PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

Transkripsi

1 No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Kalimantan Tengah pada Maret 2017 mencapai orang (5,37 persen), berkurang orang (0,29 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 yang berjumlah orang (5,66 persen). Selama periode Maret 2016 Maret 2017 penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah orang (dari orang pada Maret 2016 menjadi orang pada Maret 2017), sementara di daerah perdesaan berkurang orang (dari orang pada Maret 2016 menjadi orang pada Maret 2017). Penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2016 sebesar 4,60 persen, turun menjadi 4,59 persen pada Maret Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan turun dari 6,23 persen pada Maret 2016 menjadi 5,81 persen pada Maret Garis Kemiskinan pada Maret 2017 yaitu sebesar Rp ,- mengalami kenaikan dari Maret 2016 yang hanya sebesar Rp ,- (naik 7,51 persen). Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2017, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 79,85 persen, menurun dibandingkan Maret 2016 yang mencapai 80,19 persen. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, gula pasir, mie instan, kue basah, bawang merah, cabe rawit, dan kopi bubuk/instan. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi. Pada periode Maret 2016 Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) turun dari 0,859 menjadi 0,848, ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) naik dari 0,196 menjadi 0,213. Angka ini menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin melebar. Jika dibandingkan antar provinsi yang ada di Pulau Kalimantan pada Maret 2017 angka kemiskinan tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 7,88 persen, sedangkan terendah di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 4,73 persen. Berita Resmi Statistik No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli

2 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2016 Maret 2017 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Tengah pada Maret 2017 mencapai orang (5,37 persen), berkurang orang (0,29 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2016 yang berjumlah orang (5,66 persen). Berdasarkan daerah tempat tinggal, selama periode Maret 2016 Maret 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah orang. Namun dari sisi persentase berkurang 0,01 persen sedangkan daerah perdesaan berkurang orang (0,42 persen). Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Kalimantan Tengah Menurut Daerah, Maret 2012 Maret 2017 Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin Tahun Kota+ Kota Desa Kota+ Desa Kota Desa Desa (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Maret ,25 7,64 6,51 Sept ,21 7,19 6,19 Maret ,30 6,75 5,93 Sept ,80 6,45 6,23 Maret ,98 6,57 6,03 Sept ,75 6,74 6,07 Maret ,86 6,50 5,94 Sept ,68 6,02 5,91 Maret ,60 6,23 5,66 Sept ,49 5,83 5,36 Maret ,59 5,81 5,37 Gambar 1. Perkembangan Kemiskinan di Kalimantan Tengah, ,51 6,19 5,93 6,23 6,03 6,07 5,94 5,91 5,66 5,36 5,37 Mar 12 Sept 12 Mar 13 Sept 13 Mar 14 Sept 14 Mar 15 Sept 15 Mar 16 Sept 16 Mar 17 Penduduk Miskin % Penduduk Miskin Berita Resmi Statistik No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli

3 2. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2016 Maret 2017 Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Jadi besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Selama Maret 2016 Maret 2017, Garis Kemiskinan naik sebesar 7,51 persen, yaitu dari Rp ,- per kapita per bulan pada Maret 2016 menjadi Rp ,- per kapita per bulan pada Maret 2017 (Tabel 2). Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi non makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2017, sumbangan GKM terhadap GK cukup besar, yaitu 79,85 persen, sedangkan GKBM hanya sebesar 20,15 persen saja. Tabel 2. Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah di Provinsi Kalimantan Tengah, Maret 2016 Maret 2017 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun Makanan Bukan Makanan Total (1) (2) (3) (4) Perkotaan Maret Maret Perubahan (%) 7,21 7, Perdesaan Maret Maret Perubahan (%) 6,85 7,23 6,92 Kota+Desa Maret Maret Perubahan (%) 7,06 9,33 7,51 Pada Maret 2017, komoditi makanan yang memberi sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan adalah beras, yaitu sebesar 21,04 persen di perkotaan dan 28,05 persen di perdesaan. Jika kita lihat secara berurutan sepuluh komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar di perkotaan terdiri dari beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, gula pasir, mie instan, kue basah, cabe rawit, bawang merah, dan kopi bubuk dan kopi instan (sachet). Sedangkan di perdesaan terdiri dari Berita Resmi Statistik No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli

4 beras, rokok kretek filter, gula pasir, daging ayam ras, telur ayam ras, mie instan, kue basah, bawang merah, cabe rawit, dan kopi bubuk dan kopi instan (sachet). Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar untuk Garis Kemiskinan adalah perumahan (8,19 persen di perkotaan dan 8,09 persen di perdesaan). Kemudian jika kita lihat secara berurutan lima komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar di perkotaan terdiri dari perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi. Sedangkan di perdesaan terdiri dari perumahan, bensin, pendidikan, listrik, dan perlengkapan mandi. Tabel 3. Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, Maret 2017 Perkotaan Perdesaan Komoditi % Komoditi % (1) (2) (3) (4) Makanan Beras 21,04 Beras 28,05 Rokok kretek filter 13,32 Rokok kretek filter 12,42 Daging ayam ras 5,27 Gula pasir 4,33 Telur ayam ras 4,40 Daging ayam ras 4,18 Gula pasir 3,40 Telur ayam ras 3,58 Mie instan 3,40 Mie instan 3,45 Kue basah 2,84 Kue basah 2,71 Cabe rawit 2,08 Bawang merah 2,38 Bawang merah 2,08 Kopi bubuk & kopi instan (sachet) 1,86 Kopi bubuk & kopi instan (sachet) 1,71 Cabe rawit 1,83 Bukan Makanan Perumahan 8,19 Perumahan 8,09 Bensin 3,49 Bensin 1,70 Listrik 2,69 Listrik 1,17 Pendidikan 1,85 Perlengkapan mandi 1,23 Perlengkapan mandi 0,89 Pendidikan 0,80 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan tentang program kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode Maret 2016 Maret 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) turun sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) mengalami kenaikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 0,859 menjadi 0,840. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) naik dari 0,196 menjadi 0,213 pada periode yang sama (Tabel 4). Hal ini Berita Resmi Statistik No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli

5 mengindikasikan bahwa secara umum rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan sementara ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin melebar. Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di Provinsi Kalimantan Tengah Menurut Daerah, Maret 2012 Maret 2017 Tahun Perkotaan Perdesaan Kota + Desa (1) (2) (3) (4) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) Maret ,572 1,286 1,047 September ,919 1,158 1,078 Maret ,631 0,982 0,864 September ,380 1,342 1,016 Maret ,795 0,724 0,748 September ,444 1,237 0,968 Maret ,729 0,968 0,886 September ,048 1,002 1,018 Maret ,539 1,034 0,859 September ,683 0,629 0,648 Maret ,784 0,872 0,840 Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Maret ,128 0,322 0,257 September ,251 0,273 0,266 Maret ,135 0,219 0,191 September ,037 0,441 0,305 Maret ,189 0,153 0,165 September ,066 0,342 0,248 Maret ,173 0,235 0,214 September ,245 0,230 0,235 Maret ,103 0,247 0,196 September ,165 0,136 0,146 Maret ,219 0,210 0,213 Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di daerah perdesaan dibandingkan perkotaan juga menunjukkan perbedaan. Pada Maret 2017, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) untuk perkotaan sebesar 0,784 lebih rendah dibanding daerah perdesaan yang mencapai Sementara nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) untuk perkotaan sebesar 0,219 lebih tinggi dibanding daerah perdesaan yang sebesar 0,210. Berita Resmi Statistik No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli

6 4. Tingkat Kemiskinan Menurut Provinsi di Pulau Kalimantan, Maret 2017 Tabel 5 menunjukkan jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi di Pulau Kalimantan pada Maret Dari tabel tersebut tampak bahwa persentase penduduk miskin tertinggi di Provinsi Kalimantan Barat sebesar 7,88 persen, sementara persentase penduduk miskin terendah di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu sebesar 4,73 persen. Dilihat dari jumlah penduduk, sebagian besar penduduk miskin berada di Provinsi Kalimantan Barat yang mencapai orang, sementara jumlah penduduk miskin terkecil berada di Provinsi Kalimantan Utara yang hanya berjumlah orang. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Pulau Kalimantan, Maret 2017 Persentase Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Miskin Provinsi Kota+ Kota+ Kota Desa Kota Desa Desa Desa (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kalimantan Barat ,88 9,28 7,88 Kalimantan Tengah ,59 5,81 5,37 Kalimantan Selatan ,46 5,73 4,73 Kalimantan Timur ,99 10,50 6,19 Kalimantan Utara ,59 10,78 7,22 5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan yaitu dengan menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi- Berita Resmi Statistik No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli

7 padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar bukan makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan adalah data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Modul Konsumsi Maret Mulai tahun 2015, pelaksanaan Susenas tidak dilakukan secara triwulanan. Jumlah sampel secara nasional sebesar rumah tangga, dimana untuk Provinsi Kalimantan Tengah sebesar rumah tangga. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan. Berita Resmi Statistik No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli