Persamaan Di erensial Orde-2
|
|
- Handoko Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 oki neswan FMIPA-ITB Persamaan Di erensial Orde- Persamaan diferensial orde-n adalah persamaan yang melibatkan x; y; dan turunan-turunan y; dengan yang paling tinggi adalah turunan ke-n: F x; y; y ; y ; : : : ; y (n) = : (1) Contoh (ln y) y + (y ) = ln x adalah persamaan linear orde-3. Masalah utama adalah menentukan solusi dari persamaan diferensial (1) ; yaitu fungsi y = g (x) yang memenuhi (1) ; yaitu jika disubstitusikan untuk y; maka persamaan ini dipenuhi, F x; g; g ; g ; : : : ; g (n) = : Persamaan diferensial yang akan dibahas adalah persamaan diferensial linear orde ; p (x) y + q (x) y + r (x) y = s (x) () dengan p (x) ; q (x) ; r (x) ; dan s (x) kontinu pada suatu interval buka I = (a; b) : Jika s (x) = ; p (x) y + q (x) y + r (x) y = ; (3) maka persamaan diferensial dikatakan homogen. Persamaan diferensial ini selalu punya solusi karena y (x) = pasti merupakan solusi. Solusi ini disebut solusi trivial. Notasi operator: Misalkan y (n) ditulis sebagai D n y: () dapat ditulis sebagai p (x) D + q (x) D + r (x) y = s (x) atau Ly = s (x) : {z } L Juga diasumsikan bahwa p (x) tidak pernah nol pada I: Secara umum, a (x) y (n) + a 1 (x) y (n 1) + + a n 1 (x) y + a n (x) y = k (x) (4) dapat ditulis sebagai a (x) D n + a 1 (x) D n a n 1 (x) D + a n (x) y = k (x) {z } L Ly = k (x) Dari sifat kelinearan turunan, kita peroleh bahwa L (cy) = cly dan L (y 1 + y ) = Ly 1 + Ly Jika u 1 (x) dan u (x) adalah dua penyelesaian dari PD homogen L (y) = ; yaitu maka untuk tiap c 1 dan c bilangan real, berlaku Lu 1 = dan Lu = ; L (c 1 u 1 + c u ) = c 1 L (u 1 ) + c L (u ) = Theorem 1 (Prinsip Superposisi) Jika u 1 (x) dan u (x) adalah dua penyelesaian dari persamaan diferensial linear homogen a (x) y (n) + a 1 (x) y (n 1) + + a n 1 (x) y + a n (x) y = dan c 1 ; c dua bilangan real, maka kombinasi linear y (x) = c 1 u 1 (x) + c u (x) juga merupakan solusi persamaan diferensial tersebut. 1
2 Theorem Jika p (x) ; q (x) ; dan r (x) kontinu pada interval buka I; p (x) 6= untuk tiap x I; maka persamaan diferensial linear homogen p (x) y + q (x) y + r (x) y = ; mempunyai dua solusi u 1 (x) dan u (x) yang bebas linear. Selain itu, untuk tiap solusi u 1 (x) dan u (x) yang bebas linear, maka untuk tiap solusi y (x) ; terdapat c 1 dan c sehingga y (x) = c 1 u 1 (x) + c u (x) : Catatan: dua solusi y 1 dan y disebut bebas linear jika satu adalah kelipatan dari yang lain, y 1 = cy atau y = dy 1 : Persamaan Diferensial Linear Orde- dengan Koe sien Konstan Persamaan diferensial orde- dengan koe sien konstan adalah persamaan () dengan p (x) ; q (x) ; dan r (x) adalah fungsi konstan, sebut p (x) = r; q (x) = q; dan r (x) = r: py" + qy + ry = s (x) : Karena p 6= ; maka persamaan ini dapat ditulis sebagai y" + ay + by = s (x) : Kita akan mulai dengan solusi jika s (x) = atau versi homogen Persamaan Diferensial Linear Homogen Orde- dengan Koe sien Konstan Diberikan persamaan difenresial Bila Dy = ry; maka y" + ay + by = ; a 6= : (5) D + ad + b y = ; a 6= : D y = D (Dy) = D (ry) = rdy = r y Solusi umum dari Dy = ry adalah y (x) = Ae rx : Solusi yang paling sederhana adalah y (x) = e rx : Jika y adalah solusi persamaan diferensial orde-1 Dy = ry; maka dapat disimpulkan bahwa jika D + ad + b y = D y + ady + by = r y + ary + by = r + ar + b y: r + ar + b = ; (6) maka y (x) = e rx juga solusi dari (5) : Persamaan (6) disebut persamaan bantu (auxilliary equation), dan g (r) = r + ar + b disebut polinom karakteristik dari (5).. Misalkan = a 4b adalah diskriminan dari persamaan bantu. terdapat diga kasus: > ; = ; dan < : Case 3 ( > ) Polinom karakteristik memiliki dua akar tunggal berbeda, sebut r 1 dan r ; r 1 6= r : Diperoleh dua akar yang bebas linear.u 1 (x) = e r1x dan u (x) = e rx : menurut Teorema di atas, adalah solusi umum (5). Case 4 ( = ) Karena = a 4b = ; y (x) = c 1 e r1x + c e rx r + ar + b = r + ar + r a 4 = + a =
