KLASIFIKASI KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH (DC) MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KLASIFIKASI KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH (DC) MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC"

Transkripsi

1 KLASIFIKASI KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH (DC) MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC Syamsurjal & Abdul Mus Mapplotteng Jurusan Penddkan Teknk Elektro FT UNM ABSTRAK Tujuan peneltan n untuk mengetahu cara menghtung arus dan tegangan keluaran berdasarkan klasfkas kecepatan motor arus searah (DC) dengan fuzzy logc. Peneltan n merupakan peneltan ekspermen dengan terlebh dahulu menentukan spesfkas motor yang akan danalss. Pengumpulan data dlakukan dengan observas dalam bentuk ekspermen. Untuk mendefnskan keanggotaan hmpunan samar dgunakan defns secara fungsonal dengan menggunakan fungs segtga, dlanjutkan dengan strateg fuzzfkas dan defuzzfkas dengan metode center of maxmum (COM). Berdasarkan hasl peneltan dapat dsmpulkan, bahwa kecepatan motor arus searah dapat dkelompokkan dalam tga bagan lngustk yakn: lambat, sedang dan cepat. Penggunaan logka samar n tdak memerlukan persamaan matemats yang kompleks, melankan hanya dengan mendefnskan varabel masukan dan keluaran serta menetapkan hmpunan samar untuk tap varabel serta aturan-aturan yang dperlukan. Logka samar pada pengaturan kecepatan motor DC dgunakan untuk mengetahu hubungan antara varable masukan dan keluaran, dalam hal n varable masukan adalah putaran, sedangkan varable keluaran adalah arus dan tegangan. Tahap-tahap yang dlalu untuk memperoleh gambaran tentang pengaturan kecepatan motor DC adalah tahap fuzzfkas, tahap nferens, dan tahap defuzzfkas. Dalam strateg pengamblan keputusan dperoleh aturan-aturan bahwa putaran berbandng lurus dengan arus dan tegangan. Kata Kunc: kecepatan motor DC, fuzzy logc, fuzzfks, defuzzfks, nferens. A. PENDAHULUAN Alasan utama memlh mesn DC dalam ndustr modern adalah karena kecepatan kerja motor-motor DC mudah datur dalam suatu rentang kecepatan yang lebar, serta banyak metode lan yang dapat dgunakan. D sampng tu, motor lstrk arus searah (DC) yang memlk karakterstk putaran dan tors yang bak, sangat cocok dgunakan pada ndustr yang membutuhkan pengaturan yang halus. Pengaturan yang dlakukan berupa pengaturan arus mula, pengaturan putaran, pengaturan tegangan, pengaturan frekuens, serta pengaturan poss. Pengaturan n dlakukan karena dalam proses ndustr serng dbutuhkan besaranbesaran yang memerlukan konds atau persyaratan yang khusus sepert keteltan yang tngg, harga yang konstan untuk selang waktu tertentu, harga yang bervaras dalam suatu rangkuman tertentu, perbandngan yang tetap antara dua besaran atau varabel atau suatu besaran sebaga fungs dar besaran lannya (Sahat Pakpahan, 1994). Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 65

2 Untuk memudahkan klasfkas kecepatan motor arus searah dgunakan konsep logka samar yang lebh dkenal dengan sebutan logka fuzzy. Logka fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang nput ke dalam suatu ruang output. Salah satu aplkasnya adalah pada tahun 1990 pertama kal dbuat mesn cuc dengan logka fuzzy d Jepang. Sstem fuzzy dgunakan untuk menentukan putaran yang tepat secara otomats berdasarkan jens dan banyaknya kotoran serta jumlah yang akan dcuc (Kusumadew, 2003). Berdasarkan uraan d atas, dapat dlakukan pengelompokan terhadap kecepatan motor DC yang dkehendak dengan menggunakan konsep logka samar atau logka fuzzy. Pengelompokan kecepatan motor dlakukan agar lebh mudah menggambarkan perbedaan sfat kecepatan motor lstrk sepert cepat, sedang, ataupun lambat. Ada beberapa alasan untuk menggunakan logka fuzzy, antara lan: konsep logka fuzzy mudah dmengert, logka fuzzy sangat fleksbel, memlk tolerans terhadap data-data yang tdak tepat, mampu memodelkan fungs-fungs nonlnear yang sangat kompleks, ddasarkan pada bahasa alam, serta dapat bekerjasama dengan teknk-teknk kendal secara konvensonal. Tahap-tahap yang dlalu untuk memperoleh gambaran tentang pengaturan kecepatan motor DC adalah tahap fuzzfkas, tahap nferens, dan tahap defuzzfkas. Pada tahap fuzzfkas, untuk setap hmpunan bagan dtentukan fungs dstrbusnya untuk menentukan derajat keanggotaannya. Dalam hal n, dgunakan dstrbus trapesum untuk fungs keanggotaan pertama dan terakhr dar varabel masukan dan dstrbus segtga untuk fungs keanggotaan lannya. Setap varabel masukan dcar harga lngustk beserta derajat keanggotaannya. Dalam hal n tegangan DC hasl konvers putaran rotor menjad varabel masukan Fuzzy Logc Controller (FLC). Untuk varabel keluaran yang merupakan tegangan masukan motor DC, fungs keanggotaannya dplh bentuk dstrbus segtga dan trapesum. Pada tahap nferens, strateg pengamblan kesmpulan merupakan realsas proses penalaran operator, yang umum melbatkan unsur pengalaman. Dar hasl penalaran operator dbuat kombnas aturan kendal yang memungknkan pengaturan sstem menjad optmal. Defuzzfkas ddefnskan sebaga proses pemetaan dar hmpunan fuzzy hasl nferens ke dalam aks kendal non fuzzy. Pada tahap defuzzfkas, keluaran dar tahap nferens umumnya terdr dar beberapa besaran lngustk, masng-masng dengan derajat keanggotaan tertentu. Untuk bsa dgunakan sebaga masukan bag sstem maka besaran lngustk n harus dkonverskan menjad besaran numerk. Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 66

3 Berdasarkan uraan d atas, yang menjad nt permasalahan adalah: Bagamana menghtung arus dan tegangan keluaran berdasarkan klasfkas kecepatan motor DC dengan fuzzy logc? B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Motor Arus Searah (DC) Motor dc adalah peralatan yang berfungs mengubah daya lstrk menjad daya mekank. Konstruks motor dc terdr atas stator, rotor, dan bagan lan yang merupakan rangkaan lstrk. Prnsp kerjanya berdasarkan pada penghantar yang dalr arus lstrk dan dtempatkan pada suatu medan magnet. Penghantar tersebut akan mengalam gaya yang menmbulkan torka untuk menghaslkan rotas mekank, sehngga motor akan berputar. Berdasarkan rangkaan penguat magnetnya, motor dc dbedakan atas: a. Motor dc penguat terpsah, yatu bla arus penguat magnet dperoleh dar sumber dc d luar motor. b. Motor dc penguat sendr, yatu bla arus penguat magnet berasal dar motor tu sendr. Selanjutnya, motor dc penguat sendr dbedakan atas motor deret atau ser, motor shunt, motor kompon yang terdr atas kompon pendek dan kompon panjang (Zuhal, 1995 dan Sumanto, 1991). Kecepatan putaran motor dc (n) djelaskan melalu persamaan: VTM I A RA n =... (Zuhal, 2002) Kφ V TM merupakan tegangan termnal, I A arus jangkar motor, R A adalah hambatan jangkar motor, K adalah konstanta motor, dan φ merupakan fluks magnet yang terbentuk pada motor. 2. Konsep Dasar Logka Samar a. Hmpunan Samar Manusa mengenal objek dengan memberkan klasfkas sepert besar, kecl, tngg, rendah, dan sebaganya. Batas antara unsur kebenaran dan kebenaran lannya tdak tegas dan serng mengandung unsur ketdakpastan. Msalnya, dengan mengatakan langt cerah, bukan berart tdak ada sedktpun awan d langt. Dapat pula dkatakan bahwa langt cerah pada saat langt tertutup awan 50%. Adalah wajar bla dkatakan bahwa langt cerah pada saat awan menutup langt sektar 10% atau 20%. Masalah yang muncul adalah bagamana menentukan batas pemsah, kapan dkatakan langt cerah atau tdak cerah. Dmana batas pemsah Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 67

4 dkatakan sesuatu tu besar atau kecl, tngg atau rendah, dan sebaganya. Untuk membatas kontradks n, perlu dberkan perubahan transs secara bertahap pada derajat jumlah keadaan cerah menjad tdak cerah. Pada tahun 1965 dperkenalkan suatu teor, yatu pendekatan hmpunan samar (fuzzy sets theory) oleh salah seorang tokoh dar Inda, yatu Prof. Lotf A. Zadeh (Rachmanar dk., 2005). Teor tersebut merupakan perluasan teor hmpunan konvensonal (klask), yatu hmpunan yang membag sekelompok ndvdu ke dalam dua kategor: anggota atau bukan anggota blangan rl antara 0 dan 1. Menurutnya, defns hmpunan samar (fuzzy sets theory) adalah sebuah kumpulan samar (A) dalam sebuah ruangan ttk-ttk X = (x) yang merupakan sebuah kelas kejadan (class of events) dengan sebuah derajat keanggotaan kontnyu (grade of membershp) dan dtanda dengan sebuah fungs keanggotaan µ A (x) yang dhubungkan dengan setap ttk dalam X oleh sebuah blangan rl dalam nterval [0,1] dengan nla µ A (x) pada x yang menyatakan derajat keanggotaan x dalam A. b. Logka Samar Pada Buku Manual Program Aplkas Matlab R14 (2005) djelaskan bahwa logka samar merupakan pengembangan dar logka mult-nla (multvalue). Tujuannya menyedakan dasar untuk pertmbangan pendekatan (approxmate reasonng) dengan dall-dall yang tdak past dengan menggunakan teor hmpunan samar sebaga alat prnspl. Pengetahuan yang termasuk dalam pemkran samar dekspreskan sebaga aturan dalam bentuk Jka x adalah A, maka y adalah B, dmana x dan y adalah varabel samar, serta A dan B adalah nla samar. Kalmat pada bagan anteseden atau konsekuen dar aturan-aturan dapat dhubungkan dengan AND dan OR. Implementas pengetahuan dengan menggunakan logka samar memuat aturan-aturan samar yang dekspreskan dalam bentuk yang memungknkan aturan-aturan tu dapat dengan mudah dprogram. Contoh sstem pengamblan keputusan dalam logka samar dapat dproses sebaga berkut: Pengetahuan : Jka ar sangat panas, maka tambahkan ar dngn yang banyak. Fakta : Ar cukup panas Kesmpulan : Tambahkan sedkt ar dngn. Kekuatan logka samar berasal dar kemampuannya untuk mengkombnaskan operasoperas kombnatoral yang sangat banyak dengan kalmat-kalmat lngustk yang sederhana dan tdak past. Logka samar mengekspreskan hubungan dengan mengelompokkan nla-nla yang sangat banyak ke dalam hmpunan samar yang dgambarkan oleh kata-kata sfat sepert Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 68

5 kecl, agak lambat, hangat, panas, dan berusa parobaya. Tap kata sfat n mencakup suatu range nla dan dsaner atau programmer memutuskan dalam batas mana suatu kata sfat termasuk. Pendekatan logka samar melalu pengendal-pengendal logka samar dapat memberkan pengontrolan yang lebh halus dbandngkan pengendal-pengendal konvensonal. Juga mampu memecahkan masalah-masalah yang tdak dapat dpecahkan dengan teknk-teknk konvensonal. Pengendal fuzzy secara umum merupakan pengendal kalang tertutup. Struktur dasar pengendal logka fuzzy terdr atas unt fuzzfkas, mekansme penentuan keputusan dan bass aturan (nference system), dan unt defuzzfkas. Ada dua cara untuk mendefnskan keanggotaan hmpunan fuzzy, yatu secara numerk dan fungsonal. Defns secara numers menyatakan derajat fungs keanggotaan suatu hmpunan fuzzy sebaga vektor blangan yang dmensnya tergantung pada level dskretsas (cacah elemen dskret d dalam semesta). Defns fungsonal menyatakan fungs keanggotaan suatu hmpunan fuzzy dalam ekspres analts yang memungknkan derajat keanggotaan setap elemen dapat dhtung d dalam semesta wacana yang ddefnskan (Thomas, 2005). Defns fungsonal menotaskan fungs keanggotaan dalam bentuk sepert fungs n, fungs segtga dan fungs trapesum. Kedua defns n dgunakan untuk menentukan tngkat keanggotaan hmpunan samar dalam pengendal logka samar. 1) Fungs Segtga Kurva segtga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 gars (lnear) sepert terlhat pada Gambar 1. µ 1,0 0,5 a b c u Gambar 1. Fungs keanggotaan Segtga Fungs segtga memlk parameter a, b, c (Kusumadew, 2002). Fungs segtga ddefnskan sebaga berkut: Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 69

6 T (u; a, b, c) = 0 untuk u a = (u - a) / ( b - a) untuk a u b (1) = (c - u) / ( c - b) untuk b u c = 0 untuk u c 2) Fungs Trapesum Menurut Kusumadew (2002), Fungs Trapesum dapat memlk dua bentuk sepert Gambar 2(a) dan 2(b). Fungs trapesum sepert Gambar 2(a) ddefnskan sebaga berkut: T (u; a, b, c) = 1 untuk 0 u a = (b - u) / (b - a) untuk a u b (2) Untuk gambar 2(b) ddefnskan sebaga berkut: T (u; a, b, c) = (u - a) / (b - a) untuk 0 u a = 1 untuk a u b (3) µ µ (a) Gambar 2. Fungs Trapesum (b) a. Strateg Fuzzfkas Fuzzfkas merupakan proses untuk memetakan hasl pengamatan masukan-masukan ke hmpunan-hmpunan samar dalam hmpunan semesta dar berbaga varabel masukan. Dalam proses kontrol, data hasl observas basanya tepat dan fuzzfkas dbutuhkan untuk memetakan hasl observas dar range masukan-masukan tepat ke nla-nla samar yang bersesuaan untuk varabel-varabel masukan sstem. Dalam metode n, jka data dmasukkan adalah nla tunggal samar, maka selanjutnya tdak perlu mencar derajat penyesuaan antara data masukan dengan hmpunan-hmpunan samar untuk varabel sstem yang telah dkarakterstkkan dengan fungs-fungs keanggotaan sesua bentuknya masng-masng. Tetap jka data masukan sebenarnya bukan merupakan nla samar tunggal, strateg fuzzfkas n Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 70

7 dterapkan untuk mencar bagan-bagan lngustk hasl pemetaan data masukan. Kemudan dlanjutkan mencar derajat penyesuaan dar data-data masukan dengan hmpunan-hmpunan samar sesua dengan bentuk-bentuk fungs keanggotaannya. Derajat penyesuaan n yang akan menunjukkan derajat keanggotaan dar sebuah bagan lngustk pada sebuah varabel lngustk masukan. Proses fuzzfkas adalah proses perubahan masukan varabel fuzzy menjad varabel fuzzy yang dsajkan dalam bentuk hmpunan-hmpunan fuzzy dengan suatu fungs keanggotaannya masng-masng. Oleh karena tu, langkah pertama yang harus dlakukan adalah mendesan hmpunan-hmpunan fuzzy yang dsajkan dalam bentuk fungs keanggotaan. Fuzzfkas adalah proses pemetaan dar varabel masukan ke dalam hmpunan fuzzy dalam suatu semesta wacana. Persamaan: X = fuzfer (X o ) X o merupakan vektor masukan hmpunan tegas, x adalah vektor hmpunan fuzzy hasl proses fuzzfkas, dan fuzfer adalah operator fuzzfkas. Fuzzfkas merupakan suatu proses untuk mengubah suatu peubah masukan dar bentuk tegas (crsp) menjad peubah fuzzy (varable lngustk) yang basanya dsajkan dalam bentuk hmpunan-hmpunan fuzzy dengan fungs keanggotaannya masng-masng. Unt fuzzfkas melakukan proses fuzzfkas dar data masukan tegas (crsp) dengan cara sebaga berkut: 1) Pemetaan nla tegas varabel masukan ke semesta wacana yang sesua. 2) Konvers dar data yang terpetakan tersebut ke stlah lngustk yang sesua dengan hmpunan fuzzy yang telah ddefnsskan untuk varabel tersebut. Evaluas aturan merupakan proses pengamblan keputusan yang berdasarkan aturanaturan yang dtetapkan pada bass aturan untuk menghubungkan antar peubah-peubah fuzzy masukan dan peubah fuzzy keluaran. Aturan-aturan n berbentuk jka maka (IF THEN). b. Teknk Teknk Pertmbangan Ada berbaga cara dmana nla-nla masukan hasl observas dapat dgunakan untuk mengdentfkas aturan yang mana yang seharusnya dgunakan untuk menympulkan tndakan kontrol fuzzy yang tepat. Metode pengamblan keputusan fuzzy yang dgunakan yatu metode Compostonal Rule of Inference (CRI), yatu: 1) Metode nferens fuzzy MAX MIN 2) Metode nferens MAX DOT Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 71

8 Proses mengnferens atau pengamblan keputusan dkenal dengan pertmbangan pendekatan, karena proses ndustr bersfat alam, maka serng data masukan bersfat tepat. Fuzzfkas memberlakukan data n menjad nla-nla tunggal fuzzy yang kemudan dlanjutkan dengan metode Inferens fuzzy MAX MIN atau MAX DOT. µ A1 µ µ B1 C 1 µ C µ A2 µ µ B2 C 2 Gambar 3. Pertmbangan Fuzzy MAX-MIN dengan masukan-masukan tepat Teknk pengamblan keputusan yang dgunakan adalah metode max-mn yang pengamblan keputusan ddasarkan pada aturan operas menurut Mamdan. Solus hmpunan fuzzy dperoleh dengan cara mengambl nla maksmum aturan, kemudan menggunakannya untuk memodfkas daerah fuzzy dan mengaplkaskannya ke keluaran dengan menggunakan operator OR (unon). Jka semua proposs telah devaluas, keluaran akan bers suatu hmpunan fuzzy yang mereflekskan kontrbus tap-tap proposs. Fungs mplkas yang dgunakan yatu MIN. Keputusan yang dambl berdasarkan aturan ke- dapat dnyatakan dengan α 1 µ c (z), sehngga keanggotaan C adalah ttk yang dberkan oleh: µ c (z) = (α 1 µ c1 (z)) (α 2 µ c2 (z)) (α 1 µ c (z)) atau: µ c (z) = max {mn (α 1, µ c1 (z)), mn (α 2, µ c2 (z)),, mn (α, µ c (z))}. Gambar 3 memperlhatkan proses nferens MAX-MIN untuk nla-nla masukan tetap x o dan y o yang dberlakukan sebaga nla-nla tunggal fuzzy. c. Strateg Defuzzfkas Defuzzfkas merupakan proses pengubahan besaran fuzzy yang dsajkan dalam bentuk hmpunan-hmpunan fuzzy keluaran dengan fungs keanggotaannya untuk mendapatkan kembal bentuk tegasnya. Hal n dperlukan karena plant hanya mengenal nla tegas sebaga besaran sebenarnya untuk regulas prosesnya. Masukan proses defuzzfkas adalah suatu hmpunan fuzzy yang dperoleh dar komposs aturan-aturan fuzzy, sedangkan Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 72

9 keluaran yang dhaslkan merupakan suatu blangan pada doman hmpunan fuzzy tersebut. Jka dberkan suatu hmpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat dambl suatu nla crsp tertentu sebaga keluaran. Terdapat beberapa metode defuzzfkas yang serng dgunakan yatu: Metode Mean of Maxmum (MOM) Pada metode n, solus nla tepat (crsp) dperoleh dengan cara mengambl nla ratarata doman yang memlk nla keanggotaan maksmum. Pada metode MOM mula-mula dtentukan bagan lngustk yang memlk derajat fungs keanggotaan maksmum dar hmpunan fuzzy varable keluaran hasl proses fuzzfkas dan nferens. Kemudan nla tepat dar varable keluaran dperoleh dengan: W = max (A), dmana max (A) menunjukkan nla A, yang merupakan bagan varable lngustk yang bersangkutan. Metode Center of Maxmum (COM) Pada metode COM, untuk sebuah sstem samar MISO, msalnya jumlah aturan dnotaskan oleh n. Tngg maksmum dar sebuah hmpunan samar yang terdefns untuk aturan ke- kontrol keluaran dnotaskan oleh H. Nla kontrol keluaran tepat maksmum bersesuaan dengan hmpunan semesta pada varabel keluaran yang dnotaskan oleh I 1 dan msalkan fre strength dar tap aturan oleh α 1, maka nla kontrol tepat I yang ddefnskan dengan metode COM dberkan oleh: W n = 1 = n α H = 1 α H I 1 (Kusumadew, 2005) Karena nla tepat I 1 merupakan nla bagan lngustk dar varabel keluaran yang memlk fungs keanggotaan mencapa tngg maksmum H 1 (H 1 sama dengan 1), fungs keanggotaan yang smetrs dbutuhkan untuk bagan konsekuen pada aturan hmpunan samar. Pada metode COM, perubahan kecl pada data masukan tdak akan menyebabkan keluaran non-samar menghaslkan perbedaan yang besar dar sebelumnya. Hal n membuktkan bahwa metode COM adalah kontnyu. Sfat kontnutas sangat pentng untuk pengaturan kalang tertutup. Jka keluaran sstem logka samar secara langsung mengatur varabel dar proses, maka adanya lompatan atau perubahan besar menyebabkan ketdakpastan pada sstem. Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 73

10 Metode Center of Gravty / Center of Area (COG /COA) Metode COG / COA menghaslkan pusat gravtas dar dstrbus yang mungkn dar tndakan kontrol. Contoh dapat dambl pada sebuah sstem fuzzy MISO. Msalnya jumlah aturan dnotaskan n; msalkan momen (sektar akss nol sepanjang hmpunan semesta) fungs keanggotaan sebuah hmpunan fuzzy yang terdefns untuk aturan ke-i. Kontrol keluaran dnotaskan oleh M I dan daerahnya dnotaskan oleh A I, maka nla kontrol tepat W yang d defuzzfkas dengan metode COG / COA dberkan oleh: W n = 1 = n = 1 α M α A (Kusumadew, 2005) Perbandngan ketga metode Defuzzfkas Tabel 1 memperlhatkan perbandngan ketga metode defuzzfkas d atas: Tabel 1. Perbandngan metode defuzzfkas COG /COA COM MOM Karakterstk Berkomprom terbak Berkomprom Solus palng masuk akal lngustk terbak Kontnutas Ya Ya Ya Efsens Sangat Rendah Tngg Tngg perhtungan Contoh aplkas Kontrol, decson support, analss data Kontrol, decson support, analss data Pengenalan pola, decson support, analss data Sumber: Rachmanar dkk., 2005 Hal yang sangat pentng dalam proses defuzzfkas adalah kontnutas. Adapun pengertan kontnutas dalam hal n adalah: Msalkan sebuah sstem logka fuzzy memlk jumlah aturan yang lengkap (untuk tap kombnas varabel masukan, memlk satu aturan sendr) dan fungs-fungs keanggotaan masukan yang tumpah tndh. Dalam hal n suatu metode defuzzfkas dapat dkatakan kontnyu apabla perubahan yang sangat kecl pada varabel masukan tdak menghaslkan perubahan yang besar pada varabel keluaran. Salah satu cara untuk menggambarkan fungs keanggotaan fuzzy logc, dgunakan sebuah hardware yang dkenal dengan nama DT-51 Petrafuz. DT-51 Petrafuz merupakan sebuah hardware yang d dalamnya bers kernel fuzzy dengan bahasa Assembly MCS-51. Jumlah maksmal crsp masukan adalah 5 dan jumlah maksmal crsp keluaran adalah 3. Jumlah Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 74

11 maksmal membershp functon masukan dan keluaran adalah 8. Untuk membershp functon masukan dgunakan 4 pont karena bentuknya adalah segtga dan 1 pont per keluaran-nya. C. METODE PENELITIAN Peneltan n merupakan peneltan ekspermen untuk mengambl data-data berupa kecepatan motor, arus dan tegangan. Peneltan n dlaksanakan d Laboratorum Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Neger Makassar. Dalam peneltan n terlebh dahulu dtentukan spesfkas motor yang akan danalss, kemudan dlakukan analss dengan metode fuzzfkas, defuzzfkas, dan dserta analss hasl uj coba. Varabel peneltan n adalah tegangan, arus, dan kecepatan putaran rotor. Varabel tersebut dperoleh dengan mengubah atau mengatur beban, sehngga perubahan beban akan berpengaruh terhadap putaran rotor. Data-data pengukuran yang terkumpul, dolah dengan terlebh dahulu mendefnskan keanggotaan hmpunan samar secara fungsonal, yatu menggunakan fungs segtga. Untuk strateg fuzzfkas, prosesnya dapat dekspreskan sebaga: X = fuzzfer (x o ), Untuk strateg defuzzfkas dapat dnotaskan sebaga berkut: y o = defuzzfer (y), Metode defuzzfkas yang dgunakan adalah metode center of maxmum (COM). Nla kontrol tepat I yang ddefnskan dengan metode COM dberkan oleh: W = n = 1 α H n = 1 I 1 α H D. HASIL PENELITIAN 1. Data Hasl Pengukuran Setelah melakukan pengukuran terhadap kecepatan motor arus searah, maka ddapatkan hasl-hasl sebaga berkut: Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 75

12 a. Untuk tegangan konstan, Vm = 24 Volt Tabel 2. Pengukuran kecepatan motor DC Tahap N (rpm) Im (ma) Tahap N (rpm) Im (ma) b. Untuk arus konstan, Ia = 300 ma Tabel 3. Pengukuran kecepatan motor DC Tahap N (rpm) V (Volt) Tahap N (rpm) V (Volt) Data-Data Hasl Pengolahan Dengan Fuzzy Logc Berdasarkan data-data yang dperoleh dengan menggunakan fuzzy logc kta dapat mengklasfkaskan kecepatan motor sebaga berkut: a. Klasfkas kecepatan motor DC dengan tegangan tetap Pada klasfkas kecepatan motor DC dengan tegangan tetap varabel masukan adalah putaran rotor dan varabel keluaran adalah arus. Hasl klasfkas varabel masukan dan varabel keluaran masng-masng dapat dlhat pada Tabel 4 dan 5, sedangkan hasl fuzzfkas, nferens, dan defuzzfkas pengaturan kecepatan motor pada Tabel 6. Tabel 4. Bagan Lngustk dan data fungs keanggotaan varabel masukan No Bagan Lngustk Rendah Sedang Tngg 1 Lambat , Sedang 1482, ,5 3 Cepat , Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 76

13 y 1 Lambat Sedang Cepat x Gambar 4. Fungs keanggotaan varabel putaran dengan tegangan konstan Tabel 5. Bagan Lngustk dan data fungs keanggotaan varabel keluaran No Bagan Lngustk Rendah (ma) Sedang (ma) Tngg (ma) 1 Lambat 10 63,75 117,5 2 Sedang 63,75 117,5 171,25 3 Cepat 117,5 171, y Rendah Sedang Tngg 10 63,5 117,5 171, x Gambar 5. Fungs keanggotaan varabel arus dengan tegangan tetap Tabel 6. Hasl fuzzfkas, nferens dan defuzzfkas pengaturan kecepatan motor Fuzzfkas Inferens Defuzzfkas 1482,5 rpm - Keanggotaan max: Lambat - Keanggotaan mn: rpm - Keanggotaan max: Sedang - Keanggotaan mn: Lambat 2400 rpm - Keanggotaan max: Sedang - Keanggotaan mn: Lambat Aturan yang memenuh: Jka putaran lambat maka arus rendah α 1 = 1 Aturan yang memenuh: - Jka putaran sedang maka arus sedang - Jka putaran lambat maka arus rendah, α 1 = dan α 2 = Aturan yang memenuh: - Jka putaran sedang maka arus sedang - Jka putaran lambat maka arus rendah, α 1 = 0.2 dan α 2 = 0.8 Arus keluaran: I = 63,75 ma Arus keluaran; I = 95,208 ma Arus keluaran: I = 106,55 ma Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 77

14 3400 rpm - Keanggotaan max: Cepat - Keanggotaan mn: Sedang 4000 rpm - Keanggotaan max: Cepat - Keanggotaan mn: Sedang 4427,5 rpm - Keanggotaan max: Cepat - Keanggotaan mn: - Aturan yang memenuh: - Jka putaran cepat maka arus tngg - Jka putaran sedang maka arus sedang, α 1 = 0.2 dan α 2 = 0.8 Aturan yang memenuh: - Jka putaran cepat maka arus tngg - Jka putaran sedang maka arus sedang, α 1 = 0.7 dan α 2 = 0.3 Aturan yang memenuh: Jka putaran cepat maka arus tngg α 1 = 1 Arus keluaran: I = 133,625 ma Arus keluaran: I = 155,663 ma Arus keluaran: I = 171,25 ma b. Klasfkas kecepatan motor DC dengan arus tetap Pada klasfkas kecepatan motor dengan arus tetap varabel masukan putaran rotor, sedangkan varabel keluaran yatu tegangan. Hasl klasfkas varabel masukan dan varabel keluaran masng-masng dapat dlhat pada Tabel 7 dan 8, sedangkan hasl fuzzfkas, nferens, dan defuzzfkas pengaturan kecepatan motor pada Tabel 9. Tabel 7. Bagan Lngustk dan data fungs keanggotaan varabel masukan No Bagan Lngustk Rendah Sedang Tngg 1 Lambat , ,5 2 Sedang 1688, ,5 3926,25 3 Cepat 2807,5 3926, y 1 Lambat Sedang Cepat x Gambar 6. Fungs keanggotaan varabel putaran dengan arus konstan Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 78

15 Tabel 8. Bagan Lngustk dan data fungs keanggotaan varabel keluaran No Bagan Lngustk Rendah (Volt) Sedang (Volt) Tngg (Volt) 1 Lambat 6 10, Sedang 10, ,5 3 Cepat 15 19,5 24 y Rendah Sedang Tngg x Gambar 7. Fungs keanggotaan Varabel tegangan dengan arus konstan Tabel 9. Hasl Fuzzfkas, nferens dan defuzzfkas pengaturan kecepatan motor Fuzzfkas Inferens Defuzzfkas 1688,75 rpm - Keanggotaan max: Lambat - Keanggotaan mn: rpm - Keanggotaan max: Sedang - Keanggotaan mn: Lambat 2500 rpm - Keanggotaan max: Sedang - Keanggotaan mn: Lambat 3000 rpm - Keanggotaan max: Cepat - Keanggotaan mn: Sedang 3500 rpm - Keanggotaan max: Cepat - Keanggotaan mn: Sedang 3926,25 rpm - Keanggotaan max: Cepat - Keanggotaan mn: - Aturan yang memenuh: Jka putaran lambat maka tegangan rendah. α 1 = 1 Aturan yang memenuh: - Jka putaran sedang maka tegangan sedang - Jka putaran lambat maka tegangan lambat, α 1 = 0.72 dan α 2 = 0.28 Aturan yang memenuh: - Jka putaran sedang maka tegangan sedang - Jka putaran lambat maka tegangan lambat, α 1 = dan α 2 = Aturan yang memenuh: - Jka putaran cepat maka tegangan tngg - Jka putaran sedang maka tegangan sedang, α 1 = 0.83 dan α 2 = 0.17 Aturan yang memenuh: - Jka putaran cepat maka tegangan tngg - Jka putaran sedang maka tegangan sedang, α 1 = 0.38 dan α 2 = 0.62 Aturan yang memenuh: Jka putaran cepat maka tegangan tngg α 1 = 1 Tegangan keluaran: V = 10,5 V Tegangan keluaran: V = 11,76 V Tegangan keluaran: V = 13,763 V Tegangan keluaran: V = 15,765 V Tegangan keluaran: V = 17,79 A Tegangan keluaran: V = 19,5 V Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 79

16 E. SIMPULAN DAN SARAN Penuls dapat memberkan beberapa kesmpulan sehubungan dengan hasl tulsan n, yatu : 1. Kecepatan motor dc dapat dklasfkaskan ke dalam tga bagan lngustk yakn: lambat, sedang dan cepat, sedangkan untuk klasfkas arus dan tegangan dbag dalam tga bagan lngustk yatu: rendah, sedang dan tngg. 2. Pada saat tegangan konstan terlhat bahwa rentang kecepatan antara lambat dan sedang, sedang dan cepat sebesar 1472,5 rpm.daerah fuzzy terletak antara 1482, rpm yang termasuk dalam fungs keanggotaan lambat dan sedang serta berada antara rpm yang termasuk dalam fungs keanggotaan sedang dan cepat. Sedangkan rentang arus antara rendah dan sedang, sedang dan tngg sebesar 53,75 ma. Daerah fuzzy berada antara 63,75 117,5 ma yang termasuk dalam fungs keanggotaan rendah dan sedang serta berada antara 117,5 171,25 ma yang termasuk dalam keanggotaan sedang dan cepat. 3. Pada saat arus konstan terlhat bahwa rentang kecepatan antara lambat dan sedang, sedang dan cepat sebesar 1118,75 rpm. Daerah fuzzy terletak antara 1688, ,5 rpm yang termasuk dalam fungs keanggotaan lambat dan sedang serta berada antara 2807,5 3926,25 rpm yang termasuk dalam fungs keanggotaan sedang dan cepat. Sedangkan rentang tegangan antara rendah dan sedang, sedang dan tngg sebesar 4,5 Volt. Daerah fuzzy berada antara 10,5-15 Volt yang termasuk dalam fungs keanggotaan rendah dan sedang serta berada antara 15 19,5 Volt yang termasuk dalam keanggotaan sedang dan cepat. DAFTAR PUSTAKA Anthony, Achmad Kamus Lengkap Teknk (Inggrs - Indonesa). Surabaya: Gtameda Press. Asta, Dw Fuz adaptf dengan penalaan fungs keanggotaan pada pengendal kecepatan Motor DC Berbass Mkrokontroler AT89C52. Skrps. Tdak dpublkaskan. Yogyakarta: Jurusan Teknk Elektro Fakultas Teknk Unverstas Gadjah Mada. Ftzgerald, A. E Mesn Mesn Lstrk. Jakarta: Erlangga. Kadr, Abdul Mesn Arus Searah. Jakarta: Djambatan. Klr, J. George & Folger, A. Tna Fuzzy Sets, Uncertanty, and Informaton. New Delhy: Tarun Offset Prnters. Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 80

17 Kusumadew, Sr Analss Desan Sstem Fuzzy Menggunakan Tool Box Matlab. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kusumadew, Sr Artfcal Intellgence (Teknk dan Aplkasnya). Yogyakarta: Graha Ilmu. Rachmanar, Ida & Anuddn, Yulant Perancangan Sstem Kendal Logka Samar Berbass Mkrokontroler. Tugas Akhr. Tdak dpublkaskan. Makassar: Jurusan Elektro Fakultas Teknk Unverstas Hasanuddn. Sahat Pakpahan Kontrol Automatk: teor dan penerapan. Jakarta: Erlangga. Sugyono Metode Peneltan Admnstras. Bandung; Alfabeta. Sumanto Mesn Arus Searah. Yogyakarta: And Offset. Wahyud Implementas Fuzzy Logc Controller pada System Pengereman Kereta Ap. Transms, Vol. 10, dakses 9 Me 2006). Wdodo, T.S Sstem Neuro Fuzzy untuk Pengolahan Informas, Pemodelan, dan Kendal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Zuhal Dasar teknk tenaga lstrk dan elektronka daya. Jakarta: Grameda. Klasfkas kecepatan motor dc menggunakan fuzzy logc 81

Syamsurijal dan Abdul Muis M, Klasifikasi Kecepatan Motor DC Menggunakan Logika Samar

Syamsurijal dan Abdul Muis M, Klasifikasi Kecepatan Motor DC Menggunakan Logika Samar Syamsurjal dan Abdul Mus M, Klasfkas Kecepatan Motor DC Menggunakan Logka Samar MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor, Jun 2008 KLASIFIKASI KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH (DC) MENGGUNAKAN LOGIKA SAMAR Syamsurjal

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

APLIKASI LOGIKA FUZZY DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. WARU KALTIM PLANTATION MENGGUNAKAN METODE MAMDANI

APLIKASI LOGIKA FUZZY DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. WARU KALTIM PLANTATION MENGGUNAKAN METODE MAMDANI 94 Vol. 12, No. 2 September 2017 Jurnal Informatka Mulawarman APLIKASI LOGIKA FUZZY DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. WARU KALTIM PLANTATION MENGGUNAKAN METODE MAMDANI Akbar Rzky

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Tnjauan Pustaka Kegatan pemberan beasswa dlakukan oleh nstans penddkan maupun non penddkan. Secara khusus nstans penddkan memberkan beberapa jens beasswa setap tahunnya. Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak JURAL MATEMATIKA DA KOMUTER Vol. 6. o., 86-96, Agustus 3, ISS : 4-858 MECERMATI BERBAGAI JEIS ERMASALAHA DALAM ROGRAM LIIER KABUR Mohammad Askn Jurusan Matematka FMIA UES Abstrak Konsep baru tentang hmpunan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DALAM MEMPERTAHANKAN BATAS TEPI BADAN ROBOT LINE FOLLOWER

PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DALAM MEMPERTAHANKAN BATAS TEPI BADAN ROBOT LINE FOLLOWER PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DALAM MEMPERTAHANKAN BATAS TEPI BADAN ROBOT LINE FOLLOWER TERHADAP LINE MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC CONTROLER Imam Fauz 1, Ir. Ern Y, MT., Dr. 2, Ir. Puranto, MT. 3 1 Mahassa Teknk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci