PENGENDALI OTOMATIS DI INDUSTRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALI OTOMATIS DI INDUSTRI"

Transkripsi

1 Bab IX PENGENDALI OOMAIS DI INDUSRI Pengendal otomat membandngkan nla ebenarnya dar keluaran tem dengan maukannya, menentukan enymangan dan menghalkan nyal kendal yang akan mengurang enymangan ehngga menjad nol atau ekecl mungkn. Proe d mana engendal otomat menghalkan nyal kendal debut ak kendal. Pada bab n akan dbaha berbaga mode engendalan analog yang ada d ndutr, dmula dar engendal ederhana o, hngga engendal komlek eert PID. Pada bagan akhr bab n dbaha juga tentang aturan enalaan Zegler Nchol, bak menggunakan metoda mauun metoda yang derta ula dengan contoh enggunaannya. 9. Pendahuluan Gambar 9 menunjukkan dagram blok uatu tem kendal d ndutr yang terdr dar engendal otomat, uatu aktuator, uatu lant, dan uatu enor untuk mengukur keluaran yang elanjutnya akan dbandngkan dengan maukan referen. Pengendal mendetek nyal galat aktua yang baanya memlk level daya rendah, ehngga erlu derkuat hngga mencaa level daya yang memada oleh enguat tegangan/daya. eluaran dar engendal otomat n elanjutnya dterma oleh aktuator, malnya motor atau kle neumatk, motor hdraulk atau motor ltrk. Aktuator meruakan uatu dva daya yang berfung untuk memroduk nyal maukan untuk lant (kendalan) edemkan rua ehngga nyal keluaran akan mendekat nyal maukan referen. Senor yang dletakkan ada jalur balkan dgunakan untuk mengubah varabel keluaran menjad varabel lan yang lebh eua, eert erubahan o, tekanan, atau tegangan, yang daat dgunakan untuk erbandngan dengan nyal maukan referen. Set ont dar engendal otomatk haru dubah menjad maukan referen yang memlk atuan ama dengan nyal balkan dar elemen enor. 57

2 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 58 Pengendal Otomatk Maukan referen (et ont) Detektor galat Penguat nyal galat aktua Aktuator Plant eluaran Senor Gambar 9: Dagram blok tem kendal d ndutr. Pengendal analog d ndutr daat dklafkakan eua dengan ak engendalannya, antara lan adalah : Pengendal o atau OnOff Pengendal rooronal (P) Pengendal ntegral (I) Pengendal rooronal lu ntegral (PI) Pengendal rooonal lu dervatf (PD) Pengendal rooronal lu ntegral lu dervatf (PID) Hamr emua engendal d ndutr menggunakan ltrk atau fluda tekan (malnya mnyak atau udara ) ebaga umber daya. Pengendal otomat juga daat dklafkakan eua dengan jen daya yang dgunakan dalam oera, eert engendal neumatk, engendal hdrolk atau engendal elektronk. Jen yang haru dgunakan dutukan berdaarkan fat kendalan dan kond kerja, yang antara lan mencaku : keamanan, baya, keteredaan, keandalan, keteltan, berat, dan ukuran.

3 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr Pengendal Po / OnOff Dalam tem n, elemen embangktnya hanya memunya dua o, yatu ON dan OFF. Pengendal o ONOFF relatf ederhana dan tdak mahal, erta banyak dgunakan dalam kendal d ndutr. Gambar 9: Pengendal OnOff tana (a) dan dengan dfferental ga (b). u(t) = U untuk e(t) > = U untuk e(t) < (9) Umumnya : U = atau U = U. Pengendal n memlk efek hter dalam mlementa raktnya. Damng tu, dengan kontruk o daat menyebabkan efek cyclng atau ola dektar nla et ont. Untuk menghndar terlalu erngnya terjad mekanme onoff akbat efek cyclng tb, adakalanya engendal n dlengka dengan dfferental ga. Pengendal n banyak dalkakan ada tem kala bear dengan laju roe lambat, malnya tem endngn/emana ruangan. Gambar 93 berkut n menunjukkan contoh mlementa engendal n, yatu katu yang dgerakkan oleh olenod.

4 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 6 Gambar 93: Selenod. 9.3 Pengendal Prooronal (P) Untuk engendal rooronal, hubungan antara maukan engendal u(t) dengan nyal galat aktua e(t) adalah u(t) e(t ) (9a) Fung alh dar engendal rooronal adalah U() E() dengan adalah enguatan rooronal. (9b) E() P U() Gambar 94: Pengendal Prooronal. ekurangan engendal n adalah tmbulnya galatoffet bla ada erubahan beban. Dengan demkan, tem yang menggunakan engendal n haru daat d reet ecara manual, dan ebaknya erubahan beban tdak bear. Contoh mlementa engendal n adalah amlfer dengan enguatan lnear yang daat datur.

5 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr Gangguan ada Pengendal Prooronal Pengaruh gangguan tor N yang terjad ada elemen beban ada Gambar 95 terhada tanggaan tem akan dtnjau. N R E (J f) C Gambar 95: Stem dengan engendal Prooronal. Daumkan R() =, maka fung alh : C() N() J f E() N() C() N() J f Galat keadaan tunak yang debabkan oleh tor gangguan undak dengan bear n dberkan oleh : e(t) lme() lm J f n n Pada keadaan tunak, engendal rooronal memberkan tor n, yang ama bear teta berlawanan tanda dengan tor gangguan n. eluaran keadaan tunak yang debabkan oleh tor gangguan undak adalah c(t) e(t) n Galat keadaan tunak daat derkecl dengan memerbear harga, teta embearan akan menmbulkan tanggaan tem lebh berola. Dengan menggunakan rogram MALAB, tanggaan undak atuan terhada gangguan tor daat deroleh eert ada Gambar 96. Stem ada Gambar 96 adalah untuk J=, f=,5 dan =, dengan keluaran y adalah keluaran c(t) untuk

6 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 6 tem. Demkan juga y adalah keluaran c(t) untuk tem yang memlk J=, f=,5 dan =4. Gambar 96:. urva tanggaan terhada tor gangguan undak Stem endal Prooronal dengan Beban Inera Dagram blok tem kendal rooronal dengan beban nera dtunjukkan ada Gambar 97. r J c Gambar 97:. Stem te dengan engendal rooronal. Fung alhnya : C() R() J Peramaan karaktertknya : J = memunya akarakar khayal, maka tanggaan terhada maukan undak atuan akan teru berola, eert ada Gambar 98.

