APLIKASI LOGIKA FUZZY DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. WARU KALTIM PLANTATION MENGGUNAKAN METODE MAMDANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI LOGIKA FUZZY DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. WARU KALTIM PLANTATION MENGGUNAKAN METODE MAMDANI"

Transkripsi

1 94 Vol. 12, No. 2 September 2017 Jurnal Informatka Mulawarman APLIKASI LOGIKA FUZZY DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. WARU KALTIM PLANTATION MENGGUNAKAN METODE MAMDANI Akbar Rzky Wardan 1), Yuk Nova Nasuton 2), Fda Deny Tsna Amjaya 3) 1), 2), 3) Program Stud Statstka FMIPA Unverstas Mulawarman Jl. Barong Tongkok No. 5 Kampus Unmul Gn. Kelua Sempaja Samarnda E-Mal : : akbarrzky507@gmal.com 1) yuk.nova.n@gmal.com 2) fdadta@gmal.com 3) ABSTRAK Produks mnyak kelapa sawt pentng untuk dperhatkan d PT. Waru Kaltm Plantaton (WKP) untuk mendapatkan hasl produks yang optmal. Oleh karena tu perlu dkembangkan sstem yang dapat untuk mempredks jumlah mnyak kelapa sawt yang harus dproduks. Dalam peneltan n, logka fuzzy yang mengmplementaskan fuzzy Mamdan dgunakan untuk mempredks jumlah produks mnyak kelapa sawt berdasarkan data persedaan dan data permntaan. Berdasarkan hasl perhtungan yang telah dlakukan, dengan varabel nput permntaan 2.799,918 ton dan persedaan 1.593,21 ton pada bulan Januar 2016, metode fuzzy Mamdan mendapatkan total mnyak kelapa sawt yang harus dproduks adalah 3.085,753 ton dan metode fuzzy. Hal n menunjukkan bahwa metode fuzzy Mamdan dapat dterapkan untuk mempredks jumlah produks mnyak kelapa sawt d PT. Waru Kaltm Plantaton (WKP). Berdasarkan hasl perhtungan dengan menggunakan ukuran keakurasan MAPE metode fuzzy Mamdan memlk nla MAPE 17,225% sehngga dapat dsmpulkan bahwa metode fuzzy Mamdan bak dgunakan untuk mempredks mnyak kelapa sawt d PT. WKP perode tahun 2013 sampa Kata Kunc: Metode fuzzy Mamdan, Metode fuzzy Sugeno, MAPE, Mnyak Kelapa Sawt. 1. PENDAHULUAN Logka yang hanya berdasarkan atas dua nla kebenaran yatu TRUE (1) dan FALSE (0) terkadang drasakan kurang lengkap untuk menyatakan logka berpkr manusa, sehngga dkembangkan logka yang tdak hanya bernla 0 atau 1 tetap menggunakan logka yang mempunya nterval nla antara [0,1] yang dsebut dengan logka samar (fuzzy). Logka fuzzy dperkenalkan pada tahun 1965 oleh Lotf A. Zadeh, seorang Professor d bdang lmu komputer, Unverstas Calforna, Barkley. Logka fuzzy dpaka untuk menyatakan data atau nformas yang bersfat tdak past atau samar [1]. Saat n, penggunaan terbesar logka samar terdapat pada bdang sstem pakar kabur (fuzzy expert system). Logka samar yang dterapkan pada sstem pakar kabur mencakup beberapa bdang, antara lan aplkas teknk, pengenalan pola, aplkas meda dan aplkas fnansal [2]. Dar masalah mengoptmalkan produks barang, banyak metode maupun teknk yang dgunakan. Metode yang palng serng dgunakan adalah logka hmpunan tegas. Akan tetap logka hmpunan tegas tdak dapat doperaskan atau dgunakan oleh khalayak umum, karena selan agak rumt dalam perhtungan, kendala-kendala dalam produks juga akan mempersult penyelesaan masalah mengoptmalkan produks barang. Selan logka hmpunan tegas, logka fuzzy juga dapat dgunakan dalam masalah mengoptmalkan produks barang. Metode yang dapat dgunakan dalam pengaplkasan logka fuzzy pada produks barang d perusahaan antara lan adalah metode Mamdan, metode Tsukamoto, dan metode Sugeno [3]. Perbedaan dar ketga metode logka fuzzy yang telah dsebutkan adalah pada saat proses evaluas aturan dalam mesn nferens, metode Tsukamoto menggunakan fungs mplkas mnmum untuk mendapatkan nla -predkat dar tap-tap rule, dalam hal n -predkat merupakan nla mnmum dar hasl kedua mplkas antar varabel yang dgunakan. Pada Metode Tsukamoto masng-masng -predkat dgunakan untuk menghtung hasl nferens secara tegas (crsp) serta hasl akhr dperoleh dengan menggunakan rata-rata terbobotnya, sedangkan metode Sugeno mrp dengan metode Mamdan, hanya output tdak berupa hmpunan fuzzy, melankan berupa konstanta atau persamaan lner [4]. Provns Kalmantan Tmur yang terbag dalam tujuh kabupaten dan tga kota memlk wlayah ,74 Km 2, Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan salah satunya. Potens pada sektor perkebunan d Kabupaten Penajam sangat menjanjkan. Secara umum produks pertanan tanaman perkebunan d Kabupaten Penajam Paser Utara terdr dar kelapa sawt, karet, kelapa, kop, lada dan kakao. Komodtas kelapa sawt merupakan tanaman perkebunan utama d Penajam Paser Utara [5]. Menurut laman PT. BSI Group Indonesa PT. Waru Kaltm Plantaton (WKP) merupakan anak perusahaan dar PT Astra Agro Lestar Tbk dengan

2 Jurnal Informatka Mulawarman Vol. 12, No. 2 September luas area perkebunan ,35 Ha. Suatu perusahaan past mengngnkan untuk dapat memperoleh keuntungan yang maksmal. Beberapa hal yang mempengaruh pengoptmalan keuntungan, antara lan baya produks, baya transportas, maupun teknk dalam penjualan. Untuk tu, suatu perusahaan past akan melakukan rset maupun analsa terhadap produk-produk yang akan dtawarkan ke pasar atau konsumen [3]. Pada perusahaan, mengoptmalkan produks barang akan memberkan pengaruh besar, karena selan pengoptmalan bahan baku yang dgunakan, hal n juga akan berpengaruh besar pada sektor baya atau fnansal. Pengoptmalan produks barang pada perusahaan berpengaruh pada sektor fnansal karena dapat memperkrakan pembelanjaan bahan baku, selan tu juga pengoptmalan dalam hal produks maupun baya transportas dan penympanan [3]. Hasl peneltan Salkn (2011) menunjukkan berapa banyak barang yang seharusnya dproduks oleh perusahaan jka varabel-varabelnya berupa blangan fuzzy dengan menggunakan perhtungan metode Mamdan dan Sugeno. Selanjutnya Lumbangaol (2013) menelt pengenalan pasen berdasarkan krtera yang palng mendukung menggambarkan keluhan-keluhan atau kekuatan fsk pasen sehngga pasen lebh cepat dtangan. Dalam peneltan n akan menggunakan metode Mamdan. Berdasarkan hal-hal yang telah durakan d atas, maka penuls tertark untuk melakukan peneltan tentang Aplkas Logka Fuzzy Dalam Mengoptmalkan Produks Mnyak Kelapa Sawt d PT. Waru Kaltm Plantaton (WKP) dengan menggunakan Metode Mamdan. 2. TINJAUAN PUSTAKA A. Teor Peramalan Secara umum pengertan peramalan adalah tafsran. Namun dengan menggunakan teknkteknk tertentu maka peramalan bukan hanya sekedar tafsran. Ada beberapa defns tentang peramalan, dantaranya: a. Peramalan atau forecastng dartkan sebaga penggunaan teknk-teknk statstk dalam bentuk gambaran masa depan berdasarkan pengolahan angka-angka hstors [8]. b. Peramalan merupakan suatu fungs bsns yang berusaha memperkrakan penjualan dan penggunaan produk sehngga produk dapat dbuat dalam kuanttas yang tepat [9]. c. Peramalan adalah rencana atau estmas kejadan masa depan yang tdak past. Metode peramalan merupakan cara memperkrakan apa yang akan terjad pada masa depan secara sstemats dan pragmats atas dasar data yang relevan pada masa yang lalu, sehngga dengan demkan metode peramalan dharapkan dapat memberkan objektvtas yang lebh besar. Selan tu, metode peramalan dapat memberkan cara pengerjaan yang teratur dan terarah, dengan demkan dapat dmungknkan penggunaan teknk analss yang lebh maju. Dengan penggunaan teknk-teknk tersebut maka dharapkan dapat memberkan tngkat kepercayaan dan keyaknan yang lebh besar, karena dapat duj penympangan atau devas yang terjad secara lmah [10]. B. Mean Percentage Error Teknk peramalan tdak selamanya selalu tepat karena teknk peramalan yang dgunakan belum tentu sesua dengan sfat datanya. Oleh karena tu, perlu dlakukan evaluas peramalan sehngga dapat dketahu sesua atau tdaknya teknk peramalan yang dgunakan, sehngga dapat dplh dan dtentukan teknk peramalan yang lebh sesua dengan cara menentukan batas tolerans peramalan atas penympangan yang terjad. Pada prnspnya, evaluas peramalan dlakukan dengan membandngkan hasl prakraan dengan kenyataan yang terjad. Penggunaan teknk peramalan yang menghaslkan penympangan terkecl adalah teknk peramalan yang palng sesua untuk dgunakan. Besarnya error peramalan dhtung dengan mengurang data rl dengan besarnya ramalan. Dalam menghtung error peramalan dgunakan Means Absolute Percentage Error (MAPE) merupakan nla tengah kesalahan persentase absolut dar suatu peramalan. n X F 100% X MAPE = =1 (1) n Dmana : X = Permntaan Aktual pada perode-. F = Peramalan Permntaan pada perode-. n = Jumlah Perode peramalan yang terlbat. Jka nla MAPE < 25% maka hasl smulas dapat dterma secara memuaskan, sebalknya jka nla MAPE > 25% maka hasl smulas kurang memuaskan [11]. C. Hmpunan Tegas (Crsp) Kta mengenal dan menggunakan konsep hmpunan dalam kehdupan sehar-har, msalnya Hmpunan Mahasswa Jurusan Matematka, Hmpunan Wanta Karya, Hmpunan Pengusaha Muda Indonesa (HIPMI), Hmpunan Kerukunan Tan Indonesa (HKTI), Perhmpunan Bank Swasta Nasonal (Perbanas), dan lan-lan. Konsep hmpunan tu tdak hanya dpergunakan secara ntutf dalam kehdupan sehar-har, tetap telah pula dkembangkan menjad konsep formal dewasa n menjad konsep yang palng mendasar dalam matematka [12]. Secara ntutf kta memaham hmpunan sebaga suatu kumpulan atau koleks objek-objek (konkret maupun abstrak) yang mempunya kesamaan sfat tertentu. Suatu hmpunan haruslah

3 96 Vol. 12, No. 2 September 2017 Jurnal Informatka Mulawarman terdefns secara tegas, dalam art bahwa untuk setap objek selalu dapat dtentukan secara tegas apakah objek tersebut merupakan anggota hmpunan tu atau tdak. Dengan perkataan lan, untuk setap hmpunan terdapat batas yang tegas antara objek-objek yang merupakan anggota dan objek-objek yang tdak merupakan anggota dar hmpunan tu (Suslo, 2003). D. Hmpunan Fuzzy Hmpunan fuzzy memlk dua atrbut, yatu lngustk dan numers. Atrbut lngustk adalah atrbut yang dgunakan untuk penamaan suatu grup yang mewakl suatu keadaan atau konds tertentu dengan menggunakan bahasa alam, sepert muda, parobaya, tua, sedangkan atrbut numers adalah suatu nla yang menunjukkan ukuran dar suatu varabel [13]. Menurut Kusumadew dan Purnomo 2010, terdapat beberapa hal yang perlu dketahu dalam memaham sstem fuzzy yatu: a. Varabel fuzzy Varabel fuzzy merupakan varabel yang dbahas dalam sstem fuzzy. b. Hmpunan fuzzy Hmpunan fuzzy merupakan suatu group yang mewakl suatu konds atau keadaan tertentu dalam suatu varabel fuzzy. c. Semesta Pembcaraan Semesta pembcaraan adalah keseluruhan nla yang dperbolehkan untuk doperaskan dalam suatu varabel fuzzy. Semesta pembcaraan merupakan hmpunan blangan real yang senantasa bertambah secara monoton. Nla semesta pembcaraan dapat berupa blangan postf maupun negatf. d. Doman Doman hmpunan fuzzy adalah keseluruhan nla yang djnkan dalam semesta pembcaraan dan boleh doperaskan dalam suatu hmpunan fuzzy. Sepert halnya semesta pembcaraan, doman merupakan hmpunan blangan real yang senantasa bertambah secara monoton. Nla doman dapat berupa blangan postf maupun negatf. E. Logka Fuzzy Logka fuzzy pertama kal dperkenalkan oleh Zadeh tahun Dasar logka fuzzy adalah teor hmpunan fuzzy. Pada teor hmpunan fuzzy, peranan derajat keanggotaan atau nla keanggotan sebaga penentu keberadaan elemen dalam suatu hmpunan sangatlah pentng. Pada hmpunan tegas (crsp), nla keanggotaan hanya terdapat dua kemungknan, yatu 0 dan 1, sedangkan pada hmpunan fuzzy, nla keanggotaan terletak pada rentang 0 sampa 1. Apabla x memlk nla keanggotaan fuzzy A[ x] = 0, berart x tdak menjad anggota hmpunan A, demkan pula apabla x memlk nla keanggotaan fuzzy A [ x] = 1, berart x menjad anggota penuh pada hmpunan A [13]. Adapun beberapa alasan mengapa dgunakannya logka fuzzy adalah [14]: 1 Konsep logka fuzzy sangat sederhana sehngga mudah dpaham, kelebhanya dsbandng konsep lan bukan pada komplekstanya, tetap pada naturalness pendekatannya dalam memecahkan masalah. 2 Fleksbel dalam artan dapat dbangun dan dkembangkan dengan mudah tanpa harus memulanya dar nol. 3 Logka fuzzy memberkan tolerans terhadap ketdakpressan data. Hal n sangat cocok dengan fakta sehar-har. 4 Pemodelan/pemetaan untuk mencar hubungan data nput-output dar sembarang sstem blackbox bsa dlakukan dengan memaka sstem fuzzy. 5 Pengetahuan atau pengalaman dar pakar dapat dengan mudah dpaka untuk membangun logka fuzzy. 