UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Apoteker NISA YULIANTI SUPRAHMAN ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

3 DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Meta Pramana, S. Si., Apt. ( ) Pembimbing II : Dra. Juheini Amin M.Si ( ) Penguji I : ( ) Penguji II : ( ) Penguji III : ( ) Ditetapkan di Tanggal : : Depok iii

4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Rini pada periode 14 Juni 31 Agustus Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi Apoteker. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas Apoteker di apotek. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang diberikan, kepada : 1. Ibu Murdiana Baskoro, selaku pemilik sarana Apotek Rini yang telah memberikan kesempatan PKPA di Apotek Rini. 2. Ibu Meta Pramana, S.Si., Apt., selaku wakil pimpinan Apotek Rini dan sekaligus pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di Apotek Rini. 3. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., selaku Apoteker Pengelola Apotek Rini yang telah memberikan kesempatan PKPA di Apotek Rini. 4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., selaku ketua Departemen Farmasi FMIPA-UI. 5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku pimpinan program pendidikan profesi apoteker Departemen Farmasi FMIPA-UI. 6. Ibu Dra. Juheini Amin M.Si, selaku pembimbing PKPA di Departemen Farmasi FMIPA-UI. 7. Seluruh karyawan Apotek Rini. 8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha program pendidikan profesi apoteker FMIPA-UI. 9. Keluarga yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan, dan doa. 10. Teman-teman Apoteker angkatan LXXVI atas perjuangan, semangat, dan kerjasamanya. iv

5 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan baik secara secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, namun penulis berharap pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di apotek Rini ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengabdian penulis di masa mendatang dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi para pembaca. Penulis 2013 v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nisa Yulianti Suprahman NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Departemen : Farmasi Fakultas : MIPA Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Rini Jakarta Periode 10 Januari 28 Februari 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 1 Juli 2013 Yang menyatakan ( Nisa Yulianti Suprahman) vi

7 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... BAB 2 TINJAUAN UMUM APOTEK Pengertian Apotek Landasan Hukum Apotek Tugas dan Fungsi Apotek Persyaratan Apotek Tata Cara Perizinan Apotek Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Pelayanan Apotek Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pengelolaan Apotek Personalia Apotek Pencabutan Surat Izin Apotek Sediaan Farmasi Obat Generik Obat Wajib Apotek Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika... BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK Lokasi Bangunan dan Tata Ruang Struktur Organisasi Kegiatan-Kegiatan di Apotek Pengelolaan Narkotika Pengelolaan Psikotropika... BAB 4 PEMBAHASAN... i ii iii iv vi vii ix x vii

8 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... DAFTAR ACUAN viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Alur Penjualan Resep Tunai Gambar 3.2. Alur Penjualan Resep Kredit Gambar 3.3. Alur Penjualan OTC ix

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Obat Wajib Apoteker No Lampiran 2. Daftar Peubahan Obat Wajib Apotek No Lampiran 3. Daftar Obat Wajib Apotek No Lampiran 4. Daftar Obat Wajib Apotek No Lampiran 5. Obat yang Dikeluarkan Dari Obat Wajib Apotek Lampiran 6. Lokasi Apotek Rini Lampiran 7. Denah Ruangan Apotek Rini Lampiran 8. Salinan Resep Lampiran 9. Contoh Etiket Lampiran 10. Contoh Kuitansi Lampiran 11. Struktur Organisasi Apotek Rini Lampiran 12. Contoh Surat Pesanan Lampiran 13. Faktur Barang Lampiran 14. Contoh Tanda Terima Tukar Faktur Lampiran 15. Contoh Surat Pesanan Narkotik Lampiran 16. Contoh Pelaporan Narkotik Lampiran 17. Laporan Penggunaan Narkotik Lampiran 18. Contoh Surat Pesanan Psikotropika x

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan visi kesehatan Indonesia yaitu Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan, ditetapkan misi pembangunan kesehatan yang satu diantaranya adalah Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan (website kemenkes). Diantara sumber daya kesehatan tersebut, obat dan perbekalan kesehatan adalah komponen vital dari pelayanan kesehatan (Dirjen Binfar, 2005). Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, apotek merupakan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian serta penyaluran perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan Kefarmasian berdasarkan PP No. 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Daris, 2011). Pengelolaan apotek yang baik merupakan upaya yang tepat dalam mendukung program pembangunan kesehatan nasional. Apotek merupakan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian serta penyaluran perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002). Pekerjaan Kefarmasian berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Daris, 2011). Paradigma pelayanan kefarmasian saat ini telah mengalami perubahan orientasi dari pengelolaan obat secara komoditi (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup pasien (Daris, 2011). Oleh karena itu, apoteker dituntut untuk memiliki 1

12 2 kemampuan yang baik dalam berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Apoteker berperan penting dalam jalannya fungsi apotek. Selain mengaplikasikan ilmu kefarmasiannya melalui pekerjaan kefarmasian, apoteker juga harus mampu menjalankan fungsi-fungsi kegiatan apotek lainnya yaitu pembelian, gudang, pelayanan, penjualan, keuangan dan pembukuan. Dengan demikian, apoteker juga harus menguasai dan menerapkan ilmu lainnya seperti pemasaran dan akuntansi. Dalam menjalankan profesi apotekernya di apotek, seorang apoteker tidak hanya berperan sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian namun juga prinsip-prinsip operasional yang dapat memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan (stake holder) tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya di masyarakat (Umar, 2009). Pengenalan kerja apoteker di apotek diperlukan bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan profesi apoteker sebagai upaya untuk membekalinya dengan ilmu yang diperlukan dalam menjalankan peran tersebut. Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah R.I No.31 tahun 1996, untuk menjalankan upaya kesehatan apoteker sebagaimana tenaga kesehatan lainnya harus memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan dengan ijazah dari lembaga pendidikan. Oleh karena itu, Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi bekerja sama dengan Apotek Rini menyelenggarakan Praktek kerja Profesi Apoteker (PKPA) guna memberikan pembekalan, pengetahuan, pemahaman dan gambaran singkat peran Apoteker dalam penyelenggaraan kesehatan sebelum mengabdi pada masyarakat. PKPA di Apotek Rini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu Januari-Februari Pada program kerja ini, mahasiswa belajar melalui pengamatan dan praktek langsung bagaimana menjalankan fungsi apotek yaitu melaksanakan kegiatankegiatan kefarmasian teknis dan non teknis. Mahasiswa yang ikut serta dalam program ini diharapkan dapat menimba ilmu sebanyak mungkin dari seluruh tenaga kefarmasian di apotek dan melalui setiap keikutsertaannya dalam kegiatankegiatan di apotek serta menerapkannya.

13 3 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan di Aptek Rini ini bertujuan untuk : 1. Memahami fungsi dan peran Apoteker di Apotek. 2. Mempelajari kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan Apotek.

14 BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1 Pengertian Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia (obat tradisional), bahan obat asli Indonesia (bahan obat tradisional), alat kesehatan dan kosmetika (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332, 2002). Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Pekerjaan kefarmasian yang disebutkan diatas didefinisikan sebagai perbuatan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Peraturan Pemerintah Nomor 51, 2009). 2.2 Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian yang diatur dalam : a. Undang-Undang Obat Keras (St 1937 No. 541). b. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan dan Tambahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. c. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. d. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. e. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker dan Izin Kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 184/Menkes/Per/II/

15 5 f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 25 tahun 1980 pasal 2, tugas dan fungsi apotek adalah (Peraturan Pemerintah Nomor 25, 1980) : a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya. 2.4 Persyaratan Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 pasal 6, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin suatu apotek adalah sebagai berikut : a. Untuk mendapatkan izin apotek, Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat dan perlengkapan yang merupakan milik sendiri atau pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah :

16 6 a. Lokasi dan Tempat Persyaratan jarak antara apotek tidak lagi dipermasalahkan tetapi tetap mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dokter praktek dan sarana pelayanan kesehatan lain. b. Bangunan dan Kelengkapan Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan farmasi. Apotek harus mempunyai papan nama yang terbuat dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), nomor Surat Izin Apotek (SIA) dan alamat apotek. Luas bangunan apotek tidak dipermasalahkan. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Bangunan apotek terdiri dari : 1. Ruang tunggu Ruang tunggu seharusnya dibuat senyaman mungkin, bersih, segar, terang, tidak terdapat nyamuk atau serangga sehingga pasien atau konsumen merasa betah dan nyaman menunggu. Beberapa apotek bahkan menyediakan majalah, minuman mineral/dispenser dan majalah kesehatan ilmiah. Bagian penerimaan resep haruslah dibuat sebaik mungkin karena berhubungan langsung dengan konsumen. 2. Ruang peracikan Ruang peracikan sebaiknya diatur agar persediaan dapat dijangkau dengan mudah pada saat persiapan, peracikan dan pengemasan. 3. Bagian penyerahan obat Untuk pelayanan profesional di apotek, seharusnya apotek menyediakan ruang atau tempat khusus untuk menyerahkan obat dan dapat juga digabung dengan ruang konsultasi atau pemberian informasi. Jika tidak dapat dibuat ruang terpisah dapat juga dilakukan pembatasan dengan menggunakan dinding penyekat sehingga dapat memberikan atau menyediakan kesempatan berbicara secara pribadi antara Apoteker dengan konsumen atau pasien.

17 7 4. Ruang administrasi Merupakan ruang yang terpisah dari ruang pelayanan ataupun ruang lainnya. Walaupun tidak terlalu besar, namun disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan manajerial. Ruangan ini juga digunakan untuk menerima tamu dari pemasok atau industri/pabrik farmasi. c. Perlengkapan Apotek Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan apotek. Perlengkapan yang harus tersedia di apotek adalah : 1) Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan, seperti timbangan, mortir dan gelas ukur. 2) Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi, seperti lemari obat dan lemari pendingin. 3) Wadah pengemas dan pembungkus, seperti etiket dan plastik pengemas. 4) Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun. 5) Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana, seperti erlenmeyer dan gelas ukur. 6) Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi dan salinan resep. 7) Buku standar yang diwajibkan, seperti Farmakope Indonesia edisi terbaru. 2.5 Tata Cara Perizinan Apotek Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin dan pencabutan izin dilaporkan setahun sekali oleh Kepala Dinas Kesehatan kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

18 8 Kesehatan RI No. 1992/Menkes/Per/X/1993 mengenai Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut : a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1. b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya enam hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya enam hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (b) dan (c) tidak dilaksanakan, Apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau (d), Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6. g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker diberikan kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan APA dan/atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam

19 9 jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir APT Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Sebelum melaksanan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002, APA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Ijazahnya telah terdaftar pada Kementerian Kesehatan. b. Telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri Kesehatan d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di apotek lain. Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, setiap Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). 2.7 Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 Bab VII Tentang Pelayanan, yang meliputi : a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek. b. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi padda kepentingan masyarakat.

20 10 c. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat bermerek dagang. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik. d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat. e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. f. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. g. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker. i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun. j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. k. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. l. Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker Pengganti di dalam pengelolaan Apotek. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan Apoteker Pengelola Apotek.

21 11 m. Dalam pelaksanakan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten Apoteker (AA). AA melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibawah pengawasan Apoteker. 2.8 Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, pelayanan kefarmasian di Apotek hanya dapat dilakukan oleh apoteker yang mimiliki STRA dan SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker). Dalam melaksanakan tugas tersebut, apoteker dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian). Pelayanan kefarmasian di Apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/2004 meliputi : Pelayanan Resep a. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi: 1). Persyaratan administratif, seperti : nama, SIP, dan alamat dokter; tanggal penulisan, resep, nama, alamat, umut, jenis kelamin, dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian serta informasi lainnya. 2). Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. 3). Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. b. Penyiapan Obat 1). Peracikan. Merupakan kegiatan menyiapkan menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.

22 12 2). Etiket Etiket harus jelas dan dapat dibaca 3). Kemasan Obat yang Diserahkan Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. 4). Penyerahan Obat Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. 5). Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. 6). Konseling Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC,asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. 7). Monitoring Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu

23 13 diseminasi informasi, antara lain dengan penyebaran penyuluhan, dan lain lainnya. leaflet / brosur, poster, Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record). 2.9 Pengelolaan Apotek Pengelolaan Apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk yaitu pelayanan teknis kefarmasian dan pelayanan non teknis kefarmasian Pengelolaan Teknis Kefarmasian Pengelolaan apotek berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993 pasal 10 meliputi : a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek.

24 14 Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah: a. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. b. Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan. c. Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai Personalia Apotek Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta keterampilan dibidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 19 disebutkan mengenai ketentuan beberapa pelimpahan tanggung jawab pengelola apotek : a. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk Apoteker pendamping. Apoteker pendamping adalah Apoteker yang telah bekerja di apotek di samping APA dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjukkan Apoteker pengganti. Apoteker pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut

25 15 tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. c. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan menggunakan formulir APT-9. d. Apoteker pendamping dan Apoteker pengganti wajib memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. e. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat dicabut. Untuk mendukung kegiatan di apotek, apabila apotek yang dikelola cukup besar dan padat, diperlukan tenaga kerja lain, seperti Asisten Apoteker (AA) yaitu mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker; juru resep yaitu petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker serta personel lain yang dapat melakukan fungsi keuangan dan administrasi. Selanjutnya, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1992 pasal 20 sampai 23 dijelaskan bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker pendamping maupun Apoteker pengganti, dalam pengelolaan apotek. Apoteker pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas mengganti APA. Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh Apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika dan perbekalan farrmasi lainnya, serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Pada pasal 24, dijelaskan bahwa apabila APA meninggal dunia, maka ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut dalam waktu 2x24 jam kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, maka laporan wajib disertai penyerahan resep, narkotika,

26 16 psikotropika, obat keras serta kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Penyerahan dibuat berita acara serah terima sebagaimana dimaksud pasal 23 ayat (2) kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir APT-11 dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat Pencabutan Surat Izin Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Apoteker Pengelola Apotek, dan/atau b. Apoteker tidak memenuhi kewajibannya dalam menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin dan melakukan penggantian obat generik dalam resep dengan obat paten, dan/atau c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terusmenerus, dan/atau d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang Obat Keras No. St No. 541, Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan, dan/atau e. Surat Izin Kerja APA dicabut dan/atau f. Pemilik Sarana Apotek (PSA) terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan dibidang obat, dan/atau g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak tiga kali beturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan dengan menggunakan contoh formulir APT-12. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak

27 17 dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek dengan menggunakan contoh formulir APT-13. Pembekuan SIA dapat dicairkan kembali apabila Apoteker telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan. APA atau Apoteker pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan dilakukan yaitu dengan cara dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotik, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas Sediaan Farmasi Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia (Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan). Obat-obat yang beredar di Indonesia berdasarkan keamanan dan pengamanannya digolongkan mejadi 4 kelompok obat, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan obat narkotika.. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut Obat Bebas (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006) Obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter merupakan Obat Bebas. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau yang dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar 2.1. Dalam kemasan obat disertakan brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, aturan pakai, efek samping, nomor batch, nomor registrasi,

28 18 nama dan alamat pabrik, serta cara penyimpanannya. Contohnya adalah Panadol. Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas Obat Bebas Terbatas Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri merupakan Obat Bebas Terbatas. Obat bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975, disertai tanda peringatan P. No.1 sampai P. No. 6 dan harus ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian, peringatan serta kontra indikasi. Peringatan pada obat bebas terbatas yaitu : 1. Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya. Contohnya adalah ce te em dan antimo. 2. Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contohnya adalah listrin dan abotil. 3. Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contohnya adalah betadine. 4. Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar. Jenis obat bebas terbatas dengan peringatan ini tidak dipakai lagi. 5. Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. Contohnya adalah suppositoria dulcolax. 6. Awas! Obat KerasObat wasir jangan ditelan. Contohnya adalah suppositoria tramal.

29 19 Penandaan terhadap obat bebas terbatas beserta Penandaan peringatan dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3. Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas P. No.1 Awas! Obat Keras Bacalah aturan memakainya P. No.2 Awas! Obat keras Hanya untuk kumur, jangan ditelan P. No.3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan P. No. 4 Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar P. No. 5 Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan P. No. 6 Awas! Obat Keras Obat wasir jangan ditelan Gambar 2.3. Penandaan Peringatan pada Obat Bebas Terbatas Obat Keras Obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter adalah Obat Keras. Pada bungkus luarnya, obat ini diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat huruf K yang menyentuh garis tepi. Tanda dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar 2.4. Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Contoh obat keras adalah antibiotik oral dan hormone.

