tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam
Lebih terperinci