II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GRUP SIKLIK, GRUP PERMUTASI, HOMOMORFISMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah,

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

RING FAKTOR DAN HOMOMORFISMA

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI. Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas)

GRUP NON-ABELIAN YANG ABELIAN SECARA GRAFIS SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 4 No. 2 Desember 2010: IDEAL MAKSIMAL DAN IDEAL PRIMA NEAR-RING

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi

Grup Permutasi dan Grup Siklis. Winita Sulandari

Teorema Jacobson Density

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

IDEAL DIFERENSIAL DAN HOMOMORFISMA DIFERENSIAL. Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

KARAKTER MATRIKS DARI ENDOMORFISMA SEBAGAI AUTOMORFISMA PADA GRUP HINGGA KOMUTATIF SKRIPSI CITRA NATALIA

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. struktur aljabar yaitu suatu himpunan tak hampa yang dilengkapi dengan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan disajikan beberapa teori dasar yang digunakan sebagai

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM. pengujian struktur aljabar, yaitu implementasi sistem tersebut dan juga evaluasi dari

STRUKTUR ALJABAR: GRUP

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

Antonius C. Prihandoko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aljabar Linier. Kuliah

Diktat Kuliah. Oleh:

HASIL KALI TENSOR: KONSTRUKSI, EKSISTENSI DAN KAITANNYA DENGAN BARISAN EKSAK

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL. (Skripsi) Oleh ALI ABDUL JABAR

STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP)

Jurusan Pendidikan Matematika

Diktat Kuliah STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP) Oleh : FEBRUL DEFILA, S.Pd

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEMIGRUP BEBAS DAN MONOID BEBAS PADA HIMPUNAN WORD. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Riau Kampus Bina Widya Indonesia

GRUP HOMOLOGI DARI RUANG TOPOLOGI. Denik Agustito 1, Sriwahyuni 2

DESKRIPSI MATA KULIAH : STRUKTUR ALJABAR I

K-ALJABAR. Iswati dan Suryoto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275

ENUMERASI DIGRAF TIDAK ISOMORFIK

MODUL STRUKTUR ALJABAR 1. Disusun oleh : Isah Aisah, Dra., MSi NIP

SUBGRUP NORMAL. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

FUNGTOR KONTRAVARIAN DAN KATEGORI ABELIAN

Teorema-Teorema Utama Isomorphisma pada Near-Ring

HOMOMORFISMA. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

SOAL DAN PENYELESAIAN RING

SIFAT-SIFAT LANJUT NEUTROSOFIK MODUL. Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

UNNES Journal of Mathematics

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

FUNGTOR KOVARIAN PADA KATEGORI. Soleh Munawir dan Y.D. Sumanto

SILLABUS PENILAIAN JENIS. SOAL Tes Tulis Uraian 4x50 David SD & Richard MF (1991) Abstract Algebra. Prentice Hall, Inc. Herstein, I.

Rencana Perkuliahan. Kelas : A, B, C, D. SKS/JS : 3/3 : Yus Mochamad Cholily

TEORI HEMIRING ABSTRAK

LAPORAN PENELITIAN EFISIENSI ALGORITME ARITMETIK ( ) DENGAN OPERASI DIBANGKITKAN DARI SIFAT GRUP SIKLIK PADA KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK

DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL

BAB 2 KONSEP DASAR 2.1 HIMPUNAN DAN FUNGSI

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 5 No.1 Juni 2011: TES FORMAL MODUL PROJEKTIF DAN MODUL BEBAS ATAS RING OPERATOR DIFERENSIAL

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN

STRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field.

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

BAB II TEORI DASAR. S, torus, topologi adalah suatu himpunan yang mempunyai topologi, yaitu koleksi dari

STRUKTUR ALJABAR: RING

K-ALJABAR. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

JUMLAH GRUP BAGIAN DALAM DARAB LANGSUNG GRUP SIKLIS BERHINGGA

GRUP DAN HOMOMORFISMA GRUP PADA RUBIK REVENGE DWI TANTY KURNIANINGTYAS

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

Restia Sarasworo Citra 1, Suryoto 2. Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan autokomutator yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama ini akan dibahas tentang teori grup. 2.1 Teori Grup Suatu operasi biner pada suatu himpunan adalah fungsi yang memetakan dari ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di (Fraleigh, 1999). Contoh 2.1.1 1. Operasi penjumlahan (+) biasa pada bilangan riil merupakan operasi biner. 2. Diberikan Z +, maka Z +. Operasi penjumlahan (+) merupakan operasi biner pada Z +. Pada himpunan bilangan bulat Z dengan suatu operasi biner + (penjumlahan) dapat dilihat beberapa sifat yang terpenuhi di dalamnya. Salah satu sifatnya, penjumlahan bilangan bulat bersifat asosiatif. Di dalam himpunan bilangan bulat terdapat bilangan 0 dengan sifat untuk sebarang bilangan bulat jika ditambahkan

5 dengan 0, maka hasilnya adalah bilangan bulat itu sendiri. Selanjutnya, untuk sebarang bilangan bulat Z terdapat bilangan bulat lain yaitu Z yang apabila dijumlahkan hasilnya adalah 0. Sifat-sifat himpunan bilangan bulat tersebut memotivasi lahirnya konsep teori grup. Suatu grup adalah himpunan tak kosong tertutup atas operasi biner, sedemikian sehingga memenuhi aksioma aksioma : (i) Untuk setiap berlaku : (asosiatif terhadap operasi biner *) (ii) Terdapat suatu elemen identitas di sedemikian sehingga untuk setiap, berlaku (terdapat identitas terhadap operasi biner ). (iii) Untuk setiap, terdapat suatu elemen di sedemikian sehingga (terdapat invers dari yaitu ) (Fraleigh, 1999). Contoh 2.1.2 1. Diberikan Z + dengan himpunan Z { Z}, maka Z merupakan grup. 2. Himpunan Z, dan merupakan grup terhadap operasi penjumlahan. 3. Himpunan \{0} dan \{0} adalah grup terhadap operasi perkalian. 4. Himpunan Z + dengan operasi biner penjumlahan (+) bukan merupakan grup karena tidak memiliki elemen identitas dan tidak memiliki invers. 5. Himpunan { } merupakan grup terhadap operasi perkalian.

6 6. Himpunan { } bukan merupakan grup terhadap operasi penjumlahan karena tidak memiliki elemen identitas terhadap operasi penjumlahan. Dalam grup terdapat himpunan bagian yang lebih kecil, sebagai contoh grup Z adalah himpunan bagian dari grup. Hal ini mendasari pendefinisian dari suatu subgrup. Subgrup diartikan sebagai himpunan bagian dari suatu grup yang juga merupakan grup terhadap operasi biner yang sama pada grup tersebut. Jika suatu himpunan bagian dari grup tertutup atas operasi biner pada, maka adalah subgrup dari yang dinotasikan dengan atau tetapi (Fraleigh, 1999). Contoh 2.1.3 1. Z dan terhadap operasi penjumlahan. 2. Jika grup, maka elemen identitas { } merupakan subgrup atau sering disebut subgrup trivial dari. 3. Z merupakan subgrup dari Z dengan operasi biner penjumlahan. Tidak semua himpunan bagian dari grup merupakan subgrup. Subgrup memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Himpunan bagian dari grup merupakan subgrup jika dan hanya jika memenuhi : (i) (ii) Untuk setiap.

7 Contoh 2.1.4 1. Diberikan himpunan { } dengan, maka merupakan subgrup dari. 2. Diberikan grup,, dan didefinisikan { Z}, maka merupakan subgrup dari G. Berdasarkan jumlah elemen yang terdapat di dalam grup, grup dibagi menjadi dua yaitu grup berhingga dan grup tak berhingga. Jika elemen-elemen yang terdapat di dalam grup sebanyak hingga, maka dikatakan grup berhingga. Jika elemen-elemen yang terdapat di dalam grup sebanyak tak berhingga, maka dikatakan grup tak berhingga (Gilbert, 2009). Contoh 2.1.5 1. Z merupakan grup hingga yang komutatif. 2. Quarternion grup dengan { } merupakan grup berhingga yang tidak komutatif karena sedangkan sedangkan, dan sedangkan. 3. Z merupakan grup tidak berhingga. Bila suatu grup memenuhi sifat komutatif, yaitu untuk setiap maka grup tersebut dinamakan grup komutatif. Selainnya disebut grup tidak komutatif (Fraleigh,1999).

8 Contoh 2.1.6 1. Himpunan \{0} terhadap operasi perkalian merupakan grup komutatif. 2. Z merupakan grup komutatif. 3. Himpunan didefinisikan sebagai himpunan matriks diagonal berorde yang invertible dengan entri bilangan riil dan dilengkapi dengan operasi biner perkalian matriks merupakan grup komutatif. Dari dua grup dengan masing masing operasi binernya, dapat dibentuk suatu hubungan berbentuk fungsi yang sifatnya mempertahankan operasi dari grup yang pertama pada grup yang kedua. Sehingga, dapat didefinisikan homomorfisma sebagai berikut. Suatu homomorfisma dari grup ke grup adalah pemetaan dari ke, sedemikian sehingga untuk semua ( Fraleigh, 1999). Contoh 2.1.7 Diberikan grup Z pemetaan Z dengan merupakan homomorfisma. Berdasarkan sifat yang dimiliki homomorfisma grup, maka homomorfisma grup dapat dibentuk monomorfisma grup, epimorfisma grup, dan isomorfisma grup. Monomorfisma grup adalah suatu homomorfisma grup yang bersifat injektif. Epimorfisma grup adalah suatu homomorfisma grup yang bersifat surjektif. Isomorfisma grup adalah suatu homomorfisma grup yang bersifat bijektif. Dua

9 grup dan adalah isomorfik jika terdapat isomorfisma dari pada, hubungan ini dinotasikan (Grillet,2000). Contoh 2.1.8 1. Diberikan Z grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa dan grup bilangan riil dengan operasi penjumlahan biasa. Didefinisikan fungsi Z dengan untuk setiap Z. Karena, untuk setiap Z, maka merupakan homomorfisma. Jelas bahwa jika, maka. Oleh karena itu bersifat injektif. Jadi adalah suatu monomorfisma. 2. Diberikan grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan biasa dan grup bilangan riil positif dengan operasi perkalian biasa. Didefinisikan fungsi dengan, untuk setiap. Diberikan sebarang sehingga. Jadi adalah suatu homomorfisma. Selanjutnya, akan ditunjukkan bersifat injektif. Diberikan sebarang dengan, maka Sehingga, terbukti bahwa bersifat injektif. Selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa bersifat surjektif.

10 Untuk setiap maka terdapat sedemikian sehingga atau. Akibatnya, bersifat surjektif. Oleh karena itu, merupakan isomorfisma. Dari homomorfisma grup dapat dibentuk endomorfisma dan automorfisma. Suatu endomorfisma dari grup adalah suatu homomorfisma dari ke. Suatu automorfisma dari grup adalah suatu isomorfisma dari ke (Grillet,2000). Contoh 2.1.9 1. Diberikan suatu grup dengan elemen identitas. Didefinisikan fungsi dengan, untuk setiap. Misal sebarang maka. Oleh karena itu, adalah suatu endomorfisma. 2. Diberikan suatu grup dan adalah fungsi konjugasi dalam, yaitu untuk suatu elemen tetap dan untuk setiap fungsi didefinisikan dengan. Untuk setiap, berlaku. Sehingga, adalah homomorfisma. Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa bersifat injektif. Diberikan sebarang dengan,

11 maka (dioperasikan dari kanan, dan dari kiri). Oleh karena itu, terbukti bahwa bersifat injektif. Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa diperoleh bersifat surjektif. Untuk setiap. Sehingga, terbukti bahwa bersifat surjektif. Jadi, telah dibuktikan bahwa merupakan automorfisma. Misalkan grup dan subgrup dari. Apabila maka dan. Dengan demikian suatu subgrup yang memuat haruslah memuat untuk setiap Z. Hal tersebut yang mendasari terbentuknya grup siklik. Grup dinamakan grup siklik apabila terdapat sehingga { Z} yang disimbolkan dengan dan elemen sebagai pembangun (generator) (Isnarto, 2008). Contoh 2.1.10: Z merupakan grup siklik dengan generator pembangun atau atau atau. Diketahui grup dan, order dari a didefinisikan sebagai banyaknya elemen disimbolkan dengan. Jika tak berhingga maka berorder tak

12 berhingga. Apabila dan maka merupakan bilangan bulat positif terkecil sehingga. Grup siklik memiliki beberapa sifat yaitu : a.) Setiap grup siklik merupakan grup abel. Bukti : Misal grup siklik dengan generator pembangun Diambil sebarang, maka terdapat bilangan bulat dan sehingga dan. Diperoleh. Jadi grup abel. b.) Setiap subgrup dari grup siklik adalah siklik Bukti : Misalkan grup siklik dengan generator pembangun dan subgrup dari. i. Jika { } maka. Jadi siklik. ii. Misalkan { } maka terdapat. Misalkan bilanganbulat positif terkecil maka. Akan ditunjukkan. Ambil sebarang Karena maka untuk suatu bilangan bulat. Berdasarkan algoritma pembagian terdapat bilangan bulat dan sehingga dengan. Diperoleh Sehingga Karena dan subgrup maka, jadi.

13 Karena bilangan bulat positif terkecil sehingga dan maka haruslah. Dengan demikian. Jadi. Terbukti bahwa. Berdasarkan (i) dan (ii) maka dapat disimpulkan bahwa setiap subgrup dari grup siklik merupakan grup siklik (Isnarto, 2008). Meskipun dapat dibuktikan bahwa semua subgrup dari grup siklik merupakan grup siklik dan semua subgrup dari grup abel merupakan grup abel, tetapi bagaimana orde dari suatu subgrup H dibandingkan dengan orde dari grup yang mengandung H dan bagaimana orde dari suatu anggota grup G dibandingkan orde dari G. Hal tersebut memotivasi lahirnya Teorema Lagrange. Sebelum membahas Teorema Lagrange, berikut ini akan dibahas mengenai koset dari subgrup. 2.2 Koset Misalkan grup dan subgrup didefinisikan relasi dan pada dengan aturan : (i) jika dan hanya jika (ii) jika dan hanya jika. Maka dan merupakan relasi ekuivalensi. Berikut definisi formal dari koset. Misalkan grup dan subgrup dan. (i) { } dinamakan koset kiri dari yang memuat. (ii) { } dinamakan koset kanan dari yang memuat.

14 Jika merupakan grup abelian, maka partisi dari ke dalam koset-koset kiri dari sama dengan partisi dari ke dalam koset-koset kanan dari atau dinotasikan dengan untuk setiap (Isnarto, 2008). Contoh 2.2.1 : Z merupakan grup abelian. { } merupakan subgrup dari Z. Koset yang terbentuk dari adalah : { } { } Karena Z merupakan grup abelian, maka koset kanan sama dengan koset kiri. 2.3 Teorema Lagrange Jika G sebarang grup berhingga dan H subgrup dari G maka orde H membagi orde G (Isnarto, 2008). Bukti : Misal subgrup dari maka setiap koset kiri dan koset kanan dari mempunyai elemen yang sama banyak dengan. Misal dan. Karena berhingga maka terdapat sejumlah berhingga koset kiri dari dinamakan. Sedemikian sehingga Karena membentuk partisi pada, maka :

15 Jadi,. Terdapatnya kaitan antara order dari suatu grup dengan order dari suatu subgrup seperti yang dinyatakan dalam Teorema Lagrange memotivasi lahirnya sifat berikut. a.) Setiap grup berorde prima merupakan grup siklik Bukti : Misalkan grup dengan elemen identitas dan dengan prima. Karena prima, maka. Akibatnya memuat elemen dengan. Selanjutnya dibentuk { Z} Maka merupakan subgrup dari. Karena maka. Misal Berdasarkan Teorema Lagrange diperoleh Karena dan prima, maka. Jadi danterbukti bahwa merupakan grup siklik. b.) Order suatu elemen dalam grup berhingga habis membagi order grup tersebut.

16 Pada bagian pertama telah diberikan teori tentang grup yang salah satunya mengkaji tentang sifat dari homomorfisma grup yaitu injektif, surjektif, dan bijektif. Homomorfisma grup yang bijektif memotivasi lahirnya teori autokomutator dan A-sempurna yang akan dijelaskan pada bagian kedua. 2.4 Autokomutator dan Grup A-Sempurna Misalkan suatu grup dan automorfisma pada G. Jika dan, maka [ ] disebut autokomutator pada dan. Berdasarkan notasi tersebut, maka dapat didefinisikan himpunan semua autokomutator pada G adalah [ ] {[ ] } yang merupakan subgrup dari (Chis, 2008). Contoh 2.4.1 Diberikan grup Z dengan Z { } dan didefinisikan fungsi Z Z dengan untuk setiap Z, maka autokomutator subgrup dari Z adalah Z {( ) ( ) } { }. Karena merupakan himpunan bagian dari atau dituliskan dengan, maka autokomutator subgrup tersebut berasal dari subgrup. Tetapi jika grup sama dengan himpunan bagiannya yaitu atau dituliskan dengan 2012)., maka grup tersebut diberi nama khusus yaitu grup A-sempurna (Nasrabadi,

17 Contoh 2.4.2 Diberikan grup Z dengan Z { } dan didefinisikan fungsi Z Z dengan untuk setiap Z, maka autokomutator subgrup dari Z adalah Z {( ) ( ) ( )} { } Z sedemikian sehingga Z merupakan grup A-sempurna.