LAPORAN AKHIR PROGRAM KAMPANYE KEPEMIMPINAN PRIDE BALI BARAT. Istiyarto Ismu, Manajer Kampanye Bali Barat Yayasan Seka Agustus 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR PROGRAM KAMPANYE KEPEMIMPINAN PRIDE BALI BARAT. Istiyarto Ismu, Manajer Kampanye Bali Barat Yayasan Seka Agustus 2010"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR PROGRAM KAMPANYE KEPEMIMPINAN PRIDE BALI BARAT Istiyarto Ismu, Manajer Kampanye Bali Barat Yayasan Seka Agustus 2010

2

3 PENDAHULUAN oleh Istiyarto Ismu Selama dua tahun terakhir, saya telah menjabat sebagai manajer kampanye untuk Program Kampanye Kepemimpinan Pride Rare di Taman Nasional Bali Barat. Sulit, tapi sangat bermanfaat. Laporan akhir (dan analisis kritis) ini mempunyai beberapa tujuan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan beberapa khalayak. Pertama dan terpenting adalah untuk Lembaga saya (Yayasan Seka) dan Tim Kerja Kampanye Bali Barat dalam mendokumentasikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan hasilnya hingga saat ini. Laporan ini (bersama-sama dengan rencana "tindak lanjut" yang disertakan) untuk memberikan Rare dan mitra-mitra kami lainnya (Yayasan Seka, Balai Taman Nasional Bali Barat, Aliansi Petani Indonesia, Sekaha Tani Jembrana, Sekaha Tani Buleleng) laporan menyeluruh tentang proyek tersebut. Akhirnya, laporan ini merupakan tugas yang dinilai untuk mendapatkan gelar master (MA) saya di bidang Komunikasi dari University of Texas di El Paso (UTEP). Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih kepada semua individu dan lembaga yang telah membantu dalam keberhasilan proyek ini, termasuk kepada donor kami (Rare), Stacey Soward dari UTEP, segenap jajaran Dewan Guru SDN IV Sumberkima, dan kelompok tani di 9 desa sasaran, Pemerintah Desa di 9 desa sasaran khususnya Kepala Desa Sumberklampok dan Melaya. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Ni Putu Sarilani Wirawan (Pembimbing / Mentor Pride) dan yang paling penting, Supervisor saya (Sihabudin Rahman) untuk kepercayaan mereka pada saya. 1

4 DAFTAR ISI PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL & GRAFIK... 4 DAFTAR FOTO & GAMBAR... 6 A. Ringkasan Eksekutif... 9 Latar Belakang Taman Nasional Bali Barat Lokasi dan Topografi Taman Nasional Bali Barat (Fokus Rencana Proyek) Jalak Bali dan Habitatnya Pemilikan Lahan Demografi Nilai-nilai Konservasi Ancaman yang Diketahui Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bali Barat Perundang-undangan yang terkait dengan Taman Nasional Bali Barat Tim Proyek dan Pemangku Kepentingan B. Model Konseptual C. RINGKASAN KREATIF D. KEGIATAN-KEGIATAN KAMPANYE Kegiatan-Kegiatan Kampanye: Deskripsi dan Evaluasi Efektivitas E. HASIL KAMPANYE Metode Survei Pra dan Pasca Hasil Survei Pra dan Pasca Kampanye

5 Tingkat Perbandingan Survei Paparan terhadap Kegiatan-kegiatan Kampanye Pride Hasil Social Marketing (K, A, IC) Hasil Penyingkiran Halangan (BR) Hasil Perubahan Perilaku (BC) Capaian Perubahan Perilaku (BC) Pengurangan Ancaman dan Hasil Konservasi (TR dan CR) F. ANALISA KRITIKAL Tinjauan Kritikal Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek Tinjauan terhadap Proses Pelaksanaan Proyek G. RENCANA TINDAK LANJUT Lampiran A: Instrumen Riset untuk Pengujian Desain Poster dengan Khalayak Masyarakat desa & petani 9 desa target Lampiran B: Contoh Slogan Lampiran D: Survei Pasca Kampanye Lampiran E: Tabel Hasil Lengkap Survei Pra dan Pasca Lampiran F: Pemangku Kepentingan Utama DAFTAR PUSTAKA

6 DAFTAR TABEL Tabel 1 Daftar Lembaga Mitra di Kawasan Taman Nasional Bali Barat Tabel 2 Kelompok Lain di kawasan Taman Nasional Bali Barat Tabel 3 Rantai hasil dan sasaran SMART terkait pengetahuan untuk petani dan pencari kayu bakar Tabel 5 Rantai hasil dan sasaran SMART terkait Komunikasi Interpersonal untuk petani dan pencari kayu bakar Tabel 6 Perbandingan media (brosur) yang mempengaruhi keputusan khalayak sasaran Tabel 7 Sasaran SMART terkait Pengetahuan Masyarakat Umum Tabel 8 Sasaran SMART terkait Sikap dan Komunikasi Interpersonal Masyarakat Umum Tabel 9 Sasaran SMART terkait Perubahan Prilaku Masyarakat Umum Tabel 10 Rantai hasil dan sasaran SMART terkait Penyingkiran Halangan untuk petani dan pencari kayu bakar Tabel 11 Informasi latar belakang tentang survey pra dan pasca kampanye Tabel 12 Variabel-variabel Independen untuk Menilai Tingkat Perbandingan Survei pra dan pasca kampanye untuk masyarakat umum Tabel 13 Hasil Survei Pasca Kampanye tentang media utama yang paling sering memberikan informasi Tabel 14 Hasil Survei Pasca Media komunikasi tentang pelestarian kawasan TNBB yang pernah dilihat atau didengar Tabel 15 Hasil Survei Pasca Media komunikasi tentang pelestarian kawasan TNBB yang paling mempengaruhi keputusan Tabel 16 Hasil Survei Pasca Media komunikasi mengenai kebun energi yang pernah dilihat atau didengar Tabel 17 Hasil Survei Pasca Media komunikasi mengenai kebun energi yang paling mempengaruhi keputusan Tabel 18 Perubahan dalam variabel-variabel pengetahuan antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Tabel 19 Perubahan dalam variabel-variabel Sikap dan Komunikasi Interpersonal antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Tabel 20 Perubahan dalam variabel-variabel pengetahuan antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama

7 Tabel 21 Perubahan dalam variabel-variabel Sikap dan Komunikasi Interpersonal antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Tabel 22 Perubahan dalam variabel-variabel Perilaku antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Tabel 23 Prosedur pemantauan kebun energi Tabel 24 Prosedur pembuatan demplot kebun energi Tabel 25 Tahapan pembuatan kebun pembibitan kayu bakar Tabel 26 Kegiatan Pemasaran

8 DAFTAR FOTO & GAMBAR Foto 1 Lokakarya Guru Foto 2 Kegiatan Interpretasi Lingkungan dan Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Bagi Fasilitator Foto 3 Pertemuan Masyarakat Foto 4 Pentas kesenian Bondres Foto 5 Lokakarya Petani Foto 6 Pelatihan Petani Foto 7 Penanaman demplot kebun energi Foto 8 Demplot kebun energi sistem lorong milik Bapak Saleh di Desa Sumberklampok Foto 9 Demplot kebun energi di Sumberkima (insert skema demplot) Foto 10 (a) FGD monitoring di Sumberkima, (b) kayu bakar hasil kebun energi Foto 11 Workshop Stakeholder Bali Barat Foto 12 Proses eksekusi pohon menjadi kayu bakar Foto 13 Wawancara dengan Kepala Seksi TNBB Foto 15 (a) tungku kayu bakar, (b) kompor biogas Gambar 1 Kerangka Kerja Kampanye untuk Petani dan Pencari Kayu Bakar Gambar 2Topografi Taman Nasional Bali Barat Gambar 3 (a) Jalak Bali, (b) Habitat Jalak Bali di Prapat Agung, (c) Peta Taman Nasional Bali Barat Gambar 4 Lahan hutan yang dikelola masyarakat Gambar 5 Konsep Model untuk Kawasan Kerja Hutan Bali Barat

9 Gambar 6 Peringkat Ancaman untuk Hutan Bali Barat Gambar 7 Rantai faktor untuk Petani dan Pencari kayu Bakar Gambar 8 Mascot Kampanye Jalak Bali Gambar 9 Logo dan Slogan Kampanye Gambar 10 Proses Pembuatan Poster Gambar 11 Brosur Kampanye Gambar 12 (a) Foto desain awal poster, (b) pre test poster, (c) poster yang sudah dicetak, dan (d) poster yang sudah didistribusikan kepada khalayak sasaran Gambar 13 Brosur yang sudah dicetak Gambar 14 (a) Stiker kampanye sebelum Sasaran SMART, (b) setelah mengacu sasaran SMART Gambar 15 (a) Skema Sistem Tiga Strata, (b) Sistem Lorong Gambar 16 Buklet Kebun Energi

10 8

11 A. Ringkasan Eksekutif Ringkasan eksekutif menyediakan gambaran keseluruhan kampanye Pride dari latar belakang lokasi dan ancaman konservasi sampai khalayak sasaran yang diinginkan dan kegiatan Pride yang dirancang untuk mencapai masing-masing khalayak. Halaman-halaman berikut ini paling baik digunakan sebagai alat referensi setelah membaca keseluruhan rencana proyek. 9

12 TEORI PERUBAHAN K + A + IC + BR BC TR CR Petani dan pencari kayu bakar menyadari akibat pengambilan kayu bakar untuk hutan TNBB dan menyadari potensi kebun untuk dikelola sebagai sumber kayu bakar dan pertanian Petani dan pencari kayu bakar setuju bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan dan mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar Petani dan pencari kayu bakar mulai mendiskusikan dengan keluarga, tetangga dan kelompok tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar Pembuatan kebun energi yang mengintegrasikan tanaman kayu bakar, pakan ternak dan pertanian Petani dan pencari kayu bakar mengambil kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga dan untuk dijual dari kebun energi Pengambilan kayu bakar di hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali menurun Menyelamatkan hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali RANTAI HASIL: Pada Juni 2010, pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB meningkat sebesar 7% dari 73% menjadi 80%. Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan meningkat sebesar 8% dari 56% menjadi 64% Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB, meningkat 5% dari 10% menjadi 15% Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 3 desa sasaran (Sumberklampok, Melaya dan Sumberkima) telah membuat 57 demplot kebun energi dengan luas total lahan 30 hektar Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) telah membuat kebun energi di kebun mereka, meningkat dari semula 0% menjadi 5% Terbuat 57 demplot kebun energi seluas 30 hektar di 3 desa sasaran (Sumberklampok, Melaya dan Sumberkima) 40 orang petani dan pencari kayu bakar mengambil kayu bakar dari kebun energi dan tidak mengambil kayu bakar dari hutan TNBB 10

13 Narasi Teori Perubahan: Untuk mengurangi ancaman utama di hutan hujan dataran rendah TNBB berupa pengambilan kayu bakar oleh 147 orang petani dan pencari kayu bakar di 9 desa, khususnya Desa Sumberklampok dan Melaya untuk kebutuhan subsisten dan dijual, maka perlu dibuat kebun energi yang mengintegrasikan antara tanaman kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pertanian seluas 10 hektar di Desa Sumberklampok dan Melaya dengan memanfaatkan lahan milik masyarakat yang selama ini tidak dimanfaatkan/diterlantarkan. Hasil yang diharapkan adalah (1) Pada Juni 2010, 40 orang khalayak sasaran utama (petani dan pencari kayu bakar) di 2 desa target (Sumberklampok dan Melaya) telah membuat kebun energi di kebun mereka, dan (2) Pada Juni 2010, 20 orang khalayak sasaran utama (petani dan pencari kayu bakar) di 2 desa target (Sumberklampok dan Melaya) telah mulai mengambil kayu bakar dari kebun energi mereka. Hasil Teori Perubahan: Pengetahuan (K) Rata-rata, variabel Pengetahuan meningkat sebesar 12% persen antara survei pra dan pasca kampanye, dan kami mencapai 46% dari sasaran-sasaran SMART. Hasil ini jelas masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Belum terjadi perubahan besar dalam pengetahuan terkait dengan isu yang disasar selama masa kampanye. Namun kami optimis bahwa kedepan, target tersebut akan kami penuhi dengan melakukan monitoring secara intensif terkait penggunaan material kampanye. (Lihat Bab 5 Hasil Social Marketing) Sikap dan Komunikasi Interpersonal (A + IC) Rata-rata, variabel Sikap dan Komunikasi Interpersonal meningkat 9,8% antara survei pra dan pasca kampanye, dan mencapai 53,2% dari sasaran SMART. Ini jelas mendukung hipotesis bahwa kampanye Pride menyebabkan perubahan substansial dalam sikap dan meningkatkan komunikasi seputar masalah ini. Lihat Bab 5 untuk hasil sosial marketing terkait sikap dan komunikasi interpersonal, ada 2 sasaran SMART yang meningkat melampaui target. Meskipun demikian masih ada yang tidak sesuai dengan target, bahkan turun drastis. Ada perbedaan mencolok dengan siapa mereka memilih untuk berbicara. Petani dan pencari kayu bakar terutama melakukan diskusi dengan tetangga dan kelompok tani dibanding dengan keluarga. Penyingkiran Halangan (BR) Demplot kebun energi dibuat di 2 desa yang menjadi sasaran utama dari kegiatan kampanye, yaitu Sumberklampok dan Melaya.Sebanyak 20 demplot dengan luas total 10 hektar dikelola oleh 25 KK petani dan pencari kayu bakar. Pada Juli 2010 terjadi adopsi kebun energi sebanyak 37 demplot di 2 desa yaitu Sumberklampok dan Sumberkima, sehingga total kebun energi yang dibuat adalah 57 demplot. (Lihat Bab 5 Hasil Penyingkiran Halangan). Perubahan Perilaku (BC) Rata-rata variabel perubahan perilaku meningkat 7,5% antara survey pra dan pasca kampanye, dan mencapai 30% dari sasaran SMART. Meskipun sebanyak 57 demplot kebun energi telah diadopsi oleh petani dan pencari kayu bakar di 3 desa (Sumberklampok, Melaya dan Sumberkima), namun baru 10% dari 11

14 mereka yang telah mulai mengambil kayu bakar dari kebun energi. Meskipun capaian ini belum sesuai dengan target yang diharapkan, namun cukup menggembirakan dengan tingginya tingkat adopsi kebun energi untuk menghasilkan kayu bakar di lahan sendiri (Lihat Bab 5 Hasil Capaian Perubahan Perilaku). Pengurangan Ancaman (TR) Sejumlah 20 demplot kebun energi telah dibuat di 2 desa sasaran utama (Sumberklampok dan Melaya) oleh petani dan pencari kayu bakar. Meskipun pelaksanaannya tidak sesuai dengan jadwal yang disebabkan oleh faktor musim (di Sumberklampok) dan faktor kepercayaan terhadap pihak luar (di Melaya), tetapi dapat berjalan dengan baik. Bahkan telah mampu berkembang menjadi total 57 demplot di 3 desa (Lihat Bab 5 Pengurangan Ancaman). Hasil Konservasi (CR) Telah terjadi penurunan pengambilan kayu bakar oleh masyarakat sekitar kawasan TNBB dari 147 orang pada Juli 2009 menjadi 107 orang pada Juni 2010 di 2 desa, yaitu Sumberklampok dan Sumberkima. Sedangkan di Melaya belum terjadi perubahan karena kebun energi masih belum bisa dipanen (Lihat Bab 5 Hasil Konservasi). 12

15 NEGARA (UN), Negara Bagian atau Provinsi Nama lokasi RarePlanet URL Indonesia, Provinsi Bali Taman Nasional Bali Barat (TNBB) KILASAN KAMPANYE Nasional Bali Barat Informasi Angkatan Simpul: Indonesia Nama: Cohort 3 Bogor Nomor : /BALBAR Manajer: Ni Putu Sarilani Wirawan Jangka waktu proyek Oktober 2008 Juli 2010 Lembaga pemimpin Kontak lembaga pemimpin Nama manajer kampanye Mitra BINGO - Mitra lain Ancaman utama yang ditangani Sasaran keanakeragaman hayati utama Slogan kampanye Khalayak sasaran utama Jumlah hektar yang terancam Yayasan Seka Sihabudin Rahman Istiyarto Ismu Penyingkir halangan Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB), Dinas Kehutanan dan Perkebunan (DISHUTBUN) Kab. Buleleng, Dinas Pertanian dan Peternakan (DISTANAK) Kab. Buleleng, Sekaha Tani Buleleng (STB), Sekaha Tani Jembrana (STJ), Aliansi Petani Indonesia (API) Region Bali Pengambilan kayu bakar di hutan hujan dataran rendah Taman Nasional Bali Barat yang merupakan habitat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi). Hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) Kayu Bakarku Bukan Dari Hutan Bali Baratku 147 Petani dan Pencari kayu bakar di 9 desa di sekitar kawasan TNBB, khususnya Desa Sumberklampok dan Melaya berjumlah 40 orang 15, hektar 13

16 Kampanye Teori Perubahan Untuk mengurangi ancaman utama di hutan hujan dataran rendah TNBB berupa pengambilan kayu bakar oleh 147 orang petani dan pencari kayu bakar di 9 desa, khususnya Desa Sumberklampok dan Melaya untuk kebutuhan subsisten dan dijual, maka perlu dibuat kebun energi yang mengintegrasikan antara tanaman kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pertanian seluas 10 hektar di Desa Sumberklampok dan Melaya dengan memanfaatkan lahan milik masyarakat yang selama ini tidak dimanfaatkan/diterlantarkan. Hasil yang diharapkan adalah (1) Pada Juni 2010, 40 orang khalayak sasaran utama (petani dan pencari kayu bakar) di 2 desa target (Sumberklampok dan Melaya) telah membuat kebun energi di kebun mereka, dan (2) Pada Juni 2010, 20 orang khalayak sasaran utama (petani dan pencari kayu bakar) di 2 desa target (Sumberklampok dan Melaya) telah mulai mengambil kayu bakar dari kebun energi mereka Deskripsi lokasi INFORMASI LOKASI Taman Nasional Bali Barat (TNBB) ditetapkan pada tanggal 15 September 1995 melalui SK Menteri Kehutanan No. 493/Kpts-II/1995, secara geografis terletak pada 8 o 05' 20" 8 o 15' 25" LS dan 114 o 25' 00" 114 o 56' 30" BT, memiliki wilayah seluas 19,000.8 hektar, terdiri dari wilayah terestrial seluas 15, hektar dan perairan seluas 3,145 hektar. Keanekaragaman hayati di TNBB meliputi berbagai type ekosistem antara lain hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim, hutan hujan dataran rendah, evergreen forest dan savana. Keragaman flora dan faunanya antara lain terdiri dari 176 jenis flora, 17 jenis mamalia, 160 jenis aves. Salah Satu satwa endemic adalah Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang dilindungi Undang-undang : SK Menteri Pertanian No.421/Kpts/Um/8/70 tanggal 26 Agustus Termasuk dalam kategori IUCN: Critically Endangered B1ab(v); C2a(ii); D ver 3.1 dan CITES : Appendix I Secara Administrasi TNBB terletak di 2 kabupaten yaitu Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana. Wilayah TNBB yang terletak di Kabupaten Buleleng terdapat di Kecamatan Gerokgak, memiliki luas ,89 hektar yang terbagi dalam 2 RPH, yaitu RPH Sumberkima (1.595,72 hektar) dan RPH Sumberklampok (11.219,17 hektar). Sedangkan di Kabupaten Jembrana terdapat di Kecamatan Melaya (RPH Penginuman) seluas hektar. Jumlah penduduk di Kecamatan Gerokgak tahun 2006 adalah 73,798 (Buleleng Dalam Angka 2007). Sedangkan jumlah penduduk di Kecamatan Melaya tahun 2005 adalah 50,824. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNBB berasal dari berbagai suku, antara lain Bali, Jawa, Madura, Bugis dan Mandar. Ancaman utama terhadap kawasan TNBB adalah pengambilan kayu bakar yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar kawasan, khususnya Desa Sumberklampok dan Melaya untuk kebutuhan subsisten dan untuk dijual. 14

17 Tipe ekosistem (IUCN) Peta lokasi Koordinat GPS Hotspot Keanekaragaman hayati Status perlindungan-kawasan lainnya Jumlah hektar sasaran kampanye Type ekosistem yang terdapat di TNBB antara lain hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim, hutan hujan dataran rendah, evergreen forest dan savana. Lihat di lampiran 8 o 05' 20" 8 o 15' 25" LS dan 114 o 25' 00" 114 o 56' 30" BT Sundaland Taman Nasional, ditetapkan pada tanggal 15 September 1995 melalui SK Menteri Kehutanan No. 493/Kpts- II/1995 Taman Nasional Bali Barat memiliki luas daratan 15, hektar. Kampanye ini akan dilakukan di 9 desa sekitar kawasan TNBB dengan target khusus Desa Sumberklampok dan Melaya SPESIES TERANCAM PUNAH Nama spesies (umum) Nama spesies (ilmiah) Deskripsi spesies bendera/spesies flagship Jalak Bali / Curik Bali Leucopsar rothschildi Deskripsi Bentuk Berukuran sedang (25 cm), berwarna putih. Bulu seluruhnya putih salju, kecuali ujung sayap dan ujung ekor hitam, kulit terbuka di sekitar mata berwarna biru terang. Jambul sangat panjang (terutama pada jantan). Perbedaannya dengan jalak putih: warna hitam pada sayap jauh lebih sempit dan kulit di sekitar mata berwarna biru. Iris kelabu, paruh kelabu dan kuning, kaki kelabu-biru. Deskripsi Suara Siulan keras, parau sebagai suara kontak: "cl'ik", "kiik-k'k-kw'k", dan berbagai variasi yang disusun menjadi nyanyian. "Twat" sewaktu mencari makan. Kebiasaan Burung dataran rendah kering di Bali Barat. Bertengger bersama, tetapi terbang berpasangan untuk mencari makan. Jambul jantan menegak sewaktu bercumbu atau bergaya dan turun selama bernyanyi. 15

18 Jumlah spesies pada Daftar Data Merah IUCN Jumlah spesies yang endemik Taman Nasional Bali Barat memiliki 11 spesies yang terdapat pada Daftar Data Merah IUCN. Dari 11 spesies tersebut, 10 spesies adalah flora dan 1 fauna yaitu Jalak Bali (Leucopsar rothschildi). Jalak Bali dimasukkan dalam kategori IUCN: Critically Endangered B1ab(v); C2a(ii); D ver 3.1 Taman Nasional Bali Barat memiliki 1 spesies endemik, yaitu Jalak Bali (Leucopsar rothschildi). ANCAMAN Ancaman (IUCN) Ancaman yang ditangani dengan kampanye (IUCN) Ancaman berikut ini memberikan dampak terhadap kelestarian TNBB khususnya pada hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali: Pengambilan kayu bakar untuk kebutuhan subsisten dan untuk dijual Pengambilan kayu bakar telah mengurangi luasan habitat Jalak Bali. Kategori ancaman IUCN: 5 (Penggunaan Sumberdaya Alam Hayati): 5.3 Penebangan & Pemanenan Kayu Perburuan (Perburuan & Pengambilan Hewan Daratan) Kategori ancaman IUCN: 5 (Penggunaan Sumber Daya Alam Hayati): 5.1 Perburuan dan pengambilan hewan daratan. Penebangan kayu secara ilegal Kategori ancaman IUCN: 5 (Penggunaan Sumberdaya Alam Hayati): 5.3 Penebangan & Pemanenan Kayu Pengambilan daun-daunan untuk pakan ternak Kategori ancaman IUCN: tidak ada Ancaman diberi peringkat menggunakan Miradi dengan Lingkup (Scope), Tingkat Kerusakan (Severity) & Ketakterbalikkan (Irreversibility). Pengambilan kayu bakar diberi peringkat tinggi atas akibatnya pada hutan hujan dataran rendah, sementara penebangan pohon secara illegal diberi peringkat sedang dan pengambilan daun-daunan untuk pakan ternak diberi peringkat rendah. Ancaman yang ditangani oleh kampanye: pengambilan kayu bakar, Kategori ancaman IUCN: 5 (Penggunaan Sumberdaya Alam Hayati): 5.3 Penebangan & Pemanenan Kayu POPULASI MANUSIA Populasi manusia di lokasi jiwa atau KK 16

19 Ringkasan Populasi Manusia Golongan sasaran kunci Populasi manusia yang tinggal di kawasan TN. Bali Barat tersebar di 8 desa dan 1 kelurahan. Di dalam kawasan TNBB terdapat 2 desa dan 1 kelurahan yang sebagian dari masyarakatnya menggantungkan hidupnya dari pekerjaan mencari kayu bakar. Desa-desa tersebut adalah Sumberklampok, Melaya dan Kelurahan Gilimanuk. Masyarakat di 3 wilayah tersebut memiliki tingkat kemajemukan etnis dan sosial yang tinggi. Mereka terdiri dari penduduk asli Bali, Jawa, Madura dan Bugis dengan latar belakang yang berbeda. Penduduk yang berasal dari Madura pada jaman Belanda didatangkan untuk membuka lahan hutan menjadi perkebunan kelapa, kayu putih dan kapok, sedangkan penduduk Bali yang menetap di kawasan TNBB dibedakan menjadi 3 yaitu (1) Dari kabupaten Karangasem yang mengungsi pada saat terjadi letusan Gunung Agung, (2) Dari Pulau Nusa Penida, dan (3) Eks transmigran Timor Leste. Enam desa lainnya terletak berbatasan dengan kawasan TN. Bali Barat, yaitu Desa Sumberkima, Pejarakan, Blimbingsari, Ekasari, Warnasari dan Tukadaya. Petani dan pencari kayu bakar MANFAAT KONSERVASI Manfaat konservasi pada tahun 2009 (sukses sementara) Konservasi berkelanjutan teruji kebenarannya di lapangan pada tahun 2010 (sukses akhir) Pembuatan 20 kebun energi di 2 desa target, yaitu Sumberklampok dan Melaya Pembuatan 57 kebun energi di 3 desa target yaitu Sumberklampok, Melaya dan Sumberkima Pengambilan kayu bakar di kebun energi mulai dilakukan oleh 40 orang petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Sumberkima) RENCANA KEBERLANJUTAN Rencana Strategis Pelatihan staf Keberlanjutan sumberdaya Rencana pengembangan kebun energi di 8 desa (minus Gilimanuk karena tidak mempunyai lahan pertanian) tahun dalam rangka memenuhi kebutuhan kayu bakar keluarga dan pengembangan peternakan dengan penyediaan pakan ternak (hijauan makanan ternak) sepanjang waktu. Manajer Kampanye, akan menggunakan keahlian yang dipelajari selama fase universitas I, II dan III dan aplikasi praktisnya dalam proyek untuk melatih staf lembaga, mitra lokal dan relawan yang tertarik untuk mengembangkan kampanye di Bali Barat pada tahun Pelatihan diawasi oleh Manajer program selama kunjungan-kunjungan bantuan. Dukungan pendanaan akan diupayakan dengan mengajukan dana alumni rare dan melakukan pendekatan kepada Dinas Pertanian dan Peternakan untuk menjadikan kebun energi sebagai program prioritas pada tahun

20 Kemunduran perilaku dan perlunya penyampaian pesan yang terus menerus Untuk menjaga kelestarian hutan hujan dataran rendah TNBB yang menjadi habitat Jalak Bali dari ancaman pengambilan kayu bakar oleh petani dan pencari kayu bakar di desa sekitar kawasan, maka pembuatan kebun energi harus terus dikembangkan sampai khalayak sasaran utama mendapatkan hasil (kayu bakar) dari kebun energi. Perubahan perilaku dapat mengalami kemunduran jika kebun energi yang diharapkan sebagai sumber kayu bakar ternyata mengalami kegagalan, misalnya tanaman mati akibat pengaruh musim kemarau yang panjang. Untuk memastikan bahwa kemunduran perilaku tidak terjadi, Yayasan Seka akan berjanji memberikan prioritas utama pada kegiatan penjangkauan di desa-desa sekitar kawasan TNBB. 18

21 RENCANA AKSI UNTUK MENJANGKAU SEMUA KHALAYAK Khalayak sasaran Kun Fokus Hasil yang diperlukan Untuk semua Kelompok Tujuan Hutan hujan Keanekaragaman dataran rendah Hayati: (Habitat Jalak Menyelamatkan hutan Bali) di Taman hujan dataran rendah Nasional Bali yang menjadi habitat Barat (TNBB) Jalak Bali dari tekanan pengambilan kayu bakar oleh masyarakat sekitar kawasan TNBB dari 147 orang pada Juli 2009 menjadi 107 orang pada Juni 2010 Tujuan pengurangan ancaman: Membuat 20 plot (masing-masing plot seluas 0.5 hektar) Kebun Energi di 2 desa target (Sumberklampok dan Melaya) Petani dan pencari kayu bakar di 9 desa di kawasan TNBB, khususnya di 2 Desa, yaitu Sumberklampok dan Melaya Luasan hutan hujan dataran rendah (habitat Jalak Bali) yang terselamatkan Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci Tujuan Kunci Kegiatan Alat yang Mitra Ukuran Metode Target Frekuensi Sosialpolitik Ilmiah/lainnya Kunci diperlukan Menurunnya tekanan terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali oleh petani dan pencari kayu bakar dari 147 orang menjadi 107 orang pada Juni 2010 Kebun energi Membuat 20 dibuat oleh Petani kebun energy pada dan pencari kayu Nopember 2009 bakar di 9 desa di dan bertambah kawasan TNBB menjadi 40 pada Juni 2010 Pembuatan kebun energi Pembuatan Kebun energi Demplot kebun energi Demplot Kebun energi Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB), Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Buleleng, Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Buleleng Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB), Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Buleleng, Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Buleleng Jumlah pencari kayu bakar Jumlah demplot Kebun energi Survey wawancara, Observasi Survey wawancara, Observasi 40 petani dan pencari kayu bakar pada Juni kebun energy pada Nopember 2009 dan 20 kebun energy pada Juni bulan sekali selama 1 tahun Bulanan Lemahnya pengawasan oleh Petugas TNBB (1)Kepemilikan lahan di Sumberklampok (lokasi demplot) masih dalam proses negosiasi dengan Pemkab Buleleng, (2)Kemauan petani dan pencari kayu bakar untuk merawat kebun energi rendah Jenis tanaman yang ditanam di kebun energi tidak sesuai dengan karakteristik lahan, factor musim kemarau yang panjang (dapat menyebabkan kematian tanaman) 19

22 Khalayak sasaran: PETANI & PENCARI KAYU BAKAR Khalayak sasaran Khusus Ku Fokus Hasil yang diperlukan Khalayak sasaran: PENCARI KAYU BAKAR Tahap Perenungan (Pengetahuan) 2a Nilai keanekaragaman hayati Petani dan pencari kayu bakar di hutan hujan dataran rendah TNBB (habitat Jalak Bali) (9 desa) Pengetahuan tentang nilai keanekaragaman hayati Pengetahuan tentang kebun energi Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko-risiko Kunci Sasaran-sasaran Kegiatan Kunci Alat yang Mitra Ukuran Metode Target Frekuensi Sosialpolitik Ilmiah/Lainnya kunci diperlukan (1)Pada Juni 2010, pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB meningkat sebesar 20% dari 69% pada Juli 2009, menjadi 89%. (2) Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran tentang batas-batas kawasan TNBB yang benar meningkat sebesar 30% dari 15% pada Juli 2009 menjadi 45%. Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi meningkat sebesar 20% dari 32% pada Juli 2009 menjadi 52%. Pesan-pesan kognitif: ditanamkan melalui poster, brosur, koran, papan informasi dan pertemuan kelompok Pesan-pesan kognitif: ditanamkan melalui papan informasi, poster, brosur dan pertemuan masyarakat Poster, brosur, tulisan di Koran dan pertemuan, laptop, LCD, ATK Materi poster, brosur, papan informasi, talkshow dan pertemuan, laptop, LCD, ATK TNBB, DISHUTBUN, DISTANAK, Tabloid Xpose, Singaraja Post, Kelompok tani di 9 desa TNBB, DISHUTBUN, DISTANAK, Tabloid Xpose, Singarajapost, Kelompok tani di 9 desa Perubahan dalam kepedulian Perubahan dalam kepedulian Survei pra/pasca Survei pra/pasca (1) 89% meningkat dari 69% (2) 45% meningkat dari 15% 52% meningkat dari 32% Juni 2010 Juni 2010 Radio meminta pembayaran mahal untuk siaran, Koran tidak mau memuat tulisan yang dikirimkan, petani dan pencari kayu bakar takut menghadiri pertemuan kelompok Radio meminta pembayaran mahal untuk siaran, petani dan pencari kayu bakar takut menghadiri pertemuan kelompok Tahap Persiapan (Sikap) 2b Kepedulian terhadap nilai keanekaragaman hayati Kepedulian terhadap nilai keanekaragaman hayati Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan Pesan-pesan emosional: ditanamkan dalam pertemuanpertemuan kelompok, kegiatan Materi pertemuan, lembar dakwah, laptop, LCD, soundsystem, ATK TNBB, DISHUTBUN, DISTANAK, Kelompok tani di 9 desa Pergeseran dalam sikap Survei pra/pasca 78% meningkat dari 58% Juni 2010 Kurangnya dukungan dari pemuka agama, tokoh masyarakat dan ketua kelompok 20

23 Tahap Validasi (Sikap) Dukungan terhadap pengurangan pengambilan kayu bakar di habitat Jalak Bali 2c Manfaat Kebun energi Dukungan terhadap pengenalan kebun energi Pembicaraan tentang manfaat kebun energi serta teknik dan metode pembuatannya mengakibatkan kerusakan hutan meningkat sebesar 20% dari 58% pada Juli 2009 menjadi 78% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar meningkat sebesar 20% dari 77.5% pada Juli 2009 menjadi 97.5% (1)Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB, meningkat 20% dari 17% pada Juli 2009 menjadi 37% (2) Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di di 9 desa sasaran mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar meningkat 20% dari 9% pada Juli 2009 menjadi 29% keagamaan Pesan-pesan emosional: ditanamkan dalam pertemuanpertemuan kelompok Pesan-pesan interpersonal: pertemuan tatap muka dengan kelompok petani dan pencari kayu bakar Poster, tentang petunjuk pembuatan kebun energy, laptop, LCD, ATK Materi tentang petunjuk pembuatan kebun energy, laptop, LCD, ATK TNBB, DISHUTBUN, DISTANAK, Kelompok tani di 9 desa TNBB, DISHUTBUN, DISTANAK, Kelompok tani di 9 desa Pergeseran dalam sikap Saling berbicara satu sama lain diantara petani dan pencari kayu bakar Survei pra/pasca 97.5% meningkat dari 77.5% Survei kesiapan (1) 37% meningkat dari 17% (2) 29% meningkat dari 9% Juni 2010 Juni 2010 Kurangnya dukungan dari tokoh masyarakat dan anggota kelompok, Harga brosur dan poster mahal, Radio meminta pembayaran mahal untuk siaran Petani dan Pencari kayu bakar tidak mau menghadiri pertemuan, kurangnya kepercayaan terhadap manajer kampanye Tingkat kecerdasan petani dan pencari kayu bakar rendah dalam menerima informasi 21

24 Tahap Tindakan dan Maintenance (Praktik) 2d Pembuatan Kebun energi Petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran mulai membuat kebun energi. (1)Pada Juni 2010, Pelatihan setidaknya 2000 KK pembuatan dari 9 desa sasaran kebun energy telah terlibat dalam kegiatan konservasi, terkait dengan pemanfaatan kebun terlantar dan penyelamatan TNBB (2)Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 kelompok tani dari 2 desa lain (selain Sumberklampok dan Melaya) diantara 9 desa sasaran telah merancang rencana aksi untuk memanfaatkan lahan terlantar sebagai kebun energi Materi pelatihan, petunjuk pembuatan kebun energy, laptop, LCD, ATK DISTANAK, Kelompok tani di 9 desa Jumlah kebun energy Praktik, Pengamatan dan diskusi (1)2000 KK, (2)2 kelompok tani Juni 2010 Petani dan Pencari kayu bakar tidak mau menghadiri pelatihan. Pencari kayu bakar tidak bersedia untuk membuat kebun energi 22

25 Gambar 1 Kerangka Kerja Kampanye untuk Petani dan Pencari Kayu Bakar Memanfaatkan kebun untuk tanaman kayu bakar dan tanaman pertanian Kayu bakar untuk kebutuhan sendiri dan alternatif pendapatan. Hasil pertanian meningkat Kebun energi Pengambilan kayu bakar di hutan hujan dataran rendah (habitat Jalak Bali) oleh masyarakat 9 desa Pengambila n kayu bakar Habitat Jalak Bali Petani dan pencari kayu bakar menyadari akibat pengambilan kayu bakar untuk hutan TNBB dan menyadari potensi kebun untuk dikelola sebagai sumber kayu bakar dan pertanian Petani dan pencari kayu bakar setuju bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan dan mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar Petani dan pencari kayu bakar mulai mendiskusikan dengan keluarga, tetangga dan kelompok tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar Pembuatan kebun energi yang mengintegrasikan tanaman kayu bakar, pakan ternak dan pertanian Petani dan pencari kayu bakar mengambil kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga dari kebun energi Petani dan pencari kayu bakar mengambil kayu bakar untuk dijual dari kebun energi Pengambila n kayu bakar di habitat Jalak Bali menurun Menyelamat kan habitat Jalak Bali Pada Juni 2010, pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB meningkat sebesar 20% dari 69% pada Juli 2009, menjadi 89%. Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran tentang batas-batas kawasan TNBB yang benar meningkat sebesar 30% dari 15% pada Juli 2009 menjadi 45%. Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi meningkat sebesar 20% dari 32% pada Juli 2009 menjadi 52%. Kesadaran dan komunikasi, pesan kognitif; poster, brosur, pertemuan kelompok Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan meningkat sebesar 20% dari 58% pada Juli 2009 menjadi 78% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar meningkat sebesar 20% dari 77.5% pada Juli 2009 Kesadaran dan komunikasi, pesan kognitif; Petugas TNBB, Pemerintah Desa Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB, meningkat 20% dari 17% pada Juli 2009 menjadi 37% Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di di 9 desa sasaran mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar meningkat 20% dari 9% pada Juli 2009 menjadi 29% Komunikasi, pesan antar individu (keluarga, teman, tetangga), pertemuan kelompok Pembuatan kebun energi Pelatihan teknik pertanian dan demplot kebun energi (1)Pada Juni 2010, setidaknya 2000 KK dari 9 desa sasaran telah terlibat dalam kegiatan konservasi, terkait dengan pemanfaatan kebun terlantar dan penyelamatan TNBB (2)Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 kelompok tani dari 2 desa lain (selain Sumberklampok dan Melaya) diantara 9 desa sasaran telah merancang rencana aksi untuk memanfaatkan lahan terlantar sebagai kebun energi Membuat demplot kebun energi Pada Juni 2010, jumlah petani/pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang mencari kayu di hutan hujan dataran rendah (habitat Jalak Bali) menurun sebesar 20 orang dari 147 orang Monitoring jumlah petani/pencari kayu bakar yang membuat kebun energi Pada Juni 2010, Tekanan di hutan hujan dataran rendah (habitat Jalak Bali) akibat pengambilan kayu bakar oleh petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran menurun sebesar 13.6% dari 100% pada Juli 2009 Monitoring jumlah petani/pencari kayu bakar di hutan hujan dataran rendah (habitat Jalak Bali) 23 Survei Pra/Pasca Survei Pra/Pasca Survei Pra/Pasca Survei Pra/Pasca Survei kesiapan Pengamatan dan diskusi Pengamatan dan diskusi

26 Sebelum meluncurkan suatu kampanye Pride, adalah penting untuk memahami sepenuhnya lokasi yang akan menjadi fokus dari kampanye, ancaman dan penyebab yang telah diketahui, kebijakan dan peraturan yang dapat memberikan dampak terhadap lokasi, dan inisiatif konservasi lain yang ada di lokasi. Hal ini pertama-tama dilakukan dengan melakukan kajian lokasi (site review) dan menyiapkan suatu naskah latar belakang yang menyimpulkan informasi primer dan sekunder yang telah dikumpulkan dan darimana informasi itu diambil. Hasil dari pekerjaan yang dilakukan untuk mempersiapkan bab dari rencana ini juga dapat membantu mengidentifikasi pemangku kepentingan utama dan sasaran utama keanekaragaman hayati. Latar Belakang Taman Nasional Bali Barat Taman Nasional Bali Barat mempunyai luas ,89 ha. terdiri dari kawasan terestrial seluas ,89 ha. dan kawasan perairan selaus ha dan sebagai salah satu kawasan kawasan konservasi, pengelolaan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) ditujukan untuk : Gambar Perlindungan populasi Jalak Bali beserta ekosistem lainnya seperti ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove, ekosistem hutan pantai dan ekosistem hutan daratan rendah sampai pegunungan sebagai sistem penyangga kehidupan terutama ditujukan untuk menjaga keaslian, keutuhan dan keragaman suksesi alam dalam unit-unit ekosistem yang mantap dan mampu mendukung kehidupan secara optimal. 2. Pengawetan keragaman jenis flora dan fauna serta ekosistemnya ditujukan untuk melindungi, memulihkan keaslian, mengembangkan populasi dan keragaman genetik dalam kawasan TNBB dari gangguan manusia. 3. Pemanfaatan secara lestari Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya ditujukan untuk berbagai pemanfaatan seperti: sebagai laboratorium lapangan bagi peneliti untuk pengembangan ilmu dan teknologi. Kawasan Hutan Taman Nasional Bali Barat sebagai tempat pendidikan untuk kepentingan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bagi masyarakat. obyek wisata pada zona khusus pemanfaatan yang dapat dibangun fasilitas pariwisata. menunjang budidaya penangkaran jenis flora dan fauna dalam rangka memenuhi kebutuhan protein, binatang kesayangan dan tumbuhan obatobatan. Pengelolaan Taman Nasional Bali Barat dibawah kewenangan Departemen Kehutanan dan dikelola oleh Balai Taman Nasional Bali Barat. Sejarah pengelolaan kawasan Taman Nasional Bali Barat adalah sebagai berikut: 24

27 1. Tanggal 13 Agustus 1947 dikeluarkan SK Dewan Raja-Raja di Bali No.E/I/4/5/47 yang menetapkan kawasan hutan Banyuwedang dengan luas ,6 Ha sebagai Taman Pelindung Alam / Natuur Park atau sesuai dengan Ordonansi Perlindungan Alam 1941 statusnya sama dengan Suaka Margasatwa, 2. Tanggal 10 Maret 1978 dikeluarkan SK Menteri Pertanian No. 169/Kpts/Um/3/1978 menetapkan Suaka Margasatwa Bali Barat Pulau Menjangan, Pulau Burung, Pulau Kalong dan Pulau Gadung sebagai Suaka Alam Bali Barat seluas ,8 Ha, 3. Deklarasi Menteri Pertanian tentang penetapan Calon Taman Nasional Nomor 736/Mentan/X/1982 kawasan Suaka Alam Bali Barat ditambah hutan lindung yang termasuk ke dalam Register Tanah Kehutanan (RTK) No. 19 dan wilayah perairan sehingga luasnya mencapai Ha terdiri dari daratan Ha dan wilayah perairan ± Ha 4. Pengelolaan UPT Taman Nasional Bali Barat sesuai SK Menteri Kehutanan No. 096/Kpts-II/1984 tanggal 12 Mei 1984 secara intensif hanya seluas ,8 Ha daratan termasuk hutan produksi terbatas (HPT) dengan pembagian zonasi Zona Inti, Zona Rimba, Zona Pemanfaatan, dan Zona Penyangga 5. Tanggal 15 September 1995 dikeluarkan SK Menteri Kehutanan No. 493/Kpts-II/1995 luas Taman Nasional Bali Barat hanya sebesar ,89 Ha yang terdiri dari ,89 Ha wilayah daratan dan Ha wilayah perairan Potensi TNBB meliputi berbagai jenis flora dan fauna liar, yang berstatus langka, dilindungi maupun yang keberadaannya masih melimpah, habitat dan letak geomorfologinya serta keindahan alamnya yang masih dalam keadaan utuh. Ekosistem di dalam kawasan TNBB cukup potensial dan lengkap yang meliputi perairan laut, pantai dan pesisirnya, hutan dataran rendah sampai pegunungan merupakan habitat alami bagi hidupan liar yang juga menunjukkan tingginya keanekaragaman hayati antara lain terumbu karang dan biota laut lainnya, vegetasi mangrove, hutan rawa payau, savana dan hutan musim. Flora dan fauna yang cukup beragam, sampai saat ini telah diidentifikasi 176 jenis flora meliputi pohon, semak, tumbuhan memanjat, menjalar, jenis herba, anggrek, pakupakuan dan rerumputan. Untuk jenis fauna terdiri dari 17 jenis mamalia, 160 jenis burung (aves), berbagai jenis reptil dan ikan. Lokasi dan Topografi Taman Nasional Bali Barat (Fokus Rencana Proyek) Gambar 2Topografi Taman Nasional Bali Barat Kawasan terestrial di Taman Nasional Bali Barat (TNBB) seluas ,89 ha memiliki Topografi kawasan yang terdiri dari dataran landai (sebagian besar datar), agak curam, dengan ketinggian tempat antara 0 s.d mdpl. Terdapat 4 buah gunung yang cukup dikenal dalam kawasan, yaitu Gunung Prapat Agung setinggi ± 310 mdpl, Gunung Banyuwedang ± 430 mdpl, Gunung Klatakan ± 698 mdpl dan Gunung Sangiang yang tertinggi yaitu ± 1002 mdpl. Berdasarkan Peta Tanah Tinjau P. Bali skala 1 : (Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Wilayah DAS Pancoran, Teluk Terima, Balingkang Anyar Unda dan Sema Bor) tahun 1984 formasi Geologi, TNBB sebagian besar terdiri dari Latosol. Tanah Latosol berwarna agak merah dengan tekstur lempung sampai geluh, strukturnya remah sampai gumpal lemah sehingga jika terkena hujan akan lengket tetapi jika kondisi kekeringan tanah menjadi keras dan pecah-pecah. 25

28 Berdasarkan peta kelas lereng lapangan Pulau Bali skala 1 : TN. Bali Barat termasuk kelas lereng II bertopografi landai (8% - 15%) dan kelas lereng I bertopografi datar (0% - 8%). Berdasarkan Schmidt dan Ferguson, kawasan TN. Bali Barat memiliki iklim tipe klasifikasi D, E, C dengan curah hujan rata-rata D : mm / tahun, E : 972 mm / tahun, dan C : mm / tahun. Temperatur udara rata-rata 33 o C dengan jumlah bulan hujan dalam satu tahun rata-rata adalah 3 bulan. Pada beberapa lokasi, kelembaban udara di dalam hutan sekitar 86 %. Sungai-sungai yang ada dalam kawasan TNBB meliputi S. Labuan Lalang, S. Teluk Terima, S. Trenggulun, S. Bajra / Klatakan, S. Melaya, dan S. Sangiang Gede. Jalak Bali dan Habitatnya Taman Nasional Bali Barat merupakan habitat terakhir bagi spesies burung Jalak Bali (Leucopsar rotschildi) yang diduga keberadaannya secara alami saat ini hanya terdapat di Semenanjung Prapat Agung (tepatnya Teluk Brumbun dan Teluk Kelor). Habitat Jalak Bali berupa hutan musim dimana pada musim penghujan kondisinya hijau dan lebat, sedangkan pada musim kemarau pepohonan menggugurkan daunnya sehingga terlihat kering dan gersang. Kondisi ini terutama pada musim kemarau sangat rawan terjadi kebakaran hutan. Terdapat dua kondisi utama penyebab turunnya populasi Jalak Bali yakni rusaknya kualitas habitat serta pencurian. Rusaknya kualitas habitat terjadi karena maraknya perambahan kawasan, meluasnya pencurian kayu serta makin langkanya sumber air tawar. Gambar 3(a) Jalak Bali, (b) Habitat Jalak Bali di Prapat Agung, (c) Peta Taman Nasional Bali Barat 26

29 Pemilikan Lahan Taman Nasional Bali Barat berada di bawah kewenangan Departemen Kehutanan dan dikelola oleh Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB). Kawasan yang berbatasan dengan TNBB adalah kawasan hutan Produksi yang dikelola oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng dan Jembrana. Sedangkan pemukiman masyarakat di sekitar kawasan tersebar dalam 8 desa dan 1 kelurahan. Secara Administratsi TNBB terletak di 2 kabupaten yaitu Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana. Wilayah TNBB yang terletak di Kabupaten Buleleng terdapat di Kecamatan Gerokgak, memiliki luas ,89 hektar yang terbagi dalam 2 RPH, yaitu RPH Sumberkima (1.595,72 hektar) dan RPH Sumberklampok (11.219,17 hektar). Sedangkan di Kabupaten Jembrana terdapat di Kecamatan Melaya (RPH Penginuman) seluas hektar. Gambar 4 Lahan hutan yang dikelola masyarakat Selama ini masyarakat sekitar kawasan hutan melakukan budidaya tanaman pertanian di lahan milik Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng dalam program Social Forestry dengan jenis tanaman jagung, kacang tanah dan cabai kecil. Lokasi lahan social forestry berbatasan langsung dengan kawasan hutan TNBB. Sebenarnya masyarakat memiliki lahan milik sendiri berupa kebun yang berisi tanaman kelapa yang merupakan peninggalan masa perkebunan. Namun kebun tersebut tidak dimanfaatkan, sementara itu pohon kelapa yang ada kondisinya sudah tua dan produktivitasnya rendah. Demografi Di Kawasan Taman Nasional Bali Barat terdapat 8 desa dan 1 kelurahan dengan jumlah penduduknya sebesar jiwa atau KK. Terdapat 2 desa dan 1 kelurahan yang termasuk dalam enclave, yaitu Desa Sumberklampok, Melaya dan Kelurahan Gilimanuk. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani lahan kering dengan produksi utamanya jagung, cabai kecil, kacang tanah dan ketela pohon. Sebagian lagi menggantungkan hidupnya dari pekerjaan mencari kayu bakar untuk dijual ke tetangga dan di luar desa. Masyarakat di 2 desa dan 1 kelurahan tersebut memiliki tingkat kemajemukan etnis dan sosial yang tinggi. Mereka terdiri dari suku Bali, Jawa, Madura dan Bugis dengan latar belakang yang berbeda. Penduduk yang berasal dari Madura pada Jaman Belanda didatangkan untuk membuka lahan hutan menjadi perkebunan kelapa, kayu putih dan kapok, sedangkan penduduk Bali yang menetap di kawasan TNBB dibedakan menjadi 3 yaitu (1) Dari kabupaten Karangasem yang mengungsi pada saat terjadi letusan Gunung Agung, (2) Dari Pulau Nusa Penida, dan (3) Eks transmigran Timor Leste. Disamping itu terdapat 6 desa yang berbatasan dengan kawasan TNBB yang sebagian masyarakatnya mengakses sumber daya yang ada di dalam kawasan. Desa-desa tersebut adalah Sumberkima, Pejarakan (Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng), Blimbingsari, Ekasari, Warnasari dan Tukadaya (Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana). 27

30 Nilai-nilai Konservasi Nilai konservasi yang ada di TNBB meliputi Kekayaan spesies, yang terdiri dari 176 jenis flora, 17 jenis mamalia dan 160 jenis aves. Spesies endemik yang terdapat di TNBB adalah Burung Jalak Bali (Leucopsar rothscildi) yang statusnya dilindungi Undang-undang, yaitu: SK Menteri Pertanian No.421/Kpts/Um/8/70 tanggal 26 Agustus Menurut IUCN termasuk dalam kategori Critically Endangered B1ab(v); C2a(ii); D ver 3.1 dan Appendix I CITES. Keanekaragaman ekosistem yang ada di TNBB berupa Ekosistem Hutan Mangrove, Ekosistem Hutan Pantai, Ekosistem Hutan Musim, Ekosistem Hutan Hujan Dataran Rendah, Ekosistem Evergreen, Ekosistem Savana, dan Ekosistem River Rain Forest. Sedangkan keanekaragaman komunitas yang ada disekitar kawasan TNBB memiliki tingkat kemajemukan etnis dan sosial yang tinggi. Kawasan TNBB dibelah oleh dua jalan utama lintas propinsi dan sasngat dekat dengan pelabuhan penyebarangan yang padat (Pelabuhan Gilimanuk). Walaupun secara resmi kawasan TNBB tidak mempunyai daerah kantung (enclave) penduduk, pada kenyataannya kawasan TNBB sejak lama telah memberikan mata pencaharian dan kehidupan bagi penduduk di sekitar kawasan. Selain penduduk asli Bali, tercatat penduduk menetap dari Jawa, Madura dan Bugis mendominasi kawasan sekitar TNBB. Ancaman yang Diketahui Kawasan hutan Bali Barat yang terdiri dari Taman Nasional Bali Barat, Hutan Produksi dan Hutan Lindung merupakan satu kesatuan ekosistem. Penebangan ilegal tanaman produksi di Hutan Produksi secara signifikan mempengaruhi keseimbangan ekosistem secara keseluruhan, yang akan menyebabkan penurunan kualitas potensi sumber daya alam hayati. Selain itu kondisi sosial ekonomi masyarakat di beberapa daerah penyangga masih relatif rendah yang ditandai dari tingkat pendidikan serta ketergantungan pada pemanfaatan sumber daya hutan yang ada, menyebabkan masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai konservasi. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bali Barat Balai Taman Nasional Bali Barat telah menetapkan Rencana Pengelolaan Kawasan yang meliputi: Pemantapan kawasan, penyusunan rencana, pembangunan sarana dan prasarana, pengelolaan potensi kawasan, perlindungan dan pengamanan kawasan, pengelolaan penelitian dan pendidikan, pengelolaan wisata alam, pengembangan integrasi dan koordinasi. Pada Bulan September 2009 dilakukan rencana review zonasi yang telah menghasilkan dokumen rencana review zonasi Taman nasional Bali Barat yang telah diajukan ke Dirjen PHKA pada Bulan Januari Sedangkan pada Bulan Juli 2010 telah dibuat Action Plan 5 tahun untuk Program Penangkaran Jalak Bali oleh Masyarakat Desa Sumberklampok. 28

31 Perundang-undangan yang terkait dengan Taman Nasional Bali Barat Tabel 1.1 Daftar instrumen-instrumen legal yang berkaitan dengan Taman Nasional Bali Barat No Instrumen Legal Tentang Keterangan 1 UU No 5 Tahun UU Nomor 5 Tahun SK Menteri Kehutanan No. 493/Kpts- II/1995 tanggal 15 September 1995 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 SK Dirjen Perlindungan dan Konservasi Alam No.186/Kpts/Dj-V/1999 tanggal 13 Desember 1999 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Pengesahan Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati Penetapan Kawasan Taman Nasional Bali Barat Pengelolaan Lingkungan Hidup Pembagian zonasi Taman Nasional Bali Barat Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Perlindungan Hutan Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3556 Luas kawasan 19,000.8 Hektar, terdiri dari wilayah terrestrial seluas 15, hektar dan perairan seluas 3,145 hektar Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3694 Zona Inti, Rimba, Pemanfaatan dan budaya Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3803 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3804 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 tentang Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan 29

32 11 Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978 Pengesahan Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) of Wild Fauna and Flora Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814) Tim Proyek dan Pemangku Kepentingan Lembaga Mitra dan Manajer Kampanye Pride Lembaga mitra yang utama adalah Yayasan Seka dan Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB). Selama ini Yayasan Seka telah bekerja di wilayah Bali Barat, khususnya di sekitar kawasan TNBB. Fokus programnya adalah pendampingan masyarakat petani di kawasan konservasi dengan meningkatkan taraf hidup melalui pengembangan sumber-sumber penghidupan yang berkelanjutan. Sebagai lembaga mitra utama, Yayasan Seka melalui direktur eksekutifnya menjadi supervisor bagi Manajer Kampanye. Peran Balai Taman Nasional Bali Barat adalah sebagai pengelola kawasan. Rencana pengelolaan TNBB meliputi Pemantapan kawasan, penyusunan rencana, pembangunan sarana dan prasarana, pengelolaan potensi kawasan, perlindungan dan pengamanan kawasan, pengelolaan penelitian dan pendidikan, pengelolaan wisata alam, pengembangan integrasi dan koordinasi. Tabel 1 Daftar Lembaga Mitra di Kawasan Taman Nasional Bali Barat No Lembaga Peran Rencana Pengelolaan 1 Seka Tani Buleleng Pendampingan kelompok Tani Bali Barat (untuk wilayah Pengembangan Pertanian berkelanjutan (Natural farming) kabupaten Buleleng) 2 Seka Tani Jembrana Pendampingan kelompok Tani Bali Barat (untuk wilayah Pengembangan Pertanian berkelanjutan (Natural Farming) kabupaten Jembrana) 3 Kelompok Tani Pengguna sumber daya Membuat kebun energi 30

33 Tabel 2 Kelompok Lain di kawasan Taman Nasional Bali Barat No Lembaga/Instansi Peran Rencana Pengelolaan 1 2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana 3 Menjangan Resort Pengelola Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Tetap Pengelola Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Tetap Penyediaan Resort dengan wisata alam sebagai atraksi wisata Pengembangan perhutanan sosial, pengelolaan dan pelestarian hutan melalui Proyek Demonstrasi Pengembangan Hutan Alam Bali, pengembangan agribisnis, Pemberdayaan masyarakat pertanian Rencana alokasi tata ruang kabupaten jembrana Kawasan Non Budidaya dengan luas Ha ( 49,66%), meliputi: 1. Hutan Lindung seluas : ,80 Ha, 2. Hutan Swaka Marga Satwa seluas : 4.502,90 Ha, 3. Hutan Produksi terbatas seluas : 2.610,20 Ha 4. Hutan Produksi Tetap seluas : 383,10 Ha. Pendidikan lingkungan, community development, alternatif livelihood bagi masyarakat sekitar (khusus Desa Pejarakan) 31

34 B. Model Konseptual Semua kampanye Pride Rare dimulai dengan membangun suatu model konseptual, yang merupakan alat untuk menggambarkan secara visual situasi di lokasi proyek. Pada bagian intinya, suatu model konseptual yang baik menggambarkan seperangkat hubungan kausal secara grafis antar faktor yang dipercaya memberikan dampak kepada satu atau lebih sasaran keanekaragaman hayati. Suatu model yang baik harus secara jelas menghubungkan sasaran keanekaragaman hayati dengan ancaman langsung yang memberikan dampak padanya dan faktor yang berkontribusi (termasuk ancaman tidak langsung dan kesempatan) mempengaruhi ancaman langsung. Model itu juga harus menyediakan dasar untuk menentukan dimana kita dapat melakukan intervensi dengan strategi kita dan dimana kita perlu mengembangkan indikator untuk mengawasi keefektifan strategi tersebut. Model Konseptual untuk Kampanye Pride di Kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) mulai dibangun pada acara pertemuan para pemangku kepentingan (workshop Stakeholder) yang dilaksanakan pada tanggal 5 Pebruari 2009 di Balai Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, sebagai faktor yang memberikan kontribusi terhadap kelestarian hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali di Taman Nasional Bali Barat. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 41 peserta yang berasal dari unsur pemerintah (BTNBB, Dinas Kehutanan, Kecamatan), masyarakat (Kelompok tani, tokoh masyarakat) dan LSM. Dalam pertemuan tersebut telah berhasil mengidentifikasi ancaman langsung (faktor utama) dan ancaman tak langsung (faktor yang berkontribusi yang mengarah kepada, atau memperburuk, faktor langsung). Model konseptual hasil dari pertemuan pemangku kepentingan dikembangkan dengan bantuan perangkat lunak Miradi yang digunakan untuk mengembangkan dan memasukkan model ke dalam tatanama standar menggunakan taksonomi ancaman yang dikembangkan oleh IUCN. Miradi dikembangkan untuk membantu praktisi konservasi dalam melalui proses pengelolaan adaptif yang diringkas dalam Standar Terbuka untuk Praktik Konservasi yang dikembangkan oleh Conservation Measures Partnership's ( Model Konseptual yang sudah dibuat kemudian disempurnakan setelah melaksanakan penelitian kualitiatif dengan cara melakukan percakapan terarah dan penelitian survei khalayak secara kuantitatif, sehingga menghasilkan model konseptual akhir dimana telah dimodifikasi untuk mengakomodasi informasi baru tersebut. Dalam Model Konseptual Kawasan TNBB dihasilkan sasaran konservasi, yaitu hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali. Terdapat 3 faktor langsung yang mempengaruhi kelestarian hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali. Ketiga faktor langsung tersebut adalah (1) Penebangan pohon secara illegal, (2) Pengambilan kayu bakar dan (3) Pengambilan daun-daunan untuk pakan ternak. Grafik di bawah ini merupakan bentuk model konseptual akhir untuk kampanye kawasan TNBB. 32

35 Gambar 5 Konsep Model untuk Kawasan Kerja Hutan Bali Barat 33

36 Grafik di atas menunjukkan bahwa ancaman utama disebabkan karena penghasilan masyarakat kurang dan lemahnya pengawasan yang mengakibatkan terjadinya penebangan pohon secara illegal, pengambilan kayu bakar, pengambilan daun-daunan untuk pakan ternak dan pengambilan satwa secara ilegal. Penghasilan masyarakat yang rendah disebabkan oleh hasil pertanian sedikit/kurang karena mengandalkan sistem pertanian tadah hujan dan kekurangan air di musim kemarau. Kegiatan pertanian hanya dilakukan di lahan milik Dinas Kehutanan (Social forestry), sedangkan kebun milik pribadi dibiarkan terlantar karena kurang subur dan minimnya pengetahuan tentang pertanian. Lemahnya pengawasan disebabkan karena jumlah petugas terlalu sedikit dibanding dengan luas kawasan yang diawasi serta pengawasan dilakukan sendiri-sendiri (belum melibatkan stakeholder lain seperti Dinas Kehutanan dan Masyarakat). PERINGKAT ANCAMAN Dengan bantuan perangkat lunak Miradi dapat diketahui dan ditetapkan peringkat ancaman langsung yang telah diidentifikasi dalam Model Konseptual. Peringkat ancaman ini digunakan untuk mengidentifikasi sasaran dengan peringkat tertinggi yaitu Hutan hujan dataran rendah serta mengidentifikasi ancaman langsung dengan peringkat tertinggi yang berdampak pada sasaran yaitu pengambilan kayu bakar. Setiap ancaman diberi peringkat berdasarkan Lingkup (area), Tingkat Kerusakan (Tingkat kerusakan terhadap sasaran konservasi yang beralasan untuk diharapkan pada keadaan saat ini yaitu berdasarkan keberlanjutan situasi yang ada) dan Ketakberbalikan (pentingnya mengambil tindakan cepat untuk melawan ancaman). Hasil dari pemeringkatan ancaman dengan menggunakan Miradi seperti terlihat pada ilustrasi di bawah ini. 34

37 Gambar 6 Peringkat Ancaman untuk Hutan Bali Barat Model Konseptual akhir dan Peringkat ancaman kemudian dibahas oleh para Pemangku kepentingan kunci. Dalam pembahasan tersebut mengidentifikasi pengambilan kayu bakar di hutan TNBB sebagai ancaman utama terhadap sasaran keanekaragaman hayati yaitu hutan hujan dataran rendah dan dikuatkan oleh ahli lokal yang kemudian melakukan verifikasi terhadap hal ini, juga mengakui pengambilan kayu bakar sebagai ancaman terhadap kelestarian hutan di 35

38 TNBB. Akhirnya diputuskan untuk memusatkan diri kepada pengambilan kayu bakar sebagai ancaman dengan peringkat tertinggi untuk hutan hujan dataran rendah. Ancaman pengambilan kayu bakar dari sisi lingkup (area) adalah sangat tinggi, dimana ancaman kemungkinan besar akan menyebar ke seluruh atau sebagian besar lokasi. Dari sisi tingkat kerusakan sangat tinggi dimana ancaman kemungkinan besar menghancurkan atau menghilangkan sasaran konservasi pada beberapa bagian di lokasi, Untuk faktor ketakberbalikan sedang, dimana akibat ancaman langsung dapat dibalikkan dengan komitmen sumber daya yang layak (misalnya, membuat kebun energy sebagai sumber kayu bakar). RANTAI FAKTOR Setelah menetapkan ancaman paling kritis (pengambilan kayu bakar) kemudian ditentukan Rantai Faktor, yaitu gambaran Model Konseptual yang disederhanakan dan lebih linier. Rantai faktor memberikan gambaran tentang siapa dan apa yang ada di balik ancaman, yaitu faktor apa yang memberikan kontribusi (termasuk ancaman tidak langsung) yang membuat lingkungan dimana ancaman ini muncul dan yang harus ditangani untuk mengurangi ancaman dan meningkatkan kondisi sasaran. Rantai faktor digunakan untuk merancang penelitian formatif, untuk melakukan validasi terhadap fakta apakah sasaran keanekaragaman hayati yang dipilih benar, ancaman yang benar, khalayak yang benar, dan strategi yang benar untuk menangani dan menguranginya. Yang dimaksud dengan kata benar berarti khalayak yang didentifikasi benar-benar mendorong adanya ancaman keanekaragaman hayati yang kritis terhadap mana Pride (dan mitra tambahan yang ada bersama kita dalam kampanye) memiliki kemampuan yang telah terbukti untuk mengurangi dan meminimumkan ancaman tersebut, yang dengan terukur akan meningkatkan status sasaran keanekaragaman utama (ekosistem yang terancam, dan spesies yang terancam punah atau endemik). Dari rantai faktor diketahui bahwa petani dan pencari kayu bakar adalah khalayak potensial yang berada dibalik ancaman pengambilan kayu bakar, seperti terlihat di bawah ini. Gambar 7 Rantai faktor untuk Petani dan Pencari kayu Bakar Petani dan pencari kayu bakar 36

39 Rantai Faktor untuk petani dan pencari kayu bakar hanya memasukkan faktor kontribusi (termasuk ancaman tak langsung) yang disebabkan oleh khalayak, dalam hubungannya dengan ancaman langsung berupa pengambilan kayu bakar. Faktor ini diantaranya adalah: penggunaan kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga karena tidak mampu membeli BBM; penghasilan masyarakat kurang karena hasil pertanian rendah/sedikit; kebun diterlantarkan karena pengetahuan tentang pertanian rendah dan informasi tentang pertanian kurang. Kebun diterlantarkan karena musim kemarau kekurangan air; lahan pertanian tadah hujan. Sebagai tambahan informasi, untuk kebun yang diterlantarkan atau tidak dimanfaatkan menurut petani dan pencari kayu bakar alasannya adalah tanahnya kurang subur, airnya mengandung garam sehingga sulit untuk ditanami tanaman pertanian. Kondisi kebun hanya terdapat tanaman kelapa yang sudah tua dan produktivitasnya rendah. Saat ini sebagian besar petani dan pencari kayu bakar melakukan budidaya di lahan milik Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang dikelola dengan sistem sosial forestry yang letaknya berbatasan dengan kawasan TNBB. Hipotesa kampanye diringkas dalam rantai hasil dan Teori Perubahan sebagai berikut: 37

40 Narasi Teori Perubahan: Untuk mengurangi ancaman utama di hutan hujan dataran rendah TNBB berupa pengambilan kayu bakar oleh 147 orang petani dan pencari kayu bakar di 9 desa, khususnya Desa Sumberklampok dan Melaya untuk kebutuhan subsisten dan dijual, maka perlu dibuat kebun energi yang mengintegrasikan antara tanaman kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pertanian seluas 10 hektar di Desa Sumberklampok dan Melaya dengan memanfaatkan lahan milik masyarakat yang selama ini tidak dimanfaatkan/diterlantarkan. Hasil yang diharapkan adalah (1) Pada Juni 2010, 40 orang khalayak sasaran utama (petani dan pencari kayu bakar) di 2 desa target (Sumberklampok dan Melaya) telah membuat kebun energi di kebun mereka, dan (2) Pada Juni 2010, 20 orang khalayak sasaran utama (petani dan pencari kayu bakar) di 2 desa target (Sumberklampok dan Melaya) telah mulai mengambil kayu bakar dari kebun energi mereka. 38

41 C. RINGKASAN KREATIF Ringkasan kreatif adalah dokumen strategis yang berfungsi sebagai panduan tim kreatif untuk menulis dan memproduksi materi-materi kampanye. Ringkasan kreatif yang dikembangkan oleh Tim Kreatif Kampanye Bali Barat adalah untuk khalayak sasaran utama petani dan pencari kayu bakar. Ringkasan kreatif menjelaskan isu-isu yang paling penting yang seharusnya dipertimbangkan dalam pengembangan materimateri, termasuk suatu definisi dan deskripsi dari khalayak sasaran; daya tarik atau manfaat rasional dan emosional yang harus ditekankan; dan gaya, pendekatan, atau nada yang diinginkan bagi materi-materi tersebut. 39

42 Pernyataan masalah: Isu konservasi dan tujuantujuan kampanye Khalayak sasaran Pengambilan kayu bakar di hutan hujan dataran rendah Taman Nasional Bali Barat yang menjadi habitat Jalak Bali oleh petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sekitar kawasan TNBB, khususnya Desa Sumberklampok dan Melaya Kayu bakar yang diambil untuk kebutuhan rumah tangga dan untuk dijual Alasan pengambilan kayu bakar karena tidak ada alternatif pendapatan dan tidak ada alternatif lokasi sumber kayu bakar Petani dan pencari kayu bakar: Mencari kayu bakar adalah aktivitas sehari-hari mereka Hidup mereka penuh dengan kewajiban, yang utama adalah memberi makan keluarganya. Mereka menghadapi berbagai tuntutan hidup, yang jelas lebih penting daripada menyelamatkan keanekaragaman hayati Mereka tahu bahwa mengambil kayu bakar di hutan dilarang, tetapi mereka tidak mempunyai pilihan lain. Mereka tahu bahwa hutan yang rusak dapat mengakibatkan punahnya Jalak Bali. Mereka tahu bahwa mereka adalah bagian dari masalah itu. Mereka tidak menentang pelarangan pengambilan kayu bakar di hutan, tetapi mereka tidak mempunyai alternatif lokasi pengambilan kayu bakar Mereka belum tahu batas-batas kawasan TNBB Mereka bersedia membuat kebun energi sebagai sumber kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pertanian Dari hasil survei kuantitatif, Khalayak sasaran utama di Desa Sumberklampok: Untuk pernyataan mengenai kayu bakar, Saat ini mereka berada pada tahap pra kontemplasi (Selama 3 bulan terakhir, saya belum pernah mempertimbangkan untuk mencari kayu bakar di luar hutan TNBB) Untuk pernyataan mengenai kebun energi, saat ini mereka berada pada tahap persiapan (Dalam 3 bulan terakhir, saya telah mempertimbangkan untuk membuat kebun energi dan bermaksud untuk melakukannya pada waktu tertentu di masa mendatang) Khalayak sasaran utama di Desa Melaya: Untuk pernyataan mengenai kayu bakar, Saat ini mereka berada pada tahap kontemplasi (Selama 3 bulan terakhir, saya pernah mempertimbangkan untuk mencari kayu bakar di luar hutan TNBB, tetapi belum melakukannya) Untuk pernyataan mengenai kebun energy, saat ini mereka berada pada tahap maintenance (Dalam 3 bulan terakhir, saya telah membuat kebun energi dan telah memanfaatkan kayu bakar dari kebun energy) 40

43 Tindakan yang diinginkan (apa yang kita inginkan untuk dilakukan oleh khalayak sasaran) Halangan-halangan untuk bertindak (apa yang mungkin mencegah khalayak untuk melakukan tindakan yang diinginkan) Pertukaran manfaat/ganjaran Dukungan Citra Celah-celah (celah dan sarana komunikasi yang digunakan) Keharusan (unsur-unsur kreatif, pesan, kampanye yang harus tercakup dalam eksekusi kreatif) Khalayak sasaran utama tidak mencari kayu bakar di hutan hujan dataran rendah TNBB dan mencari kayu bakar di kebun energi milik mereka Khalayak sasaran utama mengadopsi membuat kebun energi di lahan milik pribadi untuk menghasilkan kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pertanian. Sampai saat ini khalayak sasaran (petani dan pencari kayu bakar) masih mengambil kayu bakar dari hutan hujan dataran rendah TNBB Butuh waktu lama untuk menghasilkan kayu bakar di kebun energy (2-3 tahun) Sebagai petani dan pencari kayu bakar yang cerdas Melindungi keluarga Menghargai kebun sebagai warisan leluhur Menciptakan imej yang baik terhadap masyarakat desa saya Mampu memenuhi kebutuhan keluarga dari hasil kebun sendiri dan bukan dari hutan Mampu memanfaatkan kebun yang diwariskan secara turun temurun Ketersediaan pakan ternak sepanjang musim Teknik dan metode budidaya di lahan kritis Agen perubahan Petani dan pencari kayu bakar yang bertanggung jawab terhadap lingkungan Pertemuan kelompok Pertemuan dusun dan banjar Arisan Pengajian (Islam) Pasraman (Hindu) Logo, gambar Jalak Bali Rumah, pohon, halaman Petani dan pencari kayu bakar Sumber air Kebun energi 41

44 Materi-materi dan media kampanye Spanduk/banner Kebun pembibitan tanaman kayu bakar Pertemuan kelompok, desa adat Poster; tentang TNBB, hutan, Jalak Bali, kayu bakar dan pemanfaatan kebun untuk kebun energi Brosur; tentang TNBB, hutan, Jalak Bali, kayu bakar dan pemanfaatan kebun untuk kebun energy (petunjuk teknis tentang kebun energi) Buklet tentang kebun energi Papan informasi Kaos, pin, gantungan kunci Panggung Kesenian Proses penyusunan ringkasan kreatif dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2009 yang melibatkan tim kerja kampanye dan lembaga Seka yang dipimpin langsung oleh manajer kampanye serta didampingi oleh supervisor. Tim kerja kampanye terdiri dari orang lokal yang selama ini telah terlibat aktif sejak awal didalam pelaksanaan program kampanye pride. Mereka adalah Gede Sri Puspata (Sumberkima), I Komang Warken (Tukadaya), Rahabit (Sumberklampok), Mashariyanto (Melaya) dan Nurhadi (Banyupoh). Salah seorang anggota tim kerja kampanye adalah seniman lokal yang selama ini cukup dikenal di kawasan Bali Barat, dia adalah Gede Sri Puspata yang memiliki bengkel seni di rumahnya. Ringkasan kreatif akhirnya berhasil disempurnakan pada tanggal 30 Agustus 2009 dengan menghasilkan beberapa rencana matang untuk pembuatan material kampanye. Proses Pembuatan Mascot dan Slogan Gambar 8 Mascot Kampanye Jalak Bali Burung Jalak Bali adalah mascot dari kampanye pride di Taman Nasional Bali Barat. Mascot ini dipilih setelah melalui serangkaian proses diskusi yang cukup alot dengan tim kerja kampanye. Alasan mendasar yang menjadi perdebatan di internal tim adalah bahwa Jalak Bali bagi sebagian masyarakat, khususnya Desa Sumberklampok, Gilimanuk dan Melaya membawa image negatif. Selama ini mereka (masyarakat) merasa selalu menjadi kambing hitam atas terjadinya pencurian Jalak Bali di habitatnya. Dikhawatirkan jika kampanye menggunakan Jalak Bali sebagai mascot akan menurunkan dukungan dari masyarakat yang menjadi sasaran utama kampanye. Beberapa spesies alternatif dimunculkan seperti Menjangan dan Lutung. Namun dengan pertimbangan bahwa salah fungsi TNBB adalah sebagai tempat perlindungan Jalak Bali dan 42

45 merupakan spesies endemik yang secara alami hanya terdapat di Bali Barat, maka diputuskan untuk menampilkan Jalak Bali sebagai mascot kampanye. Tim kerja kampanye sepakat untuk mengembalikan kebanggaan masyarakat terhadap Jalak Bali dan menugaskan seniman lokal untuk membuat desain gambarnya. Hasilnya adalah mascot bergambar kepala Jalak Bali dengan lingkaran lembayung besar yang menggambarkan status Jalak Bali saat ini mengkhawatirkan dan harus diselamatkan. Gambar 9 Logo dan Slogan Kampanye Sedangkan untuk membuat slogan tim kerja kampanye berhasil membuat beberapa pilihan slogan pada tanggal 5 September 2009 yang disempurnakan pada tanggal 14 September Ada empat slogan yang terpilih yaitu: 1. Kebunku Hutanku 2. Kembali ke Kebun Untuk Sumber Energi 3. Kayu Bakarku Dari Halamanku, Bukan Dari Hutan Bali Baratku 4. Kayu Bakarku Dari Kebun dan Halamanku, Bukan Dari Hutan Bali Baratku Pre test slogan dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2009 kepada 30 orang responden petani dan pencari kayu bakar di 3 desa, yaitu Sumberklampok, Melaya dan Sumberkima. Dari hasil pre test didapatkan masukan akhir untuk slogan kampanye, yaitu KAYU BAKARKU BUKAN DARI HUTAN BALI BARATKU. Alasan dipilihnya slogan ini karena dianggap sederhana, kalimatnya pendek dan mudah dipahami. Logo dan slogan selanjutnya disepakati untuk dicantumkan dalam berbagai material kampanye yang diproduksi seperti poster, brosur, pin, buku tulis sekolah, kaos, stiker, buklet. Proses Pembuatan Poster Dalam pembuatan poster desain gambar dikerjakan oleh seniman lokal yang juga mendesain logo kampanye, yaitu Gede Sri Puspata. Desain gambar mengacu pada ringkasan kreatif yang telah disepakati bersama, terutama yang menyangkut unsur-unsur kreatif, pesan, kampanye yang harus tercakup dalam eksekusi kreatif, yaitu Logo, gambar Jalak Bali, Rumah, pohon, halaman, Petani dan pencari kayu bakar, Sumber air, Kebun energi. Proses pengujian dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pengujian oleh internal tim kreatif dan kedua diuji kepada sampel khalayak sasaran utama. Dalam gambar 3.1 (a) menunjukkan proses awal pembuatan desain berupa gambar/ilustrasi poster berdasar ringkasan kreatif yang telah dibuat. (b) Setelah mendapatkan masukan dari internal tim poster mengalami perbaikan dari sisi tampilan (gambar). dan (c) setelah dilakukan pre test terhadap sampel khalayak sasaran utama dan setelah mendapatkan masukan dari manajer program, maka poster siap dicetak. (Pertanyaan pre test ada di lampiran). 43

46 Gambar 10 Proses Pembuatan Poster (a) (b) (c) Pengambilan kayu bakar secara terus menerus akan menghilangkan fungsi penting kawasan Taman Nasional Bali Barat. Kawasan ini adalah rumah bagi Jalak Bali burung endemik lambang Propinsi Pulau Bali - juga memiliki fungsi penting melindungi hidup manusia sebagai kawasan penyerap dan penyimpan air, serta pengatur iklim. Menjadikan lahan milik sendiri sebagai kebun energi penyedia kayu bakar, memberi manfaat: Sumber kayu bakar yang dekat, murah, dan mudah untuk hidup keseharian Membuktikan peran penting Anda untuk melindungi rumah Jalak Bali ini Ambil Keputusan Sekarang : Kayu Bakarku berasal dari Kebun Sendiri! Dalam pre test kepada sampel khalayak sasaran, variabel-variabel yang di-pre test adalah ketertarikan, pemahaman, kemampuan menerima dan kemampuan mengajak. Metode yang digunakan adalah wawancara individual dan FGD. Pre test dilakukan di 3 desa, yaitu Sumberklampok, Melaya dan Sumberkima dengan jumlah total responden sebanyak 50 orang petani dan pencari kayu bakar. Dari hasil pre test didapatkan beberapa masukan, yaitu: 1. Ilustrasi sudah mewakili petani dan pencari kayu bakar 2. Mimpi tentang kebun energi agak sulit dipahami. Masukannya adalah diberi warna. 3. Kalimat yang digunakan sebisa mungkin menggunakan kalimat yang sederhana supaya mudah dipahami oleh khalayak sasaran utama. Setelah dilakukan perbaikan hasil dari masukan selama dilakukan pre test, maka diputuskan untuk membuat poster seperti Gambar 10 (c). 44

47 Proses Pembuatan Brosur Pembuatan materi brosur dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2009 oleh manajer kampanye dengan dukungan dari manajer program yang sedang berada di Bali Barat dalam rangka kunjungan lapangan untuk kegiatan monitoring pelaksanaan program. Pada tanggal 17 Oktober 2009 bertepatan dengan kegiatan lokakarya petani, dilakukan pre test terhadap materi brosur kepada staf TNBB dan beberapa orang peserta lokakarya untuk mendapatkan masukan terkait dengan materi tentang fungsi TNBB. Selain itu draft brosur juga dimintakan masukan kepada guru-guru SD dan SMP yang ada di Sumberklampok. Akhirnya setelah mendapatkan input akhir dari manajer program, brosur dicetak pada tanggal 10 Nopember Gambar 11 Brosur Kampanye 45

48 Kaitan antara Khalayak Sasaran, Tahapan Perilaku dan Kegiatan Pemasaran KHALAYAK SASARAN TAHAPAN PERILAKU KEGIATAN PEMASARAN Petani dan Pencari Kayu Bakar K=Pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan A + IC=Pesan emosional untuk mengubah sikap dan mendorong percakapan BC=Untuk mendorong, menstimulasi dan membuat model perubahan perilaku Poster, brosur, stiker, buklet, buku tulis, kaos, diskusi masyarakat, lokakarya pendidikan guru, gantungan kunci, interpretasi lingkungan (untuk TK, SD dan SMP), panggung seni bondres, kebun pembibitan sekolah Poster, brosur, stiker, buklet, buku tulis, diskusi masyarakat, lokakarya pendidikan guru, interpretasi lingkungan (untuk TK, SD dan SMP), panggung seni bondres, lokakarya tokoh agama Buklet, diskusi masyarakat, kebun pembibitan 46

49 D. KEGIATAN-KEGIATAN KAMPANYE Pembuatan pesan kampanye tidak hanya terkait dengan Teori Perubahan, tapi juga berbagai sasaran SMART yang telah ditetapkan dalam rencana proyek awal, dan dalam kerangka waktu dan fungsi terkait dengan Strategi-strategi Penyingkiran Halangan yang diadopsi untuk pengurangan ancaman terhadap habitat Jalak Bali melalui pembuatan kebun energi dan mengurangi jumlah petani dan pencari kayu bakar didalam kawasan hutan TNBB. Bab ini berisi: (I) Deskripsi kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan (II) Bukti capaian Sasaran-sasaran SMART yang terkait dengan kegiatan-kegiatan. Bagian ini meninjau rangkaian kegiatan yang menargetkan petani dan pencari kayu bakar dan masyarakat umum di 9 desa sasaran. 47

50 Kegiatan-Kegiatan Kampanye: Deskripsi dan Evaluasi Efektivitas Kegiatan-kegiatan sosial marketing yang dilaksanakan selama menjalankan program kampanye pride di Bali Barat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal khalayak sasaran di 9 desa, khususnya 2 desa sasaran utama. Dalam melaksanakan kegiatan, manager kampanye bersama dengan tim kampanye dan lembaga mitra (Yayasan Seka) terlibat secara langsung bersama dengan stakeholder kunci yaitu Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB), Dinas Kehutanan, Sekolah, Pemerintah Desa, Desa Adat, Kelompok tani dan masyarakat petani dan pencari kayu bakar. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah Produksi dan distribusi poster, brosur, stiker, gantungan kunci, pin, kaos, Pertemuan masyarakat, Lokakarya pendidikan guru SD, Interpretasi Lingkungan, Pentas Kesenian Bondres, Lokakarya Tokoh Agama, dan pembuatan kebun pembibitan sekolah. Petani dan Pencari Kayu Bakar Tabel 3 Rantai hasil dan sasaran SMART terkait pengetahuan untuk petani dan pencari kayu bakar Khalayak Sasaran --- Petani dan Pencari Kayu bakar Tahap Teori Perubahan Pengetahuan Petani dan pencari kayu bakar menyadari akibat pengambilan kayu bakar untuk hutan TNBB dan menyadari potensi kebun Rantai hasil untuk dikelola sebagai sumber kayu bakar dan pertanian Pada Juni 2010, pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB meningkat sebesar 20% dari 73% menjadi 93%. Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang batasbatas kawasan TNBB yang benar meningkat sebesar 30% dari awalnya 11% menjadi 41%. Sasaran-Sasaran SMART Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi meningkat sebesar 30% dari 17% menjadi 47%. 48

51 Tabel 4 Rantai hasil dan sasaran SMART terkait Sikap untuk petani dan pencari kayu bakar Khalayak Sasaran --- Petani dan Pencari Kayu bakar Tahap Teori Perubahan Sikap Petani dan pencari kayu bakar setuju bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan Rantai hasil mengakibatkan kerusakan hutan dan mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan meningkat sebesar 20% dari 56% menjadi 76% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyetujui bahwa TNBB perlu menegakkan aturan pengambilan kayu bakar meningkat 15% dari 6% menjadi 21%. Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyatakan mudah untuk memanfaatkan pekarangan untuk ditanami tanaman kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pangan Sasaran-Sasaran SMART meningkat dari 42 menjadi 62% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang mudah untuk berhenti mengambil kayu bakar dari TNBB meningkat menjadi 23% dari semula hanya 8% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyatakan bisa untuk mengajak tetangga untuk menanami tanaman kayu bakar, meningkat 42% dari semula 27% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar meningkat sebesar 20% dari 62% menjadi 85% Tabel 5 Rantai hasil dan sasaran SMART terkait Komunikasi Interpersonal untuk petani dan pencari kayu bakar Khalayak Sasaran --- Petani dan Pencari Kayu bakar Tahap Teori Perubahan Komunikasi Interpersonal Petani dan pencari kayu bakar mulai mendiskusikan dengan keluarga, tetangga dan kelompok tentang Rantai hasil pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB, meningkat 20% dari 10% menjadi 30% Sasaran-Sasaran SMART Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di di 9 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar meningkat 25% dari 21% menjadi 46% 49

52 Kegiatan 1 : Poster Rasional dari kegiatan : Poster yang diproduksi dan didistribusikan selama pelaksanaan kampanye Pride di Bali Barat berfungsi sebagai sumber informasi untuk: 1. Peningkatan Pengetahuan a. Akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB, b. Tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi 2. Mendorong peningkatan Sikap dan Komunikasi Interpersonal a. Menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan b. Mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar c. Mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB d. Mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar Poster dipilih sebagai media kampanye karena mampu mengirimkan pesan pengetahuan kepada khalayak target tentang akibat pengambilan kayu bakar bagi hutan TNBB dan pengetahuan tentang kebun energi. Selain itu pemilihan poster didasarkan pada pengulangan pesan/penguatan yang tinggi. Hal ini penting dalam membantu khalayak sasaran utama untuk membentuk konsep baru sehubungan dengan perilaku yang dipromosikan serta memelihara ide tersebut di alam sadarnya. Dari survei pra kampanye khalayak target terbesar berumur tahun (20,8%) dan tahun (14,6%) yang merupakan kelompok umur remaja dan dewasa. Dua kelompok umur ini biasanya tertarik dengan poster yang memperlihatkan kegiatan sehari-hari masyarakat dengan pesan yang pendek dan jelas. Deskripsi Kegiatan: Proses pembuatan desain poster didasarkan pada ringkasan kreatif yang telah disempurnakan oleh tim kreatif pada tanggal 30 Agustus Tim kreatif terdiri dari Manajer kampanye, desainer lokal dan staf lembaga. Sebelumnya telah dibuat pengembangan pesan yang mengacu pada sasaran SMART. Pembuatan poster oleh seniman lokal berjalan selama dua bulan dengan beberapa kali perbaikan. Pre test poster dilakukan dua kali, yang pertama oleh tim kerja kampanye dan yang kedua kepada khalayak sasaran. Pre test dengan tim kerja kampanye mendapatkan beberapa masukan terkait dengan gambar yang ada di poster. Pre test poster kepada khalayak sasaran dilakukan Pada tanggal 22 Oktober Hasilnya dijadikan pertimbangan utama untuk menyempurnakan poster sebelum masuk ke percetakan. Pada tanggal 27 Nopember 2009 poster akhirnya resmi dicetak. 50

53 (a) (b) (c) (d) Gambar 12 (a) Foto desain awal poster, (b) pre test poster, (c) poster yang sudah dicetak, dan (d) poster yang sudah didistribusikan kepada khalayak sasaran Poster dicetak dua kali yaitu pada tanggal 27 Nopember 2009 dan 5 April 2010 dengan jumlah total sebanyak 3500 lembar. Poster didistribusikan (dibagibagikan dan di tempel) di papan informasi kantor desa, balai banjar, balai pertemuan kelompok, Kantor TNBB, Kantor Dishutbun, musholla/masjid. Lokasi pendistribusian tersebut didasarkan dari hasil survey pra tentang media yang memberikan informasi tentang TNBB. Selain itu poster juga ditempelkan di tempat yang dianggap strategis lainnya, seperti di warung, toko, sekolah dan kantor pemerintah kecamatan. Poster juga diberikan kepada Khalayak sasaran utama pada saat dilakukan pertemuan kelompok dan diskusi masyarakat. Proses pendistribusian poster melibatkan 40 relawan di 9 desa sasaran. Masing-masing desa 5 relawan yang terdiri dari Pengurus kelompok tani, guru dan pemuda. Pada 2 minggu pertama setelah penempelan poster, dilakukan monitoring oleh relawan di lokasi-lokasi penempelan poster. Diketahui ada dua lokasi yang rawan terhadap kerusakan, yaitu warung dan toko. Kondisi poster di dua titik tersebut mengalami kerusakan/robek, ditimpa oleh poster lain (poster rokok) dan ada yang hilang. Tindakan yang dilakukan oleh para relawan adalah mengganti (menempel) poster yang baru. Selanjutnya, monitoring dilakukan setiap minggu untuk memantau keberadaan poster, dan jika ada yang rusak segera diganti dengan yang baru. Mengukur evaluasi proses : Selama melakukan monitoring poster hal-hal yang dapat dicatat adalah: a. Poster yang ditempel di warung dan toko 51

54 Pada saat melakukan pengecekan, relawan menanyakan kepada pemilik warung dan toko mengenai tanggapan terhadap poster yang ditempel. Tanggapannya adalah bahwa mereka merasa mendapatkan pengetahuan tentang fungsi hutan TNBB dan kebun energi. Namun mereka menyatakan bahwa poster yang ditempel tidak berhubungan dengan mereka, karena mereka tidak masuk ke hutan untuk mencari kayu bakar. Untuk pengunjung warung pengecekan dilakukan dengan cara diskusi secara informal. Mereka memiliki latar belakang yang beragam (siswa sekolah SMU, pemuda dan orang tua). Pada umumnya mereka merasa mendapatkan pengetahuan dari poster yang ditempel dan beberapa orang menyatakan pernah mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar. Dalam mengungkapkan tanggapannya lebih terbuka karena berlangsung dalam suasana informal (warung biasanya digunakan sebagai tempat bersantai sambil minum kopi). Mengenai rusak atau hilangnya poster yang ditempel, baik pemilik toko dan warung maupun para pengunjung ketika ditanya mengaku tidak tahu penyebabnya. Sedangkan poster yang ditimpa oleh poster lain (poster rokok) pemilik toko menyatakan bahwa tempat penempelan bebas digunakan siapa saja dan tidak mau untuk mengawasi. b. Poster yang ditempel di papan Informasi (Desa, balai banjar, sekolah, TNBB) Keberadaan poster relatif lebih aman dan tahan lama karena terlindung dengan baik sehingga jarang diganti. Pada saat melakukan monitoring didapatkan tanggapan hampir serupa dari staf desa, guru dan staf TNBB yaitu mereka mendapatkan pengetahuan tentang fungsi TNBB dan informasi tentang kebun energi. Namun demikian mereka tidak pernah membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB dan kebun energi. Alasan yang muncul adalah mereka menganggap bahwa poster tersebut berisi pengetahuan saja sehingga mereka merasa tidak perlu mendiskusikan dengan keluarga. Mereka justru merasa perlu untuk menyampaikan informasi yang ada di poster kepada para petani dan pencari kayu bakar yang menjadi tetangga mereka. c. Dalam pendistribusian poster melibatkan setidaknya 40 relawan dari 9 desa sasaran. Jumlah khalayak yang menanyakan tentang kebun energi ke sekretariat lapangan Yayasan Seka sebanyak 150 orang, baik secara individu maupun kelompok. Sebagian besar adalah petani dan pencari kayu bakar. Mereka lebih banyak menanyakan tentang manfaat kebun energi dan tatacara membuat kebun energi. Pembelajaran dari penggunaan materi cetak/poster untuk menyampaikan pesan-pesan kampanye kepada khalayak sasaran adalah sebagai berikut: a. Proses produksi poster Proses produksi poster adalah sebuah kerja tim yang terdiri dari orang-orang dengan latar belakang yang berbeda. Menyatukan berbagai pikiran untuk fokus pada hasil yang sesuai dengan tujuan (sasaran SMART) membutuhkan kesabaran dan ketegasan dari seorang manajer kampnye. Seringkali dalam diskusi pembuatan poster yang muncul adalah keinginan-keinginan pribadi, bukan berusaha berfikir sebagai khalayak sasaran dengan data yang sudah disajikan. Meskipun pada awalnya cukup sulit untuk membuang ego pribadi, tetapi melalui tahapan yang obyektif, yaitu pretest kepada khalayak sasaran, akhirnya muncul kesadaran dari anggota tim bahwa poster yang dibuat adalah dari khalayak, oleh khalayak dan untuk khalayak 52

55 b. Tantangan Pada saat pertama kali dilakukan penyebaran dan penempelan poster, para relawan merasa kurang percaya diri dan khawatir dengan berbagai bayangan negatif seperti dicemooh oleh khalayak, dianggap sok pahlawan bahkan dimusuhi oleh khalayak yang masih awam dan belum paham dengan isi poster. Namun hal itu tidak semuanya menjadi kenyataan. Bahkan di Desa Sumberkima relawan justru dibantu dengan sukarela oleh khalayak untuk menempelkan poster di balai pertemuan kelompok, dan ada juga yang meminta poster untuk ditempel di rumah. c. Strategi mengatasi tantangan Strategi yang digunakan oleh manajer kampanye untuk mengatasi tantangan adalah membangkitkan rasa percaya diri dan kebanggaan dari para relawan. Rasa percaya diri dibangkitkan dengan dorongan bahwa pekerjaan menyebarkan poster adalah sebuah pekerjaan mulia dalam rangka memperbaiki kondisi masyarakat khususnya petani dan pencari kayu bakar yang selama ini selalu dianggap atau di cap perusak oleh TNBB. Kebanggaan sebagai relawan akan tercipta manakala masyarakat mempunyai kesadaran dan peningkatan sikap yang berujung pada perubahan perilaku akibat dari informasi yang ada di poster. Selain itu, sebagai penyemangat dan penghargaan atas hasil kerja yang telah dilakukan, para relawan diberikan kaos bergambar logo program (gambar Burung Jalak Bali), pin dan sertifikat penghargaan. Kegiatan 2 : Brosur Rasionalisasi dari kegiatan : Brosur yang diproduksi dan didistribusikan selama pelaksanaan kampanye pride di Bali Barat berfungsi sebagai sumber informasi untuk: 1. Peningkatan Pengetahuan a. Akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB b. Batas-batas kawasan TNBB yang benar c. Tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi 2. Mendorong peningkatan Sikap dan Komunikasi Interpersonal a. Menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan b. Mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar c. Mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB d. Mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar Dari data hasil survey pra kampanye, media yang paling mempengaruhi keputusan khalayak sasaran tentang TNBB dan kebun energi adalah pertemuan masyarakat (sebesar 47,5% dan 42,2%), sedangkan brosur sebesar 5,5% dan 5,7%. Meskipun khalayak sasaran yang memilih brosur hanya 5,5% (tentang TNBB) dan 5,7% (tentang kebun energi), tetapi brosur tetap dipilih sebagai media kampanye karena mampu mengirimkan pesan pengetahuan kepada 53

56 khalayak target yang bervariasi dan mempengaruhi untuk mengikuti informasi yang ditulis. Brosur menjelaskan dengan detail tentang kelebihan suatu produk, keuntungan apa saja yang didapat oleh khalayak bila mengikuti informasi yang ada didalam brosur. Brosur yang dibuat adalah tentang akibat pengambilan kayu bakar bagi hutan TNBB dan pengetahuan tentang kebun energi. Deskripsi Kegiatan: Gambar 13 Brosur yang sudah dicetak Brosur dicetak dua kali yaitu pada tanggal 10 Nopember 2009 dan 5 April 2010 dengan jumlah total sebanyak 3500 lembar. Brosur didistribusikan (dibagi-bagikan dan di tempel) di papan informasi kantor desa, balai banjar, balai pertemuan kelompok, Kantor TNBB, Kantor Dishutbun, musholla/masjid. Selain itu Brosur juga ditempelkan di tempat yang dianggap strategis lainnya, seperti di warung, toko, sekolah dan kantor pemerintah kecamatan. Proses pendistribusian Brosur melibatkan 40 relawan di 9 desa sasaran. Masing-masing desa 5 relawan yang terdiri dari Pengurus kelompok tani, guru dan pemuda. Pada 4 minggu pertama setelah penempelan brosur, dilakukan monitoring oleh relawan di lokasi-lokasi penempelan brosur (bersamaan dengan monitoring poster). Diketahui ada dua lokasi yang rawan terhadap kerusakan, yaitu warung dan toko. Kondisi brosur di dua titik tersebut mengalami kerusakan/robek, ditimpa oleh poster lain (poster rokok) dan ada yang hilang. Tindakan yang dilakukan oleh para relawan adalah mengganti (menempel) brosur yang baru. Selanjutnya, monitoring dilakukan setiap minggu untuk memantau keberadaan brosur, dan jika ada yang rusak segera diganti dengan yang baru. Mengukur evaluasi proses : Selama melakukan monitoring brosur hal-hal yang dapat dicatat adalah: a. Brosur yang ditempel di warung dan toko Pada saat melakukan pengecekan, relawan menanyakan kepada pemilik warung dan toko mengenai tanggapan terhadap brosur yang ditempel. Tanggapannya adalah bahwa mereka merasa mendapatkan pengetahuan tentang fungsi hutan TNBB dan kebun energi. Namun mereka menyatakan bahwa brosur yang ditempel tidak berhubungan dengan mereka, karena mereka tidak masuk ke hutan untuk mencari kayu bakar. Untuk pengunjung warung pengecekan dilakukan dengan cara diskusi secara informal. Mereka memiliki latar belakang yang beragam (siswa sekolah SMU, pemuda dan orang tua). Pada umumnya mereka merasa mendapatkan pengetahuan dari brosur yang ditempel dan beberapa orang menyatakan pernah mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar. Dalam 54

57 mengungkapkan tanggapannya lebih terbuka karena berlangsung dalam suasana informal (warung biasanya digunakan sebagai tempat bersantai sambil minum kopi). Mengenai rusak atau hilangnya brosur yang ditempel, baik pemilik toko dan warung maupun para pengunjung ketika ditanya mengaku tidak tahu penyebabnya. Sedangkan brosur yang ditimpa oleh poster lain (poster rokok) pemilik toko menyatakan bahwa tempat penempelan bebas digunakan siapa saja dan tidak mau untuk mengawasi. b. Brosur yang ditempel di papan Informasi (Desa, balai banjar, sekolah, TNBB) Keberadaan brosur relatif lebih aman dan tahan lama karena terlindung dengan baik sehingga jarang diganti. Pada saat melakukan monitoring didapatkan tanggapan hampir serupa dari staf desa, guru dan staf TNBB yaitu mereka mendapatkan pengetahuan tentang fungsi TNBB dan informasi tentang kebun energi. Namun demikian mereka tidak pernah membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB dan kebun energi. Alasan yang muncul adalah mereka menganggap bahwa brosur tersebut berisi pengetahuan saja sehingga mereka merasa tidak perlu mendiskusikan dengan keluarga. Mereka justru merasa perlu untuk menyampaikan informasi yang ada di brosur kepada para petani dan pencari kayu bakar yang menjadi tetangga mereka. c. Dalam pendistribusian (penempelan) Brosur melibatkan setidaknya 40 relawan dari 9 desa sasaran. Untuk brosur yang dibagikan secara langsung kepada khalayak sasaran utama melalui pertemuan kelompok dan pertemuan masyarakat yang membahas tentang fungsi TNBB dan pengenalan terhadap kebun energi. Jumlah khalayak yang terlibat dalam diskusi yang menyangkut tentang isi brosur mencapai 1500 orang (dihitung dari total pertemuan kelompok dan pertemuan masyarakat selama kegiatan kampanye). Sedangkan khalayak yang menanyakan tentang kebun energi ke Sekretariat lapangan Yayasan Seka sebanyak 150 orang, baik secara individu maupun kelompok (bersamaan dengan poster). Dari hasil survey pasca kampanye terjadi peningkatan terhadap media (brosur) yang paling mempengaruhi keputusan khalayak sasaran, terutama tentang kebun energi, sedangkan tentang TNBB mengalami penurunan, seperti yang terlihat pada Tabel 6 di bawah ini. Kenaikan terhadap media yang mempengaruhi keputusan khalayak sasaran ini diduga disebabkan oleh munculnya kepercayaan terhadap manfaat dari kebun energi yang dapat menghasilkan kayu bakar bagi rumah tangga. Selain itu, pembuatan demplot kebun energi sebagai strategi penyingkiran halangan semakin menambah tingkat kepercayaan khalayak terhadap isi dari brosur. Menurunnya media (brosur) yang mempengaruhi keputusan khalayak sasaran tentang TNBB, kemungkinan disebabkan oleh pilihan mereka terhadap jenis media lain yang lebih detail menjelaskan tentang TNBB, yaitu buku pengenalan TNBB. Tabel 6 Perbandingan media (brosur) yang mempengaruhi keputusan khalayak sasaran Brosur tentang TNBB Brosur tentang Kebun energi Survey Pra Survey Pasca Survey Pra Survey Pasca 5,5% 2,4% 5,7% 11,9% 55

58 Pembelajaran dari penggunaan materi cetak/brosur untuk menyampaikan pesan-pesan kampanye kepada khalayak sasaran adalah sebagai berikut: a. Proses produksi brosur Proses produksi brosur adalah sebuah kerja tim yang terdiri dari orang-orang dengan latar belakang yang berbeda. Memberikan pemahaman tentang isi brosur merupakan tantangan tersendiri yang dihadapi oleh manajer kampanye. Hal ini penting karena sebelum dilakukan pretest, terlebih dahulu anggota tim harus memahami dengan isi brosur. Tantangan lainnya adalah pada saat dilakukan pretest kepada beberapa khalayak, khususnya para ahli. Masukan dari mereka bahasanya terlalu scientist sehingga tim perlu menterjemahkan kedalam bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak sasaran. b. Tantangan Pada saat pertama kali dilakukan penyebaran dan penempelan brosur, para relawan merasa kurang percaya diri dan khawatir dengan berbagai bayangan negatif seperti dicemooh oleh khalayak, dianggap sok pahlawan bahkan dimusuhi oleh khalayak yang masih awam dan belum paham dengan isi brosur. Namun hal itu tidak semuanya menjadi kenyataan. Bahkan di Desa Sumberkima relawan justru dibantu dengan sukarela oleh khalayak untuk menempelkan brosur di balai pertemuan kelompok dan membagikan kepada anggota kelompok. c. Strategi mengatasi tantangan Strategi yang digunakan oleh manajer kampanye untuk mengatasi tantangan adalah membangkitkan rasa percaya diri dan kebanggaan dari para relawan. Rasa percaya diri dibangkitkan dengan dorongan bahwa pekerjaan mendistribudikan brosur adalah sebuah pekerjaan mulia dalam rangka menyampaikan informasi untuk memperbaiki kondisi masyarakat khususnya petani dan pencari kayu bakar yang selama ini selalu dianggap perusak oleh TNBB. Kebanggaan sebagai relawan akan tercipta manakala masyarakat mempunyai kesadaran dan peningkatan sikap yang berujung pada perubahan perilaku akibat dari informasi yang ada di brosur. Selain itu, sebagai penyemangat dan penghargaan atas hasil kerja yang telah dilakukan, para relawan diberikan kaos bergambar logo program (gambar Burung Jalak Bali), pin dan sertifikat penghargaan. Kegiatan 3 Rasionalisasi dari Kegiatan: : Stiker dan gantungan kunci Stiker berfungsi sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB yang berisi ajakan singkat untuk memanfaatkan kayu bakar di luar kawasan hutan TNBB. Alasan pemilihan stiker adalah mampu menyampaikan pesan secara cepat dengan menggunakan perpaduan gambar dan tulisan singkat serta mudah diingat. Tujuannya adalah untuk mengingatkan khalayak pada kampanye yang sedang dijalankan (logo bergambar kepala Jalak Bali mengingatkan tentang hutan yang menjadi habitat Jalak Bali) serta mengajak khalayak untuk bertindak (kalimat singkat Kayu Bakarku Bukan Dari Hutan Bali Baratku ). 56

59 Gambar 14 (a) Stiker kampanye sebelum Sasaran SMART, (b) setelah mengacu sasaran SMART (a) (b) Deskripsi Kegiatan: Stiker pertama kali dicetak pada tanggal 10 Mei 2009 sebanyak 1500 lembar, sedangkan gantungan kunci dicetak pada tanggal 30 Mei 2009 sebanyak 1000 buah. Proses pembuatan stiker dan gantungan kunci pada saat itu tidak melalui tahapan pembuatan ringkasan kreatif, jadi hanya sebatas mengikuti kebiasaan yang sudah berjalan sebelumnya (belum mengacu pada sasaran SMART). Tujuannya adalah untuk dibagikan kepada enumerator dan responden pada saat melakukan survey Pra kampanye sebagai perkenalan awal dari pelaksanaan program kampanye. Stiker yang dibagi-bagikan tersebut ditempel di kaca depan rumah, sepeda motor, mobil pribadi dan mobil penumpang umum. Pembuatan stiker yang kedua dilakukan pada tanggal 2 Maret 2010 sebanyak 500 lembar, merupakan revisi dari stiker yang pertama dengan menggunakan hasil ringkasan kreatif dan mengacu pada sasaran SMART. Sebanyak 500 lembar stiker dicetak dan didistribusikan bersama dengan poster. Pendistribusian stiker juga menjangkau pemuda dan siswa sekolah (SD, SMP dan SMU). Mengukur evaluasi proses : Selama melakukan monitoring stiker hal-hal yang dapat dicatat adalah: a. Stiker yang ditempel di kaca depan rumah Pada saat melakukan pengecekan, relawan menanyakan kepada pemilik rumah mengenai tanggapan terhadap stiker yang ditempel. Tanggapannya adalah bahwa mereka merasa diajak oleh kalimat yang ada dalam stiker untuk segera bertindak membuat kebun energi sebagai sumber kayu bakar. Hal lain yang terungkap adalah mereka menjadi sadar bahwa Jalak Bali merupakan simbol kebanggaan tidak saja bagi TNBB, tetapi juga bagi masyarakat sekitar kawasan habitat Jalak Bali. Stiker yang ditempel di rumah hanya menjadi pembahasan dengan anggota keluarga, tidak sampai ke tetangga. Sampai masa program berakhir, kondisi stiker tidak rusak, tetap jelas dan tidak luntur baik gambar maupun tulisan. b. Stiker yang ditempel di sepeda motor Khalayak sasaran pemilik sepeda motor kebanyakan adalah remaja siswa SMU dan sebagian kecil petani dan pencari kayu bakar. Mereka (remaja) merasa bangga dengan stiker yang ditempel di sepeda motor mereka. Kebanggaan berasal dari desain stiker yang menurut mereka keren yaitu 57

60 gambar kepala Jalak Bali. Namun pada umumnya mereka tidak tahu hubungan antara tulisan dengan gambar Jalak Bali (logo bergambar kepala Jalak Bali dengan kalimat singkat Kayu Bakarku Bukan Dari Hutan Bali Baratku ). Setelah dijelaskan bahwa Jalak Bali habitatnya di hutan yang sekarang menjadi tempat mencari kayu bakar, dan stiker tersebut mengajak untuk tidak mencari kayu bakar di habitat Jalak Bali, barulah mereka memahami. Stiker yang ditempel di sepeda motor hanya bertahan selama 3 bulan. Kebanyakan stiker mengalami kerusakan (pudar warnanya, mengelupas lemnya). Hal ini disebabkan lebih sering terkena sinar matahari, sering dibersihkan/dicuci. c. Stiker yang ditempel di mobil penumpang umum Dalam penempelan stiker di mobil penumpang umum tidak mengalami kesulitan, dalam arti sopir tidak keberatan kendaraannya ditempeli stiker. Namun sebagian besar dari mereka menganggap tidak ada hubungannya dengan isi atau ajakan yang ada di stiker meskipun telah dijelaskan maksud dari isi poster. Selama dilakukan monitoring dengan melakukan percakapan dengan sopir, tidak ada tanggapan dari penumpang terhadap keberadaan stiker yang tertempel di kaca depan dan kaca belakang mobil. d. Stiker yang ditempel di mobil pribadi Tanggapan pemilik mobil ketika diberi stiker untuk ditempelkan di mobil mereka sangat antusias. Mereka berpendapat bahwa dengan menempel stiker di mobil, merasa membantu kampanye penyelamatan habitat Jalak Bali. Pemilik mobil yang ditempeli stiker adalah guru, Pegawai Pemda dan Pegawai TNBB. Namun mereka tidak pernah membicarakan dengan teman atau tetangga tentang stiker tersebut. Mereka hanya membicarakan dengan anggota keluarga, dan menjelaskan tentang maksud dan tujuan dari stiker yang ditempelkan di mobil mereka. e. Dalam pendistribusian stiker melibatkan setidaknya 10 relawan dari 9 desa sasaran. Pendistribusian stiker bersamaan dengan brosur dan poster. Stiker dibagikan secara langsung kepada khalayak sasaran utama melalui pertemuan kelompok dan pertemuan masyarakat serta kunjungan sekolah. Selain itu juga dilakukan kunjungan ke tempat-tempat yang sering dijadikan berkumpul para remaja untuk dibagikan stiker, bertemu dengan pemilik monil pribadi dan sopir mobil penumpang umum. Jumlah khalayak yang menerima stiker mencapai 500 orang (dihitung dari jumlah stiker yang dicetak). Pembelajaran dari penggunaan materi cetak/stiker untuk menyampaikan pesan-pesan kampanye kepada khalayak sasaran adalah sebagai berikut: a. Proses produksi stiker Proses produksi stiker diambil dari logo program yaitu Kepala Jalak Bali dan mengambil tulisan slogan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga konsistensi dari pesan yang disampaikan (dalam bentuk logo dan slogan). Dengan pengulangan pada berbagai media kampanye, diharapkan akan mudah dikenal, diingat dan dipahami oleh khalayak sasaran. 58

61 b. Tantangan Tantangan yang dialami terutama ketika berinteraksi dengan remaja (siswa SMP dan SMU) dan anak-anak (siswa SD). Diperlukan usaha ekstra keras dan kesabaran dalam memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari isi yang terkandung dalam stiker. Hal ini karena sebagian besar dari mereka lebih mementingkan tampilan (gambar) dari pada isi. c. Strategi mengatasi tantangan Strategi untuk mengatasi tantangan adalah dengan membiarkan mereka merasa bangga dengan stiker yang ditempel di sepeda motor mereka serta mencoba membuka ruang diskusi informal dengan memberikan penjelasan tentang isi stiker dan mendorong mereka untuk tetap mempertahankan stiker tertempel di sepeda motor mereka. Ketika stiker rusak atau luntur, mereka dengan sukarela mau untuk diganti dengan yang baru. Kegiatan 4 Rasionalisasi dari Kegiatan: : Lokakarya Pendidikan Guru Lokakarya pendidikan guru bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal dari para guru terkait dengan TNBB dan kebun energi. Kegiatan ini merupakan kegiatan penjangkauan komunitas dengan sasaran utama guru. Guru diharapkan mampu berperan dalam menyampaikan pesan kampanye secara aktif dan efektif kepada para siswa, orang tua siswa dan khalayak sasaran utama (petani dan pencari kayu bakar) melalui dunia pendidikan dan seni. Foto 1 Lokakarya Guru Dalam survey pra kampanye tentang tokoh yang dipercaya oleh khalayak dalam mendapatkan informasi tentang lingkungan, pengelolaan hutan, kebun dan pertanian tidak terdapat pilihan guru. Hal ini dikarenakan khalayak sasaran utama adalah petani dan pencari kayu bakar, sehingga manfaatnya rendah dari sisi pengguna sumberdaya. Namun disadari bahwa guru merupakan sumber informasi yang penting dan menjadi panutan bagi siswa. Sedangkan siswa adalah penghantar yang sangat bagus kepada orang tua mereka. Bahkan tidak jarang seorang guru juga menjadi tokoh masyarakat. Dari dasar itulah maka kegiatan penjangkauan kepada guru perlu dilakukan. Deskripsi Kegiatan: Kegiatan lokakarya guru dilaksanakan pada tanggal 14 Nopember 2009 di aula SDN 2 Sumberklampok yang dihadiri oleh perwakilan guru-guru SD bidang kesenian dan lingkungan yang ada di 9 desa sasaran. Dalam lokakarya ini dirumuskan 2 rencana kegiatan kampanye, yaitu pembuatan skenario untuk pementasan panggung boneka dan rencana aksi pembuatan kebun pembibitan sekolah. Lokakarya ini juga dihadiri oleh TNBB yang menjadi narasumber 59

62 yang menjelaskan tentang fungsi dan batas-batas kawasan TNBB serta ancaman pengambilan kayu bakar terhadap habitat Jalak Bali. Dari hasil lokakarya guru disepakati untuk menyempurnakan draft awal skenario pementasan panggung boneka dengan tema penyelamatan habitat Jalak Bali melalui dunia seni. Sedangkan kebun pembibitan sekolah telah menyelesaikan rencana aksi. Mengukur Evaluasi Proses: 1. Dari hasil survey pasca kampanye (tabel 5.4) tentang media komunikasi yang pernah dilihat atau didengar oleh khalayak target, hasilnya adalah mereka tidak pernah melihat atau mendengar kegiatan lokakarya guru. Penyebabnya adalah minimnya peran guru dalam menyebarluaskan informasi terkait pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal tentang TNBB dan kebun energi kepada siswa, orang tua siswa dan khalayak sasaran utama. Beberapa orang guru yang dikonfirmasi setelah pelaksanaan lokakarya guru menyatakan bahwa mereka tidak menyebarluaskan informasi karena tidak punya waktu. Alasannya adalah mereka sedang terfokus mengejar sertifikasi dan persiapan ujian CPNS. (Hal ini juga terjadi pada 4 orang anggota tim kampanye yang berprofesi sebagai guru yang meminta waktu istirahat dari kegiatan kampanye untuk mempersiapkan sertifikasi dan persiapan ujian CPNS). Untuk meningkatkan efektivitas kegiatan ini dikemudian hari, peran tim kerja kampanye harus ditingkatkan terutama dalam menghadapi situasi dimana fokus guru terpecah dengan urusan lain (misalnya sertifikasi). Caranya adalah dengan mendampingi para guru dalam menyebarluaskan informasi tentang kampanye kepada siswa di sekolah serta membuat jadwal kunjungan sekolah yang disepakati oleh para guru di masing-masing sekolah. Penyebarluasan informasi seharusnya dilakukan pada sesi pengembangan diri pada masing-masing sekolah dengan jadwal tetap hari Sabtu untuk sekolah di wilayah kabupaten Buleleng dan hari Jum at untuk sekolah diwilayah kabupaten Jembrana. 2. Pada saat dilakukan finalisasi skenario untuk panggung boneka terjadi perubahan bentuk kegiatan dari pentas panggung boneka diganti dengan pentas seni bondres. Alasan yang dikemukakan adalah panggung boneka belum dikenal oleh siswa maupun khalayak target sehingga dikhawatirkan kurang mendapat respon yang baik. Sedangkan Bondres adalah kesenian lokal asli Bali yang telah dikenal khalayak luas. Tim guru berhasil menyelesaikan draft final untuk pentas kesenian Bondres dan berhasil dipentaskan dua kali, yaitu pada tanggal 23 Januari 2010 dan pada tanggal 9 April 2010 (dijelaskan lebih rinci dalam kegiatan pentas kesenian Bondres). Tantangan yang dihadapi selama proses persiapan adalah menyelesaikan draft final skenario panggung bondres dan mentransformasi kepada para calon pemain yang semuanya adalah siswa SD. Diperlukan kerja keras dari pelatih untuk memberikan penjelasan kepada para pemain tentang substansi dari pentas bondres. Hal ini penting karena bondres mengandalkan improvisasi pemain pada saat berada diatas panggung. Percakapan yang terjadi selama latihan bisa berubah-ubah, namun substansinya tetap sama. Dari hasil survey pasca kampanye, Bondres merupakan media komunikasi mengenai pelestarian kawasan TNBB yang pernah dilihat atau didengar oleh 13,4% khalayak sasaran. Sedangkan 16% khalayak menyatakan pernah melihat atau mendengar bondres sebagai media komunikasi mengenai kebun energi. 60

63 3. Realisasi kebun pembibitan sekolah mengalami kendala terkait lokasi yang akan dijadikan kebun pembibitan sekolah dimana semua sekolah tidak bersedia untuk dijadikan lokasi pembuatan kebun pembibitan sekolah. Alasannya adalah tidak ada guru yang mau untuk bertanggung jawab terhadap keberlanjutan kebun pembibitan sekolah. Solusinya adalah kebun pembibitan sekolah dibuat di luar lingkungan sekolah dan diputuskan akan dibuat di sekretariat lapangan Yayasan Seka di Desa Sumberklampok. Untuk pembelajaran tentang kebun pembibitan kepada siswa, maka dibuat jadwal kunjungan siswa ke kebun pembibitan. Dalam kunjungan tersebut diperkenalkan proses pembuatan bibit mulai dari pemilihan bibit, melaukan persemaian sampai pada perawatan bibit yang siap ditanam. Proses ini dipandu oleh pelatih dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang khusus menangani pembibitan. Jadwal kunjungan siswa adalah setiap minggu sekali dan dilakukan secara bergiliran kepada sekolah-sekolah yang ada di 9 desa sasaran dengan didampingi oleh seorang guru pembimbing. Kegiatan 5 Rasionalisasi dari Kegiatan: : Interpretasi Lingkungan Penjangkauan kepada anak-anak khususnya siswa sekolah mulai dari TK, SD dan SMP dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan tentang keanekaragaman hayati yang ada di TNBB serta fungsi hutan TNBB dengan cara menyusuri jalur yang telah ditentukan dan lomba mewarnai. Penjangkauan kepada anak-anak terutama siswa sekolah perlu dilakukan karena mereka adalah generasi penerus yang perlu mendapatkan pemahaman mendasar tentang lingkungan. Mereka mulai mampu mengungkapkan obyek dengan gambar dan kata (TK), dapat berfikir logis tentang obyek dan peristiwa (SD), dapat berfikir logis tentang usulan abstrak dan menguji hipotesis secara sistematis serta menjadi peduli akan masalah-masalah hipotesis, masa depan dan ideologis (SMP keatas). 1 Foto 2 Kegiatan Interpretasi Lingkungan dan Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Bagi Fasilitator 1 Atherton, J.S. (2005). Learning and Teaching: Piaget s developmental theory 61

64 Hasil dari kegiatan ini kemudian dibuat modul panduan interpretasi lingkungan dan didistribusikan ke sekolah-sekolah yang ada di 9 desa sasaran. Dengan adanya modul diharapkan pengetahuan siswa tentang TNBB meningkat serta dapat dijadikan rujukan ketika mengembangkan muatan lokal tentang lingkungan. Deskripsi Kegiatan: Kegiatan interpretasi lingkungan dilaksanakan pada tanggal Oktober 2009 dengan melibatkan siswa TK, SD dan SMP yang ada di dua desa target. Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama antara TNBB, sekolah dan Yayasan Seka yang melibatkan 8 orang pemandu yang terdiri dari Manajer kampanye, staf TNBB dan tim kerja kampanye. Jumlah total peserta sebanyak 340 siswa yang terdiri dari SD (kelas IV, V, VI), SMP Kelas VII dan TK. Sebelum kegiatan dilaksanakan diadakan pelatihan kepada para pemandu supaya dalam pelaksanaan mampu memandu para peserta dengan baik. Sebagai pegangan para pemandu telah disediakan modul yang dibuat oleh tim kerja kampanye. Khusus untuk siswa TK kegiatannya ditambah dengan lomba menggambar di alam. Siswa TK didampingi oleh orang tua masing-masing dan semuanya adalah ibu-ibu. Kepada ibu-ibu juga dijelaskan tentang maksud dan tujuan kegiatan serta mendorong untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya sewaktu berada di rumah. Mengukur Evaluasi Proses: Dari hasil survey pasca kampanye terdapat peningkatan dari khalayak target yang mendengar atau melihat media komunikasi mengenai pelestarian TNBB berupa buku tentang pengenalan TNBB dari semula 3,8% menjadi 21,6% serta 13,5% khalayak menyatakan bahwa buku tentang pengenalan TNBB adalah media yang paling mempengaruhi keputusan dari semula 0% pada pra kampanye. Terjadinya peningkatan ini disebabkan jalur interpretasi yang digunakan adalah jalur yang biasa dijadikan sebagai lintasan para pencari kayu bakar, sehingga ketika kegiatan berjalan selama 5 hari banyak berjumpa dengan para pencari kayu bakar yang sebagian diantaranya adalah orang tua peserta (siswa). Diduga dengan adanya kegiatan tersebut terjadi komunikasi interpersonal antara anak (siswa) dengan orang tua ketika kegiatan telah selesai. Pembelajaran yang didapat dari kegiatan ini adalah penting melibatkan anak-anak dalam proses menanamkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga dan melestarikan hutan yang menjadi habitat Jalak Bali karena mereka adalah generasi penerus yang sedang dalam amsa tumbuh kembang. Hal yang perlu ditingkatkan kedepan adalah melibatkan orang tua siswa, khususnya TK dalam kegiatan interpretasi lingkungan dengan cara memberikan brosur atau lembar informasi tentang materi yang akan disampaikan dalam kegiatan, sehingga orang tua dapat berperan aktif selama kegiatan berlangsung. 62

65 Seluruh Desa Target (9 desa)----masyarakat umum Tabel 7 Sasaran SMART terkait Pengetahuan Masyarakat Umum Sasaran SMART 1 Sasaran SMART 2 Sasaran SMART 3 Pengetahuan Pada Juni 2010, pengetahuan masyarakat di 9 desa sasaran tentang akibat pengambilan kayu bakar untuk hutan TNBB meningkat sebesar 20% dari 69% menjadi 89%. Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran tentang batas-batas kawasan TNBB yang benar meningkat sebesar 30% dari 15% menjadi 45%. Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi meningkat sebesar 20% dari 32% menjadi 52%. Tabel 8 Sasaran SMART terkait Sikap dan Komunikasi Interpersonal Masyarakat Umum Sasaran SMART 1 Sasaran SMART 2 Sasaran SMART 3 Sasaran SMART 4 Sasaran SMART 5 Sasaran SMART 1 Sasaran SMART 2 Sikap Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan meningkat sebesar 20% dari 58% menjadi 78% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang setuju bahwa kerusakan TNBB dapat menyebabkan kekurangan air meningkat 20% dari 68% menjadi 88% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang menyatakan mudah bagi masyarakat untuk bekerjasama dengan TNBB dalam pengawasan meningkat 15% dari 16% menjadi 31% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang menyatakan penting memanfaatkan pekarangan rumah dengan berbagai jenis tanaman pohon kayu meningkat menjadi 87% dari 67% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran yang mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar meningkat sebesar 20% dari 77.5% menjadi 97.5% Komunikasi interpersonal Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB, meningkat 20% dari 17% menjadi 37% Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di di 9 desa sasaran mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar meningkat 20% dari 9% menjadi 29% 63

66 Tabel 9 Sasaran SMART terkait Perubahan Prilaku Masyarakat Umum Perubahan Perilaku Sasaran SMART 1 Pada Juni 2010, setidaknya 2000 KK dari 9 desa sasaran telah terlibat dalam kegiatan konservasi, terkait dengan pemanfaatan kebun terlantar dan penyelamatan TNBB Sasaran SMART 2 Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 kelompok tani dari 2 desa lain (selain Sumberklampok dan Melaya) diantara 9 desa sasaran telah merancang rencana aksi untuk memanfaatkan lahan terlantar sebagai kebun energi Kegiatan 6 Rasionalisasi dari Kegiatan: : Pertemuan Masyarakat Dari data survey pra kampanye, media yang paling mempengaruhi keputusan khalayak sasaran mengenai TNBB dan kebun energi adalah Pertemuan masyarakat. Tujuan dari diadakannya pertemuan masyarakat adalah untuk meningkatkan pengetahuan khalayak sasaran, baik petani dan pencari kayu bakar maupun masyarakat secara umum tentang: (1) akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB dan (2) Batas-batas kawasan TNBB. Foto 3 Pertemuan Masyarakat Selain untuk meningkatkan pengetahuan, dalam pertemuan masyarakat juga bertujuan untuk mendorong peningkatan sikap dan komunikasi interpersonal yaitu: (1) Mendorong peningkatan terhadap sikap masyarakat umum dan petani dan pencari kayu bakar untuk menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan, (2) TNBB perlu menegakkan aturan tentang pengambilan kayu bakar, (3) Menyatakan mudah untuk memanfaatkan pekarangan untuk ditanami tanaman penghasil kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pangan, (4) Mudah untuk berhenti mengambil kayu bakar dari TNBB, (5) Bisa untuk mengajak tetangga untuk menanami tanaman penghasil kayu bakar, (6) Mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar, serta (7) Mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB. Alasan pemilihan kegiatan ini didasarkan pada hasil survey pra kampanye yang menyatakan bahwa pertemuan masyarakat merupakan media yang paling mempengaruhi keputusan dari khalayak sasaran, baik mengenai TNBB (47,5%) maupun mengenai kebun energi (42,2%). Dari sisi karakteristik media, pertemuan masyarakat memiliki kedalaman tinggi, jangkauan sedang, mampu memicu timbulnya respon kognitif (menyampaikan informasi), menyediakan interaksi sosial yang melibatkan khalayak sasaran dengan kampanye, tinggi dalam menstimulasi komunikasi interpersonal dan menyediakan model peran untuk perubahan perilaku. 64

67 Deskripsi Kegiatan: Kegiatan Kampanye Pride untuk pertemuan masyarakat mulai dilaksanakan pada bulan Juli 2009 yang melibatkan perwakilan stakeholder dari 9 desa sasaran, khususnya petani dan pencari kayu bakar. Pertemuan masyarakat diadakan setiap sebulan sekali dengan melibatkan pihak Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB), tempatnya di kantor Balai Desa dan di ruang pertemuan Balai TNBB. Tempat pelaksanaan pertemuan ditentukan secara bergilir di 9 desa sasaran, sehingga setiap desa mendapat kesempatan untuk dijadikan tempat pertemuan. Selama melakukan pertemuan masyarakat, juga dilakukan pembagian poster, brosur, stiker dan buklet serta dilakukan diskusi terkait dengan materi yang dibagikan. Sebelum pertemuan, tim berdiskusi mengenai materi yang akan dibicarakan terkait dengan meningkatkan perubahan sikap mengenai TNBB dan Kebun energi. Peran TNBB adalah sebagai narasumber yang memberikan materi tentang akibat pengambilan kayu bakar bagi hutan TNBB dan perlunya penegakan aturan tentang pengambilan kayu bakar. Sedangkan Manajer Kampanye menyampaikan materi tentang kebun energi. Secara umum dari hasil pertemuan masyarakat terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal dari petani dan pencari kayu bakar, terutama di dua desa sasaran utama, yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya. Peningkatan bervariasi mulai dari yang terendah adalah 25% (komunikasi interpersonal) sampai pada yang tertinggi 115% (Perubahan Sikap). Hanya satu yang mengalami penurunan, yaitu sikap mudah untuk berhenti mengambil kayu bakar dari TNBB mengalami penurunan sebesar -27%. Penurunan sikap ini dikarenakan sampai saat ini sebagian besar petani dan pencari kayu bakar masih belum mempunyai alternatif lokasi pengambilan kayu bakar. Sementara itu intervensi demplot kebun energi belum mampu menghasilkan kayu bakar karena jadwal waktu penanaman mengalami penundaan akibat kondisi musim kemarau yang panjang (seharusnya awal desember tahun 2009 sudah mulai menanam, tetapi baru bisa dilakukan pada pertengahan Januari 2010). Mengukur evaluasi proses : Pertemuan Masyarakat diukur dari tingkat kehadiran peserta dan keaktifan dalam proses diskusi. Selama proses pertemuan masyarakat, kebanyakan peserta terutama dari petani dan pencari kayu bakar mengharapkan TNBB tidak hanya melarang mereka untuk mencari kayu bakar di hutan, tetapi juga ikut terlibat secara aktif dalam memikirkan jalan keluar yang terbaik tehadap persoalan pengambilan kayu bakar. Diskusi tentang kebun energi menjadi topik yang menarik bagi sebagian peserta karena dianggap sebagai peluang untuk menghasilkan kayu bakar di luar hutan TNBB. Mereka memberikan umpan balik yang positif terkait penyempurnaan metode kebun energi yang ditawarkan oleh manajer kampanye. Metode kebun energi yang ditawarkan pada awalnya adalah sistem tiga strata yang diciptakan oleh Prof. Nitis. 2 Sistem tiga strata ini adalah sistem pertanian lahan kering yang mengutamakan tanaman pakan ternak sebagai hasil utama disamping tanaman pertanian dan tanaman kayu bakar. Sistem ini dimodifikasi oleh manajer kampanye dengan komposisi yang utama adalah tanaman penghasil kayu bakar. Tetapi oleh peserta sistem tersebut ditolak dengan alasan mereka memiliki pengalaman dengan sistem budidaya lorong. Sistem lorong ini memiliki kelebihan bebas banjir di musim hujan karena mengutamakan saluran pembuangan air sehingga ketika musim hujan tiba, saluran air mampu mengalirkan air dengan baik, sehingga lahan terbebas dari genangan air yang dapat mematikan tanaman. Selain itu dengan 2 Guru besar Fakultas Peternakan Universitas Udayana (UNUD) Denpasar 65

68 sistem lorong jumlah tanaman kayu bakar lebih banyak dibanding dengan sistem tiga strata, sehingga hasil kayu bakar akan mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Jumlah khalayak yang terlibat 400 orang selama periode Juli 2009 sampai dengan Desember 2009 dengan jumlah pertemuan sebanyak 10 kali pertemuan (dihitung dari jumlah peserta yang mengikuti pertemuan selama pelaksanaan kampanye). Efektifitas dari kegiatan pertemuan masyarakat dalam menghasilkan dampak yang diinginkan cukup tinggi. Hal ini terbukti dari proses pembuatan kebun energi sebagai wujud dari strategi penyingkir halangan dimana dari target 20 demplot menjadi 57 demplot. Pembelajaran yang dialami adalah menghargai pendapat dan pengalaman masyarakat terkait dengan metode untuk demplot kebun energi, yang semula dengan sistem tiga strata berubah (atas usulan masyarakat) menjadi sistem lorong. Kegiatan 7 Rasionalisasi dari Kegiatan: : Pentas Kesenian Bondres Bondres merupakan kesenian tradisional asli Bali yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Bali. Media ini digunakan dalam kampanye sebagai pengganti dari kegiatan panggung boneka. Awalnya, pada saat diadakan lokakarya guru yang membahas tentang skenario panggung boneka, seluruh peserta sepakat untuk mengganti panggung boneka menjadi Bondres dengan alasan bahwa Bondres lebih tepat dalam menyampaikan pesan-pesan kampanye tentang pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal terkait dengan fungsi hutan dan kebun energi. Bondres dianggap mampu menyampaikan pesan dengan cara yang jenaka, sehingga penonton tidak merasa tersinggung. Alasan pemilihan bondres dari sisi karakteristik media bahwa khalayak sasaran bervariasi, kedalaman tinggi, Foto 4 Pentas kesenian Bondres jangkauan dan pengulangan pesan sedang. Bondres mampu memicu timbulnya respon kognitif, menyediakan interaksi sosial yang tinggi dalam melibatkan khalayak dengan kampanye, memicu timbulnya respons emosional yang tinggi, menstimulasi komunikasi antar personal yang tinggi dan menyediakan model peran untuk perubahan perilaku. 66

69 Deskripsi Kegiatan: Kegiatan Bondres melibatkan 25 orang yang terdiri dari 4 orang pemain, 19 orang penabuh gamelan dan 1 orang pelatih. Semua pemain dan penabuh gamelan adalah siswa Sekolah Dasar (SD) IV Sumberkima, sedangkan pelatihnya adalah guru kesenian. Sebelum dilakukan pentas, para pemain dan penabuh melakukan latihan selama satu bulan untuk memahami dan menguasai skenario dan menyelaraskan gamelan. Para pemain telah berpengalaman karena selama ini secara rutin melakukan latihan dan telah sering pentas di berbagai tempat. Yang menakjubkan adalah kecepatan dan ketepatan dalam mempelajari peran masing-masing seperti yang ada di skenario. Para pemain mampu membawakan pesan-pesan kampanye dengan cara yang jenaka dan membuat penonton tertawa. Pertunjukan Bondres mengambil tema Penyelamatan Habitat Jalak Bali melalui Seni dan berhasil dipentaskan 2 kali. Pentas yang pertama diadakan di SD IV Sumberkima pada tanggal 23 Januari 2010 yang dihadiri sekitar 300 orang yang terdiri dari siswa SD, guru, orang tua siswa, Diknas, TNBB, Pemerintah Desa, Desa Adat, dan masyarakat umum. Pementasan Bondres yang kedua dilaksanakan pada tanggal 9 April di Desa Melaya yang melibatkan 500 penonton. Mengukur Evaluasi Proses: - Pentas kesenian Bondres memberikan hiburan yang cukup menyegarkan dan menyenangkan bagi masyarakat, terutama orang tua siswa yang merasa bangga anaknya tampil dalam pementasan. Indikator dari kebanggaan orang tua yang anaknya ikut berperan sebagai pemain dalam pentas seni bondres tercermin dalam komentar Putu Sumedi, orangtua dari salah seorang pemain bondres yang diwawancarai oleh manajer kampanye setelah pementasan bondres di SD IV Sumberkima pada tanggal 23 Januari Dia berkata Saya bangga anak saya bisa ikut bermain untuk memberitahu kepada semua pihak bahwa hutan tempat tinggal Jalak Bali perlu dilindungi dari kerusakan. Kita juga perlu memikirkan lokasi lain yang dapat menyediakan kebutuhan kayu bakar. - Dari hasil survey pasca kampanye, hanya 6,8% khalayak yang pernah mendengar atau melihat pementasan kesenian Bondres sebagai media komunikasi mengenai TNBB, dan 12,2% sebagai media komunikasi tentang kebun energi. Bondres bukan sebagai media yang mempengaruhi keputusan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Bondres masih bersifat sebagai hiburan sekaligus meningkatkan pengetahuan dan sikap khalayak sasaran utama, tetapi belum mampu menjadi media yang mempengaruhi keputusan. Untuk meningkatkan efektifitas media bondres kedepannya perlu dilakukan sosialisasi melalui pertemuan masyarakat, pertemuan kelompok yang memberikan penjelasan tentang kegiatan bondres sebagai media dalam menyampaikan pesan kampanye dan tidak sekedar sebagai hiburan saja. 67

70 Tabel 10 Rantai hasil dan sasaran SMART terkait Penyingkiran Halangan untuk petani dan pencari kayu bakar Khalayak Sasaran --- Petani dan Pencari Kayu bakar Tahap Teori Perubahan BR Rantai hasil Pembuatan kebun energi yang mengintegrasikan tanaman kayu bakar, pakan ternak dan pertanian Sasaran SMART Pembuatan 20 demplot kebun energi Khalayak Sasaran --- Petani dan Pencari Kayu bakar Tahap Teori Perubahan Perilaku Rantai hasil Petani dan pencari kayu bakar mengambil kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga dari kebun energi Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) telah membuat kebun energi di kebun mereka meningkat dari semula 0% menjadi 25% Sasaran-Sasaran SMART Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) telah mulai mengambil kayu bakar dari kebun energi mereka meningkat dari semula 0% menjadi 25% Kegiatan 8 : Lokakarya Petani Rasionalisasi dari Kegiatan: Tujuan dari lokakarya adalah: (1) Meningkatkan pengetahuan petani tentang kebun energi, (2) mendorong keterlibatan petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran untuk terlibat dalam kegiatan konservasi, dengan memanfaatkan kebun dan lahan pekarangan rumah yang terlantar sebagai kebun energi, dan (3) Mendorong petani (peserta lokakarya) untuk mulai merancang pemanfaatan lahan terlantar sebagai kebun energi. Foto 5 Lokakarya Petani Alasan pemilihan kegiatan ini dari sisi karakteristik media lokakarya petani memiliki kedalaman tinggi, jangkauan sedang, mampu memicu timbulnya respon kognitif (menyampaikan informasi), menyediakan interaksi sosial yang melibatkan khalayak sasaran dengan kampanye, tinggi dalam menstimulasi komunikasi interpersonal dan menyediakan model peran untuk perubahan perilaku. Deskripsi Kegiatan: Lokakarya petani diadakan di ruang pertemuan Balai Taman Nasional Bali Barat pada tanggal 17 Oktober 2009 yang dihadiri oleh perwakilan petani dari 9 desa sasaran. Selain petani dan pencari kayu bakar, stakeholder yang terlibat adalah TNBB, Aliansi Petani Indonesia (API) Region Bali dan Pemerintah Desa. Hasil dari lokakarya petani adalah 68

71 rencana aksi untuk memanfaatkan pekarangan rumah yang terlantar untuk ditanami tanaman penghasil kayu bakar dan rencana pelatihan teknis pertanian terkait dengan kebun energi. Mengukur Evaluasi Proses: - Dari hasil survey pasca, 21,6% khalayak pernah mendengar atau melihat lokakarya petani sebagai media komunikasi mengenai kebun energi. Rencana aksi pemanfaatan pekarangan direalisasikan. Demikian juga dengan pelatihan teknis pertanian terkait kebun energi. - Peran TNBB dalam mendorong khalayak untuk terlibat dalam rencana aksi pembuatan demplot kebun energi masih lemah. Mereka lebih menitikberatkan pada akibat pengambilan kayu bakar oleh masyarakat terhadap fungsi hutan TNBB dan penegakan aturan tentang larangan pengambilan kayu bakar. Demplot kebun energi yang ditawarkan belum dianggap sebagai solusi dalam mengurangi tekanan terhadap habitat Jalak Bali. - Pembelajaran yang dialami adalah dalam memberikan pemahaman kepada stakeholder kunci seperti TNBB terkait dengan strategi penyingkiran halangan yang dijalankan (demplot kebun energi) merupakan hal baru yang mungkin tidak terpikirkan sama sekali oleh mereka. Yang biasa dilakukan masih sebatas penyuluhan dan pembinaan tentang kawasan dan belum menyentuh ke pemberdayaan secara nyata. Dengan adanya demplot kebun energi diharapkan sebagai pemicu bagi TNBB kedepannya tidak sekedar hanya melakukan penyuluhan dan pembinaan saja. Hasilnya mulai kelihatan dengan munculnya action plan pemberdayaan masyarakat melalui upaya penangkaran Jalak Bali oleh masyarakat. Kegiatan 9 : Pelatihan Petani Rasionalisasi dari Kegiatan: Pelatihan ini sebagai tindak lanjut dari kegiatan Lokakarya Petani yang telah dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober Tujuan dari pelatihan teknis pertanian ini adalah membahas tatacara pembuatan demplot kebun energi yang meliputi Pembibitan, persiapan lahan, penanaman dan perawatan. Deskripsi Kegiatan: Pelatihan ini diadakan pada tanggal 22 Nopember 2009 di balai desa Sumberklampok yang melibatkan 40 orang petani dan pencari kayu bakar dari 9 desa sasaran. 25 orang diantaranya adalah berasal dari dua desa sasaran utama yang akan mengelola demplot kebun energi, yaitu Sumberklampok dan Melaya. Materi yang disampaikan dalam pelatihan adalah teknis pengelolaan kebun energi, mulai dari persiapan sampai Foto 6 Pelatihan Petani perawatan serta tata waktu. Pembuatan demplot kebun energi akan dilakukan di dua desa sasaran utama, yaitu Sumberklampok dan Melaya dengan luas total lahan demplot adalah 10 hektar. Masing-masing desa membuat demplot seluas 5 hektar yang dibagi menjadi 10 plot. Setiap plot kebun energi luasnya 0,5 hektar. Jenis tanaman yang ada di kebun energi adalah tanaman kayu bakar, tanaman pakan ternak dan 69

72 tanaman pangan. Untuk tanaman kayu bakar yang dipilih adalah Sengon, Gamal, Lamtoro dan Turi. Tanaman pakan ternak Rumput Gajah dan tanaman pertanian/pangan adalah jagung, cabai dan kacang tanah. Pelatihan ini merupakan kerjasama antara Yayasan Seka dengan Aliansi Petani Indonesia (API) Region Bali, Dinas Pertanian dan Peternakan (DISTANAK) dan TNBB. Narasumber berasal dari Manajer Kampanye, API Region Bali, DISTANAK dan TNBB. Mengukur Evaluasi Proses: Proses pelatihan berjalan secara aktif dimana antara narasumber dan peserta terlibat diskusi dua arah terutama mengenai teknis pengelolaan kebun energi. Skema awal yang ditawarkan oleh manajer kampanye adalah demplot kebun energi dengan sistem tiga strata yang diciptakan oleh Prof. I Made Nitis, seorang Guru Besar UNUD dibidang Peternakan yang menciptakan sistem ini. Sistem ini mengintegrasikan tanaman pakan dan tanaman pertanian dengan hasil utama hijauan makanan ternak. Modifikasi yang dilakukan oleh manajer kampanye adalah komposisi dari jenis tanaman, yaitu untuk jenis tanaman kayu bakar lebih banyak karena tujuan utamanya adalah menghasilkan tanaman kayu bakar. Namun konsep ini ditolak oleh petani dan pencari kayu bakar. Mereka mempunyai pengalaman sendiri dalam melakukan budidaya di lahan kering yang telah mereka lakukan sejak puluhan tahun dan sudah terbukti hasilnya dan teruji sistemnya. Sistem tersebut adalah sistem budidaya Lorong. Akhirnya yang digunakan adalah demplot kebun energi sistem lorong. Kedepannya belajar dari pengalaman tersebut, untuk mengantisipasi sedini mungkin kemungkinan terjadinya perubahan adalah dengan menggali informasi terkait dengan hal-hal yang akan dilakukan (contohnya metode budidaya), sehingga percepatan proses bisa terjadi. (a) (b) Gambar 15 (a) Skema Sistem Tiga Strata, (b) Sistem Lorong Menurut mereka kelebihan sistem lorong adalah: 1. Jumlah tanaman penghasil kayu bakar dengan sistem tiga strata lebih sedikit dibanding dengan sistem lorong, sehingga produksi kayu bakar sedikit. Dalam 0,5 hektar hanya berisi 540 tanaman kayu bakar utama (sengon), sedangkan dengan sistem lorong mampu ditanami 950 tanaman sengon. Jenis tanaman kayu bakar lainnya seperti Gamal, Lamtoro dan Turi ditanam sebagai tanaman pagar, sehingga tidak memerlukan pemagaran dengan kayu atau bambu. 70

73 2. Sistem lorong mampu menghindari banjir/bebas banjir karena lorong yang dibuat sekaligus berfungsi sebagai jalan air ketika musim hujan. Sedangkan dengan sistem tiga strata pada musim hujan rawan banjir karena air hujan akan terjebak didalamnya dan kemungkinan besar akan merusak tanaman karena tidak adanya lorong sebagai saluran pembuangan air. Proses pembelajaran yang dialami adalah belajar dari pengalaman masyarakat yang telah terbukti dan teruji. Masyarakat memiliki kemampuan untuk mengenali karakteristik wilayah pertaniannya berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki selama menjadi petani. Fungsi kita adalah menambahkan atau menyempurnakan dari apa yang sudah dimiliki oleh mereka. Kegiatan 10 Rasionalisasi dari Kegiatan: : Pelaksanaan Demplot Kebun Energi Tujuan pembuatan demplot kebun energi adalah untuk memanfaatkan kebun terlantar untuk ditanami tanaman penghasil kayu bakar, tanaman pakan ternak dan tanaman pertanian. Kebun energi diharapkan menjadi sumber kayu bakar bagi masyarakat sekitar kawasan hutan TNBB yang selama ini mengambil kayu bakar di dalam kawasan TNBB. Foto 7 Penanaman demplot kebun energi Deskripsi Kegiatan: Pembuatan demplot kebun energi dimulai dengan pembuatan pembibitan sengon yang dilakukan pada bulan September Sebanyak bibit sengon dibuat untuk didistribusikan kepada 25 KK petani dan pencari kayu bakar yang ada di 2 desa, yaitu Sumberklampok dan Melaya dengan luas total 10 hektar. Setiap demplot seluas 0,5 hektar berisi 540 bibit tanaman sengon. Proses pembuatan demplot kebun energi yang dilakukan di Desa Sumberklampok berjalan dengan baik meskipun ada kendala soal musim. Sedangkan untuk Desa Melaya pada awalnya mengalami kendala yang cukup berat terkait dengan persoalan kepercayaan terhadap TNBB dan LSM. Strategi yang dilakukan Manajer Kampanye untuk Desa Melaya adalah dengan melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat serta mengundang perwakilan petani untuk mengikuti kegiatan pembuatan demplot kebun energi yang dilakukan di Sumberklampok. Pada akhirnya pembuatan demplot kebun energi berhasil dilakukan di Desa Melaya meskipun dari sisi tata waktu mengalami kemunduran yang cukup lama. Di Sumberklampok, proses pembuatan kebun energi adalah sebagai berikut: (1) Penyiapan lahan berupa pembajakan dan pemagaran dilakukan pada bulan Desember 2009, (2) penanaman dilakukan pada bulan Januari 2010, dan (3) Pemupukan dilakukan pada bulan April 2010 dengan menggunakan pupuk 71

74 kandang. Sedangkan di Desa Melaya untuk Penyiapan lahan berupa pembajakan dan pemagaran dilakukan pada minggu IV bulan Pebruari Penanaman dilakukan pada minggu I bulan April 2010, dan Pemupukan dilakukan pada bulan Mei 2010 dengan menggunakan pupuk kandang. Jenis tanaman kayu bakar antara lain sengon, gamal, turi dan lamtoro. Untuk tanaman pakan ternak adalah rumput gajah dan tanaman pangan berupa jagung, kacang tanah dan cabai kecil. Demplot kebun energi di Sumberklampok dikelola oleh 15 KK petani dan pencari kayu bakar sedangkan di Melaya dikelola oleh 10 KK. Mengukur Evaluasi Proses: Pembuatan demplot kebun energi mengalami beberapa kendala, yaitu: 1. Kendala musim Faktor musim menjadi kendala yang tidak bisa dihindarkan di lapangan. Dari perencanaan yang dibuat bersama dengan penerima demplot ternyata semuanya mengalami kemunduran waktu. Penyiapan lahan (pembajakan dan pemagaran) yang semula dijadwalkan Minggu III-IV bulan Oktober 2009 baru terealisasi pada Minggu I bulan Desember Untuk penanaman tanaman utama Sengon yang semula direncanakan Minggu I Nopember, baru terealisasi pada Minggu I Januari Kepercayaan Proses yang dilakukan di Desa Melaya sangat berbeda dengan di Sumberklampok. Beberapa penyebabnya antara lain: a. Kurang harmonisnya hubungan masyarakat dengan TNBB Dari hasil wawancara di lapangan dan pendekatan ke tokoh, didapatkan informasi bahwa selama ini masyarakat sangat takut dengan petugas TNBB karena mereka melakukan pengambilan kayu bakar didalam kawasan TNBB. Pendekatan yang dilakukan oleh petugas adalah pendekatan hukum dan bukan pada pendekatan sosial. Hal ini mengakibatkan kakunya komunikasi yang terjalin antara masyarakat dengan TNBB. b. Masih tinggi tingkat kecurigaan terhadap LSM Kehadiran pihak luar ke Melaya, khususnya LSM masih dicurigai sebagai kepanjangan tangan (mata-mata) dari TNBB, sehingga ketika Yayasan Seka mulai masuk ke Melaya, hambatan terbesar adalah di komunikasi untuk menyampaikan program. Pada umumnya masyarakat lebih banyak diam dan sangat pasif ketika diajak berbicara tentang lingkungan hutan Bali Barat. Kedepannya, untuk meningkatkan hasil cara-cara yang dilakukan adalah mencari jenis-jenis tanaman penghasil kayu bakar yang tidak terpengaruh oleh musim sehingga mampu untuk bertahan dan tumbuh dengan baik di musim hujan dan kemarau. 72

75 Kegiatan 11 : Buklet Kebun Energi Rasionalisasi dari Kegiatan: Buklet kebun energi dibuat untuk meningkatkan komunikasi interpersonal tentang kebun energi dengan mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar. Buklet ini sebagai salah satu acuan dalam pembuatan demplot kebun energi. Didalamnya berisi petunjuk dan tatacara mengelola kebun energi, mulai dari pembibitan sampai pemanenan serta menyediakan informasi lebih lanjut cara mengembangkan kebun energi, dan kontak yang bisa dihubungi. Alasan pemilihan buklet dari sisi karakteristik media memiliki kedalaman tinggi, jangkauan sedang tapi fokus pada khalayak target, mampu memicu timbulnya respon kognitif (menyampaikan informasi), menyediakan interaksi sosial yang melibatkan khalayak sasaran dengan kampanye, tinggi dalam menstimulasi komunikasi interpersonal dan menyediakan model peran untuk perubahan perilaku. Gambar 16 Buklet Kebun Energi Deskripsi Kegiatan: Proses pembuatan buklet didasarkan pada hasil lokakarya petani pada tanggal 22 Oktober 2009 dimana para peserta merasa perlu untuk mendapatkan informasi lebih jauh mengenai kebun energi termasuk tatacara pengelolaannya. Proses selanjutnya adalah membuat draft buklet yang tetap mengacu pada sasaran SMART dengan melibatkan desainer lokal untuk membuat desain dan tata letak dari tampilan buklet. Setelah mendapatkan masukan dari Manajer Program, maka buklet akhirnya dicetak. Buklet ini dibuat dalam 3 seri, yaitu seri pertama tentang pembibitan, seri kedua tentang penanaman dan perawatan, dan seri ketiga tentang pemanenan berkelanjutan. Buklet kebun energi dicetak pada tanggal 5 April 2010 sebanyak 2000 eksemplar dan dibagi-bagikan kepada khalayak sasaran utama, yaitu petani dan pencari kayu bakar terutama pengelola demplot kebun energi. Pendistribusian dilakukan pada saat pertemuan kelompok yang mendiskusikan tentang kebun energi. Selain itu, buklet juga didistribusikan kepada kelompok tani, kantor desa dan TNBB. Mengukur evaluasi proses : Pendistribusian buklet melibatkan setidaknya 10 relawan dari 9 desa sasaran. Buklet dibagikan secara langsung kepada khalayak sasaran utama melalui pertemuan kelompok dan pertemuan masyarakat. Jumlah khalayak yang menerima buklet mencapai 1000 orang (dihitung dari jumlah peserta yang mengikuti pertemuan selama pelaksanaan kampanye). Dampak dari buklet ini cukup tinggi karena mereka merasa sangat terbantu dengan adanya petunjuk yang sifatnya teknis dan mudah dipahami dalam melaksanakan demplot kebun energi. Mereka menggunakan petunjuk yang ada di buklet untuk melaksanakan pembuatan kebun energi sesuai dengan tahapan yang ada di buklet. Bahkan saat ini mereka telah mulai belajar dari buklet tentang cara-cara pembibitan tanaman untuk kebun energi. Selama menggunakan buklet, umpan balik yang diterima dari khalayak sasaran adalah dalam pembuatan buklet lebih banyak tampilan gambar yang memadukan 73

76 antara foto dan sketsa supaya lebih mudah dipahami. Pembelajaran yang dialami dari materi buklet kebun energi adalah dalam merancang buklet perlu memasukkan ide dan pengalaman dari masyarakat sehingga ketika buklet sudah diproduksi akan dengan mudah dipahami oleh masyarakat serta penggunaan bahasa yang sederhana dan komposisi gambar yang pas akan membantu pengguna untuk mempraktekkannya. 74

77 E. HASIL KAMPANYE Metode Survei Pra dan Pasca Manager kampanye bersama lembaga mitra (Yayasan Seka) melakukan dua survei kuantitatif di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Sebuah survei pra-kampanye dilakukan pada tanggal April 2009 untuk menetapkan dasar bagi sasaran-sasaran SMART kampanye kepemimpinan Pride yang terkait dengan komponen Pengetahuan-Sikap-komunikasi Interpersonal- Perubahan Perilaku (Knowledge-Attitude-Interpersonal communication- Practice = KAP) Teori Perubahan Kampanye Pride. Sedangkan survei pasca kampanye, dilakukan pada akhir masa satu tahun kegiatan-kegiatan kampanye yang dilaksanakan pada tanggal Juni 2010 untuk mengukur perubahan dalam variabel-variabel Pengetahuan-Sikap-Komunikasi Interpersonal- Perilaku untuk menilai tingkat capaian sasaran-sasaran SMART. Kedua survei tersebut mengumpulkan data sosio-ekonomi dan demografi dasar (baseline) tentang responden (yang disebut variabel-variable independen) dan pertanyaan-pertanyaan survei yang mengukur Pengetahuan-Sikap-Komunikasi Interpersonal-Perilaku yang disebut dengan variabel-variabel dependen. Survei pra-kampanye sebagai basis, juga memberikan informasi tentang sumber-sumber informasi lingkungan yang dipercaya oleh khalayak-khalayak sasaran, penggunaan media seperti radio dan surat kabar oleh mereka, program-program media pilihan mereka, dan halangan-halangan untuk perubahan perilaku; ini digunakan untuk mendesain kegiatan-kegiatan dan pesan-pesan kampanye Pride. Temuan-temuan ini dilaporkan dalam Rencana Proyek (Ismu, 2009). Survei pasca-kampanye juga termasuk pertanyaan-pertanyaan baru yang didesain untuk mengukur paparan kegiatankegiatan kampanye. Dua segmen Khalayak sasaran kampanye yang dianalisa dalam survey adalah (1) petani dan pencari kayu bakar, dan (2) masyarakat umum. Surveysample.com digunakan untuk memilih ukuran sampel untuk setiap kelompok berdasarkan pada: (1) ukuran populasi mereka di 9 desa kawasan TNBB, (2) tingkat batas dasar yang diharapkan untuk pertanyaan-pertanyaan utama dalam survei, (3) jumlah perubahan yang kami harapkan dicapai dalam variabel-variabel tersebut, dan (4) kami menggunakan tingkat interval kepercayaan yang secara luas diterima pada 0,05 dan tingkat kepercayaan pada 0,9554. Dengan menggunakan hasil suveysample.com, kami menetapkan kuota minimum 147 petani dan pencari kayu bakar dan 419 masyarakat umum. Data jumlah populasi penduduk di 9 desa yang di survei berasal dari Gerokgak dalam angka 2003 dan Jembrana dalam angka Untuk Gerokgak dalam angka 2003, desa yang di survei adalah Desa Sumberkima, Pejarakan dan Sumberklampok. Ketiga desa tersebut masuk dalam wilayah Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng. Sedangkan 6 desa lainnya yaitu Desa Tukadaya, Warnasari, Ekasari, Blimbingsari, Melaya dan Kelurahan Gilimanuk termasuk dalam Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana. Dari data populasi tersebut diatas kemudian dibuat kuota sampel untuk setiap desa secara proporsional (Tabel 5.1). Di setiap desa, sebuah metodologi survei dari pintu-ke-pintu digunakan, dengan rumah awal dipilih secara acak, dan kemudian setiap rumah tangga ke 4 dikunjungi sampai kuota sampel dipenuhi. Kunjungan dilakukan tergantung dari masing-masing desa, ada yang siang, sore dan ada yang 75

78 malam hari disesuaikan dengan kebiasaan umum masyarakat di desa tersebut. Kunjungan tidak harus dilakukan ke rumah, ada yang di kebun, pasar, toko dan di hutan tempat sebagian orang mengambil kayu bakar. Responden yang diwawancarai dibatasi umur antara tahun dengan dasar alasan usia produktif. Untuk memastikan bahwa jumlah yang memadai dari dua segmen khalayak sasaran dapat diwawancarai, pertanyaan penyaring digunakan untuk mengidentifikasi petani dan pencari kayu bakar dan masyarakat umum yang berdomisili di 9 desa sasaran, serta enumerator terus mengunjungi setiap rumah ke 4 hingga kuota-kuota tersebut terisi. Kuesioner survei ini dirancang dan dianalisis menggunakan piranti lunak Apian s SurveyPro. Kuesionernya dikembangkan setelah khalayak sasaran diidentifikasi dan ancaman-ancaman penting yang ditangani oleh kampanye dan tujuan umum untuk kampanye sudah ditetapkan. Survei ini mengumpulkan informasi tentang tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap kawasan TNBB pada umumnya dan secara khusus ancaman-ancaman yang dihadapinya; tentang pilihan media, keinginan untuk mengubah perilaku, (manfaat dan hambatan) dan sumber-sumber informasi yang dipercaya. Kuesioner yang digunakan dalam survei pra dan pasca kampanye sama persis kecuali beberapa pertanyaan dibuat khusus untuk survei pasca-kampanye untuk menilai beberapa sasaran SMART yang dikembangkan setelah survei dasar/pre-kampanye dilakukan dan untuk memastikan bahwa paparan terhadap semua kegiatan utama kampanye diukur. Kuesioner ini meliputi pertanyaan-pertanyaan tertutup dan terbuka dan pertanyaan-pertanyaan langsung dan tidak langsung. Salinan lengkap kuesioner survei yang digunakan dalam survei pasca-kampanye dapat dilihat dalam Lampiran. Enumerator untuk survei pra kampanye dilatih untuk mengelola kuesioner dalam sebuah pelatihan satu hari yang selenggarakan oleh manager kampanye dengan didampingi oleh lembaga mitra dan program manager dari Rare. Setiap enumerator melewati setidaknya satu tes pra wawancara di bawah bimbingan salah satu pengawas sebagai bagian pelatihan mereka. Para enumerator memiliki latar belakang sebagai guru, LSM, KSM, dan tokoh masyarakat (petani laki-laki dan perempuan dengan latar belakang pendidikan yang memadai/d2). Hal yang berbeda dilakukan pada pelatihan survei pasca kampanye. Calon Enumerator tidak dikumpulkan dalam satu tempat dan waktu yang sama, tetapi manajer kampanye secara aktif mengunjungi satu persatu para calon enumerator, kemudian dilakukan pelatihan secara privat. Hal ini dilakukan karena sulit untuk mengumpulkan 13 calon enumerator dalam waktu yang sama. Mereka mempunyai kesibukan masing-masing dan waktu luang yang tidak sama diantara para calon enumerator. Enumerator untuk survei pasca kampanye sebagian besar adalah orang-orang baru karena enumerator terdahulu yang sebagian besar adalah guru telah banyak yang pindah karena diterima sebagai CPNS. Semua enumerator berhasil mengerjakan survei pra maupun pasca kampanye. Pertanyaan-pertanyaan dibacakan dengan jelas oleh enumerator kepada responden, dan jawaban-jawaban yang diberikan dicatat dalam lembar survei oleh enumerator. Survei diperiksa dengan cermat sebelum mewawancarai orang berikutnya. Sistem koordinasi dalam pelaksanaan survei langsung dikoordinir oleh manager kampanye yang melakukan pemantauan secara langsung di lapangan dengan sistem acak dan berkeliling ke 9 desa yang disurvei untuk memastikan bahwa metodologi/protokol survei-nya diikuti dan kuesioner-kuesionernya diisi dengan benar. Kendala yang terjadi di lapangan dikomunikasikan melalui HP dan jika tidak bisa diselesaikan, maka manager kampanye segera mendatangi enumerator dimana sedang mengalami kendala untuk dibahas solusinya. 76

79 Tabel 11 Informasi latar belakang tentang survey pra dan pasca kampanye Desa Jumlah penduduk Ukuran sampel pra Jumlah enumerator Ukuran sampel pasca Jumlah enumerator (jiwa) kampanye pra kampanye kampanye pasca kampanye Sumberkima Pejarakan Sumberklampok Gilimanuk Melaya Blimbingsari Ekasari Warnasari Tukadaya Jumlah Hasil Survei Pra dan Pasca Kampanye Data dari kuesioner yang dikumpulkan selama survei pasca kampanye digabung dengan data kuesioner survei pra kampanye. Ringkasan hasil dari survei pra kampanye disajikan dalam Rencana Proyek (Ismu, 2009). Hasil yang disajikan di sini hanyalah yang terkait dengan penjajakan pengaruh kampanye Pride. Sebuah tabulasi hasil lengkap disajikan pada Lampiran B. Sebanyak 419 responden diwawancarai dalam survei pra-kampanye (N = 147 petani dan pencari kayu bakar di 9 desa, dan 272 orang adalah masyarakat umum) dan 419 dalam survei pasca kampanye (N = 215 petani dan pencari kayu bakar di 9 desa, dan 204 orang adalah masyarakat umum). Tingkat respon sangat tinggi, 100% dalam survei pra kampanye dan 100% dalam survei pasca kampanye. Tingkat Perbandingan Survei Sangat penting untuk memastikan bahwa survei pasca kampanye dibandingkan dengan survei pra kampanye karena responden sampel yang dipilih punya kemiripan satu sama lain dalam hal karakteristik-karakteristik sosio-ekonomi dan demografi. Tabel 5.2 menyajikan beberapa dari apa yang disebut sebagai variabel-variable independen dari survei-survei pra dan pasca kampanye untuk (1) memberikan sejumlah 77

80 latar belakang tentang karakteristik-karakteristik para responden dan (2) menilai tingkat perbandingan dari kedua survei pada setiap variabel dengan menggunakan uji Chi-Square untuk menguji signifikansi statistik. Anda dapat melihat dari data dalam Tabel 12 bahwa sebagian besar responden masyarakat umum adalah berjenis kelamin laki-laki, yaitu 69,5% pada survei pra dan 75,9% pada survei pasca. Demikian juga dengan responden petani dan pencari kayu bakar karena kebanyakan petani dan pencari kayu bakar adalah laki-laki. Kelompok usia responden hampir merata dengan jumlah tertinggi adalah kelompok usia tahun dan terendah diatas 60 tahun. Sedangkan tingkat pendidikan yang tertinggi adalah SMA dan terendah Perguruan Tinggi. Mayoritas responden berasal dari suku Bali (65,2% pra dan 76,6% pasca) dan sebagian lainnya Jawa dan Madura. Pekerjaan responden diluar petani dan pencari kayu bakar pedagang, peternak dan tidak bekerja tetap. Tabel 12 Variabel-variabel Independen untuk Menilai Tingkat Perbandingan Survei pra dan pasca kampanye untuk masyarakat umum Variabel Tingkat Pra Kampanye N=419 Jenis Kelamin masyarakat Laki-laki = 69,5% umum Perempuan = 30,5% Jenis kelamin petani dan Laki-laki = 83% pencari kayu bakar Perempuan = 17% Segmen khalayak sasaran Petani dan Pencari kayu bakar = 35,1% Masyarakat umum = 64,9% Usia tahun = 14,6% tahun = 6,9% tahun = 11,7% tahun = 13,8% tahun = 20,8% tahun = 11,7% tahun = 7,6% tahun = 4,5% tahun = 5,0% Diatas 60 tahun = 3,3% Pendidikan formal Tidak sekolah = 6,4% Tidak lulus SD = 7,2% SD = 27,9% Tingkat Pasca Kampanye N=419 Laki-laki = 75,9% Perempuan = 24,1% Laki-laki = 84,2% Perempuan = 15,8% Petani dan Pencari kayu bakar = 51,3% Masyarakat umum = 48,7% tahun = 6,4% tahun = 6,2% tahun = 14,6% tahun = 10,7% tahun = 16,2% tahun = 16,5% tahun = 17,2% tahun = 7,4% tahun = 3,1% Diatas 60 tahun = 1,7% Tidak sekolah = 7,4% Tidak lulus SD = 11% SD = 31,5% Perbedaan (Pasca Pra) Laki-laki = +6,4 pp Perempuan = -6,4 pp Laki-laki = +1,2 pp Perempuan = -1,2 pp Petani dan Pencari kayu bakar = -16,2 pp Masyarakat umum = +16,2 pp tahun = -8,2 pp tahun = -0,7 pp tahun = +2,9 pp tahun = -3,1 pp tahun = -4,6 pp tahun = +4,8 pp tahun = +9,6 pp tahun = +2,9 pp tahun = -1,9 pp Diatas 60 tahun = -1,6 pp Tidak sekolah = +1 pp Tidak lulus SD = +3,8 pp SD = +3,6 pp Signifikansi Chi-Square (X 2 ) 75,0% <50% 90% 99% <50% 78

81 SMP = 22,2% SMA = 30,5% Perguruan Tinggi = 5,7% Suku Bali = 65,2% Madura = 11,9% Jawa = 14,1% Bugis = 2,9% Mandar = 1,0% Melayu = 3,6% Campuran (Jawa Madura) = 0,2% Flores = 0,2% Sasak/Lombok = 0,5% Sulawesi = 0,5% Pekerjaan (selain petani dan pencari kayu bakar) Peternak = 12,5% Pegawai negeri = 8,8% Pedagang = 20,6% Tidak bekerja tetap = 12,5% Tidak bekerja = 6,6% Balian/dukun = 0,4% Bengkel = 0% Buruh = 2,2% Buruh tambak = 0% Guide wisata = 0,7% Guru Honorer = 2,2% Ibu Rumah Tangga = 9,9% Jasa = 4,4% Karyawan = 0,4% Karyawan Perikanan = 0% Karyawan lembaga keuangan = 0% Kepala Dusun = 0,4% Mahasiswa = 0,4% SMP = 21,5% SMA = 24,8% Perguruan Tinggi = 3,8% Bali = 76,6% Madura = 7,6% Jawa = 11,7% Bugis = 0,5% Mandar = 0% Melayu = 3,6% Campuran (Jawa Madura) = 0% Flores = 0% Sasak/Lombok = 0% Sulawesi = 0% Peternak = 22,5% Pegawai negeri = 5,9% Pedagang = 14,7% Tidak bekerja tetap = 22,1% Tidak bekerja = 15,2% Balian/dukun = 0% Bengkel = 0,5% Buruh = 0% Buruh tambak = 0,5% Guide wisata = 0% Guru Honorer = 0,5% Ibu Rumah Tangga = 2,5% Jasa = 0% Karyawan = 4,9% Karyawan Perikanan = 0,5% Karyawan lembaga keuangan = 0,5% Kepala Dusun = 0% Mahasiswa = 0% SMP = -0,5 pp SMA = -5,7 pp Perguruan Tinggi = -1,9 pp Bali = +11,4 pp Madura = -4,3 pp Jawa = -2,4 pp Bugis = -2,4 pp Mandar = -1,0 pp Melayu = 0 pp Campuran (Jawa Madura) = -0,2 pp Flores = -0,2 pp Sasak/Lombok = -0,5 pp Sulawesi = -0,5 pp Peternak = +10 pp Pegawai negeri = -2,9 pp Pedagang = -5,9 pp Tidak bekerja tetap = +9,6 pp Tidak bekerja = +8,6 pp Balian/dukun = -0,4 pp Bengkel = +0,5 pp Buruh = -2,2 pp Buruh tambak = +0,5 pp Guide wisata = -0,7 pp Guru Honorer = -1,7 pp Ibu Rumah Tangga = -7,4 pp Jasa = -4,4 pp Karyawan = +4,5 pp Karyawan Perikanan = +0,5 pp Karyawan lembaga keuangan = +0,5 pp Kepala Dusun = -0,4 pp Mahasiswa = -0,4 pp Nelayan = -1,3 pp 75% 95% 79

82 Nelayan = 1,8% Pegawai swasta = 0% Pelajar = 11% Sopir = 0% Swasta = 3,7% TNI = 0% Tukang = 1,1% Wiraswasta = 0,4% Nelayan = 0,5% Pegawai swasta = 0,5% Pelajar = 0,5% Sopir = 2% Swasta = 0% TNI = 0,5% Tukang = 0% Wiraswasta = 2,0% Pegawai swasta = +0,5 pp Pelajar = -10,5 pp Sopir = +2 pp Swasta = -3,7 pp TNI = +0,5 pp Tukang = -1,1 pp Wiraswasta = +1,6 pp Sumber: Data dalam Tabel 12 didasarkan pada wawancara dengan 419 responden dalam survei pra kampanye dan 419 responden dalam survei pasca kampanye. Uji X 2 adalah uji statistik untuk perbedaan-perbedaan antara survei pra kampanye dan survei pasca kampanye dengan menggunakan sampel-sampel keseluruhan. Kami melakukan analisa serupa sebagaimana ditunjukan dalam Tabel 5.2 untuk setiap khalayak sasaran kami, Petani dan Pencari Kayu Bakar (data ditunjukkan dalam Lampiran B). Karena ukuran-ukuran sampel yang lebih kecil, beberapa variabel independen tidak menunjukkan perbedaan-perbedaan yang berarti secara statistik dan tidak menghalangi kami untuk menggunakan data survei untuk menilai sasaran-sasaran SMART. Kami menyimpulkan dari analisa ini bahwa sampel-sampel pra kampanye dan pasca kampanye dapat dibandingkan satu dengan yang lain dan tidak terdapat perbedaan sistematis antara sampel-sampel tersebut yang akan memperumit interpretasi analisa kami tentang variabel-variabel dependen yang digunakan untuk mengukur pengaruh kampanye. Paparan terhadap Kegiatan-kegiatan Kampanye Pride Dari Tabel 13 didapatkan informasi bahwa empat media utama yang paling sering memberikan informasi baik pada petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran utama (Melaya dan Sumberklampok) maupun masyarakat umum di 9 desa sasaran adalah TV, radio, pertemuan kelompok dan koran. Meskipun demikian, Kampanye penjangkauan tidak dilakukan melalui media TV dan radio. Alasan tidak dilakukannya kampanye penjangkauan melalui media TV dan radio adalah sebagai berikut: TV Penjangkauan kampanye lewat TV memang dapat berdampak sangat kuat bagi pemirsa serta mampu menjangkau khalayak luas, tidak saja target sasaran utama. Selain itu TV merupakan medium visual yang kuat dengan memanfaatkan gambar bergerak untuk mengkomunikasikan pesanpesan. Namun demikian harus diakui bahwa menggunakan TV sebagai media penjangkauan memiliki beberapa kendala, yaitu biaya mahal, waktu untuk memproduksi materi penjangkauan lama (merencanakan semua langkah dan menyusun naskah) karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki, sedangkan kalau menyewa tenaga ahli profesional akan berakibat pembengkakan biaya. 80

83 Radio Penjangkauan kampanye melalui radio komersial, yaitu radio Mandala FM dan Banyuwangi FM yang terletak di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur, tidak dilakukan. Hal ini diputuskan dalam rapat internal tim kerja kampanye setelah mengevaluasi proses yang telah dilakukan terhadap dua stasiun radio tersebut dengan mempertimbangkan peluang keberlanjutan dari program kampanye pride. - Proses negosiasi telah dilakukan tiga kali dalam rentang waktu 4 bulan, yaitu pada tanggal 17 Januari 2010, 8 Pebruari 2010 dan 12 April Semua proses negosiasi tidak membuahkan hasil yang baik dimana pihak radio (Mandala FM dan Banyuwangi FM) tidak bersedia memberikan potongan harga dikarenakan wilayah Bali Barat (kawasan kampanye) bukan merupakan target utama dalam menjaring audien. Meskipun telah ditunjukkan hasil survey pra kampanye terkait media informasi dan hiburan yang menjadi pilihan khalayak sasaran di Bali Barat, namun pihak manajemen kedua radio tetap tidak bersedia untuk memberikan potongan harga. Alasan dari pihak radio tidak bersedia memberikan potongan harga adalah mereka lebih memfokuskan target audien untuk wilayah Kabupaten Banyuwangi. - Harga yang ditawarkan oleh pihak radio untuk satu kali tayang/siaran acara talkshow dengan durasi 30 menit adalah Rp Rencana awal untuk kegiatan talkshow dilakukan selama 4 bulan dengan intensitas dalam satu bulan dua kali talkshow dengan materi yang berbeda yang disesuaikan dengan tahapan perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal, strategi penyingkiran halangan/demplot kebun energi, pengurangan ancaman dan target konservasi). Biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp x 8 kali = Rp Untuk Iklan Layanan Masyarakat dengan durasi 45 detik dipatok harga Rp untuk Prime time/waktu strategis. Direncanakan dalam sehari diputar 3 kali sesuai dengan pilihan waktu dari hasil survey pra kampanye. Jika penayangan dilakukan selama satu bulan penuh, maka biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp x 3 kali tayang x 30 hari = Rp Pertimbangan lainnya adalah mahalnya transport untuk kunjungan ke Banyuwangi karena harus menggunakan jasa penyeberangan kapal dengan biaya sekali menyeberang Rp rupiah (sekali kunjungan Rp x 2 = Rp ). Jika dihitung total selama kegiatan di radio, maka biaya transport yang harus dikeluarkan adalah (Talkshow dan Iklan Layanan Masyarakat) 8 kali kunjungan x 2 x Rp = Rp Jadi total biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan penjangkauan melalui media radio adalah Rp Rp Rp = Rp Dengan melihat besarnya biaya yang dikeluarkan, maka tim memutuskan untuk tidak melakukan penjangkauan melalui radio komersial. Pertimbangannya adalah biaya sebesar itu (Rp ) dapat dialokasikan untuk pembuatan radio komunitas. Ide pembuatan radio komunitas berawal dari tawaran kerjasama dengan Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM) Bandung pada saat mengadakan pelatihan pembuatan radio komunitas di Kabupaten Jembrana pada tanggal 30 Mei 1 Juni Kegiatan ini merupakan kerjasama antara 81

84 FPPM dengan Yayasan Seka yang didukung oleh FordFoundation. Dukungan dari FPPM adalah dana awal sisa pelatihan untuk pengadaan perangkat keras radio komunitas sebesar Rp sedangkan kebutuhan untuk pembuatan radio komunitas adalah sebesar Rp dengan daya jangkau yang mampu mencapai 9 desa sasaran. Pertimbangan tim kerja kampanye untuk memilih membuat radio komunitas didasarkan pada beberapa hal, antara lain: - Fokus area spesifik, yaitu 9 desa sasaran sehingga penyampaian pesan akan lebih efektif. - Keterlibatan komunitas semakin besar dengan ikut terlibat langsung dalam proses perencanaan dan perancangan program siaran (misalnya jam siaran, materi siaran dan jadwal siaran) dan membuka kesempatan untuk saling berbagi informasi dengan sesama anggota komunitas. - Acara lebih interaktif karena disesuaikan dengan gaya dan budaya lokal Bali. - Biaya operasional harian/bulanan relatif lebih murah, hanya pembayaran listrik. - Dukungan bagi keberlanjutan radio komunitas lebih terjamin karena akan menjadi milik komunitas dan bukan perseorangan, hanya dibutuhkan manajemen pengelolaan yang rapi. Pilihan untuk tidak menggunakan radio komersial sebagai media kampanye merupakan keputusan yang sangat sulit mengingat dari hasil survey pra kampanye, 55,4% khalayak sasaran mendengarkan radio dan sebesar 38,7% diantaranya memilih radio sebagai media utama yang paling sering memberikan informasi kepada khalayak setelah TV. Sedangkan hasil dari survey pasca kampanye, meskipun mengalami penurunan, radio tetap dipilih sebagai media utama yang paling sering memberikan informasi oleh 25,8% khalayak sasaran di 9 desa dan 34,3% khalayak sasaran utama di 2 desa target. Namun demikian, atas dasar pertimbangan keberlanjutan dalam pencapaian tujuan konservasi di kawasan Bali Barat, maka keputusan untuk tidak menggunakan radio komersial dan mengganti dengan pilihan membuat radio komunitas adalah keputusan yang strategis meskipun resiko pencapaian sasaran SMART akan turun (terutama yang menggunakan radio komersial sebagai media penjangkauan). Sementara itu, media pertemuan kelompok dan pertemuan masyarakat menjadi strategis karena tim kampanye secara langsung bertatap muka dengan khalayak target untuk menyampaikan pesan-pesan kampanye. Tidak hanya sebatas bertatap muka tetapi dalam momen tersebut juga dilakukan diskusi-diskusi dengan materi brosur dan poster supaya lebih mendalam untuk diketahui dan dipahami maksud dan tujuan dari kampanye. Sebenarnya peran media massa sangat besar pengaruhnya dalam menyebarluaskan pesan-pesan kampanye, tetapi nampaknya masih banyak koran yang belum begitu tertarik untuk menerbitkan tulisan atau meliput kegiatan tentang lingkungan. Mereka lebih tertarik dengan urusan politik dan ekonomi. Dalam masa kampanye kami hanya berhasil mengajak 2 media lokal untuk meliput kegiatan kampanye, yaitu pada saat pementasan kesenian Bondres. Kedua media lokal tersebut adalah Tabloid Xpose dan Singaraja Post. 82

85 Tabel 13 Hasil Survei Pasca Kampanye tentang media utama yang paling sering memberikan informasi Media Masyarakat Umum (N=419) Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74) TV 84.0% 89.6% Radio 25.8% 34.3% Pertemuan Kelompok 16.5% 11.9% Koran 8.8% 11.9% Selama masa kampanye, berbagai materi kampanye telah diluncurkan dan disebarluaskan tidak saja ke khalayak sasaran utama, tetapi menjangkau ke masyarakat umum di 9 desa sasaran. Papan informasi di TNBB, Poster dan Brosur tentang penyelamatan hutan serta pertemuan kelompok tani adalah empat media komunikasi utama yang pernah dilihat atau didengar oleh masyarakat umum. Sedangkan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya menyatakan melihat atau mendengar tentang pelestarian kawasan TNBB dari media komunikasi berupa Papan informasi di TNBB tentang larangan pengambilan kayu bakar di dalam kawasan hutan TNBB, Pertemuan pemimpin agama mengenai penyelamatan hutan Bali Barat, pertemuan masyarakat mengenai fungsi hutan Bali Barat,Buku tentang pengenalan TNBB dan Stiker, gantungan kunci dan kaos tentang penyelamatan hutan TNBB. Tabel 14 Hasil Survei Pasca Media komunikasi tentang pelestarian kawasan TNBB yang pernah dilihat atau didengar Media Komunikasi tentang Pelestarian Kawasan TNBB Masyarakat Umum (N=419) Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74) Papan informasi di TNBB tentang fungsi TNBB 10.3% 9.0% Papan informasi di TNBB tentang larangan pengambilan kayu bakar di 27.2% dalam kawasan hutan TNBB 29.9% Stiker tentang penyelamatan hutan TNBB 15.3% 17.9% Poster tentang penyelamatan hutan TNBB 19.1% 14.9% Brosur tentang penyelamatan hutan TNBB 18.9% 11.9% 83

86 gantungan kunci jalak bali 13.4% 17.9% kaos tentang penyelamatan jalak bali 16.2% 17.9% buku tentang pengenalan TNBB 12.6% 20.9% bondres mengenai penyelamatan hutan TNBB 13.4% 7.5% pertemuan masyarakat mengenai fungsi hutan Bali Barat 15.0% 25.4% pertemuan kelompok tani mengenai fungsi hutan Bali Barat 16.0% 14.9% pertemuan pemimpin agama mengenai penyelamatan hutan Bali Barat 10.5% 16.4% Dari empat media komunikasi utama yang pernah dilihat atau didengar oleh masyarakat umum di 9 desa sasaran, media yang paling mempengaruhi keputusan adalah Pertemuan Masyarakat, yaitu 43.4% (N=182). Sedangkan Papan Informasi dan Buku Pengenalan tentang TNBB masing-masing 25.1% (N=105) dan 16.2% (N=68). Untuk Petani dan Pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama (N=74) media yang paling mempengaruhi keputusan adalah pertemuan masyarakat mengenai fungsi hutan Bali Barat sebesar 65.7% (N=50), Buku tentang pengenalan TNBB 16.4% (N=10), Pelatihan petani dan papan informasi masing-masing 9% (N=8). Tabel 15 Hasil Survei Pasca Media komunikasi tentang pelestarian kawasan TNBB yang paling mempengaruhi keputusan Media yang paling mempengaruhi keputusan Masyarakat Umum (N=419) Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74) pertemuan masyarakat 43.4% 65.7% Buku pengenalan TNBB 16.2% 16.4% papan informasi 25.1% 9.0% pelatihan petani 9.3% 9.0% Poster 6.4% 0.0% Brosur 2.4% 1.5% lokakarya tokoh agama 4.1% 3.0% program radio 2.1% 3.0% program sekolah 3.1% 3.0% pentas kesenian bondres 0.7% 0.0% lokakarya guru 0.5% 0.0% 84

87 Selama menjalankan program, kami juga menjalankan strategi Penyingkiran Halangan berupa pembuatan demplot kebun energi yang dilaksanakan di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya. Jumlah demplot di dua desa sasaran utama sebanyak 20 plot, masing-masing desa 10 plot dengan luas per plot 0.5 hektar. Media komunikasi yang digunakan untuk menyebarluaskannya beragam seperti yang terlihat pada tabel 5.6. Dari berbagai media yang digunakan untuk penjangkauan terkait demplot kebun energi, empat media komunikasi utama yang pernah dilihat atau didengar oleh masyarakat umum adalah Pertemuan kelompok tani yang membicarakan mengenai kebun energi (19.8%), Brosur tentang kebun energi (16.7%), Bondres mengenai pemanfaatan kebun untuk menanam kayu bakar (16%), dan Pertemuan masyarakat yang membahas kebun energi (14.8%). Sedangkan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama menyatakan melihat atau mendengar mengenai kebun energi dari media komunikasi berupa Pertemuan masyarakat yang membahas kebun energi (26.9%), Pertemuan kelompok tani yang membicarakan mengenai kebun energi (25.4%), Bacaan tentang cara mengembangkan kebun energi (20.9%), serta Brosur, Bondres dan Program sekolah tentang kebun pembibitan (masing-masing 14.9%). Tabel 16 Hasil Survei Pasca Media komunikasi mengenai kebun energi yang pernah dilihat atau didengar Media komunikasi mengenai kebun energi Masyarakat Umum (N=419) Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74) papan informasi di desa tentang kebun energi 9.3% 13.4% Papan informasi di TNBB tentang kebun energi 6.4% 1.5% Poster tentang kebun energi 13.8% 13.4% Brosur tentang kebun energi 16.7% 14.9% Stiker tentang ajakan pemanfaatan kebun untuk sumber kayu bakar 11.0% 10.4% Bacaan tentang cara mengembangkan kebun energi 10.7% 20.9% Pertemuan kelompok tani yang membicarakan mengenai kebun energi 19.8% 25.4% Program sekolah tentang kebun pembibitan 11.2% 14.9% Pertemuan masyarakat yang membahas kebun energi 14.8% 26.9% Bondres mengenai pemanfaatan kebun untuk menanam kayu bakar 16.0% 14.9% 85

88 Dari empat media komunikasi utama yang pernah dilihat atau didengar oleh masyarakat umum di 9 desa sasaran, media yang paling mempengaruhi keputusan adalah Pertemuan Masyarakat, yaitu 40.3%. Sedangkan Papan Informasi 27.7%, Pelatihan Petani 12.6% dan Brosur 11.9%. Untuk Petani dan Pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama media yang paling mempengaruhi keputusan adalah pertemuan masyarakat 53.7%, Brosur 13.4%, Poster 10.4%, serta Papan Informasi dan Pelatihan petani masing-masing 9.0%. Tabel 17 Hasil Survei Pasca Media komunikasi mengenai kebun energi yang paling mempengaruhi keputusan Media yang paling mempengaruhi keputusan Masyarakat Umum (N=419) Petani dan Pencari Kayu Bakar di 2 desa sasaran utama (N=74) Pertemuan masyarakat 40.3% 53.7% Poster 7.4% 10.4% program sekolah 3.1% 3.0% Brosur 11.9% 13.4% papan informasi 27.7% 9.0% program radio 2.4% 3.0% pelatihan petani 12.6% 9.0% lokakarya guru 1.0% 0.0% pengenalan TNBB 10.7% 11.9% lokakarya tokoh agama 2.4% 1.5% pentas kesenian bondres 3.3% 1.5% Media yang paling mempengaruhi keputusan mengenai kebun energi bagi masyarakat umum adalah Pertemuan masyarakat, papan informasi, pelatihan petani dan brosur. Sedangkan bagi petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama adalah Pertemuan masyarakat, brosur, pengenalan TNBB dan poster. 86

89 Hasil Social Marketing (K, A, IC) Kegiatan-kegiatan social marketing yang dilaksanakan selama menjalankan program kampanye pride di Bali Barat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal khalayak sasaran di 9 desa, khususnya 2 desa sasaran utama. Dalam melaksanakan kegiatan, manager kampanye bersama dengan tim kampanye dan lembaga mitra (Yayasan Seka) terlibat secara langsung bersama dengan stakeholder kunci yaitu Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB), Dinas Kehutanan, Sekolah, Pemerintah Desa, Desa Adat, Kelompok tani dan masyarakat petani dan pencari kayu bakar. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah Pertemuan masyarakat, Lokakarya pendidikan guru SD, Interpretasi Lingkungan, Pentas Kesenian Bondres, Lokakarya Tokoh Agama, Pembuatan dan penyebaran brosur, poster, stiker, pin, kaos, dan pembuatan kebun pembibitan sekolah. Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-Sasaran SMART Pengetahuan untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa sumberklampok dan Melaya Tabel 18 Perubahan dalam variabel-variabel pengetahuan antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Sasaran SMART Pada Juni 2010, pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB meningkat sebesar 20% dari 73% menjadi 93%. Pertanyaan (Jawaban) Q.72: Menurut Anda, apakah akibat dari pengambilan kayu bakar untuk hutan TNBB? (jawaban hanya 1) Respon: Udara semakin panas, tempat tinggal jalak bali tidak ada lagi, mempengaruhi ketersediaan air bersih, hutan gundul, hutan rusak, banjir, erosi, longsor Catatan: Sasaran SMART diambil dari jawaban yang benar Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X 2 ) Capaian Sasaran SMART 73% 80% +7 pp <50% 35% 87

90 Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang batas-batas kawasan TNBB yang benar meningkat sebesar 30% dari awalnya 11% menjadi 41%. Q.68-71: Sebutkan batas-batas kawasan TNBB? (jika tidak tahu, tuliskan "tidak tahu") Respon: (yang benar) Utara: Gilimanuk, Pulau Menjangan, laut. Selatan: Gunung, hutan Timur: Pejarakan, hutan Barat: Gilimanuk, laut 11% 28% +17 pp 95% 57% Catatan: Pertanyaan ini disajikan dalam bentuk pertanyaan terbuka untuk batas dari keempat arah mata angin. Perhitungan respon untuk capaian sasaran SMART ditentukan dari akumulasi jawaban yang benar kemudian dibagi 4 (sesuai dengan jumlah 4 arah mata angin yang telah ditentukan). Sumber: Data dalam Tabel 5.8 diambil dari wawancara-wawancara dengan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya (N = 52 dalam pra kampanye; 74 dalam pasca kampanye). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART. Capaian sasaran SMART untuk pengetahuan Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama hanya mengalami kenaikan sebesar 35% untuk pengetahuan tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB dan 57% mengenai batas-batas kawasan TNBB yang benar. Rendahnya capaian SMART ini diduga karena media kampanye yang digunakan belum begitu dipahami oleh khalayak sasaran. Sebagai contoh poster dan brosur yang didistribusikan meskipun telah sampai ke tangan khalayak dan telah didiskusikan pada berbagai kesempatan, baik melalui pertemuan masyarakat maupun pertemuan kelompok, namun masih sulit dipahami. Kesulitan terletak pada pemahaman bahasa yang digunakan dalam poster maupun brosur masih terlalu tinggi. 88

91 Dari hasil wawancara dengan beberapa khalayak yang dilakukan oleh tim kampanye pada saat monitoring di warung dan toko yang ditempeli poster dan brosur, didapatkan keterangan yang hampir seragam bahwa mereka tidak tertarik untuk membaca tulisan yang ada di brosur dan poster. Kalimatnya terlalu banyak, hurufnya kecil dan bahasanya terlalu tinggi. Mereka lebih tertarik melihat gambar yang ada di poster. Selain itu secara statistik, dapat dilihat juga bahwa variabel independen dalam hal pekerjaan sebagai petani dan pencari kayu bakar tidak signifikan berbeda antara pra dan pasca kampanye (Chi Square under 90%). Oleh karena itu bisa jadi salah satu penyumbang sebab tidak tercapai hasil adalah set data ini. Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-Sasaran SMART Sikap dan Komunikasi Interpersonal untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa sumberklampok dan Melaya Tabel 19 Perubahan dalam variabel-variabel Sikap dan Komunikasi Interpersonal antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Sasaran SMART Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan meningkat sebesar 20% dari 56% menjadi 76% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyetujui bahwa TNBB perlu menegakkan aturan pengambilan kayu bakar meningkat 15% dari 56% menjadi 71%. Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran Pertanyaan (Jawaban) Q.75: Pengambilan kayu bakar secara terus menerus di hutan TNBB tidak mengakibatkan kerusakan hutan Respon: Sangat tidak setuju, Tidak setuju Q.79: TNBB perlu menegakkan aturan tentang larangan pengambilan kayu bakar Respon: Sangat setuju, setuju Q.86: Masyarakat berhenti mengambil kayu bakar dari Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X 2 ) Capaian Sasaran SMART 56% 64% +8 pp 90% 40% 56% 73% +17pp 90% 113% 8% 4% -4 pp <50% -27% 89

92 (Sumberklampok dan Melaya) yang mudah untuk berhenti mengambil kayu bakar dari TNBB meningkat menjadi 23% dari semula hanya 8% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar meningkat sebesar 20% dari 62% menjadi 82% Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) mulai membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB, meningkat 20% dari 10% menjadi 30% hutan TNBB Respon: Mudah Q.80: Kita perlu memikirkan alternatif sumber kayu bakar masyarakat Respon: Sangat setuju, setuju Q.89: Dalam 3 bulan terakhir, kepada siapa Anda membicarakan tentang fungsi Taman Nasional Bali Barat? (jawaban boleh lebih dari 1) Respon: Keluarga 62% 85% +23 pp <50% 115% 10% 15% +5 pp <50% 25% Sumber: Data dalam Tabel 5.8 diambil dari wawancara-wawancara dengan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya (N = 52 dalam pra kampanye; 74 dalam pasca kampanye). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART. Dari ke-5 sasaran SMART, terdapat 3 sasaran yang masih belum mencapai target awal yang ditetapkan, yaitu: 1. Sikap setuju bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan hanya tercapai 40% 2. Khalayak sasaran utama masih sulit untuk berhenti mengambil kayu bakar dari TNBB, capaian perubahannya -27% (Chi Square <50%) 3. Komunikasi interpersonal didalam keluarga mengenai fungsi penting TNBB hanya tercapai 25% (Chi Square <50%) Masih belum tercapainya target sasaran SMART dari yang telah ditetapkan di awal diduga disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1. Masih tingginya anggapan di kalangan petani dan pencari kayu bakar bahwa hutan merupakan milik bersama dan boleh dimanfaatkan oleh siapapun termasuk oleh mereka. Selain itu anggapan tentang hutan yang tidak bisa habis meskipun ditebang setiap hari menjadikan sikap dari petani dan pencari kayu bakarterhadap kerusakan hutan masih rendah. 90

93 2. Masih sulitnya petani dan pencari kayu bakar untuk berhenti mengambil kayu bakar dari hutan TNBB disebabkan oleh kebiasaan yang telah berjalan puluhan tahun dalam memanfaatkan hutan sebagai sumber kayu bakar. Mereka terbiasa mengambil tanpa menanam, tidak dibutuhkan usaha keras untuk menanam dan merawat, cukup mengambil saja dari hutan. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan salah satu tokoh masyarakat di desa Sumberklampok, Moh. Jatim yang diwawancarai pada saat dilakukan monitoring. Belianu mengatakan: Pekerjaan mengambil kayu bakar dari hutan pada awalnya adalah terpaksa. Namun seiring dengan berjalannya waktu mereka menjadi terbiasa. Karena semakin besar permintaan kayu bakar, tidak saja untuk kebutuhan sendiri, tetapi dijual kepada orang lain, maka lama kelamaan mereka menjadi keenakan. Dan pada akhirnya menjadi semacam candu yang sulit untuk dihilangkan. Selain itu, demplot kebun energi yang dibuat belum menghasilkan kayu bakar secara maksimal. Penyebabnya adalah faktor musim yang membuat jadwal penanaman di demplot kebun energi mengalami kemunduran. Semula direncanakan pada Minggu IV Oktober 2009, baru terlaksana pada Minggu I Januari Komunikasi interpersonal didalam keluarga dalam membicarakan tentang fungsi hutan TNBB belum begitu menggembirakan. Meskipun terjadi kenaikan tetapi tidak sesuai dengan target. Penyebabnya adalah tidak ada atau kurangnya waktu luang untuk berkumpul dan berbincang-bincang diantara anggota keluarga. Dari observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata keluarga petani dan pencari kayu bakar jarang melakukan komunikasi interpersonal dengan anggota keluarga karena selama seharian mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dari pagi sampai sore, petani dan pencari kayu bakar (laki-laki kepala rumah tangga) sibuk dengan pekerjaan mencari kayu bakar, sehingga ketika malam lebih banyak digunakan untuk istirahat/tidur daripada berbincang-bincang dengan keluarga. Perbincangan hanya dilakukan jika ada persoalan yang dianggap penting, seperti persoalan keuangan dan kebutuhan anak (pendidikan, kesehatan). Sementara itu dalam kampanye yang dilakukan belum ada kegiatan pemasaran yang dibangun secara terstruktur untuk mendorong munculnya komunikasi interpersonal didalam keluarga, padahal dari hasil survey pra kampanye keluarga merupakan sumber informasi yang dipercaya (56,6%) dan sangat dipercaya (29,4%). Demikian juga dengan hasil survey pasca kampanye terjadi peningkatan kepercayaan kepada keluarga sebagai sumber informasi yaitu menjadi 69,9% dipercaya dan sangat dipercaya 24,6%. Dengan melihat hasil tersebut, untuk tindak lanjut program kedepan perlu dibuat kegiatan pemasaran terstruktur untuk membangun komunikasi keluarga. Namun demikian, harapan perubahan yang positif juga terlihat. Dari 5 sasaran SMART yang ditetapkan di awal untuk mengukur perubahan sikap dan komunikasi interpersonal, 2 sasaran SMART terpenuhi melampaui target, yaitu: 1. Perlunya TNBB menetapkan aturan mengenai larangan pengambilan kayu bakar dengan capaian perubahan sebesar 113% 2. Terbangunnya dukungan untuk memulai memikirkan alternatif sumber bahan bakar selain kayu bakar dengan capaian 115%. 91

94 Kedua dukungan konstituen ini memperlihatkan bahwa mulai muncul posisi sikap kelompok khalayak untuk mendapatkan sumber-sumber pengganti kayu bakar serta melihat bahwa hutan TNBB selayaknya bukan sumber kayu bakar seperti yang selama ini terjadi. Penting bagi lembaga untuk menindaklanjuti perubahan sikap ini, untuk mendapatkan perubahan perilaku yang bersifat lebih jangka panjang. Munculnya perubahan tersebut kemungkinan berasal dari hasil kunjungan kerja kelompok tani Desa Sumberklampok dan Melaya ke Kelompok Tani Desa Sumberkima yang difasilitasi oleh Manajer Kampanye. Kunjungan kerja tersebut dalam rangka untuk berbagi pengalaman tentang pengembangan sumber energi alternatif pengganti kayu bakar yang berasal dari kotoran ternak, yaitu biogas dan telah terbukti mampu menggantikan kayu bakar. Sebagai catatan bahwa kelompok tani Desa Sumberkima merupakan kelompok dampingan dari Yayasan Seka yang sudah berjalan selama 3 tahun. Hasil Penyingkiran Halangan (BR) Sasaran SMART Pengetahuan untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa Sumberklampok dan Melaya Tabel 20 Perubahan dalam variabel-variabel pengetahuan antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Sasaran SMART Pada Juni 2010, Pengetahuan petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi meningkat sebesar 30% dari 17% menjadi 47%. Pertanyaan (Jawaban) Q.74: Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kebun energi? Respon: Kebun yang ditanami tanaman penghasil kayu bakar, tanaman pakan ternak, dengan hasil utama tanaman kayu bakar Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X 2 ) Capaian Sasaran SMART 17% 30% +13 pp 75% 43% Dari sasaran SMART yang telah ditetapkan di awal mengenai pengetahuan tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi, hanya tercapai sebesar 43%. Masih belum tercapainya target sasaran SMART ini diduga disebabkan oleh Proses penjangkauan yang dilakukan khususnya di Desa Melaya mengalami hambatan terkait dengan kurang harmonisnya hubungan antara masyarakat dengan TNBB yang berdampak pada keberadaan Manajer Kampanye 92

95 di lokasi. Hal itu terjadi terkait dengan aturan pengambilan kayu bakar yang diperketat sehingga membuat masyarakat ketakutan dan curiga dengan kehadiran Manajer kampanye di Desa Melaya. Strategi yang dilaksanakan adalah melalui pendekatan kepada tokoh masyarakat dan tokoh adat untuk bisa masuk ke komunitas petani dan pencari kayu bakar. Pada akhirnya proses pendekatan berhasil dilakukan, namun dalam menyampaikan pesan kampanye terkait dengan kayu bakar tidak bisa dilakukan seperti di desa lainnya yaitu dengan mendistribusikan (membagikan dan menempel) poster, brosur dan buklet kebun energi, melainkan melalui dunia seni Bondres. Sasaran SMART Sikap dan Komunikasi Interpersonal untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa Sumberklampok dan Melaya Tabel 21 Perubahan dalam variabel-variabel Sikap dan Komunikasi Interpersonal antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Sasaran SMART Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyatakan mudah untuk memanfaatkan pekarangan untuk ditanami tanaman kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pangan meningkat 20% dari 36% menjadi 56% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) yang menyatakan bisa untuk mengajak tetangga untuk menanami tanaman kayu bakar, meningkat menjadi 42% dari semula 27% Pada Juni 2010, sikap petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran Pertanyaan (Jawaban) Q.85: Memanfaatkan pekarangan untuk ditanami tanaman kayu bakar, tanaman pakan dan tanaman pangan Respon: Mudah Q.88: Mengajak tetangga untuk tidak lagi mencari kayu bakar di TNBB Respon: Mudah Q.80: Kita perlu memikirkan alternatif sumber kayu Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X 2 ) Capaian Sasaran SMART 36% 32% -4 pp <50% -20% 27% 43% +16 pp 99% 107% 62% 85% +23 pp <50% 115% 93

96 (Sumberklampok dan Melaya) yang mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar meningkat sebesar 20% dari 62% menjadi 82% Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di di 9 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar meningkat 25% dari 21% menjadi 46% bakar masyarakat Respon: Sangat setuju, setuju Q.97: Dalam 3 bulan ini, kepada siapa anda berbicara tentang pemanfaatan pekarangan? (jawaban boleh lebih dari 1) Respon: Keluarga 21% 22% +1 pp 50% 4% Dari ke-5 sasaran SMART, terdapat 2 sasaran yang masih belum mencapai target awal yang ditetapkan, yaitu: 1. Sikap menyatakan mudah untuk memanfaatkan pekarangan untuk ditanami tanaman kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pangan hanya tercapai -20% 2. Khalayak sasaran utama mulai mendiskusikan dengan keluarga tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar hanya tercapai 4% Masih belum tercapainya target sasaran SMART dari yang telah ditetapkan di awal diduga disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: Komunikasi interpersonal didalam keluarga dalam membicarakan tentang pemanfaatan kebun yang terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar belum begitu menggembirakan. Meskipun terjadi kenaikan tetapi tidak sesuai dengan target. Penyebabnya adalah tidak ada atau kurangnya waktu luang untuk berkumpul dan berbincang-bincang diantara anggota keluarga. Dari observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata keluarga petani dan pencari kayu bakar jarang melakukan komunikasi interpersonal dengan anggota keluarga karena selama seharian mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dari pagi sampai sore, petani dan pencari kayu bakar (laki-laki kepala rumah tangga) sibuk dengan pekerjaan mencari kayu bakar, sehingga ketika malam lebih banyak digunakan untuk istirahat/tidur daripada berbincang-bincang dengan keluarga. Perbincangan hanya dilakukan jika ada persoalan yang dianggap penting, seperti persoalan keuangan dan kebutuhan anak (pendidikan, kesehatan). Peningkatan Komunikasi interpersonal justru terjadi pada tetangga dan kelompok tani dalam membicarakan tentang pemanfaatan kebun terlantar sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar. Terjadi peningkatan 5,7% untuk pembicaraan di kelompok tani dan sebesar 4.5% untuk pembicaraan dengan tetangga. Hal ini dibuktikan pada saat monitoring kebun energi, bahwa adopsi kebun energi terjadi karena adanya komunikasi interpersonal dengan tetangga dan melalui pertemuan kelompok tani. 94

97 Hasil Perubahan Perilaku (BC) Pengaruh Kampanye Pride pada Sasaran-Sasaran SMART Perilaku untuk khalayak target petani dan pencari kayu bakar di desa sumberklampok dan Melaya Tabel 22 Perubahan dalam variabel-variabel Perilaku antara survei-survei Pra dan Pasca Kampanye Petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama Sasaran SMART Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) telah membuat kebun energi di kebun mereka meningkat dari semula 0% menjadi 25% Pada Juni 2010, petani dan pencari kayu bakar di 2 desa sasaran (Sumberklampok dan Melaya) telah mulai mengambil kayu bakar dari kebun energi mereka meningkat dari semula 0% menjadi 25% Pertanyaan (Jawaban) Q.66: Dalam 3 bulan terakhir, saya telah membuat kebun energi tetapi masih mencari kayu bakar dari TNBB Q.65: Selama 3 bulan terakhir, saya telah beberapa kali mencari kayu di luar hutan TNBB, tetapi tidak setiap hari Pra Kampanye (N=52) Pasca Kampanye (N=74) Perubahan (pp) Signifikansi Chi-Square (X 2 ) Capaian Sasaran SMART 0% 5% +5 pp 75% 20% 0% 10% +10 pp 75% 40% Sumber: Data dalam Tabel 22 diambil dari wawancara-wawancara dengan petani dan pencari kayu bakar di dua desa sasaran utama yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya (N = 52 dalam pra kampanye; 74 dalam pasca kampanye). Uji Chi Squared dan capaian sasaran-sasaran SMART diuraikan dalam teks. Nilai-nilai yang ditunjukkan hanya untuk khalayak sasaran yang diidentifikasi dalam sasaran SMART. Capaian Perubahan Perilaku (BC) Dari 2 sasaran SMART, capaian perubahan perilaku dari petani dan pencari kayu bakar yang telah membuat kebun energi sebesar 20% sedangkan yang telah mulai mengambil kayu bakar dari kebun energi mengalami peningkatan sebesar 40%. Kedua capaian ini masih dibawah target yang telah ditentukan di awal. Namun demikian dari hasil pemantauan di lapangan didapatkan data pertambahan jumlah petani dan pencari kayu bakar yang telah membuat kebun energi, yaitu dari yang semula ditargetkan 40 orang (mengelola 40 demplot) menjadi 62 orang (mengelola 57 demplot). Perbedaan hasil antara survey pasca dengan hasil pemantauan secara langsung ke lokasi demplot adalah tidak semua 95

98 responden yang membuat demplot kebun energi diwawancarai. Hal ini dikarenakan metode survey yang digunakan adalah metode random/acak, sehingga peluang pengelola demplot kebun energi untuk diwawancarai sama besar dengan masyarakat umum. Hasil lainnya hingga Maret 2010, beberapa hasil yang telah dicapai antara lain: 1. Sikap Pihak TNBB mulai melunak Dari hasil pendekatan yang dilakukan dengan Kepala Seksi Wilayah I Jembrana TNBB, yaitu Catur Marbawa, khususnya mengenai strategi pendekatan kepada masyarakat di Desa Melaya (termasuk Dusun Klatakan), beliau setuju dengan cara-cara yang akan diterapkan oleh Yayasan Seka, misalnya dengan menyebarkan brosur, poster dan buklet melalui pertemuan kelompok secara rutin serta membuat demplot kebun energi. Pendekatan yang dilakukan terhadap Kepala Seksi adalah menjelaskan tentang strategi BR, yaitu membuat demplot kebun energi untuk mengurangi tekanan pengambilan kayu bakar di dalam kawasan hutan TNBB. Strategi tersebut berhasil mempengaruhi sikap Kepala Seksi yang selama ini sangat keras. 2. Munculnya kelompok baru pemanfaat kayu bakar Selain pendekatan dengan TNBB, tim Kerja Kampanye juga secara intensif melakukan pengembangan informasi terhadap kelompokkelompok yang memanfaatkan kayu bakar. Ada 2 kelompok tani yang telah diidentifikasi, yaitu (1) Kelompok Tani Sumber Sri Rejeki yang beranggotakan 15 orang laki-laki, dan (2) Kelompok Wanita Tani Sekaha Demen Sekar Sari beranggotakan 20 orang perempuan. Kedua kelompok ini domisilinya di Dusun Pangkung Tanah Kauh, Desa Melaya. Aktivitas sehari-harinya adalah mengolah gula merah dan gula semut dari pohon kelapa. Dalam Pproses pembuatan gula, semua anggota (100%) menggunakan kayu bakar yang diperoleh dari dalam kawasan TNBB. Pertemuan dengan Yayasan Seka telah dilakukan sebanyak 2 kali yang menghasilkan kesepakatan untuk melakukan ujicoba pembuatan demplot kebun energi. Selanjutnya, kegiatan perubahan perilaku yang terjadi terkait dengan penyingkiran halangan adalah replikasi kebun energi yang dilakukan oleh petani dan pencari kayu bakar di Desa Sumberklampok dan Sumberkima. Dari 20 demplot kebun energi yang telah dibuat, kini telah bertambah menjadi 57 kebun energi. Terjadi pertambahan jumlah kebun energi sebanyak 37, dimana 14 kebun energi di Desa Sumberklampok dan 23 kebun energi di Desa Sumberkima. Foto 8 Demplot kebun energi sistem lorong milik Bapak Saleh di Desa Sumberklampok Terjadinya adopsi kebun energi ini tidak terlepas dari peran para pengelola demplot yang secara aktif menginformasikan kepada teman dan tetangga (komunikasi interpersonal) tentang manfaat kebun energi. Awalnya tidak ada yang percaya, tetapi ketika kebun energi mulai menghasilkan dan terbukti, maka mulai terjadi adopsi. Para pengelola demplot di Desa Sumberklampok telah berperan dalam pengembangan kebun energi tanpa campur tangan dari manager kampanye. Sedangkan pengembangan kebun 96

99 energi di Desa Sumberkima terjadi karena sebelumnya para petani dan pencari kayu bakar telah menerapkan sistem kebun energi secara alami dengan nama kebun terpadu. Media yang digunakan dalam mendorong adopsi kebun energi di Sumberkima adalah pertemuan kelompok yang melibatkan petani dan pencari kayu bakar di desa sumberklampok, sehingga transformasi berjalan dengan baik. Pengurangan Ancaman dan Hasil Konservasi (TR dan CR) Pengurangan ancaman: Membuat 20 plot (masing-masing plot seluas 0.5 hektar) Kebun Energi di 2 desa target (Sumberklampok dan Melaya) Dari hasil monitoring di lapangan terkait dengan pengurangan ancaman, telah dibuat 20 demplot kebun energi di dua desa, yaitu Sumberklampok dan Melaya. Untuk Sumberklampok penanaman demplot kebun energi dilakukan pada Januari 2010, sedangkan di Melaya baru dilakukan pada bulan April Keterlambatan di Sumberklampok disebabkan oleh faktor musim. Semula direncanakan penanaman akan dilakukan pada bulan Oktober 2009, tetapi karena musim hujan belum turun akhirnya baru terlaksana pada bulan Januari Sedangkan di Melaya penanaman demplot kebun energi sangat terlambat dari yang direncanakan, yaitu Oktober 2009 dan baru terlaksana pada bulan April Penyebabnya adalah perlunya pendekatan yang intensif dan hati-hati terhadap petani dan pencari kayu bakar yang ada di Desa Melaya karena selama ini hubungan dengan TNBB kurang harmonis. Masih adanya anggapan bahwa LSM merupakan kepanjangan tangan dari TNBB membuat proses pendekatan berjalan lambat. Namun demikian berkat kerja keras tim kerja kampanye, maka penanaman demplot kebun energi akhirnya terealisasi. Foto 9 Demplot kebun energi di Sumberkima (insert skema demplot) 97

100 Demplot yang dibuat tidak seperti yang disosialisasikan pertama kali yaitu sistem tiga strata. Pengelola demplot menggunakan sistem lorong seperti yang telah disepakati dalam pelatihan petani pada bulan Nopember 2009 di Balai Desa Sumberklampok. Mereka lebih memilih sistem lorong dengan alasan telah berpengalaman dalam menerapkan sistem lorong dan telah terbukti dan teruji. Sistem lorong terutama berguna pada saat musim hujan yang sering terjadi banjir. Dengan sistem lorong mampu terhindar dari banjir, sehingga tingkat keberhasilannya akan tinggi. Disamping itu dari sisi jumlah tanaman kayu bakar yang ditanam lebih banyak sehingga hasil kayu bakar akan lebih banyak dan akan mampu memenuhi kebutuhan kayu bakar rumah tangga. Dengan sistem tiga strata hanya 540 tanaman utama sengon, tetapi dengan sistem lorong dapat ditanam sebanyak 950 tanaman sengon. Jumlah tanaman sengon yang dibantu hanya 450 per demplot (0,5 hektar) dan para pengelola demplot bersedia untuk swadaya pengadaan bibit tanaman sengon secara mandiri sebanyak 410 tanaman. Dari 20 demplot kebun energi, 60% berhasil dengan indikator tanaman yang ada tumbuh dengan baik, dirawat dan telah menghasilkan tanaman untuk pakan ternak, tanaman pertanian. Untuk hasil kayu bakar belum maksimal, namun sudah mulai dilakukan pemanenan terhadap tanaman gamal pada saat dilakukan pemangkasan. Bahkan 37 KK petani dan pencari kayu bakar di Sumberklampok dan Sumberkima telah mengadopsi kebun energi di kebun mereka masing-masing. Data ini didapatkan pada saat dilakukan monitoring oleh tim kerja kampanye dengan melakukan FGD di Desa Sumberkima pada tanggal 12 Juli 2010 dan di Desa Melaya pada tanggal 13 Juli Hasil Konservasi/Tujuan Keanekaragaman Hayati (CR): Menyelamatkan hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali dari tekanan pengambilan kayu bakar oleh masyarakat sekitar kawasan TNBB dari 147 orang pada Juli 2009 menjadi 107 orang pada Juni Dari hasil monitoring di lapangan terkait hasil konservasi untuk pengambilan kayu bakar di hutan yang menjadi habitat Jalak Bali, diketahui bahwa terjadi penurunan pengambilan kayu bakar oleh 47 petani dan pencari kayu bakar di Desa Sumberklampok dan Sumberkima. Hal ini diketahui dari hasil FGD pada saat monitoring di lapangan pada tanggal 12 Juli 2010 di Desa Sumberkima, dimana dari informasi yang diungkapkan oleh peserta FGD menyatakan bahwa sebanyak 40 petani dan pencari kayu bakar telah memanfaatkan kebun energi sebagai sumber kayu bakar dan tidak lagi mencari kayu bakar di hutan TNBB (20 orang dari Desa Sumberklampok dan 20 orang dari Desa Sumberkima). Untuk Desa Melaya masih belum terjadi perubahan perilaku dalam mengambil kayu bakar. Mereka masih mengambil kayu bakar dari hutan TNBB karena kebun energi yang ditanam belum menghasilkan. 98

101 (a) (b) Foto 10 (a) FGD monitoring di Sumberkima, (b) kayu bakar hasil kebun energi 99

102 F. ANALISA KRITIKAL Analisa Kritikal memberikan kesempatan untuk melihat hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan kampanye dan di bagian mana perbaikan-perbaikan dapat dilakukan. Bab ini dirancang untuk kebutuhan lembaga yang telah bergerak ke tahap tindak lanjut proyek, namun juga dapat dimanfaatkan untuk berbagi pengalaman dan pembelajaran berharga dengan manajer-manajer kampanye lain yang kemungkinan mengerjakan tema yang sama. Tinjauan Kritikal Tinjauan Kritikal ini merefleksikan hal-hal yang telah berjalan dengan baik dan hal-hal yang mungkin dilakukan lebih baik. Bab ini diharapkan akan menjadi sumber yang berharga untuk Manajer-Manajer Kampanye lain yang menjalankan kampanye dengan tema yang sama, serta lembaga saya sendiri saat kami bergerak maju dengan menggunakan proses Pride untuk mengatasi isu-isu lain, termasuk pengelolaan bersama yang melibatkan masyarakat yang hidup di sekitar kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Bab ini akan meninjau: (i) proses perencanaan dan (ii) proses pelaksanaan dengan membingkainya dalam 3K (3C) Rare. Bab ini juga akan melihat beberapa media yang digunakan untuk menyampaikan pesan, menyoroti media-media yang efektif dan yang tidak efektif, serta pelaksanaan strategi penyingkiran halangan. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek Workshop Stakeholder Proses Perencanaan Proyek dimulai dengan mengadakan Workshop Stakeholder yang mengambil tema Melestarikan Sumberdaya Alam Bali Barat pada tanggal 5 Pebruari 2009 di Balai Desa Sumberklampok. Sebanyak 41 orang dari 13 stakeholder yang mempunyai kepentingan terhadap kawasan hutan Bali Barat ikut berpartisipasi. Mereka berasal dari Lembaga Mitra (Yayasan Seka), Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun), Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak), Dinas Pendidikan Nasional (Diknas), Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, Desa Adat, Sekaha Tani Jembrana (STJ), Sekaha Tani Buleleng (STB), Tokoh Masyarakat, Guru dan Kelompok Tani yang beranggotakan petani dan pencari kayu bakar. Tantangan yang dihadapai selama mempersiapkan Workshop Stakeholder adalah mengidentifikasi dan memetakan stakeholder yang akan diundang. Hal ini perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif dari berbagai stakeholder yang ada di kawasan Bali Barat 100

103 serta kepentingan yang mereka bawa ketika diundang dalam pertemuan. Dari hasil pemetaan stakeholder didapatkan beberapa pola hubungan yang terjadi diantara stakeholder selama ini, yaitu (1) hubungan yang kurang harmonis (TNBB, Dishutbun, petani dan pencari kayu bakar), (2) jarang berhubungan (Distanak dengan kelompok tani, STJ dan STB), (3) tidak pernah berhubungan (TNBB dengan Distanak dan kelompok tani), dan (4) sering berhubungan (TNBB, Yayasan SEKA, STJ dan STB). Setelah semua stakeholder yang akan diundang sudah terpetakan, maka strategi yang disusun untuk meminimalisir munculnya permasalahan khususnya akibat dari hubungan yang kurang harmonis adalah dengan melakukan pendekatan kepada masing-masing pihak untuk menjelaskan maksud dan tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan serta meminta partisipasi mereka untuk hadir dan berkontribusi dalam pertemuan. Khusus untuk petani dan pencari kayu bakar pendekatan dilakukan melalui kelompok tani dan kunjungan informal ke tokoh petani dan pencari kayu bakar untuk mendapatkan dukungan dari kegiatan yang akan dilakukan serta menjelaskan bahwa workshop stakeholder bukan sebagai ajang untuk saling menghakimi atau mencari kesalahan salah satu pihak, tetapi sebagai media bersama dari semua pihak untuk mengidentifikasi dan menganalisa masalah/ancaman serta mencoba untuk mencari solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Hasil dari penerapan strategi melalui pendekatan kepada berbagai pihak ternyata membuahkan hasil positif. Pada saat pelaksanaan workshop stakeholder, sepanjang sesi sama sekali tidak muncul konflik dan hampir seluruhnya positif. Proses yang dibangun Manajer kampanye Foto 11 Workshop Stakeholder Bali Barat berusaha keras untuk menjadi fasilitator yang netral dan tidak bersikap menghakimi. Pertemuan ini akhirnya menghasilkan model konsep awal yang disepakati bersama oleh peserta pertemuan. Bahkan Kepala Desa Sumberklampok, Putu Artana berkomentar positif terhadap pertemuan ini dan sangat mendukung dengan program yang akan dilaksanakan oleh manajer kampanye. Beliau memberikan sambutan dan pembukaan acara workshop stakeholder Selama delapan tahun saya menjadi Kepala Desa, baru kali ini saya merasa dihargai oleh Taman Nasional Bali Barat dengan mendiskusikan permasalahan di kawasan TNBB yang menyangkut masyarakat Saya. Workshop stakeholder menghasilkan Model konsep awal untuk kawasan TNBB yang terdiri dari 2 sasaran konservasi, yaitu hutan hujan dataran rendah dan populasi Jalak Bali. Model konsep hasil dari workshop Stakeholder dimasukkan ke perangkat lunak Miradi 3 yang digunakan untuk mengembangkan dan memasukkan model ke dalam tatanama standar menggunakan klasifikasi ancaman yang dikembangkan oleh IUCN. 3 Miradi dikembangkan untuk membantu praktisi konservasi dalam proses pengelolaan adaptif yang diringkas dalam standar terbuka untuk praktik konservasi yang dikembangkan oleh Conservation Measures Partnership s ( 101

104 Hasil pemeringkatan ancaman menunjukkan bahwa pengambilan kayu bakar dari sisi lingkup (area) adalah sangat tinggi, dimana ancaman kemungkinan besar akan menyebar ke seluruh atau sebagian besar lokasi. Dari sisi tingkat kerusakan sangat tinggi dimana ancaman kemungkinan besar menghancurkan atau menghilangkan sasaran konservasi pada beberapa bagian di lokasi, Untuk faktor ketakberbalikan adalah sedang, dimana akibat ancaman langsung dapat dibalikkan dengan komitmen sumber daya yang layak (misalnya membuat kebun energi sebagai sumber kayu bakar). Hal tersebut dibuktikan dengan hasil survey pra kampanye dimana setidaknya terdapat 147 petani dan pencari kayu bakar di 9 desa yang mengambil kayu bakar dari hutan TNBB. Bukti penguat lainnya adalah hasil dari wawancara dengan petani dan pencari kayu bakar didapatkan informasi dalam sehari rata-rata melakukan pengambilan kayu bakar sebanyak 3 kali, dan dalam sekali pengambilan volume kayu bakar sebesar 0,75 m 3. Sehingga dalam sehari tingkat kerusakan hutan akibat pengambilan kayu bakar diperkirakan sebesar 330,75 m 3 (147 orang x 3 kali pengambilan x 0,75 m 3 ). Lokasi pengambilan kayu bakar tersebar di seluruh lokasi hutan sehingga dari sisi tingkat kerusakan sangat tinggi. Pengambilan kayu bakar dilakukan secara sistematis. Mereka menebang pohon, kemudian dibiarkan mengering, dan setelah kering baru dipotong kecil-kecil menjadi kayu bakar. Alat yang mereka gunakan adalah gergaji tangan dan kapak. Sedangkan alat transportasi untuk pengangkutan kayu bakar dari hutan ke rumah adalah sepeda motor dan sepeda gayung yang telah dimodifikasi sehingga mampu memuat cukup banyak kayu bakar. Foto 12 Proses eksekusi pohon menjadi kayu bakar Setelah melakukan analisis peringkat ancaman formal akhirnya diputuskan untuk memusatkan diri kepada pengambilan kayu bakar sebagai ancaman dengan peringkat tertinggi untuk hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali. 102

105 Rantai Faktor dan Penelitian Formatif Dari Rantai Faktor berhasil diidentifikasi Khalayak yang berada di balik ancaman utama dan faktor pendukungnya yang harus ditangani untuk mengurangi ancaman dan meningkatkan kondisi sasaran. Mereka adalah petani dan pencari kayu bakar, dan faktor yang memberikan kontribusi terhadap munculnya ancaman adalah penggunaan kayu bakar untuk kebutuhan rumah tangga. Tantangan, strategi dan faktor kunci kesuksesan yang dicapai pada saat menguji dan menyempurnakan rantai faktor diuraikan sebagai berikut: 1. Wawancara individual dengan petani dan pencari kayu bakar Wawancara dengan 5 orang petani dan pencari kayu bakar dilakukan secara terpisah (satu per satu). Dari rantai faktor yang telah dibuat bersama saat workshop stakeholder, mereka setuju dengan rangkaian faktor pendukung. Kesulitan yang dihadapi adalah mendapatkan informasi yang jujur dan terbuka untuk informasi lokasi pengambilan kayu bakar. Pada umumnya mereka enggan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang sensitif seputar aktivitas mereka di hutan. Namun mereka mengakui bahwa kayu bakar diambil dari hutan (tanpa menyebutkan status hutan; apakah milik Dishutbun atau TNBB). Strategi yang digunakan untuk memastikan bahwa mereka mencari kayu bakar di hutan TNBB adalah dengan menanyakan jenis kayu yang diambil untuk kayu bakar. Jenis kayu yang diambil untuk kayu bakar adalah dari pohon Tanglok dan Walikukun. Kedua jenis pohon ini hanya ada di dalam kawasan hutan TNBB. 2. Diskusi Terfokus dengan kelompok tani Data yang diperoleh dari pertemuan dengan kelompok tani di desa sumberklampok dan Melaya lebih terbuka, khususnya mengenai lokasi pengambilan kayu bakar, yaitu di hutan TNBB. Keterbukaan jawaban tersebut diduga karena strategi yang digunakan oleh manajer kampanye adalah membangun keterbukaan dan menanamkan kepercayaan kepada kelompok bahwa proses yang sedang dilakukan adalah dalam rangka mencari penyelesaian dari permasalahan yang ada di kawasan TNBB yang menyangkut kehidupan mereka. Selain itu patut diduga bahwa keterbukaan jawaban dari peserta diskusi karena mereka berkelompok dan jawaban yang diberikan adalah jawaban kolektif, sehingga mereka merasa lebih aman ketika menjawab dengan jujur dan terbuka. Dalam diskusi tersebut mereka juga setuju dengan rantai faktor yang diperlihatkan kembali. Foto 13 Wawancara dengan Kepala Seksi TNBB Mengenai bagaimana mengurangi peran mereka dalam pengambilan kayu bakar di hutan TNBB, mereka sangat berharap bahwa ada alternatif lokasi yang menjadi sumber kayu bakar dan mereka merasa aman dan nyaman dalam mencari kayu bakar. Tawaran kebun energi cukup menarik bagi mereka karena tidak saja menghasilkan kayu bakar, tetapi juga pakan ternak tersedia sepanjang musim dan tanaman pertanian dapat diintegrasikan didalamnya. Jika kebun energi terwujud, maka mereka menjamin tidak akan masuk hutan lagi. 103

106 3. Diskusi dengan Kepala Seksi PTN II Wilayah Buleleng TNBB Menurut Kepala Seksi PTN II Wilayah Buleleng TNBB, Joko Waluyo, S.Hut mengenai rantai faktor pengambilan kayu bakar sudah tepat. Beliau menambahkan informasi bahwa aktivitas pengambilan kayu bakar merupakan ancaman yang serius terhadap kawasan hutan TNBB khususnya yang menjadi habitat Jalak Bali. Sampai saat ini belum ada data valid berapa banyak kayu yang keluar dari hutan TNBB akibat pengambilan kayu bakar oleh petani dan pencari kayu bakar karena belum ada penelitian yang spesifik tentang ancaman pengambilan kayu bakar di dalam kawasan TNBB. Terhadap pengurangan ancaman, beliau juga setuju dengan rencana pembuatan demplot kebun energi, namun yang perlu dipikirkan adalah sebelum demplot menghasilkan kayu bakar aktivitas pengambilan kayu bakar di dalam hutan TNBB akan tetap berlangsung. Untuk mengatasi hal tersebut beliau berjanji akan melakukan 2 hal, yaitu (1) meningkatkan pengawasan dengan mengintensifkan kegiatan patroli kawasan dan (2) melakukan penyuluhan dan pembinaan terhadap masyarakat sekitar kawasan TNBB khususnya petani dan pencari kayu bakar. 4. Diskusi dengan Kepala RPH Sumberklampok Dishutbun Kabupaten Buleleng Hasil wawancara dengan Kepala RPH Sumberklampok Dishutbun Kabupaten Buleleng, Drs. I Wayan Kawit menguatkan data yang didapat oleh manajer kampanye tentang lokasi pengambilan kayu bakar oleh petani dan pencari kayu bakar. Menurut beliau, bahwa kawasan hutan produksi yang berada dibawah kewenangan Dishutbun tidak ada jenis tanaman Tanglok dan Walikukun. Yang ada adalah jenis tanaman Jati, Sonokeling, Kayu Putih dan Mahoni. 5. Wawancara dengan Ahli Pertanian Lahan Kering Percakapan dengan seorang ahli pertanian khususnya lahan kering yang telah 10 tahun meneliti tentang pertanian lahan kering di kawasan Bali Barat menyatakan bahwa pilihan model kebun energi yang mengintegrasikan antara tanaman penghasil kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pangan akan mampu memberikan hasil yang maksimal kepada petani dan pencari kayu bakar karena dalam satu lahan/kebun dihasilkan berbagai produk tanaman yang berbeda dan saling melengkapi kebutuhan. Untuk tanaman kayu bakar bisa dipilih jenis Sengon, Gamal, Lamtoro, Kaliandra dan Turi. Sedangkan tanaman pakan ternak adalah Rumput Gajah yang bisa dipanen dalam waktu singkat, yaitu mulai umur 3 bulan. Sedangkan tanaman pertanian jenisnya disesuaikan dengan yang sudah dibudidayakan masyarakat, yaitu jagung, kacang tanah dan cabai kecil. Jika kebun energi ini diterapkan dengan sungguh-sungguh, maka akan dapat menekan/mengurangi pengambilan kayu bakar di hutan. Pilihan Pengelolaan (BRAVO=Barrier Removal Assessment and Viability Overview ) BRAVO atau dalam Bahasa Indonesia Tinjauan menyeluruh viabilitas dan penilaian penyingkiran hambatan merupakan sebuah alat untuk menilai kelayakan dan dampak potensial rencana proyek di kawasan TNBB. Pilihan pengelolaan didasarkan pada alasan masyarakat mengambil kayu bakar di hutan adalah karena murah dan mudah didapat. Sumber kayu bakar berasal dalam kawasan TNBB yaitu di hutan hujan dataran 104

107 rendah yang menjadi habitat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi). Akses masyarakat ke hutan untuk mencari kayu bakar sangat terbuka lebar, artinya bisa dijangkau dengan mudah dari berbagai penjuru. Ketersediaan alternatif lokasi sumber kayu bakar selain di kawasan TNBB sampai saat ini masih belum ada. Pilihan strategi untuk mengurangi ancaman pengambilan kayu bakar didasarkan pada kelayakan dan dampak. Sasarannya adalah memanfaatkan kebun terlantar untuk dijadikan sebagai kebun energi. Dampak potensialnya sedang karena hasil dari kebun energi terutama kayu bakar baru terlihat pada tahun ketiga. Demikian juga dengan kelayakan sedang karena kompetensinya rendah (dari segi pendanaan cukup besar). Namun dari segi Kelayakan politik sangat tinggi karena pihak pemerintah desa akan berkurang bebannya terhadap penanganan kasus pengambilan kayu bakar di hutan yang dilakukan oleh masyarakat. Tantangan yang dihadapi dalam membuat perancangan BRAVO adalah langkah-langkah yang harus dilalui cukup rumit dengan tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Meskipun telah disediakan panduan dan template serta dibimbing oleh mentor, tetap saja BRAVO merupakan alat yang tidak memudahkan tetapi menyulitkan. Kedepannya manajer kampanye tidak merekomendasikan untuk memakai BRAVO sebagai alat untuk menilai kelayakan dan dampak potensial dari sebuah rencana proyek. Sebaiknya RARE mencoba untuk mencari cara yang lebih sederhana dengan hasil yang sama dengan BRAVO. Rantai Hasil Lima sasaran awal untuk kampanye Pride di kawasan TNBB ditetapkan dari Rantai Hasil petani dan pencari kayu bakar yang menjadi khalayak sasaran utama: Meningkatkan kepedulian diantara petani dan pencari kayu bakar mengenai berbagai resiko yang diakibatkan oleh pengambilan kayu bakar di hutan hujan dataran rendah TNBB Petani dan pencari kayu bakar akan percaya bahwa pengambilan kayu bakar di hutan hujan dataran rendah TNBB memberikan konsekuensi negatif Petani dan pencari kayu bakar akan membahas isu yang berhubungan dengan pengambilan kayu bakar di hutan hujan dataran rendah TNBB dan solusi yang mungkin dilakukan yaitu kebun energi Petani dan pencari kayu bakar akan mengetahui bagaimana cara membuat kebun energi untuk menghasilkan kayu bakar Petani dan pencari kayu bakar akan mengambil kayu bakar dari kebun energi. 105

108 Survei Pra Kampanye Survei pra kampanye dilaksanakan secara serentak pada tanggal 3 6 Mei Tujuannya adalah untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, perilaku dan praktek atau aktivitas masyarakat di 8 desa dan 1 kelurahan sebelum dilakukan Kampanye penyelamatan habitat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Survei Pra Kampanye sangat membantu dalam memahami lebih jauh khalayak sasaran utama, bahwa suatu kampanye penjangkauan difokuskan pada pengambilan kayu bakar haruslah terarah. Tantangan yang dihadapi sebelum, selama dan setelah survey pra kampanye adalah sebagai berikut: 1. Sebelum dilakukan survey a. Penyusunan pertanyaan Dalam menyusun pertanyaan digunakan alat bantu berupa software SurveyPro Software ini sangat membantu Manajer Kampanye dalam merancang dan menuliskan daftar pertanyaan, memasukkan data ke dalamnya, menganalisa data, dan melaporkan hasil survei dengan benar dan efektif. Tantangan dalam membuat pertanyaan adalah membuat pertanyaan yang disesuaikan dengan tahapan perubahan perilaku, mulai dari pengetahuan, sikan dan komunikasi interpersonal, penyingkiran hambatan, perubahan perilaku, pengurangan ancaman dan hasil konservasi. Penyusunan ini harus hati-hati karena hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan sasaran SMART dan capaian proyek. Strategi yang digunakan untuk meminimalisir kesalahan dalam membuat pertanyaan adalah melakukan konsultasi dengan mentor selama proses penyusunan pertanyaan. b. Pelatihan enumerator Dalam pelatihan Enumerator tantangan yang dihadapi adalah memberikan pemahaman terhadap seluruh pertanyaan yang ada di kuesioner kepada para enumerator yang memiliki latar belakang yang beragam. Mereka berasal dari kalangan guru, tokoh masyarakat, tokoh petani dan Staf Yayasan Seka. Strategi yang dilakukan adalah dengan membahas setiap pertanyaan yang ada di kuesioner serta memberikan penjelasan terhadap pertanyaan yang belum dipahami. Strategi lainnya adalah melakukan ujicoba sebelum pelaksanaan survey dan manajer kampanye melakukan pemantauan terhadap proses ujicoba. 2. Selama melakukan survey Tantangan yang dihadapi oleh enumerator selama melaksanakan survey adalah banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada responden sehingga perlu waktu yang lama untuk menyelesaikan 1 lembar kuesioner, yaitu berkisar antara menit. Terdapat 42 pertanyaan yang harus diajukan kepada responden yang terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup. Tantangan lainnya adalah dalam mencari, menjelaskan dan meminta waktu responden untuk bersedia diwawancarai. Sebagian dari responden menolak untuk diwawancarai dengan 4 Informasi tentang SurveyPro 3.0 dapat dilihat di 106

109 alasan yang beragam, antara lain tidak punya waktu, takut ditangkap petugas, atau curiga dengan responden karena belum dikenal. Namun semua tantangan tersebut bisa diatasi, meskipun resikonya adalah waktu pelaksanaan survey menjadi lebih lama dari yang dijadwalkan, yaitu dari rencana 3 hari menjadi 5 hari. Strategi yang dilakukan manajer kampanye dalam menghadapi tantangan yang dialami oleh enumerator adalah meminta untuk tetap menjaga semangat di lapangan karena resiko tersebut telah diperkirakan sebelumnya (pada saat dilakukan pelatihan enumerator). Khusus untuk menyiasati kejenuhan maka manajer kampanye berinisiatif mendampingi enumerator secara bergantian untuk memberikan semangat. Sedangkan untuk calon responden yang menolak dengan berbagai alasan, manajer kampanye menyarankan untuk segera mencari calon responden lain yang mau untuk diwawancarai. 3. Setelah survey Tantangan setelah survey adalah proses entry dan edit data. Sebelum entry data, terlebih dulu dilakukan pelatihan singkat tentang software surveypro kepada 4 orang tenaga entry. Mereka tertarik dengan software SurveyPro dan berniat untuk mengembangkannya dalam bidang kerja masing-masing. Proses entry data berlangsung dengan cepat. Namun demikian hambatannya adalah pada saat dilakukan pengecekan (edit) data oleh manajer kampanye. Meskipun tenaga entry data sudah dibekali dengan pelatihan singkat dan cara memasukkan jawaban dan menuliskan jawaban, namun kesalahan tetap terjadi. Sebagai contoh pertanyaan terbuka, jawabannya tidak dikelompokkan sesuai dengan kesamaan jawaban, sehingga manajer kampanye harus melakukan pengelompokan jawaban sendiri. Revisi Model Konsep Foto 14 Presentasi Lokakarya BROP petani dan pencari kayu bakar. Pemahaman yang lebih mendalam mengenai lokasi proyek, ancaman yang ada, dan khalayak sasaran utama, digunakan untuk lebih dapat menyelami rencana kampanye Pride lebih dalam. Hal ini termasuk merevisi model konsep untuk memasukkan faktor-faktor pendukung yang baru yang muncul pada saat survei Pra Kampanye dan menentukan mitra yang tepat yang dapat membantu menyingkirkan rintangan serta menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk dapat mengubah perilaku khalayak sasaran. Model konsep akhir yang telah direvisi adalah sebagai berikut: Lingkup proyek tetap difokuskan pada Taman Nasional Bali Barat. Target utama, hutan hujan dataran rendah (Habitat Jalak Bali), telah dipilih dari kedua target awal yang telah di identifikasi pada model konseptual awal. Ancaman langsung pada habitat Jalak Bali yang ditangani adalah Pengambilan kayu bakar oleh 107

110 Faktor-faktor yang berkontribusi terdekat (termasuk ancaman tidak langsung) adalah: (1) kebutuhan kayu bakar untuk rumah tangga, dan (2) kebutuhan kayu bakar untuk dijual. Untuk membantu mencapai tujuan konservasi kawasan diperlukan mitra penyingkiran hambatan. Mitra utama adalah Rare yang akan mendanai pembuatan demplot kebun energi setelah dilakukannya Lokakarya BROP pada tanggal 21 April 2009 di Bogor. Selain itu dukungan lainnya berasal dari Lembaga Mitra, yaitu Yayasan Seka yang menyatakan komitmennya untuk berkontribusi dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Sasaran SMART Sasaran-sasaran pendahuluan yang telah dibuat kemudian dikembangkan menjadi sasaran-sasaran SMART. Menentukan sasaran SMART adalah sebuah langkah yang benar-benar penting dalam merencanakan suatu kampanye untuk mengukur keberhasilan kampanye yang mengacu kepada sasaran-sasaran ini. Sasaran SMART yang telah berhasil dibuat meliputi sasaran SMART untuk petani dan pencari kayu bakar di dua desa target utama, yaitu Sumberklampok dan Melaya serta seluruh desa target (9 desa) untuk masyarakat umum. Selain itu juga ditentukan sasaran keanekaragaman hayati dan sasaran pengurangan ancaman. Tantangan yang dihadapi selama proses menentukan sasaran SMART adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan pertanyaan yang ada di survey pra untuk dimasukkan sebagai indikator dari tahapan perubahan perilaku. Hal ini perlu kejelian dan kehati-hatian dalam memilih pertanyaan yang sesuai dengan tahapan perubahann perilaku. Sebagai contoh untuk mengetahui pengetahuan khalayak sasaran tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi hutan TNBB, maka pertanyaan yang digunakan sebagai indikator untuk menentukan sasaran SMART adalah: Menurut Anda, apakah akibat dari pengambilan kayu bakar untuk hutan TNBB? (Q.76). 2. Penentuan capaian sasaran SMART Dalam menentukan capaian sasaran SMART untuk tiap tahapan perubahan perilaku dibutuhkan kehati-hatian untuk menentukan seberapa besar peningkatan yang ingin dicapai dalam proyek. Capaian yang terlalu ambisius akan berakibat pada tidak tercapainya sasaran SMART. Demikian juga capaian yang terlalu rendah akan menjadi tidak realistis dan memperlihatkan ketidak percayaan diri dari manajer kampanye. 108

111 Bauran Pemasaran dan Pengembangan Pesan Tantangan yang dihadapi selama proses membuat bauran pemasaran adalah merumuskan suatu strategi kampanye yang menyeluruh dari keempat komponen Bauran pemasaran yaitu (1) Produk, (2) Harga, (3) Tempat, dan (4) Promosi. Strategi yang digunakan untuk mengatasi tantangan tersebut adalah dengan menggunakan hasil riset formatif yang telah dilakukan dan dibantu anggota khalayak sasaran untuk membuat keputusan-keputusan tentang keempat komponen dari bauran pemasaran tersebut. Pengembangan pesan adalah suatu langkah yang sangat penting dalam proses pemasaran sosial yang akan dilaksanakan di Bali Barat. Sasaransasaran SMART telah ditetapkan kemudian diterjemahkan kedalam suatu himpunan pesan yang efektif yang menjangkau khalayak sasaran utama. Proses mengembangkan pesan bagi petani dan pencari kayu bakar di kawasan TNBB akan membantu memandu semua pesan yang dirancang agar dapat mencapai sasaran kampanye. Strategi-strategi ini mencakup khalayak sasaran utama, tindakan yang diinginkan (dan perilaku kompetisi), ganjaran dan dukungan. Pesan-pesan dan format khusus lebih jelas didefinisikan dalam sebuah Ringkasan kreatif yang merupakan dokumen strategis yang berfungsi sebagai panduan tim kreatif untuk menulis dan memproduksi materi-materi kampanye. Ringkasan kreatif menjelaskan isu-isu yang paling penting yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan materi-materi, termasuk suatu definisi dan deskripsi dari khalayak sasaran; daya tarik atau manfaat rasional dan emosional yang harus ditekankan; dan gaya, pendekatan, atau nada yang diinginkan bagi materi-materi tersebut. Ringkasan Kreatif ini telah dijelaskan pada Bab 2. Tantangan yang dihadapi dalam proses pembuatan ringkasan kreatif adalah menterjemahkan unsur-unsur kreatif, pesan kampanye yang harus tercakup dalam eksekusi kreatif menjadi materi dan media kampanye. Proses ini cukup berat karena sangat mempengaruhi hasil kampanye yang terkait dengan media kampanye yang akan dibuat. Dibutuhkan kerjasama tim yang solid dengan latar belakang yang beragam dan saling melengkapi. Tidak hanya kemampuan lisan dan tulisan tetapi kemampuan menterjemahkan menjadi sebuah bentuk gambar/lukisan menjadi penting. Didalam tim terdapat anggota yang merupakan seniman lokal yang mempunyai kemampuan untuk melukis sehingga proses menterjemahkan ringkasan kreatif dapat berjalan dengan baik. Secara umum proses perencanaan berjalan lancar. Dalam konteks kampanye ini, prosesnya difasilitasi oleh lembaga mitra yang kuat, mitra penyingkir halangan dan pendanaan, Tim Kerja Kampanye yang kompak dan bekerja secara penuh, dan seorang mentor yang memberikan umpan balik secara cepat dan terinci. 109

112 Tinjauan terhadap Proses Pelaksanaan Proyek Kapasitas Tahap pelaksanaan kegiatan kampanye pride di Bali Barat dimulai pada Bulan Juli 2009 dan berjalan hingga bulan Juli Tinjauan terhadap proses pelaksanaan kampanye yang telah dilakukan berdasar 3K (3C) yang selama ini menjadi acuan Rare. Manajer Kampanye Sebelum bergabung dengan Program Pride, saya sudah bekerja sebagai guru tetap Yayasan di sebuah sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Perikanan Nurun Najah Sumberkima, Buleleng dengan jabatan sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum selama 4 tahun. Selama saya bekerja di SMK, mengajar beberapa mata pelajaran yaitu Biologi, IPA Terpadu dan Pengantar Konservasi. Selain sebagai guru, saya juga bekerja di Yayasan Seka, sebuah NGO yang bergerak di pemberdayaan masyarakat petani yang tinggal di sekitar kawasan Konservasi, yaitu Taman Nasional bali Barat. Selama itu saya dan lembaga saya tempat bekerja (sekolah dan Yayasan Seka) juga mengerjakan isu-isu penjangkauan. Saya tidak pernah mendapatkan dasar-dasar teori akademik di tentang segmentasi khalayak, desain materi, penetapan sasaran, dll. Secara pribadi saya melihat dua fase universitas pertama sangat baik tetapi memerlukan kerja yang sangat, sangat keras. Hanya ada sedikit waktu untuk refleksi dan terlalu banyak tugas, namun teori-teori yang diberikan telah berhasil membantu saya untuk menyelesaikan kampanye. Beberapa contoh: 1. Saya (bersama lembaga) telah membuat poster di masa lalu, tapi tidak pernah berpikir tentang segmentasi khalayak secara spesifik atau pengujian pesan. Saya cenderung merancang poster sendiri, menunjukkannya kepada rekan-rekan di lembaga dan kemudian mengirimkannya ke percetakan. Sekarang saya mengerti perlunya menguji dan telah melihat betapa pentingnya pengiriman pesan yang efektif. 2. Saya pernah terlibat dalam pengumpulan dana sebelumnya, namun proposal yang saya buat tidak SMART, sehingga sering dikembalikan dan ditolak. Dalam kampanye, saya mengikuti panduan, merancang proposal dan memahami strategi pengumpulan dana ataupun dukungan lain yang tidak berbentuk dana. Saya berhasil mendapatkan dukungan dana dari Aliansi Petani Indonesia (API) Region Bali untuk kegiatan lokakarya petani (Oktober 2009) dan pelatihan petani (Nopember 2009). Saya berhasil mendapatkan kepercayaan dari Balai Taman Nasional Bali Barat untuk masuk dalam tim rencana review zonasi di TNBB pada bulan September Saya juga (bersama lembaga) berhasil menjalin kerjasama dengan Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM) pada bulan April 2010 untuk mengembangkan radio komunitas bagi masyarakat umum di Kabupaten Jembrana, khususnya petani dan pencari kayu bakar di kawasan kampanye. 110

113 3. Posisi saya di sekolah termasuk baru, tetapi cukup dihargai dalam menyampaikan ide dan masukan bagi pengembangan sekolah. Saya menyampaikan konsep pengembangan sekolah yang membuat tertarik para dewan guru dan komite sekolah, sehingga merekomendasikan untuk membentuk tim pengembangan sekolah yang ketuanya adalah saya. Di Lembaga saya termasuk senior. Interaksi dengan direktur terjadi setiap hari kerja. Saya sering melakukan presentasi di hadapan para staf lainnya. Sejak menjadi Manajer Kampanye pada program pride, saya diberi kewenangan oleh direktur untuk membentuk tim kerja kampanye yang melibatkan staf lembaga. Selama dua tahun berjalannya program, manajer kampanye melakukan pemantauan dan evaluasi kemajuan secara mandiri dengan menggunakan Rencana Perkembangan Pribadi (Personal Development Plan) yang berisi tentang teori dan aplikasi praktis pemasaran sosial, kemampuan dan metode riset, pengelolaan proyek, kepemimpinan, penggunaan tekhnologi, dll. Hal ini dapat dilihat di halaman kampanye di RarePlanet. Penilaian yang dilakukan secara mandiri meliputi tiga bidang khusus yang diharapkan akan berkembang seiring dengan berjalannya program. 1. Pemasaran sosial Dari 30 keahlian/kompetensi mengenai pemasaran sosial, keahlian yang menjadi prioritas dengan peringkat tertinggi dan yang kritis terhadap kesuksesan kampanye adalah Mengerti konsep pelibatan pemangku kepentingan, identifikasi pemangku kepentingan, mengetahui struktur kekuatan dan pengaruh jaringan. Sedangkan keahlian yang menjadi prioritas dengan peringkat paling rendah dan yang paling kritis terhadap kesuksesan kampanye pada fase Implementasi Lapangan berikutnya adalah Mengerti peran pemasaran sosial dalam strategi organisasi lembaga sendiri (Yayasan Seka). 2. Ilmu Konservasi Dari 19 keahlian/kompetensi mengenai Ilmu Konservasi, keahlian yang menjadi prioritas dengan peringkat tertinggi dan yang kritis terhadap kesuksesan kampanye adalah Draft rangkuman lokasi yang menyajikan gambaran lengkap tempat dan keanekaragaman hayatinya termasuk fakta detil yang relevan, terutama yang menyangkut ancaman. Sedangkan keahlian yang menjadi prioritas dengan peringkat paling rendah dan yang paling kritis terhadap kesuksesan kampanye pada fase Implementasi Lapangan berikutnya adalah Mengerti fundamental survei ekologis populasi dari spesies individual. 3. Penelitian Dari 33 keahlian/kompetensi mengenai penelitian, keahlian yang menjadi prioritas dengan peringkat tertinggi dan yang kritis terhadap kesuksesan kampanye adalah Tahu kapan dan mengapa menggunakan metodologi penelitian berbeda (seperti pencarian literatur, pembicaraan terfokus, pengamatan, kelompok fokus, dan survei). Sedangkan keahlian yang menjadi prioritas dengan peringkat paling rendah dan yang paling kritis terhadap kesuksesan kampanye pada fase Implementasi Lapangan berikutnya adalah Mengetahui bagaimana melakukan metode yang bersifat observasi menggunakan kamera, jika diperlukan, untuk melengkapi penelitian formatif rangkuman lokasi. 111

114 4. Manajemen Proyek Dari 21 keahlian/kompetensi mengenai Manajemen Proyek, keahlian yang menjadi prioritas dengan peringkat tertinggi dan yang kritis terhadap kesuksesan kampanye adalah Menciptakan Dokumen Proyek yang dengan jelas merumuskan cakupan proyek, objektif, alasan mendasar, keuntungan target, resiko, dan identitas pemangku kepentingan dan dukungan. Sedangkan keahlian yang menjadi prioritas dengan peringkat paling rendah dan yang paling kritis terhadap kesuksesan kampanye pada fase Implementasi Lapangan berikutnya adalah Menugaskan sumber daya proyek terhadap tugas dan produk dalam Work Breakdown Structure (WBS) pada rencana proyek, dan mengkomunikasi penugasan/mendapatkan sumber daya dengan jelas dan tepat waktu. 5. Kepemimpinan Dari 43 keahlian/kompetensi mengenai Kepemimpinan, keahlian yang menjadi prioritas dengan peringkat tertinggi dan yang kritis terhadap kesuksesan kampanye adalah Menerima feedback secara positif. Sedangkan keahlian yang menjadi prioritas dengan peringkat paling rendah dan yang paling kritis terhadap kesuksesan kampanye pada fase Implementasi Lapangan berikutnya adalah Menggunakan keahlian negosiasi untuk mendapatkan pemahaman yang sama dan menentukan apa yang bisa disepakati bersama. 6. Menggunakan Alat Teknologi Dari 13 keahlian/kompetensi mengenai Alat Teknologi, keahlian yang menjadi prioritas dengan peringkat tertinggi dan yang kritis terhadap kesuksesan kampanye adalah Keahlian menggunakan Software Basic 2003 MS Office. Sedangkan keahlian yang menjadi prioritas dengan peringkat paling rendah dan yang paling kritis terhadap kesuksesan kampanye pada fase Implementasi Lapangan berikutnya adalah Keahlian menggunakan Software Manajemen Adaptif Miradi. Lembaga - Yayasan Seka Selama menjalankan program, proses transfer pengetahuan dari Manajer Kampanye kepada para staf anggota lembaga berjalan dengan baik. Hal pertama yang dilakukan adalah pelatihan untuk peningkatan kapasitas internal lembaga tentang pemasaran sosial, manajemen proyek dan kepemimpinan serta pengenalan terhadap alat bantu berupa software Miradi. Dukungan dari lembaga terhadap program kampanye pride semakin besar ketika manajer kampanye berhasil meyakinkan kepada seluruh anggota lembaga bahwa ilmu baru yang didapat dari Rare akan mampu memperbaiki strategi lembaga dalam mencapai visi dan misi lembaga dengan mengembangkan sasaran SMART. Lembaga mulai terlibat penuh dalam Workshop Stakeholder sampai tahap tersusunnya konsep final rencana proyek. Proses fasilitasi dan penyusunan model konsep dari workshop stakeholder dan memasukkannya kedalam software Miradi merupakan hal baru bagi lembaga, terutama untuk menentukan peringkat ancaman dan strategi untuk pengurangan ancaman dalam mencapai target konservasi. Membuat sasaran 112

115 SMART, pengembangan pesan dan menciptakan materi kampanye berdasarkan ringkasan kreatif adalah serangkaian kapasitas yang kini dimiliki oleh staf lembaga. Hasil yang dicapai oleh lembaga selama program kampanye Pride adalah munculnya dukungan dan kepercayaan dari salah satu stakeholder kunci yang ada di kawasan, yaitu TNBB. Kepercayaan itu diwujudkan dalam bentuk kerjasama dengan lembaga untuk masa waktu 5 tahun dalam menjalankan action plan pemberdayaan masyarakat melalui penangkaran jalak bali oleh masyarakat. Kapasitas lembaga dalam action plan adalah membangun kelembagaan ditingkat masyarakat. Konstituen Bukti bahwa kampanye menciptakan konstituen pendukung diilustrasikan dengan jumlah relawan yang membantu dalam proyek tersebut. Lebih dari 300 individu dari 9 desa terlibat; mulai dari terlibat dalam persiapan workshop stakeholder, melakukan survei pra dan pasca kampanye, mengorganisir kegiatan lokakarya petani, pelatihan petani, membagi-bagikan poster, brosur, buklet dan stiker hingga memobilisasi khalayak untuk hadir dalam pentas kesenian Bondres yang diadakan secara terbuka di lapangan Desa Melaya. Banyaknya dukungan yang didapatkan selama pelaksanaan proyek tidak terlepas dari keberadaan Yayasan Seka di Bali Barat, khususnya di desa-desa sekitar kawasan Taman Nasional Bali Barat. Sejak tahun 2006 Yayasan Seka telah melakukan pendampingan terhadap masyarakat, khususnya petani yang berada di sekitar kawasan konservasi sehingga hubungan baik telah tercipta dan kepercayaan telah didapatkan. Ketika menjalankan proyek Pride, maka dukungan dari masyarakat khususnya petani menjadi sangat mudah didapatkan. Terciptanya hubungan baik dan didapatkannya kepercayaan yang membuahkan dukungan bagi proyek yang dijalankan tidak terlepas dari hasil yang didapat selama melakukan pendampingan, yaitu salah satu kelompok tani di desa Sumberkima yang didampingi Yayasan Seka mendapatkan juara I lomba kelompok tani tingkat Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 dan pada bulan Maret 2010 mendapatkan juara III tingkat provinsi Bali. Prestasi ini diketahui oleh masyarakat di desa sasaran kampanye, sehingga kredibilitas dari Yayasan Seka cukup tinggi. Dukungan tidak hanya datang dari masyarakat saja, tetapi Pemerintah Desa juga memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kampanye Pride dengan mengijinkan penggunaan papan informasi desa untuk digunakan sebagai media dalam menyebarkan pesan-pesan kampanye seperti penempelan poster dan brosur tentang fungsi Taman Nasional Bali Barat, Brosur tentang Kebun energi. Selain itu Pemerintah Desa mengijinkan untuk menggunakan balai pertemuan di desa untuk kegiatan-kegiatan selama masa kampanye berjalan. Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB) mendukung program kampanye pride dengan menandatangani kerjasama (MoU) dengan lembaga dalam menjalankan kegiatan kampanye pride (Juli 2009 Juli 2010). Mereka juga memberikan fasilitas berupa ruang pertemuan dan kemudahan akses dalam memasuki kawasan. Pada Bulan September 2010, Yayasan Seka diberi kepercayaan untuk terlibat dalam rencana review zonasi TNBB dengan menjadi anggota tim review zonasi untuk masa kerja September Desember Terakhir sedang dilakukan penyempurnaan draft kerjasama dengan lembaga untuk program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan selama masa waktu 5 tahun. 113

116 Untuk khalayak sasaran utama dari kampanye pride, yaitu petani dan pencari kayu bakar terutama di 2 desa sasaran utama telah mengadopsi strategi penyingkiran halangan berupa pembuatan kebun energi di kebun mereka sendiri. Sebanyak 20 demplot kebun energi pada awal program berjalan telah dibuat di 2 desa, yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya yang melibatkan 35 KK petani dan pencari kayu bakar. Pada akhir program terjadi adopsi kebun energi di 2 desa, yaitu Sumberklampok dan Sumberkima sebanyak 37 demplot sehingga total demplot yang telah dibuat adalah 57 demplot. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran para pengelola demplot yang secara aktif menyebarluaskan informasi tentang manfaat demplot kebun energi kepada tetangga dan teman-temannya. Proses komunikasi interpersonal terjadi di lahan demplot tanpa campur tangan dari manajer kampanye maupun Yayasan Seka. Mereka secara sadar dan berinisiatif untuk mempengaruhi tetangga dan teman supaya mengadopsi kebun energi karena telah melihat hasil yang didapat selama mengelola demplot. Ketika meyakinkan teman dan tetangga, para pengelola demplot dengan percaya diri menunjukkan demplot mereka yang tanamannya tumbuh dengan baik. Konservasi Target Keanekaragaman Hayati yang telah ditetapkan sebelumnya adalah Menyelamatkan hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali dari tekanan pengambilan kayu bakar oleh masyarakat sekitar kawasan TNBB dari 147 orang pada Juli 2009 menjadi 107 orang pada Juni Ukuran yang digunakan adalah jumlah petani dan pencari kayu bakar di 9 desa sasaran. Untuk mengetahui perubahan dilakukan dengan metode survey, wawancara dan observasi langsung ke lokasi. Dari hasil perbandingan survey pra dan pasca kampanye terjadi penurunan 36% pengambilan kayu bakar oleh petani dan pencari kayu bakar didalam kawasan hutan TNBB, yaitu dari 75% pada survey pra menjadi 39% pada survey pasca. Hasil ini diperkuat dengan target pengurangan ancaman yaitu Pada Juni 2010, 40 orang khalayak sasaran utama (petani dan pencari kayu bakar) di 2 desa target (Sumberklampok dan Melaya) telah membuat kebun energi di kebun mereka. Hasil yang dicapai justru melampaui target yaitu sebanyak 57 demplot kebun energi telah diadopsi di tiga desa, yaitu Sumberklampok, Melaya dan Sumberkima. Teori Perubahan Dalam konteks Teori Perubahan, hasil konservasi yang dicapai adalah menurunnya ancaman pengambilan kayu bakar di hutan hujan dataran rendah TNBB yang menjadi habitat Jalak Bali berhasil ditekan sebanyak 47 orang petani dan pencari kayu bakar sudah tidak mengambil kayu bakar di hutan TNBB. Hasil ini melampaui target yang ditetapkan di awal program, yaitu sebesar 20 orang. Jika dihitung dari volume kayu yang berhasil diselamatkan, maka dalam sehari sebanyak 105,75 m 3 kayu berhasil diselamatkan (47 orang x 3 kali pengambilan x 0,75 m 3 kayu). Target Pengurangan ancaman berupa pembuatan kebun energi yang mengintegrasikan antara tanaman kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pertanian seluas 10 hektar (20 demplot) di Desa Sumberklampok dan Melaya dengan memanfaatkan lahan milik masyarakat yang selama ini 114

117 tidak dimanfaatkan/diterlantarkan. Hasil yang didapatkan adalah 57 demplot kebun energi telah dibuat oleh khalayak sasaran utama (petani dan pencari kayu bakar) di 3 desa target (Sumberklampok, Melaya dan Sumberkima). Faktor keberhasilan yang dicapai dari Teori Perubahan tidak terlepas dari dukungan petani dan pencari kayu bakar yang mempunyai keinginan kuat untuk berubah, yang dibuktikan dalam bentuk pembuatan demplot kebun energi, serta tidak mencari kayu bakar di hutan TNBB. Faktor lain adalah kepercayaan terhadap Yayasan Seka yang selama ini telah terbukti komitmen dan konsistensinya dalam mendampingi masyarakat sekitar kawasan konservasi khususnya sekitar TNBB, bahkan salah satu kelompok tani dampingan telah terbukti berprestasi ditingkat propinsi. 115

118 G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk membangun, dan / atau mempertahankan momentum tahap awal kampanye. Strategi ini mesti mencakup ringkasan sumber-sumber daya manusia dan keuangan yang diperlukan; pemantauan yang akan dilakukan, dan mitra-mitra yang diperlukan untuk mencapai sukses. Kontennya akan tergantung pada tema kampanye. Beberapa contoh sebagaimana ditunjukkan di bawah ini, ditetapkan di sepanjang kontinum. Pendahuluan Tahap pertama kampanye Kepemimpinan Pride Rare dalam rangka penyelamatan habitat Jalak Bali di Taman Nasional Bali Barat mengalami keberhasilan di beberapa hal. Namun harus jujur diakui bahwa masih terdapat beberapa capaian yang tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada rencana proyek. Pada tiap tahapan dalam teori perubahan yang telah dicapai selama ini adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan a. Pengetahuan tentang akibat pengambilan kayu bakar terhadap fungsi Taman Nasional Bali Barat (TNBB), b. Pengetahuan tentang batas-batas kawasan TNBB yang benar, c. Pengetahuan tentang kebun energi dan menyadari potensi kebun energi. Ketiga pengetahuan petani dan pencari kayu bakar tersebut meningkat selama dilakukannya kampanye. Namun demikian peningkatan pengetahuan tersebut lebih rendah dari yang diharapkan. 2. Sikap dan Komunikasi Interpersonal a. Sikap menyetujui bahwa mengambil kayu bakar terus menerus di hutan TNBB akan mengakibatkan kerusakan hutan, b. Sikap mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar, c. Komunikasi Interpersonal membicarakan dengan keluarga tentang fungsi TNBB. Ketiga sikap dan komunikasi interpersonal tersebut meningkat selama dilakukannya kampanye. Namun demikian peningkatan yang melampaui target hanya terjadi pada sikap mendukung untuk mulai memikirkan alternatif sumber kayu bakar, yaitu sebesar 23% dengan capaian sasaran SMART sebesar 115%. 3. Strategi Penyingkiran Halangan untuk merubah perilaku dalam rangka pengurangan ancaman terhadap habitat Jalak Bali 116

119 Hasil dari Penyingkiran Halangan berupa pembuatan 20 demplot kebun energi di 2 desa sasaran utama yaitu Sumberklampok dan Melaya merupakan langkah awal yang sangat menentukan terhadap pengurangan ancaman dan target keanekaragaman hayati. Setidaknya 10 hektar lahan telah ditanami tanaman penghasil kayu bakar, disamping tanaman pakan ternak dan pertanian. Pemanfaatan kebun yang diterlantarkan setidaknya merubah pola kebiasaan petani dan pencari kayu bakar yang semula tidak pernah menengok kebun, kini setiap hari menyisihkan waktu 1 2 jam untuk melihat dan merawat kebun energi. Pada akhir program, Juli 2010 telah dibuat 57 demplot kebun energi di 3 desa dengan luas total 30 hektar, yaitu Sumberklampok, Melaya dan Sumberkima. Jumlah ini melebihi dari yang ditargetkan di awal, yaitu 20 demplot di 2 desa dengan luas total 10 hektar. Keberhasilan ini merupakan awal yang baik untuk lebih mengembangkan demplot kebun energi sebagai sumber kayu bakar masyarakat. 4. Target Konservasi Terdapat 47 orang petani dan pencari kayu bakar yang telah mengambil kayu bakar dari kebun energi dan sudah tidak masuk ke hutan lagi. Hal ini diketahui dari proses monitoring terhadap target konservasi yang dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2010 di Desa Sumberkima. Dari informasi yang diungkapkan oleh peserta FGD menyatakan bahwa sebanyak 40 petani dan pencari kayu bakar telah memanfaatkan kebun energi sebagai sumber kayu bakar dan tidak lagi mencari kayu bakar di hutan TNBB (20 orang dari Desa Sumberklampok dan 20 orang dari Desa Sumberkima). Khusus di Desa Sumberkima, beralihnya lokasi pengambilan kayu bakar selain karena kebun energi telah menghasilkan kayu bakar, sebagian dari mereka mulai menggunakan sumber energi pengganti kayu bakar, yaitu biogas. Biogas ini telah mulai diujicobakan pada bulan Juni 2010 hingga sekarang telah digunakan oleh 30 KK anggota kelompok tani. (a) Foto 15 (a) tungku kayu bakar, (b) kompor biogas (b) Dari hasil wawancara dengan pihak Balai Taman Nasional Bali Barat tentang data pengambilan kayu bakar oleh masyarakat sekitar kawasan TNBB, tidak didapatkan informasi yang pasti karena selama ini TNBB belum memiliki data yang akurat terkait dengan kerusakan habitat akibat pengambilan kayu bakar. Dari pernyataan lisan Kepala Seksi Konservasi II Wilayah Buleleng, Joko Waluyo, S.Hut pengambilan kayu bakar dalam setahun terakhir mengalami penurunan. Namun beliau tidak bisa memperkirakan secara pasti berapa besar penurunan yang terjadi, karena selama ini TNBB tidak pernah melakukan penelitian spesifik kayu bakar. Dari hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan kampanye masih menyisakan pekerjaan rumah yang cukup berat di semua tahapan perubahan perilaku, baik yang melampaui target maupun yang tidak mencapai target. Merubah perilaku dari kebiasaan yang telah berjalan cukup lama, 117

G. RENCANA TINDAK LANJUT

G. RENCANA TINDAK LANJUT G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk membangun,

Lebih terperinci

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI Istiyarto Ismu Manager Kampanye Bali Barat Pengantar Strategi penyingkir halangan yang diterapkan oleh Yayasan Seka dalam rangka penyelamatan habitat Jalak Bali (Leucopsar

Lebih terperinci

F. ANALISA KRITIKAL. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek

F. ANALISA KRITIKAL. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek F. ANALISA KRITIKAL Analisa Kritikal memberikan kesempatan untuk melihat hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan kampanye dan di bagian mana perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung

Lebih terperinci

DRAFT RINGKASAN LOKASI

DRAFT RINGKASAN LOKASI DRAFT RINGKASAN LOKASI Nama Lokasi Nama MK Taman Nasional Bali Barat (West Bali National Park) Istiyarto Ismu Letak Wilayah Ekologi (Ecoregion) (dan kode) : (Daratan) Hutan Hujan Dataran Rendah Negara

Lebih terperinci

DRAFT RINGKASAN LOKASI

DRAFT RINGKASAN LOKASI DRAFT RINGKASAN LOKASI Nama Lokasi Nama MK Taman Nasional Bali Barat (West Bali National Park) Istiyarto Ismu Letak Wilayah Ekologi (Ecoregion) (dan kode) : (Daratan) Hutan Hujan Dataran Rendah Negara

Lebih terperinci

E. HASIL KAMPANYE. Metode Survei Pra dan Pasca

E. HASIL KAMPANYE. Metode Survei Pra dan Pasca E. HASIL KAMPANYE Metode Survei Pra dan Pasca Manager kampanye bersama lembaga mitra (Yayasan Seka) melakukan dua survei kuantitatif di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Sebuah survei pra-kampanye

Lebih terperinci

D. KEGIATAN-KEGIATAN KAMPANYE

D. KEGIATAN-KEGIATAN KAMPANYE D. KEGIATAN-KEGIATAN KAMPANYE Pembuatan pesan kampanye tidak hanya terkait dengan Teori Perubahan, tapi juga berbagai sasaran SMART yang telah ditetapkan dalam rencana proyek awal, dan dalam kerangka waktu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 A. Latar Belakang Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di Semenanjung kepala burung di ujung Barat Pulau Jawa (Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

Kebun Energi sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar dan lumbung pangan dalam penyelamatan hutan di Bali Barat

Kebun Energi sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar dan lumbung pangan dalam penyelamatan hutan di Bali Barat Kebun Energi sebagai alternatif lokasi sumber kayu bakar dan lumbung pangan dalam penyelamatan hutan di Bali Barat Wisma Cinta Alam, Balai Taman Nasional Bali Barat, Gilimanuk Sabtu, 17 Oktober 2009 Yayasan

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menyandang predikat mega biodiversity didukung oleh kondisi fisik wilayah yang beragam mulai dari pegunungan hingga dataran rendah serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam hayati yang melimpah. Sumber daya alam hayati di Indonesia dan ekosistemnya mempunyai

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Timor memiliki avifauna yang unik (Noske & Saleh 1996), dan tingkat endemisme burung tertinggi dibandingkan dengan beberapa pulau besar lain di Nusa Tenggara (Pulau

Lebih terperinci

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Lombok memiliki luas 467.200 ha. dan secara geografis terletak antara 115 o 45-116 o 40 BT dan 8 o 10-9 o 10 LS. Pulau Lombok seringkali digambarkan sebagai

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan lindung sebagai kawasan yang mempunyai manfaat untuk mengatur tata air, pengendalian iklim mikro, habitat kehidupan liar, sumber plasma nutfah serta fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara

Lebih terperinci

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk menghentikan kawasan hutan dan memelihara area hutan Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah SPTN VI Besita

Lebih terperinci

C. Model-model Konseptual

C. Model-model Konseptual C. Model-model Konseptual Semua kampanye Pride Rare dimulai dengan membangun suatu model konseptual, yang merupakan alat untuk menggambarkan secara visual situasi di lokasi proyek. Pada bagian intinya,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

Lebih terperinci

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial) UU No 5 tahun 1990 (KSDAE) termasuk konsep revisi UU No 41 tahun 1999 (Kehutanan) UU 32 tahun 2009 (LH) UU 23 tahun 2014 (Otonomi Daerah) PP No 28 tahun 2011 (KSA KPA) PP No. 18 tahun 2016 (Perangkat Daerah)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas. Hutan

Lebih terperinci

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Sumberdaya Alam Hayati : Unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang bersama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suaka margasatwa merupakan salah satu bentuk kawasan suaka alam. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah kawasan yang mempunyai fungsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kawasan lindung Bukit Barisan Selatan ditetapkan pada tahun 1935 sebagai Suaka Marga Satwa melalui Besluit Van

Lebih terperinci

STRATEGI TINDAK LANJUT

STRATEGI TINDAK LANJUT VII. STRATEGI TINDAK LANJUT Pendahuluan Kampanye tahap pertama yang dilakukan di Kompleks hutan rawa gambut Sungai Putri baru saja berakhir Juli 2010 lalu. Beberapa capaian yang dicatat dari kampaye tersebut:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI Oleh Pengampu : Ja Posman Napitu : Prof. Dr.Djoko Marsono,M.Sc Program Studi : Konservasi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Jogjakarta,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN???

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN??? PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN??? (Studi kasus di kawasan TN Alas Purwo) Oleh : Bagyo Kristiono, SP. /Polhut Pelaksana Lanjutan A. PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat)

Lebih terperinci

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan Merupakan sesuatu yang kritis untuk memiliki ide yang jelas bagaimana kampanye Pride kita akan menciptakan yang bertahan lama untuk konservasi keanekaragaman hayati. Salah satu cara untuk melakukan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal dengan kota pelajar dan kota budaya, selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta juga dikenal sebagai daerah pariwisata ini dibuktikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Taman Hutan Raya (Tahura) adalah hutan yang ditetapkan pemerintah dengan fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan

Lebih terperinci

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan G. Tindak Lanjut Pendahuluan Program Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon telah menunjukkan hasil yang positif, dalam mencapai perubahan perilaku maupun dampak konservasi, sebagai contoh terdapat

Lebih terperinci

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA Pencapaian tujuan kelestarian jenis elang Jawa, kelestarian habitatnya serta interaksi keduanya sangat ditentukan oleh adanya peraturan perundangan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk mempertahankan keberadaan Hutan Geumpang sebagian Kawasan Blang Raweu, suatu kawasan yang kaya akan

Lebih terperinci

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar? Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? Ekologi Hidupan Liar http://staff.unila.ac.id/janter/ 1 2 Hidupan liar? Mencakup satwa dan tumbuhan Pengelolaan hidupan liar PENGERTIAN perlindungan populasi satwa untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini 57 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Hutan Indonesia Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini mencapai angka 120,35 juta ha atau sekitar 61 % dari luas wilayah daratan Indonesia.

Lebih terperinci

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ... itj). tt'ii;,i)ifir.l flni:l l,*:rr:tililiiii; i:.l'11, l,.,it: I lrl : SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI DAFTAR SINGKATAN viii tx xt xii... xviii BAB

Lebih terperinci

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara OPINI MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI HUTAN DI HULU DAS KELARA Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243,

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan wilayah sistem penyangga kehidupan terutama dalam pengaturan tata air, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa Taman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2010 telah dicanangkan oleh PBB sebagai Tahun Internasional Biodiversity (keanekaragaman hayati) dengan tema Biodirvesity is life, Biodirvesity is Our

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional (TN) Gunung Merapi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor Sebagian besar lokasi menghadapi sangat banyak ancaman. Sumberdaya konservasi sangat langka dan kompetensi sering terbatas. Tantangan umum untuk manajer sumber daya adalah menentukan yang mana dari banyak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822) merupakan salah satu jenis satwa liar yang hidup tersebar pada beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni hutan tropis sumatera yang semakin terancam keberadaannya. Tekanan terhadap siamang terutama

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SATWA DAN TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan burung pemangsa (raptor) memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem. Posisinya sebagai pemangsa tingkat puncak (top predator) dalam ekosistem

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996) PENDAHULUAN Latar Belakang Secara biologis, pulau Sulawesi adalah yang paling unik di antara pulaupulau di Indonesia, karena terletak di antara kawasan Wallacea, yaitu kawasan Asia dan Australia, dan memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser beserta sumber daya alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan konservasi mempunyai peran yang sangat besar terhadap perlindungan keanekaragaman hayati. Kawasan konservasi juga merupakan pilar dari hampir semua strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Konservasi No. 5 Tahun 1990, sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Menimbang: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

Lebih terperinci

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan KHDTK Carita Cakupan bahasan A. Status B. Progres C. Permasalahan status Landasan hukum : SK. Menhut No. 290/Kpts-II/2003 tanggal 26 Agustus 2003 Lokasi : Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 40 spesies primata dari 195 spesies jumlah primata yang ada di dunia. Owa Jawa merupakan salah satu dari 21 jenis primata endemik yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah

I. PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah kawasan suaka alam yang mempunyai

Lebih terperinci

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya. Adapun yang membedakannya dengan hutan yang lainnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya

Lebih terperinci

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6.1 Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Manapeu Tanahdaru Wilayah karst dapat menyediakan air sepanjang tahun. Hal ini disebabkan daerah karst memiliki

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh

Lebih terperinci

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki banyak potensi yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kawasan yang mempunyai berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi di dalamnya. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem

Lebih terperinci