3 polinom karakteristik mempunyai akar ganda, r = a Diperoleh satu solusi yaitu u (x) = e rx : Teorema di atas memberikan bahwa terdapat dua solusi yang bebas linear. Solusi kedua v (x) 6= u (x) : Misalkan v (x) = xu (x) = xe rx : Dv = e rx + rxe rx = (1 + rx) e rx D v = D (1 + rx) e rx = re rx + (1 + rx) re rx = r x + r e rx D + ad + b v = D v + adv + bv = r x + r + a (1 + rx) + bx e rx = ( r + ar + b x + (a + r) e rx = {z } {z } v (x) = xe rx juga merupakan solusi, u (x) dan v (x) bebas linear. solusi umum (5) berbentuk y (x) = c 1 e rx + c xe rx = (c 1 + c x) e rx Case 5 ( < ) Dalam hal ini, = a 4b < : akar-akar adalah dua bilangan kompleks yang saling konjugat r 1; = a p a 4b = a p 4b a + i ; dengan i = 1: Misalkan = a dan = p 4b a dan Ini memberikan dua solusi bebas linear r 1 = + i dan r = i: ~y 1 (x) = e r1x = e (+i)x = e x (cos + i sin ) ~y (x) = e rx = e ( i)x = e x (cos i sin ) Tetapi kedua solusi ini bernilai kompleks. Dengan menggunakan Prinsip Superposisi di atas, y 1 (x) = 1 ~y 1 (x) + 1 ~y (x) = e x cos y (x) = 1 i ~y 1 (x) 1 i ~y (x) = e x sin juga solusi dan keduanya bebas linear. solusi umum (5) adalah y (x) = c 1 y 1 (x) + c y (x) = e x (c 1 cos + c sin ) Theorem 6 Diberikan persamaan diferensial linear homogen orde- dengan koe sien konstan. y" + ay + by = ; a 6= (7) 1. Jika persamaan karakteristik mempunyai dua akar berbeda r 1 dan r ; maka solusi umum (7) adalah y (x) = c 1 e r1x + c e rx :. Jika persamaan karakteristik mempunyai hanya satu akar r = a ; maka solusi umum (7) adalah y (x) = c 1 e rx + c xe rx : 3. Jika persamaan karakteristik mempunyai dua akar kompleks r 1 = + i dan r = i; dengan = a ; = p 4b a ; maka solusi umum (7) adalah y (x) = e x (c 1 cos + c sin ) : 3
4 Persamaan Diferensial Linear Nonhomogen Orde- dengan Koe sien Konstan Misalkan kita akan menentukan solusi persamaan diferensial orde- linear nonhomogen y" + ay + by = s (x) : (8) dengan s (x) kontinu pada suatu interval buka I: Misalkan y p (x) adalah salah satu solusi dari (8) : Misalkan y (x) adalah sebarang solusi lain dari (8) dan y h (x) = y (x) y p (x) : dan diperoleh y p " + ay p + by p = s (x) dan y" + ay + by = s (x) (y + ay + by) yp + ayp + by p = s (x) s (x) = y yp + ay ayp + by by p = y yp + a y yp + b (y yp ) = (y y p ) + a (y y p ) + b (y y p ) = y h + ay h + by h = Dengan demikian y h (x) = y (x) y p (x) adalah solusi dari versi homogen (8) :, dapat disimpulkan bahwa setiap solusi y (x) dari (8) berbentuk y" + ay + by = (9) y (x) = y h (x) + y p (x) : Theorem 7 Solusi umum persamaan diferensial (8) berbentuk y (x) = y h (x) + y p (x) dengan y h (x) adalah solusi versi homogen (9) dan y p (x) adalah solusi khusus (partikular) dari (8) : Menentukan Solusi Khusus (Partikular) Bagaimana menentukan solusi khusus atau solusi partikular? Dua metode yang akan dibahas adalah Metode Koe sien Tak Tentu dan Metoda Variasi Parameter. Metode Koe sien Tak Tentu Metoda ini berlaku untuk kasus-kasus khusus dari s (x) ; yaitu jika s (x) adalah merupakan polinom atau hasil kali polinom p (x) dengan fungsi eksponensial atau dengan fungsi sinus atau kosinus, yaitu p (x) ; p (x) e rx ; p (x) sin kx; p (x) cos kx; p (x) e rx sin kx; p (x) e rx cos kx atau jumlah dari fungsi-fungsi seperti di atas. Contoh bentuk-bentuk s (x) 1 + x; e x ; xe x ; e x + cos x Example 8 Tentukan solusi umum persamaan diferensial nonhomogen y + y 3y = 1 + x : Solution 9 Persamaan versi homogennya adalah y + y 3y = : Bentuk karakteristiknya adalah r + r 3 = r + r 3 = (r + 3) (r 1) = : Persamaan karakteristik memiliki dua akar yaitu r = 1 dan r = y h (x) = c 1 e x + c e 3x : 3: solusi homogen adalah 4
5 Karena s (x) = 1 + x adalah polinom orde, maka y p juga merupakan polinom orde, sebab jika y (x) adalah polinom orde, maka y + y 3y juga polinom orde. Misalkan y = Ax + B dan y = A: y p (x) = Ax + Bx + C: y + y 3y = A + (Ax + B) 3 Ax + Bx + C = 1 + x ( 3A) x + (4A 3B) x + (A + B 3C) = 1 + x yang memberikan A + B 3C = 1 3A = 1; 4A 3B = ; A + B 3C = 1 4A 3B = 3A = 1 Solusinya adalah A = 1 3 ; B = 4 9 ; C = 3 7 : y p (x) = x 3 4x :, solusi umum adalah y (x) = y p (x) + y h (x) = x 3 4x c 1e x + c e 3x : Example 1 Tentukan solusi khusus dari y y = 3 cos x: Solution 11 Karena s (x) = cos x; maka kita mencoba y p (x) = A cos x + B sin x: Dengan demikian y p = A sin x + B cos x y p = 4A cos x 4B sin x y p y p = ( 4A cos x 4B sin x) ( A sin x + B cos x) = ( 4A B) cos x + (A 4B) sin x Sebagai solusi, y p y p = 3 cos x: ( 4A B) cos x + (A 4B) sin x = 3 cos x: haruslah 4A B = 3 dan A 4B = yang memberikan A = 3 5 ; B = 3 1 : solusi khususnya adalah y p (x) = 3 5 cos x 3 sin x: 1 Example 1 Tentukan solusi khusus persamaan diferensial y + y 3y = 4e 3x : Solution 13 Karena s (x) = 4e =3x ; maka kita mungkin mencoba y p = Ae 3x : Tetapi, y p + y p 3y p = 9Ae 3x 6e 3x 3A 3x = = 4e 3x 5
6 Ini tidak mungkin karena fungsi eksponensial tidak pernah nol. Hal ini karena persamaan karakteristik persamaan diferensial ini adalah r + r 3 = (r + 3) (r 1) = r = 3 adalah akarnya dan oleh karena itu e 3x adalah solusi homogen. tidak mungkin y p = Ae 3x : coba y p = Axe 3x : Substitusi pada persamaan memberikan y p = Ae 3x 3Axe 3x = (1 3x) Ae 3x y p = 3Ae 3x + ( 3) (1 3x) Ae 3x = (9x 6) Ae 3x y p + y p 3y p = (9x 6) Ae 3x + (1 3x) Ae 3x 3Axe 3x : = 4Ae 3x A = 1: Diperoleh 4Ae 3x = 4e 3x y p (x) = e 3x : Example 14 Tentukan solusi khusus persamaan diferensial y + 4y + 4y = 8e x : Solution 15 Persamaan diferensial y + 4y + 4y = 8e x memiliki persamaan karakteristik r + 4r + 4 = (r + ) = : diperoleh hanya satu akar, r = : solusi homogen adalah y h (x) = c 1 e x + c xe x = (c 1 + c x) e x : y p = Ae x maupun y p = Axe x akan memberikan yp + yp jauh lagi, yaitu y p (x) = Ax e x : Jadi 3y p = : Kita harus memodi kasi lebih y p (x) = Axe x Ax e x = Ax Ax e x y p (x) = (A Ax) e x 4 Ax Ax e x = 4x + x + 1 Ae x 8e x = y p + 4y p + 4y p = 4x + x + 1 Ae x + 4 Ax Ax e x + 4Ax e x = Ae x A = 4: y p (x) = 4x e x : Example 16 Tentukan solusi umum persamaan diferensial y 5y 6y = e x cos x Solution 17 Persamaan karakteristik ini adalah = r 5r 6 = (r 6) (r + 1) : r = 6 dan r = 1: y h (x) = c 1 e 6x + c e x : Karena e x adalah solusi homogen, maka y p (x) = Cxe x + A cos x + B sin x: 6
7 , y p (x) = Ce x Cxe x + B cos x A sin x = C (1 x) e x + B cos x A sin x y p (x) = Ce x C (1 x) e x B sin x A cos x = (x ) Ce x B sin x A cos x e x 7 cos x = y p 5y p 6y p = (x ) Ce x B sin x A cos x 5 (1 x) Ce x + B cos x A sin x 6 Cxe x + A cos x + B sin x = 7Ce x + ( 7A 5B) cos x + (5A 7B) sin x Diperoleh bahwa C = 1 7 ; A = 7 37 ; B = 5 37 : solusi umum adalah 7C = 1 7A 5B = 5A 7B = y p (x) = 1 7 xe x cos x sin x y (x) = 1 7 xe x cos x sin x + c 1e 6x + c e x : Berikut adalah tabel penentuan y p (x) persamaan diferensial y + ay + by = s (x) Metode Variasi Parameter khusus dari Metode ini, sifatnya lebih umum, digunakan untuk menentukan solusi y" + ay + by = s (x) (1) dengan menggunakan solusi umum homogennya. Misalkan u 1 (x) dan u (x) adalah dua solusi homogen yang bebas linear. Pada metode ini kita mengganti c 1 dan c pada solusi homogen dengan fungsi v 1 (x) dan v (x) y (x) = v 1 (x) u 1 (x) + v (x) u (x) atau singkatnya y = v 1 u 1 + v u 7
8 Kita tambahkan satu syarat yaitu v 1u 1 + v u = (11) Substitusikan pada (1) y = v 1 u 1 + v u y = v 1 u 1 + v u + v1u 1 + vu v 1 u 1 + v u + v1u 1 + vu + a (v 1 u 1 + v u ) + b (v 1 u 1 + v u ) = s (x) v 1 (u 1 + au 1 + bu 1 ) {z } + v (u + au + bu ) + (v {z } 1u 1 + vu ) = s (x) Karena u 1 dan u solusi homogen, maka dua suku pertama adalah nol. Jadi v 1u 1 + v u = s (x) (1) dari (11) dan (1) ; kita harus menyelesaikan sistem persamaan linear dalam v 1 dan v v 1 u 1 + v u = v 1u 1 + v u = s (x) (13) Solusi dalam v 1 dan v adalah v 1 dan v ditentukan dengan integral. Example 18 Tentukan solusi umum y + y = tan x Solution 19 Persamaan karakteristik adalah dengan akar-akar kompleks r 1 = i dan r = v1 u s = u u 1 u 1 u ; v u 1 s = u u 1 u 1 u r + 1 = i: solusi umum homogen adalah y h (x) = c 1 cos x + c sin x: Dengan u 1 = cos x dan u = sin x; persamaan (13) memberikan v 1 cos x + v sin x = v1 ( sin x) + v cos x = tan x Dengan integral, Z v 1 (x) = v1 sin x tan x = cos x cos x + sin x sin x = sin x tan x = sin x cos x v cos x tan x = cos x cos x + sin x sin x = sin x sin x cos x dx = Z 1 cos x dx = cos x = ln jsec x tan xj + sin x + C 1 Z v (x) = sin xdx = cos x + C Z (sec x cos x) dx y p (x) = ( ln jsec x + tan xj + sin x) cos x + ( cos x) sin x = (cos x) ln jsec x + tan xj dan solusi umum adalah y (x) = c 1 cos x + c sin x (cos x) ln jsec x + tan xj 8
Persamaan Diferensial
TKS 4003 Matematika II Persamaan Diferensial Linier Homogen & Non Homogen Tk. n (Differential: Linier Homogen & Non Homogen Orde n) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pendahuluan
Lebih terperinciPD Orde 2 Lecture 3. Rudy Dikairono
PD Orde Lecture 3 Rudy Dikairono Today s Outline PD Orde Linear Homogen PD Orde Linear Tak Homogen Metode koefisien tak tentu Metode variasi parameter Beberapa Pengelompokan Persamaan Diferensial Order
Lebih terperinciPersamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui.
1 Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui. Jika persamaan diferensial memiliki satu peubah tak bebas maka disebut Persamaan Diferensial
Lebih terperinciBAB III PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER
BAB III PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER Bentuk umum PD orde-n adalah PD yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk di atas dikatakan tidak linier. Contoh: Jika F(x) pada persamaan (3.1) sama dengan nol maka
Lebih terperinciPersamaan Diferensial
TKS 4003 Matematika II Persamaan Diferensial Linier Non Homogen Tk. 2 (Differential: Linier Non Homogen Orde 2) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Solusi umum merupakan jumlah
Lebih terperinciBAB IV PERSAMAAN TAKHOMOGEN
BAB IV PERSAMAAN TAKHOMOGEN Kompetensi Mahasiswa mampu 1. Menentukan selesaian khusus PD tak homogen dengan metode koefisien tak tentu 2. Menentukan selesaian khusus PD tak homogen dengan metode variasi
Lebih terperinciI. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)
I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 () I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 / 6 Teori Umum Bentuk umum sistem persamaan diferensial linier orde satu
Lebih terperincidy = f(x,y) = p(x) q(y), dx dy = p(x) dx,
5. Persamaan Diferensian Dengan Variabel Terpisah Persamaan diferensial berbentuk y = f(), dengan f suatu fungsi kontinu pada suatu interval real, dapat dicari penyelesaiannya dengan cara mengintegralkan
Lebih terperinciDeret Taylor. dengan radius kekonvergenan positif. Maka, dengan menggunakan teorema turunan deret pangkat, (x a) + f 00 (a) 2! (x a) 2 + f 000 (a) 3!
oki neswan (fmipa-itb) Deret Taylor Sebelumnya kita telah melihat bagaimana sebuah deret pangkat membangkitkan sebuah fungsi dengan domain merupakan interval kekonvergenan deret pangat tersebut. Sekarang
Lebih terperinciPecahan Parsial (Partial Fractions)
oki neswan (fmipa-itb) Pecahan Parsial (Partial Fractions) Diberikan fungsi rasional f (x) p(x) q(x) f (x) r(x) : Jika deg p deg q; maka r (x) ^p (x) q(x) ; dengan deg r < deg q: p (x) q (x) r (x) ^p (x)
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2 - II
PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE - II.Persamaan Homogen dengan Koefisien Konstan Suatu persamaan linier homogen y + ay + by = 0 (1) mempunyai koefisien a dan b adalah konstan. Persamaan ini mempunyai
Lebih terperinciPERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER
PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER Persamaan Differensial Linier Pengertian : Suatu persamaan differensial orde satu dikatakan linier jika persamaan tersebut dapat dituliskan sbb: y + p x y = r(x) (1) linier
Lebih terperinciBAB PDB Linier Order Satu
BAB 1 Konsep Dasar 1 BAB PDB Linier Order Satu BAB 3 Aplikasi PDB Order Satu 3 BAB 4 PDB Linier Order Dua Untuk memulai pembahasan ini terlebih dahulu akan ditinjau beberapa teorema tentang konsep umum
Lebih terperinciPERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN
LINIER NON HOMOGEN Contoh PD linier non homogen orde 2. Bentuk umum persamaan PD Linier Non Homogen Orde 2, adalah sebagai berikut : y + f(x) y + g(x) y = r(x) ( 2-35) Solusi umum y(x) akan didapatkan
Lebih terperinciProgram Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Persamaan Diferensial Orde II
Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Persamaan Diferensial Orde II [MA4] PDB Orde II Bentuk umum : y + p(x)y + g(x)y = r(x) p(x), g(x) disebut koefisien jika r(x) = 0, maka Persamaan
Lebih terperinciUniversitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika. Persamaan Diferensial Orde II
Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika Persamaan Diferensial Orde II PDB Orde II Bentuk umum : y + p(x)y + g(x)y = r(x) p(x), g(x) disebut koefisien jika r(x) = 0, maka
Lebih terperinciPersamaan Differensial Biasa
Bab 7 cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011 Persamaan Differensial Biasa Dalam banyak persoalan fisika, suatu topik sering dinyatakan dalam bentuk perubahan (laju perubahan). Telah disinggung sebelumnya
Lebih terperinciNurdinintya Athari PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2
Nurdininta Athari PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2 2 PDB ORDE II Bentuk umum : + p() + g() = r() p(), g() disebut koefisien jika r() = 0, maka Persamaan Differensial diatas disebut homogen, sebalikna disebut
Lebih terperinciBAB 2 PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA
BAB 2 BIASA 2.1. KONSEP DASAR Persamaan Diferensial (PD) Biasa adalah persamaan yang mengandung satu atau beberapa penurunan y (varibel terikat) terhadap x (variabel bebas) yang tidak spesifik dan ditentukan
Lebih terperinciBAB III PD LINIER HOMOGEN
BAB III PD LINIER HOMOGEN Kompetensi Mahasiswa diharapkan. Mampu menentukan selesaian umum dari PD linier homogen orde dua dengan jenis akarakar karakteristik yang berbeda-beda. Memahami pengertian kebebaslinieran
Lebih terperinciPersamaan Diferensial
TKS 4003 Matematika II Persamaan Diferensial Linier Homogen Tk. 2 (Differential: Linier Homogen Orde 2) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya PD linier homogen orde 2 Bentuk
Lebih terperinciPersamaan Diferensial Biasa. Rippi Maya
Persamaan Diferensial Biasa Rippi Maya Maret 204 ii Contents PENDAHULUAN. Solusi persamaan diferensial..................... 2.. Solusi Implisit dan Solusi Eksplisit............. 2..2 Solusi Umum dan Solusi
Lebih terperinciHendra Gunawan. 23 April 2014
MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan Semester II, 2013/2014 23 April 2014 Kuliah ang Lalu 13.11 Integral Lipat Dua atas Persegi Panjang 13.2 Integral Berulang 13.3 33Integral Lipat Dua atas Daerah Bukan
Lebih terperinciPertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL
Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu
Lebih terperinciSOLUSI PERSAMAAN DIFFERENSIAL
SOLUSI PERSAMAAN DIFFERENSIAL PENGERTIAN SOLUSI. Solusi dari suatu persamaan differensial adalah persamaan yang memuat variabelvariabel dari persamaan differensial dan memenuhi persamaan differensial yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan
BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang digunakan sebagai landasan pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan beberapa kajian matematika,
Lebih terperinciPERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
PERSAMAAN DIFERENSIAL I PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Persamaan Diferensial Biasa 1. PDB Tingkat Satu (PDB) 1.1. Persamaan diferensial 1.2. Metode pemisahan peubah dan PD koefisien fungsi homogen 1.3. Persamaan
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I
PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I 1. Pendahuluan Pengertian Persamaan Diferensial Metoda Penyelesaian -contoh Aplikasi 1 1.1. Pengertian Persamaan Differensial Secara Garis Besar Persamaan
Lebih terperinciPersamaan Diferensial Biasa
Persamaan Diferensial Biasa Pendahuluan, Persamaan Diferensial Orde-1 Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB September 2012 Toni Bakhtiar (m@thipb) PDB September 2012 1 / 37 Pendahuluan Konsep Dasar Beberapa
Lebih terperinciBarisan dan Deret Agus Yodi Gunawan
Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan. Definisi. Barisan tak hingga adalah suatu fungsi dengan daerah asalnya himpunan bilangan bulat positif dan daerah kawannya himpunan bilangan real. Notasi untuk
Lebih terperinciBAB V PERSAMAAN LINEAR TINGKAT TINGGI (HIGHER ORDER LINEAR EQUATIONS) Persamaan linear tingkat tinggi menarik untuk dibahas dengan 2 alasan :
BAB V PERSAMAAN LINEAR TINGKAT TINGGI (HIGHER ORDER LINEAR EQUATIONS) Bentuk Persamaan Linear Tingkat Tinggi : ( ) Diasumsikan adalah kontinu (menerus) pada interval I. Persamaan linear tingkat tinggi
Lebih terperinciRingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang
ingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang Perhatikan fungsi z = f(x, y) pada = {(x, y) : a x b, c y d} Bentuk partisi P atas daerah berupa n buah persegipanjang
Lebih terperinciMA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral
MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegralan Do maths and you see the world Integral atau Anti-turunan? Integral atau pengintegral adalah salah satu konsep (penting) dalam matematika disamping
Lebih terperinciperpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :
1.1 Pengertian Persamaan Differensial Banyak sekali masalah terapan (dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, kimia, sosial, dan lain-lain), yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk persamaan
Lebih terperinciKONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL
KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu fungsi (dasar). Sebagai
Lebih terperinciMA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral
MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegralan Do maths and you see the world Integral atau Anti-turunan? Integral atau pengintegral adalah salah satu konsep (penting) dalam matematika disamping
Lebih terperinciMetode Koefisien Tak Tentu untuk Penyelesaian PD Linier Homogen Tak Homogen orde-2 Matematika Teknik I_SIGIT KUSMARYANTO
Metode Koefisien Tak Tentu untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial Linier Tak Homogen orde-2 Solusi PD pada PD Linier Tak Homogen ditentukan dari solusi umum PD Linier Homogen dan PD Linier Tak Homogen.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Differential Equation Fungsi mendeskripsikan bahwa nilai variabel y ditentukan oleh nilai variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi
Lebih terperinciBAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL
BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Pendahuluan Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat diferensial Kita akan membahas tentang Persamaan Diferensial Biasa yaitu
Lebih terperinciTUGAS MANDIRI KULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tahun Ajaran 2016/2017
A. Pengantar Persamaan Diferensial TUGAS MANDIRI KULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tahun Ajaran 016/017 1. Tentukan hasil turunan dari fungsi sebagai berikut: a. f() = c e b. f() = c cos k + c sin k c.
Lebih terperinciFungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.
4 INTEGRAL Definisi 4.0. Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika untuk setiap D. F () f() Fungsi integral tak tentu f dinotasikan dengan f ( ) d dan f () dinamakan
Lebih terperincibila limitnya ada. Dengan penggantian x = c+ h, jika x c h 0 dan x c h turunan fungsi f di c dapat dituliskan dalam bentuk: x c
Misalkan fungsi f terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat c. Turunan pertama dari fungsi f di titik c ditulis f '( c ) didefinisikan sebagai: ( ) ( ) f x f '( c) = lim f c x c x c bila limitnya ada.
Lebih terperinciHendra Gunawan. 25 April 2014
MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semester II, 013/014 5 April 014 Kuliah yang Lalu 15.11 Persamaan Diferensial Linear Orde, Homogen 15. Persamaan Diferensial Linear Orde, Tak Homogen 15.3 Penggunaan Persamaan
Lebih terperinciMA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world
Catatan Kuliah MA20 KALKULUS 2A Do maths and you see the world disusun oleh Khreshna I.A. Syuhada, MSc. PhD. Kelompok Keilmuan STATISTIKA - FMIPA Institut Teknologi Bandung 203 Catatan kuliah ini ditulis
Lebih terperinciFUNGSI-FUNGSI INVERS
FUNGSI-FUNGSI INVERS Logaritma, Eksponen, Trigonometri Invers Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 202 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 202 / 49 Topik Bahasan Fungsi Satu ke Satu 2
Lebih terperinciTEKNIK PENGINTEGRALAN
TEKNIK PENGINTEGRALAN Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 202 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 202 / 2 Topik Bahasan Pendahuluan 2 Manipulasi Integran 3 Integral Parsial 4 Dekomposisi
Lebih terperinciDepartment of Mathematics FMIPAUNS
Lecture 2: Metode Operator A. Metode Operator untuk Sistem Linear dengan Koefisien Konstan Pada bagian ini akan dibicarakan cara menentukan penyelesaian sistem persamaan diferensial linear dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dalam penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema,
BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang beberapa hal yang menjadi landasan dalam penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan beberapa kajian matematika,
Lebih terperinciPengintegralan Fungsi Rasional
Pengintegralan Fungsi Rasional Ahmad Kamsyakawuni, M.Kom Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember 25 Maret 2014 Pengintegralan Fungsi Rasional 1 Pengintegralan Fungsi Rasional 2
Lebih terperinciBAB 2 PDB Linier Order Satu 2
BAB Konsep Dasar BAB 2 PDB Linier Order Satu 2 BAB 3 Aplikasi PDB Order Satu 3 BAB 4 PDB Linier Order Dua 4 BAB 5 Aplikasi PDB Order Dua 5 BAB 6 Sistem PDB 6 BAB 7 PDB Nonlinier dan Kesetimbangan Dalam
Lebih terperinciINTEGRAL TAK TENTU (subtitusi parsial) Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ
INTEGRAL TAK TENTU subtitusi parsial Agustina Pradjaningsih, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNEJ agustina.mipa@unej.ac.id DEFINISI Untuk ungsi yang terdeinisi pada selang terbuka I, dpt ditentukan ungsi
Lebih terperinciJENIS JENIS FUNGSI 2. Gambar. Jenis Fungsi. mengandung banyak suku (polinom) dalam variabel bebas y = a 0 + a 1 x + a 2 x a n x n
Telkom University Alamanda JENIS JENIS FUNGSI1 JENIS JENIS FUNGSI 2 Jenis Fungsi Gambar 1. FUNGSI POLINOM mengandung banyak suku (polinom) dalam variabel bebas y = a 0 + a 1 x + a 2 x 2 + + a n x n 2.
Lebih terperinciPERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I. Nurdinintya Athari
PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I Nurdininta Athari Definisi PERSAMAAN DIFERENSIAL Persamaan diferensial adalah suatu persamaan ang memuat satu atau lebih turunan fungsi ang tidak diketahui. Jika persamaan
Lebih terperinciUJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK
UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +
Lebih terperinciTeknik Pengintegralan
Jurusan Matematika 13 Nopember 2012 Review Rumus-rumus Integral yang Dikenal Pada beberapa subbab sebelumnya telah dijelaskan beberapa integral dari fungsi-fungsi tertentu. Berikut ini diberikan sebuah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi
Lebih terperinciBAB VI PENYELESAIAN DERET UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL
BAB VI PENYELESAIAN DERET UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL Bila persamaan diferensial linear homogen memiliki koefisien constant maka persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan metoda aljabar (seperti yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai dasar teori untuk menganalisis simulasi kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan. 2.1 Persamaan Diferensial Biasa
Lebih terperinciBAB IV PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER
BAB IV PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER Tujuan Instruksional: Mampu memahami konsep PD Linier Mampu memahami konsep ketakbebasan linier, determinan Wronski dan superposisi Mampu memahami metode penyelesaian
Lebih terperinciSenin, 18 JUNI 2001 Waktu : 2,5 jam
UJIAN AKHIR SEMESTER KALKULUS I Senin, 8 JUNI Waktu :,5 jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT. Tentukan (a) x + sin x dx (b) x x p x dx. Tentukan dy dx jika (a) y +) (x + ln x (b) y sin p x. Tentukan ln x p
Lebih terperinciMODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI
MODUL MATEMATIKA II Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI DEPARTEMEN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL KATA PENGANTAR Puji sukur kehadirat Allah SWT
Lebih terperinciBAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU
BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU Sistem persamaan linear orde/ tingkat satu memiliki bentuk standard : = = = = = = = = = + + + + + + + + + + Diasumsikan koefisien = dan fungsi adalah menerus
Lebih terperinciMA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 8: Bentuk Tak Tentu d
MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 8: dan Do maths and you see the world ? Pengantar Bentuk tak tentu? Bentuk apa? Bentuk tak tentu yang dimaksud adalah bentuk limit dengan nilai seolah-olah : 0 0 ; ; 0
Lebih terperinciCatatan Kuliah KALKULUS II BAB V. INTEGRAL
BAB V. INTEGRAL Anti-turunan dan Integral TakTentu Persamaan Diferensial Sederhana Notasi Sigma dan Luas Daerah di Bawah Kurva Integral Tentu Teorema Dasar Kalkulus Sifat-sifat Integral Tentu Lebih Lanjut
Lebih terperinciVariabel Banyak Bernilai Real 1 / 1
Fungsi Variabel Banyak Bernilai Real Turunan Parsial dan Turunan Wono Setya Budhi KK Analisis dan Geometri, FMIPA ITB Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1 Turunan Parsial dan Turunan Usaha pertama untuk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta teorema-teorema
Lebih terperinciKalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 1. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018
Kalkulus 2 Teknik Pengintegralan ke - 1 Tim Pengajar Kalkulus ITK Institut Teknologi Kalimantan Januari 2018 Tim Pengajar Kalkulus ITK (Institut Teknologi Kalimantan) Kalkulus 2 Januari 2018 1 / 36 Daftar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda
BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang beberapa teori dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab III. Beberapa teori dasar yang dibahas, diantaranya teori umum tentang persamaan
Lebih terperinciPRAKTIKUM 3 PAM 253 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
PRAKTIKUM 3 PAM 253 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA TOPIK: PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ========== Dalam praktikum ini selalu gunakan Worksheet Mode dengan tipe input Maple Notation ========== I. Pendahuluan
Lebih terperinciTURUNAN. Ide awal turunan: Garis singgung. Kemiringan garis singgung di titik P: lim. Definisi
TURUNAN Ide awal turunan: Garis singgung Tali busur c +, f c + Garis singgung c, f c c P h c+h f c + f c Kemiringan garis singgung di titik P: f c + f c lim Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi lain
Lebih terperinciAB = c, AC = b dan BC = a, maka PQ =. 1
Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 9. Jika a, b, maka pernyataan di bawah ini yang benar adalah A. B. a b ab C. ab b a D. ab ab E. ab ab ab b a karena pada jawaban terdapat ab maka selesaikan
Lebih terperinciFungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.
4 INTEGRAL Definisi 4. Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika untuk setiap D. F () f() Fungsi integral tak tentu f dinotasikan dengan f ( ) d dan f () dinamakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Linear Definisi 2.1.1 Matriks Matriks A adalah susunan persegi panjang yang terdiri dari skalar-skalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk berikut: [ ] Definisi 2.1.2
Lebih terperinciPERSAMAAN DIFERENSIAL (PD)
PERSAMAAN DIFERENSIAL (PD) A. PENGERTIAN Persamaan yang mengandung variabel dan beberapa fungsi turunan terhadap variabel tersebut. CONTOH : + 5 5 0 disebut PD orde I + 6 + 7 0 disebut PD orde II B. PEMBENTUKAN
Lebih terperinciBAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya
1 BAB III OPERATOR 3.1 Pengertian Operator Dan Sifat-sifatnya Perhatikan persamaan Schrodinger satu dimensi bebas waktu yaitu: d + V (x) ( x) E( x) m dx d ( x) m + (E V(x) ) ( x) 0 dx (3-1) (-4) Suku-suku
Lebih terperinciBab 16. LIMIT dan TURUNAN. Motivasi. Limit Fungsi. Fungsi Turunan. Matematika SMK, Bab 16: Limit dan Turunan 1/35
Bab 16 Grafik LIMIT dan TURUNAN Matematika SMK, Bab 16: Limit dan 1/35 Grafik Pada dasarnya, konsep limit dikembangkan untuk mengerjakan perhitungan matematis yang melibatkan: nilai sangat kecil; Matematika
Lebih terperinciPENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A
PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1 By : Suthami A MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK Matematika sebagai ilmu dasar yang digunakan sebagai alat pemecahan masalah di bidang keteknikan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada ( ) ( ) ( )
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Turunan Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada sebarang bilangan c adalah asalkan limit ini ada. Jika limit ini memang ada, maka dikatakan
Lebih terperinciMemahami konsep dasar turunan fungsi dan menggunakan turunan fungsi pada
5 TURUNAN JUMLAH PERTEMUAN : 4 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Memahami konsep dasar turunan fungsi dan menggunakan turunan fungsi pada permasalahan yang ada Materi : 5.1 Pendahuluan Ide awal adanya
Lebih terperincidigunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3
Bab Teknik Pengintegralan BAB TEKNIK PENGINTEGRALAN Rumus-rumus dasar integral tak tertentu yang diberikan pada bab hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi integral dari fungsi sederhana dan tidak dapat
Lebih terperinciLIMIT DAN KEKONTINUAN
LIMIT DAN KEKONTINUAN Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 37 Topik Bahasan 1 Limit Fungsi 2 Hukum Limit 3 Kekontinuan Fungsi (Departemen
Lebih terperinciBAB 2 PDB Linier Order Satu 2.1 PDB Linier Order Satu Homogen PDB order satu dapat dinyatakan dalam atau dalam bentuk derivatif = f(x y) dx M(x y)dx +
BAB 1 Konsep Dasar 1 BAB 2 PDB Linier Order Satu 2.1 PDB Linier Order Satu Homogen PDB order satu dapat dinyatakan dalam atau dalam bentuk derivatif = f(x y) dx M(x y)dx + N(x y) = 0 (2.1) 2.1.1 PDB Eksak
Lebih terperinciBAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan.
BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan. Kriteria apa saa yang dapat digunakan untuk menentukan properti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kompetensi
BAB I PENDAHULUAN Kompetensi Mahasiswa diharapkan 1. Memiliki kesadaran tentang manfaat yang diperoleh dalam mempelajari materi kuliah persamaan diferensial. 2. Memahami konsep-konsep penting dalam persamaan
Lebih terperinciBAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU
BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU Kompetensi Mahasiswa diharapkan: 1. Mengenali bentuk PD orde satu dengan variabel terpisah dan tak terpisah.. Dapat mengubah bentuk PD tak terpisah menjadi terpisah
Lebih terperinci4. Dibawah ini persamaan diferensial ordo dua berderajat satu adalah
Pilihlah jawaban yang benar dengan cara mencakra huruf didepan jawaban yang saudara anggap benar pada lembar jawaban 1. Dibawah ini bentuk persamaan diferensial biasa linier homogen adalah a. y + xy =
Lebih terperinciDASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG
h Bab 3 DASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG 3.1 Persamaan Gelombang untuk Dasar Sinusoidal Dasar laut berbentuk sinusoidal adalah salah satu bentuk dasar laut tak rata yang berupa fungsi sinus
Lebih terperinciLinear Lokal = Mempunyai Turunan
oki neswan FMIPA-ITB Linear Lokal = Mempunyai Turunan De nisi turunan fungsi untuk dua peubah tampak sangat berbeda dari turunan untuk fungsi satu peubah De nition 1 Fungsi f : A! R; A R; dikatakan mempunyai
Lebih terperinciMatematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70
Matematika I: APLIKASI TURUNAN Dadang Amir Hamzah 2015 Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 1 / 70 Outline 1 Maksimum dan Minimum Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 2 / 70 Outline
Lebih terperinciPersamaan Parametrik
oki neswan (fmipa-itb) Persamaan Parametrik Kita telah lama terbiasa dengan kurva yang dide nisikan oleh sebuah persamaan yang menghubungkan koordinat x dan y: Contohnya persamaan eksplisit seperti y x
Lebih terperinciBAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tujuan Pembelajaran Umum: 1 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar persamaan diferensial 2 Mahasiswa mampu menggunakan konsep dasar persamaan diferensial untuk menyelesaikan
Lebih terperinciBAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU
BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDE SATU Kompetensi Mahasiswa diharapkan: 1. Mengenali bentuk PD orde satu dengan variabel terpisah dan tak terpisah.. Dapat mengubah bentuk PD tak terpisah menjadi terpisah
Lebih terperinciMemahami konsep dasar turunan fungsi dan mengaplikasikan turunan fungsi pada
5 TURUNAN JUMLAH PERTEMUAN : 4 PERTEMUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Memahami konsep dasar turunan fungsi dan mengaplikasikan turunan fungsi pada permasalahan yang ada Materi : 5.1 Pendahuluan Ide awal
Lebih terperinciPERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN LINEAR
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN LINEAR Persamaan linear Bentuk umun persamaan linear satu vareabel Ax + b = 0 dengan a,b R ; a 0, x adalah vareabel Contoh: Tentukan penyelesaian dari 4x-8 = 0 Penyelesaian.
Lebih terperinciKuliah PD. Gaya yang bekerj a pada suatu massa sama dengan laju perubahan momentum terhadap waktu.
Kuliah PD Pertemuan ke-1: Motivasi: 1. Mekanika A. Hukum Newton ke-: Gaya yang bekerj a pada suatu massa sama dengan laju perubahan momentum terhadap waktu. Misalkan F: gaya, m: massa benda, a: percepatan,
Lebih terperinciBAB 5 TEOREMA SISA. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi BAB 5 TEOREMA SISA Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. Kompetensi Dasar Menggunakan algoritma pembagian sukubanyak untuk menentukan hasil bagi dan sisa pembagian
Lebih terperinciAsimtot.wordpress.com FUNGSI TRANSENDEN
FUNGSI TRANSENDEN 7.1 Fungsi Logaritma Asli 7.2 Fungsi-fungsi Balikan dan Turunannya 7.3 Fungsi-fungsi Eksponen Asli 7.4 Fungsi Eksponen dan Logaritma Umum 7.5 Pertumbuhan dan Peluruhan Eksponen 7.6 Persamaan
Lebih terperinciTurunan Fungsi. h asalkan limit ini ada.
Turunan Fungsi q Definisi Turunan Fungsi Misalkan fungsi f terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat a. Turunan pertama fungsi f di =a ditulis f (a) didefinisikan dengan f ( a h) f ( a) f '( a) lim
Lebih terperinciAnalisis Riil II: Diferensiasi
Definisi Turunan Definisi dan Teorema Aturan Rantai Fungsi Invers Definisi (Turunan) Misalkan I R sebuah interval, f : I R, dan c I. Bilangan riil L dikatakan turunan dari f di c jika diberikan sebarang
Lebih terperinciPersamaan Diferensial Biasa
Persamaan Diferensial Biasa Titik Tetap dan Sistem Linear Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB Oktober 2012 Toni Bakhtiar (m@thipb) PDB Oktober 2012 1 / 31 Titik Tetap SPD Mandiri dan Titik Tetap Tinjau
Lebih terperinci