30 20 Psikotropika digolongkan sebagai obat keras yang memerlukan pengawasan khusus. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh psikotropika adalah alprazolam dan diazepam. Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras Obat Golongan Narkotika Menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dalam Bab I pasal 1 Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan. Contoh narkotika adalah morfin dan kodein. Gambar 2.5. Penandaan Obat Golongan Narkotika 2.13 Obat Generik Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan International Non Proprietary Name (INN) WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Selain itu obat generik dapat juga merupakan obat yang telah habis masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu membayar royalty. Obat Generik Berlogo adalah obat generik yang menyandang logo yang diciptakan pemerintah, sebagai lambang yang menyatakan bahwa obat generic tersebut di produksi pabrik obat yang sudah menerapkan Sertifikat Cara Produksi Yang Baik (CPOB). Kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik pada fasilitas pelayanan

31 21 kesehatan pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban menggunakan obat generic di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah Obat Wajib Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.919/Menkes/Per/X/1993, obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan pada pasien tanpa resep dokter dengan mengikuti peraturan dari Menteri Kesehatan. Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria: a Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. b Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.. c Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.924/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Perubahan Golongan Obat No.1,yang termasuk dalam Obat Wajib Apotek Golongan 1 antara lain Aminofilin, Benzokonium, Benzokain, Bromheksin, Centrimid, Difenhidramin, Ibuprofen, Lidokain, Mebendazol, Oksimetazolin, Teofilin, Tolnaftat, dan Triprolidin. Dalam permenkes tersebut, beberapa obat yang berdasarkan Permenkes No. 347 Tahun 1990 merupakan OWA berubah menjadi obat bebas terbatas atau obat bebas serta disertai keterangan pembatasannya. Tambahan terhadap daftar Obat Wajib Apotek Golongan 1 tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.924/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib No.2 dan Keputusan Menteri Kesehatan No.1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 3. Obat Wajib Apotek Golongan 2 antara

32 22 lain Albendazol, Basitrasin, Klindamisin, Deksametason, Natrium Diklofenak, Flumetason, Ibuprofen, Ketokonazol, Metilprednisolon, dan lain-lain. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 3 Obat Wajib Apotek No. 3 diantaranya Famotidin dan Ranitidin (Pemberian hanya atas dasar pengobatan ulangan dari dokter), Asam fusidat, Tretinoin, Obat Antituberkulosis, Alopurinol, Natrium Diklofenak, Kloramfenikol dan yang lainnya yang termasuk dalam daftar yang telah diatur. Daftar DOWA terlampir pada lampiran Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/ IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistim FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out) Perencanaan Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat, budaya masyarakat Pengadaan Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku Penyimpanan Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak, dan menjamin kestabilan bahan (Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004).

33 Pengelolaan Narkotika Menurut Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika dibagi menjadi tiga golongan, yang terdiri dari narkotika golongan I, golongan II dan golongan III. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan, contohnya heroin, meskalin dan MDMA. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantunganpet, contohnya morfin, metadon dan petidin. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, contohnya kodein, propiran dan buprenorfin. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Oleh karena itu, pengaturan narkotika harus benar-benar terkontrol, baik dalam hal mengimpor, mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan dan menggunakan narkotika harus dikendalikan dan diawasi dengan ketat. Tujuan pengaturan narkotika tersebut adalah menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, mencegah tejadinya penyalahgunaan narkotika dan memberantas peredaran obat gelap. Di Indonesia, pengendalian dan pengawasan narkotika merupakan wewenang Badan POM. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk., untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat

34 24 disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan Pemesanan Narkotika Berdasarkan Undang-undang No. 9 tahun 1976, apotek hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma, Tbk., dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) yang ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA dan stempel apotek. Satu SP hanya boleh memesan satu jenis narkotika. Surat Pesanan terdiri dari empat rangkap, tiga rangkap termasuk aslinya diserahkan ke pihak distributor (Kimia Farma) sementara sisanya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip Penerimaan dan Penyimpanan Narkotika Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA yang dapat diwakilkan oleh AA yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor Surat Izin Apotek dan stempel apotek. Segala zat atau bahan yang termasuk narkotika di apotek wajib disimpan khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan pasal 14 ayat (1) UU no. 35 tahun Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/V/1978. Dalam Peraturan tersebut dinyatakan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk penyimpanan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari.

35 25 d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai. e. Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan lain oleh Menteri Kesehatan. f. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa. g. Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh umum Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Ketentuan-ketentuan peresepan obat narkotika : a. Hanya dapat diserahkan dengan resep dokter. b. Resep tidak boleh diulang, tiap kali harus ada resep baru. c. Resep yang mengandung narkotika diberi garis merah. d. Nama dan alamat pasien dicatat di belakang resep. e. Penyimpanan resep dipisahkan dari resep-resep yang lain. Selain itu, berdasarkan atas Surat Edaran Direktorat Jenderal POM (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan : a. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. b. Salinan resep dan resep narkotika dengan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika Pelaporan Narkotika Dalam Undang-undang No. 35 tahun 2009 pasal 14 ayat (2) disebutkan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Laporan narkotika diberikan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan

36 26 tembusan kepada Balai Besar POM. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirim laporan bulanan yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek Pemusnahan Narkotika Apoteker Pengelola Apotek yang memusnahkan narkotika harus membuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika, yang sekurang-kurangnya memuat : a. Hari tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan. b. Nama APA c. Nama seorang saksi dari Pemerintah dan seorang saksi lain dari pihak apotek d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan e. Cara pemusnahan (dibakar, dihancurkan, dipendam) f. Tanda Tangan APA Berita acara kemudian dikirimkan ke Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan dan Dinas Kesehatan Dati II/Kodya/Propinsi dan menyimpan sebagai arsip (Umar, 2009) Pengelolaan Psikotropika Pengertian psikotropika dalam UU No. 5 tahun 1997 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No. 5 tahun 1997 adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa Psikotropika golongan I dan II telah dipindahkan menjadi Narkotika golongan I sehingga lampiran mengenai Psikotropika golongan I dan II pada UU No. 5 tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi. Sehingga, obat-obat yang tergolong psikotropik saat ini adalah psikotropik golongan 3 dan 4 dalam lampiran UU No.

37 27 5 tahun 1997 tentang psikotropika. Secara garis besar pengolahan psikotropika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan dan pemusnahan Pemesanan Psikotropika Pemesanan Psikotropika memerlukan SP, dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam UU No. 5 tahun 1997 pasal 12 ayat (2). Dalam pasal 14 ayat (2) dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan dengan menggunakan SP yang ditandatangai oleh APA. Surat pesanan terdiri dari dua rangkap, aslinya diserahkan ke pihak distributor sementara salinannya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip. Satu SP dapat digunakan untuk pemesananbeberapa jenis psikotropika Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika sampai saat ini belum diatur oleh perundangundangan. Namun mengingat obat-obat tersebut cenderung disalahgunakan maka disarankan agar penyimpanan obat-obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus Pelaporan Psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan yang berhubungan dengan psikotropika dan dilaporkan kepada Menteri Kesehatan secara berkala sesuai dengan UU No. 5 tahun 1997 pasal 33 ayat 1 dan pasal 34 tentang pelaporan psikotropika. Laporan dikirim setahun sekali ke Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat selambat-lambatnya tanggal 10 tahun berikutnya dengan tembusan kepada Balai Besar POM Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika berdasarkan pasal 53 UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak

38 28 dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kepastian.

39 BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK RINI Apotek Rini didirikan pada tanggal 14 Desember Pendirinya adalah kakak beradik Ny. Murdiana Baskoro, H. Slamet Effendi (Alm) dan Ny. Murdiati Purnomohadi (Alm). Nama apotek ini diambil dari nama adik terkecil mereka yaitu Rini. Apotek Rini memiliki tiga orang Apoteker, terdiri dari satu Apoteker Pengelola Apotek (APA) yaitu Drs. Umar Mansur, MSc. yang bergabung dengan apotek Rini sejak tahun 1979 dan dua orang Apoteker pendamping yaitu DR. Maksum Radji, M. Biomed. yang bergabung dengan apotek Rini sejak tahun 1982 dan Meta Pramana, S.Si, Apt. yang juga menjadi salah satu pimpinan di apotek Rini. 3.1 Lokasi Apotek Rini berada di Jalan Balai Pustaka Timur No. 11, Rawamangun, Jakarta Timur. Lokasinya yang strategis, terletak di daerah yang ramai dan padat penduduk, dekat dengan beberapa Rumah Sakit antara lain RS Persahabatan dan RS. Dharma Nugraha, selain itu dekat dengan tempat praktek dokter yang berlokasi di sebelah apotek, serta dekat dengan pusat perbelanjaan Tip Top. Apotek Rini berada di pinggir jalan dua arah yang dilalui oleh kendaraan umum, sehingga mudah dijangkau oleh pasien. Apotek Rini memiliki halaman parkir yang cukup luas, sehingga memudahkan pasien yang membawa kendaraan pribadi untuk parkir di depan apotek. Lokasi apotek Rini dapat dilihat pada Lampiran Bangunan dan Tata Ruang Bangunan apotek Rini terdiri dari ruang tunggu, ruang pelayanan, ruang peracikan, ruang administrasi dan keuangan, ruang pimpinan gudang, ruang sholat, toilet dan dapur. Denah apotek Rini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. 29

40 Ruang Tunggu Bagian depan Apotek Rini terdapat ruang tunggu yang cukup luas, dilengkapi dengan fasilitas yang membuat konsumen nyaman selama menunggu waktu penyelesaian resep, seperti fasilitas televisi yang diletakkan di sudut kanan ruang tunggu agar pasien tidak merasa jenuh ketika menunggu, bangku panjang yang cukup banyak di sekeliling pinggir ruang tunggu, dan pendingin ruangan. Selain itu, terdapat juga fasilitas Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di sebelah ruang tunggu yang mempermudah pasien untuk mengambil uang Bagian Penerimaan Resep, Pembayaran dan Penyerahan Obat Bagian depan Apotek Rini juga terdapat bagian penerimaan resep, pembayaran dan penyerahan obat terletak di depan ruang tunggu yang dibatasi dengan etalase dan rak-rak yang ada di display produk OTC (Over The Counter) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), seperti kosmetika, perlengkapan bayi dan perlengkapan sehari-hari (sabun, sampo, dll) yang dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Bagian penerimaan resep juga menerima pembelian obat bebas dan PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga). Pada bagian pembayaran terdapat tiga kasir yang saling terhubung dengan suatu sistem jaringan komputer on-line. Semua produk yang telah dibayar dan telah selesai disiapkan akan dicap dan diserahkan ke bagian penyerahan obat Ruang Peracikan Di bagian dalam Apotek Rini terdapat ruang peracikan yang terpisah dari ruang tunggu, sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen. Antara ruang peracikan dan bagian penerimaan resep terdapat loket untuk meletakkan resep yang sudah diinput transaksinya dalam computer kemudian ditulis nomor transaksi dan diberi harga. Ruang ini cukup luas dan dilengkapi dengan pendingin ruangan yang berfungsi untuk menjaga suhu ruangan agar tetap sejuk selama obat tersimpan dalam rak obat di Apotek Rini. Di ruang peracikan terdapat dua buah komputer yang terhubung dengan komputer bagian pemberian harga, bagian pembelian, kasir, gudang, ruang

41 31 pimpinan dan satu buah mesin fax untuk melayani resep yang diantar untuk daerah Rawamangun dan sekitarnya. Pada ruang peracikan, penyimpanan obat disusun secara abjad dan berdasarkan jenis sediaan (tablet, sirup, krim/salep, obat tetes, obat suntik dan infus) di rak dan etalase untuk memudahkan pencarian dan pengambilan obat. Obat-obat yang harganya relatif mahal diletakkan secara terpisah pada lemari tersendiri dekat meja pemberian etiket. Penyimpanan narkotika dilakukan pada lemari kayu yang menempel di dinding dan dikunci, sedangkan sediaan psikotropika dipisahkan penyimpanannya pada suatu rak tersendiri. Sediaan yang harus disimpan pada suhu dingin, seperti supositoria, insulin, vaksin dan sebagian obat-obat suntik diletakkan di lemari pendingin yang terpisah. Pada ruangan ini terdapat meja untuk melakukan kegiatan peracikan dan meja untuk melakukan pemeriksaan obat serta penulisan salinan resep. Di dekat meja peracikan juga terdapat timbangan. Meja untuk menangani resep racikan terdiri dari meja untuk menghitung, menyalin resep, menyiapkan dan meracik puyer dan kapsul. Pengerjaan sediaan setengah padat dan melarutkan sirup kering dilakukan di meja terpisah yang terletak di belakang ruang peracikan. Meja pemeriksaan obat dan penulisan salinan resep berdekatan dengan bagian penyerahan obat. Meja ini digunakan untuk pemberian etiket obat paten, penulisan salinan resep dan pembuatan kwitansi. Contoh salinan resep, etiket dan kuitansi dapat dilihat pada Lampiran 8, 9 dan Ruang Administrasi dan Pembelian Pada bagian samping apotek terdapat ruang administrasi dan pembelian yang dilengkapi seperangkat komputer. Semua urusan kepegawaian dan administrasi perusahaan dilakukan di ruangan ini. Ruang pembelian terdapat di sebelah ruang administrasi dilengkapi dengan komputer yang digunakan untuk mengecek kembali persediaan obat apabila meragukan sehingga pemesanan obat sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu juga terdapat meja untuk melaksanakan transaksi pemesanan obat dan penukaran faktur, serta penyerahan giro saat waktu pembayaran tiba. Di ruangan ini pun terdapat meja untuk APA melakukan kegiatan administrasi.

42 Ruang Pimpinan Di dekat gudang baru yang dulu merupakan tempat sholat wanita terdapat ruang pimpinan. Ruang ini dilengkapi dengan ruang untuk menerima tamu, meja kerja pimpinan dan seperangkat komputer Gudang Obat-obatan di simpan di dalam gudang dengan penyimpanan yang bersekat-sekat dimana obat disusun berdasarkan bentuk sediaan dan secara abjad dengan menggunakan sistem FIFO (First In First Out). Ruangan ini juga dilengkapi dengan komputer untuk memasukkan persediaan barang barang Ruang Makan Bagian belakang Apotek Rini terdapat ruang makan yang digunakan untuk tempat makan dan istirahat para karyawan, serta tempat penyimpanan resep dalam jangka waktu setahun. Selain itu ruang makan juga digunakan sebagai tempat penyimpanan dan pembuatan sediaan-sediaan standar (anmaak), seperi Obat Batuk Hitam (OBH), gargarisma khan, rivanol, alkohol 70%, bedak salisiat, salep ichtyol, spiritus bakar dan sebagainya Ruang Sholat Di dekat ruang makan terdapat ruang solat yang sebelumnya ruang sholat dipisahkan antara karyawan pria dan wanita, namun saat ini ruang sholat digabung menjadi satu. 3.3 Struktur Organisasi Apotek Rini dikepalai oleh seorang pimpinan sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang memimpin apotek secara keseluruhan. Salah satu pimpinan apotek Rini juga seorang Apoteker, dengan demikian Apotek Rini mempunyai tiga orang Apoteker yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di apotek, yaitu Apoteker Pengelola Apotek (APA), Apoteker pendamping dan wakil pimpinan. Kegiatan teknis kefarmasian dibantu oleh Asisten Apoteker, juru resep dan kasir, sedangkan untuk kegiatan non kefarmasian, seperti pembelian, piutang

43 33 dagang, hutang dagang, pajak dan laporan keuangan dilakukan oleh bagian administrasi. Apotek Rini juga memiliki satpam untuk menjaga keamanan di sekitar apotek dan bila diperlukan dapat diperbantukan untuk mengantarkan resep. Adapun rincian karyawan yang ada di apotek Rini adalah satu orang APA, dua orang Apoteker pendamping, tiga orang Asisten Apoteker kepala yang dibagi menjadi tiga shift, 31 orang Asisten Apoteker (AA) yang dibagi menjadi tiga shift, 21 orang juru resep yang dibagi menjadi tiga shift, dua orang administrasi, lima orang kasir dan tujuh orang satpam yang dibagi menjadi tiga shift. Jumlah total karyawan di apotek Rini adalah 74 orang. Struktur organisasi apotek Rini dapat dilihat pada Lampiran Kegiatan-Kegiatan di Apotek Kegiatan di apotek Rini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kegiatan dibidang teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan pengadaan/pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang, pembuatan obat racikan,penjualan, dan pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan teknis kefarmasian Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas dari bagian pembelian (Asisten Apoteker) dengan menggunakan surat pesanan yang telah ditandatangani oleh APA. Pengadaan perbekalan farmasi ini dilaksanakan melalui pembelian secara tunai maupun kredit. Dari hasil print out pengeluaran barang-barang dalam satu hari, petugas bagian pembelian melakukan pencatatan barang-barang yang akan dibeli, yaitu barang-barang yang jumlahnya sudah di bawah atau mendekati stok minimum serta barang-barang yang bersifat fast moving walaupun belum mencapai stok minimum. Stok minimum ditetapkan berdasarkan hasil penjualan pada bulan sebelumnya atau trend penjualan. Bagian pembelian ini mengelompokkan obat atau barang yang dipesan sesuai dengan nama distributor. Surat Pesanan (SP)

44 34 yang dibuat ditandatangani oleh APA dan SP ini akan diambil langsung oleh salesman pada pagi hari. Untuk pemesanan cito disampaikan melalui telepon, dimana SP menyusul ketika barang diantar. Pada hari yang sama di sore harinya, barang-barang yang dipesan diantarkan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Petugas bagian penerimaan barang memeriksa keadaan fisik barang, tanggal kadaluarsa, jenis dan jumlah barang sesuai dengan faktur. Petugas akan menandatangani dan memberikan stempel apotek pada faktur asli dan salinan faktur apabila barang yang diterima sesuai dengan pesanan. Faktur asli dikembalikan kepada distributor dan dua lembar salinannya diberikan masingmasing pada Asisten Apoteker yang bertugas di bagian gudang dan bagian input data. Contoh surat pesanan dan faktur dapat dilihat pada Lampiran 12 dan Penyimpanan dan Pengeluaran Barang Barang-barang yang telah selesai didata oleh bagian gudang, kemudian akan disusun berdasarkan bentuk sediaan secara alfabetis dan dengan sistem FIFO (First In First Out). Obat bebas dan obat bebas terbatas disimpan langsung di ruang pelayanan, sedangkan untuk obat keras dan obat generik diletakkan di ruang peracikan Pembuatan Sediaan Standar (Anmaak) Sediaan standar (anmaak) adalah obat yang dibuat sendiri oleh apotek berdasarkan resep standar dari buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter. Acuan yang dipakai untuk formula standar ini adalah Farmakope Belanda. Beberapa obat racikan yang dibuat di apotek Rini, antara lain OBH, Boor Zalf, AAV Zaff I, Liquor Faberi, rivanol 1%, alkohol 70%, gargarisma khan, Lotio Calamine, bedak salisilat. Pembuatan sediaan anmaak ini berdasarkan nilai stok minimum yang ada Penjualan Kegiatan penjualan pada apotek Rini, antara lain melayani penjualan resep tunai, resep kredit, penjualan OTC, kosmetik, dan lainya.

