I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka

III PEMBAHASAN. λ = 0. Ly = 0, maka solusi umum dari persamaan diferensial (3.3) adalah

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

BAB 3 ENTROPI DARI BEBERAPA DISTRIBUSI

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana f(x) adalah fungsi tujuan dan h(x) adalah fungsi pembatas.

BAB II LANDASAN TEORI

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang

2 BARISAN BILANGAN REAL

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

II LANDASAN TEORI. Sebuah bilangan kompleks dapat dinyatakan dalam bentuk. z = x jy. (2.4)

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3

BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

BAB III PEMBAHASAN. Pada BAB III ini akan dibahas mengenai bentuk program linear fuzzy

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

TUGAS ANALISIS REAL LANJUT. a b < a + A. b + B < A B.

Kalkulus Rekayasa Hayati DERET

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN TEORI

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan

BAB V. INTEGRAL. Lambang anti-turunan (integral tak-tentu) oleh Leibniz adalah... dx, sehingga

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 7. No. 1, 31-41, April 2004, ISSN :

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT)

B a b 1 I s y a r a t

PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu

Definisi Integral Tentu

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n

TURUNAN FUNGSI. Definisi. 3.1 Pengertian Turunan Fungsi. Turunan fungsi f adalah fungsi f yang nilainya di c adalah. asalkan limit ini ada.

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 5. DERET

Kestabilan Rangkaian Tertutup Waktu Kontinu Menggunakan Metode Transformasi Ke Bentuk Kanonik Terkendali

Soal dan Pembahasan. Ujian Nasional Matematika Teknik SMK matematikamenyenangkan.com

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret. DOSEN Fitri Yulianti, SP, MSi.

HALAMAN Dengan definisi limit barisan buktikan limit berikut ini : = 0. a. lim PENYELESAIAN : jadi terbukti bahwa lim = 0 = 5. b.

METODE NUMERIK JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 7/4/2012 SUGENG2010. Copyright Dale Carnegie & Associates, Inc.

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

METODE DEKOMPOSISI LAPLACE UNTUK MENENTUKAN SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINIER

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ruang Vektor. Definisi (Darmawijaya, 2007) Diketahui (V, +) grup komutatif dan (F,,. ) lapangan dengan elemen identitas

Model Pertumbuhan BenefitAsuransi Jiwa Berjangka Menggunakan Deret Matematika

BAB III PERUMUSAN PENDUGA DAN SIFAT SIFAT STATISTIKNYA

Supriyadi Wibowo Jurusan Matematika F MIPA UNS

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dibahas tentang teori-teori dasar yang. digunakan untuk dalam mengestimasi parameter model.

4/15/2009. Arti investasi : a. Hasil penjualan. b. Biaya c. Ekspektasi dan kepercayaan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

IV. METODE PENELITIAN

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI

BAB VI BARISAN TAK HINGGA DAN DERET TAK HINGGA

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

Solusi Numerik PDP. ( Metode Beda Hingga ) December 9, Solusi Numerik PDP

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2

Aji Wiratama, Yuni Yulida, Thresye Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 36 Banjarbaru

SIFAT-SIFAT FUNGSI EKSPONENSIAL BERBASIS BILANGAN NATURAL YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI LIMIT

ISIAN SINGKAT! 1. Diberikan hasil kali digit digit dari n harus sama dengan 25

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika

Solusi Numerik Persamaan Transport

PENENTUAN SOLUSI RELASI REKUREN DARI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS DENGAN MENGGUNAKAN FUNGSI PEMBANGKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab IV. Penderetan Fungsi Kompleks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendiferensialan. Modul 1 PENDAHULUAN

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar (pengertian) yang akan digunakan dalam. pembahasan penelitian. 2.

MENENTUKAN PELUANG RUIN DENGAN METODE KOMBINASI EKSPONENSIAL

Oleh : Bambang Supraptono, M.Si. Referensi : Kalkulus Edisi 9 Jilid 1 (Varberg, Purcell, Rigdom) Hal

BAB III PENGGUNAAN METODE EMPIRICAL BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION (EBLUP) PADA GENERAL LINEAR MIXED MODEL

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE SIMPSON TERMODIFIKASI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA LINEAR JENIS KEDUA. Jonas Lodewyk H 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT

Solusi Pengayaan Matematika

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Matematika SMA (Program Studi IPA)

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd

BAB III TAKSIRAN KOEFISIEN KORELASI POLYCHORIC DUA TAHAP. Permasalahan dalam tugas akhir ini dibatasi hanya pada penaksiran

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai

Gambar 1. Partisi P dari empat persegi panjang R = [a, b] x [c, d] adalah dua himpunan i i

Hendra Gunawan. 14 Februari 2014

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1 Latar belakag Model pertumbuha Solow-Swa (the Solow-Swa growth model) atau disebut juga model eoklasik (the eo-classical model) pertama kali dikembagka pada tahu 195 oleh Robert Solow da Trevor Swa da secara aalitis merupaka model pertumbuha pertama yag diterima sebagai model pertumbuha jagka pajag (log-ru growth model) Model ii megasumsika bahwa egara-egara megguaka sumberdayaya secara efisie da terdapat imbal hasil yag selalu berkurag (dimiishig returs) terhadap peigkata modal da teaga kerja Dari dua asumsi ii terdapat tiga prediksi petig Pertama peigkata modal per teaga kerja meciptaka pertumbuha ekoomi selama masyarakat dapat terus memberika modal secara produktif Kedua egara-egara miski dega tigkat modal per kapita yag redah aka tumbuh lebih cepat karea setiap ivestasi dari modal aka meghasilka imbal hasil yag lebih tiggi dibadigka egara-egara yag memiliki modal lebih besar Ketiga dikareaka adaya dimiishig returs terhadap modal tigkat ekoomi aka mecapai suatu keadaa di maa peigkata modal baru tidak aka meyebabka pertumbuha ekoomi Keadaa ii disebut dega keadaa tuak (steady state) Selama berpuluh-puluh tahu model pertumbuha Solow-Swa diguaka utuk memprediksi pertumbuha ekoomi suatu egara karea model ii meujukka bagaimaa tabuga pertumbuha populasi da kemajua tekologi mempegaruhi tigkat output perekoomia serta pertumbuhaya sepajag waktu Pegguaa model pertumbuha Solow- Swa selama ii diberlakuka dega asumsi tigkat pertumbuha populasi adalah kosta sepajag waktu Peelitia ii dimaksudka utuk meetuka perilaku model ii pada output perekoomia suatu egara jika asumsi yag diguaka pada tigkat pertumbuha populasi adalah tak-kosta atau terbatas pada suatu titik sepajag waktu Tujua Peulisa karya ilmiah ii bertujua utuk mempelajari pegaruh model Solow-Swa dalam suatu sistem perekoomia yag memiliki tigkat pertumbuha populasi terbatas berkaita dega pedapata per kapita da tigkat teaga kerja II LANDASAN TEORI Utuk meyelesaika model pertumbuha Solow-Swa pada tigkat populasi terbatas diperluka beberapa pemahama teori seperti di bawah ii: 1 Fugsi Produksi da Fugsi Produksi Cobb-Douglas Defiisi 1 (Fugsi Produksi) Fugsi produksi stadar merupaka suatu fugsi yag memiliki persamaa: Y = F( K L) Dega Y K da L berturut-turut adalah output modal da teaga kerja (Makiw 3) Defiisi (Fugsi Produksi Cobb-Douglas) Suatu fugsi produksi stadar yag diaplikasika utuk meggambarka proses produksi dega dua iput da bayak output disebut dega fugsi produksi Cobb-Douglas Fugsi ii memiliki persamaa: α (1 α ) Y = F( K L) = K L α 1 dega F(K L) adalah output K adalah modal L teaga kerja da α parameter elastisitas (Makiw 3) Fugsi Naik da Fugsi Turu Defiisi 3 (Fugsi Naik) Fugsi F disebut aik pada selag I jika f ( 1 ) < f ( ) saat 1 < pada selag I (Stewart 1)

