BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pondok Gede. Kelurahan Jatimakmur terletak pada ketinggian 11 meter dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pondok Gede. Kelurahan Jatimakmur terletak pada ketinggian 11 meter dari"

Transkripsi

1 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kelurahan Jatimakmur Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Kelurahan Jatimakmur merupakan salah satu kelurahan dari kecamatan Pondok Gede. Kelurahan Jatimakmur terletak pada ketinggian 11 meter dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata 30 derajat Celcius. Luas wilayah Kelurahan Jatimakmur adalah 412 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Kelurahan Jatiwaringin b. Sebelah Timur : Kelurahan Jatikramat c. Sebelah Barat : Kelurahan Jatiwaringin dan Kelurahan Jatirahayu d. Sebelah Selatan : Kelurahan Jatirahayu Kelurahan Jatimakmur memungkinkan masyarakatnya melakukan mobilitas secara mudah karena di kelurahan ini banyak terdapat alat transportasi umum angkutan kota diantaranya K02 yang beroperasi 24 jam nonstop. Hal ini membuat masyarakat kelurahan ini tidak mengalami hambatan transportasi dalam melakukan aktivitasnya seperti terlihat pada Tabel 1 berikut : Tabel 1. Orbitrasi Kelurahan Jatimakmur tahun 2008 No. Orbitrasi Jarak 1. Jarak dengan pusat pemerintahan Kecamatan 2 Km 2. Jarak dengan pusat pemerintahan Kota Bekasi 15 Km 3. Jarak dengan pusat pemerintahan Provinsi Jabar 139 Km 4. jarak dengan Ibukota negara 25 Km Sumber data : Laporan Tahunan Kelurahan Jatimakmur

2 Luas wilayah kelurahan sebesar 412 ha, sebagian besar luas wilayah ini digunakan untuk pemukiman penduduk sebesar 353,1 ha (85,7 persen). Selengkapnya pembagian fungsi lahan di Kelurahan Jatimakmur dapat dilihat di Tabel 2 : Tabel 2. Luas Wilayah Kelurahan Jatimakmur Menurut Penggunaannya tahun 2008 No. Peruntukan Luas Presentase 1. Pemukiman 353,1 Ha 85,70 2. Pemakaman Umum 0,8 Ha 0,19 3. Taman 1,2 Ha 0,29 4. Perkantoran 1,1 Ha 0,26 5. Lain-lain 55,8 Ha 13,54 TOTAL 412 Ha 100 Sumber data : Laporan Tahunan Kelurahan Jatimakmur Data Kependudukan Jumlah penduduk Kelurahan Jatimakmur sampai dengan bulan Desember 2008 adalah sebesar jiwa terdiri dari jiwa dan perempuan jiwa. Kelurahan ini terdiri dari KK, 22 Rukun Warga (RW) dan 135 Rukun Tetangga (RT). Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Jatimakmur diperoleh informasi bahwa masyarakat Kelurahan Jatimakmur paling banyak bermukim di RW 9 sebanyak jiwa, diikuti RW 8 sebanyak jiwa. Pemukiman di Kelurahan Jatimakmur kebanyakan bukan merupakan komplek perumahan tapi merupakan pemukiman padat penduduk, RW 9 dan RW 8 termasuk ke dalam daerah pemukiman padat penduduk. RW 7 sendiri yang merupakan RW tempat para responden tinggal terdapat penduduk sebanyak jiwa. 33

3 Keadaan Sosial Ekonomi Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan tingkat kesejahteraan keluarga, kebanyakan penduduk Kelurahan Jatimakmur tergolong Keluarga Sejahtera III, diikuti Keluarga Sejahtera II, dan Keluarga Sejahtera I. Secara rinci penggolongan kesejahteraan keluarga di Kelurahan Jatimakmur dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Penggolongan Penduduk Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Keluarga, Kelurahan Jatimakmur tahun 2008 No. Indikator Jumlah 1. Pra KS KS-I KS-II KS-III KS-III Plus 1205 Sumber data : Laporan Tahunan Kelurahan Jatimakmur 2008 Tabel tersebut menginformasikan bahwa warga Kelurahan Jatimakmur dapat dikatakan cukup sejahtera namun, pada kenyataannya di lapangan secara langsung terlihat beberapa rumahtangga yang dapat digolongkan Pra Keluarga Sejahtera. Keluarga-keluarga tersebut sebagian besar adalah keluarga migran atau berasal dari luar Kelurahan Jatimakmur yang mungkin belum tercatat dalam pencatatan penduduk Kelurahan Jatimakmur Pendidikan Pada umumnya tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Jatimakmur sudah cukup baik, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya masyarakat yang buta aksara. Mayoritas tingkat pendidikan masyarakat di kelurahan ini adalah tamat SMA/sederajat sebanyak (43.31 persen), diikuti oleh tamat tamat S-1 sebanyak (22.13 persen) dan tamat S-2 sebanyak (13.86 persen). Data 34

4 pada Tabel 4 menunjukkan distribusi penduduk Kelurahan Jatimakmur menurut tingkat pendidikannya. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Jatimakmur tahun 2008 No. Indikator Jumlah Presentase 1. Buta Huruf Tidak tamat SD Tamat SD / sederajat Tamat SMP / sederajat Tamat SMA / sederajat Tamat D Tamat D Tamat D Tamat S Tamat S Tamat S TOTAL Sumber data : Laporan Tahunan Kelurahan Jatimakmur Gambaran Umum Pemukiman Responden Gambaran Pemukiman Responden Kampung Bojong Rawa Lele merupakan daerah yang cukup banyak ditempati oleh para pendatang. Kampung ini merupakan daerah padat penduduk. Secara kasat mata di lingkungan kampung ini terlihat beberapa rumah kontrakan yang diperuntukkan mayoritas bagi pendatang. Luas RT 02 dan 03/RW 07 di kampung ini kurang lebih 0,5 hektar. Pada awalnya, kampung ini merupakan kampung yang jarang penduduk. Sekitar tahun 1981 beberapa pendatang mulai berdatangan ke kampung ini untuk bekerja di kota. Sejak tahun 1981 sampai sekarang terdapat kecenderungan yang sama di kampung ini, yaitu mayoritas para pendatang berasal dari Pekalongan dan mayoritas mata pencaharian mereka adalah sebagai pedagang sayur keliling. 35

5 Letak kampung ini cukup strategis bagi para pendatang yang bekerja di sektor informal untuk menjual dagangannya. Kampung ini dikelilingi oleh perumahan-perumahan besar ditambah letaknya yang tidak jauh dari pasar. Para pedagang sayur keliling ini berbelanja kebutuhan dagangan di pasar Pondok Gede. Jarak antara kampung ini dengan pasar Pondok Gede adalah satu kilometer. Sarana angkutan umum yang terdapat dari Kampung Bojong Rawa Lele antara lain alat transportasi umum sebanyak tiga trayek, yaitu K02, K02-A, dan S02. Angkutan umum lain yaitu ojek dan becak yang sebagian besar beroperasi di daerah Pondok Gede Kondisi Demografi Responden Pada penelitian ini, responden yang diambil adalah mayoritas berasal dari RT 02/RW 07. Mayoritas pendatang yang bermukim di Kampung Bojong Rawa Lele memiliki pengalaman yang sama sewaktu tinggal di wilayah ini, yaitu suami terlebih dahulu yang bermukim selama beberapa tahun di kampung ini. Mereka bekerja serta melakukan kegiatan rumahtangga sendiri, seperti mencuci, membersihkan rumah, dan beberapa dari mereka ada yang memasak sendiri. Responden suami dalam penelitian ini terdiri dari 30 orang, 29 orang bekerja sebagai pedagang sayur keliling dan satu orang sebagai tukang ojek. Setelah tahun 1998, tepatnya saat kerusuhan terjadi dimana-mana dan krisis ekonomi mulai muncul, para istri dari suami tersebut mulai berdatangan untuk bekerja sebagai pedagang sayur. Kedatangan para istri tersebut untuk bekerja ternyata tidak membuat mereka menetap di wilayah ini. Mayoritas para istri yang memiliki anak kecil atau masih usia sekolah datang untuk bekerja saat 36

