AYUNAN FISIS. I. Tujuan Percobaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AYUNAN FISIS. I. Tujuan Percobaan"

Transkripsi

1 1 AYUNAN FISIS I. Tujua Percobaa a. Memahami proses ayua fisis b. Meetuka pusat massa berbagai betuk beda tegar c. Meetuka pusat massa dega ayua fisis d. Meetuka percepata gravitasi dega meetuka ayua fisis II. Ladasa Teori Badul fisis adalah badul yag berosilasi secara bebas pada suatu sumbu tertetu dari suatu beda rigid (kaku) sembarag. Berbeda dega badul matematis, pada badul fisis tidak bisa megabaika betuk, ukura da massa beda. A. Meetuka Pusat Massa Berbagai Betuk Beda Tegar Beda tegar yaitu suatu beda dimaa jarak atara semua partikel kompoeya tetap, utuk semua tujua praktis, tak berubah di bawah pegaruh suatu gaya atau torka. Oleh karea itu, sebuah beda tegar tetap betukya selama bergerak. Geraka sebuah beda tegar dapat dibedaka mejadi dua macam. Geraka merupaka traslasi bila semua partikel membetuk litasa sejajar sedemikia sehigga garis garis yag meghubugka dua titik sembarag dalam beda itu tetap sejajar terhadap posisi awalya. Geraka merupaka rotasi megitari sebuah sumbu bila semua partikel membetuk litasa meligkar terhadap sebuah garis yag diaggap sumbu rotasi. Sumbu dapat tetap atau berubah arahya relatif terhadap beda selama geraka. Geraka yag palig umum dari suatu beda tegar selalu dapat diaggap sebagai kombiasi gerak rotasi da traslasi. ( Dasar dasar Fisika Uiversitas, Edisi Kedua. Jilid 1 Mekaik da Termodiamika, Marcelo Aloso da Edward J Fi. Hal 06). Setiap beda terdiri atas partikel partikel yag masig masig memiliki gaya berat. Semua gaya berat ii dapat diaggap sejajar satu sama lai. Berdasarka cara peetua koordiat titik berat titik berat beda dapat ditetuka dega: x 0 w1x1 wx w1 w w3x3... wx w3... w wx w

2 y 0 w1 y1 w y w1 w w3 y3... wy w3... w wy w Megigat gaya berat ( w mg ) sedagka ilai g tergatug pada posisi tempat beda dalam meda gravitasi, maka sebearya titik berat beda tidak sama dega pusat massa. Aka tetapi, hamper semua persoala mekaika haya meyagkut beda beda berukura kecil dibadigka jarak yag dapat memberika perubaha ilai g yag sigifika, maka ilai g dapat diaggap seragam atau sama pada seluruh bagia beda. Oleh karea itu, titik berat da titik pusat massa ( pm x, y ) dapat kita turuka dari koordiat titik berat beda sebagai berikut: pm x pm m1gx1 mgx m3gx3... mgx x0 m1g mg m3g... mg ( m1x1 mx m3x3... mx) g ( m1 m m3... m) g m1x1 mx m3x3... m1 m m3... m mx mx m Dega cara yag sama diperoleh: y pm m1y1 m y m3y3... y0 m1 m m3... m my my A. m B. Meetuka Pusat Massa pada Ayua Fisis x1 xpm x

3 3 Gambar 1. Peetua Pusat Massa Koordiat titik berat x0 wx w y0 wy w Megigat gaya berat w = mg sedagka ilai g tergatug pada posisi tempat beda dalam meda gravitasi, mka sebearya titik berat beda tidak sama dega pusat massa. Aka tetapi, hampir semua persoala mekaika haya meyagkut beda beda berukura kecil dibadigka dega jarak yag dapat memberika perubaha ilai g yag sigifika. Maka ilai g dapat diaggap seragam atau sama pada seluruh bagia beda. Oleh karea itu, titik berat atau titik pusat massa dapat diaggap sebagai satu titik yag sama. Dega demikia, koordiat titik pusat massa ( x, ypm) dapat kita turuka dari koordiat titik berat beda sebagai berikut: pm x pm m1gx1 mgx m3gx3... mgx x0 m1g mg m3g... mg ( m1x1 mx m3x3... mx) g ( m1 m m3... m) g m1x1 mx m3x3... m1 m m3... m mx mx m Dega cara yag sama diperoleh: y pm m1y1 m y m3y3... y0 m1 m m3... m my my m Megigat pada alat percobaa yag aka diguaka utuk meetuka pusat massa ayua fisis terdiri dari dua massa beda yaitu massa silider keepig logam da massa batag maka persamaaya aka mejadi:

4 BJK O 4 xpm x1m1 xm m1 m Dega m 1 : massa batag m : massa silider keepig logam y pm : 0, dikareaka beda simetris da sumbu simetriya melewati titik y = 0 atau sumbu x. C. Meetuka Percepata Gravitasi dega Ayua Fisis Utuk meetuka letak pusat massa beda berupa kepig tipis yag betukya tidak beratura dapat dilakuka dega percobaa sederhaa yaitu dega megguaka tali. Beda kita gatugka dari sebuah titik A pada tepiya. Pada saat beda dalam keadaa setimbag, maka titik berat beda harus berada di bawah titik gatug yaitu pada garis AA, karea haya pada keadaa ii mome gaya akibat tegaga tali da berat beda sama dega ol. Kemudia beda kita gatugka lagi dari titik lai, misalya titik B. Dalam hal ii pusat massa harus berada pada garis BB. Suatu titik yag terletak pada garis AA da juga pada garis BB adalah titik L yaitu titik perpotoga kedua garis tersebut sehigga titik L ii merupaka pusat massa beda. A B A θ P A' A' B' o θ L L si θ Mg Gambar. Peetua Percepata Gravitasi

5 J 5 Beda tegar bermassa M berbetuk sembarag digatug pada poros tetap o, yag berjarak L dari pusat massa (pm), diberi simpaga kecil dega sudut terhadap garis vertical, kemudia dilepas sehigga berayu dega periode T. Jika ayua fisis bergerak sekitar suatu posisi setimbag, sedagka gaya pada partikel sebadig dega jarak partikel dari posisi setimbag, utuk sudut simpag kecil maka gerak ayua fisis dapat diaggap gerak harmois agular. Persamaa simpaga sudutya : mcos t d msi t dt d mcos t dt Hukum II Newto tetag rotasi Dega mglsi I = mome iersia = percepata sudut Maka mglsi mgl si mgl si mgl si mgl

