BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari berada antara Bujur 0 37' 39,8'' LU 127 2' 48,9'' BT Lintang sampai 0 35' 9'' LU 127 3' 47,8'' BT. Kecamatan dengan luas wilayah 442,40 km 2 ini berbatasan dengan Kecamatan Asparaga di sebelah utara, Kecamatan Paguyaman di sebelah timur, Kecamatan Paguyaman di sebelah Selatan serta Kecamatan Dulupi di sebelah barat. wilayah Kecamatan Wonosari merupakan perbukitan dan dataran. Dengan rata-rata ketinggian dari permukaan laut 58 m. Jika dilihat dari luas wilayahnya, maka desa yang memiliki luas terbesar adalah Makmur dan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Tanjung Harapan Kecamatan Wonosari terdiri dari 14 desa dan 2 UPT yaitu Mekar Jaya, Harapan, Suka Maju, Makmur, Sejahtera, Pangeya, Jatimulia, Tri Rukun, Raharja, Dinito, Suka Mulia, Sari Tani, Tanjung Harapan, Dulohupa, UPT SP1 dan UPT SP2 dengan ibukota kecamatan terletak di Makmur (BPS, 2012). Menurut Bagian Pemerintahan Kecamatan Wonosari, status pemerintahan desa-desa di Wonosari adalah desa. Jika dilihat dari status hukumnya maka semua desa di Wonosari sudah tergolong definitife.

2 Jumlah penduduk Kecamatan Wonosari tahun 2012 adalah jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki jiwa dan penduduk perempuan jiwa Kepadatan penduduk Wonosari pada tahun 2012 sebesar 55 jiwa per km 2. Desa yang paling padat penduduknya adalah Tanjung Harapan, yaitu 275 jiwa per km2, sedangkan yang terendah adalah SP1 yaitu 24 jiwa per km². Dari sisi ketenagakerjaan, sebagian besar penduduk Wonosari bekerja di sektor pertanian. Jumlah penduduk kecamatan Wonosari menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Wonosari Menurut Jenis Kelamin serta Sex Ratio Desa Laki-Laki Perempuan Sex Rasio (1) (2) (3) (4) 1. Mekar Jaya Harapan Suka Maju Makmur Sejahtera Pangeya Jati Mulia Tri Rukun Raharja Dimito Sukamulya Saritani Tanjung harapan Dulohupa SP SP Total Sumber: BPS Boalemo, 2012

3 Dari Tabel 2. menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih kecil (48%) daripada jumlah penduduk laki-laki (52%). Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui sex ratio di suatu wilayah. Angka sex ratio yang jauh dibawah 100 menunjukkan bahwa wilayah tersebut kekurangan penduduk perempuan. Adapun jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo, selisihnya adalah 4% lebih besar laki-laki daripada perempuan, dan perbandingan laki-laki dengan perempuannya adalah 1,08. Apabila dilihat dari sex ratio, mempunyai angka sex ratio sebesar 108, artinya bahwa setiap 108 orang penduduk laki-laki terdapat 100 orang penduduk perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga laki-laki untuk melaksanakan pembangunan, khususnya pertanian didaerah tersebut masih cukup memadai. B. Identitas Responden Identitas responden merupakan hal yang dapat menggambarkan keadaan responden. Identitas responden dalam penelitian ini terdiri dari umur, pendidikan jumlah kepemilikan ternak, jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman beternak. 1. Umur Pengukuran umur respenden yaitu umur responden pada saat dilakukan penelitian dengan satuan tahun. Berdasarkan hasil penelitian dari 100 peternak terlihat umurnya cukup beragam. Umur responden termuda yaitu 35 tahun dan tertua 49 tahun. Adapun umur responden disajikan pada Tabel 3.

4 Tabel 3. Identitas Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Wonosari Kabupatan Boalemo Kelompok Umur (Tahun) Responden (Orang) Persentase (%) Total Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2013 Hasil penelitian ini diperoleh bahwa umur produktif responden sebesar 100%, hal ini menurut Suharno dkk., (2010) menyatakan bahwa umur produktif berkisar antara tahun, sedangkan umur 65 tahun termasuk non produktif. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas kerja seseorang terutama dalam kegiatan usaha ternak dan juga mempengaruhi seseorang dalam merespon sesuatu yang baru walaupun belum banyak mempunyai pengalaman. Seseorang dengan umur yang produktif biasanya memiliki semangat untuk mengetahui sesuatu yang baru. Begitupun dengan adanya suatu inovasi, seseorang dengan umur produktif akan lebih mudah menerima inovasi yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Prabayanti (2010) yang menyatakan bahwa seseorang dengan umur produktif biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu tentang berbagai hal yang belum diketahui. Selain itu usia juga mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Terkait dengan adanya inovasi, seseorang pada umur non-produktif akan cenderung sulit menerima inovasi.

5 2. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usaha tani. Pendidikan juga sangat erat kaitannya dengan petani dalam hal menerima suatu teknologi serta informasi yang diperoleh dari penyuluh untuk mengoptimalkan usaha tani yang dijalankan. Adapun tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Identitas responden menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Pendidikan Responden Persentase (Orang) (%) Tidak tamat SD SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat 9 9 Total Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2013 Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan pendidikan peternak sapi Bali relatif rendah dengan proporsi terbesar berpendidikan SD ( 47%), tidak tamat SD (33 %) sedangkan yang berpendidikan SMP (11%) dan SMA (9%). Terlihat bahwa kebanyakan peternak memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Petani dengan tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan kemampuan dalam mengadopsi suatu teknologi akan terhambat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sihombing (2010), pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usaha tani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usaha ternak sangat erat dengan pendidikan formal.

6 3. Jumlah Kepemilikan Ternak pada Tabel 5. Identitas peternak berdasarkan jumlah kepemilikan ternak dapat dilihat Tabel 5. Identitas peternak menurut jumlah kepemilikan ternak di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Jumlah Sapi Bali (Ekor) Jumlah (Orang) Persentase (%) Total Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan adanya variasi jumlah ternak yang dimiliki oleh responden. Responden terbanyak dengan jumlah kepemilikan ternak 6-10 ekor dengan persentase 87% dan terendah dengan jumlah kepemilikan sapi 1-5 ekor dengan persentase 5%. Berdasarkan Tabel 5 bahwa tingkat kepemilikan ternak hubungan terhadap pendapatan peternak. Hal ini disebabkan karena dengan banyaknya ternak sapi yang dimiliki petani, keuntungan yang diperoleh akan semakin banyak (Ihsan, 2011). Dalam kondisi semacam ini beternak bukan saja dipandang sekedar mendatangkan keuntungan, melainkan juga sebagai tabungan dan kesukaan. Jadi beternak bukan semata-mata mengelola ternak sapi saja tapi juga mengusahakan jenis kegiatan pertanian lain seperti palawija dalam sebuah sistem pertanian terpadu dan terkait. Besar kecilnya skala usaha yang dimiliki oleh peternak akan mempengaruhi pendapatan yang akan diperoleh oleh peternak tersebut.

7 4. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah anggota keluarga merupakan jumlah anggota keluarga responden yang tinggal dalam satu rumah tangga Identitas Responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Identitas Responden menurut jumlah tanggungan keluarga di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang) Responden (Orang) Persentase (%) Total Sumber : Hasil Olahan Data Primer, Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki oleh responden atau peternak di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Sebagian besar peternak memiliki jumlah tanggungan keluarga 5-6 orang dengan persentase 73% dan peternak yang memiliki jumlah tanggungan keluarga terendah yaitu 3-4 orang dengan persentase 13%. Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani atau peternak dalam mengadopsi suatu teknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1986) dalam Aceh (2010) yang menyatakan bahwa petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan lebih sulit dalam menerapkan teknologi baru karena biaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga sangat tinggi, sehingga mereka sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi tersebut tidak berhasil.

8 1. Pengalaman Beternak Pengalaman beternak sapi potong merupakan peubah yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan peternak dalam meningkatkan pengembangan usaha ternak sapi dan sekaligus upaya peningkatan pendapatan peternak. Pengalaman beternak adalah guru yang baik, dengan pengalaman beternak sapi yang cukup peternak akan akan lebih cermat dalam dalam berusaha dan dapat memperbaiki kekurangan di masa lalu. Karakteristik pengalaman beternak sapi Bali di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7. Identitas Responden berdasarkan pengalaman beternak Sapi Bali di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo Pengalaman Beternak Jumlah (Orang) Persentase (%) 2-5 Tahun Tahun Tahun Total Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2013 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peternak mempunyai pengalaman beternak antara 6 9 tahun yaitu (71%) dan 29 % mempunyai pengalaman beternak tahun. Soeharsono dkk. (2010) mengemukakan bahwa semakin lama pengalaman peternak membudidayakan ternak sapi, memungkinkan mereka untuk lebih banyak belajar dari pengalaman, sehingga dapat dengan mudah menerima inovasi teknologi yang berkaitan dengan usaha ternak sapi menuju perubahan baik secara individu maupun kelompok.

9 C. Tahap-Tahap Adopsi Teknologi Inseminasi Buatan Pada Sapi Bali Tahap adopsi teknologi Inseminasi Buatan meliputi tahap sadar, tahap minat, tahap mencoba, tahap evaluasi, dan tahap menerapkan. Dengan tahap pertama yaitu petani pernah mendengar, tahu, dan mengenal tentang teknologi IB, tahap kedua yaitu petani mencari lebih lanjut informasi tentang teknologi IB, tahap ketiga yaitu petani menilai bahwa teknologi IB memberikan keuntungan ekonomis yang lebih, tahap keempat yaitu petani pernah mencoba teknologi IB dalam skala kecil, dan tahap kelima petani sudah menerapkan teknologi IB secara kontinyu. Tabel 8. Tahap Adopsi Teknologi Inseminasi Buatan pada Sapi Bali Kriteria Jumlah responden Persentase (Orang) (%) Tahap sadar Tahap minat Tahap evaluasi Tahap mencoba Tahap menerapkan Sumber : Olahan Data Primer, 2013 Pada tabel 8 diketahui bahwa responden pada tahap sadar sebanyak 100%, hal ini diperoleh dari hasil penelitian bahwa para petani sudah mengetahui dan sadar akan manfaat dan keuntungan pada inseminasi buatan yakni dapat memperbaiki mutu genetik sapi dan nilai ekonomi. Tahap minat sebesar 100 %, hal ini didasarkan bahwa petani hanya terbatas mencari informasi pada penyuluh dan teman-teman petani yang pernah menerapkan Inseminasi Buatan, dan pada tahap mengevaluasi petani hanya banyak mempertimbangkan akan perlunya IB diterapkan.

10 Pada tahap mencoba dan menerapkan sebanyak 99 %. Para petani di Kecamatan Wonosari telah menerapkan inseminasi buatan (IB) sejak tahun 1991 dan dinyatakan berhasil. Adapun Petani yang masih menolak IB hanya 1 %, karena mempunyai pertimbangan bahwa biaya Inseminasi Buatan masih termasuk kategori mahal namun petani tersebut masih tetap berminat menerapkan Inseminasi Buatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Adjid (2001), bahwa kemudahan inovasi dapat dicoba oleh pengguna berkaitan dengan keterbatasan sumber daya yang ada. Inovasi yang dapat dicoba sedikit demi sedikit akan lebih cepat dipakai oleh pengguna daripada inovasi yang tidak dapat dicoba sedikit demi sedikit D. Tingkat Adopter Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan golongan adopter adopsi inovasi lb oleh peternak sapi Bali di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Golongan Adopter Adopsi Inseminasi Buatan (IB) Sapi Bali Di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo Golongan Adopter Jumlah (Orang) Persentase (%) Golongan Perintis - - Penerap Dini Penerap Awal Penerap Akhir - - Penolak 1 1 Total Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2013

11 Golongan Penolak merupakan jumlah terendah yang hanya 1 orang dengan persentase 1 %. Jumlah golongan ini sangat rendah karena golongan ini berpendidikan rendah, tidak berwawasan luas sehingga keyakinan untuk mengadopsi teknologi IB tidak ada karena takut gagal. Golongan adopter penerap akhir merupakan golongan adopter yang mayoritas (Tabel 9) karena golongan ini yang paling mudah dipengaruhi, namun golongan ini selalu hati-hati terhadap inovasi dan takut gagal sehingga golongan ini cenderung menunggu dan melihat keberhasilan dari golongan adopter diatasnya yaitu penerap dini. Golongan ini dijadikan patokan karena karakteristik usahanya yang hampir sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasaputra (1994) yang mengemukakan bahwa, sifat dari golongan ini dimiliki oleh kebanyakan petani. Penerapan teknologi dapat dikatakan lebih lambat dari golongan diatas tetapi lebih mudah terpengaruh dalam hal teknologi baru lebih meyakinkan dalam meningkatkan usaha taninya. Yaitu lebih meningkatkan pendapatan dan dapat meningkatkan cara kerja dan cara hidupnya. Namun demikian mereka bersifat hati-hati dan takut gagal. Oleh karena itulah golongan ini baru mengikutinya setelah jelas adanya kenyataan-kenyataan yang memungkinkan.

12 E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Terhadap Teknologi IB Pada Sapi Bali Untuk melihat Faktor-Faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi tekonologi IB oleh peternak sapi Bali di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo dapat dilihat dari total jumlah pembobotan dari tiap-tiap Variabel dibawah ini : Tabel 10. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kecepatan proses Adopsi Teknologi IB di kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Adopsi Skor Jumlah (5) (3) (1) Sifat-Sifat Inovasi Keputusan Inovasi Saluran Komunikasi Sifat-sifat sistem sosial Intensitas Penyuluhan Total (Bobot) Rata-Rata 371 Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2013 Faktor-faktor yang mempengaruhi memiliki skor 371 terhadap tingkat adopsi petani Inseminasi Buatan dalam hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya keputusan inovasi dengan skor tertinggi yaitu 447. Hal ini disajikan dalam garis interval di bawah ini :

13 396, , R S T Keterangan : R = Rendah S = Sedang T = Tinggi Gambar 2. Garis Kontinum Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Adopsi terhadap Inseminasi Buatan (IB) Oleh Peternak Sapi Bali Di Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Berdasarkan hasil interpretasi pada garis interval bahwa tingkat adopsi masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun teknologi IB sudah cukup banyak manfaat namun masih kurang diterapkan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor khususnya sifat sistem sosial. a. Sifat-Sifat Inovasi Suatu inovasi pasti memiliki sifat-sifat yang melekat dalam inovasi tersebut. Demikian juga dengan Inseminasi Buatan yang merupakan suatu inovasi bagi petani di Kecamatan Wonosari juga memiliki sifat-sifat yang melekat pada inovasi tersebut. Sifat inovasi dalam penelitian ini diukur dengan persepsi petani terhadap sifat inovasi teknologi IB. Persepsi petani terhadap sifat inovasi teknologi IB dapat diuraikan sebagai berikut: Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui sifat inovasi memiliki skor 353. Hal tersebut menunjukkan bahwa sifat inovasi signifikan untuk menentukan adopsi teknologi IB. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sifat inovasi berpengaruh terhadap adopsi teknologi IB di Kecamatan Wonosari kabupaten Boalemo. Sifat

14 inovasi dapat berpengaruh dalam teknologi IB karena adopsi IB memberikan keuntungan relatif bagi adopternya. Inovasi tersebut sesuai dengan kondisi petani dan lingkungan. Selain itu, teknologi IB mempunyai tingkat kerumitan yang rendah. Adopsi IB juga dapat dicobakan dalam skala kecil dan keteramatannya pun juga cukup tinggi. Petani yang telah menerapkan IB menganggap bahwa inovasi tersebut banyak keuntungan bagi petani baik secara teknis, ekonomis, maupun sosial-psikologis. Secara ekonomis Penggunaan IB dapat meningkatkan populasi ternak dan memperbaiki mutu genetik ternak meskipun secara teknis pelaksanaan IB cukup rumit dan memerlukan biaya yang yang cukup mahal. Semakin menguntungkan suatu inovasi bagi petani maka akan semakin mudah untuk diadopsi. Adopsi teknologi IB juga dianggap sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan ekonomi petani yang telah mengadopsi teknologi tersebut. Selain itu, inovasi tersebut juga dianggap tidak mencemari lingkungan sehingga sesuai dengan kondisi lingkungan. Lain halnya dengan petani yang tidak mengadopsi IB, mereka menganggap inovasi tersebut tidak begitu sesuai dengan kebutuhan petani karena dianggap terlalu nahal, sulit dilakukan dan merugikan. Semakin sesuai suatu inovasi, maka inovasi tersebut cenderung lebih cepat diadopsi. Oleh karena itu, kesesuaian inovasi berpengaruh terhadap adopsi IB. Semakin tidak rumit suatu inovasi maka akan cenderung lebih mudah untuk diadopsi. Inovasi yang sederhana lebih mudah diterapkan oleh calon adopternya. Petani yang telah mengadopsi menganggap bahwa IB bukanlah suatu inovasi yang rumit. Oleh karena itu, semakin tidak rumit suatu inovasi berpengaruh terhadap adopsinya. Dapat dicobanya IB oleh petani mempengaruhi diadopsinya teknologi tersebut.

15 Petani yang mengadopsi IB menilai bahwa inovasi tersebut dapat dicobakan oleh petani sebelum mereka benar-benar mengadopsi inovasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Adjid (2001), bahwa kemudahan inovasi dapat dicoba oleh pengguna berkaitan dengan keterbatasan sumber daya yang ada. Inovasi yang dapat dicoba sedikit demi sedikit akan lebih cepat dipakai oleh pengguna daripada inovasi yang tidak dapat dicoba sedikit demi sedikit. b. Tipe Keputusan Inovasi Berdasarkan hasil penelitian diketahui keputusan inovasi memiliki skor 447. Hal ini menunjukkan petani mengambil keputusan Banyaknya responden yang memutuskan untuk menerapkan Inseminasi Buatan sebanyak 99 responden atau 99% sedangkan sisanya yaitu sebanyak 1 responden atau 1% persen tidak menerapkan. Petani yang telah menerapkan adopsi IB pada umumnya telah menyadari bahwa IB memberikan keuntungan bagi petani. Sebaliknya, responden yang tidak menerapkan IB menganggap bahwa IB kurang efektif dan tidak praktis jika dibandingkan dengan kawin alami yang tidak memerlukan biaya mahal. Rogers (2003, menyebutkan ) adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak yang paling baik. Terkait dengan penelitian ini berarti adopsi yang dimaksudkan adalah keputusan petani untuk menggunakan Inseminasi Buatan.

16 c. Saluran Komunikasi Saluran komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan suatu pesan. Frekuensi akses saluran komunikasi adalah frekuensi petani dalam mengakses saluran komunikasi untuk mendapatkan informasi mengenai teknologi IB baik melalui media interpersonal yang berupa penyuluhan pertanian atau perkumpulan kelompok tani maupun media massa yang terdiri dari koran, majalah, radio, televisi dan media massa lainnya dalam satu tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa frekuensi akses saluran komunikasi dalam kategori cukup tinggi dengan skor 358 yaitu petani mengakses saluran komunikasi sebanyak 12 kali dalam satu tahun. Petani biasanya mengakses saluran komunikasi yang berupa saluran interpersonal seperti penyuluhan pertanian maupun perkumpulan kelompok tani. Kegiatan penyuluhan maupun perkumpulan kelompok tani merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh setiap kelompok tani. Penyuluhan maupun perkumpulan kelompok tani tersebut dilaksanakan setiap bulan sekali untuk menyampaikan pesan mengenai IB selain itu, biasanya membahas permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh petani sehingga ketika petani ingin mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan IB dapat ditanyakan dalam kegiatan tersebut. Walaupun demikian ada pula sebagian kecil yang mengakses saluran media massa. Media massa yang dimanfaatkan petani berupa koran, maupun majalah. Semakin sering petani mengakses saluran komunikasi untuk mendapatkan informasi mengenai IB maka pengetahuan petani mengenai inovasi tersebut akan semakin tinggi.

17 d. Sifat Sistem Sosial Sifat-sifat dari sistem masyarakat dimana para petani berada akan mempengaruhi tingkat kecepatan adopsi, suatu adopsi yang dianjurkan oleh para penyuluh kepada petani beserta keluarganya. Petani pada masyarakat tradisional dimana masih sangat terikat dengan nilai-nilai atau cara-cara lama pada umumnya akan lambat dalam mengadopsi suatu inovasi yang disuluhkan kepadanya. Sebaliknya, pada masyarakat modern inovasi akan lebih cepat diadopsi. Sifat lain dari sistem masyarakat yang berpengaruh terhadap kecepatan adopsi daintaranya, integritas komunikasi atau pola komunikasi. Orang-orang yang kosmopolit (memiliki hubungan luas dengan dunia luar) akan lebih cepat mengadopsi hal-hal baru dibandingkan dengan orang-orang yang lokalit. Berdasarkan tabel 9 sifat sistem sosial memiliki skor 349 hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari sudut pandang, sarana dan prasarana sudah cukup baik. Dimana dalam mensosialisasikan teknologi IB harus ada keterlibatan pihak lain seperti tokoh masyarakat agar tidak mengalami hambatan. Hal ini mengingat penerapan IB berkaitan dengan berbagi aspek baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Kendala yang bersifat keagamaan sosial keagamaan juga menjadi faktor penghambat yang sering kali dihadapi dalam kaitannya dengan proses adopsi. Banyak kalangan tokoh agaama meragukan boleh tidaknya teknologi tersebut diterapkan.

18 e. Intensitas Penyuluhan Intensitas penyuluhan merupakan frekuensi peternak dalam mengakses saluran komunikasi atau informasi mengenai teknologi yang dapat diterapkan dalam usaha ternak sapi potong. Intensitas penyuluhan terdiri dari intensitas penyuluhan interpersonal yaitu frekuensi peternak dalam mengikuti kegiatan penyuluhan serta perkumpulan kelompok tani serta penyuluhan media massa yang didapat oleh peternak melalui acara-acara peternakan melalui televisi. Beradsarkan Tabel 10 intensitas penyuluhan mempunyai skor 350, hal ini menunjukkan petani cukup aktif mengikuti penyuluhan baik melalui media massa maupun dari penyuluh langsung. Dengan penyuluhan yang diikuti oleh peternak baik penyuluhan interpersonal maupun media massa dapat menambah pengetahuan peternak sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi peternak untuk mengambil keputusan mengadopsi suatu teknologi yang disampaikan. Semakin sering peternak mengikuti penyuluhan maka pengetahuannya tentang teknologi yang disampaikan semakin meningkat dan akhirnya dapat mempengaruhi peternak mengadopsi teknologi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Setyarini (2009), bahwa intensitas penyuluhan mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian Letak Geografis dan Keadaan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Jagakarsa termasuk dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI Volume 11, Nomor 1, Hal. 31-37 ISSN 0852-8349 Januari - Juni 2009 HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini

Lebih terperinci

Laki-laki Perempuan Jumlah

Laki-laki Perempuan Jumlah 30 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELOMPOK 5.1 Karakteristik Responden Pada bagian ini diuraikan karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI 29 DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI Deskripsi Karakteristik Individu Petani Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa umur petani anggota

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Mina Padi 1. Umur Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir petani dalam melaksanakan usaha taninya, hal tersebut juga berkaitan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 84 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.040 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Gandus terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Gandus merupakan salah satu kawasan agropolitan di mana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat 5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Cisurupan terletak kurang lebih 18 Km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN PESISIR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1421 Katalog BPS : 1101001.2102.063 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut : 4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Kondisi Demografi Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang

I PENDAHULUAN. Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kambing perah peranakan etawah (PE) merupakan ternak dwiguna yang dapat menghasilkan susu dan daging. Ternak tersebut dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 49 BAB V PROFIL RELAWAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN Profil relawan PNPM-MP Kelurahan Situ Gede dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yaitu faktor internal dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SIFAT INOVASI KARPET KANDANG DENGAN LAJU ADOPSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT

HUBUNGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SIFAT INOVASI KARPET KANDANG DENGAN LAJU ADOPSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT HUBUNGAN PERSEPSI PETERNAK TERHADAP SIFAT INOVASI KARPET KANDANG DENGAN LAJU ADOPSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT (Kasus pada peternakan sapi perah anggota KPSBU di TPK Ciater, Kabupaten Subang) SKRIPSI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Desa Mekarjaya merupakan salah satu dari 13 (tiga belas desa) yang berada di Kecamatan Bungbulang. Kecamatan Bungbulang merupakan salah satu

Lebih terperinci

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki BAB V KARAKTERISTIK, TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN RESPONDEN, DAN EKUITAS MEREK 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan tingkat pengetahuan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 39 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Tanggamus Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3 Januari 1997 dan pada tanggal 21 Maret 1997 resmi menjadi salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Talaga Jaya memiliki 5 desa yang berada diwilayah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Talaga Jaya memiliki 5 desa yang berada diwilayah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografi Puskesmas Talaga Jaya memiliki 5 desa yang berada diwilayah kerjanya yakni Desa Luwoo, Desa Buhu, Desa

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga berjarak 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Pandeglang merupakan sentra populasi kerbau di Provinsi Banten dengan jumlah populasi kerbau sebesar 29.106 ekor pada tahun 2012 (Arfiani, 2016). Beternak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro 61 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Metro Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro termasuk bagian dari Provinsi Lampung, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki 65 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wialayah Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan yang berlokasi pada dua Desa yaitu Desa Bumi Restu dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Responden pada penelitian ini adalah peternak yang berdiam di Desa Dompu, Moyo Mekar dan Desa Sepakat Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 68 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Komunikasi dalam Pemasaran Lanting Ubi Kayu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Gorontalo memiliki letak yang sangat strategis sebagai pusat akses lintas daerah karena posisinya berada di titik tengah wilayah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN LAPORAN PENELITIAN. Makmur Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Indonesia. Desa Handil

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN LAPORAN PENELITIAN. Makmur Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Indonesia. Desa Handil BAB IV PENYAJIAN DATA DAN LAPORAN PENELITIAN A. Penyajian Data 1. Gambaran Geografis Desa Handil Gayam Desa Handil Gayam adalah sebuah desa yang berkecamatan di Bumi Makmur Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persepsi Peternak Terhadap IB Persepsi peternak sapi potong terhadap pelaksanaan IB adalah tanggapan para peternak yang ada di wilayah pos IB Dumati terhadap pelayanan IB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Petani Peternak Sapi Petani peternak merupakan orang yang melakukan kegiatan mengembangbiakkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor :

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor : Katalog BPS nomor : 9213.3273.240 RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG KECAMATAN SUKAJADI MAJU STATISTIK DAERAH Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng merupakan salah satu pasar hewan yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN. Kota Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo, Kecamatan Kabila juga di lintasi

BAB IV HASIL PEMBAHASAN. Kota Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo, Kecamatan Kabila juga di lintasi BAB IV HASIL PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Kabila dilihat dari letak geografisnya terletak di posisi yang sangat strategis karena selain di lintasi oleh akses

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN CIBIRU 2015 ISSN / ISBN : - No. Publikasi : 3273.1545 Katalog BPS : 9213.3273.110 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : vi + 12 halaman Naskah: Priatna Nugraha Badan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman Katalog BPS nomor : 9213.3273.240 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : 3273. 1660 Katalog BPS : 9213.3273.240 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN ROTE SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1617 Katalog BPS : 1101002.5314041 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1615 Katalog BPS : 1101002.5314030 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv + 8 halaman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Pada bagian hasil penelitan ini memuat deskripsi hasil penelitian meliputi

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Pada bagian hasil penelitan ini memuat deskripsi hasil penelitian meliputi 40 41 BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada bagian hasil penelitan ini memuat deskripsi hasil penelitian meliputi letak dan luas geografis kota Surabaya, keadaan demografis,. Lalu dipaparkan juga hasil penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel 38 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2009 pada dua basis pemeliharaan yang berbeda yakni: basis lahan sawah dan lahan persawahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Syarat Rumah Sehat secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Syarat Rumah Sehat secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian. BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menyajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data lembar isian dengan judul Pengetahuan Masyarakat Tentang Syarat Rumah Sehat secara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Martapura, 11 Agustus 2010 Kepala BPS OKU Timur, Ir. DJONI NIP

Sekapur Sirih. Martapura, 11 Agustus 2010 Kepala BPS OKU Timur, Ir. DJONI NIP HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 DATA AGREGAT PER KECAMATAN Angka Sementara Kabupaten OKU Timur Badan Pusat Statistik Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Sekapur Sirih Pelaksanaan Sensus Penduduk 2010 (SP2010)

Lebih terperinci

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau Oleh Ibas.boyz@yahoo.com Bastari 1), Kusai 2) dan Firman Nugroho 2) Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografi Daerah Wilayah Kabupaten Mamuju merupakan daerah yang terluas di Provinsi Sulawesi Barat. Secara geografis Kabupaten Mamuju terletak di posisi : 00

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 54 IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN IV.1. Deskripsi Umum Wilayah yang dijadikan objek penelitian adalah kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Muara Gembong berjarak

Lebih terperinci

Sanggau, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Sanggau MUHAMMAD YANI, SE NIP

Sanggau, Agustus 2010 Kepala BPS Kabupaten Sanggau MUHAMMAD YANI, SE NIP Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, Badan Pusat Statistik bertanggung jawab menyediakan data statistik dasar dengan menyelenggarakan kegiatan Sensus Penduduk. Sensus Penduduk

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION 69 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN AKSESIBILITAS TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION Aksesibilitas terhadap media komunikasi cyber extension adalah peluang memanfaatkan media komunikasi cyber

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penengahan yang berpenduduk Jiwa pada Tahun Secara

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penengahan yang berpenduduk Jiwa pada Tahun Secara BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kecamatan Palas Kecamatan Palas terletak di Timur Laut dari Ibukota Kabupaten Lampung Selatan (Kalianda). Kecamatan Palas merupakan pemekaran

Lebih terperinci

BAB VI UNSUR-UNSUR DIFUSI INOVASI TELEPON SELULER

BAB VI UNSUR-UNSUR DIFUSI INOVASI TELEPON SELULER 46 BAB VI UNSUR-UNSUR DIFUSI INOVASI TELEPON SELULER Merujuk pada definisi difusi inovasi menurut Rogers dan Shoemaker (1971), terdapat empat unsur dalam proses difusi, yaitu: (1) inovasi, (2) saluran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN. di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua di Kota Pekanbaru dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN. di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua di Kota Pekanbaru dengan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Kajian 4.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Pekanbaru Kota merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua

Lebih terperinci