HASIL KALI TENSOR: KONSTRUKSI, EKSISTENSI DAN KAITANNYA DENGAN BARISAN EKSAK
|
|
- Shinta Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL KALI TENSO: KONSTUKSI, EKSISTENSI AN KAITANNYA ENGAN BAISAN EKSAK Samsul Arifin Mahasiswa S Matematika FMIPA UGM alam tulisan ini akan dibahas mengenai konstruksi hasil kali tensor dari dua buah modul, dan yang terpenting adalah eksistensi dan ketunggalannya. Kemudian akan dibahas juga mengenai eksistensi hasil kali tensor dua buah homomorfisma modul. Setelah itu akan diakahiri dengan pembahasan kaitan antara hasil kali tensor dengan barisan eksak. Kata kunci: tensor product, homomorfisma modul, barisan eksak. 1.Pendahuluan (Konstruksi Hasil Kali Tensor) Sebelum memasuki pembahasan tentang konstruksi hasil kali tensor dan eksistensinya, akan diberikan terlebih dahulu definisi pemetaan bilinear yang seimbang (balanced) yang akan sangat berperan dalam konstruksi hasil kali tensor dari dua buah modul, yaitu sebagai berikut efinisi (Hungerford, 1974): iberikan ring, -modul kanan M, -modul kiri N dan sebarang grup Abel G,. Pemetaan : X Y G disebut fungsi bilinear dan seimbang atas jika untuk setiap x, x X, y, y Y dan r berlaku 1 1 (i). x1 x, y1 x1, y1 x, y1 (ii). x1, y1 y x1, y1 x1, y (iii). x r, y x, ry (Balance) i sini akan dibahas mengenai konstruksi hasil kali tensor dua buah modul. Misalnya iberikan ring, modul kanan X dan modul kiri Y. ari sini dapat dibentuk himpunan: X Y a, b a X, b Y Selanjutnya, dari X Y dapat dibentuk suatu grup abelian bebas F, yang generator-generator bebasnya adalah elemen-elemen dari X Y, dinotasikan: F x, y x X, y Y cij xi, y j xi X, y j Y, cij, untuk cij 0 yang berhingga banyak i, j 1
2 Perhatikan bahwa selalu ada monomorfisma natural i : X Y F untuk setiap x, yx Y, yaitu dengan mengambil c 1 ij dengan x y x y, 1,,. ari grup abelian bebas F tersebut, juga dapat dibentuk suatu subgroup H y1, y, y3 yaitu subgroup yang dibangun oleh y, y, dan y dengan masing-masing berbentuk sebagai berikut: ',, ',, ',, ',, y x x y x y x y y x y y x y x y y xa y x ay Perhatikan juga bahwa selalu ada proyeksi kanonik : F F H dengan x', y ' x', y ' H, untuk setiap x', y ' sebagai beriku: Jika dibentuk i maka akan berlaku: F. ari sini sudah bisa dibuat urutan pemetaan i X Y F F H y1 ix x ', y x, y x ', y i x x ', y x, y x ', y x x y x y x y x x y x y x y H H y i x, y y ' x, y x, y ' i x, y y ' x, y x, y ' x y y x y x y x y y x y x y H H y3 i xa, y x, ay i xa, y x, ay xa, y x, ay xa, y x, ay H H 0 F H, ',, ', ',, ', 0, ',, ', ',, ' 0 yang artinya adalah suatu pemetaan bilinear -balanced dari X Perhatikan bahwa dari dua buah pemetaan di atas yaitu dapat dibuat skema besar sebagai berikut: i X Y F F H i X Y F H Y ke F H. F H F H i X Y F dan F F H, akan Selanjutnya, didefinisikan " X Y" adalah grup kuosien komutatif X Y F H. ari proses-proses i X Y F F H di atas, maka dapat dituliskan x, y x, y H x y untuk setiap x, y F. engan notasi ini, X Y grup komutatif, dimana generator-generator dari x y memenuhi: adalah suatu
3 x x ', y x, y x ', y 0 x x ', y x, y x ', y 0 x x ', y H x, y H x ', y H 0 x x ' y x y x ' y 0 x x ' y x y x ' y... * x, y y ' x, y x, y ' 0 x, y y ' x, y x, y ' 0 x, y y ' H x, y H x, y ' H 0 x y y ' x y x y ' 0 x y y ' x y x y '... ** xa, y x, ay 0 xa, y x, ay 0 xa, y H x, ay H 0 xa y x ay 0 Perhatikan bahwa dari sifat-sifat tersebut akan berakibat xa y x ay... *** x ya xa y x ay... **** untuk setiap x X, yy, dan a. Butir-butir (*) sampai dengan (****) inilah yang akan menjadi sifat-sifat operasi pada X Y..Eksistensi Hasil Kali Tensor Setelah dibahas konstruksi hasil kali tensor dari dua buah modul di atas, bahwa dua buah pemetaan i X Y F dan F F H bisa dibentuk secara alamiah dari dua buah modul yaitu modul kanan X dan modul kiri Y untuk suatu ring. engan kata lain, hasil kali tensor juga selalu bisa dibentuk dari suatu modul kanan dan modul kiri yang seolah-olah dikalikan tersebut, padahal struktur keduanya berbeda. Proposisi berikut diperlukan untuk menunjukkan eksistensi hasil kali tensor dari dua buha modul. 3
4 .1.Proposisi (Hazewinkel, 005): iberikan ring, grup abelian G, modul kanan X, dan modul kiri X. Untuk sebarang pemetaan bilinear -balanced f : X Y G, ada dengan tunggal pemetaan g : X Y G sedemikian hingga diagram komutatif, yaitu berlaku f g. Bukti: Misalkan diberikan sebarang suatu pemetaan bilinear -balanced f : X Y G. Karena F adalah grup abelian bebas, maka akan ada dengan tunggal homomorfisma grup komutatif, yaitu berlaku f f i, dimana i adalah pemetaan embedding natural dari X Y ke F. Selanjutnya karena f adalah pemetaan bilinear -balanced, maka f juga merupakan pemetaan bilinear -balanced, yaitu pemetaan yang memenuhi aksioma-aksioma berikut: Perhatikan bahwa: ',, ',, ',, ' f xa, y f x, ay f x x y f x y f x y f x y y f x y f x y f x x ', y f x, y f x ', y ',, ', 0 f x x ', y x, y x ', y 0 f x x y f x y f x y 4
5 sehingga berlaku H Ker f f x, y y ' f x, y f x, y ', ',, ' 0 f x, y y ' x, y x, y ' 0 f x y y f x y f x y f xa, y f x, ay,, 0,, 0 f xa y f x ay f xa y x ay dengan H y1, y, y3 untuk suatu y x x', y x, y x', y, y x, y y ' x, y x, y ', y xa, y x, ay. 1 3 ari sini diperoleh bahwa ada dengan tunggal homomorfisma grup g : F H G sedemikian hingga diagram komutatif, yaitu berlaku f g. Jika diambil i, maka akan berlaku g g i g i f i f, sehingga berakibat diagram juga komutatif, yaitu berlaku f g. Selanjutnya tinggal ditunjukkan bahwa g adalah tunggal. iberikan g':f G adalah homomorfisma grup sebarang yang lain, maka akan H diperoleh g' f yang artinya g ' i g ' f g i f i atau g ' i f i. 5
6 Karena sifat f yang tunggal, maka sifat yang surjektif berakibat g' f sehingga berakibat g ' f g, dan karena g g'. engan demikian terbukti bahwa g bersifat tunggal. efinisi dari hasil kali tensor dari dua buah modul adalah sebagai berikut...efinisi (Hungerford, 1974): iberikan -modul kanan X, -modul kiri Y dan sebarang grup Abel G,. Grup Abel X Y beserta fungsi bilinear dan seimbang disebut hasil kali tensor dari X dan Y jika untuk setiap pemetaan bilinear dan seimbang : X Y G terdapat dengan tunggal pemetaan : X Y G sedemikian hingga diagram berikut komutatif, yaitu. Elemen-elemen dari X Y adalah x i y x X y Y ii i i i dan..3.contoh (auns, 1994): 1) Untuk sebarang n, jika n n adalah ideal di dan adalah himpunan bilangan rasional (yang masing-masing juga merupakan -modul), maka berlaku 0. Setiap elemen v berbentuk v nq untuk suatu q. Oleh karena itu, n untuk setiap v dan w1w n dapat diperoleh: v 1 nq 1 nq 1 n q n 1 n q 0 n 0 ) Jika pq masing-masing adalah bilangan prima, maka sebagai -modul berlaku p q 0. Perhatikan bahwa gcd pq, 1 sehingga sp tq 1 untuk suatu st,. Selanjutnya untuk sebarang m p p dan n q berlaku: 1 0 n m p q p q p q p q m n m n m n s p tq m n s p m n tq s pm n m tqn n 6
7 3) Misalnya diambil p, q 3, maka diperoleh 3 0. Perhatikan bahwa gcd,3 1 sehingga st3 1 untuk suatu st,. Selanjutnya untuk sebarang m dan n 3 berlaku: n m m n m n m n m n m n m n m n Proposisi berikut menjelaskan bahwa hasil kali tensor bersifat tunggal, yaitu jika ada hasil kali tensor yang lain dari modul-modul X dan Y, maka akan isomorfis dengan X Y..4.Proposisi (Hazewinkel, 005): iberikan ring, modul kanan X dan modul kiri Y. Jika X Y, maka berlaku: 1) X Y, adalah hasil kali tensor dari X dan Y. ) Jika T, ' sebarang hasil kali tensor dari X dan Y, maka ada isomorfisma grup : X Y T dengan ', yaitu diagram komutatif. Bukti: 1) Berdasarkan Proposisi.1. ) iketahui T, ' adalah sebarang hasil kali tensor dari X dan Y. Karena ' adalah pemetaan bilinear A-balanced, maka ada : X Y T dengan '. engan cara sama, karena : X Y X A Y adalah suatu pemetaan bilinear -balanced maka dengan definisi hasil kali tensor, aka nada : T X Y dengan '. Oleh karena itu berlaku dan ' ', dan karena dan ' bersifat tunggal maka dan tersebut adalah pemetaan identitas, yang artinya bahwa adalah suatu ismomorfisma. 7
8 3.Eksistensi Hasil Kali Tensor Homomorfisma Modul Kejadian khusus dari efinisi. di atas adalah sebagai berikut. Perhatikan bahwa jika diberikan ring, modul kanan X dan X ', modul kiri Y dan ' Y, kemudian diberikan juga homomorfisma modul f : X X ' dengan a f a X ' dan g : Y Y ' dengan b g b Y ', serta pemetaan bilinear : X Y X Y. Berdasarkan proposisi di atas, jika C X ' Y ' maka untuk sebarang pemetaan bilinear h: X Y X ' Y ' akan ada dengan tunggal homomorfisma grup h': X Y X ' Y ' sedemikian hingga dengan a b h' a b f a g b h h'. Untuk selanjutnya, dinotasikan h' f g. Penjelasan di atas tertuang dalam Akibat 3.1 berikut. 3.1.Akibat (Hungerford, 1974): iberikan ring, modul kanan X dan X, modul kiri Y dan Y '. Jika diberikan homomorfisma modul f : X X ' dan g : Y Y ', maka ada dengan tunggal homomorfisma dengan a b f a g b grup f g : X Y X ' Y ' Bukti: ' untuk setiap a b X Y. iketahui f : X X ' dengan a f a untuk setiap a X dan g : Y Y ' dengan b g b untuk setiap b Y adalah homomorfisma modul. Perhatikan bahwa h : X Y C X ' Y ' dengan a, b f a g b untuk setiap a, bx Y merupakan suatu pemetaan bilinear, yaitu sebagai berikut. Untuk sebarang a1, a1 X, berlaku: b1 b1 1, f a1 g b1 f a g b1 ha1, b1 ha, b1 1, f a1 g b1 f a1 g b ha1, b1 ha1, b ha r, b f a r g b f a g rb ha, rb h a a b f a a g b f a f a g b h a b b f a g b b f a g b g b , Y, dan r 8
9 Oleh karena itu, akan terdapat dengan tunggal suatu homomorfisma grup h : X Y C X ' Y ' sedemikian hingga diagram komutatif, yaitu berlaku h h, dengan,, a b h a b hi a b h a b f a g b untuk setiap a A, b B. Homomorfisma tunggal tersebut dinotasikan dengan h f g. engan demikian terbukti bahwa jika diberikan homomorfisma modul f : X X ' dan g : Y Y ', maka ada dengan tunggal hasil kali tensor homomorfisma modul dengan a b f a g b f g : A B A' B' untuk setiap a b X Y. Teorema berikut diperlukan untuk menunjukkan bahwa setiap barisan kanan eksak yang ditensorkan dengan suatu modul juga akan menghasilkan barisan kanan eksak. 3..Teorema (Hungerford, 1974): Jika adalah ring dengan elemen identitas dan X, A A dan B B. Y adalah -modul uniter, maka berlaku Bukti: Perhatikan bahwa karena adalah -bimodul,, maka Y adalah -modul kiri dengan r ', r b r ' r b untuk setiap r b Y dan r'. Untuk sebarang r b, r b Y dan a, b berlaku: ar1 b1 ar b a br1 b1 a br1 b1 ar1 br1 b1 ar1 b1 br1 b1 abr b abr b a br b a br b a br b a r b r b a r r b b a r r b b ar ar b b Perhatikan juga bahwa f : Y Y 1 r b 1r b r b adalah pemetaan bilinear dengan,, untuk setiap r, b B. Untuk sebarang r, r ', r" dan b, b' B berlaku: r b f r b rb 9
10 ', ' ', ',, ' ' ',, ' f rr", b rr" b r r " b f r, r " b f r r b r r b rb r b f r b f r b f r b b r b b rb rb f r b f r b Oleh karena itu, terdapat dengan tunggal suatu homomorfisma grup : Y Y dengan r b r b rb untuk setiap : B Y dengan 1 yang artinya bahwa suatu isomorfisma, atau terbukti A A. r b Y. Perhatikan bahwa terdapat b b b untuk setiap b Y sedemikian hingga: b b 1b 1. b b, dan r b r b rb 1 rb 1. r b r b, i dan B i B. engan demikian terbukti bahwa adalah Y Y. engan cara yang sama akan diperoleh juga 4.Kaitan Antara Hasil Kali Tensor dengan Barisan Eksak Setelah diberikan definisi dan contoh hasil kali tensor dua buah modul, selanjutnya akan diberikan sifat hasil kali tensor pada suatu barisan eksak. 4.1.Proposisi (Hungerford, 1974): iberikan ring dan modul kiri barisan eksak kanan dan adalah -modul kanan, maka barisan Adan B. Jika f g A B C 0 adalah suatu A B C 0 1f 1g juga merupakan suatu barisan eksak kanan (sebagai grup abelian). Bukti: iketahui f g A B C 0 adalah suatu barisan eksak kanan. Akan ditunjukkan bahwa A B C 0 1f 1g i Im 1 g C, juga merupakan barisan eksak. alam hal ini harus dibuktikan: ii Im1 f Ker 1 g, dan iii Im1 f Ker 1 g. 1) Karena g adalah suatu epimorfisma, berdasarkan hipotesis bahwa setiap generator d c dari C adalah berbentuk d g b gd b untuk suatu b B. Oleh karena itu, 1 Im 1 g memuat semua generator dari C, dan dengan demikian terbukti bahwa Im 1 g C. ) Karena Ker g Im f maka akan diperoleh g f 0 dan berlaku: 1 g 1 f 1 g 1 1 g f 1 1 g1 1 f gf 1 g f gf 1 gf 1 0 0, 10