45 35 a. Penjualan Resep Tunai Penjualan obat berdasarkan resep dokter kepada pasien dengan pembayaran tunai, debit atau kartu kredit disebut penjualan resep tunai. Alur pemesanan tunai dapat dilihat pada Gambar 3.1. b. Penjualan Resep Kredit Penjualan yang dilakukan berdasarkan perjanjian kerja sama yang disepakati antara perusahaan/instansi (baik pemerintah maupun swasta) dengan apotek Rini disebut penjualan resep kredit. Pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian sebelumnya, biasanya penagihan dilakukan pada akhir bulan. Perusahaan/instansi dan rumah sakit yang bekerja sama dengan apotek Rini antara lain IAI, Tarakanita, Dino Indria, PT. Triyasa, RS. Mitra Kemayoran, RS. Mitra Kelapa Gading, dan RS. Rawamangun. Alur pengerjaan pelayanan resep kredit tidak berbeda dengan resep tunai, tetapi resep kredit memiliki penomoran tersendiri yang berbeda untuk tiap perusahaan/instansi. Alur penjualan resep kredit dapat dilihat pada Gambar 3.2. c. Penjualan Over The Counter (OTC) Kegiatan penjualan bebas meliputi penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, sediaan anmaak, obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi, susu dan alat kesehatan. Alur pelayanan OTC dapat dilihat pada Gambar Kegiatan Teknis Non Kefarmasian Di Apotek Rini kegiatan teknis non kefarmasian meliputi kegiatan administrasi pembelian, piutang, penjualan, administrasi pajak, personalia/umum dan laporan keuangan Administrasi Pembelian Kegiatan administrasi pembelian disebut juga dengan administrasi utang dagang. Kegiatan ini meliputi :

46 36 a. Transaksi pembelian dimasukkan ke dalam komputer oleh Asisten Apoteker berdasaran faktur dan kemudian diprint. b. Transaksi kemudian diposting, dimana jumlah barang akan tercatat ke dalam kartu stok dan jumlah uang akan tercatat pada transaksi hutang di komputer. c. Penukaran faktur dilakukan setiap hari rabu. Distributor menyerahkan faktur asli penjualan selama satu minggu dan tanda terima faktur beserta total harga yang harus dibayar oleh apotek. Petugas yang bersangkutan akan membuat tanda terima faktur dan tanggal pengambilan giro. Giro ini akan diambil langsung oleh distributor pada waktu yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Selanjutnya petugas akan memisahkan faktur pajak dan mencocokkan faktur tersebut dengan data jumlah dan harga obat yang telah dimasukkan ke komputer. Contoh tanda terima faktur dapat dilihat pada Lampiran 14. d. Kemudian dilakukan posting pembayaran hutang ke dalam komputer. e. Laporan pembayaran dapat dibuat setiap bulan dan dilaporkan kepada pimpinan apotek Administrasi Piutang Kegiatan administrasi piutang meliputi : a. Petugas adminisrasi bertugas memasukkan semua transaksi piutang berdasarkan kuitansi penagihan ke dalam arsip daftar piutang. b. Pencatatan jumlah tagihan dilakukan setiap bulan atau setiap minggu berdasarkan nama debitor dan kuitansinya. c. Penagihan dilakukan dengan mendatangi langsung ke perusahaan/instansi yang berpiutang Administrasi Penjualan Pemberian harga resep, OTC dan DOWA dilakukan melalui komputer bagian kasir di apotek Rini. Pada saat petugas memasukkan daftar barang yang dibeli dan telah dibayar maka secara otomatis stok barang akan berkurang sesuai dengan transaksi yang telah dilaksanakan. Ketika pergantian shift, masing-masing kasir menyerahkan laporan perincian penjualan yang telah diprint. Setiap hari pada pukul WIB dilakukan posting transaksi penjualan, baik dari

47 37 penerimaan resep maupun penjualan bebas oleh kasir yang bertugas pada malam hari. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam pemesanan barang keesokan harinya Administrasi Pajak Bagian pajak bertanggung jawab dalam menghitung serta mencatat jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh apotek Administrasi Personalia Mencatat semua hal yang menyangkut urusan kepentingan pegawai, seperti gaji dan surat-surat lain yang berkaitan dengan kepegawaian yang sudah mendapatkan persetujuan Direktur Laporan Keuangan Laporan keuangan yang ada di Apotek Rini ditangani langsung oleh wakil pimpinan yang juga merupakan Apoteker pendamping dengan dibantu oleh bagian personalia. 3.5 Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika di apotek Rini meliputi pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelaporan narkotika Pengadaan Narkotika Kegiatan pembelian narkotik yang dilakukan di Apotek Rini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembelian narkotik dilakukan dengan memesan narkotika ke PBF Kimia Farma. Contoh Surat Pesanan Narkotika dapat dilihat pada Lampiran Penyimpanan Narkotika Pesanan narkotika diterima oleh petugas penerima barang (Asisten Apoteker) dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, tanda tangan dan stempel apotek dimana pembayaran dilakukan secara tunai.

48 38 Obat-obatan golongan narkotika disimpan dalam lemari kayu yang dibagi dua, masing-masing dilengkapi dengan kunci dan menempel di dinding. Bagian pertama menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya dan bagian kedua menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari Penjualan Narkotika Apotek Rini melayani resep asli yang mengandung narkotika atau salinan resep yang berasal dari apotek Rini dengan mencantumkan nama dan alamat pasien yang jelas Pelaporan Narkotika Kegiatan pelaporan narkotik Apotek Rini dilakukan kepada instansi yang berwenang, yaitu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dengan tembusan Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta. Contoh pelaporan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 16 dan Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropik di apotek Rini meliputi pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelaporan Pengadaan Psikotropika Kegiatan pembelian psikotropik yang dilakukan di Apotek Rini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Contoh Surat Pesanan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran Penyimpanan Psikotropika Kegiatan penyimpanan psikotropik di Apotek Rini, yaitu ditempatkan pada lemari khusus yang terpisah dari obat golongan lainnya Penjualan Narkotika Apotek Rini melayani resep asli yang mengandung psikotropik dengan mencantumkan nama dan alamat pasien yang jelas.

49 Pelaporan Psikotropika Kegiatan pelaporan psikotropik Apotek Rini dilakukan kepada instansi yang berwenang, yaitu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dengan tembusan Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta.

50 BAB 4 PEMBAHASAN Apotek adalah suatu tempat pengabdian profesi apoteker yang nyata dan terlegitimasi. Seorang apoteker harus mampu menerapkan berbagai kompetensi dengan baik untuk dapat mewujudkan pelayanan kefarmasian di Apotek. Kompetensi ini tidak hanya berkaitan dengan ilmu kefarmasian, namun juga berkaitan dengan kemampuan untuk mengelola sumber daya manusia yang ada di Apotek serta kemampuan mengelola berbagai sarana lainnya. Apotek Rini adalah Apotek yang telah berkiprah selama 44 tahun. Kemampuan Apotek Rini untuk terus mempertahankan eksistensinya tentu tidak terlepas dari perwujudan pelayanan kefarmasian dan pengelolaan yang baik. Apotek Rini memberikan pelayanan berupa penyediaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan serta pelayanan informasi obat. Penyediaan sediaan farmasi tidak hanya dilakukan di lokasi Apotek namun juga dapat diantarkan ke rumah pasien. Apotik Rini terletak pada lokasi yang strategis, yaitu terletak di daerah ramai penduduk serta berada di dekat sarana kesehatan lainnya yaitu Rumah Sakit Persahabatan, Rumah Sakit Dharma Nugraha serta praktek Dokter yang bertempat di sebelah Apotik sehingga pasien yang mengunjungi rumah sakit atau praktek dokter dapat mendapatkan obat yang diresepkan di Apotek Rini. Daerah disekitar Apotek Rini juga merupakan daerah yang ramai dengan tempat-tempat makan dan pusat berbelanjaan, seperti Arion Mall, Tip-Top, Pizza Hut dan Dunkin Donat. Hal ini menyebabkan pasien atau keluarga pasien dapat melakukan kegiatan lain di tempat-tempat tersebut sekaligus menunggu penyiapan obat oleh Apotek. Selain itu, Apotek Rini berada di pinggir jalan dua arah yang dilalui oleh kendaraan umum dan tidak terlalu macet. Hal ini menyebabkan Apotek Rini mudah dijangkau oleh pasien baik yang menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Meskipun berlokasi di daerah dengan tingkat keramaian cukup tinggi, terdapat beberapa Apotek lain di daerah sekitar lokasi Apotek Rini, diantaranya Apotek Sana Farma, Apotik K-24, Apotek Kimia Farma dan Apotek Family. Keberadaan Apotek tersebut tidak menyebabkan kerugian terhadap Apotek Rini. 40

