BAB IV METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 31 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penentuan Lokasi Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) difokuskan pada kawasan yang berada di hulu sungai dan terdekat dengan kawasan serta tingginya tingkat ketergantungan masyarakat secara ekonomi terhadap sumber daya hutan pada hutan Pegunungan Muller. Dua kecamatan yang memenuhi kriteria di atas yaitu Kecamatan Seribu Riam dan Kecamatan U ut Murung. Terbatasnya aksesibilitas dan untuk efisiensi penelitian maka dipilih 4 desa di Kecamatan U ut Murung dari dari 10 desa disekitar kawasan Pegunungan Muller. Kawasan ini terpilih karena memiliki karakter khusus yaitu homogenitas penduduk (ketergantungan yang tinggi terhadap kawasan) dan keanekaragaman hayati flora dan fauna yang menjadi fokus pelestarian dalam program HoB (Heart of Borneo) Penentuan Responden a. Lokakarya multipihak Penentuan informan kunci pada kegiatan ini dilakukan berdasarkan ketokohan dan status kepemimpinan dalam masyarakat serta informasi atau isu yang akan dibawakan dari kelompok (klan) masing-masing subsuku lokal. b. Focus Group Discussion (FGD) Penentuan peserta informan kunci dalam kegiatan FGD dengan hanya dengan mengelompokkan jenis kelamin dengan batasan umur >19 tahun atau sudah menikah. Tiap desa dalam penelitian ini dilakukan 2 kali FGD yaitu kelompok bapak-bapak dan kelompok ibu-ibu dan ditambah kelompok pemerintah yang terdiri dari pimpinan instansi terkait di tingkat kabupaten. c. Survei Populasi penduduk kabupaten Murung Raya berjumlah jiwa dan total penduduk kecamatan U ut Murung sebesar jiwa atau hanya 4,8% dari total penduduk kabupaten. Dengan menggunakan fasilitas simple size calculator yang tersedia pada website maka didapatkan

2 32 jumlah responden sebanyak 351. Dari jumlah tersebut setengahnya atau sebanyak 176 responden disebar di wilayah kelompok sasaran kegiatan kampanye dan sisanya disebar di luar kawasan, dengan tingkat kepercayaan 95% dan confidence interval atau tingkat kesalahan sebesar ± 5%. Penentuan jumlah responden tiap desa pada kawasan kampanye dilakukan dengan proporsional digambarkan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Jumlah Responden per Desa No DESA Jenis Kelamin Jumlah Jumlah % LK PR Penduduk Responden Responden 1 Tumbang Olong I, II ,1 2 Tumbang Keramu ,0 3 Tumbang Tujang ,9 Jumlah : ,0 Total populasi penduduk orang, yang didominasi oleh suku Dayak (Siang, Bakumpai, Ot Danum dan Punan) dan pendatang yang umumnya berprofesi sebagai pedagang, karyawan dan pemburu gaharu. Dari 176 responden, komposisinya berdasarkan jenis kelamin sebesar 62,5% laki-laki dan 37,5% perempuan. Kelompok umur didominasi oleh kelompok berumur kurang dari 40 tahun sebanyak 58,52%. Jenis pekerjaan didominasi petani/peladang dan pengumpul hasil hutan sebanyak 77,52% diikuti pedagang 18,70%. Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah yaitu SD sebanyak 43,18% Parameter Penelitian Parameter pada penelitian ini perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap kawasan sebelum dan sesudah implementasi pendidikan konservasi dengan peubah yang diukur adalah : a). Pengetahuan Pengetahuan diukur dengan membandingkan perubahan pengetahuan dari sisi ekologi, ekonomi dan sosial dengan melihat perbedaan jumlah pendapat responden survei awal dan survei akhir. Tingkat pengetahuan masyarakat yang diukur, diwakili 6 pertanyaan bebas dan 1 pertanyaan terikat dengan isu: 1) manfaat hutan bagi masyarakat sekitar kawasan; 2) pengertian konservasi; 3) manfaat konservasi; 4) dampak kegiatan membakar di kawasan hutan;

3 33 5) keadaan sungai akibat kerusakan hutan; 6) kerugian yang dirasakan akibat kerusakan hutan. Tiap jawaban responden dikelompokkan ke dalam 3 aspek yaitu : ekologi, sosial dan ekonomi (Tabel 5 dan Gambar 6). b). Sikap Perubahan sikap setelah pelaksanaan kampanye dilakukan dengan rangkaian pertanyaan yang tersusun berupa pertanyaan bebas dan pertanyaan terikat yang menggambarkan sikap masyarakat yang diwakili oleh 21 pertanyaan dengan 3 pengelompokan yaitu: a) 2 pertanyaan bebas mewakili sikap menanggapi pelaku perusakan hutan; b) 2 pertanyaan terikat yang menggambarkan sikap dan dukungan kerjasama masyarakat terhadap kegiatan pelestarian sumber daya hutan dan pemanfaatannya; c) 13 pertanyaan terikat mengenai respon masyarakat terhadap kegiatan pemanfaatan sumber daya hutan dengan pembatasan dan pemberian hak kelola; d) 6 pertanyaan terikat dukungan pada aksi atau tindakan konservasi dengan mendorong penguatan kelembagaan (Lampiran 6). Sikap diukur dengan melihat perubahan jawaban responden secara positif atau negatif sebelum dan sesudah kegiatan dengan terlebih dahulu dihitung dengan skala Likert. Sikap masyarakat terhadap beberapa kegiatan yang mendukung konservasi diukur dengan menggunakan 5 kriteria yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Kriteria yang lain yang dibuat adalah : sulit (S), agak sulit (AS), tidak ada pendapat (TAP), mudah dan sangat mudah. Nilai dari setiap pendapat (pilihan sikap) diberikan dengan urutan 1-5 untuk pertanyaan yang favouritable dan 5-1 untuk pertanyaan non-favouritable. Selanjutnya sikap dikategorikan rendah (21-40%), sedang (41-60%), baik (61-80%) dan tinggi (>80%). Perubahan perilaku dianalisis berdasarkan adanya kesepakatan atau aksi yang telah dilakukan masyarakat dalam pengelolaan kawasan melalui budidaya gaharu dan jenis tanaman lokal lainnya, kesepakatan lainnya yang terbentuk dalam upaya melindungi kawasan dan sumberdaya kawasan hutan Pegunungan Muller.

4 34 c). Perilaku. Perubahan perilaku diukur dengan 2 cara yaitu dengan observasi langsung terhadap perubahan perilaku yang terjadi setelah kegiatan dan dengan membandingkan perubahan jawaban responden sebelum dan sesudah kegiatan pendidikan konservasi terkait aktifitas masyarakat di hutan Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 4 desa yaitu Desa Tubang Tujang, Desa Tumbang Keramu, Desa Tumbang Olong I dan Desa Tumbang Olong II kecamatan U ut Murung Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah dari Desember 2007 sampai Agustus 2009 yang dibagi dalam 3 tahap penelitian yaitu : 1. Tahapan perencanaan yaitu kegiatan observasi, lokakarya multipihak, FGD dan survei awal dilakukan Desember 2007 sampai Maret Tahap pelaksanaan program dilakukan Maret 2008 sampai dengan Mei Tahap monitoring akhir dan evaluasi, dilakukan pada bulan Agustus Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam tiap tahapan penelitian ini adalah : 1. Tahap perencanaan : peta desa, peta kawasan hutan dan tataguna lahan buku panduan (Weinreich 1999), alat tulis berupa buku, pensil dan peralatan pertemuan seperti papan tulis, spidol, metaplan, kertas plano, perekam suara, kamera digital, GPS (global positioning system). 2. Tahapan pelaksanaan program antara lain : a. media cetak seperti berupa pin, stiker, poster dan baliho, b. media elektronik antara lain (sandiwara radio, iklan layanan masyarakat, talkshow), c. media hiburan seperti (pemutaran film, kostum), baju kaos, cakram (vcd). 3. Tahap monitoring : rencana kerja bulanan, triwulan dan tahunan serta capaian kegiatan serta hasil-hasil kuisioner dan wawancara pribadi, dokumentasi verbatim dari setiap pertemuan dengan kelompok masyarakat.

5 Bentuk dan Tahapan Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahapan perencanaan, implementasi dan monitoring/evaluasi. Setiap tahapan dilakukan untuk memperoleh informasi dan data yang mendukung perencanaan dan pelaksanaan kegiatan berikutnya. Bentuk kegiatan dan data yang diperoleh dari setiap tahapan tersebut adalah : a. Tahapan persiapan dan perencanaan Pada tahapan ini dilakukan beberapa kegiatan yang terangkai dan menjadi satu kesatuan kegiatan yang berkelanjutan untuk mendapatkan informasi dan data dalam merancang kegiatan selanjutnya. Rangkaian kegiatan tersebut adalah : 1) Studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan data kondisi awal kawasan, sosial dan budaya masyarakat setempat yang didapatkan melalui kajian literatur; 2) Kegiatan observasi lapangan dilakukan dengan pengamatan langsung ke lokasi sasaran, dan melakukan pemeriksaan kebenaran data dan informasi yang didapat dari kegiatan sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk wawancara dengan kelompok masyarakat untuk memperoleh informan kunci dalam kegiatan lokakarya multipihak. Pengelompokan informan kunci didasarkan pada jenis pekerjaan, status sosial di masyarakat, ketokohan dan isu yang mungkin dibawakan; 3) Lokakarya multi pihak adalah pertemuan seluruh informan kunci yang diundang dalam kegiatan ini dengan tujuan untuk mendapatkan informasi lanjutan terkait kondisi kawasan dan informasi lain yang tidak didapatkan dari kegiatan sebelumnya. Hasil dari kegiatan ini berupa informasi yang terstruktur dan disusun dalam konsep model sebagai runutan kronologis yang mempengaruhi kawasan. Tujuan penyusunan konsep model awal ini adalah untuk menyederhanakan pola masalah yang terjadi disekitar kawasan Pegunungan Muller. Semua isu dan informasi diranking berdasarkan prioritas kebutuhan dengan memberikan nilai skor 1-5. Nilai 5 adalah gambaran perubahan keadaan hutan yang sangat cepat (perubahan yang sangat besar) dan nilai 1 sebagai gambaran perubahan keadaan hutan yang terkecil (sedikit berubah);

6 36 4) Focus group discussion (FGD) adalah bentuk diskusi terfokus dengan mengelompokkan peserta kegiatan berdasarkan pekerjaan dengan tingkat ketergantungan terhadap kawasan. Tiap kegiatan diikuti ±10 peserta yang dibagi dalam kelompok petani peladang dan pengumpuk hasil hutan dan kelompok lainnya seperti pengumpul, pedagang yang tidak berinteraksi langsung dengan kawasan, namun diyakini menjadi faktor pendorong, tingginya tingkat pengambilan sumberdaya kawasan. Kegiatan ini juga dilakukan untuk mendapatkan informasi lain yang tidak terungkap pada kegiatan sebelumnya dan tambahan data seperti jumlah pendapatan, jenis-jenis pendapatan, tingkat kesejahteraan keluarga dan lainnya; 5) Survei awal: semua data dan informasi yang didapatkan dari kegiatan sebelumnya dijadikan acuan dalam rancangan pertanyaan terstruktur. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi personal dengan kerahasiaan yang memberikan kesempatan kepada responden memberikan pendapatnya dengan bebas dan tanpa beban akibat perasaan takut, malu dan sebagainya. Seluruh pertanyaan dirangkaikan dalam bentuk kuisioner dengan satu kesatuan informasi menyeluruh mengenai demografi masyarakat, pengetahuan, sikap dan perilaku yang berhubungan langsung dengan kawasan. Responden pada kegiatan ini dihitung secara proporsional dari populasi kecamatan U Ut Murung Kabupaten Murung Raya dengan jumlah 176 responden, hasil kegiatan ini berupa data primer terkait kondisi kawasan dan aktifitas masyarakat dengan kategori informasi tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku mereka dalam kurun waktu tertentu. Seluruh informasi yang didapatkan dari kegiatan ini menjadi gambaran kondisi awal dan digunakan untuk merancang maskot, pesan utama dan bentuk kegiatan, media dan frekuensi kegiatan kampanye; b. Tahapan pelaksanaan kampanye Tahapan ini adalah implementasi kegiatan dengan acuan seluruh data dan informasi yang didapat dari kegiatan sebelumnya. Seluruh kegiatan dan pilihan media yang dipakai, mengacu pada data dan informasi yang didapatkan dari kegiatan sebelumnya. Pada tahapan ini semua kegiatan dirancang bersama masyarakat, dan setiap pelaksanaan kegiatan didahului dengan uji coba (pre-test).

7 37 c. Tahapan monitoring dan evaluasi Tahapan ini dilakukan dalam 2 bentuk kegiatan yaitu : 1) Survei akhir: bentuk kegiatan dan daftar pertanyaan dibuat sama dengan kegiatan survei awal. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran keadaan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat setelah kampanye. Perubahan yang terjadi dengan membandingkan jawaban responden pada surevei awal dan akhir menjadi alat ukur efek kegiatan terhadap masyarakat. Total responden dalam kegiatan ini sama seperti kegiatan sebelumnya (survei awal) sebanyak 176 responden yang ditentukan secara proporsional dari jumlah penduduk di tiap desa. 2). Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui efek kampanye konservasi dengan melihat perubahan yang terjadi pada tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Perbandingan data dari hasil survei awal dan survei akhir adalah gambaran perubahan yang terjadi sebagai hasil kegiatan kampanye konservasi dalam mendorong perubahan pada masyarakat sasaran kegiatan. Perubahan pengetahuan diukur dengan membandingkan temuan pada survei awal dan akhir, dengan melihat perubahan ke arah perubahan positif (baik) dan negatif (buruk). Sikap diukur dengan cara yang sama dengan terlebih dahulu dihitung dengan mengunakan skala Likert. Perilaku diukur dengan cara yang sama pada beberapa pertanyaan yang mewakili perilaku masyarakat yang dilihat dari frekuensi pengambilan sumberdaya hutan sebelum dan sesudah kampanye konservasi, ukuran lain adalah dengan melakukan pengamatan langsung keterlibatan masyarakat dalam kegiatan kampanye dan terbangunnya dukungan dalam bentuk kesepakatan bersama sebagai upaya pelestarian kawasan seperti kegiatan pemetaan partisipatif, kesepakatan pengelolaan dan peruntukan kawasan Prosedur Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pendidikan konservasi. Uraian setiap tahapan seperti yang terlihat pada gambar (Gambar 5) sebagai berikut :

8 38 Gambar 5. Prosedur dan tahapan kegiatan pendidikan konservasi. a. Tahapan Perencanaan Tahapan ini bertujuan untuk menyiapkan program pendidikan konservasi yang mencakup pemilihan maskot, pemebntukan pesan, bentuk kegiatan dan pilihan media dalam menyampaikan pesan kampanye. Untuk mendapatkan data yang cukup dalam tahapan perencanaan dilakukan kegiatan observasi lapangan, lokakarya multipihak dan focus group discussion dan survei awal. Data yang didapatkan dari lokakarya multi pihak adalah deskripsi awal tentang tingkat pengetahuan masyarakat mengenai faktor yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap hutan di kawasan Pegunungan Muller yang memperlihatkan ancaman terhadap kawasan meliputi kegiatan perambahan hutan (illegal logging), pembukaan lahan atau konversi lahan untuk perkebunan skala besar, perambahan hutan yang berlebihan oleh perusahaan, kebakaran lahan, perburuan satwa dilindungi dan hasil hutan bukan kayu lainnya. Data yang didapat dari kegiatan FGD (Focus Group Discussion) dari 6 kali kegiatan adalah beberapa pendapat yang berkaitan dengan kondisi hutan dan kegiatan pengelolaan sumber daya hutan serta dampak yang ditimbulkannya yaitu:

9 39 1) masyarakat sadar bahwa hutan merupakan sumber kehidupan mereka dan memahami bahwa manfaat hutan akan selalu diperoleh jika ada upaya untuk menjaga dan melestarikannya; 2) telah ada peraturan pengelolaan hutan tetapi tidak berjalan efektif karena informasi yang didapatkan masyarakat tentang peraturan pemerintah tentang pengelolaan hutan di kawasan mereka selalu berubah sehingga masyarakat menjadi ragu dalam mencegah terjadinya perusakan hutan; 3) ada kesediaan untuk berperan serta mendukung pelestarian hutan dengan memelihara hutan yang masih baik dan mempertahankan jenis tanaman lokal yang sudah dikenal dan cocok dengan kondisi tanah setempat, seperti tumbuhan yang berguna dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti rotan, kopi dan rempah-rempah; 4) masyarakat mengetahui dampak kerusakan hutan seperti banjir, sulit mendapatkan hasil hutan bukan kayu, lahan untuk berusaha terbatas dan sebagainya serta salah satu penyebab kekeruhan sumber air adalah akibat pembukaan ladang dipinggir sungai; 5) meskipun manfaat dan pentingnya kawasan hutan lindung sudah dirasakan, akan tetapi ternyata dukungan terhadap kawasan masih rendah dan masyarakat belum tergerak untuk melakukan aksi atau tindakan konservasi. Seluruh informasi yang didapat dari kegiatan di atas dijadikan dasar dalam menyusun kegiatan survei awal yang dilakukan dengan membuat kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait pengetahuan, sikap dan perilaku. Pertanyaan tentang pengetahuan dikaitkan dengan kondisi kawasan dan ketergantungan responden terhadap kawasan. Pertanyaan tentang sikap dan perilaku responden disusun dengan setuju atau tidak setuju, bersedia atau tidak bersedia. Untuk kebutuhan tertentu, kelompok jawaban reponden disusun dalam kelas yang lebih luas dengan menggunakan skala Likert. Keseluruhan tahapan perencanaan ini dilakukan dalam waktu 3 bulan. Data yang didapatkan dari survei awal adalah responden berdasarkan jenis kelamin sebesar 62,5% laki-laki dan 37,5% perempuan. Kelompok umur didominasi oleh kelompok berumur kurang dari 40 tahun sebanyak 58,52%. Jenis

10 40 pekerjaan didominasi petani/peladang dan pengumpul hasil hutan sebanyak 77,52% diikuti pedagang 18,70%. Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah yaitu SD sebanyak 43,18%. Total populasi penduduk orang, yang didominasi oleh suku Dayak (Siang, Bakumpai, Ot Danum dan Punan) dan pendatang yang umumnya berprofesi sebagai pedagang, dan pemburu gaharu (Lampiran 6 Tabel 1). b. Tahapan Pelaksanaan Kampanye Tahapan ini adalah tahapan implementasi program yang telah disusun pada tahapan sebelumnya (perencanaan). Penyampaian pesan kampanye kepada masyarakat yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam mendukung kegiatan konservasi sumber daya hutan kawasan Pegunungan Muller. Pesan yang disampaikan dalam kegiatan kampanye adalah mendorong perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku positif terhadap pelestarian kawasan hutan. Lama waktu pelaksanaan kegiatan kampanye selama 14 bulan dan sasaran kegiatan ini ditujukan pada penduduk desa yang kehidupannya tergantung pada sumber daya hutan sekitar kawasan hutan Pegunungan Muller, karena seluruh proses kegiatan kampanye melibatkan masyarakat sasaran. Bentuk keterlibatan dalam tahapan ini adalah lanjutan dari keteribatan mereka pada tahap sebelumnya karena informasi dan data yang diberikan menjadi isu utama dalam penyampaian pesan kampanye yang dilanjutkan dengan uji coba (pre test) setiap produk kampanye yang akan diimplementasikan. Kondisi tingkat pendidikan yang rendah karena 38,07% tidak pernah bersekolah formal dan 43,18% hanya lulus sekolah dasar (Lampiran 6 Tabel 1), maka bentuk kegiatan yang dipilih adalah bentuk yang sederhana, mudah dimengerti dan mampu melekatkan pesan lebih lama. Pilihan bentuk, jenis dan media penyampaian pesan disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat karena 86,93% masyarakat memiliki dan menggunakan radio sebagai alat komunikasi. Masyarakat sekitar kawasan penelitian umumnya tidak menyukai kegiatan yang bersifat formal seperti rapat, pertemuan dan yang bersifat menggurui. Dari survei awal dan observasi terhadap kebiasaan serta tradisi masyarakat, maka untuk mempercepat penyampaian pesan kampanye konservasi dipilih bentuk-bentuk kegiatan seperti : pembuatan lembar

11 41 fakta, pemutaran film, diskusi kampung berantai, pelatihan budidaya karet dan gaharu, pembuatan lagu daerah bertema konservasi dan siaran radio. Rincian masing-masing kegiatan dan frekuensi dan durasi kegiatan diuraikan pada Lampiran 5a dan 5b. c. Tahapan Evaluasi Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui perubahan pengetahuan, sikap yang terbangun di masyarakat setelah program kampanye yang diukur dengan perubahan yang terjadi setelah implementasi kegiatan dengan membandingkan hasil survei awal dan survei akhir, dilakukan pada bulan terakhir kegiatan kampanye. Untuk mengukur perubahan sikap masyarakat selain dengan cara membandingkan hasil survei juga dievaluasi dengan observasi lapangan setelah implementasi kampanye Metode Analisis Data Data yang terkumpul dari tiap tahapan dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menjelaskan dan menguraikan semua peubah yang diamati selama peeitian. Data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan fenomena yang ditemukan dan diuraikan dalam bentuk narasi sebagai penjelasan dari semua perubahan yang terjadi setelah pelaksanaan penelitian. Analisis data dalam penelitian ini ditujukan untuk mengukur perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sebelum dan sesudah implementasi kampanye konservasi. Analisis perubahan pengetahuan dianalisis dengan membuat kategorisasi dan tabulasi data dari kepentingan ekologi, sosial dan ekonomi. Analisis perubahan sikap dihitung dengan skala Likert dan dianalisis dengan membandingkan perubahan sikap dan dukungan secara positif dan negatif terhadap pelestarian sumberdaya kawasan. Analisis perubahan perilaku yang didapatkan dari perbedaan perilaku awal dianalisis dengan kajian-kajian teoritis tingkat adopsi dan perubahan perilaku. Semua data analisis dengan menggunakan program SurveyPro 3.0. yang ditampilkan dalam bentuk grafik, tabel (Agresti dan Finlay 1997).

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai desain media komunikasi untuk pendidikan konservasi berdasarkan preferensi masyarakat dan efeknya terhadap perubahan pengetahuan,

Lebih terperinci

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat hutan pegunungan sangat rentan terhadap gangguan, terutama yang berasal dari kegiatan pengelolaan yang dilakukan manusia seperti pengambilan hasil hutan berupa

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Mandailing Natal dan Wilayah Tertentu KPHP Mandailing Natal yang tertera pada Gambar

Lebih terperinci

BAB VI LAMPIRAN A. Tabulasi Focus Group Discussion di Desa Batu Tangkui Kecamatan Kahayan Hulu Utara

BAB VI LAMPIRAN A. Tabulasi Focus Group Discussion di Desa Batu Tangkui Kecamatan Kahayan Hulu Utara BAB VI LAMPIRAN A. Tabulasi Focus Group Discussion di Desa Batu Tangkui Kecamatan Kahayan Hulu Utara Pemilik Lahan Bukan Pemilik Lahan Perangkat Desa Pemahaman mengenai Program Belum mengetahui mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Tawang Sari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Adapun waktu penelitian dilakukan pada tanggal 9 September 2016 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua Desa dengan pola hutan rakyat yang berbeda dimana, desa tersebut terletak di kecamatan yang berbeda juga, yaitu:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Strategi Kajian Batas-batas kajian atau penelitian menurut Spradly (dalam Sugiyono, 2005) terdiri dari yang paling kecil, yaitu situasi sosial (single social

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekampung hulu; pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Juni Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja ( purposive) dengan

METODE PENELITIAN. Sekampung hulu; pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Juni Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja ( purposive) dengan III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada Gapoktan Hijau Makmur, Desa Air Naningan, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, di wilayah DAS Sekampung hulu;

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN Januari Februari Maret I. Goal yang ditetapkan untuk Januari Bulan ke-13 dan Februari 2009 Bulan ke-14

LAPORAN BULANAN Januari Februari Maret I. Goal yang ditetapkan untuk Januari Bulan ke-13 dan Februari 2009 Bulan ke-14 LAPORAN BULANAN Januari Februari 2009 5 Maret 2009 I. Goal yang ditetapkan untuk Januari Bulan ke-13 dan Februari 2009 Bulan ke-14 1. Kegiatan Workshop Guru dan Pemuka Agama. 2. Workshop/Pelatihan Karet

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967, arti hutan dirumuskan sebagai Suatu lapangan tetumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruhan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Fauna merupakan bagian dari keanekaragaman hayati di Indonesia,

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. silang data. Penelitian survei dirancang untuk menelaah secara langsung tentang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. silang data. Penelitian survei dirancang untuk menelaah secara langsung tentang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei yang akan melihat frekuensi jawaban responden serta mentabulasi silang data.

Lebih terperinci

Kampanye antisipasi global warming melalui desain komunikasi visual bagi anak usia sekolah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kampanye antisipasi global warming melalui desain komunikasi visual bagi anak usia sekolah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kampanye antisipasi global warming melalui desain komunikasi visual bagi anak usia sekolah Oleh : Natalia Tri Maharani C0704021 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan iklim yang terjadi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS KEBUTUHAN LAHAN DAN ALTERNATIF PILIHAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP DALAM KERANGKA REDD

VIII. ANALISIS KEBUTUHAN LAHAN DAN ALTERNATIF PILIHAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP DALAM KERANGKA REDD VIII. ANALISIS KEBUTUHAN LAHAN DAN ALTERNATIF PILIHAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP DALAM KERANGKA REDD 8.1. PENDAHULUAN 8.1.1. Latar Belakang Keberadaan masyarakat di dalam

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 25 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kampung Saporkren, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (lampiran satu). Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan 33 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan metode dengan informan, dan observasi. Data tentang karakteristik masyarakat lokal, tingkat,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai Studi Kelayakan Hutan Rakyat Dalam Skema Perdagangan Karbon dilaksanakan di Hutan Rakyat Kampung Calobak Desa Tamansari, Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Luas KHDTK Cikampek adalah 51,10 ha. Secara administratif

Lebih terperinci

3 METODE Rancangan Penelitian

3 METODE Rancangan Penelitian Peningkatan kesadaran perusahaan terhadap perlunya perilaku tanggung jawab sosial terjadi secara global. Para pengambil kebijakan di perusahaan semakin menyadari bahwa tujuan tanggung jawab sosial adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Januari 2010 Februari 2010 di Harapan Rainforest, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten IV. METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup seperti untuk membangun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

6. PERSIAPAN KERJA. 6.1 Penyiapan / Penentuan Tim Penilai

6. PERSIAPAN KERJA. 6.1 Penyiapan / Penentuan Tim Penilai 6. PERSIAPAN KERJA Penilaian NKT harus dipersiapkan secara terencana dan hati-hati, karena hal ini nantinya akan menentukan keberhasilan dan kemudahan pelaksanaan kegiatan di lapangan serta kelengkapan,

Lebih terperinci

MEMBANGUN MODEL DESA KONSERVASI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENYELAMATAN KAWASAN KONSERVASI. Oleh : Kusumoantono Widyaiswara Madya BDK Bogor ABSTRACT

MEMBANGUN MODEL DESA KONSERVASI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENYELAMATAN KAWASAN KONSERVASI. Oleh : Kusumoantono Widyaiswara Madya BDK Bogor ABSTRACT MEMBANGUN MODEL DESA KONSERVASI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENYELAMATAN KAWASAN KONSERVASI Oleh : Kusumoantono Widyaiswara Madya BDK Bogor ABSTRACT The conservation village is a conservation initiative that

Lebih terperinci

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Rancangan penelitian yang dilakukan dalam melakukan kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005) penelitian kualitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek, Kab. Karawang, Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Substansial Ruang lingkup substansial dalam penelitian ini adalah ; 1. Penelitian ini ditekankan pada pembahasan mengenai partisipasi

Lebih terperinci

HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI ASPEK BIOFISIK HUTAN KOTA LANSKAP PERKOTAAN

HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI ASPEK BIOFISIK HUTAN KOTA LANSKAP PERKOTAAN HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI ASPEK BIOFISIK HUTAN KOTA LANSKAP PERKOTAAN KAJIAN PERAN FAKTOR DEMOGRAFI DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA Kajian Peran Faktor Demografi dalam Hubungannya Dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : masyarakat adat, Suku Dayak Limbai, Goa Kelasi, aturan adat, perlindungan sumberdaya hutan

ABSTRAK. Kata kunci : masyarakat adat, Suku Dayak Limbai, Goa Kelasi, aturan adat, perlindungan sumberdaya hutan 1 PERAN ATURAN ADAT SUKU DAYAK LIMBAI DALAM PERLINDUNGAN SUMBERDAYA HUTAN : STUDI KASUS GOA KELASI DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT Nurul Iman Suansa, Amrizal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kawasan yang mempunyai berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi di dalamnya. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 2. Lokasi Studi 17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klimaks pada daerah dengan curah hujan mm/tahun. Hutan Hujan

BAB I PENDAHULUAN. klimaks pada daerah dengan curah hujan mm/tahun. Hutan Hujan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Hujan Tropis merupakan salah satu tipe hutan yang memiliki keanekaragaman tinggi. Ekosistem hutan tropis terbentuk oleh vegetasi yang klimaks pada daerah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PARAKASAK Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kampung Adat Dukuh Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengumpulan data, metode analisis data serta metode penyajian hasil analisis data.

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengumpulan data, metode analisis data serta metode penyajian hasil analisis data. BAB III METODE PENELITIAN Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu optimalisasi peran dan fungsi ruang publik Taman Sungai Kayan kota Tanjung Selor Kalimantan Utara, maka diperlukan penajaman metode penelitian

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK.133/Dik-1/2010 T e n t a n g KURIKULUM

Lebih terperinci

Tahapan Pemetaan Partisipatif Wilayah Kelola Rakyat

Tahapan Pemetaan Partisipatif Wilayah Kelola Rakyat Upaya PERDU mendorong pengelolaan sumberdaya alam di Papua secara adil dan berkelanjutan adalah dengan cara meningkatkan kapasitas masyarakat asli Papua. Juga dengan mengupayakan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

STRATEGI TINDAK LANJUT

STRATEGI TINDAK LANJUT VII. STRATEGI TINDAK LANJUT Pendahuluan Kampanye tahap pertama yang dilakukan di Kompleks hutan rawa gambut Sungai Putri baru saja berakhir Juli 2010 lalu. Beberapa capaian yang dicatat dari kampaye tersebut:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 55 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lima bandara di Indonesia, yaitu bandara Juanda di Surabaya, bandara Hasanuddin di Makasar, bandara Pattimura di Ambon,

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1. Metode dan Strategi Kajian Metode kajian adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus instrumental, yaitu studi yang memperlakukan kasus sebagai instrumen untuk masalah tertentu.

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA Nomor : 85 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN MATERI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA (Studi Kasus: Kawasan sekitar Danau Laut Tawar, Aceh Tengah) TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SALIM L2D

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM I. UMUM Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dikaruniai oleh Allah Yang Maha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebakaran hutan di Jambi telah menjadi suatu fenomena yang terjadi setiap tahun, baik dalam cakupan luasan yang besar maupun kecil. Kejadian kebakaran tersebut tersebar dan melanda

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuhan dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan- Nya. Manusia diberi kesempatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

WG-Tenure. Laporan Evaluasi dan Pendalaman Hasil Assesment Land Tenure KPHP Seruyan Unit XXI Kalimantan Tengah Seruyan Februari 2014

WG-Tenure. Laporan Evaluasi dan Pendalaman Hasil Assesment Land Tenure KPHP Seruyan Unit XXI Kalimantan Tengah Seruyan Februari 2014 Laporan Evaluasi dan Pendalaman Hasil Assesment Land Tenure KPHP Seruyan Unit XXI Kalimantan Tengah Seruyan 17-22 Februari 2014 Selama ini telah terbangun stigma yang buruk bahwa Desa itu berada dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sistem pengetahuan dan sistem mata pencaharian hidup merupakan bagian dari unsur pokok kebudayaan universal. Koentjaraningrat (2002) menjelaskan tujuh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup. Hutan memiliki

Lebih terperinci

VALUASI EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA

VALUASI EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA VALUASI EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA 5/14/2012 Dewi Lestari, Chandra T Putra, Muhammad Fahrial, M Hijaz Jalil, Fikri C Permana, Medi Nopiana, Arif

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu penelitian Populasi 27 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2007, bertempat di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB). Taman Nasional Gunung Merbabu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat dalam pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam PP No. 6 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) diartikan sebagai wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk 45 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan peneliti untuk proses pengumpulan dan menampilkan data hasil penelitian yang dilakukan. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Mei 2012 dan bertempat di hutan Desa Pasir Madang, Kec. Sukajaya, Kab. Bogor, Jawa Barat. 3.2. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan

Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan Pertanyaan Penelitian Siapakah yang menjadi relawan dan apa saja jenis kemampuan, kapasitas, dan komitmen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandar Dalam Kecamatan Sidomulyo

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandar Dalam Kecamatan Sidomulyo III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bandar Dalam Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan. Waktu penelitian dari bulan Agustus - September 2014.

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5794. KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 326). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.67/Menhut-II/2006 TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa untuk terselenggaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berupa metode deskriftif eksploratif dan jenis penilitian yang digunakan adalah kuantitatif. Penelitian deskriftif eksploratif adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pengambilan data atribut berupa data sosial masyarakat dilakukan di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Banten (Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan seluruh satuan lahan yang menunjang kelompok vegetasi yang didominasi oleh pohon segala ukuran, dieksploitasi maupun tidak, dapat menghasilkan kayu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus

Lebih terperinci

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat dengan cara

Lebih terperinci

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk menghentikan kawasan hutan dan memelihara area hutan Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah SPTN VI Besita

Lebih terperinci

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Manfaat Penelitian ini diharapkan menjadi sumber data dan informasi untuk menentukan langkah-langkah perencanaan dan pengelolaan kawasan dalam hal pemanfaatan bagi masyarakat sekitar. METODE Lokasi dan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian.

IV. METODOLOGI. Gambar 14. Peta Orientasi Lokasi Penelitian. IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada jalur pendakian Gunung Tambora wilayah Kabupaten Bima dan Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama

Lebih terperinci

this file is downloaded from

this file is downloaded from th file PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaedah dasar yang melandasi pembangunan dan perlindungan lingkungan hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah dasar ini selanjutnya

Lebih terperinci

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye 17.0 PESAN KAMPANYE 17.1 Strategi pembuatan pesan Strategi pembuatan pesan bagi petani dan masyarakat akan membantu memandu semua pesan yang dirancang agar dapat mencapai sasaran kampanye kami. Strategi-strategi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode. No.489, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/12/2009 TENTANG METODE PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu 25 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di dalam Cagar Alam Leuweung Sancang, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah III, Seksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TNW Kabupaten Merauke Provinsi Papua (Lampiran 1). Kegiatan penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan, diawali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan wilayah sistem penyangga kehidupan terutama dalam pengaturan tata air, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan sumberdaya alam terutama air dan tanah oleh masyarakat kian hari kian meningkat sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Baleendah. : Kecamatan Kutawaringin dan Kecamatan Soreang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Baleendah. : Kecamatan Kutawaringin dan Kecamatan Soreang 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Katapang yang merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung yang menjadi lokasi salah satu

Lebih terperinci