6 Logka fuzzy berdasar pada bahasa manusa F. Fungs Keanggotaan Fungs Keanggotaan (membershp functon) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan ttk-ttk nput data ke dalam nla keanggotaannya. Salah satu cara yang dapat dgunakan untuk mendapatkan nla keanggotaan adalah dengan melalu pendekatan fungs. Ada beberapa fungs yang bsa dgunakan dantaranya adalah representas lner, representas kurva segtga, representas kurva trapesum, representas kurva bentuk bahu, dan representas kurva-s berkut penjelasanyaa: 1. Representas lner, pemetaan nput ke derajat keanggotaannya dapat dgambarkan sebaga suatu gars lurus. Bentuk n palng sederhana dan menjad plhan yang bak untuk mendekat suatu konsep yang kurang jelas. Ada dua keadaan hmpunan fuzzy yang lner Nak dan Turun. 2. Representas kurva segtga, pada dasarnya adalah gabungan antara dua representas lner (representas lner nak dan representas lner turun). 3. Representas kurva trapesum pada dasarnya sepert bentuk kurva segtga, hanya saja ada beberapa ttk yang memlk nla keanggotaan 1 (satu). 4. Representas kurva bahu, daerah yang terletak d tengah-tengah suatu varabel yang dpresentaskan dalam bentuk segtga, pada ss kanan dan krnya akan nak dan turun. 5. Representas kurav-s, kurva Pertumbuhan dan Penyusutan merupakan kurva-s atau sgmod yang berhubungan dengan kenakan dan penurunan permukaan secara tak lner. Kurva-S untuk Pertumbuhan akan bergerak dar ss palng kr dengan derajat (nla keanggotaan =

4 Jurnal Informatka Mulawarman Vol. 12, No. 2 September ) ke ss palng kanan dengan (nla keanggotaan = 1). G. Operator Fuzzy Sepert halnya hmpunan tegas (crsp set), ada beberapa operas yang ddefnskan secara khusus untuk mengkombnas dan memodfkas hmpunan fuzzy. Nla keanggotaan sebaga hasl dar operas dua hmpunan serng dkenal dengan nama fre strength atau α-cut. Terdapat tga operator dasar yang dcptakan oleh Zadeh, yatu: AND, OR, dan NOT. Terdapat juga operator-operator alternatf yang dkembangkan menggunakan konsep transformas tertentu adapun penjelasannya sebaga berkut: 1. Operator AND Operator n berhubungan dengan operas nteraks pada hmpunan -predkat sebaga hasl operas dengan operator AND dperoleh dengan mengambl nla keanggotaan terkecl antar elemen pada hmpunan-hmpunan yang bersangkutan (Cox, 1994). = mn( ( x), ( γ )) (2) A B A B 2. Operator OR Operator n berhubungan dengan operas unon pada hmpunan. -predkat sebaga hasl operas dengan operator OR dperoleh dengan mengambl nla keanggotaan terbesar antar elemen pada hmpunan-hmpunan yang bersangkutan (Cox, 1994). A B = max( A ( x ), B ( γ )) (3) 3. Operator NOT Operator n berhubungan dengan operas komplemen pada hmpunan. -predkat sebaga hasl operas dengan operator NOT dperoleh dengan mengurangkan nla keanggotaan elemen pada hmpunan yang bersangkutan dar 1 (Cox, 1994). = 1 " A A ( x) (4) H. Metode Mamdan Sstem nferens fuzzy Metode Mamdan dkenal juga dengan nama metode Max-Mn. Metode Mamdan bekerja berdasarkan aturan-aturan lngustk. Metode n dperkenalkan oleh Ebrahm H. Mamdan pada tahun Untuk mendapatkan output (hasl), dperlukan 4 tahapan [3]: 1. Pembentukan hmpunan fuzzy Pada tahapan n, dtentukan semua varabel yang terkat dalam proses yang akan dtentukan. Untuk masng-masng varabel nput, dtentukan suatu fungs fuzzfkas yang sesua. Pada metode Mamdan, bak varabel nput maupun varabel output dbag menjad satu atau lebh hmpunan fuzzy. 2. Aplkas fungs mplkas Pada tahapan n, dsusun bass aturan, yatu aturan-aturan berupa mplkas-mplkas fuzzy yang menyatakan relas antara varabel nput dengan varabel output. Pada Metode Mamdan, fungs mplkas yang dgunakan adalah Mn. Bentuk umumnya adalah sebaga berkut: Jka a adalah C A dan b adalah B, maka c adalah dengan A, B, dan C adalah predkat-predkat fuzzy yang merupakan nla lngustk dar masngmasng varabel. Banyaknya aturan dtentukan oleh banyaknya nla lngustk untuk masng-masng varabel masukan. 