7 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 63 Gambar 98:. urva tanggaan undak tem ada Gambar Pengendal Integral (I) Pada engendal ntegral yang dtunjukkan ada Gambar 99, nla maukan engendal u(t) dubah ada laju rooronal dar nyal galat aktua e(t), ehngga du(t) dt t e(t) atau u(t) e(t)dt dengan adalah kontanta yang daat dubah. Fung alh dar engendal ntegral adalah U() E() Dar fung alh n daat dmulkan beberaa fat engendal ntegral bb: (93a) (93b) Jka nla e(t) nak dua kal, maka laju erubahan u(t) terhada waktu menjad kal lebh ceat. Memlk fat reet control : bla e(t) teta (zero actuatng error), maka nla u(t) akan teta eert emula. erjad ak reet (galat ) etelah ada erubahan beban. Daat menmbulkan tanggaan yang berola dengan amltuda yang mengecl ecara erlahan atau bahkan amltuda yang membear,baanya kedua hal n tdak dngnkan. E() U() Gambar 99:. Pengendal ntegral.

8 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr Stem endal Integral ngg Permukaan Caran Dagram blok dar uatu tem engendal ntegral ketnggan ermukaan caran dtunjukkan ada Gambar 9. X() E() R RC H() Gambar 9:. Stem dengan engendal ntegral. Dar gambar d ata, fung alh antara H() dan X() adalah H() X() E() X() E() X() RC R X() H() X() RC RC R R arena tem tabl, maka kealahan keadaan tunak untuk tanggaan undak atuan deroleh dengan menggunakan teorema nla akhr ebaga berkut. e(t) lme() (RC ) lm RC R Jad kendal ntegral ada tem tngg ermukaan caran menadakan galat keadaan tunak ada tanggaan terhada maukan undak. In meruakan erbakan yang entng dar kendal rooronal yang menmbulkan offet. 9.5 Pengendal Prooronal Plu Integral (PI) Bentuk eramaan engendal PI yang dtunjukkan ada Gambar 9a adalah ebaga berkut: u(t) e(t) t e(t)dt (94a) Sehngga fung alh nya daat dtulkan ebaga berkut:

9 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 65 U() E() ( ) dengan adalah waktu ntegral. (94b) dan daat dtentukan bearnya. Waktu ntegral mengatur ak kendal ntegral, edangkan erubahan nla berakbat ada logka ak kendal rooronal mauun ntegralnya. ebalkan waktu ntegral debut laju reet. Laju reet adalah blangan yang menunjukkan beraa kal bagan rooronal dar ak kendal dulang dalam waktu ment.. Alka yang cocok untuk engendal n adalah untuk tem dengan erubahan beban bear yang tak terlalu ceat (erlu waktu ntegra). E() ( ) U() e(t) maukan fung undak atuan t u(t) a b c ak kendal PI hanya rooronal keluaran engendal t Gambar 9:. Pengendal rooronal ntegral. Pengendal PI n dgunakan untuk menghlangkan offet akbat adanya gangguan tor ada kendal rooronal. Gambar dagram blok kendal rooronal lu ntegral ada elemen beban yang terdr dar momen nera dan geekan vko adalah N R E ( ) (J f) C Gambar 9:. Stem dengan engendal PI. Dar gambar d ata, deroleh:

10 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 66 E() 3 J f N() 3 Jka tem kendal n tabl, maka : J f, memunya bagan nyata negatf, maka galat keadaan tunak dar tanggaan terhada tor gangguan undak dengan bear n, deroleh dengan menggunakan teorema nla akhr : e(t) lme() lm 3 J f n Jad galat keadaan tunak akbat gangguan tor dhlangkan jka engendalnya adalah jen rooronal lu ntegral. Dar gambar data, daat dtark beberaa catatan bb: Ak kendal rooronal cenderung mentablkan tem. Ak kendal ntegral cenderung menghlangkan atau memerkecl galatkeadaan tunak dar tanggaan terhada berbaga maukan Pengendal PI dan omenator Faa Mundur Dengan membandngkan antara fung alh engendal PI ada Peramaan (94) berkut n: G ( ) c dengan fung alh omenator faa mundur ada Peramaan (88) berkut n: Gc ( ) c ; daatlah dambl beberaa kemulan: Pengendal PI adalah komenator faa mundur, dengan zero =/ dan ole ada = (enguatan ada frekuen ) Pengendal PI memerbak karaktertk tanggaan keadaan tunak.

11 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 67 Pengendal PI menakkan te tem terkomena dengan, ehngga tem tb kurang tabl atau bahkan tak tabl. Pemlhan nla dan haru cermat agar deroleh tanggaan tranent memada: overhoot kecl atau nol, teta tanggaan lebh lambat. 9.6 Pengendal Prooronal Plu Dervatf (PD) endal dervatf elalu dgunakan beramaama dengan ak rooronal atau rooronal lu ntegral. Ak kendal dervatf mendahulu kealahan enggerak, mengawal ak korek dn, dan cenderung memerbear ketablan tem. Bentuk eramaan engendal PD adalah u(t) e(t) de(t) (95a) dt Fung alh engendal rooronal lu dervatf adalah U() E() ( ) d (95b) dengan d adalah waktu dervatf. dan d keduanya daat dtentukan bearnya. Ak kendal dervatf kadangkadang debut laju kendal, dengan bearan keluaran engendal ebandng dengan laju erubahan nyal galat aktua. Waktu dervatf adalah waktu ntegral dengan laju ak memberkan engaruh ada ak kendal rooronal. E() ( d ) U() e(t) t u(t) ak kendal PD d hanya rooronal t maukan fung lereng keluaran engendal Gambar 93:. Stem dengan engendal rooronal dervatf Beberaa fat engendal PD n adalah bb:

12 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 68 Magntude outut engendal ebandng dengan laju erubahan nyal galat (rate control). Ak engendalan komonen dervatf menyebabkan engendal memlk karakter antcatory (tanggaan terhada erubahan lebh ceat), teta ekalgu memlk kekurangan dalam hal memerkuat derau. Damng tu komonen dervatf daat menyebabkan efek atura ada engendal, dan tak daat berdr endr mengngat komonen n hanya bekerja hanya elama maa tranent/ ada erubahan. Mode dervatf daat mengata erubahan beban eketka, akbat karakter antcatory yang dmlknya. Offet galat tak daat dhlangkan, akbat adanya komonen rooronal Stem endal PD dengan Beban Inera Perhatkan dagram blok tem kendal PD ada Gambar 94 berkut n. r ( d ) J c Gambar 94:. Stem te dengan engendal PD Fung alhnya : C() R() ( ) J d d Peramaan karaktertknya : J d = memunya dua akar dengan bagan nyata negatf untuk hargaharga otf J, dan d. Jad kendal dervatf member engaruh redaman.

13 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 69 anggaan tem c(t) terhada maukan undak atuan adalah eert berkut. Gambar 95:. anggaan undak tem ada Gambar 94 urva tanggaan menunjukkan erbakan yang cuku bear dar kurva tanggaan aal ada gambar kurva d ata Pengendal PD dan omenator Faa Maju Dengan membandngkan antara fung alh engendal PD ada Peramaan (95b) berkut n: G ( ) ( ) dengan fung alh omenator faa maju c d ada Peramaan (8) berkut n Gc ( ) c ( ), daatlah dambl beberaa kemulan: Pengendal PD meruakan ver ederhana dar komenator faa maju. dtentukan dar efka keadaan tunak Frekuen udut / d dlh agar faa maju terjad ektar gco. Bla margn faa dnakkan, maka magntude engendal nak teru untuk frekuen tngg > / d, ehngga memerkuat derau ada frekuen tngg. omenator faa maju daat menakkan faa maju, teta kenakan magntude ada frekuen tngg angat kecl dbandngkan dengan engendal PD. Pengendal PD tak daat drealakan dengan elemen af RLC, haru dengan O Am, R dan C.

14 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 7 Reala dengan rangkaan elektronk daat menyebabkan maalah derau, mekun tdak ada maalah bla drealakan dengan elemenelemen hdraulk dan neumatk. Pengendal PD memerbak karaktertk tanggaan tranent, yatu menurunkan waktu nak dan memerkecl mangan uncak. 9.7 Pengendal Prooronal Integral Dervatf (PID) Bentuk eramaan engendal PID ada Gambar 96 adalah ebaga berkut: u(t) e(t) t e(t)dt de(t) d (96a) dt Dengan demkan, fung alhnya adalah: U() E() ( d) (96b) : kontanta rooronal (adjutable) d : waktu dervatf (adjutable) : waktu ntegral (adjutable) E() ( ) d U() e(t) t u(t) ak kendal PID ak kendal PD hanya rooronal t maukan fung lereng Gambar 96:. Pengendal Prooronal Integral Dervatf keluaran engendal Pengendal n rakt daat dgunakan untuk emua kond roe. Dengan adanya komonen ntegral, maka galatoffet ada mode rooronal daat dhlangkan. D lan engendal n daat menekan kecenderungan ola.

15 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr Pengendal PID dan omenator Faa MundurMaju Dengan membandngkan antara fung alh engendal PID ada Peramaan (96b) berkut n: G ( ) c ( ) d d dengan fung alh komenator faa mundurmaju ada Peramaan (8) berkut n: G ( ) c c ; ; daatlah dambl beberaa kemulan: Pengendal PID meruakan bentuk ederhana dar komenator faa mundurmaju, karena hanya memlk ole ada ttk aal dbandng dengan ole yang dmlk komenator faa mundurmaju. Bla ada engendal PID dbuat tngg, maka tem daat menjad tabl kondonal, uatu keadaan yang umumnya tak dngnkan. 9.8 Aturan Penalaan Untuk Pengendal PID Gambar 97 memerlhatkan uatu kendal PID dar uatu tem. ( ) d kendalan Gambar 97: endal PID dar uatu kendalan. Jka model matematka kendalan daat dturunkan, maka memungknkan untuk menerakan teknk erancangan yang berbeda untuk menentukan arameter engendal, ehngga daat dcaa efka eralhan dan keadaan tunak tem lu tertutu daat dcaa. eta jka kendalan demkan rumtnya ehngga model matematk ult

16 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 7 ddaat, maka endekatan analtk untuk merancang uatu engendal PID adalah tdak mungkn. Selanjutnya haru duahakan endekatan ekermental untuk menala engendal PID. Proe emlhan arameterarameter engendal agar memenuh efka yang dberkan debut enalaan engendal. Zegler dan Nchol menguulkan aturan untuk menala engendal PID (berart menentukan nla,, dan d ) berdaarkan ada langkah tanggaan ekermental atau berdaarkan ada nla yang dhalkan dalam ketablan margnal bla hanya ak kendal rooronal yang dgunakan. Aturan Zegler Nchol bak untuk dgunakan bla model matematk kendalan tdak dketahu. (Aturan n juga daat dgunakan untuk merancang tem yang model matematknya dketahu). Zegler Nchol menguulkan aturan untuk menentukan nla enguatan rooronal, waktu ntegral dan waktu dervatf d berdaarkan ada karaktertk tanggaan eralhan dar kendalan yang dberkan. Penalaan engendal PID daat dlakukan oleh ara nnyur d temat ecara ekermen ada kendalan. Ada dua metoda aturan enalaan Zegler Nchol, d mana keduanya darahkan untuk mendaatkan overhoot makmum 5% dengan maukan undak. Lhat Gambar 98 berkut. Gambar 98: urva tanggaan undak atuan yang memerlhatkan overhoot makmum 5%.

17 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr Metoda Pertama Zegler Nchol Dalam metoda ertama, ecara ekermental ddaat tanggaan uatu kendalan untuk maukan undak atuan, eert ada Gambar 99 berkut. u(t) kendalan c(t) Gambar 99: anggaan undak atuan uatu kendalan. Jka kendalan tdak mengandung ntegrator atau oleole komlek ekawan domnan, maka kurva tanggaan undak atuan terlhat eert kurva berbentuk S (lhat Gambar 9 ). Jka tanggaan tdak berbentuk kurva S, metoda n tdak daat dterakan. urva tanggaan undak eert n daat dhalkan ecara ekermen atau dar uatu mula dnamka kendalan. c(t) gar nggung ada ttk belok L t Gambar 9: urva tanggaan berbentuk S. araktertk kurva berbentuk S dtentukan oleh dua kontanta, yatu waktu tunda L dan kontanta waktu. Fung alh C ( ) daat ddekat dengan uatu tem U( ) orde ertama dengan tranort lag eert berkut. L C( ) e U( ) Zegler Nchol menguulkan untuk menentukan nla,, dan d menurut rumu eert yang terlhat ada abel 9. berkut.

18 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 74 abel 9: Aturan Penalaan Zegler Nchol berdaarkan ada tanggaan undak dar kendalan (metoda ertama) e d Pengendal P PI L, 9 L L, 3 PID, L L,5L Pengendal PID yang dtala dengan metoda ertama n memberkan G c ( ) ( d ),, 5L L L, 6 L (97) Jad engendal PID memunya ebuah ole ada ttk uat dan zero ada. L 9.8. Metoda edua Zegler Nchol Dalam metoda kedua, ertama dtentukan = dan d =. Dengan hanya menggunakan ak kendal rooronal (lhat Gambar 9), kenakan dar ke uatu nla krt cr d mana keluarannya akan berola terumeneru. r(t) u(t) kendalan c(t) Gambar 9: Stem lu tertutu dengan uatu engendal rooronal.

19 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 75 c(t) Pcr t Gambar 9: Ola yang terumeneru dengan eroda P cr. Zegler Nchol menguulkan menentukan nla arameter,, dan d yang memenuh rumu dalam abel 9.. abel 9: Aturan enalaan Zegler Nchol berdaarkan ada enguatan krt cr dan eroda krt P cr (metoda kedua). e d Pengendal P,5 cr PI,45 cr P, cr PID,6 cr,5p cr,5p cr Pengendal yang dtata dengan metoda kedua aturan Zegler Nchol memberkan G c ( ) ( d ), 6 ( cr, 75 P cr, 5P cr cr P cr, 5P ) 4 cr (98) Jad engendal PID memunya ebuah ole ada ttk uat dan zero ganda ada 4. P cr

20 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 76 Aturan enalaan Zegler Nchol dgunakan ecara lua untuk menala engendal PID dalam roe tem kendal, d mana kendalan dnam tdak dketahu ecara at. Aturan n juga daat dgunakan untuk kendalan dnam yang dketahu. Jka fung alh kendalan dketahu, uatu tanggaan undak atuan daat dhtung atau enguatan krt cr dan eroda krt daat dhtung. Selanjutnya dengan menggunakan nlanla hal erhtungan tad, memungknkan untuk menentukan arameter,, dan d dar abel 9 atau abel 9. eta manfaat yang ebenarnya dar aturan enalaan Zegler Nchol terlhat bla kendalan dnam tdak dketahu ehngga tdak ada endekatan analt atau graf yang dmanfaatkan dalam erancangan engendal. Secara umum, untuk kendalan dnam yang rumt teta tdak terdaat ntegrator, daat dterakan aturan enalaan Zegler Nchol. eta jka kendalan memunya uatu ntegrator, dalam beberaa kau, aturan n tdak daat dterakan. Untuk memberkan gambaran uatu kau d mana aturan Zegler Nchol tdak daat dterakan, erhatkan kau berkut. Dberkan uatu tem kendal balkan atuan yang memunya uatu kendalan dengan fung alh ( )( 3) G( ) ( )( 5) arena terdaat uatu ntegrator, metoda ertama tdak daat dterakan. Menunjuk Gambar 99, tanggaan undak dar kendalan n bukan kurva yang berbentuk S. Jka metoda kedua dcobakan (lhat Gambar 9) tem lu tertutu dengan uatu engendal rooronal tdak akan berola terumeneru beraaun nla yang dambl. Hal n daat dlhat dar anal berkut. arena eramaan karaktertk tem: ( )( 5) ( )( 3) 3 atau ( 6 ) (5 5 ) 6 Maka Deret RH nya menjad

21 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 77 oefen dalam kolom ertama otf untuk emua nla otf. Jad tem lu tertutu tdak akan berola terumeneru, dan nla enguatan krt cr tdak ada. Jad metoda kedua tdak daat dterakan. Contoh Perhatkan tem kendal eert yang terlhat ada Gambar 93, d mana uatu engendal PID dgunakan untuk mengendalkan tem. R() G c ( ) ( )( 5) engendal PID C() Gambar 93:. Stem dengan engendal PID Pengendal PID memunya fung alh G c ( ) ( d ) Akan dgunakan aturan enalaan Zegler Nchol untuk menentukan nla arameter,, dan d. Selanjutnya daatkan uatu kurva tanggaan undak atuan dan erka untuk melhat aakah tem yang drancang menghalkan overhoot makmum krakra 5%. Jka overhoot makmum berlebhan (4% atau lebh), lakukan uatu enalaan yang halu dan mengurang overhoot makmum ehngga menjad krakra 5%. arena kendalan memunya uatu ntegrator, dgunakan metoda kedua aturan enalaan Zegler Nchol. Dengan menentukan = lu tertutu eert berkut C( ) R( ) ( )( 5) dan d = ddaat fung alh Nla yang membuat tem tabl margnal ehngga ola terumeneru terjad daat deroleh dengan menggunakan krtera ketablan Routh. arena eramaan karaktertk untuk tem lu tertutu adalah 3 6 5

22 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 78 deret Routh menjad Dengan menguj koefen kolom ertama deret Routh, ola akan terjad jka = 3. Jad enguatan krt cr adalah cr = 3 Bla enguatan dtentukan ama dengan cr (= 3), eramaan karaktertk menjad Untuk mendaatkan frekuen dar ola yang terumeneru, ubttukan = j ke dalam eramaan karaktertk eert berkut, ehngga 3 ( j ) 6( j ) 5j 3 atau 6( 5 ) j ( 5 ) Frekuen keadaan berola menjad Peroda ola adalah P cr 5, Merujuk abel 9., tentukan,, dan d eert berkut, 6, 6x3 8 cr, 5P, 5x, 899, 45 cr, 5P, 5x, 899, 354 d cr Jad fung alh dar engendal PID adalah G c ( ) ( d ) 8(, 45, 354) 6, 33(, 435) Pengendal PID memunya ebuah ole ada ttk uat dan zero ganda ada =,435.

23 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 79 R() 6, 33(, 435) ( )( 5) C() Gambar 94: Dagram blok tem dengan engendal PID yang drancang menggunakan aturan ZeglerNchol (metoda kedua). Selanjutnya menentukan tanggaan undak atuan dar tem. Fung alh lu tertutu: C 3 ( ) 6, 33 8, R( ) 6, 33 8, 8 anggaan undak atuan dar tem n daat deroleh ecara mudah dengan MALAB. Gambar 95: urva tanggaan undak atuan dar tem engendal PID yang drancang menggunakan aturan enalaan Zegler Nchol (metoda kedua). Dar Gambar 95 terlhat bahwa mangan makmum yang terjad terlalu tngg, yatu 6%. Hal n daat dreduk dengan enalaan ecara halu arameterarameter engendal. Penalaan ecara halu daat dlakukan oleh komuter. Dengan teta menjaga =8 dan menggerakkan zeroganda ke =,65, yatu menggunakan engendal PID:

24 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 8 G () 8( c 3,77,769) 3,848 (,65) Overhoot makmum dalam tanggaan undak atuan daat dreduk menjad ektar 8% ebagamana terlhat ada Gambar 96. Gambar 96: anggaan undak atuan tem ada Gambar 93 dengan engendal PID memunya arameter = 8, =3,77dan d =,769. Jka enguatan rooronal dnakkan ama 39,4, tana mengubah loka zero ganda ( =,65), yatu menggunakan engendal PID G c ( ) 39, 4( 3, 77 (, 65), 769) 3, 3 maka keceatan tanggaan dnakkan, overhoot makmum jka dnakkan menjad krakra 8%, eert terlhat ada Gambar 97.

25 Bab 9: Pengendal Otomat d Indutr 8 Gambar 97: anggaan undak atuan tem dalam Gambar 93 dengan engendal PID memunya arameter = 39,4, =3,77dan d =,769. arena overhoot makmum dengan kau n cuku dekat ke 5% dan tanggaan lebh ceat dar tem dengan G c () yang dberkan eramaan (96), G c () yang terakhr n daat dterma. Nla enalaan menjad = 39,4 ; = 3,77 ; d =,769 Menark untuk damat bahwa mangmang nla krakra dua kal nla yang duulkan metoda kedua aturan enalaan Zegler Nchol. Hal entng yang erlu dcatat adalah aturan enalaan Zegler Nchol telah dtetakan ada ttk awal untuk enalaan yang halu.

PENGENDALI OTOMATIS DI INDUSTRI

PENGENDALI OTOMATIS DI INDUSTRI PENGENDALI OTOMATIS DI INDUSTRI Pendahuluan Pengendal OnOff Pengendal Prooronal Pengendal Inegral Pengendal Prooronal Inegral Pengendal PI dan Komenaor Lag Pengendal Prooronal Dervaf Pengendal PD dan Komenaor

Lebih terperinci

TE Dasar Sistem Pengaturan

TE Dasar Sistem Pengaturan TE09346 Daar Stem Pengaturan Perancangan ontroler : ontroler Prooronal Integral Ir Jo Pramudjanto, MEng Juruan Teknk Elektro FTI ITS Tel 594730 Fax59337 Emal: jo@eetacd Daar Stem Pengaturan 06b Objektf:

Lebih terperinci

Perancangan Pengendali PI. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Perancangan Pengendali PI. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Perancangan Pengendal PI Inttut Teknolog Seuluh Noember Mater ontoh Soal Lathan ngkaan Mater ontoh Soal Perancangan Pengendal P Perancangan Pengendal PI Perancangan Pengendal PD Perancangan Pengendal PID

Lebih terperinci

* PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERTINGKAT PADA STEAM DRUM PT INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK-GRATI

* PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERTINGKAT PADA STEAM DRUM PT INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK-GRATI * PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERTINGKAT PADA STEAM DRUM PT INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK-GRATI Oleh : eko wahyudanto (409.05.004) Pembmbng : Ir.Mochamad.Ilya HS NIP. 949099 97903 00 Latar Belakang

Lebih terperinci

VII AKSI DASAR PENGENDALIAN

VII AKSI DASAR PENGENDALIAN 110 VII ASI DASAR PENGENDALIAN Deskrs : Bab n memberkan gambaran tentang aks dasar engendalan dengan menggunakan engendal roorsonal, ntegral dan dervatf serta kombnasnya ada berbaga sstem kendal Objektf

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN EORI II.1.Anatom Peawat erbang omonen utama dar eawat terbang adalah dtunukkan ada gambar.1. Fuelage adalah badan eawat,dmana bagan n adalah bagan yang alng banyak kegunaannya ada eawat,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN KOMPENSASI RIAK FREKUENSI RENDAH PADA TEKNOLOGI KONVERTER DC KE DC TERKENDALI MENGGUNAKAN PENGENDALI PI

ANALISIS DAN PERANCANGAN KOMPENSASI RIAK FREKUENSI RENDAH PADA TEKNOLOGI KONVERTER DC KE DC TERKENDALI MENGGUNAKAN PENGENDALI PI Prodng Peranan Peneltan Perguruan Tngg untuk Menngkatkan Mutu Penddkan Naonal dalam Rangka Pekan Ilmah Unverta Ilam SumateranUtara (UISU), Medan, 7- Februar ISSN : 86-683 ANAISIS DAN PERANCANGAN OMPENSASI

Lebih terperinci

Sistem Pengaturan Waktu Riil

Sistem Pengaturan Waktu Riil Stem engaturan Waktu Rl Algortma engatur Dgtal Ir. Jo ramudjanto, M.Eng. Juruan Teknk Elektro FTI ITS Telp. 594730 Fax.59337 Emal: jo@ee.t.ac.d Stem engaturan Waktu Rl - 0 Objektf: Metode Dan enalaan arameter

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM FISIS

PEMODELAN SISTEM FISIS 4 PEMODEAN SSTEM SS 4. Pendahuluan Satu tuga yang pentng dalam anal dan perancangan tem kendal adalah pemodelan dar tem. Sebelum kta melakukan perancangan ebuah tem kendal, terlebh dahulu haru dlakukan

Lebih terperinci

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) IV. PEMBAHASAN

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) IV. PEMBAHASAN 8 IV PEMBAHASAN 4 Aum Berkut n aum yang dgunakan dalam memodelkan permanan a Harga paar P ( merupakan fung turun P ( kontnu b Fung baya peruahaan- C ( fung baya peruahaan- C ( merupakan fung nak C ( C

Lebih terperinci

Perancangan Pengendali PID. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Perancangan Pengendali PID. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Peracaga Pegedal PID Ittut Tekolog Seuluh Noember Pegatar Mater Cotoh Soal Latha Rgkaa Pegatar Mater Cotoh Soal Peracaga Pegedal P Peracaga Pegedal PI Peracaga Pegedal PD Peracaga Pegedal PID Latha Rgkaa

Lebih terperinci

EL2005 Elektronika PR#01

EL2005 Elektronika PR#01 EL2005 Elektronka PR#0 SOAL B C E G a. Buktkan bahwa n = ( ). b. Turunkan peramaan untuk A v = /. c. Htung nla n dan A v = / jka dberkan = 00 kω, = 00 Ω, = kω, dan = 00. d. Ulang oal (c) jka dberkan =

Lebih terperinci

Implementasi Kontroller Adaptive Fuzzy Pada Pengaturan Level Coupled Tank

Implementasi Kontroller Adaptive Fuzzy Pada Pengaturan Level Coupled Tank Journal of Electrcal, Electronc, Control, and utomotve Engneerng (JEECE) Imlementa ontroller datve Fuzzy Pada Pengaturan Level Couled Tank Mohammad Erk Echony Polteknk Neger Madun Madun, Indonea e-mal:

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

Marzuki Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Almuslim ABSTRAK

Marzuki Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Almuslim ABSTRAK PERBANDINGAN PRETAI IWA ANTARA PEMBELAJARAN PROBLEM OLVING DENGAN METODE KONVENONAL PADA DALIL PHYTAGORA TERHADAP IWA KELA VIII MP NEGERI PEUANGAN ELATAN KABUPATEN BIREUEN Marzuk Program tud Penddkan Matematka

Lebih terperinci

Pengantar. Ilustrasi 29/08/2012. LT Sarvia/ REGRESI LINEAR BERGANDA ( MULTIPLE LINEAR REGRESSION )

Pengantar. Ilustrasi 29/08/2012. LT Sarvia/ REGRESI LINEAR BERGANDA ( MULTIPLE LINEAR REGRESSION ) 9/08/0 ( MULTIPLE LINEA EGEION ) Elty arva, T., MT. Fakulta Teknk Juruan Teknk Indutr Unverta Krten Maranatha Bandung Pengantar Pada e ebelumnya kta hanya menggunakan atu buah X, dengan model Y = a + bx

Lebih terperinci

Perancangan Pengendali PID. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Perancangan Pengendali PID. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Perancangan Pengendali PID Intitut Teknologi Seuluh Noember Materi Contoh Soal Latihan Ringkaan Materi Contoh Soal Perancangan Pengendali P Perancangan Pengendali PI Perancangan Pengendali PD Perancangan

Lebih terperinci

KONTROLER ELEKTRONIK (OP-AMP) Inverting summer amplifier sebagai rangkaian error detector

KONTROLER ELEKTRONIK (OP-AMP) Inverting summer amplifier sebagai rangkaian error detector ONTOLE ELETON (OA) angkaan enjumlah (ummng amler) erental amler ebaga rangkaan detector 2 S OT S Gambar 4.. erental amler ebaga detector Jka 2, maka v. // // 2 >> ot! ba current roblem! eek embebanan nvertng

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB

Perbaikan Unjuk Kerja Sistem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Perbakan Unjuk Kerja Sstem Orde Satu PERBAIKAN UNJUK KERJA SISTEM ORDE SATU DENGAN ALAT KENDALI INTEGRAL MENGGUNAKAN JARINGAN SIMULATOR MATLAB Endryansyah Penddkan Teknk Elektro, Jurusan Teknk Elektro,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS RESPON DINAMIK TANAH DAN RESPON SPEKTRA DESAIN

BAB V ANALISIS RESPON DINAMIK TANAH DAN RESPON SPEKTRA DESAIN BAB V ANALISIS RESPON DINAMIK TANAH DAN RESPON SPEKTRA DESAIN Anal repon te pefk dlakukan untuk mengevalua repon tanah lokal terhadap gerakan batuan daar d bawahnya. Kond tanah lokal mempengaruh karaktertk

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balk Negat Hal 217 BB 5E UMPN BK NEGTF Dengan pemberan umpan balk negat kualta penguat akan lebh bak hal n dtunjukkan dar : 1. pengutannya lebh tabl, karena tdak lag dpengaruh leh kmpnen-kmpnen

Lebih terperinci

Penurunan Syarat Orde Metode Runge-Kutta dengan Deret Butcher

Penurunan Syarat Orde Metode Runge-Kutta dengan Deret Butcher Vol., No., -9, Januar 06 Penurunan Syarat Orde Metode Runge-Kutta dengan Deret Butcer Mutar Abtrak Tulan n membaa aplka deret Butcer dalam penurunan yarat orde metode Runge- Kutta. Penurunan deret Butcer

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

Bab VIII Aspek Kosmologi Teori Skalar-Vektor-Tensor

Bab VIII Aspek Kosmologi Teori Skalar-Vektor-Tensor Bab VIII Apek Komolog Teor Skalar-Vektor-Tenor VIII. Pendahuluan Kemungknan nvaran Lorentz dlanggar pada energ-energ tngg dalam teor 4- dmen dengan konekuen yang dapat duj (Mattngly dan Vucetch, 005 telah

Lebih terperinci

5/12/2014. Tempat Kedudukan Akar(Root Locus Analysis) ROOT LOCUS ANALYSIS

5/12/2014. Tempat Kedudukan Akar(Root Locus Analysis) ROOT LOCUS ANALYSIS 5//04 Matakulah: T EDALI Tahu : 04 Pertemuaa 45 Tempat eduduka Akar(Root Lou Aaly) Learg Outome Pada akhr pertemua, dharapka mahawa aka mampu : meerapka aal da aplka Tempat keduduka Akar dalam dea tem

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 5 NO. 2 SEPTEMBER 2012

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 5 NO. 2 SEPTEMBER 2012 JURNAL TEKNOLOI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 86 498 VOL. 5 NO. SEPTEMBER PERANCANAN KOMPENSATOR PI LEAD PADA KESTABILAN TEANAN BUCK CONVERTER Irma Hunaini Anil ABSTRACT Thi aer decribe a combination two

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Pengaturan Kecepatan Motor Brushless DC Menggunakan Metode Model Predictive Control (MPC)

Perancangan dan Implementasi Pengaturan Kecepatan Motor Brushless DC Menggunakan Metode Model Predictive Control (MPC) JURNAL EKNIK IS Vol. 4, No., (05) ISSN: 337-3539 (30-97 Prnt) E-4 Perancangan dan Implementa Pengaturan Kecepatan Motor Bruhle DC Menggunakan Metode Model Predctve Control (MPC) Fachrul Arfn, Joaphat Pramudjanto,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Lentera :Vol.12, No.3, Nopember

ABSTRAK. Lentera :Vol.12, No.3, Nopember PERBEDAAN PRETAI BELAJAR PENYEDERHANAAN BENTUK AKAR YANG DIAJARKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TANYA JAWAB DAN METODE KOOPERATIF MODEL GROUP INVETIGAI PADA IWA KELA X MA NEGERI 7 KOTA LHOKEUMAWE Marzuk Doen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Peneltan n bertujuan untuk mengetahu Pembelajaran Kooperatf Tpe Student Team Achevement Dvon (STAD) dengan Meda Komk Lebh Efektf darpada Pembelajaran dengan

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Validitas Metode Penggabungan Respon (Indeks Penampilan Tanaman, IPT)

Evaluasi Tingkat Validitas Metode Penggabungan Respon (Indeks Penampilan Tanaman, IPT) Evaluas Tngkat Valdtas Metode Penggabungan Reson (Indeks Penamlan Tanaman, IPT) 1 Gust N Adh Wbawa I Made Sumertajaya 3 Ahmad Ansor Mattjk 1 Mahasswa S3 Pascasarjana Statstka IPB,3 Staf Pengajar Deartemen

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Branch and Bound dan Gomory Cut dalam Menentukan Solusi Integer Linear Programming

Penggunaan Metode Branch and Bound dan Gomory Cut dalam Menentukan Solusi Integer Linear Programming JURNAL SAINTIFIK VOL. NO., JANUARI 0 Penggunaan Metode Branch and Bound dan Gomory Cut dalam Menentukan Solu Integer Lnear Programmng Wahyudn Nur, Nurul Mukhlah Abdal Program Stud Matematka FMIPA Unverta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

Taksiran Kurva Regresi Spline pada Data Longitudinal dengan Kuadrat Terkecil

Taksiran Kurva Regresi Spline pada Data Longitudinal dengan Kuadrat Terkecil Vol. 11, No. 1, 77-83, Jul 2014 Taksran Kurva Regres Slne ada Data Longtudnal dengan Kuadrat Terkecl * Abstrak Makalah n mengka tentang estmas regres slne khususnya enggunaan ada data longtudnal. Data

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Kajian Pemilihan Struktur Dua Rantai Pasok yang Bersaing Untuk Strategi Perbaikan Kualitas

Kajian Pemilihan Struktur Dua Rantai Pasok yang Bersaing Untuk Strategi Perbaikan Kualitas JURNAL TEKNIK POITS Vol. 1, No. 1, (01 1-5 1 Kaan Pemlhan Struktur Dua Ranta Paok yang Berang Untuk Strateg Perbakan Kualta Ika Norma Kharmawat, Lakm Prta W, Suhud Wahyud Juruan atematka Fakulta atematka

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Intitut Teknologi Seuluh Noember Surabaya Materi Contoh Soal Ringkaan Latihan Aemen Materi Contoh Soal Ringkaan omonen Sitem Sitem Hail Perancangan Proeur Perancangan Pengenali PD Moifikai Latihan Aemen

Lebih terperinci

1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi?

1. suara guntur terdengar 12 sekon setelah kilat terlihat. Jika jarak asal kilat dari pengamat adalah 3960 m, berapakah cepat rambat bunyi? . uara guntur terdengar ekon etelah kilat terlihat. Jika jarak aal kilat dari engamat adalah 3960 m, beraakah ceat rambat bunyi? 3960 330m/ t 3. eorang iwa X berdiri diantara dua dinding dan Q eerti ditunjukan

Lebih terperinci

Oleh : Harifa Hanan Yoga Aji Nugraha Gempur Safar Rika Saputri Arya Andika Dumanauw

Oleh : Harifa Hanan Yoga Aji Nugraha Gempur Safar Rika Saputri Arya Andika Dumanauw Oleh : Harfa Hanan Yoga A Nugraha Gemur Safar ka Sautr Arya Andka Dumanau Dosen : Dr.rer.nat. Ded osad, S.S., M.Sc. Program Stud Statstka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Unverstas Gadah Mada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SSTEM ENDAL ECEATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdau oliteknik Batam. Tujuan 1. Memahami kelebihan dan kekurangan item kendali lingkar tertutup (cloe-loop) dibandingkan item kendali terbuka (open-loop).

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM KONTROL TRACKING

IMPLEMENTASI SISTEM KONTROL TRACKING IMPLEMENTASI SISTEM KONTROL TRACKING PADA PENGARAHAN ANTENA MENGGUNAKAN PID-LEAD COMPENSATOR (IMPLEMENTATION OF TRACKING CONTROL SYSTEM FOR ANTENNA POINTING USING PID-LEAD COMPENSATOR) Moh. Imam Afand

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Peneltan Dalam uatu peneltan tentu ada tujuan yang ngn dcapa eua dengan latar belakang dan rumuan maalah yang telah durakan d ata. Tujuan peneltan adalah:. Untuk mengetahu

Lebih terperinci

Jika rangkaian pada gambar 1 dipicu (eksitasi) dengan tegangan V 1 dan V 2, maka arus I 1 dan I 2 akan dikaitkan dengan persamaan berikut :

Jika rangkaian pada gambar 1 dipicu (eksitasi) dengan tegangan V 1 dan V 2, maka arus I 1 dan I 2 akan dikaitkan dengan persamaan berikut : PARAMETER uatu rangkaan (network) mempunya uatu black box yang berkan berbaga komponen elektronka atau lumped element epert retor, kapator, nduktor atau trantor. Untuk mendefnkan parameter-, perlu dtekankan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

BAB 4 SISTEM DINAMIK ORDE-TINGGI

BAB 4 SISTEM DINAMIK ORDE-TINGGI Stem Damk Ore-Tgg 47 BAB 4 SISTEM DINAMI ORDE-TINI Stem amk ore-tgg gabuga ua atau lebh tem amk ore-atu. Cotoh:. Level cotrol paa tagk-tagk, bak yag tem o- terka oteractg ytem maupu yag terterak teractg

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 6 BAB IV HAIL PENELITIAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Untuk mengetahu keefektfan penerapan model pembelajaran cooperatve learnng tpe TAD (tudent Teams-Achevement Dvsons) terhadap hasl belajar matematka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

I BBB TINJAUAN PUSTAKA

I BBB TINJAUAN PUSTAKA I BBB TINJAUAN PUTAKA. Pendahuluan Dalam enulsan mater okok dar skrs n derlukan beberaa teor-teor yang mendukung, yang menjad uraan okok ada bab n. Uraan dmula dengan membahas dstrbus varabel acak kontnu,

Lebih terperinci

SIMULASI POLA TINGKAH LAKU TEGANGAN SISTEM TENAGA LISTRIK DI TITIK OPERASI MEMPERGUNAKAN METODA OPTIMISASI DENGAN PENDEKATAN MIXED SENSITIVITY

SIMULASI POLA TINGKAH LAKU TEGANGAN SISTEM TENAGA LISTRIK DI TITIK OPERASI MEMPERGUNAKAN METODA OPTIMISASI DENGAN PENDEKATAN MIXED SENSITIVITY No. 7 Vol. hn. XIV Aprl 7 IN: 854-847 IULAI POLA INGAH LAU EGANGAN IE ENAGA LIRI DI II OPERAI EPERGUNAAN EODA OPIIAI DENGAN PENDEAAN IXED ENIIVIY H (ODEL IEEE 4 BU 5 EIN) Heru Dbyo Lakono ), Ftrlna ),)

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

Penguat. output matching network. Input matching network. Rangkaian penyesuai impedansi penguat gelombang mikro

Penguat. output matching network. Input matching network. Rangkaian penyesuai impedansi penguat gelombang mikro Hgh Gan Amplfer Degn Untuk pera penguatan bear, aru dran ( untuk FET) harulah cukup bear, ektar 90% dar nla aturanya ( 0,9 I d ) Rangkaan penyeua mpedan untuk nput dan utput haru matchng cnjugate dengan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

TEORI KESALAHAN (GALAT)

TEORI KESALAHAN (GALAT) TEORI KESALAHAN GALAT Penyelesaan numerk dar suatu persamaan matematk hanya memberkan nla perkraan yang mendekat nla eksak yang benar dar penyelesaan analts. Berart dalam penyelesaan numerk tersebut terdapat

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

FUNGSI ALIH SISTEM ORDE 1 Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam FUNGSI ALIH SISTEM ORDE Oleh: Ahmad Ryad Frdaus Plteknk Batam I. Tujuan. Memaham cara melakukan smulas sstem fss (sstem mekank dan elektrk) untuk rde 2. Memaham karakterstk sstem fss terhadap perubahan

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

Analisa Problem Difraksi Pada Celah dengan Regularisasi TSVD dan Tikhonov

Analisa Problem Difraksi Pada Celah dengan Regularisasi TSVD dan Tikhonov Prodng SNPPI 0 ISBN: 086-56 Anala Problem Dfrak Pada Celah dengan Regulara SVD dan khonov Mudrk Alaydru eknk Elektro, Unverta Mercu Buana J. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 650 E-mal : mudrkalaydru@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

III.1. KESTABILAN BERDASARKAN POSISI EIGEN VALUE. Dari persamaan sistem pada persamaan, dapat dicari eigen value. Eigen

III.1. KESTABILAN BERDASARKAN POSISI EIGEN VALUE. Dari persamaan sistem pada persamaan, dapat dicari eigen value. Eigen LARGE SCALE SYSTE Core b Dr. Ar Trwatno, ST, T Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unvert BAB III KESTABILAN SISTE III.. KESTABILAN BERDASARKAN POSISI EIGEN VALUE Dar peramaan tem pada peramaan, dapat

Lebih terperinci

PERANCANGAN KENDALI PID DENGAN MATLAB. Sri Sukamta ABSTRAK

PERANCANGAN KENDALI PID DENGAN MATLAB. Sri Sukamta ABSTRAK Jurnal Teknik Elektro Vol. No.1 1 PERANCANGAN ENAL P ENGAN MATLAB Sri Sukamta ABSTRA Perancangan P elama ini menggunakan metoda trial and error dengan erhitungan yang memakan waktu lama. MatLab yang dilengkai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS DESAIN SISEM KENDALI MELALUI ROO LOCUS Pendahuluan ahap Awal Deain Kompenai Lead Kompenai Lag Kompenai Lag-Lead Kontroler P, PI, PD dan PID eknik Elektro IB [EYS-998] hal dari 46 Pendahuluan Speifikai

Lebih terperinci

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5

III.METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah siswa VII A SMPN 5 33 III.METODE PENELITIAN A Jens Dan Desan Peneltan. Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan kuanttatf. Peneltan n merupakan peneltan korelas yang bertujuan untuk mengetahu hubungan

Lebih terperinci

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN YARAF r Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr Unverstas Islam Indonesa Yogyakarya emal: cce@ft.u.ac.d Abstrak

Lebih terperinci

Siti Aminah 1) Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRAK

Siti Aminah 1) Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRAK ANALISIS PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN KEMBUNG (Ratrellger pp) DI PERAIRAN KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN UTILIZATION ANALYSIS OF THE MACKEREL (RASTRELLIGER SPP) RESOURCES IN TANAH LAUT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL MODEL MATEMATIA SISTEM THERMAL PENGANTAR Sstem thermal merupakan sstem yang melbatkan pemndahan panas dar bahan yang satu ke bahan yang lan. Sstem thermal dapat danalsa dalam bentuk tahanan dan kapastans,

Lebih terperinci

PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT

PENGENALAN SISTEM PENGENDALIAN LANJUT 06 06 PENENALAN SISTEM PENENDALIAN LANJUT Tujuan: Mhs mengenal dan mamu menjelaskan sstem engendalan uman-balk lanjut dan engendalan uman-maju secara umum. Mater: 1. Alkas Pengendalan Uman Balk ada Proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI LNSN TEORI. nala Jarngan Kera Metode arngan kera dperkenalkan menelang decade 0-an, oleh atu tm engneer dan ahl matematka dar peruahaan u Pont bekera ama dengan Rand orporaton, dalam uaha mengembangkan

Lebih terperinci