BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 56 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Dinamis Konsep Dasar Sistem Dinamis Menurut Aminullah dan Muhammadi (2001), sistem adalah keseluruhan interaksi antar unsur dari sebuah objek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja mencapai tujuan (gambar 2.1). Pengertian dari keseluruhan adalah lebih dari sekedar penjumlahan atau susunan, namun terletak pada kekuatan yang dihasilkan oleh keseluruhan dan kekuatan itu jauh lebih besar dari suatu penjumlahan atau susunan. Sedangkan model adalah representasi dari sistem sebenarnya. Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.1 Sistem

2 57 Pada sistem hidup misalnya, tubuh manusia merupakan keseluruhan interaksi dari otak, paru paru, jantung, dan pencernaan melalui jaringan syaraf, kekuatannya jauh lebih besar dibandingkan mayat manusia yang merupakan penjumlahan atau susunan otak, paru paru, jantung, dan pencernaan yang tidak interaktif. Menurut Aminullah dan Muhammadi (2001), pengertian interaksi adalah pengikat atau penghubung antar unsur yang memberi bentuk / struktur kepada objek, membedakan dengan objek lain dan mempengaruhi perilaku dari objek. Contoh interaksi pada sistem fisik adalah semen pengikat batu bata yang memberi bentuk menjadi sebuah dinding. Jenis semen dan kombinasi adukan semen untuk sebuah dinding bata tertentu akan membedakannya dengan dinding bata lain. Unsur adalah benda, baik konkrit atau abstrak yang menyusun objek sistem. Gangguan dari salah satu unsur akan mempengaruhi kerja unsur lain sehingga akan mengganggu kinerja dari sistem secara keseluruhan. Unsur yang menyusun sistem ini disebut juga bagian sistem atau sub-sistem. Contoh unsur pada sistem hidup adalah apabila terjadi gangguan fungsi unsur jantung dalam sistem tubuh manusia, menghambat aliran darah ke otak yang mengakibatkan kepala pusing dan akan mengganggu pencernaan sehingga menimbulkan rasa mual yang pada akhirnya akan mengganggu kerja tubuh secara keseluruhan. Menurut Aminullah dan Muhammadi (2001), objek merupakan sistem yang menjadi perhatian dalam batas tertentu yang ditetapkan sehingga dapat dibedakan antara suatu sistem dengan lingkungan sistem. Semua yang berada di luar batas sistem adalah lingkungan sistem. Contohnya adalah pada sistem tubuh manusia yang

3 58 sangat jelas batasnya adalah postur tubuh manusia yang hidup dalam lingkungan kelompok, sedangkan kelompok akan kabur batasnya dalam lingkungan sosial. Selanjutnya pengertian batas antara sistem dengan lingkungan sistem memberikan 2 jenis sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup adalah suatu sistem dengan batas yang dianggap tidak dapat ditembus oleh pengaruh lingkungan. Sistem tertutup hanya ada dalam anggapan (untuk analisis), karena pada kenyataannya sistem selalu berinteraksi dengan lingkungan sebagai sebuah sistem yang dapat dikatakan terbuka. Contohnya adalah pada sistem tubuh manusia yang rentan terhadap faktor di luar tubuh manusia seperti perubahan iklim yang mengakibatkan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi sakit. Pengertian tujuan adalah hasil dari suatu sistem yang teramati atau diinginkan. Hasil yang teramati merupakan hasil yang telah dicapai oleh kerja sistem yaitu keseluruhan interaksi antar unsur dalam batas lingkungan tertentu. Perumusan tujuan dari sistem akan memudahkan menarik garis batas dari sistem yang menjadi perhatian. Artinya benda, baik konkrit maupun abstrak, yang jelas menyebabkan dan/atau menyumbang langsung kepada pencapaian tujuan dapat dikategorikan sebagai unsur. Sebaliknya, benda yang mempengaruhi dan/atau menyumbang secara tidak langsung dapat dikategorikan sebagai lingkungan. Contoh pada sistem non-fisik adalah pada tujuan perusahaan yang ingin meningkatkan nilai penjualan. Untuk meningkatkan nilai penjualan diperlukan strategi pemasaran yang didukung oleh kesiapan produksi memenuhi permintaan pasar. Di sini tujuan secara tegas membatasi objek hanya pada 2 unsur, yaitu unsur pemasaran dan unsur produksi.

4 59 Di dalam berpikir secara sistemik diperlukan kesadaran untuk mengapresiasi dan memikirkan suatu kejadian sebagai sebuah sistem. Sebagai contoh, kejadian pusing kepala dalam tubuh manusia merupakan keseluruhan interaksi dari otak, paru paru, jantung, dan pencernaan melalui jaringan syaraf. Pusing kepala karena kurang aliran darah dari jantung ke otak dapat disebabkan penyempitan pembuluh darah di jantung yang dapat membawa sesak napas pada paru-paru dan pusing yang berat juga dapat disertai dengan mual yang mengganggu pencernaan. Menurut Aminullah dan Muhammadi (2001), berdasarkan adanya pemahaman tentang kejadian sistemik, ada lima langkah dalam menghasilkan bangunan pemikiran (model) yang bersifat sistemik, yaitu : 1. Identifikasi proses menghasilkan kejadian nyata Seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.2, identifikasi proses yaitu mengungkapkan pemikiran tentang proses nyata (actual transformation) yang menimbulkan kejadian nyata (actual state). Proses nyata merujuk kepada objek, bukan proses yang dirasakan maupun subjektivitas. Satu contoh pada sistem hidup, kejadian pusing kepala dalam tubuh manusia disebabkan kurangnya aliran darah dari jantung ke otak. Ini objektif, kebenarannya tidak diragukan lagi menurut ilmu kedokteran. Tetapi jika dikatakan pusing disebabkan kurang makan, maka akan jadi perdebatan karena orang yang melakukan puasa tidak pernah pusing. Jadi, pemikiran bahwa pusing karena kurang makan itu subjektif pada kasus tertentu dan bukan suatu pengetahuan yang diakui umum kebenarannya.

5 60 Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.2 Identifikasi Proses Menghasilkan Kejadian Nyata 2. Identifikasi kejadian yang diinginkan Dalam identifikasi kejadian yang diinginkan atau yang dituju (desired state) merujuk kepada waktu mendatang (visi). Agar visi tidak dianggap mimpi, ada kriteria yaitu visi harus layak (feasible) dan dapat diterima (acceptable). Layak artinya dapat diantisipasi menjadi kenyataan, sedangkan dapat diterima artinya dapat diantisipasi tidak akan menimbulkan pertentangan (dapat dilihat pada gambar 2.3). Sebagai contoh, tujuan dinding bata sebuah rumah adalah untuk memberikan batas wilayah rumah. Ini adalah benar menurut konsep ilmu teknik sipil. Jika keinginan tersebut di luar kelayakan yaitu memberikan perlindungan terhadap gangguan pencurian akan menjadi kurang layak, karena perlindungan terhadap pencurian tidak selalu ditentukan oleh dinding rumah.

6 61 Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.3 Identifikasi Kejadian Diinginkan 3. Identifikasi kesenjangan antara kenyataan dengan keinginan Langkah ketiga adalah memikirkan tingkat kesenjangan antara kejadian aktual dengan seharusnya (Dapat dilihat pada gambar 2.4). Kesenjangan tersebut adalah masalah yang harus dipecahkan atau dalam bahasa manajemen merupakan tugas (misi) yang harus diselesaikan. Perumusan masalah ini secara konkrit, artinya bisa dinyatakan dalam ukuran kuantitatif atau kualitatif. Misalnya seorang olahragawan ingin mengangkat beban 250 kg dari kondisi sekarang 150 kg. Antara kekuatan nyata dengan kekuatan yang diinginkan terdapat kesenjangan 100 kg yang harus diatasi.

7 62 Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.4 Identifikasi Kesenjangan antara Kenyataan dengan Keinginan 4. Identifikasi dinamika menutup kesenjangan Pada tahap keempat, identifikasi mekanisme tentang dinamika variabelvariabel untuk mengisi kesenjangan antara kejadian nyata dengan kejadian yang diinginkan (dapat dilihat pada gambar 2.5). Dinamika tersebut adalah aliran informasi tentang keputusan-keputusan yang telah bekerja dalam sistem. Keputusan-keputusan tersebut pemikiran yang dihasilkan melalui proses pembelajaran (learning), yang dapat bersifat reaktif maupun kreatif. Sebagai contoh dikaitkan pada contoh di langkah ketiga, untuk mewujudkan keputusan olahragawan tersebut ada tiga kemungkinan bentuk pelaksanaannya, yaitu latihan olahraga sendiri, latihan disertai lawan tanding, dan penyusunan latihan dengan lawan tanding yang semakin kuat serta lomba dengan lawan-lawan nyata yang semakin tangguh. Dalam sistem dinamis, proses perumusan suatu mekanisme pada dasarnya adalah penyederhanaan kerumitan untuk menciptakan sebuah

8 63 konsep model. Ada 2 jenis kerumitan yang perlu disederhanakan, yaitu kerumitan rinci (detail complexity) dan kerumitan perubahan (dynamic complexity). Kerumitan rinci menyangkut ciri dan cara bekerja unsurunsur yang terlibat dalam sistem yang diamati dalam mengisi kesenjangan. Kerumitan perubahan menyangkut proses dan kecepatan / kelambatan waktu yang diperlukan sistem dalam mengisi kesenjangan. Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.5 Identifikasi Mekanisme Menutup Kesenjangan 5. Analisis Kebijakan Langkah kelima adalah analisis kebijakan, yaitu menyusun alternatif tindakan atau keputusan yang akan diambil untuk mempengaruhi proses nyata sebuah sistem dalam menciptakan kejadian nyata (dapat dilihat pada gambar 2.6). Keputusan tersebut dimaksudkan untuk mencapai kejadian yang diinginkan. Alternatif tersebut dapat satu atau kombinasi intervensi baik yang bersifat struktural atau fungsional. Struktural artinya

9 64 mempengaruhi mekanisme interaksi pada sistem, sedangkan intervensi fungsional artinya mempengaruhi fungsi unsur dalam sistem. Misalnya dikaitkan pada contoh yang sama, olahragawan tersebut memilih salah satu jalan yaitu latihan olahraga sendiri. Untuk mempercepat daya angkat olahragawan tersebut perlu merancang keputusan / tindakan intervensi dalam mendukung latihan olahraga sendiri. Bentuk-bentuk intervensi fungsional, misalnya diperlukan penyempurnaan ciri unsur tempat latihan, sarana latihan, program latihan. Disamping itu diperlukan rancangan ulang pengaturan cara dan waktu sesuai dengan tempat, saran dan program latihan. Alternatif intervensi struktural yang mengubah mekanisme dalam sistem, misalnya lomba langsung dengan lawan nyata, tanpa melalui persiapan dengan lawan tanding. Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.6 Analisis Kebijakan

10 Diagram Simpal Kausal Menurut Aminullah dan Muhammadi (2001), diagram simpal kausal adalah pengungkapan tentang kejadian hubungan sebab-akibat ke dalam bahasa gambar tertentu. Bahasa tersebut adalah panah yang saling mengait, di mana hulu panah mengungkapkan sebab dan ujung panah mengungkapkan akibat. Keduanya, baik unsur sebab maupun akibat, atau salah satu diantaranya harus merujuk keadaan yang terukur, baik secara kualitatif untuk keadaan dirasakan (perceived) maupun secara kuantitatif untuk keadaan nyata (actual). Harus diingat logikanya adalah proses (rate) sebagai sebab yang menghasilkan keadaan (level) sebagai akibat, ataupun sebaliknya. Setelah dapat dipahami mana unsur yang menjadi sebab dan akibat, selanjutnya dapat diketahui jika hubungan tersebut searah, maka tanda panah adalah positif (+), dan jika hubungan tersebut berlawanan arah, maka tanda panah adalah negatif (-). Simpal yang bersifat positif mempunyai perilaku percepatan atau perlambatan. Sebaliknya, simpal negatif mempunyai perilaku menuju sasaran atas limit. Ada dua jenis sasaran, yaitu sasaran menuju eksplisit (>0) dan sasaran menuju implisit (mendekati nol). + + Lahir (+) Penduduk (-) Mati + - Gambar 2.7 Contoh Simpal Berhubungan

11 66 Seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.7 di atas, ada sebuah simpal positif yaitu hubungan antara kelahiran dengan penduduk, dimana semakin banyak kelahiran bayi, semakin bertambah jumlah penduduk, di lain pihak semakin banyak jumlah penduduk, semakin banyak kelahiran bayi. Sebaliknya juga ada simpal negatif yaitu hubungan antara kematian dengan penduduk, dimana semakin banyak kematian bayi, semakin berkurang jumlah penduduk. Di lain pihak, semakin banyak jumlah penduduk semakin banyak kematian bayi Perilaku Dinamis dan Pola Pasar Gabungan simpal-simpal umpan balik menjelaskan kompleksitas. Semakin banyak simpal menggambar semakin banyak variabel (unsur) dan parameter (waktu) yang berarti semakin rinci dan dinamis. Kompleksitas rinci dan dinamis ini dapat disederhanakan ke dalam 4 tipe, yaitu : non-linieritas, pembelajaran, emergensi, dan ko-evolusi (Aminullah dan Muhammadi, 2001). 1. Non-linieritas Non-linieritas adalah perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas proses pengubahan yang tidak berbanding lurus (dapat dilihat pada gambar 2.8). Misalnya apabila masukan 1 unit, setelah diproses tidak selalu menghasilkan keluaran tiga unit, tetapi kadang dihasilkan lima unit (pada keadaan tumbuh cepat) dan juga bisa nol pada keadaan tunak. Di sini non-linieritas merupakan kombinasi dari simpal positif dan simpal negatif, dimana simpal negatif mengalami waktu tunda sehingga pada

12 67 awalnya simpal positif bekerja (keadaan tumbuh cepat, kemudian setelah mengalami penundaan) maka simpal negatif yang dominan yaitu menuju keadaan tunak. Bentuk lain dari non-linieritas adalah random, yaitu penyederhanaan dari kompleksitas pengubahan yang tidak berpola, terutama dilihat dalam jangka pendek. Kejadian random karena ada tarikan yang tidak menentu dari faktor lingkungan terhadap variabel. Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.8 Non-linieritas 2. Pembelajaran Pembelajaran adalah perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas kemampuan sistem untuk menciptakan keluaran berdasarkan proses sebelumnya. Proses tersebut adalah respon suatu unsur terhadap unsur lainnya atau terhadap lingkungan. Misalnya dalam organisasi, butir-butir keberhasilan masa lampau adalah kekuatan yang perlu ditingkatkan untuk masa datang. Proses adaptasi penguatan terhadap masa lampau, untuk masa datang tersebut adalah sebuah simpal positif. Hasil proses adaptasi

13 68 melalui penciptaan simpal positif ini dapat melebihi hasil pengalaman sebelumnya, yang berarti ada proses pembelajaran menciptakan pengalaman baru untuk adaptasi berikutnya (gambar 2.9). Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.9 Pembelajaran (umpan balik positif) 3. Emergensi Emergensi adalah perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas pemunculan realitas baru yang tidak terduga dalam sistem. Realitas baru tersebut adalah hasil interaksi di dalam unsur atau menjadi realitas unsur yang dapat mempengaruhi sistem dan tidak selalu mengendalikan sistem. Proses pemunculan ide baru tersebut adalah suatu proses pembelajaran atau sebuah simpal positif. Hasil proses pembelajaran ini dikendalikan atau dibatasi oleh unsur lain sehingga membentuk simpal negatif (dapat dilihat pada gambar 2.10).

14 69 Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.10 Emergensi (umpan balik negatif) 4. Ko-evolusi Ko-evolusi adalah perilaku hasil penyederhanaan dari kompleksitas perilaku mikro dapat mempengaruhi perilaku makro (biasanya memerlukan waktu tunda). Setelah mencapai puncak, proses tersebut menuju keadaan tunak, tetapi terus bergerak untuk mencapai puncak yang lebih tinggi, sebagai hasil interaksi makro antar unsur dalam sistem. Contohnya adalah persaingan bisnis (dapat dilihat pada gambar 2.11). Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.11 Ko-evolusi (umpan balik negatif berkelanjutan)

15 70 Dari hasil pengkajian oleh pakar empiris terhadap puluhan bahkan ratusan kasus perilaku dinamis, dewasa ini telah dapat diidentifikasi beberapa pola dasar perilaku dinamis hasil penyederhanaan kompleksitas dinamis, antara lain : 1. Pola Tindakan Koreksi dengan Penundaan Dalam sistem ini terdapat empat unsur, yaitu: kejadian aktual, kejadian diinginkan, kesenjangan, dan tindakan koreksi. Perbedaan antara kejadian aktual dengan diinginkan adalah kesenjangan. Untuk memecahkan masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Tetapi di sini tindakan koreksi itu mengalami penundaan waktu, artinya tindakan koreksi tidak langsung menghasilkan perbaikan kejadian aktual, akibatnya masalah akan meningkat, yang berakibat tindakan koreksi kedua lebih besar dari pada pertama. Efek tindakan-tindakan koreksi kedua yang besar itu, akan menurunkan maslah berikutnya, yang berakibat tindakan koreksi ketiga menurun. Demikian seterusnya, sehingga perilaku kejadian aktual akan turun naik atau berisolasi (dapat dilihat pada gambar 2.12). Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.12 Pola Koreksi dengan Penundaan

16 71 2. Pola Sasaran yang Berubah Sistem ini mirip dengan sistem tindakan koreksi dengan penundaan. Sasaran yang berubah adalah suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara unjuk kerja yang ditargetkan dengan yang dicapai, yang selanjutnya dilakukan tindakan perbaikan untuk meningkatkan atau menurunkan sasaran. Dalam sistem ini juga terdapat unsur, yaitu: kejadian aktual, kejadian diinginkan, kesenjangan, dan tindakan koreksi. Perbedaan antara kejadian aktual dengan diinginkan adalah kesenjangan. Untuk memecahkan masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Tindakan koreksi tidak dijamin selalu berhasil dan pengaruhnya baru nyata dirasakan setelah beberapa waktu sehingga diperlukan kesabaran. Di samping itu, untuk memecahkan masalah juga dilakukan pergeseran kejadian yang diinginkan atau tujuan (dapat dilihat pada gambar 2.13). Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.13 Pola Sasaran yang Berubah

17 72 3. Pola Batas Keberhasilan Dalam sistem ini terdapat empat unsur, yaitu: kejadian aktual, kejadian diinginkan, kesenjangan, dan tindakan koreksi. Perbedaan antara kejadian aktual dengan diinginkan adalah kesenjangan. Untuk memecahkan masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Pada suatu sistem yang menggambarkan situasi batas keberhasilan, kegiatan pertumbuhan pada awalnya membawa keberhasilan yang semakin meningkat. Namun, dengan berjalannya waktu keberhasilan itu sendiri menyebabkan sistem mencapai batas sehingga tingkat pertumbuhannya mulai diperlambat. Di sini keberhasilan memicu munculnya mekanisme pembatasan, kemudian menyebabkan keberhasilan itu menurun. Kecenderungan yang ditunjukkan akan ditentukan oleh kegiatan pertumbuhan awal (dapat dilihat pada gambar 2.14). Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.14 Pola Batas Keberhasilan

18 73 4. Pola Kesulitan Bersama Kesulitan bersama adalah suatu kejadian yang melibatkan 2 pihak atau lebih yang bersama-sama menggunakan sumber daya terbatas dan mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya yang berakhir dengan kesulitan bersama (dapat dilihat pada gambar 2.15). Dalam sistem ini terdapat 2 komponen, dimana masing-masing komponen memiliki pola batas pertumbuhan yang memiliki 4 unsur, yaitu: kejadian aktual, kejadian diinginkan, kesenjangan, dan tindakan koreksi. Kedua komponen diikat oleh kejadian yang sama diinginkan, jadi terjadi perlombaan menuju tujuan yang sama. Pada tahap awal masalah dan tindakan koreksi adalah besar, makin lama makin kecil menuju nol, sehingga unjuk kerja masingmasing komponen juga mulanya besar, selanjutnya mengecil kemudian nol dan bahkan dapat menjadi minus. Keadaan yang menunjukkan penurunan hasil setelah perebutan ini disebut sebagai tragedi. Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.15 Pola Kesulitan Bersama

19 74 5. Pola Kemajuan dan Kekurangan Modal Kemajuan dan kekurangan modal adalah keadaan ketidakseimbangan antara peningkatan kebutuhan dengan kapasitas pertambahan modal untuk memenuhi kebutuhan (dapat dilihat pada gambar 2.16). Dalam situasi kemajuan dan kekurangan modal, akan terjadi pertumbuhan yang mendekati batas yang dapat dieliminasi atau ditunda bila dibuat kapasitas penanaman modal yang memadai. Sebagai hasil dari kebijakan atau perlambatan dalam sistem, permintaan yang menurun akan membatasi pertumbuhan lebih lanjut. Dalam sistem ini terdapat empat unsur yaitu: kejadian aktual, kejadian diinginkan, kesenjangan, dan tindakan koreksi. Pada unsur kejadian diinginkan (perencanaan modal) dikembangkan menjadi sub-komponen tersendiri berdasarkan masalah yang telah terjadi. Di samping itu, sub-komponen ini juga memiliki pola batas pertumbuhan, sehingga mengakibatkan pertumbuhan komponen tidak diikuti oleh pertumbuhan sub-komponen (kekurangan modal). Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.16 Pola Kemajuan dan Kekurangan Modal

20 75 6. Pola Pemindahan Beban Pola ini adalah kombinasi dua pola tindakan koreksi. Pemindahan beban adalah tindakan pemecahan gejala masalah secara cepat yang tanpa disadari akan menimbulkan efek samping yang justru akan memperburuk gejala masalah tersebut (dapat dilihat pada gambar 2.17). Dalam sistem ini terdapat lima unsur, yaitu: kejadian aktual, kejadian diinginkan, kesenjangan, dan dua unsur tindakan koreksi. Perbedaan antara kejadian aktual dengan diinginkan adalah kesenjangan. Untuk memecahkan masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Tetapi di sini tindakan koreksi yang pertama bersifat langsung, dan sebaliknya tindakan koreksi kedua mengalami penundaan. Di samping itu, tindakan koreksi pertama akan menjadi beban berkepanjangan. Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.17 Pola Pemindahan Beban

21 76 7. Pola Perbaikan yang Gagal Pola ini adalah kombinasi dua pola tindakan koreksi. Perbaikan yang gagal adalah suatu tindakan perbaikan cepat pada suatu gejala yang tanpa disadari akan menimbulkan akibat lain yang akan memperburuk gejala tersebut. Dalam sistem ini terdapat lima unsur, yaitu: kejadian aktual, kejadian diinginkan, masalah, tindakan koreksi dan dampak. Perbedaan antara kejadian aktual dengan diinginkan adalah masalah. Untuk memecahkan masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Tetapi di sini tindakan koreksi adalah gagal memecahkan masalah, yang bahkan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan, sehingga menambah masalah. Dengan demikian, semakin besar upaya tindakan koreksi semakin besar pula dampak yang ditimbulkan dan semakin bertambah masalah (dapat dilihat pada gambar 2.18). Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.18 Pola Perbaikan yang Gagal

22 77 8. Pola Eskalasi/Percepatan Pola ini adalah kombinasi 2 pola tindakan koreksi. Eskalasi adalah 2 pihak terlibat dalam suatu persaingan untuk saling mengungguli satu sama lain. Situasi ini menggambarkan keadaan dimana 2 pihak atau lebih terlibat dalam situasi dimana masing-masing pihak saling bereaksi terhadap tindakan pihak lain (gambar 2.19). Dalam sistem ini terdapat 4 unsur, yaitu: kejadian aktual, kesenjangan, dan 2 unsur tindakan koreksi. Di sini kejadian aktual pertama menjadi kejadian diinginkan pertama, sebaliknya kejadian aktual kedua menjadi kejadian diinginkan pertama. Perbedaan antara kejadian aktual dengan diinginkan adalah masalah. Untuk memecahkan masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Dengan demikian, tindakan koreksi yang pertama dipengaruhi oleh kejadian aktual yang pertama, sehingga terjadi peningkatan persaingan. Persaingan itu dapat berhenti jika terjadi kelambatan respon antar satu dengan yang lain. Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.19 Pola Eskalasi/Percepatan

23 78 9. Pola Menang bagi yang Berhasil Menang bagi yang berhasil adalah karena kecendrungan untuk lebih banyak menempatkan sumber daya daripada pihak lain untuk terus meningkatkan suksesnya (gambar 2.20). Dalam sistem ini terdapat 4 unsur, yaitu: kejadian aktual, kejadian diinginkan, kesenjangan, dan 2 tindakan koreksi. Di sini terjadi penggabungan sumber daya dalam satu wadah yang berasal dari kejadian aktual masing-masing komponen. Hasil penggabungan sumber daya ini dapat mengalami efek pelipatan dan merupakan sasaran bersama dari masing-masing komponen. Perbedaan antara kenyataan dengan sasaran adalah masalah. Untuk memecahkan masalah itu diperlukan tindakan koreksi. Dalam hal ini, fraksi masalah bagi masing-masing komponen adalah ditentukan oleh pangsa sumber daya masing-masing. Semakin besar pangsa makin besar hasil. Tetapi, komponen yang pangsanya kecil dapat menang jika berhasil menggarap sasaran bersama sebanyak mungkin. Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.20 Pola Menang bagi yang Berhasil

24 Simulasi dan Perilaku Model Simulasi adalah peniruan perilaku suatu gejala atau proses. Simulasi bertujuan untuk memahami gejala atau proses tersebut, membuat analisis dan peramalan perilaku gejala atau proses tersebut di masa depan (Muhammadi dan Soesilo, 2001). Simulasi dilakukan melalui tahap-tahap seperti berikut : 1. Penyusunan konsep Tahap pertama simulasi adalah penyusunan konsep. Gejala atau proses yang akan ditirukan perlu dipahami, antara lain dengan jalan menentukan unsur-unsur yang berperan dalam gejala atau proses tersebut. Unsur-unsur tersebut saling berinteraksi, saling berhubungan dan saling berketergantungan. Unsur-unsur tersebut bersatu dalam melakukan suatu kegiatan. Dari unsur-unsur dan keterkaitannya, dapat disusun gagasan atau konsep mengenai gejala atau proses yang akan disimulasikan. 2. Pembuatan model Gagasan tersebut selanjutnya dirumuskan sebagai model yang berbentuk uraian, gambar, atau rumus. Model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Model dapat dikelompokkan menjadi model kuantitatif, kualitatif dan model ikonik. Model kuantitatif adalah model yang berbentuk rumus-rumus matematik, statistik, atau computer. Model kualitatif adalah model yang berbentuk gambar, diagram, atau matriks, yang menyatakan hubungan antar unsur. Model ikonik adalah

25 80 model yang mempunyai bentuk fisik sama dengan barang yang ditirukan, meskipun skalanya dapat diperbesar atau diperkecil. Dengan model ikonik dapat diadakan percobaan untuk mengetahui gejala proses yang ditirukan. 3. Simulasi Selanjutnya, simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan model yang telah dibuat. Dalam model kuantitatif, simulasi dilakukan dengan memasukkan data ke dalam model, di mana perhitungan dilakukan untuk mengetahui perilaku gejala atau proses. Dalam model kualitatif, simulasi dilakukan dengan menelusuri dan mengadakan analisis hubungan sebab akibat antar unsur dengan memasukkan data atau informasi yang dikumpulkan untuk mengetahui perilaku gejala atau proses. Dalam model ikonik, simulasi dilakukan dengan mengadakan percobaan secara fisik dengan menggunakan model tersebut untuk mengetahui perilaku model dalam kondisi yang berbeda. Perilaku model itu dianggap menirukan gejala atau proses yang diamati. 4. Validasi hasil simulasi Akhirnya, dilakukan validasi untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model dapat dinyatakan baik apabila kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang ditirukan kecil.

26 81 Hasil simulasi tersebut selanjutnya digunakan untuk memahami perilaku gejala atau proses serta mengetahui kecenderungannya di masa mendatang. Struktur internal masalah dapat dipahami secara lebih rinci dengan memahami perilaku dan kecenderungannya. Pemahaman ini berguna untuk memperoleh solusi terbaik mengenai masalah yang dihadapi dalam manajemen dan memperkirakan kecenderungan keadaan di masa mendatang. Tahap-tahap simulasi dapat dilihat pada gambar Gejala Proses Validasi Penyusunan Konsep Simulasi Pembuatan Model Model Sumber : Analisis Sistem Dinamis, 2001 Gambar 2.21 Tahap tahap Simulasi Model

27 Struktur Umpan Balik Bagian ini akan menguraikan berbagai jenis struktur umpan balik, yaitu : 1. Struktur Umpan Balik Positif Memiliki ciri utama hubungan kausal yang saling memperbesar nilai-nilai variabelnya. Hubungan variabel mengumpan balik terhadap dirinya sendiri secara berkesinambungan untuk memperkuat pertumbuhan / akselerasi (positive growth) pada dirinya sendiri ataupun penghancuran / degradasi (negative growth) sebuah proses pertumbuhan. Struktur umpan balik positif bertipe pertumbuhan, mengandung 2 variabel utama, yaitu level (keadaan) dan rate (laju). Nilai pertumbuhan pada level per satuan waktu ditentukan oleh nilai rate Seperti yang ditunjukkan gambar 2.22, besarnya nilai rate ditentukan oleh level. Selanjutnya nilai rate ini akan menentukan nilai level pada periode selanjutnya, dengan demikian peningkatan rate akan menyebabkan peningkatan level dan juga sebaliknya. Hal ini akan berlangsung terus menerus. + Rate Level + Gambar 2.22 Struktur Umpan Balik Positif Akselerasi

28 83 Struktur umpan balik positif bertipe degradasi terdiri dari 4 unsur pokok yaitu tujuan (goal), keadaan awal (level), selisih antara goal dan level, dan rate. Contoh kasusnya adalah dinamika pengurasan sumber daya alam (SDA) yang tidak dapat diperbaharui. Seperti dapat dilihat pada gambar 2.23, pengambilan persediaan SDA yang tidak disertai perbaikan lingkungan akan mengakibatkan kerusakan lahan dan semakin lama maka persediaan SDA akan menipis. + Pengurasan SDA Tak Terbaharukan SDA Tak Terbaharukan Terkuras + - Persediaan SDA Tak Terbaharukan Gambar 2.23 Struktur Umpan Balik Positif Degradasi 2. Struktur Umpan Balik Negatif Struktur umpan balik negatif adalah hubungan yang menghasilkan pertumbuhan untuk mencapai tujuan, yang digambarkan dalam pola peningkatan mencapai maksimum atau penurunan sampai mendekati nol. Unjuk kerja sistem meliputi penyesuaian (adaptation) dan keseimbangan (equilibrium), artinya sistem bersifat dinamis, berubah terhadap waktu, dan dalam perubahan tersebut sistem menyesuaikan diri mencapai tujuan

29 84 dan kemantapan (keadaan dimana sistem tidak berubah dari keadaan itu). Seperti dapat dilihat pada gambar 2.24, ada 4 unsur, yaitu tujuan, keadaan awal, selisih antara tujuan dan keadaan awal, dan aksi. Kerja dari 4 unsur ini adalah : Perbedaan antara level dengan goal menghasilkan selisih. Selisih mendorong pengambilan keputusan untuk mengoreksi diskrepansi. Informasi keputusan untuk mengurangi diskrepansi diteruskan kepada rate dan rate melakukan aksi untuk memperbaiki level menuju goal. Aksi Keadaan Awal Diskrepansi Tujuan Gambar 2.24 Struktur Umpan Balik Negatif 3. Struktur Umpan Balik Osilasi Model berstruktur osilasi merupakan model dengan struktur umpan balik negative yang mengandung fungsi kelambatan respon yang panjang. Di samping itu, struktur ini juga menggambarkan keadaan dimana terdapat saling ketergantungan antara kedua pihak disertai faktor kelambatan (delay time).

30 Validitas Model Menurut Aminullah (2001), validitas adalah salah satu kriteria penilaian keobjektivan dari suatu pekerjaan ilmiah. Objektif ditunjukkan dengan sejauh mana model dapat menirukan fakta. Fakta adalah kejadian yang teramati. Keserupaan (tidak berarti harus sama) model dengan dunia nyata ditunjukkan dengan sejauh mana data simulasi dan hasil simulasi dapat menirukan data statistik dan informasi aktual. Teknik validasi dalam metode berpikir sistem adalah validasi struktur model, yaitu sejauh mana keserupaan struktur model mendekati struktur nyata. Dalam uji validitas, terdapat 2 uji validitas yaitu : 1. Uji Validitas Terstruktur Ada 2 jenis validitas struktur yaitu : Validitas Konstruksi Keyakinan terhadap konstruksi model valid secara ilmiah atau diterima secara akademis. Validasi konstruksi terdiri dari 2 jenis yaitu validasi konstruksi melalui teori dan melalui kritik teori. Melalui teori berarti generalisasi struktur nyata yang ditunjukkan dengan sejauh mana model yang diciptakan sesuai dengan aturan berpikir logis, harus didukung dengan argumentasi teori ilmiah. Di lain pihak, meskipun model teoritis sudah didukung oleh teori dan konsep yang relevan, namun tidak dengan sendiri menjadi model valid menurut kritik teori. Dinamika sistem nyata menyebabkan teori berubah dan berkembang

31 86 sehingga ada kemungkinan teori yang dipakai kurang relevan. Oleh karena itu, dalam membangun model diperlukan kreativitas. Kestabilan Struktur Keberlakuan atau kekuatan struktur dalam dimensi waktu dengan cara menguji model terhadap perlakuan agregasi unsur dan disagregasi sistem. Keduanya, baik model agregat yang umum maupun disagregat yang rinci, apabila disimulasikan harus menghasilkan perilaku yang serupa. Jika hasil simulasi mengakibatkan hasil yang tidak logis maka berarti ada kesalahan di dalam model dan harus diperbaiki. 2. Uji Validitas Kinerja / Output Model Validitas kinerja adalah aspek pelengkap dalam metode berpikir sistem. Tujuannya adalah memperoleh keyakinan sejauh mana kinerja model sesuai dengan kinerja sistem nyata sehingga memenuhi syarat sebagai model ilmiah. Caranya adalah validasi kinerja model dengan data empiris untuk melihat sejauh mana perilaku output model sesuai dengan perilaku data empirik. Prosedurnya terdiri dari 2 langkah, yaitu mengeluarkan output simulasi, kemudian dibandingkan dengan pola perilaku data empiris dan melakukan uji statistik untuk melihat penyimpangan antara output simulasi dengan data aktual.

32 Analisis Kebijakan Menurut Aminullah (2001), analisis kebijakan adalah pekerjaan intelektual memilah dan mengelompokkan tindakan untuk memperoleh pengetahuan tentang cara-cara yang strategis dalam mempengaruhi sistem mencapai tujuan yang diinginkan. Jadi, penguasaan terhadap metodologi sistem tertentu menunjukkan suatu kemampuan analisis kebijakan dengan metode tertentu. Dewasa ini, metodologi sistem dikelompokkan ke dalam 2 tipe, yaitu metode sistem keras untuk analisa sistem diskrit dan metode sistem lunak untuk analisa sistem kontinu. Pada kenyataannya, dunia konkrit dan abstrak adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan maka sistem yang ideal adalah yang dapat menangani 2 kategori ini secara berimbang. Salah satu sistem tersebut adalah metode sistem dinamis. Salah satu aspek penting dalam proses analisis kebijakan dengan metode sistem dinamis adalah simulasi model. Dengan menirukan perilaku sistem nyata tersebut maka proses analisis akan lebih cepat, menyeluruh, hemat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Aminullah (2001), ada 2 tahap simulasi model untuk analisis kebijakan, yaitu : 1. Pengembangan kebijakan alternatif Pengembangan kebijakan alternatif adalah suatu proses berpikir kreatif yaitu menciptakan ide-ide baru tentang tindakan yang diperlukan dalam rangka mempengaruhi sistem mencapai tujuan. Ada 2 teknik untuk pengembangan ide kebijakan baru, yaitu :

33 88 Model Tetap Urutkan semua parameter dalam model dan sensitivitasnya. Pisahkan parameter yang memiliki sensitivitas tinggi. Lakukan uji sensitivitas untuk memperoleh parameter yang terpilih sehingga diperoleh berbagai macam kombinasi parameter. Tafsirkan kombinasi parameter ini ke dalam pernyataan kebijakan dalam dunia nyata dan kategorikan dalam kelompok kebijakan lama dan baru. Lama artinya kebijakan tersebut sudah pernah diterapkan. Baru artinya kebijakan tersebut sama sekali baru dan belum pernah diterapkan. Model diubah Perubahan model dapat dilakukan dengan 2 jalan yaitu perubahan unsur dan/atau mekanisme dalam model yang berorientasi pada pemecahan masalah dan perubahan struktur dasar dari model yang berorientasi pada penciptaan sistem yang bernilai lebih. Perubahan dengan menambah atau mengurangi unsur dan mekanisme dalam model dilakukan secara kreatif. Caranya adalah : Memotong mekanisme permasalahan tersebut Memintas mekanisme permasalahan tersebut Menambah unsur baru dengan mekanisme baru

34 89 Perubahan struktur dasar dari model dilakukan secara kontemplatif dengan cara mengungkapkan sejauh mana kinerja sistem yang berlaku masih cocok dengan lingkungan sistem. 2. Analisis kebijakan alternatif Analisis kebijakan pada dasarnya adalah menemukan langkah strategis untuk mempengaruhi sistem. Dalam rangka mempengaruhi sistem tersebut ada 2 pilihan, yaitu sistemnya tetap atau berubah. Jika sistemnya tetap maka analisis terhadap langkah-langkah yang diambil menghasilkan alternatif langkah yang mempengaruhi fungsi dari unsur sistem atau disebut kebijakan fungsional. Apabila sistem diubah maka analisis terhadap langkah-langkah yang diambil menghasilkan alternatif langkah yang menciptakan variasi struktur sistem yang berbeda dengan sistem semula atau atau disebut juga kebijakan perubahan struktural Fungsi-Fungsi Penting Simulasi Software yang digunakan pada penelitian ini adalah powersim constructor, karena itu pada bagian ini akan dibahas fungsi-fungsi penting yang banyak digunakan dalam software ini, antara lain : 1. Fungsi IF Fungsi IF menggambarkan suatu kondisi dan digunakan untuk banyak kepentingan, antara lain untuk menguji variabel-variabel lain. Fungsi ini

35 90 juga sering digabungkan dengan fungsi yang lain, misalnya PULSEIF, PAUSEIF, STOPIF, dan lain-lain. Cara penulisan fungsi IF pada software powersim adalah : Aux IF = IF (Condition, Value1, Value2) Condition = suatu logical value (true or false) Value1 Value2 = angka sembarang (computational parameter) = angka sembarang (computational parameter) 2. Fungsi GRAPH Fungsi GRAPH banyak digunakan bila data berupa tabel atau data menunjukkan hubungan yang non-linier. Cara penulisan fungsi GRAPH pada software powersim adalah : Aux GRAPH = GRAPH (X, X 1, dx, Y(N)) X = variabel bebas (nilai bebas, merupakan sumbu-x, disebut juga INPUT). X 1 dx = nilai pertama dari X (variabel bebas). = pertambahan nilai dari X. Nilainya selalu positif. Y(N) = vektor (sumbu-y, disebut pula OUTPUT). Selain itu, fungsi GRAPH sangat berguna jika kita tidak mengetahui rumus matematik dari suatu fungsi, atau jika kita menggunakan data statistik atau empiris untuk memperlihatkan hubungan antara 2 variabel.

36 91 3. Fungsi DELAY Dalam sistem yang riil, sering terjadi delay misalnya dalam pengambilan keputusan dalam hal transportasi, informasi, dan lain-lain. Secara umum fungsi DELAY dalam software powersim dibagi menjadi 3, yaitu : Delay Material (DELAYMTR) Delay Informasi (DELAYINF) Delay Pipeline (DELAYPPL) Contoh penulisan fungsi DELAY untuk mendefinisikan suatu output : Aux OUTPUT = DELAYMTR (INPUT, DELAY_TIME, 1, INITIAL) 4. Fungsi STEP Misalkan kita menabung Rp ,- secara kontinu setiap bulan dimulai pada Januari Kemudian mulai April 2009, kita menambah tabungan dengan Rp ,- untuk seterusnya, maka penambahan Rp ,- tersebut dapat dikatakan sebagai fungsi STEP. Definisi tabungan sebelum menggunakan fungsi STEP : Const TABUNGAN = Setelah menggunakan fungsi STEP : Aux TABUNGAN = STEP ( , 4) Angka menunjukkan besarnya nilai STEP, sedangkan angka 4 menyatakan kapan STEP itu dimulasi (4 berarti bulan ke-4, April).

37 92 5. Fungsi PULSE Fungsi ini sebenarnya sama dengan fungsi STEP, perbedaannya adalah penambahan nilai dilakukan secara periodik. Ambil contoh tabungan pada fungsi STEP, penambahan Rp ,- dilakukan setiap 3 bulan sekali mulai bulan April Hal ini berarti penambahan Rp ,- dilakukan pada bulan April 2009, Juli 2009, Oktober 2009, dan seterusnya. Cara penulisan fungsi PULSE pada software powersim yaitu : Aux TABUNGAN = PULSE ( , 4, 3) Angka menunjukkan harga dari pulse itu sendiri, angka 4 pertama menunjukkan waktu pertama pulse diberikan dan angka 3 adalah interval, yaitu waktu antara pemberian pulse pertama dengan pemberian pulse selanjutnya. 6. Fungsi TIMECYCLE Fungsi TIMECYCLE digunakan untuk menguji siklus waktu atau interval waktu. Cara penulisan fungsi TIMECYCLE pada software powersim : Aux TIMECYCLE = TIMECYCLE (First, Interval) First Interval = waktu pertama untuk pengecekan. = waktu di antara pengecekan yang satu ke pengecekan berikutnya.

38 Pareto Chart Menurut Turner, dkk (2000), pareto chart adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Pada dasarnya pareto chart digunakan untuk : 1. Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah dan penyebab masalah yang ada. 2. Memfokuskan perhatian pada masalah-masalah penting melalui pembuatan ranking terhadap masalah atau penyebab dari masalah tersebut. Langkah langkah pembuatan pareto chart adalah sebagai berikut : 1. Langkah 1 Menentukan masalah yang akan diteliti, menentukan data yang diperlukan beserta klasifikasinya dan menentukan metode pengumpulan data. 2. Langkah 2 Membuat ringkasan tabel yang mencatat frekuensi kejadian dari masalah yang telah diteliti. 3. Langkah 3 Membuat daftar masalah secara berurut berdasarkan frekuensi kejadian dari yang tertinggi sampai yang terendah, hitung frekuensi kumulatif, persentase total kejadian, dan persentase total kejadian.

39 94 4. Langkah 4 Menggambar dua buah garis vertikal dan sebuah garis horizontal. 5. Langkah 5 Buat histogram pada pareto chart. 6. Langkah 6 Gambar kurva kumulatif dan cantumkan nilai kumulatif disebelah kanan atas dari interval setiap masalah. 7. Langkah 7 Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab utama dari masalah yang sedang terjadi itu. 2.3 Diagram Sebab Akibat Diagram sebab-akibat yang dikenal dengan istilah diagram tulang ikan (fishbone diagram), diperkenalkan pertama kalinya oleh Prof. Kaoru Ishikawa (Tokyo University) pada tahun Sering disebut juga sebagai Ishikawa diagram. Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab itu.

40 95 Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas kerja tersebut, maka akan selalu mendapatkan bahwa ada 5 faktor penyebab utama yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Manusia (man) 2. Metode kerja (work method) 3. Mesin atau peralatan kerja lainnya (machine/equipment) 4. Bahan-bahan baku (raw materials) 5. Lingkungan kerja (work environment) Pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhankebutuhan berikut : 1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah 2. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah 3. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut Langkah-langkah dalam pembuatan diagram sebab-akibat dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Mulai dengan pernyataan masalah-masalah utama yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. 2. Tuliskan pernyataan masalah tersebut pada kepala ikan yang merupakan akibat (effect). Tuliskan pada sisi sebelah kanan dari kertas (kepala ikan),

41 96 kemudian gambarkan tulang belakang dari kiri ke kanan dan tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak. 3. Tuliskan faktor-faktor penyebab utama yang mempengaruhi masalah kualitas sebagai tulang besar, juga tempatkan dalam kotak. Faktorfaktor penyebab utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor manusia, mesin, peralatan, material, metode kerja, lingkungan kerja, pengukuran, dan lain-lain. Faktor-faktor penyebab dapat dikembangkan melalui brainstorming. 4. Tuliskan penyebab-penyebab sekunder yang mempengaruhi penyebabpenyebab utama (tulang-tulang besar) serta penyebab-penyebab sekunder itu dinyatakan sebagi tulang-tulang berukuran sedang. 5. Tuliskan penyebab-penyebab tersier yang mempengaruhi penyebabpenyebab sekunder (tulang-tulang berukuran sedang), serta penyebabpenyebab tersier itu dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil. 6. Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktorfaktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap karakteristik kualitas. 7. Catatlah informasi yang perlu di dalam diagram sebab-akibat itu, seperti judul, nama produk, proses, kelompok, daftar partisipan, tanggal, dll.

42 AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan Expert Choice 2000 AHP merupakan suatu alat pengambilan keputusan yang sederhana, yaitu dengan memisahkan persoalan-persoalan yang rumit menjadi beberapa jenjang yang sederhana, untuk kemudian diselesaikan satu persatu, dan pada akhirnya kembali hirarki tersebut disusun menjadi satu kesatuan. Suatu proses pengambilan keputusan dapat dianggap baik apabila konsisten, dan syarat agar dapat dianggap konsisten adalah memiliki consistency ratio 0.1. Salah satu tahap yang penting adalah menentukan derajat kepentingan, ada beberapa tingkatan, yaitu : Tabel 2.1 Derajat Kepentingan AHP PREFERENCE LEVEL NUMERICAL VALUE Equally Preferred 1 Equally to Moderately Preferred 2 Moderately Preferred 3 Moderately to Strongly Preferred 4 Strongly Preferred 5 Strongly to Very Strongly Preferred 6 Very Strongly Preferred 7 Very Strongly to Extremely Preferred 8 Extremely Preferred 9

43 98 Langkah-langkah menjalankan program Expert Choice 2000 : 1. Jalankan program ec2000.exe. Klik File New untuk membuka file baru. 2. Buat nama file yang akan dibuat. 3. Setelah muncul window Goal Description, ketik tujuan utama menggunakan PHA, dalam kasus ini supplier terbaik (Best supplier). 4. Masukkan nama supplier yang akan dibandingkan dengan mengklik icon Add Alternative. 5. Masukkan semua nama supplier dengan cara yang sama pada langkah 4. (supplier A, B, C, D, E) 6. Masukkan kriteria perbandingan dengan mengklik kanan Goal dan pilih Insert Child of Current Node, dapat juga dengan menggunakan shortcut Ctrl+H. 7. Ubahlah nama default dengan nama-nama kriteria yang sudah didata. Setelah memasukkan nama yang pertama, kemudian enter untuk memasukkan kriteria selanjutnya. 8. Masukkan nilai perbandingan terhadap setiap supplier, klik bagian jarak, kemudian arahkan cursor ke tab, Pairwise numerical comparisons. 9. Masukkan nilai perbandingan untuk masing-masing supplier, nilai yang dimasukkan berdasarkan prioritas yang telah ditentukan sebelumnya.

44 99 Cursor angka yang berada di tengah digeser ke kiri apabila nilai yang dimasukkan bernilai positif dan bilangan bulat, sedangkan digeser ke arah kanan apabila nilai yang akan dimasukkan berupa pecahan. 10. Masukkan semua angka perbandingan tersebut. 11. Setelah semua nilai telah dimasukkan, kembali ke layar Model View untuk memasukkan nilai perbandingan untuk kriteria lainnya. Simpan nilai perbandingan terlebih dahulu dengan menekan Yes apabila muncul window dengan pertanyaan record judgements. 12. Ulangi langkah 9 hingga 12 untuk memasukkan semua nilai untuk kriteria yang lain. 13. Masukkan nilai perbandingan untuk setiap kriteria dengan cara yang sama seperti langkah 9, hanya saja klik Goal untuk memasukkan nilai tersebut. 14. Ketika kembali ke layar utama, Hasil pada kolom kanan layar menunjukkan nilai yang diperoleh oleh setiap supplier, semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka prioritas pertama dijatuhkan pada supplier tersebut. 15. Untuk melihat seberapa penting hubungan antarsupplier, dapar terlihat pada layar dengan icon Pairwise verbal comparisons, di layar tersebut akan ditunjukkan seberapa penting hubungan antarmobil. 16. Tab Pairwise graphical comparisons, yang berlambangkan garis biru-merah menunjukkan grafik preferensi antarsupplier.

45 Gambar di bawah ini menunjukkan prioritas setiap supplier tergantung kriteria yang dipilih. Untuk melihat layar tersebut, maka klik tab Priorities derived from pairwise comparison berlambangkan garis biru. 18. Apabila ingin menujukkan hasil perbandingan antarkriteria, klik View Priorities Local. 19. Untuk memperlihatkan grafik secara menyeluruh, dari segi Performance, Dynamic, Gradient dan Head to head, maka klik Sensitivity- Graphs Open Four Graphs.

BAB III KONSEP DASAR SISTEM DINAMIS UNTUK DINAMIKA URBAN (Lanjutan)

BAB III KONSEP DASAR SISTEM DINAMIS UNTUK DINAMIKA URBAN (Lanjutan) DINAMIKA URBAN TPL 404-2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. Kuliah 4 BAB III KONSEP DASAR SISTEM DINAMIS UNTUK DINAMIKA URBAN (Lanjutan) 3.4. Identifikasi Kejadian yang Diinginkan Selanjutnya adalah memikirkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabulasi Data Derajat Kepentingan Kebutuhan Pelanggan. Pengaturan (Alignment)

LAMPIRAN. Tabulasi Data Derajat Kepentingan Kebutuhan Pelanggan. Pengaturan (Alignment) 236 LAMPIRAN Lampiran I Tabulasi Data Derajat Kepentingan Kebutuhan Pelanggan no. Kemudahan Perawatan Fase Mengayun Halus Kemudahan Pengaturan (Alignment) Ruang Gerak Lebih Kenyamanan 1 3.0 4.0 5.0 4.0

Lebih terperinci

Lampiran 1: Langkah-langkah menggunakan Powersim 2.5

Lampiran 1: Langkah-langkah menggunakan Powersim 2.5 Lampiran 1: Langkah-langkah menggunakan Powersim 2.5 Penjelasan mengenai langkah-langkah menggunakan Powersim 2.5 akan tetapi, sebelum membuat dengan media Komputer sebaiknya harus mengerti terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Struktur memberikan bentuk pada sistem dan sekaligus memberi ciri yang mempengaruhi perilaku sistem (Struktur sistem menentukan perilaku sistem )

Struktur memberikan bentuk pada sistem dan sekaligus memberi ciri yang mempengaruhi perilaku sistem (Struktur sistem menentukan perilaku sistem ) Struktur memberikan bentuk pada sistem dan sekaligus memberi ciri yang mempengaruhi perilaku sistem (Struktur sistem menentukan perilaku sistem ) Struktur sistem Perilaku Sistem Sistem Dinamik dapat juga

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

ANALISA PENINGKATAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI DIVISI KNITTING DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI SISTEM DINAMIK DI PT. MULIA KNITTING FACTORY

ANALISA PENINGKATAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI DIVISI KNITTING DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI SISTEM DINAMIK DI PT. MULIA KNITTING FACTORY ANALISA PENINGKATAN KUALITAS PADA PROSES PRODUKSI DIVISI KNITTING DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI SISTEM DINAMIK DI PT. MULIA KNITTING FACTORY TUGAS AKHIR OLEH YUHANDI 0900790821 INDRIANTO 0900813535 SANTRYA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG Abstrak Strategi peningkatan sektor perikanan yang dipandang relatif tepat untuk meningkatkan daya saing adalah melalui pendekatan klaster.

Lebih terperinci

BAB 3 PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 PEMECAHAN MASALAH BAB 3 PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria kriteria optimasi ini dikembangkan untuk memilih alternatif alternatif faktor pengambilan keputusan, yaitu : a) Memperkecil resiko b) Mengalihkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB LANDASAN TEORI Efisiensi Menurut Vincent Gaspersz (998, hal 4), efisiensi adalah ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Efisiensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Pemodelan merupakan suatu aktivitas pembuatan model. Secara umum model memiliki pengertian sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Langkah-Langkah Penelitian Untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan kemudian disusun metodologi penelitian yang terdiri dari langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI

BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI 4.1 TINJAUAN UMUM Tahapan simulasi pada pengembangan solusi numerik dari model adveksidispersi dilakukan untuk tujuan mempelajari

Lebih terperinci

BAB IV STRUKTUR DAN PERILAKU SISTEM (lanjutan)

BAB IV STRUKTUR DAN PERILAKU SISTEM (lanjutan) DINAMIKA URBAN TPL 404-2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. Kuliah 6 BAB IV STRUKTUR DAN PERILAKU SISTEM (lanjutan) 4.2. Diagram Simpal Kausal Diagram simpal kausal adalah pengungkapan tentang kejadian hubungan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI Pengertian Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori umum

BAB III LANDASAN TEORI Pengertian Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori umum BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Analytic Hierarchy Process. 3.1.1 Pengertian Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori umum mengenai pengukuran. Empat macam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 16 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Diagram Sebab-Akibat (Causes and Effect Diagram) Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori tentang Permasalahan 2.1.1 Prosedur penilaian prestasi kerja Pada Rumah Sakit Umum Daerah Singaraja, rotasi tenaga perawat dilakukan dua tahun sekali. Selama ini,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Indonesia memiliki potensi bahan baku industri agro, berupa buah buahan tropis yang cukup melimpah. Namun selama ini ekspor yang dilakukan masih banyak dalam bentuk buah segar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga Mempengaruhi dunia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

Validasi, Sensitivitas, Skenario Kebijakan

Validasi, Sensitivitas, Skenario Kebijakan Validasi, Sensitivitas, Skenario Kebijakan 1 1. VALIDASI DALAM PERMODELAN Validasi adalah salah satu kriteria penilaian tentang obyektivitas ilmiah. Dalam permodelan,, valid atau obyektif ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality) BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam dunia industri banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi proses produksi, salah satunya yang menjadikan penentu suatu keberhasilan produksi adalah kualitas dari barang yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

Diagram Fishbone. Langkah langkah untuk menyusun dan menganalisa diagram fishbone sebagai berikut:

Diagram Fishbone. Langkah langkah untuk menyusun dan menganalisa diagram fishbone sebagai berikut: Diagram Fishbone Diagram Cause and Effect atau Diagram Sebab Akibat adalah alat yang membantu mengidentifikasi, memilah, dan menampilkan berbagai penyebab yang mungkin dari suatu masalah atau karakteristik

Lebih terperinci

Sebelum membahas mengenai pemrograman LabVIEW, sebaiknya pembaca mengenal istilah istilah penting berikut ini.

Sebelum membahas mengenai pemrograman LabVIEW, sebaiknya pembaca mengenal istilah istilah penting berikut ini. Pemrograman LabVIEW 6.1 Istilah-Istilah Penting Sebelum membahas mengenai pemrograman LabVIEW, sebaiknya pembaca mengenal istilah istilah penting berikut ini. 1. G: dari kata graphical, merupakan sebutan

Lebih terperinci

Kuesioner Penilaian Faktor Internal dan Eksternal PT. Anugerah Perdana Mandiri

Kuesioner Penilaian Faktor Internal dan Eksternal PT. Anugerah Perdana Mandiri L 1 Lampiran 1 Kuesioner Penilaian Faktor Internal dan Eksternal PT. Anugerah Perdana Mandiri Nama : Jabatan : a) Berdasarkan kondisi internal perusahaan 1. Menurut Bapak/Ibu, faktor-faktor apa saja yang

Lebih terperinci

Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM

Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM Pendahuluan 0 Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang digunakan untuk memilih obat terbaik dalam penelitian ini. Disini juga dijelaskan prosedur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Menurut Ir. Abrar Husen, MT., Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Menurut Darnius, O (2006, Hal : 53) simulasi dapat diartikan sebagai suatu

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Menurut Darnius, O (2006, Hal : 53) simulasi dapat diartikan sebagai suatu BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pendahulauan Menurut Darnius, O (2006, Hal : 53) simulasi dapat diartikan sebagai suatu rekayasa suatu model logika ilmiah untuk melihat kebenaran/kenyataan model tersebut.

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Persaingan global di bidang manufacturing otomotif yang sarat dengan tuntutan kualitas, lead time singkat dan on time delivery maka diperlukan perbaikan terus menerus dan rencana produksi

Lebih terperinci

BAB IV STRUKTUR DAN PERILAKU SISTEM

BAB IV STRUKTUR DAN PERILAKU SISTEM DINAMIKA URBAN TPL 404-2 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. Kuliah 5 BAB IV STRUKTUR DAN PERILAKU SISTEM 4.1. Struktur dan Perilaku Sistem Kata kunci dari struktur adalah interaksi atau mekanisme. Setiap gejala

Lebih terperinci

-eq/(ha.tahun). Keluaran matriks emisi untuk tab unit perencanaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

-eq/(ha.tahun). Keluaran matriks emisi untuk tab unit perencanaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Keluaran Matriks Emisi Keluaran dari matriks emisi adalah total hasil perhitungan matriks yang terbagi atas tab unit perencanaan, emisi bersih, emisi total, dan sekuestrasi total dengan satuan unit ton

Lebih terperinci

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Kegiatan magang yang dilakukan di PT Kemang Food Industries dimaksudkan untuk mengevaluasi bobot bersih dan membandingkan kesesuaian antara data bobot bersih yang didapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis (dynamics system). Metode

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis PT. Trijaya Pratama Futures. Kuesioner ini disusun dalam rangka merumuskan masukan mengenai lingkungan

Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis PT. Trijaya Pratama Futures. Kuesioner ini disusun dalam rangka merumuskan masukan mengenai lingkungan L-1 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis PT. Trijaya Pratama Futures Kuesioner ini disusun dalam rangka merumuskan masukan mengenai lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN 106 Identitas Responden: Nama : Umur : Jabatan : KUESIONER KEPENTINGAN DIMENSI PEMASOK EVALUASI PEMASOK SEMEN, BATU BATA DAN PASIR DENGAN METODE AHP PADA CV. BAGIYAT MITRA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada metodologi penelitian menjelaskan tentang alur proses pengerjaan dari awal peneliti menentukan masalah, pengambilan data, pengolahan data, membuat inovasi untuk perbaikan

Lebih terperinci

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module. Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem sesuai dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penulisan ini dilakukan dengan menggunakan metoda System Dynamics yaitu sebuah simulasi komputer yang diawali dengan membuat model operasional sistem

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

Manajemen Sains. Pengenalan Riset Operasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika

Manajemen Sains. Pengenalan Riset Operasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika Manajemen Sains Pengenalan Riset Operasi Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011 Pendahuluan Riset Operasi (Operations Research/OR) banyak diterapkan dalam menyelesaikan masalahmasalah

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Aplikasi Surat Keluar Masuk Versi 1.0

Aplikasi Surat Keluar Masuk Versi 1.0 Aplikasi Surat Keluar Masuk Versi 1.0 1 Implementasi Bagian ini menjelaskan kebutuhan pengguna untuk membuat Aplikasi Surat Keluar Masuk Studi Kasus Biro Kerjasama Dan Kemahasiswaan Bagian ini juga menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metode penelitian berkaitan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.

Lebih terperinci

Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat Permasalahan muncul ketika banyak

Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat Permasalahan muncul ketika banyak Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat Permasalahan muncul ketika banyak model telah terbentuk. Banyak model yang tersedia yang

Lebih terperinci

BAB III DISAIN PRODUK

BAB III DISAIN PRODUK BAB III DISAIN PRODUK 3.1. Pendahuluan Salah satu karakteristik manusia adalah mereka selalu berusaha mencitakan sesuatu, baik alat atau benda lainnya untuk membantu kehidupan mereka. Untuk mewejudkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Terjadinya banyak cacat produk yang mengakibatkan pengerjaan ulang atau terlambatnya proses, disebabkan oleh beberapa penyebab utama. Penyebab-penyebab utama inilah yang harus dicari,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, metodologi penelitian merupakan suatu proses berpikir yang sistematis atau tahap-tahap penelitian yang diawali dengan mengidentifikasi masalah,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan

Lebih terperinci

Hanif Fakhrurroja, MT

Hanif Fakhrurroja, MT Pertemuan 2 Model-Model Riset Operasional Hanif Fakhrurroja, MT PIKSI GANESHA, 2013 Hanif Fakhrurroja @hanifoza hanifoza@gmail.com Pendahuluan Pendahuluan Model Dalam Riset Operasional Sebuah model keputusan

Lebih terperinci

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp Strategi Dalam Teknik Pengendalian Otomatis Dalam merancang sistem pengendalian ada berbagai macam strategi. Strategi tersebut dikatakan sebagai strategi konvensional, strategi modern dan strategi berbasis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

MATERI VI DIAGRAM SEBAB AKIBAT DIAGRAM PARETO. By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab.

MATERI VI DIAGRAM SEBAB AKIBAT DIAGRAM PARETO. By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. MATERI VI DIAGRAM SEBAB AKIBAT DIAGRAM PARETO By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. DIAGRAM SEBAB AKIBAT DIAGRAM SEBAB AKIBAT/TULANG IKAN / FISHBONE / ISHIKAWA Adalah satu alat dalam menganalisa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

Gambar 4. Tahapan kajian

Gambar 4. Tahapan kajian III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian Survei lapangan dilakukan untuk menganalisa kinerja bisnis usaha tahu dan kebutuhan pasar. Hasil analisa kebutuhan pasar menjadi masukan dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

BAB II MODEL Fungsi Model

BAB II MODEL Fungsi Model BAB II MODEL Model adalah representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang lain dengan entitasnya. Model berisi informasi-informasi tentang suatu sistem yang dibuat dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Strategi perusahaan menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III SIMULASI Definisi Simulasi Tahapan Simulasi

BAB III SIMULASI Definisi Simulasi Tahapan Simulasi BAB III SIMULASI 3. 1. Definisi Simulasi Simulasi adalah proses merancang model dari suatu sistem yang sebenarnya, mengadakan percobaan-percobaan terhadap model tersebut dan mengevaluasi hasil percobaan

Lebih terperinci

Pendidikan Responden

Pendidikan Responden BAB IV BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini meliputi para panitia pengadaan barang/jasa, serta jajaran dinas teknis terkait dengan pengadaan

Lebih terperinci

PERILAKU AKTIVITAS BIAYA

PERILAKU AKTIVITAS BIAYA PERILAKU AKTIVITAS BIAYA 1 A. Konsep Perilaku Akuntan manajemen harus mampu untuk mengevaluasi setiap jenis biaya untuk bisa menentukan fungsi biaya (cost function) yang menjelaskan perilaku biaya. Perilaku

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN III. 1. KERANGKA PEMIKIRAN Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas produksi minyak mentah di dalam negeri telah menjadikan sekitar 50% pemenuhan bahan bakar nasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, kondisi, ataupun

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE 34 EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE Faisal piliang 1,Sri marini 2 Faisal_piliang@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Informasi Sebelum merancang sistem perlu dikaji konsep dan definisi dari sistem.. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS 3.1 Penggunaan Konsep Fuzzy Apabila skala penilaian menggunakan variabel linguistik maka harus dilakukan proses pengubahan variabel linguistik ke dalam bilangan fuzzy.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sugiyono (008 : 3) mengemukakan secara umum penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang

Lebih terperinci

Konsep statistika. Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat. Universitas Indo Global Mandiri Palembang

Konsep statistika. Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat. Universitas Indo Global Mandiri Palembang Konsep statistika Didin Astriani Prasetyowati, M.Stat Universitas Indo Global Mandiri Palembang Statistik VS Statistika Statistik merupakan kumpulan dari data data yang sering dinyatakan atau disajikan

Lebih terperinci

JUDUL Judul penelitian merupakan suatu pernyataan yang spesifik menjelaskan isi penelitian yang dilakukan.

JUDUL Judul penelitian merupakan suatu pernyataan yang spesifik menjelaskan isi penelitian yang dilakukan. JUDUL Judul penelitian merupakan suatu pernyataan yang spesifik menjelaskan isi penelitian yang dilakukan. ABSTRACT Inti sari penelitian yang terdiri dari fenomena, tujuan penelitian, metode penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Teori Himpunan Fuzzy Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item x dalam himpunan A, yang sering ditulis dengan memiliki dua kemungkinan, yaitu: 1 Nol (0), yang berarti

Lebih terperinci