E. HASIL KAMPANYE. Metode Survei Pra dan Pasca

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "E. HASIL KAMPANYE. Metode Survei Pra dan Pasca"

Transkripsi

1 E. HASIL KAMPANYE Metode Survei Pra dan Pasca Manager kampanye bersama lembaga mitra (Yayasan Seka) melakukan dua survei kuantitatif di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Sebuah survei pra-kampanye dilakukan pada tanggal April 2009 untuk menetapkan dasar bagi sasaran-sasaran SMART kampanye kepemimpinan Pride yang terkait dengan komponen Pengetahuan-Sikap-komunikasi Interpersonal- Perubahan Perilaku (Knowledge-Attitude-Interpersonal communication- Practice = KAP) Teori Perubahan Kampanye Pride. Sedangkan survei pasca kampanye, dilakukan pada akhir masa satu tahun kegiatan-kegiatan kampanye yang dilaksanakan pada tanggal Juni 2010 untuk mengukur perubahan dalam variabel-variabel Pengetahuan-Sikap-Komunikasi Interpersonal- Perilaku untuk menilai tingkat capaian sasaran-sasaran SMART. Kedua survei tersebut mengumpulkan data sosio-ekonomi dan demografi dasar (baseline) tentang responden (yang disebut variabel-variable independen) dan pertanyaan-pertanyaan survei yang mengukur Pengetahuan-Sikap-Komunikasi Interpersonal-Perilaku yang disebut dengan variabel-variabel dependen. Survei pra-kampanye sebagai basis, juga memberikan informasi tentang sumber-sumber informasi lingkungan yang dipercaya oleh khalayak-khalayak sasaran, penggunaan media seperti radio dan surat kabar oleh mereka, program-program media pilihan mereka, dan halangan-halangan untuk perubahan perilaku; ini digunakan untuk mendesain kegiatan-kegiatan dan pesan-pesan kampanye Pride. Temuan-temuan ini dilaporkan dalam Rencana Proyek (Ismu, 2009). Survei pasca-kampanye juga termasuk pertanyaan-pertanyaan baru yang didesain untuk mengukur paparan kegiatankegiatan kampanye. Dua segmen Khalayak sasaran kampanye yang dianalisa dalam survey adalah (1) petani dan pencari kayu bakar, dan (2) masyarakat umum. Surveysample.com digunakan untuk memilih ukuran sampel untuk setiap kelompok berdasarkan pada: (1) ukuran populasi mereka di 9 desa kawasan TNBB, (2) tingkat batas dasar yang diharapkan untuk pertanyaan-pertanyaan utama dalam survei, (3) jumlah perubahan yang kami harapkan dicapai dalam variabel-variabel tersebut, dan (4) kami menggunakan tingkat interval kepercayaan yang secara luas diterima pada 0,05 dan tingkat kepercayaan pada 0,9554. Dengan menggunakan hasil suveysample.com, kami menetapkan kuota minimum 147 petani dan pencari kayu bakar dan 419 masyarakat umum. Data jumlah populasi penduduk di 9 desa yang di survei berasal dari Gerokgak dalam angka 2003 dan Jembrana dalam angka Untuk Gerokgak dalam angka 2003, desa yang di survei adalah Desa Sumberkima, Pejarakan dan Sumberklampok. Ketiga desa tersebut masuk dalam wilayah Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng. Sedangkan 6 desa lainnya yaitu Desa Tukadaya, Warnasari, Ekasari, Blimbingsari, Melaya dan Kelurahan Gilimanuk termasuk dalam Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana. Dari data populasi tersebut diatas kemudian dibuat kuota sampel untuk setiap desa secara proporsional (Tabel 5.1). Di setiap desa, sebuah metodologi survei dari pintu-ke-pintu digunakan, dengan rumah awal dipilih secara acak, dan kemudian setiap rumah tangga ke 4 dikunjungi sampai kuota sampel dipenuhi. Kunjungan dilakukan tergantung dari masing-masing desa, ada yang siang, sore dan ada yang 75

2 malam hari disesuaikan dengan kebiasaan umum masyarakat di desa tersebut. Kunjungan tidak harus dilakukan ke rumah, ada yang di kebun, pasar, toko dan di hutan tempat sebagian orang mengambil kayu bakar. Responden yang diwawancarai dibatasi umur antara tahun dengan dasar alasan usia produktif. Untuk memastikan bahwa jumlah yang memadai dari dua segmen khalayak sasaran dapat diwawancarai, pertanyaan penyaring digunakan untuk mengidentifikasi petani dan pencari kayu bakar dan masyarakat umum yang berdomisili di 9 desa sasaran, serta enumerator terus mengunjungi setiap rumah ke 4 hingga kuota-kuota tersebut terisi. Kuesioner survei ini dirancang dan dianalisis menggunakan piranti lunak Apian s SurveyPro. Kuesionernya dikembangkan setelah khalayak sasaran diidentifikasi dan ancaman-ancaman penting yang ditangani oleh kampanye dan tujuan umum untuk kampanye sudah ditetapkan. Survei ini mengumpulkan informasi tentang tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kawasan TNBB pada umumnya dan secara khusus ancaman-ancaman yang dihadapinya; tentang pilihan media, keinginan untuk mengubah perilaku, (manfaat dan hambatan) dan sumber-sumber informasi yang dipercaya. Kuesioner yang digunakan dalam survei pra dan pasca kampanye sama persis kecuali beberapa pertanyaan dibuat khusus untuk survei pasca-kampanye untuk menilai beberapa sasaran SMART yang dikembangkan setelah survei dasar/pre-kampanye dilakukan dan untuk memastikan bahwa paparan terhadap semua kegiatan utama kampanye diukur. Kuesioner ini meliputi pertanyaan-pertanyaan tertutup dan terbuka dan pertanyaan-pertanyaan langsung dan tidak langsung. Salinan lengkap kuesioner survei yang digunakan dalam survei pasca-kampanye dapat dilihat dalam Lampiran. Enumerator untuk survei pra kampanye dilatih untuk mengelola kuesioner dalam sebuah pelatihan satu hari yang selenggarakan oleh manager kampanye dengan didampingi oleh lembaga mitra dan program manager dari Rare. Setiap enumerator melewati setidaknya satu tes pra wawancara di bawah bimbingan salah satu pengawas sebagai bagian pelatihan mereka. Para enumerator memiliki latar belakang sebagai guru, LSM, KSM, dan tokoh masyarakat (petani laki-laki dan perempuan dengan latar belakang pendidikan yang memadai/d2). Hal yang berbeda dilakukan pada pelatihan survei pasca kampanye. Calon Enumerator tidak dikumpulkan dalam satu tempat dan waktu yang sama, tetapi manajer kampanye secara aktif mengunjungi satu persatu para calon enumerator, kemudian dilakukan pelatihan secara privat. Hal ini dilakukan karena sulit untuk mengumpulkan 13 calon enumerator dalam waktu yang sama. Mereka mempunyai kesibukan masing-masing dan waktu luang yang tidak sama diantara para calon enumerator. Enumerator untuk survei pasca kampanye sebagian besar adalah orang-orang baru karena enumerator terdahulu yang sebagian besar adalah guru telah banyak yang pindah karena diterima sebagai CPNS. Semua enumerator berhasil mengerjakan survei pra maupun pasca kampanye. Pertanyaan-pertanyaan dibacakan dengan jelas oleh enumerator kepada responden, dan jawaban-jawaban yang diberikan dicatat dalam lembar survei oleh enumerator. Survei diperiksa dengan cermat sebelum mewawancarai orang berikutnya. Sistem koordinasi dalam pelaksanaan survei langsung dikoordinir oleh manager kampanye yang melakukan pemantauan secara langsung di lapangan dengan sistem acak dan berkeliling ke 9 desa yang disurvei untuk memastikan bahwa metodologi/protokol survei-nya diikuti dan kuesioner-kuesionernya diisi dengan benar. Kendala yang terjadi di lapangan dikomunikasikan melalui HP dan jika tidak bisa diselesaikan, maka manager kampanye segera mendatangi enumerator dimana sedang mengalami kendala untuk dibahas solusinya. 76

3 Tabel 11 Informasi latar belakang tentang survey pra dan pasca kampanye Desa Jumlah penduduk Ukuran sampel pra Jumlah enumerator Ukuran sampel pasca Jumlah enumerator (jiwa) kampanye pra kampanye kampanye pasca kampanye Sumberkima Pejarakan Sumberklampok Gilimanuk Melaya Blimbingsari Ekasari Warnasari Tukadaya Jumlah Hasil Survei Pra dan Pasca Kampanye Data dari kuesioner yang dikumpulkan selama survei pasca kampanye digabung dengan data kuesioner survei pra kampanye. Ringkasan hasil dari survei pra kampanye disajikan dalam Rencana Proyek (Ismu, 2009). Hasil yang disajikan di sini hanyalah yang terkait dengan penjajakan pengaruh kampanye Pride. Sebuah tabulasi hasil lengkap disajikan pada Lampiran B. Sebanyak 419 responden diwawancarai dalam survei pra-kampanye (N = 147 petani dan pencari kayu bakar di 9 desa, dan 272 orang adalah masyarakat umum) dan 419 dalam survei pasca kampanye (N = 215 petani dan pencari kayu bakar di 9 desa, dan 204 orang adalah masyarakat umum). Tingkat respon sangat tinggi, 100% dalam survei pra kampanye dan 100% dalam survei pasca kampanye. Tingkat Perbandingan Survei Sangat penting untuk memastikan bahwa survei pasca kampanye dibandingkan dengan survei pra kampanye karena responden sampel yang dipilih punya kemiripan satu sama lain dalam hal karakteristik-karakteristik sosio-ekonomi dan demografi. Tabel 5.2 menyajikan beberapa dari apa yang disebut sebagai variabel-variable independen dari survei-survei pra dan pasca kampanye untuk (1) memberikan sejumlah 77

4 latar belakang tentang karakteristik-karakteristik para responden dan (2) menilai tingkat perbandingan dari kedua survei pada setiap variabel dengan menggunakan uji Chi-Square untuk menguji signifikansi statistik. Anda dapat melihat dari data dalam Tabel 12 bahwa sebagian besar responden masyarakat umum adalah berjenis kelamin laki-laki, yaitu 69,5% pada survei pra dan 75,9% pada survei pasca. Demikian juga dengan responden petani dan pencari kayu bakar karena kebanyakan petani dan pencari kayu bakar adalah laki-laki. Kelompok usia responden hampir merata dengan jumlah tertinggi adalah kelompok usia tahun dan terendah diatas 60 tahun. Sedangkan tingkat pendidikan yang tertinggi adalah SMA dan terendah Perguruan Tinggi. Mayoritas responden berasal dari suku Bali (65,2% pra dan 76,6% pasca) dan sebagian lainnya Jawa dan Madura. Pekerjaan responden diluar petani dan pencari kayu bakar pedagang, peternak dan tidak bekerja tetap. Tabel 12 Variabel-variabel Independen untuk Menilai Tingkat Perbandingan Survei pra dan pasca kampanye untuk masyarakat umum Variabel Tingkat Pra Kampanye N=419 Jenis Kelamin masyarakat Laki-laki = 69,5% umum Perempuan = 30,5% Jenis kelamin petani dan Laki-laki = 83% pencari kayu bakar Perempuan = 17% Segmen khalayak sasaran Petani dan Pencari kayu bakar = 35,1% Masyarakat umum = 64,9% Usia tahun = 14,6% tahun = 6,9% tahun = 11,7% tahun = 13,8% tahun = 20,8% tahun = 11,7% tahun = 7,6% tahun = 4,5% tahun = 5,0% Diatas 60 tahun = 3,3% Pendidikan formal Tidak sekolah = 6,4% Tidak lulus SD = 7,2% SD = 27,9% Tingkat Pasca Kampanye N=419 Laki-laki = 75,9% Perempuan = 24,1% Laki-laki = 84,2% Perempuan = 15,8% Petani dan Pencari kayu bakar = 51,3% Masyarakat umum = 48,7% tahun = 6,4% tahun = 6,2% tahun = 14,6% tahun = 10,7% tahun = 16,2% tahun = 16,5% tahun = 17,2% tahun = 7,4% tahun = 3,1% Diatas 60 tahun = 1,7% Tidak sekolah = 7,4% Tidak lulus SD = 11% SD = 31,5% Perbedaan (Pasca Pra) Laki-laki = +6,4 pp Perempuan = -6,4 pp Laki-laki = +1,2 pp Perempuan = -1,2 pp Petani dan Pencari kayu bakar = -16,2 pp Masyarakat umum = +16,2 pp tahun = -8,2 pp tahun = -0,7 pp tahun = +2,9 pp tahun = -3,1 pp tahun = -4,6 pp tahun = +4,8 pp tahun = +9,6 pp tahun = +2,9 pp tahun = -1,9 pp Diatas 60 tahun = -1,6 pp Tidak sekolah = +1 pp Tidak lulus SD = +3,8 pp SD = +3,6 pp Signifikansi Chi-Square (X 2 ) 75,0% <50% 90% 99% <50% 78

5 SMP = 22,2% SMA = 30,5% Perguruan Tinggi = 5,7% Suku Bali = 65,2% Madura = 11,9% Jawa = 14,1% Bugis = 2,9% Mandar = 1,0% Melayu = 3,6% Campuran (Jawa Madura) = 0,2% Flores = 0,2% Sasak/Lombok = 0,5% Sulawesi = 0,5% Pekerjaan (selain petani dan pencari kayu bakar) Peternak = 12,5% Pegawai negeri = 8,8% Pedagang = 20,6% Tidak bekerja tetap = 12,5% Tidak bekerja = 6,6% Balian/dukun = 0,4% Bengkel = 0% Buruh = 2,2% Buruh tambak = 0% Guide wisata = 0,7% Guru Honorer = 2,2% Ibu Rumah Tangga = 9,9% Jasa = 4,4% Karyawan = 0,4% Karyawan Perikanan = 0% Karyawan lembaga keuangan = 0% Kepala Dusun = 0,4% Mahasiswa = 0,4% SMP = 21,5% SMA = 24,8% Perguruan Tinggi = 3,8% Bali = 76,6% Madura = 7,6% Jawa = 11,7% Bugis = 0,5% Mandar = 0% Melayu = 3,6% Campuran (Jawa Madura) = 0% Flores = 0% Sasak/Lombok = 0% Sulawesi = 0% Peternak = 22,5% Pegawai negeri = 5,9% Pedagang = 14,7% Tidak bekerja tetap = 22,1% Tidak bekerja = 15,2% Balian/dukun = 0% Bengkel = 0,5% Buruh = 0% Buruh tambak = 0,5% Guide wisata = 0% Guru Honorer = 0,5% Ibu Rumah Tangga = 2,5% Jasa = 0% Karyawan = 4,9% Karyawan Perikanan = 0,5% Karyawan lembaga keuangan = 0,5% Kepala Dusun = 0% Mahasiswa = 0% SMP = -0,5 pp SMA = -5,7 pp Perguruan Tinggi = -1,9 pp Bali = +11,4 pp Madura = -4,3 pp Jawa = -2,4 pp Bugis = -2,4 pp Mandar = -1,0 pp Melayu = 0 pp Campuran (Jawa Madura) = -0,2 pp Flores = -0,2 pp Sasak/Lombok = -0,5 pp Sulawesi = -0,5 pp Peternak = +10 pp Pegawai negeri = -2,9 pp Pedagang = -5,9 pp Tidak bekerja tetap = +9,6 pp Tidak bekerja = +8,6 pp Balian/dukun = -0,4 pp Bengkel = +0,5 pp Buruh = -2,2 pp Buruh tambak = +0,5 pp Guide wisata = -0,7 pp Guru Honorer = -1,7 pp Ibu Rumah Tangga = -7,4 pp Jasa = -4,4 pp Karyawan = +4,5 pp Karyawan Perikanan = +0,5 pp Karyawan lembaga keuangan = +0,5 pp Kepala Dusun = -0,4 pp Mahasiswa = -0,4 pp Nelayan = -1,3 pp 75% 95% 79

6 Nelayan = 1,8% Pegawai swasta = 0% Pelajar = 11% Sopir = 0% Swasta = 3,7% TNI = 0% Tukang = 1,1% Wiraswasta = 0,4% Nelayan = 0,5% Pegawai swasta = 0,5% Pelajar = 0,5% Sopir = 2% Swasta = 0% TNI = 0,5% Tukang = 0% Wiraswasta = 2,0% Pegawai swasta = +0,5 pp Pelajar = -10,5 pp Sopir = +2 pp Swasta = -3,7 pp TNI = +0,5 pp Tukang = -1,1 pp Wiraswasta = +1,6 pp Sumber: Data dalam Tabel 12 didasarkan pada wawancara dengan 419 responden dalam survei pra kampanye dan 419 responden dalam survei pasca kampanye. Uji X 2 adalah uji statistik untuk perbedaan-perbedaan antara survei pra kampanye dan survei pasca kampanye dengan menggunakan sampel-sampel keseluruhan. Kami melakukan analisa serupa sebagaimana ditunjukan dalam Tabel 5.2 untuk setiap khalayak sasaran kami, Petani dan Pencari Kayu Bakar (data ditunjukkan dalam Lampiran B). Karena ukuran-ukuran sampel yang lebih kecil, beberapa variabel independen tidak menunjukkan perbedaan-perbedaan yang berarti secara statistik dan tidak menghalangi kami untuk menggunakan data survei untuk menilai sasaran-sasaran SMART. Kami menyimpulkan dari analisa ini bahwa sampel-sampel pra kampanye dan pasca kampanye dapat dibandingkan satu dengan yang lain dan tidak terdapat perbedaan sistematis antara sampel-sampel tersebut yang akan memperumit interpretasi analisa kami tentang variabel-variabel dependen yang digunakan untuk mengukur pengaruh kampanye. Paparan terhadap Kegiatan-kegiatan Kampanye Pride Dari Tabel 13 didapatkan informasi bahwa empat media utama yang paling sering memberikan informasi baik pada petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran utama (Melaya dan Sumberklampok) maupun masyarakat umum di 9 desa sasaran adalah TV, radio, pertemuan kelompok dan koran. Meskipun demikian, Kampanye penjangkauan tidak dilakukan melalui media TV dan radio. Alasan tidak dilakukannya kampanye penjangkauan melalui media TV dan radio adalah sebagai berikut: TV Penjangkauan kampanye lewat TV memang dapat berdampak sangat kuat bagi pemirsa serta mampu menjangkau khalayak luas, tidak saja target sasaran utama. Selain itu TV merupakan medium visual yang kuat dengan memanfaatkan gambar bergerak untuk mengkomunikasikan pesanpesan. Namun demikian harus diakui bahwa menggunakan TV sebagai media penjangkauan memiliki beberapa kendala, yaitu biaya mahal, waktu untuk memproduksi materi penjangkauan lama (merencanakan semua langkah dan menyusun naskah) karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki, sedangkan kalau menyewa tenaga ahli profesional akan berakibat pembengkakan biaya. 80

7 Radio Penjangkauan kampanye melalui radio komersial, yaitu radio Mandala FM dan Banyuwangi FM yang terletak di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, tidak dilakukan. Hal ini diputuskan dalam rapat internal tim kerja kampanye setelah mengevaluasi proses yang telah dilakukan terhadap dua stasiun radio tersebut dengan mempertimbangkan peluang keberlanjutan dari program kampanye pride. - Proses negosiasi telah dilakukan tiga kali dalam rentang waktu 4 bulan, yaitu pada tanggal 17 Januari 2010, 8 Pebruari 2010 dan 12 April Semua proses negosiasi tidak membuahkan hasil yang baik dimana pihak radio (Mandala FM dan Banyuwangi FM) tidak bersedia memberikan potongan harga dikarenakan wilayah Bali Barat (kawasan kampanye) bukan merupakan target utama dalam menjaring audien. Meskipun telah ditunjukkan hasil survey pra kampanye terkait media informasi dan hiburan yang menjadi pilihan khalayak sasaran di Bali Barat, namun pihak manajemen kedua radio tetap tidak bersedia untuk memberikan potongan harga. Alasan dari pihak radio tidak bersedia memberikan potongan harga adalah mereka lebih memfokuskan target audien untuk wilayah Kabupaten Banyuwangi. - Harga yang ditawarkan oleh pihak radio untuk satu kali tayang/siaran acara talkshow dengan durasi 30 menit adalah Rp Rencana awal untuk kegiatan talkshow dilakukan selama 4 bulan dengan intensitas dalam satu bulan dua kali talkshow dengan materi yang berbeda yang disesuaikan dengan tahapan perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal, strategi penyingkiran halangan/demplot kebun energi, pengurangan ancaman dan target konservasi). Biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp x 8 kali = Rp Untuk Iklan Layanan Masyarakat dengan durasi 45 detik dipatok harga Rp untuk Prime time/waktu strategis. Direncanakan dalam sehari diputar 3 kali sesuai dengan pilihan waktu dari hasil survey pra kampanye. Jika penayangan dilakukan selama satu bulan penuh, maka biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp x 3 kali tayang x 30 hari = Rp Pertimbangan lainnya adalah mahalnya transport untuk kunjungan ke Banyuwangi karena harus menggunakan jasa penyeberangan kapal dengan biaya sekali menyeberang Rp rupiah (sekali kunjungan Rp x 2 = Rp ). Jika dihitung total selama kegiatan di radio, maka biaya transport yang harus dikeluarkan adalah (Talkshow dan Iklan Layanan Masyarakat) 8 kali kunjungan x 2 x Rp = Rp Jadi total biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan penjangkauan melalui media radio adalah Rp Rp Rp = Rp Dengan melihat besarnya biaya yang dikeluarkan, maka tim memutuskan untuk tidak melakukan penjangkauan melalui radio komersial. Pertimbangannya adalah biaya sebesar itu (Rp ) dapat dialokasikan untuk pembuatan radio komunitas. Ide pembuatan radio komunitas berawal dari tawaran kerjasama dengan Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM) Bandung pada saat mengadakan pelatihan pembuatan radio komunitas di Kabupaten Jembrana pada tanggal 30 Mei 1 Juni Kegiatan ini merupakan kerjasama antara 81

8 FPPM dengan Yayasan Seka yang didukung oleh FordFoundation. Dukungan dari FPPM adalah dana awal sisa pelatihan untuk pengadaan perangkat keras radio komunitas sebesar Rp sedangkan kebutuhan untuk pembuatan radio komunitas adalah sebesar Rp dengan daya jangkau yang mampu mencapai 9 desa sasaran. Pertimbangan tim kerja kampanye untuk memilih membuat radio komunitas didasarkan pada beberapa hal, antara lain: - Fokus area spesifik, yaitu 9 desa sasaran sehingga penyampaian pesan akan lebih efektif. - Keterlibatan komunitas semakin besar dengan ikut terlibat langsung dalam proses perencanaan dan perancangan program siaran (misalnya jam siaran, materi siaran dan jadwal siaran) dan membuka kesempatan untuk saling berbagi informasi dengan sesama anggota komunitas. - Acara lebih interaktif karena disesuaikan dengan gaya dan budaya lokal Bali. - Biaya operasional harian/bulanan relatif lebih murah, hanya pembayaran listrik. - Dukungan bagi keberlanjutan radio komunitas lebih terjamin karena akan menjadi milik komunitas dan bukan perseorangan, hanya dibutuhkan manajemen pengelolaan yang rapi. Pilihan untuk tidak menggunakan radio komersial sebagai media kampanye merupakan keputusan yang sangat sulit mengingat dari hasil survey pra kampanye, 55,4% khalayak sasaran mendengarkan radio dan sebesar 38,7% diantaranya memilih radio sebagai media utama yang paling sering memberikan informasi kepada khalayak setelah TV. Sedangkan hasil dari survey pasca kampanye, meskipun mengalami penurunan, radio tetap dipilih sebagai media utama yang paling sering memberikan informasi oleh 25,8% khalayak sasaran di 9 desa dan 34,3% khalayak sasaran utama di 2 desa target. Namun demikian, atas dasar pertimbangan keberlanjutan dalam pencapaian tujuan konservasi di kawasan Bali Barat, maka keputusan untuk tidak menggunakan radio komersial dan mengganti dengan pilihan membuat radio komunitas adalah keputusan yang strategis meskipun resiko pencapaian sasaran SMART akan turun (terutama yang menggunakan radio komersial sebagai media penjangkauan). Sementara itu, media pertemuan kelompok dan pertemuan masyarakat menjadi strategis karena tim kampanye secara langsung bertatap muka dengan khalayak target untuk menyampaikan pesan-pesan kampanye. Tidak hanya sebatas bertatap muka tetapi dalam momen tersebut juga dilakukan diskusi-diskusi dengan materi brosur dan poster supaya lebih mendalam untuk diketahui dan dipahami maksud dan tujuan dari kampanye. Sebenarnya peran media massa sangat besar pengaruhnya dalam menyebarluaskan pesan-pesan kampanye, tetapi nampaknya masih banyak koran yang belum begitu tertarik untuk menerbitkan tulisan atau meliput kegiatan tentang lingkungan. Mereka lebih tertarik dengan urusan politik dan ekonomi. Dalam masa kampanye kami hanya berhasil mengajak 2 media lokal untuk meliput kegiatan kampanye, yaitu pada saat pementasan kesenian Bondres. Kedua media lokal tersebut adalah Tabloid Xpose dan Singaraja Post. 82

9 Tabel 13 Hasil Survei Pasca Kampanye tentang media utama yang paling sering memberikan informasi Media Masyarakat Umum (N=419) Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74) TV 84.0% 89.6% Radio 25.8% 34.3% Pertemuan Kelompok 16.5% 11.9% Koran 8.8% 11.9% Selama masa kampanye, berbagai materi kampanye telah diluncurkan dan disebarluaskan tidak saja ke khalayak sasaran utama, tetapi menjangkau ke masyarakat umum di 9 desa sasaran. Papan informasi di TNBB, Poster dan Brosur tentang penyelamatan hutan serta pertemuan kelompok tani adalah empat media komunikasi utama yang pernah dilihat atau didengar oleh masyarakat umum. Sedangkan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya menyatakan melihat atau mendengar tentang pelestarian kawasan TNBB dari media komunikasi berupa Papan informasi di TNBB tentang larangan pengambilan kayu bakar di dalam kawasan hutan TNBB, Pertemuan pemimpin agama mengenai penyelamatan hutan Bali Barat, pertemuan masyarakat mengenai fungsi hutan Bali Barat,Buku tentang pengenalan TNBB dan Stiker, gantungan kunci dan kaos tentang penyelamatan hutan TNBB. Tabel 14 Hasil Survei Pasca Media komunikasi tentang pelestarian kawasan TNBB yang pernah dilihat atau didengar Media Komunikasi tentang Pelestarian Kawasan TNBB Masyarakat Umum (N=419) Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74) Papan informasi di TNBB tentang fungsi TNBB 10.3% 9.0% Papan informasi di TNBB tentang larangan pengambilan kayu bakar di 27.2% dalam kawasan hutan TNBB 29.9% Stiker tentang penyelamatan hutan TNBB 15.3% 17.9% Poster tentang penyelamatan hutan TNBB 19.1% 14.9% Brosur tentang penyelamatan hutan TNBB 18.9% 11.9% 83