6 6 mgl 4 mgl Meurut teorema sumbu sejajar, mome iersia I besarya : I = I pm + ML Dega I pm : mome iersia terhadap sumbu putar melalui pusat massa, da L : jarak atara sumbu putar terhadap pusat massa. Dega demikia persamaaya mejadi : T = π I pm +ML MgL T = 4π. I pm + ML Mgl T Mgl = 4π. I pm + ML T 1 Mgl 1 = 4π. I pm + ML 1.. T Mgl = 4π. I pm + ML...** Jika T 1 adalah periode ayua dega jarak atara O terhadap Pm adalah L 1, da T adalah periode ayua dega jarak atara O terhadap Pm adalah L, maka percepata gravitasi dapat ditetuka dega megelimiasi I pm dari T 1 da T da hasilya adalah sebagai berikut: T 1 Mgl 1 = 4π. I pm + ML 1.. T Mgl = 4π. I pm + ML...** T Mgl T 1 Mgl1 = 4π (ML ML 1 ) g(t l T 1 l1 ) = 4π (L L 1 )

7 7 g L 4 L L 1 1 L1 Dega, L : Jarak lubag poros ayua terhadap pusat massa (Pm) T: Periode ayua (detik) g : Percepata gravitasi bumi (m/s) III. Alat da Baha a. Satu set peragkat ayua fisis batag homoge (terdiri dari batag logam berlubag lubag dega dua kepig logam berbetuk silider yag dapat disekrupka ke batag logam.(gambar 1). b. Tripleks dega betuk tak beratura dilegkapi beberapa lubag tersebar (gambar ). c. Mistar 100 cm d. Poros peggatug e. Stopwatch f. Busur derajad g. Neraca ohauss (ketelitia 0,01 gr) IV. A. Ragkaia Eksperime 1. Beda Tak beratura Poros peggatug θ Lempeg tak beratura Melukis garis lurus Gambar 3. Skema alat beda tak beratura

8 8. Beda Homoge Poros peggatug Lubag utuk poros peggatug Batag besi Sepasag Logam silider Gambar 4. Skema alat beda homoge B. Lagkah Kerja 1. Beda Tak beratura a. Meggatugka beda pada poros tertetu b. Meggambil garis lurus vertikal dari poros yag digatug c. Memberi simpaga kecil lalu melepaskaya d. Mecatat waktu yag diperluka utuk 0 kali ayua e. Megulagi lagkah b d utuk 5 variasi posisi poros poros yag lai. f. Meetuka letak pusat massa beda dari posisi poros higga titik pertemua kelima garis vertikal yag telah ditarik sebelumya.. Beda homoge (batag logam) a. Meimbag massa kepig silider. b. Memasag badul (kepig silider) pada batag dega posisi tertetu. c. Meetuka letak pusat massa ayua (x 1, x, x pm ) d. Meggtug beda pada poros tertetu e. Memberi simpaga kecil lalu melepaskaya f. Mecatat waktu yag diperluka utuk 0 kali ayua g. Megulagi lagkah b f utuk variasi posisi poros poros yag lai.

9 9 V. Data Percobaa a. Beda 1 (Lempeg Tak beratura) θ = 5, =0 NO L (m) t (s) t (s) T = t ,185 3,83 3,06 3,41 3,43 0 1,17 0,19 3,57 3,61 3,53 3,57 0 1,18 3 0,0 4,30 4,15 3,63 4,03 0 1,0 4 0,4 4,81 4,40 4,30 4,50 0 1,3 5 0,6 4,50 4,51 4,56 4,5 0 1,3 b. Beda (Batag Homoge) θ = 5, = 0 NO L (m) t 1 (s) t (s) t 3 (s) t (s) T (s) T² (s ) 1 0,17 6,58 6,93 6,46 6,66 1,33 1,78 0,4 7,79 7,9 8,04 7,9 1,40 1,95 3 0,31 9,94 9,69 9,85 9,83 1,49, 4 0,41 31,65 31,70 31,57 31,64 1,58,50 5 0,51 33,75 33,36 33,93 33,68 1,68,84 VI. Aalisis Data a. Beda 1 (Lempeg Tak beratura) Mecari pusat massa beda tak beratura (Lempeg kayu) Pusat massa Gambar 5. Pusat massa beda tegar tak beratura utuk lempeg tripleks

10 10 Mecari ilai percepata gravitasi 4 L L g L 1 1 L1 Data L 1 L L 1 ² L ² L ²- L 1 ² T 1 T L 1 T 1 ² L T ² L T ²- L 1 T 1 ² g ( m s ) 1 ; 0,18 0,19 0,034 0,036 0,00 1,37 1,389 0,17 0,4 0,010 7,41 1 ; 3 0,18 0,0 0,034 0,040 0,006 1,37 1,444 0,17 0,40 0,035 6,55 1 ; 4 0,18 0,4 0,034 0,058 0,03 1,37 1,501 0,17 0,94 0,106 8,68 1 ; 5 0,18 0,6 0,034 0,068 0,033 1,37 1,503 0,17 0,319 0,137 9,6 ; 3 0,19 0,0 0,036 0,040 0,004 1,389 1,444 0,4 0,40 0,05 6,0 ; 4 0,19 0,4 0,036 0,058 0,0 1,389 1,501 0,4 0,94 0,096 8,8 ; 5 0,19 0,6 0,036 0,068 0,03 1,389 1,503 0,4 0,319 0,17 9,80 3 ; 4 0,0 0,4 0,040 0,058 0,018 1,444 1,501 0,40 0,94 0,071 9,73 3 ; 5 0,0 0,6 0,040 0,068 0,08 1,444 1,503 0,40 0,319 0,10 10,67 4 ; 5 0,4 0,6 0,058 0,068 0,010 1,501 1,503 0,94 0,319 0,031 1,88 Ralat Pegamata (Metode Perhituga) g g 1 g g 3 g 4 g 5 g 6 g 7 g8 g 9 g10 m 9,04 10 s NO g ( m/s ) δg = g g δg (m/s ) 1 7,41-1,6,64 6,55 -,49 6,0 3 8,68-0,35 0,1 4 9,6 0,59 0,35 5 6,0 -,84 8,05 6 8,8-0, 0,05 7 9,80 0,76 0,58 8 9,73 0,69 0, ,67 1,64, ,88 3,84 14,78 (δg) 35,9

11 L T ²-L 1 T 1 ² 11 g = = (δg ) 1 35,9 9 = 3,991 =,0 ( m/s ) g = ( g ± g ) = ( 9,04 ±,00 ) ( m/s ) Kesalaha Relatif KR = g g. 100% =,00 9, % =,11 % Ketelitia = 100% - KR = 100% -,11% = 77,89% Kesesata = g g stadar g stadar x 100% = 9,04 9,81 9,81 = 0,76 9,81 x 100% = 0,078 x 100% = 7,8% Ketepata x 100% = 100% - Kesesata = 100% - 7,8% =9,% Grafik hubuga L T ²-L 1 T 1 ² da L ²-L 1 ² pada beda lempeg tak beratura 0,160 0,140 0,10 0,100 0,080 0,060 0,040 0,00 0,000 0,000 0,005 0,010 0,015 0,00 0,05 0,030 0,035 0,040 L ²-L 1 ²

12 1 b. Beda (Batag Homoge) Mecari pusat massa beda homoge (batag besi) Massa batag homoge X1 ( batag homoge ) Massa silider pejal X ( silider pejal ) # Pusat massa : : 1,395 kg : 54 cm : 3,805 kg : 78 cm x pm = m 1x 1 +m x m 1 +m x pm = 1,395.0,54+3,805.0,78 1,395+3,805 = 0,753+,986 5, = 0,715 m Mecari ilai percepata gravitasi 4 L L g L 1 1 L1 Data L 1 L L 1 ² L ² L ²- L 1 ² T 1 T L 1 T 1 ² L T ² L T ²- L 1 T 1 ² g ( m s ) 1 ; 0,17 0,4 0,03 0,06 0,09 1,78 1,95 0,30 0,468 0,166 6,84 1 ; 3 0,17 0,31 0,03 0,10 0,067 1,78, 0,30 0,689 0,387 6,85 1 ; 4 0,17 0,41 0,03 0,17 0,139 1,78,50 0,30 1,06 0,74 7,59 1 ; 5 0,17 0,51 0,03 0,6 0,31 1,78,84 0,30 1,446 1,144 7,98 ; 3 0,4 0,31 0,06 0,10 0,039 1,95, 0,468 0,689 0, 6,85 ; 4 0,4 0,41 0,06 0,17 0,111 1,95,50 0,468 1,06 0,559 7,81 ; 5 0,4 0,51 0,06 0,6 0,03 1,95,84 0,468 1,446 0,979 8,17 3 ; 4 0,31 0,41 0,10 0,17 0,07,,50 0,689 1,06 0,337 8,44 3 ; 5 0,31 0,51 0,10 0,6 0,164,,84 0,689 1,446 0,757 8,55 4 ; 5 0,41 0,51 0,17 0,6 0,09,50,84 1,06 1,446 0,40 8,64

13 13 - Ralat Pegamata (Metode Perhituga) g g g g g g g g g g g 7,77 10 NO g ( m/s ) δg = g g δg (m/s ) 1 6,84-0,93 0,87 6,85-0,93 0,86 3 7,59-0,18 0,03 4 7,98 0,0 0,04 5 6,85-0,9 0,85 6 7,81 0,04 0,00 7 8,17 0,40 0,16 8 8,44 0,67 0,45 9 8,55 0,78 0, ,64 0,87 0,76 (δg) 4,63 m s g = = (δg ) 1 4,63 9 = 0,514 = 0,7 ( m/s ) g = ( g ± g ) = ( 7,77 ± 0,7 ) ( m/s ) Kesalaha Relatif KR = g g. 100% = 0,7 7, % = 9,3 % Ketelitia = 100% - KR = 100% - 9,3% = 90,77% Kesesata = g g stadar g stadar x 100% = 7,77 9,81 9,81 =,03 9,81 = 0,69% Ketepata x 100% x 100% = 100% - Kesesata = 100% - 0,69% =79,31%

14 LT²-L1T1² 14 Grafik hubuga LT²-L1T1² da L²-L1² pada beda homoge 1,400 1,00 1,000 0,800 0,600 0,400 0,00 0,000 0,000 0,050 0,100 0,150 0,00 0,50 L²-L1² VII. Pembahasa Beda yag bergerak harmois sederhaa pada ayua sederhaa memiliki periode alias waktu yag dibutuhka beda utuk melakuka satu getara secara legkap. Salah satu cotoh dari gerak harmois sederhaa adalah geraka yag terjadi pada ayua fisis. Ayua fisis sediri adalah sebuah sistem dimaa terdapat sebuah beda tegar yag digatug dari suatu titik yag buka merupaka pusat massaya aka berosilasi ketika disimpagka dari posisi kesetimbaga. Ketika beba digatugka pada ayua da tidak diberika gaya maka beda aka diam di titik kesetimbaga. Tetapi jika beba ditarik/diberi simpaga dega sudut kecil da dilepaska, maka beba aka bergerak lalu kembali lagi ke posisi semula. Geraka beba aka terjadi berulag secara periodik, dega kata lai beba pada ayua fisis tersebut melakuka gerak harmoik sederhaa. Pusat massa adalah suatu titik pusat kesetimbaga beda yag memiliki massa m. Dega megguaka ayua fisis, praktika dapat meetuka pusat massa suatu beda tegar. Pada percobaa ii praktika meetuka pusat massa beda tegar (lempeg) tak beratura da batag homoge. a. Meetuka pusat massa berbagai betuk beda tegar Dalam meetuka pusat massa beda tegar (lempeg) tak beratura, praktika meyimpagka lempeg tersebut di beberapa titik. Ketika digatugka di suatu titik, lempeg homoge dibiarka pada posisi kesetimbaga lalu ditarik suatu garis kesetimbaga. Hal yag sama dilakuka utuk beberapa titik yag lai. Kemudia dapat dilihat bahwa semua garis yag melalui beberapa titik berpotoga di

15 15 suatu titik yag merupaka pusat massaya. Metode ii diguaka utuk meetuka pusat massa lempeg homoge yag tak beratura (gambar 5). Utuk lempeg homoge beratura, koordiat pusat massa dapat ditetuka secara teoritis dega persamaa : xpm x1a1 xa A1 A ypm y1a1 y A A1 A persamaa : Dalam meetuka pusat massa batag homoge, praktika megguaka xpm x1m1 xm m1 m Setelah ditetuka x pm, praktika meetuka ilai L, yaitu jarak atara poros peggatug ke pusat massa. b. Meetuka ilai percepata gravitasi bumi Percobaa ayua fisis ii dapat pula dilakuka utuk meetuka percepata garvitasi bumi di tempat percobaa dilakuka. Percobaa yag pertama yaitu megguaka beda tegar tak beratura berupa lempega kayu. Berdasarka data yag diperoleh, kita meetuka ilai percepata garvitasi tersebut dega megguaka rumus : g = 4π² (L L1 ) (L T L1 T 1 Dari rumus tersebut kita peroleh g 1 = 7,41 m/s, g = 6,55 m/s, g 3 = 8,68 m/s, g 4 = 9,6 m/s, g 5 = 6,0 m/s, g 6 = 8,8 m/s, g 7 = 9,80 m/s, g 8 = 9,73 m/s, g 9 = 10,67 m/s,. g 10 = 1,88 m/s. Maka dari itu diperoleh g sebesar 9,04 m/s. Apabila data percepata gravitasi diatas diolah megguaka ralat pegamata diperoleh percepata gravitasi sebesar (9,04 ±,00) m/s, dega kesalaha relatif mecapai,11% da ketelitia 77,89%. Sedagka kesesataya diperoleh 7,79 % da ketelitiaya 9,1%. Sedagka utuk percobaa berikutya yaitu megguaka beda homoge berupa batag besi. Da berdasarka aalisis data diperoleh ilai g 1 = 6,68 m/s, g = 6,85 m/s, g 3 = 7,59 m/s, g 4 = 7,98 m/s, g 5 = 6,85 m/s, g 6 = 7,81 m/s, g 7 = 8,17 m/s, g 8 = 8,44 m/s, g 9 = 8,55 m/s, g 10 = 8,64 m/smaka dari itu diperoleh g sebesar 7,77 m/s.jadi percepata gravitasi dari percobaa tersebut yaitu (7,77 ± 0,7) m/s dega kesalaha relatif 9,3 %, da ketelitia 90,77%. Bila dibadigka

16 16 dega percepata gravitasi secara teoritis, hasil praktikum ii memiliki ketepata haya sebesar 79,31% dega kesesata 0,69%. Ditijau dari segi grafik, pada percobaa dega ayua fisis dapat diaalisa bahwa waktu ayu berbadig lurus dega jarak ke pusat masa. c. Ketidaktepata ilai hasil eksperime Bila kita lihat dari hasil aalisis data percepata gravitasi bumi utuk beda tegar tak beratura (papa tripleks) diperoleh (9,04 ±,00) m/s, utuk data delta percepata gravitasi bumi diperoleh,00 m/s ilai ii cukup besar utuk ilai delta percepata gravitasi bumi. Selai itu utuk ilai percepata grafitasi bumi dari ayua beda tegar beratura (batag besi) diperoleh ilai (7,77 ± 0,7) m/s, ilai percepata gravitasi ii sagat berbeda dari ilai gravitasi yag telah ditetapka atau meurut teori yaitu 9,81 m/s. Ada beberapa faktor yag memugkika mejadi peyebab ketidaktepata hasil eksperime ii, atara lai: 1. Secara teori pada badul fisis berat beba tidak diabaika begitu juga dega berat batag sebagai lega ayu. Tapi pada petujuk praktikum berat beba da batag diabaika.. Adaya geseka pada batag homoge ketika berayu atau ketidakseimbaga ayua batag pada poros sehigga membuat batag berayu memutar da tidak diamis. 3. Dalam meetuka sudut simpaga praktika megukur dega busur da kemudia pada sudut yag sudah diukur ayua fisis disimpagka dega cara memegagya, ada kemugkia saat dipegag pada sudut yag sudah diukur sudut simpaga berubah tapa disadari oleh praktika. 4. Ketidaktelitia praktika dalam megambil data pegamata. Seperti dalam meghitug jumlah ayuaa () tidak tepat 0 ayua, dalam meetuka waktu megguaka stopwatch kemugkia praktika tidak meghetika stopwatch bersamaa dega jumlah ayua () yag ditetuka. VIII. Simpula Setelah melakuka percobaa ayua fisis dari aalisis data maka dapat diambil beberapa kesimpula, diataraya : 1. Geraka yag terjadi pada ayua fisis merupaka gerak harmois sederhaa jika sudut simpaga yag diguaka kecil.

17 . Dalam meetuka pusat masa beda tegar homoge, dapat diperoleh megguaka persamaa 17 xpm x1a1 xa A1 A ypm y1a1 y A A1 A 3. Meetuka pusat massa lempeg homoge tak beratura dapat ditetuka dari perpotoga garis kesetimbaga dari beberapa titik yag diguaka sebagai poros peggatug. 4. Meghitug percepata gravitasi megguaka ayua fisis dapat ditempuh dega persamaa: g = 4π² (L L1 ) (L T L1 T 1 IX. Daftar Pustaka Boas, Marry L Mathematical Methods i The Physical Scieces (Third Editio). Idia: Nutech Photolithographers. Tipler Fisika Jilid I. Jakarta : Erlagga. Tim Dose Fisika Dasar Buku Padua Praktikum Fisika Dasar 1.Semarag.UNNES Khaafiah,Siti,dkk.007.Feomea Gelombag. Semarag.UNNES.

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan deteksi dan tracking obyek dibutuhkan perangkat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan deteksi dan tracking obyek dibutuhkan perangkat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kebutuha Sistem Sebelum melakuka deteksi da trackig obyek dibutuhka peragkat luak yag dapat meujag peelitia. Peragkat keras da luak yag diguaka dapat dilihat pada Tabel

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Interpolasi

Bab 3 Metode Interpolasi Baha Kuliah 03 Bab 3 Metode Iterpolasi Pedahulua Iterpolasi serig diartika sebagai mecari ilai variabel tergatug tertetu, misalya y, pada ilai variabel bebas, misalya, diatara dua atau lebih ilai yag diketahui

Lebih terperinci

METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/2012 SUGENG2010. Copyright Dale Carnegie & Associates, Inc.

METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/2012 SUGENG2010. Copyright Dale Carnegie & Associates, Inc. METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/0 SUGENG00 Copyright 996-98 Dale Caregie & Associates, Ic. Kesalaha ERROR: Selisih atara ilai perkiraa dega ilai eksakilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu: 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model matematis da tahapa matematis Secara umum tahapa yag harus ditempuh dalam meyelesaika masalah matematika secara umerik da megguaka alat batu komputer, yaitu: 2.1.1 Tahap

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT

PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT Buleti Ilmiah Math. Stat. da Terapaya (Bimaster) Volume 02, No. 1(2013), hal 1-6. PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT Demag, Helmi, Evi Noviai INTISARI Permasalaha di bidag tekik

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan POSITRON, Vol. II, No. (0), Hal. -5 ISSN : 30-4970 Peetua Eergi Osilator Kuatum Aharmoik Megguaka Teori Gaggua Iklas Saubary ), Yudha Arma ), Azrul Azwar ) )Program Studi Fisika Fakultas Matematika da

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu

III. METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode peelitia merupaka suatu cara tertetu yag diguaka utuk meeliti suatu permasalaha sehigga medapatka hasil atau tujua yag diigika. Meurut Arikuto (99 :

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur 0 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu da Tempat Peelitia Peelitia dilaksaaka dari bula Agustus-September 03.Peelitia ii dilakuka di kelas X SMA Muhammadiyah Pekabaru semester gajil tahu ajara 03/04. B. Subjek

Lebih terperinci

Pengamatan, Pengukuran dan Eksperimen

Pengamatan, Pengukuran dan Eksperimen TEORI KESALAHAN EKSPERIMEN FISIKA DASAR I Pegamata, Pegukura da Eksperime Pegamata da pegukura Teori / model Eksperime Ramala Pegamata payig attetio watch somethig attetively record of somethig see or

Lebih terperinci

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak benda yang bergetar.

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak benda yang bergetar. Getara (Vibratio) Dalam kehidupa sehari-hari terdapat bayak beda yag bergetar. Sear gitar yag serig ada maika, Soud system, Garpu tala, Demikia juga rumah ada yag bergetar dasyat higga rusak ketika terjadi

Lebih terperinci

Bab III Metoda Taguchi

Bab III Metoda Taguchi Bab III Metoda Taguchi 3.1 Pedahulua [2][3] Metoda Taguchi meitikberatka pada pecapaia suatu target tertetu da meguragi variasi suatu produk atau proses. Pecapaia tersebut dilakuka dega megguaka ilmu statistika.

Lebih terperinci

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuda berjumlah 25

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuda berjumlah 25 18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Baha Peelitia 3.1.1 Objek Peelitia Terak yag diguaka dalam peelitia ii adalah kuda berjumlah 25 ekor terdiri dari 5 jata da 20 betia dega umur berkisar atara 10 15

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4 Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika

Lebih terperinci

BAB 5 OPTIK FISIS. Prinsip Huygens : Setiap titik pada muka gelombang dapat menjadi sumber gelombang sekunder. 5.1 Interferensi

BAB 5 OPTIK FISIS. Prinsip Huygens : Setiap titik pada muka gelombang dapat menjadi sumber gelombang sekunder. 5.1 Interferensi BAB 5 OPTIK FISIS Prisip Huyges : Setiap titik pada muka gelombag dapat mejadi sumber gelombag sekuder. 5. Iterferesi - Iterferesi adalah gejala meyatuya dua atau lebih gelombag, membetuk gelombag yag

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengumpulan Data Pembuatan plot contoh

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengumpulan Data Pembuatan plot contoh BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat da Waktu Peelitia Pegambila data peelitia dilakuka di areal revegetasi laha pasca tambag Blok Q 3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal Kalimata Timur. Kegiata ii dilakuka

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode peelitia merupaka suatu cara tertetu yag diguaka utuk meeliti suatu permasalaha sehigga medapatka hasil atau tujua yag diigika, meurut Arikuto (998:73)

Lebih terperinci

Bab 7 Penyelesaian Persamaan Differensial

Bab 7 Penyelesaian Persamaan Differensial Bab 7 Peelesaia Persamaa Differesial Persamaa differesial merupaka persamaa ag meghubugka suatu besara dega perubahaa. Persamaa differesial diataka sebagai persamaa ag megadug suatu besara da differesiala

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai dega Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI SEDERHANA

REGRESI DAN KORELASI SEDERHANA REGRESI DAN KORELASI SEDERHANA Apa yag disebut Regresi? Korelasi? Aalisa regresi da korelasi sederhaa membahas tetag keterkaita atara sebuah variabel (variabel terikat/depede) dega (sebuah) variabel lai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu peelitia Peelitia dilakuka pada budidaya jamur tiram putih yag dimiliki oleh usaha Yayasa Paguyuba Ikhlas yag berada di Jl. Thamri No 1 Desa Cibeig, Kecamata Pamijaha,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagai hasil penelitian dalam pembuatan modul Rancang Bangun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagai hasil penelitian dalam pembuatan modul Rancang Bangun 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagai hasil peelitia dalam pembuata modul Racag Bagu Terapi Ifra Merah Berbasis ATMega8 dilakuka 30 kali pegukura da perbadiga yaitu pegukura timer/pewaktu da di badigka

Lebih terperinci

Modul Kuliah statistika

Modul Kuliah statistika Modul Kuliah statistika Dose: Abdul Jamil, S.Kom., MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER MUHAMMADIYAH JAKARTA Bab 2 Populasi da Sampel 2.1 Populasi Populasi merupaka keseluruha pegamata

Lebih terperinci

Masih ingat beda antara Statistik Sampel Vs Parameter Populasi? Perhatikan tabel berikut: Ukuran/Ciri Statistik Sampel Parameter Populasi.

Masih ingat beda antara Statistik Sampel Vs Parameter Populasi? Perhatikan tabel berikut: Ukuran/Ciri Statistik Sampel Parameter Populasi. Distribusi Samplig (Distribusi Pearika Sampel). Pedahulua Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL BAB VIII MASAAH ESTIMASI SAT DAN DA SAMPE 8.1 Statistik iferesial Statistik iferesial suatu metode megambil kesimpula dari suatu populasi. Ada dua pedekata yag diguaka dalam statistik iferesial. Pertama,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da waktu Peelitia ii dilakuka di PD Pacet Segar milik Alm Bapak H. Mastur Fuad yag beralamat di Jala Raya Ciherag o 48 Kecamata Cipaas, Kabupate Ciajur, Propisi Jawa Barat.

Lebih terperinci

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD)

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD) Prosidig Statistika ISSN: 2460-6456 Pegedalia Proses Megguaka Diagram Kedali Media Absolute Deviatio () 1 Haida Lestari, 2 Suliadi, 3 Lisur Wachidah 1,2,3 Prodi Statistika, Fakultas Matematika da Ilmu

Lebih terperinci

Pemodelan Variasi Nilai Percepatan Gravitasi di Daerah Khatulistiwa dengan Menggunakan Metode Gauss-Newton Suwanti a, Joko Sampurno a*, Azrul Azwar a

Pemodelan Variasi Nilai Percepatan Gravitasi di Daerah Khatulistiwa dengan Menggunakan Metode Gauss-Newton Suwanti a, Joko Sampurno a*, Azrul Azwar a POSITRON, Vol. VI, No. 1 (16), Hal. 1-7 ISSN : 31-497 Pemodela Variasi Nilai Percepata Gravitasi di Daerah Khatulistiwa dega Megguaka Metode Gauss-Newto Suwati a, Joko Sampuro a*, Azrul Azwar a a Prodi

Lebih terperinci

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual

Pendekatan Nilai Logaritma dan Inversnya Secara Manual Pedekata Nilai Logaritma da Iversya Secara Maual Moh. Affaf Program Studi Pedidika Matematika, STKIP PGRI BANGKALAN affafs.theorem@yahoo.com Abstrak Pada pegaplikasiaya, bayak peggua yag meggatugka masalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Aalisis Regresi Istilah regresi pertama kali diperkealka oleh seorag ahli yag berama Facis Galto pada tahu 1886. Meurut Galto, aalisis regresi berkeaa dega studi ketergatuga dari suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Didalam melakuka kegiata suatu alat atau mesi yag bekerja, kita megeal adaya waktu hidup atau life time. Waktu hidup adalah lamaya waktu hidup suatu kompoe atau uit pada

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. λ = 0. Ly = 0, maka solusi umum dari persamaan diferensial (3.3) adalah

