PENGEMBANGAN MODEL JOINT DYNAMIC PRICING UNTUK DUA PENERBANGAN PARALEL MEMPERTIMBANGKAN OVERBOOKING, CANCELLATIONS, DAN NO-SHOW CUSTOMERS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN MODEL JOINT DYNAMIC PRICING UNTUK DUA PENERBANGAN PARALEL MEMPERTIMBANGKAN OVERBOOKING, CANCELLATIONS, DAN NO-SHOW CUSTOMERS"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN MODEL JOINT DYNAMIC PRICING UNTUK DUA PENERBANGAN PARALEL MEMPERTIMBANGKAN OVERBOOKING, CANCELLATIONS, DAN NO-SHOW CUSTOMERS Hilman Pradana, Ahmad Rusdiansyah Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya ; Abstrak Pada penelitian ini dilakukan pengembangan model joint dynamic pricing untuk dua penerbangan paralel dengan mempertimbangkan overbooking, cancellations, dan no-show customers. Pengembangan dilakukan berdasarkan model penelitian terdahulu yang telah disusun oleh Xiao, dkk (2008), dan Subramanian, dkk (1999). Model yang dikembangkan merupakan model dynamic programming, yang akan mengoptimalkan harga tiket kedua penerbangan paralel secara dinamis, yang dapat dipilih dari beberapa alternatif harga tiket yang ditetapkan sebelumnya. Dengan memilih harga tiket yang optimal, total expected revenue kedua penerbangan dapat dimaksimalkan. Selain itu, batas overbooking juga ditetapkan secara optimal untuk mengantisipasi terjadinya cancellations dan no-shows. Perancangan perangkat lunak juga dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan percobaan numerik terhadap model yang dikembangkan. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa tingginya tingkat cancellation per customer dan tingginya peluang no-shows akan mengurangi total pendapatan. Namun penerapan overbooking secara optimal dapat meningkatkan utilisasi kapasitas pesawat, sehingga dapat memperbaiki perolehan total pendapatan kedua penerbangan paralel. Kata kunci : revenue management, joint dynamic pricing, penerbangan paralel, overbooking, cancellations, no-shows, dynamic programming Abstract In this research, joint dynamic pricing model is developed for two parallel flights by considering overbooking, cancellations, and no-show customers. The development is based on previous research models that have been composed by Xiao, et al (2008), and Subramanian, et al (1999). The model developed is a dynamic programming model, which optimizes ticket price of both flights dynamically, which can be chosen from several alternatives ticket price set previously. By choosing the optimal ticket price, total expected revenue of two flights can be maximized. In addition, overbooking limit is also set optimally to anticipate the occurrence of cancellations and no-shows. Software design are also made to simplify the implementation of numerical experiments on the model developed. The results obtained show that high cancellation rate per customer and a high probability of no-shows, will reduce total revenue. However, the implementation of an optimal overbooking policy can increase the utilization of aircraft capacity, so it can improve the acquisition of the total revenue from the two parallel flights. Key Words : revenue management, joint dynamic pricing, parallel flights, overbooking, cancellations, no-shows, dynamic programming. 1. Pendahuluan Pada industri penerbangan sudah menjadi hal yang umum untuk menjual tiket pesawat dengan harga yang berbeda-beda untuk memaksimalkan pendapatan. Ini merupakan pengaplikasian revenue management pada industri penerbangan. Menurut Cross (1997), Revenue management (RM) merupakan penerapan berbagai disiplin taktik yang memprediksi perilaku konsumen dan mengoptimalkan ketersediaan produk dan harga produk untuk memaksimalkan pertumbuhan pendapatan. Pada airline revenue management terdapat dua keputusan dasar yang dapat dilakukan. Yang pertama adalah keputusan alokasi kursi untuk segmen-segmen kustomer (seat allocation). Kedua adalah keputusan penentuan harga tiket yang dijual (pricing). Keduanya dilakukan untuk mengontrol permintaan agar sesuai dengan persediaan kursi 1

2 penerbangan yang dimiliki, sehingga pendapatan yang diperoleh maksimal. Penelitian-penelitian dalam bidang airline revenue management telah banyak dilakukan. Terutama yang menyangkut pengoptimasian pendapatan untuk penerbangan tunggal. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Subramanian, dkk (1999). Penelitian tersebut fokus pada keputusan seat allocation untuk penerbangan tunggal dengan multiple class. Selain itu, pada penelitian tersebut juga mempertimbangkan adanya overbooking, cancellations, serta no-shows. Cancellations merupakan pembatalan pemesanan tiket yang dilakukan oleh kustomer saat selling horizon masih berlangsung. Sedangkan no-show customers merupakan kustomer yang tidak datang saat keberangkatan penerbangan. Keduanya merupakan pembatalan atas pemesanan yang dilakukan sebelumnya, dan untuk kedua hal tersebut biasanya maskapai penerbangan memberikan refund dalam jumlah tertentu. Cancellations maupun no-shows merupakan hal yang mungkin saja terjadi dalam industri penerbangan. Kedua hal tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi maskapai penerbangan. Yang pertama, sejumlah refund yang diberikan akan mengurangi pendapatan maskapai penerbangan. Kedua, akan ada beberapa kursi pesawat yang tidak terisi karena maskapai penerbangan susah untuk menjual kembali tiket-tiket yang telah dibatalkan pada saat telah mendekati atau saat keberangkatan penerbangan. Untuk mengatasi kerugiankerugian tersebut, maskapai penerbangan dapat menerapkan kebijakan overbooking. Overbooking merupakan suatu cara untuk menjual tiket melebihi kapasitas kursi yang tersedia. Dengan demikian diharapkan kursikursi tetap terisi oleh kustomer yang memesan tiket berlebih tersebut, walaupun beberapa kustomer telah melakukan cancellation ataupun no-show. Namun kebijakan overbooking bukannya tidak memiliki kelemahan dan konsekuensi tersendiri. Hal yang justru dapat merugikan maskapai penerbangan adalah ketika ternyata jumlah kustomer yang datang saat keberangkatan melebihi kapasitas kursi pesawat yang tersedia. Ini menyebabkan beberapa kustomer tidak mendapatkan bagian kursi pada penerbangan yang dipilihnya (bumped passengers). Terhadap beberapa kustomer yang tidak kebagian kursi pesawat tersebut, maskapai penerbangan harus memberikan kompensasi tertentu atas kerugian yang mereka alami. Ini dapat menjadi kerugian bagi maskapai penerbangan, karena mereka harus mengeluarkan biaya overbooking penalty yang besarnya dapat melebihi harga tiket itu sendiri. Karena itu, batas overbooking ini perlu ditetapkan secara optimal agar dapat berfungsi dengan baik untuk memaksimalkan pendapatan bagi maskapai penerbangan. Batas overbooking yang terlalu rendah belum mampu meningkatkan utilitas pesawat secara optimal. Namun batas overbooking yang terlalu tinggi beresiko menyebabkan besarnya biaya overbooking penalty yang harus dikeluarkan. Kedua kondisi tersebut bukan kondisi yang akan menyebabkan pendapatan bernilai maksimal. Penelitian-penelitian untuk penerbangan tunggal, termasuk penelitian Subramanian, dkk tersebut, belum memperhatikan adanya keterkaitan antara satu penerbangan dengan penerbangan yang lain. Padahal keputusan yang diambil untuk suatu penerbangan, misalnya keputusan penetapan harga, akan mempengaruhi permintaan dan pendapatan penerbangan yang lain. Beberapa penelitian telah dilakukan dengan memperhatikan adanya dua penerbangan, yang kebanyakan dalam kondisi persaingan antar maskapai penerbangan. Namun, Xiao, dkk (2008) telah melakukan penelitian untuk dua penerbangan paralel yang dimiliki maskapai penerbangan yang sama, melayani rute yang sama, dengan jadwal keberangkatan yang berbeda. Pada penelitian Xiao, dkk, keterkaitan antara dua penerbangan paralel dapat terjadi karena terdapat perilaku kustomer yang memilih penerbangan berdasarkan faktor harga tiket. Kustomer tersebut akan memilih penerbangan yang harga tiketnya lebih murah. Dengan demikian permintaan kustomer terhadap suatu penerbangan bergantung pada harga tiket penerbangan yang satunya. Hal ini selanjutnya akan berpengaruh pada perolehan total pendapatan kedua penerbangan. Maskapai penerbangan tentu saja ingin mengoptimalkan total pendapatan untuk kedua penerbangan tersebut secara bersamaan. Joint dynamic pricing merupakan keputusan dalam revenue management yang terkait dengan penentuan harga tiket pesawat. Dengan joint dynamic pricing, maskapai penerbangan akan menetapkan harga tiket dua 2

3 peberbangan paralel yang dimilikinya secara bersama-sama dan dinamis, berubah-ubah selama selling horizon. Secara bersama-sama dengan melihat tingkat ketersediaan kursi kedua penerbangan, karena keputusan harga pada salah satu penerbangan akan berpengaruh terhadap permintaan pada penerbangan yang lain. Sedangkan dinamisasi dalam penetapan harga tiket ini dilakukan dengan tujuan untuk menyesuaikan antara permintaan yang berfluktuasi dengan tingkat persediaan kursi kedua penerbangan yang juga berubah-ubah selama selling horizon. Kesesuaian antara permintaan dengan persediaan kursi akan menghasilkan total pendapatan yang maksimal dari penjualan tiket kedua penerbangan. Dalam penelitian Xiao, dkk belum mempertimbangkan adanya overbooking, cancellations maupun no-shows. Untuk itu, pada penelitian ini dilakukan pengembangan model joint dynamic pricing untuk dua penerbangan paralel dengan mempertimbangkan adanya overbooking, cancellations, dan no-show customers. Pengembangan yang dilakukan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Xiao, dkk (2008), sedangkan permasalahan overbooking, cancellations dan no-shows mengacu pada penelitian Subramanian, dkk (1999). Pada penelitian ini dipelajari bagaimana joint dynamic pricing yang optimal jika dikaitkan dengan adanya tingkat cancellations, no-shows dan kebijakan overbooking. 2. Deskripsi Model Penelitian Pada penelitian ini akan dikembangkan sebuah model dynamic programming yang akan dapat mengoptimalkan penentuan harga tiket untuk dua penerbangan paralel, dengan mempertimbangkan perilaku kustomer dalam memilih penerbangan, serta mempertimbangkan adanya overbooking, cancellations, dan noshows. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan total expected revenue yang dapat diperoleh dari kedua penerbangan paralel. Penerbangan paralel merupakan penerbangan yang dimiliki oleh satu maskapai penerbangan, melayani rute yang sama namun dengan jadwal keberangkatan yang berbeda. Dalam model penelitian ini terdapat dua penerbangan paralel, penerbangan A dan penerbangan B. Berdasarkan perilakunya dalam memilih di antara kedua penerbangan ini, kustomer dapat dibedakan menjadi time sensitive customers (memilih berdasarkan faktor jadwal keberangkatan), dan price sensitive customers (memilih penerbangan yang harga tiketnya lebih murah). Kustomer tipe I dan II adalah customer yang memilih berdasarkan faktor jadwal penerbangan. Kustomer jenis ini biasanya merupakan business passenger dimana mereka lebih sibuk dan jadwal penerbangan merupkan faktor penting bagi mereka. Kustomer tipe I akan memilih penerbangan A, sedangkan kustomer tipe II akan memilih penerbangan B. Kustomer tipe III adalah price sensitive customers yang akan memilih penerbangan setelah membandingkan harga penerbangan yang masih tersedia. Kemudian kustomer tipe III ini akan menentukan pilihannya pada penerbangan yang harga tiketnya paling murah. Seandainya harga kedua penerbangan sama, maka dengan peluang β, kustomer tipe III akan memilih penerbangan A, sebaliknya dengan peluang 1 β, akan memilih penerbangan B. Selling horizon dibagi menjadi sejumlah events (t) sebagai waktu yang sangat singkat, dimana pada tiap event, hanya salah satu dari beberapa kejadian berikut ini dimungkinkan untuk terjadi : (1) kejadian datangnya seorang kustomer; (2) kemungkinan adanya kustomer yang membatalkan pembelian tiketnya; (3) tidak terjadi apapun pada event tersebut. Kustomer yang akan memesan tiket, datang dengan tingkat kedatangan λ t pada event ke-t. Tingkat kedatangan berdistribusi poisson. Proporsi untuk masing-masing tipe kustomer adalah α ti pada event ke-t, dimana i = 1, 2, 3, menunjukkan tipe kustomer dan i α ti = 1. Sehingga λ ti = λ t.α ti, menunjukkan tingkat kedatangan masingmasing tipe kustomer yang ada, pada event ke-t. Sedangkan pembatalan pembelian terjadi dengan tingkat pembatalan q ta dan q tb per kustomer untuk penerbangan A dan B pada event ke-t. Jika jumlah kustomer yang telah memesan tiket untuk penerbangan A dan B adalah x A dan x B, maka peluang terjadi pembatalan pembelian tiket pada suatu event untuk penerbangan A, q ta (x A ) = q ta.x A, dan q tb (x B ) = q tb.x B untuk penerbangan B. Dengan demikian, karena hanya salah satu kejadian yang akan terjadi pada tiap event, maka 0 λ t + q ta.x A + q tb.x B 1. Selling horizon untuk penerbangan A dan B sama, dan dituliskan dengan [0,T], dimana T adalah akhir dari selling horizon dan 0 merupakan awal dari selling horizon. Sedangkan 3

4 event T + 1 merupakan event setelah selling horizon berakhir, yaitu ketika keberangkatan pesawat. Tiket untuk kedua penerbangan dapat dijual dengan k alternatif harga P = {p 1, p 2, p 3,, p k }, dimana p 1 > p 2 > > p k. Kustomer yang datang dan memilih suatu penerbangan (A atau B) akan mau untuk membeli tiket dengan peluang F t (P A ) atau F t (P B ), tergantung berapa harga yang ditawarkan kepada kustomer pada saat itu untuk penerbangan yang dia pilih. Peluang penerimaan untuk tiap-tiap alternatif harga berbeda-beda, semakin murah harga tiket akan semakin besar peluangnya untuk diterima oleh kustomer. Pada tiap-tiap event selama selling horizon akan diputuskan harga tiket yang optimal untuk ditawarkan kepada kustomer, yaitu p A untuk penerbangan A, dan p B untuk penerbangan B. Melalui model dynamic programming yang dikembangkan, harga yang optimal tersebut dapat diketahui. Kustomer yang memutuskan untuk membeli tiket pesawat saat event ke-t, akan menambah pada expected revenue sebesar p A atau p B sesuai dengan penerbangan yang dia pilih. Namun sebaliknya, kustomer yang membatalkan pemesanan tiketnya, akan diberikan refund (c), dan mengurangi expected revenue sebesar nilai refund tersebut, apakah itu pembatalan untuk penerbangan A ataupun pembatalan untuk penerbangan B. Setelah selling horizon berakhir dan tiba jadwal keberangkatan (T+1), dapat dimungkinkan terjadinya no-shows. Seorang kustomer yang masih memiliki tiket hingga waktu keberangkatan, dapat dimungkinkan untuk menjadi no-show customer dengan peluang γ. Y(x A ) maupun Y(x B ) merupakan jumlah kustomer yang datang saat keberangkatan untuk penerbangan A dan penerbangan B berturut-turut, jika jumlah tiket yang terpesan hingga saat itu sejumlah x A dan x B. Dengan demikian Y(x A ) maupun Y(x B ) berdistribusi binomial-(x A, 1-γ) dan binomial- (x B, 1-γ). Expected no-show sebanyak x A -Y(x A ) untuk penerbangan A, dan x B -Y(x B ) untuk penerbangan B. Sejumlah kustomer yang tidak datang saat waktu keberangkatan tersebut akan diberikan refund yang nilainya bisa lebih besar dibanding kustomer yang melakukan pembatalan pemesanan. Misalkan kapasitas penerbangan A dan B adalah C A dan C B. Pada saat keberangkatan penerbangan dapat dimungkinkan bahwa jumlah kustomer yang datang (Show-up), Y(x A ) maupun Y(x B ), melebihi jumlah kapasitas kursi pesawat C A ataupun C B. Hal ini disebabkan adanya kebijakan overbooking yang diberlakukan, yaitu menjual tiket melebihi kapasitas kursi pesawat yang tersedia. Kelebihan jumlah kustomer ini mengharuskan maskapai penerbangan memberikan kompensasi kepada mereka. Dengan demikian timbullah biaya overbooking penalty (s), untuk tiap kustomer yang berlebih. Melalui model yang dikembangkan akan dapat diketahui pengaruh jumlah overbooking terhadap total expected revenue yang dapat diperoleh untuk kedua penerbangan. Notasi v A dan v B merupakan batas jumlah overbooking untuk penerbangan A dan B secara berturutturut. 3. Model Penelitian Penyelesaian model dynamic programming dimulai dari event terakhir (T+1) terlebih dahulu. kemudian secara berurut mundur, dilakukan perhitungan untuk event sebelumnya, hingga event ke-0. Pada tiap event tersebut akan dilakukan perhitungan R t (n A, n B ), yaitu expected revenue selama sisa waktu [t,t+1], jika tiket yang tersisa saat itu (event ke-t) untuk penerbangan A sebanyak n A dan untuk penerbangan B sebanyak n B. Maka total expected revenue merupakan revenue yang dapat diperoleh saat awal selling horizon (t=0), jika tiket belum ada yang terjual sama sekali, R 0 (C A +v A,C B +v B ). 3.1 Model pada event T+1 Event T+1 merupakan event yang terjadi setelah selling horizon berakhir, yaitu saat keberangkatan penerbangan A maupun penerbangan B. Pada saat itu, yang dimungkinkan terjadi hanyalah adanya kustomer yang tidak datang atau no-show customer. Tidak ada pertambahan pendapatan untuk maskapai penerbangan, namun timbul dua macam biaya. Biaya yang timbul adalah biaya refund untuk no-show customers, serta overbooking penalty jika kustomer yang datang melebihi kapasitas kursi pesawat yang tersedia. Biaya yang mungkin terjadi ini akan mengurangi perolehan total expected revenue kedua penerbangan. Sehingga fungsi expected revenue pada event T+1 adalah sebagai berikut : 4

5 R T+1 (n A, n B ) = E π Y(x A ) π Y(x B ) x A Y(x A ) d x B Y(x B ) d R (4.1) t (0,0) terjadi saat itu. Berikut ini fungsi expected revenue untuk keadaan 1. = max 0, (1 γ) (C A + v A n A ) C A s max 0, (1 γ) (C B + v B n B ) C B s [(C A + v A n A ) (1 γ) (C A + v A n A )] d [(C B + v B n B ) (1 γ) (C B + v B n B )] d, (1) π Y(x A ) dan π Y(x B ) secara berturutturut merupakan total biaya overbooking yang dapat terjadi untuk penerbangan A dan penerbangan B. Perhitungan pada event T+1 dengan kombinasi sisa tiket n A dan n B, akan digunakan untuk perhitungan pada event sebelumnya. Perlu dilakukan perhitungan pada event T+1 dengan berbagai macam kombinasi sisa tiket yang mungkin terjadi saat itu. 3.2 Model pada event t < T+1 Event t < T + 1 merupakan events yang terjadinya selama selling horizon. Pada saat itu, jika tiket masih tersisa, maka maskapai penerbangan masih dapat menjual kursi yang tersisa tersebut dengan harga yang optimal. Selain itu pada event t < T + 1, dimungkinkan juga terjadi pembatalan pemesanan oleh kustomer yang telah membeli tiket sebelumnya. Kustomer yang melakukan pembatalan ini akan diberikan refund oleh maskapai penerbangan. Untuk menghitung expected revenue serta optimal joint pricing pada event t (t < T + 1), maka diperlukan hasil perhitungan expected revenue pada event setelahnya, yaitu event t + 1. Terdapat 4 macam keadaan yang merepresentasikan keadaan sisa kursi yang berbeda, sehingga masing-masing memerlukan formulasi yang berbeda. Berikut ini formulasi expected revenue pada event t, pada 4 macam keadaan yang berbeda. Keadaan 1 : Jika n A = n B = 0, pada kasus ini, jumlah tiket yang terpesan untuk kedua penerbangan telah mencapai batas overbooking maksimal. Sehingga tidak perlu dicari optimal pricing, dan tidak ada pertambahan pendapatan bagi perhitungan expected revenue dalam keadaan ini. Namun pembatalan masih dapat = (C A + v A )q t A [R t+1 (1,0) c] +(C B + v B )q t B [R t+1 (0,1) c] + 1 (C A + v A )q t A (C B + v B )q t B R t+1(0,0) (2) Keadaan 2 : Jika n A = 0, n B > 0, pada kasus ini, hanya penerbangan B yang masih menyisakan tiket untuk dijual. Sedangkan penerbangan A telah menjual seluruh tiketnya hingga batas maksimal overbooking. Sehingga pada keadaan ini, akan dihitung expected revenue dan ditentukan optimal pricing untuk penerbangan B (p B ). Pada kasus ini, jika ada kustomer tipe III yang datang, akan langsung memilih penerbangan B, karena tiket penerbangan A sudah habis. R t (0, n 2 ) = max λ p B P t2 + λ t3 F t(p B )[p B + R t+1 (0, n 2 1)] +(C A + v A )q t A [R t+1 (1, n 2 ) c] +(C B + v B n 2 )q t B [R t+1 (0, n 2 + 1) c] + 1 λ t 2 + λ t3 F t(p B ) (C A + v A )q t A (C B + v B n 2 )q t B R t+1(0, n 2 )} (3) Keadaan 3 : Jika n 1 > 0, n 2 = 0, pada kasus ini, hanya penerbangan A yang masih menyisakan tiket untuk dijual. Sedangkan penerbangan B telah menjual seluruh tiketnya hingga batas maksimal overbooking. Sehingga pada keadaan ini, akan dihitung expected revenue dan ditentukan optimal pricing untuk penerbangan A (p A ). Pada kasus ini, jika ada kustomer tipe III yang datang, akan langsung memilih penerbangan A karena tiket untuk penerbangan B telah terjual habis hingga batas overbooking. R t (n 1, 0) = max (λ p A P t1 + λ t3 )F t(p A )[p A + R t+1 (n 1 1,0)] +(C A + v A n 1 )q t A [R t+1 (n 1 + 1,0) c] 5

6 +(C B + v B )q t B [R t+1 (n 1, 1) c] + 1 λ t 1 + λ t3 F t(p A ) (C A + v A n 1 )q t A (C B + v B )q t B R t+1 (n 1, 0)} (4) Keadaan 4 : Jika n 1 > 0, n 2 > 0, pada kasus ini tiket kursi yang terjual untuk kedua penerbangan masih belum mencapai batas overbooking. Maskapai penerbangan masih dapat memperoleh pendapatan dari keduanya. Sehingga harus ditentukan optimal joint pricing untuk kedua penerbangan. R t (n 1, n 2 ) = max λ t p A,p 1 + βλ t3 I {p A =p B } + λ t 3 I {p A <p B } F t (p A )[p A + B R t+1 (n 1 1, n 2 )] + λ t 2 + (1 β)λ t 3 I {pa =p B } + λ t 3 I {p A >p B })F t (p B )[p B + R t+1 (n 1, n 2 1)] +(C A + v A n 1 )q t A [R t+1 (n 1 + 1, n 2 ) c] +(C B + v B n 2 )q t B [R t+1 (n 1, n 2 + 1) c] + 1 λ t 1 + βλ t3 I {p A =p B } + λ t 3 I {p A <p B } F t (p A ) λ t 2 + (1 β)λ t 3 I {pa =p B } + λ t 3 I {p A >p B })F t (p B ) (C A + v A n 1 )q t A (C B + v B n 2 )q t B R t+1 (n 1, n 2 )} (5) 4. Perhitungan Batas Overbooking yang Optimal Dengan mengetahui pengaruh tingkat overbooking terhadap total expected revenue untuk kedua penerbangan paralel, maka dapat dicari tingkat overbooking yang optimal untuk diberlakukan selama selling horizon. Gambar 4.1 merupakan flowchart untuk mencari tingkat overbooking yang optimal bagi kedua penerbangan paralel. Gambar 4.1 Flowchart Perhitungan Batas Overbooking yang optimal Pada keadaan tertentu overbooking dapat meningkatkan pendapatan bagi maskapai penerbangan. Namun tingkat overbooking pada suatu titik tertentu akan mencapai keadaan optimal, sehingga jika ditambahkan lagi justru tidak dapat memaksimalkan pendapatan. Hal ini dikarenakan jika jumlah overbooking yang diperbolehkan terlalu banyak, akan beresiko menimbulkan biaya overbooking penalty yang terlalu besar bagi maskapai penerbangan. 5. Percobaan Numerik Untuk menguji model yang telah dikembangkan dilakukan percobaan numerik dengan parameter awal sebagai berikut : Kapasitas kursi untuk kedua penerbangan sama, C1 = C2 = 30; Tiket dapat dijual dengan enam alternatif harga tiket, harga tiket penuh (100%) sebesar Rp ,00; Sedangkan lima alternatif harga diskon lainnya terhadap harga tiket penuh berturut-turut sebesar 90%, 80%, 70%, 60%, dan 50%; Peluang bahwa kustomer mau menerima untuk membeli dengan hargaharga tersebut adalah {0.30, 0.40, 0.48, 0.58, 0.70, 0.85}; Selling horizon dibagi menjadi T = 250 events; Tingkat kedatangan kustomer ditentukan sebesar λ = 175/T = 0.7, dimana proporsi untuk kustomer tipe I, II, dan III adalah (α1, α2, α3) = (30%, 45%, 25%); Ketika harga 6

7 sama untuk kedua penerbangan, maka dengan peluang β = 0.4, kustomer tipe III akan memilih penerbangan A; Tingkat cancellation per kustomer untuk penerbangan A dan penerbangan B sama, sebesar 0.002; Kustomer yang telah memiliki tiket penerbangan berpeluang sebesar γ = 0.1 untuk tidak hadir saat keberangkatan (no-show customer); Biaya refund untuk cancellations ditetapkan sebesar 45% terhadap harga tiket penuh, sedangkan untuk no-shows sebesar 20% terhadap harga tiket penuh; Biaya untuk overbooking penalty sebesar 140% terhadap harga tiket penuh per kustomer. Sebagai parameter awal, tidak ada overbooking untuk kedua penerbangan. Karena pada tiap percobaan akan dicari overbooking limit yang optimal. Pada percobaan numerik, selain total expected revenue, digunakan performance indicator sebagai berikut : expected rate of occupied seats (ROS), yang menunjukkan utilisasi kapasitas kursi pesawat, serta average selling price (ASP), yang menunjukkan rata-rata harga tiket optimal yang dijual. model pada percobaan 1 ini dilakukan dengan nilai overbooking penalty yang berbeda-beda. Akan dilihat bagaimana pengaruh perubahan overbooking penalty ini terhadap overbooking limit yang optimal, serta hasil total expected revenue, ROS dan ASP dalam kondisi overbooking limit yang optimal tersebut. Tabel 5.2 menunjukkan perhitungan untuk mencari overbooking limit yang optimal untuk parameter overbooking penalty = 200% dari harga tiket penuh. Nilai total expected revenue mengalami penurunan ketika overbooking limit penerbangan A ditambah menjadi lima tiket. Maka keadaan optimal adalah menetapkan batas 4 tiket overbooking untuk penerbangan A. Demikian juga untuk penerbangan B, ketika batas overbooking ditambah menjadi lima tiket, terjadi penurunan total expected revenue. Maka batas 4 tiket overbooking merupakan kondisi optimal untuk penerbangan B. Tabel 5.2 Perhitungan Optimal Overbooking Limit untuk Parameter Overbooking Penalty = 200% dari Harga Tiket Penuh 5.1 Percobaan Tanpa Overbooking, Cancellations, dan No-Shows Berikut ini dilakukan percobaan pengujian model tanpa adanya overbooking, cancellations maupun no-shows. Ini merupakan kondisi yang sama dengan model dasar yang disusun oleh Xiao, dkk. Hasil dari percobaan ini akan digunakan sebagai pembanding dengan percobaan lain ketika menerapkan overbooking, cancellations, maupun no-shows. Berikut ini tabel 5.1 yang menunjukkan hasil percobaan ini. Tabel 5.1 Hasil Percobaan Tanpa Overbooking, Cancellations dan No-Shows Tabel 5.3 Hasil Percobaan 1 (Expected Revenue) 5.2 Percobaan Numerik 1 Pada percobaan 1 ini dilakukan running model dengan parameter awal yang telah disebutkan sebelumnya. Namun, pengujian 7

