BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inventory atau Persediaan Inventory adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya[10]. Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha umumnya memiliki persediaan, meskipun sebenarnya persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karena sebelum persediaan digunakan berarti dana yang terikat didalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan lainnya[5]. 2.2 Pengelolaan Persediaan Sistem pengelolaan persediaan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan. Sistem ini menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat. Mengelola persediaan yang tepat bukan hal yang mudah. Apabila jumlah persediaan terlalu besar (overstock) mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar (yang tertanam dalam persediaan), resiko kerusakan barang yang lebih besar dan biaya penyimpanan yang tinggi. Namun jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stockout) karena seringkali barang tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan, yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya penjualan, bahkan hilangnya pelanggan. Pengelolaan pengadaan persediaan perlu diperhatikan karena berkaitan langsung dengan biaya yang harus ditanggung perusahaan sebagai akibat adanya persediaan. Oleh karena itu, diharapkan terjadi keseimbangan dalam pengadaan II-1

2 II-2 persediaan sehingga dapat melayani kebutuhan barang dengan tepat dan dengan biaya yang rendah[5]. 2.3 Tujuan Pengelolaan Persediaan Pengelolaan persediaan adalah kegiatan dalam memperkirakan jumlah persediaan yang tepat, dengan jumlah yang tidak terlalu besar dan tidak pula kurang atau sedikit. Persediaan mempunyai peran besar dalam rangka mempermudah atau memperlancar operasi perusahaan. Persediaan yang diadakan, antara lain bertujuan untuk : 1. Menghilangkan resiko keterlambatan barang tiba. 2. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan. 3. Untuk menjaga keberlangsungan produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses produksi. 4. Memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada konsumen dengan tersedianya barang yang diperlukan[5]. 2.4 Biaya-biaya Persediaan Tujuan dari pengelolaan persediaan adalah memiliki persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat dan dengan biaya yang rendah. Karena itu, metode persediaan menjadikan biaya sebagai parameter dalam mengambil keputusan. Untuk pengambilan keputusan mengenai jumlah persediaan, biaya-biaya yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Biaya Pembelian Biaya pembelian dari suatu item adalah harga pembelian setiap unit item. 2. Biaya Pemesanan Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang.

3 II-3 3. Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan merupakan biaya yang timbul akibat disimpannya suatu item atau barang. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah : a. Biaya Modal Penumpukkan barang digudang berarti penumpukkan modal. b. Biaya Gudang Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan Biaya yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. d. Biaya Kadaluarsa Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model. e. Biaya Asuransi Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kebakaran[4]. 2.5 Jenis-jenis Persediaan Secara umum, persediaan dapat dibedakan dalam beberapa jenis, antara lain sebagai berikut : 1. Persediaan bahan baku Barang persediaan yang akan diproses lebih lanjut melalui proses produksi, sehingga akan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan. 2. Persediaan barang setengah jadi Barang persediaan yang telah mengalami perubahan, tetapi belum selesai sehingga diperlukan waktu proses produksi sampai menjadi barang jadi.

4 II-4 3. Persediaan barang jadi Barang persediaan yang diperoleh dari hasil proses produksi yang sudah selesai dan disimpan di gudang perusahaan.[4]. 2.6 Integrasi Data Integrasi data adalah kemampuan untuk menggabungkan data dari dua sumber yang berbeda dalam rangka mendukung manajemen informasi dan mendukung pengguna untuk melihat kesatuan data[11]. Proses pertukaran data memungkinkan pengolahan data dapat dilakukan yang mengakibatkan terjadinya integrasi data yang dapat diakses secara cepat, tepat, dan akurat[12]. Sistem pencatatan transaksi akan terintegrasi dengan inventory, dimana keluar masuknya obat akan mengubah data stok obat dengan berkurang atau bertambah obat melalui transaksi pembelian dan penjualan. 2.7 Economic Order Quantity (EOQ) Agar perusahaan tetap dapat menjamin kelangsungan operasinya, serta dapat mencapai tujuannya untuk memaksimalisasi nilai dari perusahaan, diperlukan tindakan yang terarah dalam mengadakan persediaan didalam perusahaannya. Untuk itu dapat digunakan metode EOQ, yang merupakan penentuan besarnya jumlah unit yang harus dipesan setiap kali mengadakan pemesanan agar biaya-biaya yang berkaitan dengan pengadaan persediaan adalah minimal[6]. Metode ini mempertimbangkan dua macam biaya, yakni biaya penyimpanan dan biaya pemesanan[7]. Dengan metode EOQ dapat ditentukan reorder point (ROP) untuk memperhitungkan kapan harus dilakukan pemesanan kembali. Safety stock juga diperlukan dalam metode EOQ untuk menghindari atau mengantisipasi kekurangan persediaan (stockout). Ketiga bagian itu yang menunjang terciptanya suatu keseimbangan dalam sebuah perusahaan[6]. Dalam metode economic order quantity memiliki beberapa asumsi yang perlu dipahami, antara lain :

5 II-5 1. Kebutuhan atau permintaan barang diketahui. 2. Harga barang diketahui dan tidak tergantung dari jumlah yang dibeli. 3. Biaya pemesanan per pesanan diketahui. 4. Biaya penyimpanan per unit diketahui dan konstan. 5. Lead time atau waktu tunggu sejak pemesanan sampai barang tiba juga diketahui dan konstan [6]. Untuk menghitung nilai Economic Order Quantity (EOQ), dapat digunakan rumus sebagai berikut : Q = TC = ½ x P x C x Q + R x F x (1/Q) Keterangan : Q : jumlah pesanan (nilai EOQ) TC : total biaya persediaan (TC) R : jumlah (unit) yang dibutuhkan atau permintaan dalam satu tahun F : biaya setiap kali melakukan pesanan C : biaya penyimpanan, dinyatakan sebagai persentase atas harga beli. P : harga beli per unit[7]. 2.8 Safety Stock Persediaan pengaman atau sering pula disebut safety stock merupakan suatu sarana pencegah terjadinya kekurangan persediaan. Safety stock adalah persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan pada saat tertentu maupun pada saat tenggang waktu (lead time) dalam proses pemesanan. Apabila safety stock tidak mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut, maka akan terjadi kekurangan persediaan (stockout).

6 II-6 berikut[6]: Untuk menghitung nilai Safety Stock dapat digunakan rumus sebagai Safety Stock = (penggunaan max per hari - penggunaan rata-rata per hari) x lead time 2.9 Reorder Point (ROP) Selain memperhitungkan metode EOQ (Economic Order Quantity), perusahaan juga perlu memperhitungkan kapan harus dilakukan pemesanan kembali (Reorder Point). Reorder point adalah suatu titik ketika perusahaan harus mengadakan pemesanan kembali sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan tepat pada saat persediaan di titik nol atau pada tingkat safety stock yang ditetapkan. Dalam menentukan atau menetapkan reorder point kita harus memperhatikan hal berikut : 1. Waktu tunggu sejak pemesanan sampai barang tiba (lead time). 2. Besarnya safety stock. Untuk menghitung Reorder Point (ROP) dapat digunakan rumus sebagai berikut[6]: ROP = (lead time x penggunaan rata-rata per hari) + safety stock 2.10 Lead Time Lead time adalah waktu tunggu atau waktu yang dibutuhkan antara barang dipesan hingga sampai diperusahaan. Lead time ini akan mempengaruhi besarnya barang yang digunakan selama masa lead time, semakin lama lead time maka akan semakin besar barang yang diperlukan selama masa lead time[6] Unidentified Modelling Language (UML) Unidentified modelling language (UML) adalah sekumpulan simbol dan diagram untuk memodelkan software untuk menjelaskan proses analisis dan desain berorientasi objek. UML menyediakan standar pada notasi dan diagram yang bisa digunakan untuk memodelkan suatu sistem. UML memungkinkan untuk melakukan permodelan secara visual, yaitu penekanan pada penggambaran, bukan didominasi

7 II-7 oleh narasi. Permodelan visual membantu untuk menangkap struktur dan kelakuan dari objek, mempermudah penggambaran interaksi antara elemen dalam sistem, dan mempertahankan konsistensi antara desain dan implementasi dalam pemrograman[8] Use Case Diagram Use case diagram menjelaskan urutan kegiatan yang dilakukan actor dan sistem untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Walaupun menjelaskan kegiatan, namun use case hanya menjelaskan apa yang dilakukan oleh actor dan sistem, bukan bagaimana actor dan sistem melakukan kegiatan tersebut. Use case diagram menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh sistem yang akan dibangun dan siapa yang berinteraksi dengan sistem. Use case diagram terdiri atas diagram untuk use case dan actor. Actor adalah orang yang akan mengoperasikan atau orang yang berinteraksi dengan sistem aplikasi. Use case adalah operasi-operasi yang dilakukan oleh actor. Use case digambarkan berbentuk elips dengan nama operasi dituliskan di dalamnya actor yang melakukan operasi dihubungkan dengan garis lurus ke use case[8] Sequence Diagram Sequence Diagram menjelaskan secara detil urutan proses yang dilakukan dalam sistem untuk mencapai tujuan dari use case, diantaranya yaitu interaksi yang terjadi antar class, operasi apa saja yang terlibat, urutan antar operasi, dan informasi yang diperlukan oleh masing-masing operasi. Sequence diagram biasanya tersusun dari elemen objek, interaction dan message. Interaction menghubungkan objek dengan pesannya. Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu[8].

8 II Class Diagram Class diagram menunjukkan hubungan antar class dalam sistem yang sedang dibangun dan bagaimana mereka saling berkolaborasi untuk mencapai suatu tujuan tertntu. Class diagram memberi kita gambaran tentang sistem/perangkat lunak dan relas-relasi yang ada didalamnya. Class diagram dibangun berdasar use case diagram atau sequence diagram yang telah dibuat sebelumnya. Class digambarkan dengan sebuah kotak dibagi menjadi tiga bagian. Bagian paling atas diisikan nama class, bagian tengah diisikan atribut yang dimiliki class, bagian bawah diisikan metode atau operation dari class[8].