ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056"

Transkripsi

1 ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN RUSNIAR. Analss Pergerakan Nla Tukar Rupah dan Empat Mata Uang Negara ASEAN. (dbmbng oleh NOER AZAM ACHSANI). Sejalan dengan upaya pencapaan ntegras ekonom menuju Masyarakat Ekonom ASEAN (MEA) lebh dalam, stabltas nla tukar ntra kawasan perlu mendapatkan perhatan pentng. Stabltas nla tukar dperlukan untuk mencptakan kepastan usaha dan nvestas kawasan yang pada glrannya akan mempengaruh arus barang dan jasa lntas batas terutama pada negara negara yang sangat tergantung pada pasar Internasonal. Stabltas nla tukar kawasan menjad tujuan jangka panjang sejalan dengan tujuan penngkatan ntegras ekonom regonal secara substansal. Ketdakpastan nla tukar d kawasan tdak saja akan menghambat arus barang dan jasa tetap juga arus modal. Dengan semakn tertntegrasnya pasar keuangan Indonesa dengan pasar keuangan Internasonal dan sejalan dengan dterapkan sstem nla tukar mengambang bebas sejak 14 Agustus 1997, telah menyebabkan pergerakan nla tukar Rupah menjad rentan akbat pengaruh faktor nternal dan eksternal. Nla tukar yang sangat berfluktuas sangat menganggu proses bekerjanya kehdupan ekonom banyak negara yang mata uangnya bebas dpertukarkan dengan mata uang negara lan, apalag bag negara dengan tngkat keterbukaan ekonom dan keuangannya tngg. Sebaga negara yang menganut sstem perekonoman terbuka kecl, sangat rentan terhadap gejolak ekonom global. Fluktuas mata uang asng sangat berpengaruh terhadap ekonom domestk. Sehngga komtmen Indonesa untuk mewujudkan MEA akan menghadap banyak tantangan apabla tdak berusaha untuk memperbak konds ekonom dem mengejar ketertnggalan dengan negara lan. Bla dlhat dar perkembangan nla tukar rl maupun nomnal pada perode Januar 1990 sampa dengan November 2008 Rupah berfluktuas palng tajam dbandngkan dengan negara ASEAN lannya. Fluktuas tertajam terjad ketka krss ekonom tahun 1998 dmana kurs Rupah sempat terdepresas hngga mencapa Rp /US$ dar sebelumnya yang berada pada nla Rp 4.650/US$ d bulan Desember Menurut Setboonsorg dalam Annsa (2004) pada awal Januar 1998 nla Bath telah jatuh 40% Rupah 80%, Peso 30%, Rnggt 40% terhadap Dolar dar nla Jul Dengan melemahnya nla tukar mata uang Rupah menandakan lemahnya konds untuk melakukan transaks luar neger bak tu untuk ekspor dan mpor maupun dalam pembayaran hutang luar neger. Terdepresasnya mata uang Indonesa menyebabkan perekonoman Indonesa menjad goyah dan dlanda krss ekonom. Peneltan n memlk dua tujuan utama pertama, melakukan analss pergerakan nla tukar Rupah dbandngkan dengan mata uang d empat negara ASEAN lannya. Menganalss kemungknan bersatunya Rupah dengan mata uang lannya dengan melhat respon dar guncangan yang dhadap. Peneltan n menggunakan data sekunder tme seres dar bulan Januar 1990 sampa bulan Oktober Data tersebut dbag menjad 2 bagan yakn

3 sebelum krss dan setelah krss ekonom. Data dperoleh dar Internatonal Fnancal Statstc (IMF),CEIC. Model peneltan n dlakukan dengan model koreks kesalahan Vector Error Correcton Model (VECM). Hasl emprs peneltan menunjukkan bahwa berdasarkan analsa Forecastng Error Decompotson of Varance (FEDV). Pergerakan nla tukar Rupah sebelum krss lebh domnan dpengaruh oleh kurs Rupah tu sendr, Rnggt dan Bath sedangkan Dollar Sngapura dan Peso hanya memberkan sedkt pengaruh pada pergerakan Rupah. Sedangkan pada perode setelah krss nla tukar Rupah mash domnan dpengaruh oleh Rupah tu sendr dan Dollar Sngapura, namun pengaruh Bath justru sangat kecl. Untuk nla tukar mata uang ASEAN lannya sebelum krss pergerakannya lebh banyak dpengaruh oleh nla tukar mata uang lan, sedangkan pada perode setelah krss pergerakannya lebh domnan dpengaruh oleh nla tukar mata uang tu sendr. Berdasarkan hasl analss Impulse Response Functon (IRF), pada perode sebelum krss Rupah tdak responsf dalam merespon mata uang ASEAN lan, sementara tu setelah krss Rupah cukup responsf dalam merespon nla tukar ASEAN. Hal n terjad karena perbedaan rezm nla tukar yang dtetapkan dmana sebelum krss dgunakan rezm nla tukar mengambang terkendal (Manage Floatng Exchange Rate Regme) sehngga fluktuas nla tukar dbarkan mengambang namun tetap dkendalkan agar tetap stabl. Namun pada perode setelah krss Rupah terlhat responsf karena sstem nla tukar yang dgunakan mengambang bebas (Free Floatng Exchange Rate). Berdasarkan konds tersebut kemungknan Rupah bersatu dengan mata uang lannya cukup besar terutama pada perode setelah krss, namun pada perode setelah krss kemungknanya lebh kecl karena Rupah kurang responsf. Keterbatasan peneltan n hanya mencangkup analss pergerakan nla tukar Rupah dengan empat mata uang d ASEAN melalu analsa deret waktu yang merupakan analsa sebagan kecl dar banyak prasyarat dalam penetapan mata uang tunggal. Untuk tahap selanjutnya sebaknya dlakukan analss pergerakan seluruh mata uang bak d negara ASEAN maupun Asa Tmur dengan menggunakan varabel dummy agar dapat dlhat perbedaannya.

4 v ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG ASEAN OLEH RUSNIAR H Skrps Sebaga syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonom pada Departemen Ilmu Ekonom DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 v INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan n menyatakan bahwa skrps yang dsusun oleh, Nama Mahasswa : Rusnar Nomor Regstras Pokok : H Program Stud : Ilmu Ekonom Judul Skrps : Analss Pergerakan Nla Tukar Rupah dan Empat Mata Uang Negara ASEAN. dapat dterma sebaga syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonom pada Departemen Ilmu Ekonom, Fakultas Ekonom dan Manajemen, Insttut Pertanan Bogor Menyetuju, Dosen Pembmbng Dr. Noer Azzam Achsan NIP Mengetahu, Ketua Departemen Ilmu Ekonom Dr. Ir. Rna Oktavan, M.S. NIP Tanggal Kelulusan:

6 v PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2009 Rusnar H

7 v RIWAYAT HIDUP Penuls bernama Rusnar lahr pada tanggal 12 Agustus 1984 d Bogor. Penuls anak terakhr dar enam bersaudara, dar pasangan M. Toha Supratna dengan Chaeran. Penuls menamatkan Sekolah Dasar pada SDN. Sempur Kaler, kemudan melanjutkan ke SLTP Neger 3 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penuls dterma d SMUN 7 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun 2002 penuls melanjutkan studnya ke jenjang yang lebh tngg yatu Insttut Pertanan Bogor melalu jalur Undangan Seleks Masuk IPB (USMI) dan dterma sebaga mahasswa Program Stud Ilmu Ekonom dan Stud Pembangunan pada Fakultas Ekonom dan Manajemen. Selama menjad mahasswa penuls aktf dbeberapa organsas sepert Hpotesa sebaga Staff Departemen Kewrausahaan.