III PEMBAHASAN. λ = 0. Ly = 0, maka solusi umum dari persamaan diferensial (3.3) adalah III PEMBAHASAN Pada bagia ii aka diformulasika masalah yag aka dibahas. Solusi masalah aka diselesaika dega Metode Dekomposisi Adomia. Selajutya metode ii aka diguaka utuk meyelesaika model yag diyataka

Lebih terperinci

Fungsi Kompleks. (Pertemuan XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Fungsi Kompleks. (Pertemuan XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TKS 4007 Matematika III Fugsi Kompleks (Pertemua XXVII - XXX) Dr. AZ Jurusa Tekik Sipil Fakultas Tekik Uiversitas Brawijaya Pedahulua Persamaa x + 1 = 0 tidak memiliki akar dalam himpua bilaga real. Pertayaaya,

Lebih terperinci

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real: BARISAN TAK HINGGA Secara umum, suatu barisa dapat diyataka sebagai susua terurut dari bilaga-bilaga real: u 1, u 2, u 3, Barisa tak higga merupaka suatu fugsi dega domai berupa himpua bilaga bulat positif

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Pembahasa Atropometri merupaka salah satu metode yag dapat diguaka utuk meetuka ukura dimesi tubuh pada setiap mausia. Data atropometri yag didapat aka diguaka utuk

Lebih terperinci

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS 1.1. Pedahulua Dalam pertemua ii Ada aka mempelajari beberapa padaga tetag permutasi da kombiasi, fugsi da metode perhituga probabilitas, da meghitug probabilitas. Pada

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 89 BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Dalam upaya mearik kesimpula da megambil keputusa, diperluka asumsi-asumsi da perkiraa-perkiraa. Secara umum hipotesis statistik merupaka peryataa megeai distribusi probabilitas

Lebih terperinci

BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP. Permasalahan dalam tugas akhir ini dibatasi hanya pada penaksiran

BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP. Permasalahan dalam tugas akhir ini dibatasi hanya pada penaksiran BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP Permasalaha dalam tugas akhir ii dibatasi haya pada peaksira besarya koefisie korelasi polychoric da tidak dilakuka peguia terhadap koefisie korelasi

Lebih terperinci

Karakteristik Dinamik Elemen Sistem Pengukuran

Karakteristik Dinamik Elemen Sistem Pengukuran Karakteristik Diamik Eleme Sistem Pegukura Kompetesi, RP, Materi Kompetesi yag diharapka: Mahasiswa mampu merumuskaka karakteristik diamik eleme sistem pegukura Racaga Pembelajara: Miggu ke Kemampua Akhir

Lebih terperinci

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1 Barisa Barisa Tak Higga Kekovergea barisa tak higga Sifat sifat barisa Barisa Mooto 9/0/06 Matematika Barisa Tak Higga Secara sederhaa, barisa merupaka susua dari bilaga bilaga yag urutaya berdasarka bilaga

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 27 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Baha Peelitia 3.1.1 Objek Peelitia Objek yag diguaka dalam peelitia ii adalah kuda Sumba (Sadelwood) betia da jata berjumlah 30 ekor dega umur da berat yag relatif

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA SMA IPA Kelas 11

MODUL MATEMATIKA SMA IPA Kelas 11 SMA IPA Kelas BARISAN DAN DERET ARITMATIKA. Betuk umum: a, ( a b), ( a b) ( a b). Rumus suku ke- ( ) a ( ) b a : suku pertama b : beda. Jumlah suku pertama (S ) S ( a ) atau S (a ( ) b) Dega S dapat juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi da Waktu Pegambila Data Pegambila data poho Pius (Pius merkusii) dilakuka di Huta Pedidika Guug Walat, Kabupate Sukabumi, Jawa Barat pada bula September 2011.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sukardi, (2003:17) Metodologi penelitian adalah cara yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sukardi, (2003:17) Metodologi penelitian adalah cara yang 5 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Meurut Sukardi, (003:7) Metodologi peelitia adalah cara yag dilakuka secara sistematis megikuti atura-atura, direcaaka oleh para peeliti utuk memecahka permasalaha

Lebih terperinci

9 Departemen Statistika FMIPA IPB

9 Departemen Statistika FMIPA IPB Supleme Resposi Pertemua ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351 9 Departeme Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasa Sub Pokok Bahasa Referesi Waktu Pegatar Aalisis utuk Data Respo Kategorik Data respo kategorik Sebara

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-11. Teknik Analisis Komparasi (t-test)_m. Jainuri, M.Pd

Pertemuan Ke-11. Teknik Analisis Komparasi (t-test)_m. Jainuri, M.Pd Pertemua Ke- Komparasi berasal dari kata compariso (Eg) yag mempuyai arti perbadiga atau pembadiga. Tekik aalisis komparasi yaitu salah satu tekik aalisis kuatitatif yag diguaka utuk meguji hipotesis tetag

Lebih terperinci

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan BAB III METODE PENELITAN. Tempat Da Waktu Peelitia Peelitia dilakuka di SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo dega subject Peelitia adalah siswa kelas VIII. Pemiliha SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo. Adapu

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Sampling adalah proses pengambilan atau memilih n buah elemen dari populasi yang

II. LANDASAN TEORI. Sampling adalah proses pengambilan atau memilih n buah elemen dari populasi yang II. LANDASAN TEORI Defiisi 2.1 Samplig Samplig adalah proses pegambila atau memilih buah eleme dari populasi yag berukura N (Lohr, 1999). Dalam melakuka samplig, terdapat teori dasar yag disebut teori

Lebih terperinci

FORECASTING (Peramalan)

FORECASTING (Peramalan) FORECASTING (Peramala) PENDAHULUAN Forecastig adalah ramala tetag apa yag aka terjadi dimasa yag aka datag. Forecast Demad atau peramala permitaa mejadi dasar yag sagat petig dalam perecaaa suatu keputusa

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI MANAJEMEN RISIKO INVESTASI A. PENGERTIAN RISIKO Resiko adalah peyimpaga hasil yag diperoleh dari recaa hasil yag diharapka Besarya tigkat resiko yag dimasukka dalam peilaia ivestasi aka mempegaruhi besarya

Lebih terperinci

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARA DAN FAKTOR DIKON 3.1 Ecoomic Order Quatity Ecoomic Order Quatity (EOQ) merupaka suatu metode yag diguaka utuk megedalika

Lebih terperinci

BAB II TEORI MOTOR LANGKAH

BAB II TEORI MOTOR LANGKAH BAB II TEORI MOTOR LANGKAH II. Dasar-Dasar Motor Lagkah Motor lagkah adalah peralata elektromagetik yag megubah pulsa digital mejadi perputara mekais. Rotor pada motor lagkah berputar dega perubaha yag

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecaha Masalah Dalam ragka peigkata keakurata rekomedasi yag aka diberika kepada ivestor, maka dicoba diguaka Movig Average Mometum Oscillator (MAMO). MAMO ii

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 30 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Peelitia Metode yag diguaka dalam peelitia adalah metode deskriptif, yaitu peelitia yag didasarka pada pemecaha masalah-masalah aktual yag ada pada masa sekarag.

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Penarikan Sampel)

DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Penarikan Sampel) DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Pearika Sampel) I. PENDAHULUAN Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Sifat Koligatif (Bagian II) A. PENURUNAN TEKANAN UAP ( P)

KIMIA. Sesi. Sifat Koligatif (Bagian II) A. PENURUNAN TEKANAN UAP ( P) KIMIA KELAS XII IA - KURIKULUM GABUNGAN 02 Sesi NGAN Sifat Koligatif (Bagia II) Iteraksi atara pelarut da zat megakibatka perubaha fisik pada kompoekompoe peyusu laruta. Salah satu sifat yag diakibatka

Lebih terperinci

Distribusi Sampling (Distribusi Penarikan Sampel)

Distribusi Sampling (Distribusi Penarikan Sampel) Distribusi Samplig (Distribusi Pearika Sampel) 1. Pedahulua Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI PENELITIAN BAB V METODOLOGI PEELITIA 5.1 Racaga Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia kualitatif dega metode wawacara medalam (i depth iterview) utuk memperoleh gambara ketidaklegkapa pegisia berkas rekam medis

Lebih terperinci

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n LIMIT 4.. FUNGSI LIMIT Defiisi 4.. A R Titik c R adalah titik limit dari A, jika utuk setiap δ > 0 ada palig sedikit satu titik di A, c sedemikia sehigga c < δ. Defiisi diatas dapat disimpulka dega cara

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 34 TKE 315 ISYARAT DAN SISTEM B a b 1 I s y a r a t (bagia 3) Idah Susilawati, S.T., M.Eg. Program Studi Tekik Elektro Fakultas Tekik da Ilmu Komputer Uiversitas Mercu Buaa Yogyakarta 29 35 1.5.2. Isyarat

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak:

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak: PENGUJIAN HIPOTESIS A. Lagkah-lagkah pegujia hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaa megeai sesuatu. Jika hipotesis tersebut tetag ilai-ilai parameter maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS REGRESI (HALAMAN

TUGAS ANALISIS REGRESI (HALAMAN TUGAS ANALISIS REGRESI (HALAMAN 85-88) 1. Tetuka depede da idepede variabel serta : a. Hitug Sum of Square for Regressio (X) b. Hitug Sum of Square for Residual c. Hitug Mea Sum of Square for Regresssio

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok

Lebih terperinci

UKURAN PEMUSATAN DATA

UKURAN PEMUSATAN DATA Malim Muhammad, M.Sc. UKURAN PEMUSATAN DATA J U R U S A N A G R O T E K N O L O G I F A K U L T A S P E R T A N I A N U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H P U R W O K E R T O DEFINISI UKURAN PEMUSATAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN SET EKSPERIMEN MUAI PANJANG DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA328.

PEMBUATAN SET EKSPERIMEN MUAI PANJANG DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA328. Pillar of Physics, Vol. 10. Oktober 2017, 71-77 PEMBUATAN SET EKSPERIMEN MUAI PANJANG DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA328 Nofsi Meiza 1), ulkifli 2), Zulhedri Kamus 2) 1) Mahasiswa Fisika, FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Racaga da Jeis Peelitia Racaga peelitia ii adalah deskriptif dega pedekata cross sectioal yaitu racaga peelitia yag meggambarka masalah megeai tigkat pegetahua remaja tetag

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT UKUR MOMEN INERSIA BENDA DIGITAL MENGGUNAKAN SENSOR OPTOCOUPLER

PEMBUATAN ALAT UKUR MOMEN INERSIA BENDA DIGITAL MENGGUNAKAN SENSOR OPTOCOUPLER PILLAR OF PHYSICS, Vol. 8. Oktober 2016, 81-88 PEMBUATAN ALAT UKUR MOMEN INERSIA BENDA DIGITAL MENGGUNAKAN SENSOR OPTOCOUPLER Nuug Rivia 1) Yohadri 2) Zulhedri Kamus 2) 1) Mahasiswa Fisika, FMIPA Uiversitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Peelitia Dalam peelitia ii, pegambila da peroleha data dilakuka di UKM. Bakso Solo, Bakauhei, Lampug Selata. Utuk pegukura kualitas pelayaa, objek yag diteliti adalah

Lebih terperinci

Inflasi dan Indeks Harga I

Inflasi dan Indeks Harga I PERTEMUAN 1 Iflasi da Ideks Harga I 1 1 TEORI RINGKAS A Pegertia Agka Ideks Agka ideks merupaka suatu kosep yag dapat memberika gambara tetag perubaha-perubaha variabel dari suatu priode ke periode berikutya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia Populasi dalam peelitia ii adalah semua siswa kelas I MIA SMA Negeri 5 Badar Lampug Tahu Pelajara 04-05 yag berjumlah 48 siswa. Siswa tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeis Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia deskriptif dega pedekata kuatitatif karea bertujua utuk megetahui kompetesi pedagogik mahasiswa setelah megikuti mata kuliah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Lux meter dilengkapi sensor jarak berbasis arduino. : panjang 15,4 cm X tinggi 5,4 cm X lebar 8,7 cm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Lux meter dilengkapi sensor jarak berbasis arduino. : panjang 15,4 cm X tinggi 5,4 cm X lebar 8,7 cm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Spesifikasi Alat Nama Alat Tegaga Ukura Berat : Lux meter dilegkapi sesor jarak berbasis arduio : 5 V (DC) : pajag 15,4 cm tiggi 5,4 cm lebar 8,7 cm : 657 gram 4.. Gambar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011 III. METODE PENELITIAN A. Latar Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia yag megguaka total sampel yaitu seluruh siswa kelas VIII semester gajil SMP Sejahtera I Badar Lampug tahu pelajara 2010/2011 dega

Lebih terperinci

Solusi Numerik PDP. ( Metode Beda Hingga ) December 9, 2013. Solusi Numerik PDP

Solusi Numerik PDP. ( Metode Beda Hingga ) December 9, 2013. Solusi Numerik PDP ( Metode Beda Higga ) December 9, 2013 Sebuah persamaa differesial apabila didiskritisasi dega metode beda higga aka mejadi sebuah persamaa beda. Jika persamaa differesial parsial mempuyai solusi eksak

Lebih terperinci

τ = r x F KESETIMBANGAN

τ = r x F KESETIMBANGAN KESETIMBG Moe Gaa ( τ ) Moe gaa atau torsi adalah besara ag dapat eebabka beda berotasi atau berputar. Besar oe gaa didefiisika sebagai hasil kali atara gaa ag bekerja dega lega. Moe gaa terasuk dala besara

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan Istitut Tekologi Sepuluh Nopember Surabaya Model Sistem dalam Persamaa Keadaa Pegatar Materi Cotoh Soal Rigkasa Latiha Pegatar Materi Cotoh Soal Rigkasa Istilah-istilah Dalam Persamaa Keadaa Aalisis Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh

Lebih terperinci

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP STATISTICS Haug N. Prasetyo Week 11 PENDAHULUAN Regresi da korelasi diguaka utuk megetahui hubuga dua atau lebih kejadia (variabel) yag dapat diukur secara matematis. Ada dua hal yag diukur atau diaalisis,

Lebih terperinci

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3 SUKU BANYAK A Pegertia: f(x) x + a 1 x 1 + a 2 x 2 + + a 2 +a 1 adalah suku bayak (poliom) dega : - a, a 1, a 2,.,a 2, a 1, a 0 adalah koefisiekoefisie suku bayak yag merupaka kostata real dega a 0 - a

Lebih terperinci

Persamaan Non-Linear

Persamaan Non-Linear Persamaa No-Liear Peyelesaia persamaa o-liear adalah meghitug akar suatu persamaa o-liear dega satu variabel,, atau secara umum dituliska : = 0 Cotoh: 2 5. 5 4 9 2 0 2 5 5 4 9 2 2. 2 0 2 5. e 0 Metode

Lebih terperinci

b. Penyajian data kelompok Contoh: Berat badan 30 orang siswa tercatat sebagai berikut:

b. Penyajian data kelompok Contoh: Berat badan 30 orang siswa tercatat sebagai berikut: Statistik da Peluag A. Statistik Statistik adalah metode ilmiah yag mempelajari cara pegumpula, peyusua, pegolaha, da aalisis data, serta cara pegambila kesimpula berdasarka data-data tersebut. Data ialah

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dihitung. Nilai setiap statistik sampel akan bervariasi antar sampel.

II. LANDASAN TEORI. dihitung. Nilai setiap statistik sampel akan bervariasi antar sampel. II. LANDASAN TEORI Defiisi 2.1 Distribusi Samplig Distribusi samplig adalah distribusi probibilitas dari suatu statistik. Distribusi tergatug dari ukura populasi, ukura sampel da metode memilih sampel.

Lebih terperinci

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO PETA KONSEP RETURN da RISIKO PORTOFOLIO RETURN PORTOFOLIO RISIKO PORTOFOLIO RISIKO TOTAL DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO DENGAN DUA AKTIVA PORTOFOLIO DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 Flowchart Metodologi Peelitia BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 31 Flowchart Metodologi Peelitia 18 311 Tahap Idetifikasi da Peelitia Awal Tahap ii merupaka tahap awal utuk melakuka peelitia yag

Lebih terperinci

Masih ingat beda antara Statistik Sampel Vs Parameter Populasi? Perhatikan tabel berikut: Ukuran/Ciri Statistik Sampel Parameter Populasi

Masih ingat beda antara Statistik Sampel Vs Parameter Populasi? Perhatikan tabel berikut: Ukuran/Ciri Statistik Sampel Parameter Populasi Distribusi Samplig (Distribusi Pearika Sampel) 1. Pedahulua Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Non Linier

Penyelesaian Persamaan Non Linier Peyelesaia Persamaa No Liier Metode Iterasi Sederhaa Metode Newto Raphso Permasalaha Titik Kritis pada Newto Raphso Metode Secat Metode Numerik Iterasi/NewtoRaphso/Secat - Metode Iterasi Sederhaa- Metode

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan. 9 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi Da Sampel Peelitia ii dilaksaaka di MTs Muhammadiyah Natar Lampug Selata. Populasiya adalah seluruh siswa kelas VIII semester geap MTs Muhammadiyah Natar Tahu Pelajara

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN FERMI DIRAC

BAB II KEADAAN FERMI DIRAC BAB II KEADAAN FERMI DIRAC A. Keadaa Makro da Mikro Masalah utama yag dihadapi dalam mekaika statistic adalah meetuka sebara yag mugki dari partikel-partikel kedalam tigkattigkat eergi da keadaa-keadaa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah. BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Perumusa - Sasara - Tujua Pegidetifikasia da orietasi - Masalah Studi Pustaka Racaga samplig Pegumpula Data Data Primer Data Sekuder

Lebih terperinci

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions) Distribusi Pedekata (Limitig Distributios) Ada 3 tekik utuk meetuka distribusi pedekata: 1. Tekik Fugsi Distribusi Cotoh 2. Tekik Fugsi Pembagkit Mome Cotoh 3. Tekik Teorema Limit Pusat Cotoh Fitriai Agustia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi da Objek Peelitia Peelitia ii dilakuka di RPH Tejo Petak 10i, BKPH Parug Pajag KPH Bogor, Perum Perhutai Uit III Jawa Barat da Bate. Objek peelitia adalah waktu kerja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di Kawasa Patai Ayer, Kabupate Serag Provisi Bate. Lokasi ii dipilih secara segaja atau purposive karea Patai Ayer merupaka salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28 5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Peelitia da Waktu Peelitia Sehubuga dega peelitia ii, lokasi yag dijadika tempat peelitia yaitu PT. Siar Gorotalo Berlia Motor, Jl. H. B Yassi o 8 Kota Gorotalo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN PELAT LANTAI

BAB V PERENCANAAN PELAT LANTAI GROUP BAB V PRNCANAAN PLAT LANTA 5. Perecaaa Pelat Latai Perecaaa pelat latai seluruhya megguaka beto bertulag dega mutu beto f c = 0 MPa da baja utuk tulaga megguaka mutu baja fy = 40 MPa. Asumsi perhituga

Lebih terperinci

Studi Plasma Immersion Ion Implantation (PIII) dengan menggunakan Target Tak Planar

Studi Plasma Immersion Ion Implantation (PIII) dengan menggunakan Target Tak Planar JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 6, NOMOR JUNI,1 Studi Plasma Immersio Io Implatatio PIII dega megguaka Target Tak Plaar Yoyok Cahyoo Jurusa Fisika, FMIPA-Istitut Tekologi Sepuluh Nopember ITS Kampus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Hasil Uji Kekerasan, Uji Friabilitas, dan Uji Waktu

Lampiran 1. Data Hasil Uji Kekerasan, Uji Friabilitas, dan Uji Waktu Lampira 1. Data Hasil Uji Kekerasa, Uji Friabilitas, da Uji Waktu A. Uji Kekerasa tablet No G. Idofarma G. Uiversal Kekerasa Tablet (kg) Varsemol Farmadol Rakyat B. Sediri 1 1.5 9 7.5 9.5 1 5.5 1.5 8 8.75

Lebih terperinci