6 liburan sekolah atau libur nasional, selebihnya para istri berada di kampung untuk mengurus anak dan keluarga di kampung. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa sebanyak 10 perempuan yang merupakan pedagang tetap, selebihnya 20 orang merupakan pedagang sayur keliling musiman. Beberapa perempuan pedagang sayur yang merupakan pedagang sayur keliling tetap ternyata memiliki anak yang telah bekerja atau dapat dikatakan anak mereka bukan lagi menjadi tanggungan mereka, sehingga mereka dapat bekerja terus tanpa harus kembali ke kampung untuk mengurus anak. Saat istri tinggal bersama suami di Kampung Bojong Rawa Lele untuk bekerja, mereka melakukan pekerjaan produktif sekaligus reproduktif. Pekerjaan reproduktif yang biasa dilakukan suami saat istri di kampung, dapat dialihkan bebannya kepada istri saat istri datang ke kota untuk bekerja. Setelah liburan sekolah dan libur panjang tersebut para suami kembali bekerja sendiri dan melakukan segala hal sendiri. Secara umum, hubungan para pendatang dengan warga asli di Kampung Bojong Rawa Lele kurang terjalin dengan baik. Hubungan antara pendatang dengan warga asli hanya terlihat antara pendatang dengan pemilik kontrakan saja. Sangat sedikit pendatang yang dekat atau bahkan memiliki teman warga asli. Hal ini dapat dilihat bahwa aktivitas kemasyarakatan para pendatang di kampung ini sangat terbatas, antara lain menghadiri selamatan dan menghadiri pertemuan paguyuban. Kegiatan kemasyarakatan lain seperti rapat RT, gotong-royong, arisan, dan pengajian tidak pernah dilakukan oleh para pendatang karena mereka beralasan bahwa mereka tidak diundang oleh warga asli ataupun RT sekitar. 37

7 Selamatan merupakan aktivitas kemasyarakatan yang paling sering dihadiri oleh para pendatang di kampung ini. Berdasarkan keterangan para responden, mereka menghadiri selamatan hanya pada orang yang mereka anggap dekat dan kenal di kampung ini, seperti contoh pemilik kontrakan tempat mereka tinggal. Pertemuan paguyuban merupakan pertemuan bagi anggota paguyuban Mitra Sejahtera yang akan dijelaskan selanjutnya Perkumpulan Bagi Para Pendatang Paguyuban Mitra Sejahtera adalah sebuah paguyuban atau perkumpulan yang pertama kali didirikan dengan tujuan memperlancar modal usaha dagang para pedagang sayur dari Pekalongan di wilayah Kampung Bojong Rawa Lele RT 02/RW 07. Berdirinya paguyuban ini juga menghindari peminjaman uang antar individu di daerah tersebut. Berdasarkan keterangan yang didapat, para tukang sayur di daerah ini sering meminjam uang kepada tukang sayur lain untuk modal usaha atau hal lain yang menyangkut keuangan keluarga. Pengalaman yang telah terjadi sebelumnya adalah ketika si peminjam uang dalam keadaan keuangan yang sulit, maka secara otomatis si peminjam tidak dapat mengembalikan uang pinjamannya. Keadaan ini juga akhirnya mempersulit si penagih ketika si penagih sedang membutuhkan uang. Pada keadaan yang sama seperti ini akhirnya kedua tukang sayur tersebut mengalami kerugian. Berdasarkan pengalaman tersebut didirikanlah paguyuban ini untuk membangun rasa tanggung jawab apabila seseorang melakukan peminjaman yang biasanya hanya diketahui dua pihak (si peminjam dan yang meminjamkan) maka dalam paguyuban ini harus diketahui semua anggota, sehingga rasa tanggungjawab secara otomatis akan terbangun berdasarkan kesadaran bahwa 38

8 uang tersebut adalah uang milik anggota, bukan perorangan. Awalnya paguyuban ini didirikan atas usulan Edi pada sekitar tahun 1994 yang berdiri dengan nama Paguyuban Club Putra. Secara lebih rinci paguyuban ini hampir menyerupai bentuk koperasi, hanya saja belum dilegalkan secara hukum. Struktur paguyuban ini awalnya memiliki ketua, wakil ketua, bendahara 1 dan bendahara 2, sekertaris, humas, dan penasihat. Setelah Edi sang pendiri dan pernah menjadi penasihat pada beberapa kepengurusan pindah dari daerah ini, maka perlahan-lahan struktur paguyuban berubah dan nama paguyuban pun berubah. Pada tahun 2006 sampai sekarang Paguyuban Club Putra berganti nama menjadi Paguyuban Mitra Sejahtera atas persetujuan anggota. Struktur paguyuban ini menjadi seorang ketua, seorang bendahara, seorang sekretaris, dan dua orang humas. Seiring berjalannya waktu, seluruh anggota paguyuban ini belajar bagaimana membuat organisasi yang didirikan atas dasar kepercayaan dan persaudaraan ini semakin baik pengelolaan keuangannya, maka dibuatlah peraturan-peraturan pokok yang wajib diketahui semua anggota, peraturan tersebut antara lain : 1. Pergantian pengurus diagendakan satu tahun sekali. 2. Setiap bulan Agustus diadakan pertemuan di sekretariat paguyuban Mitra Sejahtera untuk rapat anggota dan penutupan aliran kas pada tahun itu. 3. Setiap anggota baru wajib membayar Rp setelah melunasi, diperbolehkan meminjam uang dari paguyuban ini. 4. Ketentuan meminjam adalah sebagai berikut : 39

9 Peminjaman minimal Rp dikembalikan sejumlah Rp dalam jangka waktu 3 bulan. Peminjaman minimal Rp dikembalikan sejumlah Rp dalam jangka waktu 3 bulan. Peminjaman minimal Rp dikembalikan sejumlah Rp dalam jangka waktu 3 bulan. 5. Masa tenggang pengembalian pinjaman diupayakan tidak lebih dari 10 hari. 6. Denda yang ditetapkan atas keterlambatan disesuaikan dengan tanggung jawab si peminjam (tidak ditentukan berapa rupiah). Sebagian besar anggota paguyuban ini adalah para tukang sayur di daerah Kampung Bojong Rawa Lele. Tercatat hanya dua orang anggota yang bukan tukang sayur yaitu : Kartubi seorang penjual daging dan Sapi i seorang satpam sekaligus ketua RT 02/RW 07. Paguyuban ini berkembang dari mulut ke mulut sehingga pada kepengurusan sekarang tercatat 64 anggota yang bergabung dalam paguyuban ini. Para anggota merasa terbantu atas kehadiran paguyuban ini, terutama ketika para pedagang sayur kembali dari kampung tanpa membawa cukup uang mereka dapat meminjam dari paguyuban ini. Kekurangan dari paguyuban ini antara lain karena bukan badan hukum yang resmi sehingga apabila ada keterlambatan pengembalian uang, sulit dikenakan sangsi yang tegas, semua berdasarkan kekeluargaan dan hati nurani para anggota karena pada dasarnya paguyuban ini didirikan atas dasar kekeluargaan dan kebersamaan. 40

10 Keberadaan paguyuban ini secara tidak langsung merekatkan hubungan antara pendatang yang tinggal di Kampung Bojong Rawa Lele. Beberapa tahun yang lalu pernah diadakan perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia antara anggota paguyuban ini. Segala sesuatunya seperti hadiah dan biaya untuk lomba dianggarkan dari sisa kas para anggota paguyuban ini. Berdasarkan gambaran tentang kondisi lingkungan dan responden di Kampung Bojong Rawa Lele tersebut bahwa para mayoritas responden suami lebih dulu datang ke wilayah ini untuk bekerja, namun ada beberapa responden keluarga yang menyatakan bahwa saat datang ke wilayah ini suami dan istri datang bersama untuk bekerja. Mereka yang datang bersama adalah pasangan suami istri yang sudah tidak memiliki tanggungan anak di kampungnya atau dengan kata lain anak-anak mereka telah dewasa atau bahkan telah bekerja. Para responden suami yang datang lebih dahulu ke wilayah ini melakukan segala sesuatu seperti kegiatan rumahtangga dan kemasyarakatan sendiri. Setelah tahun 1998, para mayoritas responden istri mulai datang ke wilayah ini untuk bekerja musiman. Saat liburan sekolah atau mungkin liburan lain yang cukup lama mereka datang untuk bekerja. Para suami yang sebelumnya melakukan kegiatan rumahtangga sendiri, karena kehadiran istrinya mereka dapat melimpahkan tugas tersebut kepada istri. Pada saat seperti ini istri melakukan beban ganda yaitu bekerja mencari nafkah serta mengurus rumahtangga. Setelah liburan selesai, para istri kembali ke kampung untuk mengurus anak-anak mereka yang masih sekolah. 41

11 BAB V KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA PEDAGANG SAYUR KELILING Bab ini akan mencoba mengklasifikasikan perempuan pedagang sayur berdasarkan karakteristik masing-masing individu yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan, serta pendapatan suami dan istri Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian di Kampung Bojong Rawa Lele, dari 30 rumahtangga responden diperoleh data karakteristik responden berdasarkan umur seperti terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah dan Presentase Responden Pekerja Pedagang Sayur Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kampung Bojong Rawa Lele 2009 Responden Umur (tahun) Suami Istri Jumlah Persen Jumlah Persen muda tua Jumlah Pada data usia responden didapat bahwa kisaran usia responden suami antara 40 sampai 48 tahun dan kisaran usia responden istri antara 29 sampai 47 tahun, sehingga didapatkan nilai tengah seluruh responden suami dan istri adalah 37 tahun. Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden suami berada pada umur tua. Responden suami tidak ada yang berusia dibawah 37 tahun. Pada responden istri secara umum usia mereka cenderung lebih muda 42

12 dibanding usia responen suami. Terlihat pada pada Tabel 5 ada 30 persen responden istri yang berusia muda, sisanya berusia tua sebanyak 70 persen Pendidikan Responden Hasil penelitian mengenai tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa presentase terbesar responden ada di tingkat tamat SD, data pada Tabel 6 akan memperlihatkan hasil tersebut. Tabel 6. Tingkat Pendidikan Responden Menurut Jenis Kelamin di Kampung Bojong Rawa Lele 2009 Kategori Pendidikan Suami Responden Istri Jumlah Persen Jumlah Persen rendah tinggi Jumlah Data mengenai pendidikan responden suami dan istri hanya berkisar antara tidak tamat SD, tamat SD, dan tamat SMP, sehingga tamat SD menjadi nilai tengah kategori pendidikan para responden. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa responden istri dapat menikmati pendidikan lebih tinggi daripada responden suami. Hal ini terlihat bahwa pada kategori pendidikan tinggi terdapat 6,67 persen atau dua orang responden istri sedangkan responden suami tidak ada. Pada sisi sebaliknya, seluruh responden suami yang berpendidikan rendah Pengalaman Bekerja Pengalaman yang dimiliki seseorang dapat dilihat dari lamanya seseorang menekuni pekerjaan sebagai pedagang sayur keliling. Pada umumnya perempuan pedagang sayur baru bekerja sebagai tukang sayur setelah suami atau temannya 43

13 berdagang sayur lebih dulu, sehingga secara langsung atau tidak langsung para perempuan pedagang sayur terpengaruh oleh orang-orang terdekat mereka untuk bekerja. Tabel 7 akan memperlihatkan perbandingan pengalaman bekerja antara responden suami dan istri. Tabel 7. Pengalaman Bekerja Responden Menurut Jenis Kelamin di Kampung Bojong Rawa Lele 2009 Pengalaman Bekerja Suami Responden Istri Jumlah Persen Jumlah Persen rendah tinggi Jumlah Pada data usia responden didapat bahwa kisaran pengalaman kerja suami antara 10 sampai 20 tahun dan kisaran pengalaman kerja responden istri antara 4 bulan sampai 19 tahun, sehingga didapatkan nilai tengah pengalaman kerja seluruh responden suami dan istri adalah 10 tahun. Berdasarkan data dari Tabel 7 diperoleh informasi bahwa responden istri sebanyak 73,33 persen memiliki pengalaman kerja sebagai tukang sayur yang tergolong rendah. Pada responden suami diperoleh informasi bahwa sebanyak 83,33 persen responden suami memiliki pengalaman kerja tergolong tinggi. Sebagian besar keluarga yang menjadi responden menyatakan bahwa suami ternyata lebih dulu bekerja, terutama sebagai tukang sayur setelah beberapa tahun bekerja sang istri dapat bekerja. Informasi ini didapat dari keluarga yang masih memiliki anak yang berusia sekolah sehingga selagi sang suami bekerja di perantauan, sang istri mengurus anak sampai cukup dewasa untuk ditinggal orang tua mereka bekerja. Informasi lain yang didapat adalah ada beberapa keluarga 44

14 yang setelah menikah dan memiliki anak, suami dan istri bersama-sama bekerja di kota Jumlah Tanggungan Jumlah Anak Jumlah tanggungan dalam sebuah keluarga mempengaruhi keputusan sang istri untuk bekerja di kota. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh informasi bahwa tanggungan para responden merupakan anak mereka sendiri, tidak termasuk sanak saudara dan orang lain yang menjadi tanggungan keluarga tersebut. Secara lebih jauh diperoleh informasi bahwa responden istri merasa bertanggung jawab atas urusan rumahtangga di kampung terutama jika memiliki anak yang masih bersekolah, sehingga jika sebuah keluarga reponden masih memiliki anak berusia sekolah yang tinggal di kampung secara otomatis responden istri kembali ke kampung untuk mengurus keseharian anak mereka. Tabel 8 memperlihatkan jumlah anak dan yang masih menjadi tanggungan keluarga para responden. Tabel 8. Jumlah Anak Tiap Keluarga Responden di Kampung Bojong Rawa Lele 2009 Jumlah Anak dari Seluruh Keluarga Bukan Tanggungan Tanggungan Orangtua Orangtua Balita / Menikah dan Masih Belum Sudah Belum Tidak Sekolah Bekerja Bekerja Sekolah Bekerja Keseluruhan Anak Jumlah Keluarga TOTAL Tabel 8 menggambarkan jumlah keseluruhan anak berdasarkan kategori masih berada dalam tanggungan orang tua, yaitu pada kelompok anak masih 45

15 sekolah, balita, dan belum bekerja. Kategori lain yaitu bukan lagi tanggungan orang tua yang terdapat pada kelompok anak yang sudah menikah dan tidak bekerja serta sudah bekerja. Kelompok-kelompok anak pada tabel di atas juga dapat dibagi berdasarkan tempat tinggal. Pada kelompok anak masih sekolah, balita dan belum bekerja bertempat tinggal di kampung halaman mereka di Pekalongan. Keberadaan mereka sangat tergantung pada hadirnya ibu, begitu pula sebaliknya. Apabila libur sekolah tiba, maka para ibu datang ke kota bersama anak-anaknya. Pada kelompok anak menikah dan tidak bekerja berisi anak perempuan yang telah menikah dan mereka tinggal di kampung halaman mereka. Kelompok terakhir yaitu anak yang sudah bekerja memiliki variasi dalam hal tempat tinggal, sebagian dari mereka ada yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, Bekasi, Malang, dan kota besar lainnya. Sebagian lain dari mereka masih ada yang bekerja di kampung halaman mereka yaitu di Pekalongan. Berdasarkan Tabel 8 diperoleh informasi bahwa sebanyak 24 responden keluarga memiliki dua anak, 5 responden keluarga memiliki tiga anak, dan 1 responden keluarga memiliki satu anak. Dari 24 responden keluarga yang memilki dua anak tersebut didapat keterangan bahwa sebanyak 26 anak dari 48 jumlah anak ternyata masih sekolah, selain itu terdapat 2 anak dari 48 jumlah anak masih balita. Hal ini menunjukkan bahwa para ibu yang menanggung hidup 26 anak tersebut merupakan pekerja musiman, karena mereka harus mengutamakan anak mereka yang masih menjadi tanggungan mereka. Dari 24 responden keluarga yang memiliki dua anak tersebut terdapat 7 perempuan pedagang sayur yang bukan pekerja musiman atau dengan kata lain mereka adalah pedagang sayur keliling tetap. Data hasil penelitian menunjukkan 46

