Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Erlanger Program Kongruen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Erlanger Program Kongruen"

Transkripsi

1 Bab 2 Teori Dasar 2.1 Erlanger Program Erlanger program digunakan untuk menjelaskan geometri. Erlanger program memungkinkan pengembangan yang seragam dan perbandingan geometri yang berbeda. Membandingkan dua geometri diantaranya berarti menentukan apakah konsep dari satu geometri adalah seluruhnya termasuk di dalam yang geometri yang lain. Erlanger Program menyediakan sebuah rangka untuk mengklasi kasikan berbagai ide geometri dan menyediakan sebuah teknik pembuktian seragam yang dapat dipakai untuk semua teorema dari semua geometri Kongruen Dua bentuk disebut kongruen dalam pengukuran Euclidean jika dua bentuk adalah sama: sisi yang bersesuaian mempunyai panjang yang sama, sudut yang bersesuaian memiliki ukuran yang sama dan sebagainya. Bentuk-bentuk kongruen mempunyai sifat geometri yang sama, sehingga sebarang pernyataan benar mengenai satu bentuk adalah otomatis benar untuk sebarang bentuk kongruen. Kongruen dalam pengukuran Euclidean di adopsi dalam Erlanger program, sehingga dua bentuk kongruen jika mengawetkan ukuran. Geometri dimulai den- 4

2 BAB 2. TEORI DASAR 5 gan bidang (atau himpunan yang lain) tanpa aksioma, postulat atau sebarang ide pengukuran. Geometri dapat diklasi kasikan dengan berbagai cara mende nisikan kongruen. Hubungan kongruen harus mempunyai tiga sifat berikut: (a) A = A untuk sebarang bentuk A (re eksi). (b) Jika A = B, maka B = A (simetri). (c) Jika A = B dan B = C, maka A = C (transitif) De nisi dari Sebuah Geometri Misalkan dua bentuk A dan B. A dan B kongruen (ditulis A = B) jika dan hanya jika A = f (B) = ff (z) : z dalam Ag dimana f adalah transformasi kongruen. Dari sifat-sifat di atas diterjemahkan menjadi syarat transformasi kongruen sebagai berikut: (a) fungsi identitas f (z) = z adalah sebuah transformasi kongruen, (b) jika f (z) adalah sebuah transformasi kongruen, maka f bisa diinverskan dan f 1 adalah juga sebuah transformasi kongruen, (c) jika f (z) dan g (z) adalah transfomrasi kongruen, maka komposisi f (g (z)) adalah transformasi kongruen. Ini mengarahkan kepada de nisi berikut: De nisi 1 Misal S adalah sebuah himpunan tidak kosong. Sebuah grup transformasi G adalah sebuah koleksi dari transformasi T : S! S sehingga (a) G tertutup terhadap komposisi, (b) G memuat identitas, dan

3 BAB 2. TEORI DASAR 6 (c) transformasi dalam G bisa diinverskan dan inversnya dalam G De nisi 2 Setiap geometri (S; G) terdiri atas sebuah himpunan tidak kosong S dan sebuah grup transformasi G. De nisi 3 Sebuah bentuk dalam geometri (S; G) adalah sebarang A subhimpunan dari himpunan S. Dua bentuk A dan B adalah kongruen jika terdapat sebuah transformasi T dalam G sehingga T (A) = B, dimana T (A) dide nisikan dengan rumus T (A) = ft z : z adalah sebuah titik dari Ag. 2.2 Geometri Euclidean Bagian terpenting dalam geometri adalah grup transformasi G. Grup transformasi G menentukan karakter dari geometri. De nisi 4 Misal E 2 adalah bidang Euclidean termasuk 1, dan misal F adalah grup transformasi dari himpunan transformasi yang berbentuk T (z) = ze i + b dengan adalah konstanta Real dan b adalah konstanta kompleks. (E 2 ; F ) adalah model geometri Euclidean. Pasangan Model geometri Euclidean pada de nisi di atas merupakan geometri dengan transformasi perputaran (rotasi) dilanjutkan dengan pergeseran (translasi). Selanjutnya akan ditunjukkan geometri (E 2 ; F ) adalah sebuah geometri. (a) Misalkan T; S 2 F dengan T (z) = ze i + b dan S (z) = ze i + c

4 BAB 2. TEORI DASAR 7 dengan adalah konstanta Real dan b; c adalah konstanta kompleks. Sehingga T (S (z)) = ze i + c e i + b = ze i2 + ce i + b misalkan ce i + b = d T (S (z)) = ze i2 + d dengan adalah konstanta Real dan d adalah konstanta kompleks. Karena T S adalah transformasi rotasi dilanjutkan dengan translasi, jadi T S adalah transformasi dalam F. (b) Misalkan = 0 dan b = 0, maka T (z) = z adalah transfomasi identitas. Jadi F mempunyai identitas. (c) Misalkan T 1 (z) = ze i g adalah transformasi invers dari T, dengan g = be i dan adalah konstanta Real dan g; b adalah konstanta kompleks. Karena T 1 adalah transformasi rotasi dilanjutkan dengan translasi, sehingga T 1 2 F, maka T 1 (T (z)) = ze i + b e i g = ze i e i + be i be i = z dan T T 1 (z) = ze i g e i + b = ze i e i ge i + b = ze i e i be i e i + b = z b + b = z

5 BAB 2. TEORI DASAR 8 Jadi T 1 adalah transformasi invers dari T. Jadi F memuat invers. Berdasarkan (a)-(c) di atas maka (E 2 ; F ) adalah model geometri Euclidean. 2.3 Ruang Euclidean Ruang Euclidean mempunyai aspek aljabar dan geometri. Dalam aspek aljabar ruang Euclidean mempunyai sifat vektor di R 2. Ruang vektor R 2 memenuhi sifat berikut. De nisi 5 Ruang vektor (R 2 ; +; ) adalah himpunan tidak kosong R 2 dengan operasi biner + : R 2 R 2! R 2 dan sebuah operasi : RR 2! R 2 yang memenuhi sifat berikut. Untuk setiap x; y; z 2 R 2 berlaku (x + y) + z = x + (y + z) : (sifat asosiatif) Untuk setiap x; y 2 R 2 berlaku x + y = y + x: (sifat komutatif) Terdapat 0 2 R 2 untuk setiap x 2 R 2 sehingga berlaku x+0 = x: (identitas) Terdapat x 2 R 2 untuk setiap x 2 R 2 sehingga berlaku x + ( x) = 0: (invers) Terdapat 1 2 R untuk setiap x 2 R 2 sehingga berlaku 1 x = x: Untuk setiap c 2 R dan untuk setiap x; y 2 R 2 berlaku c (x + y) = cx + cy: (sifat distributif) Untuk setiap c; d 2 R dan untuk setiap x 2 R 2 berlaku (c + d) x = cx + dx: Untuk setiap c; d 2 R dan untuk setiap x 2 R 2 berlaku c (dx) = (cd) x: Ruang Euclidean secara aljabar sama denan ruang vektor sehingga penyelesaian untuk persamaan a + x = b dan x + a = b; untuk a; b 2 R 2 (2.1)

6 BAB 2. TEORI DASAR 9 adalah x = b a. Persamaan (2.1) mempunyai satu penyelesaian karena ruang vektor mempunyai sifat komutatif. Untuk melengkapi ruang Euclidean, maka ruang vektor mempunyai norm yang dide nisikan dari hasil kali dalam ruang vektor R 2. De nisi 6 Misalkan sebarang x; y 2 R 2 dengan x = (x 1 ; x 2 ) dan y = (y 1 ; y 2 ) dan x 1 ; x 2 ; y 1 ; y 2 2 R, hasil kali dalam adalah x y = x 1 y 1 + x 2 y 2 : Berdasarkan de nisi hasil kali dalam di atas dide nisikan norm. De nisi 7 Misalkan sebarang x 2 R 2 dengan x = (x 1 ; x 2 ) dan x 1 ; x 2 2 R, norm x adalah kxk = (x x) 1 2 = qx x 2 2 yang memenuhi sifat berikut: kxk 0 untuk setiap x 2 R 2. Jika kxk = 0, maka x = 0: (vektor nol) kcxk = jcj kxk untuk setiap x 2 R 2 dan setiap c 2 R. Sehingga jarak antara dua titik x; y 2 E 2 dalam ruang Eulcidean (E 2 ) adalah d (x; y) = kx yk : Jadi ruang Euclidean adalah ruang vektor yang dilengkapi dengan fungsi jarak d (metrik). Konsep jarak adalah hal penting dalam geometri. Teorema 8 Jarak antara dua titik dalam ruang Euclidean memenuhi sifat berikut. Untuk setiap x; y 2 E 2, berlaku d (x; y) 0: Untuk setiap x; y 2 E 2, berlaku d (x; y) = 0 jika dan hanya jika x = y:

7 BAB 2. TEORI DASAR 10 Untuk setiap x; y 2 E 2, berlaku d (x; y) = d (y; x) : Untuk setiap x; y; z 2 E 2, berlaku d (x; y) + d (y; z) d (x; z) : Identitas dalam ruang Euclidean adalah kx + yk 2 = kxk 2 + kyk 2 + 2x y (2.2) dengan x; y 2 E 2. Pembuktian identitas dalam ruang Euclidean (persamaan (2.2)) terdapat dalam Lampiran B. Jika x; y saling tegak lurus maka diperoleh teorama Pythagoras kx + yk 2 = kxk 2 + kyk 2 : Identitas polarisasi dalam ruang Euclidean adalah kx + yk 2 kx yk 2 = 4x y (2.3) dengan x; y 2 E 2. Pembuktian identitas polarisasi dalam ruang Euclidean (persamaan (2.3)) terdapat dalam Lampiran B Garis Garis dalam geometri Euclidean adalah vektor yang menghubungkan pasangan titik. Sebuah garis yang melalui dua titik a; b 2 E 2 memenuhi persamaan berikut: r (t) = a + t ( a + b) (2.4) dengan t 2 R. Jika t = 0 merupakan titik a dan jika t = 1 merupakan titik b. Jadi untuk t 2 [0; 1] merupakan segmen garis dari a ke b, lihat gambar 2.1.

8 BAB 2. TEORI DASAR 11 Gambar 2.1 Segmen garis Untuk sebarang vektor v 2 E 2, dide nisikan v = ftv : t 2 Rg adalah sebuah arah merupakan himpunan semua vektor yang tidak nol. Jika p adalah sebarang titik di E 2 dan v adalah vektor tidak nol, maka l = fx : x p 2 vg atau l = p + v disebut garis yang melalui p dengan arah v, lihat gambar 2.2. Gambar 2.2 Garis l = p + v Misalkan terdapat dua vektor u dan v di E 2, maka sudut antara u dan v adalah u v = cos (2.5) dengan 2 [0; ], lihat gambar 2.3. Gambar 2.3 Sudut antara u dan v

9 BAB 2. TEORI DASAR Aturan Cosinus dalam Ruang Euclidean Misalkan a; b; c adalah titik pada segitiga Euclidean, dan A = b c; B = a c; C = a b merupakan sisi-sisi pada segitiga Euclidean, juga ; ; adalah sudut dengan sisi yang bersesuaian (lihat gambar 2.4), maka Gambar 2.4 Segitiga Euclidean kck 2 = ka bk 2 = ka + c c bk 2 = k(c b) + (a c)k 2 = k( A) + Bk 2 berdasarkan persamaan identitas dalam ruang Euclidean (2.2), diperoleh kck 2 = k Ak 2 + kbk ( A) B berdasarkan persamaan (2.5) maka = kak 2 + kbk ( A) B, sifat norm = kak 2 + kbk 2 2A B A kak B kbk = cos, sehingga kck 2 = kak 2 + kbk 2 2 kak kbk cos : (2.6) Persamaan di atas merupakan hukum cosinus dalam ruang Euclide. Jika A; B saling tegak lurus maka akan diperoleh Teorema Pythagoras sebagai berikut: kck 2 = kak 2 + kbk 2 :

10 BAB 2. TEORI DASAR Geometri Mobius Grup transformasi yang digunakan dalam geometri Mobius sangat luas, termasuk semua grup transformasi dari semua geometri non-euclidean. De nisi 9 Misal C + dengan bidang kompleks termasuk 1, dan misal M adalah himpunan transformasi berbentuk T (z) = az + b cz + d dengan a, b, c, dan d adalah konstanta kompleks, dan ad bc 6= 0 (determinan dari T ), M disebut transformasi Mobius. Pasangan (C + ; M) adalah model geometri Mobius. Untuk menunjukkan bahwa geometri Mobius adalah sebuah geometri, harus dijelaskan bahwa (a) Transformasi Mobius M mempunyai komposisi transformasi yang berada dalam M. Misalkan T; S 2 M yaitu dan T (z) = az + b cz + d S (z) = ez + f gz + h dengan a; b; c; d; e; f; g; h adalah konstanta kompleks, ad fg 6= 0. Sehingga dengan T (S (z)) = a c ez+f gz+h ez+f gz+h + b = + d (ae + bg) z + (af + bh) (ce + dg) z + (cf + dh) bc 6= 0 dan eh (ae + bg) (cf + dh) (af + bh) (ce + dg) = acef + adeh + bcfg + bdgh acef adf g bceh bdgh = adeh + bcfg adfg bceh = ad (eh fg) bc (eh fg) = (ad bc) (eh fg)

11 BAB 2. TEORI DASAR 14 karena ad bc 6= 0 dan eh fg 6= 0, maka (ae + bg) (cf + dh) (af + bh) (ce + dg) 6= 0: Berarti komposisi dari dua transformasi Mobius adalah transformasi Mobius. Jadi M mempunyai komposisi transformasi. (b) Misalkan a = d = 1 dan b = c = 0, maka diperoleh transformasi T (z) = z: Jadi M mempunyai transformasi identitas. (c) Misalkan T 1 adalah transformasi invers dari T dengan ad T 1 2 M, dengan maka T 1 (z) = dz b cz + a T 1 (T (z)) = d az+b b cz+d c cz+d az+b + a = d (az + b) b (cz + d) c (az + b) + a (cz + d) = adz + bd bcz bd acz bc + acz + ad = (ad bc) z (ad bc) = z bc 6= 0 sehingga dan T T 1 (z) = a cz+a dz b + b dz b c cz+a + d = a (dz b) + b ( cz + a) c (dz b) + d ( cz + a) = adz ab bcz + ab cdz bc cdz + ad = (ad bc) z (ad bc) = z

12 BAB 2. TEORI DASAR 15 sehingga T 1 adalah transformasi invers di M. Jadi M mempunyai transformasi invers. Berdasarkan (a)-(c) maka geometri Mobius (C + ; M) adalah sebuah geometri. Teorema yang akan dijelaskan berikut sangat penting. Ini menjelaskan kebebasan gerak dengan transformasi Mobius. Lemma 10 Jika T bukan transformasi identitas, maka T hanya mempunyai satu atau dua titik tetap. Sebuah transformasi Mobius dengan tiga atau lebih titik tetap adalah transformasi identitas. Teorema 11 (Teorema dasar geometri Mobius) Terdapat tepat sebuah transformasi yang memetakan tiga bilangan kompleks yang berbeda z 1 ; z 2 ; z 3 ke tiga bilangan kompleks yang berbeda w 1 ; w 2 ; w 3. Bukti. Diklaim bahwa terdapat sebuah tranformasi Mobius yang memetakan tiga bilangan kompleks z 1 ; z 2 ; z 3 ke tiga bilangan tertentu 1; 0; 1. Berarti, yang harus dilakukan adalah mencari sebuah transformasi Mobius T sehingga T (z 1 ) = 1; T (z 2 ) = 0; T (z 3 ) = 1 Jika T dapat mentransformasikan sebarang bilangan z 1 ; z 2 ; z 3 yang diberikan, maka dengan menempatkan w 1 ; w 2 ; w 3 di z 1 ; z 2 ; z 3 diperoleh sebuah transformasi S sehingga S (w 1 ) = 1; S (w 2 ) = 0; S (w 3 ) = 1 Maka komposisi U = S 1 T adalah transformasi yang diinginkan karena U (z 1 ) = S 1 (T (z 1 )) = S 1 (1) = w 1 U (z 2 ) = S 1 (T (z2)) = S 1 (0) = w 2 U (z 3 ) = S 1 (T (z 3 )) = S 1 (1) = w 3 Kemudian akan dibuktikan bahwa terdapat transformasi U adalah tunggal. Misalkan V adalah sebuah transformasi lain yang memetakan z 1 ke w 1,z 2 ke w 2, dan

13 BAB 2. TEORI DASAR 16 z 3 ke w 3. Maka V 1 U mempunyai tiga titik tetap. Berdasarkan lemma sebelumnya V 1 U haruslah transformasi identitas, maka V = U. Kemudian akan ditentukan transformasi T, yang memetakan z 1 ; z 2 ; z 3 1; 0; 1. Transformasi tersebut adalah: sehingga bukti dari teorema lengkap. T (z) = z z 2 z z 3 z 1 z 3 z 1 z 2 (2.7) Persamaan (2.7) sangat penting dalam transformasi Mobius, yang dide nisikan sebagai berikut: De nisi 12 Cross ratio adalah fungsi dari empat konstanta kompleks dengan z 1 ; z 2 ; z 3 T (z) = z z 2 z z 3 z 1 z 3 z 1 z 2 adalah konstanta tetap, maka cross ratio adalah transformasi Mobius yang tepat memetakan z 1 ke 1, z 2 ke 0, dan z 3 ke 1: ke Geometri Hiperbolik Geometri hiperbolik terlihat sangat nyata, hampir lazim, dengan garis lurus, jarak, lingkaran, dan segitiga dengan geometri Euclide. Dengan menggunakan de nisi cross ratio diatas, berikut ini dide nisikan geometri hiperbolik. De nisi 13 Misal D= fz : jzj < 1g adalah cakram satuan dalam bidang kompleks, dan misal H adalah sebuah himpunan transformasi dari D yang berbentuk T (z) = z z 2 z z 3 z 1 z 3 z 1 z 2 (2.8) dengan z 1 ; z 2 ; z 3 adalah konstanta tetap dan z; z 1 ; z 2 ; z 3 2 D. Pasangan (D;H) adalah model geometri hiperbolik. Himpunan D disebut bidang hiperbolik. Grup H adalah grup hiperbolik. Karena H adalah sebuah grup dari M dan D adalah sebuah subhimpunan dari C +, geometri hiperbolik adalah sebuah subgeometri dari geometri Mobius. Oleh

14 BAB 2. TEORI DASAR 17 karena itu setiap pernyataan benar dalam geometri Mobius adalah benar juga dalam geometri hiperbolik. Bagaimanapun, setiap bentuk dalam geometri hiperbolik mempunyai bentuk kongruen yang lebih sedikit daripada dalam geometri Mobius (karena geometri hiperbolik mempunyai transformasi lebih sedikit daripada geometri Mobius). Model geometri hiperbolik dengan himpunan D disebut model Poincare. Jarak dua titik z 1 ; z 2 dide nisikan sebagai berikut: 2 D dalam geometri hiperbolik (geometri Poincare) 0 d (z 1 ; z 2 ) = 1 + z 2 z z 1 z 2 A 1 z 2 z 1. 1 z 1 z 2 Sehingga jarak suatu titik z 2 D terhadap titik pusat cakram satuan adalah: d (0; z) = ln 1 + jzj. 1 jzj Garis lurus Dalam geometri Mobius, kita hanya mempelajari satu bentuk cline (lingkaran Euclide dan garis lurus Euclide). Dalam geometri hiperbolik tidak menjadi masalah bahwa semua cline kongruen. Sebagai contoh: lingkaran satuan adalah tepat satu, berarti tidak ada lingkaran lain atau garis lurus Euclide yang kongruen terhadap lingkaran satuan. (Tentu saja, lingkaran satuan tidak benarbenar dalam bidang hiperbolik.) Contoh kedua adalah sebuah himpunan lingkaran yang tegak lurus terhadap cakram satuan. Himpunan lingkaran ini memainkan hukum dari garis lurus dalam geometri hiperbolik, sebagaimana dijelaskan de nisi dan teorema berikut. De nisi 14 Garis lurus hiperbolik adalah diameter lingkaran atau lingkaran dalam bidang kompleks yang memotong cakram satuan dengan sudut siku-siku.

15 BAB 2. TEORI DASAR 18 Gambar 2.5 Bidang hiperbolik dan beberapa garis lurus hiperbolik Teorema 15 Dalam geometri hiperbolik, semua garis lurus hiperbolik adalah kongruen. Dua titik dalam bidang hiperbolik menentukan tepat sebuah garis lurus hiperbolik. Bukti. Simetri adalah kunci dari bukti ini. Misal T adalah sebuah transformasi dari geometri hiperbolik. Misal z adalah titik simetri terhadap z yang berhubungan terhadap cakram satuan. Karena simetri diawetkan semua transformasi Mobius, titik T z dan T z akan simetri yang berhubungan dengan lingkaran diperoleh dengan menggunakan T ke cakram satuan. Tetapi T memetakan cakram satuan ke dirinya. Bukti teorema di atas, juga membuktikan lemma berikut ini. Lemma 16 Setiap transformasi dari geometri hiperbolik memetakan setiap pasangan titik simetri yang berhubungan dengan cakram satuan ke pasangan titik simetri lain yang berhubungan dengan cakram satuan. Sekarang, misal C adalah sebarang garis lurus, dan misal z 0 sebarang titik di bidang hiperbolik pada C. Karena C adalah sebuah cline yang tegak lurus terhadap cakram satuan, C juga harus melalui titik z0 yang diluar cakram satuan dan simetri terhadap z 0 yang berhubungan dengan cakram satuan. Misal T adalah sebuah transformasi dari grup hiperbolik membawa z 0 ke 0 seperti dalam persamaan (2.8). Titik simetri z0 akan dikirim ke 1. Maka

16 BAB 2. TEORI DASAR 19 dari itu, T (C) adalah sebuah garis lurus Euclide tegak lurus terhadap cakram satuan dan melalui titik pusat. Dengan kata lain, T (C) adalah sebuah diameter dari cakram satuan. Selanjutnya T mentransformasikan C, dan membuat T (C) menjadi x-absis. Aksi dari T diilustrasikan dalam gambar 2.6. Gambar 2.6 Menempatkan sebuah garis lurus dalam posisi standar dalam geometri hiperbolik Ini membuktikan bahwa setiap garis lurus hiperbolik C kongruen terhadap sebuah garis lurus standar yang spesi k: x-absis. Karena itu, semua garis lurus hiperbolik adalah kongruen. Kemudian, misal z 1 dan z 2 adalah sebarang dua titik dalam bidang hiperbolik. Untuk membuktikan bahwa terdapat sebuah garis lurus hiperbolik yang unik melalui z 1 dan z 2, kita dapat menempatkan z 1 dan z 2 dalam sebarang posisi kongruen yang sesuai. Gunakan kebebasan gerak yang sama sebagai dalam bagian pertama dari bukti, kita dapat menempatkan z 1 di titik asal dan kemudian mentransformasikan z 2 ke sebuah titk di suatu tempat sepanjang x-absis positif. Sekarang, setiap garis lurus hiperbolik melalui 0 juga melalui titik simetri 1 yang berhubungan dengan cakram satuan. Dengan kata lain, setiap garis lurus hiperbolik melalui 0 (= z 1 ) adalah sebuah garis lurus Euclide biasa (diameter cakram satuan). Dari geometri Euclide, terdapat sebuah garis lurus Euclide melalui z 1 (= 0) dan z 2 (pada x-absis positif). (Garis ini merupakan x-absis). Karena itu, dalam kasus z 0 = 0, garis lurus Euclide melalui z 1 adalah sama seperti garis lurus