8 v KATA PENGANTAR Alhamdulllah penuls ucapkan atas segala Rahmat yang telah dlmpahkan Allah SWT, shalawat beserta salam senantasa tercurah kepada Muhammad SAW. Penuls mengucapkam syukur kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan yang telah dberkan sehngga penuls dapat menyelesakan penyusunan skrps n. Peneltan n berjudul Analss Pergerakan Nla Tukar Rupah dan Empat Mata Uang ASEAN, peneltan m dtuls dengan harapan agar dapat memberkan hambaran umum mengena pergerakan nla tukar d kawasan ASEAN dalam upaya penerapan mayta uang tunggalpada kawasan tersebut. Penuls ngn mengucapkan banyak terma kash kepada Bapak Noer Azam Achsan, Ph.D dan Prof. Isang Gonarsyah yang telah memberkan bmbngan bak secara teorts maupun tekns kepada penuls selama proses pengerjaan skrps n. Ucapan terma kash juga tdak lupa penuls sampakan kepada segenap phak yang telah memberkan kontrbus dalam peneltan n dantaranya : 1. Bapak Syamsul Hdayat Pasarbu, SE, M.S yang telah berseda menjad dosen penguj dalam ujan sdang penuls serta memberkan saran dan masukan untuk perbakan dan kesempurnaan skrps n. 2. Bapak Tom Irawan M.App.Ec selaku koms penddkan yang telah member saran dalam tatacara penulsan skrs n. 3. Seluruh Dosen dan Staf Departemen Ilmu Ekonom. 4. Keluarga penuls yatu Bapak Mohammad Toha dan Ibu Chaeran. Termakash atas doa, ketulusan dan kesabaran yang telah dberkan penuls selama n. 5. Ade Hols serta Fckry yang telah membantu memberkan kemudahan dalam proses pencaran dan pengolahan data. 6. Rka, Ern, Vent, Puput, Mla, Iyas, Rahma, Han yang senatoasa memotvas penuls. 7. Humaroh yang telah membantu menjad pembahas dalam semnar dan teman seperjuangan yang selalu bersama.

9 x 8. Rekan rekan Departemen Ilmu Ekonom angkatan 39 yang senantasa membantu penuls dalam bertukar pkran selama proses pengerjaan skrps n. Penuls menyadar bahwa dalam peneltan n mash terdapat banyak sekal kekurangan dan kelemahan. Oleh karena tu, saran dan krtk sabhat dharapkan untuk memperbak berbaga kelemahan yang ada. Semoga peneltan n bermanfaat dan menambah pengetahuan bag kta semua. Bogor, Agustus 2009 Rusnar H

10 x DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...x I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Kegunaan Peneltan Ruang Lngkup dan Keterbatasan Peneltan... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tnjauan Teor Pengertan Valuta Asng dan Pasar Valuta Asng Defns Nla Tukar Cara Menyatakan Nla Tukar Bentuk Sstem Nla Tukar Peneltan Terdahulu Kerangka Pemkran Teorts Kerangka Pemkran Operasonal III. METODOLOGI PENELITIAN Jens dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analss Data Analss Vector Autoregresson (VAR) Vector Error Correcton Model (VECM) Pengujan Pra Estmas Uj Stasonertas Data Penentuan Lag Optmal Uj Kontegras Kausaltas Bvarat Granger... 29

11 x 3.7. Analss Impulse Response Functon (IRF) Analsss Forecastng Error Decomposton Varance (FEDV) Model Peneltan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Eksploras Data Penstasoneran Data Penentuan Lag Optmal Uj Kontegras Uj Kausaltas Bvarat Granger Smulas Analss Impulse Respon (IRF) Sebelum Krss Ekonom Dollar Sngapura Rnggt Peso Bath Rupah Smulas Analss Impulse Respon (IRF) Setelah Krss Ekonom Dollar Sngapura Rnggt Peso Bath Rupah Smulas Dekomposs Penduga Ragam Galat (FEDV) Sebelum Krss Dollar Sngapura Rnggt Peso Bath Rupah Smulas Dekomposs Penduga Ragam Galat (FEDV) Setelah Krss Dollar Sngapura Rnggt Peso... 72

12 x Bath Rupah V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesmpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 81

13 x DAFTAR TABEL Nomor Halaman 4.1. Uj Stasonertas Data Sebelum Krss Uj Stasonertas Data Setelah Krss Uj Lag Optmal Sebelum Krss Uj Lag Optmal Setelah Krss Uj Kontegras Berdasarkan Trace Statstcs Sebelum Krss Uj Kontegras Berdasarkan Trace Statstcs Setelah Krss Uj Kausaltas Granger Sebelum Krss Uj Kausaltas Granger Setelah Krss... 40

14 x DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1. Grafk Pertumbuhan Ekonom ASEAN 5 Perode Grafk Perekembangan Nla Tukar Nomnal ASEAN Skema Faktor Faktor yang Mempengaruh Kurs Valas Kerangka Pemkran Operasonal Respon Kurs Dollar Sngapura Akbat Guncangan Kurs d ASEAN-4. Sebelum Krss Ekonom Respon Kurs Rnggt Akbat Guncangan Kurs d ASEAN-4 Sebelum Krss Ekonom Respon Kurs Peso Akbat Guncangan Kurs d ASEAN-4 Sebelum Krss Ekonom Respon Kurs Bath Akbat Guncangan Kurs d ASEAN-4 Sebelum Krss Ekonom Respon Kurs Rupah Akbat Guncangan Kurs d ASEAN-4 Sebelum Krss Ekonom Respon Kurs Dollar Sngapura Akbat Guncangan Kurs ASEAN-4 Setelah Krss Ekonom Respon Kurs Rnggt Terhadap Guncangan Kurs d ASEAN-4 Setelah Krss Ekonom Respon Kurs Peso Terhadap Guncangan Kurs d ASEAN-4 Setelah Krss Ekonom Respon Kurs Bath Terhadap Guncangan Kurs d ASEAN-4 Setelah Krss Ekonom Respon Kurs Rupah Terhadap Guncangan Kurs d ASEAN-4 Setelah Krss Ekonom FEDV Dollar Sngapura Sebelum Krss FEDV Rnggt Sebelum Krss FEDV Peso Sebelum Krss FEDV Bath Sebelum Krss FEDV Rupah Sebelum Krss FEDV Dollar Sngapura Setelah Krss FEDV Rnggt Setelah Krss... 72

15 x 4.15 FEDV Peso Setelah Krss FEDV Bath Setelah Krss FEDV Rupah Setelah Krss... 76

16 x DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampran 1. Plot Varabel Nla Tukar 5 Negara ASEAN Lampran 2. Uj Akar Unt Lampran 3. Uj Lag Optmal Lampran 4. Uj Kontegras Lampran 5. Uj Kausaltas Granger Lampran 6. Impulse Response Functon (IRF) Lampran 7. Forecastng Error Decomposton of Varance (FEDV)... 99

17 1 I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalsas ekonom d berbaga belahan duna dewasa n semakn berkembang pesat, hampr semua negara memlk keterbukaan dan ketergantungan yang semakn erat dengan negara lannya. Hal n mengakbatkan penngkatan pada transaks barang dan modal antar negara, bak dar kegatan perdagangan maupun dar kegatan ekonom lannya. Pergerakan barang dan modal yang relatf bebas tersebut juga bermplkas pada persangan global yang semakn ketat, hal nlah yang menyebabkan hampr semua kehdupan dalam suatu negara terpengaruh oleh ekonom global sehngga tdak ada lag negara yang bersfat autark yatu tersolas tanpa mempunya hubungan ekonom dan keuangan dengan negara lannya. Pengaruh globalsas ekonom d ASEAN berdampak pada penngkatan kerjasama ekonom yang semakn luas terutama dengan negara negara d kawasan Asa Tmur sepert Chna, Jepang dan Korea Selatan. Dewasa n ASEAN tumbuh sebaga wadah ntegras ekonom yang dpandang oleh negara duna sebaga pasar potensal dan sumber penyeda kebutuhan dalam neger bag negara yang tergabung ddalamnya. Pertumbuhan ekonom ASEAN sejak ddrkan terus menngkat, pada semester pertama tahun 2004 sangat mengesankan. Perekonoman Malaysa, Sngapura, Thaland mencatat prestas jauh datas perkraan, pertumbuhan ekonom Sngapura melesat hngga mencapa 8,8% d tahun 2004 sementara Indonesa dan Fhlpna juga mengalam

18 2 pertumbuhan walaupun tekesan lambat dengan pertumbuhan masng masng mencapa 5% dan 6,4%. Thaland msalnya telah mampu menngkatkan perdagangan dengan negara d Asa Tmur dengan pertumbuhan rata rata 5 sampa 10%. Gambar 1.1 Pertumbuhan ekonom ASEAN 5 Perode Sumber : ASEAN Statstcal Yearbook 2006 Serng dengan penngkatan globalsas dan membaknya konds ekonom ASEAN mengakbatkan terjadnya penngkatan pada transaks keuangan Internasonal. Peranan nla tukar sangat dbutuhkan dalam melakukan dan mempermudah transaks ekonom antar negara terutama d kawasan ASEAN. Sejak runtuhnya sstem Bretton Woods, nla tukar bergerak semakn fleksbel karena menerapkan sstem mengambang. Sstem n memaksa nla tukar menyesuakan dr dengan mekansme pasar sehngga mengakbatkan pergerakan nla tukar Rupah terhadap Dollar d pasar uang menjad sangat rentan terhadap pengaruh ekonom dan non ekonom.

19 3 Pergerakan arus modal, barang maupun jasa yang semakn bebas bergerak tanpa mengenal batas d wlayah ASEAN membuat arus pertukaran mata uang negara d kawasan ASEAN dengan Rupah semakn menngkat, karena setap negara akan tergantung pada mata uang negara lannya hal n berpengaruh terhadap pergerakan nla tukar mata uang tersebut. Gejolak nla tukar yang terjad pada suatu negara akan berpengaruh terhadap konds makroekonom negara tersebut, apabla nla tukar mata uang tersebut menguat maka perekonoman negara tersebut dapat dkatakan menngkat dbandng dengan negara lannya. Keterbukaan ekonom yang semakn lebar dan terjadnya penngkatan kerjasama antara ASEAN dan Asa Tmur yang bermplkas pada wacana pembentukan Masyarakat Ekonom ASEAN (MEA) dengan tujuan akhr membentuk suatu pasar tunggal sepert yang dlakukan oleh negara Eropa yang menjurus pada penerapan mata uang tunggal (sngle currency) memberkan peluang sekalgus tantangan tersendr bag Indonesa terutama yang berkatan dengan kestablan nla tukar. Pada peneltan sebelumnya telah dlakukan peneltan mengena kemungknan pembentukan mata uang tunggal yang berfokus pada nla tukar d negara ASEAN dan Asa Tmur dalam beberapa perode. Namun dalam peneltan n agar dapat dlhat perbedaan pergerakannya maka akan dbag menjad dua perode waktu yakn sebelum dan sesudah krss ekonom. Sehngga penuls tertark untuk melakukan peneltan mengena pergerakan nla tukar Rupah terhadap empat mata uang d negara ASEAN dan menelt kemungknan bersatunya Rupah dengan mata uang lannya.

20 4 1.2 Perumusan Masalah Segera terwujudnya Masyarakat Ekonom ASEAN (MEA) merupakan Vs ASEAN 2020 sebaga perluasan dar ntegras ekonom dengan kawasan Asa Tmur. MEA menghmpun pasar bersama dengan penduduk 530 juta dan PDB 737 mlar US Dollar dan berfungs sebaga pasar tunggal dan bass produks pada tahun Dengan terbentuknya ASEAN sebaga pasar tunggal, berart terdapat arus bebas modal, tenaga kerja, memberkan tempat yang murah bag kegatan bsns dan memberkan kesempatan bag setap kegatan usaha d kawasan ASEAN agar dapat berkembang dan berdaya sang global dan berakhr pada pertumbuhan ekonom yang tngg. Sejalan dengan upaya pencapaan ntegras ekonom menuju Masyarakat Ekonom ASEAN lebh dalam, stabltas nla tukar ntra kawasan perlu mendapatkan perhatan pentng. Stabltas nla tukar dperlukan untuk mencptakan kepastan usaha dan nvestas kawasan yang pada glrannya akan mempengaruh arus barang dan jasa lntas batas terutama pada negara negara yang sangat tergantung pada pasar nternasonal. Stabltas nla tukar kawasan menjad tujuan jangka panjang sejalan dengan tujuan penngkatan ntegras ekonom regonal secara substansal. Ketdakpastan nla tukar d kawasan tdak saja akan menghambat arus barang dan jasa tetap juga arus modal. Dengan semakn tertntegrasnya pasar keuangan Indonesa dengan pasar keuangan Internasonal dan sejalan dengan dterapkan sstem nla tukar mengambang bebas sejak 14 Agustus 1997, telah menyebabkan pergerakan nla tukar Rupah menjad rentan akbat pengaruh faktor nternal dan eksternal. Nla tukar yang

21 5 sangat berfluktuas sangat menganggu proses bekerjanya kehdupan ekonom banyak negara yang mata uangnya bebas dpertukarkan dengan mata uang negara lan, apalag bag negara dengan tngkat keterbukaan ekonom dan keuangannya tngg. Sebaga negara yang menganut sstem perekonoman terbuka kecl sangat rentan terhadap gejolak ekonom global. Fluktuas mata uang asng sangat berpengaruh terhadap ekonom domestk. Sehngga komtmen Indonesa untuk mewujudkan MEA akan menghadap banyak tantangan apabla tdak berusaha untuk memperbak konds ekonom dem mengejar ketertnggalan dengan negara lan. Apalag dewasa n Indonesa baru bangkt dar keterpurukan akbat krss moneter d Kawasan Asa. Indonesa merupakan negara yang terkena dampak terparah d Asa Tenggara. Gambar 1. 2 Perkembangan Nla Tukar Nomnal ASEAN 5 Sumber: CEIC, 2008

22 6 Bla dlhat dar perkembangan nla tukar d lma negara ASEAN pada perode Januar 1990 sampa dengan November 2008 Rupah berfluktuas palng tajam dbandngkan dengan negara ASEAN lannya. Pada pertengahan bulan Jun 1998 kurs Rupah sempat terdepresas mencapa Rp /US$ dar sebelumya yang berada pada nla Rp 4.650/US$ d bulan Desember Terlhat bahwa Indonesa mengalam depresas kurs tertajam dbandngkan dengan negara ASEAN lannya. Menurut Setboonsorg dalam Annsa (2004) pada awal Januar 1998 nla Bath telah jatuh 40% Rupah 80%, Peso 30%, Rnggt 40% terhadap Dolar dar nla Jul Dengan melemahnya nla tukar mata uang Rupah menandakan lemahnya konds untuk melakukan transaks luar neger bak tu untuk ekspor dan mpor maupun dalam pembayaran hutang luar neger. Terdepresasnya mata uang Rupah menyebabkan perekonoman Indonesa menjad goyah sehngga dlanda krss ekonom dan krss kepercayaan terhadap mata uang domestk. Nla tukar yang palng stabl pergerakannya dantar negara ASEAN 5 adalah Dollar Sngapura dan Rnggt bak sebelum maupun setelah krss ekonom. Berdasarkan pemaparan datas, masalah yang akan danalss dalam peneltan n adalah : 1. Bagamanakah pergerakan nla tukar Rupah dbandngkan dengan empat mata uang d negara ASEAN (Rnggt, Peso, Bath dan Dollar Sngapura) pada perode sebelum maupun setelah krss? 2. Apakah terdapat kemungknan Rupah dapat bergabung dalam penyatuan mata uang?

23 7 1.3 Tujuan dan Kegunaan Peneltan Berdasarkan perumusan masalah datas, maka peneltan n bertujuan untuk : 1. Melakukan analss pergerakan nla tukar Rupah dbandngkan dengan empat mata uang asng lan d negara ASEAN bak pada perode sebelum maupun setelah krss. 2. Menganalss kemungknan bersatunya Rupah dengan mata uang lannya. Hasl peneltan n dharapkan mampu memberkan manfaat bag semua kalangan terutama pemerntah, kalangan usaha dan masyarakat agar dapat mempersapkan dr untuk bersang dan bergabung dalam pasar global sehngga dapat bersatu menggunakan mata uang global. 1.4 Ruang Lngkup dan Keterbatasan Peneltan Peneltan n hanya mencangkup analss pergerakan nla tukar Rupah dengan empat mata uang d ASEAN dan analsa guncangan nla tukar empat negara ASEAN terhadap pergerakan Rupah. Peneltan n merupakan analsa sebagan kecl dar banyak prasyarat dalam penetapan mata uang tunggal. Dplhnya 4 mata uang negara ASEAN yatu Rnggt, Dollar Sngapura, Bath dan Peso karena keempat negara n merupakan pelopor awal berdrnya ASEAN. Perode waktu yang dgunakan dmula bulan Januar 1990 sampa Oktober 2008.

24 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tnjauan Teor Pengertan Valuta Asng dan Pasar Valuta Asng Valas atau foregn exchange ( forex) dartkan sebaga mata uang asng dan alat pembayaran lannya yang dgunakan untuk melakukan atau membaya transaks ekonom dan keuangan nternasonal atau luar neger dan basanya mempunya catatan kurs resm pada Bank Sentral ( Hady, 2004). Mata uang yang serng dgunakan sebaga alat pembayaran dan kesatuan htung dalam transaks keuangan dan ekonom nternasonal dsebut hard currency yatu mata uang yang nlanya relatf stabl dan kadang mengalam apresas dengan mata uang lannya. Sedangkan soft currency adalah mata uang lemah yang jarang dgunakan sebaga alat pembayaran dan kesatuan htung karena nlanya relatf tdak stabl dan serng mengalam depres atau penurunan terhadap mata uang lannya. Soft currency basanya dgunakan oleh negara berkembang. Pasar valuta asng adalah suatu tempat atau sstem dmana perseorangan, perusahaan, dan bank dapat melakukan transaks keuangan nternasomal dengan jalan melakukan pembelan dan penjualan valas (Hady, 2004). Fungs dar pasar valuta asng antara lan : 1. Memungknkan terjadnya transfer daya bel dalam nla suatu mata uang dengan mata uang lan. 2. Menngkatkan kemudahan dan efsens penyalesaan transaks.

25 Defns Nla Tukar Nla tukar (foregn exchange rate) dapat ddefnskan sebaga harga mata uang suatu negara relatf terhadap mata uang negara lannya (Abmanyu, 2004). Pengertan lan dar nla tukar dkemukakan oleh Mankw (2000) kurs dantara dua negara adalah harga dmana penduduk kedua negara salng melakukan perdagangan. Nla tukar dbag menjad dua yatu nla tukar nomnal dan nla tukar rl, nla tukar nomnal adalah harga mata uang suatu negara dengan negara lannya, sedangkan nla tukar rl adalah nla tukar nomnal dbag harga relatf dalam neger dan luar neger (negara mtra dagang) kurs rl djadkan sebaga acuan untuk mengukur daya sang suatu negara dengan negara lannya. Todaro (2004) nla tukar adalah patokan nla bag Bank Sentral suatu negara untuk membel atau menjual mata uang domestk resm yang berlebhan terhadap mata uang asng. Tujuannya adalah untuk menngkatkan harga produk ekspor dan sekalgus untuk menurunkan harga mpor yang dukur berdasarkan nla tukar mata uang setempat Cara Menyatakan Nla Tukar Menurut Abmanyu (2004) ada dua cara untuk menyatakan nla tukar : a. Model Eropa Model n adalah cara yang palng umum dgunakan dalam perdagangan valuta asng antarbank seluruh duna. Nla tukarnya dtetapkan dengan menghtung beberapa unt mata uang asng yang dbutuhkan untuk membel mata uang domestk.

26 10 b. Model Amerka Model n ddefnskan sebaga harga mata uang asng dalam mata uang domestk, atau berapa besar nla tukar domestk yang dperlukan untuk membel satu unt mata uang asng Bentuk Sstem Nla Tukar Setap negara memlk satem nla tukar yang berbeda sesua dengan kengnan pemerntah untuk menstablkan nla tukar. Pembedaan n ddasarkan pada besarnya cadangan devsa yang dmlk suatu negara dan ntervens Bank Sentral yang dperlukan untuk mempertahankan kurs pada level tertentu. a. Sstem Nla tukar Tetap (Fxed Exchange Rate) Dalam sstem n otortas moneter selalu mengntervens pasar untuk menstablkan nla tukar pada level yang dtetapkan. Bank Sentral akan melakukan jual bel valuta asng pada harga tetap. Untuk tu Bank Sentral harus memegang cadangan devsa untuk membaya ketdaksembangan neraca pembayaran sehngga nla tukar dapat dpertahankan. Intervens tersebut memerlukan cadangan devsa yang relatf besar. Kebakan dar sstem n adalah adanya kepastan akan nla tukar mata uang domestk dengan mata uang negara lan, sehngga para eksportr dan mportr dapat memperhtungkan transaks perdagangan dengan phak lular neger. b. Sstem Nla Tukar Mengambang Bebas (Free Floatng Exchange Rate) Pergerakan nla tukar pada sstem n ddasarkan pada prnsp mekansme pasar sehngga kekuatan dar penawaran dan permntaan akan berperan, jad pemerntah tdak kut campur tangan dalam penentuan nla tukar. Kebakan dar

27 11 sstem n adalah apabla terjad surplus atau defst pada neraca pembayaran secara langsung akan menurunkan nla tukar mata uang domestk. Selan tu Bank Sentral tdak perlu memegang cadangan devsa yang besar untuk menjaga lkudtas dan memlk kesempatan yang lebh untuk melakukan kebjakan ndependen. c. Sstem Nla Tukar Mengambang Terkendal (Manage Floatng Exchange Rate) Dalam sstem n otortas moneter memlk wewenang untuk melakukan ntervens d pasar valuta asng. Hal n dlakukan untuk melunakkan fluktuas jangka pendek tanpa mempengaruh trend jangka panjang. Otortas moneter dapat menggunakan cadangan devsa untuk mengatas kelebhan permntaan valuta asng jangka pendek, sehngga dapat mengurang tekanan depresas dan sebalknya. Intervens dapat dlakukan melalu kebjakan fskal, moneter maupun perdagangan. d. Pegged Exchange Rate System Sstem nla tukar n dtetapkan dengan mengatkan mata uang domestk dengan mata uang asng negara lan atau sejumlah mata uang tertentu.

28 Peneltan Terdahulu Partsw (2008) menganalss kemungknan penyatuan mata uang (Currency Unfcaton) d ASEAN+3dar prasyarat OCA (Optmum Currency Area), perhtungan OCA Indeks, cluster analyss, dengan perbandngan EMU (European Monetary System) dan ASEAN/ASEAN+3. Metode analss prasyarat utama OCA danalss menggunakan korelas parwse. Metode OCA Indeks destmas menggunakan model Ordnary Least Square (OLS) sedangkan cluster analyss yang dgunakan adalah bentuk cluster observatons. Data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder 9 negara yang merupakan data statstk bulanan tahun 1993:1 sampa 2007:9 yang dperoleh dar berbaga sumber. Hasl peneltan menympulkan bahwa tdak semua negara ASEAN+3 optmum membentuk currency unon dan tdak semua prasyarat OCA dpenuh oleh negara-negara anggota ASEAN+3. Berdasarkan perhtungan OCA Indeks yang dlakukan dengan menggunakan Amerka Serkat sebaga negara peg ddapatkan bahwa Jepang, Sngapura, dan Malaysa dapat bergabung (tahap I) yang kemudan dsusul oleh menggabungan Korea, Chna, Thaland, dan Flpna (tahap II). Sedangkan berdasarkan hasl cluster analyss dapat dsmpulkan bahwa dalam konteks ASEAN+3 poss Indonesa berada dalam poss akhr dalam pembentukan currency unon. Eustna (2007) menganalss pergerakan nla tukar Rupah terhadap US Dollar dan tga mata uang asng d negara Asa Tmur serta danalss keterkatannya terhadap IHSG. Data yang dgunakan berupa tme seres berbentuk bulanan dar tahun dbag menjad dua perode yatu sebelum dan

29 13 awal krss. Metode yang dgunakan berupa Vector Auto Regresson (VAR) dengan menggunakan software Mcroft. Varabel yang dgunakan yatu kurs Rupah terhadap Dollar, Yen, Yuan Won serta IHSG. Peneltan n dlakukan untuk mengetahu ntegras pasar yang terjad dantara nla tukar mata uang asng tersebut dan keterkatannya terhadap IHSG. Hasl peneltan n menunjukkan bahwa nla tukar Rupah mempunya hubungan yang salng mempengaruh dengan ketga negara d Asa Tmur, hubungan n terjad sangat kuat terutama pada perode awal krss ekonom. Pada perode sebelum dan awal krss juga dtemukan bahwa terdapat keterkatan antara kurs Rupah terhadap US Dollar dengan IHSG. Berdasarkan hasl peneltan tersebut dapat dsmpulkan bahwa nla tukar Rupah terhadap Dolar terntegras dengan tga mata uang negara Asa Tmur, sehngga jka terjad pergerakan pada salah satu nla tukar maka akan drespon dengan pergerakan nla tukar mata uang lannya. Sedangkan fluktuas nla tukar berpengaruh terhadap IHSG hanya pada perode sebelum krss saja. Berdasarkan hasl peneltan datas secara umum dapat dsmpulkan bahwa nla tukar Rupah salng terntegras dengan nla tukar lannya terutama dengan nla tukar mata uang d negara ASEAN dan Asa Tmur. Rupah mempunya kemungknan untuk bersatu dengan nla tukar lan namun membutuhkan jangka waktu yang panjang dan bsa bergabung pada tahap terakhr dengan negara lannya. Adapun yang membedakan peneltan n dengan peneltan yang lan terletak pada perbedaan metode analss karena dalam peneltan n akan dgunakan metode VECM dan melhat pengaruh guncangan nla tukar lannya.

30 Kerangka Pemkran Teorts Dengan semakn terntegrasnya perekonoman secara global mengakbatkan ketergantungan negara terhadap valuta asng semakn menngkat. Tuntutan perdagangan, nvestas maupun tndakan spekulas akan mengakbatkan terjadnya alran valuta asng bak kedalam maupun keluar neger. Tngg rendahnya permntaan valas suatu negara akan berpengaruh pada fluktuas nla tukar dalam neger sehngga berdampak pada perekonoman suatu negara. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kurs valuta asng bak secara langsung berdasarkan mekansme pasar maupun secara tdak langsung (Hady, 2004). Berdasarkan mekansme pasar faktor yang berpengaruh terhadap valuta asng dapat dlhat melalu dua ss yakn ss permntaan dan penawaran a. Dar ss permntaan kurs valas dpengaruh oleh : 1. Pembayaran mpor Semakn besar mpor barang dan jasa akan semakn besar pula permntaan terhadap valuta asng yang dgunakan dalam pembayaran mpor, jka dasumskan penawaran valuta asng d dalam neger tetap maka nla tukar akan cenderung melemah (terdepresas) terhadap mata uang asng. Sebalknya jka mpor menurun maka permntaan terhadap valas juga akan semakn menurun, akbatnya harga mata uang domestk relatf menjad lebh mahal dbandngkan dengan harga mata uang lannya.

31 15 2. Alran modal keluar ( captal outflow) Alran modal yang keluar melput pembayaran utang yang berupa cclan dan bunga bak yang dlakukan swasta maupun pemerntah, nvestas keluar neger, pembayaran jasa kephak asng. Semakn besar alran modal keluar maka akan semakn permntaan terhadap valuta asng akan menngkat sehngga nla tukar domestk melemah (terdepresas) sebalknya bla alran modal yang keluar sedkt maka permntaan terhadap valas juga akan cenderung berkurang sehngga nla tukar akan terapresas. b. Dar ss penawaran kurs valuta asng dpengaruh oleh : 1. Penermaan hasl ekspor Jka penermaan hasl ekspor suatu negara menngkat, maka cadangan devsa negara yang dnla dalam bentuk valuta asng akan menngkat, penngkatan n akan menambah supply valas dmlk suatu negara sehngga supply valas akan menngkat, akbatnya poss nla tukar domestk terhadap mata uang asng akan semakn menguat (terapresas). Sedangkan jka yang terjad adalah sebalknya maka jumlah valuta asng yanag dterma akan menurun sehngga nla tukar akan terdepresas. 2. Alran modal masuk (captal nflow) Alran modal masuk dapat berupa FDI, saham atau oblgas, penermaan jasa dar phak asng, pnjaman luar neger. Arus modal masuk akan sangat berpengaruh terhadap jumlah valuta asng yang dmlk oleh negara, semakn deras alran modal yang masuk kedalam neger maka akan terjad penngkatan pada supply valas, sehngga nla tukar domestk akan cenderung menguat

32 16 (terapresas) dan harganya relatf mahal terhadap mata uang asng. Sedangkan jka alran modal yang masuk sedkt maka jumlah valuta asng yang masuk juga akan sedkt sehngga nla tukar akan mengalam depresas. Sedangkan secara tdak langsung (dluar mekansme pasar) faktor yang berpengaruh terhadap kurs valuta asng antara lan : 1. Poss BOT dan BOP (Balance of Trade dan Balance Of Payment) Poss BOP akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan nla tukar mata uang domestk terhadap mata uang asng. BOP dan BOT mencermnkan arus uang masuk dan keluar dar suatu negara. BOP surplus mencermnkan adanya alran valuta asng yang masuk dalam perekonoman negara tersebut bak melalu transaks barang dan jasa maupun asset, sehngga menyebabkan bertambahnya valuta asng dnegara tersebut dan mengakbatkan terjadnya apresas mata uang domestk terhadap mata uang asng. Sedangkan BOP yang defst menandakan telah terjadnya alran dana keluar neto keluar neger sehngga terjad exsess demand terhadap valuta asng dan hal nlah yang mengakbatkan melemahnya mata uang domestk. BOT surplus menggambarkan keadaan ekspor yang lebh besar dbandngkan dengan mpor, ketka ekspor menngkat maka arus uang yang masuk dalam bentuk valuta asng kedalam neger semakn besar. Sesua dengan teor, ketka penawaran menngkat melebh permntaan terhadap mata uang asng maka nla tukar mata uang asng melemah dan mata uang domestk menjad menguat begtupun sebalknya.

33 17 2. Tngkat Inflas Kenakan nflas yang mendadak dan besar dsuatu negara akan menngkatkan mpor dnegara tersebut, hal n terjad karena harga barang domestk secara umum lebh mahal dbandng dengan harga barang luar neger akbatnya dorongan masyarakat untuk membel produks luar neger menngkat sehngga kebutuhan terhadap penggunaan mata uang asng menjad lebh banyak, permntaan valas untuk membaya mpor akan. Sementara tu tnggnya harga barang dalam neger akan mengakbatkan tereduksnya kemampuan ekspor sehngga mengurang supla valuta asng dalam neger. Penngkatan permntaan terhadap mata uang asng yang dserta dengan penurunan penawaran mata uang tersebut akan mengakbatkan mata uang domestk melemah. 3. Tngkat suku bunga Ketka suku bunga dalam neger menngkat sementara suku bunga luar neger tetap, maka mnat nvestor untuk menanamkan modalnya ddalam neger semakn tngg karena return yang ddapat juga dharapkan akan lebh tngg sehngga arus modal masuk akan menngkat. Permntaan terhadap mata uang domestk menngkat sehngga akan drespon dengan menguatnya mata uang dalam neger. 4. Tngkat Income Income suatu negara dapat dlhat dar GNP maupun GDP jka keduanya menngkat maka permntaan terhadap mata uang domestk akan semakn menngkat. Dengan dekan nla tukar mengalam apresas karena masyarakat lebh memlh untuk menggunakan mata uang domestk.

34 18 5. Peraturan atau kebjakan pemerntah Apabla peraturan atau kebjakan pemerntah yang dbuat menghambat atau mempersult alran modal yang masuk kedalam neger maka akan terjad depresas nla tukar karena valuta asng yang masuk menurun. 6. Spekulas Spekulas valas oleh para spekulan untuk mendapatkan keuntungan akan menyebabkan semakn menngkatnya permntaan terhadap valuta asng sehngga melemahkan nla tukar domestk terhadap valuta asng. 7. Stuas poltk dan keamanan Jka poltk dan keamanan dalam neger tdak stabl akan menyebabkan banyaknya modal yang dlarkan keluar neger sehngga akan terjad tekanan pada nla tukar dalam neger yatu terjadnya depresas nla tukar. Kegatan ekonom dan kebjaksanaan pemerntah (fskal maupun moneter) yang mempengaruh pendapatan, harga serta tngkat suku bunga secara tdak langsung akan mempengaruh kurs. Kebjaksanaan pemerntah msalkan penngkatan pada pengeluaran akan menakkan pendapatan dan harga. Makn tngg tngkat pertumbuhan pendapatan (relatf terhadap negara lan), makn besar kemungknan untuk mpor yang berart semakn besar pula permntaan terhadap valuta asng, sehngga harga mata uang sendr turun. Demkan juga nflas, akan menyebabkan mpor nak dan ekspor turun sehngga kurs valuta asng akan nak. Kenakan tngkat bunga dalam neger cenderung menark modal masuk dar luar neger, kurs valuta asng akan turun sehngga mata uang domestk cenderung terdepresas.

35 19 Dsampng faktor faktor ekonom tersebut ada faktor non ekonom yang mempengaruh perubahan kurs sepert faktor polts dan pskolog. Msalnya kepankan yang terjad ddalam neger akan menyebabkan larnya dana keluar neger sehngga kurs valas akan nak (Noprn, 2004). Kegatan Ekonom Kebjaksanaan Pemerntah ( Fskal & Moneter) Pendapatan, Harga dan Tngkat Bunga Faktor Pskolog Penawaran dan Permntaan Valas Kurs Valas Gambar 2.1 Skema Faktor Faktor yang Mempengaruh Kurs Valas Sumber: Noprn, 2004

36 Kerangka Pemkran Operasonal Globalsas ekonom mengakbatkan semakn eratnya nteraks dan hubungan tmbal balk antara negara yang tergabung ddalamnya. Arus barang, modal maupun jasa akan bergerak dengan bebas antar wlayah negara tanpa mengenal batas. Hal n mengakbatkan terjadnya penngkatan pada transaks keuangan. Arus pergerakan mata uang asng semakn deras antar negara, karena dgunakan sebaga alat dalam transaks pembayaran bak dalam perdagangan maupun keuangan. Sehngga fluktuas nla tukar mata uang asng akan berpengaruh terhadap perkembangan mata uang domestk, terutama bag negara yang menganut sstem perekonoman kecl dan terbuka sepert Indonesa. Pegerakan nla tukar bak domestk maupun asng dpengaruh oleh beberapa faktor bak secara langsung melalu mekansme pasar maupun secara tdak langsung. Dengan semakn terbukanya konds ekonom global dan ddukung oleh kedekatan geografs dan hstors serta hubungan ekonom antar negara d satu kawasan serngkal menjad pendorong utama pembentukan ntegras ekonom dan keuangan regonal dengan tujuan untuk menngkatkan pembangunan ekonom dan kesejahteraan kawasan yang dmaksud. Integras ekonom dan keuangan negara ASEAN dengan negara d kawasan Asa Tmur menjad wacana yang akan drealsaskan palng lambat tahun 2020 yang mengarah pada pembentukan mata uang tunggal sepert Euro d Eropa. Untuk membentuk mata uang tunggal banyak faktor dan kendala yang harus dhadap oleh negara yang ada dalam kawasan tersebut salah satunya adalah komtmen poltk dan kesapan untuk mengkut sstem dan rezm keuangan yang dsepakat.

37 21 Pergerakan dan stabltas nla tukar suatu negara dengan negara lan d dalam kawasan menjad faktor pentng sebelum membentuk mata uang tunggal, karena melalu pergerakan nla tukar dapat dketahu respon tmbal balk dar satu nla tukar terhadap nla tukar lannya. Dalam peneltan n akan dlhat pergerakan nla tukar Rupah dengan nla tukar yang ada d negara ASEAN yatu Rnggt, Dollar Sngapura, Peso, dan Bath dengan menggunakan model VECM pengaruh guncangan dar keempat nla tukar negara ASEAN tehadap Rupah bak dalam jangka pendek maupun panjang dengan menggunakan analsa VECM. Mekansme Langsung Ss Permntaan : 1. Impor 2. Captal Outflow Ss Penawaran : 1. Ekspor 2. Captal Inflow ASEAN : 1.Malaysa (Rnggt) 2.Sngapura(Dolar Sngapura) 3. Thaland (Bath) 4. Phlpna (Peso) 5.Indonesa (Rupah) Pergerakan Nla Tukar VECM Secara Tdak Langsung 1. Poss BOT dan BOP 2. Inflas 3. Tngkat Suku Bunga 4. Tngkat Income 5. Peraturan Pemerntah 6. Spekulas dan Asa Tmur konds : 1.Jepang (Yen) keamanan 2. Korea Selatan (Won) 3.RRC ( Yuan) IRF FEDV Wacana Pembentukan Mata Uang Tunggal Gambar 2.2 Kerangka Pemkran Operasonal Keterangan : Bagan yang tdak dtelt Bagan yang dtelt

38 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Data yang dgunakan dalam peneltan n berupa data sekunder berbentuk tme seres berbentuk bulanan dar tahun Dalam pengolahannya data tersebut akan dbag menjad dua perode yakn sebelum dan setelah krss. Perode sebelum krss dmula bulan Januar 1990 sampa Jun 1997 sedangkan perode setelah krss dmula pada Agustus 1997 sampa Oktober Jens data yang dgunakan untuk danalss berupa data kurs rl Rupah, Rnggt, Dollar Sngapura, Peso, dan Bath terhadap Dollar AS. Data yang dgunakan dubah ke dalam bentuk logartma natural untuk memudahkan hasl analss. Data tersebut dperoleh berbaga sumber sepert Bank Indonesa, Internasonal Fnancal Statstc (IFS) yang dterbtkan oleh IMF, CEIC dan publkas yang dperoleh dar meda cetak maupun elektronk. 3.2 Metode Pengolahan dan Analss Data Metode analss yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode Vector Autoregresson (VAR) apabla data yang dgunakan telah stasoner pada tngkat level. Namun bla data belum stasoner pada tngkat level, maka analss yang dlakukan akan dsesuakan yatu dengan menggunakan metode Vector Error Corecton Model (VECM). Hal n perlu dlakukan karena bla kta meregreskan varabel-varabel yang tdak stasoner maka akan menmbulkan fenomena spurous regresson (regres palsu). Penggunaan metode n dharapkan dapat merepresentaskan bagamana varabel nla tukar suatu d suatu negara dapat mempengaruh varabel yang sama d negara lan dan sebalknya. Pada peneltan

39 23 n penuls akan menganalss data tersebut dengan menggunakan program ekonometrka Evews 5.1 yang dlengkap dengan nterpretasnya. 3.3 Analss Vector Autoregresson (VAR) VAR merupakan sebuah sstem persamaan yang dapat memperlhatkan setap peubah sebaga fungs lnear dar konstanta dan nla lag dar peubah tu sendr serta nla lag dar peubah lan yang ada dalam sstem. Dalam model n yang djadkan sebaga peubah penjelas adalah lag dar peubah tak bebas (dependen) yang ada dalam sstem persamaan, sehngga dapat dkatakan bahwa semua varabel yang ada dalam VAR merupakan peubah endogen. VAR dengan ordo p dan peubah n buah tak bebas pada waktu ke-t dapat dmodelkan sebaga berkut : Yt a a y a y... a dmana : t y 0 t t 1 2 t 2 p t p t (3.1) Y : vektor peubah tak bebas ( y 1 t, y2t,..., ynt ) yang berukuran n x 1 a 0 : vektor ntersep n x 1 a : matrks parameter berukuran n x m untuk setap = 1,2,...p t : vektor ssaan ( n,..., t, 2 t, 3t nt ) : Jumlah bars pada matrks n x m m : Jumlah kolom pada matrks n x m

40 24 atau dapat juga dsusun dalam bentuk matrks sebaga berkut : Y1 a11a21a31a41 Yt 1 Y2 a21a22a23a24 Yt 2 Y Y 3 a31a32a33a34 t3 Yn an1an2an3ant Yt n 1 t 2t 3t nt Asums yang harus dpenuh dalam model VAR adalah : 1. Semua peubah tak bebas harus bersfat stasoner 2. Semua ssaan bersfat whte nose, yakn memlk rataan nol, ragam konstan dan salng bebas Vector Error Corecton Model (VECM) Menurut Verbeek dalam Nugraha (2006), ketka dua atau lebh varabel yang terlbat dalam suatu persamaan pada data level tdak stasoner maka kemungknan terdapat kontegras pada persamaan tersebut. Jka setelah dlakukan uj kontegras terdapat persamaan kontegras dalam model yang dgunakan maka danjurkan untuk memasukkan persamaan kontegras ke dalam model yang dgunakan. Kebanyakan data tme seres stasoner pada perbedaan pertama. Maka untuk mengantspas hlangnya nformas jangka panjang dalam peneltan n akan dgunakan model VECM. VECM standar ddapat dar model VAR dengan dkurang x t-1. Adanya hubungan kontegras d antara kedua varabel mengsyaratkan bahwa sebuah formulas error pada metode VAR dapat destmas. Pendekatan VECM dawal dar ordo VAR p-1 sebaga tahapan untuk memperoleh rank kontegras berdasarkan pengujan Johansen yang akan dsusun sebaga persamaan kontegras jangka panjang. Pada persamaan VECM telah terkandung parameter jangka pendek dan jangka panjang yang memungknkan

41 25 kta untuk mengetahu respon pada jangka pendek dan jangka panjang. Secara umum VECM dapat dtulskan dalam persamaan berkut: Yt p 1 1 d mana : Y t 0 1 t ' Y t1 t (3.2) Y t = Y t - Y t-1 (p-1) = ordo VECM dar VAR Г = matrks koefsen regres Y t- dgunakan, = vektor lag varabel yang terdr dar berbaga macam varabel yang μ 0 = vektor ntercept μ 1 = vektor koefsen regres α = matrks loadng β = vektor kontegras Y t-1 = vektor lag pertama varabel dalam level.

42 Pengujan Pra-Estmas Sebelum melakukan estmas VAR atau VECM, maka ada beberapa tahapan yang harus dlakukan yatu pengujan pra-estmas. Pengujan-pengujan tersebut antara lan uj stasonertas data, penentuan lag optmal, dan pengujan kontegras Uj Stasonertas Data Data ekonom tme seres pada umumnya bersfat stokastk atau memlk tren yang tdak stasoner artnya data tersebut mengandung akar unt. Untuk dapat mengestmas suatu model mengunakan data tersebut maka langkah pertama yang haru dlakukan masalah uj stasonertas data atau dkenal dengan unt root test. Apabla data yang dgunakan mengandung akar unt maka akan sult untuk mengestmas suatu model dengan menggunakan data tersebut karena tren data tersebut cenderung berfluktuas tdak dsektar nla rata-ratanya. Maka dapat dsmpulkan bahwa data yang stasoner akan cenderung untuk mendekat nla rata-ratanya dan berfluktuas d sektar nla rata-ratanya (Gujarat, 2003). Uj akar unt akan dlakukan dalam peneltan n dengan menggunakan Augmented Dckey Fuller (ADF). Keputusan hasl uj ADF dtentukan dengan melhat nla statstk yang dbandngkan dengan nla krtkal McKnnon pada tabel Dckey-Fuller. Apabla nla statstk lebh besar dar pada tngkat krts McKnnon, pada tngkat krts yang telah dtentukan, 1 persen, 5 persen, atau 10 persen, maka H0 dterma yang berart data mengandung akar unt atau tdak stasoner. Sebalknya bla nla

43 27 statstk lebh kecl dar pada nla krts McKnnon maka H0 dtolak yang mengndkaskan bahwa data stasoner Penentuan Lag Optmal Tahap kedua yang harus dlakukan dalam membentuk model VAR yang bak adalah menentukan panjang lag (ordo) optmal. Penentuan lag optmal dapat ddentfkas dengan menggunakan Akake Info Crteron (AIC), Schwarz Crteron (SC), Hannan-Qunn Crteron (HQ), dan sebaganya. Pada peneltan n penentuan lag optmal hanya dlakukan berdasarkan krtera AIC. D mana AIC mengkut persamaan sebaga berkut : N (3.3) 2 AIClog t / N 2k / D mana ε 2 t adalah jumlah resdual kuadrat, sedangkan N dan k masngmasng merupakan jumlah sampel dan jumlah varabel yang beroperas pada persamaan tersebut. Besarnya lag optmal dtentukan oleh lag yang memlk nla krtera AIC yang terkecl. Penentuan lag optmal dapat juga dlakukan dengan memperbandngkan Adjusted R 2 varabel VAR dar masng-masng kanddat selang. Selang optmal akan dplh dar sstem VAR dengan selang tertentu yang menghaslkan nla Adjusted R 2 terbesar pada varabel-varabel pentng d dalam sstem. Pada metode VAR, lag yang terlalu panjang akan membuang derajat bebas dengan percuma dan lag yang terlalu pendek dapat menyebabkan spesfkas model yang salah.

44 Uj Kontegras Uj kontegras bertujuan untuk menentukan apakah varabel-varabel yang tdak stasoner mengalam kontegas atau tdak. Konsep kontegras dkemukakan oleh Engle dan Granger pada tahun 1987 sebaga fenomena dmana kombnas lnear dar dua atau lebh varabel yang tdak stasoner akan menjad stasoner. Kombnas lnear n dkenal dengan nama persamaan kontegras dan dapat dnterpretaskan sebaga hubungan kesembangan jangka panjang dantara varabel. Untuk menguj apakah kombnas varabel yang tdak stasoner mengalam kontegras, pengujan yang dapat dlakukan adalah uj kontegras Engle-Granger, uj kontegras Johansen, maupun uj kontegras Durbn-Watson. Pengujan n dlakukan dalam rangka memperoleh hubungan jangka panjang antara varabel yang telah memenuh persyaratan dalam proses ntegras dmana semua varabel telah stasoner pada derajat yang sama yatu pada frst dfference. Salah satu uj kontegras yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah uj kontegras Johansen. Dengan H 0 = non-kontegras, dan H 1 = kontegras. Jka t trace statstcs > nla krts maka tolak H 0 yang artnya persamaan tersebut terkontegras.