16 bahwa para perempuan pedagang sayur keliling tetap ini mayoritas memiliki anak yang telah bekerja. Tercatat 7 anak telah bekerja, 5 anak belum bekerja, 1 anak yang telah menikah dan tidak bekerja, serta 1 anak yang masih usia sekolah yang akan menamatkan sekolahnya tahun ini. Berdasarkan keterangan tersebut, para pedagang sayur tetap ini secara umum tidak lagi sering kembali ke kampung untuk mengurus anak mereka Pendapatan Suami dan Istri Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa pendapatan tukang sayur tidak tetap, tergantung keadaan saat hari berjualan. Seperti yang dituturkan oleh salah satu responden istri (DNH, 40 tahun) : Wah... kalau pendapatan perhari ngga bisa ditentuin mas, jadi tukang sayur tuh ya begini ini... kadang sehari ngga dapet sama sekali, kadang kalo lagi untung ya bisa dapet sampe 50 ribu sehari... Setelah bertanya kepada para responden suami dan istri, seluruh responden menyatakan bahwa diperoleh rata-rata pendapatan per hari sebanyak Rp ,00. Secara umum tidak ada perbedaan yang berarti mengenai masalah pendapatan suami dan istri karena pada dasarnya seluruh responden suami maupun istri tidak dapat memastikan nilai pendapatan yang didapat tiap hari. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh informasi bahwa pendapatan tukang sayur keliling dapat ditentukan dari pengalaman bekerja. Pengalaman bekerja berkaitan dengan semakin lama pengalaman tukang sayur bekerja, maka tukang sayur tersebut bisa mendapat pelanggan yang cukup banyak bahkan memiliki kecenderungan memiliki pelanggan tetap. Hal lain yang didapat dari pengalaman bekerja adalah seorang tukang sayur keliling cenderung memutuskan 47

17 untuk berjualan di suatu tempat setelah memiliki pengalaman dalam berjualan di beberapa tempat sebelumnya. Kesulitan untuk memperoleh data penghasilan para responden dapat ditanggulangi dengan melihat jumlah pengeluaran perbulan yang ditanyakan kepada para responden keluarga pada Tabel 9. Informasi mengenai jumlah pengeluaran ini dapat menjadi gambaran pada pendapatan para responden, karena sewajarnya pendapatan mereka harus lebih besar dari pengeluaran. Tabel 9. Jumlah Pengeluaran perbulan Rumahtangga Responden di Kampung Bojong Rawa Lele 2009 Jumlah Responden Jumlah Pengeluaran perbulan No. Keluarga 1. Rp sampai Rp Rp sampai Rp Rp sampai Rp Rp sampai Rp Rp sampai Rp TOTAL 30 Tabel 9 memperlihatkan bahwa mayoritas responden keluarga memiliki pengeluaran perbulan sekitar Rp sampai Rp Biaya yang dikeluarkan seluruh responden keluarga cukup bervariatif. Jumlah pengeluaran yang paling bervariatif nilainya adalah biaya pengiriman uang ke kampung. Menurut beberapa responden yang telah diwawancara, biaya pengiriman uang ke kampung terdiri dari biaya pendidikan anak dan kebutuhan sehari-hari anggota keluarga di kampung. Semakin kecil pengeluaran mengindikasikan bahwa jumlah tanggungan responden keluarga tersebut lebih sedikit. Pada tabel 9 menunjukkan bahwa hanya 48

18 dua responden keluarga yang memiliki pengeluaran perbulan sekitar sampai Rp Kedua responden keluarga tersebut tidak lagi memiliki tanggungan anak sehingga pengeluaran lebih kecil dari keluarga lain Ikhtisar Karakteristik keluarga responden menggambarkan keadaan suami dan istri mengenai status dan perannya dalam keluarganya. Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hal usia, usia suami lebih tua daripada usia istri. Pada karakteristik tingkat pendidikan diperoleh bahwa tingkat pendidikan istri lebih baik dibandingkan tingkat pendidikan suami. Hal ini dapat dibuktikan dari seluruh responden suami tergolong berpendidikan rendah, sedangkan pada responden istri terdapat 6,67 persen atau dua orang yang berpendidikan tinggi. Karakteristik lain seperti jumlah anak secara umum menjelaskan bahwa jumlah seluruh anak responden keluarga sebanyak 64 anak, terdapat 44 anak yang masih menjadi tanggungan orangtuanya, selebihnya 20 anak sudah tidak lagi menjadi tanggungan orangtuanya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan rata-rata responden keluarga cukup banyak. Pada hal pendapatan, diperoleh pengakuan dari responden suami dan istri bahwa pendapatan mereka tidak menentu sehingga sulit diperoleh jumlah pendapatan rata-rata perbulan. 49

19 BAB VI MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN PEDAGANG SAYUR KELILING Motivasi perempuan pedagang sayur keliling untuk bekerja tidak terlepas dari faktor luar yang berasal dari luar diri (di luar keinginan) perempuan tersebut yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhinya, seperti pengaruh melihat teman atau ajakan saudara untuk bekerja di kota, pendapatan yang diberikan suami belum mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan hal-hal lain yang mempengaruhi seseorang untuk bekerja. Berdasarkan data penelitian di lapangan, empat responden istri menyatakan bahwa mereka bekerja sebagai pedagang sayur keliling karena pengaruh saudara, duabelas responden istri menyatakan bahwa mereka bekerja sebagai pedagang sayur keliling karena pengaruh suami, sisanya empatbelas responden istri menyatakan bahwa mereka bekerja sebagai pedagang sayur keliling karena pengaruh teman. Tabel 10 menyajikan data pengaruh perempuan pedagang sayur untuk bekerja sebagai berikut. Tabel 10. Pengaruh Perempuan Pedagang Sayur Keliling untuk Bekerja, Data Responden Istri di Kampung Bojong Rawa Lele 2009 Pengaruh Perempuan Pedagang Sayur keliling Jumlah Responden Persentase teman 14 46,67 suami saudara 4 13,33 TOTAL Pada dasarnya seluruh keluarga responden menyatakan bahwa seorang istri yang bekerja adalah semata-mata sebagai penyokong pendapatan suami, bukan sebagai sumber pendapatan utama bagi keluarga. Pada sebagian responden 50

20 keluarga ketika ditanya mengenai pengaruh bagi pendapatan ekonomi keluarga jika istri tidak bekerja, maka respoden keluarga tersebut menjawab tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan ekonomi keluarga. Beberapa responden keluarga lain menanggapi hal tersebut dengan pernyataan bahwa jika istri tidak bekerja maka penyokong pendapatan suami tidak ada, karena pada dasarnya pendapatan pedagang sayur keliling tidak menentu tiap hari, jadi jika suami hari ini tidak mendapatkan pendapatan yang cukup maka pendapatan dari istri dapat menutupinya, begitu pula sebaliknya Motivasi Ekonomi Berdasarkan data di lapangan didapat informasi bahwa sebanyak 12 responden istri dari total 30 responden istri menyatakan bahwa mereka bekerja karena merasa pendapatan suami belum mencukupi kehidupan rumahtangga. Para responden ini menyatakan bahwa jika mereka tidak bekerja maka tidak ada penyokong pendapatan suami ditambah kenyataan bahwa pendapatan sebagai pedagang sayur keliling tidak tetap, keadaan ini yang mendesak mereka untuk bekerja. Beberapa responden istri lain yaitu sebanyak 18 responden menyatakan bahwa pendapatan suami telah mencukupi kebutuhan hidup mereka, alasan mereka bekerja ternyata tidak semuanya sama dua dari 18 responden yang menyatakan bahwa pendapatan suami telah mencukupi kebutuhan hidup mereka memberikan alasan mereka bekerja adalah untuk membantu pendapatan suami merasa bahwa mereka bekerja seperti ini sudah lama. Selebihnya, 16 reponden menyatakan alasan mereka bekerja adalah untuk mengisi waktu luang daripada hanya sekedar di kampung tidak bekerja dan tidak menghasilkan uang. 51

21 Berdasarkan informasi dari para responden istri, peneliti mencoba memilah motivasi para responden dan akhirnya didapatkan jumlah responden yang memiliki kebutuhan ekonomi untuk bekerja adalah sebanyak 28 orang. Para 28 orang tersebut adalah mereka yang tidak sesuai dengan kriteria kebutuhan lainnya yaitu kebutuhan sosial relasional dan aktualisasi diri Motivasi Non-Ekonomi Kebutuhan Sosial Relasional Bagi beberapa responden mendapatkan teman untuk mengembangkan pekerjaan adalah suatu hal yang penting. Mereka berpendapat bahwa dengan mendapatkan teman maka secara otomatis akan datang kemudahan dalam mendapat penghasilan, seperti yang diungkapkan salah satu responden istri (KSR, 40 tahun):...yah kalau saya lebih penting teman daripada penghasilan, karena kalau sillaturrahim terjalin bagus maka rejeki datangnya Insya Allah gampang... Pernyataan ini didukung oleh empat responden istri lain, jadi lima responden dari tigapuluh total responden istri lebih memilih untuk mendapatkan teman terlebih dahulu dari penghasilan. Responden lain sebanyak 25 orang menyatakan bahwa mereka lebih memilih penghasilan lebih dahulu daripada mendapatkan teman. Data dari penelitian di lapangan menunjukkan bahwa jumlah teman seprofesi yang didapatkan para responden istri tidak lebih dari 15 orang. Para responden istri juga menyampaikan bahwa dari seluruh teman seprofesi yang didapat dari pekerjaan ini jumlah teman yang mereka anggap dekat tidak lebih 52

22 dari lima orang dan teman dekat mereka adalah teman sekampung dan cenderung telah kenal lama. Tabel 11. Jumlah Teman Seprofesi yang Diperoleh Perempuan Pedagang Sayur Keliling Selama Bekerja, Data Responden Istri di Kampung Bojong Rawa Lele 2009 Jumlah Teman Seprofesi Perempuan Pedagang Sayur Keliling Jumlah Responden Persentase 1-6 teman teman TOTAL Berdasarkan data tersebut terdapat 70 persen responden istri yang memiliki teman seprofesi sebanyak 7 sampai 15 orang. Berdasarkan data-data tersebut didapat kesimpulan bahwa responden yang memiliki kebutuhan sosial relasional sebanyak dua orang Kebutuhan Aktualisasi Diri Seluruh responden istri ketika ditanya mengenai kebutuhan untuk mengembangkan diri mereka dalam pekerjaan, mereka menjelaskan bahwa kapasitas mereka sebagai perempuan pedagang sayur keliling membuatnya sulit mengembangkan diri lebih jauh, mereka cenderung menerima keadaan. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa pendidikan yang mereka jalani mayoritas tidak lebih dari tamat SD dan beberapa yang hanya tamat SMP. Kedatangan mereka ke daerah perantauan semata-mata bukan kebutuhan aktualisasi diri, melainkan untuk memperbaiki taraf hidup. Keterampilanketerampilan yang mereka dapatkan sebatas pengalaman kerja atau bahkan pengalaman pekerjaan lain sebelum menjadi pedagang sayur keliling. Pekerjaan 53

23 sebagai pedagang sayur keliling tidak memiliki jenjang karir karena pekerjaan ini tergolong sektor informal sehingga yang dilakukan para pedagang sayur adalah bekerja tanpa batas waktu tertentu Ikhtisar Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diperoleh kesimpulan mengenai motivasi perempuan bekerja yang akan dijelaskan oleh Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12. Kategori Motivasi Perempuan Bekerja, Data Responden Istri di Kampung Bojong Rawa Lele 2009 Kebutuhan Jumlah Responden Persentase finansial 28 93,33 sosial relasional 2 6,67 aktualisasi diri 0 0 TOTAL Pada Tabel 12 terlihat bahwa responden yang memiliki motivasi ekonomi sebanyak 93,33 persen. Responden yang memiliki motivasi lain yaitu nonekonomi terbagi atas dua kebutuhan yaitu sosial relasional sebanyak 6,67 persen dan aktualisasi diri nol persen. Tabel tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan utama mayoritas para responden istri untuk bekerja adalah kebutuhan finansial. Mereka merasa pendapatan suami kurang mencukupi kebutuhan hidup rumahtangganya, sehingga setiap ada kesempatan untuk mereka seperti saat libur sekolah mereka akan berdagang untuk mendapatkan penghasilan semaksimal mungkin. 54

24 BAB VII PEMBAGIAN KERJA DALAM RUMAHTANGGA PEDAGANG SAYUR KELILING Pembagian kerja dalam rumahtangga pedagang sayur keliling sangat tergantung pada kehadiran istri. Apabila istri dan suami tidak tinggal bersama, maka suami harus melakukan kerja produktif sekaligus reproduktif sendiri. Apabila istri tinggal bersama suami pada waktu tertentu, maka pekerjaan rumahtangga yang sebelumnya dilakukan suami sendiri dapat dialihkan untuk kemudian dikerjakan oleh istri. Berikut ini penjelasan mengenai variasi pembagian kerja dalam rumahtangga pedagang sayur tersebut di bidang produktif, reproduktif, dan kemasyarakatan Kegiatan Produktif Kegiatan produktif respoden pedagang sayur keliling adalah kegiatankegiatan dalam usaha perdagangan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Para pedagang sayur keliling dapat juga disebut sebagai distributor bahan makanan sehari-hari dari pasar menuju ke konsumennya. Mereka membeli barang dagangan di Pasar Tradisional Pondok Gede yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari Kampung Bojong Rawa Lele. Kegiatan belanja barang dagangan ini dilakukan para responden pada sekitar pukul WIB, pada waktu itu akan terlihat keramaian di Pasar Pondok Gede. Proses belanja tersebut memakan waktu bagi para responden sekitar dua jam bahkan lebih. Setelah belanja selesai, para pedagang sayur kembali ke kediaman masingmasing untuk mempersiapkan bahan-bahan yang dibeli tadi. Persiapan yang 55

