BAB III MODUL INJEKTIF

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DIMENSI PARTISI

BAB II LANDASAN TEORI

GELANGGANG HEREDITER

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 11-22, April 2001, ISSN : SUBRUANG MARKED. Suryoto Jurusan Matematika, FMIPA-UNDIP Semarang

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga

Bab III. Plant Nonlinear Dengan Fase Nonminimum

BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR. Misalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformasi linear f L ( V, F )

BAB V MODEL SEDERHANA DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN SIMULASINYA

INVERS DRAZIN DARI SUATU MATRIKS DENGAN MENGGUNAKAN BENTUK KANONIK JORDAN

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai ring embedding dan faktorisasi. tunggal pada ring komutatif tanpa elemen kesatuan.

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK

BAB II TEORI DASAR. Analisis Kelompok

VI. KETIDAKPASTIAN. Contoh : Asih mengalami gejala ada bintik-bintik di wajahnya. Dokter menduga bahwa Asih terkena cacar

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. Analisis diskriminan (discriminant analysis) merupakan salah satu metode

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Untuk mengetahui pola perubahan nilai suatu variabel yang disebabkan oleh

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 1. Adam Hendra Brata

III FUZZY GOAL LINEAR PROGRAMMING

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/

Bukti Teorema Sisa China dengan Menggunakan Ideal Maksimal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

BAB 10. Menginterpretasikan Populasi Variabel Kanonik. Variabel kanonik secara umumnya artifisal. Jika variabel awal X (1) dan X (2)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

Lucas Theorem Untuk Mengatur Penyimpanan Memori yang Lebih Aman

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (STUDI KASUS: KLASIFIKASI KUALITAS PRODUK)

USULAN PENERAPAN TEORI MARKOV DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERAWATAN TAHUNAN PADA PT. PUPUK KUJANG

ALJABAR LINIER LANJUT

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab III Reduksi Orde Model Sistem LPV

UJI PRIMALITAS. Sangadji *

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 1-10, April 2001, ISSN :

Analisis Sensitivitas

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) IV. PEMBAHASAN

KOLINEARITAS GANDA (MULTICOLLINEARITY) Oleh Bambang Juanda

HIMPUNAN RENTANGAN DAN BEBAS LINIER. di V. Vektor w dikatakan sebagai kombinasi linier dari vektor-vektor v, 1

BAB IV HASIL ANALISIS

KONSTRUKSI RUANG TOPOLOGI LENGKAP

PENGUJIAN PROPORSI MENGGUNAKAN KETERKAITAN DISTRIBUSI CHI-SQUARE DENGAN PENDEKATAN DISTRIBUSI BINOMIAL TERHADAP DISTRIBUSI NORMAL STANDARD

BAB 3 PRINSIP INKLUSI EKSKLUSI

STATISTIKA. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Mean Median Modus Simpangan baku Varian Histogram Quartil Desil Persentil

Analisis Penyelesaian Persamaan Kuadrat Matriks

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

DIMENSI PARTISI GRAF GIR

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC

OSN 2014 Matematika SMA/MA

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP

Pengolahan lanjut data gravitasi

R. Kemudian turunkan persamaan ini terhadap t (dengan x tetap) sehingga n 1

MODEL REGRESI SEMIPARAMETRIK SPLINE UNTUK DATA LONGITUDINAL PADA KASUS KADAR CD4 PENDERITA HIV. Lilis Laome 1)

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

SYARAT PERLU DAN CUKUP SOLVABILITAS MASALAH DEKOPLING SEGITIGA BLOK

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

PEMODELAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI MAKANAN DI KOTA SURABAYA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI SPLINE

BAB II KONDUKSI ALIRAN STEDI SATU DIMENSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengenal dua macam variabel yaitu : 2. Variabel terikat (Y) yaitu : Hasil belajar Sejarah

Benyamin Kusumoputro Ph.D Computational Intelligence, Faculty of Computer Science University of Indonesia METODE PEMBELAJARAN

SOLUSI BAGIAN PERTAMA

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

U JIAN A KHIR S EMESTER M ATEMATIKA T EKNIK

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND

KAITAN ANTARA SUPLEMEN SUATU MODUL DAN EKSISTENSI AMPLOP PROYEKTIF MODUL FAKTORNYA DALAM KATEGORI σ[m]

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi

FUZZY BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI POLA (Studi kasus: klasifikasi kualitas produk)

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII

KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC. memiliki derajat maksimum dan tidak ada titik yang terisolasi. Jika n i adalah

Nilai Kritis Permutasi Eksak untuk Anova Satu Arah Kruskal-Wallis pada Kasus Banyaknya Sampel, k = 4

P i KULIAH KE 3 METODA KELOMPOK (COHORT SURVIVAL METHOD) METODE ANALISIS PERENCANAAN - 1 TPL SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT.

BAB 2 LANDASAN TEORI

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

IMPLEMENTASI MODEL OPTIMASI LINIER INTEGER DENGAN BANYAK TUJUAN UNTUK PENGALOKASIAN PEKERJAAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Interpretasi data gravitasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN TAK LINIER

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

BILANGAN RAMSEY SISI DARI r ( P, )

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

Catatan Kuliah 13 Memahami dan Menganalisa Optimasi dengan Kendala Ketidaksamaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

STATISTIKA: UKURAN PENYEBARAN DATA. Tujuan Pembelajaran

Transkripsi:

BAB III ODUL INJEKTIF Bab n adalah bab yang palng pentng arena bab n bers mula dar hal-hal dasar mengena modul njet sampa sat-sat stmewanya yang tda dml oleh modul lan yang tda njet, yang merupaan ous pembahasan tugas ahr n. 3.. odul Injet Dalam subbab n dbahas dens dan sat-sat dasar dar modul njet. Selan tu, dbahas pula Krtera Baer yang menyederhanaan rtera suatu modul merupaan modul njet. Dens 3.. Suatu modul E dataan njet ja untu sebarang modul A B dan untu sebarang homomorsma µ : A E, terdapat perluasan µ : B E yang memenuh µ A = µ. A B µ µ E

Beberapa contoh modul njet antara lan modul { } modul / atas. odul { } 0, modul atas, dan 0 njet arena untu sebarang modul A B dan sebarang homomorsma µ :A { 0 }, dmana ( a) 0 a A B, dapat dperluas menjad :B { } µ =, untu setap µ 0, dmana µ memetaan seluruh anggota B e 0. Dengan deman, untu setap a A B, µ a = 0 = µ a, sehngga µ A = µ. Sedangan untu modul atas dan modul / atas, enjetannya dapat dtunjuan menggunaan dsblty yang aan dbahas pada subbab selanjutnya. Lemma 3.2. Untu setap modul atas R, I, njet untu setap I I, njet. But ( ). salan A B, maa terdapat pemetaan α : A B. Ambl sebarang homomorsma β : A. Karena terdapat pemetaan j : yang merupaan embeddng dan π : yang merupaan proyes yang salng ners, maa terdapat jβ : A. Karena njet, maa terdapat γ : B yang merupaan perluasan dar jβ d B yang memenuh γα = j β, maa ddapat pemetaan : B π γα = π ( γα ) = π ( j β ) = ( j ) = β = β π γ. Aan dtunjuan π γα = β. π β (asosat) 2

α A B β γ j π Karena π γα = β, ta dapat memlh π γ : B yang merupaan perluasan dar β d B yang memenuh π γ A = β.dengan deman, njet, untu setap I. But ( ). salan A B, maa terdapat pemetaan α : A B. Ambl sebarang homomorsma β : A. Karena terdapat pemetaan j : yang merupaan embeddng dan π : yang merupaan proyes yang salng ners, maa terdapat π β : A. Karena njet, maa terdapat pemetaan : B γ yang merupaan perluasan dar π β d B yang memenuh γα = πβ, maa ddapat pemetaan jγ : B. Aan dtunjuan jγα = β. j γα = j ( γα ) = j ( π β ) = ( ) = β = β j π β (asosat) Karena jγα = β, ta dapat memlh jγ : B yang merupaan perluasan dar β d B yang memenuh jγ A = β. Dengan deman njet. I 3

α A γ B β j π Abat 3.3. Suu langsung dar modul njet juga njet. But. salan njet. salan pula A B, maa terdapat pemetaan α : A B. Ambl sebarang homomorsma β : A. Terdapat pemetaan j : yang merupaan embeddng dan π : yang merupaan proyes. Karena, maa π :, juga jβ : A. Karena njet, maa terdapat pemetaan γ : B yang merupaan perluasan dar j β d B yang memenuh γα = ddapat pemetaan π γ : B. Aan dtunjuan π γα = β. π γα = π ( γα ) = π ( j β ) = ( j ) = β = β π β (asosat) j β, sehngga Karena π γα = β, ta dapat memlh π γ : B yang merupaan perluasan dar β d B yang memenuh π γ A = β. Dengan deman njet. α A β B γ j π 4

Proposs 3.4. salan : N E N dan E sebarang modul. salan juga sebarang homomorsma, maa terdapat perluasan masmal dar d. But. salan perluasan dar d adalah pasangan terurut ( V, g) dengan N V dan g : V E yang memenuh g N { } =. salan S = ( V, g) adalah hmpunan semua perluasan dar d yang terurut parsal dengan ( ) ( urutan V, g V2, g2) ja V V2 dan Lemma Zorn (2.5), aan dtunjuan bahwa 2. S arena N N dan N { } 2. Ambl sebarang (, ) { (, ) } S g V = g. Dengan menggunaan meml elemen masmal. =, sehngga ( N, ) S. L= V g S yang terurut total. Kemudan bentu ( V g ) W = V V g L, maa V W, untu setap, L. Ambl sebarang x W, maa terdapat ( V g ) L sedeman sehngga x V., Densan hw : E dengan h( x) = g ( x). Berdasaran pendensan tersebut, terlhat bahwa h merupaan perluasan dar g, arena hv = g. Aan tetap, h belum tentu terdens dengan ba. Oleh arena tu, selanjutnya aan dtunjuan bahwa h terdens dengan ba. salan terdapat ( ) ( ) V, g, P, g L sedeman sehngga x V W dan x P W, juga ( ) = ( ) dan h( x) = g ( x). Karena (, ),(, ) h x g x p V g P g L yang merupaan hmpunan terurut total, maa terdapat dua asus, yatu ( V g) ( ( Pg, p) ( V, g). Ja ( V g) ( p ( ) = ( ) g x g x Ja ( Pg ) ( ( ) = ( ) g x g x p.., P, g p ) dan, P, gp ), maa x V P dan gp V = g, maa, p V, g ), maa x P V dan g P = g p, maa 5

Dar edua asus tersebut ddapat g ( x) g ( x) dengan dar L. p =. Dengan deman, ( ) = ( ) terdens dengan ba, dan (, ) h x g x hw : E Wh merupaan batas atas 3. Karena N V dan V W, maa N W. Selan tu, untu x N, h( x) ( x) =, maa hn =, maa ( Wh, ) S. Berdasaran Lemma Zorn (2.5),, 2, dan 3, maa maa meml perluasan masmal d. S meml elemen masmal, Klam 3.5. salan modul anan atas R. Ambl sebarang x, emudan densan L : R, L : r xr, untu setap r R. Untu sebarang submodul V, prapeta dar V, maa x x < x { } L V = x V = r Rxr V R merupaan. 2. x V deal anan R dan x V x V = R. But (). Karena V subgrup, maa 0 V. Plh r = R, maa ( ) ( ) L r = L 0 = x0 = 0 V x x R R dan dan 0 R x V x V 0 R. Ambl sebarang ab, x V R, maa xa, xb V. Karena xb + x( b) = x( b b) = x0= 0, maa x( b) adalah ners dar xb. Karena ners bersat tunggal, maa x( b) = xb V. Perhatan bahwa x( a b) = xa+ x( b). Karena xa, x( b) V dan V grup, maa x( a b) = xa+ x( b) V, sehngga a b x V. Dengan deman, ( x V, ) + subgrup dar (, ) a x V R dan r R, maa ( ) ( ) ( ) modul anan atas R, maa x( ar) ( xa) r V a x V R dan r R. Dengan deman, x R +. Kemudan, ambl sebarang L ar = x ar = xa r. Karena xa V dan V =, sehngga ar x V, untu setap x V deal anan dar R. 6

But (2). Berdasaran dens x V { r Rxr V} =, jelas x R. Ambl sebarang x V dan r R, maa ( ) L r = xr. Karena V modul anan atas R, x maa xr V, maa r x V, untu setap r R, maa x V = R. Berut n dens lan dar modul njet. Krtera Baer. salan E modul anan atas R, maa pernyataan berut ealen. E njet, 2. untu setap deal anan B R dan sebarang homomorsma ϕ : B E, terdapat ϕ : RR E yang memenuh ϕ B = ϕ, dan 3. untu setap deal anan B R dan sebarang homomorsma ϕ : B E, terdapat y E, sedeman sehngga ϕ b= yb, untu setap b B. But ( 2). Jelas berdasaran dens modul njet, yatu suatu modul E njet ja untu setap modul A B dan sebarang homomorsma µ : A E, terdapat perluasan µ : B E yang memenuh µ A = µ. Karena hal tersebut berlau untu sebarang A berlau juga untu setap deal anan B B dan sebarang homomorsma µ : A E, maa R dan homomorsma ϕ : B E. Dengan deman terdapat ϕ : RR E yang memenuh ϕ B = ϕ. (2 3). Plh y = ϕ E dengan = R. Ambl sebarang b B R, maa ( ) ( ) ϕb= ϕb= ϕ b = ϕ b= yb. ( 3 ). salan submodul N < dan : N E. Ingn ddapat g: E yang memenuh gn =. salan g: V E, dengan N V dan gn = perluasan masmal dar. 7

Ja V =, maa terdapat g: E yang memenuh gn =, maa E njet. But selesa. c Andaan V, ambl sebarang x \ V = V dan { } = =. Kemudan, densan ϕ b= g( xb) B x V b Rxb V, untu setap b B dengan ϕ : B E, g: V E, dan Lx : B V, maa ϕ = glx dengan gl : B E. Coba perluas g menjad g : V + xr E. Densan x ( ) g + xr = g+ xr. Fungs g terdens dengan ba ja + xr = ' + xr', untu setap, ' V dan rr, ' R mengabatan. salan g( + xr) = g( ' + xr' ) + xr = ' + xr', untu setap, ' V dan rr, ' R, maa + xr = ' + xr' ' = xr' ( xr) = xr' + x( r) = x( r' r). Karena, ' V, maa ' V, maa x r r V, maa r' r B. ( ' ) ( ) g( ' ) = g x( r' r) g g' = ϕ ( r' r) = y( r' r) = yr ' yr g + yr = g' + yr ' g ( + xr) = g( ' + xr' ) maa ( ), g + xr = g+ yr terdens dengan ba. Ambl sebarang V V xr, maa + ( ) g = g + x0 = g + y0= g + 0= g, untu setap V V + xr, maa gv = g. Dengan deman, terdapat perluasan g d. Hal n ontrads dengan pernyataan bahwa g perluasan masmal dar d 8

, maa pengandaan V salah. Jad, haruslah V bahwa E njet. =, dan ta dapatan Contoh 3.6. Berut n adalah beberapa contoh modul njet. modul { 0 } atas gelanggang R, 2. modul atas, dan 3. modul / atas. odul { 0 } njet arena untu sebarang A < B dan homomorsma { } ϕ :A 0, setap a A dpetaan e 0 oleh ϕ. Ambl suatu homomorsma { } ϕ :B 0, maa setap b B dpetaan oleh ϕ e 0, termasu setap a A B, maa ϕa= ϕa, maa ϕ A = ϕ. Contoh edua aan dbutan dengan menggunaan sat dsblty yang aan dbahas pada Subbab 3.2. Begtu juga dengan contoh etga, contoh etga njet dabatan oleh contoh edua. 3.2. Dsblty Subbab n pentng untu dbahas arena sangat beratan erat dengan sat-sat modul njet. Dalam subbab n aan dbahas sebuah teorema yang sangat pentng dan berhubungan dengan subbab selanjutnya, yatu 3.3 Injecte Hulls. Dens 3.7. Suatu modul atas R dataan generalzed dsble ja untu setap ( a, ) R memenuh sedeman sehngga a, terdapat x yang = xa. Syarat a merupaan syarat perlu arena ja a, maa terdapat a' a, tetap a' x. Ambl sebarang, maa 9

( ) ( ) xa a' = x aa' = x0= 0 a', maa xa untu setap x. Untu = 0 dan a = 0, syarat a terpenuh arena a = R dan = R, sehngga a. Dens 3.8. salan suatu modul atas daerah ntegral dsble ja untu setap ( a, ) R { } = xa. R, maa \ 0 terdapat x yang memenuh Proposs 3.9. Pada Dens 3.8, syarat a otomats terpenuh. tda perlu arena secara But. Karena R daerah ntegral, maa { 0} bahwa { 0}, maa a terpenuh. a =, untu setap a R. Jelas Konseuens 3.0. salan modul atas daerah ntegral R, maa pernyataanpernyataan berut berlau. dsble generalzed dsble, 2. dsble / N dsble, dengan N merupaan subgrup normal dar, dan 3. Ja dsble oleh a R\ { 0}, maa dsble oleh a secara tunggal, yatu ja = xa dan = ya, maa x = y. But () ( ). Karena dsble, maa jelas bahwa untu setap ( a, ) R dengan a, = xa. But () ( ). Karena R daerah ntegral, maa untu setap (, ) a R, berlau a, sehngga arena generalzed dsble, maa terdapat x yang memenuh = xa. Dengan deman, dsble. 20

But (2). salan submodul N <, maa N+ / N, untu setap. Ambl sebarang N+ / N dan a R. Karena dsble, maa terdapat x sedeman sehngga = xa. Searang ( N + = N + xa= N + x) a. Abatnya / N dsble. But (3). salan = xa dan = ya untu suatu x, y xa = ya, maa xa ya = ya ya ( x ) Karena ( x y) a { 0} y a = 0. =, maa x = y. Ja dsble oleh a = 0, maa = x0= 0. Karena = 0 dan a = 0, maa = xa untu setap x, maa dsble oleh a secara tda tunggal. Obseras 3.. salan modul atas gelanggang deal utama R, maa njet generalzed dsble. But ( ). Ambl sebarang a R dan. Bentu deal anan ar R. Densan ( ) ( ) ϕ : ar, dengan ϕ a =. Ambl sebarang r R, maa ϕ ar = ϕa r = r. Aan dtunjuan ϕ terdens dengan ba. salan ar ar, untu suatu rr, R, maa = Karena ar = ar ar ar = ar ar ar + a( r ) a r r = 0 ( ) = 0. ( ) a r r = 0, maa r r a. Konds a djamn ada arena R daerah ntegral. Karena r r, maa 2

( r r ) = 0 r + ( r ) = 0 r r = 0 Karena r r + r = 0 + r r + 0 = r r = r ϕ = ϕ ( ar ). ( ar) ( ) ( ) ϕ ar = ϕ ar, maa ϕ terdens dengan ba. Karena njet, maa terdapat : R ϕ sedeman sehngga ϕ( ar) ϕ( ar) =, untu setap ar ar R. Plh x = ϕ dengan = R, maa ( ) ( ) = ϕa= ϕa= ϕ a = ϕ a= xa, maa generalzed dsble. But ( ). Ambl sebarang I deal anan d R, maa I = ar, untu suatu a R. salan ϕ : ar, dengan ϕ a =, untu suatu. Ambl sebarang r a, maa ar = 0. Karena ϕ homomorsma, maa ( ϕ ) ϕ( ) ϕ0 0, maa r r = a r = ar = =, sehngga a. Karena generalzed dsble, maa terdapat x sedeman sehngga = xa. Densan ϕ = L : R, dengan ϕ r = xr, untu setap r R. Ambl sebarang ar ar R, maa x ϕ( ) ( ) ( ) ϕ ar = ϕ, dengan deman njet. ar = x ar = xa r = r = ϕ( ar), maa Konseuens 3.2. salan modul atas daerah deal utama njet dsble. D, maa 22

But ( ). Karena njet dan R gelanggang deal utama, maa generalzed dsble. Karena generalzed dsble dan R daerah ntegral, maa dsble. But ( ). Karena dsble dan R daerah ntegral, maa generalzed dsble. Karena generalzed dsble dan R gelanggang deal utama, maa njet. Kta aan gunaan Konseuens 3.2 n untu menunjuan enjetan dar Contoh 3.6.. modul atas dan Contoh 3.6.2. modul / atas. Gelanggang merupaan daerah ntegral, yatu untu setap ab, R dengan a 0 dan b 0, maa ab 0. Selan tu, gelanggang juga merupaan gelanggang deal utama, arena semua dealnya hanya dbangun oleh satu elemen, dengan deman merupaan daerah deal utama. Semua deal dar berupa n, untu suatu n. Selanjutnya aan dtunjuan bahwa dsble. Ambl m sebarang = dengan mn,, dengan n 0 dan a. Karena n m m m m a gelanggang, maa na. Plh x =, maa = = = = m a na n n n a na. m Karena terdapat x = yang memenuh = xa, maa dsble. na Berdasaran 3.3, maa njet. Contoh 3.6.2. modul / atas njet arena modul atas njet. Berdasaran Lemma 3.2., modul / atas njet. Lemma 3.3. salan Q modul atas daerah deal utama R dan Q dsble, maa berlau pernyataan-pernyataan berut.. Untu sebarang subgrup normal K Q, Q/ K njet. 23

2. Untu X sebarang hmpunan ndes, maa untu setap X, Q dan Q, dsble. But (). Karena Q dsble dan R daerah ntegral, maa Q/ K dsble. Karena Q/ K dsble dan R daerah ntegral, maa Q/ K generalzed dsble. Karena njet. Q/ K generalzed dsble dan R gelanggang deal utama, maa Q/ K But (2). Karena Q dsble dan R daerah ntegral, maa Q generalzed dsble. Karena Q generalzed dsble dan R gelanggang deal utama, maa Q njet, maa untu sebarang hmpunan ndes X dan untu setap X, Q dan Q njet. Karena Q dan Q njet dan R gelanggang deal utama, maa dan Q generalzed dsble. Karena Q dan Q generalzed dsble dan R daerah ntegral, maa Q dan Q dsble. Q Konstrus 3.4. salan. Hom ( R, D) D grup abel, R gelanggang, dan abr,, R. merupaan modul atas gelanggang R dengan peralan dan a R, dengan R yatu a Hom ( R, D), untu setap Hom ( R, D) dengan ( a) ( r) = (ar ), untu setap r R. 2. salan ε : Hom ( R, D) D, ( ) (, ), : Hom R D R D., untu setap 3. salan modul atas R, g: Hom ( R D) m, g[ m]: R D, maa berlau,. Ambl sebarang g homomorsma { g[ ma] }( b) = { g[ m] }( ab) 24

But ( ). Karena m, a R, dan modul atas R, maa ma, maa gma [ ] Hom ( RD, ), maa { g[ ma] }( b) { g[ ma] a}( b) { g[ m] }( ab) berdasaran (). = =, gm [ ] Hom ( RD, ) But ( ). Karena, maa { g[ ma] }( b) = { g[ m] }( ab) = { g[ m] a}( b), maa [ ] [ ] aan dtunjuan bahwa g[ m m ] g[ m ] g[ m ] Ambl sebarang Karena m, m2 2 2 gma= gm a. Kemudan, + = +, untu setap m, m. dan b R, maa { g[ m + m2] }( b) = { g ( m+ m2) }( b) homomorsma. = { g[ ] }(( m+ m2) b ) = { g[ ] }( mb + m2b ) = { g[ ] }( mb ) + { g[ ] }( m2b) = { g[ m] }( b) + { g[ m2] }( b) = { g[ m] }( b) + { g[ m2] }( b) = { g[ m] + g[ m2] }( b) 2 b sebarang, maa g[ m + m ] = g[ m ] + g[ m ]. Oleh arena tu, g 2 2 4. salan N modul atas R, msalan ψ : N D homomorsma. Densan :N Hom ( R, D) ψ, untu setap n N dengan { ψ [ n ]}( b ) ψ ( nb ) =., dmana [ ] ψ n : R D Lemma 3.5. Berdasaran onstrus 3.4, maa pernyataan-pernayataan berut berlau. ε homomorsma, 25

2. 3. ψ homomorsma, dan εψ = ψ. But (). Ambl sebarang Hom ( R, D) dan r R. Karena Hom ( R, D) modul atas gelanggang R, maa r Hom ( R, D), maa ( ) ( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ε( ) ε r = r = r = r = r = r = r. Kemudan, aan dtunjuan bahwa ε( ) ε( ) ε( ) Ambl + = +, untu setap, Hom R, D. 2 2 sebarang, 2 ( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 2 2 2 2 ( ) 2 ( ) Hom R, D, maa ε + = + = + = ε + ε. Oleh arena tu, ε merupaan homorsma. But (2).Berdasaran 3.4.4, [ ] { ψ } ψ (( ) ) ψ ( ( )) ψ [ ] { }( ) na = na b = n ab = n ab. Karena ψ [ n] homomorsma, maa { ψ [ na] }( b) = { ψ [ n] }( ab) = {( ψ [ n] ) a}( b), maa ψ [ ] { } { } ( ψ [ ]) Kemudan, aan dtunjuan bahwa [ ] ψ n n ψ [ n ] ψ [ n ] n, n2 Karena N. Ambl sebarang n, n2 2 2 N dan r R, maa { ψ [ n+ n2] }( r) = ψ (( n+ n2) r) = ψ ( nr+ nr) 2 = ψ ( nr) + ψ ( nr) na = n a. + = +, untu setap 2 = { ψ [ n ]}( ) { r + ψ [ n2] }( r) = { ψ [ n ] + ψ [ n2] }( r ) r sebarang, maa [ ] ψ n + n = ψ [ n ] + ψ [ n ]. Oleh arena tu, ψ merupaan homomorsma. 2 2 26

But (3). Ambl sebarang n N { }( ) [ ] ( ) [ ], maa [ ] ( { }( ) ( ) ( ) n = n = n = n = n, maa εψ ε ψ ψ ψ ψ ψ n Hom R, D), maa εψ = ψ. Teorema 3.6. salan D grup abel dsble, maa Hom ( R, D) njet. But. salan dan N modul atas R dan N. salan juga g : HomZ ( R, D), ε : Hom Z ( R, D) D homomorsma dengan ε () = ( ), untu setap HomZ ( R, D). Karena D grup abel dsble, maa D njet, berdasaran Proposs 2.7. Oleh arena tu, untu setap homomorsma : N, terdapat ψ : N D sepert pada Konstrus 3.4 dan Lemma 3.5 sedeman sehngga ε g = ψ. Sepert pada Konstrus 3.4, terdapat homomorsma ψ [ n] : R D dengan { ψ [ n ]}( b ) ψ ( nb ) dan =, untu setap n N b R. Aan dtunjuan bahwa ψ = g. Ambl sebarang m, maa ( )( m) =ψ [ ( m) ] HomZ ( R, D) { ψ [ ( m) ]}( r) = ψ ( ( m) r) ψ. Kemudan ambl sebarang r R, maa = ψ ( ( mr) ) = ψ ( mr) = ε g( mr) = ε ( g[ mr] ) = { g [ mr] }( ) = { g [ m ] r}( ) = { g [ m] }( r) = { [ m] }( r) g. 27

Hom g ψ ( R, D) N D Karena r sebarang, maa [ ( m) ] = g[ m] abatnya Hom ( R, D) ε ψ ψ. Karena m sebarang, maa ψ = g, njet. Abat 3.7. Setap modul merupaan submodul dar suatu modul njet. But. Untu sebarang modul atas gelanggang R, dmana D, dengan D merupaan grup abel dsble, pemetaan l: Hom ( R, D) ddensan oleh m l : R D dmana untu setap a R m dtunjuan bahwa l: l dtunjuan terlebh dahulu bahwa, ( ) l a = ma D. Aan m merupaan somorsma. Pertama-tama aan homomorsma modul, yatu mengawetan operas penjumlahan dan peralan salar. Ambl sebarang abr,, R, maa { l( ma+ nb) }{ r} = lma+ nb ( r) l = ( ma + ) nb r = ( ma) r + ( ) nb r = m( ar) + n( br) = l ( ar) + l ( br) m = { l a}( r) + { l b}( r) m = { l a+ l b}( r) Karena { l( ma nb) }{ r} { lm a ln b}( r) ( ) m n n n l, l l m n dan + = +, untu setap r R, maa l ma+ nb = l a+ l b, maa l merupaan homomorsma. Jelas bahwa l: l m n epmorsma. Kemudan, aan dtunjuan bahwa l satu-satu. 28

Karena l homomorsma, maa cuup dtunjuan bahwa Int ( l ) = { 0}. Jelas bahwa { 0} Int () l arena l homomorsma. Ambl sebarang () x Int l, maa lx sebarang r merupaan pemetaan nol yang memetaan semua anggota R, maa lx ( r) = 0 R e 0. Ambl Karena xr = 0 r adalah sebarang anggota R, maa 0 ( ) { 0} x =, maa Int () l {} 0, maa Int l =, maa l: l merupaan somorsma, maa l Hom ( R, D). Aan dtunjuan bahwa l adalah submodul dar Hom ( R, D). Ambl sebarang lm H om ( R, D) dan ar, R, maa { }( ) ( ) ( ) ( ) l a r = l ar = m ar = ma r. Karena modul atas R, maa ma, m sehngga { } m ma m { l a}( r) ( ma) r l ( r) m = = ma. Karena r sebarang, maa l a = l l yang menyebaban l merupaan submodul dar Hom ( R, D). Karena l merupaan submodul dar modul njet, maa juga merupaan submodul dar suatu modul njet. Abat 3.8. njet ja dan hanya ja merupaan suu langsung dar setap modul yang memuat sebaga submodul. But ( ). salan submodul < N dan njet, maa ungs denttas : dperluas menjad ρ : N yang memenuh ρ j = dengan j : N e merupaan pemetaan nlus. Karena terdapat pemetaan nlus dar N, maa merupaan suu langsung dar N. N = T, untu suatu submodul T < N, maa 29

But ( ). Berdasaran Teorema 3.7, terdapat modul njet E sedeman sehngga submodul dar E. Berdasaran hpotess, E = T, untu suatu T E. Karena E njet dan berdasaran Abat 3.3, maa njet. 3.3. Injecte Hulls Pada subbab n aan dtunjuan bahwa njecte hull ada dan dml oleh setap modul yang merupaan tujuan utama dar tugas ahr n. Dens 3.9. salan modul anan atas R dan V. Submodul V dsebut submodul esensal dar ja untu setap A dan A 0, maa V A 0. odul dsebut perluasan esensal dar V. Ja V, maa dsebut perluasan esensal sejat dar V dan submodul V dsebut submodul esensal sejat dar. Dens 3.20. salan dsebut perluasan esensal masmal mutla dar A buan submodul dar lan P tda esensal. N esensal dan N < P dengan N P. odul N ja terdapat A P dengan N sedeman sehngga A= 0, atau dengan ata Sat 3.2. 0 < tda esensal arena untu setap A dan A 0, A 0= 0. Sat 3.22. esensal arena untu setap A dan A 0, A = A 0. Sat 3.23. V < esensal dan V < W < V < W dan W < esensal. But. Ambl sebarang A< W < dengan A 0. Karena V < esensal, maa V A 0, maa V < W esensal. Ambl sebarang B. Karena V < 30

esensal, maa B V 0. Karena V < W, maa B V B W. Karena B V 0, maa B W 0, maa W < esensal. Sat 3.24. V < W dan W < esensal V < esensal. But. Ambl sebarang A. Karena W < esensal, maa W A 0. Ambl sebarang sebarang x W A, dengan x 0, maa x W dan x A. Ambl r R. Karena W < dan A, maa xr W dan xr A, maa xr W A, maa W A W <. Karena V < W, maa V W =V, maa V A= ( V W) A= V ( W A). Karena W A W maa V A V ( W A) 0 =, maa V < esensal. dan V <W esensal, Sat 3.25. < N esensal untu setap N dan 0, R 0. But ( ). Ambl sebarang N, dengan 0, maa { } R = r r R N. Ambl sebarang r R dan a R, maa ( ) ( ) r a = ra R, maa R N. Karena < N esensal, maa R 0. But ( ). Ambl sebarang V N dengan 0 V. Ambl sebarang V dengan 0, maa R V, maa R V. Karena R 0, maa V 0, maa < N esensal. Sat 3.26. salan < N, maa sat-sat berut berlau. salan L { VV N} = ranta terurut lner dar V N sedeman sehngga untu setap V L berlau V esensal. 2. Terdapat perluasan esensal masmal dar d N. esensal, maa { V L} 3

But (). Karena esensal, maa L Ambl sebarang A { V L}, maa terdapat V V L N. dan { } L sedeman sehngga V A. Karena V A, maa V A. Karena V esensal, maa V 0. Abatnya A 0 dan { V L} esensal. But (2). But (). Pembutan n aan menggunaan Lemma Zorn dan hasl dar. Karena esensal, maa L, maa L. 2. Ambl sebarang V L, maa dar L. V { V L }, maa { V L} 3. Karena { V L} esensal, maa { } V L L. Oleh arena tu, meml perluasan esensal masmal d N batas atas Lemma 3.27. salan < N esensal dan ϕ : E monomorsma modul atas R, maa ϕ : N E perluasan ϕ d N ϕ satu-satu But. Pertama-tama aan dtunjuan bahwa Int ( ) Int ( ϕ ) N. Ambl sebarang a Int( ϕ ) ϕ ( a) = 0, maa ϕ( ) ϕ( ) 0 ar = a r = r 0 dan r R ϕ N. Jelas bahwa. Karena a Int( ϕ ) =, maa ar Int ( ϕ ), maa. Dengan deman, Int ( ϕ ) bersat tertutup terhadap peralan dengan gelanggang R dan Int ( ϕ ) N. Kemudan aan dtunjuan bahwa Int ( ϕ ) Int ( ϕ ) Aan dtunjuan bahwa Int ( ϕ ) Int ( ϕ ) Int ϕ ( ϕ ). Ambl sebarang ( ϕ ) =.. Jelas bahwa a Int. Karena ϕ = ϕ, maa ( a) = ϕ( a) = 0, maa a Int( ϕ ), maa Int ( ϕ ) Int ( ϕ ) Int ( ϕ ) dan Int ( ϕ ) Int ( ϕ ), maa Int ( ϕ ) Int ( ϕ ).. Karena 32

Aan dtunjuan bahwa Int ( ϕ ) Int ( ϕ ) a Int( ϕ ), maa a dan a Int( ϕ ) ϕ. Ambl sebarang. Karena ϕ = ϕ, maa ( a) = ϕ( a) = 0, maa a Int( ϕ ), maa Int ( ϕ ) Int ( ϕ ). Karena Int ( ϕ ) Int ( ϕ ) dan Int ( ϕ ) Int ( ϕ ) ( ϕ ) ( ϕ ), maa Int = Int. Kemudan, arena ϕ monomorsma, maa ( ϕ) ( ϕ) 0 Int = Int =. Karena N satu-satu. < esensal, maa Int ( ϕ ) = 0, maa ϕ Sat 3.28. Ja V < dan W < esensal, maa V W < juga esensal. But. Ambl sebarang A <, maa A ( V W) = ( A V) W. Karena V < esensal, maa A V 0. Karena W < esensal, maa ( ) ( ) 0, maa V W A V W = A V W < esensal. Sat 3.29. salan < N ' dan < N ". salan pula µ : N' N" adalah somorsma yang memenuh µ =, maa < N ' esensal < N " esensal But. Karena µ somorsma, maa terdapat somorsma merupaan ners dar A N" oleh arena Karena µ : N" N' yang µ. Ambl sebarang A N", maa A N". Peta µ adalah µ ( A) µ ( ) µ = ( A) = µ ( A ) µ monomorsma. Karena N ' µ monomorsma dan µ ( A) ( ( A) ) ( ) < esensal, maa µ A 0. 0, maa µ µ 0 ( ) µ ( ) µ µ ( A) 0, 33

A 0, maa < N " esensal. Sat 3.30. salan N, maa N merupaan perluasan esensal masmal mutla dar ja dan hanya ja N tda meml perluasan esensal sejat. But ( ). Pembutan n aan menggunaan metode ontraposs, sehngga hpotessnya menjad ja N meml perluasan esensal sejat, maa N buan perluasan esensal masmal mutla dar. salan N < P esensal dengan N P. Karena N dan N < P esensal, maa < P esensal. Abatnya N buan perluasan esensal masmal mutla dar. But ( ). Pembutan n pun aan menggunaan metode ontraposs, sehngga hpotessnya menjad ja N buan perluasan esensal masmal mutla dar, maa N meml perluasan esensal sejat. Karena N buan perluasan esensal masmal mutla dar, maa terdapat hmpunan P sedeman sehngga N < P dengan N P dan < P esensal. Karena < P esensal dan N < P, maa N < P esensal. Karena N < P esensal dan N P, maa P merupaan perluasan esensal sejat dar N. Lemma 3.3. salan masmal yang memenuh T 0 < E dan 0. salan T E adalah submodul =, maa ( ) / / T T E T esensal. But. Pembutan Lemma n aan menggunaan metode ontrads. Andaan ( T)/ T E/ T tda esensal, maa terdapat K E dengan T < K sedeman sehngga { T} K/ T E Abatnya ( T) K = T, ( ) < /T dan ( T) / T ( K/ T) { T} =. K T K = T, dan K. 34

Dengan deman, K T = 0 dan K 0 =. Karena K/ T { T}, maa K T. Hal n ontrads dengan pernyataan bahwa T submodul masmal yang memenuh T = 0. Jad, pengandaan bahwa ( T)/ T E/ T tda esensal salah, haruslah ( T) / T E/ T esensal. Proposs 3.32. salan sebarang modul dan 0, maa njet tda meml perluasan esensal sejat But ( ). salan V esensal. Karena njet, maa V = T, untu suatu T V. Karena T = 0 dan V esensal, maa T = 0. Abatnya, = V. Jad, tda meml perluasan esensal sejat. But ( ). salan E dengan E njet. odul E njet djamn ada oleh Abat 3.7. salan T memenuh T 0. Berdasaran Lemma 3.3, < E adalah submodul masmal yang = ( ) / / T T E T esensal. Karena hal tersebut dan tda meml perluasan esensal masmal, maa ( T)/ T = E/ T, maa T = E. Karena E njet, maa berdasaran Abat 3.3, njet. Proposs 3.33. Setap modul meml perluasan esensal masmal mutla. But. salan Abat 3.8. salan E dengan E njet. odul E njet djamn ada oleh N perluasan esensal masmal dar N E dan N tda meml perluasan esensal sejat d dtunjuan bahwa salan d E, sehngga E. Aan N merupaan perluasan esensal masmal mutla dar. N N' dengan N' E dan N ' esensal. salan pula : N E yatu ( n) = n, untu setap n N. Pemetaan merupaan adalah nlus yang satu-satu. Karena E njet, maa terdapat µ : N' E sedeman 35

sehngga µ N =. Karena : N E satu-satu, maa berdasaran Lemma 3.28, µ : N' E juga satu-satu. Abatnya, µ : N' µ N E satu-satu pada. N N' µ µ µ N µ N' E Karena N ' esensal dan terdapat somorsma µ : N' µ N, maa µ N ' esensal. Karena N perluasan esensal masmal dar d E, maa N = µ N'. Aan dtunjuan bahwa N = N'. Jelas bahwa N N'. Ambl sebarang n' N', maa µ ( n' ) µ N' = N N'. Karena µ ( n' ) N, maa ( ( n' )) = ( n '). Karena µ satu-satu, maa ( n' ) µ µ µ µ = n'. Karena µ n' N, maa n' N. Abatnya, N' N. Karena N N' dan N' N, maa N = N'. Jad, N perluasan esensal masmal mutla dar meml perluasan esensal masmal mutla. ( ). Dengan ata lan, Abat 3.34. salan sebarang modul dan I modul njet yang memuat. Ja N perluasan esensal masmal dar d I, maa. N merupaan perluasan esensal masmal mutla dar 2. N njet. dan But (). But sepert pada pembutan Proposs 3.33. But (2). Berdasaran But (), maa N merupaan perluasan esensal masmal mutla dar. Abatnya, N tda meml perluasan esensal sejat. Berdasaran Proposs 3.33, maa N njet. Dens 3.35. odul njet dan ja N adalah perluasan njet mnmal dar K < N dengan K N, maa K tda njet. ja N 36

Teorema 3.36. salan N, maa pernyataan-pernyataan berut ealen. N perluasan esensal masmal mutla dar, 2. N perluasan esensal dar dan N njet, dan 3. N perluasan njet mnmal dar. But ( 2). Jelas N esensal. Berdasaran Abat 3.35, maa N njet. (2 3). salan terdapat E modul njet sedeman sehngga E N. Karena E njet dan E N, maa N = E E', untu suatu E' N, berdasaran Abat 3.7. Karena Karena E' N esensal, maa E E' esensal. E E' = 0 dan E, maa E' = 0. Karena N esensal dan N, maa E ' = 0. Abatnya, N = E. Dengan deman, N perluasan njet mnmal dar. (3 ). Karena sehngga N ' N dan N njet, maa terdapat N' N sedeman perluasan esensal masmal mutla dar. Berdasaran Abat 3.35, maa N ' njet. Karena N perluasan njet mnmal dar, maa N = N'. Jad, N perluasan esensal masmal mutla dar. Dens 3.37. Untu suatu modul, modul N yang memenuh Teorema 3.37 dsebut njecte hull dar. Abat 3.38. salan maa E G. E dan G eduanya njecte hull dar, But. Karena E njet, maa untu setap homomorsma : E, terdapat homomorsma : G E yang merupaan perluasan dar. Begtu 2 37

juga untu setap homomorsma 3 : G, arena G njet, maa terdapat : E G yang merupaan perluasan dar 4 3. Berut n adalah lustrasnya. 3 4 E G 2 Karena E njet, maa = 2 3 dan arena njet, maa 3 = 4. Aan dbutan bahwa dan. Perhatan bahwa 2 4 = 4 2 = = 2 3 2 ( 4 ) = ( ) 2 4 Begtu juga sebalnya ) 2 4 = =. 4 = 3 4 ( 2 3 = 3 ( ) 3 4 2 = 3 G 4 2 =. Karena dan, maa adalah ners dar dan sebalnya 2 4 = 4 2 = juga adalah ners dar. Karena meml ners, maa dan adalah somorsma. Karena terdapat somorsma dar 2 4 4 2 2 4 E e G, maa E G. 38