GRUP DAN HOMOMORFISMA GRUP PADA RUBIK REVENGE DWI TANTY KURNIANINGTYAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GRUP DAN HOMOMORFISMA GRUP PADA RUBIK REVENGE DWI TANTY KURNIANINGTYAS"

Transkripsi

1 GRUP DAN HOMOMORFISMA GRUP PADA RUBIK REVENGE DWI TANTY KURNIANINGTYAS DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 ABSTRAK DWI TANTY KURNIANINGTYAS. Grup dan Homomorfisma Grup pada Rubik Revenge. Dibimbing oleh TEDUH WULANDARI MAS OED dan NUR ALIATININGTYAS. Rubik adalah permainan sejenis puzzle berbentuk kubus. Pemain harus mengatur sisi rubik yang telah diacak kembali pada posisi dimana setiap sisi memiliki warna yang sama. Karya ilmiah ini tidak difokuskan pada solusi penyelesaian rubik, melainkan pada pembuktian adanya homomorfisma grup dari grup pergerakan rubik ke grup permutasi simetri S 96 pada rubik revenge. Pertama, sudah dibuktikan bahwa himpunan pergerakan rubik adalah grup. Kemudian membuktikan bahwa himpunan M yang berisi label numerik berupa angka 1 sampai 96 pada sisi cubinos adalah grup permutasi simetri S 96. Kata kunci : rubik, grup, homomorfisma, grup permutasi simetri S 96.

3 ABSTRACT DWI TANTY KURNIANINGTYAS. Group and Group Homomorphism in Rubik Revenge. Under supervision of TEDUH WULANDARI MAS OED and NUR ALIATININGTYAS. Rubik cube is a kind of puzzle game. A player must arrange rubik sides, which have been disordered, back to the position where every side has the same colour. This paper does not focus on the settlement solution, but instead on proving the existence of a group homomorphism between rubik movement group and S 96 symmetric permutation group in rubik revenge. Firstly, it has been proved that rubik movement set is a group. Then, it also has been proved that the M set, which contains numeric labels of 1 until 96 in cubinos sides, is S 96 symmetric permutation group. Keywords : rubik, group, homomorphism, S 96 symmetric permutation group.

4 GRUP DAN HOMOMORFISMA GRUP PADA RUBIK REVENGE DWI TANTY KURNIANINGTYAS Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

5 Judul Skripsi Nama NIM : Grup dan Homomorfisma Grup pada Rubik Revenge : Dwi Tanty Kurnianingtyas : G Pembimbing I Menyetujui Pembimbing II Teduh Wulandari Mas'oed M.Si. NIP Dra. Nur Aliatiningtyas, MS. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Matematika Dr. Dra. Berlian Setiawaty, MS. NIP Tanggal Lulus :...

6 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penyusunan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari dukungan doa, moril dan materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1 Keluarga penulis atas doa dan dukungan tiada henti yang diberikan sejak penulis menimba ilmu di IPB, 2 Teduh Wulandari Mas'oed M.Si dan Dra. Nur Aliatiningtyas, MS selaku dosen pembimbing atas waktu dan bimbingannya selama penulis menyelesaikan karya ilmiah ini, 3 Drs. Siswandi M.Si selaku moderator seminar dan penguji sidang tugas akhir, 4 seluruh dosen TPB dan Departemen Matematika FMIPA IPB atas ilmu dan pengalaman berharga yang telah diberikan selama penulis menimba ilmu di IPB, 5 seluruh staf/pegawai Departemen Matematika IPB yang telah membantu memperlancar kelengkapan administrasi dan membantu kelengkapan bahan karya ilmiah ini, 6 pengurus Lembaga Dakwah Fakultas Serambi Ruhiyah Mahasiswa FMIPA (LDF SERUM G), Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Angkatan 44 ( BEM TPB 44 ) atas pengalaman yang telah dirasakan bersama, 7 mahasiswa Departemen Matematika Angkatan 44 atas dukungan semangat dan pengalamannya, 8 seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari karya ilmiah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dibutuhkan dari para pembaca. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat menginspirasi kita semua khususnya untuk kemajuan ilmu Matematika. Bogor, Agustus 2012 Dwi Tanty Kurnianingtyas

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 3 Februari 1989 sebagai anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Yuli Karmono dan Sri Wahyuni. Pada tahun 2001, penulis lulus dari SD Negeri Cirendeu 1 Kota Tangerang Selatan. Pada tahun 2004, penulis lulus dari SMP Negeri 1 Pamulang Kota Tangerang Selatan. Pada tahun 2007, penulis lulus dari SMA Negeri 74 Kota Jakarta dan pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Matematika IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada beberapa lembaga kemahasiswaan IPB dan kepanitiaan, di antaranya: anggota Departemen Sosial dan Kesejahteraan Mahasiswa (SOSKEMAH) Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Angakatan 44 (BEM TPB 44) periode 2007/2008, ketua tim acara TPB sehat 2007 bendahara Oryza in Action 2008 anggota Departemen Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Mahasiswa (P2SDM) Lembaga Dakwah Fakultas Serambi Ruhiyah Mahasiswa FMIPA (LDF Serum G) periode 2008/2009, anggota Badan For Palestine (BFP) Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI IPB) periode 2008/2009, sekretaris Departemen Human Resource Development (HRD) LDF Serum G periode 2009/2010, kepala tim kesekretariatan Masa Pengenalan Kampus dan Mahasiswa Baru 2008 angkatan 45, sekretaris I Masa Pengenalan Fakultas 2009 angkatan 45 squad guardian Masa Perkenalan Fakultas 2009 angkatan 46 tim acara Festival Ilmuan Muslim 2010 squad guardian Masa Perkenalan Fakultas 2010 angkatan 47 asisten dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) Selain itu, penulis juga aktif mengajar mata kuliah Kalkulus dan Pengantar Matematika pada bimbingan belajar KAMMI SMART pada tahun dan bimbingan belajar PRIMAGAMA tahun 2012 sekarang.

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... ix 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan LANDASAN TEORI 3 PEMBAHASAN 3.1 Bagian bagian Rubik Revenge Pergerakkan Rubik Revenge Grup Pergerakkan Rubik Revenge Order dan Generator Grup Permutasi dan Grup Simetri S Homomorfisma Grup Rubik Revenge SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 10

9 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Bagian Luar Sisi Rubik Revenge Bagian Dalam Sisi Rubik Revenge Bagian-bagian Cubinos Rubik Revenge... 4 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Ilustrasi Pergerakan Rubik Ilustrasi Order Rubik Jaring-jaring Kubus Pemetaan Bijektif dari M ke M... 14

10 0 GRUP DAN HOMOMORFISMA GRUP PADA RUBIK REVENGE DWI TANTY KURNIANINGTYAS DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

11 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rubik adalah permainan berbentuk kubus yang ditemukan oleh seorang pemahat dan arsitek asal Hungaria pada tahun 1974 bernama Erno Rubik. Pada awal diciptakannya, rubik dibuat dalam bentuk kubus berukuran 3 x 3 x 3 yang lebih dikenal dengan rubic cube. Rubik memiliki enam sisi dan tersusun atas kubus kecil berukuran 1 x 1 x 1 atau cubinos. Setiap sisi memiliki warna yang berbeda. Masing masing sisi rubik dapat diputar secara horizontal maupun vertikal dengan arah searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Pada perkembangannya, rubik berbentuk kubus dibuat dengan ukuran yang lebih beragam, seperti rubik berukuran 2 x 2 x 2 yang memiliki 4 persegi disetiap sisinya dan 4 x 4 x 4 yang memiliki 16 persegi di setiap sisinya. Permainan rubik ini merupakan permainan sejenis puzzle. Setiap pemain harus berusaha merapihkan posisi rubik yang telah di acak kembali pada posisi rapih, yaitu posisi dimana setiap sisi yang memiliki warna yang sama berkumpul menjadi satu. Karya ilmiah ini dikonstruksikan dari jurnal yang dituliskan oleh Mogens Esrom Larsen (1985) berjudul Rubik s Revenge : The Group Theoretical Solution. Dalam karya ilmiah ini, tidak difokuskan pada solusi penyelesaian rubik, melainkan pada adanya homomorfisma grup dari grup pergerakan rubik ke grup permutasi simetri S 96 pada rubik 4 x 4 x 4 atau yang dikenal dengan rubik revenge. 1.2 Tujuan Tujuan dari karya ilmiah ini adalah untuk membuktikan adanya homomorfisma grup dari grup pergerakan rubik ke grup permutasi simetri pada rubik revenge. Dengan sebelumnya akan dibuktikan bahwa himpunan pergerakan rubik adalah grup. Kemudian dilanjutkan dengan pembuktian bahwa himpunan M yang berisi label berupa angka 1 sampai 96 pada sisi cubinos adalah grup permutasi simetri. II LANDASAN TEORI Pada bab ini dijelaskan beberapa definisi serta teorema yang digunakan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Definisi 2.1 (Fungsi) Fungsi adalah aturan yang memadankan setiap elemen dalam himpunan A secara tepat satu elemen ke himpunan B yang disebut. (Stewart 2001) Definisi 2.2 (Fungsi injektif) Fungsi : A B adalah fungsi injektif atau one to one jika ( = mengakibatkan =. (Fraleigh 1994) Definisi 2.3 (Fungsi Surjektif) Fungsi : A B adalah fungsi surjektif atau onto jika untuk setiap B, terdapat A sehingga =. (Fraleigh 1994) Definisi 2.4 (Fungsi Bijektif ) Fungsi adalah bijektif jika fungsi tersebut injektif dan surjektif. (Rotman 2003) Definisi 2.5 (Permutasi) Permutasi dari himpunan A adalah fungsi bijektif dari himpunan A ke himpunan A. (Rotman 2003) Definisi 2.6 (Operasi Biner) Operasi biner pada sebuah himpunan S adalah sebuah aturan yang membawa setiap pasangan (, ) S X S ke tepat satu unsur ( ) di himpunan S. (Fraleigh 1994) Definisi 2.7 (Asosiatif) Operasi biner pada himpunan S bersifat asosiatif jika ( ) = ( ) untuk setiap,, S. (Fraleigh 1994)

12 2 Definisi 2.8 (Grup) Grup adalah himpunan G yang tertutup dibawah sebuah operasi biner sehingga aksioma - aksioma di bawah ini terpenuhi : 1. Operasi biner bersifat asosiatif 2. Terdapat sebuah unsur di G sehingga = = untuk semua G. (Unsur disebut unsur identitas untuk operasi pada G) 3. Untuk setiap di G, terdapat di G dengan aturan bahwa = =. (Unsur adalah invers dari ) (Fraleigh 1994) Sifat Grup Misalkan G adalah grup. i. Hukum penghapusan berlaku : jika = atau = maka = ii. Unsur adalah unsur yang unik pada G iii. Setiap G memiliki invers yang unik iv. = untuk semua G (Rotman 2003) Selanjutnya operasi pada G didefinisikan sebagai operasi perkalian. Definisi 2.9 (Pangkat) 1. =.... ( faktor ) 2. =... ( faktor ) 3. = (Rotman 2003) Hukum Eksponen Misal G grup,, G dan misal, adalah bilangan bulat ( tidak perlu positif ). i. Jika dan komutatif, maka = ii. = iii. = (Rotman 2003) Definisi 2.10 (Subgrup) Misalkan H himpunan bagian dari grup G yang tertutup di bawah operasi biner. Jika H itu sendiri adalah sebuah grup, maka H adalah subgrup dari G. (Fraleigh 1994) Definisi 2.11 (Generator) Himpunan bagian S pada grup G disebut generator bagi G jika setiap unsur di G dapat ditulis sebagai hasil operasi unsur-unsur S dan inversnya. Dinotasikan dengan G = <S>, dikatakan G dibangun oleh S. (Dummit 1991) Berdasarkan definisi di atas, dapat dituliskan, misal S = {,,..., }, jika G maka terdapat,,,..., Z sehingga y =...(. Definisi 2.12 (Order) Misal G grup, dan G, order didefinisikan sebagai bilangan bulat positif terkecil, sedemikian sehingga =. Dalam hal ini dikatakan berorder. Jika tidak terdapat bilangan tersebut, order infinit dan order dikatakan tak hingga. (Dummit 1991) Teorema 1 Jika G adalah unsur yang memiliki order, maka = jika dan hanya jika kelipatan dari. (Rotman 2003) Teorema 2 Misalkan A adalah himpunan terhingga {1,2,3,..., }. Himpunan seluruh permutasi A di bawah operasi perkalian permutasi yang didefinisikan sebagai komposisi fungsi adalah grup simetri dari suku dan disimbolkan dengan. (Fraleigh 1994) Definisi 2.13 (Homorfisma Grup) Sebuah fungsi ϕ dari grup G ke grup G adalah homomorfisma jika ϕ( ) = ϕ( ) ϕ( ), untuk setiap, G. (Fraleigh 1994) III PEMBAHASAN Karya ilmiah ini akan membahas pembuktian adanya homomorfisma grup dari grup pergerakan rubik ke grup permutasi simetri S 96. Terlebih dulu akan dijelaskan bagian-bagian rubik dan pergerakannya. 3.1 Bagian-Bagian Rubik Revenge Rubik revenge adalah rubik berukuran 4 x 4 x 4, memiliki 16 kotak kecil pada setiap sisinya. Keenam belas kotak tersebut diberi warna yang sama, sehingga satu buah rubik revenge memiliki enam warna yang berbeda.

13 2

14 3 Rubik memiliki 6 sisi. Pada umumnya setiap sisi rubik diberi nama dengan Front ( ) untuk sisi rubik bagian depan, Back ( ) untuk sisi rubik bagian belakang, Right ( ) untuk sisi rubik bagian kanan, Left ( ) untuk sisi rubik bagain kiri, Up ( ) untuk sisi rubik bagian atas dan Down ( ) untuk sisi rubik bagian bawah. Sisi tepat di belakang sisi depan ( ) Sisi tepat di depan sisi belakang ( ) sisi kiri ( ) sisi kanan ( ) Sisi tepat di bawah sisi atas ( ) Sisi tepat di atas sisi bawah ( ) sisi atas ( ) sisi bawah ( ) Sisi tepat di kanan sisi kiri ( ) Sisi tepat di kiri sisi kanan ( ) sisi depan ( ) sisi belakang ( ) Gambar 1 Bagian luar sisi rubik revenge Berbeda dengan rubik 3 x 3 x 3, rubik revenge memiliki enam sisi bagian dalam. Keenam sisi bagian dalam tersebut dinotasikan dengan untuk sisi tepat di belakang sisi depan, untuk sisi tepat di depan sisi belakang, untuk sisi tepat di bawah sisi atas, untuk sisi tepat di atas sisi bawah, untuk sisi tepat disamping kiri sisi kanan, untuk sisi tepat disamping kanan sisi kiri. Gambar 2 Bagian dalam sisi rubik revenge Rubik revenge disusun oleh 56 cubinos berupa kubus berukuran Cubinos pada rubik revenge terbagi menjadi tiga jenis, yaitu 8 corner-cubinos, 24 edge-cubinos, dan 24 center-cubinos.

15 4 Center-cubinos Edge-cubinos Setiap posisi rubik, baik posisi sebelum mengalami pergerakan maupun setelah mengalami pergerakan akan membentuk sebuah himpunan yang dinotasikan dengan P. Sehingga, pergerakan rubik dapat didefinisikan sebagai fungsi : P P. Ilustrasi untuk menggambarkan pergerakan rubik dapat dilihat pada Lampiran 1. Himpunan pergerakan rubik, H = {,,,,,,,,,,,,,,,,...}. Himpunan pergerakan rubik ini bersifat infinit. Corner-cubinos Gambar 3 Bagian-bagian cubinos rubik revenge 3.2 Pergerakan Rubik Revenge Sisi rubik dapat diputar secara horizontal maupun vertikal. Perputaran sisi rubik tersebut selanjutnya disebut sebagai pergerakan. Pergerakan yang terjadi pada sisi rubik dapat terbagi atas pergerakan searah jarum jam sejauh 90 0 yang dinotasikan dengan + dan pergerakan berlawanan dengan arah jarum jam sejauh 90 0 yang dinotasikan dengan -. Notasi arah pergerakan mengikuti sisi rubik yang mengalami pergerakan. Misal, didefinisikan sebagai pergerakan sisi depan rubik sejauh 90 0 searah jarum jam. didefinisikan sebagai pergerakan sisi tepat dibawah sisi atas sejauh 90 0 berlawanan dengan arah jarum jam. didefinisikan sebagai pergerakan sisi bawah sejauh 90 0 sebanyak dua kali searah jarum jam. Pergerakan ini pada umumnya disimbolkan dengan 2 dan arah pergerakan tidak memiliki pengaruh karena akan menghasilkan posisi yang sama. didefinisikan sebagai pergerakan sisi depan rubik sejauh 90 0 sebanyak tiga kali searah jarum jam. didefinisikan sebagai pergerakan sisi bawah rubik sejauh 90 0 sebanyak empat kali berlawanan arah jarum jam. Secara umum pergerakan rubik dapat dinotasikan dengan dimana adalah sisi rubik dan. didefiniskan sebagai pergerakan sisi sejauh 90 0 sebanyak kali searah jarum jam jika > 0 atau berlawanan arah jarum jam jika < 0. Untuk = 0, didefinisikan sebagai sisi tidak mengalami pergerakan atau dapat dinotasikan dengan. 3.3 Grup Pergerakan Rubik Revenge Didefinisikan operasi pada himpunan pergerakan H yaitu untuk setiap, H dan posisi rubik maka berlaku : ( )( ) = ( ( )) yang dapat diartikan sebagai pergerakan dilakukan terhadap kemudian dilanjutkan dengan pergerakan terhadap ( ). Akan dibuktikan H dengan operasi membentuk suatu grup. Bukti : Misal,, H dan P. (i) ( )( ) = ( )( ( )) = ( ( ( ))) Pergerakan rubik didefinisikan sebagai fungsi dengan domain himpunan posisi rubik P yang unik sehingga H tertutup di bawah operasi. (ii) (( ) )( ) = ( ( ( ))) = (( )( )) = ( ( ))( ) Jadi, sifat assosiatif berlaku (( ) ) = ( ( )). (iii) Akan dibuktikan ada unsur identitas H untuk pada H sehingga berlaku = =, untuk setiap G. Unsur identitas didefinisikan dengan ( ) =. ( )( ) = ( ( )) = ( ) = ( ( )) = ( )( ). Dapat disimpulkan = =. Sehingga, dapat dibuktikan ada unsur identitas H. (iv) Akan dibuktikan untuk setiap H. Unsur didefinisikan sebagai pergerakan sisi rubik yang berlawanan arah dengan pergerakan dengan

16 5 ( ) = jika dan hanya jika = ( ) ;, P. Akibatnya, ( )( ) = ( ( )) = ( ) = = ( ) ( )( ) = ( ( ))) = ( ( )) = = ( ) Sehingga, = =. Unsur invers dari. Contoh Invers dari pergerakan ( ) adalah ( ). Dari pembuktian (i), (ii), (iii), (iv) dapat disimpulkan bahwa himpunan H di bawah operasi merupakan sebuah grup. Sehingga terbukti bahwa himpunan H adalah sebuah grup pergerakan rubik dengan operasi sebagai operasi grup Order dan Generator Himpunan H bersifat infinit karena banyaknya pergerakan rubik tidak terbatas. Himpunan S = {, } merupakan himpunan bagian dari H. Akan dibuktikan setiap unsur pada himpunan S berorder 4. Misal S, order adalah, jika adalah bilangan bulat positif minimal sehingga = e. Bukti : Ambil sebarang unsur S, misal. Ambil P sehingga =. Definisi ( ) adalah pergerakan terhadap sejauh 90 0 searah jarum jam. Jika pergerakan terhadap sejauh 90 0 searah jarum jam dilakukan sebanyak dua kali ( ( )) maka sama dengan pergerakan terhadap sejauh searah jarum jam. Jika pergerakan sejauh 90 0 terhadap searah jarum jam dilakukan sebanyak tiga kali ( ( )) maka sama dengan pergerakan terhadap sejauh searah jarum jam. Jika pergerakan terhadap sejauh 90 0 searah jarum jam dilakukan sebanyak empat kali ( ( )) maka sama dengan pergerakan terhadap sejauh searah jarum jam dikenakan terhadap. Jika ( ) = ( )( ) = ( ( ( (a( ))))) = maka 4 =. Sehingga, dapat dibuktikan bahwa empat merupakan bilangan terkecil yang mengakibatkan +4 ( ) = = ( ). Oleh sebab itu dapat disimpulkan, ( ) = 4, dimana adalah setiap unsur di S. Teorema 1 berlaku dengan penjelasan sebagai berikut. Jika pergerakan terhadap sejauh 90 0 searah jarum jam dilakukan sebanyak lima kali ( +5 ( )) maka sama dengan pergerakan terhadap sejauh 90 0 searah jarum jam ( ( )). Jika pergerakan terhadap sejauh 90 0 searah jarum jam dilakukan sebanyak enam kali ( +6 ( )) maka sama dengan pergerakan terhadap sejauh 90 0 searah jaum jam dilakukan sebanyak dua kali ( 2 ( )). Jika pergerakan terhadap sejauh 90 0 searah jarum jam dilakukan sebanyak tujuh kali ( +7 ( )) maka sama dengan pergerakan terhadap sejauh 90 0 searah jarum jam dilakukan sebanyak tiga kali ( +3 ( )). Jika pergerakan terhadap sejauh 90 0 searah jarum jam dilakukan sebanyak delapan kali ( +8 ( )) maka sama dengan pergerakan terhadap sejauh 90 0 searah jarum jam ( +4 ( ) = ). Posisi rubik akan kembali pada posisi awal setelah mengalami delapan kali pergerakan. Hal ini juga berlaku ketika pergerakan dilakukan sebanyak 4, 8, 12, 16,.... Maka, 4 = 8 = 12 = 16 =... =. Ilustrasi yang akan menunjukkan bahwa posisi rubik akan kembali pada posisi awal setelah mengalami empat kali pergerakan yang sama dapat dilihat pada Lampiran 2. Selanjutnya akan dibuktikan bahwa S merupakan generator bagi H. Himpunan S disebut generator jika elemen pada H dapat ditulis sebagai hasil dari operasi elemen pada himpunan S. Bukti : S ={, }. Sebelumnya akan dijelaskan pergerakan rubik yang akan menghasilkan posisi yang sama. Misal, a H, pergerakan sama dengan pergerakan, pergerakan sama dengan pergerakan, pergerakan sama dengan pergerakan, pergerakan sama dengan pergerakan. Sehingga, pergerakan rubik yang menjadi

17 6 kombinasi dari merupakan pergerakan 90 0 searah jarum jam (+) yang dapat dilakukan sebanyak 1, 2, 3 atau 4 kali. Dengan kata lain, dapat ditunjukkan bahwa unsur-unsur pergerakan pada himpunan H dapat ditulis sebagai hasil dari operasi unsur-unsur pada himpunan S. Jadi, terdapat,,..., sehingga =... dengan H. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa elemen-elemen pada himpunan S dapat dikatakan sebagai generator atau pembangkit dari grup H dimana operasi yang diberikan pada himpunan S adalah operasi pada grup H. Berikut akan diberikan contoh bahwa elemen pada H dapat ditulis sebagai hasil dari operasi elemen pada himpunan S. Terdapat komposisi pergerakan L -6, dengan L -6 = ( ) +2 ( ) 0 ( ) + ( ) +4 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) -6 = ( ) +2 ( ) 0 ( ) + ( ) +4 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) +2 = +2 U + D +4 L +2 sehingga pergerakan tersebut dapat dibangun oleh S. Demikian juga dengan unsur-unsur lainnya. 3.4 Grup Permutasi dan Grup Simetri S 96 Rubik revenge disusun oleh 56 cubinos. Setiap sisi cubinos diberi label dari angka 1 sampai 96 seperti pada Lampiran 3. Angka 1 sampai 96 pada sisi cubinos ini akan membentuk sebuah himpunan M. Misal himpunan M = {1, 2, 3, 4,..., 96}. Permutasi dari M adalah fungsi bijektif dari M ke M. Beberapa contoh pemetaan bijektif dari M ke M dapat dilihat pada Lamipran 4. Himpunan M adalah himpunan tak kosong dan S M = {,,, } adalah himpunan semua permutasi permutasi dari M. Akan dibuktikan S M dengan operasi yang didefinisikan sebagai untuk setiap, S M dan M, berlaku ( )( ) = ( ( )) adalah grup. Bukti : Komposisi dua fungsi bijektif dari M ke M juga merupakan fungsi bijektif dari M ke M akibatnya perkalian permutasi merupakan operasi biner sehingga S M tertutup di bawah operasi perkalian permutasi. Akan dibuktikan perkalian permutasi memiliki sifat asosiatif. Fungsi memiliki sifat asosiatif jika ( ) =. Ambil,, S M dan M sehingga ) = = ( ( )) ( ( )) = (( )( ) = ( ( )) oleh sebab itu terbukti bahwa (( )( )) = ( ( )). Akan dibuktikan terdapat sebuah unsur identitas yaitu permutasi dengan =, M. Sehingga, = =. Ambil S M maka ( = = ( = ( = oleh sebab itu, terbukti bahwa = =. Akan dibuktikan jika S M maka invers dari adalah yaitu permutasi yang didefinisikan -1 = jika dan hanya jika = ( ),, M. Ada S M,, M ; maka ( )( ) = ( ( )) = ( ) = = ( ) ( )( ) = ( ( )) = ( ) = = ( ) Sehingga, = =. Dari urian diatas terbukti bahwa S M adalah grup di bawah operasi perkalian permutasi. Dalam grup S m, fungsi adalah unsur identitas berupa permutasi rotasi 0 0. Invers dari permutasi rotasi 90 0 adalah permutasi rotasi Contoh =, =, dan = Invers dari permutasi rotasi adalah permutasi rotasi Contoh =, =, dan =. Invers dari permutasi rotasi adalah

18 7 permutasi rotasi Contoh =, = dan =. Berdasarkan Teorema 2, grup S M adalah grup simetrik yang dinotasikan dengan S 96!. 3.5 Homomorfisma Grup Rubik Revenge Grup H adalah grup pergerakan rubik dengan operasi * yang didefinisikan sebagai : untuk setiap, H berlaku ( )( ) = ( ) = ( ( )), P. Grup permutasi simetri S 96 adalah grup dengan operasi yang didefinisikan sebagai perkalian permutasi yaitu untuk setiap, S 96 berlaku ( )( ) = ( ( )), M. Didefinisikan : H S 96 dengan Dengan,,,,,,,,,,, dapat dilihat pada Lampiran 4. Akan dibuktikan adalah homomorfisma grup dari H ke S 96. Bukti : Ambil sebarang, H. Akan ditunjukkan ( * ) =. Himpunan S = {,,,,,,,,,,, } adalah generator dari grup H maka = * * * * * * * * * * * dengan a i, i = 1, 2,, 12, dan = * * * * * * * * * * * dengan b i, i = 1, 2,, 12. Dari definisi dan diatas maka θ( ) = θ( * * * * * * * * * * * ) = θ( ) = θ( * * * * * * * * * * * ) = Terlebih dulu akan dibuktikan (( * * * * * * * * * * * ) * ( * * * * * * * * * * * ))( ) = ( * * * * * * * * * * * ) * ( ( ( ( ( ( ))))))))))))) = ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ))))))))))))) = ( * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * )( )

19 8 Sehingga terbukti bahwa (( * * * * * * * * * * * ) * ( * * * * * * * * * * * )) = ( * * * * * * * * ** * * * * * * * * * * * * * * ) Selanjutnyan akan dibuktikan ( * ) = ( ) ( ). Dari definisi ( ) dan ( ) diatas maka ( * ) = (( * * * * * * * * * * * ) * ( * * * * * * * * * * * )) = ( * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * ) =... (i) ( ) ( ) = ( * * * * * * * * * * * ) ( * * * * * * * * * * * ) = ( ) ( ) =... (ii) Dari ( i ) dan ( ii ) dapat dibuktikan bahwa ( * ) = ( ) ( ). Sehingga, terbukti bahwa adalah homomorfisma grup H S 96. Berikut akan diberikan contoh bahwa adalah homomorfisma grup dari H ke S 96. Contoh. Akan ditunjukkan ( = ( ) ( ) dengan ( ) =. ( = (( ) ) = ( ) 0 ( ) 0 ( ) ( ) 0 ( ) 0 ( ) 3 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 = ( ) 3 = ) 3

20 9 ) ( ) = (( ) ) (( ) ) = ( ) 0 ( ) 0 ( ) ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 3 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 ( ) 0 = ( ) 3 = ) 3 IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Himpunan H adalah sebuah grup dengan operasi fungsi komposisi yaitu untuk setiap, H dan adalah posisi rubik maka berlaku : ( * )( ) = * ( ( )). Grup H adalah grup infinit, untuk menyederhanakannya terdapat himpunan S = {,,,,,,,,,,, } yang berorder empat sebagai generator. Permutasi pada himpunan M adalah pemetaan bijektif dari M ke M. Himpunan M adalah himpunan tak kosong dan S M = {,,, } adalah himpunan semua permutasi permutasi dari M. Maka S M merupakan grup di bawah operasi perkalian permutasi. S M disebut grup simetri dan dinotasikan dengan S 96 karena M adalah himpunan hingga dengan banyak unsur 96. Terdapat homomorfisma grup dari grup H ke grup permutasi simetri S 96 dapat ditunjukkan dengan fungsi θ : H S 96 yang didefinisikan sebagai ( ) = 4.2 Saran Karya ilmiah ini membahas tentang homomorfisma grup pada rubik revenge. Bagi yang berminat membuat karya ilmiah terkait rubik revenge dapat menunjukkan teori grup lainnya seperti kernel grup, struktur grup, grup faktor dan isomorfisma grup.. DAFTAR PUSTAKA Dummit DS Abstract Algebra. New Jersey: Englewood Cliffs. Fraleigh JB A First Course In Abstract Algebra. United States of America: Wesley Publishing. Larsen ME Rubik s Revenge : The Group Theoretical Solution. The American Mathematical Monthly; 92: Rotman JJ Advanced Modern Algebra. New Jersey: Prentice Hall. Stewart J Kalkulus. Jakarta: Erlangga.

21 LAMPIRAN 10

22 11 Lampiran 1 Ilustrasi pergerakan rubik Fungsi didefinisikan sebagai yaitu pergerakan sisi bagian depan rubik searah jarum jam sejauh ( ) =, ϵ P ( ) =, ϵ P ( ) =, ϵ P

23 12 Lampiran 2 Ilustrasi order rubik Fungsi didefinisikan sebagai pergeraakn ( ) = ( ) = ( ) = ( ) = Rubik akan kembali pada posisi ( posisi awal ) setelah mengalami empat kali pergerakan.

24 13 Lampiran 3 Jaring-jaring Kubus

25 14 Lampiran 4 Pemetaan Bijektif dari M ke M = Permutasi dari rotasi 0 0 pada U = Permutasi dari rotasi 90 0 pada U = Permutasi dari rotasi pada U

26 = Permutasi dari rotasi pada U = Permutasi dari rotasi 0 0 pada D

27 16 = Permutasi dari rotasi 90 0 pada D = Permutasi dari rotasi 180 pada D

28 = Permutasi dari rotasi pada D = Permutasi dari rotasi 0 0 pada F = Permutasi dari rotasi 90 0 pada F

29 = Permutasi dari rotasi pada F = Permutasi dari rotasi pada F

30 = Permutasi dari rotasi 0 0 pada B = Permutasi dari rotasi 90 0 pada B

31 = Permutasi dari rotasi pada B = Permutasi dari rotasi pada B

32 21 = Permutasi dari rotasi 0 0 pada R = Permutasi dari rotasi 90 0 pada R = Permutasi dari rotasi pada R

33 = Permutasi dari rotasi pada R = Permutasi dari rotasi 0 0 pada L

34 23 = Permutasi dari rotasi 90 0 pada L = Permutasi dari rotasi pada L

35 = Permutasi dari rotasi pada L = Permutasi dari rotasi 0 0 pada = Permutasi dari rotasi 90 0 pada

36 = Permutasi dari rotasi pada = Permutasi dari rotasi pada

37 = Permutasi dari rotasi 0 0 pada = Permutasi dari rotasi 90 0 pada

38 27 = Permutasi dari rotasi pada = Permutasi dari rotasi pada

39 28 = Permutasi dari rotasi 0 0 pada = Permutasi dari rotasi 90 0 pada = Permutasi dari rotasi pada

40 = Permutasi dari rotasi pada = Permutasi dari rotasi 0 0 pada

41 30 = Permutasi dari rotasi 90 0 pada = Permutasi dari rotasi pada = Permutasi dari rotasi pada

42 = Permutasi dari rotasi 0 0 pada = Permutasi dari rotasi 90 0 pada

43 = Permutasi dari rotasi pada = Permutasi dari rotasi pada

44 = Permutasi dari rotasi 0 0 pada = Permutasi dari rotasi 90 0 pada = Permutasi dari rotasi pada

45 = Permutasi dari rotasi pada

46 35

I. PENDAHULUAN. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis

I. PENDAHULUAN. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis 1 I. PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang dan Masalah Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis aljabar dibagi menjadi dua periode waktu, dengan batas waktu sekitar tahun

Lebih terperinci

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4 Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 142 147 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ORDER UNSUR DARI GRUP S 4 FEBYOLA, YANITA, MONIKA RIANTI HELMI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan autokomutator yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama ini akan dibahas tentang teori

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

ANTI -FUZZY - SUBGRUP KIRI DARI NEAR RING AHMAD SYAFI IH

ANTI -FUZZY - SUBGRUP KIRI DARI NEAR RING AHMAD SYAFI IH ANTI -FUZZY - SUBGRUP KIRI DARI NEAR RING AHMAD SYAFI IH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL

DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL SKRIPSI Oleh : ANI NURHAYATI J2A 006 001 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010

Lebih terperinci

ANALISIS PENYELESAIAN RUBIK 2X2 MENGGUNAKAN GRUP PERMUTASI

ANALISIS PENYELESAIAN RUBIK 2X2 MENGGUNAKAN GRUP PERMUTASI βeta p-issn: 2085-5893 e-issn: 2541-0458 Vol. 4 No. 2 (Nopember) 2011, Hal. 151-161 βeta2011 ANALISIS PENYELESAIAN RUBIK 2X2 MENGGUNAKAN GRUP PERMUTASI Abdurahim 1, Mamika Ujianita Romdhini 2, I Gede Adhitya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung proses penelitian. 2.1 Teori Grup Definisi 2.1.1 Operasi Biner Suatu operasi biner pada suatu himpunan adalah

Lebih terperinci

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan 1. GRUP Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan pasangan elemen ( ab, ) pada G, yang memenuhi dua kondisi berikut: 1. Setiap pasangan elemen

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

UNNES Journal of Mathematics

UNNES Journal of Mathematics UJM 6 (1) 2017 UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm STRUKTUR DAN SIFAT-SIFAT K-ALJABAR Deni Nugroho, Rahayu Budhiati Veronica, dan Mashuri Jurusan Matematika, FMIPA,

Lebih terperinci

TEOREMA BURNSIDE DAN POLYA UNTUK MENENTUKAN POLA PEWARNAAN GRUP PERMUTASI

TEOREMA BURNSIDE DAN POLYA UNTUK MENENTUKAN POLA PEWARNAAN GRUP PERMUTASI TEOREMA BURNSIDE DAN POLYA UNTUK MENENTUKAN POLA PEWARNAAN GRUP PERMUTASI Disusun Oleh : Nur Cholilah J2A 003 040 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu II KONSEP DASAR GRUP Suatu cabang matematika yang mempelajari struktur aljabar dinamakan aljabar abstrak abstract algebra Sistem aljabar algebraic system terdiri dari suatu himpunan obyek satu atau lebih

Lebih terperinci

AUTOMORFISMA PARSIAL GRAF WARNA CAYLEY YANG DIBANGUN OLEH SUATU GRUPOID

AUTOMORFISMA PARSIAL GRAF WARNA CAYLEY YANG DIBANGUN OLEH SUATU GRUPOID AUTOMORFISMA PARSIAL GRAF WARNA CAYLEY YANG DIBANGUN OLEH SUATU GRUPOID SKRIPSI Oleh : Bety Dian Kristina Ningrum J2A 005 010 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1 B. PEMBATASAN MASALAH... 2 C.

Lebih terperinci

GRUP SIKLIK, GRUP PERMUTASI, HOMOMORFISMA

GRUP SIKLIK, GRUP PERMUTASI, HOMOMORFISMA GRUP SIKLIK, GRUP PERMUTASI, HOMOMORFISMA Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Grup Siklik, Grup Permutasi dan Homomorfisma

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI. Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas)

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI. Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas) I PENDAHULUAN Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas) di sehingga., maka disebut grup periodik dan disebut periode dari. Serta fakta bahwa

Lebih terperinci

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang PENGANTAR GRUP Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang email:ymcholily@gmail.com March 18, 2013 1 Daftar Isi 1 Tujuan 3 2 Pengantar Grup 3 3 Sifat-sifat Grup

Lebih terperinci

KONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA

KONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA KONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA I Ketut Suastika Pend. Matematika Univ. Kanjuruhan Malang Suastika_cipi@yahoo.co.id Abstrak Pada tulisan ini, penulis mencoba mengkonstruksi homomorfisma grup

Lebih terperinci

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SM 1330 GRUP ALTERNATING A. FARIS UBAIDILLAH NRP Dosen Pembimbing Dr. Subiono, MS.

TUGAS AKHIR SM 1330 GRUP ALTERNATING A. FARIS UBAIDILLAH NRP Dosen Pembimbing Dr. Subiono, MS. TUGAS AKHIR SM 1330 GRUP ALTERNATING A. FARIS UBAIDILLAH NRP 1202 100 043 Dosen Pembimbing Dr. Subiono, MS. JURUSAN MATEMATIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Grup Permutasi dan Grup Siklis. Winita Sulandari

Grup Permutasi dan Grup Siklis. Winita Sulandari Grup Permutasi dan Grup Siklis Winita Sulandari Grup Permutasi Suatu Permutasi dari suatu himpunan berhingga S yang tidak kosong, dinyatakan sebagai suatu pemetaan bijektif dari himpunan S pada dirinya

Lebih terperinci

TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP

TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP KELOMPOK 8 1. I WAYAN AGUS PUTRAWAN (2008.V.1.0093) 2. I KADEK DWIJAYAPUTRA (2008.V.1.0094) 3. I KETUT DIARTA (2008.V.1.0123) 4. AGUS EKA SURYA KENCANA (2008.V.1.0043)

Lebih terperinci

ANALISIS PERIODIK PADA FAKTORISASI GRUP ABELIAN DENGAN ORDER 3 3, 3 4 DAN 3 5 RIZKY SUSTI NINGRUM

ANALISIS PERIODIK PADA FAKTORISASI GRUP ABELIAN DENGAN ORDER 3 3, 3 4 DAN 3 5 RIZKY SUSTI NINGRUM ANALISIS PERIODIK PADA FAKTORISASI GRUP ABELIAN DENGAN ORDER 3 3, 3 4 DAN 3 5 RIZKY SUSTI NINGRUM DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep GRUP Bab ini merupakan awal dari bagian pertama materi utama perkuliahan Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Lebih terperinci

2 G R U P. 1 Struktur Aljabar Grup Aswad 2013 Blog: aswhat.wordpress.com

2 G R U P. 1 Struktur Aljabar Grup Aswad 2013 Blog: aswhat.wordpress.com 2 G R U P Struktur aljabar adalah suatu himpunan tak kosong S yang dilengkapi dengan satu atau lebih operasi biner. Jika himpunan S dilengkapi dengan satu operasi biner * maka struktur aljabar tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan penulisan penelitian diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam subbab ini akan diberikan beberapa teori berupa definisi,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A Fakultas : FMIPA Program Studi : Pendidikan Matematika Mata Kuliah/Kode : Aljabar Abstrak I, MAT 309 Jumlah SKS : Teori=3 sks; Praktek= Semester : Genap Mata Kuliah Prasyarat/kode : Teori Bilangan, MAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Definisi A.1 Diberikan A dan B adalah dua himpunan yang tidak kosong. Suatu cara atau aturan yang memasangkan atau mengaitkan setiap elemen dari himpunan A dengan tepat

Lebih terperinci

K-ALJABAR. Iswati dan Suryoto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275

K-ALJABAR. Iswati dan Suryoto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275 K-ALJABAR Iswati Suryoto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl Prof H Soedarto, SH, Semarang 50275 ABSTRAK -aljabar adalah suatu struktur aljabar yang dibangun atas suatu grup sehingga sifat-sifat yang berlaku

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS STRUKTUR ALJABAR 1 Winita Sulandari FMIPA UNS Pengantar Struktur Aljabar Sistem Matematika terdiri dari Satu atau beberapa himpunan Satu atau beberapa operasi yg bekerja pada himpunan di atas Operasi-operasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, Desember Penulis

KATA PENGANTAR. Semarang, Desember Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Tugas Akhir yang berjudul Pembentukan -aljabar Komutatif

Lebih terperinci

ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL. (Skripsi) Oleh ALI ABDUL JABAR

ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL. (Skripsi) Oleh ALI ABDUL JABAR ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL Skripsi Oleh ALI ABDUL JABAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 ABSTRAK ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG

Lebih terperinci

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. BAB III Standard Kompetensi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat 3.1 Menyebutkan definisi

Lebih terperinci

GRUP NON-ABELIAN YANG ABELIAN SECARA GRAFIS SKRIPSI

GRUP NON-ABELIAN YANG ABELIAN SECARA GRAFIS SKRIPSI GRUP NON-ABELIAN YANG ABELIAN SECARA GRAFIS SKRIPSI MICHELLE PURWAGANI PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 i GRUP NON-ABELIAN YANG

Lebih terperinci

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO Saropah Mahasiswa Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail: haforas@rocketmail.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar Mashuri, Kristina Wijayanti, Rahayu Budhiati Veronica, Isnarto Jurusan Matenmatika FMIPA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan disajikan beberapa teori dasar yang digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan disajikan beberapa teori dasar yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan disajikan beberapa teori dasar yang digunakan sebagai landasan teori penelitian ini yaitu teori grup dan teori graf. Pada bagian pertama akan dibahas tentang teori

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MAGIC SQUARE SEBAGAI PERMASALAHAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) RISMANTO FERNANDUS SIRINGO-RINGO

PENYELESAIAN MAGIC SQUARE SEBAGAI PERMASALAHAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) RISMANTO FERNANDUS SIRINGO-RINGO PENYELESAIAN MAGIC SQUARE SEBAGAI PERMASALAHAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) RISMANTO FERNANDUS SIRINGO-RINGO DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

RING FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA FUZZY RING AND ITS PROPERTIES

RING FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA FUZZY RING AND ITS PROPERTIES J. Sains Dasar 2016 5(1) 28-39 RING FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA FUZZY RING AND ITS PROPERTIES Rifki Chandra Utama * dan Karyati Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta *email:

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN

PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN PENERAPAN DAN PERBANDINGAN CARA PENGUKURAN RESPON PADA ANALISIS KONJOIN (Studi Kasus: Preferensi Mahasiswa Statistika IPB Angkatan 44, 45, dan 46 terhadap Minat Bidang Kerja) DONNY ARIEF SETIAWAN SITEPU

Lebih terperinci

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat menggunakan operasi pada himpunan untuk memecahkan masalah dan mengidentifikasi suatu himpunan

Lebih terperinci

PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH

PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

Teorema-Teorema Utama Isomorphisma pada Near-Ring

Teorema-Teorema Utama Isomorphisma pada Near-Ring urnal Gradien Vol 11 o 2 uli 2015 : 1112-1116 Teorema-Teorema Utama somorphisma pada ear-ring Zulfia Memi Mayasari, Yulian Fauzi, Ulfasari Rafflesia urusan Matematika, Fakultas Matematika dan lmu Pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif); II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi Grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis sebagai landasan teori dalam penelitian ini yaitu teori bilangan, bilangan bulat modulo?, struktur aljabar dan masalah logaritma

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM. pengujian struktur aljabar, yaitu implementasi sistem tersebut dan juga evaluasi dari

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM. pengujian struktur aljabar, yaitu implementasi sistem tersebut dan juga evaluasi dari BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM Pada bab 4 ini akan dijelaskan mengenai hasil dari rancangan program aplikasi pengujian struktur aljabar, yaitu implementasi sistem tersebut dan juga evaluasi dari

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum Bab I. Sekilas Tentang Konsep Dasar Grup antonius cp 2 1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil operasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.

Lebih terperinci

IDEAL DIFERENSIAL DAN HOMOMORFISMA DIFERENSIAL. Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye

IDEAL DIFERENSIAL DAN HOMOMORFISMA DIFERENSIAL. Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye DEAL DFEENSAL DAN HOMOMOFSMA DFEENSAL Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat l. end. A. Yani Km. 36 Kampus Unlam Banjarbaru Email : imah_math@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MATEMATIKA DASAR PENDIDIKAN BIOLOGI UPI 0LEH: UPI 0716

MATEMATIKA DASAR PENDIDIKAN BIOLOGI UPI 0LEH: UPI 0716 MATEMATIKA DASAR PENDIDIKAN BIOLOGI UPI 0LEH: UPI 0716 N0 TOPIK FUNGSI 2.1 DEFINISI FUNGSI 2.2 DAERAH DEFINISI DAN DAERAH HASIL 2.3 JENIS-JENIS FUNGSI 2.4 OPERASI ALJABAR FUNGSI 2.5 FUNGSI GENAP, GANJIL,

Lebih terperinci

SISTEM SCHREIER PADA FREE GROUP. Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Matematika

SISTEM SCHREIER PADA FREE GROUP. Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Matematika SISTEM SCHREIER PADA FREE GROUP Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Matematika diajukan oleh Yulianita 05610008 Kepada PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 4 No. 2 Desember 2010: IDEAL MAKSIMAL DAN IDEAL PRIMA NEAR-RING

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 4 No. 2 Desember 2010: IDEAL MAKSIMAL DAN IDEAL PRIMA NEAR-RING IDEAL MAKSIMAL DAN IDEAL PRIMA NEAR-RING Saman Abdurrahman Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 35, 8 Banjarbaru ABSTRAK Penelitian ini membahas ideal near-ring yang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. analisis, desain/perancangan, kode, dan pengujian/implementasi. Tahap analisis

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. analisis, desain/perancangan, kode, dan pengujian/implementasi. Tahap analisis BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Perancangan program simulasi dalam skripsi ini terdiri dari empat tahapan, yaitu analisis, desain/perancangan, kode, dan pengujian/implementasi. Tahap analisis kebutuhan,

Lebih terperinci

K-ALJABAR. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275

K-ALJABAR. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275 K-ALJABAR Iswati 1 Suryoto 2 1,2 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl Prof H Soedarto, SH, Semarang 50275 Abstract K-algebra is an algebra structure built on a group so that characters of a group will apply

Lebih terperinci

GRUP AUTOMORFISME GRAF KIPAS DAN GRAF KIPAS GANDA

GRUP AUTOMORFISME GRAF KIPAS DAN GRAF KIPAS GANDA GRUP AUTOMORFISME GRAF KIPAS DAN GRAF KIPAS GANDA Siti Rohmawati 1, Dr.Agung Lukito, M.S. 2 1 Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya Jalan Ketintang Gedung

Lebih terperinci

SEMIGRUP BEBAS DAN MONOID BEBAS PADA HIMPUNAN WORD. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Riau Kampus Bina Widya Indonesia

SEMIGRUP BEBAS DAN MONOID BEBAS PADA HIMPUNAN WORD. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Riau Kampus Bina Widya Indonesia SEMIGRUP BEBS DN MONOID BEBS PD HIMPUNN WORD Novia Yumitha Sarie, Sri Gemawati, Rolan Pane Mahasiswa Program S Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan lam Univeritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika yang dikembangkan untuk menunjang pemahaman mengenai struktur bilangan. Struktur atau sistem aljabar

Lebih terperinci

RANK DARI GRUP DIHEDRAL TIGA (D 3 ) YANG BERAKSI

RANK DARI GRUP DIHEDRAL TIGA (D 3 ) YANG BERAKSI RANK DARI GRUP DIHEDRAL TIGA (D 3 ) YANG BERAKSI ATAS X (1) Teuis Siti Nurlaela 1,a), Esih Sukaesih 1) 1 UIN Sunan Gunung Djati, Jl. A.H. Nasution No. 105 Bandung a) email: teuis.siti@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif. STRUKTUR ALJABAR SEMIGRUP Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif. Contoh 1 (Z, +) merupakan sebuah semigrup. Contoh 2 Misalkan

Lebih terperinci

Jurusan Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika DESKRIPSI MATA KULIAH : STRUKTUR ALJABAR I KODE MK : MT 400 Mata kuliah ini dimaksudkan agar mahasiswa memahami konsep-konsep struktur aljabar (aljabar modern). Materinya mencakup: aljabar himpunan, pemetaan

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA COMPLETE GRAPH

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA COMPLETE GRAPH PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA COMPLETE GRAPH SKRIPSI Oleh : Novi Irawati J2A 005 038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT LANJUT NEUTROSOFIK MODUL. Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275

SIFAT-SIFAT LANJUT NEUTROSOFIK MODUL. Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275 SIFAT-SIFAT LANJUT NEUTROSOFIK MODUL 1 Suryoto, 2 Bambang Irawanto, 3 Nikken Prima Puspita 1, 2, 3 Departemen Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bilangan Bulat Bilangan Bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga negatif dari bilangan

Lebih terperinci

Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean

Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean Oleh Ratwa Suriadikirta Irawati A B S T R A C T Daerah Euclid (DE) merupakan daerah ideal utama (DIU), daerah ideal utama merupakan daerah faktorisasi tunggal

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup BAB 3 DASAR DASAR GRUP Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup Tujuan Instruksional Khusus : Setelah diberikan

Lebih terperinci

Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks atas Ring Komutatif

Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks atas Ring Komutatif Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks atas Ring Komutatif Joko Harianto 1, Nana Fitria 2, Puguh Wahyu Prasetyo 3, Vika Yugi Kurniawan 4 Jurusan Matematika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Indonesia

Lebih terperinci

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK RUDIANSYAH. Evaluasi

Lebih terperinci

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian Rio Yohanes 1, Nora Hariadi 2, Kiki Ariyanti Sugeng 3 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia rio.yohanes@sci.ui.ac.id,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM Oleh: WULAN ANGGRAENI G54101038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATA KULIAH : STRUKTUR ALJABAR I

DESKRIPSI MATA KULIAH : STRUKTUR ALJABAR I DESKRIPSI MATA KULIAH : STRUKTUR ALJABAR I (MAA523/3 SKS) Mata kuliah ini dimaksudkan agar mahasiswa memahami konsep-konsep struktur aljabar (aljabar modern). Materinya mencakup: aljabar himpunan, pemetaan

Lebih terperinci

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING Handout MK Aljabar Abstract PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING Disusun oleh : Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc, Ph.D e-mail: antoniuscp.ilkom@unej.ac.id Staf Pengajar Pada Program Studi Sistem

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 4 No 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : 1410-8518 SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstact Field is integral domain and is a

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, November Penulis

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, November Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas anugrah yang diberikan sehingga penulisan Buku Diktat yang dilengkapi dengan Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) dan

Lebih terperinci

Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana

Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana M. Faisal Baehaki Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung, Bandung 40135 e-mail: faisal.baihaki@comlabs.itb.ac.id Intisari Metode untuk

Lebih terperinci

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

INF-104 Matematika Diskrit

INF-104 Matematika Diskrit Relasi dan Fungsi Jurusan Informatika FMIPA Unsyiah March 10, 2014 Suatu fungsi f : A B disebut pada (onto) atau surjektif (surjective) jika f(a) = B, yaitu jika untuk semua b B ada sekurang-kurangnya

Lebih terperinci

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 Indah Emilia Wijayanti Departemen Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

SURVEI POLA GRUP KRISTALOGRAFI BIDANG RAGAM BATIK TRADISIONAL

SURVEI POLA GRUP KRISTALOGRAFI BIDANG RAGAM BATIK TRADISIONAL JMA, VOL. 11, NO. 2, DESEMBER, 2012, -- 1 SURVEI POLA GRUP KRISTALOGRAFI BIDANG RAGAM BATIK TRADISIONAL A.D.GARNADI, S. GURITMAN, A. KUSNANTO, F. HANUM Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. glide/refleksi geser, grup simetri, frieze group, graphical user interface (GUI) dijelaskan mengenai operasi biner.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. glide/refleksi geser, grup simetri, frieze group, graphical user interface (GUI) dijelaskan mengenai operasi biner. BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum, pada bab ini membahas mengenai kajian teori yang digunakan dalam penelitian yaitu, grup, transformasi, translasi, refleksi, rotasi, glide/refleksi geser, grup simetri,

Lebih terperinci

KAJIAN BENTUK-BENTUK IDEAL PADA SEMIRING

KAJIAN BENTUK-BENTUK IDEAL PADA SEMIRING KAJIAN BENTUK-BENTUK IDEAL PADA SEMIRING Oleh: RUZIKA RIMADHANY 1209 100 042 Dosen Pembimbing: DIAN WINDA SETYAWATI, S.Si, M.Si JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan Pertemuan 13 PENGERTIAN RING A. Pendahuluan Target yang diharapkan dalam pertemuan ke 13 ini (pertemuan pertama tentang teori ring) adalah mahasiswa dapat : a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis berupa definisi teorema sifat-sifat yang berhubungan dengan teori bilangan integer modulo aljabar abstrak masalah logaritma diskret

Lebih terperinci

GRUP HINGGA NILPOTENT. Patma dan Hery Susanto Universitas Negeri Malang

GRUP HINGGA NILPOTENT. Patma dan Hery Susanto Universitas Negeri Malang GRUP HINGGA NILPOTENT Patma dan Hery Susanto Universitas Negeri Malang Email: afatmaahmad@yahoo.com Abstract: Group is one of topics in abstract algebra. Group is a non empty set G together with a binary

Lebih terperinci

PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA

PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA PREDIKSI JANGKA PANJANG DARI PROSES POISSON SIKLIK DENGAN FUNGSI INTENSITAS GLOBAL DIKETAHUI AGUSTINA MARGARETHA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Restia Sarasworo Citra 1, Suryoto 2. Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

Restia Sarasworo Citra 1, Suryoto 2. Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP ENDOMORFISMA DARI BCH-AJABAR Restia Sarasworo Citra 1 Suryoto 1 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto S. H Tembalang Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstract. BCH-algebras is an

Lebih terperinci

ENUMERASI DIGRAF TIDAK ISOMORFIK

ENUMERASI DIGRAF TIDAK ISOMORFIK Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 ENUMERASI DIGRAF TIDAK ISOMORFIK Mulyono Jurusan Matematika FMIPA UNNES Email:

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR: GRUP

STRUKTUR ALJABAR: GRUP STRUKTUR ALJABAR: GRUP BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI Bandung 2016 1 A. Pendahuluan Ilustrasi 1.1: Perhatikan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah,

II. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah, 3 II. LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah, definisi-definisi dan teorema-teorema yang berhubungan dengan penelitian ini. 2.1 Geometri Insidensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP TEDUH WULANDARI Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680,

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL ATAS RING KOMUTATIF

DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL ATAS RING KOMUTATIF Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains Tahun 2014 Inovasi Pendidikan Sains dalam Menyongsong Pelaksanaan Kurikulum 2013 Surabaya 18 Januari 2014 DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi + 5 BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Struktur Aljabar Struktur aljabar adalah salah satu mata kuliah dalam jurusan matematika yang mempelajari tentang himpunan (sets), proposisi, kuantor, relasi, fungsi, bilangan,

Lebih terperinci

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA.

LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT. Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA. LECTURE NOTES MATEMATIKA DISKRIT Disusun Oleh : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA PONDOK CINA, MARET 2004 0 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STRUKTUR ALJABAR...

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya STRUKTUR ALJABAR 1 Kristiana Wijaya i ii Daftar Isi Judul Daftar Isi i iii 1 Himpunan 1 2 Partisi dan Relasi Ekuivalen 3 3 Grup 6 4 Koset Dan Teorema Lagrange, Homomorphisma Grup Dan Grup Faktor 11 Indeks

Lebih terperinci

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 4 No 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : 1410-8518 SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstact Field is integral domain and is a

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi tersebut adalah modul. Untuk membahas pengertian tentang suatu modul harus dimengerti lebih

Lebih terperinci