3. Komposs aturan Apabla sstem terdr dar beberapa aturan, maka nferens dperoleh dar kumpulan dan korelas antar aturan. Ada 3 metode yang dgunakan dalam melakukan nferens sstem fuzzy, yatu: a. Metode Max (Maxmum) Pada metode n, solus hmpunan fuzzy dperoleh dengan cara mengambl nla maksmum aturan, kemudan menggunakan nla tersebut untuk memodfkas daerah fuzzy dan mengaplkaskannya ke output dengan menggunakan operator OR (gabungan). Jka semua propors telah devaluas, maka output akan bers suatu hmpunan fuzzy yang mereflekskan kontrbus dar tap-tap propors. Secara umum dapat dtulskan: x = max x, x (5) ( ) ( ) ( ) ( ) sf dengan, = nla keanggotaan solus fuzzy ( ) sf x sampa aturan ke- = nla keanggotaan konsekuen ( ) kf x fuzzy aturan ke- b. Metode Addtve (Sum) Pada metode n, solus hmpunan fuzzy dperoleh dengan cara melakukan penjumlahan terhadap semua output daerah fuzzy. c. Metode Probablstk (probar) Pada metode n, solus hmpunan fuzzy dperoleh dengan cara melakukan perkalan terhadap semua output daerah fuzzy. 4. Defuzzfkas Input dar proses penegasan adalah suatu hmpunan fuzzy yang dperoleh dar komposs aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang dhaslkan merupakan suatu blangan real yang tegas. Dengan demkan jka dberkan suatu hmpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat dambl suatu nla tegas tertentu sebaga output. kf

5 98 Vol. 12, No. 2 September 2017 Jurnal Informatka Mulawarman Ada beberapa cara metode penegasan yang basa dpaka pada komposs aturan Mamdan yang dapat dgunakan. Pada metode n, solus tegas dperoleh dengan cara mengambl ttk pusat daerah fuzzy. Secara umum untuk doman dskrt, ttk pusat adalah: n = 1d ~ ( d A ) Z = n ~ ( d ) = 1 Dengan d adalah nla keluaran pada aturan ke- dan adalah derajat keanggotaan nla keluaran pada aturan ke- sedangkan n adalah banyaknya aturan yang dgunakan. Untuk doman kontnu, ttk pusat adalah: Z b a 0 = b A z. a ( z) ( z) Z Dengan 0 adalah nla hasl defuzzfkas dan ( z) adalah derajat keanggotaan ttk tersebut, sedangkan z adalah nla doman ke-. dz dz 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analss Statstka Deskrptf Hasl perhtungan statstka deskrptf data persedaan, permntaan dan produks mnyak kelapa sawt d perusahaan WKP dengan menggunakan software SPSS 20 dapat dlhat pada Tabel 1. Tabel 1. Statstka Deskrptf data Permntaan, Persedaan dan Produks Mnyak Kelapa Sawt PT. WKP Permntaan Persedaan Produks Medan 3.685, , ,9070 Std , , ,88771 Devas Varans , , ,101 Mnmum 1.600,88 368, ,98 Mean 3.749, , ,0707 Berdasarkan data pada Tabel 4.2 dapat dlhat terdapat beberapa ukuran pemusatan yatu medan, standar devas, varans, nla mnmum, nla maksmum dan mean (rata-rata) data mnyak kelapa sawt berkut adalah penjelasannya: 1. Rata-rata permntaan mnyak kelapa sawt adalah sebanyak 3.749,7548 ton, rata-rata persedaan mnyak kelapa sawt adalah sebanyak 1.121,524 ton dan jumlah rata-rata produks mnyak kelapa sawt adalah sebanyak 3.733,0707 ton. 2. Nla medan dar permntaan mnyak kelapa sawt adalah sebanyak 3.685,1755 ton, medan persedaan mnyak kelapa sawt adalah sebanyak 972,3940 ton dan medan produks mnyak kelapa sawt adalah sebanyak 3.811,9070 ton. 3. Permntaan maksmum mnyak kelapa sawt sebesar 6.825,61 ton dperoleh pada bulan (6) (7) Aprl tahun 2014, persedaan maksmum mnyak kelapa sawt 3.126,99 ton dperoleh pada bulan Januar tahun 2013 dan produks maksmum mnyak kelapa sawt sebesar 6.454,4 ton dperoleh pada bulan Aprl tahun Nla permntaan mnmum mnyak kelapa sawt sebesar 1.600,88 ton dperoleh pada bulan Jun tahun 2015, persedaan mnmum mnyak kelapa sawt 368,07 ton dperoleh pada bulan Agustus tahun 2015 dan produks mnmum mnyak kelapa sawt sebesar 1.816,98 ton dperoleh pada bulan Februar tahun B. Nla Varabel Input dan Output Nla varabel nput dan output merupakan nla yang dgunakan untuk membuat fungs keanggotaan fuzzy varabel permntaan, persedaan dan produks. Nla varabel nput dan output dtentukan oleh penelt berdasarkan nla maksmum, mnmum dan medan data mnyak kelapa sawt, adapun nla nput dan output yang dgunakan dalam peneltan n adalah sebaga berkut: Tabel 2. Nla Varabel Input (dalam satuan ton) Varabel Lngustk Numerk Permntaan Rendah Permntaan Sedang Permntaan Tngg Persedaan Rendah 368 Persedaan Sedang 972 Persedaan Tngg Tabel 3. Nla Varabel Output (dalam satuan ton) Varabel Lngustk Numerk Produks Rendah Produks Sedang Produks Tngg C. Pendefnsan Aturan dan Varabel Fuzzy Pendefnsan aturan dan varabel fuzzy dlakukan berdasarkan dskus pakar dengan phak perusahaan. Dperoleh aturan fuzzy yang akan dgunakan dapat dlhat pada Tabel 4. Tabel 4. Aturan-aturan fuzzy Aturan ke- Permntaan Persedaan Produks 1 Rendah Tngg Rendah 2 Rendah Sedang Rendah 3 Rendah Rendah Rendah 4 Sedang Tngg Rendah 5 Sedang Sedang Sedang 6 Sedang Rendah Tngg 7 Tngg Tngg Tngg 8 Tngg Sedang Tngg 9 Tngg Rendah Tngg

6 Jurnal Informatka Mulawarman Vol. 12, No. 2 September Susunan aturan fuzzy dpengaruh oleh banyaknya varabel nput dan varabel output. Dar dua varabel nput dan output, susunan aturan yang dgunakan dalam peneltan n adalah If Permntaan ( ) And Persedaan ( ) Then Produks ( ). D. Pembentukan Hmpunan Fuzzy Pembentukan hmpunan Fuzzy atau yang serng dsebut dengan tahap melakukan fuzzfkas yatu mengambl nla-nla varabel nput dan menentukan derajat keanggotaannya dalam semua fuzzy set menggunakan fungs keanggotaan masngmasng. a. Fungs Keanggotaan Varabel Permntaan Fungs keanggotaan varabel fuzzy dbuat berdasarkan nla varabel permntaan yang terdapat pada Tabel 2. Fungs keanggotaan permntaan yang terbentuk terdapat dalam Gambar 1. fungs keanggotaan persedaan sebaga berkut: Rendah ( y Persedaan y) = y 368 = Persedaan Sedang ( y) y y 972 Persedaan Tngg ( y) = y y 972 y 368 y 368 y y y y = 972 y y y c. Fungs Keanggotaan Produks Fungs keanggotaan varabel fuzzy dbuat berdasarkan nla varabel produks yang terdapat pada Tabel 3. Fungs keanggotaan produks yang terbentuk terdapat dalam Gambar 3. Gambar 1. Fungs keanggotaan permntaan fungs keanggotaan permntaan sebaga berkut: Permntaan Rendah ( x x) = x = Permntaan Sedang ( x) x Permntaan 0 x Tngg ( x) = x x x x x x x x = x x x b. Fungs Keanggotaan Persedaan Fungs keanggotaan varabel fuzzy dbuat berdasarkan nla varabel persedaan yang terdapat pada Tabel 2. Fungs keanggotaan persedaan yang terbentuk terdapat dalam Gambar 2. Gambar 2.Fungs keanggotaan persedaan Gambar 3. Fungs keanggotaan produks fungs keanggotaan produks sebaga berkut: Produks ( Rendah z z) = z = Pr odukssedang ( z) z z Pr odukstngg ( z) = z z z z z z z z = z z z E. Perhtungan Manual Sstem Inferens Fuzzy Metode Mamdan Pada Subbab n akan djelaskan proses perhtungan manual sstem nferens fuzzy metode Mamdan berdasarkan data PT WKP, dperoleh bahwa untuk bulan Januar 2016 nla permntaan sebanyak 2.799,918 ton dan jumlah persedaan pada bulan Desember 2015 sebanyak 1.593,21 ton, selanjutnya akan dpredks jumlah produks berdasarkan kedua nla varabel tersebut. Adapun tahap perhtungan manual metode Mamdan sebaga berkut: a. Pembentukan Hmpunan Fuzzy Pada tahap n akan dbuat fungs keanggotaan ketka nla permntaan sebanyak

7 100 Vol. 12, No. 2 September 2017 Jurnal Informatka Mulawarman 2799,918 ton dan jumlah persedaan sebanyak 1593,21 ton. Gambar 4 Fungs keanggotaan permntaan Dar Gambar 4 dapat dlhat bahwa nla permntaan sebanyak 2.799,918 menyentuh kurva rendah dan sedang sehngga dengan menggunakan Persamaan 4.1 dperoleh sebaga berkut: ,918 Permntaan Rendah(2.799,918) = = 0, , Sedang (2.799,918) Permntaan = = 0, Gambar 5. Fungs keanggotaan persedaan Dar Gambar 5 dapat dlhat bahwa nla persedaan sebanyak 1.593,21 menyentuh kurva sedang dan tngg sehngga dengan menggunakan Persamaan 4.2 dperoleh sebaga berkut: (1.593,21) Sedang ,21 = Persedaan = 1.593, Persedaan Tngg (1.593,21) = = ,28 0,71 b. Penyusunan Bass Aturan dan Fungs Implkas Penyusunan bass aturan merupakan tahap penyusunan aturan-aturan yang berupa mplkas-mplkas fuzzy yang menyatakan relas antara varabel nput dan varabel output. Proses penyusunan bass aturan berdasarkan pada kombnas dar hasl pembentukan hmpunan fuzzy dan daftar aturan yang dgunakan oleh perusahaan. Fungs mplkas yang dgunakan pada metode Mamdan adalah nla mnmum d antara kedua mplkas yang ada. Nla mnmum dar hasl kedua mplkas yang ada basanya danamakan dengan -predkat. Berkut adalah penyusunan bass aturan ketka permntaan sebanyak 2.799,918 ton dan persedaan sebanyak 1.593,21 ton: 1. Aturan ke-1 [R1] [R1] IF Permntaan Rendah AND Persedaan Tngg THEN Produks Rendah. -predkat 1 = mn ( Permntaan Rendah (2.799,918) Persedaan Tngg (1.593,21)) = mn (0,420,28) = 0,28 2. Aturan ke-2 [R2] [R2] IF Permntaan Rendah AND Persedaan Sedang THEN Produks Rendah. -predkat 2 = mn ( Permntaan Rendah (2.799,918) Persedaan Sedang (1.593,21)) = mn (0,420,71) = 0,42 3. Aturan ke-3 [R4] [R4] IF Permntaan Sedang AND Persedaan Tngg THEN Produks Rendah. -predkat 4 = mn ( Permntaan Sedang (2.799,918) Persedaan Tngg (1.593,21)) = mn (0,570,28) = 0,28 4. Aturan ke-4 [R5] [R5] IF Permntaan Sedang AND Persedaan Sedang THEN Produks Sedang. -predkat 5 = mn ( Permntaan Sedang (2.799,918) Persedaan Sedang (1.593,21)) = mn (0,570,71) = 0,57 c. Komposs Aturan Komposs aturan dgunakan untuk menentukan korelas antara aturan ddapatkan melalu pengetahuan dar sekumpulan If Then Rule (Inferens). Metode yang dgunakan dalam komposs aturan pada peneltan n adalah metode maksmum. Proses komposs aturan dengan menggunakan metode maksmum dapat djelaskan melalu Gambar 6 sampa Gambar 10 : Gambar 6. Daerah hasl varabel produks berdasarkan -predkat [R1] Gambar 7. Daerah hasl varabel produks berdasarkan -predkat [R2]

8 Jurnal Informatka Mulawarman Vol. 12, No. 2 September d 3 = ,51 = 4947,49 Gambar 8. Daerah hasl varabel produks berdasarkan -predkat [R4] Gambar 9. Daerah hasl varabel produks berdasarkan -predkat [R5] Gambar 10. Daerah hasl produks dar [R1], [R2], [R4] dan [R5] Berdasarkan Gambar 10 setelah menggabungkan keempat a-predkat, langkah selanjutnya adalah membag gabungan a- predkat tersebut ke dalam empat parts yatu d 1, d 2, d 3 dan d 4. Parts-parts yang telah ddapat akan dgunakan untuk proses defuzzfkas perhtungan parts menggunakan Persamaan (4.3) adalah sebaga berkut: a. Parts satu (d 1) d = 0, d = 0, d = ,48 1 = b. Parts dua (d 2) d = 0, d = 0, d = = c. Parts tga (d 3) d3 = 0, d 3 = 0, Gambar 10 merupakan solus hmpunan fuzzy yang dperoleh dengan cara mengambl nla maksmum daerah hasl produks dar masng-masng aturan dan menggabungkannya. Kemudan menentukan fungs keanggotaan dar Gambar 10. Fungs keanggotaan daerah hasl produks yang telah dgabung adalah sebaga berkut: 0,42 z z z Pr oduks( z) = 0,57 z z z d. Defuzzfkas Proses defuzzfkas pada metode Mamdan menggunakan Persamaan (2.11). hasl perhtungan proses defuzzfkas untuk varabel permntaan sebanyak 2.799,918 dan varabel persedaan sebanyak 1.593,21 adalah sebaga berkut: Defuzzfkas yang dgunakan adalah metode centrod dengan menggunakan Persamaan (2.13). M 1 = ( z) zdz 0 = (0,42) zdz = ,455 0 M 2 = ( z) zdz z = ( ) zdz = 0,00016 z 3 0,445 z 2 = , ,49 M 3 = ( z) zdz = ( 0,57) zdz = , M 4 = ( z) zdz z = ( ) zdz = 1,22 z 2 0,000126z 3 = , , ,48 A 1 = ( z) dz = 0,42 0 0

9 102 Vol. 12, No. 2 September 2017 Jurnal Informatka Mulawarman = 0,42x = 1.114,882 0 z A 2 = ( z) dz = ( ) dz = ( 0,000502z 0,91) = 0,000502z 2 0,91z = 148,054 A 3 = 4.947,49 ( z) dz = 4.947,49 0, , ,58 Gambar 12. Membershp Functon Permntaan = 0,57z = 1.136, z A 4 = ( z) dz = ( ) dz = 429, = ( 2,44 0,000378z ) = 2,44z 0,000378z 2 = 148,054 Gambar 13. Membershp Functon Persedaan * ( z) zdz M1 + M2 + M3 + M Z = = 4 ( z) dz A1 + A2 + A3 + A4 = 3.085,753 = , ,82 Hasl perhtungan proses defuzzfkas dengan nla varabel permntaan berjumlah 2.799,918 ton dan varabel persedaan berjumlah 1.593,21 ton maka mnyak kelapa sawt yang harus dproduks adalah sebanyak 3.085,753 ton. A. Perhtungan Menggunakan Software Matlab Sstem Inferens Fuzzy Metode Mamdan 1. Membuat Membershp Functon Edtor Gambar 14. Membershp Functon Produks Dar Gambar 11, 12, 13 dan 14 d atas fungs-fungs keanggotaan varabel masukan dan keluaran ddefnskan melalu Membershp Functon Edtor. Pada Gambar 12 adalah pendefnsan varabel permntaan, Gambar 13 adalah pendefnsan varabel persedaan dan Gambar 14 adalah pendefnsan varaebl produks. 2. Membuat Rule Edtor Gambar 11. Tamplan awal Membershp Functon Gambar 15. Rule Edtor Pada rule edtor adalah tahap dmana mendefnskan IF-THEN rule yang dgunakan yatu sebanyak 9 aturan yang dpaka sesua pada Gambar 15.

10 Jurnal Informatka Mulawarman Vol. 12, No. 2 September Rule Vewer menghaslkan nla MAPE sebesar 17,225%. Hal n menunjukkan bahwa metode Mamdan bak dgunakan untuk mempredks produks mnyak kelapa sawt. 5. DAFTAR PUSTAKA Gambar 16. Rule Vewer Rule Vewer yang dtamplkan pada Gambar 16 adalah proses keseluruhan yang terjad dalam metode Mamdan. 4. Surface Vewer Gambar 17. Surface Vewer Suface vewer yang dtamplakn pada Gambar 17 untuk melhat plot keseluruhan dar Metode Mamdan. B. Hasl MAPE Predks Metode Mamdan Setelah dlakukan perhtungan manual sepert yang dlakukan sebelumnya untuk mengetahu keakuratan predks yang dlakukan maka akan dukur dengan menggunakan MAPE, perhtungannya dengan menggunakan Persamaan 1 dperoleh, X F 100% X 6,02901 MAPE = = 100 = 17,225% n KESIMPULAN Berdasarkan hasl uraan yang telah dkemukakan sebelumnya, hasl analss penerapan logka fuzzy untuk mempredks produks mnyak kelapa sawt dengan menggunakan metode Mamdan dan Sugeno dperoleh kesmpulan sebaga berkut: 1. Banyaknya mnyak kelapa sawt yang harus dproduks dengan varabel permntaan sebanyak 2.799,918 ton dan persedaan sebanyak 1.593,21 ton dengan menggunakan metode Mamdan adalah 3.085,753 ton mnyak kelapa sawt yang harus dproduks untuk memenuh permntaan konsumen. 2. Untuk hasl predks produks mnyak kelapa sawt dengan menggunakan fuzzy nference system metode Mamdan dengan 9 aturan fuzzy [1]. Avd Dktat Fuzzy. journat.blogspot.com /2013/06/dktat-logkafuzzy.html. dakses pada 18 Maret [2]. Setadj Hmpunan dan Logka Samar serta Aplkasnya. Graha Ilmu. Yogyakarta. [3]. Salkn, Fajar Aplkas Logka Fuzzy Dalam Optmsas Produks Barang Menggunakan Metode Mamdan dan Sugeno. Skrps. Yogyakarta, FMIPA Unverstas Negr Yogyakarta. [4]. Istranady., Prko Andran., dan Mardan Analss Perbandngan Metode Fuzzy Tsukamoto Dan Metode Fuzzy Mamdan Pada Perbandngan Harga Sepeda Motor Bekas. Jurnal STMIK GI MDP : 2-3. [5]. Dnas Perkebunan Prov. Kaltm Potens Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara potens-daerah-kabupaten-penajam-paserutara.html. dakses pada tanggal 14 Jun 2016 [6]. BSI Notfkas untuk Kegatan Penlaan Sertfkas ISPO d PT Waru Kaltm Plantaton Perkebunan dan Pabrk Kelapa Sawt d Kalmantan Tmur. ge%202%20publk%20notfkas%20pt. dakses pada tanggal 16 Jun [7]. Lumbangaol, Agustna Rosaro Sstem Penanganan Keputusan Penanganan Gz Buruk Pada Balta Menggunakan Metode Mamdan.. Jurnal Pelta Informatka Bud Darma 4(2): [8]. Buffa Manajemen Produks. Erlangga. Jakarta. [9]. Gaspersz, Vncent Total Qualty Management. PT. Grameda Pustaka Utama. Jakarta. [10]. Makrdaks, S dan Wheelwrght, S.C Metode dan Aplkas Peramalan. Erlangga. Jakarta. [11]. Oktafr Aplkas Metode Smulas Monte Carlo Untuk Menduga Debt Alran Sunga. Thess. Bogor, Fakultas Pertanan Lampung. [12]. Suslo, Frans Hmpunan dan Logka Kabur Serta Aplkasnya. Graha Ilmu. Yogyakarta. [13]. Kusumadew, Sr. dan Purnomo Har Artfcal Intellgence: Teknk dan Aplkasnya. Graha Ilmu. Yogyakarta. [14]. Naba, Agus Belajar Cepat Fuzzy Logc Menggunakan Matlab. C.V And. Yogyakarta.

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Matematka dbag menjad beberapa kelompok bdang lmu, antara lan analss, aljabar, dan statstka. Ruang barsan merupakan salah satu bagan yang ada d bdang

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak JURAL MATEMATIKA DA KOMUTER Vol. 6. o., 86-96, Agustus 3, ISS : 4-858 MECERMATI BERBAGAI JEIS ERMASALAHA DALAM ROGRAM LIIER KABUR Mohammad Askn Jurusan Matematka FMIA UES Abstrak Konsep baru tentang hmpunan

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mencari jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode 34 BAB III METODE PENELITIAN A Metode yang Dgunakan Metode peneltan merupakan suatu pendekatan yang dgunakan untuk mencar jawaban atau menggambarkan permasalahan yang akan dbahas Metode peneltan juga dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci