BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen Menurut McLeod dn Schell yang diterjemahkan oleh Teguh, H. (2004, h259), sistem informasi manajemen (SIM) didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan serupa. Menurut Laudon dan Laudon (2004, p16), MIS combines the theoretical work of computer science, management science, and operations research with a practical orientation toward developing system solutions to real-world problems and managing information technology resources. (SIM mengkombinasikan pekerjaan-pekerjaan teoritis dari ilmu pengetahuan komputer, manajemen dan penelitian operasi dengan orientasi praktis dalam rangka mengembangkan solusi-solusi yang mengarah pada masalahmasalah nyata dan mengatur sumber daya teknologi informasi. Menurut Turban et al. (2003, p33), management information system accessed, organized, summarized and displayed information for supporting routine decision making in the functional areas. (Sistem informasi manajemen mengakses, mengorganisasi, merangkum dan menampilkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan yang sifatnya rutin dalam area-area fungsional. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi manajemen adalah suatu sistem yang memiliki tujuan untuk mengakses, mengelola, menyimpulkan dan meperlihatkan informasi bagi para pemakainya dengan

2 kebutuhan serupa di dalam suatu organisasi, guna mendukung proses kegiatan pengambilan keputusan pada area fungsional. SIM menggabungkan pekerjaan teoritis dari ilmu komputer, ilmu manajemen dan penelitian operasional dengan orientasi praktis ke arah solusi pembangunan sistem yang berkaitan dengan masalah yang nyata dalam dunia serta mengelola sumber daya teknologi informasi. 2.2 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Pengertian dan Penjelasan Analisis Sistem Analisis Sistem adalah tahapan kedua dari System Development Life Cicyle (SDLC) atau Daur Hidup Pengembangan Sistem. SDLC sendiri adalah suatu keseluruhan proses pengembangan sistem informasi secara bertahap. Tidak ada suatu pedoman baku akan tahapan yang ada di dalam SDLC, akan tetapi secara umum SDLC terdiri dari: (1) Perencanaan (2) Analisis (3) Perancangan (4) Implementasi, dan (5) Operasi. Menurut Boockholdt (2004, p119), analisis sistem adalah suatu proses meneliti suatu sistem informasi serta lingkungannya, dengan tujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan perbaikan yang dapat dilakukan atas sistem tersebut. Analisis atas suatu sistem, mungkin dilakukan apabila perusahaan hendak: 1. Memecahkan masalah yang ada dalam suatu sistem. Contohnya adalah apabila suatu sistem yang ada tidak dapat lagi memenuhi tujuannya. 2. Memenuhi kebutuhan informasi baru atas sistem yang sebelumnya tidak ada. 3. Menerapkan teknologi baru dimana dengan penerapan teknologi baru ini diharapkan kegiatan perusahaan dapat lebih efektif dan efisien.

3 Tidak ada suatu bentuk yang baku akan apa saja yang terdapat dalam analisis sistem, akan tetapi Boockholdt membagi analisis sistem ini menjadi 2 tahapan, yaitu: 1. Preliminary survey atau survei pendahuluan adalah tahapan penelitian atas sistem berjalan. 2. Feasibility study atau studi kelayakan adalah tahapan di mana ditentukan tujuan dari sistem baru yang diusulkan. Hasil akhir feasibility study adalah suatu laporan kepada manajemen yang berisi rekomendasi tindakan yang perlu atas sistem berjalan. Studi kelayakan tidak dilakukan secara formal dalam penyusunan skripsi ini karena studi kelayakan tersebut akan berkaitan erat dengan tahapan selanjutnya dalam SDLC, yaitu implementasi sistem Pengertian dan Penjelasan Perancangan Sistem Boockholdt (2004, p172) mengatakan bahwa perancangan sistem merupakan suatu proses pengembangan sistem baru berdasarkan rekomendasi yang dibuat selama analisis sistem. Boockholdt kembali membagi tahapan perancangan sistem ini menjadi 2 tahapan, yaitu: 1. Preliminary system design atau perancangan sistem awal, adalah tahapan pengembangan sistem secara konseptual. 2. Detailed specification atau deskripsi mendetil, adalah tahapan pendeskripsian sistem secara mendetil.

4 2.2.3 Pengertian Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Dari kedua bagian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa analisis dan perancangan sistem informasi manajemen adalah proses yang memiliki 3 komponen, yaitu: 1. Meneliti suatu sistem informasi manajemen dan lingkungannya, 2. Mengembangkan sistem informasi manajemen tersebut, 3. Sehingga proses transformasi data-data keuangan perusahaan menjadi informasi keuangan, dapat berjalan dengan baik. 2.3 Sistem Informasi Manajemen Persediaan Pengertian Persediaan Menurut Assauri (2004, h169) persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan / proses produksi, ataupun persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam proses produksi.. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004): Persediaan adalah aktiva: tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suppliers) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.... Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali... Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan

5 termasuk bahan serta perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi. (SAK No. 14.1). Jadi dapat ditarik kesimpulan, persediaan adalah aktiva perusahaan yang meliputi barang jadi yang tersedia untuk dijual kembali, barang dalam penyelesaian yang sedang di produksi dan bahan serta perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi Jenis - Jenis Persediaan Mengacu pada Assauri (2004) persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut beberapa cara, dilihat dari fungsinya, dan dilihat dari jenis dan posisi barang dalam urutan pengerjaan produk.. 1. Dilihat dari fungsinya 1) Batch Stok atau Lot Inventory Adalah persediaan yang muncul karena pembelian atau pembuatan barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada suatu waktu tertentu untuk mendapatkan potongan harga pembelian, biaya pengangkutan yang lebih murah per unitnya dan penghematan dalam biayabiaya lainnya yang mungkin diperoleh. 2) Fluctuation Stock Adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar maka persediaan (fluktuation stock) yang dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.

6 3) Anticipation Stock Adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan yaitu berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat. Disamping itu anticipation stock dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produksi atau menghindari kemacetan produksi. 2. Dilihat dari jenis dan posisi produk dalam urutan pengerjaan produk: 1) Persediaan bahan baku (Raw Materials Stock) Adalah persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi yang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam, dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. 2) Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchase parts / component stock) Adalah persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung di-assembling dengan sukucadang lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi. 3) Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplier stock)

7 Adalah persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. 4) Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses ( work in process / progress stock) Adalah merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi masih merupakan proses lebih lanjut lagi di pabrik sehingga menjadi barang jadi yang sudah siap untuk dijual kepada konsumen atau pelanggan. 5) Persediaan barang jadi (finished goods stock) Adalah persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain Dokumen Yang Digunakan Berhubungan dengan Persediaan Menurut Assauri (2004) pencatatan dalam pengawasan persediaan adalah semua pencatatan atau pembukuan mengenai penerimaan, persediaan di gudang dan pengeluaran bahan baku dan bahan-bahan lainnya serta hasil produksi dalam suatu perusahaan. Pencatatan-pencatatan tersebut diperlukan untuk menjamin bahan-bahan atau barangbarang dipergunakan secara efisien dan perusahaan dapat mengikuti perkembangan persediaannya dengan baik. Menurut Assauri (2004) pada dasarnya terdapat lima catatan yang paling penting atau utama dalam sistem pengawasan persediaan:

8 Permintaan Untuk Dibeli (purchase requisition) Dokumen permintaan pembelian bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah tertentu yang ditujukan kepada bagian pembelian. Permintaan tersebut dia adakan dengan tujuan untuk menjamin tersedianya persediaan yang cukup dari bahan-bahan atau barangbarang tersebut atau mengisi kembali persediaan bila persediaan bahan-bahan tertentu yang ada akan mendekati titik yang terandah atau minimum yang telah ditentukan lebih dahulu. Laporan Penerimaan (receiving report) Dokumen yang memberikan informasi mengenai penerimaan atas barang yang telah dipesan. Catatan Persediaan (balance of stores record) Merupakan istilah lain dari: perpetual inventory card, stock record card, stored ledger sheet, balance of stores form, stores balance sheet, dan material ledger sheet. Informasi yang terdapat dalam balance of stores card berbeda-beda tergantung dari perusahaan pabrik yang menggunakannya. Akan tetapi data-data yang biasanya terdapat dalam daftar ini adalah: a. Gambaran atau deskripsi lengkap dari bahan-bahan tersebut b. Jumlah dari bahan-bahan yang tersedia di gudang, yang dipesan dan yang dialokasikan untuk produksi c. Jumlah bahan-bahan yang alan atau harus dibeli bila waktunya telah tiba untuk mengadakan pemesanan baru. d. Harga bahan-bahan itu per unit

9 e. Jumlah yang dipakai selama suatu periode atau jangka waktu tertentu f. Nilai dari persediaan yang ada Daftar Permintaan Bahan (material requisition form) Formulir yang dibuat oleh petugas gudang untuk dipergunakan oleh bagian pembelian dalam mengadakan pemesanan bahan-bahan yang perlu dibeli kembali. Perkiraan Pengawasan (control accounting) Catatan yang digunakan oleh Bagian Akuntansi untuk mengawasi setiap pencatatan mutasi persediaan yang dilakukan oleh bagian gudang. Semua pembelian akan didebit dan semua pemakaian akan dikredit dalam perkiraan ini. Saldo perkiraan pengawasan harus sama dengan saldo yang terdapat pada perpetual inventory cards. Tidak sesuainya saldo antara keduanya mengharuskan diadakannya penyelidikan selanjutnya Metode Pencatatan Persediaan Mengacu pada Dedhy Sulistiawan dan Yie Ke Feliana (2006) terdapat dua macam metode pencatatan persediaan: 1. Metode pencatatan periodik Pada metode ini, nilai persediaan ditentukan secara periodic dalam kurun waktu tertentu. Kurun waktu ini bisa 1 tahun atau hanya 1 bulan. 2. Metode Perpetual Pada metode ini, nilai persediaan selalu diperbarui, sehingga perusahaan bisa mengetahui nilai persediaan dan HPP setiap saat.

10 2.3.5 Metode Penilaian Persediaan Mengacu pada Assauri (2004) ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menilai suatu persediaan, diantaranya dengan: 1. Cara First-In, First-Out (FIFO Method) Adalah cara penilaian persediaan yang berdasarkan atas asumsi bahwa harga barang yang sudah terjual dinilai menurut harga pembelian barang yang terdahulu masuk. Dengan demikian persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian barang yang akhir masuk. 2. Cara Rata-rata tertimbang (Weighted Average Method) Adalah cara penilaian persediaan yang berdasarkan atas harga rata-0rata dimana harga tersebut dipengaruhi oleh jumlah barang yang diperoleh pada masingmasing harganya. 3. Cara Last-In, First-Out (LIFO Method) Adalah cara penilaian persediaan berdasarkan atas asumsi bahwa barang yang telah terjual dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk. Sehingga persediaan yang masih ada atua stock dinilai berdasarkan harga pembelian barang yang terdahulu Pengawasan Persediaan Menurut Assauri (2004, h176)...suatu sistem pengawasan persediaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: Terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan tempat bahan atau barang yang tetap dan identifikasi bahan atau barang tertentu.

11 Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang yang dapat di percaya, terutama penjaga gudang. Suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau barang. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang. Pencatatan yang cukup teliti yang mneunjukkan jumlah yang dipesan, yang dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia didalam gudang. Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara langsung. Perencanan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan, barangbarang yang telah lama dalam gudang, dan barang-barang yang sudah usang dan ketinggalan zaman. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin Metode Pengendalian Persediaan Economic Order Quantity Menurut Weston dan Brigham (1990, p 509), EOQ merupakan suatu rumus untuk menentukan kuantitas pesanan yang akan meminimumkan biaya persediaan total. Perhitungan EOQ menggunakan rumus : EOQ = 2 F S C P Dimana : EOQ = jumlah optimal pemesanan barang F S = biaya tetap melakukan pemesanan dan menerima barang yang masuk. = penjualan tahunan dalam unit.

12 C = biaya penyimpanan yang dinyatakan sebagai suatu persentase atas nilai persediaan. P = harga beli per unit persediaan yang harus dibayar oleh perusahaan Reorder Point Menurut Render dan Heizer (2001, p324), ROP adalah saat persediaan mencapai sebelum nol, perusahaan memesan lagi dan dengan seketika barang yang dipesan diterima. Perhitungan ROP menggunakan rumus : ROP = d x L Dimana : ROP = titik pemesanan ulang d = permintaan per hari L = lead time, waktu pengiriman Safety Stock Menurut Weston dan Brigham (1990, p 512), safety stock adalah persediaan tambahan yang dimiliki untuk berjaga-jaga terhadap perubahan tingkat penjualan atau keterlambatan produksi/pengiriman Biaya biaya Persediaan Mengacu pada Freddy Rangkuti (2004), Perhitungan total biaya persediaan secara keseluruhan dapat dipengaruhi oleh faktor faktor pembentuk biaya dari persediaan seperti : 1. Biaya penyimpanan ( holding cost atau carrying cost )

13 Biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata rata persediaan semakin tinggi. Yang termasuk adalah biaya fasilitas penyimpanan, biaya modal, biaya keusangan, biaya penghitungan fisik, biaya asuransi persediaan, biaya pajak persediaan, biaya pencurian, kerusakan atau pengrampokan, dan biaya penanganan dan sebagainya. 2. Biaya pemesanan atau pembelian ( ordering cost atau procurement costs ). Biaya biaya ini meliputi : pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi, upah, biaya telepon, pengeluaran surat menyurat, biaya pengepakan dan penimbangan, biaya pemeriksaan ( inspeksi ) penerimaan, biaya pengiriman ke gudang, biaya utang lancar dan sebagainya. 3. Biaya penyiapan ( manufacturing ) atau set up cost Hal ini terjadi apabila bahan bahan tidak dibeli tetapi diproduksi sendiri dalam pabrik perusahaan, biaya biaya tersebut terdiri dari : biaya mesin menganggur, biaya persiapan tenaga kerja langsung, biaya penjadwalan, dan biaya ekspedisi dan sebagainya. 4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan ( shortage costs ) Biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya biaya yang termasuk yaitu : kehilangan penjualan, kehilangan pelanggan, biaya pemesanan khusus, biaya ekspedisi, selisih harga, terganggunya operasi, dan tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

14 2.4 Pengendalian Internal Sebuah sistem informasi manajemen yang baik, sebaiknya merupakan suatu sistem yang relatif tertutup. Pengendalian internal merupakan komponen yang memampukan suatu sistem menjadi sistem yang relatif tertutup Pengertian Pengendalian Internal Menurut Boockholdt (2004, p397), pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan pihak-pihak lainnya, yang didesain untuk menyediakan jaminan memadai (reasonable assurance) atas: 1. Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi. 2. Reliabilitas laporan keuangan. 3. Ketaatan atas hukum dan peraturan serta kebijakan manajemen. Menurut Romney and Steinbart (2004, p195) pengendalian internal adalah The plan of organization and the method a business used to safe guard assets, provide accurate and reliable information, promote and improve operational efficiency and encourage adherence to prescribed management policies. Menurut Jones dan Rama (2004, p15) pengendalian internal adalah The rules, policies, procedures, and information system used to ensure that a company s financial data are accurate and reliable and to protect a company s assets from loss or thef Komponen Pengendalian Internal Pengendalian internal, memiliki 5 komponen, yaitu: 1. Lingkungan pengendalian (control environment).

15 Lingkungan pengendalian menjadi dasar dari seluruh komponen pengendalian internal lainnya karena lingkungan pengendalian akan memberikan suatu gambaran bagaimana suatu organisasi atau perusahaan melakukan tindakan-tindakan tertentu dalam mencapai tujuannya Lingkungan pengendalian ini terdari dari 7 faktor, yaitu: Integritas dan etika. Suatu pengendalian internal tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh integritas dari pihak manajemen perusahaan (khususnya Manajemen Puncak) karena pihak Manajemen Puncak-lah yang membuat, menjalankan serta mengawasi pengendalian internal. Integritas dan etika ini merupakan hasil dari culture atau budaya perusahaan, dimana budaya ini dibentuk oleh tindakan atau pilihan-pilihan manajemen secara keseluruhan. Komitmen akan kompetensi (commitment to competence). Kompetensi memiliki arti bahwa karyawan memiliki pengetahuan serta keahlian yang cukup sehingga mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Apabila manajemen memiliki komitmen akan kompetensi, maka manajemen akan secara berkala meningkatkan kompetensi karyawan secara keseluruhan, yang pada akhirnya akan dapat mengurangi kesalahankesalahan yang mungkin timbul (dan pada akhirnya meningkatkan keefektifan pengendalian internal).

16 Partisipasi Dewan Komisaris dan Komite Audit. Apabila Komite Audit secara aktif turut memantau kebijakan serta praktik manajemen (sebagai watchdog), maka pengendalian internal akan lebih dapat membantu pencapaian tujuan organisasi. Filosofi manajemen dan gaya operasi. Apabila Manajemen Puncak menerapkan gaya operasi yang terusmenerus menekan manajemen di bawahnya agar mampu mencapai target yang cukup sulit dicapai, maka pengendalian internal perusahaan perlu diperketat. Karena seiring dengan hal tersebut, ada kemungkinan Manajemen Menengah dan Bawah berupaya melakukan tindakan-tindakan menyimpang yang membuat kinerja mereka terlihat lebih baik. Struktur organisasi. Struktur organisasi menjadi kerangka keseluruhan bagi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, serta pemantauan yang dilakukan manajemen. Struktur organisasi yang baik akan mempermudah pengendalian internal. Pembagian otoritas dan tanggung jawab. Pembagian otoritas dan tanggung jawab membuat setiap bagian dalam perusahaan bertanggung jawab atas tindakan-tindakan tertentu yang menjadi otoritasnya. Tanpa pembagian otoritas dan tanggung jawab ini, setiap bagian tidak dapat dituntut pertanggungjawabannya yang pada akhirnya memperburuk pengendalian internal serta pencapaian tujuan perusahaan.

17 Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) dapat turut membantu tercapainya suatu pengendalian internal yang baik, apabila mereka merekrut karyawan yang kompeten, memberikan pelatihan, memperlakukan karyawan dengan sepatutnya, serta memberikan kompensasi yang layak. Selain itu, Departemen SDM ini juga dapat mempengaruhi pengendalian internal dengan kebijakan rotasi dan pemberian liburan bagi para karyawan. 2. Pengendalian resiko (risk assessment). Pengendalian resiko adalah suatu proses yang dilakukan manajemen dalam mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang ada, yang dapat menghalangi perusahaan dalam mencapai tujuannya (Boockholdt, 1999, p403). Dengan pengendalian resiko ini, maka pihak manajemen akan dapat mengambil langkah-langkah yang perlu untuk meminimalkan resiko tersebut dan membuat pengendalian internal lebih baik. 3. Aktivitas pengendalian (control activities). Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dipilih manajemen untuk menghasilkan jaminan memadai sehingga tujuan manajemen dapat dicapai. Aktivitas pengendalian ini umumnya digolongkan menjadi empat bagian, yaitu: Prosedur otorisasi transaksi; yang dapat digolongkan lagi menjadi 2, yaitu: - Prosedur otorisasi umum. - Prosedur otorisasi khusus.

18 Keamanan aset dan catatan-catatan; yang kembali dapat dibagi menjadi: - Keamanan fisik. - Penetapan tanggung jawab. Pemisahan tugas (segregation of duties). Yang menjadi pokok permasalahan dalam pembagian tugas ini adalah adanya pemisahan tugas antara pihak-pihak yang melakukan otorisasi, pencatatan, dan penyimpanan secara fisik atas aset perusahaan. Dengan adanya pemisahan antara ketiga fungsi tersebut, pengendalian internal akan menjadi jauh lebih baik. Dokumen-dokumen dan catatan-catatan yang mencukupi. Dokumen dan catatan yang mencukupi, akan membuat pengendalian internal menjadi lebih baik karena dari dokumen dan catatan tersebut dapat diperoleh informasi yang lengkap atas suatu peristiwa ekonomi. 4. Informasi dan komunikasi (information and communication). Sebagaimana telah dibahas, informasi diperlukan dalam pengambilan keputusan pada seluruh tingkatan organisasi; dan informasi ini tidak terlepas dari komunikasi, yaitu proses pertukaran informasi itu sendiri. Dengan adanya informasi dan komunikasi ini, Manajemen dapat mengambil keputusan yang penting bagi perusahaan, para pemegang saham (stockholder) ataupun pemilik kepentingan (stakeholder) dapat mengetahui kinerja perusahaan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, pengendalian internal akan lebih baik karena adanya pihak-pihak pengawas tersebut.

19 5. Pengawasan (monitoring). Pengawasan adalah suatu proses penilaian atas kualitas kinerja pengendalian internal seiring dengan berjalannya waktu. Pengawasan ini dapat dijalankan dengan 2 cara, yaitu: Aktivitas pengawasan yang berkelanjutan (ongoing monitoring activities). Evaluasi yang terpisah (separate evaluations); misalnya melalui: - Auditor independen. - Auditor internal. 2.5 Metode Analisis dan Desain Berorientasi Obyek Pengertian Object Object merupakan dasar dalam object oriented analysis and design (00A&D). Menurut Mathiassen L., et al (2000, p4) object adalah an entity with identity, state, and behaviour. Setiap object tidak digambarkan secara sendiri - sendiri, melainkan istilah kelas digunakan untuk menggambarkan kumpulan-kumpulan object object Object-Oriented Menurut Mathiassen L., et al (2000, pp5-6), keuntungan dari object-oriented adalah : Merupakan konsep umum yang dapat digunakan untuk memodelkan hampir semua fenomena yang ada di dunia dengan menggunakan bahasa alami. o Noun menjadi object atau class.

20 o Verb menjadi behaviour. o Adjective menjadi attributes. Menyediakan informasi yang jelas mengenai context dari sistem. Mengurangi biaya maintenance atau development Object-Oriented Analysis and Design (00A&D) Menurut Mathiassen L., et al (2000, pp14-15), terdapat 4 aktivitas utama dalam OOA&D, yaitu Problem Domain Analysis, Application Domain Analysis, Architectural Design, dan Component Design. System Choice System Definition Proble m domain Model Requiremen ts Compon ent Applicatio n domain Specifications for Specifications for Architectura l Gambar 2.1 Aktivitas utama dalam OOA&D ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p15)

21 2.5.4 Rich Picture Menurut Mathiassen L. Et al. (2000, p26), rich picture adalah sebuah gambaran informal yang digunakan oleh pengembang sistem untuk menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem yang sedang berlangsung. Rich picture juga dapat digunakan sebagai alat yang berguna untuk memfasilitasi komunikasi yang baik antara pengguna dalam sistem. Rich picture difokuskan pada aspek-aspek penting dari sisem tersebut, yang ditentukan sendiri oleh pengembang sistem dengan mengunjungi perusahaan untuk melihat bagaimana perusahaan beroperasi, berbicara dengan banyak orang untuk mengetahui apa yang harus terjadi atau seharusnya tejadi, dan mungkin melakukan beberapa wawancara formal System Definition Menurut Mathiassen et al. (2000,p24), System definition is a concise description of a computerized system expressed in natural language. Pengertian ini menjelaskan bahwa system definition merupakan gambaran menyeluruh mengenai sebuah sistem komputer yang dinyatakan kedalam sebuah bahasa umum. Aktivitas yang dilakukan dalam system definition pertama kali adalah menggambarkan situasi dari sistem yang ada, yaitu mengenai proses, struktur, dan masalah yang berhubungan dengan pengembangan sistem dalam perusahaan. Setelah itu, ciptakan ide-ide baru untuk pengembangan. Dan, gambarkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dari rencana tersebut untuk dapat memilih sebuah rencana akhir.

22 2.5.6 Kriteria FACTOR Kriteria FACTOR (Mathiassen et al., 2000) adalah sebagai berikut: Functionality Application Domain Conditions Technology Object Responsibility Fungsi dari suatu sistem yang mendukung tugas-tugas dalam application domain. Bagian dalam sebuah organisasi yang diadministrasikan, dimonitor, atau dikontrol dalam problem domain. Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan. Teknologi yang digunakan baik untuk mengembangkan sistem maupun teknologi untuk menjalankan sistem tersebut. Object utama dalam problem domain. Tanggung jawab sistem secara keseluruhan sesuai dengan konteks. Tabel 2.1. Kriteria FACTOR Kriteria FACTOR dapat digunakan dalam dua cara, user dapat menggunakannya untuk mendukung pengembangan sistem, mempertimbangkan dengan baik bagaimana ke enam elemen tersebut harus diformulasikan, atau user dapat memulai mengidentifikasikan dengan merinci sistemnya dan kemudian menggunakan kriteria untuk melihat bagaimana, definisi sistem memuaskan ke enam FACTOR tadi Problem Domain Analysis Menurut Mathiassen L. Et al. (2000, p45) problem domain adalah bagian dari konteks yang diatur, dimonitor, atau dikendalikan oleh sistem. Analisis problem-domain memfokuskan pada informasi apa yang harus ditangani oleh system dan menghasilkan sebuah model yang merupakan gambaran dari kelas-kelas, objek-objek, struktur dan perilaku (behaviour) yang ada dalam problem domain. Untuk lebih jelasnya kegiatankegiatan yang dilakukan dalam analisis problem-domain dapat dilihat pada tabel berikut ini.

23 Kegiatan Isi Konsep Class Object dan event yang merupakan bagian dari problem domain Class, object dan event Structure Bagaimana class dan object Generalisasi, agregasi, asosiasi, saling berkaitan dan cluster Behaviour Property dinamik yang dimiliki Event trace, behavioural pattern, object dan attribute Tabel 2.2. Kegiatan problem-domain analysis ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p48) Class Menurut Mathiassen L. Et al. (2000, p4), class adalah a description of collection of objects sharing structure, behavioural pattern, and attributes.. Menurut Mathiassen Et al. (2000, pp49-50) kegiatan kelas merupakan kegiatan pertama dalam analisis problem domain. Ada beberapa tugas utama dalam kegiatan ini yaitu : abstraksi fenomena dari problem domain dalam objek dan event; klasifikasi objek dan event; pemilihan kelas-kelas dan event-event yang akan dipelihara informasinya oleh sistem. Pemilihan kelas-kelas tersebut bertujuan untuk mendefinisikan dan membatasi problem domain. Sementara pemilihan kumpulan event yang dialami atau dilakukan oleh satu atau lebih objek bertujuan untuk membedakan tiap-tiap kelas dalam problem domain Kegiatan kelas akan menghasilkan table event. Dimensi horizontal dari table event berisi kelas-kelas yang terpilih, sementara dimensi vertical berisi event-event terpilih dan tanda cek digunakan untuk mengindikasikan objek-objek dari kelas yang berhubungan dalam event tertentu. Untuk lebih jelasnya, table event dapat dilihat pada tabel berikut ini. Kelas Event Customer Assistant Apprentice Appointment Plan Reserved V V V V

24 Cancelled V V V Treated V V Employed V V Resigned V V Graduated V Agreed V V V Tabel 2.3. Contoh event table ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p50) Structure Menurut Mathiassen Et al. (2000, pp69-70), tujuannya adalah untuk mendeskripsikan hubungan struktural antara class dan object. Sumber dari tahap ini adalah event table yang dihasilkan dari tahap sebelumnya, sedangkan hasil akhirnya adalah membuat Class Diagram, yaitu diagram yang menyediakan gambaran ikhtisar problem domain yang bertalian secara logis dengan menggambarkan seluruh hubungan struktural antara classes dan objects di dalam model. Menurut Mathiassen Et al. (2000, pp72-77), terdapat dua tipe struktur dalam Object-Oriented, yaitu : Class Structure, mengekspresikan hubugan konseptual yang statis antar class. Hubungan statis ini tidak akan berubah, kecuali terjadi perubahan pada deskripsinya. Class structure dibagi menjadi dua macam yaitu : o Generalization Strucuture, merupakan hubungan antara dua atau lebih subclass dengan satu atau lebih superclass Mathiassen Et al. (2000, p72). Sebuah class yang umum (superclass) mendeskripsikan property umum kepada group dari special class (subclass). Atau dengan kata lain, terjadi penurunan attributes dan behaviour dari superclass, tetapi subclass juga diperkenankan untuk memiliki attributes dan behaviour

25 tambahan. Secara ilmu bahasa, generalization structure diekspresikan dengan formula is a. passenger car taxi private car Gambar 2.2 Generalization Strucuture ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p73) o Cluster, merupakan kumpulan dari class yang berhubungan (Mathiassen L. Et al. (2000, p74). Cluster digambarkan dengan notasi file folder yang melingkupi class-class yang saling berhubungan didalamnya. Class-class dalam satu cluster biasanya memiliki hubungan antara generalization atau aggregation. Sedangkan hubungan class dengan cluster yang berbeda biasanya berupa association structure. generalization Gambar 2.3 Notasi Class Structure ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p337) Object structure, mengekspresikan hubungan dinamis dan konkret antar object. Hubungan ini dapat berubah secara dinamis tanpa mempengaruhi perubahan deskripsinya. Biasanya terdapat multiplicity yang

26 menspesifikasikan jumlah dari object yang berelasi. Multiplicity dapat berubah string of numbers dan penyebaran interval dengan koma, seperti 0,3,7,9,.. 13,19,*, * disebut many ; dan 0..*. Ada 2 macam object structure yaitu : o Aggregation structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih object. Sebuah superior object (whole) memiliki beberapa object (parts) (Mathiassen L. Et al. (2000, p76). Secara ilmu bahasa, aggregation structure diekspresikan dengan formulasi has a, a part-of, atau is-owned-by. Terdapat 3 buah tipe aggregation structure (Mathiassen L. Et al. (2000, p79), yaitu : Whole-part, dimana whole merupakan jumlah dari parts, sehingga jika salah satu parts dihilangkan maka secara tidak langsung telah mengubah whole. Container-content, dimana whole adalah kontainer (tempat tampung) dari parts-nya sehingga bila terjadi penambahan atau pengurangan terhadap isinya (parts), tidak akan mengubah pengertian dari whole-nya. Union-member, dimana whole merupakan union/gabungan yang terorganisir dari anggotanya (parts), sehingga jika terdapat penambahan atau pengurangan anggota, tidak akan mengubah union-nya. Terdapat batasan jumlah anggota terendah, karena tidak mungkin sebuah union tanpa anggota.

27 o Association structure, mendefiniskan hubungan antar dua atau lebih object, tetapi berbeda dengan aggregation (Mathiassen L. Et al. (2000, p76). Hubungan antar class-class pada aggregation mempunyai pertalian yang kuat sedangakn pada association tidak kuat. Secara ilmu bahasa, association structure diekspresikan dengan formula knows atau associated-with. * -a..b * -a..b * -c..d * -c..d Ket : a-d adalah multiplicity Gambar 2.4 Notasi object structure ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p337) car 0..* 1..* person Gambar 2.5 Association Structure ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p77) Behaviour Menurut Mathiassen Et al. (2000, pp89-93) kegiatan behaviour adalah kegiatan terakhir dalam analisa problem-domain yang bertujuan untuk memodelkan apa yang terjadi (perilaku dinamis) dalam problem-domain system sepanjang waktu. Tugas utama dalam kegiatan ini adalah : menggambarkan pola perilaku (behavioral

28 pattern) dan attribute dari setiap kelas. Hasil dari kegiatan ini adalah statechart diagram yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 2.6 Contoh statechart diagram ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p90) Perilaku dari suatu objek ditentukan oleh urutan event-event (event trace) yang harus dilewati oleh objek tertentu tersebut sepanjang waktu. Sebagai contoh : kelas pelanggan harus melalui event trace : account opened amount deposited amount withdrawen amount deposited account closed sepanjang hidupnya. Tiga jenis notasi untuk behavioral pattern yaitu sequence dimana event muncul satu per satu secara berurutan; selection dimana terjadi pemilihan satu event dari sekumpulan event yang muncul; iteration dimana sebuah event muncul sebanyak nol atau beberapa kali Application Domain Analysis Menurut pada Mathiassen Et al. (2000, pp ) application domain adalah organisasi yang mengatur, memonitor, atau mengendalikan problem domain. Analisis application-domain memfokuskan pada bagaimana target sistem akan digunakan dengan menentukan kebutuhan function dan antarmuka sistem. Untuk lebih jelasnya

29 kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam analisis application-domain dapat dilihat pada tabel berikut ini. Kegiatan Isi Konsep Usage Bagaimana sistem berinteraksi dengan Use case dan actor orang lain dan sistem lain dalam konteks Function Bagaimana kemampuan sistem dalam Function memproses informasi Interface Kebutuhan antarmuka dari sistem target Interface, user interface dan system interface Table 2.4 kegiatan analisis application domain ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p117) Usage Menurut Mathiassen Et al. (2000,p119) kegiatan usage merupakan kegiatan pertama dalam analisis application domain yang bertujuan untuk menentukan bagaimana aktor-aktor yang merupakan pengguna atau sistem lain berinteraksi dengan sistem yang dituju. Interaksi antara aktor dengan sistem tersebut dinyatakan dalam use case. Menurut Fowler, Martin (2005, p141), use case adalah teknik untuk merekam persyaratan fungsional sebuah sistem.. Use case mendeskripsikan interaksi tipikal antara para pengguna sistem dengan sistem itu sendiri, dengan memberi sebuah narasi tentang bagaimana sistem tersebut digunakan. Menurut Mathiassen Et al. (2000, p120) Use case dapat dimulai oleh aktor atau oleh sistem target. Hasil dari analisis kegiatan usage ini adalah deskripsi lengkap dari semua use case dan aktor yang ada yang digambarkan dalam table actor atau use case diagram. Cara untuk mengidentifikasi aktor adalah dengan mengetahui alasan aktor menggunakan sistem. Masing-masing aktor memiliki alasan yang berbeda untuk menggunakan sistem. Cara lainnya yaitu dengan melihat peran dari actor seperti yang

30 dinyatakan oleh use case dimana actor tersebut terlibat. Masing-masing aktor memiliki peran yang berbeda-beda. Setiap aktor akan berkorespondensi dengan kelas dalam problem domin yang berbeda karena mereka memiliki pola behavioural objek yang berbeda-beda. Actor dapat digambarkan dalam spesifikasi actor yang memiliki 3 bagian yaitu tujuan, karakteristik, dan contoh dari actor tersebut. Tujuan merupakan peran dari actor dalam sistem target. Sementara karakteristik menggambarkan aspek-aspek yang penting dari actor. Use case dapat digambarkan dengan menggunakan spesifikasi use case, dimana use case dijelaskan secara singkat namun jelas dan dapat disertai dengan keterangan objek sistem yang terlibat dan function dari use case tersebut atau dengan diagram statechart karena use case adalah sebuah fenomena yang dinamik. Menurut Bennet Et al. (2003) cara untuk mendokumentasikan use case adalah menggunakan template yang terdiri dari beberapa bagian yaitu nama dari use case, pre-condition (hal yang harus benar sebelum use case dapat berlangsung), postcondition (hal yang harus benar setelah usecase berlangsung), purpose (hal yang ingin dicapai oleh use case), description (ringkasan dari dokumentasi use case), normal course (kegiatan yang harus dilakukan oleh actor sepanjang transaksi atau fungsi tertentu), dan alternative course (kegiatan yang harus dilakukan actor pada saat terjadi kesalahan). Bennet Et al. juga mengungkapkan use case diagram mempunyai dua jenis hubungan (relationship) yaitu : extend dan include. Hubungan extend digunakan ketika ingin menunjukkan bahwa use case menyediakan fungsi tambahan yang

31 mungkin digunakan oleh use case lain. Sedangkan hubungan include digunakan ketika terdapat urutan behaviour yang sering kali digunakan oleh sejumlah use case dan ingin dihindari pengkopian deskripsi yang sama ke setiap use case yang akan menggunakan perilaku tersebut. penjual * * membuat batasan update rekening manajer penjualan menganalisa risiko <<include>>() * * kesepakatan nilai <<include>>() kesepakatan harga * * * * sistem akuntansi * * merekam kesepakata n * * * * Gambar 2.7 Contoh use case diagram (Sumber : Fowler, Martin, 2005, p141)) sales Sequence diagram Menurut Bennet Et al. (2003) sequence diagram membantu seorang analis kebutuhan mengidentifikasikan rincian dari kegiatan yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi dari sebuah use case. tidak ada suatu sequence diagram yang benar untuk use case tertentu, melainkan ada sejumlah sequence diagram yang masing-masing diagram tersebut dapat lebih atau kurang memenuhi kebutuhan dari use case. Menurut Fowler, Martin (2005, p81) sebuah sequence diagram,secara khusus, menjabarkan behaviour sebuah skenario tunggal. Diagram tersebut menunjukkan

32 sejumlah objek contoh dan pesan-pesan yang melewati objek-objek ini di dalam use case Function Menurut Mathiassen Et al. (2000, pp ) kegiatan function memfokuskan pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Function memiliki empat type yang berbeda yaitu : Update, function ini disebabkan oleh event problem-domain dan menghasilkan perubahan dalam state atau keadaan dari model tersebut. Signal, function ini disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks. Reaksi ini dapat berupa tampilan bagi aktor dalam application domain, atau intervensi langsung dalam problem domain. Read, function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan aktor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang berhubungan dengan informasi dalam model. Compute, function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan actor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang disediakan oleh actor atau model, hasil dari function ini adalah tampilan dari hasil komputasi. Tujuan dari kegiatan function adalah untuk menentukan kemampuan sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah daftar function-function yang merinci function-function yang kompleks. Daftar function harus lengkap, menyatakan kebutuhan kolektif dari pelanggan dan aktor dan harus konsisten dengan use case.

33 Menurut Mathiassen Et al. (2000, p142) cara untuk mengidentifikasikan function adalah dengan melihat deskripsi problem domain yang dinyatakan dalam kelas dan event, dan melihat deskripsi application domain yang dinyatakan dalam use case. kelas dapat menyebabkan munculnya function baca dan update. Event memungkinkan munculnya kebutuhan terhadap function update. Sementara use case dapat menyebabkan munculnya segala macam tipe function User Interface Menurut Mathiassen Et al. (2000, pp ) interface menghubungkan sistem dengan semua aktor yang berhubungan dalam konteks. Ada dua jenis dari interface / antar muka yaitu : antar muka pengguna yang menghubungkan pengguna dengan sistem dan antar muka sistem yang menghubungkan sistem dengan sistem yang lainnya. Sebuah user interface yang baik harus dapat beradaptasi dengan pekerjaan dan pemahaman user terhadap sistem. Kualitas antar muka pengguna ditentukan oleh kegunaan atau usability interface tersebut bagi pengguna. Usability bergantung pada siapa yang menggunakan dan situasi pada saat system tersebut digunakan. Oleh sebab itu usability bukan sebuah ukuran yang pasti dan objektif. Ada empat jenis pola dialog yang penting dalam menentukan interface pengguna yaitu : pola menu-selection yang terdiri dari daftar pilihan yang mungkin dalam interface pengguna; pola fill in yang merupakan pola klasik untuk entri data; pola commandlanguage dimana user memasukkan dan memulai format perintah sendiri; pola direct manipulation dimana user memilih objek dan melaksanakan function atas objek dan melihat hasil dari interkasi mereka tersebut.

34 Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari kegiatan analisis lainnya yaitu model problem domain, kebutuhan functional dan use case. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah deskripsi elemen-elemen interface pengguna dan interface system yang lengkap, dimana kelengkapan menunjukkan pemenuhan kebutuhan pengguna. Hasil ini harus dilengkapi dengan sebuah diagram navigasi yang menyediakan sebuah ringkasan dari elemen-elemen user interface dan perubahan antara elemenelemen tersebut Navigation Diagram Navigation Diagram menyediakan ulasan dari elemen-elemen user interface dan transisi di antara elemen-elemen tersebut dalam sebuah sistem. Navigation Diagram terdiri atas gambar-gambar dari tiap window yang telah diperkecil ukurannya dan garisgaris panah yang menggambarkan bagaimana sebuah button atau seleksi lainnya dapat mengaktifkan fungsi atau window lainnya Architecture Design Menurut Mathiassen L. Et al. (2000, p173) keberhasilan suatu sistem ditentukan oleh kekuatan desain arsitekturalnya. Arsitektur membentuk sistem sesuai dengan fungsi sistem tersebut dan dengan memenuhi kriteria desain tertentu. Arsitektur juga berfungsi sebagai kerangka untuk kegiatan pengembangan yang selanjutnya. Dan sebuah arsitektur yang tidak jelas akan menghasilkan banyak pekerjaan yang sia-sia. Untuk lebih jelasnya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama tahap desain arsitektur dapat dilihat pada tabel berikut ini.

35 Kegiatan Isi Kondisi Criteria Kondisi dan criteria untuk pendesainan Criterion Komponen Bagaimana sistem dibentuk menjadi Arsitektur komponen komponen-komponen Proses Bagaimana proses sistem didistribusikan dan Arsitektur proses dikoordinasi Table 2.5 Kegiatan desain arsitektur ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p176) Criteria Menurut Mathiassen Et al. (2000, pp ) dalam menciptakan sebuah desain yang baik diperlukan pertimbangan mengenai kondisi-kondisi dari setiap proyek yang dapat mempengaruhi kegiatan desain yaitu : Technical, yang terdiri dari pertimbangan : penggunaan hardware, software dan sistem lain yang telah dimiliki dan dikembangkan; pengaruh kemungkinan penggabungan pola-pola umum dan komponen yang telah ada terhadap arsitektur dan kemungkinan pembelian komponen standar. Conceptual, yang terdiri dari pertimbangan : perjanjian kontrak, rencana untuk pengembangan lanjutan, pembagian kerja antara pengembang. Human, yang terdiri dari pertimbangan : keahlian dan pengalaman orang yang terlibat dalam kegiatan pengembangan dengan sistem yang serupa dan dengan platform teknis yang akan didesain. Karena tidak ada cara-cara tertentu atau mudah untuk menghasilkan suatu desain yang baik. Banyak perusahaan menciptakan suatu standar prosedur untuk

36 memberikan jaminan terhadap kualitas sistem. Disinilah kegiatan criteria dapat membantu dengan menetapkan perioritas desain untuk setiap proyek tertentu. Sebuah desain yang baik memiliki tiga ciri-ciri yaitu : Tidak memiliki kelemahan. Syarat ini menyebabkan adanya penekanan pada evaluasi dari kualitas berdasarkan review dan eksperimen dan membantu dalam menentukan prioritas dari criteria yang akan mengatur dalam kegiatan pendesainan. Table dibawah ini adalah beberapa criteria umum yang digunakan dalam kegiatan desain yang berorientasi objek : Criterion Usable Secure Efficient Correct Reliable Maintainable Testable Fleksible Comprehensible Reusable Portable Interoperable Ukuran dari Kemampuan sistem untuk menyesuaikan diri dengan konteks, organisasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan teknis. Ukuran keamanan sistem dalam menghadapi akses yang tidak terotorisasi terhadap data dan fasilitas. Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform teknis. Pemenuhan dari kebutuhan. Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsi. Biaya untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan. Biaya untuk memastikan bahwa system yang dibentuk dapat melaksanakan fungsi yang diinginkan. Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk. Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman terhadap sistem. Kemungkinan untuk menggunakan bagian sistem pada sistem lain yang berhubungan. Biaya untuk memindahkan sistem ke platform teknis yang berbeda. Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang lain. Table 2.6 Beberapa kriteria dalam perancangan ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p178)

37 Menyeimbangkan beberapa criteria. Konflik sering terjadi antar criteria, oleh sebab itu untuk menentukan criteria mana yang akan diutamakan dan bagaimana cara untuk menyeimbangkannya dengan criteria-criteria yang lain bergantung pada situasi sistem tertentu. Usable, flexible, dan comprehensible. Kriteria-kriteria ini bersifat universal dan digunakan pada hampir setiap proyek pengembangan sistem Component Architecture Menurut Mathiassen Et al. (2000, pp ) arsitektur komponen adalah sebuah struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Komponen merupakan kumpulan dari bagian-bagian program yang membentuk suatu kesatuan dan memiliki fungsi yang jelas. Sebuah arsitektur komponen yang baik membuat sistem menjadi lebih mudah untuk dipahami, mengorganisasikan pekerjaan desain, menggambarkan stabilitas dari konteks sistem dan mengubah tugas desain menjadi beberapa tugas yang lebih tidak kompleks. Beberapa pola umum dalam desain komponen arsitektur : Arsitektur layered Merupakan bentuk yang paling umum dalam software. Contoh dari pola ini adalah model OSI yang sudah menjadi ISO untuk model jaringan. Sebuah arsitektur layered terdiri dari beberapa komponen yang dibentuk menjadi lapisan-lapisan dimana lapisan yang berada di atas bergantung kepada lapisan

38 yang ada dibawahnya. Perubahan yang terjadi pada suatu lapisan akan mempengaruhi lapisan diatasnya. «component» Layer i+1 Upward interface «component» Layer i Downward interface «component» Layer i-1 Arsitektur generic Gambar 2.8 Arsitektur Layered ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p193) Pola ini digunakan untuk merinci sistem dasar yang terdiri dari antar muka, function, dan komponen-komponen model. Dimana komponen model terletak pada lapisan yang paling bawah, diikuti dengan function sistem dan komponen interface diatasnya.

39 «component» «component» User Interface «component» System Interface «component» Function «component» Model «component» Technical «component» UIS «component» DBS «component» NS Gambar 2.9 Arsitektur generic ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p196) Arsitektur client-server Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah distribusi sistem di antara beberapa processor yang tersebar secara geografis. Komponen pada arsitektur ini adalah sebuah server dan beberapa client. Tanggung jawab daripada server adalah untuk menyediakan database dan resources yang dapat disebarkan kepada client melalui jaringan. Sementara client memiliki tanggung jawab untuk menyediakan antarmuka lokal untuk setiap penggunanya.

40 «component» Client 1 «component» Client 2 «component» Client n «component» Server Gambar 2.10 Arsitektur client-server ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p197) Berikut adalah beberapa jenis distibusi dalam arsitektur client-server dimana U adalah user interface, F adalah function, M adalah model. Client Server architecture U U+F+M Distributed presentation U F+M Local presentation U+F F+M Distributed functionality U+F M Centralized data U+F+M M Distributed data Table 2.7 Client-server architecture ( Sumber : Mathiassen L. Et al., 2000, p200) Process Architecture Menurut Mathiassen Et al. (2000, pp ) arsitektur proses adalah struktur dari eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling tergantung. Untuk mengeksekusi atau menjalankan sebuah system dibutuhkan processor. Sedangkan external device adalah processor khusus yang tidak dapat menjalankan

41 program. Arsitektur proses harus dapat memastikan bahwa sistem dapat dijalankan secara memuaskan dengan menggunakan processor yang telah tersedia. Objek-objek yang terlibat dalam sistem berorientasi objek yang berjalan dapat dibagi menjadi dua yaitu : Active objek yang telah diberikan sebuah proses dan aktif selama sistem dijalankan; dan komponen program, sebuah modul fisik dari kode program yang pasif selama eksekusi sistem kecuali pada saat dipanggil sebagai bagian dari eksekusi proses sampai eksekusi proses tersebut selesai dijalankan. Kegiatan arsitektur proses bermula dari komponen logic yang dihasilkan oleh kegiatan komponen dan bertujuan untuk menentukan struktur fisik dari sebuah sistem dengan : mendistribusikan komponen-komponen program ke processor yang akan digunakan untuk eksekusi sistem, mengkoordinasi pembagian sumber daya dengan active objek dan menghasilkan arsitektur yang tidak memiliki hambatan. Sumber daya yang pada umumnya digunakan secara bersama, yaitu : Processor Terjadi apabila ada dua atau lebih proses yang dieksekusi secara bersamaan pada satu processor. Program component Terjadi bila terdapat dua atau lebih proses yang secara bersamaan memanggil operasi pada komponen. External device Misalnya, pada penggunaan printer yang terhubung melalui network.

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi. diorganisasikan untuk mengumpulkan, memasukkan, mengolah dan

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi. diorganisasikan untuk mengumpulkan, memasukkan, mengolah dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Informasi Menurut O`Brein, James A (2003) sistem informasi adalah any organized combination of people, hardware, software, communications networks, and data

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut George H. Bodnar (2000, p6), sistem informasi akuntansi adalah sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mulyadi (2001, p2) Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Sistem Informasi Menurut Bodnar dan Hopwood yang diterjemahkan oleh Jusuf dan Tambunan (2000, p4), sistem informasi adalah penggunaan teknologi komputer dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Informasi Manajemen 2.1.1. Pengertian sistem Menurut pandangan McLeod (2001, p11) sistem merupakan sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 78 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah produk unit karoseri yang pernah diproduksi oleh PT. Karyatugas Paramitra dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Informasi ini kemudian

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi Akuntansi. mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Informasi ini kemudian BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Gelinas et al. (2005, p.15), Sistem Informasi Akuntansi adalah subsistem dari sistem informasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi SI telah menjadi komponen yang sangat penting bagi keberhasilan bisnis dan organisasi. Menurut Hall (2008, p7), SI adalah sebuah rangkaian prosedur

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang 127 BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI 4.1 The Task 4.1.1 Purpose Sistem yang dirancang bertujuan untuk mendukung persediaan bahan yang dimulai dari pendataan bahan yang baru, bahan masuk yang dimulai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut Bodnar dan Hopwood (2004) sistem informasi adalah the use of computer technology in an organization to provide information to users. (p.3).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut O Brien (2005, p29) sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007 / 2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN PADA NOTEBOOK88

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS 195 LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS 1. The Task. Penjelasan ringkas dari latar belakang dan hubungan dokumen. 1.1 Purpose. Maksud keseluruhan dari proyek pengembangan sistem. 1.2 System Definition.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem, Informasi, dan Sistem Informasi Dalam melakukan analisis sistem informasi untuk pembuatan sistem penjualan yang menjadi topik skripsi ini, dibutuhkan pemahaman

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PIUTANG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB 4. PT. Siaga Ratindotama

BAB 4. PT. Siaga Ratindotama BAB 4 Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Pembelian bahan baku PT. Siaga Ratindotama 4.1 Analysis Document 4.1.1 The Task 4.1.1.1 Purpose Pengembangan sistem informasi akuntansi pembelian bahan baku

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN PADA PT KEBAYORAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Whitten, Bentley dan Dittmann (2004,p.12) sistem informasi adalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Whitten, Bentley dan Dittmann (2004,p.12) sistem informasi adalah BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Informasi Menurut Whitten, Bentley dan Dittmann (2004,p.12) sistem informasi adalah sebuah susunan dari orang, data, proses data, dan teknologi informasi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Bodnar dan Hopwood (2004), sistem informasi adalah the use of

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Bodnar dan Hopwood (2004), sistem informasi adalah the use of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Informasi Menurut Bodnar dan Hopwood (2004), sistem informasi adalah the use of computer technology in an organization to provide information to users. A computer

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 88 A B Analisis Sistem Berjalan Membuat Rich Picture dari sistem yang sedang berjalan Perancangan database

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Menurut (Jerry J.Weygandt 2007:5) pengertian akuntansi adalah : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Dalam ISO 9000:2005, kualitas didefinisikan sebagai kumpulan dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Makna penelitian secara sederhana ialah bagaimana mengetahui sesuatu yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur yang sistematis. Proses sistematis ini tidak lain adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN UTANG

Lebih terperinci

Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang

Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang Gambar Window Transaksi Pengeluaran Barang Gudang L8 Gambar Window Laporan Fisik Persediaan L9 Gambar Window Laporan Status Persediaan L10 Gambar Window Laporan Management by Exception L11 L12 Descriptions

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Model perumusan masalah dan pengambilan keputusan yang digunakan dalam skripsi ini dimulai dengan melakukan observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI APLIKASI PENJUALAN JASA DAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem menurut Krismiaji (2010, p1) merupakan rangkaian komponen yang dikoordinasikan untuk mencapai serangkaian tujuan, yang memiliki karakteristik meliputi; komponen,

Lebih terperinci

Kelebihan Architecture layered: memecahkan layer menjadi bagian yang lebih kecil

Kelebihan Architecture layered: memecahkan layer menjadi bagian yang lebih kecil Kisi- kisi BINUS 2011 1. Jelaskan apa yg anda ketahui tentang Good Design? Desain yang baik memiliki sedikit kelemahan utama Sebuah desain yang baik bertujuan untuk mecapai properti yang bagus dan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1.1 Definisi Sistem Menurut Mulyadi (2001, p2) definisi sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Sistem informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DAN PIUTANG

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia teknologi informasi telah berkembang dengan sangat pesat dan terus mengalami penyempurnaan untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih baik. Dewasa

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah memberikan garis-garis besar tahapan penelitian secara keseluruhan yang disusun secara sistematis sehingga pada pelaksanaannya, penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mengacu pada berbagai literatur yaitu buku-buku, jurnal, dan sebagainya. Berikut ini dijabarkan teori yang mendasari penelitian. 2.1.Pengertian

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN PERSEDIAAN PADA PT. ANEKA BAUT ERIC NIM :

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN PERSEDIAAN PADA PT. ANEKA BAUT ERIC NIM : UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Jurusan Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program ganda Semester Genap tahun 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN. Persediaan yang baru ditampilkan pada gambar 4.1.

BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN. Persediaan yang baru ditampilkan pada gambar 4.1. 74 BAB 4 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN 4.1. Analysis 4.1.1. Rich Picture Rich Picture yang menggambarkan proses Sistem Informasi Manejemen Persediaan yang baru ditampilkan

Lebih terperinci

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar

Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar 261 Gambar 4.50 Form Bahan Baku Keluar e) Form Historis BB Bulanan Form ini merupakan form yang menampilkan data bahan baku keluar, tetapi data akan dikelompokkan dalam kurun waktu bulanan. Sehingga dari

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN P.D. SINAR MULIA 4.1. The Task 4.1.1. Purpose Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan P.D. Sinar Mulia mendukung kegiatan dari setiap pengguna

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Sistem Informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Sistem Informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Sistem Informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN UNTUK

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM BAB 4 PERANCANGAN SISTEM 4.1 Analysis Document 4.1.1 The Task 4.1.1.1 Purpose Pengembangan sistem informasi akuntansi pembelian dan utang usaha untuk PT. Fajar Surya Utama dilakukan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut merupakan diagram alir tahapan penelitian untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Super Shop and Drive: Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 83 1 Aktivitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data

BAB 2 LANDASAN TEORI. kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Bodnar dan Hopwood (2001,p1), sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya seperti manusia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama menuju suatu tujuan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama menuju suatu tujuan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O Brien ( 2001, p8 ) merupakan kumpulan dari komponen komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama menuju

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN, PERSEDIAAN DAN PENJUALAN TUNAI PADA PT TRISATYA MITRA ABADI

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN, PERSEDIAAN DAN PENJUALAN TUNAI PADA PT TRISATYA MITRA ABADI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Ilmu Komputer Program Studi Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2004 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMBELIAN, PERSEDIAAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT DAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. ke dalam informasi akuntansi, dengan tujuan untuk memuaskan kebutuhan

BAB 2 LANDASAN TEORI. ke dalam informasi akuntansi, dengan tujuan untuk memuaskan kebutuhan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Wilkinson et al. (2000, p7) Sistem Informasi Akuntansi adalah kesatuan struktur dalam sebuah entitas, seperti perusahaan, yang mempekerjakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Akuntansi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2007/2008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN IKLAN DAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Agar penelitian berjalan dengan lebih terarah dan sistematis, maka digunakan flowchart sebagai pedoman dalam setiap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Jenis-jenis Sistem Informasi Menurut Bodnar dan Hopwood (2004, p4), sistem informasi terdiri dari beberapa jenis, sebagai berikut : 1. Sistem Pengolahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Jurusan Sistem Informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil tahun 2007/008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Ganda Jurusan Sistem Informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil tahun 2007/008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Jurusan Sistem Informasi - Akuntansi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil tahun 2007/008 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut Whitten, et al. ( 2001, p8 ) sistem informasi adalah susunan dari orang orang, data, proses proses, tampilan informasi, dan teknologi informasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DAN PEMBELIAN PADA PT. NOORUMI CATUR MANUNGGAL

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DAN PEMBELIAN PADA PT. NOORUMI CATUR MANUNGGAL UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Informasi Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2004 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN DAN PEMBELIAN

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat, maka sudah semestinya setiap organisasi perusahaan mempersiapkan sebuah sistem yang baik agar

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT. JATI DHARMA INDAH PLYWOOD INDUSTRIES SKRIPSI. oleh.

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT. JATI DHARMA INDAH PLYWOOD INDUSTRIES SKRIPSI. oleh. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PEMBELIAN DAN HUTANG USAHA PADA PT. JATI DHARMA INDAH PLYWOOD INDUSTRIES SKRIPSI oleh Delis 0800758782 PROGRAM GANDA SISTEM INFORMASI DAN AKUNTANSI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung proses penelitian yang akan dibuat agar penelitian dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. bersumber dari beberapa pemasok yang mempunyai merk berbeda. mengenai latar belakang perusahaan dan mengumpulkan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Survey Pendahuluan PT. Anugerah Indah Makmur adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi makanan dan minuman ringan. Persediaan yang diperoleh perusahaan bersumber dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu kegiatannya sehari-hari seperti melakukan transaksi penjualan, pembelian, dan sebagainya.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERS EDIAAN, PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT.METALINDO GUNATAMA SKRIPSI. Oleh.

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERS EDIAAN, PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT.METALINDO GUNATAMA SKRIPSI. Oleh. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERS EDIAAN, PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT.METALINDO GUNATAMA SKRIPSI Oleh Wilia Wijaya 0900828493 PROGRAM GANDA SISTEM INFORMASI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PT. PUTRATUNGGAL ANEKA. menyediakan suku cadang kendaraan bermotor (spare part) bagi kendaraan

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PT. PUTRATUNGGAL ANEKA. menyediakan suku cadang kendaraan bermotor (spare part) bagi kendaraan BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PT. PUTRATUNGGAL ANEKA 4.1 Analysis Document 4.1.1 The Task 4.1.1.1 Purpose PT. PUTRATUNGGAL ANEKA adalah salah satu perusahaan pengelola kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tersedianya produk yang cukup merupakan faktor penting guna menjamin kelancaran proses produksi. Persediaan yang terlalu banyak atau persediaan yang terlalu sedikit

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uji Kenormalan Lilliefors Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI. with the common purpose of achieving an objective. Yang dapat diartikan bahwa sistem

Bab 2 LANDASAN TEORI. with the common purpose of achieving an objective. Yang dapat diartikan bahwa sistem Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Menurut O Brien (2003, p8), Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan umum dengan menerima masukan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1

Akuntansi Biaya. Materials : Controlling, Costing, and Planning. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen S1 Akuntansi Biaya Modul ke: Materials : Controlling, Costing, and Planning Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Definisi Bahan Baku adalah Bahan yang secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama menuju suatu tujuan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama menuju suatu tujuan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori teori Dasar/Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem menurut O Brien (2001, p8) merupakan kumpulan dari komponen komponen yang saling berhubungan yang bekerja sama menuju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap informasi yang dihasilkan berkaitan dengan sumber daya manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap informasi yang dihasilkan berkaitan dengan sumber daya manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perusahaan memerlukan sumber daya manusia sebagai pelaksana kegiatan operasionalnya yang merupakan penggerak dari perusahaan itu sendiri. Seringkali semakin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap BAB IV PEMBAHASAN Proses audit operasional dilakukan untuk menilai apakah kinerja dari manajemen pada fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan sudah dilaksanakan dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Wilkinson, et al. (2000, p7), Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu struktur yang menyatukan banyak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Sistem Menurut Mathiassen et al. (2000), system definition: A concide description of a computerized system expressed in natural language (p. 24). Maknanya adalah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Skripsi Sarjana Program Ganda Akuntansi Sistem Informasi Semester Ganjil 2005/2006 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN SUKU CADANG KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Informasi Program Studi Komputerisasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004/2005 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PT. MASTER WOVENINDO

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

Gambar Surat Permintaan Spare part

Gambar Surat Permintaan Spare part Gambar 4.78. Surat Permintaan Spare part 139 Gambar 4.79. Surat Kembali Barang 140 Gambar 4.80. Surat Permintaan Beli Spare part 141 Gambar 4.81. Surat Pengeluaran Barang 142 Gambar 4.82. Material Requisition

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Putra Jaya Gemilang.

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Akuntansi Biaya Modul ke: Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. suatu model pada Problem Domain. 2. Class Faktur Penjualan

BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI. suatu model pada Problem Domain. 2. Class Faktur Penjualan 199 BAB 4 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI 4.1 Component Design 4.1.1 Model Component Berikut ini merupakan analisis terhadap classes dan behaioral pattern yang diperoleh pada tahap Problem Domain Analysis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Akuntansi Setiap perusahaan mengharapkan mendapat keuntungan untuk mencapai hal tersebut manajemen harus dapat mengelola faktor-faktor produksi dimana dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini sistem informasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membantu kegiatan operasionalnya dan membantu perusahaan dalam mengambil sebuah keputusan atas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori umum 2.1.1 Pengertian Sistem Sistem menurut McLeod, Jr (2001, p11) adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh. Marius

SKRIPSI. oleh. Marius ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DAN PERSEDIAAN PADA PT CIPTA SUMBER SEJAHTERA SKRIPSI oleh Marius 1100042622 PROGRAM GANDA SISTEM INFORMASI DAN AKUNTANSI UNIVERSITAS BINA

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai pendukung teori adanya penelitian ini. Teori-teori yang menjadi bahan rujukan berkaitan tentang manajemen

Lebih terperinci