Defiisi 4 (Fugsi Turu) Fugsi F disebut turu pada selag I jika f ( 1 ) > f ( ) saat 1 < pada selag I ( Stewart 1) 3 Teorema Perbadiga Defiisi 5 (Kodisi Lipschitz) Suatu fugsi F( y) memeuhi suatu kodisi Lipschitz pada domai D jika ada suatu kostata takegatif L sehigga kodisi y > y1 aka meyebabka F( y ) F( y ) L( y y ) 1 1 Lema 1 Misalka σ adalah suatu fugsi terturuka yag memeuhi pertaksamaa diferesial σ ( Kσ ( (1) dega K adalah sebuah kostata da a b Maka utuk a b K ( a) σ ( σ ( a) e Bukti: Kedua sisi Persamaa (1) dikalika dega K e kemudia ruasya dipidah diperoleh: { } d e [ σ ( Kσ ( ] = σ ( e d K Fugsi σ ( e memiliki turua ol atau egatif da sekaligus merupaka fugsi takaik pada selag a b Maka σ ( e σ ( a) e Ka Ka K σ ( σ ( a) e e = σ K ( a) ( a) e Teorema Perbadiga Misalka f da g masig-masig adalah solusisolusi dari persamaa-persamaa diferesial: y = F( y) z = G( z) dega F( y) G( y) pada selag a b da F da G memeuhi kodisi Lipschitz Jika f ( a) = g( a) maka f ( y) g( y) utuk semua [ a b] Bukti: Lihat Lampira 1 4 Fugsi Kotiu da Pertaksamaa Growall Defiisi 6 (Fugsi Kotiu) Sebuah fugsi f kotiu pada bilaga a jika: lim f ( = f ( a) a (Stewart 1) Defiisi 7 (Pertaksamaa Growall) Misalka φ daψ adalah fugsi-fugsi yag kotiu pada t t t1 da berlaku φ ( t) da ψ ( t) Jika persamaa berikut terpeuhi: t φ( t) K + ψ ( s) φ( s) ds dega K kostata positif maka berlaku: t φ( t) K ep ( s) ds t ψ t Bukti: Lihat Birkhoff & Rota (198) 5 Persamaa Diferesial (PD) Defiisi 8 (Persamaa Diferesial Biasa) Jika y adalah sebuah fugsi dega pemetaa terhadap dega maka fugsi: y : R R ( i) y adalah turua dari y ( 1) ( ) F( y y y ) = y disebut sebuah persamaa diferesial biasa orde (Hartma )

Defiisi 9 (Persamaa Diferesial Liear) Suatu persamaa diferesial disebut liear jika F dapat dituliska sebagai sebuah kombiasi liear dari turua y: 1 ( ) ( i) i i= 1 y = a ( ) y + r ( ) dega a ( da r( adalah fugsi-fugsi i kotiu di Jika r( ) = maka persamaa di atas disebut persamaa diferesial biasa homoge Selai itu disebut dega persamaa diferesial tak homoge (Hartma ) Defiisi 1 (Persamaa Diferesial Beroulli) Persamaa diferesial Beroulli memiliki betuk: y + P( y = Q( y 1 () (Hartma ) Solusi persamaa Beroulli dapat ditetuka dega membagi kedua ruas dega y sehigga diperoleh: y y P( + = 1 y Q( Sebuah variabel peggati dibuat utuk megubah persamaa tersebut mejadi persamaa diferesial liear orde pertama: Misalka 1 y w = 1/ didapatka: w = (( 1 ) / y ) y (3) Persamaa (3) disubstitusika pada Persamaa () diperoleh persamaa peggati: w + P( w= Q( (4) 1 Persamaa (4) dapat diselesaika dega megguaka faktor pegitegrala 1 M ( = e P( d Cotoh: Diberika persamaa Beroulli y y = y Persamaaya peggatiya adalah: w + w= Kedua ruas pada persamaa peggati dikalika dega 1 d l M ( = e = e = sehigga diperoleh: w + w= Ruas kiri merupaka turua dari Kedua ruas diitegralka: 4 ( w ) d = d ( 1/5) 5 w = + C ( ) 4 w terhadap ( 1/ y) = 1/5 + C Jadi solusi utuk y adalah 5 y = 5 + C 6 Returs to Scale Misalka K da L adalah iput-iput dari suatu fugsi produksi: Y = F( K L) dega Y adalah output Jika ada suatu kostata pegali λ yag meyebabka peigkata iput da persamaa di atas mejadi: Yλ = F( λk λl) = λf ( K L) λ > maka aka dihasilka jumlah output-output baru yag proporsiya bergatug pada besarya λ Defiisi 11 (Costat Returs to Scale) Costat returs to scale terjadi saat proporsi peigkata jumlah output yag dihasilka adalah sebadig (sama besar) dega λ (Moffatt 8)