17 BAB 2. TEORI DASAR 20 hiperbolik, ini membuktikan teorema Paralelisme Dalam geometri Euclide, garis paralel dide nisikan sebagai garis yang tidak pernah berpotongan. Berdasarkan de nisi tersebut maka diperoleh de nisi paralelisme dalam geometri hiperbolik sebagai berikut: De nisi 17 Titik pada cakram satuan disebut titik ideal. Dua garis hiperbolik disebut paralel jika tidak berpotongan dalam D tetapi mempunyai satu titik ideal bersama. Dua garis hiperbolik disebut hiperparalel jika tidak berpotongan di dalam D dan tidak mempunyai titik ideal bersama. Gambar 2.7 Jenis paralel Gambar 2.7 menunjukkan sebuah diameter cakram satuan, sebuah garis paralel terhadap diameter cakram satuan, dan beberapa garis hiperparalel terhadap diameter cakram satuan. Catatan bahwa dua garis hiperparalel terhadap sebuah garis mungkin berpotongan, sebuah keadaan yang tidak pernah terjadi dalam geometri Euclide. Garis paralel dan garis hiperparalel untuk selanjutnya disebut garis paralel. Untuk menyelidiki postulat paralel, misalkan sebuah garis srq dan sebuah titik p tidak di srq. Akan diasumsikan (dengan menggunakan sebuah transformasi jika perlu) bahwa sebuah titik p pada titik asal. Sekarang buat sebuah garis tegak lurus dari p ke garis srq, diperoleh seperti gambar 2.8.

18 BAB 2. TEORI DASAR 21 Gambar 2.8 Sudut paralel Perhatikan bahwa terdapat dua garis melalui p paralel terhadap srq yaitu pq dan ps. Jika sebuah sinar melalui p membuat sudut dengan pr sama dengan, maka ps akan paralel terhadap srq. Sudut disebut sudut paralel. Jika sebuah sinar melalui p membuat sudut lebih besar dari, maka garis tersebut hiperparalel terhadap srq, dan jika garis melalui p membuat sebuah sudut kurang dari, maka garis tersebut memotong srq. Sudut paralel selalu lancip. Ini dapat dilihat dengan melihat pada segitiga pqr dalam gambar 2.8 (menggunakan garis lurus qr). Segitiga ini mempunyai sebuah sudut tumpul di r, dimana sudut di p (dimana sudut paralelisme) haruslah lancip. Ini mendemonstrasikan kegagalan dari postulat paralel Euclide: garis hiperbolik pr memotong dua garis hiperbolik pq dan srq dalam suatu cara bahwa jumlah dari sudut interior (, tambah sudut siku-siku di r antara garis hiperbolik pr dan srq) adalah kurang dari dua sudut siku-siku. Kemudian, dua garis pq dan srq tidak berpotongan dalam bidang hiperbolik.

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak 4 Lingkaran 4.1. Persamaan Lingkaran Bentuk Baku. Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak tetap dari suatu titik tetap. Titik tetap dari lingkaran disebut pusat lingkaran,

Lebih terperinci

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat

Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 2013 Seleksi Tingkat Provinsi. Tutur Widodo. Bagian Pertama : Soal Isian Singkat Pembahasan OSN Matematika SMA Tahun 013 Seleksi Tingkat Provinsi Tutur Widodo Bagian Pertama : Soal Isian Singkat 1. Diberikan tiga lingkaran dengan radius r =, yang saling bersinggungan. Total luas dari

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

Relasi, Fungsi, dan Transformasi Modul 1 Relasi, Fungsi, dan Transformasi Drs. Ame Rasmedi S. Dr. Darhim, M.Si. M PENDAHULUAN odul ini merupakan modul pertama pada mata kuliah Geometri Transformasi. Modul ini akan membahas pengertian

Lebih terperinci

KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK

KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK (Jurnal 9) Memen Permata Azmi Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia Setelah beberapa pertemuan mempelajari tentang

Lebih terperinci

Geometri di Bidang Euclid

Geometri di Bidang Euclid Modul 1 Geometri di Bidang Euclid Dr. Wono Setya Budhi G PENDAHULUAN eometri merupakan ilmu pengetahuan yang sudah lama, mulai dari ribuan tahun yang lalu. Berpikir secara geometris dari satu bentuk ke

Lebih terperinci

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1 Daftar Isi 1 Mengapa Perlu Belajar Geometri 1 1.1 Daftar Pustaka.................................... 1 2 Ruang Euclid 3 2.1 Geometri Euclid.................................... 8 2.2 Pencerminan dan Transformasi

Lebih terperinci

A. KUBUS Definisi Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi enam sisi berbentuk persegi yang kongruen.

A. KUBUS Definisi Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi enam sisi berbentuk persegi yang kongruen. A. KUBUS Definisi Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi enam sisi berbentuk persegi yang kongruen. Gambar 1.1 Kubus Sifat-sifat Kubus 1. Semua sisi kubus berbentuk persegi. Kubus mempunyai 6 sisi persegi

Lebih terperinci

Perkalian Titik dan Silang

Perkalian Titik dan Silang PERKALIAN TITIK DAN SILANG Materi pokok pertemuan ke 3: 1. Perkalian titik URAIAN MATERI Perkalian Titik Perkalian titik dari dua buah vektor dan dinyatakan oleh (baca: titik ). Untuk lebih jelas, berikut

Lebih terperinci

OSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional)

OSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional) ocsz Pembahasan Soal OSN Guru 2012 OLIMPIADE SAINS NASIONAL KHUSUS GURU MATEMATIKA SMA OSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional) Disusun oleh: Pak Anang Halaman 2 dari 26 PEMBAHASAN SOAL OLIMPIADE

Lebih terperinci

2009 ACADEMY QU IDMATHCIREBON

2009 ACADEMY QU IDMATHCIREBON NASKAH UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Jenjang Sekolah : SMA/MA Hari/Tanggal : Rabu/22 April 2009 Program Studi : IPA Waktu : 08.00 10.00 Petunjuk: Pilihlah satu jawababan yang tepat! 1. Perhatikan

Lebih terperinci

DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI

DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI DALIL PYTHAGORAS DAN PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI Segitiga 1. Beberapa sifat yang berlaku pada segitiga adalah : Jumlah sudut-sudut sembarang segitiga adalah 180 0 Pada segitiga ABC berlaku AC = BC B = A

Lebih terperinci

Aljabar Linier Elementer. Kuliah ke-9

Aljabar Linier Elementer. Kuliah ke-9 Aljabar Linier Elementer Kuliah ke-9 Materi kuliah Hasilkali Titik Proyeksi Ortogonal 7/9/2014 Yanita, FMIPA Matematika Unand 2 Hasilkali Titik dari Vektor-Vektor Definisi Jika u dan v adalah vektor-vektor

Lebih terperinci

Hand-Out Geometri Transformasi. Bab I. Pendahuluan

Hand-Out Geometri Transformasi. Bab I. Pendahuluan Hand-Out Geometri Transformasi Bab I. Pendahuluan 1.1 Vektor dalam R 2 Misalkan u = (x 1,y 1 ), v = (x 2,y 2 ) dan w = (x 3,y 3 ) serta k skalar (bilangan real) Definisi 1. : Penjumlahan vektor u + v =

Lebih terperinci

( ) 2. Nilai x yang memenuhi log 9. Jadi 4x 12 = 3 atau x = 3,75

( ) 2. Nilai x yang memenuhi log 9. Jadi 4x 12 = 3 atau x = 3,75 Here is the Problem and the Answer. Diketahui premis premis berikut! a. Jika sebuah segitiga siku siku maka salah satu sudutnya 9 b. Jika salah satu sudutnya 9 maka berlaku teorema Phytagoras Ingkaran

Lebih terperinci

IKIP BUDI UTOMO MALANG GEOMETRI HAND OUT 2

IKIP BUDI UTOMO MALANG GEOMETRI HAND OUT 2 IKIP BUDI UTOMO MALANG GEOMETRI HAND OUT 2 ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI, M.Pd 4/14/2012 KUMPULAN DEFINISI DAN AKSIOMA DALAM GEOMETRI Nama Definisi 2.1 Definisi 2.2 Definisi 2.3 Definisi 2.4 Definisi 2.5

Lebih terperinci

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit BAB I RUANG EKTOR UMUM Dalam bab ini akan dipelajari tentang konsep ruang vektor umum, sub ruang vektor dan sifat-sifatnya. Pada pembicaraan ini, para mahasiswa dianggap sudah mengenal konsep dan sifat

Lebih terperinci

A. Pengantar B. Tujuan Pembelajaran Umum C. Tujuan Pembelajaran Khusus

A. Pengantar B. Tujuan Pembelajaran Umum C. Tujuan Pembelajaran Khusus Modul 4 SEGIEMPAT A. Pengantar Materi yang akan di bahas pada kegiatan pembelajaran ini terdiri atas pengertian berbagai macam segiempat: jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium. Disamping

Lebih terperinci

MATEMATIKA. Pertemuan 2 N.A

MATEMATIKA. Pertemuan 2 N.A MATEMATIKA Pertemuan 2 N.A smile.akbar@yahoo.co.id Awali setiap aktivitas dengan membaca Basmallah Soal 1 (Operasi Bentuk Aljabar) Bentuk Sederhana dari adalah a. b. c. d. Pembahasan ( A ) Soal 2 (Pola

Lebih terperinci

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI D. GEOMETRI 1. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat memahami dan dapat menjelaskan unsur-unsur geometri, hubungan titik, garis dan bidang; sudut; melukis bangun geometri; segibanyak;

Lebih terperinci

BAB 21 TRANSFORMASI GEOMETRI 1. TRANSLASI ( PERGESERAN) Contoh : Latihan 1.

BAB 21 TRANSFORMASI GEOMETRI 1. TRANSLASI ( PERGESERAN) Contoh : Latihan 1. TRANSFORMASI GEOMETRI BAB Suatu transformasi bidang adalah suatu pemetaan dari bidang Kartesius ke bidang yang lain atau T : R R (x,y) ( x', y') Jenis-jenis transformasi antara lain : Transformasi Isometri

Lebih terperinci

OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan. n = F P B(a, b) + KP K(a, b) a b

OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan. n = F P B(a, b) + KP K(a, b) a b OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan adalah bilangan bulat genap tak negatif. n = F P B(a, b + KP K(a, b a b Solusi. Misalkan d = F P B(a, b,

Lebih terperinci

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan 1. GRUP Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan pasangan elemen ( ab, ) pada G, yang memenuhi dua kondisi berikut: 1. Setiap pasangan elemen

Lebih terperinci

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah)

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah) Pengantar Vektor Besaran Skalar (Tidak mempunyai arah) Vektor (Mempunyai Arah) Vektor Geometris Skalar (Luas, Panjang, Massa, Waktu dan lain - lain), merupakan suatu besaran yang mempunyai nilai mutlak

Lebih terperinci

VEKTOR. 45 O x PENDAHULUAN PETA KONSEP. Vektor di R 2. Vektor di R 3. Perkalian Skalar Dua Vektor. Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain

VEKTOR. 45 O x PENDAHULUAN PETA KONSEP. Vektor di R 2. Vektor di R 3. Perkalian Skalar Dua Vektor. Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain VEKTOR y PENDAHULUAN PETA KONSEP a Vektor di R 2 Vektor di R 3 Perkalian Skalar Dua Vektor o 45 O x Proyeksi Ortogonal suatu Vektor pada Vektor Lain Soal-Soal PENDAHULUAN Dalam ilmu pengetahuan kita sering

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (WAJIB)

LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (WAJIB) Nama Siswa Kelas LEMBAR AKTIVITAS SISWA DIMENSI TIGA (WAJIB) 5. Diagonal Ruang adalah Ruas garis yang menghubungkan dua titik : sudut yang saling berhadapan dalam satu ruang. : Kompetensi Dasar (KURIKULUM

Lebih terperinci

VEKTOR II. Tujuan Pembelajaran

VEKTOR II. Tujuan Pembelajaran Kurikulum 03 Kelas X matematika PEMINATAN VEKTOR II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami tentang pembagian vektor.. Memahami tentang

Lebih terperinci

SEGIEMPAT SACCHERI. (Jurnal 7) Memen Permata Azmi Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. 4 2 l2

SEGIEMPAT SACCHERI. (Jurnal 7) Memen Permata Azmi Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. 4 2 l2 SEGIEMPT SCCHERI (Jurnal 7) Memen Permata zmi Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia Segiempat saccheri merupakan materi perkuliahan geometri pada pertemuan ke-7. Perkuliah

Lebih terperinci

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SEGITIGA DAN SEGIEMPAT A. Pengertian Segitiga Jika tiga buah titik A, B dan C yang tidak segaris saling di hubungkan,dimana titik A dihubungkan dengan B, titik B dihubungkan dengan titik C, dan titik C

Lebih terperinci

ISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA

ISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA PERBANDINGAN KISI-KISI UN 009 DAN 00 SMA IPA Materi Logika Matematika Kemampuan yang diuji UN 009 UN 00 Menentukan negasi pernyataan yang diperoleh dari penarikan kesimpulan Menentukan negasi pernyataan

Lebih terperinci

SOAL MATEMATIKA - SMP

SOAL MATEMATIKA - SMP SOAL MATEMATIKA - SMP OLIMPIADE SAINS NASIONAL TINGKAT KABUPATEN/KOTA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN 014

Lebih terperinci

Jika titik O bertindak sebagai titik pangkal, maka ruas-ruas garis searah mewakili

Jika titik O bertindak sebagai titik pangkal, maka ruas-ruas garis searah mewakili 4.5. RUMUS PERBANDINGAN VEKTOR DAN KOORDINAT A. Pengertian Vektor Posisi dari Suatu Titik Misalnya titik A, B, C Dan D. adalah titik sebarang di bidang atau di ruang. Jika titik O bertindak sebagai titik

Lebih terperinci

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga;

Definisi Jumlah Vektor Jumlah dua buah vektor u dan v diperoleh dari aturan jajaran genjang atau aturan segitiga; BAB I VEKTOR A. DEFINISI VEKTOR 1). Pada mulanya vektor adalah objek telaah dalam ilmu fisika. Dalam ilmu fisika vektor didefinisikan sebagai sebuah besaran yang mempunyai besar dan arah seperti gaya,

Lebih terperinci

Matematika Semester IV

Matematika Semester IV F U N G S I KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan perbedaan konsep relasi dan fungsi Menerapkan konsep fungsi linear Menggambar fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi trigonometri

Lebih terperinci

A. Jumlah Sudut dalam Segitiga. Teorema 1 Jumlah dua sudut dalam segitiga kurang dari Bukti:

A. Jumlah Sudut dalam Segitiga. Teorema 1 Jumlah dua sudut dalam segitiga kurang dari Bukti: Geometri Netral? Geometri yang dilengkapi dengan sistem aksioma-aksioma insidensi, sistem aksioma-aksioma urutan, sistem aksioma kekongruenan (ruas garis, sudut, segitiga) dan sistem aksioma-aksioma archiemedes

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL OSN TK. KOTA/ KABUPATEN 2014 MATEMATIKA SMP BAGIAN A: PILIHAN GANDA

PEMBAHASAN SOAL OSN TK. KOTA/ KABUPATEN 2014 MATEMATIKA SMP BAGIAN A: PILIHAN GANDA email: koniciwa7@yahoo.co.id PEMBAHASAN SOAL OSN TK. KOTA/ KABUPATEN 0 MATEMATIKA SMP BAGIAN A: PILIHAN GANDA. Sepuluh orang guru akan ditugaskan mengajar di tiga sekolah,yakni sekolah A, B, dan C, berturut

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang BAB III PEMBAHASAN Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang didasarkan kepada enam postulat pada Geometri Netral dan Postulat Kesejajaran Hiperbolik. Akan dibahas sifat-sifat

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL MATEMATIKA KELAS VIII (BSE DEWI N)

KUMPULAN SOAL MATEMATIKA KELAS VIII (BSE DEWI N) KUMPULAN SOAL MATEMATIKA KELAS VIII (BSE DEWI N) Kumpulan Soal Matematika Kelas VIII (BSE Dewi N) Faktorisasi Suku Aljabar A. Pilihlah salah satu jawaban yang tepat. 1. Pada bentuk aljabar 2x2 + 3xy y2

Lebih terperinci

Soal UN 2009 Materi KISI UN 2010 Prediksi UN 2010

Soal UN 2009 Materi KISI UN 2010 Prediksi UN 2010 PREDIKSI UN 00 SMA IPA BAG. (Berdasar buku terbitan Istiyanto: Bank Soal Matematika-Gagas Media) Logika Matematika Soal UN 009 Materi KISI UN 00 Prediksi UN 00 Menentukan negasi pernyataan yang diperoleh

Lebih terperinci

RUAS GARIS BERARAH. Andaikan sekarang ada 2 ruas garis berarah AB dan CD. Dalam

RUAS GARIS BERARAH. Andaikan sekarang ada 2 ruas garis berarah AB dan CD. Dalam RUAS GARIS BERARAH 9.1 Definisi dan Sifat-sifat ang Sederhana Untuk melajutkan penelidikan tentang isometri diperlukan pengertian tentang ruas garis berarah sebagai berikut: Definisi: Suatu ruas garis

Lebih terperinci

KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring

KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring Jurnal Barekeng Vol 8 No Hal 33 39 (14) KLASIFIKASI NEAR-RING Classifications of Near Ring ELVINUS RICHARD PERSULESSY Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Pattimura Jl Ir M Putuhena, Kampus Unpatti,

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Matematika Kelas VIII (BSE Dewi N)

Kumpulan Soal Matematika Kelas VIII (BSE Dewi N) Faktorisasi Suku Aljabar A. Pilihlah salah satu jawaban yang tepat. 1. Pada bentuk aljabar 2x 2 + 3xy y 2 terdapat... variabel. a. 1 c. 3 b. 2 d. 4 2. Suku dua terdapat pada bentuk aljabar... a. 2x 2 +

Lebih terperinci

Materi W9b GEOMETRI RUANG. Kelas X, Semester 2. B. Menggambar dan Menghitung jarak.

Materi W9b GEOMETRI RUANG. Kelas X, Semester 2. B. Menggambar dan Menghitung jarak. Materi W9b GEOMETRI RUANG Kelas X, Semester 2 B. Menggambar dan Menghitung jarak www.yudarwi.com B. Menggambar dan Menghitung Jarak Jarak dua objek dalam dimensi tiga adalah jarak terpendek yang ditarik

Lebih terperinci

Diktat Kuliah. Oleh:

Diktat Kuliah. Oleh: Diktat Kuliah TEORI GRUP Oleh: Dr. Adi Setiawan UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015 Kata Pengantar Aljabar abstrak atau struktur aljabar merupakan suatu mata kuliah yang menjadi kurikulum nasional

Lebih terperinci

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*)

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) A. Faktor Prima Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan faktor prima sebuah bilangan adalah pembagi habis dari sebuah bilangan

Lebih terperinci

Kajian Matematika SMP Palupi Sri Wijiyanti, M.Pd Semester/Kelas : 3A3 Tanggal Pengumpulan : 14 Desember 2015

Kajian Matematika SMP Palupi Sri Wijiyanti, M.Pd Semester/Kelas : 3A3 Tanggal Pengumpulan : 14 Desember 2015 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA TAHUN 2015 Mata Kuliah Dosen Pengampu : : Kajian Matematika SMP Palupi Sri Wijiyanti, M.Pd Semester/Kelas

Lebih terperinci

PENGAYAAN MATERI OLIMPIADE MATEMATIKA SD GEOMETRI. Oleh : Himmawati P.L

PENGAYAAN MATERI OLIMPIADE MATEMATIKA SD GEOMETRI. Oleh : Himmawati P.L PENGAYAAN MATERI OLIMPIADE MATEMATIKA SD GEOMETRI Oleh : Himmawati P.L Soal matematika yang diujikan di sekolah-sekolah maupun di Ujian Nasional pada umumnya dapat diselesaikan dengan cara-cara biasa.

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif. STRUKTUR ALJABAR SEMIGRUP Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif. Contoh 1 (Z, +) merupakan sebuah semigrup. Contoh 2 Misalkan

Lebih terperinci

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB II MATRIKS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi bab ini, Anda diharapkan dapat: 1. menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks untuk menunjukkan bahwa suatu matriks persegi merupakan invers

Lebih terperinci

MAKALAH. Pembuktian Teorema Pythagoras

MAKALAH. Pembuktian Teorema Pythagoras MAKALAH Pembuktian Teorema Pythagoras Disusun Oleh: Kelompok 12 1. Muhammad Naufal Faris 12030174229 2. Weni Handayani 14030174003 3. Wahyu Okta Handayani 14030174024 4. Faza Rahmalita Maharani 14030174026

Lebih terperinci

SOAL UN DAN PENYELESAIANNYA 2009

SOAL UN DAN PENYELESAIANNYA 2009 1. 1. Jika saya giat belajar maka saya bisa meraih juara. 2. Jika saya bisa meraih juara maka saya boleh ikut bertanding. Ingkaran dari kesimpulan kedua premis diatas adalah... A. Saya giat belajar dan

Lebih terperinci

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta

Lebih terperinci

TRY OUT MATEMATIKA PAKET 2A TAHUN 2010

TRY OUT MATEMATIKA PAKET 2A TAHUN 2010 TRY OUT MATEMATIKA PAKET A TAHUN 00. Diketahui premis premis () Jika hari hujan terus menerus maka masyarakat kawasan Kaligawe gelisah atau mudah sakit. () Hujan terus menerus. Ingkaran kesimpulan premis

Lebih terperinci

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah

Matematika II : Vektor. Dadang Amir Hamzah Matematika II : Vektor Dadang Amir Hamzah sumber : http://www.whsd.org/uploaded/faculty/tmm/calc front image.jpg 2016 Dadang Amir Hamzah Matematika II Semester II 2016 1 / 24 Outline 1 Pendahuluan Dadang

Lebih terperinci

Pembelajaran Klasifikasi Geometris dari Transformasi Möbius

Pembelajaran Klasifikasi Geometris dari Transformasi Möbius SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Pembelajaran Klasifikasi Geometris dari Transformasi Möbius Suatu Sarana Penyampaian Konsep Grup Iden Rainal Ihsan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

1 Bilangan. 2 A. MACAM-MACAM BILANGAN B. SIFAT OPERASI PADA BILANGAN BULAT. b dan b 0. Contoh: 1 à a = 1 dan b = 4.

1 Bilangan. 2 A. MACAM-MACAM BILANGAN B. SIFAT OPERASI PADA BILANGAN BULAT. b dan b 0. Contoh: 1 à a = 1 dan b = 4. Matematika 1 Bilangan A. MACAM-MACAM BILANGAN 1. Bilangan Asli 1, 2, 3, 4, 5, 6,, dan seterusnya. 2. Bilangan Cacah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan seterusnya. 3. Bilangan Prima Bilangan prima yaitu bilangan

Lebih terperinci

SOAL 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 6 dengan beberapa ruas garis, seperti pada gambar.

SOAL 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 6 dengan beberapa ruas garis, seperti pada gambar. SOAL 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 dengan beberapa ruas garis, seperti pada gambar. Dengan menggunakan ruas garis yang sudah ada, tentukan banyak jajar genjang tanpa sudut siku-siku pada

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah,

II. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah, 3 II. LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah, definisi-definisi dan teorema-teorema yang berhubungan dengan penelitian ini. 2.1 Geometri Insidensi

Lebih terperinci

KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG DALAM RUANG

KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG DALAM RUANG KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG DALAM RUANG KEDUDUKAN TITIK, GARIS, DAN BIDANG DALAM RUANG 1. Pengertian Titik, Garis Dan Bidang Tiga unsur dasar dalam geometri, yaitu titik, garis, dan bidang. Ketiga

Lebih terperinci

19. VEKTOR. 2. Sudut antara dua vektor adalah θ. = a 1 i + a 2 j + a 3 k; a. a =

19. VEKTOR. 2. Sudut antara dua vektor adalah θ. = a 1 i + a 2 j + a 3 k; a. a = 19. VEKTOR A. Vektor Secara Geometri 1. Ruas garis berarah AB = b a. Sudut antara dua vektor adalah θ 3. Bila AP : PB = m : n, maka: B. Vektor Secara Aljabar a1 1. Komponen dan panjang vektor: a = a =

Lebih terperinci

PENGERTIAN PHYTAGORAS

PENGERTIAN PHYTAGORAS Pythagoras adalah seorang ahli filsafat. Ia tidak hanya mempelajari matematika, tetapi juga music dan ilmu-ilmu lain. Ia lahir di Yunani, tetapi pergi belajar ke Mesir dan Babilonia. Ia terkenal karena

Lebih terperinci

1. Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang. a. Defenisi. Titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai ukuran sehingga dikatakan berdimensi nol

1. Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang. a. Defenisi. Titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai ukuran sehingga dikatakan berdimensi nol 1. Titik, Garis dan Bidang Dalam Ruang a. Defenisi Titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai ukuran sehingga dikatakan berdimensi nol Titik digambarkan dengan sebuah noktah dan penamaannya menggunakan

Lebih terperinci

50 LAMPIRAN NILAI SISWA SOAL INSTRUMEN Nama : Kelas : No : BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG DIANGGAP BENAR! 1. Persegi adalah.... a. Bangun segiempat yang mempunyai empat sisi dan panjang

Lebih terperinci

MATRIKS & TRANSFORMASI LINIER

MATRIKS & TRANSFORMASI LINIER MATRIKS & TRANSFORMASI LINIER Oleh : SRI ESTI TRISNO SAMI, ST, MMSI 082334051324 Daftar Referensi : 1. Kreyzig Erwin, Advance Engineering Mathematic, Edisi ke-7, John wiley,1993 2. Spiegel, Murray R, Advanced

Lebih terperinci

Grup Permutasi dan Grup Siklis. Winita Sulandari

Grup Permutasi dan Grup Siklis. Winita Sulandari Grup Permutasi dan Grup Siklis Winita Sulandari Grup Permutasi Suatu Permutasi dari suatu himpunan berhingga S yang tidak kosong, dinyatakan sebagai suatu pemetaan bijektif dari himpunan S pada dirinya

Lebih terperinci

Modul 3 SIMETRI, PERSEGIPANJANG, PERSEGI, DAN KESEJAJARAN GARIS

Modul 3 SIMETRI, PERSEGIPANJANG, PERSEGI, DAN KESEJAJARAN GARIS Modul 3 SIMETRI, PERSEGIPANJANG, PERSEGI, DAN KESEJAJARAN GARIS A. Pengantar Materi yang akan di bahas pada kegiatan pembelajaran ini terdiri atas pengertian simetri lipat, simetri putar, setengah putaran,

Lebih terperinci

MATEMATIKA. Sesi VEKTOR 2 CONTOH SOAL A. DEFINISI PERKALIAN TITIK

MATEMATIKA. Sesi VEKTOR 2 CONTOH SOAL A. DEFINISI PERKALIAN TITIK MATEMATIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN Sesi NGAN VEKTOR A. DEFINISI PERKALIAN TITIK Misal a a a a dan b b b b dua vektor di R. Perkalian titik dari a dan b, dinotasikan a badalah a b ab + ab + ab

Lebih terperinci

SIMETRI BAHAN BELAJAR MANDIRI 3

SIMETRI BAHAN BELAJAR MANDIRI 3 BAHAN BELAJAR MANDIRI 3 SIMETRI PENDAHULUAN Secara umum bahan belajar mandiri ini menjelaskan tentang konsep simetri lipat dan simetri putar serta penerapannya ke dalam papan geoboard. Setelah mempelajari

Lebih terperinci

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Tanggal Ujian: 13 Juni 2012

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Tanggal Ujian: 13 Juni 2012 Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 01 Tanggal Ujian: 13 Juni 01 1. Lingkaran (x + 6) + (y + 1) 5 menyinggung garis y 4 di titik... A. ( -6, 4 ). ( -1, 4 ) E. ( 5, 4 ) B. ( 6, 4) D. ( 1, 4 )

Lebih terperinci

PERBEDAAN SIFAT KOSET DAN KOSET SMARANDACHE TUGAS AKHIR

PERBEDAAN SIFAT KOSET DAN KOSET SMARANDACHE TUGAS AKHIR ERBEDAAN SIFAT KOSET DAN KOSET SMARANDACE TUGAS AKIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika oleh : NIKI OKTAFIANA 00087 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2014 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA Waktu : 210 Menit

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2014 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA Waktu : 210 Menit SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2014 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2015 Waktu : 210 Menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

2. Tentukan persamaan garis yang melalui titik P (x 1,y 1,z 1 ) dan R (x 2,y 2,z 2 ) seperti yang ditunjukkan pada gambar. Z P Q R

2. Tentukan persamaan garis yang melalui titik P (x 1,y 1,z 1 ) dan R (x 2,y 2,z 2 ) seperti yang ditunjukkan pada gambar. Z P Q R . Jika dan vektor-vektor tak kolinear dan A = ( x + 4y ) + ( 2x + y + ) dan B = ( y 2x + 2 ) + ( 2x 3y -), maka carilah nilai x dan y sehingga 3A = 2B. Penyelesian: 3A = 2 B 3(x + 4y ) +3 ( 2x + y + )b

Lebih terperinci

GEOMETRI TRANSFORMASI SETENGAH PUTARAN

GEOMETRI TRANSFORMASI SETENGAH PUTARAN GEOMETRI TRANSFORMASI SETENGAH PUTARAN Disusun Oleh : Kelompok Empat (V1 A) 1. Purna Irawan (4007178 ) 2. Sudarsono (4007028 p) 3. Mellyza Vemi R. (4007217 ) 4. Kristina Nainggolan (4007013 ) 5. Desi Kartini

Lebih terperinci

Vektor di Bidang dan di Ruang

Vektor di Bidang dan di Ruang Vektor di Bidang dan di Ruang 4.1. Pengertian, notasi,dan operasi pada ektor Vektor merupakan istilah untuk menyatakan besaran yang mempunyai arah. Secara geometris, ektor dinyakan dengan segmen-segmen

Lebih terperinci

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017 Indah Emilia Wijayanti Departemen Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

1. Agar F(x) = (p - 2) x² - 2 (2p - 3) x + 5p - 6 bernilai positif untuk semua x, maka batas-batas nilai p adalah... A. p > l B. 2 < p < 3 C.

1. Agar F(x) = (p - 2) x² - 2 (2p - 3) x + 5p - 6 bernilai positif untuk semua x, maka batas-batas nilai p adalah... A. p > l B. 2 < p < 3 C. 1. Agar F(x) = (p - 2) x² - 2 (2p - 3) x + 5p - 6 bernilai positif untuk semua x, maka batas-batas nilai p adalah... A. p > l 2 < p < 3 p > 3 1 < p < 2 p < 1 atau p > 2 Kunci : C Persamaan fungsi : F(x)

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008

Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008 Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008. Diketahui premis premis : () Jika hari hujan, maka udara dingin. (2) Jika udara dingin, maka ibu memakai baju hangat. (3) Ibu tidak memakai baju hangat

Lebih terperinci

Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS

Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS Materi KKD I Konsep dasar geometri dan segitiga (termasuk teorema dan aksioma terkait) KKD II Poligon dan Lingkaran (sifat dan luas) KKD III

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 015 CALON TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 016 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL Bidang Matematika Disusun oleh : 1. 015 = 5 13 31 Banyaknya faktor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada Bab II ini akan diuraikan berbagai konsep dasar yang digunakan pada bagian pembahasan. Pada bab II ini akan dibahas pengenalan Geometri Non- Euclid, Geometri Insidensi, Geometri

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN BAB. INTEGRAL

LATIHAN ULANGAN BAB. INTEGRAL LATIHAN ULANGAN BAB. INTEGRAL A. PILIHAN GANDA 4( ). d... A. 4( ) 5 B. 4( ) 4 C. + 8 9 4 + C D. + 8 + C E. 4 5 + C 5. Nilai ( 4 ) d... A. 6 D. B. 4 6 E. C. 8. Hasil dari. cos d... (UAN 4) A. (.sin.cos

Lebih terperinci

Materi W9a GEOMETRI RUANG. Kelas X, Semester 2. A. Kedudukan Titik, Garis dan Bidang dalam Ruang.

Materi W9a GEOMETRI RUANG. Kelas X, Semester 2. A. Kedudukan Titik, Garis dan Bidang dalam Ruang. Materi W9a GEOMETRI RUANG Kelas X, Semester 2 A. Kedudukan Titik, Garis dan Bidang dalam Ruang www.yudarwi.com A. Kedudukan Titik, Garis dan bidang dalam Ruang (1) Kedudukan Titik dan titik Titik berimpit

Lebih terperinci

SOAL UJIAN NASIONAL. PROGRAM STUDI IPA ( kode P 45 ) TAHUN PELAJARAN 2008/2009

SOAL UJIAN NASIONAL. PROGRAM STUDI IPA ( kode P 45 ) TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SOAL UJIAN NASIONAL PROGRAM STUDI IPA ( kode P 4 ) TAHUN PELAJARAN 8/9. Perhatikan premis premis berikut! - Jika saya giat belajar maka saya bisa meraih juara - Jika saya bisa meraih juara maka saya boleh

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009 SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2009 Bidang Matematika Bagian Pertama Waktu : 90 Menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Pembahasan Soal OSK SMA 2018 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA SMA OSK Matematika SMA. (Olimpiade Sains Kabupaten/Kota Matematika SMA)

Pembahasan Soal OSK SMA 2018 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA SMA OSK Matematika SMA. (Olimpiade Sains Kabupaten/Kota Matematika SMA) Pembahasan Soal OSK SMA 018 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA SMA 018 OSK Matematika SMA (Olimpiade Sains Kabupaten/Kota Matematika SMA) Disusun oleh: Pak Anang Pembahasan Soal OSK SMA 018 OLIMPIADE SAINS

Lebih terperinci

BAB 7 GEOMETRI NETRAL

BAB 7 GEOMETRI NETRAL BAB 7 GEOMETRI NETRAL Ilmuwan besar matematika ini lahir pada bulan April 1777, di Brunswick, Daerah duke Brunswick (sekarang Negara Jerman). Gauss tumbuh didalam keluarga yang agak sederhana, bukan kaya

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL "We are the first of the fastest online solution of mathematics" 009 SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 008 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 009 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL Bidang

Lebih terperinci

Pelatihan-osn.com Konsultan Olimpiade Sains Nasional contact person : ALJABAR

Pelatihan-osn.com Konsultan Olimpiade Sains Nasional  contact person : ALJABAR ALJABAR 1. Diberikan a 4 + a 3 + a 2 + a + 1 = 0. Tentukan a 2000 + a 2010 + 1. 2. Diberikan sistem persamaan 2010(x y) + 2011(y z) + 2012(z x) = 0 2010 2 (x y) + 2011 2 (y z) + 2012 2 (z x) = 2011 Tentukan

Lebih terperinci

1. Himpunan penyelesaian adalah {(x, y, z)}. Nilai dari y + z adalah... D. -4 E. -5

1. Himpunan penyelesaian adalah {(x, y, z)}. Nilai dari y + z adalah... D. -4 E. -5 1. Himpunan penyelesaian adalah {(x, y, z)}. Nilai dari y + z adalah... A. 5 3 2 Kunci : C 3x + y = 5 y - 2z = -7-3x + 2z = 12 2x + 2z = 10 - x = 2-4 -5 x + z = 5 2 + z = 5 z = 3 3x + y = 5 3. 2 + y =

Lebih terperinci

Tidak diperjualbelikan

Tidak diperjualbelikan MATEMATIKA KATA PENGANTAR Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/003, tanggal 14 Oktober 003, tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 003/004, antara lain menetapkan bahwa dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI BIDANG MATEMATIKA Waktu : 210 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan Definisi 1.1 Garis m dikatakan memotong garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan bertemu satu bidang datar dan bertemu pada satu titik Definisi 1.2 Garis m dikatakan sejajar dengan

Lebih terperinci

untuk setiap x sehingga f g

untuk setiap x sehingga f g Jadi ( f ( f ) bernilai nol untuk setiap x, sehingga ( f ( f ) fungsi nol atau ( f ( f ) Aksioma 5 Ambil f, g F, R, ( f g )( f g ( g( g( ( f g)( Karena ( f g )( ( f g)( untuk setiap x sehingga f g Aksioma

Lebih terperinci

Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus

Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus Modul 1 Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus Drs. Sukirman, M.Pd. D alam Modul Pertama ini, kita akan membahas tentang Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis

Lebih terperinci

OSN Guru Matematika SMA

OSN Guru Matematika SMA ocsz Pembahasan Soal OLIMPIADE SAINS NASIONAL KHUSUS GURU MATEMATIKA SMA OSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional) Disusun oleh: Pak Anang Halaman 2 dari 26 PEMBAHASAN SOAL OLIMPIADE GURU MATEMATIKA

Lebih terperinci

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu II KONSEP DASAR GRUP Suatu cabang matematika yang mempelajari struktur aljabar dinamakan aljabar abstrak abstract algebra Sistem aljabar algebraic system terdiri dari suatu himpunan obyek satu atau lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bilangan Bulat Bilangan Bulat merupakan bilangan yang terdiri dari bilangan cacah dan negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga negatif dari bilangan

Lebih terperinci

Matematika Proyek Perintis I Tahun 1979

Matematika Proyek Perintis I Tahun 1979 Matematika Proyek Perintis I Tahun 979 MA-79-0 Irisan himpunan : A = { x x < } dan himpunan B = { x < x < 8 } ialah himpunan A. { x x < 8 } { x x < } { x < x < 8 } { x < x < } { x < x } MA-79-0 Apabila

Lebih terperinci

Pembahasan OSN Tingkat Provinsi Tahun 2011 Jenjang SMA Bidang Matematika

Pembahasan OSN Tingkat Provinsi Tahun 2011 Jenjang SMA Bidang Matematika Tutur Widodo Pembahasan OSP Matematika SMA 011 Pembahasan OSN Tingkat Provinsi Tahun 011 Jenjang SMA Bidang Matematika Bagian A : Soal Isian Singkat 1. Diberikan segitiga sama kaki ABC dengan AB = AC.

Lebih terperinci

Aljabar Linear dan Matriks (Persamaan Linear dan Vektor) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

Aljabar Linear dan Matriks (Persamaan Linear dan Vektor) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Aljabar Linear dan Matriks (Persamaan Linear dan Vektor) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. . Matriks dan Sistem Persamaan Linear Definisi Persamaan dalam variabel dan y dapat ditulis dalam

Lebih terperinci