25 dilakukan antara lain mengecer bahan yang dibeli dalam jumlah besar atau banyak menjadi ukuran kecil dan telah dibungkus. Sebagai contoh seorang pedagang sayur keliling membeli cabai merah satu kilogram di Pasar Pondok Gede, maka seusai belanja mereka membungkus cabai menjadi beberapa bungkus kecil dan dihargai sesuai ukuran atau keinginan pedagang sayur tersebut. Setelah melakukan persiapan barang dagangan, maka para pedagang sayur keliling tersebut siap menjualnya kepada para konsumen di perumahan atau tempat tinggal sesuai tempat yang biasa digunakan sebagai tempat berjualan Pembagian Kerja Produktif Responden Pedagang Sayur Keliling Saat istri tidak bekerja, suami melakukan kegiatan produktif sendiri. Ketika istri bekerja, pada umumnya tidak ada pembagian kerja yang begitu berbeda antara suami dan istri yang bekerja sebagai pedagang sayur keliling. Hal ini dapat diketahui dari tahap pembelian barang sampai penjualan semua dilakukan tiap pedagang sayur keliling baik laki-laki maupun perempuan. Ada hal yang membedakan antara tugas suami dan istri pada kerja produktif antara lain mayoritas para suami berbelanja menuju Pasar Pondok Gede menggunakan gerobaknya sendiri, sedangkan sang istri berbelanja menuju Pasar Pondok Gede dengan menggunakan angkutan umum. Hal seperti ini memiliki alasan tersendiri, seperti pengungkapan salah satu responden suami sebagai berikut (KSM, 42 tahun) :...Kalau ibu ngga bisa belanja pake gerobak, soalnya nanti bawa barangnya susah, jadi cuma Bapak yang bawa gerobak... 56

26 Responden suami lain menambahkan (SMH, 43 tahun) :... Belanja ya pake gerobak, biar ngga keluar ongkos banyak. Kalo ibu naik ojek kalo ngga ya naik becak karena belanjanya kan malem ntar bisa kenapanapa, trus ibu juga ngga kuat nanjak di tanjakan Roda Kencana... Tahapan kerja produktif para pedagang sayur keliling secara rinci yaitu pertama belanja barang dagangan. Tahap ini suami dan istri berpisah karena istri menggunakan alat transportasi umum seperti ojek, angkutan umum atau becak, sedangkan suami membawa gerobaknya. Tujuan keduanya sama yaitu Pasar Pondok Gede. Pada tahap ini suami dan istri cenderung sibuk dengan barang dagangan masing-masing, karena mereka sering mendapat pesanan barang dari konsumennya. Hal ini tidak menutup kemungkinan jika suatu waktu sang istri menitipkan barang yang hendak dibeli kepada suaminya ataupun sebaliknya. Setelah selesai berbelanja, suami dan istri membawa barang dagangannya masingmasing menuju rumah kontrakannya. Tahap selanjutnya adalah membungkus dan merapihkan barang dagangan. Pada tahap ini suami istri saling membantu mengecer, membungkus dan merapihkan barang dagangannya, tahap ini harus dilakukan setidaknya dua jam sebelum kemudian dijual kepada konsumen. Setelah selesai membungkus dan merapihkan barang dagangan, maka para pedagang sayur siap berangkat menuju tempatnya berjualan. Pada tahap ini suami dan istri berada pada urusan berjualannya masing-masing karena tempat mereka berdagang berbeda. Berdasarkan data dari para responden yang diperoleh di lapangan didapat bahwa dua responden keluarga tidak melakukan hal yang sama seperti tahapan kerja produktif yang dilakukan responden keluarga lain. Responden tersebut 57

27 adalah pasangan suami istri Pak STR (48 tahun) dan Ibu KSM (40 tahun) beserta pasangan suami istri Pak WHD (43 tahun) dan Ibu WYR (38 tahun). Pasangan pertama adalah pasangan yang berbeda mata pencaharian. Pencaharian Pak STR adalah sebagai tukang ojek dan Ibu KSM adalah sebagai pedagang sayur keliling. Perbedaan mata pencaharian ini membuat perbedaan pada kerja produktif di keluarganya. Apabila responden keluarga lain terpisah antara suami istri pada tahap belanja kebutuhan dagangan di pasar, maka pasangan Pak STR dan Ibu KSM sebaliknya, sebagai suami Pak STR mengantar istrinya berbelanja ke Pasar Pondok Gede menggunakan motor miliknya. Sewaktu menjualnya juga demikian, Pak STR yang membawa gerobak sayur istrinya, sedangkan istrinya mengikutinya dari belakang, setelah sampai di tujuan Pak STR kembali ke kontrakan dan Ibu KSM berjualan sayur. Hal ini dilakukan Pak STR karena jarak tempat berjualan Ibu KSM di perumahan Jati Kramat dari rumah kontrakannya di Kampung Bojong Rawa Lele sejauh kurang lebih dua kilometer. Alasan lain yang dikemukakan Pak STR adalah jam kerja Pak STR menarik ojek adalah malam hari, jadi pagi hari dilakukan untuk membantu istri berbelanja dan membawakan gerobak untuk berjualan. Siang hari setelah berjualan, pada pukul WIB Pak STR menunggu di depan perumahan Jati Kramat dan setelah bertemu Ibu KSM pulang dengan angkutan umum dan Pak STR membawa gerobak sayur sampai rumah kontrakannya. Hal ini dilakukan pasangan ini setiap hari. Pak STR sendiri mulai menarik ojek setelah pukul WIB. 58

28 Responden lain yaitu Pak WHD memiliki perbedaan dalam cara berbelanja, Pak WHD dan Ibu WYR berbelanja di Pasar Pondok Gede secara bersama-sama dengan menggunakan angkutan umum. Hal ini dilakukan mereka dengan alasan Ibu WYR baru bekerja beberapa bulan sehingga masih membutuhkan panduan atau pertolongan untuk memilih dan membawa barangbarang dagangannya. Pada tahap pembungkusan dan penjualan pasangan ini sama seperti responden keluarga lain Curahan Waktu Responden Pedagang Sayur Keliling dalam Kegiatan Produktif Curahan waktu antara responden keluarga dan antara responden suami serta istri dalam kegiatan produktif terdapat sedikit perbedaan. Curahan waktu yang diukur yaitu curahan waktu responden dalam melakukan tahapan kegiatan dalam berdagang sayur. Pada Tabel 13 disajikan curahan waktu kerja produktif total responden suami dan istri. Tabel 13. Curahan Waktu Kerja Produktif Responden Suami dan Responden Istri dalam Satu Hari di Kampung Bojong Rawa Lele 2009 Aktivitas dalam Satu Hari Responden suami Responden istri Jam/hari Persen Jam/hari Persen Belanja 1,8 17,59 1,67 16,81 Membungkus Barang Dagangan 1,73 16,91 1,73 17,42 Berjualan 6,7 65,49 6,53 65,76 TOTAL 10, , Pada Tabel 13 terlihat bahwa responden suami lebih banyak menghabiskan waktunya dalam kegiatan produktif atau mencari nafkah. Rata-rata responden suami menghabiskan waktu 10,23 jam per hari untuk mencari nafkah, sedangkan responden istri menghabiskan waktu 9,93 jam per hari untuk mencari nafkah. Faktor yang mempengaruhi perbedaan waktu dalam kegiatan produktif ini 59

29 dapat dilihat dari tahap belanja barang dagangan. Responden suami lebih banyak menghabiskan waktu berbelanja karena mereka membawa gerobaknya menuju pasar, perjalanan membawa gerobak ke Pasar Pondok Gede dari Kampung Bojong Rawa Lele memakan waktu sekitar 20 sampai 30 menit. Responden istri yang menggunakan sarana angkutan umum kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit dengan ojek, 15 menit dengan angkutan umum, dan 20 sampai 30 menit dengan menggunakan becak. Kegiatan berbelanja ke Pasar Pondok Gede dilakukan para responden keluarga antara pukul sampai WIB. Variasi waktu belanja antara responden keluarga ini antara satu, satu setengah sampai dua jam. Tabel 14 memperlihatkan perincian curahan waktu belanja antara responden suami dan istri. Tabel 14. Curahan Waktu Belanja Barang Dagangan Antara Responden Suami dan Responden Istri dalam Satu Hari di Kampung Bojong Rawa Lele 2009 Responden suami Responden istri Curahan Waktu Belanja Jumlah Persen Jumlah Persen 1 jam 2 6, ,67 1,5 jam 8 26, ,33 2 jam 20 66, TOTAL Mayoritas responden suami dan istri menghabiskan waktu berbelanja selama dua jam. Berdasarkan informasi dari lapangan diperoleh bahwa semakin sedikit waktu berbelanja menjelaskan bahwa pedagang sayur tersebut telah memesan beberapa barang dagangan dengan beberapa penjual atau pemasok para pedagang sayur sehari sebelum barang tersebut di jual kepada konsumen. 60

30 Pemesanan dilakukan di rumah kontrakan penjual, karena rumah kontrakan para penjual atau pemasok tidak begitu jauh dari Kampung Bojong Rawa Lele. Setelah pemesanan dan pembayaran barang dagangan pada malam hari selesai, besok harinya para tukang sayur hanya mengambil barang yang dipesannya tanpa harus melakukan tawar-menawar atau mencari lagi barang yang akan dibeli. Faktor kedua yang mempengaruhi kegiatan produktif responden suami lebih lama dari responden istri adalah waktu berjualan yang digunakan responden suami lebih lama dari responden istri. Hal ini dipengaruhi antara lain dengan rute responden suami berkeliling untuk berdagang sayur lebih jauh daripada responden istri. Hal lain yang mempengaruhi adalah besarnya perumahan tempat berjualan pedagang sayur membuat mereka berkeliling dengan memakan waktu yang cukup lama. Tabel 15 menunjukkan curahan waktu berjualan antara responden suami dan istri. Tabel 15. Curahan Waktu Berjualan Antara Responden Suami dan Responden Istri dalam Satu Hari di Kampung Bojong Rawa Lele 2009 Curahan Waktu Responden Suami Responden Istri Berjualan Jumlah Persentase Jumlah Persentase 4-4,5 jam 2 6, ,5 jam 5 16, ,5 jam 4 13, ,67 7-7,5 jam 13 43, ,67 8-8,5 jam ,67 TOTAL Mayoritas responden suami bekerja 7 sampai 7,5 jam perhari, begitu pula responde istri. Curahan waktu berjualan kedua terbesar pada responden suami adalah bekerja selama 8 sampai 8,5 jam perhari. Pada reponden suami terdapat dua orang yang mencurahkan waktu berjualan 4 sampai 4,5 jam perhari, para 61

31 responden ini masing-masing adalah Pak STR (48 tahun) dan Pak JNO (41 tahun). Pekerjaan Pak STR adalah seorang tukang ojek, beliau bekerja dari pukul WIB sampai WIB. Pak Sastro biasa menarik ojek di sekitar Pasar Pondok Gede. Alasan beliau bekerja malam hari adalah pada pagi hari Pak STR lebih memilih untuk membantu istri berdagang. Responden lain yaitu Pak JNO adalah seorang tukang sayur keliling yang berjualan di pemukiman penduduk yang dinamakan Sahabat. Jarak Kampung Bojong Rawa Lele menuju Sahabat hanya 300 meter, selain itu pemukiman tersebut merupakan pemukiman padat penduduk. Pak Jono hanya perlu menunggu pembeli di suatu tempat. Tempat tersebut biasa digunakannya untuk berjualan, sehingga Pak JNO tidak perlu berkeliling lebih jauh untuk mendapatkan pembeli. Pak JNO juga menambahkan bila ia merasa pendapatannya masih kurang pada hari itu, maka ia akan berkeliling lebih jauh untuk menjual barang dagangannya. Mayoritas responden istri berjualan memakan waktu 7 sampai 7,5 jam. Curahan waktu berjualan terbesar kedua pada responden istri adalah bekerja selama 6 sampai 6,5 jam perhari. Pada responden istri terdapat dua responden yang bekerja 8 sampai 8,5 jam perhari. Responden tersebut masing-masing adalah Ibu DNH (40 tahun) dan Ibu SR (40 tahun). Ibu DNH berjualan selama 8,5 jam perhari. Hal ini dilakukan Ibu DNH semata-mata untuk mendapatkan keuntungan yang banyak, karena pada dasarnya Ibu DNH adalah pedagang sayur keliling musiman. Ibu DNH hanya bekerja sebagai tukang sayur ketika dua dari ketiga anaknya libur sekolah, selebihnya Ibu DNH hanya mengurus kedua anaknya di kampung. 62

32 Responden lain yaitu Ibu SR berjualan selama 8 jam perhari. Ibu SR berjualan bersama suaminya Pak SNR (42 tahun) di perumahan Bukit Kencana, perumahan ini berjarak kira-kira satu kilometer dari Kampung Bojong Rawa Lele. Perumahan Bukit Kencana merupakan perumahan yang besar, sehingga Ibu SR bersama suaminya Pak SNR berkeliling cukup jauh untuk berdagang sayur di perumahan tersebut. Pada pembagian kerja produktif diperoleh kesimpulan bahwa responden suami lebih banyak menghabiskan waktunya dalam kegiatan produktif atau mencari nafkah. Rata-rata responden suami menghabiskan waktu 10,23 jam per hari untuk mencari nafkah, sedangkan responden istri menghabiskan waktu 9,93 jam per hari untuk mencari nafkah. Beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain waktu belanja responden suami yang lebih lama karena mereka membawa gerobaknya sendiri ke Pasar Pondok Gede, sedangkan responden istri menggunakan angkutan umum untuk berbelanja. Faktor lain yang mempengaruhi curahan waktu produktif suami lebih lama dibandingkan istri adalah rute responden suami berkeliling untuk berdagang sayur lebih jauh daripada responden istri serta pengaruh besarnya perumahan tempat berjualan pedagang sayur membuat mereka berkeliling dengan memakan waktu yang cukup lama Kegiatan Reproduktif Kegiatan reproduktif yang dilakukan oleh responden pedagang sayur keliling meliputi memasak, mencuci pakaian dan membersihkan rumah. Beberapa rumahtangga masih ada kegiatan mengasuh anak, namun tidak seluruh responden keluarga membawa anak mereka saat pengambilan data dilakukan. 63

33 Pembagian Kerja Reproduktif Responden Pedagang Sayur keliling Pada kerja reproduktif, hampir seluruh responden keluarga membebankan kepada responden istri. Tabel 16 menunjukkan pembagian kerja reproduktif tersebut. Tabel 16. Pembagian Kerja Reproduktif Antara Responden Suami dan Responden Istri di Kampung Bojong Rawa Lele 2009 Aktivitas Reproduksi Responden Suami (%) Responden Istri (%) Memasak 3, Mencuci Membersihkan Rumah 16, Responden suami dan respoden istri menyatakan bahwa mencuci adalah pekerjaan rumahtangga yang dominan dilakukan istri. Pada pekerjaan lain seperti membersihkan rumah diperoleh bahwa beberapa responden suami melakukan hal tersebut, pada data tercatat bahwa lima responden suami (16,67 persen) membersihkan rumah. Pekerjaan tersebut bagi suami sebenarnya bukan merupakan pekerjaan setiap hari yang dilakukan suami, melainkan pekerjaan yang dapat dipertukarkan dengan istri. Pekerjaan rumahtangga lain yaitu memasak hanya dilakukan oleh satu responden saja, responden tersebut adalah Pak STR (48 tahun) yang bekerja sebagai tukang ojek. Pak STR memasak pada pagi hari, namun hal ini juga tidak dilakukan setiap hari, seperti penuturannya sebagai berikut :...habis Saya nganter ibu jualan Saya pulang, kalo lagi ngga males ya Saya masak untuk siang atau kalo lagi lapar ya saya makan pagi. Tapi kalo lagi males ya Saya beli makan di warung aja... 64

34 Berdasarkan data tersebut diperoleh bahwa seluruh responden istri masih mendominasi pekerjaan rumahtangga. Tidak ada hal yang mempengaruhi kerjasama antara suami istri terutama dalam menangani masalah pekerjaan rumahtangga seperti asal daerah responden keluarga. Seluruh responden keluarga pada penelitian ini berasal dari daerah yang sama yaitu Pekalongan Curahan Waktu Responden Pedagang Sayur Keliling dalam Kegiatan Reproduktif Berdasarkan peninjauan peneliti di lapangan juga diperoleh informasi bahwa waktu luang yang dimiliki para responden adalah dari sekitar pukul WIB sore sampai WIB. Pada rentang waktu empat setengah jam tersebut para responden menggunakan waktu antara lain untuk berkumpul bersama keluarga, berkumpul bersama teman, waktu santai dan mengerjakan pekerjaan rumahtangga. Dari berbagai aktivitas yang dilakukan di waktu luang para responden, diperoleh data bahwa untuk melakukan aktivitas rumahtangga seperti mencuci, memasak, dan membersihkan rumah membutuhkan rata-rata curahan waktu responden istri adalah kurang lebih sebanyak satu setengah jam. Tiga aktivitas rumahtangga tersebut merupakan aktivitas yang lazim dilakukan tiap responden keluarga diantara berbagai aktivitas rumahtangga lainnya. Tabel 17 menunjukkan informasi rata-rata curahan waktu responden keluarga dalam melakukan aktivitas rumahtangga. 65

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA (Kasus Pedagang Sayur di Kampung Bojong Rawa Lele, Kelurahan Jatimakmur, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Geografi dan Lingkungan Jakarta Timur terletak pada wilayah bagian Timur ibukota Republik Indonesia, dengan letak geografis berada pada 106 0 49 ' 35 '' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG 2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Kecamatan Sukasari Kota Bandung 2.1.1 Struktur Organisasi Kecamatan Sukasari Kota Bandung Berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografi Desa Sipak merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 558 194 ha. Desa Sipak secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN BAB III DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN A. Diskripsi Wilayah 1. Keadaan Geografis, Demografis dan Susunan Pemerintahan Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Makarti merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Makarti merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan 46 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Makarti Desa Makarti merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat. Desa ini terdiri dari

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Desa Parakan adalah desa yang terletak di kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, provinsi Provinsi Jawa Barat merupakan daerah padat penduduk

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci. Data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, dan analisis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI BAB IV GAMBARAN UMUM DESA TANJUNGSARI 4.1 Profil Desa Tanjungsari 4.1.1 Letak Geografis Desa Tanjungsari Desa Tanjungsari merupakan salah satu dari delapan Desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Sukaresik,

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PERSEWAAN ALAT-ALAT PESTA MAHKOTA INDAH DI KELURAHAN BIBIS KARAH KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA

BAB III PRAKTIK PERSEWAAN ALAT-ALAT PESTA MAHKOTA INDAH DI KELURAHAN BIBIS KARAH KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA BAB III PRAKTIK PERSEWAAN ALAT-ALAT PESTA MAHKOTA INDAH DI KELURAHAN BIBIS KARAH KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA A. Gmbaran Umum Obyek Penelitian 1. Keadaan Geografis Kelurahan Bibis Karah Kecamatan Jambangan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR 31 KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 28 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Kelurahan Pasir Mulya merupakan salah satu Kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor. Dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Desa Desa

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan, IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Tirta Makmur merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Desa Tirta Makmur ini

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Lokasi Letak dan Keadaan Fisik 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Letak dan Keadaan Fisik BAB IV GAMBARAN UMUM Desa Gunung Menyan merupakan desa pemekaran dari Desa Cimayang pada tahun 1983 yang terletak di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis KelurahanMaharatu Desa Swamedyaialah desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam hal dana modal sehingga

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kelurahan Kebomas terletak di Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penduduk Kelurahan Kebomas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kelurahan Tegal Gundil 4.1.1. Profil Kelurahan Tegal Gundil Kelurahan Tegal Gundil merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,

Lebih terperinci

IV. DESA BABAKAN DALAM KONTEKS LINGKAR KAMPUS IPB DARMAGA

IV. DESA BABAKAN DALAM KONTEKS LINGKAR KAMPUS IPB DARMAGA IV. DESA BABAKAN DALAM KONTEKS LINGKAR KAMPUS IPB DARMAGA Gambaran Umum Desa Babakan adalah satu diantara 14 desa yang ditetapkan oleh IPB sebagai bagian dari Wilayah Lingkar Kampus (WLK) IPB Darmaga.

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG 27 BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG 4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Desa Desa Kemang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) IDEOLOGI GENDER DAN KEHIDUPAN WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 31 Ideologi Gender Ideologi gender adalah suatu pemikiran yang dianut oleh masyarakat yang mempengaruhi WKRT (Wanita Kepala Rumah Tangga)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Cicurug Kecamatan Cicurug berada di bagian Sukabumi Utara. Kecamatan Cicurug memiliki luas sebesar 4.637 hektar.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografi dan Topografi Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang memiliki luas sebesar 7551 Ha (BPS, 2015). Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 14

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis dan Luas Kecamatan Sukanagara secara administratif termasuk dalam Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Letak Kabupaten Cianjur secara geografis

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan 77 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras 1. Keadaan Umum Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,

Lebih terperinci

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA 63 BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA Fenomena mobilitas penduduk perempuan ke luar desa sebenarnya bukanlah merupakan suatu fenomena yang dianggap tabu oleh penduduk Desa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Desa Limehe Timur Desa Limehe Timur adalah salah satu dari sembilan desa di Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo yang proporsi rumah tangga miskinnya

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK JUAL BELI PESANAN MEBEL DI TOKO BAROKAH DESA JEPON BLORA

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK JUAL BELI PESANAN MEBEL DI TOKO BAROKAH DESA JEPON BLORA BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK JUAL BELI PESANAN MEBEL DI TOKO BAROKAH DESA JEPON BLORA A. Gambaran Umum Desa Jepon Blora Dalam bab sebelumnya telah penulis paparkan secara singkat mengenai akad jual beli

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 33 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 4.1 Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Beji adalah sebuah kelurahan diantara enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Beji Kota Depok. Kelurahan Beji terbentuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Letak geografis Kelurahan Way Urang dan Desa Hara Banjar Manis dapat dilihat pada tabel berikut:

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

Laki-laki Perempuan Jumlah

Laki-laki Perempuan Jumlah 30 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELOMPOK 5.1 Karakteristik Responden Pada bagian ini diuraikan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja sektor informal.tenaga kerja sektor informal merupakan tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja sektor informal.tenaga kerja sektor informal merupakan tenaga kerja yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkatan kerja (pekerja) terdiri dari tenaga kerja sektor formal dan tenaga kerja sektor informal.tenaga kerja sektor informal merupakan tenaga kerja yang melakukan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan. kamus bahasa Indonesia karangan Badudu-Zain kata tiba

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan. kamus bahasa Indonesia karangan Badudu-Zain kata tiba BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Pasar Tiban Kelurahan Krapyak Lor Pekalongan 1. Pasar Tiban a. Pengertian Pasar Tiban Pasar tiban berasal dari kata pasar dan tiban, pengertian pasar secara sederhana

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Letak geografis yang penulis ambil sebagai obyek pembahasan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat 28 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI A. Sejarah Singkat Kelurahan Way Dadi Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat berbatasan dengan wilayah Bandar Lampung maka pada

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH A. Letak Geografis Desa Kecamatan 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading Desa Batur terletak di Kecamatan Gading,

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Bunut Seberang 1. Sejarah Desa Bunut Seberang

BAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Bunut Seberang 1. Sejarah Desa Bunut Seberang BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Bunut Seberang 1. Sejarah Desa Bunut Seberang Desa Bunut Seberang asal mulanya merupakan bagian wilayah pemerintahan Desa Bunut Induk. Mengingat sangat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Desa Cisarua adalah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar ±

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe eksplanatori. Penelitian eksplanatori merupakan penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan antarvariabel

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG

BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG BAB IV KEADAAN UMUM DESA KEMANG 4.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Desa Kemang merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial. BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA A. Keadaan Geografi Wanayasa merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, terletak

Lebih terperinci