BAB VII PENERAPAN RAGAM STRATEGI NAFKAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII PENERAPAN RAGAM STRATEGI NAFKAH"

Transkripsi

1 59 BAB VII PENERAPAN RAGAM STRATEGI NAFKAH Bab strategi nafkah ini berisi materi mengenai hasil analisis dari bentukbentuk penerapan strategi nafkah dan pemanfaatan livelihood studies dalam penerapan strategi nafkah tersebut. Berikut uraian dari masing-masing bagian tersebut. Bentuk-Bentuk Penerapan Strategi Nafkah Penerapan strategi nafkah masyarakat di Desa Cipeuteuy berasal dari sumber nafkah pertanian dan non-pertanian. Ellis (2000) menjelaskan kedua hal tersebut melalui tiga klasifikasi sumber nafkah (income source) tersebut. Sektor farm income mengacu pada pendapatan yang berasal dari tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun diakses melalui sewa menyewa atau bagi hasil. Di Desa Cipeuteuy, mayoritas masyarakat memiliki lahan untuk digarap sendiri. Lahan ini pun rata-rata merupakan lahan taman nasional yang digunakan melalui sistem pinjam-pakai. Sektor off-farm income mengacu pada pendapatan di luar pertanian, yang dapat berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari upah tenaga kerja, sistem bagi hasil, kontak upah tenaga kerja non upah, dan lain-lain, namun masih dalam lingkup sektor pertanian. Artinya, pendapatan dari hasil menjadi buruh tani dikategorikan dalam klasifikasi ini. Sektor non-farm income sendiri mengacu pada pendapatan yang bukan berasal dari pertanian, seperti pendapatan atau gaji pensiun, pendapatan dari usaha pribadi, dan sebagainya. Di Desa Cipeuteuy, sektor ini cukup besar menyumbang kepada total pendapatan rumahtangga. Bahkan angkanya mencapai lebih dari 40 persen dari total pendapatan rumahtangga. Selain Ellis (2000), ada pula konsep strategi nafkah menurut Scoones (1998) dalam Turasih (2011), yaitu rekayasa sumber nafkah pertanian yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien, pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian, dan rekayasa spasial (migrasi) dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan. Berikut uraian dari beberapa penerapan strategi nafkah rumahtangga petani di Desa Cipeuteuy. Intensifikasi Pendapatan Pertanian Intensifikasi pendapatan pertanian artinya memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi). Untuk Intensifikasi pendapatan pertanian, cara intensifikasi melalui penambahan input eksternal belum dilakukan. Teknologi

2 60 yang digunakan masih kurang berkembang akibat kondisi lahan yang berbukitbukit dan jaraknya yang jauh. Hal ini tidak memungkinkan bagi teknologi modern untuk mencapainya. Para petani hanya menggunakan teknologi seadanya untuk menggarap lahan. Selain itu, untuk tenaga kerja pun, para petani lebih memilih menggunakan tenaga kerja keluarga daripada tenaga kerja dari luar. Mereka lebih memilih konsisten dengan hasil panen seperti biasa daripada meningkatkan hasil panen tapi harus membayar upah lebih untuk tenaga kerja. Sedangkan cara lain yaitu ekstensifikasi sudah tentu tak bisa dilakukan mengingat lahan yang digarap oleh petani bukan merupakan lahan milik sendiri melainkan lahan dalam kawasan TNGHS. Belum lagi perjanjian dari pihak BTGNHS yang mengatakan bahwa petani boleh menggarap lahan yang sudah ada sekarang namun tak boleh memperluasnya. Maka dari itu, sistem ekstensifikasi atau berusaha memaksimalkan pendapatan dari usaha pertanian melalui perluasan lahan garapan tak bisa dilakukan. Sudah menjadi persetujuan antara masyarakat atau petani dengan pihak TNGHS kalau kami tidak akan memperluas lahan pertanian yang ada di dalam kawasan TNGHS. Kami juga menepati janji, takutnya kalau dilanggar malah jadi digusur seluruhnya. (DYT, 38 tahun, tokoh masyarakat) Pada intinya, para petani belum mengintensifkan pendapatan pertanian. Para petani lebih memilih menambah ruang lingkup nafkahnya ke arah sektor non-pertanian. Bahkan dapat pula menjadikan sektor non-pertanian sebagai basis nafkah utamanya. Berikut adalah contoh kasus yang menceritakan kehidupan strategi nafkah mereka yang diambil dari dua orang responden penelitian. Kotak 01. Kasus responden Bapak DDH (42 tahun) Bapak DDH adalah seorang petani kacang. Ia dan keluarganya sejak dulu menggantungkan hidupnya dari kegiatan pertanian. Ia memanfaatkan lahan di dalam kawasan TNGHS untuk mendukung kegiatan pertaniannya. Ia menanam tanamn kacang dengan panen mencapai 2000 kg per tahun. Pendapatan rata-rata per tahun yang ia peroleh dari mananam kacang ini mencapai 6,7 juta rupiah. Ia mampu memaksimalkan tanaman kacang yang ia tanam karena luas lahan yang ia usahakan mencapai 2000 m 2. Ia juga bergantung pada kiriman dari anaknya yang bekerja sebagai pembantu rumahtangga (PRT) di luar desa. Kiriman dari sang anak sekitar per tiga bulan sehingga jika diakumulasikan, dalam setahun ia mendapat tambahan penghasilan dari sang anak sebesar dua juta rupiah. Jika sedang musim paceklik, ia akan meminjam uang kepada saudara atau tetangga untuk modal produksi. Baru setelah panen ia akan mengganti pinjaman-pinjaman tersebut.

3 61 Kotak 02. Kasus responden Bapak SWW (70 tahun) Bapak SSW telah lama bekerja sebagai petani. Ia hanya seorang lulusan SD yang menggantung dirinya pada kegiatan pertanian. ia memiliki tiga orang anak namun ketiganya telah berada diluar tanggungannya karena telah menikah. Meskipun hidup dari pertanian, ia tidak memanfaatkan lahan di kawasan TNGHS seperti petani-petani yang lain. Ia memiliki lahan sendiri seluas kurang lebih 2000 m 2. Lahan tersebut ditanami padi untuk tujuan konsumsi dan produksi. Hasil panen jika cuaca sedang bagus bisa mencapai 700 kg sekali panen dengan perkiraan pendapatan per tahunnya adalah sebesar 4,5 juta rupiah. Untuk keperluan sehari-hari selain beras, ia membeli dari hasil bekerja sebagai buruh tani di lahan orang lain. Bila musim paceklik tiba, hasil panen bisa menurun hingga 300 kg saja. Saat itu, panggilan sebagai buruh tani juga akan menurun. Satu-satunya yang bisa diandalkan hanyalah kiriman uang dari anaknya yang telah menikah dan bekerja di luar desa. Kiriman per bulannya sekitar rupiah sehingga jika diakumulasikan per tahunnya sebesar 2,4 juta rupiah. Pada keadaan sulit dan darurat seperti ketika musim paceklik, ia akan bergantung pada hasil penjualan ternak. Ia memiliki delapan ekor kambing dan semuaya merupakan milik sendiri. Ia memilih strategi nafkah dengan mengintensifkan pendapatan dari sektor pertanian karena terhalang oleh faktor usia yang sudah senja. Selain itu, ia juga berusaha memaksimalkan keberadaan lahan pertanian miliknya sendiri. Dibandingkan petani lain yang harus was-was menggunakan lahan TNGHS, ia bisa tenang bertani karena lahan pertaniannya adalah milik sendiri. Secara umum tujuan dari mengintensifkan sektor pertanian ini adalah untuk membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Bapak DDH cukup mengintensifkan pertaniannya dengan memperbanyak tanaman kacang yang ditanamnya. Ia sebenarnya juga mendapat kiriman dari anaknya yang bekerja di luar desa sebagai PRT, namun hanya sekitar dua juta rupiah per tahun. Berbeda dengan hal tersebut, Bapak SWW justru hanya memanfaatkan sektor pertanian untuk dua kebutuhan, konsumsi sendiri dan dijual. Untuk pendapatansektor pertanian lain, ia bergantung pada pekerjaan off farm yaitu menjadi buruh tani. Barulah kiriman dari anaknya yang bekerja di luar desa dijadikan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Pola Nafkah Ganda Pola nafkah ganda (diversifikasi nafkah) dapat dilakukan dengan menerapkan keanekaragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan, atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan anak) untuk ikut bekerja selain pertanian- dan memperoleh pendapatan.

4 62 Pola nafkah ganda dilakukan dengan mengerahkan sendi-sendi lain kehidupan untuk memberi jalan menambah pundi-pundi pendapatan. Pola nafkah ganda dapat dilakukan dengan berbagai cara yang pada intinya tidak hanya memanfaatkan satu sumber nafkah saja. Salah satu contoh strategi diversifikasi nafkah adalah yang terjadi pada petani kentang di Desa Karangtengah. Hasil penelitian Turasih (2011) mengemukakan strategi nafkah yang diterapkan oleh petani kentang terdiri dari strategi nafkah sektor on farm dan off farm. Strategi mendiversifikasi kedua sektor nafkah tadi menjadi bentuk perjuangan rumahtangga petani dalam menghadapi berbagai situasi. Aktivitas nafkah lain dilakukan di luar bertani kentang untuk bisa menghasilkan pendapatan tambahan. Meskipun begitu, usaha tani kentang masih tetap menjadi andalan untuk menopang perekonomian rumahtangga, bahkan disaat krisis. Hanya saja pada saat krisis, petani kentang harus melakukan hutang modal pertanian kepada petani kaya, kerabat dekat, dan juragan kentang. Aktivitas hutang ini didasarkan pada hubungan kepercayaan dan akan dibayar pada saat musim panen tiba. Basis nafkah utama masyarakat di Desa Cipeuteuy juga sebagai petani, baik petani padi maupun petani sayur, sama halnya dengan petani kentang yang menjadikan kentang sebagai andalan penopang perekonomian,. Rata-rata para petani di Desa Cipeuteuy pun melakukan hal sama yaitu strategi diversifikasi nafkah. Mereka tidak hanya menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian melainkan juga pada sektor lain di luar pertanian. Penghasilan dari sektor pertanian terhitung kecil dan tak mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari pangan, pendidikan, listrik, dan sebagainya. Sektor pertanian yang dilakukan warga juga dibatasi oleh akses petani terhadap lahan. Bisa dikatakan, akses petani terhadap lahan yang dipinjam dari TNGHS belum sepenuhnya bebas. Permasalahan pemanfaatan lahan yang dibatasi oleh sistem zonasi dan larangan perluasan menyebabkan petani tak dapat mengintensifkan pendapatannya melalui sektor pertanian. Maka dari itu, sektor non-pertanian menjadi sektor pendukung yang tepat bagi petani untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga. Sektor non-pertanian yang dijalankan oleh masyarakat telah jelas ditampilkan pada bagian bab struktur nafkah. Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain menjadi tukang ojek, pedagang ternak, pedagang di pasar, buruh hutan, buruh bangunan, karyawan, pedagang warung, dan sebagainya. Terdapat perbedaan pada tiap lapisan masyarakat yaitu pada jenis pekerjaan dari sektor non-pertanian yang menjadi penyumbang pendapatan terbesar. Pemasukan terbesar pada golongan pendapatan tinggi berasal dari usaha berdagang di warung yaitu 34 persen. Lalu pada golongan pendapatan sedang, pemasukan terbesar berasal dari kiriman anggota keluarga yang bekerja di luar desa yaitu sebesar 32 persen. Terakhir pada golongan pendapatan rendah, pemasukan terbesar dari pekerjaan sebagai buruh bangunan yaitu mencapai 37 persen (Lihat tabel 8 dan tabel 9). Pola nafkah ganda berarti tidak hanya berada pada basis nafkah utama namun juga memanfaatkan waktu dan kesempatan di luar basis tersebut. Pemanfaatan sektor non-pertanian dan bermigrasi menjadi salah satu cara mereka untuk menambah pendapatan. Maka dari itu, warga memilih melakukan strategi lain di luar pertanian seperti menjadi pedagang, buruh, atau menawarkan jasa. Cara lain yang dilakukan ada migrasi ke luar desa, baik dilakukan sendiri maupun

5 oleh anggota keluarga yang lain dalam rumahtangga. Kegiatan di luar pertanian dan migrasi ini akan dijelaskan lebih lanjut pada subbab berikutnya. Berikut ini adalah contoh kasus dari responden yang memanfaatkan dengan maksimal dua sektor nafkah yaitu sektor pertanian dan sektor nonpertanian. kedua sektor ini dijalankan bersama-sama untuk membantu mencukupi kebutuhan rumahtangga. 63 Kotak 03. Kasus responden Ibu KYH (48 tahun) Ibu KYH adalah seorang wanita yang bekerja sebagai petani. Sebagai petani wanita, ia cukup tangguh bertani dengan menanam dua macam tanaman yaitu tanaman cabai dan kacang. Meskipun begitu, hasil yang diperoleh memang tidak seberapa. Dari tanaman kacang, per tahunnya ia hanya bisa menghasilkan 175 kg saja dengan pendapatan bersih rupiah. Sedangkan tanaman cabai hanya 200 kg dengan pendapatan bersih sekitar 1,6 juta rupiah. Hal ini karena lahan yang digunakan tidaklah terlalu luar, hanya sekitar 1000 m 2. Karena pendapatan dari sektor pertanian ini tidak banyak, ia lebih banyak memanfaatkan sektor non-pertanian. ia bekerja sebagai tutor PAUD dengan gaji lima puluh ribu rupiah per bulan dan kader Posyandu dengan gaji tiga puluh ribu rupiah per bulan. Kadang ia juga berdagang kerupuk jika ada waktu luang. Di rumahnya, ia membuka sebuah warung kelontongan kecil untuk menambah pundi-pundi pendapatan. Pemasukan terbesar datang dari sang suami yang bekerja sebagai karyawan proyek sapi di luar desa. Pendapatan dari suami sekitar lima ratus ribu per bulan sehingga jika diakumulasikan, dalam setahun pendapatannya berkisar enam juta rupiah. Hal ini tentu sangat membantu untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga, mengingat pendapatan dari sektor pertanian hanya sekitar 1,8 juta per tahunnya. Kasus Ibu KYH memperlihatkan sangat memaksimalkan sektor lain di luar sektor pertanian. ia menjadi tutor PAUD, kader Posyandu, dagang kerupuk, membuka warung, hingga dari sang suami pun bekerja sebagai karyawan proyek sapi. Hal ini dipengaruhi oleh luas lahan pertanian yang dimanfaatkan oleh Ibu KYH. Luas lahan yang tidak terlalu besar membuat Ibu KYH tak dapat menanam tanaman pertanian dalam jumlah besar. Secara umum tujuan dari mengintensifkan kedua sektor nafkah ini adalah sebagai tambahan penghasilan bagi rumahtangga. Pemasukan dari sektor pertanian saja tidak cukup sehingga membutuhkan dukungan sektor non-pertanian untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari rumahtangga.

6 64 Intensifikasi Pendapatan Non-Pertanian Intensifikasi strategi non-pertanian berarti memanfaatkan sektor nonpertanian dengan lebih efektif dan efisien melalui penerapan beragam pekerjaan di luar sektor pertanian untuk meningkatkan pendapatan. Pendapatan dari sektor non-pertanian memang memberikan harapan besar bagi para petani untuk meningkatkan pendapatan rumahtangganya. Data-data pada bab sebelumnya memperlihatkan data mengenai pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat dari kedua sektor nafkah. Pendapatan dari sektor non-pertanian sebesar 48 persen sedangkan pendapatan dari sektor pertanian sebesar 52 persen. Meskipun pendapatan dari sektor pertanian masih lebih besar daripada pendapatan dari sektor non-pertanian namun melihat basis bafkah masyarakat adalah petani, angka ini tergolong cukup tinggi. Strategi non-pertanian yang banyak dilakukan oleh para petani adalah mengintensifkan kegiatan seperti menjadi tukang ojek, pedagang, buruh, dan lainnya. Kegiatan menjadi tukang ojek cukup mudah dilakukan selama memiliki alat transportasi berupa motor. Ongkos satu kali menggunakan jasa ojek ke pasar sekitar rupiah. Hal ini karena letak pasar yang berada jauh dari desa dan harus ditempuh sekitar dua jam perjalanan. Namun sekarang ini, jasa tukang ojek kurang dipergunakan karena rata-rata warga telah memiliki motor pribadi. Kegiatan non-pertanian lain yang menyumbang pendapatan adalah menjadi pedagang. Pedagang pun beragam kategorinya, ada yang menjadi pedagang warung, pedagang di pasar, dan pedagang ternak. Berdagang dengan membuka warung dipinggir jalan hanya dilakukan oleh segelintir warga. Hal ini karena warung harus dibuka dan ditunggui sepanjang hari sehingga tidak leluasa untuk melakukan pekerjaan lain. Begitupun berdagang di pasar, hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Biasanya untuk mencari modal tambahan untuk kegiatan pertanian. Kegiatan berdagang ternak pun tidak bisa dilakukan setiap hari melainkan hanya sekali atau dua kali setahun. Hal ini karena ternak harus ditunggu berumur minimal satu sampai satu setengah tahun untuk berkembang biak sebelum dijual. Namun penghasilan dari menjual ternak seperti kambing bisa mencapai rupiah untuk kambing jantan dan rupiah untuk kambing betina. Kadang-kadang menjual ternak kalau memang sangat membutuhkan uang. Soalnya ternak harus menunggu satu sampai satu setengah tahun dulu baru bisa dijual, menunggu ternaknya agak besar. Paling sering yang dijual ternak jantan soalnya harganya tinggi. (MMN, 49 tahun, petani) Strategi nafkah lainnya yang dilakukan adalah menjadi buruh, baik menjadi buruh bangunan maupun menjadi buruh hutan. Kegiatan menjadi buruh hutan hanya dilakukan oleh sedikit petani karena kegiatan buruh hutan adalah membantu penelitian yang dilakukan di kawasan hutan konsevasi TNGHS. Sedangkan menjadi buruh bangunan rata-rata dilakukan oleh golongan berpendapatan rendah. Namun kegiatan ini juga jarang dilakukan karena dalam satu tahun tidak banyak warga yang membangun rumah.

7 Berikut ini adalah cerita dari salah satu responden penelitian yang mengintensifkan strategi non-pertaniannya dibandingkan strategi pertanian. 65 Kotak 04. Kasus responden Ibu IC (40 tahun) Ibu IC adalah seorang petani kacang yang memanfaatkan lahan di dalam kawasan TNGHS. Namun luas lahan yang dimilikinya hanya sekitar lima petak. Itu pun hanya ditanami padi untuk kebutuhan konsumsi rumahtangganya dan tanaman kacang yang hanya menghasilkan 120 kg per tahun. Ibu IC memiliki enam orang tanggungan anak, namun yang masih bersekolah adalah empat orang. Sadar bahwa dari sektor pertanian tak bisa menghasilkan apa-apa untuk menambah pemasukan, ia pun beralih mengintensifkan sektor lain di luar pertanian. Suaminya bekerja sebagai buruh hutan dengan penghasilan per hari. Jika dihitung-hitung, dalam setahun penghasilan suaminya mencapai 7,2 juta rupiah. Penghasilan lain dari suaminya adalah menjadi buruh bangunan. Namun dalam satu tahun tambahan pemasukan dari pekerjaan ini hanya sekitar rupiah. Dua orang anak Ibu IC juga bekerja sebagai pedagang dan pengajar mengaji. Untuk pengajar mengaji, ia hanya dibayar sukarela dan tidak tentu. Sedangkan yang menjadi pedagang pun telah berkeluarga sehingga tidak dapat lagi untuk membantu keuangan Ibu IC. Dari penjelasan-penjelasan di atas terlihat bahwa cukup banyak variasi pekerjaan dari sektor non-pertanian yang dilakukan oleh warga di Desa Cipeuteuy untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kasus Ibu IC dapat menajdi contoh bagaimana sektor non pertanian dimaksimalkan ketika sektor pertanian hanya dijadikan subsisten. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa secara umum masyarakat cenderung memanfaatkan keberadaan dari sektor non-pertanian. Para petani mengintensifkan strategi non-pertanian karena tingginya pemasukan dari sektor ini. Strategi Migrasi Rekayasa spasial (migrasi) merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan. Di Desa Cipeuteuy, migrasi secara sirkuler maupun permanen juga dilakukan. Migrasi permanen dilakukan oleh anggota keluarga tidak memiliki pekerjaan tetap di desa sehingga lebih memilih merantau ke luar desa. Terbukti bahwa pada dari sebelas responden yang anggota keluarganya bermigrasi, hampir 25 persen pendapatan non-pertaniannya disumbangkan oleh kiriman dari keluarga yang bekerja di luar desa. Migrasi sirkuler kadang terjadi ketika musim paceklik tiba. Petani yang tidak memiliki modal untuk memulai kegiatan pertanian baru memilih untuk melakukan migrasi sirkuler dengan menjadi pedagang di pasar. Mereka sedikit

8 66 demi sedikit mengumpulkan modal untuk mulai bercocok tanam di lahan pertanian mereka. Berikut adalah penuturan salah satu responden bapak OBN (70 tahun) mengenai migrasi yang dilakukan setelah musim paceklik. Kalau lagi paceklik, hasil panennya jadi sedikit. Mau dijual juga tidak dapat banyak untuk. Jadinya nanti tidak ada modal juga untuk menanam lagi. Kalau bapak biasanya ikut berdagang dulu di pasar. Kalau modalnya sudah cukup, baru dipakai untuk membeli bibit dan langsung menanam lagi. (OBN, 70 tahun, petani) Intinya, migrasi menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh para petani untuk membantu menunjang strategi nafkah mereka. Meskipun pada dasarnya migrasi tersebut hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti ketika musim paceklik berakhir. Pendapatan dari sektor pertanian yang tidak mencukupi untuk modal baru menjadi alasan mereka melakukan migrasi. Berikut ini adalah contoh salah satu kasus dari responden penelitian mengenai pemanfaatan strategi migrasi dalam strategi nafkah yang dijalankan oleh rumahtangga petani. Kotak 05. Kasus responden Bapak SWD (45 tahun) Bapak SWD adalah salah satu responden yang cukup mengintensifkan pedapatannya dari sektor pertanian. Ia adalah seorang petani kacang dan dikala luang memanfaatkan waktu dengan menjadi buruh tani. Ia menggunakan lahan yang ada di dalam hutan TNGHS dengan luas lahan mencapai 4000 m 2. Tanaman kacang dipilih karena waktu panennya yang singkat. Dalam satu tahun, kacang bisa dipanen hingga tiga sampai empat kali. Hasil panennya pun bisa mencapai 100 kg sekali panen. Pendapatan yang diperoleh dalam satu tahun dari hasil menanam kacang sekitar 1,8 juta rupiah. Sedangkan dari pekerjaan sebagai buruh tani bisa menghasilkan rupiah dalam setahun. Ketika musim paceklik, ia akan bergantung pada kiriman dari anaknya yang bekerja sebagai buruh toko di luar desa. Kiriman tersebut bisa mencapai 4,8 juta setahun. Sedangkan jika tiba-tiba membutuhkan dana darurat, ia memilih untuk meminjam kepada tetangga dekat. Bahkan ketika kekurangan modal untuk bertani, ia memilih untuk meminjam kepada tetangga dari pada kepada tengkulak. Kasus Bapak SWD memperlihatkan bahwa ia memiliki lahan yang cukup luas sehingga mampu menanam tanaman kacang dalam jumlah yang besar. Ia juga menjadi buruh tani untuk tambahan penghasilan. Ketika tidak ada modal, ia bergantung pada anggota keluarganya yang bekerja di luar desa. Ia memanfaatkan anggota keluarganya yang bermigrasi dan bekerja diluar desa dengan menerima kiriman mencapai 4,8 juta rupiah per tahun. Padahal pendapatannya dari sektor pertanian saja hanya sekitar 2,6 juta rupiah.

9 67 Pemanfaatan Livelihood Asset dalam Penerapan Strategi Nafkah Penerapan strategi nafkah rumahtangga petani juga memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki dalam upaya untuk dapat bertahan hidup (Scoones 1998 dalam Turasih 2011). Lima bentuk modal atau biasa disebut livelihood asset menurut Ellis (2000) yaitu modal sumberdaya alam, modal fisik, modal finansial, modal sosial, dan modal manusia. Modal Sumberdaya Alam (Natural Capital) Modal ini bisa juga disebut sebagai lingkungan yang merupakan gabungan dari berbagai faktor biotik dan abiotik di sekeliling manusia. Modal ini dapat berupa sumberdaya yang bisa diperbaharui maupun tidak bisa diperbaharui. Modal sumberdaya alam diantaranya air, pepohonan, tanah, stok kayu dari kebun atau hutan, stok ikan di perairan, maupun sumberdaya mineral seeprti minyak, emas, batu bara, dan lain sebagainya. Di Desa Cipeuteuy, modal sumberdaya alam ini tentu mengarah pada keberadaan kawasan hutan konservasi TNGHS. Pemanfaatan lahan di dalam kawasan hutan TNGHS menjadi lahan pertanian bagi warga masyarakat di Desa Cipeuteuy dilakukan untuk kelangsungan kegiatan pertanian warga. Warga yang memiliki lahan pertanian sendiri hanya sedikit. Maka dari itu, lahan taman nasional pun menjadi lahan garapan mereka melalui azas pinjam-pakai lahan. Selain lahan taman nasional, sumber mata air alami dari dalam hutan konservasi TNGHS ini juga dimanfaatkan warga menjadi irigasi. Tanah pertanian yang berbukit-bukit dibuatkan parit kecil di sisi lahan yang kemudian dialiri air. Warga membuat parit ini untuk memenuhi kebutuhan irigasi tanaman pertanian mereka. Sumber air dari mata air ini tidak hanya untuk irigasi juga dipergunakan warga untuk kebutuhan sehari-hari. Warga membuat jalur untuk mengalirkan air ke rumah-rumah melalui pipa besar. Air ini dipergunakan oleh warga masyarakat untuk keperluan mandi, mencuci, dan minum. Meskipun ada juga beberapa warga yang memanfaatkan air PAM untuk keperluan sehari-hari. Modal Fisik (Physical Capital) Modal fisik merupakan modal yang berbentuk infrastruktur dasar seperti saluran irigasi, jalan, gedung, dan lain sebagainya. Jalan di Desa Cipeuteuy telah beraspal meskipun lebarnya tak lebih dari dua meter. Jalan ini juga telah rusak di beberapa sisi karena seringnya truk hutan berlalu-lalang. Sebuah pangkalan ojek kecil terbangun di pinggir jalan yang selanjutnya disebut terminal oleh warga desa. Di terminal inilah pemberhentian terakhir mobil angkutan umum. Para tukang ojek akan siap mengantar penumpang begitu turun dari mobil angkutan umum. Wilayah desa Cipeuteuy cukup luas dan jaraknya berjauhan antar dusun sehingga membutuhkan transportasi ojek untuk menuju ke dusun-dusun tersebut. Selain itu, seperti yang dijelaskan pada bagian modal sumberdaya alam, saluran irigasi telah dibuat untuk memenuhi kebutuhan tanaman pertanian, dengan memanfaatkan sumber mata air di dalam kawasan hutan konservasi TNGHS.

10 68 Saluran irigasi ini dibuat dengan menggali parit kecil dipinggiran lahan pertanian agar air dari mata air dapat mengalir melalui lahan mereka. Melalui pipa kecil, air tersebut dialirkan ke dalam lahan-lahan pertanian warga. Pipa tersebut dapat dibuka dan ditutup untuk mengontrol aliran air yang masuk untuk irigasi. Kepemilikan aset dalam rumahtangga pun bisa dikategorikan sebagai modal fisik. Kepemilikan rumah, kendaraan bermotor, tanah warisan, dan sebagainya dapat dikategorikan sebagai modal fisik bagi masyarakat. Kendaraan bermotor dipergunakan sebagai alat transportasi yang digunakan untuk menuju ke lahan. Lahan mereka di taman nasional cukup jauh jaraknya dari desa sehingga membutuhkan kendaraan untuk mencapainya. Rata-rata petani memiliki motor sebagai alat transportasi mereka. Motor tersebut juga bisa dipergunakan untuk pekerjaan mengojek jika tidak sedang bertani. Modal Manusia (Human Capital) Modal ini merupakan modal utama apalagi pada masyarakat yang dikategorikan miskin. Modal ini berupa tenaga kerja yang tersedia dalam rumahtangga yang dipengaruhi oleh pendidikan, keterampilan, dan kesehatan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Di Desa Cipeuteuy, rata-rata tingkat pendidikan masyarakat dulunya hanya sampai tamat sekolah dasar. Hal ini karena kemampuan ekonomi yang rendah sehingga tak mampu membiayai pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini mempengaruhi ruang lingkup masyarakat dimana hanya segelintir saja yang bisa bekerja sebagai PNS. Dewasa ini pun telah ada istilah wajib belajar sembilan tahun. Rata-rata tingkat pendidikan meningkat hingga taman SMP, meskipun tak banyak yang melanjutkan ke tingkat SMA. Modal manusia yang dimanfaatkan oleh rumahtangga petani di Desa Cipeuteuy cukup memanfaatkan modal ini untuk membantu meningkatkan pendapatan. Beberapa petani memanfaatkan dan mengupah tenaga kerja di luar tenaga kerja keluarga untuk membantu mengolah tanah pertanian. Rata-rata upah tenaga kerja yang diberikan mencapai per satu kali masa tanam. Modal Finansial (Financial Capital) Modal ini berupa uang yang digunakan oleh suatu rumahtangga. Modal ini dapat berupa uang tunai, tabungan, ataupun akses dan pinjaman. Akses peminjaman modal di desa ini biasanya memanfaatkan bank atau koperasi, namun letaknya tidak berada si wilayah desa ini. Warga biasanya saling meminjam ke tetangga atau saudara jika membutuhkan modal uang. Tengkulak-tengkulak di desa ini lebih cenderung meminjamkan modal usaha berupa alat-alat pertanian dibandingkan dengan modal berbentuk uang. Warga di Desa Cipeuteuy cenderung tidak memiliki tabungan, baik di rumah maupun di bank. Alasannya, uang pemasukan telah habis digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan modal untuk kegiatan pertanian berikutnya.

11 69 Penghasilan tidak terlalu besar sehingga tidak cukup untuk ditabung, Semuanya habis untuk makan, listrik, dan bayar sekolah anak. Itu juga kadang belum cukup. Belum lagi untuk modal menanam setelah panen, modal pupuk, pestisida, semuanya serba mahal sekarang. (DDH, 36 tahun, petani) Bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai kapasitas atau kemampuan sebuah rumahtangga untuk menyimpan atau menabung. Menurut hasil yang diperoleh hasil, semua golongan pendapatan baik tinggi, rendah, maupun sedang masih memiliki kemampuan untuk menabung. Meskipun memiliki kemampuan atau kapasitas untuk menabung, masyarakat kebanyakan tidak melakukannya dengan alasan uangnya telah habis untuk keperluan sehari-hari lainnya. Modal Sosial (Social Capital) Modal ini merupakan gabungan komunitas yang dapat memberikan keuntungan bagi individu atau rumahtangga yang tergabung di dalamnya. Contoh modal sosial adalah jaringan kerja (networking) yang merupakan hubungan vertikal maupun hubungan horizontal untuk bekerja sama dan memberikan bantuan untuk memperluas akses terhadap kegiatan ekonomi. Menurut Widianto, Dharmawan, dan Prasodjo (2010), modal sosial juga berpengaruh terhadap kapabilitas yang menyangkut kemampuan beradaptasi pada tekanan dan menemukan peluang-peluang strategi nafkah. Hal ini menunjukkan sosial capital berperan penting dalam memfasilitasi rumah tangga petani untuk dapat mengakses sumberdaya lainnya. Di Desa Cipeuteuy, jaringan kerja berupa hubungan kerjasama terjalin antara beberapa pihak. Jaringan sosial terbentuk antara warga dengan peneliti dimana warga diminta untuk menjadi buruh hutan. Tugas buruh hutan ini adalah membantu penelitian dan memberikan informasi kepada para peneliti terkait dengan sumberdaya dalam kawasan hutan TNGHS. Hubungan lain terjalin antara pihak TNGHS dan petani terjalin hubungan horizontal. Keberadaan pihak TNGHS dan petani dinilai saling menguntungkan sekarang ini. Petani diberi kebebasan untuk bercocok tanam di lahan kawasan TNGHS syarat-syarat tertentu seperti petani tidak boleh menebang pohon hutan dan mengambil kayu untuk dijual atau untuk membangun rumah. Para petani pun menggerakkan kelompok tani mereka dengan membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat yang bekerjasama dengan beberapa LSM seperti KEHATI dan PETA untuk menjaga keberlanjutan hutan dan sumberdaya di dalamnya. Salah satu hasilnya adalah dibuatnya Kebun Bibit Milik Masyarakat yang terletak di lahan Dusun Cisarua. Kebun ini dibuat untuk pembibitan beragam pohon dan tanaman yang nantinya akan ditanam di lahan hutan TNGHS yang kosong. Semua hubungan networking, pada dasarnya harus dilandasi oleh trust (kepercayaan). Pihak TNGHS dan petani menjalin trust yang kuat sehingga mampu berkerja sama menjaga kelangsungan hutan. Kasus petani tembakau di Lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Temanggung, strategi nafkah yang diterapkan oleh rumahtangga petani menunjukkan bahwa modal sosial menjadi

12 70 penyelamat bagi keberlangsungan kehidupan petani. Trust menjadi tali penghubung antara petani berlahan luas, petani berlahan sempit, maupun petani gurem (Widianto, Dharmawan, dan Prasodjo 2010). Tabel 16 Perbandingan penggunaan livelihood asset dari beberapa kasus responden penelitian tahun 2012 Kasus Bapak DDH, 42 tahun Bapak SWW, 70 tahun Ibu KYH, 48 tahun Ibu IC, 40 tahun Natural capital Lahan dalam kawasan TNGHS sebesar 2000 m 2 dan mata air untuk irigasi. Lahan milik sendiri sebesar 2000 m 2 dan mata air dari TNGHS untuk irigasi. Lahan dalam kawasan TNGHS sebesar 1000 m 2 dan mata air untuk irigasi. Lahan dalam kawasan TNGHS sekitar lima petak dan mata air untuk irigasi. Physical capital Aset rumahtangga berupa kendaraan bermotor, alat elektronik, rumah, dan ternak. Aset rumahtangga berupa alat elektronik, rumah, dan ternak Aset rumahtangga berupa alat elektronikrum ah, dan ternak. Aset rumahtangga berupa sebuah rumah dan ternak. Human capital Memanfaatkan tenaga kerja keluarga dan anak bekerja sebagai PRT di luar desa. Tidak memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga. Tidak memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga. Memanfaatkan tenaga kerja keluarga untuk kegiatan pertanian. Financial capital Tidak memiliki tabungan atau investasi, jika keadaan darurat memilih untuk meminjam pada saudara. Tidak memiliki tabungan atau investasi, jika keadaan darurat memilih untuk meminjam pada atasan di kantor suaminya. Tidak memiliki tabungan atau investasi, jika keadaan darurat akan meminjam pada atasan di kantor suaminya. Tidak memiliki tabungan atau investasi, jika keadaan darurat memilih untuk meminjam pada tetangga. Social capital Tidak ada jaringan pemasok khusus untuk alat pertanian namun langsung membeli di toko. Tidak ada jaringan pemasok khusus untuk alat pertanian namun langsung membeli di toko. Tidak ada jaringan pemasok khusus untuk alat pertanian namun langsung membeli di toko. Tidak ada jaringan pemasok khusus untuk alat pertanian namun langsung membeli di toko.

13 71 Bapak SWD, 45 tahun Lahan dalam kawasan TNGHS sebesar 4000 m 2 dan mata air untuk irigasi. Aset rumahtangga berupa kendaraan bermotor, alat elektronik, rumah, dan ternak. Memanfaatkan tenaga kerja keluarga dan anak bekerja sebagai buruh toko di luar desa. Tidak memiliki tabungan atau investasi, jika keadaan darurat memilih untuk meminjam pada tetangga. Tidak ada jaringan pemasok khusus untuk alat pertanian namun langsung membeli di toko. Tabel 14 di atas menampilkan perbandingan dari beberapa contoh kasus responden penelitian. Empat responden memanfaatkan modal sumberdaya alam yang mana mereka menggunakan lahan dalam kawasan TNGHS, sedangkan satu responden yaitu Bapak SWW menggunakan lahan milik sendiri. Selanjutnya modal fisik dilihat dari kepemilikan aset rumah tangga yang hampir sama. Aset rumahtangga yang dimiliki antara lain rumah, kendaraan bermotor, alat elektronik berupa televisi dan kulkas, serta hewan ternak. Modal manusia yang dimanfaatkan rata-rata dari anggota rumahtangga sendiri. Tenaga kerja untuk mengolah pertanian berasal dari anggota rumahtangga sendiri. Meskipun dari data responden lain, ada juga yang memanfaatkan buruh tani untuk tambahan tenaga kerja. Bapak SWW dan Ibu KYH justru tidak memanfaatkan tenaga kerja keluarga. mereka bekerja sendiri karena anggota keluarganya belum atau tidak mampu untuk membantu. Ibu KYH hanya memiliki seorang anak yang masih duduk di bangku kelas lima SD, sedangkan Bapak SWW memiliki tiga orang anak namun semuanya telah berkeluarga. Selain itu ada yang memanfaatkan keberadaan anggota keluarganya yang bekerja di luar desa untuk mendapatkan penghasilan tambahan melalui kiriman uang dari mereka. Modal finansial dari rata-rata responden penelitian adalah meminjam kepada saudara atau tetangga dan menjual ternak. Mereka tidak memiliki investasi dan tabungan, baik di rumah maupun di bank. Alhasil, ketika membutuhkan dana darurat, mereka hanya bisa meminjam kepada keluarga atau tetangga dan dapat pula menjual ternak mereka. Harga ternak kambing jantan bisa mencapai rupiah sedangkan yang betina sekitar rupiah. Sayangnya menjual ternak hanya bisa sekali dalam satu tahun atau dalam satu setengah tahun karena harus menunggu ternaknya berkembang biak terlebih dahulu. Terakhir dari segi modal sosial yang mana para petani rata-rata tidak memiliki jejaring pemasok alat pertanian seperti cangkul, arit, dan sebagainya serta bahan pertanian seperti pupuk dan pestisida. Mereka hanya membeli langsung di toko atau di pasar. Sebenarnya ada tengkulak-tengkulak kecil di desa yang meminjamkan modal berupa alat pertanian. Namun berdasarkan penuturan beberapa responden, mereka sebisa mungkin tidak meminjam pada tengkulak karena akan merugikan mereka setelah panen.

14 72 Ikhtisar Penerapan strategi nafkah masyarakat di Desa Cipeuteuy sangat bervariasi. Para petani tidak hanya memanfaatkan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, melainkan juga sektor non-pertanian. Pada akhirnya sulit untuk dibedakan mana yang menjadi basis nafkah utama masyarakat di desa ini, apakah masih sektor pertanian atau telah beralih ke sektor non pertanian. Sistem nafkah yang dijalankan beragam, mulai dari mengintensifkan salah satu sektor, entah pertanian atau non-pertanian, diversifikasi nafkah atau pola nafkah ganda, hingga rekayasa spasial atau migrasi. Intensifikasi pendapatan pertanian biasanya dilakukan dengan menambah input produksi. Namun dalam kasus rumahtangga petani di desa ini, masih belum terlihat adanya intensifikasi pendapatan pertanian secara maksimal. Mungkin juga hal ini dipengaruhi oleh lahan pertanian yang bukan milik sendiri dan tidak dapat diperluas. Intensifikasi yang muncul justru dari sektor non-pertanian yang mana rumahtangga petani banyak memanfaatkan sektor ini untuk tambahan penghasilan. Pekerjaan sebagai buruh bangunan, buruh hutan, pedagang warung, pedagang ternak, hingga menjadi tukang ojek dilakoni dengan alasan pendapatan dari sektor non-pertanian lebih tinggi dibandingkan sektor pertanian. Beberapa responden juga memanfaatkan kedua sektor nafkah yaitu pertanian dan non-pertanian. Alasannya hampir sama, untuk membantu mencukupi kebutuhan rumahtangga. Strategi migrasi biasanya dimanfaatkan petani jika ada keberadaan anak atau anggota keluarga yang bekerja di luar desa untuk mendapat penghasilan tambahan. Semua sektor nafkah yang dijalankan oleh masyarakat tetap memanfaatkan livelihood asset dalam penerapannya. Kelima aset modal yaitu modal sumberdaya alam, modal sosial, modal fisik, modal manusia, dan modal finansial dimanfaatkan sedemikian rupa guna menunjang keberlanjutan strategi nafkah yang dilakukan oleh mereka. Modal sumberdaya alam antara lain lahan pertanian, baik lahan dalam kawasan TNGHS, lahan dari Perhutani, ataupun lahan milik sendiri, serta air dari mata air TNGHS untuk irigasi. Modal sosial berupa jaringan pemasok alat pertanian tidak ditemukan di desa ini. Modal fisik dilihat dari kepemilikan aset rumahtangga berupa rumah, kendaraan bermotor, televisi, kulkas, hingga hewan ternak. Modal finansial berupa tabungan dan investasi pun tidak ditemukan. Masyarakat bergantung pada pinjaman kepada tetangga atau saudara untuk biaya-biaya darurat. Terakhir adalah modal manusia dimana banyak petani hanya hanya memanfaatkan tenaga kerja keluarga, meskipun ada juga segelintir yang masih menggunakan jasa buruh tani.

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN 29 Bab perubahan struktur agraria ini berisi tentang penjelasan mengenai rezim pengelolaan TNGHS, sistem zonasi hutan konservasi TNGHS, serta kaitan antara

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI SEKITAR KAWASAN HUTAN KONSERVASI DI DESA CIPEUTEUY, KABUPATEN SUKABUMI

ANALISIS STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI SEKITAR KAWASAN HUTAN KONSERVASI DI DESA CIPEUTEUY, KABUPATEN SUKABUMI ANALISIS STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI SEKITAR KAWASAN HUTAN KONSERVASI DI DESA CIPEUTEUY, KABUPATEN SUKABUMI Analysis of Household Livelihood Structure and Strategies of Farmers In ConservationForest

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI SEKITAR KAWASAN HUTAN KONSERVASI DI DESA CIPEUTEUY, KABUPATEN SUKABUMI

ANALISIS STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI SEKITAR KAWASAN HUTAN KONSERVASI DI DESA CIPEUTEUY, KABUPATEN SUKABUMI ANALISIS STRUKTUR DAN STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI SEKITAR KAWASAN HUTAN KONSERVASI DI DESA CIPEUTEUY, KABUPATEN SUKABUMI Analysis of Household Livelihood Structure and Strategies of Farmers In ConservationForest

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka. Taman Nasional

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka. Taman Nasional 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Taman Nasional Menurut UU No. 5 Tahun 1990 Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian industri dan Penggolongannya Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011 59 BAB VII HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 7.1 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan Pertanian Penguasaan lahan merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Batasan Analisis Batasan analisis dalam penelitian ini adalah: Pertama, Pokok persoalan yang diangkat adalah persoalan keterbatasan lahan, tingkat kerentanan produk tembakau

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN 5.1 Aksesibilitas Masyarakat terhadap Hutan 5.1.1 Sebelum Penunjukan Areal Konservasi Keberadaan masyarakat Desa Cirompang dimulai dengan adanya pembukaan lahan pada

Lebih terperinci

Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi. Oleh: Nabiela Rizki Alifa I

Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi. Oleh: Nabiela Rizki Alifa I Pengaruh Strategi Pencarian Nafkah dan Sistem Penghidupan Masyarakat Desa dalam Rangka Adaptasi Oleh: Nabiela Rizki Alifa I34110099 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Selo Ngisor, Desa Batur, Kecamatan getasan terletak sekitar 15 km dari Salatiga, dibawah kaki gunung Merbabu (Anonim, 2010). Daerah ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Ruang Lingkup Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Ruang Lingkup Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian 17 BAB III METODOLOGI Metode penelitian memuat informasi mengenai lokasi dan waktu penelitian, teknit penentuan responden dan informan, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kehidupan sosial ekonomi masyarakat akan meningkat, ketika masyarakat

BAB V PENUTUP. kehidupan sosial ekonomi masyarakat akan meningkat, ketika masyarakat 160 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa kehidupan sosial ekonomi masyarakat akan meningkat, ketika masyarakat panen padi. Karena mereka dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 38 BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 5.1 Pola Pemilikan Lahan Lahan merupakan faktor utama bagi masyarakat pedesaan terutama yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian. Pada masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 16 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Profil Desa Ngargomulyo Kondisi umum Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, kabupaten Magelang merupakan salah satu desa penyangga dalam wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perubahan Pola Interaksi Masyarakat Dengan Hutan 5.1.1 Karakteristik Responden Rumah tangga petani mempunyai heterogenitas dalam status sosial ekonomi mereka, terlebih

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

RESILIENSI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, WONOGIRI

RESILIENSI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, WONOGIRI RESILIENSI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI HUTAN RAKYAT DI KECAMATAN GIRIWOYO, WONOGIRI The Livelihood Resilience of Forest Community Farmer Household in Giriwoyo, Wonogiri Yudhistira Saraswati*) dan Arya Hadi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP JENIS KEBUTUHAN HIDUP

BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP JENIS KEBUTUHAN HIDUP BAB VI STRATEGI PEREMPUAN UNTUK BERTAHAN HIDUP 6.1 Perempuan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Posisi perempuan menjadi bagian yang terpenting dalam pemenuhan kebutuhan hidup dalam rumah tangga, kebutuhan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Tanah dan Fungsinya Sejak adanya kehidupan di dunia ini, tanah merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi makhluk hidup. Tanah merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI 5.1 Strategi Nafkah Petani Petani di Desa Curug melakukan pilihan terhadap strategi nafkah yang berbeda-beda untuk menghidupi keluarganya.

Lebih terperinci

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 39 BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 5.1 Penguasaan Lahan Pertanian Lahan pertanian memiliki manfaat yang cukup besar dilihat dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 54 V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 5. by Kondisi Umum Wilayah Penelitian 5. Kondisi Geografis Wilayah Penelitian Wilayah Kecamatan Sadang memiliki luas 5.7212,8

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin modern membantu percepatan proses pengolahan produksi pertanian. Modernisasi

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN 7 IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabulasi Silang Karakteristik Individu dengan Representasi Sosial Pertanian

Lampiran 1. Tabulasi Silang Karakteristik Individu dengan Representasi Sosial Pertanian 87 Lampiran 1. Tabulasi Silang Karakteristik Individu dengan Sosial Karakteristik Individu Jenis Kelamin Teknologi Komoditi Sumberdaya Hambatan Alam Perempuan 88 (73,3) 5 (4,2) 5 (4,2) 17 (14,2) 4 (3,3)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI 46 REFORMA AGRARIA DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI Kesejahteraan Petani Reforma agraria merupakan suatu alat untuk menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, tidak serta merta begitu saja kesejahteraan

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan Dari uraian dan berbagai temuan serta hasil pengkajian dari temuan lapang di Indramayu dan Pontianak tersebut, secara sederhana dapat disajikan beberapa simpulan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman jeruk (Citrus sp) adalah tanaman tahunan berasal dari Asia Tenggara, terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman

Lebih terperinci

BAB VI KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA PANGRADIN. 6.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Pangradin

BAB VI KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA PANGRADIN. 6.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Pangradin 67 BAB VI KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA PANGRADIN 6.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Pangradin 6.1.1 Kependudukan Desa Pangradin secara Administratif memiliki dua dusun yaitu dusun Pangradin

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Tabel 2. Pedoman Wawancara. Lampiran 1 Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA. Tabel 2. Pedoman Wawancara. Lampiran 1 Pedoman Wawancara 165 Tabel 2. Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA No Topik Sub Topik Sumber Data 1 Struktur demografi a. Bagaimana jumlah penduduk dan tingkat kepadatan b. Bagaimana komposisi penduduk menurut umur, mata

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kecamatan Purbolinggo Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Kecamatan Purbolinggo sebelum pemekaran kabupaten,

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * Oleh: Kecuk Suhariyanto, Badan Pusat Statistik Email: kecuk@mailhost.bps.go.id 1. PENDAHULUAN Menjelang berakhirnya tahun 2007, 52

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

BAB VII PENGELOLAAN SURPLUS PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR INFORMAL

BAB VII PENGELOLAAN SURPLUS PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR INFORMAL 79 BAB VII PENGELOLAAN SURPLUS PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR INFORMAL Ellis (2000) menyatakan investasi dilakukan dalam rangka meningkatkan prospek kehidupan masa depan yang dijelaskan sebagai strategi aset

Lebih terperinci

BAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA

BAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA BAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA 5.1 Pengorganisasian Kegiatan Produksi Kelembagaan Kelompok Tani Peran produksi kelembagaan Kelompok Tani yang dikaji dalam penelitian ini ialah

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain Cross Sectional Study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang mempunyai iklim sejuk dan wilayahnya yang mempunyai banyak pegunungan sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi kehidupan petani karet, karena pada musim hujan petani karet

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi kehidupan petani karet, karena pada musim hujan petani karet BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Mayoritas masyarakat Nagari Lubuk Tarok bermata pencaharian sebagai petani karet. Pada pertanian karet itulah mereka menggantungkan kehidupannya. Pertanian karet bukanlah

Lebih terperinci

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian 31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan

Lebih terperinci

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan Rappler.com Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan Ari Susanto Published 12:00 PM, August 23, 2015 Updated 4:48 AM, Aug 24, 2015 Selama 20 tahun, Sadiman mengeluarkan uangnya sendiri

Lebih terperinci

BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT 50 BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT A. Dampak Bidang Sosial Adanya pabrik teh hitam Kaligua telah membawa dampak pada mata pencaharian masyarakat Pandansari dan sekitarnya, baik dampak langsung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi dan politik yang terjadi sejak akhir tahun 1997 telah menghancurkan struktur bangunan ekonomi dan pencapaian hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial selama

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan lokasi penelitan berdasarkan pada keadaan topografi dan geografi, keadaan penduduk,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedagang, jasa, serta usaha informal lainnya. Sementara itu Quibria (1990), menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. pedagang, jasa, serta usaha informal lainnya. Sementara itu Quibria (1990), menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Atiq (1994). Petani yang berlahan yang sempit cenderung memperoleh pendapatan besar daripada usaha di luar sektor pertanian seperti buruh industri, pedagang,

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN AGRIBISNIS PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 7.1. Karakteristik Umum Responden Responden penelitian ini adalah anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang sedang memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta kawasan Kasepuhan Citorek di kawasan TNGHS.

Gambar 2 Peta kawasan Kasepuhan Citorek di kawasan TNGHS. 6 BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012. Pengumpulan data sosial masyarakat dilaksanakan di Kasepuhan Citorek Kecamatan Cibeber Kabupaten

Lebih terperinci

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN 114 115 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Penelitian Variabel Sub Variabel No Item A. Karakteristik Responden a. Nama b. Alamat c. Jenis Kelamin d. Umur e. Pendidikan f. Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 105 BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA 7.1 Supply Bahan Baku Pangan Usaha Pariwisata di Pulau Pramuka Munculnya usaha yang diakibatkan oleh adanya kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis 27 BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis Desa Pasawahan merupakan salah satu dari tiga belas desa yang ada di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Kutajaya, bagian

Lebih terperinci

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu

V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu V. KEMISKINAN 5.1 Kemiskinan di Desa Sitemu Berdasarkan hasil pendataan sosial ekonomi penduduk (PSEP) yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2005 diketahui jumlah keluarga miskin di Desa Sitemu 340 KK. Kriteria

Lebih terperinci