45 Kausaltas Bvarat Granger Kausaltas bvarat Granger dlakukan untuk melhat hubungan sebab akbat d antara varabel-varabel yang dgunakan dalam analss. Terjad kausaltas secara nyata atau tdak dketahu dengan membandngkan probabltas dengan nla krts yang dgunakan. Pada peneltan n bla probabltas lebh besar dar 0.05 maka dkatakan terjad kausaltas yang sgnfkan. 3.7 Analss Impulse Response Functon (IRF) Analss mpuls respon adalah metode yang dgunakan untuk menentukan respon suatu varabel endogen terhadap guncangan (shock) varabel tertentu. IRF juga dgunakan untuk melhat guncangan dar satu varabel yang lan dan berapa lama pengaruh tersebut terjad. IRF dalam peneltan n dlakukan untuk mengetahu respon dnamk varabel nla tukar Rupah terhadap guncangan nla tukar pada empat negara ASEAN lannya. 3.8 Analss Forecastng Error Decomposton of Varance (FEDV) Analss dekomposs varan atau dkenal dengan Forecastng Error Decomposton of Varance (FEVD) dgunakan untuk menghtung dan menganalss seberapa besar pengaruh acak guncangan dar varabel tertentu terhadap varabel endogen. FEVD menghaslkan nformas mengena relatf pentngnya masng-masng novas acak atau seberapa kuat komposs dar peranan varabel tertentu terhadap varabel lannya dalam model VAR. Peramalan dekomposs varan dalam peneltan n untuk melhat seberapa besar novas dar varabel nla tukar.

46 Model Peneltan Model yang dgunakan dalam peneltan n adalah sebaga berkut : Dmana : LSIN t LSINt a LMALt a LPHIL t a LTHAIt a LINAt a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a LSINt LMALt LPHILt LTHAIt LINAt 1t 2t 3t 4t 5t = Logartma Nla tukar Rl Dollar Sngapura terhadap US Dollar pada perode t LMAL t LPHIL t LTHAI t LINA t = Logartma Nla tukar Rl Rnggt terhadap US Dollar pada perode t = Logartma Nla tukar Rl Peso terhadap US Dollar pada perode t = Logartma Nla tukar Rl Bath terhadap US Dollar pada perode t = Logartma Nla tukar Rl Rupah terhadap US Dollar pada perode t

47 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Eksploras Data Sebelum dlakukan pengolahan, data yang dgunakan dalam analss n dplotkan terlebh dahulu menurut waktu, dengan tujuan agar dapat dlhat kecenderungan (trend) serta gambaran umum data tersebut. Data yang dplotkan terdr dar data kurs Rupah, Rnggt, Peso, Bath, dan Dollar Sngapura terhadap Dollar. Data yang dplotkan berjumlah 214 bulan dengan perode waktu mula Januar 1990 hngga Oktober Data tersebut dplotkan dengan bantuan perangkat Mntab, gambar pola datanya dapat dlhat pada Lampran 1. Gambar Plot data pada Lampran 1 menunjukkan bahwa varabel kurs Rupah memlk slope (kecenderungan) yang curam dbandng dengan nla tukar lannya. Trend Rupah terus menngkat pada beberapa perode walaupun ada pula kecenderungan menurun pada perode lannya. Gejolak n tdak terlepas dar gejolak ekonom maupun non ekonom. Beberapa esens pentng yang dapat dambl dar Lampran 1 pertama, pada perode sebelum krss ekonom pemerntah menerapkan kebjakan untuk mendorong ekspor dengan melakukan depresas nla tukar Rupah, namun hal n tdak berpengaruh pada penngkatan ekspor tetap justu membuat nla tukar semakn melemah sehngga berlanjut pada krss moneter. Kedua, pada tahun 1997 terjad krss keuangan d Asa yang dpcu oleh keputusan pemerntah Thaland untuk mendevaluas mata uang Bath pada tanggal 2 Jul 1997 yang kemudan berdampak menjalar pada mata uang rupah dan pemerntah mula menerapkan rezm nla tukar mengambang bebas, terkat dengan semakn terkurasnya cadangan devsa negara akbat depresas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056

ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056 i ANALISIS PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN EMPAT MATA UANG NEGARA ASEAN OLEH RUSNIAR H14102056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ii RINGKASAN RUSNIAR.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor Analss Indkator Makroekonom Negara Tujuan Ekspor terhadap Knerja Ekspor Non Mgas Indonesa: Stud Kasus Lma Negara Tujuan Utama Ekspor Skrps Dajukan Sebaga Kelengkapan dan Syarat Untuk Menyelesakan Program

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder runtun waktu dari tahun Data sekunder

METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder runtun waktu dari tahun Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jens dan Sumber Data Dalam peneltan n, rncan data yang dgunakan dalam peneltan n adalah menggunakan data sekunder runtun waktu dar tahun 2004-2013. Data sekunder adalah data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam. jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonom merupakan masalah perekonoman dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonom merupakan fenomena pentng yang dalam duna hanya dua abad belakangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK

ZULIA HANUM Jurnal Ilmiah Ekonomikawan ISSN: Edisi 11 Des 2012 ABSTRAK PENGARUH WITH HOLDING TA SYSTEM PADA PENGUSAHA KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MEDAN PETISAH) ZULIA HANUM Jurnal Ilmah Ekonomkawan ISSN: 1693-7600 Eds 11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari

MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Multivariat yang dibimbing oleh Ibu Trianingsih Eni Lestari MULTIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE (MANOVA) MAKALAH Untuk Memenuh Tugas Matakulah Multvarat yang dbmbng oleh Ibu Tranngsh En Lestar oleh Sherly Dw Kharsma 34839 Slva Indrayan 34844 Vvn Octana 34633 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam situs BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal dari dua BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lngkup Peneltan Reksadana yang dgunakan dalam peneltan n adalah reksadana yang terdaftar dalam stus BAPEPAM dan berjumlah dua puluh delapan reksadana yang berasal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah nilai tambah sektor pertanian untuk PDRB 73 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneltan Objek peneltan n adalah nla tambah sektor pertanan untuk PDRB Jawa Barat berupa data tme seres perode 1985-005. selan tu penuls memlh varabel yang mempengaruhnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tnjauan Teorts 2.1.1 Saham Menurut Anoraga (2006:58) saham adalah surat berharga bukt penyertaan atau pemlkan ndvdu maupun nsttus dalam suatu perusahaan. Saham berwujud selembar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Data yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jens dan Sumber Data Sumber data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan Bank Indonesa (BI). Data yang dgunakan dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/40

OVERVIEW 1/40 http://www..deden08m.wordpress.com OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolo optmal. Perbedaan tentang aset bersko dan aset bebas rsko. Perbedaan preferens nvestor dalam memlh portofolo

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3. Sejarah dan Kegatan Operasonal Perusahaan 8 3.. Sejarah Perkemangan Kantor Perwaklan Bank Indonesa Wlayah I (Sumut & Aceh) 8 3. Struktur Organsas dan Deskrps Tugas Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan :

Analisis Regresi 1. Diagnosa Model Melalui Pemeriksaan Sisaan dan Identifikasi Pengamatan Berpengaruh. Pokok Bahasan : Analss Regres Pokok Bahasan : Dagnosa Model Melalu Pemerksaan Ssaan dan Identfkas Pengamatan Berpengaruh Itasa & Y Angran Dep. Statstka FMIPA-IPB Ssaan Ssaan adalah menympangnya nla amatan y terhadap dugaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tga konsep dasar yang perlu dketahu untuk memaham pembentukan portofolo optmal, yatu: portofolo efsen dan portofolo optmal fungs utltas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran

Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran Perhtungan Kredt dengan / Mengapa Perhtungan Kredt Perlu Dketahu? Perhtungan bunga kredt yang dgunakan bank akan menentukan besar keclnya angsuran pokok dan bunga yang harus dbayar Debtur atas kredt yang

Lebih terperinci

ANALISIS KAUSALITAS DAN KOINTEGRASI ANTARA NILAI TUKAR MATA UANG DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI PASAR MODAL INDONESIA SKRIPSI.

ANALISIS KAUSALITAS DAN KOINTEGRASI ANTARA NILAI TUKAR MATA UANG DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI PASAR MODAL INDONESIA SKRIPSI. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS KAUSALITAS DAN KOINTEGRASI ANTARA NILAI TUKAR MATA UANG DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI PASAR MODAL INDONESIA SKRIPSI Dajukan Oleh : CITRA

Lebih terperinci