Cotoh: Misalka diberika sebuah fugsi produksi: Y = K + 3L Jika iput ditigkatka sebesar λ maka aka tercipta sebuah fugsi baru: Yλ = ( λk ) + 3( λl) = λk + 3λL = λ(k + 3 L) = λy Jika iput ditigkatka sebesar λ maka output aka meigkat sebesar λ pula Defiisi 1 (Icreasig Returs to Scale) Icreasig returs to scale terjadi saat proporsi peigkata jumlah output yag dihasilka adalah lebih besar dari λ (Moffatt 8) Cotoh: Misalka diberika sebuah fugsi produksi: Y = (5) KL Dega pegali λ diperoleh fugsi produksi baru: Y = (5)( λk )( λl) λ = λ (5) KL = λ Y Sehigga jika λ > 1 maka λ > λ Proporsi peigkata output aka lebih besar daripada proporsi peigkata iput Jika < λ < 1 maka aka terjadi decreasig returs to scale Defiisi 13 (Decreasig Returs to Scale) Decreasig returs to scale terjadi saat proporsi peigkata jumlah output yag dihasilka adalah kurag dariλ (Moffatt 8) Cotoh: Misalka diberika sebuah fugsi produksi: 3 Y = K L Dega pegali λ diperoleh fugsi produksi baru: 3 Yλ = ( λk ) ( λl) = λ 5 3 K 5 = λ Y Sehigga jika λ > 1 maka λ < λ Proporsi peigkata output aka lebih kecil daripada proporsi peigkata iput Jika < λ < 1 maka aka terjadi icreasig returs to scale 7 Defiisi Lai Defiisi 14 (Ruag Metrik) Misalka X adalah suatu himpua Suatu metrik utuk X adalah sebuah fugsi d dega daerah asal X X da daerah hasil meliputi [ ) sehigga: ( i) d( = ( X ) L 5 ( ii) d( y) > ( y X y) ( iii) d( y) = d( y ( y X ) ( iv) d( y) d( z) + d( z y) ( y X ) (pertaksamaa segitiga) Jika d adalah sebuah metrik utuk X maka pasaga berurut X d disebut suatu ruag metrik (Goldberg 1976) Defiisi 15 (Stabil Lyapuov da Stabil Asimtotik) Misalka X d adalah ruag metrik da f : X X sebuah fugsi kotiu Suatu X dikataka stabil Lyapuov jika utuk setiap ε > ada δ > sehigga utuk setiap y X jika d ( y) < δ maka d( f ( f ( y)) < ε utuk setiap Ν X disebut stabil asimtotik jika ada δ > sehigga lim d( f ( f ( y)) = kapapu d(y) < δ (Lyapuov 1966)

Defiisi 16 (Atura L Hopital) Misalka f da g terturuka da g ( dekat a (kecuali mugki di a) Misalka bahwa lim f ( ) = da lim g ( ) = a a atau bahwa lim f ( ) =± da lim g ( ) =± a a Dega kata lai aka didapatka betuk taktetu jeis / atau / Maka f ( f ( lim = lim a g( a g ( asalka limit di ruas kaa ada (atau berilai atau ) (Stewart 1) Teorema Nilai Rata-Rata Jika f : [ a b] R adalah fugsi yag kotiu pada selag tutup [ a b] da terturuka pada selag buka ( a b) Maka ada c pada ( a b) sehigga f ( b) f ( a) f ' ( c) = b a (Stewart 1) Bukti: Lihat Stewart (1) III MODEL PERTUMBUHAN SOLOW SWAN 31 Model dega Tigkat Pertumbuha Populasi Kosta Model pertumbuha Solow-Swa memiliki struktur dasar yag terdiri atas: A Fugsi produksi agregat Persamaa fugsi produksi agregat adalah sebagai berikut Y ( t) = F( K ( t) L( t)) (5) dega Y(t) meyataka output atau pedapata agregat yag merupaka fugsi dari persediaa modal K(t) da agkata kerja L(t) pada t B Asumsi eoklasik pada fugsi produksi a Produk marjial yag positif da meuru terhadap faktor iput modal: F( K L) MPK = = FK > MP K F ( K L ) = = F KK < Kedua hal di atas meujukka bahwa peambaha iput modal aka meghasilka produk marjial yag selalu berilai positif da semaki meuru seirig peambaha iput Hal yag sama berlaku utuk faktor iput teaga kerja: F( K L) MPL = = FL > MP L F ( K L ) = = F LL < Kedua hal di atas meujukka bahwa pertambaha iput teaga kerja aka meghasilka produk marjial yag selalu berilai positif da semaki meuru seirig pertambaha iput b Costat Returs to Scale (CRTS) pada modal da teaga kerja yaitu: F( λk λl) = λf ( K L) λ > Asumsi ii meujukka bahwa keaika proporsi iput aka meyebabka keaika output sebesar proporsi keaika iput (sebadig) c Kodisi Iada lim F lim F = lim F = K L K L K K = lim F = L Fugsi produksi Y = F(K L) dega asumsi CRTS dapat dituliska kembali mejadi : L Y = LF ( K / L1) (6) yag selajutya dapat disederhaaka mejadi y= f ( k)