11 dan dengan demikian terbukti bahwa Im1 f Ker 1 g 3) Misalkan diberikan : B B Im1 f. adalah epimorfisma kanonik. Berdasarkan ), maka akan terdapat suatu homomorfisma grup B f C : Im 1 dengan untuk setiap d b 1 gd b d g b d b B. Untuk lebih jelasnya, perhatikan hal berikut: B B Im 1 f C : B C alam hal ini akan ditunjukkan bahwa merupakan suatu isomorfisma. engan menggunakan fakta ini, akan mengakibatkan Im1 f Ker 1 g. Pertama, akan ditunjukkan bahwa : C B Im1 f,, dimana dengan d c d b g b c untuk suatu b B. Perhatikan bahwa terdapat minimal satu b B karena g adalah suatu epimorfisma. Jika g b' dan b b' Ker g Im f, dan oleh karena itu berlaku b b' f a Selanjutnya, karena d f a f dan d f a c maka berlaku g b b' 0 untuk suatu a A. Im 1 0 ' ' ' db'., maka akan diperoleh: d b d b f a d b d f a d b d f a Oleh karena itu, terbukti bahwa terdefinisi dengan baik. Perhatikan juga bahwa merupakan pemetaan bilinear, yaitu untuk setiap d1, d, c1, c C, dan r berlaku sebagai berikut. d1 d, c1 d1 d c1 d1 c1 d c1 d1 c1 d c1 d1, c1 d, c1 d1, c1 c d1 c1 c d1 c1 d1 c d1 c1 d1 c d1, c1 d1, c d r, c d r c d rc d, rc ari sini, akan terdapat dengan tunggal suatu homomorfisma grup C B f : Im 1 dengan d c d c i d, c d, c d b, dimana g b c. Oleh karena itu, semua generator d c C berlaku: d c d b d g b d c 11
12 dimana merupakan pemetaan identitas. engan cara sama, juga merupakan pemetaan identitas, sehingga terbukti bahwa merupakan suatu isomomorfisma. Proposisi di atas menyatakan bahwa jika suatu barisan eksak kanan ditensorkan dengan suatu modul, maka belum tentu barisan yang baru juga eksak kanan. Namun hal ini tidaklah berlaku sebaliknya, contoh penyangkalnya dijelaskan dalam Contoh 4.3 di bawah. Perhatikan kembali bahwa pada barisan eksak kiri, tidak berlaku bahwa barisan hasil kali tensornya selalu eksak kiri juga. Untuk itu, khusus untuk barisan eksak kiri diperoleh definisi khusus sebagai berikut. 4..efinisi (Hungerford, 1974): f iberikan barisan eksak kiri dari -modul kiri 0 A B. Setiap -modul kanan N disebut modul datar (flat) jika I f : N A N B juga injektif. N efinisi untuk -modul datar kiri diperoleh dengan cara analog. Berikut merupakan contoh-contoh modul-modul yang flat dan tidak flat. 4.3.Contoh: (1) Untuk setiap ring A, A adalah A-modul flat. Misalnya adalah -modul flat, karena untuk f g sebarang barisan eksak 0 A1 A A maka dengan menggunakan hasil kali tensor f g dengan -modul kanan, 0 A1 A A juga merupakan barisan eksak. () Setiap ruang vektor V atas lapangan F adalah modul flat, artinya V adalah F-modul flat. Lebih lanjut, setiap A-modul bebas adalah A-modul flat, karena untuk sebarang barisan eksak 0 A A A maka dengan menggunakan hasil kali tensor dengan F -modul f g 1 f g kanan V, 0 V F A1 V F A V F A juga merupakan barisan eksak. (3) Jika A adalah daerah integral dan I adalah ideal proper tak nol di A, maka AI bukan merupakan A-modul flat. Misalnya diberikan ideal proper pada daerah integral, maka f bukanlah modul flat, karena 0, dengan f :, z z dan :, z z adalah barisan eksak, tetapi 0 f I I bukan barisan eksak. Perhatikan bahwa untuk suatu z z berlaku f I z z f z I z z z, dan berlaku: f I f I 66, yang artinya bahwa fungsi f I bukan merupakan fungsi injektif. 1
13 5.aftar Pustaka [1] auns, J, Modules and ings, 1994, Cambridge University Press, United Kingdom. [] Hazewinkel et al, Algebras, ings and Modules, 004, Kluwer Academics Publishers, New York. [] Hungerford, T. W., Algebra, 000, Springer Verlag, New York. 13
BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan
II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan autokomutator yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama ini akan dibahas tentang teori
Lebih terperinciBAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III Standard Kompetensi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat 3.1 Menyebutkan definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi tersebut adalah modul. Untuk membahas pengertian tentang suatu modul harus dimengerti lebih
Lebih terperinciRING STABIL BERHINGGA
RING STABIL BERHINGGA Samsul Arifin Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Surya, Tangerang Email: samsul.arifin@stkipsurya.ac.id ABSTRACT Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai karakteristik ring
Lebih terperinciG a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.
2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Definisi A.1 Diberikan A dan B adalah dua himpunan yang tidak kosong. Suatu cara atau aturan yang memasangkan atau mengaitkan setiap elemen dari himpunan A dengan tepat
Lebih terperinciJurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 5 No.1 Juni 2011: TES FORMAL MODUL PROJEKTIF DAN MODUL BEBAS ATAS RING OPERATOR DIFERENSIAL
Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol 5 No Juni 0: 43-5 TES FORMAL MOUL PROJEKTIF AN MOUL BEBAS ATAS RING OPERATOR IFERENSIAL Na imah Hijriati Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Jl
Lebih terperinciKarakteristik Koproduk Grup Hingga
Jurnal Matematika Integratif ISSN 1412-6184 Vol. 9 No. 2, Oktober 2013 pp. 31-37 Karakteristik Koproduk Grup Hingga Edi Kurniadi, Stanley P.Dewanto, Alit Kartiwa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciFUNGTOR KONTRAVARIAN DAN KATEGORI ABELIAN
FUNGTOR KONTRAVARIAN DAN KATEGORI ABELIAN Agus Suryanto, Nikken Prima Puspita, Robertus Heri S. U. Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Jalan Prof. H. Soedarto, SH. Tembalang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang
Lebih terperinciJurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 4 No. 2 Desember 2010: IDEAL MAKSIMAL DAN IDEAL PRIMA NEAR-RING
IDEAL MAKSIMAL DAN IDEAL PRIMA NEAR-RING Saman Abdurrahman Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 35, 8 Banjarbaru ABSTRAK Penelitian ini membahas ideal near-ring yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika yang dikembangkan untuk menunjang pemahaman mengenai struktur bilangan. Struktur atau sistem aljabar
Lebih terperinciTeorema Jacobson Density
Teorema Jacobson Density Budi Santoso 1, Fitriani 2, Ahmad Faisol 3 Jurusan Matematika FMIPA, Unila, Bandar Lampung, Indonesia 1,2,3 E-mail: budi.klik@gmail.com Abstrak. Misalkan adalah ring (tidak harus
Lebih terperinciPROSIDING ISBN : Dzikrullah Akbar 1), Sri Wahyuni 2)
Modul Strongly Supplemented A 6 Dzikrullah Akbar 1), Sri Wahyuni 2) 1) Mahasiswa S2 Matematika Jurusan Matematika FMIPA UGM Email : dzikoebar@yahoo.com 2) Dosen PS S2 Matematika Jurusan Matematika FMIPA
Lebih terperinciFUNGTOR HOM DAN FUNGTOR TENSOR PADA HOMOMORFISMA MODUL. Abstrak
Jurnal Euclid, Vol.4, No.2, pp.710 FUNGTOR HOM DAN FUNGTOR TENSOR PADA HOMOMORFISMA MODUL Denik Agustito Universitas Sarjanawiyata Tamansiwa; rafaelagustito@gmail.com Abstrak Sebuah modul adalah pasangan
Lebih terperinciBeberapa Sifat Ideal Bersih-N
JURNAL FOURIER Oktober 216, Vol. 5, No. 2, 61-66 ISSN 2252-763X; E-ISSN 2541-5239 Beberapa Sifat Ideal Bersih-N Uha Isnaini dan Indah Emilia Wijayanti Jurusan Matematika FMIPA UGM, Yogyakarta, Sekip Utara,
Lebih terperinciModul Faktor Dari Modul Supplemented
Modul Faktor Dari Modul Supplemented A 16 Puguh Wahyu Prasetyo S2 Matematika FMIPA UGM, Yogyakarta Email : puguhwp@gmail.com Ari Suparwanto Jurusan Matematika FMIPA UGM, Yogyakarta Email : ari_suparwanto@ugm.ac.id
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KOPRODUK GRUP HINGGA
KARAKTERISTIK KOPRODUK GRUP HINGGA Edi Kurniadi, Stanley P. Dewanto, Alit Kartiwa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang Km 21 Jatinangor 45363 E-mail: edikrnd@gmail.com;
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.
II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang grup, ring, dan modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian. 2.1 Ring Sebelum didefinisikan pengertian
Lebih terperinciMODUL HASIL BAGI DARI SUATU MODUL DEDEKIND
MODUL HASIL BAGI DARI SUATU MODUL DEDEKIND Erlina Tri Susianti 1) Santi Irawati 2) Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Malang. email: erltrisa@yahoo.co.id, santira99@gmail.com Abstrak: Gelanggang
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN
Lebih terperinciKeberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar
PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar Mashuri, Kristina Wijayanti, Rahayu Budhiati Veronica, Isnarto Jurusan Matenmatika FMIPA
Lebih terperinciVolume 9 Nomor 1 Maret 2015
Volume 9 Nomor 1 Maret 015 Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 015 Volume 9 Nomor 1 Hal. 1 10 KARAKTERISASI DAERAH DEDEKIND Elvinus R. Persulessy 1, Novita Dahoklory 1, Jurusan Matematika FMIPA Universitas
Lebih terperinciSTRUKTUR ALJABAR: RING
STRUKTUR ALJABAR: RING BAHAN AJAR Oleh: Rippi Maya Program Studi Magister Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI - Bandung 2016 1 Pada grup telah dipelajari
Lebih terperinciGRUP HOMOLOGI DARI RUANG TOPOLOGI. Denik Agustito 1, Sriwahyuni 2
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 GRUP HOMOLOGI DARI RUANG TOPOLOGI Denik Agustito 1, Sriwahyuni 2 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan penulisan penelitian diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam subbab ini akan diberikan beberapa teori berupa definisi,
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,
3 II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, ideal, daerah integral, ring quadratic.
Lebih terperinciTEORI HEMIRING ABSTRAK
TEORI HEMIRING Mahasiswa S1 Program Studi Matematika, Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro Jl Prof H Soedarto, SH, Semarang Indonesia 50275 email :tri_matematika@yahoocom
Lebih terperinciSyarat Perlu Suatu Modul Merupakan Modul Distributif Lemah dan Ring Endomorfisma dari Modul Distributif Lemah
Syarat Perlu Suatu Modul Merupakan Modul Distributif Lemah Ring Endomorfisma dari Modul Distributif Lemah Fitriani Jurusan Matematika FMIPA Universitas Lampung Email: fitriani_mathunila@yahoocoid AbstrakMisalkan
Lebih terperinciBeberapa Sifat Ideal Bersih-N
JURNAL FOURIER Oktober 216, Vol. 5, No. 2, 65-7 ISSN 2252-763X; E-ISSN 2541-5239 Beberapa Sifat Ideal Bersih-N Uha Isnaini dan Indah Emilia Wijayanti Jurusan Matematika FMIPA UGM, Yogyakarta, Sekip Utara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ruang vektor merupakan suatu sistem di aljabar linier yang sangat sering dipelajari karena banyak penerapannya di berbagai cabang ilmu sains. Seiring dengan
Lebih terperinciAnalisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Analisis Fungsional Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Lingkup Materi Ruang Metrik dan Ruang Topologi Kelengkapan Ruang Banach Ruang Hilbert
Lebih terperinciKriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian
Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian Rio Yohanes 1, Nora Hariadi 2, Kiki Ariyanti Sugeng 3 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia rio.yohanes@sci.ui.ac.id,
Lebih terperinciIDEAL DIFERENSIAL DAN HOMOMORFISMA DIFERENSIAL. Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye
DEAL DFEENSAL DAN HOMOMOFSMA DFEENSAL Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat l. end. A. Yani Km. 36 Kampus Unlam Banjarbaru Email : imah_math@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis sebagai landasan teori dalam penelitian ini yaitu teori bilangan, bilangan bulat modulo?, struktur aljabar dan masalah logaritma
Lebih terperinciAljabar Atas Suatu Lapangan dan Dualitasnya
Vol. 12, No. 2, 105-110, Januari 2016 Aljabar Atas Suatu Lapangan dan Dualitasnya Edi Kurniadi dan Irawati Abstrak Suatu aljabar (A,.,+;k) atas suatu lapangan k adalah suatu gelanggang (A,.,+) yang dilengkapi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1 B. PEMBATASAN MASALAH... 2 C.
Lebih terperinciHOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE)
Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 98 102 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND HOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE) RISCHA DEVITA Program Studi Matematika,
Lebih terperinci0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d
1 Pada grup telah dipelajari himpunan dengan satu operasi. Sekarang akan dipelajari himpunan dengan dua operasi. Ilustrasi 1.1 Perhatikan himpunan 0,1,2,3,4. (a) Apakah grup terhadap operasi penjumlahan?
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN I MODUL ATAS RING Direncanakan
Lebih terperinciSYARAT PERLU DAN CUKUP SUBMODUL TERKOMPLEMEN. Sri Wahyuni Jurusan Matematika FMIPA UGM. Abstrak
JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 1, 8-13, April 2002, IN : 1410-8518 YARAT PERLU DAN CUKUP UBMODUL TERKOMPLEMEN ri Wahyuni Jurusan Matematika FMIPA UGM Abstrak Dipresentasikan syarat perlu dan
Lebih terperinciRING FAKTOR DAN HOMOMORFISMA
BAB 8 RING FAKTOR DAN HOMOMORFISMA Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Faktor dan Homomorfisma Ring Tujuan Instruksional
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gelanggang, Lapangan, dan Ruang Vektor Suatu himpunan tak kosong R disebut gelanggang jika di dalam R didefinisikan dua operasi, masing-masing dinotasikan dengan + dan., sedemikian
Lebih terperinciK-ALJABAR. Iswati dan Suryoto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275
K-ALJABAR Iswati Suryoto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl Prof H Soedarto, SH, Semarang 50275 ABSTRAK -aljabar adalah suatu struktur aljabar yang dibangun atas suatu grup sehingga sifat-sifat yang berlaku
Lebih terperinciPENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017
PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 Indah Emilia Wijayanti Departemen Matematika FMIPA Universitas
Lebih terperinciSUBMODUL PRIMA, SEMIPRIMA, DAN PRIMER DI MODUL DAN MODUL FRAKSI
Jurnal Gammath, Volume 2 Nomor 1, Maret 2017 SUBMODUL PRIMA, SEMIPRIMA, DAN PRIMER DI MODUL DAN MODUL FRAKSI Lina Dwi Khusnawati FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta lina.d.khusnawati@ums.ac.id Abstrak
Lebih terperinciBab 3 Gelanggang Polinom Miring
Bab 3 Gelanggang Polinom Miring Dalam bab ini akan dibahas mengenai Gelanggang Poliom Miring mulai dengan bentuk yang sederhana (satu variabel) sampai ke bentuk yang lebih kompleks (banyak variabel) berikut
Lebih terperinciHUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP
HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP TEDUH WULANDARI Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680,
Lebih terperinciTeorema-Teorema Utama Isomorphisma pada Near-Ring
urnal Gradien Vol 11 o 2 uli 2015 : 1112-1116 Teorema-Teorema Utama somorphisma pada ear-ring Zulfia Memi Mayasari, Yulian Fauzi, Ulfasari Rafflesia urusan Matematika, Fakultas Matematika dan lmu Pengetahuan
Lebih terperinciModul Perkalian. Oleh Samsul Arifin Jurusan Matematika FMIPA UGM Sekip Utara Yogyakarta 55281
Modul Perkalian Oleh Samsul Arifin Jurusan Matematika FMIPA UGM Sekip Utara Yogyakarta 5528 Abstrak Di dalam teori modul terdapat modul khusus yang disebut modul perkalian (multiplication modules). Misalnya
Lebih terperinciBAB III PERLUASAN INTEGRAL
BAB III PERLUASAN INTEGRAL Pembahasan pada bab ini termuat pada ruang lingkup perluasan uniter atas suatu ring komutatif. Jika adalah suatu ring, maka yang dimaksud adalah suatu ring yang komutatif dan
Lebih terperinciRANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF
Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No. 1 (2013), hal. 63 70. RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF Eka Wulan Ramadhani, Nilamsari Kusumastuti, Evi Noviani INTISARI Rank dari matriks
Lebih terperinciSEMIGRUP BEBAS DAN MONOID BEBAS PADA HIMPUNAN WORD. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Riau Kampus Bina Widya Indonesia
SEMIGRUP BEBS DN MONOID BEBS PD HIMPUNN WORD Novia Yumitha Sarie, Sri Gemawati, Rolan Pane Mahasiswa Program S Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan lam Univeritas
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah,
3 II. LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah, definisi-definisi dan teorema-teorema yang berhubungan dengan penelitian ini. 2.1 Geometri Insidensi
Lebih terperinciDiktat Kuliah. Oleh:
Diktat Kuliah TEORI GRUP Oleh: Dr. Adi Setiawan UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Kata Pengantar Aljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah yang menjadi kurikulum nasional
Lebih terperinciGRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA
GRUP ALJABAR DAN -MODUL REGULAR SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: FITRIA EKA PUSPITA 07934028 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 ABSTRAK Misalkan
Lebih terperinciKAJIAN KEINJEKTIFAN MODUL (MODUL INJEKTIF, MODUL INJEKTIF LEMAH, MODUL MININJEKTIF)
J. Pijar MIPA, Vol. IX No.1, Maret : 42-47 ISSN 1907-1744 KAJIAN KEINJEKTIFAN MODUL (MODUL INJEKTIF, MODUL INJEKTIF LEMAH, MODUL MININJEKTIF) Baidowi 1, Yunita Septriana Anwar 2 1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciHUBUNGAN MODUL TERBANGKIT MODUL-R DAN TERBANGKIT MODUL-R [ S
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 HUBUNGAN MODUL TERBANGKIT MODUL-R DAN TERBANGKIT MODUL-R [ S Budi Surodjo
Lebih terperinciSetiap Modul merupakan Submodul dari Suatu Modul Bersih
Jurnal Matematika Integrati ISSN 4-684 Volume No, April 05, pp 65-74 Setiap Modul merupakan Submodul dari Suatu Modul Bersih Kartika Sari, Indah Emilia Wijayanti ) Jurusan Matematika,Fakultas MIPA, Universitas
Lebih terperinciBeberapa Sifat Modul Tersuplemen lemah (Weakly Supplemented Module)
Beberapa Sifat Modul Tersuplemen lemah (Weakly Supplemented Module) A 4 Didi Febrian 1, Sri Wahyuni 2 1 Mahasiswa S2 Jurusan Matematika Fakultas MIPA UGM, Dosen Univ. Dian Nusantara Medan email : febrian.didi@mail.ugm.ac.id
Lebih terperinciSYARAT PERLU MENGKONSTRUKSIKAN RELASI EKIVALENSI PADA RING TIDAK KOMUTATIP ELVINA HERAWATY
SYARAT PERLU MENGKONSTRUKSIKAN RELASI EKIVALENSI PADA RING TIDAK KOMUTATIP ELVINA HERAWATY Jurusan Matematika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Abstrak Diketengahkan metode memperluas himpunan
Lebih terperinciUNNES Journal of Mathematics
UJM 6 (1) 2017 UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm STRUKTUR DAN SIFAT-SIFAT K-ALJABAR Deni Nugroho, Rahayu Budhiati Veronica, dan Mashuri Jurusan Matematika, FMIPA,
Lebih terperinciPERAN TEOREMA COHEN DALAM TEOREMA BASIS HILBERT PADA RING DERET PANGKAT
PERAN TEOREMA COHEN DALAM TEOREMA BASIS HILBERT PADA RING DERET PANGKAT SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Matematika Diajukan Oleh : Moch. Widiono 09610030
Lebih terperinciKarakterisasi Modul Torsi dan Modul Bebas Torsi Menggunakan Preradikal
Karakterisasi Modul Torsi dan Modul Bebas Torsi Menggunakan Preradikal Indah Emilia Wijayanti Primastuti Indah Suryani Dwi Ertiningsih Jurusan Matematika FMIPA UGM Sekip Utara Yogyakarta 55281 Abstrak
Lebih terperinciKeterkaitan Grup Spesial Uniter dengan Grup Spesial Ortogonal
Jurnal Matematika Integratif Volume 12 No. 2, Oktober 2016, pp. 117-124 p-issn:1412-6184, e-issn:2549-903 doi:10.24198/jmi.v12.n2.11928.117-124 Keterkaitan Grup Spesial Uniter dengan Grup Spesial Ortogonal
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,
II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna, square free, keterbagian bilangan bulat, modulo, bilangan prima, daerah integral, ring bilangan bulat
Lebih terperinciMATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN
MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN 2301-9115 GRAF TOTAL SUATU MODUL BERDASARKAN SUBMODUL SINGULER Dian Ambarsari (S1 Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciSYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra
JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 4 No 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : 1410-8518 SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstact Field is integral domain and is a
Lebih terperinciSEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum
Bab I. Sekilas Tentang Konsep Dasar Grup antonius cp 2 1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil operasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.
Lebih terperinciSkew- Semifield dan Beberapa Sifatnya
Kode Makalah M-1 Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya K a r y a t i Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta E-mail: yatiuny@yahoo.com
Lebih terperinciSUB KS-SEMIGRUP FUZZY DAN ASPEK-ASPEK YANG TERKAIT. Tessa Danty Fajriyah 1, Suryoto 2, Widowati 3
SUB KS-SEMIGRUP FUZZY DAN ASPEK-ASPEK YANG TERKAIT Tessa Danty Fajriyah 1, Suryoto 2, Widowati 3 1,2,3 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto,SH.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama akan dibahas mengenai teori grup. 2.1 Grup Dalam struktur aljabar, himpunan
Lebih terperinciSeminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya
Tulisan ini telah dipresentasikan pada dipresentasikan dalam Seminar Nasional Alabar, Pengaaran Dan Terapannya dengan tema Kontribusi Alabar dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Penelitian dan Pembelaaran
Lebih terperinciSOAL DAN PENYELESAIAN RING
SOAL DAN PENYELESAIAN RING 1. Misalkan P himpunan bilangan bulat kelipatan 3. Tunjukan bahwa dengan operasi penjumlahan dan perkalian pada himpunan bilangan bulat, P membentuk ring komutatif. Jawaban:
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi Grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN II HOMOMORPHISMA MODUL Direncanakan
Lebih terperinciGELANGGANG ARTIN. Kata Kunci: Artin ring, prim ideal, maximal ideal, nilradikal.
Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 108 114 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND GELANGGANG ARTIN IMELDA FAUZIAH, NOVA NOLIZA BAKAR, ZULAKMAL Program Studi Matematika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL. (Skripsi) Oleh ALI ABDUL JABAR
ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL Skripsi Oleh ALI ABDUL JABAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 ABSTRAK ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG
Lebih terperinciRestia Sarasworo Citra 1, Suryoto 2. Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP
ENDOMORFISMA DARI BCH-AJABAR Restia Sarasworo Citra 1 Suryoto 1 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto S. H Tembalang Semarang Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstract. BCH-algebras is an
Lebih terperinciSTRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field.
STRUKTUR ALJABAR II Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field RING (GELANGGANG) Ring adalah himpunan G yang tidak kosong dan berlaku dua oprasi biner (penjumlahan dan
Lebih terperinciDERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL
DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL SKRIPSI Oleh : ANI NURHAYATI J2A 006 001 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010
Lebih terperinciAljabar Linier. Kuliah
Aljabar Linier Kuliah 10 11 12 Materi Kuliah Transformasi Linier Kernel dan Image dari Transformasi Linier isomorfisma Teorema Rank plus Nullity 1/11/2014 Yanita FMIPA Matematika Unand 2 Transformasi Linier
Lebih terperinciUNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta
UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN III MODUL BEBAS, PENGENOL, DAN
Lebih terperinciTujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup
BAB 3 DASAR DASAR GRUP Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup Tujuan Instruksional Khusus : Setelah diberikan
Lebih terperinciJURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH
JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 4 No 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : 1410-8518 SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstact Field is integral domain and is a
Lebih terperinciRUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh
Muhammad Kukuh, Ruang RUANG FAKTOR Oleh : Muhammad Kukuh Abstraksi Pada struktur aljabar dikenal istilah grup faktor yaitu Jika grup dan N Subgrup normal G, maka grup faktor dengan operasi Apabila G ruang
Lebih terperinciSyarat Perlu Dan Cukup Subaljabar Merupakan Ideal di Dalam Aljabar BCI
Syarat Perlu Dan Cukup Subaljabar Merupakan Ideal di Dalam Aljabar BCI 1, 2 Yeni Susanti1, Sri Wahyuni 2 Jurusan Matematika FMIPA UGM Abstrak : Di dalam tulisan ini dibahas syarat perlu dan syarat cukup
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF TAHUN ANGGARAN 2017 KARAKTERISASI MODUL TIDAK TERDEKOMPOSISI ATAS DAERAH DEDEKIND
LAPORAN PENELITIAN KOMPETITIF TAHUN ANGGARAN 2017 KARAKTERISASI MODUL TIDAK TERDEKOMPOSISI ATAS DAERAH DEDEKIND Nomor DIPA : DIPA BLU: DIPA-025.04.2.423812/2016 Tanggal : 7 Desember 2017 Satker : (423812)
Lebih terperinciSTRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS
STRUKTUR ALJABAR 1 Winita Sulandari FMIPA UNS Pengantar Struktur Aljabar Sistem Matematika terdiri dari Satu atau beberapa himpunan Satu atau beberapa operasi yg bekerja pada himpunan di atas Operasi-operasi
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan
II. LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan dalam pembahasan penelitian ini. Untuk lebih mudah memahami, akan diberikan beberapa contoh. Berikut ini
Lebih terperinciMODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS
MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS MODULES AND BASES OF FREE MODULES Dian Mardiani Pendidikan Matematika, STKIP Garut Garut, Indonesia Alfid51@yahoo.com Abstrak Penelitian ini membahas beberapa
Lebih terperinciSUBGRUP C-NORMAL DAN SUBRING H R -MAX
SUBGRUP C-NORMAL DAN SUBRING H R -MAX Kristi Utomo 1, Nikken Prima Puspita 2, R. Heru Tjahjana 3, Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang kristiu24@gmail.com
Lebih terperinciKLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring
Jurnal Barekeng Vol 8 No Hal 33 39 (14) KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring ELVINUS RICHARD PERSULESSY Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Pattimura Jl Ir M Putuhena, Kampus Unpatti,
Lebih terperinciALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc
ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2011 0 KATA PENGANTAR Aljabar abstrak
Lebih terperinci2 G R U P. 1 Struktur Aljabar Grup Aswad 2013 Blog: aswhat.wordpress.com
2 G R U P Struktur aljabar adalah suatu himpunan tak kosong S yang dilengkapi dengan satu atau lebih operasi biner. Jika himpunan S dilengkapi dengan satu operasi biner * maka struktur aljabar tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. R S = { r s. untuk S subset multiplikatif dari R yang tidak memuat pembagi nol dan didefinisikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Topik "Hubungan Modul Dedekind Dengan Modul π Melalui Modul Invertibel dan Modul Padat" merupakan kajian atas 2(dua) jenis submodul yang muncul dari ide yang
Lebih terperinciPENGERTIAN RING. A. Pendahuluan
Pertemuan 13 PENGERTIAN RING A. Pendahuluan Target yang diharapkan dalam pertemuan ke 13 ini (pertemuan pertama tentang teori ring) adalah mahasiswa dapat : a. membedakan suatu struktur aljabar merupakan
Lebih terperinciTEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS
TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta
Lebih terperinci