8 Total Expected Revenue (juta Rp) Tabel 5.4 Hasil Percobaan 1 (ROS dan ASP) % % % % % Overbooking Penalty (x Full Fare Price) Total Expected Revenue (Optimal Overbooking) Gambar 5.1 Grafik Total Expected Revenue pada Percobaan 1 Expected ROS % 99.00% 98.00% 97.00% 96.00% 95.00% 94.00% 93.00% 92.00% 91.00% 90.00% % % % % % Overbooking Penalty (x Full Fare Price) Expected ROS (Optimal Overbooking) Gambar 5.2 Grafik Expected ROS Dua Penerbangan pada Percobaan 1 ASP (ribu Rp) % % % % % Overbooking Penalty (x Full Fare Price) Expected ASP (Optimal Overbooking) Gambar 5.3 Grafik ASP Dua Penerbangan pada Percobaan 1 Pada nilai overbooking penalty 200% hingga 140% dari harga tiket penuh, ternyata batas overbooking yang optimal untuk kedua penerbangan sama, 4 tiket. Namun ketika overbooking penalty ini lebih rendah, yaitu saat 120% dari harga tiket penuh, didapatkan bahwa batas overbooking yang optimal untuk kedua penerbangan bertambah menjadi 5 tiket. Ini menunjukkan bahwa batas overbooking lebih rendah saat biaya overbooking penalty tinggi. Karena dengan semakin tingginya biaya overbooking penalty, batas overbooking yang banyak akan beresiko untuk menimbulkan biaya overbooking penalty yang lebih besar. Terdapat tradeoff dalam keputusan menetapkan harga tiket, terkait dengan biaya overbooking penalty. Harga tiket yang rendah, dapat menyebabkan banyaknya permintaan dari kustomer, namun hal ini dapat memiliki resiko untuk terkena biaya overbooking penalty yang tinggi ketika jumlah penumpang melebihi kapasitas kursi pesawat. Sebaliknya, harga tiket yang tinggi, mengurangi jumlah permintaan dari kustomer, namun dapat mengurangi resiko untuk terkena biaya overbooking penalty. Karena tradeoff inilah maka penetapan harga tiket harus dioptimalkan dengan melihat biaya overbooking penalty yang dapat terjadi. Keputusan harga yang optimal akan memaksimalkan pendapatan bagi maskapai penerbangan. Dari percobaan 1 didapatkan bahwa semakin tinggi biaya overbooking penalty, maka total expected revenue yang didapatkan menurun, ROS juga menurun, sedangkan ASP nilainya meningkat, namun peningkatan atau penurunan tersebut tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan karena pada model akan ditetapkan harga tiket kedua penerbangan yang optimal. Sehingga dengan sendirinya harga tiket yang optimal tersebut akan mengurangi resiko terjadinnya bumped passenger, agar total expected revenue tetap optimal. Hal ini juga dapat dilihat dari meningkatnya ASP. Dengan peningkatan ASP dapat mengurangi jumlah permintaan agar kemungkinan terjadinya bumped passengers dapat dikurangi. ASP yang meningkat diikuti dengan menurunnya ROS dan juga menurunnya total expected revenue. 6. Kesimpulan Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan model joint dynamic pricing untuk dua penerbangan paralel dengan mempertimbangkan overbooking, cancellations, serta no-show customers. Overbooking penalty yang tinggi akan mengurangi pendapatan, menurunkan utilisasi kapasitas kursi pesawat 8

9 (ROS), serta menyebabkan tingginya rata-rata harga tiket (ASP) yang dijual kepada kustomer. Revenue Management. European Journal of Operational Research 197 : Daftar Pustaka Bazargan, Massoud. (2004). Airline Operations and Scheduling. Ashgate. USA Becher, Michael. (2008). Integrated Capacity and Price Control in Revenue Management. Gabler Edition Wissenschaft. Germany Belobaba, Peter P. (1987) Airline Travel Demand and Airline Seat Inventory Management. Ph.D thesis, Flight Transportation Laboratory, Massachusetts Institute of Technology, Cambridge, MA. Belobaba, Peter P. (1987) Airline Yield Management an Overview of Seat Inventory Control. Transportation Science. Vol 21(2). Chopra, S., Meindl, P. (2001). Supply Chain Management: Strategy, Planning, and Operations. London: Prentice Hall. Hellermann, Rolf. (2006). Capacity Options for Revenue Management. Berlin : Springer. Hillier, Frederick S., and Lieberman, Gerald J. (1990). Introduction to Operations Research. Singapore : McGraw-Hill Book Co. Luo, Li, and Peng, Ji-Hua. (2007) Dynamic Pricing Model for Airline Revenue Management under Competition. System Engineering-Theory & Practice. Vol 27(11) : Subramanian, J., Stidham JR. S., Lautenbacher, C. J.. (1999). Airline Yield Management with Overbooking, Cancellations, and No-Shows. Transportation Science. Vol. 33, No2. Tallury, Kalyan T, Van Ryzin, G. (2004). The Theory and Practice of Revenue Management. Boston : Kluwer Academic Publishers. Varma, Gopal Das, and Vettas, Nikolaos. (2001). Optimal Dynamic Pricing with Inventories. Economics Letters 72 : Xiao, Y. B., Chen, J., and Liu, X. L. (2008). Joint Dynamic Pricing for Two Parallel Flights based on Passenger Choice Behavior. System Engineering-Theory & Practice. Vol 28(1): Zhang, Dan, and Cooper, William L. (2005). Revenue Management for Parallel Flight with Customer-Choice Behavior. Operations Research. Vol 53(3) : Zhang, Dan, and Cooper, William L. (2006). Pricing Substitutable Flights in Airline 9

pengelolaan permintaan serta metodologi dan sistem yang dibutuhkan untuk membuatnya (Tallury & Ryzin, 2004)

pengelolaan permintaan serta metodologi dan sistem yang dibutuhkan untuk membuatnya (Tallury & Ryzin, 2004) Tugas Akhir LOGO Pengembangan Model Joint Dynamic Pricing Berbasis Waktu dan Persediaan Kursi untuk Dua Penerbangan Paralel dengan Memepertimbangkan Kondisi Overbooking, Cancellation, dan No-show Passengers

Lebih terperinci

Pengembangan Model Revenue Risk Pada Dua Penerbangan Paralel Dengan Mempertimbangkan Overbooking dan Cancellations

Pengembangan Model Revenue Risk Pada Dua Penerbangan Paralel Dengan Mempertimbangkan Overbooking dan Cancellations Pengembangan Model Revenue Risk Pada Dua Penerbangan Paralel Dengan Mempertimbangkan Overbooking dan Cancellations Oki Anita Candra Dewi Program Studi Teknik Logistik, Universitas Internasional Semen Indonesia

Lebih terperinci

Your Slide Title KESIMPULAN DAN SARAN

Your Slide Title KESIMPULAN DAN SARAN Pengembangan Model Model Dynamic Dynamic Pricing Pricing untuk dengan Menentukan Mempertimbangkan Alokasi Kursi Pesawat Customer dengan Overflow Mempertimbangkan Kompetisi Customer Antar Overflow Dua Maskapai

Lebih terperinci

Paul Rose Revenue Management Ltd. Santi Purwantini

Paul Rose Revenue Management Ltd. Santi Purwantini Paul Rose Revenue Management Ltd Santi Purwantini 2508 100 006 Revenue Management Memaksimalkan pendapatan dengan mengelola permintaan (Philips, 2005) melalui strategi penetapan harga dan pengalokasian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL REVENUE RISK PADA DUA PENERBANGAN PARALEL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN OVERBOOKING DAN CANCELLATIONS

PENGEMBANGAN MODEL REVENUE RISK PADA DUA PENERBANGAN PARALEL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN OVERBOOKING DAN CANCELLATIONS PENGEMBANGAN MODEL REVENUE RISK PADA DUA PENERBANGAN PARALEL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN OVERBOOKING DAN CANCELLATIONS Oki A. C. Dewi Program Studi Teknik Logistik, Universitas Internasional Semen Indonesia

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Simulasi Diskrit, Penerbangan Paralel, Seat Capacity Control, Dynamic Pricing, Affordable ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci : Simulasi Diskrit, Penerbangan Paralel, Seat Capacity Control, Dynamic Pricing, Affordable ABSTRACT Perancangan Model Pengelolaan Pendapatan Pada Dua Penerbangan Paralel Dengan Mempertimbangkan Perpindahan Penumpang Menggunakan Metode Simulasi Diskrit Khoirun Nisa, Ahmad Rusdiansyah, Naning Aranti Wessiani

Lebih terperinci

MODEL DYNAMIC PRICING PADA PENENTUAN HARGA TIKET PESAWAT TERBANG DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KELOMPOK KELAS BERTINGKAT

MODEL DYNAMIC PRICING PADA PENENTUAN HARGA TIKET PESAWAT TERBANG DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KELOMPOK KELAS BERTINGKAT MODEL DYNAMIC PRICING PADA PENENTUAN HARGA TIKET PESAWAT TERBANG DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KELOMPOK KELAS BERTINGKAT Annisa Gianugraeni, Ahmad Rusdiansyah Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Pengembangan Model Pengelolaan Pendapatan Pengangkutan Kargo Udara berdasarkan Pengendalian Ruang Kargo dan Overbooking Limit

Pengembangan Model Pengelolaan Pendapatan Pengangkutan Kargo Udara berdasarkan Pengendalian Ruang Kargo dan Overbooking Limit JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 1-5 1 Pengembangan Model Pengelolaan Pendapatan Pengangkutan Kargo Udara berdasarkan Pengendalian Ruang Kargo dan Overbooking Limit Arfini Alivia Dewanty dan Ahmad

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : Kartika Sari Nur Aulia ( ) Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Ir. Ahmad Rusdiansyah, M.Eng, CSCP

TUGAS AKHIR. Oleh : Kartika Sari Nur Aulia ( ) Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Ir. Ahmad Rusdiansyah, M.Eng, CSCP TUGAS AKHIR Oleh : Kartika Sari Nur Aulia (2510100115) Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Ir. Ahmad Rusdiansyah, M.Eng, CSCP Your Slide Title PENDAHULUAN Pengembangan Model Dynamic Pricing dengan Mempertimbangkan

Lebih terperinci

Latar Belakang. Kelas Penerbangan. Tipe Penumpang. Dua Komponen Dalam Penerbangan Yang Perlu Dikelola Supaya Pendapatan Maskapai Bisa Maksimal ARM

Latar Belakang. Kelas Penerbangan. Tipe Penumpang. Dua Komponen Dalam Penerbangan Yang Perlu Dikelola Supaya Pendapatan Maskapai Bisa Maksimal ARM PERANCANGAN MODEL PENGELOLAAN PENDAPATAN PADA DUA PENERBANGAN PARALEL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERPINDAHAN PENUMPANG MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT SIDANG TUGAS AKHIR KHOIRUN NISA 2507 100 061 Pengantar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini, sering kali segala sesuatu dituntut serba cepat. Di negara yang sedang berkembang, misalnya Indonesia, banyak hal yang dituntut tepat waktu untuk

Lebih terperinci

Model Dynamic Pricing untuk Penetapan Harga Tiket Pesawat Terbang Berbasis Waktu dan Persediaan Kursi dengan Mempertimbangkan Keputusan Kompetitor

Model Dynamic Pricing untuk Penetapan Harga Tiket Pesawat Terbang Berbasis Waktu dan Persediaan Kursi dengan Mempertimbangkan Keputusan Kompetitor Jurnal Teknik Industri, Vol. 15, No. 1, Juni 2013, 47-58 ISSN 1411-2485 print / ISSN 2087-7439 online DOI: 10.9744/jti.15.1.45-56 Model Dynamic Pricing untuk Penetapan Harga Tiket Pesawat Terbang Berbasis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SIMULASI DISKRIT PENGELOLAAN PENDAPATAN UNTUK MULTI DAN SINGLE KATEGORI PADA LOW COST CARRIER

PENGEMBANGAN MODEL SIMULASI DISKRIT PENGELOLAAN PENDAPATAN UNTUK MULTI DAN SINGLE KATEGORI PADA LOW COST CARRIER PENGEMBANGAN MODEL SIMULASI DISKRIT PENGELOLAAN PENDAPATAN UNTUK MULTI DAN SINGLE KATEGORI PADA LOW COST CARRIER Nama mahasiswa : Patrisia Sherryl Santoso NRP : 2510 100 058 Pembimbing : Dr. Eng. Ir. Ahmad

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL DYNAMIC PRICING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN CUSTOMER OVERFLOW BEHAVIOR DALAM KOMPETISI ANTAR DUA MASKAPAI

PENGEMBANGAN MODEL DYNAMIC PRICING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN CUSTOMER OVERFLOW BEHAVIOR DALAM KOMPETISI ANTAR DUA MASKAPAI PENGEMBANGAN MODEL DYNAMIC PRICING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN CUSTOMER OERFLOW BEHAIOR DALAM KOMPETISI ANTAR DUA MASKAPAI Kartika Sari Nur Aulia, Ahmad Rusdiansyah Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN HARGA DINAMIS PRODUK AGRO- PERISHABLE MEMPERTIMBANGKAN PENURUNAN KUALITAS, TINGKAT PERMINTAAN, SERTA PREFERENSI PEMBELI

PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN HARGA DINAMIS PRODUK AGRO- PERISHABLE MEMPERTIMBANGKAN PENURUNAN KUALITAS, TINGKAT PERMINTAAN, SERTA PREFERENSI PEMBELI PENGEMBANGAN MODEL PENENTUAN HARGA DINAMIS PRODUK AGRO- PERISHABLE MEMPERTIMBANGKAN PENURUNAN KUALITAS, TINGKAT PERMINTAAN, SERTA PREFERENSI PEMBELI Putu Eka Udiyani Putri, Ahmad Rusdiansyah Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENELITIAN TUGAS AKHIR

PENELITIAN TUGAS AKHIR PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh: Arfini Alivia Dewanty 2508100118 Pembimbing : Dr. Eng. Ir. Ahmad Rusdiansyah, M.Eng. CSCP Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

MODEL KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN KURSI PENUMPANG KERETA API SECARA DINAMIS UNTUK MEMAKSIMALKAN PENDAPATAN

MODEL KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN KURSI PENUMPANG KERETA API SECARA DINAMIS UNTUK MEMAKSIMALKAN PENDAPATAN MODEL KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN KURSI PENUMPANG KERETA API SECARA DINAMIS UNTUK MEMAKSIMALKAN PENDAPATAN Rahma Rei Sakura ), Ahmad Rusdiansyah 2), dan Nurhadi Siswanto 3) ) Program Pascasarjana

Lebih terperinci

melakukan pemesanan pada penerbangan 2, dengan probabilitas masing-masing penumpang tersebut 30% ke flexible class dan 70% ke affordable class.

melakukan pemesanan pada penerbangan 2, dengan probabilitas masing-masing penumpang tersebut 30% ke flexible class dan 70% ke affordable class. melakukan pemesanan pada penerbangan 2, dengan probabilitas masing-masing penumpang tersebut 30% ke flexible class dan 70% ke affordable class. Gambar 3.8 Batasan Kapasitas Affordable Class Gambar 3.6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan yang bergerak dibidang penjualan produk berupa barang memiliki strategi-strategi yang akan menentukan keberhasilan penjualan produknya. Dimulai

Lebih terperinci

Pengembangan Model Pengelolaan Pendapatan Pengangkutan Kargo Udara dengan Mempertimbangkan Variabilitas Rate Berbasis Persediaan Kapasitas

Pengembangan Model Pengelolaan Pendapatan Pengangkutan Kargo Udara dengan Mempertimbangkan Variabilitas Rate Berbasis Persediaan Kapasitas Pengembangan Model Pengelolaan Pendapatan Pengangkutan Kargo Udara dengan Mempertimbangkan Variabilitas Rate Berbasis Persediaan Kapasitas FAIZATUL MARWIYAH 2507 100 050 Alur proses pengiriman kargo Shipper

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PAIRWISE REVENUE SHARING CONTRACT DENGAN SPANNING REVENUE SHARING CONTRACT PADA MULTI ECHELON SUPPLY CHAIN

ANALISIS PERBANDINGAN PAIRWISE REVENUE SHARING CONTRACT DENGAN SPANNING REVENUE SHARING CONTRACT PADA MULTI ECHELON SUPPLY CHAIN ANALISIS PERBANDINGAN PAIRWISE REVENUE SHARING CONTRACT DENGAN SPANNING REVENUE SHARING CONTRACT PADA MULTI ECHELON SUPPLY CHAIN Rescha Dwi A. Putri 1, *), Ahmad Rusdiansyah 2) dan Naning A. Wessiani 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Persero merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan merupakan satu-satunya perusahaan yang mengoperasikan angkutan kereta

Lebih terperinci

MODEL PERANCANGAN SISTEM PEMESANAN TIKET BUS ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI KHUSUS DI CABANG

MODEL PERANCANGAN SISTEM PEMESANAN TIKET BUS ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI KHUSUS DI CABANG MODEL PERANCANGAN SISTEM PEMESANAN TIKET BUS ANTAR KOTA ANTAR PROPINSI KHUSUS DI CABANG Harijanto Pangestu Information Systems Department, School of Information Systems, Binus University Jl. K.H. Syahdan

Lebih terperinci

OPTIMISASI KELAS TIKET PADA SATU RUTE PENERBANGAN DOMESTIK SKRIPSI AMSAL SURBAKTI

OPTIMISASI KELAS TIKET PADA SATU RUTE PENERBANGAN DOMESTIK SKRIPSI AMSAL SURBAKTI OPTIMISASI KELAS TIKET PADA SATU RUTE PENERBANGAN DOMESTIK SKRIPSI AMSAL SURBAKTI 100803034 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 OPTIMISASI

Lebih terperinci

PENGARUH EXTENDED WARRANTY DARI RETAILER TERHADAP PERFORMANSI SUPPLY CHAIN

PENGARUH EXTENDED WARRANTY DARI RETAILER TERHADAP PERFORMANSI SUPPLY CHAIN PENGARUH EXTENDED WARRANTY DARI RETAILER TERHADAP PERFORMANSI SUPPLY CHAIN Bagus Naufal Fitroni ), Imam Baihaqi ) dan Nani Kurniati 3) 1) Program Studi Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PENENTUAN SUBCLASSES BERDASARKAN TIPE PESAWAT

PENENTUAN SUBCLASSES BERDASARKAN TIPE PESAWAT PENENTUAN SUBCLASSES BERDASARKAN TIPE PESAWAT Charles, AN STMT Trisakti stmt@indosat.net.id Nadya Sartika nadya.sartika@gmail.com ABSTRACT Based on Break Event Point (BEP) in this article, the most effective

Lebih terperinci

Susunan Redaksi : Salam Redaksi DAFTAR ISI

Susunan Redaksi : Salam Redaksi DAFTAR ISI Salam Redaksi Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala nikmat yang dilimpahkan sehingga dapat diterbitkannya Newsletter Logistics and Edisi ke-8 ini. Setelah sekian lama vakum, akhirnya

Lebih terperinci

Model Optimisasi Ukuran Lot Produksi yang Mempertimbangkan Inspeksi Sampling dengan Kriteria Minimisasi Total Ongkos

Model Optimisasi Ukuran Lot Produksi yang Mempertimbangkan Inspeksi Sampling dengan Kriteria Minimisasi Total Ongkos Model Optimisasi Ukuran Lot Produksi yang Mempertimbangkan Inspeksi Sampling dengan Kriteria Minimisasi Total Ongkos Arie Desrianty, Fifi Herni M, Adelia Septy Perdana Jurusan Teknik Industri Institut

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK PENENTUAN JUMLAH DAN RUTE ARMADA PESAWAT TERBANG

PERANCANGAN ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK PENENTUAN JUMLAH DAN RUTE ARMADA PESAWAT TERBANG PERANCANGAN ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK PENENTUAN JUMLAH DAN RUTE ARMADA PESAWAT TERBANG Fadhilatul Azizah, Ahmad Rusdiansyah, Niniet Indah A. Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

DYNAMIC PRICING PAKET UMRAH DALAM STRUKTUR DUAL SALES CHANNEL

DYNAMIC PRICING PAKET UMRAH DALAM STRUKTUR DUAL SALES CHANNEL DYNAMIC PRICING PAKET UMRAH DALAM STRUKTUR DUAL SALES CHANNEL Ken Widyaningtyas Hutomo, Erwin Widodo Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya

Lebih terperinci

Pemodelan Rencana Promosi dan Kebijakan Persediaan untuk Mendapatkan Profit Sharing Supply Chain yang Optimal

Pemodelan Rencana Promosi dan Kebijakan Persediaan untuk Mendapatkan Profit Sharing Supply Chain yang Optimal Pemodelan Rencana Promosi dan Kebijakan Persediaan untuk Mendapatkan Profit Sharing Supply Chain yang Optimal Wahyu Bagus Anshori, I Nyoman Pujawan, dan Imam Baihaqi. Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Oleh: VINAYANTI EKA RAHMAWATI ( )

Oleh: VINAYANTI EKA RAHMAWATI ( ) Pendekatan Goal Programming untuk Penentuan Rute Kendaraan pada Kegiatan Distribusi (A Goal Programming Approach to Vehicle Routing Problems of Distribution) Oleh: VINAYANTI EKA RAHMAWATI (1207 100 020)

Lebih terperinci

OPTIMASI PENUGASAN GURU PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMKN 2 SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING

OPTIMASI PENUGASAN GURU PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMKN 2 SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING OPTIMASI PENUGASAN GURU PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN DI SMKN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN INTEGER PROGRAMMING Anik Perwita Sari dan Abdullah Shahab Program Studi MagisterManajemen Teknologi Institut Teknologi

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGATURAN RUTE KENDARAAN DENGAN MUATAN KONTAINER PENUH MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI LAGRANGIAN

OPTIMASI PENGATURAN RUTE KENDARAAN DENGAN MUATAN KONTAINER PENUH MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI LAGRANGIAN Tugas Akhir KI 091391 OPTIMASI PENGATURAN RUTE KENDARAAN DENGAN MUATAN KONTAINER PENUH MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI LAGRANGIAN Akhmed Data Fardiaz NRP 5102109046 Dosen Pembimbing Rully Soelaiman, S.Kom.,

Lebih terperinci

PERENCANAAN OPERASIONAL DISTRIBUSI SURAT KABAR DARI PERCETAKAN KE SEJUMLAH AGEN DI KOTA SURABAYA ABSTRAK

PERENCANAAN OPERASIONAL DISTRIBUSI SURAT KABAR DARI PERCETAKAN KE SEJUMLAH AGEN DI KOTA SURABAYA ABSTRAK PERENCANAAN OPERASIONAL DISTRIBUSI SURAT KABAR DARI PERCETAKAN KE SEJUMLAH AGEN DI KOTA SURABAYA Erma Budhi Kurnia Susanti 1),Ahmad Rusdianyah 2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi

Lebih terperinci

ISU DALAM IMPLEMENTASI SISTEM

ISU DALAM IMPLEMENTASI SISTEM DOSEN : Dr. Ir. Arief Imam Suroso, MSc ISU DALAM IMPLEMENTASI SISTEM Studi kasus : PT. Garuda Indonesia DISUSUN OLEH: BENNY KURNIAWAN P056131272.45 E-45 PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS PENUMPUKKAN JUMLAH PENUMPANG DI GATE YANG DIPENGARUHI ON TIME PERFORMANCE

MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS PENUMPUKKAN JUMLAH PENUMPANG DI GATE YANG DIPENGARUHI ON TIME PERFORMANCE MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS PENUMPUKKAN JUMLAH PENUMPANG DI GATE YANG DIPENGARUHI ON TIME PERFORMANCE Larasati Kusuma Wardhani 1,*), Ahmad Rusdiansyah 2), dan Ervina Ahyudanari 3) 1) Program

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN KONDISI TARIF DOMESTIK 1 SUB CLASSES: O dan U Masa berlaku terbang: 1 hari Open date: Tidak Bagasi cuma cuma: 20 kg Refund: Ya

KETENTUAN DAN KONDISI TARIF DOMESTIK 1 SUB CLASSES: O dan U Masa berlaku terbang: 1 hari Open date: Tidak Bagasi cuma cuma: 20 kg Refund: Ya KETENTUAN DAN KONDISI TARIF DOMESTIK 1 SUB CLASSES: O dan U Masa berlaku terbang: 1 hari Open date: Tidak for refund fee 90% (jika noshow) Rebook free (tanpa cancelation fee) dengan kondisi tiket harus

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1. Penerapan Yield management Yield management diterapkan pada level strategis dan taktis. Yahg dimaksudkan dengan level strategis adalah penerapan yield management yang berorientasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA HEURISTIK UNTUK PENYELESAIAN PERMASALAHAN SWAP-BODY VEHICLE ROUTING PROBLEM

PERANCANGAN ALGORITMA HEURISTIK UNTUK PENYELESAIAN PERMASALAHAN SWAP-BODY VEHICLE ROUTING PROBLEM PERANCANGAN ALGORITMA HEURISTIK UNTUK PENYELESAIAN PERMASALAHAN SWAP-BODY VEHICLE ROUTING PROBLEM Pembimbing: Dr. Eng. Ir. Ahmad Rusdiansyah, M.Eng, CSCP Disusun Oleh: Jurusan Teknik Industri Andre T.

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MESIN DAN INDUSTRI (SNMI6) 2010

SEMINAR NASIONAL MESIN DAN INDUSTRI (SNMI6) 2010 MODEL INTEGRASI SISTEM PERSEDIAAN DAN PERAWATAN PADA DUA ESELON DENGAN KRITERIA MINIMISASI TOTAL ONGKOS Fifi Herni Mustofa 1, Arie Desrianty 1, Astri Nurhidayati 1) Staf Pengajar Teknik Industri ITENAS

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DENGAN SIKLUS HIDUP PENDEK (Studi Kasus Produk Portable Computer)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DENGAN SIKLUS HIDUP PENDEK (Studi Kasus Produk Portable Computer) PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK DENGAN SIKLUS HIDUP PENDEK (Studi Kasus Produk Portable Computer) Diana Safitri Yulianti, I Nyoman Pudjawan Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Jl. Cokroaminoto

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING Abstrak Oleh : Sintha Yuli Puspandari 1206 100 054 Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, M.T Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT

PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT Puji Lestari, Liong Irena, I Gede Agus Widyadana Program Studi Teknik Industri, Universitas Kristen Petra Siwalankerto, Surabaya, Indonesia (Received:

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PENGGUNA JASA MASKAPAI PENERBANGAN UNTUK RUTE SEMARANG-JAKARTA DENGAN

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PENGGUNA JASA MASKAPAI PENERBANGAN UNTUK RUTE SEMARANG-JAKARTA DENGAN ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PENGGUNA JASA MASKAPAI PENERBANGAN UNTUK RUTE SEMARANG-JAKARTA DENGAN METODE CHOICE-BASED CONJOINT (FULL PROFILE) (Studi Kasus di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang)

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai sistem persediaan di Toko Tekstil Budiono 2, maka dapat disimpulkan bahwa skenario B merupakan solusi dari permasalahan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perishable product merupakan produk yang tidak dapat disimpan atau sangat mahal untuk disimpan apabila ada kelebihan persediaan. Selain itu, pada beberapa

Lebih terperinci

Optimasi Permasalahan Penugasan Dokter Menggunakan Representasi Graf Bipartit Berbobot

Optimasi Permasalahan Penugasan Dokter Menggunakan Representasi Graf Bipartit Berbobot JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (0) ISSN: 7-9 (0-97 Print) Optimasi Permasalahan Penugasan Menggunakan Representasi Graf Bipartit Berbobot Laili Rochmah, Ahmad Saikhu, dan Rully Soelaiman Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISA JUMLAH INTERFERENCE ANTAR PENUMPANG PADA MODEL STRATEGI BOARDING PESAWAT DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN LINIER

ANALISA JUMLAH INTERFERENCE ANTAR PENUMPANG PADA MODEL STRATEGI BOARDING PESAWAT DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN LINIER ANALISA JUMLAH INTERFERENCE ANTAR PENUMPANG PADA MODEL STRATEGI BOARDING PESAWAT DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN LINIER Bilqis Amaliah, Henning Titi C, Yusuf Kurniawan, Nabris Zalmi Pratama, Yunas Lazuardy,

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI The Faculty of Industrial Technology

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI The Faculty of Industrial Technology FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI The Faculty of Industrial Technology Program Studi Department Jenjang Pendidikan Programme JURUSAN TEKNIK INDUSTRI Industrial Engineering PROGRAM PASCASARJANA (S) Doctoral Program

Lebih terperinci

MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL

MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL Nelita Putri Sejati, Wakhid Ahmad Jauhari, dan Cucuk Nur Rosyidi Jurusan Teknik Industri - Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Kebutuhan Sistem Analisa terhadap kebutuhan sistem merupkan analisa terhadap apa saja yang dibutuhkan untuk perancangan sistem yang akan dipakai atau

Lebih terperinci

Garuda Indonesia Government Online System (GovOS) Prosedur & Alur Proses

Garuda Indonesia Government Online System (GovOS) Prosedur & Alur Proses Garuda Government Online System (GovOS) Prosedur & Alur Proses Jika Tidak Government Online System (GovOS) Prosedur & Alur Proses ta Kesepahaman (Inisiatif dari K/L/D/I) 1 1. Mengajukan permohonan kerjasama

Lebih terperinci

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING

PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING PEMILIHAN KONTRAKTOR PERBAIKAN ROTOR DI PEMBANGKIT LISTRIK PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN GOAL PROGRAMMING Akhmad Rusli 1, *), dan Udisubakti Ciptomulyono 2) 1, 2) Program

Lebih terperinci

oleh ANADIORA EKA PUTRI M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

oleh ANADIORA EKA PUTRI M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN DISTRIBUTOR DENGAN INVESTASI UNTUK MENGURANGI BIAYA PERSIAPAN, PENINGKATAN KUALITAS PROSES PRODUKSI, DAN POTONGAN HARGA UNTUK BACKORDER oleh ANADIORA EKA PUTRI

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGGUNAAN ARMADA BIS PADA PO. ROSALIA INDAH SIGIT PRASTOWO

OPTIMASI PENGGUNAAN ARMADA BIS PADA PO. ROSALIA INDAH SIGIT PRASTOWO OPTIMASI PENGGUNAAN ARMADA BIS PADA PO. ROSALIA INDAH SIGIT PRASTOWO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN Transportasi mempunyai peran ganda dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN ANTRIAN TIPE M/M/ DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT

KAJIAN ANTRIAN TIPE M/M/ DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT KAJIAN ANTRIAN TIPE M/M/ DENGAN SISTEM PELAYANAN FASE CEPAT DAN FASE LAMBAT QUEUES ANALYSIS M/M/ TYPE WITH SLOW AND FAST PHASE SERVICE SYSTEM Oleh: Erida Fahma Nurrahmi NRP. 1208 100 009 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia 2015 Percobaan adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran/hasil yang mungkin secara acak. Contoh: pelemparan sebuah dadu. Ruang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN- ORDER (STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN- ORDER (STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA) PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN- ORDER (STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA) Linda Fransiska 2507.100.022 Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng., Ph.D Latar Belakang (1)

Lebih terperinci

Penetapan Harga pada Dual Channel Supply Chain untuk Mengatur Tingkat Proporsi Demand Antar Channel

Penetapan Harga pada Dual Channel Supply Chain untuk Mengatur Tingkat Proporsi Demand Antar Channel JURNAL TEKNIK, (2014) 1-6 1 Penetapan Harga pada Dual Channel Supply Chain untuk Mengatur Tingkat Proporsi Demand Antar Channel Putri Hensky Ani, Erwin Widodo Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN TIKET KERETA API STASIUN TAWANG SEMARANG

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN TIKET KERETA API STASIUN TAWANG SEMARANG ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN TIKET KERETA API STASIUN TAWANG SEMARANG SKRIPSI Oleh: MERLIA YUSTITI 24010210120023 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE ii (KONSUMEN) DALAM KOLABORASI RANTAI PASOK

ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE ii (KONSUMEN) DALAM KOLABORASI RANTAI PASOK ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE ii (KONSUMEN) DALAM KOLABORASI RANTAI PASOK OLEH AFRIANI SULASTINAH 1206100030 DOSEN PEMBIMBING Dra. LAKSMI PRITA WARDHANI, M.Si JURUSAN MATEMATIKA INSTITUT

Lebih terperinci

PENENTUAN PENURUNAN HARGA PRODUK MAKANAN PERISHABLE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BIAYA PENYIMPANAN DI FASILITAS BERPENDINGIN

PENENTUAN PENURUNAN HARGA PRODUK MAKANAN PERISHABLE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BIAYA PENYIMPANAN DI FASILITAS BERPENDINGIN PENENTUAN PENURUNAN HARGA PRODUK MAKANAN PERISHABLE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BIAYA PENYIMPANAN DI FASILITAS BERPENDINGIN Yelita Anggiane Iskandar 1, *), Ahmad Rusdiansyah 2) dan Imam Baihaqi 3) 1) Teknik

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN KONDISI TARIF DOMESTIK 1 SUB CLASSES: O dan U

KETENTUAN DAN KONDISI TARIF DOMESTIK 1 SUB CLASSES: O dan U KETENTUAN DAN KONDISI TARIF DOMESTIK 1 SUB CLASSES: O dan U Masa berlaku terbang: 1 hari Open date: Cancelation for refund fee 90% (jika noshow) free (tanpa cancelation fee) dengan kondisi tiket harus

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2015 KEMENHUB. Angkutan Udara Niaga. Keterlambatan Penerbangan. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PENGARUH RETRIBUSI KEMACETAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN TESIS MAGISTER. Oleh: Ir. TONY WILMAR NIM :

PENGARUH RETRIBUSI KEMACETAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN TESIS MAGISTER. Oleh: Ir. TONY WILMAR NIM : PENGARUH RETRIBUSI KEMACETAN TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN TESIS MAGISTER Oleh: Ir. TONY WILMAR NIM : 25095041 PROGRAM STUDI REKAYASA TRANSPORTASI JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 1 9 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENCOCOKAN KATA SECARA ACAK DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL MULIA AFRIANI KARTIKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. belakangan ini pertumbuhan agen-agen travel kian pesat guna mempermudah

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. belakangan ini pertumbuhan agen-agen travel kian pesat guna mempermudah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan bisnis di dunia travel dan pariwisata baik dalam maupun luar negeri menunjukkan tingginya tingkat mobilitas dari suatu daerah ke daerah yang lain.

Lebih terperinci

Pengantar Proses Stokastik

Pengantar Proses Stokastik Bab 1: Dasar-Dasar Probabilitas Atina Ahdika, S.Si, M.Si Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Ruang Sampel dan Kejadian Ruang Sampel dan Kejadian Ruang Sampel dan Kejadian Percobaan adalah kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN DISKON DALAM DUAL CHANNEL SUPPLY CHAIN (Studi Kasus PT. INDOPROM INDONESIA Cabang Surabaya)

ANALISIS PENETAPAN DISKON DALAM DUAL CHANNEL SUPPLY CHAIN (Studi Kasus PT. INDOPROM INDONESIA Cabang Surabaya) 1 ANALISIS PENETAPAN DISKON DALAM DUAL CHANNEL SUPPLY CHAIN (Studi Kasus PT. INDOPROM INDONESIA Cabang Surabaya) Afrida Karina Savira; Erwin Widodo Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KONSUMEN SEBAGAI PENGGUNA JASA PENERBANGAN

PERLINDUNGAN KONSUMEN SEBAGAI PENGGUNA JASA PENERBANGAN PERLINDUNGAN KONSUMEN SEBAGAI PENGGUNA JASA PENERBANGAN Oleh: A.A. Gede Govindha Suryawan Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Penulisan yang berjudul Perlindungan Konsumen Sebagai Pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kendali inventori (persediaan) pada suatu perusahaan atau retailer merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan keberhasilan dalam menjalankan

Lebih terperinci

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PADA SISTEM SUPPLY CHAIN YANG MELIBATKAN PEMASOK, PEMANUFAKTUR DAN PEMBELI

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PADA SISTEM SUPPLY CHAIN YANG MELIBATKAN PEMASOK, PEMANUFAKTUR DAN PEMBELI MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PADA SISTEM SUPPLY CHAIN YANG MELIBATKAN PEMASOK, PEMANUFAKTUR DAN PEMBELI Wakhid Ahmad Jauhari Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN AN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. ua model yang dikembangkan dengan menggunakan ukuran lot

Lebih terperinci

RESERVASI PENERBANGAN PENGERTIAN DAN PENGETAHUAN DASAR. Products of Airlines A. Main Product:

RESERVASI PENERBANGAN PENGERTIAN DAN PENGETAHUAN DASAR. Products of Airlines A. Main Product: RESERVASI PENERBANGAN PENGERTIAN DAN PENGETAHUAN DASAR Products of Airlines A. Main Product: Aircraft Destination Scheduling Ground Handling, yaitu penanganan passenger needs yang dapat merupakan pelayanan

Lebih terperinci

Oleh: Isna Kamalia Al Hamzany Dosen Pembimbing : Dra. Laksmi Prita W, M.Si. Dra. Nur Asiyah, M.Si

Oleh: Isna Kamalia Al Hamzany Dosen Pembimbing : Dra. Laksmi Prita W, M.Si. Dra. Nur Asiyah, M.Si Oleh: Isna Kamalia Al Hamzany 1207 100 055 Dosen Pembimbing : Dra. Laksmi Prita W, M.Si. Dra. Nur Asiyah, M.Si Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PERFORMANCE BASED DESIGN ANALYSIS PADA PERILAKU NON LINEAR STRUKTUR PILAR JEMBATAN LAYANG AKIBAT BEBAN STATIK DAN DINAMIK GEMPA KUAT TESIS

PERFORMANCE BASED DESIGN ANALYSIS PADA PERILAKU NON LINEAR STRUKTUR PILAR JEMBATAN LAYANG AKIBAT BEBAN STATIK DAN DINAMIK GEMPA KUAT TESIS PERFORMANCE BASED DESIGN ANALYSIS PADA PERILAKU NON LINEAR STRUKTUR PILAR JEMBATAN LAYANG AKIBAT BEBAN STATIK DAN DINAMIK GEMPA KUAT TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) Tilaka Wasanta Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Lebih terperinci

Bagian Hukum Bisnis Falkutas Hukum Universitas Udayana

Bagian Hukum Bisnis Falkutas Hukum Universitas Udayana TANGGUNG JAWAB PT. GARUDA TERHADAP PENUMPANG ATAS TERTUNDANYA PENERBANGAN (DELAY) BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ANGKUTAN UDARA Oleh: Bobby

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik

BAB I PENDAHULUAN. mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Operasi merupakan bagian dari organisasi dalam menciptakan dan mengirimkan produk atau jasa ke pelanggan. Apapun bentuk sektor industri baik secara tersirat atau tidak

Lebih terperinci

Tutorial Penggunaan CEPAT, MUDAH DAN MURAH

Tutorial Penggunaan CEPAT, MUDAH DAN MURAH Tutorial Penggunaan CEPAT, MUDAH DAN MURAH User Name Password Kode Akses Masukkan Username, password dan kode Akses pada kolom yang tersedia dan klik Tutorial Booking Tiket Pesawat Tutorial Pembelian Tiket

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS) PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS) Santoso 1*, David Try Liputra 2, Yoanes Elias 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Kristen

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Layanan Operasi, ITIL v3, proses bisnis, teknologi informasi.

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Layanan Operasi, ITIL v3, proses bisnis, teknologi informasi. ABSTRAKSI PT. RST (Rukun Sejahtera Teknik) adalah sebuah perusahaan distributor barang barang teknik di Jakarta. Di dalam PT. RST banyak sekali kegiatan operasional yang terjadi, mulai dari pengiriman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Revenue Management Belakangan ini revenue management telah mendapat perhatian dunia sebagai salah satu aplikasi dari operations research (OR) yang paling sukses. Revenue management

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN POSSIBILITY FUZZY MULTI-OBJECTIVE PROGRAMMING

PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN POSSIBILITY FUZZY MULTI-OBJECTIVE PROGRAMMING PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN PENDEKATAN POSSIBILITY FUZZY MULTI-OBJECTIVE PROGRAMMING Oleh : Heny Nurhidayanti 1206 100 059 Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, MT Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGGUNAAN JENIS PESAWAT DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN

STRATEGI PENGGUNAAN JENIS PESAWAT DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN STRATEGI PENGGUNAAN JENIS PESAWAT DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN CHARLES An (STMT) Trisakti Jl. IPN No.2 Cipinang Besar Selatan Jakarta Timur Tel. (021) 8516050, Faks.(021) 856934 Email : ch_ luciano@yahoo.com

Lebih terperinci

Penggunaan Dynamic Programming pada Persoalan Penjadwalan Kedatangan Pesawat Terbang

Penggunaan Dynamic Programming pada Persoalan Penjadwalan Kedatangan Pesawat Terbang Penggunaan Dynamic Programming pada Persoalan Penjadwalan Kedatangan Pesawat Terbang Sidik Soleman, 13508101 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setiap jenis

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setiap jenis 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setiap jenis dan bahan baku kain memiliki permintaan yang berfluktuatif baik dari PE Setting 1, PE Setting 21, PE Setting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dunia ini terdapat 3 jenis jalur transportasi, transportasi melalui darat, laut dan udara. Transportasi dari setiap jalur juga mempunyai banyak jenis, seperti

Lebih terperinci

Perancangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Berbasis Sistem Dinamik Untuk Mengevaluasi Kebutuhan Kapasitas Bandara Juanda

Perancangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Berbasis Sistem Dinamik Untuk Mengevaluasi Kebutuhan Kapasitas Bandara Juanda Sidang Tugas Akhir Perancangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Berbasis Sistem Dinamik Untuk Mengevaluasi Kebutuhan Kapasitas Bandara Juanda Diajukan oleh : Febru Radhianjaya 2507 100 117 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING Oleh : Sintha Yuli Puspandari 1206 100 054 Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, M. T Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

PENERAPAN PROSES POISSON NON-HOMOGEN UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI PROBABILITAS KEDATANGAN NASABAH DI BNI BANJARBARU

PENERAPAN PROSES POISSON NON-HOMOGEN UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI PROBABILITAS KEDATANGAN NASABAH DI BNI BANJARBARU tnp PENERAPAN PROSES POISSON NON-HOMOGEN UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI PROBABILITAS KEDATANGAN NASABAH DI BNI BANJARBARU Mida Yanti 1 Nur Salam 1 Dewi Anggraini 1 Abstract: Poisson process is a special event

Lebih terperinci

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI SATU-PRODUSEN MULTI-PENGECER DENGAN KENDALI BIAYA PERSIAPAN PRODUKSI DAN PENGOPTIMALAN JALUR TRANSPORTASI

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI SATU-PRODUSEN MULTI-PENGECER DENGAN KENDALI BIAYA PERSIAPAN PRODUKSI DAN PENGOPTIMALAN JALUR TRANSPORTASI MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI SATU-PRODUSEN MULTI-PENGECER DENGAN KENDALI BIAYA PERSIAPAN PRODUKSI DAN PENGOPTIMALAN JALUR TRANSPORTASI oleh SITI ZULFA CHOIRUN NISAK M0111077 SKRIPSI ditulis dan diajukan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus : PT. X cabang Surabaya)

PENGUKURAN KINERJA SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus : PT. X cabang Surabaya) PENGUKURAN KINERJA SISTEM MANAJEMEN PENGETAHUAN MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (Studi Kasus : PT. X cabang Surabaya) Devita Noviyanti, Bambang Syairudin Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

Panduan Booking Tiket Kereta

Panduan Booking Tiket Kereta Panduan Booking Tiket Kereta 1. Login ke sistem https://transaksi.klikmbc.co.id/ 2. Klik submenu Kereta yang terletak di Homepage 3. Silahkan isi data: kota asal, kota tujuan, tanggal pergi dan jumlah

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN, PERSEDIAAN DAN PEMBELIAN PADA PT. XYZ

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN, PERSEDIAAN DAN PEMBELIAN PADA PT. XYZ ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN, PERSEDIAAN DAN PEMBELIAN PADA PT. XYZ Hendra Alianto Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Binus University Jl. KH. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten)

PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten) PENENTUAN RUTE PENDISTRIBUSIAN GAS LPG DENGAN METODE ALGORITMA NEAREST NEIGHBOUR (Studi Kasus Pada PT. Graha Gas Niaga Klaten) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II pada

Lebih terperinci

Metoda Simulasi Bagi Perhitungan Kebutuhan Jumlah Tempat Duduk Pada Fasilitas Reservasi Tiket

Metoda Simulasi Bagi Perhitungan Kebutuhan Jumlah Tempat Duduk Pada Fasilitas Reservasi Tiket Metoda Simulasi Bagi Perhitungan Kebutuhan Jumlah Tempat Duduk Pada Fasilitas Reservasi Tiket Simulation Method for Calculating Number of Seat Needed for Ticket Reservation Facilities Anita Susanti 1,a),

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. AA UNIT II UNTUK MEMINIMUMKAN MAKE SPAN

PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. AA UNIT II UNTUK MEMINIMUMKAN MAKE SPAN PENJADWALAN PRODUKSI DI PT. AA UNIT II UNTUK MEMINIMUMKAN MAKE SPAN Roy Iskandar, Nurhadi Siswanto, Bobby O. P. Soepangkat Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto

Lebih terperinci

STRATEGI RATIONING PADA SITUASI RASIO DEMAND TERHADAP SUPPLY BERFLUKTUASI

STRATEGI RATIONING PADA SITUASI RASIO DEMAND TERHADAP SUPPLY BERFLUKTUASI STRATEGI RATIONING PADA SITUASI RASIO DEMAND TERHADAP SUPPLY BERFLUKTUASI Evi Nurhayani, I Nyoman Pujawan, dan Erwin Widodo Program Magister Manajemen Logistik Rantai Pasok Jurusan Teknik Industri - Fakultas

Lebih terperinci