G. RENCANA TINDAK LANJUT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "G. RENCANA TINDAK LANJUT"

Transkripsi

1 BAB VII G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk membangun, dan / atau mempertahankan momentum tahap awal kampanye. Strategi ini mesti mencakup ringkasan sumber-sumber daya manusia dan keuangan yang diperlukan, pemantauan yang akan dilakukan, dan mitra-mitra yang diperlukan untuk mencapai sukses. Kontennya akan tergantung pada tema kampanye. Beberapa contoh sebagaimana ditunjukkan di bawah ini, ditetapkan di sepanjang kontinum. Untuk beberapa kampanye di mana khalayak sasaran jelas berada dalam tahap awal pra kontemplasi, dua tahun pertama kampanye mungkin hanya dapat menggerakkan khalayak ke tahap kontemplasi dan baru sekarang - dalam tahap tindak lanjut - strategi-strategi penyingkiran halangan atau perubahan perilaku pro-aktif dapat dilaksanakan, dipupuk, atau diadopsi. Untuk beberapa kampanye kondisi tetap harus dipertahankan, dan hasil dari kampanye perlu dimonitor dari waktu ke waktu, hal ini disebabkan mengingat barangkali akan ada perkembangan baru yang muncul sekarang ini dan hal tersebut tidak muncul sebelumnya pada masa melaksanakan kampanye dikawasan tersebut. Dalam beberapa kasus dimana keberhasilan telah sepenuhnya dicapai, ekstensi geografis kampanye atau kampanye kedua mungkin dipertimbangkan untuk dijalankan. Sebagai contoh, jika tujuan kampanye adalah untuk mencapai penandatangan petisi seperti yang diharapkan terjadi di kawasan kampanye saya, maka hal tersebut harus tetap dikawal demi tercapainya hasil sebagaimana yang tertuang dalam petisi tersebut. 57

2 Pendahuluan Apabila kita ingin melihat kembali capaian kampanye Pride penyelamatan Rawa Tripa yang telah dilakukan selama dua tahun terakhir ini, menunjukkan ada capaian yang sangat memuaskan dari sisi pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal serta perubahan perilaku yang diperoleh berdasarkan hasil pasca survey yang dilakukan beberapa waktu yang lalu dikawasan Rawa Tripa tersebut. 1. Kalau kita ingin melihat dari sisi pengetahuan bahwa masyarakat sudah 61,5% Tahu arti penting Rawa Tripa dari sebelumnnya hanya 15,8%, begitu juga dengan masyarakat yang sudah 29,9% Tahu batas kawasan dari sebelumnya hanya 17,2%. 2. Hal ini juga tidak jauh berbeda apabila kita melihat dari sisi sikap dan komunikasi interpersonal, bahwa masyarakat sudah 40% mau melibatkan diri dalam upaya penyelamatan Rawa Tripa dari sebelumnya hanya 34,4%, walaupun masih sedikit mereka saling membicarakan kondisi Rawa Tripa saat ini hanya 13,2%. 3. Sementara untuk perubahan perilaku sendiri, masyarakat 21 Desa yang ada di sekitar kawasan Tripa sudah secara sadar dan meyakinkan untuk menandatangani Petisi percepatan penyelamatan Rawa Tripa. Namun begitu capaian seperti diatas ini tidak serta merta menjadikan saya dan lembaga saya untuk langsung berpuas diri melainkan kami masih melihat ada beberapa tantangan lagi yang kami harus capai guna mendapatkan sebuah capaian besar dalam hal penyelamatan Rawa Tripa kedepan. Adapaun beberapa tantangan tersebut yang telah kami pikirkan adalah sebagai berikut : 1. Menyatukan persepsi Pemerintah Kab. Nagan Raya dan pihak Perusahaan perkebunan sawit dalam upaya percepatan penyelamatan Rawa Tripa 2. Pemerintah Nagan Raya dan Aceh Barat Daya keberatan dengan usulan Pemerintah Prop. Aceh yang menginginkan sejumlah Kawasan di daerahnya termasuk Rawa Tripa menjadi Kawasan Lindung 3. Menjaga semangat masyarakat 21 Desa Kec. Darul Makmur untuk dapat terus mengawal pencapaian Petisi baik di Kab. Nagan Raya dan Prop. Aceh. Dengan masih adanya tantangan dalam pencapaian tujuan, maka kami perlu memikirkan strategi tindak lanjut yang barangkali dapat menjawab tantangan diatas dan berharap semua pihak dapat bermitra dengan kami untuk mencapai strategi tersebut. Adapun strategi yang telah saya dan lembaga pikirkan adalah sebagai berikut : 1. Mengupayakan secara bersama sama dengan Koalisi LSM lain melakukan sebuah kampanye Advokasi Kebijakan dan Media terkait kelanjutan petisi baik di tingkat Kab. Nagan Raya maupun di tingkat Prop. Aceh 58

3 2. Mengupayakan secara bersama sama dengan Koalisi LSM lain membangun komunikasi yang lebih intensif lagi dengan Pemerintah Kab. Nagan Raya dan Aceh Barat Daya. 3. Mengupayakan penguatan kapasitas masyarakat dari sisi ekologi, sosial, ekonomi, budaya, politik dan hukum khususnya masyarakat 21 Desa di Kec. Darul Makmur mengenai pencapaian Petisi Dari strategi yang nantinya akan ditempuh dalam mencapai tujuan diatas, maka diharapkan akan menghasilkan capaian SMART sebagai berikut : 1. Dalam kurun waktu setahun mendatang diharapkan dapat tercapaianya Strategi kampanye Advokasi Kebijakan dan Media terkait kelanjutan petisi baik di tingkat Kab. Nagan Raya maupun di tingkat Prop. Aceh 2. Dalam kurun waktu setahun mendatang diharapkan dapat terbangunnya Strategi komunikasi yang lebih intensif dengan Pemerintah Kab. Nagan Raya dan Aceh Barat Daya 3. Dalam kurun waktu setahun mendatang diharapkan dapat meningkat kapasitas masyarakat dari sisi ekologi, sosial, ekonomi, budaya, politik dan hukum khususnya masyarakat 21 Desa di Kec. Darul Makmur mengenai pencapaian Petisi Sementara tim pelaksana kegiatan baik di tingkat Masyarakat, Pemerintah kabupaten maupun Pemerintah propinsi yang tergabung dalam koalisi LSM penyelamatan Rawa Tripa adalah sebagai berikut : 1. YEL Medan (Co) 2. LBH Banda Aceh 3. Koalisi NGO HAM Aceh 4. YRBI Aceh 5. JKMA Aceh 6. Kontras Aceh 7. Walhi Aceh 8. Uno Itam Aceh Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat rincian pencapaian strategi tindak lanjut dari masing-masing item seperti yang tertera diatas yang nantinya akan direpiliksikan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut : 59

4 Strategi 1 : Mengupayakan secara bersama sama dengan Koalisi LSM lain melakukan sebuah kampanye Advokasi Kebijakan dan Media terkait kelanjutan Petisi baik di tingkat Kab. Nagan Raya maupun di tingkat Prop. Aceh. Sasaran SMART : Mulai awal bulan Oktober 2010 sampai akhir bulan Maret 2011 mendatang, lembaga saya bersama koalisi LSM akan mendorong pemerintah kabupaten maupun propinsi melalui advokasi kebijakan dan media lokal maupun nasional terkait kejelasan petisi yang telah diusung oleh masyarakat 21 Desa. Adapun rincian waktu pelaksanaan kegiatan sebagai berikut : a. Bulan Oktober 2010 s/d Januari 2011 ; Audiensi dengan Bupati Nagan Raya dan Ketua DPR Kab. Nagan Raya sebanyak dua kali b. Bulan Oktober 2010 ; Pemberitaan Mengenai upaya penyelamatan Rawa Tripa di media lokal sebanyak tiga kali c. Bln Nopember 2010 ; Iklan Layanan Masyarakat dan Talkshow di Radio Kabupaten dan Propinsi selama tiga bulan d. Bulan Januari 2011 ; Kegiatan Jurnalist Trip ke kawasan Rawa Tripa sebanyak sekali Deskripsi Kegiatan : Kegiatan ini akan dilakukan dengan Koalisi LSM yang berkedudukan di Banda Aceh guna mengupayakan secara bersama sama untuk memperkuat advokasi kebijakan baik kepada pemerintah kabupaten dan Propinsi. Kegiatan ini juga dilakukan guna menggalang kampanye melalui media lokal maupun nasional yang diharapkan dapat dilakukan mulai bulan September nanti sampai selama enam bulan mendatang untuk tahap awal agar keseluruhan perkembangan dapat selalu diperbaharui informasinya sehingga memberikan dampak kepada kebijakan pemerintah nantinya. Walaupun kegiatan ini tidak mudah dilakukan mengingat cukup besar kepentingan pemerintah apalagi memperjuangkan petisi namun kami bersama koalisi yang lain akan mencoba melakukan langkah yang lain yang barangkali bisa juga dilakukan pewacanaan isu melalui ILM di radio kabupaten maupun propinsi sehingga dengan ini diharapkan dapat tersampaikan secara lebih luas setiap informasi yang ada. Kegiatan ini kemungkinan akan banyak kami lakukan di tingkat propinsi dengan harapan akan lahir sebuah kebijakan yang disokong oleh media guna dapat mempercepat upaya penyelamatan Rawa Tripa sesuai dengan butir-butir dalam petisi yang ditandatangani oleh masyarakat 21 gampong beberapa waktu yang lalu. Setelah kegiatan ini berlangsung untuk beberapa waktu tertentu maka akan juga dilakukan upaya monitoring dan evaluasi kegiatan sehingga dapat dilihat umpan balik dari setiap capaian dalam jangka waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Oleh karena itu untuk menjaga agar capaian 60

5 tetap pada langkah yang tepat perlu selalu dikaji setiap periode selama empat bulan sekali guna melihat langkah demi langkah yang telah tercapai sehingga kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya dapat dicapai sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan. Rincian Kegiatan dan Materi yang dibutuhkan : 1. Audiensi dengan Bupati Nagan Raya dan Ketua DPR Kab. Nagan Raya Audiensi dengan Bupati Nagan Raya dan Ketua DPRK Nagan Raya akan diupayakan bisa dilakukan sebanyak dua kali dalam kurun waktu 3 bulan mendatang mengingat perlu menindaklanjuti petisi yang pernah disampaikan masyarakat sehingga diperoleh sikap pemerintah terkait hal tersebut. 2. Iklan Layanan Masyarakat dan Talkshow di Radio Kabupaten dan Propinsi Iklan Layanan Masyarakat dan Talkshow Radio akan dilakukan dalam kurun waktu selama 3 bulan di dua radio yaitu Radio RRI Meulaboh dan RRI Pro 1 Banda Aceh dimana dari dua radio yang mempunyai jangkauan yang luas tersebut diharapkan dapat mensiarkan ILM tentang penyelamatan Tripa secara kontinue dan Talkshow yang membicarakan langkah konkrit penyelamatan Tripa yang melibatkan semua pihak dalam kegiatan tersebut. 3. Pemberitaan Mengenai upaya penyelamatan Rawa Tripa di media lokal Pemberitaan mengenai upaya penyelamatan Rawa Tripa akan terus dipublikasikan dengan mengirim berita yang sensasioanal dan terbaru terkait kondisi kawasan kepada media lokal yang dilakukan sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 3 bulan mendatang. 4. Kegiatan Jurnalist Trip ke kawasan Rawa Tripa Kegiatan jurnalis trip ke kawasan Tripa dengan mengundang sejumlah wartawan lokal maupun nasional untuk dapat meliput kondisi kawasan dari berbagai aspek baik lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, politik maupun hukum yang kesemuanya diharapkan dapat memberikan andil dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam mengupayakan penyelamatan Tripa nantinya. Rancangan Anggaran kegiatan yang dibutuhkan : No Rencana Kegiatan Unit Biaya Satuan (Rp) Total (Rp) Keterangan 1. Audiensi dengan Bupati Nagan Raya dan Ketua DPR Kab. Nagan Raya sebanyak dua kali Bulan Oktober 2010 s/d Januari Pemberitaan Mengenai upaya penyelamatan Rawa Tripa di media lokal sebanyak tiga kali Bulan Oktober Iklan Layanan Masyarakat dan Talkshow di Radio Kabupaten dan Propinsi selama tiga bulan Bln Nopember

6 4. Kegiatan Jurnalist Trip ke kawasan Rawa Tripa Bulan Januari 2011 sebanyak sekali Total Dana yang dibutuhkan Strategi 2 : Mengupayakan secara bersama sama dengan Koalisi LSM lain membangun komunikasi yang lebih intensif lagi dengan Pemerintah Kab. Nagan Raya dan Aceh Barat Daya. Sasaran SMART : Mulai bulan Oktober 2010 sampai September 2011 mendatang, lembaga saya bersama koalisi LSM akan mengupayakan membangun komunikasi yang lebih intensif dengan pemerintah di dua kabupaten demi terbangunnya kesepahaman bersama mengenai langkah percepatan penyelamatan Rawa Tripa. a. Oktober 2010 s/d September 2011 ; Mendorong Pemerintah Nagan Raya untuk menyusun peruntukan kawasan Tripa ke dalam RTRWK b. Oktober 2010 s/d September 2011 ; Kegiatan Festival lingkungan yang melibatkan kedua kabupaten baik Nagan Raya maupun Abdya c. Oktober 2010 s/d September 2011 ; Mengupayakan terbangunnya penegakan hukum terhadap para pihak yang masih membuka lahan d. Oktober 2010 s/d September 2011 ; Membuat dan mencetak Poster, Kalender 2011, Papan Informasi dan Banner tentang aksi penyelamatan Rawa Tripa Deskripsi Kegiatan : Kegiatan ini juga ikut melibatkan koalisi LSM dimana kegiatan ini mengupayakan dapat menjalin kembali komunikasi yang lebih intensif dengan kedua pemerintah baik pemerintah kab. Nagan Raya maupun pemerintah Aceh Barat Daya. Melihat bahwa pentingnya membangun komunikasi yang lebih intensif kedepan maka diperlukan berbagai kegiatan agar dapat mempererat komunikasi yang selama ini setelah penadatanganan petisi mulai tidak harmonis khususnya pemerintah kab. Nagan Raya sehingga diperlukan upaya semacam lobby kepada kedua pemerintah tersebut, disamping juga mengupayakan adanya kegiatan yang bersifat menghibur seperti Festival lingkungan yang melibatkan kedua kabupaten sehingga nantinya diharapkan pemerintah kedua kabupaten tersebut dapat secara bersama-sama menggagas kegiatan tersebut yang mengarah pada tema percepatan penyelamatan Rawa Tripa itu sendiri. Kegiatan ini juga ikut dilakukan dengan mengembangkan Poster, Kalender dan Banner yang kesemunya akan dipergunakan untuk meluaskan kampanye yang tentunya melibatkan kedua pemerintah kabupaten tersebut sehingga mereka dapat memberikan dukungan dan umpan 62

7 balik dari setiap pesan yang yang akan dimunculkan nantinya. Kegiatan ini akan mencoba mensinergikan semua kepentingan sehingga kedepan tidak lagi terjadi benturan disana-sini yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan kampanye dan malah menjadikan kampanye ini tidak efektif dan berdampak bagi masyarakat. Rincian Kegiatan dan Materi yang dibutuhkan : 1. Mendorong Pemerintah Nagan Raya untuk menyusun peruntukan kawasan Tripa ke dalam RTRWK Dalam melakukan upaya mendorong Pemerintah Kab. Nagan Raya untuk menyusun peruntukan kawasan Tripa ke dalam RTRWK akan dilakukan dengan membantu data dan informasi yang cukup disamping mengupayakan adanya pertemuan yang kontinue guna membahas penyusunan peruntukan kawasan tersebut. Dalam membantu mencapai tujuan tersebut setidaknya akan ada pertemuan rutin bulanan dengan tim dari masingmasing dinas terkait di kabupaten tersebut. 2. Kegiatan Festival lingkungan yang melibatkan kedua kabupaten baik Nagan Raya maupun Aceh Barat Daya Kegiatan festival lingkungan yang melibatkan kedua kabupaten baik Nagan Raya maupun Aceh Barat Daya akan diupayakan bisa dilakukan pada momentum peringatan hari ultah kedua kabupaten tersebut. kegiatan ini duiupayakan dapat diikuti oleh semua kalangan mulai masyarakat petani, pelajar, unsur pemerintah dan pihak swasta. Kegiatan akan dilangsungkan disalah satu kabupaten tersebut. 3. Mengupayakan terbangunnya penegakan hukum terhadap para pihak yang masih membuka lahan Mengupayakan terbangunnya penegakan hukum terhadap para pihak yang masih membuka lahan dengan mendesak pemrintah untuk dapat mengeluarkan peta zona larangan pembukaan lahan berikut sanksinya sebagai wujud penegakan hukum terhadap kawasan tersebut. 4. Membuat dan mencetak Poster, Kalender 2011, Papan Informasi dan Banner tentang aksi penyelamatan Rawa Tripa Membuat dan mencetak poster, kalender 2011, Papan Informasi dan Banner tentang aksi penyelamatan Rawa Tripa yang dilakukan dengan mengeluarkan beberapa edisi pesan aksi penyelamatan Rawa Tripa yang tertuang dalam poster, kalender 2011, Papan Informasi dan Banner. Beragam media informasi tersebut akan dicetak secara berseri demi tersampaikannya segala informasi mengenai aksi penyelamatan Tripa. Semua Media ini akan diupayakan bisa dibuat bersama masyarakat dan dapat dipublikasikan ke pemukiman masyarakat sekitar Tripa tersebut. Rancangan Anggaran kegiatan yang dibutuhkan : No Rencana Kegiatan Unit Biaya Satuan (Rp) Total (Rp) Keterangan 1. Mendorong Pemerintah Nagan Raya untuk menyusun peruntukan kawasan Tripa ke dalam RTRWK Bulan Oktober 2010 s/d Januari

8 2. Kegiatan Festival lingkungan yang melibatkan kedua kabupaten baik Nagan Raya maupun Aceh Barat Daya Bulan Oktober Mengupayakan terbangunnya penegakan hukum Bln Nopember 2010 terhadap para pihak yang masih membuka lahan 4. Membuat dan mencetak Poster, Kalender 2011, Papan Bulan Januari 2011 Informasi dan Banner tentang aksi penyelamatan Tripa Total Dana yang dibutuhkan Strategi 3 : Mengupayakan penguatan kapasitas masyarakat dari sisi ekologi, sosial, ekonomi, budaya, politik dan hukum khususnya kepada masyarakat 21 Desa di Kec. Darul Makmur mengenai pencapaian Petisi. Sasaran SMART : Mulai bulan Oktober 2010 sampai September 2011 mendatang, lembaga saya dan koalisi LSM akan mengupayakan semaksimal mungkin guna meningkatkan kapasitas masyarakat khususnya masyarakat 21 gampong agar di masa yang akan datang mereka dapat secara mandiri melanjutkan perjalanan mengupayakan pencapaian petisi yang telah mereka tandatangani bersama. a. Bln Oktober 2010 s/d September 2011 ; Pertemuan rutin dengan Masyarakat 21 gampong sebanyak 21 kali b. Bln Oktober 2010 s/d September 2011 ; Membuat pemetaan partisipatif masyarakat 21 gampong c. Bln Oktober 2010 s/d September 2011 ; Mendirikan Posko pengaduan masyarakat sekitar kawasan Tripa d. Bln Oktober 2010 s/d September 2011 ; Mendorong Pembahasan Qanun Mukim ataupun Gampong e. Bln Oktober 2010 s/d September 2011 ; Pembentukan Wadah Masyarakat 21 Gampong Deskripsi Kegiatan : Kegiatan penguatan masyarakat yang memang mutlak harus kami dilakukan dan dibantu juga oleh tim koalisi LSM dimana kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat ini dapat berupa pertemuan rutin dengan masyarakat dan dapat dijadwalkan kapan saja sehingga diharapkan nantinya memberikan sebuah dampak langsung dalam hal peningkatan kapasitas masyarakat itu sendiri. Kegiatan semacam pemetaan partisipatif di masing- masing desa juga harus dilakukan karena mengingat masyarakat nantinya diharapkan tahu persis apa yang potensi dan kebutuhan didesa 64

9 mereka sendiri. Sebenarnya banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan upaya pemberdayaan masyarakat ini sendiri, dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan semacam pengaduan ke posko-posko pengaduan yang dibuat oleh masyarakat itu sendiri sebagai bagian dalam memberi ruang kebebasan masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan mereka. Disamping itu diharapkan juga masyarakat di masa yang akan datang juga dapat mendorong lahirnya pembahasan qanun gampong ataupun mukim yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam mengelola kawasan Tripa yang ada disekitar mereka untuk kemudian mereka bisa menjaga dan melestarikan kawasan tersebut sesuai kearifan lokal dan nilai budaya yang mereka miliki sehingga warisan alam dapat terjaga dengan baik sampai ke anak cucu mereka nantinya. Rincian Kegiatan dan Materi yang dibutuhkan : 1. Pertemuan rutin dengan Masyarakat 21 gampong Pertemuan rutin dengan masyarakat 21 gampong akan diupayakan dapat terlaksana dengan di masing-masing desa sedikitnya sebanyak 21 kali yang melibatkan semua kelompok dalam masyarakat termasuk kaum ibu. Pertemuan masyarakat tersebut diupayakan dapat mendiskusikan tema aksi penyelamatan Tripa sebagai sebuah upaya penguatan kapasitas masyarakat untuk melakukan langkah-langkah kemandirian dalam upaya penyelamatan Tripa tersebut. 2. Membuat pemetaan partisipatif masyarakat 21 gampong Membuat pemetaan partisipatif masyarakat 21 gampong dengan masyarakat sekitar kawasan tersebut agar bersama-sama membuat pemetaan permasalahan yang sedang terjadi sehingga nantinya dapat dilahirkan peta desa yang utuh dan tidak tumpang tindih dengan peta kawasan termasuk dengan HGU perusahaan sehingga dengan ini masyarakat dapat sedikit banyak terbebas dari konflik lahan yang belum kunjung usai sampai saat ini. Pemetaan kawasan ini akan melibatkan seluruh masyarakat termasuk imum mukim yang ada diwilayah tersebut sehingga diharapkan juga akan jelas wilayah kewenagan desa dengan mukim dimasa mendatang. 3. Mendirikan Posko pengaduan masyarakat di sekitar kawasan Tripa Mendirikan posko pengaduan masyarakat sekitar kawasan Tripa yang dilakukan oleh tim koalisi penyelamatan Tripa guna menjaring segala keluhan masyarakat sekitar kawasan mengenai berbagai persoalan yang mereka hadapi selama ini mulai dari konflik lahan sampai konflik sosial antar sesama masyarakat. Posko ini akan didirikan dipusat kecamatan dengan membuka layanan langsung demi lebih memberikan kebebasan menyampaikan segala persoalan yang ada di sekitar kawasan tersebut. 4. Mendorong Pembahasan Qanun Mukim ataupun Gampong Mendorong Pembahasan Qanun Mukim ataupun Gampong akan dilakukan bersama-sama masyarakat sekitar kawasan tersebut yang akan dilakukan pada pertemuan masyarakat secara khusus yang melibatkan terutama Imum Mukim dan Kepala Desa berikut perangkatnya masing-masing untuk 65

10 dapat merumuskan draf Qanun yang dapat dijadikan sebuah rujukan dalam pengelolaan kawasan yang lebih konfrehensif nantinya. Draf Qanun tersebut dapat lahir hasil konsep masyarakat itu sendiri untuk kemudian dapat diupayakan dibahas lebih lanjut oleh pemerintah setempat guna menjadi sebuah rujukan yang dapat diterapkan dalam masyarakat dimasa mendatang. 5. Pembentukan Wadah Masyarakat 21 Gampong Pembentukan Wadah Masyarakat 21 Gampong akan diupayakan dapat terlahirkan agar masyarakat nantinya dapat menjadikan wadah tersebut sebagai tempat bernaung dan memperjuangkan aspirasi mereka dalam telah tertuang dalam petisi mereka disamping banyak persoalan lain yang belum terpenuhi sehingga dengan demikian mereka akan semakin kuat dan solid dalam mencapai harapan mereka dimasa mendatang. Rancangan Anggaran kegiatan yang dibutuhkan : No Rencana Kegiatan Unit Biaya Satuan (Rp) Total (Rp) Keterangan 1. Pertemuan rutin dengan Masyarakat 21 gampong 21 kali Bulan Oktober 2010 s/d Januari Membuat pemetaan partisipatif masyarakat 21 gampong 10 kali Bulan Oktober Mendirikan Posko pengaduan masyarakat di sekitar kawasan Tripa Bln Nopember Mendorong Pembahasan Qanun Mukim ataupun 10 kali Bulan Januari 2011 Gampong 5. Pembentukan Wadah Masyarakat 21 Gampong Total dana yang dibutuhkan Jadi Total keseluruhan Dana yang dibutuhkan untuk semua rincian kegiatan untuk setahun mendatang adalah sebesar : Rp ,- 66

11 Kesimpulan Akhir masa kampanye selama dua tahun ini tidak lantas menjadikan semua berakhir begitu saja, ternyata masih banyak muncul hal- hal baru yang kadang tidak terpikirkan sebelumnya sehingga menuntut kami untuk mengambil langkah tindak lanjut sebagai bagian dari melanjutkan segala sesuatu yang masih belum pernah dilakukan. Berangkat dari sebuah keyakinan yang kuat untuk melanjutkan semua yang belum terlaksana dengan maksimal sebelumnya, maka saya memilih untuk dapat menjawab tantangan yang masih terjadi dikawasan untuk kemudian saya wujudkan dalam berbagai kegiatan yang baru guna mencapai tujuan akhir penyelamatan Rawa Tripa itu sendiri. Maka oleh karena itu saya masih sangat mengharapkan dukungan dari semua pihak baik moril maupun materil demi tercapainya tujuan besar masyarakat dan lembaga saya dalam menyelamatkan kawasan Rawa Tripa menjadi Kawasan Lindung nantinya. Semoga.. 67

BAB VI F. ANALISA KRITIS

BAB VI F. ANALISA KRITIS BAB VI F. ANALISA KRITIS Bab Analisa Kritis ini akan mengulas hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan serta dibagian mana perbaikan-perbaikan dapat dilakukan.

Lebih terperinci

BAB V E. HASIL KAMPANYE

BAB V E. HASIL KAMPANYE BAB V E. HASIL KAMPANYE Metode Survei Pra dan Pasca Sebuah survei pra-kampanye dilakukan pada bulan April 2009 lalu untuk menetapkan dasar bagi sasaran-sasaran SMART kampanye Pride yang terkait dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang melahirkan konsekueansi logis bagi dunia penyiaran radio, maka dengan perkembangan daya pikir seorang manusia

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Jaringan Media Komunitas

Lebih terperinci

Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya

Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya Latar Belakang Tripa merupakan hutan rawa gambut yang luasnya sekitar 61.000 ha, terletak di pantai barat

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG - 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 186 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN SOSIAL TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le No.1279, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Pemberdayaan. Sosial. Adat. Terpencil. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPULIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR

Lebih terperinci

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk mempertahankan keberadaan Hutan Geumpang sebagian Kawasan Blang Raweu, suatu kawasan yang kaya akan

Lebih terperinci

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan Merupakan sesuatu yang kritis untuk memiliki ide yang jelas bagaimana kampanye Pride kita akan menciptakan yang bertahan lama untuk konservasi keanekaragaman hayati. Salah satu cara untuk melakukan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya komunikasi adalah unsur pokok dalam suatu organisasi karena

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya komunikasi adalah unsur pokok dalam suatu organisasi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya komunikasi adalah unsur pokok dalam suatu organisasi karena didalam organisasi terdapat interaksi sosial yang dilandasi adanya pertukaran makna

Lebih terperinci

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya Latar Belakang Tripa merupakan hutan rawa gambut yang luasnya sekitar 61.000 ha, terletak

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

Governance Brief. Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur

Governance Brief. Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Forests and Governance Programme Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim

LATAR BELAKANG. roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim LATAR BELAKANG Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah sebuah roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) dengan mempromosikan

Lebih terperinci

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk menghentikan kawasan hutan dan memelihara area hutan Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah SPTN VI Besita

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM 107 7.1 Latar Belakang Rancangan Program Guna menjawab permasalahan pokok kajian ini yaitu bagaimana strategi yang dapat menguatkan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KOTA. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Aceh Singkil merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Selamatkan Cagar Budaya dengan Iklan Layanan Masyarakat

Selamatkan Cagar Budaya dengan Iklan Layanan Masyarakat Selamatkan Cagar Budaya dengan Iklan Layanan Masyarakat Denny Antyo Hartanto, S.Sn., M.Sn. Abstract Banyak orang tidak mengetahui tentang benda cagar budaya. Cagar budaya ada banyak hal dan ragamnya, tetapi

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL PADA BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DAERAH ACEH GUBERNUR ACEH, Menimbang

Lebih terperinci

Advokasi Anggaran untuk SRHR

Advokasi Anggaran untuk SRHR Advokasi Anggaran untuk SRHR Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Tujuan Umum Pembaharuan dan peningkatan komitmen untuk anggaran kesehatan seksual dan reproduksi di tingkat nasional, propinsi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan G. Tindak Lanjut Pendahuluan Program Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon telah menunjukkan hasil yang positif, dalam mencapai perubahan perilaku maupun dampak konservasi, sebagai contoh terdapat

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT, Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 106 Tahun 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BANTUAN KEUANGAN KHUSUS UNTUK GERAKAN REHABILITASI LAHAN KRITIS TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI Istiyarto Ismu Manager Kampanye Bali Barat Pengantar Strategi penyingkir halangan yang diterapkan oleh Yayasan Seka dalam rangka penyelamatan habitat Jalak Bali (Leucopsar

Lebih terperinci

G. RENCANA TINDAK LANJUT

G. RENCANA TINDAK LANJUT G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk membangun,

Lebih terperinci

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN BUPATI KABUPATEN SIKKA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

Kelompok Kerja IV REDD+ Sulawesi Tengah. Pembelajaran dari Indonesia pada Uji Coba PADIATAPA (FPIC)

Kelompok Kerja IV REDD+ Sulawesi Tengah. Pembelajaran dari Indonesia pada Uji Coba PADIATAPA (FPIC) Kelompok Kerja IV REDD+ Sulawesi Tengah Praktek Terbaik dan Praktek Terbaik dan Pembelajaran dari Indonesia pada Uji Coba PADIATAPA (FPIC) Isi Paparan Latar Belakang Proses Penyusunan Draft Panduan PADIATAPA

Lebih terperinci

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 6, September 2001 Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Salam sejahtera, jumpa lagi dengan Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama.

Lebih terperinci

1/12 COLABORATIVE MANAGEMENT UNTUK KAWASAN EKOSISTEM ESENSIAL DI KABUPATEN PEMALANG

1/12 COLABORATIVE MANAGEMENT UNTUK KAWASAN EKOSISTEM ESENSIAL DI KABUPATEN PEMALANG 1/12 COLABORATIVE MANAGEMENT UNTUK KAWASAN EKOSISTEM ESENSIAL DI KABUPATEN PEMALANG Nama Diklat : Dikpim III Angk XXX Tahun : 2017 Ruang lingkup inovasi : Kabupaten/Kota Cluster inovasi : Kehutanan & Lingkungan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, bahwa malaria merupakan penyakit

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN SUBSIDI, HIBAH, BANTUAN SOSIAL DAN BANTUAN KEUANGAN BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 40 TAHUN 2013

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 40 TAHUN 2013 BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN KARAWANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran penelitian, di mana kesimpulan diharapkan dapat memberi gambaran menyeluruh tentang temuan dan analisis atas masalah utama penelitian, yakni manajemen

Lebih terperinci

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye 17.0 PESAN KAMPANYE 17.1 Strategi pembuatan pesan Strategi pembuatan pesan bagi petani dan masyarakat akan membantu memandu semua pesan yang dirancang agar dapat mencapai sasaran kampanye kami. Strategi-strategi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

ADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah

ADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah ADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah Petunjuk Umum: Baca dan tandatangani pernyataan patuh pada Etika Akademik Pilihan Ganda 1. Berilah tanda silang pada lembar jawaban dengan memilih

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN FORUM KONSULTASI PUBLIK DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 31 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penentuan Lokasi Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) difokuskan pada kawasan yang berada di hulu sungai dan

Lebih terperinci

-1- QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2017 TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA

-1- QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2017 TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA -1- QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E 11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 827 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*)

PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*) PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*) Oleh Dr. Leonardus Banilodu, M.S. Dosen Biologi dan Ekologi FMIPA dan FKIP Unika Widya Mandira Jln. Jend. A. Yani 50-52 Telp. (0380) 833395 Kupang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI ACEH

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa perusahaan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, Menimbang : bahwa untuk mempercepat

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENGISIAN STRUKTUR ORGANISASI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar,

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap usaha yang berhubungan dengan publik, kepuasan publik senantiasa menjadi patokan utama. Oleh karena itu, segala upaya dilakukan untuk memuaskan

Lebih terperinci

H. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

H. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN PADA MASA RESES MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2015-2016 DAERAH PEMILIHAN JAWA TIMUR V ----------- H. TOTOK DARYANTO, SE A-489

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA, SUMBER PENDAPATAN DESA, KERJA SAMA DESA, LEMBAGA ADAT, LEMBAGA KEMASAYARATAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara Wawancara Erna Witoelar: Akuntabilitas Internal Governance LSM Belum Banyak Disentuh K endati sejak 1990-an tuntutan publik terhadap akuntabilitas LSM sudah mengemuka, hingga kini masih banyak LSM belum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

Judul Kegiatan: Pengembangan Koalisi CSO untuk Mengawal Proses Reformasi Birokrasi Daerah

Judul Kegiatan: Pengembangan Koalisi CSO untuk Mengawal Proses Reformasi Birokrasi Daerah KERANGKA ACUAN KEGIATAN Judul Kegiatan: Pengembangan Koalisi CSO untuk Mengawal Proses Reformasi Birokrasi Daerah Semarang, 10 September 2013 1. Latar Belakang Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi telah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki

Lebih terperinci

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK Sebagai para pemimpin partai politik, kami memiliki komitmen atas perkembangan demokratik yang bersemangat dan atas partai

Lebih terperinci

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA (Bahan Kata Sambutan Gubernur Sumatera Utara pada Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 115 8.1 Kesimpulan Dari hasil kajian tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) (suatu kajian penguatan kapasitas

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SABANG, Menimbang : a. bahwa dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan massa. Menurut Mc Graw Hill, media memberikan metode

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan massa. Menurut Mc Graw Hill, media memberikan metode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan suatu media elektronik dan media cetak, sebagaimana diketahui dengan istilah media massa adalah media yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan massa.

Lebih terperinci

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS & Judul Pelaksana Fokus Area Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS & CFES) Mitigasi Berbasis Lahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO LUHAK NAN TUO FM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Rancangan Final 8 April 2013

Rancangan Final 8 April 2013 PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR ACEH, Menimbang: a. bahwa dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN 1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011

LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011 LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011 GOAL/IMPACT TINGKATAN TUJUAN/HASIL INDIKATOR SUMBER VERIFIKASI ASUMSI Meningkatnya akuntabilitas, peran dan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Hutan untuk Masa Depan Pengelolaan Hutan Adat di Tengah Arus Perubahan Dunia

METODOLOGI. Hutan untuk Masa Depan Pengelolaan Hutan Adat di Tengah Arus Perubahan Dunia Hutan untuk Masa Depan 2 METODOLOGI Struktur Buku ini adalah sebuah upaya untuk menampilkan perspektif masyarakat adat terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan. Buku ini bukanlah suatu studi ekstensif

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

STRATEGI TINDAK LANJUT

STRATEGI TINDAK LANJUT VII. STRATEGI TINDAK LANJUT Pendahuluan Kampanye tahap pertama yang dilakukan di Kompleks hutan rawa gambut Sungai Putri baru saja berakhir Juli 2010 lalu. Beberapa capaian yang dicatat dari kampaye tersebut:

Lebih terperinci

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KEHUTANAN ACEH

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KEHUTANAN ACEH -1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG KEHUTANAN ACEH I. UMUM Sejalan dengan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional yang mengamanatkan agar bumi, air dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, B U P A T I K U D U S PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PENGKAJIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WAWO WAE DALAM PENGELOLAAN KAWASAN CA WATU ATA, NGADA TGL 25 NOP S/D 20 DES 2002

KERANGKA ACUAN PENGKAJIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WAWO WAE DALAM PENGELOLAAN KAWASAN CA WATU ATA, NGADA TGL 25 NOP S/D 20 DES 2002 KERANGKA ACUAN PENGKAJIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WAWO WAE DALAM PENGELOLAAN KAWASAN CA WATU ATA, NGADA TGL 25 NOP S/D 20 DES 2002 Oleh POKJA KEANEKARAGAMAN HAYATI TIM PENGKAJI MASALAH LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi I DPR RI

Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi I DPR RI Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi I DPR RI UU RI No 32/2002 tentang penyiaran dan draf perubahan UU RI No 08/1999 tentang perlindungan konsumen UU RI No 23 / 2002 tentang perlindungan anak UU RI

Lebih terperinci