10 gantungan kunci jalak bali 13.4% 17.9% kaos tentang penyelamatan jalak bali 16.2% 17.9% buku tentang pengenalan TNBB 12.6% 20.9% bondres mengenai penyelamatan hutan TNBB 13.4% 7.5% pertemuan masyarakat mengenai fungsi hutan Bali Barat 15.0% 25.4% pertemuan kelompok tani mengenai fungsi hutan Bali Barat 16.0% 14.9% pertemuan pemimpin agama mengenai penyelamatan hutan Bali Barat 10.5% 16.4% Dari empat media komunikasi utama yang pernah dilihat atau didengar oleh masyarakat umum di 9 desa sasaran, media yang paling mempengaruhi keputusan adalah Pertemuan Masyarakat, yaitu 43.4% (N=182). Sedangkan Papan Informasi dan Buku Pengenalan tentang TNBB masing-masing 25.1% (N=105) dan 16.2% (N=68). Untuk Petani dan Pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama (N=74) media yang paling mempengaruhi keputusan adalah pertemuan masyarakat mengenai fungsi hutan Bali Barat sebesar 65.7% (N=50), Buku tentang pengenalan TNBB 16.4% (N=10), Pelatihan petani dan papan informasi masing-masing 9% (N=8). Tabel 15 Hasil Survei Pasca Media komunikasi tentang pelestarian kawasan TNBB yang paling mempengaruhi keputusan Media yang paling mempengaruhi keputusan Masyarakat Umum (N=419) Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74) pertemuan masyarakat 43.4% 65.7% Buku pengenalan TNBB 16.2% 16.4% papan informasi 25.1% 9.0% pelatihan petani 9.3% 9.0% Poster 6.4% 0.0% Brosur 2.4% 1.5% lokakarya tokoh agama 4.1% 3.0% program radio 2.1% 3.0% program sekolah 3.1% 3.0% pentas kesenian bondres 0.7% 0.0% lokakarya guru 0.5% 0.0% 84

11 Selama menjalankan program, kami juga menjalankan strategi Penyingkiran Halangan berupa pembuatan demplot kebun energi yang dilaksanakan di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya. Jumlah demplot di dua desa sasaran utama sebanyak 20 plot, masing-masing desa 10 plot dengan luas per plot 0.5 hektar. Media komunikasi yang digunakan untuk menyebarluaskannya beragam seperti yang terlihat pada tabel 5.6. Dari berbagai media yang digunakan untuk penjangkauan terkait demplot kebun energi, empat media komunikasi utama yang pernah dilihat atau didengar oleh masyarakat umum adalah Pertemuan kelompok tani yang membicarakan mengenai kebun energi (19.8%), Brosur tentang kebun energi (16.7%), Bondres mengenai pemanfaatan kebun untuk menanam kayu bakar (16%), dan Pertemuan masyarakat yang membahas kebun energi (14.8%). Sedangkan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama menyatakan melihat atau mendengar mengenai kebun energi dari media komunikasi berupa Pertemuan masyarakat yang membahas kebun energi (26.9%), Pertemuan kelompok tani yang membicarakan mengenai kebun energi (25.4%), Bacaan tentang cara mengembangkan kebun energi (20.9%), serta Brosur, Bondres dan Program sekolah tentang kebun pembibitan (masing-masing 14.9%). Tabel 16 Hasil Survei Pasca Media komunikasi mengenai kebun energi yang pernah dilihat atau didengar Media komunikasi mengenai kebun energi Masyarakat Umum (N=419) Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74) papan informasi di desa tentang kebun energi 9.3% 13.4% Papan informasi di TNBB tentang kebun energi 6.4% 1.5% Poster tentang kebun energi 13.8% 13.4% Brosur tentang kebun energi 16.7% 14.9% Stiker tentang ajakan pemanfaatan kebun untuk sumber kayu bakar 11.0% 10.4% Bacaan tentang cara mengembangkan kebun energi 10.7% 20.9% Pertemuan kelompok tani yang membicarakan mengenai kebun energi 19.8% 25.4% Program sekolah tentang kebun pembibitan 11.2% 14.9% Pertemuan masyarakat yang membahas kebun energi 14.8% 26.9% Bondres mengenai pemanfaatan kebun untuk menanam kayu bakar 16.0% 14.9% 85

12 Dari empat media komunikasi utama yang pernah dilihat atau didengar oleh masyarakat umum di 9 desa sasaran, media yang paling mempengaruhi keputusan adalah Pertemuan Masyarakat, yaitu 40.3%. Sedangkan Papan Informasi 27.7%, Pelatihan Petani 12.6% dan Brosur 11.9%. Untuk Petani dan Pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama media yang paling mempengaruhi keputusan adalah pertemuan masyarakat 53.7%, Brosur 13.4%, Poster 10.4%, serta Papan Informasi dan Pelatihan petani masing-masing 9.0%. Tabel 17 Hasil Survei Pasca Media komunikasi mengenai kebun energi yang paling mempengaruhi keputusan Media yang paling mempengaruhi keputusan Masyarakat Umum (N=419) Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74) Pertemuan masyarakat 40.3% 53.7% Poster 7.4% 10.4% program sekolah 3.1% 3.0% Brosur 11.9% 13.4% papan informasi 27.7% 9.0% program radio 2.4% 3.0% pelatihan petani 12.6% 9.0% lokakarya guru 1.0% 0.0% pengenalan TNBB 10.7% 11.9% lokakarya tokoh agama 2.4% 1.5% pentas kesenian bondres 3.3% 1.5% Media yang paling mempengaruhi keputusan mengenai kebun energi bagi masyarakat umum adalah Pertemuan masyarakat, papan informasi, pelatihan petani dan brosur. Sedangkan bagi petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama adalah Pertemuan masyarakat, brosur, pengenalan TNBB dan poster. 86

13 Hasil Social Marketing (K, A, IC) Kegiatan-kegiatan social marketing yang dilaksanakan selama menjalankan program kampanye pride di Bali Barat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal khalayak sasaran di 9 desa, khususnya 2 desa sasaran utama. Dalam melaksanakan kegiatan, manager kampanye bersama dengan tim kampanye dan lembaga mitra (Yayasan Seka) terlibat secara langsung bersama dengan stakeholder kunci yaitu Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB), Dinas Kehutanan, Sekolah, Pemerintah Desa, Desa Adat, Kelompok tani dan masyarakat petani dan pencari kayu bakar. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah Pertemuan masyarakat, Lokakarya pendidikan guru SD, Interpretasi Lingkungan, Pentas Kesenian Bondres, Lokakarya Tokoh Agama, Pembuatan dan penyebaran brosur, poster, stiker, pin, kaos, dan pembuatan kebun pembibitan sekolah. Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-Sasaran SMART Pengetahuan untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa sumberklampok dan Melaya Tabel 18 Perubahan dalam variabel-variabel pengetahuan antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Sasaran SMART Pada Juni 2010, pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB meningkat sebesar 20% dari 73% menjadi 93%. Pertanyaan (Jawaban) Q.72: Menurut Anda, apakah akibat dari pengambilan kayu bakar untuk hutan TNBB? (jawaban hanya 1) Respon: Udara semakin panas, tempat tinggal jalak bali tidak ada lagi, mempengaruhi ketersediaan air bersih, hutan gundul, hutan rusak, banjir, erosi, longsor Catatan: Sasaran SMART diambil dari jawaban yang benar Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X 2 ) Capaian Sasaran SMART 73% 80% +7 pp <50% 35% 87

14 Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang batas-batas kawasan TNBB yang benar meningkat sebesar 30% dari awalnya 11% menjadi 41%. Q.68-71: Sebutkan batas-batas kawasan TNBB? (jika tidak tahu, tuliskan "tidak tahu") Respon: (yang benar) Utara: Gilimanuk, Pulau Menjangan, laut. Selatan: Gunung, hutan Timur: Pejarakan, hutan Barat: Gilimanuk, laut 11% 28% +17 pp 95% 57% Catatan: Pertanyaan ini disajikan dalam bentuk pertanyaan terbuka untuk batas dari keempat arah mata angin. Perhitungan respon untuk capaian sasaran SMART ditentukan dari akumulasi jawaban yang benar kemudian dibagi 4 (sesuai dengan jumlah 4 arah mata angin yang telah ditentukan). Sumber: Data dalam Tabel 5.8 diambil dari wawancara-wawancara dengan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya (N = 52 dalam pra kampanye; 74 dalam pasca kampanye). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART. Capaian sasaran SMART untuk pengetahuan Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama hanya mengalami kenaikan sebesar 35% untuk pengetahuan tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB dan 57% mengenai batas-batas kawasan TNBB yang benar. Rendahnya capaian SMART ini diduga karena media kampanye yang digunakan belum begitu dipahami oleh khalayak sasaran. Sebagai contoh poster dan brosur yang didistribusikan meskipun telah sampai ke tangan khalayak dan telah didiskusikan pada berbagai kesempatan, baik melalui pertemuan masyarakat maupun pertemuan kelompok, namun masih sulit dipahami. Kesulitan terletak pada pemahaman bahasa yang digunakan dalam poster maupun brosur masih terlalu tinggi. 88

15 Dari hasil wawancara dengan beberapa khalayak yang dilakukan oleh tim kampanye pada saat monitoring di warung dan toko yang ditempeli poster dan brosur, didapatkan keterangan yang hampir seragam bahwa mereka tidak tertarik untuk membaca tulisan yang ada di brosur dan poster. Kalimatnya terlalu banyak, hurufnya kecil dan bahasanya terlalu tinggi. Mereka lebih tertarik melihat gambar yang ada di poster. Selain itu secara statistik, dapat dilihat juga bahwa variabel independen dalam hal pekerjaan sebagai petani dan pencari kayu bakar tidak signifikan berbeda antara pra dan pasca kampanye (Chi Square under 90%). Oleh karena itu bisa jadi salah satu penyumbang sebab tidak tercapai hasil adalah set data ini. Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-Sasaran SMART Sikap dan Komunikasi Interpersonal untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa sumberklampok dan Melaya Tabel 19 Perubahan dalam variabel-variabel Sikap dan Komunikasi Interpersonal antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Sasaran SMART Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan meningkat sebesar 20% dari 56% menjadi 76% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyetujui bahwa TNBB perlu menegakkan aturan pengambilan kayu bakar meningkat 15% dari 56% menjadi 71%. Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran Pertanyaan (Jawaban) Q.75: Pengambilan kayu bakar secara terus menerus di hutan TNBB tidak mengakibatkan kerusakan hutan Respon: Sangat tidak setuju, Tidak setuju Q.79: TNBB perlu menegakkan aturan tentang larangan pengambilan kayu bakar Respon: Sangat setuju, setuju Q.86: Masyarakat berhenti mengambil kayu bakar dari Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X 2 ) Capaian Sasaran SMART 56% 64% +8 pp 90% 40% 56% 73% +17pp 90% 113% 8% 4% -4 pp <50% -27% 89

16 (Sumberklampok dan Melaya) yang mudah untuk berhenti mengambil kayu bakar dari TNBB meningkat menjadi 23% dari semula hanya 8% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar meningkat sebesar 20% dari 62% menjadi 82% Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB, meningkat 20% dari 10% menjadi 30% hutan TNBB Respon: Mudah Q.80: Kita perlu memikirkan alternatif sumber kayu bakar masyarakat Respon: Sangat setuju, setuju Q.89: Dalam 3 bulan terakhir, kepada siapa Anda membicarakan tentang fungsi Taman Nasional Bali Barat? (jawaban boleh lebih dari 1) Respon: Keluarga 62% 85% +23 pp <50% 115% 10% 15% +5 pp <50% 25% Sumber: Data dalam Tabel 5.8 diambil dari wawancara-wawancara dengan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya (N = 52 dalam pra kampanye; 74 dalam pasca kampanye). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART. Dari ke-5 sasaran SMART, terdapat 3 sasaran yang masih belum mencapai target awal yang ditetapkan, yaitu: 1. Sikap setuju bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan hanya tercapai 40% 2. Khalayak sasaran utama masih sulit untuk berhenti mengambil kayu bakar dari TNBB, capaian perubahannya -27% (Chi Square <50%) 3. Komunikasi interpersonal didalam keluarga mengenai fungsi penting TNBB hanya tercapai 25% (Chi Square <50%) Masih belum tercapainya target sasaran SMART dari yang telah ditetapkan di awal diduga disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1. Masih tingginya anggapan di kalangan petani dan pencari kayu bakar bahwa hutan merupakan milik bersama dan boleh dimanfaatkan oleh siapapun termasuk oleh mereka. Selain itu anggapan tentang hutan yang tidak bisa habis meskipun ditebang setiap hari menjadikan sikap dari petani dan pencari kayu bakarterhadap kerusakan hutan masih rendah. 90

17 2. Masih sulitnya petani dan pencari kayu bakar untuk berhenti mengambil kayu bakar dari hutan TNBB disebabkan oleh kebiasaan yang telah berjalan puluhan tahun dalam memanfaatkan hutan sebagai sumber kayu bakar. Mereka terbiasa mengambil tanpa menanam, tidak dibutuhkan usaha keras untuk menanam dan merawat, cukup mengambil saja dari hutan. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan salah satu tokoh masyarakat di desa Sumberklampok, Moh. Jatim yang diwawancarai pada saat dilakukan monitoring. Belianu mengatakan: Pekerjaan mengambil kayu bakar dari hutan pada awalnya adalah terpaksa. Namun seiring dengan berjalannya waktu mereka menjadi terbiasa. Karena semakin besar permintaan kayu bakar, tidak saja untuk kebutuhan sendiri, tetapi dijual kepada orang lain, maka lama kelamaan mereka menjadi keenakan. Dan pada akhirnya menjadi semacam candu yang sulit untuk dihilangkan. Selain itu, demplot kebun energi yang dibuat belum menghasilkan kayu bakar secara maksimal. Penyebabnya adalah faktor musim yang membuat jadwal penanaman di demplot kebun energi mengalami kemunduran. Semula direncanakan pada Minggu IV Oktober 2009, baru terlaksana pada Minggu I Januari Komunikasi interpersonal didalam keluarga dalam membicarakan tentang fungsi hutan TNBB belum begitu menggembirakan. Meskipun terjadi kenaikan tetapi tidak sesuai dengan target. Penyebabnya adalah tidak ada atau kurangnya waktu luang untuk berkumpul dan berbincang-bincang diantara anggota keluarga. Dari observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata keluarga petani dan pencari kayu bakar jarang melakukan komunikasi interpersonal dengan anggota keluarga karena selama seharian mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dari pagi sampai sore, petani dan pencari kayu bakar (laki-laki kepala rumah tangga) sibuk dengan pekerjaan mencari kayu bakar, sehingga ketika malam lebih banyak digunakan untuk istirahat/tidur daripada berbincang-bincang dengan keluarga. Perbincangan hanya dilakukan jika ada persoalan yang dianggap penting, seperti persoalan keuangan dan kebutuhan anak (pendidikan, kesehatan). Sementara itu dalam kampanye yang dilakukan belum ada kegiatan pemasaran yang dibangun secara terstruktur untuk mendorong munculnya komunikasi interpersonal didalam keluarga, padahal dari hasil survey pra kampanye keluarga merupakan sumber informasi yang dipercaya (56,6%) dan sangat dipercaya (29,4%). Demikian juga dengan hasil survey pasca kampanye terjadi peningkatan kepercayaan kepada keluarga sebagai sumber informasi yaitu menjadi 69,9% dipercaya dan sangat dipercaya 24,6%. Dengan melihat hasil tersebut, untuk tindak lanjut program kedepan perlu dibuat kegiatan pemasaran terstruktur untuk membangun komunikasi keluarga. Namun demikian, harapan perubahan yang positif juga terlihat. Dari 5 sasaran SMART yang ditetapkan di awal untuk mengukur perubahan sikap dan komunikasi interpersonal, 2 sasaran SMART terpenuhi melampaui target, yaitu: 1. Perlunya TNBB menetapkan aturan mengenai larangan pengambilan kayu bakar dengan capaian perubahan sebesar 113% 2. Terbangunnya dukungan untuk memulai memikirkan alternatif sumber bahan bakar selain kayu bakar dengan capaian 115%. 91

18 Kedua dukungan konstituen ini memperlihatkan bahwa mulai muncul posisi sikap kelompok khalayak untuk mendapatkan sumber-sumber pengganti kayu bakar serta melihat bahwa hutan TNBB selayaknya bukan sumber kayu bakar seperti yang selama ini terjadi. Penting bagi lembaga untuk menindaklanjuti perubahan sikap ini, untuk mendapatkan perubahan perilaku yang bersifat lebih jangka panjang. Munculnya perubahan tersebut kemungkinan berasal dari hasil kunjungan kerja kelompok tani Desa Sumberklampok dan Melaya ke Kelompok Tani Desa Sumberkima yang difasilitasi oleh Manajer Kampanye. Kunjungan kerja tersebut dalam rangka untuk berbagi pengalaman tentang pengembangan sumber energi alternatif pengganti kayu bakar yang berasal dari kotoran ternak, yaitu biogas dan telah terbukti mampu menggantikan kayu bakar. Sebagai catatan bahwa kelompok tani Desa Sumberkima merupakan kelompok dampingan dari Yayasan Seka yang sudah berjalan selama 3 tahun. Hasil Penyingkiran Halangan (BR) Sasaran SMART Pengetahuan untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa Sumberklampok dan Melaya Tabel 20 Perubahan dalam variabel-variabel pengetahuan antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Sasaran SMART Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi meningkat sebesar 30% dari 17% menjadi 47%. Pertanyaan (Jawaban) Q.74: Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kebun energi? Respon: Kebun yang ditanami tanaman penghasil kayu bakar, tanaman pakan ternak, dengan hasil utama tanaman kayu bakar Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X 2 ) Capaian Sasaran SMART 17% 30% +13 pp 75% 43% Dari sasaran SMART yang telah ditetapkan di awal mengenai pengetahuan tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi, hanya tercapai sebesar 43%. Masih belum tercapainya target sasaran SMART ini diduga disebabkan oleh Proses penjangkauan yang dilakukan khususnya di Desa Melaya mengalami hambatan terkait dengan kurang harmonisnya hubungan antara masyarakat dengan TNBB yang berdampak pada keberadaan Manajer Kampanye 92

19 di lokasi. Hal itu terjadi terkait dengan aturan pengambilan kayu bakar yang diperketat sehingga membuat masyarakat ketakutan dan curiga dengan kehadiran Manajer kampanye di Desa Melaya. Strategi yang dilaksanakan adalah melalui pendekatan kepada tokoh masyarakat dan tokoh adat untuk bisa masuk ke komunitas petani dan pencari kayu bakar. Pada akhirnya proses pendekatan berhasil dilakukan, namun dalam menyampaikan pesan kampanye terkait dengan kayu bakar tidak bisa dilakukan seperti di desa lainnya yaitu dengan mendistribusikan (membagikan dan menempel) poster, brosur dan buklet kebun energi, melainkan melalui dunia seni Bondres. Sasaran SMART Sikap dan Komunikasi Interpersonal untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa Sumberklampok dan Melaya Tabel 21 Perubahan dalam variabel-variabel Sikap dan Komunikasi Interpersonal antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Sasaran SMART Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyatakan mudah untuk memanfaatkan pekarangan untuk ditanami tanaman kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pangan meningkat 20% dari 36% menjadi 56% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyatakan bisa untuk mengajak tetangga untuk menanami tanaman kayu bakar, meningkat menjadi 42% dari semula 27% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran Pertanyaan (Jawaban) Q.85: Memanfaatkan pekarangan untuk ditanami tanaman kayu bakar, tanaman pakan dan tanaman pangan Respon: Mudah Q.88: Mengajak tetangga untuk tidak lagi mencari kayu bakar di TNBB Respon: Mudah Q.80: Kita perlu memikirkan alternatif sumber kayu Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X 2 ) Capaian Sasaran SMART 36% 32% -4 pp <50% -20% 27% 43% +16 pp 99% 107% 62% 85% +23 pp <50% 115% 93

20 (Sumberklampok dan Melaya) yang mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar meningkat sebesar 20% dari 62% menjadi 82% Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di di 9 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar meningkat 25% dari 21% menjadi 46% bakar masyarakat Respon: Sangat setuju, setuju Q.97: Dalam 3 bulan ini, kepada siapa anda berbicara tentang pemanfaatan pekarangan? (jawaban boleh lebih dari 1) Respon: Keluarga 21% 22% +1 pp 50% 4% Dari ke-5 sasaran SMART, terdapat 2 sasaran yang masih belum mencapai target awal yang ditetapkan, yaitu: 1. Sikap menyatakan mudah untuk memanfaatkan pekarangan untuk ditanami tanaman kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pangan hanya tercapai -20% 2. Khalayak sasaran utama mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar hanya tercapai 4% Masih belum tercapainya target sasaran SMART dari yang telah ditetapkan di awal diduga disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: Komunikasi interpersonal didalam keluarga dalam membicarakan tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar belum begitu menggembirakan. Meskipun terjadi kenaikan tetapi tidak sesuai dengan target. Penyebabnya adalah tidak ada atau kurangnya waktu luang untuk berkumpul dan berbincang-bincang diantara anggota keluarga. Dari observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata keluarga petani dan pencari kayu bakar jarang melakukan komunikasi interpersonal dengan anggota keluarga karena selama seharian mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dari pagi sampai sore, petani dan pencari kayu bakar (laki-laki kepala rumah tangga) sibuk dengan pekerjaan mencari kayu bakar, sehingga ketika malam lebih banyak digunakan untuk istirahat/tidur daripada berbincang-bincang dengan keluarga. Perbincangan hanya dilakukan jika ada persoalan yang dianggap penting, seperti persoalan keuangan dan kebutuhan anak (pendidikan, kesehatan). Peningkatan Komunikasi interpersonal justru terjadi pada tetangga dan kelompok tani dalam membicarakan tentang pemanfaatan kebun terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar. Terjadi peningkatan 5,7% untuk pembicaraan di kelompok tani dan sebesar 4.5% untuk pembicaraan dengan tetangga. Hal ini dibuktikan pada saat monitoring kebun energi, bahwa adopsi kebun energi terjadi karena adanya komunikasi interpersonal dengan tetangga dan melalui pertemuan kelompok tani. 94

21 Hasil Perubahan Perilaku (BC) Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-Sasaran SMART Perilaku untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa sumberklampok dan Melaya Tabel 22 Perubahan dalam variabel-variabel Perilaku antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Sasaran SMART Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) telah membuat kebun energi di kebun mereka meningkat dari semula 0% menjadi 25% Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) telah mulai mengambil kayu bakar dari kebun energi mereka meningkat dari semula 0% menjadi 25% Pertanyaan (Jawaban) Q.66: Dalam 3 bulan terakhir, saya telah membuat kebun energi tetapi masih mencari kayu bakar dari TNBB Q.65: Selama 3 bulan terakhir, saya telah beberapa kali mencari kayu di luar hutan TNBB, tetapi tidak setiap hari Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X 2 ) Capaian Sasaran SMART 0% 5% +5 pp 75% 20% 0% 10% +10 pp 75% 40% Sumber: Data dalam Tabel 22 diambil dari wawancara-wawancara dengan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya (N = 52 dalam pra kampanye; 74 dalam pasca kampanye). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART. Capaian Perubahan Perilaku (BC) Dari 2 sasaran SMART, capaian perubahan perilaku dari petani dan pencari kayu bakar yang telah membuat kebun energi sebesar 20% sedangkan yang telah mulai mengambil kayu bakar dari kebun energi mengalami peningkatan sebesar 40%. Kedua capaian ini masih dibawah target yang telah ditentukan di awal. Namun demikian dari hasil pemantauan di lapangan didapatkan data pertambahan jumlah petani dan pencari kayu bakar yang telah membuat kebun energi, yaitu dari yang semula ditargetkan 40 orang (mengelola 40 demplot) menjadi 62 orang (mengelola 57 demplot). Perbedaan hasil antara survey pasca dengan hasil pemantauan secara langsung ke lokasi demplot adalah tidak semua 95

22 responden yang membuat demplot kebun energi diwawancarai. Hal ini dikarenakan metode survey yang digunakan adalah metode random/acak, sehingga peluang pengelola demplot kebun energi untuk diwawancarai sama besar dengan masyarakat umum. Hasil lainnya hingga Maret 2010, beberapa hasil yang telah dicapai antara lain: 1. Sikap Pihak TNBB mulai melunak Dari hasil pendekatan yang dilakukan dengan Kepala Seksi Wilayah I Jembrana TNBB, yaitu Catur Marbawa, khususnya mengenai strategi pendekatan kepada masyarakat di Desa Melaya (termasuk Dusun Klatakan), beliau setuju dengan cara-cara yang akan diterapkan oleh Yayasan Seka, misalnya dengan menyebarkan brosur, poster dan buklet melalui pertemuan kelompok secara rutin serta membuat demplot kebun energi. Pendekatan yang dilakukan terhadap Kepala Seksi adalah menjelaskan tentang strategi BR, yaitu membuat demplot kebun energi untuk mengurangi tekanan pengambilan kayu bakar di dalam kawasan hutan TNBB. Strategi tersebut berhasil mempengaruhi sikap Kepala Seksi yang selama ini sangat keras. 2. Munculnya kelompok baru pemanfaat kayu bakar Selain pendekatan dengan TNBB, tim Kerja Kampanye juga secara intensif melakukan pengembangan informasi terhadap kelompokkelompok yang memanfaatkan kayu bakar. Ada 2 kelompok tani yang telah diidentifikasi, yaitu (1) Kelompok Tani Sumber Sri Rejeki yang beranggotakan 15 orang laki-laki, dan (2) Kelompok Wanita Tani Sekaha Demen Sekar Sari beranggotakan 20 orang perempuan. Kedua kelompok ini domisilinya di Dusun Pangkung Tanah Kauh, Desa Melaya. Aktivitas sehari-harinya adalah mengolah gula merah dan gula semut dari pohon kelapa. Dalam Pproses pembuatan gula, semua anggota (100%) menggunakan kayu bakar yang diperoleh dari dalam kawasan TNBB. Pertemuan dengan Yayasan Seka telah dilakukan sebanyak 2 kali yang menghasilkan kesepakatan untuk melakukan ujicoba pembuatan demplot kebun energi. Selanjutnya, kegiatan perubahan perilaku yang terjadi terkait dengan penyingkiran halangan adalah replikasi kebun energi yang dilakukan oleh petani dan pencari kayu bakar di Desa Sumberklampok dan Sumberkima. Dari 20 demplot kebun energi yang telah dibuat, kini telah bertambah menjadi 57 kebun energi. Terjadi pertambahan jumlah kebun energi sebanyak 37, dimana 14 kebun energi di Desa Sumberklampok dan 23 kebun energi di Desa Sumberkima. Foto 8 Demplot kebun energi sistem lorong milik Bapak Saleh di Desa Sumberklampok Terjadinya adopsi kebun energi ini tidak terlepas dari peran para pengelola demplot yang secara aktif menginformasikan kepada teman dan tetangga (komunikasi interpersonal) tentang manfaat kebun energi. Awalnya tidak ada yang percaya, tetapi ketika kebun energi mulai menghasilkan dan terbukti, maka mulai terjadi adopsi. Para pengelola demplot di Desa Sumberklampok telah berperan dalam pengembangan kebun energi tanpa campur tangan dari manager kampanye. Sedangkan pengembangan kebun 96

G. RENCANA TINDAK LANJUT

G. RENCANA TINDAK LANJUT G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk membangun,

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI Istiyarto Ismu Manager Kampanye Bali Barat Pengantar Strategi penyingkir halangan yang diterapkan oleh Yayasan Seka dalam rangka penyelamatan habitat Jalak Bali (Leucopsar

Lebih terperinci

D. KEGIATAN-KEGIATAN KAMPANYE

D. KEGIATAN-KEGIATAN KAMPANYE D. KEGIATAN-KEGIATAN KAMPANYE Pembuatan pesan kampanye tidak hanya terkait dengan Teori Perubahan, tapi juga berbagai sasaran SMART yang telah ditetapkan dalam rencana proyek awal, dan dalam kerangka waktu

Lebih terperinci

BAB V E. HASIL KAMPANYE

BAB V E. HASIL KAMPANYE BAB V E. HASIL KAMPANYE Metode Survei Pra dan Pasca Sebuah survei pra-kampanye dilakukan pada bulan April 2009 lalu untuk menetapkan dasar bagi sasaran-sasaran SMART kampanye Pride yang terkait dengan

Lebih terperinci

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi

Lebih terperinci

F. ANALISA KRITIKAL. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek

F. ANALISA KRITIKAL. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek F. ANALISA KRITIKAL Analisa Kritikal memberikan kesempatan untuk melihat hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan kampanye dan di bagian mana perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

Kebun Energi sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar dan lumbung pangan dalam penyelamatan hutan di Bali Barat

Kebun Energi sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar dan lumbung pangan dalam penyelamatan hutan di Bali Barat Kebun Energi sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar dan lumbung pangan dalam penyelamatan hutan di Bali Barat Wisma Cinta Alam, Balai Taman Nasional Bali Barat, Gilimanuk Sabtu, 17 Oktober 2009 Yayasan

Lebih terperinci

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan G. Tindak Lanjut Pendahuluan Program Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon telah menunjukkan hasil yang positif, dalam mencapai perubahan perilaku maupun dampak konservasi, sebagai contoh terdapat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh

Lebih terperinci

E. Hasil Kampanye. Strategi dalam mengukur capaian hasil Kampanye Pride, memiliki beberapa tujuan utama, yaitu :

E. Hasil Kampanye. Strategi dalam mengukur capaian hasil Kampanye Pride, memiliki beberapa tujuan utama, yaitu : E. Hasil Kampanye Hasil Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon diukur dengan berbagai metode, yaitu dengan melakukan survey kuantitatif pra dan paska Kampanye Pride melalui wawancara khalayak dengan

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KAMPANYE KEPEMIMPINAN PRIDE BALI BARAT. Istiyarto Ismu, Manajer Kampanye Bali Barat Yayasan Seka Agustus 2010

LAPORAN AKHIR PROGRAM KAMPANYE KEPEMIMPINAN PRIDE BALI BARAT. Istiyarto Ismu, Manajer Kampanye Bali Barat Yayasan Seka Agustus 2010 LAPORAN AKHIR PROGRAM KAMPANYE KEPEMIMPINAN PRIDE BALI BARAT Istiyarto Ismu, Manajer Kampanye Bali Barat Yayasan Seka Agustus 2010 PENDAHULUAN oleh Istiyarto Ismu Selama dua tahun terakhir, saya telah

Lebih terperinci

BAB VI F. ANALISA KRITIS

BAB VI F. ANALISA KRITIS BAB VI F. ANALISA KRITIS Bab Analisa Kritis ini akan mengulas hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan serta dibagian mana perbaikan-perbaikan dapat dilakukan.

Lebih terperinci

Perencanaan dan Pemilihan Media Periklanan

Perencanaan dan Pemilihan Media Periklanan Perencanaan dan Pemilihan Media Periklanan Perencanaan media merupakan proses pengarahan pesan periklanan kepada khalayak sasaran pada waktu dan tempat yang tepat serta menggunakan saluran yang tepat.

Lebih terperinci

STRATEGI TINDAK LANJUT

STRATEGI TINDAK LANJUT VII. STRATEGI TINDAK LANJUT Pendahuluan Kampanye tahap pertama yang dilakukan di Kompleks hutan rawa gambut Sungai Putri baru saja berakhir Juli 2010 lalu. Beberapa capaian yang dicatat dari kampaye tersebut:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Data Balai Pemantapan Kawasan Hutan Jawa-Madura tahun 2004 menunjukkan bahwa kawasan hutan Jawa seluas 3.289.131 hektar, berada dalam kondisi rusak. Lahan kritis di dalam

Lebih terperinci

V. Hasil Kampanye. Tabel 12. Jumlah Kepala Keluarga di Desa Target

V. Hasil Kampanye. Tabel 12. Jumlah Kepala Keluarga di Desa Target V. Hasil Kampanye Metode Survei Pra dan Paska Kampanye Yayasan Titian melakukan 2 (dua) kali survei kuantitatif menggunakan kuesioner di 5 desa (4 target dan 1 pembanding) di sekitar hutan rawa gambut

Lebih terperinci

5. HASIL KAMPANYE. Strategi pemantauan Rencana Proyek memiliki 5 tujuan utama, yaitu:

5. HASIL KAMPANYE. Strategi pemantauan Rencana Proyek memiliki 5 tujuan utama, yaitu: 5. HASIL KAMPANYE Strategi pemantauan Rencana Proyek memiliki 5 tujuan utama, yaitu: Mengukur paparan terhadap kegiatan-kegiatan kampanye Pride di kalangan segmen khalayak sasaran utama kampanye, yaitu:

Lebih terperinci

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan Merupakan sesuatu yang kritis untuk memiliki ide yang jelas bagaimana kampanye Pride kita akan menciptakan yang bertahan lama untuk konservasi keanekaragaman hayati. Salah satu cara untuk melakukan hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai desain media komunikasi untuk pendidikan konservasi berdasarkan preferensi masyarakat dan efeknya terhadap perubahan pengetahuan,

Lebih terperinci

CHECKLIST PENGAWASAN KAMPANYE PEMILU KADA JAWABAN

CHECKLIST PENGAWASAN KAMPANYE PEMILU KADA JAWABAN Lampiran PERATURAN BAWASLU REPUBLIK INDONESIA Nomor : 23 Tahun 2009 Tanggal : 4 Desember 2009 CHECKLIST PENGAWASAN KAMPANYE PEMILU KADA I. Pemilu Kada Provinsi NO. PERTANYAAN JAWABAN YA TDK RUJUKAN UU

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

1II PROFIL RESPONDEN...

1II PROFIL RESPONDEN... Daftar Isi Daftar Isi... 2 Bagian 1 PENDAHULUAN... 3 Latar Belakang... 3 Tujuan Survei... 4 Lokasi Survei... 4 Bagian 1I MODEL SURVEY... 5 Sumber Data... 5 Sempel Responden... 5 Waktu Pengumpulan Data...

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI ASPEK BIOFISIK HUTAN KOTA LANSKAP PERKOTAAN

HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI ASPEK BIOFISIK HUTAN KOTA LANSKAP PERKOTAAN HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI ASPEK BIOFISIK HUTAN KOTA LANSKAP PERKOTAAN KAJIAN PERAN FAKTOR DEMOGRAFI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA Kajian Peran Faktor Demografi dalam Hubungannya Dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah merupakan wilayah, pengembangan kakao yang cukup potensial. Komoditi ini merupakan sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 31 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penentuan Lokasi Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) difokuskan pada kawasan yang berada di hulu sungai dan

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM

BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM BAB VI PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN TERHADAP PHBM 6.1 Kelemahan Sumber Daya Manusia Dari hasil survei dapat digambarkan karakteristik responden sebagai berikut : anggota kelompok tani hutan (KTH)

Lebih terperinci

Alang-alang dan Manusia

Alang-alang dan Manusia Alang-alang dan Manusia Bab 1 Alang-alang dan Manusia 1.1 Mengapa padang alang-alang perlu direhabilitasi? Alasan yang paling bisa diterima untuk merehabilitasi padang alang-alang adalah agar lahan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa ini perkembangan teknologi komunikasi telah berkembang sehingga membuat sebuah informasi bertumbuh pesat, hal ini membuat kebutuhan setiap individu terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini memakai metode survei, yaitu dengan cara menyebarkan pertanyaan tertulis

Lebih terperinci

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perilaku yang berbeda. Informasi yang disajikan memberi peluang bagi produsen V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Keripik Buah Segmentasi pasar adalah pembagian suatu pasar menjadi kelompokkelompok pembeli yang berbeda sesuai dengan kebutuhan karakteristik

Lebih terperinci

TOR RISET KUANTITATIF IDENTIFIKASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA PRIDE CAMPAIGN TNUK BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

TOR RISET KUANTITATIF IDENTIFIKASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA PRIDE CAMPAIGN TNUK BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON TOR RISET KUANTITATIF IDENTIFIKASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA PRIDE CAMPAIGN TNUK BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Jl. Perintis Kemerdekaan No. 51 Labuan Pandeglang Banten 42264 1 I. PENDAHULUAN 1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 3 Tahun 2004 tentang Tata Ruang Wilayah Berau tahun 2001 2011 tanggal 29 Mei 2004, telah menetapkan secara khusus kawasan alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten terbesar di Jawa Barat dengan luas wilayah sebesar 306.519 Ha. Letaknya sangat strategis dan berbatasan dengan kota dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan PENGANTAR Latar Belakang Pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

MATRIK PEMANGKU KEPENTINGAN

MATRIK PEMANGKU KEPENTINGAN MATRIK PEMANGKU KEPENTINGAN # Peserta/ Pemangku kean Nama, posisi, dan rincian kontak peserta Isu-isu Kunci Sumbangan Potensial Motivasi untuk Hadir Konsekuensi Tidak Mengundang 1 10 Kepala Desa Kamirudin,

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak. Media televisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak. Media televisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia. Informasi merupakan kebutuhan pokok bagi manusia karena informasi dapat dijadikan sebagai petunjuk kemajuan

Lebih terperinci

kelimpahan air dalam jangka pendek. Tetapi jika hal tersebut tidak dilakukan maka sumber air yang ada saat ini tidak mampu mendukung kehidupan

kelimpahan air dalam jangka pendek. Tetapi jika hal tersebut tidak dilakukan maka sumber air yang ada saat ini tidak mampu mendukung kehidupan VI. PEMBAHASAN Hasil kegiatan kampanye Pride di Kawasan Potorono-Gunung Sumbing merupakan rangkaian kegiatan mulai perencanaan dengan mengetahui masalah, mencari solusi, memetakan kekuatan dan kekurangan

Lebih terperinci

Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN

Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN GUGUS TUGAS PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN PEMBERITAAN, PENYIARAN, DAN IKLAN KAMPANYE PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA DAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN MEDIA WARGA

PENGELOLAAN MEDIA WARGA PENGELOLAAN MEDIA WARGA WARGA / Komunitas Pengelolaan dapat juga diartikan sebagai pengaturan. Bagaimana mengatur media? Susahkan mengatur media? Atau bagaimana membuat media yang bagus? Marilah kita bahas

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR: 10/Kpts/KPU-Prov-010/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang melahirkan konsekueansi logis bagi dunia penyiaran radio, maka dengan perkembangan daya pikir seorang manusia

Lebih terperinci

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000 LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000 KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES ANALISIS MENGENAI DAMPAK

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR 6.1 Karakteristik Pengunjung Karakteristik pengunjung dalam penelitian ini dilihat dari jenis kelamin, lokasi dan tempat tinggal, status

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin - Tempat tinggal -

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Tabel 1. Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Jenis kelamin  - Tempat tinggal  - HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa SMA Negeri 5 Bogor Karakteristik siswa adalah ciri-ciri yang melekat pada diri siswa, yang terdiri dari jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan orang tua, pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas penayangan iklan melalui media televisi di Indonesia dalam perkembangannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan semakin sering munculnya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Penyajian Data Penelitian 4.1.1. Pemilihan Responden Pada bab yang ke empat dari skripsi yang di buat oleh penulis, penulis melakukan wawancara mendalam (deep interview) dengan

Lebih terperinci

Kampaye Pride KKLD Ayau-Asia

Kampaye Pride KKLD Ayau-Asia Kampaye Pride KKLD Ayau-Asia CR Conservation Result TR Threat Reduction BC Behavior Change BR Barrier Removal IC Interpersonal Communication A Attitude K Knowledge Di akhir masa kampanye Maret 2012, tutupan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan.

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan. 23 METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktorial 2x2 dengan pre test dan post test. Disain penelitian ini melibatkan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa contoh penyumbang terbesar pemanasan global saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa contoh penyumbang terbesar pemanasan global saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi ialah tempat tinggal kita bersama yang perlu dijaga dan dilindungi kelestarian lingkungannya. Dari tahun ke tahun bumi kita semakin bertambah panas akibat ulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA 4.1. Rencana Implementasi Implementasi solusi bisnis berikut yang telah diperoleh dari solusi bisnis, akan diterapkan untuk wilayah Bandung, Bekasi

Lebih terperinci

Komisi Pemilihan Umum Jl. Iman Bonjol No. 29 Jakarta Pusat Telepon : ( ) Fax:

Komisi Pemilihan Umum Jl. Iman Bonjol No. 29 Jakarta Pusat Telepon : ( ) Fax: Komisi Pemilihan Umum Jl. Iman Bonjol No. 29 Jakarta Pusat Telepon : (021-31937223) Fax: 3157759- Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2015 tentang Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan tentang Strategi Promosi Dinas Pariwisata Dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan tentang Strategi Promosi Dinas Pariwisata Dan 83 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menguraikan dan menganalisis data dari hasil penelitian yang dilakukan tentang Strategi Promosi Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Jawa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TENTANG KETERLIBATAN MASYARAKAT DAN KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PROSES ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk menghentikan kawasan hutan dan memelihara area hutan Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah SPTN VI Besita

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Televisi menampilkan gambar yang menarik dan menghibur, gambar televisi terkadang

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG PEDOMAN SIARAN KAMPANYE DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DI LEMBAGA PENYIARAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA,

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Gandus terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Gandus merupakan salah satu kawasan agropolitan di mana

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN BIOENERGI UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN

MEMANFAATKAN BIOENERGI UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN MEMANFAATKAN BIOENERGI UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN MEMANFAATKAN BIOENERGI UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN Kata Pengantar Dunia saat ini sedang mengalami transisi dalam penggunaan energi, dari energi fosil ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan 1.2 Lokasi Kegiatan 1.3 Bidang Kegiatan 1.4 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan 1.2 Lokasi Kegiatan 1.3 Bidang Kegiatan 1.4 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Kegiatan Pengembangan Taraf Hidup dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendidikan, Kesehatan, dan Peningkatan Produktivitas di Desa Pemuteran. 1.2 Lokasi Kegiatan Kuliah Kerja

Lebih terperinci

G. RENCANA TINDAK LANJUT

G. RENCANA TINDAK LANJUT BAB VII G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung oleh ketersediaan sumber

Lebih terperinci

: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010

: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010 Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre 2010 LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010 Program Coordinator : Pride Campaign Manager

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Segmentation, Targetting, dan Positioning Segmentation Segmentasi geografi Pelanggan yang berasal di daerah Bandung dan sekitarnya Segmentasi Demografi: Untuk segmentasi

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, Keputusan Kepala Bapedal No. 08 Tahun 2000 Tentang : Keterlibatan Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

Lebih terperinci

Oleh: Elfrida Situmorang

Oleh: Elfrida Situmorang 23 Oleh: Elfrida Situmorang ELSPPAT memulai pendampingan kelompok perempuan pedesaan dengan pendekatan mikro kredit untuk pengembangan usaha keluarga. Upaya ini dimulai sejak tahun 1999 dari dua kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana-sarana tertentu guna untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Umum Responden Jumlah responden yang diambil pada penelitian ini adalah 60 orang, sesuai dengan standar minimum kuesioner dengan 12 pertanyaan, sehingga

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT BERMUKIM DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) RAWA KUCING

IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT BERMUKIM DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) RAWA KUCING LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT BERMUKIM DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) RAWA KUCING Kuesioner ini semata-mata digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementrian Pertanian (2013) menyebutkan bahwa pada tahun 2014 pertanian di Indonesia dihadapkan pada tantangan berat. Tantangan berat yang dihadapi menyangkut beberapa

Lebih terperinci

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota Bukittinggi, Maret 2016 BIDANG PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterdedahan Berita Kriminal di Televisi Keterdedahan berita kriminal di televisi merupakan beragam penerimaan khalayak remaja terhadap siaran berita kriminal di televisi, meliputi

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPALA DESA KALIGONDO KECAMATAN GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA KALIGONDO NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA KALIGONDO KECAMATAN GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA KALIGONDO NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN KEPALA DESA KALIGONDO KECAMATAN GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA KALIGONDO NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DESA KALIGONDO NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI 50 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI 6.1 Hubungan antara Karakteristik Anggota Komunitas dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang disajikan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan mengenai bagaimana praktik promosi produk wisata XT Square

Lebih terperinci

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK SEWA JASA PENYIARAN TV DENGAN TV KABEL DI DESA SEDAYULAWAS KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK SEWA JASA PENYIARAN TV DENGAN TV KABEL DI DESA SEDAYULAWAS KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK SEWA JASA PENYIARAN TV DENGAN TV KABEL DI DESA SEDAYULAWAS KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Tentang Daerah Penelitian 1. Data wilayah a. Luas wilayah Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masih berada dalam kandungan. Pada UU RI no.23 Tahun 2002 Bab III

BAB I PENDAHULUAN. yang masih berada dalam kandungan. Pada UU RI no.23 Tahun 2002 Bab III BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa bagi sebuah keluarga. Anak juga merupakan generasi masa depan bagi suatu bangsa, karena kelak anak akan menjadi dewasa

Lebih terperinci

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII

AgroinovasI. Badan Litbang Pertanian. Edisi Desember 2011 No.3436 Tahun XLII Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Meningkatkan Potensi Pertanian Bali dan Kesejahteraan Para Abdi Bumi Melalui Dusun Subak Berbasis Social-Industry of Agriculture Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan mengenai analisis karakteristik profil pemirsa JTV melalui segmentasi, preferensi dan penentuan posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Makassar adalah ibu kota Sulawesi Selatan yang sebelumnya Kota Makassar bernama Ujung Pandang. Kota Makassar dikenal dengan Kota Daeng dan Anging Mamiri

Lebih terperinci

BAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA

BAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA BAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA 5.1 Pengorganisasian Kegiatan Produksi Kelembagaan Kelompok Tani Peran produksi kelembagaan Kelompok Tani yang dikaji dalam penelitian ini ialah

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN POHON DI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN POHON DI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN POHON DI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA,

Lebih terperinci

METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN. Pusat Pengembangan Penyuluhan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan

METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN. Pusat Pengembangan Penyuluhan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN 3 Pusat Pengembangan Penyuluhan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan METODA PENYULUHAN METODE PENYULUHAN cara yang digunakan untuk mendekatkan penyuluh dengan sasaran

Lebih terperinci

Jurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI

Jurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI 1) Oleh : Evi Sribudiani 1), dan Yuliarsa 2) Dosen Jurusan Kehutanan Universitas Riau (Email : sribudiani_unri@yahoo.co.id)

Lebih terperinci