Linear Lokal = Mempunyai Turunan

dokumen-dokumen yang mirip
Persamaan Parametrik

Kalkulus Multivariabel I

Deret Taylor. dengan radius kekonvergenan positif. Maka, dengan menggunakan teorema turunan deret pangkat, (x a) + f 00 (a) 2! (x a) 2 + f 000 (a) 3!

UJIAN PERTAMA KALKULUS/KALKULUS I SEMESTER PENDEK 2004 SABTU, 17 JULI (2 JAM)

Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1

Pertemuan Minggu ke Keterdiferensialan 2. Derivatif berarah dan gradien 3. Aturan rantai

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

OPERATOR FREDHOLM. Kartika Yulianti December 20, 2007

Open Source. Not For Commercial Use

Kalkulus Fungsi Dua Peubah atau Lebih

BAB III TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

PERSAMAAN BIDANG RATA

BAB I VEKTOR DALAM BIDANG

Gradien, Divergensi, dan Curl

Menggunakan Kurva Ketinggian Memahami Mengapa Fungsi Tidak Memiliki Limit di (0,0)

Persamaan Di erensial Orde-2

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

10. TEOREMA NILAI RATA-RATA

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

Catatan Kuliah KALKULUS II BAB V. INTEGRAL

Teorema Divergensi, Teorema Stokes, dan Teorema Green

Kuliah 2: FUNGSI MULTIVARIABEL. Indah Yanti

Aljabar Vektor. Sesi XI Vektor 12/4/2015

Diferensial Vektor. (Pertemuan V) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Bilangan Kompleks. Anwar Mutaqin. Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA

f(-1) = = -7 f (4) = = 3 Dari ketiga fungsi yang didapat ternyata yang terkecil -7 dan terbesar 11. Rf = {y -7 y 11, y R}

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN

Soal Ujian Komprehensif

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

PENGANTAR KALKULUS PEUBAH BANYAK. 1. Pengertian Vektor pada Bidang Datar

Matematika Dasar FUNGSI DAN GRAFIK

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN. yos3prens.wordpres.com

Turunan Fungsi. h asalkan limit ini ada.

BAB II VEKTOR DAN GERAK DALAM RUANG

MODUL 3 BIDANG RATA. [Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat]

Matematika Dasar NILAI EKSTRIM

Fungsi Dua Peubah dan Turunan Parsial

Pertemuan Minggu ke Bidang Singgung, Hampiran 2. Maksimum dan Minimum 3. Metode Lagrange

SUDUT DAN JARAK ANTARA DUA BIDANG RATA

= + atau = - 2. TURUNAN 2.1 Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang c di dalam D f diberikan oleh

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Dalam koordinat Euclid

Kuliah 3: TURUNAN. Indah Yanti

Kalkulus Multivariabel I

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Dua Peubah

MODUL PEMBELAJARAN KALKULUS II. ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd

Turunan Fungsi dan Aplikasinya

Kalkulus II. Diferensial dalam ruang berdimensi n

Pertemuan : 4 Materi : Fungsi Bernilai Vektor dan Gerak Sepanjang Kurva Bab II. Diferensial Kalkulus Dari Vektor

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

SILABUS PENGALAMAN BELAJAR ALOKASI WAKTU

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga;

Diferensial Vektor. (Pertemuan V) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

9. Teori Aproksimasi

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS I

Hendra Gunawan. 4 April 2014

Outline Vektor dan Garis Koordinat Norma Vektor Hasil Kali Titik dan Proyeksi Hasil Kali Silang. Geometri Vektor. Kusbudiono. Jurusan Matematika

Aljabar Linier Elementer. Kuliah ke-9

Muhafzan TURUNAN. Muhafzan, Ph.D

SATUAN ACARA PERKULIAHAN PROGRAM KOMPETENSI GANDA DEPAG S1 KEDUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

KONSEP PARABOLA DALAM GEOMETRI TAKSI DENGAN GARIS SUMBU SEBAGAI DIREKTRIS

Matematika Teknik Dasar-2 5 Perkalian Antar Vektor. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

BAB III FUNGSI KUASIKONVEKS

22. MATEMATIKA SMA/MA (PROGRAM IPA)

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Bil Riil. Bil Irasional. Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + maka bentuk umum bilangan kompleks adalah

KALKULUS MULTIVARIABEL II

BAB III RUANG VEKTOR R 2 DAN R 3. Bab ini membahas pengertian dan operasi vektor-vektor. Selain

Vektor di ruang dimensi 2 dan ruang dimensi 3

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Erlanger Program Kongruen

MA3231 Analisis Real

UJIAN TENGAH SEMESTER KALKULUS/KALKULUS1

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

Vektor Ruang 2D dan 3D

Penerapan Turunan MAT 4 D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA A. PENDAHULUAN B. DALIL L HÔPITAL C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK TURUNAN. materi78.co.

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

Bab II Fungsi Kompleks

Fungsi Analitik (Bagian Kedua)

Bahan Diskusi/Tugas Kelompok Topik: Turunan Fungsi

Integral Vektor. (Pertemuan VII) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Pembahasan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

Rencana Pembelajaran

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS

MA3231 Analisis Real

KONSTRUKSI PERSAMAAN GARIS LURUS MELALUI ANALISIS VEKTORIS DALAM RUANG BERDIMENSI DUA

BAB V PENERAPAN DIFFERENSIASI

Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI

Transkripsi:

oki neswan FMIPA-ITB Linear Lokal = Mempunyai Turunan De nisi turunan fungsi untuk dua peubah tampak sangat berbeda dari turunan untuk fungsi satu peubah De nition 1 Fungsi f : A! R; A R; dikatakan mempunyai turunan di = a jika it!a f () a (1) ada. Nilai it tersebut disebut turunan dari f di a; ditulis f 0 (a) : Jadi,!a f () = f 0 (a) a De nition 2 Fungsi f : A! R; A R 2 ; dikatakan mempunyai turunan di (a; b) jika it f linear lokal di (a; b) ; yaitu jika terdapat fungsi " 1 (; y) dan " 2 (; y) sehingga f (a + ; b + y) = f (a; b) + f (a; b) + f y (a; b) + " 1 (; y) + y " 2 (; y) dan " 1 (; y) = 0 dan (;y)!(0;0) " 2 (; y) = 0: (;y)!(0;0) Pertanyaan yang sangat wajar muncul mengapa tidak dipilih de nisi yang lebih mudah, misalnya f mempunyai turunan di (a; b) jika turunan-turunan parsial f (a; b) dan f y (a; b)? Kita menginginkan fungsi dua peubah yang mempunyai turunan juga mempunyai sifat yang sama seperti yang dimiliki oleh fungsi satu peubah, misalnya 1. fungsi yang mempunyai turunan adalah kontinu dan juga bahwa 2. dalil rantai berlaku pada komposisi dar fungsi-fungsi yang mempunyai turunan. Kita perlu membangun de nisi yang cukup kuat sehingga sifat-sifat ini, dan tentu juga sifat-sifat lainnya juga sebanyak mungkin dapat berlaku pada fungsi dengan dua peubah atau lebih. Contoh berikut menjelaskan mengapa memiliki turunan parsial saja tidak cukup. Eample 3 Perhatikan fungsi f (; y) = 0; jika = 0 atau y = 0 1; jika 6= 0 dan y 6= 0 Fungsi ini jelas tidak kontinu sekalipaun f (0; 0) = 0 = f y (0; 0) : Pertanyaan lainnya adalah mengapa kita tidak memperumum it (1) untuk mende nisikan turunan? Bentuk Lain dari Turunan Misalkan = (; y) dan 0 = (a; b) : Bila kita secara langsung menggunakan hubungan (1) diperoleh f () f ( 0 ) :! 0 0 1 Tetapi ekspresi ini tidak mempunyai makna karena pembagian oleh vektor yaitu 0 sama sekali tidak mempunyai makna. Jadi, kita perlu mencari bentuk lain yang ekuivalen dengan (1) tanpa melibatkan pembagian. 1

f() f(a) Misalkan it!a a ini ada yaitu L (L = f 0 (a)). Maka Misalkan " () =!0 f ()!a a f (a + ) L f(a+) f(a) L( a) : Maka Dengan demikian jika f mempunyai turunan maka L = 0 atau = 0!0 f (a + ) f (a + ) = + L () + " () : L = 0 terdapat bilangan real L dan fungsi " () yang bersifat!0 " () = 0; sehingga f (a + ) = + L () + " () : (bentuk alternatif) Sebaliknya jika bentuk alternatif ini berlaku, maka!0 f (a + ) L + " () =!a = (L + " ()) = L + " ()!a!a = L + 0 = L: yaitu f mempunyai turunan. Nilai L disebut turunan dari f di a; L = f 0 (a). Jadi keduanya ekuivalen. Karena bentuk alternatif tidak melibatkan pembagian maka kita dapat menggunakannya untuk mende nisikan turunan untuk fungsi dengan dua peubah atau lebih. Perhatikan bahwa g () = + f 0 (a) ( a) adalah persamaan garis singgung gra k f () di = a: Dengan demikian f () disekitar a mirip g () ; biasa disebut, f linear lokal di a: Jadi sebagaimana telah diperlihatkan diatas, konsep mempunyai turunan dan linear lokal adalah ekuivalen pada fungsi satu peubah, Kita akan menggunakan konsep linear lokal untuk fungsi dua peubah, yaitu f mempunyai turunan di (a; b) nilai f dapat dihampiri oleh sebuah bidang, disebut bidag singgung. Bidang Singgung Misalkan sebuah permukaan memenuhi persamaan F (; y; z) = 0: (bidang dengan persamaan z = f (; y) dapat ditulis sebagai F (; y; z) = 0; dengan F (; y; z) = f (; y) z) Bidang singgung permukaan di titik P (a; b; c) bidang melalui titik P sehingga tiap kurva r (t) = (r 1 (t) ; r 2 (t) ; r 3 (t)) pada permukaan, vektor singgung r 0 (t 0 ) (P = r (t 0 )) tegak lurus normal bidang tersebut. Sepanjang garis y = b; kita peroleh kurva ruang r b () = (; b; f (; b)) : Untuk = a; kita peroleh kurva ruang r a () = (a; y; f (a; y)) :: Maka r 0 b () = (1; 0; f (; b)) : Khususnya, r 0 b (a) = (1; 0; f (a; b)) r 0 a (y) = (0; 1; f y (y; b)) : Khususnya, r 0 a (b) = (1; 0; f y (a; b)) 2

Maka, r 0 b (a) r0 a (b) merupakan vektor normal bidang singgung. r 0 b (a) r 0 a (b) = (1; 0; f (a; b)) (1; 0; f y (a; b)) = (f (a; b) ; f y (a; b) ; 1) Jadi, persamaan bidang singgung adalah n (p p 0 ) = 0 dengan p = (; y; z) ; p 0 = (a; b; f (a; b)) dan n = r 0 b (a) r0 a (b) : (f (a; b) ; f y (a; b) ; 1) ((; y; z) (a; b; f (a; b))) = 0 f (a; b) ( a) + f y (a; b) (y b) (z f (a; b)) = 0 atau z = f (a; b) + f (a; b) ( a) + f y (a; b) (y b). Bentuk ini dapat disederhanakan sebagai z (; y) = f (a; b) + (f (a; b) ; f y (a; b)) ((; y) (a; b)) Vektor (f (a; b) ; f y (a; b)) biasa ditulis sebagai rf (a; b) : Tulis = (; y) dan 0 = (a; b) ; maka persamaan bidang singgung adalah T () = f ( 0 ) + rf (a; b) ( 0 ) : Fungsi f (; y) = p jyj; lihat gambar berikut, mempunyai turunan parsial di (0; 0) ; tapi jelas tidak mempunyai bidang singgung di (0; 0) : Ini merupakan kelemahan lain dari funsi yang hanya mempunya turunan parsial. Terturunkan setelah persamaan bidang singgung kita peroleh, kita siap untuk mengembangan pengertian konsep linear lokal pada fungsi satu peubah ke fungsi dengan dua peubah atau lebih. Kita gunakan hubungan f () = f (a + ) = garis singgung + f 0 (a) ( a) + " ( a) ( a) atau garis singgung + f 0 (a) + " () 3

dalam konteks yang baru, memanfaatkan persamaan bidang singgung di atas sebagai berikut. f ( 0 + ) = dengan = 0 = ( a; y b) = (; y) : bidang singgung f ( 0 ) + rf ( 0 ) + " () De nition 4 Fungsi real f : A! R; A R 2 ; dikatakan linear lokal di 0 = (a; b) jika @f @ (a; b) dan (a; b) ada serta @f @y dengan f ( 0 + ) = rf ( 0 ) disebut vektor gradien f di 0 : bidang singgung f ( 0 ) + rf ( 0 ) + " () " () = (" 1 () ; " 2 ()) ;!0 " 1 () =!0 " 2 () = 0: De nition 5 Fungsi real f : A! R; A R 2 ; dikatakan mempunyai turunan di 0 = (a; b) jika f (; y) linear lokal di r = (a; b) : Theorem 6 (Sifat-sifat r) 1. r (f + g) ( 0 ) = rf ( 0 ) + rg ( 0 ) 2. r (fg) ( 0 ) = f ( 0 ) rg ( 0 ) + g ( 0 ) rf ( 0 ) Jika f mempunyai turunan di 0 ; maka f ( 0 + ) = bidang singgung f ( 0 ) + rf ( 0 ) + " () : Akibatnya jf ( 0 + ) f ( 0 )j = jrf ( 0 ) + " () j krf ( 0 ) + " ()k kk (2) Karena " () = (" 1 () ; " 2 ()) = " 1 () ; " 2 ()!0!0!0!0 = (0; 0) = 0; maka hubungan (2) untuk cukup kecil, Maka terbukti f kontinu di 0 : jf ( 0 + ) f ( 0 )j < jrf ( 0 ) + 1j kk : Theorem 7 Jika f mempunyai turunan di 0 = (a; b) ; maka f kontinu di 0 : Terbukti bahwa de nisi ini cukup baik. Dapat dibuktikan bahwa dengan de nisi ini, dalil rantai juga berlaku. Teorema berikut memberikan syarat yang relatif mudah untuk memeriksa bahwa suatu fungsi mempunyai turunan. Theorem 8 Jika turunan-turunan parsial f (; y) dan f y (; y) pada sebuah cakram D yang berpusat di (a; b) ; maka f mempunyai turunan di (a; b) : Proof. Ambil sebarang = (a + ; b + y) dalam cakram D: Maka f () f ( 0 ) = f (a + ; b + y) f (a; b) = (f (a + ; b + y) f (a + ; b))+(f (a + ; b) f (a; b)) : Gunakan Teorema Nilai Rata-rata untuk memperoleh c 1 antara b dan b + y sehingga f (a + ; b + y) f (a + ; b) = f y (a + ; c 1 ) y: Dengan cara serupa, ada c 2 antara a dan a + sehingga (f (a + ; b) f (a; b)) = f (c 2 ; b) 4

Maka f () f ( 0 ) = f y (a + ; c 1 ) y + f (c 2 ; b) = (f y (a + ; c 1 ) + f y (a; b) f y (a; b)) y + (f (c 2 ; b) + f (a; b) f (a; b)) = f (a; b) + f y (a; b) y + (f (c 2 ; b) f (a; b)) + (f y (a + ; c 1 ) f y (a; b)) y: Misalkan " 1 () = (f (c 2 ; b) f (a; b)) dan " 2 () = f y (a + ; c 1 ) f y (a; b) : Karena f kontinu c 2 antara a dan a + maka (f (c 2 ; b) f (a; b)) = " 1 () = 0: (;y)!(0;0) (;y)!(0;0) Demikian juga, karena f y kontinu dan c 1 antara b dan b + y; maka f y (a + ; c 1 ) f y (a; b) = " 2 () = 0 (;y)!(0;0) (;y)!(0;0) Maka terbukti bahwa f linear lokal di (a; b) : Oleh karena itu, f mempunyai turunan. Turunan Berarah Misalkan i = (1; 0) dan j = (0; 1) : Maka Jika 0 = (a; b) ; maka f (a + ; b) f (a; b) = f ((a; b) + (; 0)) f (a; b) f (a + ; b) f (a; b) f ( 0 ) =!0 f y ( 0 ) = y!0 f (a; b + y) f (a; b) y = f ((a; b) + (1; 0)) f (a; b) = f ((a; b) + i) f (a; b) f ( 0 + i) f ( 0 ) =!0 = y!0 f ( 0 + yj) f ( 0 ) y Jadi, f ( 0 ) dan f y ( 0 ) adalah turunan dalam arah yang spesial yaitu masing-masing i = (1; 0) dan j = (0; 1) : Konsep turunan dalam arah tertentu dapat diperoleh dengan mengganti vektor i dengan vektor satuan sebarang vektor satuan u: Jika it ini ada, D u f ( 0 ) = h!0 f ( 0 + hu) f ( 0 ) h f disebut mempunyai turunan di 0 dalam arah vektor satuan u: Jika f mempunyai turunan di 0 ; maka Maka f ( 0 + hu) = f ( 0 ) + rf ( 0 ) hu + " (hu) hu f ( 0 + hu) f ( 0 ) h = rf ( 0) hu + " (hu) hu h = rf ( 0 ) u + " (hu) u f ( 0 + hu) f ( 0 ) D u f ( 0 ) = = (rf ( 0 ) u + " (hu) u) h!0 h h!0 = rf ( 0 ) u + " (hu) u = rf ( 0 ) u: h!0 Theorem 9 Jika f mempunyai turunan di 0 dan u adalah vektor satuan, maka dan akibatnya, karena kuk = 1; dengan adalah sudut antara rf ( 0 ) dan u: D u f ( 0 ) = rf ( 0 ) u: D u f ( 0 ) = rf ( 0 ) u = krf ( 0 )k cos ; 5

Remark 10 1. Dalam arah u tegak lurus rf ( 0 ) ; D u f ( 0 ) = 0: 2. Fungsi f () mengalami kenaikan nilai paling besar dalam arah searah dengan rf ( 0 ) ( = 0 ) 3. Fungsi f () mengalami penurunan nilai paling besar dalam arah bertolak belakang dengan rf ( 0 ) ( = 180 ). Kurva Ketinggian dan Gradien Kurva ketinggian C k adalah proyeksi irisan permukaan z = f (; y) dengan bidang z = k ke bidang y: Jadi, sepanjang C k ; nilai f konstan yaitu k: Misalkan C adalah kurva ketinggian yang melalui 0 : Jika C k mempunyai garis singgung di 0 ; dan u adalah vektor satuan yang sejajar dengan garis singgung tersebut, maka D u f ( 0 ) = 0: Karena maka rf ( 0 )? u: Maka secara umum, D u f ( 0 ) = rf ( 0 ) u Theorem 11 Pada tiap titik, rf () tegak lurus kurva ketinggian yang melalui. Berikut adalah gra k permukaan f (; y) = 3y 2 +y 2 +1 ; kontur serta kontur dan medan vektor gradiennya. 6