51 41 Karena Apotek Rini dan Apotek lainnya menjalin kerja sama dalam menjamin ketersediaan obat dengan memudahkan penjualan dan pembelian antar Apotek. Apotek Rini memiliki kekhasan desain eksterior yang tetap dipertahankan selama bertahun-tahun. Hal ini memberikan ciri khas yang melekat bagi masyarakat. Papan nama Apotek terlihat menarik dengann hiasan berupa lampu berwarna-warni serta dapat terlihat jelas dari berbagi arah. Apotek Rini memiliki tempat parkir yang cukup luas serta dikoordinasikan oleh seorang petugas parkir sehingga pasien dapat merasa nyaman dan aman untuk meninggalkan kendaraannya di halaman Apotek Rini. Kaca transparan di bagian depan Apotek Rini memperlihatkan dengan jelas keramaian pengunjung serta pajangan obatobatan sehingga memberikan kesan bahwa Apotek Rini dikunjungi oleh banyak orang dan memiliki persediaan obat yang lengkap. Desain interior Apotek Rini juga sangat baik. Tata ruang Apotek ini terdiri atas bagian depan yang meliputi ruang tunggu, tempat pelayanan resep, tempat pelayanan OTC, tempat penyerahan resep; dan bagian belakang yang meliputi tempat peracikan obat, tempat pemberian etiket dan tempat pengecekan harga, ruang kerja Apoteker, ruang administrasi, gudang, mushalla, toilet dan dapur. Kelengkapan ruang ini memberikan efisiensi dan kenyamanan dalam bekerja bagi para pegawai serta memberikan kenyamanan bagi pengunjung dalam menunggu antrian. Selain itu, Apotek Rini juga memiliki fasilitas telivisi untuk kenyamanan pengunjung selama menunggu penyiapan obat dari resep serta ATM yang memudahkan pengunjung untuk melakukan penarikan tunai ketika dibutuhkan. Ruang tunggu selalu dijaga kebersihannya serta dilengkapi dengan AC sehingga menambah kenyamanan. Satu diantara keunggulan yang ditawarkan oleh Apotek Rini adalah jumlah penolakan resep yang sedikit. Apotek Rini selalu mengusahakan untuk dapat melayani pasien yang datang dengan baik, yaitu dengan lengkapnya ketersediaan obat, kecepatan dan ketelitian penyiapan obat, waktu pelayanan 24 jam serta ramah terhadap pasien. Kecepatan dan ketelitian dalam penyiapan obat diwujudkan dengan memberlakukan sistem pengerjaan estafet, yaitu setiap tahap dilakukan oleh orang yang berbeda untuk mengurangi risiko kesalahan pembacaan resep, penyiapan obat ataupun penulisan etiket. Resep yang datang langsung dari

52 42 pasien maupun melalui fax akan didokumentasikan dalam komputer yang terhubung dengan komputer lainnya secara online dalam Apotek. Kemudian resep ini akan dimasukkan ke ruang peracikan melalui loket. Selanjutnya, dilakukan pengambilan obat sesuai resep oleh karyawan yang berbeda. Kemudian, oleh karyawan lain, obat-obat tersebut dimasukkan ke dalam wadah yang tepat serta diberi etiket serta dilengkapi dengan copy resep dan kwitansi jika diperlukan. Terakhir, obat, etiket, copy resep dan kuitansi yang telah disiapkan tersebut diperiksa kesesuaiannya dengan resep dan diberikan kepada pasien oleh karyawan yang juga berbeda. Pengerjaan yang dilakukan oleh orang yang berbeda ini selain bermanfaat pada ketelitian pengerjaan resep, dapat bermanfaat pula untuk meningkatkan semangat kerja sama dan saling mengoreksi antar personel serta membangun rasa tanggung jawab pada setiap karyawan. Pelaksanaan setiap kegiatan tersebut dicatat dan dibuktikan melalui sistem pencatatan HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Setiap orang yang melakukan pemberian harga, penyiapan obat, pemberian etiket dan pengemasan serta peenyerahan akan menuliskan namanya pada kertas HTKP yang disimpan beserta dengan resep. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penelusuran jika diperlukan informasi atau terjadi kesalahan pada pemberian harga, penyiapan obat atau pemberian etiket. Terdapat 2 tempat peracikan obat, yaitu peracikan sediaan solid (puyer dan kapsul) serta peracikan sediaan semi solid dan cair (salep, krim, suspensi, sirup). Wadah pada pembuatan puyer adalah kertas pembungkus resmi Apotek Rini yang kemudian disegel dengan bantuan mesin sealing, kecuali puyer dengan massa kecil, Puyer dengan massa kecil dibuat secara manual dengan perkamen biasa. Kemudian, hasil racikan akan dilengkapi dengan etiket yang mencakup Nomor Resep, Tanggal, Nama Pasien dan Aturan Pemakaian. Resep yang diterima setiap harinya dikumpulkan dan dikelompokkan menjadi resep pagi, sore, malam serta resep narkotik dan psikotropik. Resep ini kemudian disusun berdasarkan urutan nomor resep setiap harinya untuk mempermudah penelusuran resep. Resep selama 1 tahun terakhir disimpan di kotak penyimpanan resep, sementara resep 2 tahun sebelumnya disimpan di gudang. Resep-resep tersebut disimpan bersamaan dengan nomor telepon pasien

53 43 sehingga penelusuran informasi pasien dapat dilakukan ketika diperlukan. Resepresep ini disimpan selama 3 tahun dan kemudian dimusnahkan dengan berita acara dan saksi dari Badan POM. Pembelian sediaan farmasi dilakukan setiap hari kepada distributor terpilih berdasarkan daftar penjualan barang yang dicetak dari data yang tersimpan di computer setiap pukul setiap harinya. Di dalam daftar ini, dapat diketahui sisa setiap obat yang masih tersedia serta jumlah stok minimum untuk masingmasing obat yang ditentukan berdasarkan tren penjualan. Pemesanan dilakukan di pagi hari dan diterima pada sore hari. Selain berdasarkan jumlah stok minimum, pemesanan barang juga mempertimbangkan hal-hal lainnya, seperti kondisi cuaca. Pada kondisi cuaca/musim hujan dimana diperkirakan distributor akan datang terlambat, maka pemesanan dilakukan di awal meski belum mencapai jumlah stok minimum. Obat yang perputarannya cepat (fast moving) memiliki stok minimum yang lebih besar serta dipesan setiap minggu untuk menghindari kekosongan obat karena tingginya nilai penjualan. Sementara obat-obat yang perputarannya lambat (slow moving) ditetapkan memiliki nilai stok minimum yang kecil bahkan tidak memiliki nilai stok minimum sehingga baru dibeli ketika telah habis. Hal ini dilakukan untuk menghindari waktu penyimpanan obat yang terlalu lama di Apotek. Pembelian ini dilakukan oleh bagian pembelian berdasarkan perencanaan pembelian yang ditentukan oleh Apoteker. Distributor obat dipilih berdasarkan kualitas barang yang dikirim, ketepatan waktu pengiriman dan diskon yang ditawarkan. Kesepakatan mengenai pengembalian barang dengan syarat dan ketentuan tertentu dapat dibuat antara Apotek dengan distributor. Syarat dan ketentuan tersebut mencakup jangka waktu sebelum kadaluarsa dan/atau jumlah serta kondisi fisik barang yang akan dikembalikan. Pengembalian barang (retur) kepada distributor dapat berupa penggantian barang, uang atau pemotongan tagihan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat. Penerimaan obat dari distributor belum dilakukan di tempat khusus, namun masih dilakukan di tempat penyerahan obat untuk pasien. Dalam hal ini, Apotek Rini mensiasati kendala ini dengan menyediakan tempat yang cukup luas untuk penyerahan resep.

54 44 Obat yang datang dari distributor kemudian diamati kondisinya serta diperiksa kadaluarsanya. Jika obat tersebut merupakan obat slow moving maka batas kadaluarsa yang terlalu dekat harus dihindari. Faktur yang diserahkan oleh distributor minimal berjumlah 2. Satu diantara faktur harus diletakkan bersama barang untuk tujuan pengecekan dan faktur lainnya diletakkan di tempat penyimpanan faktur untuk kemudian dimasukkan datanya di computer. Penyimpanan faktur ini bertujuan untuk mencegah pembelian ulang yang belum diperlukan dikeesokan harinya. Penyimpanan sediaan farmasi dilakukan baik di ruang depan, ruang peracikan maupun di gudang. Penataan obat di ruang peracikan dikelompokkan baik berdasarkan harga maupun bentuk sediaan, diantaranya kelompok obat generik, obat patent tablet, obat mahal tablet, obat salep, obat tetes mata/hidung/telinga, obat sirup/suspensi dan obat injeksi. Selain itu, terdapat juga narkotika yang disimpan pada lemari dua pintu yang menempel pada dinding dan kunci pada masing-masing pintu. Psikotropika disimpan secara terpisah dari obat lainnya dan dibedakan menjadi obat generik dan obat patent. Hal ini dilakukan untuk memberikan pengawasan terhadap obat-obatan tersebut. Obat-obatan pada setiap kelompok disusun berurutan sesuai dengan abjad sehingga memudahkan pencarian. Gudang menyimpan obat-obatan yang diterima dari distributor setelah diperiksa kondisi fisik, batas kadaluarsa dan kesesuaiannya dengan faktur. Untuk efisiensi penggunaan ruangan. Obat bebas dan generik tidak disimpan di ruang ini, melainkan di lemari tertentu di ruang peracikan. Penataan obat di gudang juga dilakukan dengan metode yang sama, yaitu berurutan sesuai dengan abjad dan dikelompokkan berdasarkan harga dan betuk sediaannya. Aliran obat keluar dari gudang mengikuti pola FIFO (First In First Out). Obat yang baru masuk diletakkan dari bawah dan obat diambil dari atas sehingga obat yang lebih dahulu masuk akan lebih dahulu keluar.. Meski aliran keluar barang dari gudang tidak mengikuti pola FEFO (First Expired First Out), kejadian obat kadaluarsa di Apotek ini sangat jarang terjadi. Hal ini disebabkan pemeriksaan yang teliti saat penerimaan barang disertai perputaran obat yang cukup cepat di Apotek. Selain itu, pada penyiapan obat yang akan diberikan pada

55 45 pasien, batas kadaluarsa ini juga tetap diperhatikan terutama untuk obat-obat injeksi, infus, obat tetes mata, hidung dan telinga. Pemesanan narkotika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan khusus, yaitu Surat Pesanan Narkotika yang telah ditanda tangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, jabatan, alamat rumah, nama Apotek serta stempel Apotek. Surat Pesanan terdiri dari empat rangkap. Satu Surat Pesanan hanya berlaku untuk 1 jenis narkotika. Narkotika hanya dapat dipesan pada PBF Kimia Farma dengan pembayaran tunai. Faktur pembelian narkotika dan psikotropika dipisahkan dari faktur lainnya. Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Laporan ini ditanda tangani oleh APA. Sistem jaringan komputer yang digunakan oleh Apotek Rini dalam pencatatan penjualan obat sangat mendukung efisiensi penyiapan obat oleh personel Apotek karena setiap personel dapat memeriksa daftar obat pada setiap transaksi melalui komputer yang terletak pada setiap ruangan. Kesalahan pembacaan resep yang ditemukan oleh personel lainnya dapat segera dikomunikasikan. Selain itu, sistem jaringan komputer ini sangat berperan pada pemeriksaan stok barang untuk keperluan penjualan dan pembelian. Bagian penerimaan resep dapat dengan mudah memeriksa ketersediaan obat yang tertulis pada resep yang diberikan melalui jaringan komputer. Begitu juga bagian penjualan dapat memeriksa sisa obat setiap harinya untuk keperluan pemesanan pada distributor. Apotek Rini memiliki 74 karyawan yang jadwal kerjanya dibagi menjadi pagi, sore dan malam. Karyawan ini diantaranya merupakan asisten apoteker, juru resep dan petugas administrasi. Terdapat beberapa asisten kepala yang masingmasing bertanggung jawab terhadap sejumlah karyawan. Karyawan yang bekerja di Apotek Rini merupakan karyawan yang telah berpengalaman dan sangat terlattih dengan baik dalam melakukan kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek. Pihak manajemen Apotek senantiasa mengawasi dan menjaga efektifitas kinerja setiap karyawan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasien akan kecepatan dan ketelitian penyiapan obat dengan tetap menjaga nilai-nilai kekeluargaan.

56 46 Pergeseran paradigma pelayanan kefarmasian dari drug oriented ke patient oriented mengarahkan Apotek untuk memberikan pelayanan informasi obat. Pelayanan informasi ini telah dijalankan oleh Apotek Rini terutama pada pasien yang menanyakan informasi-informasi tersebut baik secara langsung maupun melalui telepon. Kegiatan pelayanan informasi ini masih perlu terus ditingkatkan untuk dapat memberikan informasi-informasi yang penting utnuk diketahui oleh setiap pasien mengenai obat yang diminumnya dan pengobatan yang dijalaninya. Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Rini berlangsung selama 2 bulan. Selama melaksanakan program ini, mahasiswa mendapatkan pelajaran melalui pengamatan dan praktek langsung mengenai peran seorang apoteker di Apotek dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian serta dalam melakukan kegiatan manajemen. Mahasiswa belajar banyak mengenai pelayananan kefarmasian dan kegiatan di Apotek baik dari apoteker, asisten apoteker, juru resep maupun petugas administrasi. Dengan demikian, praktek kerja di Apotek dengan bimbingan para praktisi pelayanan Apotek sangat bermanfaat bagi mahasiswa apoteker.

57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Apoteker berperan dalam melaksanaan kebijakan pengawasan dan pengendalian kegiatan di Apotek serta menjamin penggunaan obat yang rasional. b. Apoteker berperan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam pengelolaan apotek, baik teknis dan non-teknis farmasi. Kegiatan non teknis kefarmasian meliputi pengelolaan modal dan sarana, administrasi dan keuangan serta sumber daya manusia. Pada kegiatan teknis kefarmasian, apoteker berperan dalam mengatur perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penyimpanan. 5.2 Saran a. Untuk memudahkan karyawan dalam pencarian obat, maka diperlukan peningkatan kedisiplinan karyawan untuk meletakkan obat-obat ke tempat semula. b. Untuk meminimalkan terjadinya medication error dan meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien, maka diperlukan peningkatan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien. c. Untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang telah diberikan, maka perlu disediakan kotak saran sebagai evaluasi mutu pelayanan. d. Untuk meningkatkan pengetahuan Apoteker dan Asisten Apoteker diperlukan pelatihan dan seminar agar lebih terampil dan profesional. 47

58 DAFTAR ACUAN Daris, Azwar Pengantar Hukum dan Etika Farmasi. Duwo Okta Tangerang Umar Manajemen Apotek Praktis. Wira Putra Kencana. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006a). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006b). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1322/Menkes/Sk/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1999). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3. Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Presiden Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Presiden Republik Indonesia. (1965). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. 48

59 49 Presiden Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28/Menkes/Per/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

60 GAMBAR

61 50 Konsumen/Pasien Resep dihargai Bayar obat Kasir Menghargai resep dengan memeriksa ketersediaan obat melalui komputer Menginformasikan harga kepada konsumen Menerima uang dari konsumen Memberikan struk pembayaran sekaligus No. Resep AA Menyiapkan etiket obat Mengambil / meracik obat Pengemasan obat dan penempelan etiket Penyerahan hasil akhir racikan obat AA senior Memeriksa jenis dan jumlah obat yang sudah diracik beserta kelengkapan etiket. Menyerahkan obat dengan mencocokkan No. Resep Pemberian Informasi Obat Pasien Gambar 3.1. Alur Penjualan Resep Tunai

62 51 Bawa resep Konsumen/Pasien Asisten Apoteker - Menyiapkan etiket obat - Meracik/mengambil obat - Pengemasan dan penempelan etiket - Penyerahan hasil akhir racikan obat AA senior - Memeriksa jenis dan jumlah obat yang sudah diracik beserta kelengkapan etiket. - Menyerahkan obat dengan mencocokkan No. Resep - Pemberian Informasi Obat (PIO) - Menyatukan resep dengan buku piutang sesuai nama debitosr - Meminta tanda tangan debitor untuk pemastian jenis dan jumlah permintaan obat Pasien Gambar 3.2. Alur Penjualan Resep Kredit

63 52 Konsumen/Pasien Kasir - Memberikan informasi harga kepada konsumen/pasien - Memasukkan data ke dalam komputer (transaksi penjualan harian) - Menerima uang dari konsumen/pasien - Menyerahkan barang dan struk pembayaran kepada pasien Gambar 3.3. Alur Penjualan OTC

64 LAMPIRAN

65 53 Lampiran 1. Daftar Obat Wajib Apoteker No. 1

66 54 Lampiran 1. (Lanjutan) Daftar Obat Wajib Apoteker No. 1

67 55 Lampiran 1. (Lanjutan) Daftar Obat Wajib Apoteker No. 1

68 56 Lampiran 1. (Lanjutan) Daftar Obat Wajib Apoteker No. 1

69 57 Lampiran 2. Daftar Perubahan Obat Wajib Apotek No. 1

70 58 Lampiran 2. (Lanjutan) Daftar Perubahan Obat Wajib Apotek No. 1

71 59 Lampiran 3. Daftar Obat Wajib Apotek No. 2

72 60 Lampiran 3. (Lanjutan) Daftar Obat Wajib Apotek No. 2

73 61 Lampiran 4. Daftar Obat Wajib Apotek No. 3

74 62 Lampiran 4. (Lanjutan) Daftar Obat Wajib Apotek No. 3

75 63 Lampiran 4. (Lanjutan) Daftar Obat Wajib Apotek No. 3

76 64 Lampiran 5. Obat yang Dikeluarkan dari Obat Wajib Apotek

77 65 Lampiran 5. (Lanjutan) Obat yang Dikeluarkan dari Obat Wajib Apotek

78 66 Lampiran 6. Lokasi Apotek Rini

79 67 Lampiran 7. Denah Ruangan Apotek Rini Lampiran 3. Salinan Resep

80 68 Lampiran 8. Salinan Resep

81 69 Lampiran 9. Contoh Etiket

82 70 Lampiran 10. Contoh Kuitansi Kwitansi

83 71 Lampiran 11. Struktur Organisasi Apotek Rini

84 72 Lampiran 12. Contoh Surat Pesanan

85 73 Lampiran 13. Faktur Barang

86 74 Lampiran 14. Contoh Tanda Terima Tukar Faktur

87 75 Lampiran 15. Contoh Surat Pesanan Narkotika

88 76 Lampiran 16. Contoh Pelaporan Narkotika

89 77 Lampiran 17. Laporan Penggunaan Narkotika

90 78 Lampiran 18. Contoh Surat Pesanan Psikotropika

91 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI PERIODE 10 JANUARI 28 FEBRUARI 2013 KAJIAN PERESEPAN ANTIBIOTIK UNTUK ANAK PADA BULAN OKTOBER 2012 DI APOTEK RINI NISA YULIANTI SUPRAHMAN, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JULI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JAKARTA PERIODE 10 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S. Farm. 1206313425 ANGKATAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. DI APOTEK RINI Jl. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 RAWAMANGUN, JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL 26 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA. DI APOTEK RINI Jl. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 RAWAMANGUN, JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL 26 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI Jl. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 RAWAMANGUN, JAKARTA TIMUR PERIODE 2 APRIL 26 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FRANSISKA

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak asasi manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pelayanan apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG

MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG .. MEHTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHAT AN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN 01 APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong masyarakat untuk semakin memperhatikan derajat kesehatan demi peningkatan kualitas hidup yang lebih

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.1 JL. GARUDA NO.47 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI,

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4 5 DEPOK PERIODE 7 JANUARI 15 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MIFTAHUL HUDA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG APOTEK RAKYAT MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi prioritas utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk

Lebih terperinci

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI APOTEK KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Oleh : DWI KURNIYAWATI K 100 040 126 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 6 JL. DANAU TONDANO NO.1 PEJOMPONGAN JAKARTA PUSAT PERIODE 2 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA FEBIYANTI NORMAN, S.

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NUR HASMAWATI, S.Farm (1006753942)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.2 JL. SENEN RAYA NO. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAYA MASITHA,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MELDA SILVIA SARI SILALAHI, S.Farm. 1206313343

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI RAMDANIS, S.Farm

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 11: PERBEKALAN FARMASI Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB XI PERBEKALAN

Lebih terperinci

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : LINDA WIDYA RETNA NINGTYAS K 100 050 110 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA No. 66 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 MEI 8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NENDEN PUSPITASARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO 37 PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 01 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Suci

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ARAFAH JL. ARAFAH I NO. F/8 VILLA ILHAMI ISLAMIC - TANGERANG PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SERUNI

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 50 JALAN MERDEKA NO. 24 BOGOR PERIODE 1 SEPTEMBER 30 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANUM PRAMITA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2015 KEMENKES. Narkotika. Psikotropika. Prekursor Farmasi. Pelaporan. Pemusnahan. Penyimpanan. Peredaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Laukha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIANA, S.Farm. 1106047511 ANGKATAN

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG IZIN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JL. TOLE ISKANDAR, DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANDI NURWINDA, S.Si. 1006835085 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 47 JALAN RADIO DALAM RAYA NO. 1-S, GANDARIA UTARA KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aksesibilitas,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 284 JL. SILIWANGI NO.86A, BEKASI PERIODE 13 FEBRUARI - 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.50 JL. MERDEKA NO.24 BOGOR PERIODE 2 APRIL - 12 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DIAN RENI AGUSTINA,

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh: WAHID BEKTI FITRIANTO K 100 040 146 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

Lebih terperinci

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa: I.PENDAHULUAN Apotek adalah suatu tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian berupa penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tempat dilakukannya praktik kefarmasian

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. Kegiatan administrasi di apotek (standar pelayanan kefarmasian) Administrasi umum pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tenpat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009) Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.55 JALAN KEBAYORAN LAMA NO.34K JAKARTA SELATAN PERIODE 03 APRIL- 10 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 9 APRIL 15 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.7 JALAN H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 13 FEBRUARI 22 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK PROFESI APOTEKER DEWI NUR ANGGRAENI,

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN TENTANG

MENTERI KESEHATAN TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IJIN APOTIK MENTERI KESEHATAN MENIMBANG : a. bahwa penelenggaraan pelayanan Apotik harus diusahakan agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI- 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER I KADEK ARYA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ERRA MEDIKA JALAN TOLE ISKANDAR No. 4-5 DEPOK PERIODE 8 APRIL 17 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JALAN BALAI PUSTAKA TIMUR NO.11 RAWAMANGUN PERIODE 17 JUNI 12 JULI DAN 29 JULI 23 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 6 FEBRUARI 16 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER STELLA, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, manfaat, perlindungan dan diarahkan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 298 JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO. 41, JAKARTA PUSAT PERIODE 3 MARET 11 APRIL 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Definisi Sistem Sistem dapat diartikan dengan pendekatan prosedur dan pendekatan komponen. Melalui pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 96 JALAN S. PARMAN KAV G/12, JAKARTA BARAT PERIODE 1 MEI 2012-8 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YENNY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PERMITA SARI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37, JAKARTA SELATAN PERIODE 15 JULI 31 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 2 JL. SENEN RAYA NO. 66, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FURQON DWI CAHYO, S.Farm 1206313135

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTA TIMUR PERIODE 4 APRIL - 4 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RIZA MARLYNE,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE 9 JANUARI 2013 20 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEIYANI

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 No.206, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 202 JL. KEJAYAAN RAYA BLOK XI NO. 2 DEPOK II TIMUR PERIODE 2 JANUARI 14 FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 10 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ILMA NAFIA, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA No.48 JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKARTA TIMUR PERIODE 3 APRIL - 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FIENDA

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 7 APRIL 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFIKA FATHNI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA TAMAN HARAPAN BARU RUKO TAMAN HARAPAN BARU BLOK E7 NO. 9 BEKASI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30 BOGOR PERIODE 2 APRIL 11 MEI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER GINARTI EKAWATI, S.Farm.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengawasan dan pemantauan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. SULTAN HASANUDDIN NO.42 KEBAYORAN BARU, BLOK M PERIODE 3 APRIL 30 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm.

UNIVERSITAS INDONESIA DI APOTEK RINI PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. ERLIMAS LUCKY WIJAYA, S. Farm. UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RINI JL. BALAI PUSTAKA TIMUR NO. 11 JAKARTAA TIMUR PERIODEE 16 SEPTEMBER - 25 OKTOBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JL. KARTINI RAYA NO. 34, JAKARTA PUSAT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Tri Setiawan, S.Farm. 1006754075 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

PEDAGANG BESAR FARMASI. OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt PEDAGANG BESAR FARMASI OLEH REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt Obat / Bahan Obat Ketersediaan Keterjangkauan Konsumen Aman Mutu Berkhasiat PBF LAIN PBF: Obat BBF INDUSTRI FARMASI 2 DASAR HUKUM Undangundang UU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK RAWA PULE JL. KH. M. USMAN NO 46 DEPOK LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DWI FAJAR ABD. GHOFUR, S.Si 1006835204 ANGKATAN LXXIII

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Izin Apotek Pasal 1 ayat (a): Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci