BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL"

Transkripsi

1 BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai kriteria dan indikator kinerja yang diperlukan untuk dapat mendeskripsikan kondisi pasar dalam konsep penataan pasar tradisional. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner terhadap pengunjung pasar tradisional di Kota Bandung, dapat dilihat persepsi pengunjung pasar terhadap konsep penataan pasar saat ini serta preferensi mereka terhadap penyediaan fasilitas-fasilitas di dalamnya. Penilaian kondisi pasar berdasarkan persepsi dan preferensi pengunjung pasar tersebut akan menjadi pokok bahasan dalam uraian berikut. Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu mengenai karakteristik dan pola berbelanja pengguna pasar tradisional di Kota Bandung. 4.1 Karakteristik Responden Dari hasil penyebaran kuesioner pada tiga sampel pasar di tiap kelas pasar tradisional dapat terlihat bahwa d iantara ketiganya hanya menunjukkan sedikit perbedaan karakteristik. Kemiripan karakteristik pada ketiga kelas pasar tersebut dapat muncul dikarenakan persamaan karakteristik 9 pasar tradisional yang dijadikan sampel, yaitu dari jenis barang yang dijual serta kondisi fisik pasar. Data karakteristik pengunjung ketiga kelas pasar hasil survey primer dapat dilihat pada Tabel IV.1. Berdasarkan jenis kelamin, perbandingan jumlah pengunjung didominasi oleh wanita. Pengunjung pasar tradisional di ketiga kelas pasar hampir sama, yaitu 4 : 1 untuk pengunjung wanita. Hal ini merupakan suatu hal yang wajar mengingat kegiatan berbelanja dalam suatu rumah tangga biasa diserahkan pada pihak wanita. Namun tidak menutup kemungkinan pengunjung pria berbelanja ke pasar tradisional ini, terlihat dari 20% jumlah responden yang menjadi sampel penelitian adalah pria. 57

2 No. Tabel IV.1 Karakteristik Responden Pasar Tradisional di Kota Bandung Variabel 1 Jenis Kelamin Pasar Kelas I (N= 30) Proporsi Jumlah Responden Pasar Kelas II (N=30) Pasar Kelas III (N=30) Ratarata Proporsi Pria 20.00% 20.00% 13.33% 17.78% Wanita 80.00% 80.00% 86.67% 82.22% 2 Usia < % 30.00% 10.00% 17.78% th 20.00% 6.67% 10.00% 12.22% th 20.00% 3.33% 16.67% 13.33% th 3.33% 3.33% 13.33% 6.67% th 13.33% 10.00% 30.00% 17.78% th 10.00% 16.67% 16.67% 14.44% > % 30.00% 3.33% 17.78% 3 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% SD dan sederajat 10.00% 13.33% 13.33% 12.22% SMP dan sederajat 30.00% 10.00% 10.00% 16.67% SMU dan sederajat 40.00% 40.00% 33.33% 37.78% D3/S1 dan sederajat 20.00% 33.33% 43.33% 32.22% Lainnya 0.00% 3.33% 0.00% 1.11% 4 Status Pekerjaan Ibu rumah tangga 50.00% 40.00% 63.33% 51.11% Pelajar/mahasiswa 0.00% 23.33% 6.67% 10.00% Pegawai negeri sipil 0.00% 6.67% 10.00% 5.56% Karyawan swasta 16.67% 16.67% 3.33% 12.22% Wiraswasta/Pengusaha 33.33% 13.33% 16.67% 21.11% Lainnya 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 5 Pendapatan < Rp % 36.67% 10.00% 27.78% Rp Rp % 10.00% 23.33% 22.22% > Rp % 53.33% 66.67% 50.00% Jarak Pasar dengan 6 Tempat Tinggal < 1 km 26.67% 26.67% 43.33% 32.22% 1-2 km 33.33% 40.00% 33.33% 35.56% 2-5 km 40.00% 20.00% 23.33% 27.78% > 5 km 0.00% 13.33% 0.00% 4.44% Sumber: Lampiran C

3 Tidak ada dominasi kelompok usia pada pengunjung di 9 pasar tradisional. Namun pada ke-9 pasar tersebut tidak ditemukan pengunjung yang memiliki usia nonproduktif, yaitu penduduk berumur kurang dari 15 tahun atau 65 tahun ke atas. Responden paling muda yang ditemukan berusia 17 tahun, dan responden paling tua berusia 60 tahun. Keberagaman usia penduduk antara usia 17 tahun sampai 60 tahun menunjukkan bahwa segmentasi pasar tradisional ini ditujukan bukan untuk kelompok penduduk usia anak-anak maupun orang tua, melainkan untuk penduduk usia dewasa. Tingkat pendidikan responden di ketiga kelas juga tidak jauh berbeda, sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan terakhir SMU dan D3/S1, dengan pengunjung terbanyak merupakan tamatan SMU/sederajat. Cukup tingginya latar belakang pendidikan pengunjung pasar dikarenakan karakter penduduk Kota Bandung yang telah memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi, yaitu 44,13% dari keseluruhan jumlah penduduknya minimal telah tamat SMU dan sederajat (BPS Kota Bandung, 2006). Gambar 4.1 Tingkat Pendidikan Responden Kelas I, II dan III Sumber: Tabel IV.1 Status pekerjaan pengunjung pasar tradisional yang paling banyak adalah ibu rumah tangga, yaitu 51% dari jumlah keseluruhan responden. Seorang ibu rumah tangga pada umumnya mempunyai tugas untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dalam suatu keluarga. Selain ibu rumah tangga, pengunjung yang berstatus pekerjaan 59

4 sebagai wiraswasta juga banyak ditemukan, yaiu 21% dari jumlah keseluruhan responden. Dari 21% tersebut, jumlah responden yang merupakan wiraswasta, paling banyak ditemukan pada pasar kelas I, dimana pasar kelas I memiliki skala dagang yang lebih besar dibandingkan pasar kelas II dan III. Sehingga barang yang dijual akan lebih banyak dan lengkap. Umumnya para wiraswasta tersebut memiliki usaha dagang seperti membuka warung atau penjual makanan. Barang yang mereka beli dari pasar tradisional dijual kembali dalam bentuk yang sama ataupun dalam bentuk yang berbeda. Gambar 4.2 Status Pekerjaan Responden Kelas I, II dan III Sumber: Tabel IV.1 Pendapatan pengunjung pasar tradisional secara keseluruhan sebagian besar lebih dari Rp ,00, yakni termasuk penduduk berpenghasilan kena pajak (Peraturan Menteri Keuangan No. 137/PMK.03/2005). Hal ini menunjukkan pasar tradisional yang identik dengan kesederhanaannya ternyata tidak hanya melayani kebutuhan masyarakat miskin, namun juga dapat menarik pengunjung dari kalangan menengah ke atas. Banyaknya pengunjung berpendapatan kena pajak tersebut lebih banyak ditemukan I pasar-pasar kelas II dan kelas III karena beberapa sampelsampel pasar tersebut berlokasi di dekat kawasan permukiman penduduk menengah keatas. 60

5 Asal atau tempat tinggal pengunjung pasar pada masing-masing kelas pasar tradisional memiliki karakter yang berbeda. Untuk pasar kelas III, mayoritas pengunjungnya memiliki tempat tinggal yang jaraknya sangat dekat dengan lokasi pasar (kurang dari 1 km) dan dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Kemudian untuk jarak mayoritas rumah pengunjung dengan pasar kelas II lebih besar, yaitu 1-2 km. Dan begitu pula dengan pasar kelas I yang memiliki mayoritas pengunjung dengan jarak tempat tinggal lebih jauh dari pasar kelas II, yaitu 2-5 km. Seberapa jauh seorang penduduk untuk mau berkunjung ke suatu pasar tergantung oleh besarnya skala pelayanan dari suatu pasar. Makin tinggi kelas pasar, maka makin jauh pula jarak jangkauan yang memungkinkan untuk menarik pengunjungnya. 4.2 Karakteristik Pola Berbelanja Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai pola berbelanja yang dilakukan oleh para responden pengunjung pasar tradisional di 9 unit pasar tradisional yang telah diklasifikasikan dalam 3 kelas pasar. Pola berbelanja yang akan dibahas meliputi frekuensi kunjungan, waktu kunjungan, transportasi yang digunakan, lama kunjungan, tempat berbelanja yang biasa digunakan, serta jenis barang dagangan yang dibeli di pasar tradisional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel IV.2. Frekuensi berbelanja responden dibagi ke dalam 5 kategori seperti yang terlihat pada tabel diatas. Responden pada umumnya berbelanja lebih dari 4 kali seminggu, ditunjukkan oleh proporsi pada masing-masing kelas yang melebihi 50% dari jumlah responden dan proporsi jumlah keseluruhan responden sebesar 60%. Pola perilaku berbelanja ini dapat terjadi karena kebanyakan yang berbelanja di pasar tradisional adalah ibu rumah tangga, sehingga dapat meluangkan waktu hampir setiap hari untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Barang dagangan yang bersifat tidak tahan lama menyebabkan responden perlu berbelanja setiap jangka waktu tertentu dalam seminggu. 61

6 Tabel IV.2 Karakteristik Pola Berbelanja Pengguna Pasar Tradisional Kota Bandung No. 1 Variabel Pasar Kelas I (N=30) Proporsi Jumlah Responden Pasar Kelas II (N=30) Pasar Kelas III (N=30) Proporsi Keseluruhan Frekuensi kunjungan tidak tentu 10.00% 23.33% 26.67% 20.00% 1x sebulan 10.00% 6.67% 3.33% 6.67% 2x sebulan - 1x seminggu 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 2x seminggu - 4x seminggu 10.00% 13.33% 16.67% 13.33% > 4x seminggu 70.00% 56.67% 53.33% 60.00% 2 Waktu kunjungan < pagi 20.00% 20.00% 6.67% 15.56% % 56.67% 63.33% 55.56% % 20.00% 23.33% 22.22% % 3.33% 6.67% 5.56% % 0.00% 0.00% 1.11% 3 Lama kunjungan < 0.5 jam 16.67% 10.00% 6.67% 11.11% 0.5 jam - 1 jam 53.33% 56.67% 66.67% 58.89% 1 jam - 2 jam 16.67% 26.67% 23.33% 22.22% > 2 jam 13.33% 6.67% 3.33% 7.78% 4 Transportasi kendaraan umum/bus/angkutan kota 13.33% 20.00% 16.67% 16.67% mobil pribadi 6.67% 10.00% 3.33% 6.67% motor pribadi 36.67% 33.33% 26.67% 32.22% jalan kaki 33.33% 33.33% 50.00% 38.89% lain-lain 10.00% 3.33% 3.33% 5.56% Sumber: Lampiran C 1.2 Proporsi terbesar dari interval waktu yang biasa disediakan responden untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari adalah 55,56% dari jumlah total responden yang berada di interval pagi. Pemilihan waktu belanja antara pukul pagi dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas ibu rumah tangga yang menyelesaikan pekerjaan rumah tangga seperti menyiapkan sarapan, baru 62

7 kemudian berbelanja kebutuhan sehari-hari. Banyaknya pemilihan waktu berbelanja pada interval ini juga dapat dikarenakan kondisi barang dagangan yang lebih segar di pagi hari, dan juga dikarenakan terdapat beberapa pasar atau kios di dalamnya yang hanya beroperasi sampai siang hari. Sementara pemilihan waktu belanja dengan proporsi kedua terbesar yaitu antara pukul Pemilihan waktu belanja pada rentang waktu tersebut biasanya dipilih karena menunggu jam istirahat kerja, atau sambil menjemput anak pulang sekolah. Kegiatan berbelanja pada rentang waktu tersebut hanya dapat dilakukan pada pasar yang beroperasi lebih lama. Untuk lamanya berbelanja, pada umumnya responden tidak menghabiskan waktu yang lama. Lama belanja yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah jam (58,89%). Dari lama berbelanja tersebut terlihat bahwa responden hanya bertujuan untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari secara efisien dan tidak berlamalama menghabiskan waktunya untuk berbelanja sekaligus berekreasi ataupun bersosialisasi. Moda transportasi yang paling banyak digunakan responden untuk mencapai lokasi pasar didominasi oleh motor pribadi dan jalan kaki. Pemilihan moda tersebut dapat terjadi karena cukup dekatnya tempat tinggal responden dengan lokasi pasar, sehingga dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Banyaknya responden yang menggunakan motor pribadi dapat dipengaruhi oleh fasilitas parkir yang tersedia, dimana pada umumnya fasilitas parkir yang tersedia hanya dapat menampung motor. Sehingga responden yang hendak berbelanja pasar enggan membawa mobil pribadi karena akan sulit menemukan tempat parkir. 63

8 Tabel IV.3 Proporsi Responden Berdasarkan Barang yang Dibeli Barang Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III yang % Total Dibeli Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Barang kelontong, pakaian, % % % 6.67% elektronik, dll Ayamikandaging % % % 64.44% Sayursayuran % % % 84.44% Buahbuahan % % % 27.78% Beras % % % 27.78% Lainnya % % % 7.78% Sumber: Lampiran C 1.3 Jenis barang dagangan yang paling banyak dibeli di pasar tradisional adalah sayursayuran (84,44%). Barang makanan kebutuhan sehari-hari seperti ayam-ikandaging, beras dan buah-buahan juga banyak dicari oleh para responden pasar tradisional. Sedangkan barang non makanan seperti barang kelontong, perlengkapan mandi, pakaian serta barang elektronik tidak banyak dicari oleh pengunjung pasar, karena barang yang dijual di pasar juga didominasi oleh barang kebutuhan makanan. 4.3 Kondisi Pasar Tradisional Berdasarkan Persepsi & Observasi Persepsi pengguna sebagai suatu tanggapan, pandangan atau penilaian terhadap kriteria yang diujikan untuk menilai kondisi penataan pasar tradisional terdiri dari penilaian aksesibilitas, kecukupan fasilitas, kenyamanan berbelanja, keamanan, keselamatan, kesehatan serta estetika pasar. Namun terkadang penilaian pengguna tidak selalu sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Hal tersebut dapat terjadi karena penilaian seseorang terhadap suatu hal dapat berbeda-beda dan dipengaruhi oleh karakter pemberi nilai, seperti tingkat pendidikan, usia, pola pikir, dll. Oleh 64

9 karena itu penilaian persepsi yang akan dibahas berikut ini akan dibandingkan pula dengan penilaian kondisi penataan pasar berdasarkan hasil observasi Aksesibilitas Aksesibilitas mempengaruhi kemampuan suatu pasar tradisional untuk dapat menarik pengunjung. Aksesibilitas dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu aksesibilitas eksternal dan internal. Aksesibilitas eksternal mencakup kemampuan pengguna untuk mencapai lokasi pasar, seperti kelancarn lalu lintas sekitar pasar, ketersediaan transportasi umum, dll. Sedangkan aksesibilitas internal berkaitan dengan kemampuan pengguna beraktivitas di dalam pasar. Karena penelitian ini membahas mengenai konsep penataan fisik dalam pasar, maka penilaian hanya diujikan pada komponen yang berkaitan dengan aksesibilitas internal saja sesuai dengan indikator yang telah dirumuskan sebelumnya. Tabel IV.4 Penilaian Responden terhadap Aksesibilitas Pasar Kelas I Ujungberung Anyar Kiaracondong Baik KurangBaikCukupKurangBaikCukupKurang Aksesibilitas Kejelasan/ketampakan pintu masuk dan keluar pasar 50% 40% 10%90% 10% 0%60% 30% 10% Kemudahan mencapai 50% kios-kios dagang 40% 10%90% 10% 0%80% 0% 20% Kemudahan bergerak 30% sepanjang lorong 40% 30%50% 30% 20%30% 50% 20% Rata-rata proporsi 43% 40% 17%77% 17% 7%57% 27% 17% Sumber: Lampiran E 1.1 Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa ketiga pasar pada kelas I ini memiliki aksesibilitas yang baik. Persoalan yang dihadapi pengguna berupa kesulitan untuk melakukan pergerakan di sepanjang lorong atau gang antar kios. Persoalan ini terlihat dari penilaian yang diberikan oleh pengunjung di Pasar Ujungberung dan Pasar Kiaracondong. Ketidakmudahan sirkulasi ini dapat disebabkan karena lebar gang yang cukup sempit dan seringkali digunakan sebagai tempat untuk meletakkan barang dagangan. Sedangkan untuk aksesibilitas bangunan dan kios dagang, sebagian besar pengunjung di ketiga pasar menyatakan baik. 65

10 Tabel IV.5 Penilaian Responden terhadap Aksesibilitas Pasar Kelas II Aksesibilitas Kejelasan/ketampaka n pintu masuk dan keluar pasar Kemudahan mencapai kios-kios dagang Kemudahan bergerak sepanjang lorong Rata-rata proporsi Sumber: Lampiran E 1.2 Baik 30 % 40 % 10 % 27 % Cihaurgeulis Karapitan Cihapit Cuku p Kuran g 50% 20% 50% 10% 40% 50% 47% 27% Baik 30 % Cuku p Kuran g Baik Cuku p Kuran g 20% 50% 0% 10% 90% 50 % 20% 30% 20 % 10 % 30 % 50% 30% 20% 70% 0% 80% 20% 20% 50% 7% 47% 47% Kondisi aksesibilitas di 3 unit pasar kelas II berdasarkan pendapat masing-masing pengguna pasarnya cukup beragam. Di Pasar Cihaurgeulis, sebagian besar pengguna memberikan nilai cukup terhadap aksesibilitas bangunan dan kiosnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi pintu masuk utama pasar yang disatukan dengan jalur kendaraan, dan kondisi jalannya yang becek, berlubang dan sedikit menanjak. Sedangkan jika pengguna menggunakan pintu masuk lain, yaitu gang antar kios yang menghadap ke jalan di depan pasar, lebar jalan yang tersedia cukup sempit. Akses keluar masuk pasar juga menjadi persoalan bagi para pengguna di Pasar Cihapit yang memiliki akses utama yang sempit. Persoalan lain yang dirasakan pengunjung Pasar Cihaurgeulis dan Pasar Karapitan adalah pergerakan di lorong gang, karena seperti yang ditemukan pada Pasar Ujungberung dan Kiaracondong, lebar gang-gang yang sudah cukup sempit dipergunakan pula untuk menempatkan barang dagangan. 66

11 Aksesibilitas Kejelasan/ketamp akan pintu masuk dan keluar pasar Kemudahan mencapai kioskios dagang Kemudahan bergerak sepanjang lorong Tabel IV.6 Penilaian Responden terhadap Aksesibilitas Pasar Kelas III Gang Saleh Gempol Puyuh 20% 60% 20% 0% 50% 50% 0% 40% 60% 70% 20% 10% 30% 50% 20% 50% 50% 0% 20% 20% 60% 20% 30% 50% 50% 50% 0% Rata-rata proporsi 37% 33% 30% 17% 43% 40% 33% 47% 20% Sumber: Lampiran E 1.3 Pasar sampel dalam kelas III yang memiliki kondisi aksesibilitas paling baik adalah Pasar Gang Saleh. Meskipun sebagian besar pengunjung menyatakan pergerakan di dalam lorong gang pasar, namun aksesibilitas kios dinilai baik. Persoalan yang terlihat dari ketiga pasar ini adalah sulitnya sirkulasi di sepanjang lorong gang pasar yang dikeluhkan oleh pengguna Pasar Gang Saleh dan Pasar Gempol. Alasan sulitnya sirkulasi ini sama seperti yang terjadi pada pasar-pasar di kelas I dan II sebelumnya. Selain itu, aksesibilitas bangunan juga dirasakan sulit oleh pengguna Pasar Gempol dan Pasar Puyuh. Tabel IV.7 Penilaian Responden terhadap Aksesibilitas Pasar Keseluruhan Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total B C K B C K B C K B C K Aksesibilitas Kejelasan/ketampakan pintu masuk dan keluar pasar 66.7% 26.7% 6.7% 20.0% 26.7% 53.3% 6.7% 50.0% 43.3% 31.1% 34.4% 34.4% Kemudahan mencapai kios-kios dagang 73.3% 16.7% 10.0% 36.7% 40.0% 23.3% 50.0% 40.0% 10.0% 53.3% 32.2% 14.4% Kemudahan bergerak sepanjang lorong 36.7% 40.0% 23.3% 6.7% 46.7% 46.7% 30.0% 33.3% 36.7% 24.4% 40.0% 35.6% Rata-rata proporsi 58.9% 27.8% 13.3% 21.1% 37.8% 41.1% 28.9% 41.1% 30.0% 36.3% 35.6% 28.1% Sumber: Lampiran E

12 Keterangan: B = Baik C = Cukup K = Kurang Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa secara umum aksesibilitas di dalam pasar di pasar-pasar kelas I lebih baik jika dibandingkan dengan pasar kelas II dan III. Menurut responden pada pasar-pasar kelas I, pintu keluar dan masuk pasar terlihat jelas dan mudah untuk mencapai ke kios-kios dagang. Hal ini dapat dikarenakan bentuk bangunan pasar yang lebih besar, sehingga kemungkinan aksesibilitas ke dalam pasar juga akan lebih besar jika dibandingkan dengan pasar dengan ukuran bangunan yang lebih kecil. Sedangkan untuk kemudahan bergerak di sepanjang lorong atau gang dalam pasar, ketiga kelas pasar memiliki proporsi yang berdekatan antara cukup dan kurang. Aksesibilitas yang kurang baik di gang ataupun lorong pasar tersebut disebabkan karena rusaknya permukaan jalan lorong gang, sempitnya gang antar kios, berkurangnya lebar gang efektif karena penempatan barang dagangan atau sampah yang tidak pada tempatnya /Kecukupan Fasilitas Pasar Fasilitas yang dijadikan indikator penilaian dalam persepsi dan observasi ini adalah fasilitas pendukung pasar. Fasilitas pendukung merupakan sarana penunjang kegiatan di dalam pasar, yang juga berfungsi sebagai penarik pengunjung untuk berbelanja di tempat tersebut. Makin lengkap fasilitas pendukung, maka makin tinggi pula daya tarik suatu pasar terhadap konsumennya. Fasilitas pasar yang dinilai antara lain papan informasi, tempat parkir, prasarana, tempat pembuangan sampah, dan alat pemadam kebakaran. Penilaian responden pasar tradisional terhadap ketersediaan dan kecukupan fasilitas di masing-masing kelas pasar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 68

13 Tabel IV.8 Penilaian Responden terhadap Kecukupan Fasilitas Pasar Kelas I Ujungberung Anyar Kiaracondong Kecukupan Fasilitas Kelengkapan dan kejelasan papan 30% 20% 50% 0% 0% 100% 60% 20% 20% penunjuk arah/papan informasi fasilitas 20% 10% 70% 20% 80% 0% 60% 30% 10% parkir fasilitas toilet 30% 40% 30% 20% 20% 60% 70% 30% 0% fasilitas 30% 30% 40% 20% 30% 50% 50% 50% 0% mushola alat pemadam kebakaran 20% 30% 50% 0% 20% 80% 20% 70% 10% (tabung, hidran, pasir, dll) tempat pembuangan 10% 30% 60% 10% 60% 30% 10% 40% 50% sampah Rata-rata proporsi 23% 27% 50% 12% 35% 53% 45% 40% 15% Sumber: Lampiran E 1.1 Secara umum kecukupan penyediaan fasilitas pendukung menurut pengguna di Pasar Ujungberung dan Pasar Anyar tergolong kurang baik. Namun fasilitas yang dinilai kurang di kedua pasar tersebut berbeda. Pengguna di Pasar Ujungberung mengeluhkan ketersediaan papan informasi, mushola, alat pemadam kebakaran, tempat pembuangan sampah dan terutama ruang parkir tidak mencukupi kebutuhan. Kecukupan penyediaan fasilitas pendukung seperti papan informasi, toilet, mushola, dan alat pemadam kebakaran di Pasar Anyar juga dirasakan kurang oleh pengguna pasar. Berbeda dengan kedua pasar sebelumnya, pengguna Pasar Kiaracondong 69

14 merasakan ketersediaan fasilitas yang disediakan sudah baik, kecuali pada penyediaan tempat pembuangan sampah. Meskipun tempat pembuangan sampah pasar ini sudah baik karena dibatasi dengan dinding tembok, namun seringkali sampah masih berceceran ke pinggir jalan di depan penampungan. Tabel IV.9 Penilaian Responden terhadap Kecukupan Fasilitas Pasar Kelas II Cihaurgeulis Karapitan Cihapit Kecukupan Fasilitas Kelengkapan dan kejelasan papan 10% 20% 70% 10% 20% 70% 10% 0% 90% penunjuk arah/papan informasi fasilitas 20% 10% 70% 10% 30% 60% 10% 90% 0% parkir fasilitas toilet 40% 0% 60% 0% 50% 50% 0% 60% 40% fasilitas 40% 10% 50% 0% 70% 30% 0% 50% 50% mushola alat pemadam kebakaran 0% 10% 90% 0% 70% 30% 0% 40% 60% (tabung, hidran, pasir, dll) tempat pembuangan 0% 30% 70% 0% 50% 50% 20% 40% 40% sampah Rata-rata proporsi 18% 13% 68% 3% 48% 48% 7% 47% 47% Sumber: Lampiran E 1.2 Berdasarkan persepsi pengguna masing-masing pasar, ketiga unit pasar pada kelas ini dinilai tidak mencukupi dalam penyediaan fasilitas pendukungnya. Fasilitas yang dianggap tidak mencukupi kebutuhan oleh para penggunanya di ketiga pasar adalah 70

15 papan informasi dan tempat pembuangan sampah. Tempat pembuangan sampah di Pasar Karapitan misalnya, hanya berupa beberapa gerobak sampah, padahal sampah yang dihasilkan pasar ini setiap harinya cukup banyak, sehingga seringkali sampah berceceran sampai ke jalan dan bangunan pasar. Selain itu, di masingmasing pasar masih terdapat fasilitas pendukung yang dinilai kurang mencukupi kebutuhan penggunanya. Misalnya di Pasar Cihapit, pengguna merasakan penyediaan mushola dan alat pemadam kebakaran yang ada kurang dapat memenuhi kebutuhan di pasar tersebut. Tabel IV.10 Penilaian Responden terhadap Kecukupan Fasilitas Pasar Kelas III Gang Saleh Gempol Puyuh Kecukupan Fasilitas Kelengkapan dan kejelasan papan 0% 10% 90% 0% 10% 90% 0% 40% 60% penunjuk arah/papan informasi fasilitas 0% 50% 50% 10% 10% 80% 20% 50% 30% parkir fasilitas toilet 0% 20% 80% 10% 20% 70% 0% 40% 60% fasilitas 0% 20% 80% 10% 40% 50% 0% 40% 60% mushola alat pemadam kebakaran 0% 0% 100% 0% 30% 70% 0% 20% 80% (tabung, hidran, pasir, dll) tempat pembuangan 10% 80% 10% 0% 90% 10% 0% 20% 80% sampah Rata-rata proporsi 2% 30% 68% 5% 33% 62% 3% 35% 62% Sumber: Lampiran E

16 Seperti yang ditemukan pada pasar kelas II, ketiga unit pasar kelas III juga dinilai menyediakan fasilitas pendukung yang kurang mencukupi kebutuhan penggunanya. Di ketiga unit pasar kelas III ini, hampir semua fasilitas pendukung dinilai kurang mencukupi kebutuhan oleh responden di masing-masing pasar. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penyediaan fasilitas pendukung tidak begitu diperhatikan dalam penataan pasar-pasar ini. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan pasar kelas III memiliki skala dagang yang kecil sehingga muncul suatu anggapan kebutuhan akan fasilitas pendukungnya juga akan sedikit. Akhirnya penyediaan fasilitas pendukung pada pasar-pasar ini tidak dilakukan atau menyediakan fasilitas namun dalam jumlah yang kecil. Tabel IV.11 Penilaian Responden terhadap Kecukupan Fasilitas Pasar Keseluruhan Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata B C K B C K B C K B C K Kecukupan Fasilitas Kelengkapan dan kejelasan papan 30.0% 13.3% 56.7% 10.0% 13.3% 76.7% 0.0% 20.0% 80.0% 13.3% 15.6% 71.1% penunjuk arah/papan informasi fasilitas 33.3% 40.0% 26.7% 13.3% 43.3% 43.3% 10.0% 36.7% 53.3% 18.9% 40.0% 41.1% parkir fasilitas toilet 40.0% 30.0% 30.0% 13.3% 36.7% 50.0% 3.3% 26.7% 70.0% 18.9% 31.1% 50.0% fasilitas 33.3% 36.7% 30.0% 13.3% 43.3% 43.3% 3.3% 33.3% 63.3% 16.7% 37.8% 45.6% mushola alat pemadam kebakaran 13.3% 40.0% 46.7% 0.0% 40.0% 60.0% 0.0% 16.7% 83.3% 4.4% 32.2% 63.3% (tabung, hidran, pasir, dll) tempat pembuangan 10.0% 43.3% 46.7% 6.7% 40.0% 53.3% 3.3% 63.3% 33.3% 6.7% 48.9% 44.4% sampah Rata-rata proporsi 26.7% 33.9% 39.4% 9.4% 36.1% 54.4% 3.3% 32.8% 63.9% 13.1% 34.3% 52.6% Sumber: Lampiran E

17 Keterangan: B = Baik C = Cukup K = Kurang Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penilaian responden terhadap fasilitas pendukung di pasar kelas I lebih baik daripada penilaian fasilitas pada pasar kelas II dan kelas III. Begitu pula penilaian penyediaan fasilitas pada pasar kelas II lebih baik daripada pasar kelas III. Rata-rata ketersediaan signage atau papan informasi di ketiga kelas pasar relatif rendah, hal ini terlihat dari hasil survey yang menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna (71,1% dari jumlah keseluruhan) menyatakan rendahnya penyediaan fasilitas tersebut. Penyediaan fasilitas pendukung pasar yang juga minim di ketiga kelas adalah alat pemadam kebakaran dengan proporsi 63,3% dari jumlah total. Sementara kecukupan fasilitas lain seperti parkir, toilet, dan mushola hanya mencukupi pada pasar kelas I saja. Sebaliknya kecukupan tempat pembuangan sampah pasar kelas I dan kelas II dinilai tidak memadai Kesehatan Kesehatan suatu pasar dapat memberikan daya tarik bagi pengunjungnya. Dengan kondisi pasar yang sehat, secara tidak langsung pengunjung akan mempunyai rasa percaya bahwa kondisi barang dagangan yang dijual akan sehat pula. Faktor kesehatan pasar dapat dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, ketersediaan ventilasi dan drainase pasar tersebut. Penilaian pasar sampel terhadap kriteria kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut: 73

18 Tabel IV.12 Penilaian Responden terhadap Kesehatan Pasar Kelas I Ujungberung Anyar Kiaracondong Kesehatan Kebersihan di area pasar 20% 10% 70% 0% 30% 70% 20% 50% 30% Kebersihan toilet pasar 10% 40% 50% 20% 20% 60% 40% 50% 10% Kebersihan mushola pasar 20% 50% 30% 20% 60% 20% 50% 50% 0% Rata-rata proporsi 17% 33% 50% 13% 37% 50% 37% 50% 13% Sumber: Lampiran E 1.1 Karakteristik kesehatan di Pasar Ujungberung dan Pasar Anyar menunjukkan penilaian yang mirip di ketiga indikator. Di kedua pasar ini kebersihan toilet dan bangunan dinilai kurang baik oleh pengguna pasarnya. Di sekitar kios dan gang pasar banyak terdapat sampah yang berserakan dan ditimbun di sudut-sudut gang. Kondisi kesehatan Pasar Kiaracondong dinilai lebih baik dibandingkan kedua pasar lainnya. Meskipun di beberapa tempat masih ditemukan sampah, namun pengunjung pasar menganggap kondisi pasar tersebut sudh cukup bersih. Sedangkan kondisi mushola di ketiga pasar dinilai sudah cukup baik oleh pengunjung di masing-masing pasar Kesehatan Tabel IV.13 Penilaian Responden terhadap Kesehatan Pasar Kelas II Cihaurgeulis Karapitan Cihapit Kebersihan di area pasar 10% 30% 60% 10% 40% 50% 30% 40% 30% Kebersihan toilet pasar 20% 20% 60% 10% 40% 50% 10% 60% 30% Kebersihan mushola pasar 20% 30% 50% 10% 60% 30% 10% 40% 50% Rata-rata proporsi 17% 27% 57% 10% 47% 43% 17% 47% 37% Sumber: Lampiran E 1.2 Kondisi kebersihan bangunan dan toilet di Pasar Cihaurgeulis dan Pasar Karapitan dinilai kurang baik oleh pengunjungnya. Seperti Pasar Ujungberung dan Pasar Anyar, di pasar ini memang ditemukan sampah yang berceceran di sepanjang 74

19 lorong gang pasar. Sementara kebersihan mushola yang dinilai buruk oleh pengunjung adalah di Pasar Cihurgeulis dan Pasar Cihapit. Secara umum, Pasar Cihaurgeulis mempunyai kondisi kesehatan yang paling buruk diantara ketiga pasar ini. Tabel IV.14 Penilaian Responden terhadap Kesehatan Pasar Kelas III Gang Saleh Gempol Puyuh Kesehatan Kebersihan di area pasar 10% 50% 40% 10% 90% 0% 0% 60% 40% Kebersihan toilet pasar 20% 10% 70% 10% 60% 30% 0% 30% 70% Kebersihan mushola pasar 10% 30% 60% 10% 70% 20% 0% 30% 70% Rata-rata proporsi 13% 30% 57% 10% 73% 17% 0% 40% 60% Sumber: Lampiran E 1.3 Dari penilaian yang diberikan oleh masing-masing pengunjung pasar, kondisi kesehatan pasar yang paling baik adalah Pasar Gempol. Pengunjung pasar ini menilai kebersihan bangunan, toilet dan mushola di pasar ini cukup baik. Berbeda dengan Pasar Gempol, Pasar Gempol dan Pasar Puyuh dinilai buruk dalam kebersihan toilet dan mushola. Rendahnya penilaian pengunjung terhadap kebersihan kedua fasilitas ini dikarenakan tidak dapat ditemukannya kedua fasilitas tersebut di pasar ini. Secara keseluruhan, penilaian di semua pasar sampel menunjukkan kondisi kesehatan yang cukup/kurang. Kondisi pasar yang dinilai sudah mencukupi kebutuhan akan kriteria kesehatannya adalah pasar kelas I dan kelas III. Sedangkan pasar kelas II dinilai kurang sehat oleh para penggunanya. Dari hasil penilaian tersebut, dapat terlihat bahwa besarnya suatu pasar tidak menentukan sehat tidaknya suatu pasar. 75

20 Tabel IV.15 Penilaian Responden terhadap Kesehatan Pasar Keseluruhan Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total B C K B C K B C K B C K Kesehatan Kebersihan di area pasar 13.3% 30.0% 56.7% 16.7% 36.7% 46.7% 6.7% 66.7% 26.7% 12.2% 44.4% 43.3% Kebersihan toilet pasar 23.3% 36.7% 40.0% 13.3% 40.0% 46.7% 10.0% 33.3% 56.7% 15.6% 36.7% 47.8% Kebersihan mushola pasar 30.0% 53.3% 16.7% 13.3% 43.3% 43.3% 6.7% 43.3% 50.0% 16.7% 46.7% 36.7% Rata-rata proporsi 22.2% 40.0% 37.8% 14.4% 40.0% 45.6% 7.8% 47.8% 44.4% 14.8% 42.6% 42.6% Sumber: Lampiran E 1.4 Keterangan: B = Baik C = Cukup K = Kurang Kenyamanan Kenyamanan pengguna di suatu pasar merupakan suatu bentuk perlindungan pengguna dari kondisi lingkungan yang kurang menyenangkan dan berkenaan dengan penyediaan fasilitas untuk mendukung hal tersebut, seperti penyediaan atap banngunan, garis pembatas parkir, vegetasi, dll. Berdasarkan penilaian pengguna pasar terhadap indikator kenyamanan di setiap unit pasar dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel IV.16 Penilaian Responden terhadap Kenyamanan Pasar Kelas I Ujungberung Anyar Kiaracondong Kenyamanan Keteraturan fasilitas parkir 40% 20% 40% 50% 30% 20% 70% 20% 10% Kenyamanan berbelanja 40% 30% 30% 20% 80% 0% 70% 30% 0% Rata-rata proporsi 40% 25% 35% 35% 55% 10% 70% 25% 5% Sumber: Lampiran E

21 Tingkat kenyamanan untuk Pasar Ujungberung dan Kiaracondong, dinilai baik oleh para penggunanya. Pengguna kedua pasar menyatakan bahwa berbelanja di pasar tersebut sudah terasa nyaman. Kenyamanan ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor lain, misalnya aksesibilitas di dalam kedua pasar yang baik, dan kondisi pasar yang cukup sehat. Fasilitas parkir yang tersedia di ketiga pasar juga dinilai baik oleh pengguna. Meskipun ruang parkir yang tersedia kurang dari standar yang ditentukan, namun keberadaan petugas parkir di ketiga pasar ini mempunyai andil yang besar dalam mengatur fasilitas parkir yang tersedia. Tabel IV.17 Penilaian Responden terhadap Kenyamanan Pasar Kelas II Cihaurgeulis Karapitan Cihapit Kenyamanan Keteraturan fasilitas parkir 20% 30% 50% 20% 30% 50% 10% 60% 30% Kenyamanan berbelanja 30% 60% 10% 30% 40% 30% 60% 40% 0% Rata-rata proporsi 25% 45% 30% 25% 35% 40% 35% 50% 15% Sumber: Lampiran E 1.2 Pengguna Pasar Cihaurgeulis dan Pasar Cihapit menilai kenyamanan di dalam area pasar tersebut cukup baik. Meskipun penyediaan fasilitas pendukung dan kesehatan pasar kelas ini cukup rendah, namun kemudahan sirkulasi dapat memberikan kenyamanan pengunjung untuk berbelanja. Fasilitas parkir yang dinilai cukup teratur dalam pasar kelas ini hanya terlihat pada Pasar Cihapit. Meskipun Pasar Cihaurgeulis memiliki ruang parkir khusus di dalam area pasar, namun fasilitas tersebut jarang digunakan pengunjung karena kondisi jalan yang rusak dan tempat pembuangan sampah yang juga berada di ruang tersebut. Sedangkan Pasar Cihapit yang terletak di daerah pertokoan, berada di ruas jalan yang mempunyai sisi jalan yang cukup luas untuk dijadikan tempat parkir. Keberadaan beberapa petugas parkir di ruas jalan tersebut juga mendukung keteraturan fasilitas parkir yang tersedia. 77

22 Tabel IV.18 Penilaian Responden terhadap Kenyamanan Pasar Kelas III Gang Saleh Gempol Puyuh Kenyamanan Keteraturan fasilitas parkir 0% 40% 60% 0% 50% 50% 0% 70% 30% Kenyamanan berbelanja 20% 30% 50% 50% 50% 0% 20% 60% 20% Rata-rata proporsi 10% 35% 55% 25% 50% 25% 10% 65% 25% Sumber: Lampiran E 1.3 Berbeda dengan 2 pasar lain dalam kelas yang sama, pengguna Pasar Gang Saleh merasakan kenyamanan pasar yang kurang baik. Tingkat kenyamanan yang rendah tersebut didukung oleh persepsi pengguna mengenai kesehatan dan kecukupan fasilitas yang disediakan pada pasar ini. Begitu pula dalam mendapatkan fasilitas parkir di pasar ini, meskipun telah tersedia petugas parkir di sekitar ruas jalan tempat pasar ini berada, pengguna pasar ini masih merasa fasilitas parkir belum teratur dengan baik. Tabel IV.19 Penilaian Responden terhadap Kenyamanan Pasar Keseluruhan Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total B C K B C K B C K B C K Kenyamanan Keteraturan fasilitas parkir 53.3% 23.3% 23.3% 16.7% 40.0% 43.3% 0.0% 53.3% 46.7% 23.3% 38.9% 37.8% Kenyamanan berbelanja 43.3% 46.7% 10.0% 40.0% 46.7% 13.3% 30.0% 46.7% 23.3% 37.8% 46.7% 15.6% Rata-rata proporsi 48.3% 35.0% 16.7% 28.3% 43.3% 28.3% 15.0% 50.0% 35.0% 30.6% 42.8% 26.7% Sumber: Lampiran E 1.4 Keterangan: B = Baik C = Cukup K = Kurang 78

23 Berdasarkan keseluruhan data persepsi pengguna terhadap kenyamanan ketiga kelas pasar, dapat terlihat bahwa hanya pasar kelas I yang dinilai mampu memberikan kenyamanan yang baik kepada pengunjungnya. Tingginya kenyamanan pasar kelas ini dapat dipengaruhi oleh penyediaan fasilitas pendukung yang secara umum mencukupi kebutuhan, aksesibilitas yang baik di dalam pasar, serta kondisi pasar yang cukup sehat Keamanan Rasa aman dibutuhkan setiap orang dalam beraktivitas. Penilaian keamanan (secure) yang dilakukan terhadap pasar sampel ini menyangkut keamanan diri terhadap resiko kriminaiitas atau yang berhubungan dengan keamanan barang milik. Rasa aman di suatu pasar dapat diperoleh dengan disediakannya pos keamanan, penyediaan fasilitas penerangan yang menjangkau seluruh ruangan, penataan lorong atau gang yang menyudut, dsb. Berikut ini adalah penilaian pengguna terhadap kriteria kemanan yang dirasakan di setiap unit dan kelas pasar. Tabel IV.20 Penilaian Responden terhadap Keamanan Pasar Kelas I Ujungberung Anyar Kiaracondong Keamanan fasilitas penerangan 20% 70% 10% 20% 80% 0% 50% 50% 0% Keamanan dari kriminalitas 20% 60% 20% 40% 60% 0% 70% 30% 0% Rata-rata proporsi 20% 65% 15% 30% 70% 0% 60% 40% 0% Sumber: Lampiran E 1.1 Fasilitas penerangan yang tersedia pada ketiga unit pasar kelas I dinilai mencukupi kebutuhannya. Sebagian besar kios dagang pasar tersebut dilengkapi oleh lampu penerangan. Namun kios-kios dagang di luar bangunan pasar yang hanya berupa meja dagang seperti di Pasar Ujungberung tidak memiliki fasilitas penerangan karena sudah cukup mendapatkan sinar matahari. Tingkat keamanan pasar kelas ini cukup baik, terutama pada Pasar Kiaracondong yang terletak bersebelahan dengan kantor polisi. 79

24 Tabel IV.21 Penilaian Responden terhadap Keamanan Pasar Kelas II Cihaurgeulis Karapitan Cihapit Keamanan fasilitas 10% 50% 40% 0% 60% 40% 0% 100% 0% penerangan Keamanan dari kriminalitas 40% 60% 0% 50% 40% 10% 100% 0% 0% Rata-rata proporsi 25% 55% 20% 25% 50% 25% 50% 50% 0% Sumber: Lampiran E 1.2 Kondisi keamanan di ketiga unit pasar kelas II ini dinilai cukup baik oleh penggunanya. Penyediaan fasilitas penerangan pada ketiga pasar ini mirip seperti penyediaan pada pasar kelas I, yaitu di setiap kios dagang, dan penyediaan penerangan tersebut dinilai cukup baik oleh penggunanya. Pendapat pengguna terhadap tingkat keamanan Pasar Cihaurgeulis lebih rendah jika dibandingkan dengan kedua pasar lainnya. Meskipun terletak berseberangan dengan pos polisi, sebagian besar pengguna pasar tersebut menilai keamanan pasar ini tergolong dalam kategori cukup. Tabel IV.22 Penilaian Responden terhadap Keamanan Pasar Kelas III Gang Saleh Gempol Puyuh Keamanan fasilitas 10% 60% 30% 10% 20% 70% 10% 60% 30% penerangan Keamanan dari kriminalitas 90% 10% 0% 60% 30% 10% 20% 80% 0% Rata-rata proporsi 50% 35% 15% 35% 25% 40% 15% 70% 15% Sumber: Lampiran E 1.3 Kondisi keamanan di masing-masing pasar kelas III ini berbeda satu sama lain. Pasar Gang Saleh mempunyai tingkat keamanan yang baik menurut penggunanya, 80

25 karena rendahnya tingkat kriminalitas di dalam pasar tersebut. Kondisi penerangan yang cukup baik dan tingkat kriminalitas yang cukup rendah mempengaruhi penilaian pengguna terhadap keamanan Pasar Puyuh. Hal tersebut juga didukung oleh pos keamanan yang terdapat di dekat pasar. Sedangkan tingkat keamanan di Pasar Gempol dinilai kurang oleh penggunanya. Hal utama yang menyebabkan rendahnya penilaian ini adalah penerangan pasar yang kurang di sepanjang lorong gang pasar. Kondisi pasar yang seringkali sepi pengunjung ini juga memberikan penilaian tersendiri bagi tingkat keamanan pasar ini di mata pengunjungnya. Tabel IV.23 Penilaian Responden terhadap Keamanan Pasar Keseluruhan Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total Baik Cukup Kurang Keamanan fasilitas penerangan 30.0% 66.7% 3.3% 3.3% 70.0% 26.7% 10.0% 46.7% 43.3% 14.4% 61.1% 24.4% Keamanan dari kriminalitas 43.3% 50.0% 6.7% 63.3% 33.3% 3.3% 56.7% 40.0% 3.3% 54.4% 41.1% 4.4% Rata-rata proporsi 36.7% 58.3% 5.0% 33.3% 51.7% 15.0% 33.3% 43.3% 23.3% 34.4% 51.1% 14.4% Sumber: Lampiran E 1.4 Secara umum, kondisi keamanan di 3 kelas pasar cukup baik. Keberadaan pos-pos keamanan di dalam pasar dapat menekan tingkat kriminalitas. Pasar kelas I memiliki nilai paling tinggi dalam kriteria ini, selain karena dipengaruhi oleh penyediaan fasilitas penerangan yang baik, juga karena pada pasar-pasar kelas I ini mempunyai penataan kios dan lorong yang cukup baik, sehingga tidak ditemukan lorong buntu atau sudut-sudut gang yang sepi dan gelap, serta lebar gang antar kios yang cukup lebar sehingga mengurangi kemungkinan pencurian pada lorong yang berdesakan Keselamatan Kriteria keselamatan yang dinilai dalam penelitian ini berupa jaminan akan keselamatan diri pengguna saat berada di area pasar. Kriteria keselamatan ini dapat dilihat dari kondisi fisik yang beresiko membahayakan pengguna, seperti permukaan jalan yang licin, konstruksi bangunan yang rapuh, dan jalur pejalan yang disatukan 81

26 dengan jalur kendaraan. Penilaian pasar sampel berdasarkan persepsi pengguna terhadap kriteria keselamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel IV.24 Penilaian Responden terhadap Kriteria Keselamatan Pasar Kelas I, II dan III Keselamatan Keselamatan dari kecelakaan (misalnya jalan licin, parkir yang tidak teratur, dll) Keselamatan Keselamatan dari kecelakaan (misalnya jalan licin, parkir yang tidak teratur, dll) Ujungberung Anyar Kiaracondong 10% 50% 40% 20% 80% 0% 60% 40% 0% Cihaurgeulis Karapitan Cihapit 30% 20% 50% 40% 30% 30% 40% 50% 10% Gang Saleh Gempol Puyuh Keselamatan Keselamatan dari kecelakaan (misalnya jalan licin, parkir yang tidak teratur, dll) 70% 30% 0% 40% 30% 30% 30% 60% 10% Sumber: Lampiran E 1.1, E 1.2 & E 1.3 Sebagian besar pengunjung Pasar Ujungberung dan Pasar Anyar merasakan tingkat keselamatan yang cukup baik di dalam pasar tersebut. Kondisi fisik pasar yang masih cukup baik, terlebih pada Pasar Kiaracondong, mampu menghilangkan perasaan khawatir akan resiko bencana bagi pengunjung pasar tersebut. Persepsi pengunjung terhadap kriteria keselamatan di pasar Cihaurgeulis digolongkan dalam kategori kurang baik. Penyebabnya rendahnya penilaian ini dapat disebabkan karena pada jalur masuk utama pasar ini tidak dipisahkan antara jalur pejalan dan kendaraan, padahal jalur utama yang hanya mempunyai lebar kurang lebih 6 m tersebut juga digunakan untuk lalu lalang truk pengangkut sampah. Alasan lain yang mungkin berpengaruh adalah kondisi gang antar kios yang banyak lubang dan becek, sehingga resiko pengguna untuk jatuh cukup besar. Sementara, Pasar Gang Saleh yang termasuk pasar kelas III mendapatkan penilaian yang baik untuk tingkat keselamatannya karena kondisi fisik pasarnya yang masih terawat. 82

27 Keselamatan Keselamatan dari kecelakaan Tabel IV.25 Penilaian Responden terhadap Kriteria Keselamatan Pasar Keseluruhan Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total B C K B C K B C K B C K 30.0% 56.7% 13.3% 36.7% 33.3% 30.0% 46.7% 40.0% 13.3% 37.8% 43.3% 18.9% Sumber: Lampiran E 1.4 Keterangan: B = Baik C = Cukup K = Kurang Jika dilihat secara keseluruhan, tingkat keselamatan tertinggi terletak pada pasar kelas III. Penilaian kondisi umum pasar kelas III yang memiliki tingkat keamanan tinggi terlihat dari kondisi fisik pasar yang terawat dan masih layak pakai di ketiga unit pasar tersebut Estetika Estetika berkaitan dengan suatu bentuk pemuasan indera melalui keindahan visual. Untuk mendapatkan suatu pasar dengan keindahan visual, dapat dilakukan melalui penataan bentuk bangunan dan kios dagang serta perawatannya kondisi fisiknya. Kebersihan juga dapat memberikan nilai tambah bagi penilaian estetika. Berikut ini merupakan penilaian responden terhadap estetika di masing-masing kelas pasar. 83

28 Tabel IV.26 Penilaian Responden terhadap Estetika Pasar Kelas I Ujungberung Anyar Kiaracondong Estetika Keindahan bangunan pasar 10% 20% 70% 0% 20% 80% 20% 40% 40% Keindahan bentuk dan penataan kioskios 0% 40% 60% 0% 70% 30% 30% 50% 20% dagang Daya tarik papan identitas 0% 40% 60% 0% 20% 80% 20% 50% 30% pasar Rata-rata proporsi 3.3% 33.3% 63.3% 0.0% 36.7% 63.3% 23.3% 46.7% 30.0% Sumber: Lampiran E 1.1 Pasar Ujungberung dan Pasar Anyar dinilai kurang memiliki estetika oleh responden dari pasar yang bersangkutan. Bangunan pasar yang sudah tua dan tidak terawat dan daya tarik papan identitas yang tidak menarik menjadikan kedua pasar ini tidak memberikan kenyamanan visual bagi pengguna pasar tersebut. Dalam kriteria ini Pasar Kiaracondong mendapatkan nilai cukup memuaskan dari pengguna pasarnya. Pengguna pasar ini merasa kondisi bangunan, kios dan papan identitas pasar yang ada saat ini sudah cukup indah untuk dipandang. Estetika Keindahan bangunan pasar Keindahan bentuk dan penataan kioskios dagang Daya tarik papan identitas pasar Tabel IV.27 Penilaian Responden terhadap Estetika Pasar Kelas II Cihaurgeulis Karapitan Cihapit 0% 20% 80% 10% 30% 60% 10% 40% 50% 10% 30% 60% 0% 50% 50% 0% 70% 30% 10% 40% 50% 10% 50% 40% 10% 10% 80% Rata-rata proporsi 6.7% 30.0% 63.3% 6.7% 43.3% 50.0% 6.7% 40.0% 53.3% Sumber: Lampiran E

29 Sebagian besar responden pasar tradisional kelas II merasa keindahan pasar secara umum kurang baik. Dari 3 komponen yang dijadikan indikator penilaian, pengunjung ketiga pasar ini tidak menemukan keindahan visual dari ketiganya. Tingkat estetika rata-rata pada ketiga unit pasar ini seimbang, dimana ketiganya termasuk dalam kategori kurang baik. Estetika Keindahan bangunan pasar Keindahan bentuk dan penataan kioskios dagang Daya tarik papan identitas pasar Tabel IV.28 Penilaian Responden terhadap Estetika Pasar Kelas III Gang Saleh Gempol Puyuh 0% 60% 40% 0% 40% 60% 0% 70% 30% 0% 70% 30% 0% 40% 60% 0% 80% 20% 0% 40% 60% 0% 10% 90% 0% 0% 100% Rata-rata proporsi 0.0% 56.7% 43.3% 0.0% 30.0% 70.0% 0.0% 50.0% 50.0% Sumber: Lampiran E 1.3 Pasar Gang Saleh berdasarkan persepsi responden secara umum memiliki estetika yang cukup baik. Hal tersebut dikarenakan kondisi kios dan bangunan pasar tersebut yang masih cukup baik. Sebaliknya, responden pada Pasar Gempol menilai keindahan kios, bangunan dan identitas pasar kurang mencukupi. Bentuk pasar yang disatukan dengan tempat tinggal ternyata tidak menjadikannya sebagai daya tarik tersendiri. Sedangkan kondisi keindahan Pasar Puyuh seimbang antara cukup baik dan kurang baik. Rendahnya penilaian responden Pasar Puyuh terhadap identitas dikarenakan tidak terdapat identitas di pasar tersebut. 85

30 Tabel IV.29 Penilaian Responden terhadap Estetika Pasar Keseluruhan Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total Baik Cukup Kurang Estetika Keindahan bangunan pasar 10.0% 26.7% 63.3% 6.7% 30.0% 63.3% 0.0% 56.7% 43.3% 5.6% 37.8% 56.7% Keindahan bentuk dan penataan kios-kios dagang 10.0% 53.3% 36.7% 3.3% 50.0% 46.7% 0.0% 63.3% 36.7% 4.4% 55.6% 40.0% Daya tarik papan identitas pasar 6.7% 36.7% 56.7% 10.0% 33.3% 56.7% 0.0% 16.7% 83.3% 5.6% 28.9% 65.6% Rata-rata proporsi 8.9% 38.9% 52.2% 6.7% 37.8% 55.6% 0.0% 45.6% 54.4% 5.2% 40.7% 54.1% Sumber: Lampiran 1.4 Secara keseluruhan, pasar-pasar yang dijadikan sampel penelitian ini memiliki estetika yang kurang baik. Keindahan bangunan merupakan penilaian yang memberikan kontribusi terbesar dari rendahnya estetika pasar-pasar tersebut di mata pelanggannya. Selain itu, di beberapa tempat, terutama pada pasar-pasar kelas III, identitas pasar tidak dapat ditemukan Penilaian Persepsi terhadap Kriteria Penataan Pasar Berdasarkan persepsi responden terhadap 7 kriteria penataan yang telah dianalisa sebelumnya, didapatkan penilaian masing-masing pasar dan secara keseluruhan terhadap kriteria tersebut. Secara umum kondisi penataan pasar di Pasar Ujungberung dan Pasar Anyar dinilai cukup baik oleh responden kedua pasar tersebut, sedangkan Pasar Kiaracondong dinilai baik. Kriteria yang dinilai kurang baik pada Pasar Ujungberung adalah kesehatan dan estetika, sedangkan pada Pasar Anyar yaitu kriteria kesehatan, estetika dan kecukupan fasilitas. 86

31 No. Tabel IV.30 Penilaian Responden Terhadap Kriteria Penataan di Pasar Kelas I Kriteria Ujungberung Anyar Kiaracondong 1 Aksesibilitas 43% 40% 17% 77% 17% 7% 57% 27% 17% 2 Keamanan 20% 65% 15% 30% 70% 0% 60% 40% 0% 3 Keselamatan 10% 50% 40% 20% 80% 0% 60% 40% 0% 4 Kesehatan 17% 33% 50% 13% 37% 50% 37% 50% 13% 5 Kenyamanan 40% 25% 35% 35% 55% 10% 70% 25% 5% 6 Estetika 3% 33% 63% 0% 37% 63% 23% 47% 30% 7 Kecukupan 23% 27% 50% 12% 35% 53% 45% 40% 15% Rata-rata Total 22.4% 39.0% 38.6% 26.7% 47.1% 26.2% 50.2% 38.3% 11.4% Sumber: Lampiran E 1.1 Sebagian besar kriteria pada Pasar Kiaracondong dinilai baik oleh penggunanya. Kriteria tersebut antara lain aksesibilitas, keamanan, keselamatan, kenyamanan dan kecukupan fasilitas. Sedangkan pada Pasar Anyar, kriteria yang dinilai sudah baik hanya aksesibilitas di dalam pasarnya. Begitu pula pada Pasar Ujungberung yang hanya memiliki nilai baik pada kriteria aksesibilitas dan kenyamanan pasarnya. Tabel IV.31 Penilaian Responden Terhadap Kriteria Penataan di Pasar Kelas II No. Kriteria Cihaurgeulis Karapitan Cihapit 1 Aksesibilitas 27% 47% 27% 30% 20% 50% 7% 47% 47% 2 Keamanan 25% 55% 20% 25% 50% 25% 50% 50% 0% 3 Keselamatan 30% 20% 50% 40% 30% 30% 40% 50% 10% 4 Kesehatan 17% 27% 57% 10% 47% 43% 17% 47% 37% 5 Kenyamanan 25% 45% 30% 25% 35% 40% 35% 50% 15% 6 Estetika 7% 30% 63% 7% 43% 50% 7% 40% 53% 7 Kecukupan 18% 13% 68% 3% 48% 48% 7% 47% 47% Rata-rata Total 21.2% 33.8% 45.0% 20.0% 39.0% 41.0% 23.1% 47.1% 29.8% Sumber: Lampiran E 1.2 Pada sampel pasar kelas II, kondisi penataan pasar secara umum sudah cukup baik pada Pasar Karapitan dan Pasar Cihapit, namun Pasar Cihaurgeulis dinilai kurang baik. Penilaian rendah yang diberikan responden terhadap penataan Pasar 87

32 Cihaurgeulis terlihat pada kriteria keselamatan, kesehatan, estetika dan kecukupan fasilitasnya. Penilaian yang sama juga diberikan pada kriteria estetika dan kecukupan fasilitas pada Pasar Karapitan dan Pasar Cihapit. Selain kriteria tersebut, kenyamanan pada Pasar Karapitan juga dinilai kurang, serta aksesibilitas pada Pasar Karapitan dan Pasar Cihapit. Sedangkan kriteria yang dinilai sudah baik dari ketiga pasar tersebut hanya kriteria keselamatan pada Pasar Karapitan dan kriteria keamanan pada Pasar Cihapit. Penataan fisik pasar pada Pasar Gempol dan Pasar Puyuh secara umum dinilai cukup baik oleh para penggunanya, berbeda dengan Pasar Gang Saleh yang dinilai kurang baik. Dari ketiga pasar tersebut, kriteria yang dianggap sudah baik oleh responden hanya terlihat pada kriteria keamanan dan keselamatan di Pasar Gang Saleh. Sementara penilaian kriteria yang masih kurang baik diberikan responden pada kriteria kesehatan, kenyamanan dan kecukupan fasilitas di Pasar Gang Saleh, kriteria keamanan, estetika dan kecukupan fasilitas di Pasar Gempol, serta kriteria kesehatan, estetika dan kecukupan fasilitas pada Pasar Puyuh. Tabel IV.32 Penilaian Responden Terhadap Kriteria Penataan di Pasar Kelas III Noa. Kriteria Gang Saleh Gempol Puyuh 1 Aksesibilitas 37% 33% 30% 17% 43% 40% 33% 47% 20% 2 Keamanan 50% 35% 15% 35% 25% 40% 15% 70% 15% 3 Keselamatan 70% 30% 0% 40% 30% 30% 30% 60% 10% 4 Kesehatan 13% 30% 57% 10% 73% 17% 0% 40% 60% 5 Kenyamanan 10% 35% 55% 25% 50% 25% 10% 65% 25% 6 Estetika 0% 57% 43% 0% 30% 70% 0% 50% 50% 7 Kecukupan 2% 30% 68% 5% 33% 62% 3% 35% 62% Rata-rata Total 26.0% 35.7% 38.3% 18.8% 40.7% 40.5% 13.1% 52.4% 34.5% Sumber: Lampiran E 1.3 Dari keseluruhan penilaian yang diberikan oleh responden, secara umum kriteria penataan pasar di ketiga kelas pasar dinilai cukup baik. Tidak ada kriteria yang dianggap sudah baik dari keseluruhan pasar, dan kriteria yang dinilai kurang baik 88

33 antara lain kesehatan, estetika dan kecukupan fasilitas. Meskipun dinilai kurang baik secara keseluruhan, namun pada pasar kelas I dan III, kriteria kesehatan dinilai sudah cukup baik. Selain ketiga kriteria tersebut, aksesibilitas pasar kelas II juga dinilai kurang baik. Tabel IV.33 Penilaian Responden terhadap Kriteria Penataan Pasar Keseluruhan No. Kriteria Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total Baik Cukup Kurang 1 Aksesibilitas 58.9% 27.8% 13.3% 21.1% 37.8% 41.1% 28.9% 41.1% 30.0% 36.3% 35.6% 28.1% 2 Keamanan 36.7% 58.3% 5.0% 33.3% 51.7% 15.0% 33.3% 43.3% 23.3% 34.4% 51.1% 14.4% 3 Keselamatan 30.0% 56.7% 13.3% 36.7% 33.3% 30.0% 46.7% 40.0% 13.3% 37.8% 43.3% 18.9% 4 Kesehatan 22.2% 40.0% 37.8% 14.4% 40.0% 45.6% 7.8% 47.8% 44.4% 14.8% 42.6% 42.6% 5 Kenyamanan 48.3% 35.0% 16.7% 28.3% 43.3% 28.3% 15.0% 50.0% 35.0% 30.6% 42.8% 26.7% 6 Estetika 8.9% 38.9% 52.2% 6.7% 37.8% 55.6% 0.0% 45.6% 54.4% 5.2% 40.7% 54.1% 7 Kecukupan 26.7% 33.9% 39.4% 9.4% 36.1% 54.4% 3.3% 32.8% 63.9% 13.1% 34.3% 52.6% Rata-rata Total 33.1% 41.5% 25.4% 21.4% 40.0% 38.6% 19.3% 42.9% 37.8% 24.6% 41.5% 33.9% Sumber: Lampiran E 1.4 Sementara itu, kriteria yang dinilai baik pada pasar kelas I adalah kriteria aksesibilitas dan kenyamanannya. Pada pasar kelas III kriteria yang dinilai baik hanya kriteria keselamatan di dalam pasar, sedangkan untuk pasar kelas II tidak ada kriteria yang dianggap sudah baik, sebagian besar kriterianya dinilai kurang baik oleh responden Perbandingan Penilaian berdasarkan Persepsi dan Observasi Penilaian responden terhadap ketujuh kriteria penataan fisik pasar tersebut, dapat dibandingkan dengan penilaian berdasarkan hasil observasi dengan kriteria yang sama. Karena perbedaan jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kondisi pasar berdasarkan observasi dan persepsi, maka perlu dilakukan pengkonversian data sehingga didapatkan interval nilai yang sama. Hasil penilaian responden dan observasi tiap pasar dijumlahkan berdasarkan bobotnya, dimana B = 3, C = 2 dan K = 1 dan diambil nilai rata-ratanya sehingga nilai maksimal keduanya masing-masing 89

BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan studi berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Temuan studi tersebut disusun menjadi sebuah arahan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dibahas mengenai kondisi penataan fisik pasar tradisional di Kota Bandung berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada pasar sampel.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bennet, Corwin Space for People, Human Factors in Design. Prentice Hall, New York.

DAFTAR PUSTAKA. Bennet, Corwin Space for People, Human Factors in Design. Prentice Hall, New York. DAFTAR PUSTAKA BUKU Bennet, Corwin. 1977. Space for People, Human Factors in Design. Prentice Hall, New York. Bromley, Rosemary DF et. al. 1993. Retail Change: Contemporary Issues. UCL Press Limited. London.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perdagangan eceran merupakan salah satu unsur penting dalam proses kegiatan distribusi barang. Bentuk dari perdagangan eceran dapat berupa pasar, supermarket, mini market, toko/kios,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam faktor-faktor perubahan yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, politik

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berkembangnya suatu kota membawa konsekuensi terhadap perubahan fisik kota yang biasanya juga dibarengi pertumbuhan penduduk dan pembangunan fasilitas ekonomi yang cukup

Lebih terperinci

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Secara keseluruhan ditemukan bahwa karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN. Secara keseluruhan ditemukan bahwa karakteristik perilaku pergerakan belanja penduduk wilayah studi adalah sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan hasil kesimpulan tentang kajian pola pergerakan belanja penduduk Bandung Timur. Hasil studi ini diharapkan menjadi masukan informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA

BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA Pada bab ini akan dilakukan analisis yaitu mulai pengolahan data yang diperoleh di lapangan maupun

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 171 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari masing-masing analisa adalah : 5.1.1 Simpulan Analisa Environment Secara aspek lokasi, lokasi pasar Karang Anyar yang sekarang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A QUISIONER

LAMPIRAN A QUISIONER A-1 LAMPIRAN A QUISIONER A-2 LAMPIRAN A Questioner ANALISIS KEBUTUHAN PARK AND RIDE DI STASIUN CICALENGKA A. DATA RESPONDEN 1. Identitas Responden Nama : Usia : Alamat : Pekerjaan : Jenis Kelamin anda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar merupakan tempat berkumpulnya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar dibedakan menjadi dua, yaitu pasar modern dan pasar tradisional.

Lebih terperinci

63

63 62 63 64 65 66 Berdasarkan gambar IV.8 bila dikaji berdasarkan batasan administrasi asal kelurahan menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk kelurahan dari Kecamatan Cicadas dominan melakukan kunjungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat Indonesia selain sebagai muara dari produk-produk rakyat, pasar juga berfungsi sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Bab ini berisi analisis mengenai karakteristik dan preferensi pengguna mobil pribadi, taksi, maupun bus DAMRI yang menuju

Lebih terperinci

ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR ADE CAHYA TRISTYANTHI

ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR ADE CAHYA TRISTYANTHI ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG TUGAS AKHIR ADE CAHYA TRISTYANTHI 15403009 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak di Pulau Jawa. Aktivitas ekonomi

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik dan Topografi Kota Bandarlampung Kota Bandarlampung adalah Ibukota Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah 197,22 km 2 atau 19.772 hektar. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Astri Nuraeni Kusumawardani, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenaikan harga kebutuhan pokok menjadi problema bagi para pedagang, di satu sisi mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih karena adanya kenaikan harga, tapi di

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan mengenai responden pelaku pergerakan Cimahi-Bandung yang berpotensial untuk menggunakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016 Syauriansyah Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari studi penelitian dan rekomendasi yang bisa di ambil dalam studi. Selain itu akan dibahas mengenai kelemahan studi dan

Lebih terperinci

Form Kuesioner Untuk Pengunjung

Form Kuesioner Untuk Pengunjung LAMPIRAN 0BKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR Jl. Dr. T. Mansur.9, Padang Bulan, Medan, 20155, Sumatera Utara, Indonesia KUESIONER KAJIAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI

KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI VI KARAKTERISTIK KONSUMEN RESTORAN MIRA SARI 6.1. Karekteristik Umum Responden Konsumen yang berkunjung ke Restoran Mira Sari memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan seperti yang telah diuraikan penulis dalam pembahasan tentang hubungan persepsi konsumen atas Retail Mix dengan preferensi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK

BAB 4 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK BAB 4 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK 4.1 Analisis Uji Instrumen Penelitian (Pre-test) Pre-test dilakukan untuk menguji pertanyaan dalam bentuk pernyataan yang dijadikan sebagai

Lebih terperinci

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 NOMOR 2014 TENTANG STANDAR USAHA TAMAN REKREASI STANDAR USAHA TAMAN REKREASI I. PRODUK A. Tempat dan Ruang B. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Lalu lintas berjalan menuju suatu tempat tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan harus diparkir, sementara pengendaranya melakukan berbagai urusan,

Lebih terperinci

BAB 4 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LAYANAN JASA PERBANKAN DI KOTA BANDUNG

BAB 4 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LAYANAN JASA PERBANKAN DI KOTA BANDUNG BAB 4 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK LAYANAN JASA PERBANKAN DI KOTA BANDUNG Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi diduga akan mengakibatkan perubahan bagi layanan jasa, perubahan layanan ini diduga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Dapat dilihat hasil perhitungan pada Brand Awareness ( Kesadaran Merek ) yang dimiliki oleh pasar swalayan dengan merek Toserba Yogya memiliki persentase terbesar

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir dan Pedestrian Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) yang menyatakan bahwa parkir adalah suatu

Lebih terperinci

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) (STUDI KASUS PADA FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI JL. SOEKARNO HATTA BANDUNG) Edy Supriady Koswara 1, Roestaman, 2 Eko Walujodjati

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai Profil Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api Stasiun Rancaekek Kabupaten Bandung sebagai bab akhir dari penulisan skripsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi lokasi alternatif dalam rangka pemindahan PKL di Koridor Fly Over Cimindi dapat ditarik kesimpulan dan diberikan rekomendasi yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Pasar Sejak jaman dulu, pasar tradisional mempunyai peranan penting dalam penggerakan ekonomi rakyat. Pasar tradisional selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Sementara itu fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data, analisis dan usulan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka pada tahap akhir penelitian ini peneliti menarik beberapa kesimpulan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penyusunan konsep simbiosis mutualistik untuk penataan PKL Samanhudi erat kaitannya dengan karakter masing-masing pelaku dan konflik kepentingan serta konflik

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN (PENJUAL)

KUESIONER PENELITIAN (PENJUAL) LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN (PENJUAL) I. DATA PRIBADI 1. Nama : 2. Umur : 3. Alamat : 4. Barang yang diperdagangkan : a.sayurmayur b.buahbuahan c.. 5. Jenis penjualan : a. Grosir b. Eceran c... 6. Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I- BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya peningkatan pola kehidupan dan aktivitas manusia, kebutuhan akan sarana dan prasarana yang lebih baik semakin besar pula. Tuntutan-tuntutan akan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis-analisis mengenai karakteristik responden, karakteristik pergerakan responden,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Kepada Yth. Pelanggan Waroeng Spesial Sambal Cabang Tanjung Duren Utara Di Tempat

LAMPIRAN 1 Kepada Yth. Pelanggan Waroeng Spesial Sambal Cabang Tanjung Duren Utara Di Tempat 92 LAMPIRAN 1 Kepada Yth. Pelanggan Waroeng Spesial Sambal Cabang Tanjung Duren Utara Di Tempat Dengan Hormat, Dengan ini saya, Nama : Widya Verani Pekerjaan : Mahasiswi Universitas Esa Unggul Jakarta,

Lebih terperinci

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan Peningkatan Prasarana Transportasi Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan Pembangunan Jalan Baru Jalan bebas hambatan didalam kota Jalan lingkar luar Jalan penghubung baru (arteri) Peningkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Menurut Drs. H. M. N. Nasution, M. S. Tr. (1996) transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Pengertian Sirkulasi Sirkulasi menurut Kim W Todd mempunyai pengertian gerakan dari orangorang atau benda-benda yang diperlukan oleh orang-orang melalui

Lebih terperinci

BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR. (%) Muda: tahun 50 Usia. Tingkat Pendidikan Sedang: SMA/SMK-D1 50 Tinggi: D3-S2 41

BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR. (%) Muda: tahun 50 Usia. Tingkat Pendidikan Sedang: SMA/SMK-D1 50 Tinggi: D3-S2 41 BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR Konsumen memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku dalam proses keputusan pembelian. Karakteristik pengunjung merupakan hal yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, 130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Karakteristik Pengunjung Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung aktual, yakni pengunjung yang ditemui secara langsung di kawasan Wana Wisata curug Nangka (WWCN).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri di tempat parkir. Kebutuhan tempat parkir untuk kendaraan, baik kendaraan pribadi, angkutan

Lebih terperinci

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL LAMPIRAN XII PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN TAHUN 2015 2035 KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL 1. MS Mangrove atau

Lebih terperinci

RETRIBUSI PASAR DAN PENYEDIAAN FASILITAS UNTUK PEDAGANG PASAR DI PASAR TANJUNG JEMBER

RETRIBUSI PASAR DAN PENYEDIAAN FASILITAS UNTUK PEDAGANG PASAR DI PASAR TANJUNG JEMBER Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi, dan Ilmu Sosial 126 RETRIBUSI PASAR DAN PENYEDIAAN FASILITAS UNTUK PEDAGANG PASAR DI PASAR TANJUNG JEMBER Ida Lailatul Musyarrofah

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, dalam Salim factor, dalam Dirgantoro Setiawan, 2003 :

II. TINJAUAN PUSTAKA. penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, dalam Salim factor, dalam Dirgantoro Setiawan, 2003 : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Transportasi diartikan sebagai kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, dalam Salim 1993. Pada dasarnya karakteristik kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas responden yang membedakan antara satu responden dengan responden yang lain.. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Antrian adalah suatu proses kegiatan manusia yang memerlukan waktu, tempat dan tujuan yang bersamaan, dimana kegiatan tersebut tidak adanya keseimbangan antara

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta dahulu dikenal dengan nama Batavia yang merupakan salah satu kota kolonial di Indonesia, selanjutnya berkembang menjadi kota Metropolitan seperti saat ini.

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan 46 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Menurut Badan Pusat Statistik (2012), Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan pembangunan di Indonesia membawa banyak kemajuan disegala sektor kehidupan, baik itu bidang sosial, ekonomi, pendidikan, pertanian, teknologi dan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Atribut yang dianggap penting oleh pelanggan BSW Mart Skala peringkat untuk tingkat kepentingan suatu atribut menggunakan skala 4 titik (1,2,3,4). Rata-rata

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER

LAMPIRAN A KUISIONER 0 LAMPIRAN A KUISIONER A-1 LAMPIRAN A KUISIONER Metode penentuan sampling yang digunakan dalam kajian ini adalah menggunakan non probability sampling, dimana metode ini lebih tepat digunakan dalam kajian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN VI.1. KESIMPULAN Kegiatan pasar minggu pagi di kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada diminati oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas sebagai sarana relaksasi

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA 87 BAB IV DATA DAN ANALISA DATA 4.1 METODE PENGUMPULAN DATA Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi. IV. KEADAAN UMUM WILAYAH Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, secara makro Kabupaten Sleman terdiri dari daerah dataran rendah yang subur pada bagian selatan,

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Konsumen HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen RM Wong Solo yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penerimaan per bulan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil studi mengenai indentifkasi pengaruh pembangunan PASUPATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional menurut Kotler (2007) pasar merupakan tempat fisik dimana para pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Pasar dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan pembelian produk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan pembelian oleh pembeli tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring pertambahan jaman dan perkembangan suatu kota dengan peningkatan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengakibatkan peningkatan kebutuhan transportasi.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN IV.1. Analisa Tapak dan Lingkungan IV.1.1 Data Fisik Tapak PETA LOKASI / SITE Utara - 19 - Data fisik tapak / kondisi tapak saat ini tidak banyak berbeda dengan apa yang akan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Satuan Ruang Parkir (SRP) Satuan ruang parkir disingkat SRP adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan dalam hal ini mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA POLA PERGERAKAN BELANJA PENDUDUK WILAYAH BANDUNG TIMUR

BAB IV ANALISA POLA PERGERAKAN BELANJA PENDUDUK WILAYAH BANDUNG TIMUR BAB IV ANALISA POLA PERGERAKAN BELANJA PENDUDUK WILAYAH BANDUNG TIMUR Pada bab ini akan dianalisis pola pergerakan belanja wilayah Bandung Timur. Pola pergerakan belanja meliputi dua aspek yaitu karakteristik

Lebih terperinci